cara kerja pemancar tv

17
Prinsip Kerja Pemancar TV Di dalam Pemancar TV terdapat dua sinyal yang dipancarkan sekaligus, yaitu sinyal gambar dan sinyal suara. Frekuensi kerja Pemancar TV berada pada spektrum frekuensi VHF (174 - 230 MHz) dan UHF (470 - 806 MHz). Kedua sinyal tersebut dibangkitkan terlebih dahulu di frekuensi antara (IF) dimana sesuai rekomendasi CCIR frekuensi sinyal pembawa gambar telah ditetapkan sebesar 38,9 MHz dan frekuensi sinyal pembawa suara 33,4 MHz. Dari sini kemudian frekuensi kedua sinyal ini digeser ke frekuensi kerjanya sesuai dengan nomor kanal yang dikehendaki. Tentang mekanisme penggeseran frekuensi ini bisa dibaca lebih lanjut di bawah, sedangkan untuk mengetahui lebih detail tentang pembangkitan sinyal gambar dan sinyal suara dapat dibaca dalam artikel Modulator Gambar dan PLL sebagai Modulator FM. Gambar (1) Diagram Pemancar-TV dengan separate amplifier Gambar (1) memperlihatkan diagram dari sebuah pemancar TV dimana di dalamnya terdapat dua buah amplifier. Satu amplifier sebagai penguat sinyal gambar dan satu amplifier lagi sebagai penguat sinyal suara. Dua buah RF amplifer di dalam Pemancar TV seperti ini sering disebut dengan Separate Amplifier. Di era sebelum tahun 90-an satu-satunya RF Amplfier yang mampu menghasilkan daya pancar yang besar hanyalah tabung klystron. Tabung klystron memiliki gain yang sangat besar (40dB), sehingga dengan gain sebesar ini penguat tabung klystron mampu

Upload: chaerul

Post on 02-Dec-2015

329 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Tugas mata kuliah dasar telekomunikasi

TRANSCRIPT

Page 1: Cara Kerja Pemancar TV

Prinsip Kerja Pemancar TV

Di dalam Pemancar TV terdapat dua sinyal yang dipancarkan sekaligus, yaitu sinyal gambar dan sinyal suara. Frekuensi kerja Pemancar TV berada pada spektrum frekuensi VHF (174 - 230 MHz) dan UHF (470 - 806 MHz). Kedua sinyal tersebut dibangkitkan terlebih dahulu di frekuensi antara (IF) dimana sesuai rekomendasi CCIR frekuensi sinyal pembawa gambar telah ditetapkan sebesar 38,9 MHz dan frekuensi sinyal pembawa suara 33,4 MHz. Dari sini kemudian frekuensi kedua sinyal ini digeser ke frekuensi kerjanya sesuai dengan nomor kanal yang dikehendaki. Tentang mekanisme penggeseran frekuensi ini bisa dibaca lebih lanjut di bawah, sedangkan untuk mengetahui lebih detail tentang pembangkitan sinyal gambar dan sinyal suara dapat dibaca dalam artikel Modulator Gambar dan PLL sebagai Modulator FM.

Gambar (1) Diagram Pemancar-TV dengan separate amplifier

Gambar (1) memperlihatkan diagram dari sebuah pemancar TV dimana di dalamnya terdapat dua buah amplifier. Satu amplifier sebagai penguat sinyal gambar dan satu amplifier lagi sebagai penguat sinyal suara. Dua buah RF amplifer di dalam Pemancar TV seperti ini sering disebut dengan Separate Amplifier.

Di era sebelum tahun 90-an satu-satunya RF Amplfier yang mampu menghasilkan daya pancar yang besar hanyalah tabung klystron. Tabung klystron memiliki gain yang sangat besar (40dB), sehingga dengan gain sebesar ini penguat tabung klystron mampu menghasilkan daya pancar hingga 70 kW cukup di-drive dengan sinyal input sebesar 7 watt saja. Di sisi lain penguat driver dengan output 7 watt secara praktis sangat mudah dibuat, sehingga dengan demikian transistor sebagai penguat driver dan tabung klystron sebagai penguat akhir (Po-Amp) menjadi pasangan yang sangat serasi pada jamannya.

