case besar demam tifoid-susi

26
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK SMF ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS Nama : Susi Sulastri Tanda Tangan NIM : 11-2011-102 Dr. Pembimbing : dr. Soekasno, Sp.A I. IDENTITAS PASIEN Nama lengkap : An. ARH Jenis kelamin : Laki-laki Tempat /tanggal lahir : Kudus, 30 Agustus 2002 Suku bangsa : Jawa Usia : 10 tahun Agama : Islam Pendidikan: SD Alamat : Prawoto RT 04/04 Sukolito, Pati. Hubungan dengan orang tua : Anak Kandung IDENTITAS ORANG TUA Ayah : Tn. A Ibu : Ny. AK Usia : 32 tahun Usia : 30 Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP Pekerjaan : swasta Pekerjaan : IRT A. ANAMNESIS Diambil dari : Alloanamnesis (dengan ibu pasien) Tanggal : 31 agustus 2012 Jam:12.00 Keluhan Utama: 1

Upload: mariska-meifung

Post on 03-Jan-2016

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Besar Demam Tifoid-Susi

STATUS ILMU KESEHATAN ANAK

SMF ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

Nama : Susi Sulastri Tanda Tangan

NIM : 11-2011-102

Dr. Pembimbing : dr. Soekasno, Sp.A

I. IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : An. ARH Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat /tanggal lahir : Kudus, 30 Agustus 2002 Suku bangsa : Jawa

Usia : 10 tahun Agama : Islam

Pendidikan: SD Alamat : Prawoto RT 04/04 Sukolito,

Pati.Hubungan dengan orang tua : Anak Kandung

IDENTITAS ORANG TUA

Ayah : Tn. A Ibu : Ny. AK

Usia : 32 tahun Usia : 30

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : swasta Pekerjaan : IRT

A. ANAMNESIS

Diambil dari : Alloanamnesis (dengan ibu pasien) Tanggal : 31 agustus 2012 Jam:12.00

Keluhan Utama:

Demam sejak tujuh hari SMRS

Keluhan Tambahan:

Nyeri diseluruh sendi, mual dan pusing berputar.

Riwayat Penyakit Sekarang :

1

Page 2: Case Besar Demam Tifoid-Susi

Tujuh hari SMRS pasien demam. Saat ditanya, ibu pasien tidak mengukur suhu

anaknya dengan thermometer, demam tidak disertai menggigil dan tidak sampai mengigau.

Demamnya naik turun, panas tinggi terutama pada sore atau malam hari sedangkan saat

pagi dan siang anaknya hanya sumeng saja. Pasien sudah diberi obat penurun panas yang

dibelinya di toko obat, namun tidak ada perubahan yang terlalu besar. Demam pasien turun

setelah diberi obat, tapi beberapa jam kemudian demamnya kembali naik lagi. Saat siang

pasien masih bisa beraktivitas seperti biasa. Ibu pasien juga pengeluh batuk disertai pilek,

batuknya batuk berdahak, namun pasien mengeluh tidak dapat mengeluarkan dahaknya.

Tidak ada kesulitan buang air besar ataupun diare. Tidak ada mimisan ataupun gusi

berdarah.

Tiga hari SMRS pasien demam tinggi dan sepanjang hari walaupun sudah diberikan

obat penurun panas. Oleh ibu pasien akhirnya dibawa berobat ke puskesmas terdekat dan

dirawat. Di puskesmas diperikan obat penurun panas dan antibiotik, namun demamnya

tidak turun. Pasien juga merasa mual tapi tidak dapat muntah. Nafsu makannya juga

menurun, dan pasien terlihat lemas. Tidak ada kesulitan buang air besar dan buang air kecil.

Satu hari SMRS akhirnya pasien di rujuk ke RS Mardi Rahayu untuk mendapatkan

perawatan lebih intensif karena demamnya tak turun setelah 3 hari dirawat di puskesmas.

