caring

96
UNIVERSITAS INDONESIA GAMBARAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP PASIEN DI RUANG RAWAT INAP UMUM RS DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan ADE LISNA YULIAWATI 1006823154 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA EKSTENSI DEPOK JULI 2012 Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

Upload: arif21492

Post on 25-Nov-2015

212 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

caring

TRANSCRIPT

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    GAMBARAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP

    PASIEN DI RUANG RAWAT INAP UMUM

    RS DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Keperawatan

    ADE LISNA YULIAWATI

    1006823154

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

    PROGRAM SARJANA EKSTENSI

    DEPOK

    JULI 2012

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT karena atas berkat dan

    rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul:

    Gambaran Perilaku Caring Perawat Terhadap Pasien di Ruang Rawat Inap

    umum RS DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor ini. Laporan ini dibuat dalam

    rangka memenuhi tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan pada

    Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.

    Dalam penyusunan laporan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan dan

    dukungan dari berbagai pihak, Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan

    terimakasih kepada:

    1. Ibu Dewi Irawaty MA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

    Universitas Indonesia;

    2. Yossie Susanti, Skp. MN, selaku pembimbing dalam penyusunan skripsi

    ini yang telah banyak memberikan masukan.

    3. Kuntarti, Skp. M Biomed, selaku koordinator mata ajar tugas akhir

    keperawatan.

    4. Dr. Erie Dharma Irawan, SpKJ. Selaku Direktur Utama RS Dr. H.

    Marzoeki Mahdi Bogor, yang telah memberikan izin untuk dilakukan

    penelitian.

    5. Kepala ruangan serta rekan-rekan perawat di Ruang Rawat Inap Umum

    RSMM Bogor yang telah mendukung dan membantu dalam proses

    penelitian ini.

    6. Oki Oktovana suamiku serta anak-anakku Alif dan Ain, yang selalu

    memberikan dukungan dan semangat selama proses perkuliahan sehingga

    saya mampu menyelesaikan skripsi ini.

    7. Mamah, bapak, papah, dan mamah mertua, serta keluarga besarku yang

    senantiasa mendoakan dan mendukung saya untuk dapat menyelesaikan

    kuliah.

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • v

    8. Rekan-rekan ekstensi 2010 yang selalu memberikan semangat, kerjasama

    dan dukungan selama masa perkuliahan, dan membuat masa perkuliahan

    menjadi begitu indah dan berwarna.

    9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

    membantu dalam penyusunan skripsi ini.

    Akhir kata, Penulis berharap skripsi ini dapat diterima dan dapat menjadi bahan

    untuk penelitian selanjutnya. Sehingga hasil dari penelitian ini tidak hanya

    bermanfaat bagi penulis namun dapat memberikan kontribusi dalam

    pengembangan pelayanan keperawatan di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

    khususnya, dan pengembangan ilmu keperawatan umumnya.

    Depok, 2 Juli 2012

    Penulis

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • ABSTRAK

    Nama : Ade Lisna YuliawatiProgram Studi : Ilmu Keperawatan Judul : Gambaran Perilaku Caring Perawat Terhadap Pasien di Ruang

    Rawat Inap Umum RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

    Perilaku caring merupakan bentuk dukungan emosional perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang merupakan komitmen moral untuk melindungi, meningkatkan martabat manusia, dan merupakan inti dari keperawatan yang membedakan perawat dengan profesi lain. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode survey deskriptif, yang bertujuan untuk melihat sejauh mana perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap Umum RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor berdasarkan penilaian dari pasien. Sampel sebanyak 108 pasien yang sedang menjalani perawatan yang diambil dengan cara stratified randomsampling. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah CBA (CaringBehaviour Assessment) yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Hasil Penelitian menunjukan 98,1% responden menilai perilaku caring perawat sudah baik. Peningkatan pengetahuan dan menciptakan iklim motivasi untuk menerapkan perilaku caring menjadi rekomendasi dari penelitian ini.

    Kata kunci:caring, perilaku, perawat, pasien

    ABSTRACTName : Ade Lisna YuliawatiStudy Program : Nursing ScienceTitle : Overview of Nurse Caring Behavior For Patients Non

    Psychiatric Ward in Dr. H. Marzoeki Mahdi Hospital

    Caring is an emotional support in providing nursing care to protect patiens, enhance human dignity, and it was the core which made a difference from other professions. This is quantitative study that used descriptive survey methods. The purpose of this study was to know behavior of nursing care in non psychiatric ward Marzoeki Mahdi Hospital, based on patient valuation. Samples used in this study were 108 patients being treated, taken by stratified random sampling. The instrument of this study used CBA (Caring Behavior Assessment Tool) which has been modified by researchers. The results showed 98.1% of respondents high nurse caring behavior. Increase of knowledge and creating the motivation that support nurses to apply the nurse caring behavior, that had recommendations of this study.

    Key word:

    caring, behavior, nurse, patient

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL . i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS . ii HALAMAN PENGESAHAN ... iii KATA PENGANTAR ... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .. vi ABSTRAK . vii DAFTAR ISI .. viii DAFTAR TABEL .. x DAFTAR GAMBAR . xi DAFTAR LAMPIRAN . xii

    1. PENDAHULUAN . 1 1.1.Latar Belakang ... 1 1.2.Rumusan Masalah Penelitian ........ 5 1.3.Tujuan Penelitian ... 6 1.4.Manfaat Penelitian ......... 7

    2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8 2.1.Konsep Dasar Caring . 8 2.2.Perilaku Caring Perawat... . 9

    2.2.1. Perilaku Caring perawat menurut Watson ... 10 2.2.2. Perilaku Caring Perawat Menurut Swanson 16 2.2.2. Perilaku Caring Perawat Menurut Potter dan Perry 17

    2.3.Klasifikasi Perilaku Caring Perawat .. 19 2.3.1. Perilaku afektif Caring Perawat . 19 2.3.2. Perilaku Instrumental Caring Perawat 20

    2.4.Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat ..... 20 2.4.1. Beban Kerja Perawat .. 21 2.4.2. Lingkungan Kerja ... 21 2.4.3. Pengetahuan Dan Pelatihan 22

    2.5.Harapan Pasien .. 22 2.6.Dampak Caring ..... 24

    2.6.1. Dampak Perilaku Caring Perawat Bagi Perawat 24 2.6.2. Dampak Perilaku Caring Perawat Bagi Pasien .. 25

    2.7.Meningkatkan Perilaku Caring Perawat..... 25 2.7.1. Pendekatan Individu ... 26 2.7.2. Pendekatan Psikologis 26 2.7.3. Pendekatan Organisasi ... 27

    3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN .. 28 3.1.Kerangka Konsep ... 28 3.2.Definisi Operasional .. 29

    4. METODE PENELITIAN . 31

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • ix

    4.1.Desian Penelitian ... 31 4.2.Populasi dan Sampel ......... 31 4.3.Tempat Penelitian .. 35 4.4.Waktu penelitian ... 35 4.5.Etika Penelitian ......... 35 4.6.Alat pengumpulan Data ......... 38 4.7.Uji Validitas dan reliabilitas .. 39 4.8.Prosedur Pengumpulan data ... 41 4.9.Pengolahan dan Analisa Data 42

    5. HASIL PENELITIAN .. 45 5.1.Karakteristik Responden 45 5.2.Perilaku Caring Perawat 47

    6. PEMBAHASAN 51 6.1.Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian .. 51 6.2.Keterbatasan Penelitian .. 63 6.3.Implikasi Keperawatan .. 64

    7. KESIMPULAN . 66 7.1.Kesimpulan 66 7.2.Saran .. 67

    DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Definisi Operasional, Cara ukur, Skala Ukur dan Hasil Ukur 29

    Tabel 4.1 Jumlah Sampel Untuk Masing-Masing Ruang Perawatan 34

    Tabel 4.2 Analisis Univariat Perilaku Caring Perawat dan Karakteristik

    Responden

    44

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

    Umur Dan Lama Hari Rawat di Ruang Rawat Inap Umum

    RSMM Bogor, Mei 2012 (n=108)

    46

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Ruang

    Rawat Inap Umum RSMM Bogor bulan Mei 2012 (n=108)

    46

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Ruang

    Rawat Inap Umum RSMM Bogor, Mei 2012 (n=108)

    47

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian 28

    Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Perawat Terhadap

    Pasien di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor ...

    48

    Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Perawat Berdasarkan

    Subvariabel di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor Mei

    2012 (n=108) ...

    49

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Izin Penelitian . 74

    Lampiran 2 Jadual Kegiatan Penelitian ... 75

    Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian . 76

    Lampiran 4 Lembar Penjelasan Penelitian Bagi Responden ... 77

    Lampiran 5 Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan (Inform Consent).. 78

    Lampiran 6 Data Responden 79

    Lampiran 7 Koesioner Penellitian 80

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Kemajuan teknologi di berbagai bidang telah memberikan banyak dampak bagi

    kehidupan manusia, selain dampak positif, kemajuan teknologi juga telah

    menyebabkan peningkatan masalah kesehatan yang berdampak pada status

    kesehatan masyarakat. Hal ini mendorong peningkatan kebutuhan akan pelayanan

    kesehatan, yang salah satunya adalah pelayanan keperawatan. Keperawatan

    merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan

    manusia, dan memberikan pelayanan komprehensif terhadap seluruh aspek

    kehidupan yaitu bio-psiko-sosial dan spiritual.

    Pelayanan keperawatan merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang unik dan

    berbeda dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter ataupun profesi

    lain. Filosofi dari keperawatan adalah humanism, holism dan care (Nursalam,

    2004). Keperawatan merupakan profesi yang mengedepankan sikap care, atau

    kepedulian, dan kasih sayang terhadap pasien. Keperawatan mengedepankan

    pemahaman mengenai perilaku dan respon manusia terhadap masalah kesehatan,

    bagaimana berespon terhadap orang lain, serta memahami kekurangan dan

    kelebihan pasien (Potter & Perry, 2005). Beberapa tokoh keperawatan seperti

    Watson (1979), Leininger (1978), dan Benner (1989) menempatkan caring

    sebagai dasar dan sentral dalam praktek keperawatan (Kozier, 2004).

    Caring merupakan bentuk kepedulian perawat terhadap pasien, caring juga dapat

    didefinisikan sebagai memberikan perhatian atau penghargaan terhadap manusia,

    yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya (Linberg, 1990 dalam Nursalam,

    2004). Watson (2004) mendefinisikan Caring sebagai jenis hubungan dan

    transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk

    meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian

    mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Sehingga dapat disimpulkan

    bahwa caring adalah suatu bentuk dukungan emosional dalam memberikan

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 2

    Universitas Indonesia

    asuhan keperawatan kepada klien dan keluarga yang merupakan komitmen moral

    untuk melindungi, meningkatkan martabat manusia, dan merupakan esensi dari

    perawatan yang membedakan keperawatan dengan profesi lain.