Kelemahan dari penguat tabung klystron adalah sifatnya yang kurang linier, sehingga tidak cocok untuk digunakan memperkuat dua sinyal sekaligus (sinyal gambar dan suara). Sebab sifat ketidak-linieran-nya itu akan menyebabkan intermodulasi antar kedua sinyal (saling memodulasi satu sama lain). Itulah sebabnya di masa itu pemancar-pemancar TV berdaya pancar besar, dengan tabung klystron sebagai amplifiernya, selalu menggunakan sistem

Page 2: Cara Kerja Pemancar TV

Separate Amplifier. Penjumlahan sinyal gambar dan sinyal suara kemudian dilakukan di sisi output kedua amplifier.

Dengan semakin membaiknya teknologi komponen, kelinieran amplifier menjadi semakin mudah diperoleh. Maka pemakaian sistem separate amplifier makin lama makin ditinggalkan. Kini pemakaian common amplifier (satu amplifier untuk memperkuat dua sinyal) menjadi lebih populer, karena lebih praktis, lebih sederhana dan lebih murah. Gambar (2) memperlihatkan diagram pemancar TV dengan sistem Common Amplifier.

Gambar (2) Diagram Pemancar-TV dengan common amplifier

Transistor-transistor RF dengan daya output yang besar kini juga semakin banyak tersedia. Selain itu transistor, ketika dioperasikan pada titik kerja yang tepat, akan mampu menghasilkan penguatan yang sangat linier. Selanjutnya, berhubung transistor bekerja pada tegangan yang relatif rendah (48 volt), maka beberapa penguat transistor dapat disusun secara paralel sedemikian rupa sehingga diperoleh penjumlahan arus RF dari masing-masing penguat. Perkalian dari tegangan dan jumlah arus RF ini akan menghasilkan daya RF output yang lebih besar. Susunan penguat transistor dengan daya RF output hingga 20 kW kini sudah banyak tersedia di pasar.

Bila menginginkan daya pancar yang lebih besar lagi maka penguat Tabung Tetroda dan penguat IOT (Inductive Output Tube) menjadi pilihan berikutnya. Penguat Tabung Tetroda misalnya, mampu menghasilkan daya RF output sebesar 30 kW, sedangkan penguat IOT mampu menghasilkan daya output hingga 100 kW. Kedua jenis penguat tabung ini juga dikenal sangat linier sehingga cocok digunakan pada pemancar TV dengan sistem Common Amplifier. Untuk mengetahui lebih rinci tentang keistimewaan kedua penguat ini dapat dibaca lebih lanjut dalam artikel Penguat Tabung dan Penguat IOT.

STANDAR SIARAN TV DI INDONESIA

Pemancar TV di Indonesia mengadopsi sistem PAL-B (VHF) dan PAL-G (UHF) dengan spesifikasi teknik mengikuti rekomendasi ITU-RBT.470-4. Pemerintah Indonesia telah menetapkan suatu standar melalui Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmen) Nomor 76 tahun 2004 tentang “Rencana induk frekuensi radio untuk keperluan siaran televisi analog pada pita UHF”. Di dalam lampiran Kepmen ini diuraikan spesifikasi pemancar TV secara umum sebagai berikut:

Page 3: Cara Kerja Pemancar TV

A. PEMANCAR GAMBAR

1. Jenis Pancaran : C3F – Negatif 2. Sistem modulasi : AM – Vestegial Side Band (Analog)3. Jenis Transmisi : Negatif4. Indeks Modulasi : maksimum 90%5. Frekuensi Pembawa IF :38,9 MHz

B. PEMANCAR SUARA

1. Jenis Pancaran : F3E 2. Sistem Modulasi : FM (Analog)3. Simpangan Frekuensi : +/- 50 kHz (maksimum)4. Pre-Emphasis : 50 µs5. Frekuensi Pembawa IF : 33,4 MHz6. Kekuatan / Daya pancar : Min 5% dan Maks 10% dari daya pancar Pemancar Gambar

C. SPEKTRUM FREKUENSI

Translasi Frekuensi

Ada fenomena menarik dalam domain frekuensi. Bahwa frekuensi sinyal itu bisa dijumlah, dikurang, dikali dan dibagi. Mirip bilangan bulat biasa. Ada juga hal yang tak kalah menariknya, yaitu penjumlahan dan pengurangan frekuensi itu berasal dari perkalian dua sinyal. Perkalian, penjumlahan dan pengurangan frekuensi ini hanya bisa terjadi dalam sistem non-linier.