Pasien mengeluh pusing berputar, perut kanan atasnya terasa nyeri dan terasa mual namun

tidak bisa muntah. Pasien mengeluh belum buang air besar sejak kemarin, tapi buang air

kecil masih seperti biasa. Pasien juga mengeluh seluruh sendinya terasa linu pada saat

digerakan.

Di sekolah anaknya sangat aktif, sering bermain bersama teman-temannya di luar

rumah. Ia juga sering membeli makan dan minum di kantin sekolahnya. Ia jarang membawa

makan atau minum dari rumah.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak pernah sakit berat hingga dirawat di rumah sakit. Ibu pasien

mengatakan biasanya hanya mengalami batuk dan pilek, namun biasanya beberapa hari

kemudian sakitnya bisa sembuh sendiri setelah minum obat yang dibelinya dari warung.

Riwayat Penyakit Keluarga

2

Page 3: Case Besar Demam Tifoid-Susi

Penyakit Ya Tidak Hubungan

Alergi - -

Asma - -

Tuberkulosis - -

Hipertensi - -

Diabetes - -

Kejang Demam - -

Demam berdarah - -

Di dalam keluarga, tidak ada yang sedang menderita batuk dan pilek, tidak ada yang

sedang demam dan diare.

Riwayat Kelahiran

Os lahir spontan, cukup bulan, ditolong oleh bidan di rumah bersalin. Berat badan

lahir 3400 gram. Panjang badan waktu lahir 49 cm. Tidak ditemukan kelainan yang dapat

menimbulkan kecacatan dalam proses kelahirannya.

Silsilah keluarga (Family’s Tree)

Legenda :

: ayah : ibu

: anak sakit, anak pertama : anak kedua, ketiga

3

32t 30th

10t 6 th 5th

Page 4: Case Besar Demam Tifoid-Susi

Ayah bekerja sebagai wiraswasta dan ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga. Anak

sakit merupakan anak pertama dari 3 bersudara. Anak sakit sekarang bersekolah di SD kelas

5, adik kedua berusia 6 tahun dan bersekolah di kelas 1 SD. Adik terakhirnya berusia 5

tahun dan sekarang duduk di TK 0 besar.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Kehamilan

Perawatan antenatal : Ke bidan

Penyakit kehamilan : -

Kelahiran

Tempat kelahiran : Kudus, 30 agustus 2002

Penolong persalinan : Bidan

Cara persalinan : Normal

Masa gestasi : Cukup bulan

Keadaan bayi : Berat badan lahir : 3,4 Kg

Panjang badan lahir : 49 cm

Lingkar kepala : Ibu lupa

Langsung menangis

Tidak pucat, tidak biru, tidak kuning, tidak kejang

Kelainan bawaan:

Riwayat Imunisasi

VAKSIN Dasar (Umur) Booster (Umur)

BCG + - - - - - -

DPT / DT + + + - - - -

Polio + + + - - -

Campak + - - - - - -

Hepatitis B + + + - - - -

Kesan : Imunisasi dasar lengkap

Riwayat Nutrisi :

4

Page 5: Case Besar Demam Tifoid-Susi

Susu : minum ASI sampai usia 2 tahun sebanyak 6-9x sehari, kemudian minum susu

sapi sampai usia 3 tahun. Sebanyak 3-4 kali sehari.

Makanan padat : mulai makan makanan padat usia 7 bulan berupa bubur tepung dan

kemudian nasi tim usia 9 bulan dan nasi lunak saat usia 11 bulan.

Makanan sekarang : nasi, sayur serta lauk pauk. Frekuensi makan 2-3x sehari

Kesan : kuantitas baik, kualitas cukup.

Riwayat Tumbuh Kembang (Developmental history)

Usia 3 bulan sudah bisa memiringkan badan, usia 4 bulan sudah bisa tengkurap.

Usia 1 tahun sudah mulai belajar berjalan dan bicara mama papa. Usia 1,3 tahun sudah bisa

berjalan. Usia 2 tahun sudah dapat berbicara lancar.