    Caring memberikan kemampuan pada perawat untuk memahami dan menolong

    pasien. Seorang perawat harus memiliki kesadaran tentang asuhan keperawatan,

    dalam memberikan bantuan bagi klien dalam mencapai atau mempertahankan

    kesehatan atau mencapai kematian dengan damai. Perilaku caring perawat adalah

    pengetahuan, sikap dan keterampilan seorang tenaga perawat dalam merawat

    pasien dan keluarga dengan memberikan dorongan positif, dukungan dan

    peningkatan pelayanan perawatan (Pryzby, 2004). Perilaku yang ditampilkan oleh

    perawat adalah dengan memberikan rasa nyaman, perhatian, kasih sayang, peduli,

    pemeliharaan kesehatan, memberi dorongan, empati, minat, cinta, percaya,

    melindungi, kehadiran, mendukung, memberi sentuhan dan siap membantu serta

    mengunjungi pasien (Leinenger, 1997 dalam Watson, 2004). Perilaku seperti itu

    akan mendorong klien dalam perubahan aspek fisik, psikologis, spiritual, dan

    sosial kearah yang lebih baik.

    Dampak perilaku caring bagi pasien adalah meningkatkan hubungan saling

    percaya, meningkatkan penyembuhan fisik, keamanan, memiliki banyak energy,

    biaya perawatan lebih rendah, serta menimbulkan perasaan lebih nyaman

    (Swanson 1999 dalam Watson, 2004). Hasil penelitian Agustin (2002) serta

    Palese (2011) menunjukan hasil adanya hubungan yang positif antara perilaku

    caring perawat dengan kepuasan pasien. Semakin baik caring perawat akan

    meningkatkan proporsi kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.

    Kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan merupakan indikator penting

    dari kualitas pelayanan Rumah Sakit (RS), karena sebagian besar pelayanan yang

    ada di rumah sakit diberikan oleh perawat (Wolf & Miller, 2003).

    Pelayanan keperawatan yang berkualitas, tidak hanya ditunjukan oleh

    pengetahuan tentang penyakit pasien, keterampilan melakukan tindakan, atau

    keterampilan mengoperasikan alat-alat kesehatan. Izumi, Bags, dan Knafl (2010)

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 3

    Universitas Indonesia

    menyebutkan bahwa kualitas pelayanan keperawatan ditentukan oleh empat

    domain, yaitu: kompetensi, caring, profesionalisme, dan demeanor (cara

    bertindak). Caring sebagai salah satu faktor yang menunjang kualitas pelayanan

    keperawatan, hendaknya diterapkan dalam perilaku keseharian setiap perawat

    dalam melakukan perawatan terhadap pasien. Namun pada kenyataannya, masih

    banyak perawat yang kehilangan makna caring dalam pekerjaannya sehingga

    hari-harinya sibuk dengan peralatan medis untuk pengobatan pasien, dan

    tindakan-tindakan seperti memberikan suntikan, memasang infus, memasang

    NGT, mengganti balutan luka, atau pemeriksaan diagnostik pada pasien yang

    sebenarnya bukan inti dari praktek keperawatan. Perawat menganggap caring

    hanya sebagai ungkapan atau sesuatu yang akan dikerjakan jika punya waktu

    (Williams, Mc. Dowell, & Kautz, 2011). Perawat lebih banyak menghabiskan

    waktu di depan komputer, monitor, atau catatan pasien dari pada melakukan

    caring dengan pasien atau keluarga.

    Agustin (2002) dalam penelitiannya di salah satu rumah sakit besar di kota

    Palembang, mendapatkan hasil bahwa masih banyak perawat yang belum

    menerapkan perilaku caring yaitu sebesar 48,5% dari 101 orang pasien yang

    menjadi responden menilai perawat tidak caring. Penelitian yang dilakukan oleh

    Juliani (2009) dengan jumlah responden 24 pasien yang dirawat di ruang rawat

    inap sebuah Rumah Sakit di kota Jakarta, juga mendapatkan hasil pelaksanaan

    perilaku caring perawat masih rendah yaitu 54,2% responden menganggap

    perilaku caring perawat masih rendah, dan beban kerja perawat memiliki

    hubungan yang signifikan terhadap pelaksanaan perilaku caring. Hasil penelitian

    Agustin (2002) dan Juliani (2009) tersebut menunjukan bahwa perilaku caring

    masih belum sepenuhnya diterapkan oleh perawat dalam melakukan perawatan

    terhadap pasien.

    Penelitian lainnya mendapatkan hasil masih adanya penilaian negatif dari pasien

    tentang pelayanan perawat, seperti yang diungkapkan oleh Peluw (2007) bahwa

    masih ada persepsi negatif dari masyarakat terhadap perawat di sebuah RS di kota

    Ambon. Persepsi negatif ini meliputi perilaku perawat dalam melakukan tindakan

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 4

    Universitas Indonesia

    yang kurang tepat, kurang terampil, kurang komunikasi dengan pasien, dan

    kurang cepat menanggapi keluhan pasien. Wolf, dkk (1998), mengemukakan

    bahwa sebagian pasien yang menjadi responden penelitiannya merasa belum

    mendapatkan dukungan emosional yang cukup dari perawat. Perawat hanya

    datang mengunjungi pasien bila akan melakukan sesuatu terhadap pasien, dan

    pergi secepatnya meninggalkan pasien. Hasil penelitian tersebut menunjukan

    bahwa perawat belum menampilkan perilaku caring yang menjadi nilai dasar dari

    keperawatan.

    Sebagai satu-satunya tenaga kesehatan di RS yang selama 24 jam bersama pasien,

    dan memberikan pelayanan untuk membantu pasien meningkatkan

    kesejahteraannya, perawat harus mampu menampilkan perilaku yang didasari oleh

    nilai-nilai caring. Persepsi dan penilaian positif dari pasien sebagai pengguna jasa

    di RS, terhadap perilaku caring seorang perawat, dapat membangun citra yang

    baik tentang RS dimata masyarakat, sehingga masyarakat percaya dengan

    pelayanan yang diberikan oleh RS. Begitupun dengan RS Dr. H. Marzoeki Mahdi

    Bogor (RSMM) sebagai rumah sakit jiwa pusat rujukan, dikenal oleh masyarakat

    luas sebagai tempat perawatan bagi pasien psikiatrik. Sehingga dalam

    memberikan pelayanan terhadap pasien umum (non psikiatrik) yang mulai

    dikembangkan sejak tahun 2002, perlu membangun citra baru dari masyarakat

    tentang pelayanan yang diberikan terutama pelayanan umum.

    Membangun citra yang positif dimata masyarakat, dibutuhkan oleh RSMM untuk

    dapat bersaing dengan rumah sakit umum lainnya yang lebih dulu melakukan

    pelayanan bagi pasien umum. Citra yang baik dapat dibangun dengan memberikan

    pelayanan yang optimal terhadap masyarakat dengan memenuhi semua harapan

    dari pasien. Sebagai tenaga kesehatan yang jumlahnya paling banyak dalam

    sebuah rumah sakit, perat perawat dalam membangun citra masyarakat terhadap

    RS sangat besar. Perawat harus mampu menampilkan perilaku yang baik untuk

    memenuhi harapan pasien. Terpenuhinya harapan pasien terhadap pelayanan di

    RS dapat menimbulkan kepuasan.

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 5

    Universitas Indonesia

    Hasil survey kepuasan pelanggan terhadap pelayanan keperawatan yang ada di

    ruang rawat inap umum RSMM, menunjukan hasil 64% pelanggan sangat puas

    dengan pelayanan keperawatan, 35% pelanggan puas dan 1% pelanggan yang

    tidak puas dengan pelayanan keperawatan (Laporan tahunan Bidang Perawatan

    RSMM, 2011). Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa tingkat kepuasan pasien

    yang dirawat di ruang rawat inap umum RSMM cukup tinggi. Namun, survey

    tersebut tidak secara khusus melihat perilaku caring perawat, hanya

    menggambarkan pelayanan keperawatan secara umum saja. Belum adanya

    penelitian khusus tentang perilaku caring perawat membuat peneliti merasa

    tertarik untuk melakukan survey tentang perilaku caring perawat, dengan tujuan

    untuk melihat sejauh mana perilaku caring perawat khususnya di ruang perawatan

    umum RSMM Bogor, berdasarkan penilaian pasien sebagai penerima perilaku

    caring perawat.

    1.2.Rumusan Masalah Penelitian

    Keperawatan merupakan profesi yang mengedepankan sikap care, atau

    kepedulian, dan kasih sayang terhadap pasien. Beberapa tokoh keperawatan

    menempatkan caring sebagai dasar dan sentral dalam praktek keperawatan

    (Kozier, 2004). Perilaku caring perawat merupakan pengetahuan, sikap dan

    keterampilan seorang perawat dalam merawat pasien dan keluarga. Perilaku

    caring yang dapat diberikan oleh perawat adalah dengan memberikan rasa

    nyaman, perhatian, kasih sayang, peduli, pemeliharaan kesehatan, memberi

    dorongan, empati, minat, cinta, percaya, melindungi, kehadiran, mendukung,

    memberi sentuhan dan siap membantu serta mengunjungi pasien (Leinenger,

    1997dalam Watson, 2004). Perilaku seperti itu akan mendorong klien dalam

    perubahan aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial kearah yang lebih baik.

    Dampak perilaku caring bagi pasien adalah meningkatkan hubungan saling

    percaya, meningkatkan penyembuhan fisik, keamanan, memiliki banyak energi,

    biaya perawatan lebih rendah, serta menimbulkan perasaan lebih nyaman

    (Swanson, 1999 dalam Watson, 2004). Penelitian Agustin (2002) serta penelitian

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 6

    Universitas Indonesia

    Palese (2011), menyatakan bahwa perilaku caring perawat dapat memberikan

    kontribusi terhadap kepuasan pasien.

    Masih banyak perawat yang kehilangan makna caring dalam pekerjaannya

    sehingga hari-harinya sibuk dengan peralatan medis untuk pengobatan pasien, dan

    tindakan-tindakan yang sebenarnya bukan inti dari praktek keperawatan. Hasil

    penelitian Agustin (2002) dan Juliani (2009) mendapatkan hasil bahwa

    pelaksanaan perilaku caring perawat berdasarkan penilaian pasien masih rendah.

    Hal ini menunjukan bahwa perilaku caring masih belum sepenuhnya diterapkan

    dalam keperawatan.

    Di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor (RSMM), yang mulai tahun 2002

    mengembangkan pelayanan bagi pasien non psikiatrik, belum memiliki catatan

    tentang perilaku caring perawat. Padahal pelayanan keperawatan sebagai

    pelayanan utama dalam sebuah RS, harus memiliki citra yang baik dimata

    pengguna pelayanan Rumah Sakit. Hasil survey kepuasan pelanggan yang ada di

    RSMM, menunjukan hasil yang baik, namun belum adanya survey khusus yang

    menilai tentang perilaku caring perawat membuat peneliti merasa tertarik untuk

    melihat sejauh mana perilaku caring oleh perawat di Ruang Perawatan Umum

    RSMM Bogor, berdasarkan penilaian dari pasien sebagai penerima perilaku

    caring perawat.

