case belanny

31
CASE REPORT DEMAM TYPHOID Pembimbing : dr. Nurhayati, Sp.A Disusun oleh : Belanny Dwi Desihartati 1102008052

Upload: arief-mauludhy

Post on 01-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

76tygyu

TRANSCRIPT

Page 1: Case Belanny

CASE REPORT

DEMAM TYPHOID

Pembimbing :

dr. Nurhayati, Sp.A

Disusun oleh :

Belanny Dwi Desihartati

1102008052

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Gunung Jati Cirebon

November 2012

Page 2: Case Belanny

DEMAM TYPHOID

DEFINISI

Demam tifoid (tifus abdominalis, typhoid fever atau enteric fever) adalah penyakit

infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih

dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa penurunan kesadaran.

EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia terdapat dalam keadaan endemik. Siapa saja bisa terkena penyakit ini,

tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit ini lebih

sering diderita anak-anak. Orang dewasa sering mengalami dengan gejala yang tidak khas,

kemudian menghilang atau sembuh sendiri.

Usia Persentase

12 - 29 tahun 70 - 80 %

30 - 39 tahun 10 - 20 %

> 40 tahun 5 - 10 %

ETIOLOGI

Demam tifoid (termasuk para-tifoid) disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S.

paratyphi A, S. paratyphi B dan S. paratyphi C, yaitu basil gram negatif, berflagel, dan tidak

berspora.. Jika penyebabnya adalah S. paratyphi, gejalanya lebih ringan dibanding dengan

yang disebabkan oleh S. typhi. S. typhi memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik

berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi (kapsul). Dalam serum

penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ketiga macam antigen tersebut.

PATOGENESIS

Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna. S. typhi

masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara

penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara

pasif terbawa oleh lalat. Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun

buah-buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati

oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Setelah berhasil melampaui

usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh

(terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain).

Page 3: Case Belanny

HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat masuknya

Salmonella sp dan bakteri usus lainnya. Daya hambat HCL ini akan menurun pada saat

pengosongan lambung, sehingga Salmonella sp dapat masuk ke dalam usus penderita. Basil

diserap di usus halus kemudian melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah sampai di

organ-organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam

hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan.

Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan menyebar ke seluruh tubuh

terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak pada mukosa di atas

plaque peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala

demam disebabkan oleh endotoksin yang dieksresikan oleh basil S.typhi sedangkan gejala

pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.

MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan

penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi

melalui makanan, sedangkan yang terlama 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama

masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,

nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat.

Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :

1. Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remitten dan

suhu tidak seberapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur

meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan

malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam

minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu

ketiga.

2. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden).

Lidah ditutupi selaput kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai

tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati

dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan

tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.

Page 4: Case Belanny

3. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai

somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.

Disamping gejala-gejala yang biasa ditemukan tersebut, mungkin pula ditemukan gejala

lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola (rose spot), yaitu bintik-

bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit, ukuran 2-4 mm, berkelompok, dan

kelihatan memucat bila ditekan. Biasanya ditemukan dalam minggu pertama demam.

Relaps (kambuh)

Yaitu keadaan berulangnya gejala penyakit demam tifoid, akan tetapi berlangsung

lebih ringan dan lebih singkat. Terjadi dalam minggu kedua setelah suhu badan normal

kembali. Menurut teori, relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak

dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin pula terjadi pada waktu

penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan pembentukan jaringan-jaringan

fibroblas.

DIAGNOSIS

Menegakkan diagnosis demam tifoid pada anak merupakan hal yang tidak mudah

mengingat gejala dan tanda-tanda yang tidak khas. Untuk memastikan diagnosis perlu

dikerjakan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:

A. Hematologi

Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus

atau perforasi.

Hitung leukosit rendah (leukopenia), namun dapat pula normal atau tinggi.

Hitung jenis leukosit : neutropenia dengan limfositosis relatif.

LED meningkat

Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia).

B. Urin

Protein : bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)

Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit.

C. Kimia Klinik

Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai

Hepatitis akut.

D. Imunologi

Page 5: Case Belanny

1. Pemeriksaan Widal

Uji Widal ditujukan untuk mendeteksi adaya antibodi (di dalam darah) terhadap

antigen kuman Salmonella typhi/paratyphi (reagen). Hasil positif dinyatakan dengan

adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal sebagai febrille agglutinin.

Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat memberikan hasil positif

palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh, antara lain pernah

mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain (Enterobacteriaceae sp),

reaksi anamnestik (pernah sakit), dan adanya faktor rheumatoid (RF). Hasil negatif

palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi

antibiotika, waktu pengambilan darah < 1 minggu sakit, keadaan umum pasien yang

buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.

Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.

o Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).

o Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu ke depan, apakah ada

kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+).

o Jika 1x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada

pasien dengan gejala klinis khas.

2. Uji ELISA

IgM (+) : menandakan infeksi akut.

IgG (+) : menandakan pernah kontak atau pernah terinfeksi.

E. Kultur (Gall culture / Biakan empedu)

Merupakan uji baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan demam tifoif /

paratifoid. Interpretasi hasil : jika positif maka diagnosis pasti untuk demam tifoid /

paratifoid. Sebaliknya jika negatif, belum tentu bukan demam tifoid / paratifoid karena

hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain jumlah

darah terlalu sedikit (< 2 ml), darah tidak segera dimasukkan ke dalam media Gall, saat

pengambilan darah masih dalam minggu pertama sakit, sudah mendapatkan terapi

antibiotika, dan sudah mendapat vaksinasi.

Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu

untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2-7 hari, bila belum ada pertumbuhan

koloni ditunggu sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit

adalah darah, kemudian untuk stadium lanjut digunakan urin dan tinja.

F. PCR (Polymerase Chain Reaction)

Page 6: Case Belanny

Pada cara ini dilakukan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi

dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang

terdapat dalam jumlah sedikit (sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifisitas) yang tinggi

pula. Spesimen yang digunakan dapat berupa darah, urin, dan cairan tubuh lainnya.

KOMPLIKASI

1. Komplikasi Intestinal

a. Perdarahan usus. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja

dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai

perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.

b. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada

bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan

bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat

udara diantara hati dan diafragma pada foto Rontgen abdomen yang dibuat dalam

keadaan tegak.

c. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.

Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen

tegang (defans muscular) dan nyeri pada tekanan.

2. Komplikasi Ekstra-intestinal

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu meningitis,

kolesistitis, ensefalopati, dll. Terjadi karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia.

Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan makanan yang kurang dan

perspirasi akibat suhu tubuh yang tinggi.

PENATALAKSANAAN

1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta.

2. Perawatan yang baik untuk menghindarkan komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah

dan anoreksia, dan lain-lain.

3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali, yaitu istirahat mutlak,

berbaring terus di tempat tidur. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh

berdiri dan berjalan.

4. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan

tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak

gas. Susu 2 kali satu gelas sehari perlu diberikan.

Page 7: Case Belanny

5. Obat pilihan adalah kloramfenikol, kecuali bila penderita tidak serasi dapat diberikan obat

lain misalnya ampisilin, kotrimoksazol dan lain-lain. Dianjurkan pemberian kloramfenikol

dengan dosis yang tinggi, yaitu 100 mg/kgBB/hari, diberikan 4 kali sehari peroral atau IM

atau IV bila diperlukan.

6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai.

PROGNOSIS

Umumnya prognosis demam tifoid pada anak baik asal penderita cepat berobat.

Mortalitas pada penderita yang dirawat ialah 6%. Prognosis menjadi kurang baik atau buruk

bila terdapat gejala klinis yang berat seperti :

1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua.

2. Kesadaran menurun sekali yaitu sopor, koma atau delirium.

3. Terdapat komplikasi yang berat.

4. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein).

Page 8: Case Belanny

PRESENTASI KASUS

IDENTITAS

Nama : An. R

No. Registrasi : 752859

Umur : 13 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Pegambiran RT 05/06, Lemahwungkuk, Kab.Cirebon

Tanggal masuk RS : 30 Oktober 2012

Tanggal keluar RS : 07 November 2012

ANAMNESA (ALLOANAMNESA TERHADAP ORANG TUA PASIEN)

Keluhan Utama : Demam

Keluhan Tambahan : Mencret, muntah, nyeri perut bagian kanan bawah

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke R.XI RSUD Gunung Jati pada tanggal 30 Oktober 2012 dengan

keluhan demam sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya pasien mengaku sakit kepala, kemudian

malam harinya pasien mengeluh demam yang tidak terlalu panas, namun makin lama makin

tinggi panasnya. Demam dirasakan sepanjang hari, setiap hari selama 1 minggu sebelum

masuk rumah sakit (SMRS), namun ibu pasien mengatakan panasnya lebih tinggi saat siang

hari. Anak terlihat sakit sedang, dapat merespon dengan panggilan, tapi terlihat lemas.