Kesan : tidak ada gangguan dalam proses tumbuh kembang

B. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal pemeriksaan : 31 Agustus 2012 jam 10 wib

Keadaan umum : anak tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital:

Tekanan darah : 100/60 mmHg

Denyut nadi : 118 kali/ menit

Suhu : 37.5oC

Laju nafas : 20 kali/ menit

Sat O2 : 99%

Antropometri

Lingkar Kepala: 49cm

Lingkar lengan atas:19 cm

Status Gizi (menurut Z Score):

Tinggi badan : 125 cm

Berat badan : 29 kg

IMT = BB

TB2= 29

1,252=18.56

Penilaian:

5

Page 6: Case Besar Demam Tifoid-Susi

<18,5 = Underweight

18,5-22,9 = Normal

23-24,9 = At risk

25-29,9 = Obese I

>=30 = Obese II

Kesan : gizi baik

Pemeriksaan Sistematis

Kepala : Bentuk normal, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut,

ubun- ubun besar sudah menutup.

Mata : Kedudukan simetris, Mata cekung (-/-), Konjungtiva anemis (-/-) ,

sklera ikterik -/- , pupil isokor (+/+), refleks cahaya langsung (+/+)

Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, sekret tidak ada, membran timpani

utuh.

Hidung : Bentuk normal, deviasi septum tidak ada. Nafas cuping hidung (-)

Mulut : Bentuk normal, lidah kotor dengan putih di tengah dan kemerahan di

pinggirnya disertai tremor , bibir kering, tidak sianosis. Tonsil T1-T1

tenang, faring tidak hiperemis

Leher : KGB tidak teraba membesar, kel.tiroid tidak teraba membesar di leher.

Thorax

- Inspeksi : Tampak simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi sela iga (-),

pulsasi ictus cordis terlihat

- Palpasi : Sela-sela iga tak tampak retraksi, tidak ada nyeri tekan. teraba ictus cordis

pada garis midklavikula sela iga V

- Perkusi :

Paru-paru : Bunyi sonor diseluruh lapang paru.

Jantung

Batas kanan : pada intercostal 3 parasternal kanan

Batas kiri : pada intercostal 5, 1 cm sebelah media linea midclavicula kiri

Batas atas : pada intercostal 2 parasternalis kiri

- Auskultasi :

6

Page 7: Case Besar Demam Tifoid-Susi

Paru-paru : Suara nafas vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-) wheezing (-/-)

Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

- Inspeksi : datar, tidak tampak benjolan, dan ruam di abdomen

- Palpasi : supel, nyeri tekan (+) di kuadran kanan atas.

o Hepar : teraba membesar 3 jari dibawah costae. Konsistensi kenyal.

o Lien : tidak teraba membesar

- Perkusi : timpani

- Auskultasi : bising usus (N)

Kulit: warna sawo matang, turgor kulit normal

Extremitas (lengan & tungkai): akral hangat dan denyut nadi kuat.

Akral hangat : + + udem - -

+ + - -

CRT: < 2 dtk

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Lab darah rutin. Tanggal 30 Agustus 2012 Jam : 16.10 WIB

Hemoglobin : 12.3 g/dl (10.8-15.6)

Leukosit : 8.840 (4.5-13.5)

Eosinofil : 0 % (1-5)

Basofil : 0.1 % (0-1)

Netrofil Segmen : 65.1 % (50-70)

Limfosit : 24.9% (25-50)

Monosit : 9.9% (1-6)

Luc : 0%

MCV : 77.3 mikro m3 (80-100)

MCH : 26.6 pg (26-34)

MCHC : 34.5 g/dl (32-36)

Hematokrit : 35.7 % (40-52)

Trombosit : 286.000 (181-521)

7

Page 8: Case Besar Demam Tifoid-Susi

Eritrosit : 4.620.000 (4.4-5.9)

RDW : 13% (11.5-14.5)

PDW : 11.9fl (10-18)

MPV : 9.7 mikro/m3 (6.8-10)

LED : 15/40 mm/jam (0-10)

Golongan darah : O/+

RESUME.

Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun datang dengan keluhan demam sejak tujuh

hari SMRS pasien demam. Demam tidak disertai menggigil dan tidak sampai mengigau.