    1.3.Tujuan Penelitian

    1.3.1. Tujuan Umum

    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana perilaku

    caring perawat terhadap pasien di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor.

    1.3.2. Tujuan khusus

    1.3.2.1.Mengidentifikasi karakteristik pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap

    Umum RSMM.

    1.3.2.2.Mengidentifikasi gambaran perilaku caring perawat terhadap pasien di

    Ruang Rawat Inap Umum RSMM berdasarkan penilaian pasien.

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 7

    Universitas Indonesia

    1.3.2.3.Mengidentifikasi proporsi perilaku caring yang dilakukan perawat

    terhadap pasien di Ruang Rawat Inap Umum RSMM.

    1.4.Manfaat Penelitian

    1.4.1 Keperawatan

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perilaku

    caring yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien dan mengetahui sejauh mana

    caring dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan terhadap

    pasien. Informasi ini dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran dan

    motivasi perawat untuk menerapkan perilaku caring dalam melakukan asuhan

    keperawatan terhadap pasien.

    1.4.2 Peneliti

    Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dalam melakukan riset keperawatan

    dan menambah pengetahuan tentang perilaku caring perawat terhadap pasien.

    1.4.3 Aplikasi Pelayanan di Rumah Sakit

    Penelitian ini akan menambah informasi bagi rumah sakit yang dapat dijadikan

    bahan bacaan dan acuan untuk melakukan dan mengembangkan penelitian

    selanjutnya. Penelitian ini juga dapat memberikan gambaran mengenai penilaian

    pasien yang dirawat di pelayanan umum terhadap perilaku caring perawat,

    sehingga dapat disusun strategi untuk meningkatkan kualitas pelayanan

    keperawatan di RSMM.

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 8 Universitas Indonesia

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    Tinjauan pustaka ini menguraikan teori, konsep dan hasil penelitian sebelumnya

    yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pokok bahasan meliputi konsep dasar

    caring, perilaku caring perawat, harapan pasien terhadap caring perawat, serta

    dampak perilaku caring terhadap perawat dan pasien.

    2.1.Konsep Dasar Caring

    Caring adalah suatu bentuk pemeliharaan hubungan yang berhubungan dengan

    menghargai orang lain disertai perasaan memiliki dan tanggung jawab (Swanson,

    1991 dalam Watson, 2005). Caring erat kaitannya dengan hubungan antar

    manusia, dan kemampuan berdedikasi untuk orang lain, perasaan empati terhadap

    orang lain serta perasaan sayang terhadap orang lain. Kepedulian terhadap orang

    lain telah menjadi dasar bagi terbinanya sebuah hubungan yang saling percaya

    dalam kehidupan manusia. Sebagai profesi yang selalu berhadapan dengan

    manusia, perawat diharuskan memiliki kemampuan untuk peduli terhadap orang

    lain. Hubungan antara perawat dan klien adalah hubungan memberi dan menerima

    yang terbentuk dari saling mengenal dan peduli antara perawat dan klien (Potter &

    Perry, 2010).

    Berbagai teori tentang keperawatan telah menempatkan caring sebagai inti dari

    keperawatan, dan memberikan bentuk pada praktek keperawatan dimana perawat

    membantu klien untuk pulih dari sakitnya, memberikan penjelasan tentang

    penyakitnya dan mengelola atau membangun kembali hubungan (Potter & Perry,

    2010). Caring juga menekankan penghargaan terhadap harga diri individu, artinya

    dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai

    klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien.

    Caring adalah esensi dari keperawatan yang membedakan dengan profesi lain dan

    merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan, dan

    meningkatkan martabat manusia (Watson, 2002). Sikap ini diberikan melalui

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 9

    Universitas Indonesia

    kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Perilaku caring menolong pasien dan

    keluarga dalam meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis,

    spiritual, dan sosial.

    Theory of Human Care mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan

    transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk

    meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia sehingga mempengaruhi

    kesanggupan pasien untuk sembuh (Watson, 2005). Teori ini mengedepankan

    hubungan interpersonal perawat-klien. Teori human caring yang dikembangkan

    oleh Watson berkisar pada sepuluh faktor karatif sebagai suatu kerangka untuk

    memberikan suatu bentuk dan fokus terhadap fenomena keperawatan. Tokoh

    keperawatan lain yang juga mengeluarkan teori caring adalah Swanson (1991).

    Teori Swanson memberikan petunjuk bagaimana membangun strategi caring yang

    berguna dan efektif.

    2.2.Perilaku Caring Perawat

    Perilaku caring perawat adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan seorang

    tenaga perawat dalam merawat pasien dan keluarga dengan memberikan dorongan

    positif, dukungan dan peningkatan pelayanan perawatan (Pryzby, 2004). Perilaku

    caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat

    dalam merawat pasien. Sikap caring adalah kecenderungan perawat untuk

    berperilaku caring terhadap pasien, sedangkan perilaku caring adalah tindakan

    nyata seorang perawat dalam menampilkan nilai-nilai caring (Koswara, 2002).

    Caring memberikan arahan dan motivasi kepada perawat untuk peduli dan

    membantu klien. Perilaku caring tidak tumbuh dengan sendirinya di dalam diri

    seseorang, tetapi merupakan hasil dari budaya, nilai-nilai, pengalaman dan

    hubungan individu dengan orang lain (Potter & Perry, 2010). Untuk membangun

    perilaku caring perawat dibutuhkan peningkatan pengetahuan perawat tentang

    manusia, aspek tumbuh kembang, respon terhadap lingkungan yang terus berubah,

    keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhan dasar manusia.

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 10

    Universitas Indonesia

    Sikap dan perilaku caring perawat terhadap setiap orang berbeda-beda (Leininger,

    1988 dalam Potter & Perry, 2010), sesuai dengan kebutuhan, masalah dan nilai-

    nilai yang dianut oleh klien. Sehingga dalam menerapkan perilaku caring harus

    memperhatikan aspek nilai dan budaya. Perilaku caring seorang perawat dapat

    ditunjukan melalui sikap perawat selama memberikan asuhan keperawatan kepada

    pasien. Keterampilan dalam tindakan, sopan, sentuhan, memberi harapan, dan

    selalu siap untuk pasien merupakan sikap perawat yang menunjukan perilaku

    caring.

    2.2.1. Perilaku Caring perawat menurut Watson

    Perilaku caring dirumuskan oleh Watson (1979) kedalam sepuluh faktor karatif

    yang disempurnakan kembali menjadi clinical caritas processes yang

    memberikan arahan bagi perawat dalam menerapkan perilaku caring (Watson,

    2005). Perilaku caring perawat yang tercantum dalam sepuluh faktor karatif

    Watson yaitu:

    2.2.1.1.Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik (Forming a humanistik-

    altruistik)

    Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat hendaknya menanamkan

    nilai-nilai humanistik dan altruistik. Perilaku ini tercermin dari sikap perawat

    dalam menghormati dan manghargai pasien dengan menerapkan nilai kebaikan,

    empati, cinta terhadap diri dan orang lain yang merupakan nilai-nilai yang

    mendasari perilaku caring. Perawat menerapkan nilai-nilai cinta dan kebaikan

    serta ketenangan hati sesuai dengan harapan caring (Watson, 2005). Alligood

    (2010) menyebutkan bahwa seorang perawat berusaha untuk mengenal siapa

    kliennya, memberikan perhatian terhadap pasien, dan bagaimana seorang perawat

    berperilaku sesuai dengan keadaannya.

    Bentuk nyata perilaku perawat dalam membentuk sistem nilai humanistic dan

    altruistic adalah: mengenali nama pasien, mengenali kelebihan dan karakteristik

    khusus dari pasien, memanggil pasien dengan panggilan yang disenangi oleh

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 11

    Universitas Indonesia

    pasien, selalu mendahulukan kepentingan pasien daripada kepentingan pribadi,

    menyediakan waktu bagi pasien walaupun sedang sibuk, mendengarkan apapun

    yang menjadi keluhan dan kebutuhan pasien, menghargai dan menghormati

    pendapat dan keputusan pasien terkait dengan perawatannya, memberikan

    dukungan sosial untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan status kesehatan

    pasien (Nurrachmah, 2000).

    2.2.1.2.Menanamkan kepercayaan dan harapan (Instilling faith & hope )

    Dalam melakukan asuhan keperawatan, seorang perawat harus mampu

    membangkitkan kepercayaan serta optimisme pada klien sehingga mampu

    menyesuaikan diri dan optimis dengan keadaannya. Kepercayaan dan harapan

    pasien dibutuhkan pasien untuk terjadinya perubahan perilaku ke arah

    peningkatan kesehatan pasien. Kehadiran seorang perawat yang memungkinkan

    dan mendukung sistem kepercayaan, kesadaran diri dan harapan seseorang

    (Watson, 2005).

    Bentuk nyata perilaku caring perawat dalam menanamkan kepercayaan dan

    harapan yaitu: selalu memberi harapan yang realistis terhadap kondisi kesehatan

    pasien, memotivasi pasien untuk menghadapi penyakitnya walaupun penyakit

    terminal, mendorong pasien untuk menerima tindakan pengobatan dan perawatan

    yang akan dilakukan terhadapnya, memotivasi dan mendorong pasien dalam

    mencari alternatif terapi secara rasional, memberi penjelasan bahwa takdir

    berbeda pada setiap orang, dan memberikan keyakinan bahwa kehidupan dan

    kematian sudah ditentukan sesuai takdir (Nurrachmah, 2000)

    2.2.1.3.Menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain (Cultivating

    sensitivity to ones self)

    Seorang perawat harus mampu merasakan dan mamahami segala perubahan yang

    terjadi pada dirinya dan orang lain. Seorang perawat yang terbiasa peka terhadap

    perasaan dan kebutuhan diri sendiri akan lebih mudah untuk merasakan kebutuhan

    dan perasaan orang lain. Menumbuhkan praktek spiritual, hubungan transpersonal,

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 12

    Universitas Indonesia

    bekerja diluar ego diri, dan menjadi sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain

    (Watson, 2005).

    Bentuk nyata perilaku caring perawat dalam menumbuhkan kepekaan terhadap

    diri dan orang lain diantaranya: perawat bersikap empati dan mampu

    menempatkan diri pada posisi pasien, ikut merasakan atau prihatin atas ungkapan

    penderitaan yang diungkapkan pasien serta siap membantu setiap saat, dapat

    mengendalikan perasaan ketika pasien bersikap kasar terhadap perawat, dan

    mampu memenuhi keinginan pasien terhadap sesuatu yang logis (Nurrachmah,

    2000).

