case belanny
DESCRIPTION
76tygyuTRANSCRIPT
CASE REPORT
DEMAM TYPHOID
Pembimbing :
dr. Nurhayati, Sp.A
Disusun oleh :
Belanny Dwi Desihartati
1102008052
SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Gunung Jati Cirebon
November 2012
DEMAM TYPHOID
DEFINISI
Demam tifoid (tifus abdominalis, typhoid fever atau enteric fever) adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa penurunan kesadaran.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia terdapat dalam keadaan endemik. Siapa saja bisa terkena penyakit ini,
tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit ini lebih
sering diderita anak-anak. Orang dewasa sering mengalami dengan gejala yang tidak khas,
kemudian menghilang atau sembuh sendiri.
Usia Persentase
12 - 29 tahun 70 - 80 %
30 - 39 tahun 10 - 20 %
> 40 tahun 5 - 10 %
ETIOLOGI
Demam tifoid (termasuk para-tifoid) disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S.
paratyphi A, S. paratyphi B dan S. paratyphi C, yaitu basil gram negatif, berflagel, dan tidak
berspora.. Jika penyebabnya adalah S. paratyphi, gejalanya lebih ringan dibanding dengan
yang disebabkan oleh S. typhi. S. typhi memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik
berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi (kapsul). Dalam serum
penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ketiga macam antigen tersebut.
PATOGENESIS
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna. S. typhi
masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara
penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara
pasif terbawa oleh lalat. Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun
buah-buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati
oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Setelah berhasil melampaui
usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh
(terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain).
HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat masuknya
Salmonella sp dan bakteri usus lainnya. Daya hambat HCL ini akan menurun pada saat
pengosongan lambung, sehingga Salmonella sp dapat masuk ke dalam usus penderita. Basil
diserap di usus halus kemudian melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah sampai di
organ-organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam
hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan.
Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan menyebar ke seluruh tubuh
terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak pada mukosa di atas
plaque peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala
demam disebabkan oleh endotoksin yang dieksresikan oleh basil S.typhi sedangkan gejala
pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi
melalui makanan, sedangkan yang terlama 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama
masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,
nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat.
Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
1. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remitten dan
suhu tidak seberapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam
minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden).
Lidah ditutupi selaput kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai
tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati
dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan
tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai
somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
Disamping gejala-gejala yang biasa ditemukan tersebut, mungkin pula ditemukan gejala
lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola (rose spot), yaitu bintik-
bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit, ukuran 2-4 mm, berkelompok, dan
kelihatan memucat bila ditekan. Biasanya ditemukan dalam minggu pertama demam.
Relaps (kambuh)
Yaitu keadaan berulangnya gejala penyakit demam tifoid, akan tetapi berlangsung
lebih ringan dan lebih singkat. Terjadi dalam minggu kedua setelah suhu badan normal
kembali. Menurut teori, relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak
dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin pula terjadi pada waktu
penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan pembentukan jaringan-jaringan
fibroblas.
DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis demam tifoid pada anak merupakan hal yang tidak mudah
mengingat gejala dan tanda-tanda yang tidak khas. Untuk memastikan diagnosis perlu
dikerjakan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:
A. Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus
atau perforasi.
Hitung leukosit rendah (leukopenia), namun dapat pula normal atau tinggi.
Hitung jenis leukosit : neutropenia dengan limfositosis relatif.
LED meningkat
Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia).
B. Urin
Protein : bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)
Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit.
C. Kimia Klinik
Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai
Hepatitis akut.
D. Imunologi
1. Pemeriksaan Widal
Uji Widal ditujukan untuk mendeteksi adaya antibodi (di dalam darah) terhadap
antigen kuman Salmonella typhi/paratyphi (reagen). Hasil positif dinyatakan dengan
adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal sebagai febrille agglutinin.
Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat memberikan hasil positif
palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh, antara lain pernah
mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain (Enterobacteriaceae sp),
reaksi anamnestik (pernah sakit), dan adanya faktor rheumatoid (RF). Hasil negatif
palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi
antibiotika, waktu pengambilan darah < 1 minggu sakit, keadaan umum pasien yang
buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
o Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).
o Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu ke depan, apakah ada
kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+).
o Jika 1x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada
pasien dengan gejala klinis khas.