Demamnya naik turun, panas tinggi terutama pada sore atau malam hari sedangkan saat

pagi dan siang anaknya hanya sumeng saja. Pasien sudah diberi obat penurun panas yang

dibelinya di toko obat, namun tidak turun panasnya. Pasien juga mengeluh batuk dan pilek,

batuknya bersifat produktif namun pasien tidak dapat mengeluarkan dahaknya. Tidak ada

kesulitan buang air besar ataupun diare. Tidak ada mimisan ataupun gusi berdarah. Tiga hari

SMRS pasien dirawat di puskesmas karena demam tinggi , sudah diberi obat tapi tidak turun

panasnya. Pasien merasa mual tapi tidak dapat muntah. Nafsu makannya juga menurun,

dan pasien terlihat lemas. Tidak ada kesulitan buang air besar dan buang air kecil. Satu hari

SMRS pasien dibawa ke RS Mardi Rahayu. Pasien mengeluh pusing berputar, perut kanan

atasnya terasa nyeri dan terasa mual namun tidak bisa muntah. Pasien mengeluh belum

buang air besar sejak kemarin, tapi buang air kecil masih seperti biasa. Di sekolah anaknya

sering membeli makan dan minum di kantin sekolahnya.

Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD: 100/60mmHg, Suhu : 38oC, RR :

20X/menit dan HR: 118x/menit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lidah kotor disertai

tremor dan nyeri tekan abdomen kuadran kanan atas (+). Pada pemeriksaa labortorium

didapatkan Hb: 12.3 g/dl, Ht : 35,7%, leukosit 8.480/uL, dan trombosit 286.000/uL

DIAGNOSIS KERJA

- Demam tifoid

- Gizi baik

DIAGNOSIS DEFERENSIAL

8

Page 9: Case Besar Demam Tifoid-Susi

1. Demam berdarah dengue

2. Malaria

3. ISK

4. Bronchitis

PEMERIKSAAN ANJURAN :

- Tes Widal

- IgM salmonella

- Pemeriksaan urinalisis

- Pemeriksaan feces rutin

- X-foto torax

- Pemeriksaan hapus darah tepi

- Pemeriksaan virologi dengue

- Tes mantux

PENATALAKSANAAN

Non-Medika mentosa:

Infus RL 40 tetes/menit

Medikamentosa

Paracetamol syrup 3x2 cth peroral

Kloramfenikol 3x350 mg IV

Ondansetron 2x4mg peroral

EDUKASI

- Istirahat tirah baring

- Jaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan serta hygiene perorangan.

- Makan makanan lunak, rendah serat dan tinggi protein kemudian ditingkatkan

menjadi bubur kasar dan akhirnya nasi yang perubahannya disesuaikan dengan

tingkat kesembuhan anak.

- Merubah posisi tidur, miring kiri/miring kanan selama tirah baring untuk mencegah

dekubitus dan pneumonia ortostatik.

PROGNOSIS

9

Page 10: Case Besar Demam Tifoid-Susi

Ad vitam : ad bonam

Ad fungsionam : ad bonam

Ad sanationam : ad bonam

FOLLOW UP

Tanggal : 1 September 2012 jam : 08.00 WIB

S : Demam sudah turun, nyeri kepala (-), pusing (-), nyeri perut (+), mual (-), muntah (-),

batuk (+), pilek (+), BAB dan BAK normal, nafsu makan dan minum baik.

O : TTV : T : 36,5OC

HR : 82x/ menit

RR : 20x/menit

Cor/pulmo : Bunyi Jantung I dan II regular (+), mur-mur (-), gallop (-)

: Suara Napas vesicular (+/+), ronkhi (-/-) wheezing (-/-)

Abdomen : nyeri tekan (+) pada kuadran kanan atas. Bising Usus (+)

Ekstremitas : akral hangat, nadi kuat.