    2.2.1.4.Mengembangkan hubungan saling percaya dan membantu (Developing a

    helping-trust relation)

    Membina hubungan saling percaya, jujur, dan empati dalam menjalin hubungan

    interpersonal yang terapeutik dengan tujuan untuk menolong orang lain

    merupakan perilaku yang harus diterapkan seorang perawat. Hubungan

    interpersonal antara pasien dan perawat merupakan aktualisasi dari hubungan

    manusia dalam proses caring (Watson, 2007). Hubungan interpersonal tersebut

    diperlihatkan melalui hubungan saling percaya dan membantu. Hubungan ini

    diawali dengan adanya hubungan baik antara perawat dan pasien. Penggunaan

    komunikasi yang efektif, keterbukaan, jujur, tidak menghakimi dan empati

    merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam membangun sebuah

    hubungan saling percaya dan membantu (Suryani, 2010).

    Bentuk nyata perilaku caring perawat dalam membina hubungan saling percaya

    yaitu: memperkenalkan diri kepada pasien saat awal pertemuan, membuat kontrak

    dengan pasien saat akan berkomunikasi, meyakinkan pasien bahwa perawat akan

    hadir untuk menolong dan memberikan bantuan saat pasien membutuhkannya,

    berusaha mengenali keluarga pasien dan hal-hal yang disukai oleh pasien,

    bersikap hangat, bersahabat, menyediakan waktu bagi pasien untuk

    mengekspresikan perasaan dan pengalamannya melalui komunikasi yang efektif,

    dan selalu menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan (Nurrochmah, 2000)

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 13

    Universitas Indonesia

    2.2.1.5.Meningkatkan penerimaan terhadap ekspresi perasaan positif dan negatif

    (Expressing & feeling)

    Perawat mendukung pasien untuk mengungkapkan perasaannya. Perawat dapat

    membantu pasien untuk bersikap realistis terhadap fikiran dan perasaan sesuai

    dengan kondisi yang dialaminya (Watson, 1979 dalam Carson, 2004). Seorang

    perawat mampu mengekspresikan perasaannya dan merasakan perasaan orang lain

    serta mendorong orang lain untuk mengekspresikan perasaan positif dan negatif.

    Periaku caring perawat yang dapat diperlihatkan diantaranya: perawat mampu

    menjadi pendengar yang aktif dengan cara mendengarkan keluhan pasien dengan

    sabar, mendengarkan ekspresi perasaan pasien tentang keinginannya untuk

    sembuh dan upaya yang akan dilakukannya jika sembuh, memotivasi pasien untuk

    mengungkapkan perasaannya baik positif maupun negatif serta menerima aspek

    positif dan negatif sebagai bagian dari kekuatan yang oleh pasien (Nurrochmah,

    2000).

    2.2.1.6.Menggunakan proses pemecahan masalah yang sistematis (Using creative

    problem-solving caring process)

    Dalam melakukan asuhan keperawatan, seorang perawat harus mampu mengambil

    keputusan secara kreatif dengan menggunakan metode pemecahan masalah yang

    ilmiah dan sistemik dalam menyelesaikan masalah klien. Perawat mampu

    menggunakan diri dan pengetahuannya secara kreatif sebagai bagian dari proses

    caring dan penyembuhan pasien (Watson, 2005).

    Bentuk nyata perilaku caring perawat dalam menggunakan metode pemecahan

    masalah yaitu perawat menggunakan proses asuhan keperawatan yang sistematis

    dan dalam mengatasi masalah pasien yang meliputi proses pengkajian,

    menegakkan diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi proses evaluasi

    yang dilakukan secara sistematis (Nurrochmah, 2000).

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 14

    Universitas Indonesia

    2.2.1.7.Meningkatkan proses pembelajaran (Promoting interpersonal teaching-

    learning)

    Perawat memberikan pengajaran atau pendidikan kesehatan kepada klien dalam

    upaya promosi kesehatan. Salah satu peran perawat adalah sebagai educator atau

    pendidik, peran ini merupakan peran perawat yang dapat meningkatkan

    pengetahuan pasien dan keluarga agar dapat meningkatkan kesehatannya.

    Bentuk nyata perilaku caring perawat yang dapat dilihat dari perilaku seorang

    perawat seperti; menjelaskan setiap keluhan pasien secara rasional dan ilmiah

    sesuai dengan tingkat pemahaman pasien serta cara mengatasinya, selalu

    menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan, menunjukan situasi yang

    bermanfaat agar pasien memahami proses penyakitnya, mengajarkan cara

    pemenuhan kebutuhan sesuai masalah yang dihadapi pasien, menanyakan kepada

    pasien tentang kebutuhan pengetahuan yang ingin diketahui terkait dengan

    penyakitnya, dan meyakinkan pasien bahwa perawat siap untuk menjelaskan apa

    yang ingin pasien ketahui tentang kondisinya (Nurrochmah, 2000).

    2.2.1.8.Menyediakan lingkungan fisik, mental, sosial, dan spiritual yang suportif,

    protektif dan korektif (Providing a supportive, protective, or corrective

    mental-phisical sociocultural & spiritual environment)

    Perawat menciptakan lingkungan yang dapat mendukung peningkatan kesehatan

    dan kesejahteraan klien. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam memberikan

    pelayanan yang berkualitas dan komprehensif. Lingkungan yang mendukung

    proses penyembuhan dapat mengakibatkan terciptanya kecantikan, kenyamanan,

    peningkatan martabat, dan perdamaian (Watson, 2005). Perilaku yang dapat

    ditunjukan oleh seorang perawat adalah dengan memberikan privacy, keamanan,

    kebersihan, dan memberikan lingkungan yang nyaman bagi pasien (Watson,

    2007).

    Perilaku yang dapat diperlihatkan oleh seorang perawat adalah dengan

    mendukung aktivitas spiritual pasien, seperti menyetujui keinginan pasien untk

    bertemu dengan pemuka agama, memfasilitasi dan menyediakan keperluan pasien

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 15

    Universitas Indonesia

    ketika pasien akan beribadah, bersedia menghubungi keluarga atau teman yang

    sangat diharapkan pasien untuk mengunjunginya (Nurrachmah, 2000).

    2.2.1.9.Membantu kebutuhan dasar manusia (Assisting with the gratification of

    human needs)

    Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia melalui berbagai bentuk

    intervensi yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, kehangatan, belas kasih, dan

    kemurahan/kebaikan hati. Perawat membantu pemenuhan kebutuhan dasar

    manusia sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan secara fisik dan psikologis,

    serta timbulnya semangat untuk sembuh (Watson, 2005).

    Bentuk nyata perilaku caring perawat diantaranya adalah: selalu bersedia

    memenuhi kebutuhan dasar pasien dengan ikhlas, menyatakan perasaan bangga

    dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi pasien, mampu menghargai pasien dan

    privasi pasien saat memenuhi kebutuhannya dan mampu menunjukan bahwa

    pasien adalah orang yang pantas dihormati dan dihargai (Nurrochmah, 2000).

    2.2.1.10. Menghargai kekuatan eksistensial, fenomenologi dan spiritual (Allowing for existential-phenomenologic forces)

    Perawat membuka dan meningkatkan dimensi spiritual pasien (Watson, 2005).

    Perawat memberi kesempatan dan mendorong klien untuk menunjukan

    kemampuan, kekuatan yang dimiliki, membantu pasien dalam menentukan coping

    yang efektif dalam menghadapi masalahnya, serta menemukan makna dari

    kehidupannya.

    Bentuk nyata perilaku caring perawat adalah memberikan kesempatan kepada

    pasien dan keluarga untuk melakukan hal-hal yang bersifat ritual demi proses

    penyembuhannya, memotivasi pasien dan keluarganya untuk selalu berserah diri

    kepada Tuhan YME, dan mampu menyiapkan pasien dan keluarganya ketika

    menghadapi fase berduka. (Nurrochmah, 2000).

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 16

    Universitas Indonesia

    2.2.2. Perilaku Caring Menurut Swanson

    Teori yang dikemukakan oleh Swanson (1991) mendefinisikan caring sebagai

    suatu pemeliharaan hubungan dan menghargai orang lain disertai perasaan

    memiliki dan tanggung jawab. Teori ini mengemukakan bahwa caring terdiri dari

    lima proses yaitu; (1) berusaha untuk memahami suatu kejadian, memiliki makna

    bagi kehidupan orang lain (knowing), (2) secara emosional hadir untuk orang lain

    (being with), (3) melakukan suatu untuk orang lain seperti dia akan melakukannya

    untuk dirinya sendiri (doing for), (4) memfasilitasi jalan orang lain untuk melalui

    transisi kehidupan atau kejadian yang tidak dikenal (enabling), (5) mendukung

    keyakinan pada kapasitas orang lain untuk melewati suatu kejadian atau transisi

    dan menghadapi masa depan dengan penuh harapan dan makna (maintaining

    belief).

    2.2.2.1.Knowing (Mengetahui)

    Perilaku perawat yang ditunjukan yaitu perawat berusaha mengerti kejadian yang

    berarti dalam kehidupan seseorang, dengan cara menghindari asumsi terhadap

    pasien, perawat memfokuskan pelayanan terhadap satu orang, mencari dan

    mnegkaji petunjuk yang mendukung untuk lebih mengenal pasien, memberikan

    penilaian terhadap keadaan pasien secara menyeluruh, dan membangun hubungan

    yang terapeutik dengan pasien.

    2.2.2.2.Being With (Melakukan Bersama)

    Prinsip ini mengandung makna perawat hadir secara emosioal bersama dengan

    pasien, dan membantu pasien dalam menghadapi masalahnya. Perilaku yang dapat

    ditunjukan oleh seorang perawat yaitu, perawat ada bersama pasien, menunjukan

    kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, berbagi perasaan dengan pasien, dan

    tidak mudah marah.

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 17

    Universitas Indonesia

    2.2.2.3.Doing for (Melakukan Untuk)

    Makna dari perilaku prinsip ini adalah bahwa perawat sebisa mungkin melakukan

    tindakan kepada orang lain seperti melakukannya terhadap diri sendiri, sehingga

    perawat dapat merasakan respon yang mungkin ditimbulkan dari tindakan

    tersebut. Perilaku yang ditunjukan perawat yaitu selalu memberikan kenyamanan

    kepada pasien, tindakan antisipasi terhadap faktor resiko dan adanya efek lain

    yang ditimbulkan, melindungi pasien dan menunjukan kepercayaan dan

    keterampilan dalam melakukan tindakan.

    2.2.2.4.Enabling (Kemampuan)

    Prinsip ini bermakna perawat senantiasa memiliki kemampuan untuk membantu

    individu dalam menjalani transisi kehidupan (seperti kelahiran, kematian, dan

    kesakitan) atau kejadian luar biasa. Perilaku yang ditunjukan oleh seorang perawat

    diantaranya yaitu perawat mampu menjelaskan, mendukung, mencari alternative

    pemecahan masalah, focus terhadap pasien, dan memberikan umpan balik.