Sebuah sistem disebut linier bila bentuk sinyal output yang dihasilkan sama persis dengan bentuk sinyal inputnya. Sebagai contoh misalnya kabel coaxial. Sebuah sinyal yang

Page 4: Cara Kerja Pemancar TV

dilewatkan kabel coaxial tidak akan mengalami perubahan bentuk, hanya daya/amplitudonya saja yang berkurang (akibat redaman kabel). Demikian juga dengan audio amplifier. Sebuah test tone 1 kHz yang dimasukkan ke amplifier tidak akan berubah bentuknya. Frekuensinya tetap sama (1 kHz) dan hanya amplitudonya saja yang bertambah besar( akibat gain amplifier). Bila ada frekuensi lain selain test tone 1 kHz,, maka dikatakan amplifier ini bersifat non-linier.

Dalam hal audio, kelinieran amplifier sangat penting agar tidak muncul frekuensi-frekuensi yang tidak dikehendaki. Tetapi dalam kasus lain sifat non-linier justru sangat dibutuhkan. Sifat non-linier ini muncul akibat adanya komponen elektronik yang bisa "merusak" bentuk sinyal. Misalnya dioda atau transistor.

Dioda hanya bisa mengalirkan arus ke satu arah saja. Bila diberi masukan berupa sinyal bolak balik maka dioda akan memotong-motong sinyal itu hingga menjadi setengah gelombang saja. Ini berarti sinyal bolak-balik itu telah “dirusak” oleh dioda. Menurut deret Fourier sinyal yang “rusak” (bukan sinus murni) adalah merupakan jumlah dari sinyal-sinyal harmonik yang tak berhingga jumlahnya. Maksudnya, bahwa di dalam sinyal yang "rusak" ini terkandung komponen-komponen frekuensi harmonik yang tak terhingga banyaknya.

Hal yang sama juga terjadi pada transistor. Penguat transistor yang dioperasikan di kelas B atau C juga bersifat "merusak" sinyal, apalagi bila amplitudo sinyal inputnya terlalu besar. Penguat transistor pada gambar (1.b) adalah rangkaian penguat yang sengaja didesain agar bersifat non-linier. Dalam rangkaian ini sinyal osilator yang masuk (Lo) diperkuat oleh amplifier kemudian dilewatkan ke dalam rangkaian hard limitter agar bentuknya berubah mirip pulsa persegi. Tujuannya adalah untuk menyalakan dan mematikan transistor seperti layaknya switch. Dioda pada gambar (1.a) juga berfungsi sebagai switch yang berfungsi untuk "merusak" sinyal Lo. Sinyal Lo yang rusak ini kemudian dijumlahkan dengan sinyal IF sehingga diperoleh intermodulasi antar keduanya. Dari sinilah translasi frekuensi dari IF ke RF terjadi.

Gambar (1): Contoh implementasi sistem non-linier berupa (a) mixer pasif (b) mixer aktif

Translasi frekuensi sangat dibutuhkan bagi sebuah sebuah sinyal (yang membawa pesan dengan bandwitdh tertentu) untuk ditempatkan pada satu kanal tertentu. Misalnya sebuah sinyal TV yang harus digeser frekuensinya dari IF ke RF. Dengan mengetahui besarnya

Page 5: Cara Kerja Pemancar TV

frekuensi IF dan RF kita bisa menghitung besarnya frekuensi lokal osilator (Lo) yang dibutuhkan.