Pemeriksaan lab :

Dyncell

Hemoglobin : 11.8 g/dl

Leukosit : 12.740/uL

Hematokrit : 35%

Trombosit : 302.000/uL

Imunoserologi

Widal

Salmonella thypi O : - -

Salmonella thypi H : - -

Salmonella paratyphi AO : - -

Salmonella paratyphi BO : 1/80 -

Salmonella paratyphi CO : 1/80 -

Salmonella paratyphi AH : - -

Salmonella paratyphi BH : 1/80 -

10

Page 11: Case Besar Demam Tifoid-Susi

Salmonella paratyphi CH : 1/320 -

IgM salmonella : 4 1-2 : negatif

3 : border

4-5 : positif

>6 : positif kuat

URINE LENGKAP

Albumin - -

Reduksi - -

Bilirubin - -

Reaksi/pH 8.0 H 4.8-7.4

Urobilinogen N -

Benda keton - -

Nitrit - -

Berat Jenis 1.015 1.05-1025

Darah samar - -

Leukosit - -

Vitamin C - -

Epitel ren (sedimen) 0 0

Epitel sel 0-1 5-15

Eritrosit 0-1 0-1

Leukosit 0-1 3-5

Silinder 0 0-1

Parasit - -

Bakteri - -

Jamur - -

Kristal -

FAECES

Konsistensi biasa

Darah -

Lendir -

Eritrosit -

Leukosit -

11

Page 12: Case Besar Demam Tifoid-Susi

Entamoeba histolitica -

Ankylos -

Trichuris -

Ascaris -

Bakteri ++

Jamur +

Sisa makan -

Fat -

RADIOLOGI:

Pemeriksaan X-Foto Torax:

COR : bentuk dan letak dalam batas normal

PULMO : tampak kesuraman pada perihiler dan pericardial kanan.

Corakan bronkovaskular meningkat

Hillus kanan melebar

Diafragma dan sinus kanan & kiri normal

KESAN:

COR : Tak membesar

PULMO : Suspek gambaran spesifik

A : Demam tifoid dengan perbaikan

12

Page 13: Case Besar Demam Tifoid-Susi

Suspek bronchitis

Suspek TBC

P: boleh pulang

infus lepas

paracetamol syrup 3x2 cth diminum bila panas

Kloramfenikol 3x350 mg IV

Ondansetron 2x4mg peroral jika masih mual

Mantux tes, senin, 3 september 2012, datang ke klinik untuk kontrol.

Hari/tanggal : Senin, 03 september 2012

Poliklinik :

- Uji mantux tes negatif

Kesimpulan :

- Diagnosa : febris typhoid dan bronchitis

PEMBAHASAN :

A.. THYPOID

Epidemiologi :

Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia,

Afrika, Amerika Latin Karibia dan Oceania, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong

penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi. Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 2002

sekitar 16 juta per tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia

penderita demam thypoid cukup banyak diperkirakan 800/100.000 penduduk per tahun

dabandingan 2-3:1 tersebar di mana-mana. Demam thypoid dapat ditemukan pada semua

umur, tetapi paling sering pada anak besar umur 5-9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari

perempuan. Prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian

meningkat setelah umur 5 tahun Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama pada

musim panas.

ETIOLOGI

13

Page 14: Case Besar Demam Tifoid-Susi

Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri Gram-negatif,

mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora fakultatif anaerob. Mempunyai

antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari

protein dan envelope antigen (K) yang terdiri polisakarida. Mempunyai makromolekular

lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan

endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan

dengan resistensi terhadap multipel antibiotik.

PATOFISIOLOGI

Kuman Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut bersamaan

dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Setelah kuman sampai di lambung

maka mula-mula timbul usaha pertahanan non-spesifik yang bersifat kimiawi yaitu adanya

suasana asam oleh asam lambung dan enzim yang dihasilkannya. Ada beberapa faktor yang

menentukan apakah kuman dapat melewati barier asam lambung, yaitu (1) jumlah kuman

yang masuk dan (2) kondisi asam lambung.