    2.2.2.5.Mantaining Belief (Mengatasi Kepercayaan)

    Perawat menaruh kepercayaan terhadap kemampuan seseorang dalam menjalani

    hidup atau transisi kehidupan serta menghadapi masa depan dengan memegang

    kepercayaan pasien dan mempercayai pasien, mempertahankan sikap penuh

    pengharapan, dan menawarkan keyakinan yang realistik.

    2.2.3. Perilaku Caring Perawat Menurut Potter dan Perry

    Potter dan Perry (2010) menggambarkan bentuk perilaku caring yang diberikan

    perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan terhadap pasien yaitu

    kehadiran, sentuhan, mendengarkan dan memahami klien.

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 18

    Universitas Indonesia

    2.2.3.1.Kehadiran

    Perilaku caring perawat dapat ditunjukan dengan kehadiran perawat. Kehadiran

    perawat merupakan sesuatu yang berarti bagi pasien (Watson, 2005). Kehadiran

    perawat, kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan, memiliki sikap

    positif dan semangat perawat dalam berinteraksi dengan pasien dapat membentuk

    suasana keterbukaan dan saling mengerti (Potter & Perry, 2010). Kehadiran

    seorang perawat untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dasar yang

    tidak dapat dilakukan sendiri oleh pasien atau oleh keluarga.

    2.2.3.2.Sentuhan

    Penggunaan sentuhan merupakan salah satu cara pendekatan yang dapat

    menenangkan pasien. Sentuhan dapat berupa kontak maupun nonkontak

    (Fredriksson,1999 dalam Potter & Perry, 2010). Sentuhan kontak dapat diartikan

    sebagai perawat memberikan sentuhan secara langsung terhadap pasien untuk

    memberikan ketenangan. Sedangkan sentuhan tidak langsung dapat diartikan

    dengan memberikan kontak mata dan perhatian terhadap pasien. Sentuhan caring

    adalah suatu bentuk komunikasi nonverbal yang dapat mempengaruhi

    kenyamanan dan keamanan klien, meningkatkan harga diri, dan memperbaiki

    orientasi tentang kenyataan (Boyek & Watson, 1994 dalam Potter & Perry 2010).

    Menyentuh tangan klien dapat menimbulkan perasaan nyaman dan menunjukan

    bahwa perawat memperhatikan klien, dan menunjukan penerimaan perawat

    terhadap pasien. Dalam pelaksanaannya, sentuhan harus memperhatikan aspek

    nilai dan budaya. Sebelum memberikan sentuhan langsung, perawat harus

    mengetahui nilai dan budaya yang dianut oleh pasien, agar tidak terjadi

    kesalahfahaman.

    2.2.3.3.Mendengarkan

    Caring merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, sehingga

    didalamnya bukan hanya sekedar percakapan sosial. Dalam hubungan

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 19

    Universitas Indonesia

    interpersonal, mendengarkan merupakan kunci, karena menunjukan perhatian

    penuh, dan ketertarikan perawat terhadap pasien. Dengan mendengarkan, perawat

    dapat mengerti masalah yang dihadapi oleh pasien dan mengetahui dengan jelas

    apa yang harus dilakukan untuk menolong pasien. Bernick (2004) dalam Potter &

    Perry (2010) mengemukakan bahwa dengan mendengarkan, perawat mulai

    memahami pasien dan mengetahui apa yang penting bagi pasien.

    2.2.3.4.Memahami Klien

    Memahami klien merupakan salah satu proses caring yang diungkapkan oleh

    swanson (1991). Pemahaman tersebut meliputi pemahaman tentang pasien,

    masalah yang dihadapi pasien dan intervensi yang akan dilakukan. Pemahaman

    terhadap pasien membantu perawat dalam merespon masalah pasien (Bulfin, 2005

    dalam Potter & Perry, 2010). Pemahaman terhadap pasien berkembang seiring

    dengan hubungan interpersonal yang dibangun antara perawat dan klien.

    Pemahaman terhadap pasien membuka peluang bagi perawat untuk menentukan

    intervensi yang tepat bagi pasien.

    2.3. Klasifikasi Perilaku Caring Perawat

    Banyak penelitian mandefinisikan dan menjabarkan bentuk nyata perilaku caring

    perawat. Christopher dan Hegedus (2000) dalam penelitiannya, merangkum

    beberapa literatur tentang perilaku caring perawat, dan mengelompokan perilaku

    caring perawat kedalam dua kelompok besar yaitu perilaku afektif dan

    instrumental.

    2.3.1. Perilaku Afektif Caring Perawat

    Perilaku afektif caring perawat adalah sikap perawat yang mencerminkan nilai-

    nilai caring yaitu nilai kemanusiaan, hormat, kepedulian, empati, dan hubungan

    saling percaya dan membantu (Christopher & Hegedus (2000). Perilaku caring

    perawat yang termasuk kedalam perilaku afektif meliputi semua aktivitas perawat

    dalam membentuk hubungan dengan pasien yang berkualitas yang didasari

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 20

    Universitas Indonesia

    hubungan saling percaya, sensitif dan empati. Aktivitas lain yang mencerminkan

    perilaku afektif yaitu memberikan dukungan terhadap pasien seperti pengawasan

    pasien, memberikan kenyamanan dan menghormati privasi pasien (Watson, 1979

    dalam Christopher &Hegedus, 2000).

    2.3.2. Perilaku Instrumental Caring Perawat

    Perilaku instrumental caring perawat adalah perilaku yang menunjukan

    keterampilan dan kemampuan perawat secara kognitif dan psikomotor

    (Christopher & Hegedus, 2000). Aktivitas perawat yang mencerminkan perilaku

    caring instrumental diantaranya yaitu aktivitas fisik atau tindakan perawat seperti

    pemberian obat-obatan, perawatan kebersihan pasien, pemenuhan kebutuhan dasar

    pasien dan penggunaan alat-alat kesehatan. Perilaku lain yang mencerminkan

    perilaku instrumental dari caring perawat adalah aktivitas yang berorientasi pada

    kemampuan kognitif seperti program pembelajaran, pendidikan kesehatan dan

    pemecahan masalah dengan metode asuhan keperawatan yang sistematis (Watson,

    dkk, 1979 dalam Christopher &Hegedus, 2000).

    2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Caring Perawat

    Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat, beban kerja yang

    tinggi dan motivasi perawat merupakan salah satu faktor yang berperan dalam

    perilaku caring perawat. Penelitian yang dilakukan oleh Burtson dan Stichler

    (2010) terhadap 126 orang perawat mendapatkan bahwa perasaan puas dan

    kepuasan kerja perawat memiliki hubungan yang positif dengan perilaku caring

    perawat. Namun stress, kejenuhan dan perasaan lelah memiliki hubungan yang

    negatif dengan perilaku caring yang ditunjukan oleh perawat (Burtson & Stihler,

    2010).

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 21

    Universitas Indonesia

    2.4.1. Beban Kerja Perawat

    Tingginya beban kerja yang dilakukan oleh perawat menyebabkan tingginya stress

    yang terjadi pada perawat sehingga menurunkan motivasi perawat untuk

    melakukan caring. Sobirin (2006) dan Juliani (2009) dalam penelitiannya juga

    mendapatkan hubungan yang signifikan antara beban kerja perawat dengan

    pelaksanaan perilaku caring perawat dengan P value 0,004. Beban kerja yang

    tinggi menyebabkan kelelahan pada perawat sehingga dapat menurunkan motivasi

    perawat untuk bersikap caring (Sobirin, 2006). Tingginya beban kerja

    menyebabkan perawat memiliki waktu yang lebih sedikit untuk memahami dan

    memberikan perhatian terhadap pasien secara emosional dan hanya fokus terhadap

    kegiatan yang bersifat rutinitas, seperti memberikan obat, melakukan pemeriksaan

    penunjang atau menulis catatan perkembangan pasien.

    2.4.2. Lingkungan Kerja

    Lingkungan kerja yang nyaman akan menimbulkan kenyamanan dalam bekerja

    pada perawat sehingga memungkinkan perawat untuk menerapkan perilaku

    caringnya. Suryani (2010) menyebutkan bahwa lingkungan kerja memiliki

    pengaruh yang positif terhadap perilaku caring seorang perawat, lingkungan kerja

    yang baik dapat menciptakan tingginya perilaku caring perawat dan

    meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Lingkungan kerja tidak hanya

    terpaku pada lingkungan fisik saja, namun lebih dari itu, iklim kerja yang

    kondusif, kepemimpinan yang efektif, kesempatan untuk meningkatkan jenjang

    karir dan pemberian upah atau penghasilan dapat berdampak pada meningkatnya

    kinerja dan motivasi perawat untuk menerapkan caring. Supriadi (2006) dalam

    penelitiannya yang bertujuan untuk melihat hubungan karakteristik pekerjaan

    dengan pelaksanaan perilaku caring oleh perawat pelaksana, mendapatkan adanya

    hubungan yang signifikan antara karakteristik pekerjaan dengan pelaksanaan

    perilaku caring perawat.

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 22

    Universitas Indonesia

    2.4.3. Pengetahuan Dan Pelatihan

    Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa caring tidak tumbuh dengan

    sendirinya di dalam diri seseorang tetapi timbul berdasarkan nilai-nilai, dan

    pengalaman menjalin hubungan dengan orang lain. Peningkatan pengetahuan dan

    pelatihan perilaku caring yang diberikan kepada perawat dapat meningkatkan

    kesadaran perawat untuk melakukan caring sesuai dengan teori yang telah

    dikembangkan. Sutriyanti (2009) menyebutkan bahwa ada pengaruh yang

    bermakna antara pelatihan perilaku caring dengan kepuasan pasien dan keluarga

    terhadap pelayanan keperawatan. Koswara (2002) dalam penelitiannya

    menemukan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan

    caring dengan sikap caring perawat. Dengan pengetahuan yang tinggi tentang

    caring, menunjukan perilaku caring yang lebih baik.

    2.5. Harapan Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat

    Pada saat mengunjungi atau dirawat di pelayanan kesehatan, pasien dan

    keluarganya mengharapkan pertolongan dan bantuan dari petugas kesehatan

    termasuk perawat yang dapat membantu mereka untuk mendapatkan kembali

    kesehatannya secara optimal. Kecemasan dan ketidakberdayaan pasien

    menyebabkan tuntutan dari pasien terhadap perawat untuk bersedia membantu.

    Harapan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik merupakan tantangan

    bagi perawat untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan.

    Sebagian pasien dan keluarga mengharapkan perawat memiliki keterampilan

    klinis seperti bagaimana memberikan suntikan, bagaimana menggunakan

    peralatan, dan mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menghubungi dokter

    (Mc. Dermott, 1987), sedangkan sebagian lainnya lebih mengharapkan

    keterampilan perawat dalam aspek caring, pengajaran dan dukungan emosional

    terhadap pasien (Christopher & Hegedus, 2000). Harapan yang paling utama dari

    pasien terhadap pelayanan keperawatan adalah perawat selalu memonitor kondisi

    pasien dan memperlihatkan kompetensi klinis yang baik.