2. Uji ELISA
IgM (+) : menandakan infeksi akut.
IgG (+) : menandakan pernah kontak atau pernah terinfeksi.
E. Kultur (Gall culture / Biakan empedu)
Merupakan uji baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan demam tifoif /
paratifoid. Interpretasi hasil : jika positif maka diagnosis pasti untuk demam tifoid /
paratifoid. Sebaliknya jika negatif, belum tentu bukan demam tifoid / paratifoid karena
hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain jumlah
darah terlalu sedikit (< 2 ml), darah tidak segera dimasukkan ke dalam media Gall, saat
pengambilan darah masih dalam minggu pertama sakit, sudah mendapatkan terapi
antibiotika, dan sudah mendapat vaksinasi.
Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu
untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2-7 hari, bila belum ada pertumbuhan
koloni ditunggu sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit
adalah darah, kemudian untuk stadium lanjut digunakan urin dan tinja.
F. PCR (Polymerase Chain Reaction)
Pada cara ini dilakukan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi
dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang
terdapat dalam jumlah sedikit (sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifisitas) yang tinggi
pula. Spesimen yang digunakan dapat berupa darah, urin, dan cairan tubuh lainnya.
KOMPLIKASI
1. Komplikasi Intestinal
a. Perdarahan usus. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja
dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai
perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada
bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan
bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat
udara diantara hati dan diafragma pada foto Rontgen abdomen yang dibuat dalam
keadaan tegak.
c. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen
tegang (defans muscular) dan nyeri pada tekanan.
2. Komplikasi Ekstra-intestinal
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu meningitis,
kolesistitis, ensefalopati, dll. Terjadi karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia.
Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan makanan yang kurang dan
perspirasi akibat suhu tubuh yang tinggi.
PENATALAKSANAAN
1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta.
2. Perawatan yang baik untuk menghindarkan komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah
dan anoreksia, dan lain-lain.
3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali, yaitu istirahat mutlak,
berbaring terus di tempat tidur. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh
berdiri dan berjalan.
4. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan
tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak
gas. Susu 2 kali satu gelas sehari perlu diberikan.
5. Obat pilihan adalah kloramfenikol, kecuali bila penderita tidak serasi dapat diberikan obat
lain misalnya ampisilin, kotrimoksazol dan lain-lain. Dianjurkan pemberian kloramfenikol
dengan dosis yang tinggi, yaitu 100 mg/kgBB/hari, diberikan 4 kali sehari peroral atau IM
atau IV bila diperlukan.
6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai.
PROGNOSIS
Umumnya prognosis demam tifoid pada anak baik asal penderita cepat berobat.
Mortalitas pada penderita yang dirawat ialah 6%. Prognosis menjadi kurang baik atau buruk
bila terdapat gejala klinis yang berat seperti :
1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua.
2. Kesadaran menurun sekali yaitu sopor, koma atau delirium.
3. Terdapat komplikasi yang berat.
4. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein).
PRESENTASI KASUS
IDENTITAS
Nama : An. R
No. Registrasi : 752859
Umur : 13 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Pegambiran RT 05/06, Lemahwungkuk, Kab.Cirebon
Tanggal masuk RS : 30 Oktober 2012
Tanggal keluar RS : 07 November 2012
ANAMNESA (ALLOANAMNESA TERHADAP ORANG TUA PASIEN)
Keluhan Utama : Demam
Keluhan Tambahan : Mencret, muntah, nyeri perut bagian kanan bawah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke R.XI RSUD Gunung Jati pada tanggal 30 Oktober 2012 dengan
keluhan demam sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya pasien mengaku sakit kepala, kemudian
malam harinya pasien mengeluh demam yang tidak terlalu panas, namun makin lama makin
tinggi panasnya. Demam dirasakan sepanjang hari, setiap hari selama 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit (SMRS), namun ibu pasien mengatakan panasnya lebih tinggi saat siang
hari. Anak terlihat sakit sedang, dapat merespon dengan panggilan, tapi terlihat lemas.
Kejang tidak pernah terjadi pada pasien ini baik sebelum dan sesudah demam.
Selain itu pasien juga mengalami mencret 1x dan muntah 1x sejak 2 hari SMRS.