Untuk menimbulkan infeksi diperlukan S.typhi sebanyak 105-109 yang tertelan

melalui makanan atau minuman. Keadaan asam lambung dapat menghambat multiplikasi

Salmonella dan pada pH 2,0 sebagian besar kuman akan terbunuh dengan cepat. Pada

penderita yang mengalami gastrotektomi, hipoklorhidria atau aklorhidria maka akan

mempengaruhi kondisi asam lambung. Pada keadaan tersebut S.typhi lebih mudah

melewati pertahanan tubuh.

Sebagian kuman yang tidak mati akan mencapai usus halus yang memiliki

mekanisme pertahanan lokal berupa motilitas dan flora normal usus. Tubuh berusaha

menghanyutkan kuman keluar dengan usaha pertahanan tubuh non spesifik yaitu oleh

kekuatan peristaltik usus. Di samping itu adanya bakteri anaerob di usus juga akan

merintangi pertumbuhan kuman dengan pembentukan asam lemak rantai pendek yang

akan menimbulkan suasana asam. Bila kuman berhasil mengatasi mekanisme pertahanan

tubuh di lambung, maka kuman akan melekat pada permukaan usus. Setelah menembus

epitel usus, kuman akan masuk ke dalam kripti lamina propria, berkembang biak dan

selanjutnya akan difagositosis oleh monosit dan makrofag. Namun demikian S.typhi dapat

14

Page 15: Case Besar Demam Tifoid-Susi

bertahan hidup dan berkembang biak dalam fagosit karena adanya perlindungan oleh

kapsul kuman.

GEJALA KLINIS

Timbulnya gejala klinis biasanya bertahap dengan manifestasi demam dan gejala

konstitusional seperti nyeri kepala, malaise, anoreksia, letargi, nyeri dan kekakuan

abdomen, pembesaran hati dan limpa, serta gangguan status mental.

Pada minggu pertama sering ditemukan keluhan dan gejala yang mirip penyakit

infeksi akut pada umunya seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,

muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, kadamg-kadang (tapi jarang)

batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu badan meningkat. Sifat

demam adalah kontinyu, meningkat perlahan-lahan, terutama sore dan malam hari.. Dalam

waktu seminggu panas dapat meningkat. Lemah, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri

abdomen dan diare, menjadi berat. Dapat dijumpai depresi mental dan delirium.

Pada minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikadi

relative, lidah yang berselaput (kotor ditengah tepi dan ujung merah, serta tremor),

hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental, berupa stupor, koma, atau

delirium. Bradikardi relatif adalah peningkatan suhu 1oC yang tidak diikuti peningkatan

denyut nadi 8 kali permenit.

PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan darah tepi

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.

Leukositosis terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Dapat pula ditemukan anemia

ringan dan trombositopenia. Pemeriksaan jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun

limfopeni. Diduga leukopenia disebabkan oleh destruksi leukosit oleh toksin dalam

peredaran darah. Laju endap darah juga dapat meningkat.

15

Page 16: Case Besar Demam Tifoid-Susi

2. Uji Widal

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri Salmonella

thypi. Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen bakteri salmonella dengan

antibody yang disebut aglutinin.

Di Indonesia pengambilan angka titer O aglutinin ≥ 1/40 dengan memakai uji widal

slide aglutination menunjukkan nilai ramal positif 96%. Banyak senter mengatur pendapat

apabila titer O aglutinin sekali periksa ≥ 1/200 atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4

kali maka diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan. Aglutinin H banyak dikaitkan dengan

pasca imunisasi atau infeksi masa lampau, sedang Vi aglutinin dipakai pada deteksi

pembawa kuman Salmonella typhi (karier).

3. Pemeriksaan Kultur Darah

Diagnosis demam tifoid dengan biakan kuman sebenarnya amat diagnostik namun

identifikasi kuman S.typhi memerlukan waktu 3-5 hari. Biakan darah seringkali positif pada

awal penyakit sedangkan biakan urin dan tinja, positif setelah terjadi septikemia sekunder

pada minggu kedua.