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 23

    Universitas Indonesia

    Keterampilan dan perilaku yang ditampilkan oleh seorang tenaga perawat dapat

    menimbulkan kepercayaan pada pasien untuk menerima pelayanan keperawatan.

    Keterbukaan dan perhatian yang diberikan oleh perawat dapat meningkatkan

    kepercayaan diri pasien untuk menjalin hubungan yang baik dalam rangka

    meningkatkan kesembuhannya. Harapan yang dikemukakan oleh pasien terhadap

    perilaku caring perawat adalah bahwa; perawat hendaknya memiliki sikap sabar,

    menunjukkan sikap simpati dan sensitif terhadap klien, menggunakan pendekatan

    dengan lembut dan tenang, menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur

    terbuka dan ikhlas, mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa

    mungkin, dan mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang relatif

    nyaman (Attree, 2001 dalam Potter & Perry 2010).

    Harapan lainnya dari pasien terhadap caring perawat adalah bahwa perawat

    bersikap jujur, mengadvokasi pilihan perawatan klien, memberikan penjelasan

    yang lengkap dan jelas, selalu memberikan informasi pada anggota keluarga,

    memberikan ketertarikan dalam menjawab pertanyaan dan memberikan jawaban

    dengan jujur, menyediakan layanan gawat darurat, menyediakan privasi bagi

    pasien, meyakinkan klien bahwa layanan keperawatan akan selalu tersedia,

    membantu memandirikan klien, dan mengajarkan keluarga bagaimana menjaga

    kenyamanan fisik (Radwin, 2000; Brown dkk, 2005).

    Barnum (1994) mengidentifikasi perilaku caring perawat yang diharapkan oleh

    pasien adalah bahwa perawat memiliki kemampuan untuk: mendengarkan dengan

    penuh perhatian, menciptakan kenyamanan, berbuat jujur, memiliki kesabaran,

    tanggap terhadap kebutuhan pasien, mempu menyediakan informasi yang

    dibutuhkan oleh pasien, memberikan sentuhan, memperlihatkan sensitifitas,

    memperlihatkan rasa hormat dan memanggil klien dengan panggilan yang

    menunjukan rasa hormat.

    Perilaku caring yang ditunjukan oleh perawat dapat memberikan pengalaman

    yang baik bagi pasien. Wolf, Miller, dan Devine (2003) menyatakan bahwa

    kinerja perawat termasuk perilaku caring yang ditunjukan oleh perawat

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 24

    Universitas Indonesia

    memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kualitas pengalaman pasien

    selama menjalani perawatan di rumah sakit.

    2.6. Dampak Caring

    2.6.1. Dampak Caring Bagi Perawat

    Perilaku caring perawat telah terbukti memberikan dampak yang sangat besar

    bagi pasien maupun perawat. Kesembuhan pasien akan menjadi kepuasan

    tersendiri bagi perawat yang merawatnya. Kemajuan pasien secara klinis,

    menunjukan keberhasilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

    Keberhasilan dalam perawatan tidak hanya dapat dilihat dari kemajuan kondisi

    fisik klien, tetapi juga adanya perubahan perilaku kearah yang lebih baik adalah

    suatu kemajuan dalam perawatan.

    Penerapan perilaku caring pada perawat dapat meningkatkan pencapaian prestasi

    kerja perawat, peningkatan kepuasan dalam bekerja, mendorong terwujudnya cita-

    cita, dan meningkatkan rasa syukur, memelihara integritas seorang perawat,

    pemenuhan dan peningkatan harga diri bagi perawat, hidup dengan filosofi

    sendiri, meningkatkan penghargaan terhadap hidup dan mati, refleksi,

    meningkatkan rasa cinta dalam keperawatan dan meningkatkan pengetahuan

    seorang perawat (Oskouie, Rafii, & Nikravesh, 2006). Kepuasan kerja perawat

    dapat dicapai salah satunya dengan keberhasilan membangun hubungan yang baik

    dengan klien dan membantu klien dalam melewati masa sakitnya. Kemampuan

    perawat dalam menampilkan perilaku caring menimbulkan rasa cinta terhadap

    keperawatan sehingga perawat akan meningkatkan pengetahuannya, menghargai

    kehidupan dan kematian, menghargai integritas, keutuhan dan harga diri serta

    perasaan puas dapat membantu pasien mencapai kesehatan dan kesejahteraan

    (Swanson dalam Watson, 2009).

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 25

    Universitas Indonesia

    2.6.2. Dampak Perilaku Caring Perawat Bagi Pasien

    Perilaku caring yang diberikan oleh perawat terhadap pasien dapat menimbulkan

    dampak terhadap kesejahteraan emosional dan spiritual klien; meningkatkan

    martabat klien, kontrol diri, kepribadian, peningkatan kesembuhan fisik;

    memberikan keamanan, memberikan lebih banyak energi bagi pasien, mengurangi

    biaya perawatan dan mengurangi respon kehilangan, serta menciptakan hubungan

    saling percaya antara perawat dengan pasien; menurunkan perasaan terasing dan

    menumbuhkan hubungan kekeluargaan dengan erat (Watson, 2005). Peningkatan

    kesejahteraan pasien akan membantu pasien untuk keluar dari masalah kesehatan

    yang dihadapi atau beradaptasi dengan keadaan sakitnya.

    Wolf,, Miller, dan Devine (2003) mengidentifikasi adanya hubungan yang positif

    antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien dan penurunan hari

    rawat, serta biaya perawatan pasien. Palesse dkk, (2011) dalam penelitiannya

    terhadap 1565 pasien medikal bedah di enam negara eropa juga mendapatkan

    hasil adanya hubungan positif antara perilaku caring perawat dengan tingkat

    kepuasan pasien, semakin tinggi perilaku caring yang dipersepsikan oleh pasien

    maka semakin tinggi juga tingkat kepuasan pasien.

    Kepuasan pasien didefinisikan sebagai pendapat pasien terhadap pelayanan yang

    diterimanya dari personil perawat (Merkouris, dkk, 2004, Wagner & Bear , 2008).

    Kepuasan pasien merupakan kesesuaian antara harapan pasien dengan kenyataan

    pelayanan yang diterimanya. Jika pelayanan yang diterima sesuai dengan harapan

    pasien, maka akan menimbulkan kepuasan bagi pasien. Kepuasan ini dipengaruhi

    oleh harapan pasien, faktor demografi dari pasien, pengalaman sebagai penerima

    pelayanan keparawatan sebelumnya, lama hari rawat, budaya dan aspek sosial

    kehidupan (Wagner & Bear, 2008).

    2.7. Meningkatkan Perilaku Caring Perawat

    Berdasarkan prinsip yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang menyebutkan

    bahwa caring adalah inti dari keperawatan, maka dibutuhkan upaya yang baik

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 26

    Universitas Indonesia

    untuk meningkatkan kemampuan perawat untuk menerapkan perilaku caring

    perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Upaya peningkatan

    perilaku caring dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan individu,

    pendekatan psikologis, dan pendekatan organisasi.

    2.7.1. Pendekatan Individu

    Pendekatan individu dilakukan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan

    keterampilan caring pada perawat. Peningkatan pengetahuan ini dapat dilakukan

    melalui pendidikan formal maupun nonformal. Melalui jalur formal, caring telah

    dimasukan kedalam kurikulum pengajaran bagi mahasiswa keperawatan baik

    jenjang pendidikan DIII maupun jenjang pendidikan S1 keperawatan (Koswara,

    2002). Pengenalan tentang caring pada mahasiswa keperawatan ditujukan agar

    mahasiswa memiliki sikap caring yang akan mereka terapkan setelah masuk

    kedunia kerja. Mengadakan workshop, seminar, pendidikan dan pelatihan

    mengenai perilaku caring perawat juga dapat dilakukan guna meningkatkan

    pengetahuan perawat tentang perilaku caring, dan membangun sikap caring sejak

    dini. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran perawat tentang teori dan konsep

    dasar caring dalam keperawatan melalui pelatihan dapat menjadi salah satu cara

    untuk menerapkan perilaku caring perawat (Gadow, 1990 dalam Muhidin, 2008).

    2.7.2. Pendekatan Psikologis

    Perilaku caring perawat dapat ditingkatkan dengan cara mengadakan supervisi

    dan pembinaan secara berkala terhadap perawat yang telah bekerja. Supervisi ini

    ditujukan agar pelaksanaan perilaku caring dapat berlangsung secara

    berkesinambungan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien. Role

    model atasan (kepala ruangan) yang menampilkan perilaku caring perawat, dapat

    meningkatkan perilaku caring perawat. Pemimpin yang bersikap caring dapat

    menjadi role model bagi bawahannya untuk menerapkan perilaku caring perawat

    terhadap pasien selama melakukan asuhan keperawatan. Supriatin (2009) yang

    didukung oleh Suryani (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa ada

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 27

    Universitas Indonesia

    hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala ruangan dengan perilaku

    caring perawat. Kepemimpinan yang baik dari kepala ruangan yang mendukung

    terhadap nilai-nilai caring, dapat menciptakan perilaku caring pada perawat

    pelaksana.

    2.7.3. Pendekatan Organisasi

    Perilaku caring seorang perawat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pribadi atau

    pekerjaan perawat. Lebih dari itu, peran organisasi terhadap perilaku caring juga

    sangat besar. Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan perilaku caring

    adalah dengan membangun struktur, sistem dan budaya caring dalam organisasi.

    Williams, Mc Dowell, dan Kautz (2011) merumuskan suatu bentuk model

    kepemimpinan yang menggabungkan antara teori human caring dari Watson

    (2008) dengan teori kepemimpinan dari Kouzes dan Posner (2007). Rumusan

    model kepemimpinan ini dikenal dengan Mc-Dowell-Williams Caring Leadership

    Model. Dalam model ini, seorang pemimpin harus memegang nilai-nilai dasar

    caring yaitu: memimpin dengan kebaikan, dan persamaan; membangkinkan

    harapan dan keyakinan; meningkatkan pengetahuan, refleksi dan bijaksana;

    menciptakan hubungan saling menghormati dan caring; dan mewujudkan

    lingkungan yang caring, saling membantu, dan saling percaya pada diri sendiri

    dan orang lain.

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 28 Universitas Indonesia

    BAB 3

    KERANGKA KONSEP PENELITIAN

    Bab ini menjelaskan tentang kerangka konsep dan definisi operasional penelitian.

    Kerangka konsep merupakan rangkuman dari kerangka teori yang dibuat dalam

    bentuk diagram yang menghubungkan antara variabel yang diteliti dan variabel

    lain yang terkait (Sastroasmoro & Ismael, 2010).