Gambar di bawah ini memperlihatkan mekanisme translasi sebuah sinyal TV. Pada gambar (2.c) di bagain kiri terdapat sinyal TV dengan frekuensi pembawa suara 33,4 MHz dan pembawa gambar 38.9 MHz. Kedua sinyal ini kemudian dimasukkan kedalam sistem non-liner lalu dijumlahkan dengan sinyal osilator 249,15 MHz. Sesuai sifat dasarnya yang "merusak" maka di output sistem non-linier ini akan muncul sekian banyak komponen-komponen frekuensi harmonik maupun produk intermodulasi. Dari sekian banyak sinyal ini hanya komponen selisih lah yang dalam kasus ini kita butuhkan. Maka dengan sebuah filter yang memiliki respons seperti pada gambar (2.d) kita bisa mengambil sinyal yang kita butuhkan ini. Sementara komponen-komponen frekuensi yang lain dibuang oleh filter. Hasilnya adalah sebuah sinyal TV kanal 9 dengan spektrum sebagaimana ditujukkan dalam gambar (2.e).

Gambar (2): Mekanisme translasi frekuensi sinyal TV

Konsep Penggeseran Frekuensi

Mixer adalah sebuah sistem non-liner yang berfungsi untuk mencampur dua buah sinyal dalam rangka untuk mendapatkan komponen frekuensi jumlah atau selisih. Komponen jumlah atau selisih ini berasal dari produk intermodulasi kedua sinyal yang kemudian melahirkan perkalian dari dua sinyal itu. Itulah sebabnya mixer juga sering disebut dengan rangkaian pengali. Simbolnya adalah kali (x).

Gambar (a) Mixer sebagai model sistem non-linier (b) Simbol mixer sbg rangkaian pengali

Page 6: Cara Kerja Pemancar TV

Sebuah sistem non-linier akan menghasilkan komponen-komponen sinyal yang secara matematis dapat dituliskan sbb.:

Dari persamaan di atas terlihat bahwa mixer akan menghasilkan sinyal-sinyal dengan komponen frekuensi yang tak terhingga banyaknya. Dengan sebuah filter komponen-komponen frekuensi yang demikian banyak itu dapat dengan mudah dihilangkan, dan selanjutnya hanya satu komponen frekuensi yang dibutuhkan saja yang diambil. Oleh karena itu setelah mixer umumnya diikuti dengan sebuah filter.

Produk intermodulasi orde dua (n = 2) adalah komponen yang paling dibutuhkan, karena dari produk inilah akan dihasilkan komponen frekuensi jumlah dan frekuensi selisih. Untuk orde dua, di output mixer akan terdapat komponen sinyal sbb:

Di sini terlihat bahwa suku kedua dari persamaan ini adalah berupa perkalian antara dua sinyal input. Bila kedua sinyal ini berupa sinyal cosinus dan frekuensi masing-masing adalah fa dan fb serta amplitudo masing-masing adalah Aa dan Ab, maka persamaan di atas bisa dituliskan lagi menjadi:

Kemudian dengan menggunakan dalil-dalil trigoniometri, suku kedua yang berisi perkalian dua sinyal itu bila diturunkan secara terpisah akan menjadi:

Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa produk perkalian dua buah sinyal ternyata menghasilkan komponen frekuensi jumlah (fa + fb) dan komponen frekuensi selisih (fa - fb).

Page 7: Cara Kerja Pemancar TV

Pertanyaan penting berikutnya adalah bagaimana bila salah satu dari dua sinyal itu berupa sinyal yang sudah berisi pesan, misalnya pesan yang dimodulasikan secara AM atau FM? Mari kita lihat bila misalnya :

Maka berdasarkan dalil-dalil trigoniometri mudah dibuktikan bahwa produk perkalian antara sinyal A (osilator) dengan sinyal B (sinyal bermudulasi AM atau FM) akan menghasilkan:

Kedua persamaan ini memperlihatkan bahwa struktur matematik dari sinyal AM maupun sinyal FM tidak berubah, dan hanya frekuensi pembawanya saja yang mengalami pergeseran sebesar fa + fb dan fa - fb. Dengan demikian menjadi jelas bahwa mixer mampu menghasilkan pergeseran frekuensi tanpa menghilangkan pesan atau informasi yang terkandung di dalamnya.