PENATALAKSANAAN

1. Lini pertama

Kloramfenikol, masih merupakan pilihan pertama dalam urutan antibiotik,

diberikan dengan dosis 50-100 mg/kgBB/hari secara intravena dalam 4 dosis

selama 10-14 hari. Banyak penelitian membuktikan bahwa obat ini masih cukup

sensitif untuk Salmonella typhi namun perhatian khusus harus diberikan pada

kasus dengan leukopenia (tidak dianjurkan pada leukosit <2000/ul)>

Ampisilin dengan dosis 150-200 mg/kgBB/hari diberikan peroral/iv selama 14 hari,

atau

Kotrimoksazol dengan dosis 10 mg/kgBB/hari trimetoprim, dibagi 2 dosis, selama

14 hari.

16

Page 17: Case Besar Demam Tifoid-Susi

2. Lini ke dua, diberikan pada kasus-kasus demam tifoid yang disebabkan S.typhi yang

resisten terhadap berbagai obat (MDR=multidrug resistance), yang terdiri atas :

Seftriakson dengan dosis 50-80 mg/kgBB/hari, dosis tunggal selama 10 hari .

Penyembuhan sampai 90% juga dilaporkan pada pengobatan 3-5 hari.

Sefiksim dengan dosis 10-12 mg/kgBB/hari peroral, dibagi dalam 2 dosis selama

14 hari, adalah alternatif pengganti seftriakson yang cukup handal.

Florokinolon dilaporkan lebih superior daripada derivat sefalosporin diatas,

dengan angka penyembuhan mendekati 100% dalam kesembuhan kinis dan

bakteriologis, di samping kemudahan pemberian secara oral. Namun pemberian

obat ini masih kontroversial dalam pemberian untuk anak mengingat adanya

pengaruh buruk terhadap pertumbuhan kartilago.

Siprofloksasin, 10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, sudah dipakai untuk pengobatan.

Demam biasanya turun dalam 5 hari. Lama pemberian obat dianjurkan 2-10 hari.

Penggunaan obat-obat ini dianjurkan pada kasus demam tifoid dengan MDR.

Asitromisin dengan pemberian 5-7 hari juga telah dicoba dalam beberapa

penelitian dengan hasil baik, berupa penurunan demam sebelum hari ke 4.

Aztreonam juga diuji pada beberapa kasus demam tifoid pada anak dengan hasil

baik, namun tidak dianjurkan sebagai pengobatan lini pertama.

B. BRONCHITIS

1. EPIDEMIOLOGI

Menurut perkiraan dari wawancara nasional diambil oleh Pusat Statistik Kesehatan

Nasional tahun 2006, sekitar 9,5 juta orang, atau 4% dari populasi, didiagnosis dengan

bronkitis kronis. Statistik ini mungkin meremehkan prevalensi penyakit paru obstruktif

kronik sebanyak 50%, karena banyak pasien mengecilkan gejala mereka, dan kondisi mereka

tetap tidak terdiagnosis..

Dalam sebuah penelitian, bronkitis akut dipengaruhi 44 dari 1000 orang dewasa per

tahun, dan 82% dari episode terjadi di musim gugur atau musim dingin. Sebagai

17

Page 18: Case Besar Demam Tifoid-Susi

perbandingan, 91 juta kasus influenza, 66 juta kasus flu biasa, dan 31 juta kasus lainnya akut

infeksi saluran pernapasan atas terjadi tahun itu.

2. ETIOLOGI

Sebagian besar bronkhitis disebabkan oleh virus antara lain virus Rhinovirus, RSV,

virus Influenza, virus parainfluenza, adenovirus, virus Rubeola, dan paramyxovirus. Akan

tetapi zat iritan seperti asam lambung atau polusi lingkungan dapat menyebabkan

bronkhitis akut. Bronkhitis juga dapat ditemukan setelah pajanan berat, seperti saat aspirasi

setelah muntah atau pajanan besar dalam jumlah besar terhadap zat kimia.