    3.1.Kerangka Konsep

    Berdasarkan tinjauan pustaka yang duraikan pada bab sebelumnya, Perilaku

    caring seorang perawat dapat ditunjukan melalui sikap perawat selama

    memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Perilaku caring akan

    mempengaruhi penampilan perawat yang akan dinilai oleh pasien sebagai target

    dari caring perawat. Penelitian ini ingin melihat sejauh mana perilaku caring

    perawat di ruang rawat inap umum RS Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor

    berdasarkan penilaian dari pasien sebagai penerima pelayanan asuhan

    keperawatan. Sehingga perilaku caring perawat terhadap pasien merupakan satu-

    satunya variabel yang akan diteliti. Output yang dihasilkan dari penelitian ini

    adalah perilaku caring perawat tinggi atau rendah. Kerangka konsep penelitian

    dapat digambarkan melalui gambar 3.1.

    Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

    Keterangan gambar:

    = Output penelitian

    = Variabel yang akan diteliti

    Perilaku caring perawat :

    - Perilaku Afektif - Perilaku Instrumental

    Tinggi

    Rendah

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 29

    Universitas Indonesia

    3.2.Definisi Operasional

    Definisi operasional merupakan sebuah konsep atau variabel dengan prosedur

    spesifik yang dapat diukur dengan menggunakan alat ukur (Polit & Beck, 2004).

    Definisi operasional, cara ukur, hasil ukur dan skala ukur masing-masing variabel

    dapat dilihat pada tabel 3.1.

    Tabel 3.1. Definisi Operasional, Cara Ukur, Skala Ukur dan Hasil Ukur

    Variabel Definisi Alat dan Cara ukur Skala

    ukur

    Hasil ukur

    Perilaku

    caring

    perawat

    perilaku yang

    ditunjukan oleh

    perawat saat

    memberikan

    asuhan

    keperawatan

    seperti memberi

    rasa nyaman,

    perhatian, hormat,

    peduli, terampil,

    pemeliharaan

    kesehatan,

    memberi dorongan,

    melindungi,

    kehadiran,

    mendukung,

    memberi sentuhan

    dan siap

    membantu,

    memenuhi

    kebutuhan pasien,

    serta mengunjungi

    pasien.

    Modifikasi Caring

    Behaviour Assesment

    Tools (CBA) yang

    dikembangkan oleh

    Cronin dan Harrison,

    (1988) dan

    diterjemahkan dan

    dimodifikasi oleh

    Suryani (2010).

    Yang terdiri dari 45

    pernyataan tentang

    perilaku caring perawat.

    Cara ukur dengan

    menggunakan skala

    likert, dengan skor nilai

    1-4:

    Untuk pernyataan

    favourable skala yang

    digunakan adalah :

    4= sangat setuju

    3= setuju

    2= tidak setuju

    1= sangat tidak setuju

    Untuk pernyataan

    unfavourable :

    1= sangat setuju

    2= setuju

    3= tidak setuju

    4= sangat tidak setuju

    Ordinal Total skor

    responden

    antara 45-

    180

    Dengan

    pengelomp

    okan:

    45 112 = Perilaku

    Caring

    Rendah

    113- 180 =

    Perilaku

    Caring

    Tinggi

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 30

    Universitas Indonesia

    Subvariabel

    Perilaku

    Afektif

    Perilaku yang

    ditunjukan oleh

    perawat yang

    mencerminkan nilai-

    nilai caring seperti

    menghargai nilai

    kemanusiaan,

    hormat, empati,

    hubungan saling

    percaya, dan

    membantu

    23 item

    pernyataan dalam

    kuesioner

    modifikasi CBA

    Cara ukur dengan

    skala likert 1-4

    Ordinal Total skor 23 92 Dengan

    pengelompokan:

    23 57 = Rendah

    58 92 = Tinggi

    Perilaku

    Instrumen

    tal

    perilaku yang

    menunjukan

    keterampilan dan

    kemampuan perawat

    secara kognitif dan

    psikomotor

    22 item

    pernyataan dalam

    kuesioner

    modifikasai CBA

    Cara ukur dengan

    skala likert 1-4

    Ordinal Total skor 22 88 Dengan

    pengelompokan:

    22 55 = Rendah

    56 88 = Tinggi

    Karakteristik Responden

    Umur Jumlah tahun sejak

    lahir sampai ulang

    tahun terakhir

    Bagian data

    karakteristik

    responden

    Interval Usia

    dalam tahun

    Jenis

    kelamin

    Gender yang dibawa

    sejak lahir

    dibedakan menjadi

    dua jenis kelamin

    laki-laki dan

    perempuan

    Bagian data

    karakteristik

    responden

    Nominal 1= pria

    2= wanita

    Tingkat

    pendidika

    n

    Pendidikan formal

    yang telah dilalui

    oleh responden

    Bagian data

    karakteristik

    responden

    Ordinal 1= SD

    2= SMP

    3=SMA

    4=PT

    Lama hari

    rawat

    Jumlah hari rawat

    mulai pasien masuk

    ke RSMM

    Bagian dari data

    responden

    Ordinal Jumlah hari

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 31 Universitas Indonesia

    BAB 4

    METODE PENELITIAN

    Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel, tempat

    penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, hasil uji validitas instrument

    penelitian, prosedur pengumpulan data, pengolahan dan analisa data.

    4.1.Desain Penelitian

    Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei deskriptif. Metode

    survei deskriptif didefinisikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan untuk

    mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat,

    memotret masalah kesehatan yang terkait dengan sekelompok penduduk

    (Notoatmodjo, 2010). Metode ini digunakan karena peneliti ingin mengetahui sejauh

    mana perilaku caring perawat terhadap pasien di Ruang Rawat Inap Umum RS Dr.

    H. Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor.

    4.2.Populasi Dan Sampel

    4.2.1 Populasi

    Populasi adalah jumlah keseluruhan individu yang menjadi acuan hasil-hasil

    penelitian akan berlaku (Kasjono & Yasril, 2009). Populasi dibagi menjadi dua

    kategori; populasi target yaitu seluruh unit dari populasi, dan populasi survey

    (populasi terjangkau) yaitu subunit dari populasi target yang menjadi dasar

    pengambilan sampel (Danim, 2003). Populasi target dalam penelitian ini adalah

    seluruh pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor.

    4.2.2 Sampel

    Sampel adalah sebagian dari populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur

    (Kasjono & Yasril,2009). Tahap pertama pengambilan sampel dalam penelitian

    ini dengan cara menentukan karakteristik umum subyek penelitian pada populasi

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 32

    Universitas Indonesia

    target dan populasi terjangkau, yang disebut kriteria inklusi dan karakteristik

    anggota pupolasi yang tidak dapat dijadikan sampel disebut kriteria ekslusi

    (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Subyek penelitian ini adalah pasien yang dirawat

    di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor, yang memenuhi kriteria inklusi

    sebagai berikut:

    1) Pasien yang sedang dirawat dan telah menjalani perawatan minimal 3 hari

    2) Dapat menulis dan membaca.

    3) Tingkat kesadaran penuh atau compos mentis

    4) Berusia minimal 17 tahun

    5) Bersedia menjadi responden.

    Tahap selanjutnya yaitu menghitung besar sampel yang akan diambil. Peneliti

    menganggap bahwa populasi pasien yang dirawat setiap waktu selalu berubah,

    sehingga tidak dapat ditentukan jumlah pasti dari populasi. Oleh karena itu,

    peneliti menggunakan rumus menghitung besar sampel untuk estimasi proporsi

    (Notoatmodjo, 2010), yaitu:

    (4.1)

    Keterangan:

    n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

    Z1-/2 = Deviat baku alfa / Z score, untuk 5% , Z = 1,96

    p = Proporsi kategori variable yang diteliti/ proporsi penelitian

    sebelumnya, jika tidak diketahui digunakan 0,5

    q = 1- p

    d = Presisi 5%

    Dari rumus diatas, peneliti dapat menghitung jumlah minimal sampel yang harus

    diambil yaitu:

    n = 1,96 x 0,5 x (1-0,5)

    0.05

    n= Z1-/2 . p (1-p)

    d

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 33

    Universitas Indonesia

    n = 0,49

    0,05

    n= 98 orang responden

    Berdasarkan hasil perhitungan di atas, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah

    minimal 98 orang. Peneliti juga mengantisipasi adanya sampel yang drop out

    sebanyak 10% (Sastroasmoro & Ismael, 2010), maka besar sampel yang

    dibutuhkan adalah:

    (4.2)

    Keterangan :

    n = Besar sampel yang dihitung

    f = Perkiraan proporsi drop out (10%)

    n = 98

    1-0,1

    n = 108,89 orang dibulatkan menjadi 109 orang responden

    Hasil perhitungan di atas menunjukkan jumlah sampel yang dibutuhkan pada

    penelitian ini minimal 109 orang responden. Teknik pengambilan sampel yang

    digunakan yaitu dengan menggunakan teknik Probability sampling yaitu

    pengambilan sampel dengan cara acak atau random, dimana setiap anggota

    populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel (Notoatmodjo,

    2010). Dalam teknik random sampling, anggota populasi harus bersifat homogen.

    Oleh karena itu, peneliti memilih teknik stratified random sampling karena

    populasi dalam penelitian ini bersifat heterogen yaitu terdiri dari beberapa

    kelompok pasien yang mendapatkan perawatan di ruang perawatan yang berbeda

    berdasarkan kelas perawatan.

    Ruang perawatan yang ada di RSMM yaitu kelas perawatan vip dan kelas 1

    utama, perawatan kelas 1 dewasa, perawatan kelas III dewasa, perawatan kelas II

    geriatrik, ruang perawatan anak, ruang bersalin, perinatologi dan ruangan ICU

    yang masing-masing memiliki karakteristik populasi yang berbeda-beda. Dalam

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 34

    Universitas Indonesia

    penelitian ini ada beberapa ruangan yang tidak termasuk dalam kriteria inklusi

    penelitian, sehingga peneliti mengambil sampel hanya pada ruangan-ruangan yang

    memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak empat ruangan terdiri dari ruang Arjuna

    (ruang perawatan vip dan kelas I utama), Ruang Bisma (ruang perawatan kelas I

    dewasa), ruang Antasena (ruang perawatan kelas III dan II dewasa), dan ruang

    Gayatri (ruang perawatan kelas II geriatrik).

    Dalam menentukan jumlah sampel untuk masing-masing ruangan, peneliti

    menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara acak stratifikasi. Teknik

    acak stratifikasi (stratified Random Sampling) yaitu pengambilan sampel dengan

    cara populasi yang heterogen dibagi kedalam lapisan-lapisan (strata), agar semua

    ciri-ciri populasi yang heterogen dapat terwakili (Kasjono & Yasril, 2009). Cara

    pengambilan sampel dilakukan dengan mengelompokan pasien kedalam

    kelompok-kelompok berdasarkan ruang perawatan, kemudian dihitung jumlah

    sampel yang akan diambil dari masing-masing ruangan dengan menggunakan

    perbandingan jumlah tempat tidur yang terdapat dalam setiap ruangan dengan

    jumlah seluruh tempat tidur yang ada dikalikan dengan jumlah keseluruhan

    sampel yang akan diambil. Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah

    sampel yang akan diambil dari masing-masing ruangan yaitu :

    (4.3)

    Uraian jumlah sampel yang akan diambil pada setiap ruangan dapat dilihat pada

    tabel 4.1.