Sifat mixer sebagai rangkaian pengali inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk menggeser frekuensi dari satu frekuensi ke frekuensi lain. Pada pesawat penerima super heterodyne misalnya, mixer dimanfaatkan untuk menurunkan frekuensi dari RF ke IF, sedangkan pada pemancar TV mixer dimanfaatkan untuk menggeser frekuensi dari IF ke RF. Aplikasi mixer sangatlah luas, dan bahkan hampir semua peralatan komunikasi yang menggunakan frekuensi radio selalu terdapat rangkaian mixer di dalamnya. Sebab hanya dengan mixer inilah penggeseran frekuensi bisa dengan mudah dilakukan.

Prinsip Kerja Mixer

Salah satu komponen dasar dari rangkaian mixer adalah dioda. Sifatnya yang hanya mengalirkan arus ke satu arah membuat dioda dapat dilihat sebagai sebuah switch yang akan ON pada saat tegangan input lebih tinggi dari outputnya, dan akan OFF bila sebaliknya. Ketika tegangan sinusoidal dialirkan ke dioda maka hanya pada saat siklus positif saja tegangan akan dilewatkan sedangkan pada saat siklus negatif tidak. Dengan demikian tegangan yang semula sinusoidal tersebut, setelah melalui dioda, akan menjadi tegangan searah dan berbentuk setengah gelombang yang terputus-putus. Ini berarti tegangan sinusoidal tersebut telah “dirusak” oleh dioda. Menurut teorema Deret Fourier, sinyal periodik yang “rusak” ini (maksudnya bukan sinusoidal murni) merupakan jumlah dari sinyal-sinyal harmonik yang tak berhingga jumlahnya. 

Page 8: Cara Kerja Pemancar TV

Bila dua buah sinyal dimasukkan ke dalam dioda maka bisa dipastikan kedua sinyal akan “dirusak” sehingga akan menghasilkan produk harmonik dan produk intermodulasi antar kedua sinyal. Oleh karena itu sifat dioda yang “merusak” sinyal hingga menghasilkan produk-produk harmonik dan intermodulasi ini dikatakan bersifat non-linier, dimana sifat non linier ini justru sangat dibutuhkan dalam rangkaian mixer.

Sifat non-linier dioda juga bisa dilihat dari kurva karakteristiknya. Kurva arus terhadap tegangan pada dioda tidaklah berupa garis lurus, melainkan melengkung. Dalam matematika, garis yang melengkung berarti tidak linier. Pada lengkungan tertentu, ketidak linieran itu bisa bersifat kuadratis (orde dua). Ini berarti di dalam karakteristik dioda terdapat ketidaklinieran orde dua yang mana hal ini sangat dibutuhkan untuk menghasilkan komponen frekuensi jumlah dan selisih. Sifat non-linier seperti inilah yang membuat dioda sangat ideal untuk dijadikan sebagai komponen utama dalam rangkaian mixer, dimana mixer merupakan alat vital dalam proses  pergeseran frekuensi . Contoh rangkaian mixer berbasis dioda diperlihatkan pada gambar 1.19.3a.

Gambar 1.19.3: a) Rangkaian balance modulator sebagai mixer pasifb) Sebuah model rangkaian mixer aktif.

Mixer yang menggunakan dioda sebagi komponen non-liniernya tidak membutuhkan catu daya dalam operasinya, sehingga mixer jenis ini sering disebut sebagai mixer pasif. Sebaliknya mixer yang menggunakan transistor sebagai komponen non-liniernya disebut mixer aktif, mengingat mixer jenis ini membutuhkan catu daya dalam operasinya.

Di dalam mixer aktif sinyal osilator yang masuk akan diperkuat oleh amplifier, lalu dilewatkan ke dalam rangkaian hard limitter agar bentuk sinyal yang semula sinusoidal menjadi hampir persegi. Sinyal persegi ini dimaksudkan untuk mengaktifkan dan mematikan transistor seperti layaknya switch On dan OFF pada dioda. Dalam beberapa hal, sifat transistor memang mirip dengan dioda. Sinyal IF kemudian dijumlahkan melalui Emitor TR1 dan produk non-linier yang dihasilkan dikeluarkan melalui Emitor penguat arus TR2 (gambar 1.19.3b).