Kejang tidak pernah terjadi pada pasien ini baik sebelum dan sesudah demam.

Selain itu pasien juga mengalami mencret 1x dan muntah 1x sejak 2 hari SMRS.

Mencret cair tanpa ampas, tidak ada lendir maupun darah. Muntah cairan tanpa isi makanan.

Pasien masih mau minum namun susah makan. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut

bagian kanan bawah yang terasa sakit bersamaan dengan demam sejak 1 minggu SMRS.

Ibu pasien mengatakan sudah pernah berobat ke Puskesmas terdekat dan diberi obat

penurun panas oleh dokter, namun panas tidak turun sehingga ibu pasien memutuskan untuk

membawa anaknya ke RSUD Gunung Jati.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat penyakit yang sama disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat penyakit seperti ini di keluarga disangkal

Page 9: Case Belanny

Riwayat penyakit TB di keluarga diakui (Ibu), telah mendapatkan pengobatan

selama 6 bulan.

Riwayat Imunisasi :

Imunisasi lengkap, namun Ibu pasien lupa nama dan jenis imunisasinya.

Riwayat Persalinan :

Cukup bulan, lahir spontan di Bidan dengan berat lahir 3100 gram.

PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : Compos mentis

Berat badan : 23 kg

Tinggi badan : 137 cm

Vital Sign

TD : 90/60 mmHg

HR : 100 x/menit

RR : 20 x/menit

T : 39,1 oC

Kepala : Normocephal

Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

Hidung : Nafas Cuping Hidung (-)

Mulut : Sianosis (-), bibir kering (+), lidah coated tongue

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax

Cor : BJ I-II Reguler, Gallop (-), Murmur (-)

Pulmo : Vesikobronchial (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Datar, Simetris, Tidak terlihat benjolan.

Palpasi : Supel, massa (-), nyeri tekan (+) kuadran kanan bawah.

Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen

Auskultasi : Bising usus (+) normal, turgor baik.

Ekstremitas : Akral hangat, udem (-), sianosis (-), ikterik (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 10: Case Belanny

Darah Rutin (30-10-2012)

Hasil Pemeriksaan Satuan Nilai Rujukan

Leukosit 4,6 103/mm3 4-11

Eritrosit 4,84 103/mm3 4-6.2

Hb 11,9 g/dL 11-18.8

Hct 36,9 % 35-55

Trombosit 227 103/mm3 150-400

Widal (30-10-2012)

O H

T - 1/320

A - -

B 1/320 -

C - -

DIAGNOSIS KERJA

Observasi febris ec. Demam Tifoid (Paratyphii B)

DD/ Malaria

Susp. Appendicitis Akut

Gizi Kurang

Kontak KP (+) Skor TB : 4

PENATALAKSANAAN

Terapi IGD :

RL guyur 200 cc

IVFD RL 20 gtt/menit (makro)

Cefotaxim 2 x 750 mg IV

Norages 3 x 250 mg IV (bila > 37,8 oC)

Rawat ruang XI

PROGNOSIS

Page 11: Case Belanny

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

FOLLOW-UP

Tanggal Hasil Pemeriksaan Instruksi Pengobatan

30/10/12

31/10/12

KU : Demam, nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign

TD : 90/60 mmHg N : 100 x/m R : 20 x/m S : 39,1 oC

Kepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (+), lidah coated tongueThorax : Retraksi (-)

Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)

Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.Ekstremitas : Akral hangat, E (-), S (-)Ass/ Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis Akut

KU : Demam, nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign

TD : 90/50 mmHg N : 92 x/m R : 20 x/m S : 38,9 oC

Kepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), lidah coated tongueThorax : Retraksi (-)

Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)

Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.

IVFD RL 20 gtt/menit (makro)

Cefotaxim 2 x 750 mg IV Norages 3 x 250 mg IV

(bila > 37,8 oC)

IVFD KAEN 1B 15 gtt/menit (makro)

Cefotaxim 2 x 750 mg IV Norages 3 x 250 mg IV

(bila > 37,8 oC)

Page 12: Case Belanny

Ekstremitas : Akral hangat, E (-), S (-)Ass/ Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis Akut

01/11/12

02/11/12

KU : Demam, nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign

TD : 100/50 mmHg N : 88 x/m R : 22 x/m S : 37,8 oC

Kepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)Thorax : Retraksi (-)

Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)

Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.Ekstremitas : Akral hangat, E (-), S (-)Ass/ Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis Akut