    Tabel 4.1. Jumlah Sampel Untuk Masing-Masing Ruang Perawatan

    Ruang

    Perawatan

    Jumlah TT Perhitungan Jumlah

    Sampel

    Jumlah

    Responden

    Vip & I utama 11 n= 11/80 x 109 15

    Kelas I dewasa 16 n= 16/80 x 109 22

    Kelas III dewasa 38 n= 38/80 x 109 52

    Kelas II geriatrik 15 n= 15/80 x 109 20

    Jumlah 80 109

    n1= N1/N x n

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 35

    Universitas Indonesia

    4.3.Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Inap Umum RSMM Bogor. Peneliti

    memilih RSMM Bogor, karena merupakan rumah sakit jiwa pusat dan dijadikan

    rujukan nasional bagi pelayanan pasien psikiatrik, dan sedang mengembangkan

    pelayanan bagi pasien non psikiatrik (umum). Ruang perawatan umum merupakan

    pelayanan baru yang dikembangkan di RSMM sejak tahun 2002. Sehingga

    merupakan tantangan baru bagi perawat dalam penerapan perilaku caring bagi

    pasien umum yang memiliki karakteristik berbeda dengan pasien psikiatrik.

    Belum adanya catatan atau laporan yang jelas mengenai caring perawat juga

    menjadi alasan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di tempat ini.

    Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas tentang perilaku caring perawat di

    ruang perawatan umum, maka peneliti akan mengambil sampel berdasarkan

    perwakilan dari masing-masing ruangan yang memenuhi kriteria inklusi dan

    ekslusi penelitian. Ruangan yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

    empat ruangan yaitu; (1) ruang perawatan VIP dan kelas I utama, (2) Ruang

    perawatan dewasa kelas I, (3) Ruang perawatan dewasa kelas II dan III, (4) ruang

    perawatan geriatrik. Sedangkan untuk ruangan bersalin, ruang perawatan anak dan

    ICU tidak diikut sertakan dalam penelitian ini karena ketiga ruangan tersebut tidak

    sesuai dengan kriteria inklusi penelitian ini.

    4.4.Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012,

    dan waktu pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2012 sampai

    dengan 28 Mei 2012. Jadual kegiatan penelitian dapat dilihat pada halamam

    lampiran.

    4.5.Etika Penelitian

    Sebagai rasa tanggung jawab peneliti, penelitian ini dilakukan dengan

    memperhatikan etika penelitian, yaitu prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 36

    Universitas Indonesia

    kegiatan penelitian mulai dari penyusunan proposal, sampai dengan publikasi

    (Notoatmodjo, 2010). Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memegang teguh

    pada etika penelitan sesuai dengan tiga prinsip utama etika penelitian yaitu;

    beneficience (memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan), Respect

    for human dignity (menghormati harkat dan martabat manusia), dan Justice

    (keadilan) (Polit & Beck, 2004).

    4.5.1. Beneficience (Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian Yang Ditimbulkan)

    Prinsip beneficience dapat ditunjukan dengan melindungi responden dari kerugian

    atau hal-hal yang membahayakan bagi responden, melindungi responden dari

    eksploitasi, dan rasa sakit atau ketidaknyamanan akibat penelitian (Polit & Beck,

    2004). Dalam sebuah penelitian, seorang peneliti harus memperhitungkan manfaat

    dan resiko yang akan ditimbulkan bagi responden dan resiko serta manfaat bagi

    masyarakat. Dalam melakukan penelitian ini peneliti memperhitungkan manfaat

    dan kerugian yang akan ditimbulkan. Peneliti meyakini bahwa penelitian ini akan

    memberikan manfaat yang besar bagi kemajuan keperawatan yang akhirnya dapat

    memberikan manfaat yang besar terhadap pasien. Penelitian ini tidak

    menimbulkan efek negatif secara fisik atau psikologis baik bagi pasien maupun

    keluarga pasien. Penelitian ini juga memegang prinsip melindungi pasien dari

    ketidaknyamanan (Protection from discomfort), dengan cara menghargai kondisi

    dan perasaan pasien, sehingga peneliti tidak mengikut sertakan pasien yang

    sedang dalam keadaan kritis atau sedang mengalami ketidaknyamanan (nyeri,

    pusing, atau pasien yang baru dilakukan operasi).

    4.5.2. Respect for human dignity (Menghormati Harkat dan Martabat Manusia)

    Peneliti juga memegang teguh prinsip etik penghargaan terhadap harkat dan

    martabat manusia, yang meliputi perlindungan terhadap hak keikutsertaan secara

    sukarela (Self determination) dan hak untuk mendapatkan informasi tentang

    penelitian (Full Disclosure) (Polit & Beck, 2004). Self Determination

    mengandung makna bahwa calon responden memiliki hak untuk memutuskan

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 37

    Universitas Indonesia

    keikutsertaannya secara sukarela dalam penelitian (Polit & Beck, 2004). Sebelum

    melakukan penelitian, peneliti memberikan lembar persetujuan (informed consent)

    kepada seluruh responden, dan responden menandatangani surat persetujuan

    tersebut setelah membaca dan memahami isi lembar persetujuan. Peneliti

    menghargai hak calon responden untuk ikut serta ataupun tidak ikut serta dalam

    penelitian ini. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan

    memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden. Responden berhak untuk

    ikut serta ataupun mengundurkan diri dari keikutsertaannya sebagai responden.

    Prinsip full disclosure mengandung makna bahwa peneliti menjelaskan proses

    penelitian (Polit & Beck, 2004). Dalam penelitian ini, sebelum pengumpulan data

    peneliti menjelaskan tujuan, manfaat serta proses pengumpulan data yang akan

    dilakukan. Peneliti menjelaskan secara lengkap dan tidak ada sesuatu yang

    disembunyikan dari responden.

    4.5.3. Justice (Prinsip Keadilan)

    Prinsip keadilan dalam penelitian merupakan prinsip yang menghargai hak

    responden untuk diperlakukan secara adil dan perlindungan terhadap privasi

    responden (Polit & Beck, 2004). Semua responden dalam penelitian ini dihormati

    dan diberikan perlakuan yang sama, tanpa ada perbedaan. Pemilihan responden

    dilakukan secara acak berdasarkan kriteria inklusi yang ditetapkan, bukan karena

    faktor subjektifitas peneliti. Seluruh pasien yang memenuhi kriteria memiliki

    kesempatan yang sama untuk dijadikan responden dalam penelitian ini.

    Penelitian ini juga menghargai privasi responden dimana responden memiliki hak

    untuk mendapatkan jaminan bahwa data dan informasi yang mereka sampaikan

    akan dijaga kerahasiaannya (Polit & Beck, 2004). Dalam menerapkan prinsip ini,

    peneliti menggunakan prinsip anonimyty dengan cara tidak mencantumkan nama

    responden pada kuesioner. Peneliti hanya mencantumkan kode responden, usia,

    jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama hari rawat pada kuesioner data

    demografi responden. Prinsip privacy dilakukan dengan cara tidak menginvasi

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 38

    Universitas Indonesia

    melebihi batas yang diperlukan. Prinsip confidentiality atau kerahasiaan dilakukan

    dengan tidak mengemukakan identitas dan seluruh data atau informasi responden

    kepada siapapun. Peneliti menyimpan data yang terkumpul di tempat yang aman,

    dan tidak terbaca oleh orang lain. Setelah selesai penelitian, Peneliti akan

    memusnahkan kuesioner yang terkumpul, untuk menjaga kerahasiaan data

    responden.

    4.6.Alat Pengumpulan Data

    Penelitian ini menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Sesuai dengan

    tujuan penelitian, maka instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik,

    sehingga responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-

    tanda tertentu (Notoatmodjo, 2010).

    Kuesioner yang digunakan adalah bentuk kuesioner dengan pertanyaan tertutup

    (Closed Ended). Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian I adalah

    kuesioner tentang karakteristik responden, dan kuesioner bagian II adalah

    kuesioner tentang perilaku caring perawat yang dipersepsikan oleh pasien.

    4.6.1. Instrumen Bagian I (karakteristik responden)

    Instrumen karakteristik responden berisi pertanyaan tentang data demografi

    responden yang terdiri dari: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama

    hari rawat. Instrumen karakteristik responden dapat dilihat pada halaman

    lampiran.

    4.6.2. Instrumen Bagian II (Prilaku caring perawat)

    Instrumen perilaku caring perawat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil

    modifikasi koesioner dari penelitian Suryani (2010). Instrumen ini merupakan

    Gambaran perilaku..., Ade Lisna Yuliawati, FIK UI, 2012

  • 39

    Universitas Indonesia

    modifikasi dari Caring Behaviors Assessment Tool (CBA) yang dikembangkan

    oleh Cronin dan Harrison (1988). Instrumen perilaku caring perawat dapat dilihat

    pada halaman lampiran.

    Pada penelitian Suryani (2010), instrumen ini telah melalui dua kali uji validitas

    dan reliabilitas yang dilakukan terhadap 30 pasien di dua rumah sakit yang

    berbeda di wilayah Jakarta. Dengan hasil dari 63 item pernyataan tentang perilaku

    caring perawat, didapatkan 16 pernyataan tidak valid dengan kisaran nilai 0,213-

    0,971. Maka Suryani (2010) tidak memasukan pernyataan yang tidak valid

    tersebut kedalam kuesioner dan jumlah akhir kuesioner menjadi 47 item

    pernyataan tentang perilaku caring perawat. Sedangkan hasil uji reliabilitas

    terhadap pernyataan yang dinyatakan valid, mendapatkan hasil r alpha=0,981,

    atau r alpha 0,6 artinya variabel reliable (Hastono, 2007 dalam Suryani 2010).

    Berdasarkan hasil uji instrument tersebut, peneliti menganggap bahwa kuesioner

    ini layak untuk dijadikan instrumen yang sesuai untuk penelitian ini.

    Pengukuran pada kuesioner ini dilakukan dengan menggunakan skala likert 1

    sampai 4, dimana: 1= sangat tidak setuju, jika pernyataan tersebut sama sekali

    tidak sesuai dengan pendapat atau kondisi sebenarnya, 2= tidak setuju, jika

    pernyataan tersebut tidak sesuai dengan pendapat atau kondisi yang dialami, 3=

    setuju, jika pernyataan sesuai dengan pendapat atau kondisi yang dialami, dan 4=

    sangat setuju, jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan pendapat atau kondisi

    yang di