Pada mixer aktif level sinyal osilator yang dibutuhkan relatif kecil, sekitar 200 sampai 280 mVpp, karena di dalam mixer aktif sudah disediakan rangkaian penguat sinyal. Sebaliknya, mixer pasif membutuhkan level osilator yang relatif lebih besar (sekitar 1400 sampai 2000

Page 9: Cara Kerja Pemancar TV

mVpp) agar fungsi dioda sebagai switch dapat bekerja dengan sempurna. Beberapa contoh mixer pasif diantaranya adalah MC1502, M53T dan TUF-5, sedangkan contoh mixer aktif diantaranya adalah IC tipeAD8343 dan U2795B.

Sifat non-linier dari mixer inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai komponen utama dalam proses translasi frekuensi. Pada pesawat penerima super-heterodyne mixer dimanfaatkan untuk menurunkan frekuensi dari RF ke IF (down converter), sedangkan pada pemancar, mixer dimanfaatkan untuk menaikkan frekuensi dari IF ke RF (up converter).

Modulator Gambar

Untuk siaran TV di Indonesia, sinyal gambar dipancarkan menggunakan modulasi AM. Untuk itu perlu diketahui lebih dulu tentang bagaimana cara membuat gelombang bermodulasi AM. Salah satu cara yang paling umum dilakukan adalah dengan memanfaatkan transkonduktansi transistor. Dalam sebuah transistor Penguat Tegangan besarnya faktor penguatan tegangan adalah:

Av = - gm . ZL

Av = Faktor penguatan tegangangm = TranskonduktansiZL = Impedansi beban output penguat

Besarnya nilai transkonduktansi (gm) adalah berbanding lurus dengan arus bias di kolektor (Ic), dan nilai transkonduktansi (gm) ini juga dipengaruhi oleh suhu dimana pada suhu kamar (300 °K) nilai gm = Ic / 0.026, sehingga persamaan Penguat Tegangan di atas bisa diubah menjadi :

Av = (Ic / 0.026) . ZL

Dari persamaan ini terlihat bahwa faktor penguatan tegangan berbanding lurus dengan arus bias yang mengalir pada kolektornya (Ic). Dengan demikian bila dengan suatu cara kita bisa mengubah Ic ini maka faktor penguatan tegangan akan berubah secara linier terhadap perubahan Ic itu. Bila penguatan ini berubah-ubah berarti tegangan atau amplitudo sinyal output yang dihasilkan akan berubah-ubah pula. Nah dari sinilah sinyal bermodulasi AM kemudian dihasilkan.

Sekarang kita lihat cara kerja rangkaian Penguat Arus. Sesuai namanya, Penguat Arus tidak memperkuat amplitudo tegangan, tetapi memperkuat arus. Jadi bila kita masukkan sinyal input ke dalam Penguat Arus maka tegangan di output akan sama dengan tegangan di input, sedangkan arus yang mengalir di output yang membesar.

Selanjutnya Penguat Tegangan dan Penguat Arus itu kita rangkai secara seri sehingga kita akan mendapatkan rangkaian modulator AM yang sangat populer yang disebut Two

Page 10: Cara Kerja Pemancar TV

Transistor Transconductance Modulator (T3M). Rangkaian ini dinilai sangat cocok digunakan sebagai modulator gambar karena:

1. Hasil modulasinya sangat linier2. Mampu dimodulasi oleh sinyal video yang memiliki bandwitdh sangat lebar3. Mampu menghasilkan indeks modulasi yang tinggi (lebih dari 90%).4. Daya RF output yang dihasilkan relatif besar5. Rangkaiannya sederhana / tidak rumit6. Komponennya mudah diperoleh dan harganya relatif murah