Mencret cair tanpa ampas, tidak ada lendir maupun darah. Muntah cairan tanpa isi makanan.
Pasien masih mau minum namun susah makan. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut
bagian kanan bawah yang terasa sakit bersamaan dengan demam sejak 1 minggu SMRS.
Ibu pasien mengatakan sudah pernah berobat ke Puskesmas terdekat dan diberi obat
penurun panas oleh dokter, namun panas tidak turun sehingga ibu pasien memutuskan untuk
membawa anaknya ke RSUD Gunung Jati.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit yang sama disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat penyakit seperti ini di keluarga disangkal
Riwayat penyakit TB di keluarga diakui (Ibu), telah mendapatkan pengobatan
selama 6 bulan.
Riwayat Imunisasi :
Imunisasi lengkap, namun Ibu pasien lupa nama dan jenis imunisasinya.
Riwayat Persalinan :
Cukup bulan, lahir spontan di Bidan dengan berat lahir 3100 gram.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 23 kg
Tinggi badan : 137 cm
Vital Sign
TD : 90/60 mmHg
HR : 100 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 39,1 oC
Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Hidung : Nafas Cuping Hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), bibir kering (+), lidah coated tongue
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax
Cor : BJ I-II Reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Pulmo : Vesikobronchial (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, Simetris, Tidak terlihat benjolan.
Palpasi : Supel, massa (-), nyeri tekan (+) kuadran kanan bawah.
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal, turgor baik.
Ekstremitas : Akral hangat, udem (-), sianosis (-), ikterik (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (30-10-2012)
Hasil Pemeriksaan Satuan Nilai Rujukan
Leukosit 4,6 103/mm3 4-11
Eritrosit 4,84 103/mm3 4-6.2
Hb 11,9 g/dL 11-18.8
Hct 36,9 % 35-55
Trombosit 227 103/mm3 150-400
Widal (30-10-2012)
O H
T - 1/320
A - -
B 1/320 -
C - -
DIAGNOSIS KERJA
Observasi febris ec. Demam Tifoid (Paratyphii B)
DD/ Malaria
Susp. Appendicitis Akut
Gizi Kurang
Kontak KP (+) Skor TB : 4
PENATALAKSANAAN
Terapi IGD :
RL guyur 200 cc
IVFD RL 20 gtt/menit (makro)
Cefotaxim 2 x 750 mg IV
Norages 3 x 250 mg IV (bila > 37,8 oC)
Rawat ruang XI
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
FOLLOW-UP
Tanggal Hasil Pemeriksaan Instruksi Pengobatan
30/10/12
31/10/12
KU : Demam, nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign
TD : 90/60 mmHg N : 100 x/m R : 20 x/m S : 39,1 oC
Kepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (+), lidah coated tongueThorax : Retraksi (-)
Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)
Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.Ekstremitas : Akral hangat, E (-), S (-)Ass/ Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis Akut
KU : Demam, nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign
TD : 90/50 mmHg N : 92 x/m R : 20 x/m S : 38,9 oC
Kepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), lidah coated tongueThorax : Retraksi (-)
Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)
Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.