KU : nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign

TD : 90/50 mmHg N : 72 x/m R : 18 x/m S : 36,8 oC

Kepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)Thorax : Retraksi (-)

Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)

Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.Ekstremitas : Akral hangat, E (-), S (-)Ass/ Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis Akut

IVFD KaEn 1 B 15 gtt/menit (makro)

Ceftriaxon 2 x 750 mg IV Paracetamol 4 x Cth I

(K/P)

IVFD KaEn 1 B 15 gtt/menit (makro)

Ceftriaxon 2 x 750 mg IV Paracetamol 4 x Cth I

(K/P) Urin Rutin

03/11/12 KU : nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign

IVFD KaEn 1 B 15 gtt/menit (makro)

Ceftriaxon 2 x 750 mg IV

Page 13: Case Belanny

04/11/12

TD : 100/60 mmHg N : 68 x/m R : 20 x/m S : 36,6 oC

Kepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)Thorax : Retraksi (-)

Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)

Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.Ekstremitas : Akral hangat, E (-), S (-)Ass/ Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis AkutDD/ Infeksi Saluran Kemih

KU : nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign

TD : 100/60 mmHg N : 52 x/m R : 24 x/m S : 36,0 oC

Kepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)Thorax : Retraksi (-)

Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)

Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.Ekstremitas : Akral hangat, E (-), S (-)Ass/ Bradikardi, Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis AkutDD/ Infeksi Saluran Kemih

Paracetamol 4 x Cth I (K/P)

Vitamin B Complex 1 x 1 Foto Thoraks

IVFD KaEn 1 B 15 gtt/menit (makro)

Ceftriaxon 2 x 750 mg IV Paracetamol 4 x Cth I

(K/P) Vitamin B Complex 1 x 1

05/11/12 KU : nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign

TD : 90/60 mmHg N : 52 x/m R : 18 x/m

IVFD KaEn 1 B 15 gtt/menit (makro)

Ceftriaxon 2 x 750 mg IV Paracetamol 4 x Cth I

(K/P) Vitamin B Complex 1 x 1

Page 14: Case Belanny

S : 36,3 oCKepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)Thorax : Retraksi (-)

Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)

Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.Ekstremitas : Akral dingin, E (-), S (-)Ass/ Bradikardi, Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis AkutDD/ Infeksi Saluran Kemih

Jam 17.45 Call dr. Suhendi, SpJP Adv/ EKG

Jam 18.00 Call dr. Tresnawati, SpB Adv/ BNO tegak + Foto Thoraks Puasa besok pagi

F75 8 x 60-90 cc Cek GDS, darah rutin,

diff count, elektrolit, ureum, kreatinin

EKG O2 1-2 L/mnt Konsul Bedah Umum,

Urologi, Kardiologi

06/11/12 KU : nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign

TD : 100/70 mmHg N : 56 x/m R : 15 x/m S : 35,2 oC

Kepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)Thorax : Retraksi (-)

Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)

Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.Ekstremitas : Akral dingin, E (-), S (-)Ass/ Bradikardi, Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis AkutDD/ Infeksi Saluran Kemih

Visite dr. Tresnawati, SpB

IVFD KaEn 1 B 15 gtt/menit (makro)