T3M adalah rangkaian penguat dua transistor yang dirangkai secara seri sebagaimana terlihat pada gambar (1). Transistor pertama (TR1) adalah Penguat Tegangan dengan input berupa sinyal carrier (Vc), sedangkan Transistor kedua (TR2) adalah Penguat Arus dengan input berupa sinyal video (Vm) . Secara garis besar cara kerja rangkain ini adalah sbb.:

Gambar (1) Rangkaian Two Transistor Transconductance Modulator (T3M)

Besarnya faktor penguatan TR1 tergantung dari arus yang mengalir pada arus bias di kolektornya (IC1) dimana besarnya IC1 ini kira-kira akan sama dengan arus yang mengalir di emitor (IE1), dengan asumsi arus yang mengalir di Base sangat kecil sehingga bisa diabaikan. Demikian juga besarnya IE1 kira-kira akan sama dengan IE2, yaitu arus yang mengalir pada emitor TR2, mengingat TR1 dan TR2 ini dirangkai secara seri. Besarnya IE2 adalah sama dengan Tegangan VE2 dibagi dengan resitor R4. Dan berhubung R4 berharga tetap, maka IE2 akan sebanding dengan VE2.

Nah berhubung TR2 adalah penguat arus (bukan penguat tegangan) maka VE2 akan selalu sebanding dengan sinyal inputnya (Vm). Jadi faktor penguatan TR1 akan menjadi sebanding dengan sinyal yang dimasukkan ke input TR2, yaitu Vm. Lalu mengingat input TR1 adalah

Page 11: Cara Kerja Pemancar TV

sinyal carrier yang amplitudonya tetap tetap maka output dari TR1 (Vo) akan berupa sinyal AM dimana amplitudonya akan berubah-ubah sebanding dengan sinyal Vm.

Gambar (2) adalah sebuah contoh rangkaian T3M dimana TR1 diberi input sinyal pembawa [Vc(t)] sedangkan TR2 diberi input berupa sinyal video dengan polarisasi yang sudah terbalik [Vm(t)]. Dari rangkaian inilah kemudian dihasilkan sinyal gambar bermudulasi AM [Vo(t)]. Dalam gambar (2) terlihat adanya rangkaian clamping yang befungsi mengembalikan komponen DC sinyal video akibat kopling kapasitor.

Gambar (2) Salah satu contoh rangkaian modulator gambar

Indeks modulasi (dinyatakan dalam persen) adalah sebuah angka yang menyatakan seberapa besar sinyal pembawa menyimpang akibat dari sinyal pemodulasi. Indeks modulasi 100 % berarti seluruh sinyal pembawa termodulasi total, dan hal ini harus di hindari. Menurut standar yang berlaku, indeks modulasi maksimum untuk sinyal gambar adalah 90%. Angka ini akan dicapai pada saat sinyal video berada pada putih puncak (peak white) atau gambar yang paling terang.

Bila indeks modulasi melebihi 90% akan menyebabkan terjadinya Incidental Carrier Phase Modulation (ICPM) di pesawat penerima. Efeknya adalah berupa suara berisik yang sangat mengganggu pada saat di layar terdapat gambar yang sangat terang atau putih puncak. Untuk itu indeks modulasi harus dibatasi agar tidak melampaui 90%. Rangkaian "White Clip" biasanya dipasang untuk membatasi indeks modulasi ini.

Sinyal pemodulasi yang dimasukkan ke dalam rangkaian ini adalah sinyal video, maka besarnya indeks modulasi dapat diatur dengan cara mengatur besarnya level video input. Dalam contoh pada gambar (3) besarnya indeks modulasi diatur melalui resistor variabel 100

Page 12: Cara Kerja Pemancar TV

ohm yang terletak di input penguat video. Gambar (3) adalah sebuah contoh rangkaian modulator gambar lengkap dengan osilator sinyal pembawa gambar (33,9 MHz), penguat video dan pembalik fasa, rangkaian clamping dan modulator AM.

Gambar (3) Sebuah contoh rangkaian modulator gambar

Sumber: http://www.2wijaya.com/Pemancar_TV.htm

Nama : A. Muh. Zulkifli Nadjib

NIM : D41114505

Kelas : Teknik Elektro B