IVFD RL 20 gtt/menit (makro)
Cefotaxim 2 x 750 mg IV Norages 3 x 250 mg IV
(bila > 37,8 oC)
IVFD KAEN 1B 15 gtt/menit (makro)
Cefotaxim 2 x 750 mg IV Norages 3 x 250 mg IV
(bila > 37,8 oC)
Ekstremitas : Akral hangat, E (-), S (-)Ass/ Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis Akut
01/11/12
02/11/12
KU : Demam, nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign
TD : 100/50 mmHg N : 88 x/m R : 22 x/m S : 37,8 oC
Kepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)Thorax : Retraksi (-)
Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)
Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.Ekstremitas : Akral hangat, E (-), S (-)Ass/ Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis Akut
KU : nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign
TD : 90/50 mmHg N : 72 x/m R : 18 x/m S : 36,8 oC
Kepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)Thorax : Retraksi (-)
Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)
Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.Ekstremitas : Akral hangat, E (-), S (-)Ass/ Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis Akut
IVFD KaEn 1 B 15 gtt/menit (makro)
Ceftriaxon 2 x 750 mg IV Paracetamol 4 x Cth I
(K/P)
IVFD KaEn 1 B 15 gtt/menit (makro)
Ceftriaxon 2 x 750 mg IV Paracetamol 4 x Cth I
(K/P) Urin Rutin
03/11/12 KU : nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign
IVFD KaEn 1 B 15 gtt/menit (makro)
Ceftriaxon 2 x 750 mg IV
04/11/12
TD : 100/60 mmHg N : 68 x/m R : 20 x/m S : 36,6 oC
Kepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)Thorax : Retraksi (-)
Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)
Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.Ekstremitas : Akral hangat, E (-), S (-)Ass/ Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis AkutDD/ Infeksi Saluran Kemih
KU : nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign
TD : 100/60 mmHg N : 52 x/m R : 24 x/m S : 36,0 oC
Kepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)Thorax : Retraksi (-)
Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)
Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.Ekstremitas : Akral hangat, E (-), S (-)Ass/ Bradikardi, Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis AkutDD/ Infeksi Saluran Kemih
Paracetamol 4 x Cth I (K/P)
Vitamin B Complex 1 x 1 Foto Thoraks
IVFD KaEn 1 B 15 gtt/menit (makro)
Ceftriaxon 2 x 750 mg IV Paracetamol 4 x Cth I
(K/P) Vitamin B Complex 1 x 1
05/11/12 KU : nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign
TD : 90/60 mmHg N : 52 x/m R : 18 x/m
IVFD KaEn 1 B 15 gtt/menit (makro)
Ceftriaxon 2 x 750 mg IV Paracetamol 4 x Cth I
(K/P) Vitamin B Complex 1 x 1
S : 36,3 oCKepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)Thorax : Retraksi (-)
Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)
Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.Ekstremitas : Akral dingin, E (-), S (-)Ass/ Bradikardi, Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis AkutDD/ Infeksi Saluran Kemih
Jam 17.45 Call dr. Suhendi, SpJP Adv/ EKG
Jam 18.00 Call dr. Tresnawati, SpB Adv/ BNO tegak + Foto Thoraks Puasa besok pagi
F75 8 x 60-90 cc Cek GDS, darah rutin,
diff count, elektrolit, ureum, kreatinin
EKG O2 1-2 L/mnt Konsul Bedah Umum,
Urologi, Kardiologi
06/11/12 KU : nyeri perutKesadaran : Compos mentisVital Sign
TD : 100/70 mmHg N : 56 x/m R : 15 x/m S : 35,2 oC
Kepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-)Hidung : NCH (-)Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)Thorax : Retraksi (-)
Cor : BJ I-II Reguler, G (-), M (-)Pulmo : VBS (+/+), Rh (-/-), Wz (-/-)
Abdomen : Datar, BU (+), turgor baik.Ekstremitas : Akral dingin, E (-), S (-)Ass/ Bradikardi, Obs. Febris ec. Demam Typhoid, Susp. Appendicitis AkutDD/ Infeksi Saluran Kemih
Visite dr. Tresnawati, SpB
IVFD KaEn 1 B 15 gtt/menit (makro)
Ceftriaxon 2 x 750 mg IV Paracetamol 4 x Cth I
(K/P) Vitamin B Complex 1 x 1 F75 8 x 60-90 cc
D/ Susp. Typhoid Fever minggu ke-2Adv/ Alih rawat bedah
Konsul dr. Nurhayati, SpA via smsAdv/ Setuju alih rawat bedah
LABORATORIUM
02-11-2012
Urin Rutin
Mikroskopis Hasil Nilai Rujukan Ket
Eritrosit 10-15 0-1 / lpb
Leukosit 2-4 < 5 / lpb
Epitel 8-10 5-15 / lpb
Silinder / Granular 25-35 negatif +
Kimiawi
Berat jenis 1.015 1.003-1.030
pH 6,0 4,8 – 7,5
Leukosit - negatif
Nitrit - negatif
Protein + < 10 mg/dL
Reduksi - negatif
Keton - negatif
Urobilinogen + 0-1 mg/dL
Bilirubin - negatif
Darah + negatif
05-11-2012
Kimia Darah
Parameter Nilai Rujukan Hasil
Glukosa Sewaktu < 140 mg/dL 104
Ureum 15-45 mg/dL 13,6
Kreatinin 0,6-1,1 mg/dL 0,58
Kalium 3,6-5,5 mmol/L 3,85
Natrium 135-155 mmol/L 129,6
Chlorida 98-108 mmol/L 108,0
Calsium 9,1-10,4 mg/dL 10,28
Darah Rutin
Hasil Pemeriksaan Satuan Nilai Rujukan
Leukosit 6,0 103/mm3 4-11
Eritrosit 4,15 103/mm3 4-6.2
Hb 10,2 g/dL 11-18.8
Hct 32,1 % 35-55
Trombosit 316 103/mm3 150-400
Diff. Count
Diff Nilai Rujukan Hasil
Limfosit 17 – 48 65,8 %
Monosit 4 – 10 6,6 %
Granulosit 43 – 76 27,6 %
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Foto Thoraks (04/11/12)
Tidak tampak infiltrat aktif
Sinus kostofrenikus lancip
CTR < 0,5
Kesan :
Pulmo normal
Tidak tampak efusi pleura
Besar cor normal
BNO Tegak (05/11/12)
DISKUSI
Pembahasan Pasien Teori
Definisi
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 1 minggu yang lalu. Demam dirasakan sepanjang hari, setiap hari, namun ibu pasien mengatakan panasnya lebih tinggi saat siang hari. Selain itu pasien juga mengalami mencret 1x dan muntah 1x sejak 2 hari SMRS.