3. PATOFISIOLOGI DAN GEJALA KLINIS

Bronkhitis akut biasanya mengikuti g ejala-gejala infekasi saluran pernapasan seperti

rhinitis dan faringitis. Bentuk biasanya muncul 3-4 hari setelah rhinitis. Batuk pada mulanya

keras dan kering, kemudian sering kali berkembang menjadi batuk lepas yang ringan dan

produktif. Karena anak-anak biasanya tidak membuang lendir tetapi menelannya, maka

dapat terjadi gejala muntah pada saat batuk keras dan memuncak. Pada anak yang lebih

tua, keluhan utama dapat berupa produksi sputum dengan batuk, serta nyeri dada pada

keadaan yang lebih berat.

Karena bronkhitis akut biasanya merupakan kondisi yang tidak berat dan dapat

membaik sendiri, maka proses patologis yang terjadi masih belum diketahui secara jelas

karena kurangnya ketersediaan jaringan untuk pemeriksaan. Yang diketahui adalah adanya

peningkatan aktivitas kelenjar mukus dan terjadinya deskuamasi sel-sel epitel bersilia.

Adanya infiltrasi leukosit PMN ke dalam dinding serta lumen saluran respiratory

menyebabkan sekresi tampak purulen. Akan tetapi, karena migrasi leukosit ini merupakan

reaksi nonspesifik terhadap kerusakan jalan napas, maka sputum yang purulen tidak harus

menunjukkan adanya superinfeksi bakteri.

Pemeriksaan auskultasi dada biasanya tidak khas pada stadium awal. Seiring

perkembangan dan progresivitas batu, dapat terdengar berbagai macam ronkhi, suara

napas yang berat dan kasar, wheezing ataupun suatu kombinasi. Hasil pemeriksaan

radiologis biasanya normal atau didapatkan peningkatan corakan bronkhial. Pada umumnya,

18

Page 19: Case Besar Demam Tifoid-Susi

gejala akan menghilang dalam 10-14 hari. Bila tanda-tanda klinis menetap hingga 2-3

minggu, perlu dicurigai adanya proses. Selain itu, dapat juga terjadi infeksi bakteri sekunder.

4. PENATALAKSANAAN

Sebagian besar terapi bronkhitis akut viral bersifat supportif. Pada kenyataanya,

kebanyakan rhinitis dapat sembuh tanpa pengobatan sama sekali. Istirahat yang cukup,

kelembaban udara yang cukup, masukan cairan yang adekuat serta pemberian

asetaminofen pada keadaan demam perlu, sudah mencukupi untuk beberapa kasus.

Antibiotik hanya digunakan bila dicurigai adanya infeksi bakteri atau telah dibuktikan

dengan pemeriksaan penunjang lainnya. Pemberian antibiotik berdasarkan terapi empiris

biasanya disesuaikan dengan usia, jenis organisme yang biasanya menginfeksi dan

sensitivitas di komunitas tersebut. Antibiotik juga telah dibuktikan tidak mencegah

terjadinya infeksi bakteri sekunder, sehingga tidak ada tempatnya diberikan pada bronkhitis

akut viral.

Obat-obat penekan batuk sebaik tidak diberikan karena batuk diperlukan untuk

mengeluarkan sputum. Fisioterapi dada tidak perlu dilakukan pada anak sehat yang yang

sedang dalam fase bronkhitis akut. Bila ditemukan wheezing pada pemeriksaan fisis, dapat

diberikan bronkodilator β2-agonis, tetapi diperlukan evaluasi yang seksama terhadap respon

bronkus untuk mencegah pemberian bronkodilator yang berlebihan.

KESIMPULAN

Diagnosa akhir : Demam thypoid dan bronchitis dengan alasan:

- Demam sejak tujuh hari. Sifat demamnya intermiten naik turun, meningkat terutama

pada sore/malam hari.

- Terdapat lidah kotor dan tremor

- Terdapat nyeri perut kanan atas dan terdapat pembesaran hepar.

- Riwayat sering jajan sembarangan

- Pada pemeriksaan IgM salmonella : 4

- Terdapat keluhan batuk

- Gambaran radiologis sesuai dengan gambaran klinis.

19