Ceftriaxon 2 x 750 mg IV Paracetamol 4 x Cth I

(K/P) Vitamin B Complex 1 x 1 F75 8 x 60-90 cc

Page 15: Case Belanny

D/ Susp. Typhoid Fever minggu ke-2Adv/ Alih rawat bedah

Konsul dr. Nurhayati, SpA via smsAdv/ Setuju alih rawat bedah

LABORATORIUM

02-11-2012

Urin Rutin

Mikroskopis Hasil Nilai Rujukan Ket

Eritrosit 10-15 0-1 / lpb

Leukosit 2-4 < 5 / lpb

Epitel 8-10 5-15 / lpb

Silinder / Granular 25-35 negatif +

Kimiawi

Berat jenis 1.015 1.003-1.030

pH 6,0 4,8 – 7,5

Leukosit - negatif

Nitrit - negatif

Protein + < 10 mg/dL

Reduksi - negatif

Keton - negatif

Urobilinogen + 0-1 mg/dL

Bilirubin - negatif

Darah + negatif

05-11-2012

Kimia Darah

Parameter Nilai Rujukan Hasil

Glukosa Sewaktu < 140 mg/dL 104

Page 16: Case Belanny

Ureum 15-45 mg/dL 13,6

Kreatinin 0,6-1,1 mg/dL 0,58

Kalium 3,6-5,5 mmol/L 3,85

Natrium 135-155 mmol/L 129,6

Chlorida 98-108 mmol/L 108,0

Calsium 9,1-10,4 mg/dL 10,28

Darah Rutin

Hasil Pemeriksaan Satuan Nilai Rujukan

Leukosit 6,0 103/mm3 4-11

Eritrosit 4,15 103/mm3 4-6.2

Hb 10,2 g/dL 11-18.8

Hct 32,1 % 35-55

Trombosit 316 103/mm3 150-400

Diff. Count

Diff Nilai Rujukan Hasil

Limfosit 17 – 48 65,8 %

Monosit 4 – 10 6,6 %

Granulosit 43 – 76 27,6 %

Page 17: Case Belanny

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Foto Thoraks (04/11/12)

Tidak tampak infiltrat aktif

Sinus kostofrenikus lancip

CTR < 0,5

Kesan :

Pulmo normal

Tidak tampak efusi pleura

Besar cor normal

BNO Tegak (05/11/12)

DISKUSI

Page 18: Case Belanny

Pembahasan Pasien Teori

Definisi

Pasien datang dengan keluhan demam sejak 1 minggu yang lalu. Demam dirasakan sepanjang hari, setiap hari, namun ibu pasien mengatakan panasnya lebih tinggi saat siang hari. Selain itu pasien juga mengalami mencret 1x dan muntah 1x sejak 2 hari SMRS.

Demam tifoid (tifus abdominalis, typhoid fever atau enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa penurunan kesadaran.

Epidemiologi (usia) 13 tahunUsia 12 - 29 tahun 70-80%Usia 30 - 39 tahun 10-20% Usia > 40 tahun 5-10%

Etiologi S. paratyphi BSalmonella typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B dan S. paratyphi C

Patogenesis

S. typhi masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat. Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain).

Gejala prodromal Nyeri kepala Perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing,

Page 19: Case Belanny

dan tidak bersemangat.Gejala klinis :

- Demam

- Gangguan pencernaan

- Gangguan kesadaran

Demam yang makin tinggi, dirasakan sepanjang hari, setiap hari selama 1 minggu SMRS, lebih tinggi saat siang hari.2 hari SMRS os mencret 1x, muntah 1x, nyeri pada perut bagian kanan bawah. Bibir kering (+), coated tongue (+).Compos mentis, tidak terdapat gangguan kesadaran.

Demam remitten >7 hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.

Bibir kering, coated tongue, perut kembung, hati dan limpa membesar disertai nyeri tekan, konstipasi, diare.Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen.

Darah Rutin Dalam batas normal

Leukopenia, trombositopenia, neutropenia dengan limfositosis relatif,LED meningkat.

Urin Rutin

Eritrosit 10-15Epitel 8-10Granular 25-35 (+)Protein (+)Urobilinogen (+)Darah (+)

Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit.Protein : bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)

Widal

Titer O (S.paratyphi B) : 1/320

Titer H (S.typhi) : 1/320

Titer widal kelipatan : 1/32, 1/64, 1/160, 1/320, 1/640.Jika 1x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, dinyatakan (+) pada pasien dengan gejala klinis khas.

Penatalaksanaan

Observasi febris,IVFD KaEn 1 B 15 gtt/menit (makro),Ceftriaxon 2 x 750 mg IV,Norages 3 x 250 mg IV (bila > 37,8 oC).Paracetamol 4 x Cth I (K/P)Vitamin B Complex 1 x 1F75 8 x 60-90 cc

Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu,Diet TKTP,Obat pilihan : kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari, diberikan 4 kali sehari peroral atau IM atau IV bila diperlukan.

Prognosis Quo ad vitam :ad bonam

Umumnya prognosis demam tifoid pada anak baik.

Page 20: Case Belanny

Quo ad functionam :ad bonam

Prognosis menjadi buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti : Panas tinggi Kesadaran menurun yaitu

sopor, koma atau delirium. Terdapat komplikasi yang

berat Keadaan gizi penderita

buruk

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: Case Belanny

Braunwald. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th Edition, New York, 2005.

Hasan, R. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. Infeksi Tropik. Jakarta : FKUI.

Noer, S. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta : FKUI.

Ranjan L.Fernando et al. Tropical Infectious Diseases Epidemiology, Investigation,

Diagnosis and Management, London, 2001;45:270-272

Risky Vitria Prasetyo, Ismoedijanto. Metode Diagnostik Demam Tifoid Pada Anak. Divisi

Tropik dan Penyakit Infeksi . Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/RSU Dr.

Soetomo Surabaya