Demam tifoid (tifus abdominalis, typhoid fever atau enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa penurunan kesadaran.
Epidemiologi (usia) 13 tahunUsia 12 - 29 tahun 70-80%Usia 30 - 39 tahun 10-20% Usia > 40 tahun 5-10%
Etiologi S. paratyphi BSalmonella typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B dan S. paratyphi C
Patogenesis
S. typhi masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat. Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain).
Gejala prodromal Nyeri kepala Perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing,
dan tidak bersemangat.Gejala klinis :
- Demam
- Gangguan pencernaan
- Gangguan kesadaran
Demam yang makin tinggi, dirasakan sepanjang hari, setiap hari selama 1 minggu SMRS, lebih tinggi saat siang hari.2 hari SMRS os mencret 1x, muntah 1x, nyeri pada perut bagian kanan bawah. Bibir kering (+), coated tongue (+).Compos mentis, tidak terdapat gangguan kesadaran.
Demam remitten >7 hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Bibir kering, coated tongue, perut kembung, hati dan limpa membesar disertai nyeri tekan, konstipasi, diare.Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen.
Darah Rutin Dalam batas normal
Leukopenia, trombositopenia, neutropenia dengan limfositosis relatif,LED meningkat.
Urin Rutin
Eritrosit 10-15Epitel 8-10Granular 25-35 (+)Protein (+)Urobilinogen (+)Darah (+)
Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit.Protein : bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)
Widal
Titer O (S.paratyphi B) : 1/320
Titer H (S.typhi) : 1/320
Titer widal kelipatan : 1/32, 1/64, 1/160, 1/320, 1/640.Jika 1x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, dinyatakan (+) pada pasien dengan gejala klinis khas.
Penatalaksanaan
Observasi febris,IVFD KaEn 1 B 15 gtt/menit (makro),Ceftriaxon 2 x 750 mg IV,Norages 3 x 250 mg IV (bila > 37,8 oC).Paracetamol 4 x Cth I (K/P)Vitamin B Complex 1 x 1F75 8 x 60-90 cc
Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu,Diet TKTP,Obat pilihan : kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari, diberikan 4 kali sehari peroral atau IM atau IV bila diperlukan.
Prognosis Quo ad vitam :ad bonam
Umumnya prognosis demam tifoid pada anak baik.
Quo ad functionam :ad bonam
Prognosis menjadi buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti : Panas tinggi Kesadaran menurun yaitu
sopor, koma atau delirium. Terdapat komplikasi yang
berat Keadaan gizi penderita
buruk
DAFTAR PUSTAKA
Braunwald. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th Edition, New York, 2005.
Hasan, R. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. Infeksi Tropik. Jakarta : FKUI.
Noer, S. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta : FKUI.
Ranjan L.Fernando et al. Tropical Infectious Diseases Epidemiology, Investigation,
Diagnosis and Management, London, 2001;45:270-272
Risky Vitria Prasetyo, Ismoedijanto. Metode Diagnostik Demam Tifoid Pada Anak. Divisi
Tropik dan Penyakit Infeksi . Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/RSU Dr.
Soetomo Surabaya