candi ceto dan kebon teh karanganyar

18
Candi Ceto Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi , cari Tampak depan Candi Ceto Candi Cetho (ejaan bahasa Jawa : cethå) merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda . Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh . Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng , Kecamatan Jenawi , Kabupaten Karanganyar , pada ketinggian 1400m di atas permukaan laut. Sampai saat ini, komplek candi digunakan oleh penduduk setempat yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan dan populer sebagai tempat pertapaan bagi kalangan penganut agama asli Jawa/Kejawen . [sunting ] Susunan bangunan

Upload: dewirimayani

Post on 05-Jul-2015

252 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Candi Ceto Dan Kebon Teh Karanganyar

Candi CetoDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Tampak depan Candi Ceto

Candi Cetho (ejaan bahasa Jawa: cethå) merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400m di atas permukaan laut.

Sampai saat ini, komplek candi digunakan oleh penduduk setempat yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan dan populer sebagai tempat pertapaan bagi kalangan penganut agama asli Jawa/Kejawen.

[sunting] Susunan bangunan

Page 2: Candi Ceto Dan Kebon Teh Karanganyar

Gapura Candi Cetho

Ketika ditemukan keadaan candi ini merupakan reruntuhan batu pada empat belas dataran bertingkat, memanjang dari barat (paling rendah) ke timur, meskipun pada saat ini tinggal 13 teras, dan pemugaran dilakukan pada sembilan teras saja. Strukturnya yang berteras-teras membuat munculnya dugaan akan kebangkitan kembali kultur asli ("punden berundak") pada masa itu, yang disintesis dengan agama Hindu. Dugaan ini diperkuat dengan bentuk tubuh pada relief seperti wayang kulit, yang mirip dengan penggambaran di Candi Sukuh.

Pemugaran yang dilakukan oleh Humardani, asisten pribadi Suharto, pada akhir 1970-an mengubah banyak struktur asli candi, meskipun konsep punden berundak tetap dipertahankan. Pemugaran ini banyak dikritik oleh pakar arkeologi, mengingat bahwa pemugaran situs purbakala tidak dapat dilakukan tanpa studi yang mendalam. Bangunan baru hasil pemugaran adalah gapura megah di muka, bangunan-bangunan dari kayu tempat pertapaan, patung-patung Sabdapalon, Nayagenggong, Brawijaya V, serta phallus, dan bangunan kubus pada bagian puncak punden.

Selanjutnya, Bupati Karanganyar, Rina Iriani, dengan alasan untuk menyemarakkan gairah keberagamaan di sekitar candi, menempatkan arca Dewi Saraswati, sumbangan dari Kabupaten Gianyar, pada bagian timur kompleks candi.

Pada keadaannya yang sekarang, Candi Cetho terdiri dari sembilan tingkatan berundak. Sebelum gapura besar berbentuk candi bentar, pengunjung mendapati dua pasang arca penjaga. Aras pertama setelah gapura masuk merupakan halaman candi. Aras kedua masih berupa halaman dan di sini terdapat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur masyarakat Dusun Cetho.

Page 3: Candi Ceto Dan Kebon Teh Karanganyar

Pada aras ketiga terdapat sebuah tataan batu mendatar di permukaan tanah yang menggambarkan kura-kura raksasa, surya Majapahit (diduga sebagai lambang Majapahit), dan simbol phallus (penis, alat kelamin laki-laki) sepanjang 2 meter dilengkapi dengan hiasan tindik (piercing) bertipe ampallang. Kura-kura adalah lambang penciptaan alam semesta sedangkan penis merupakan simbol penciptaan manusia. Terdapat penggambaran hewan-hewan lain, seperti mimi, katak, dan ketam. Simbol-simbol hewan yang ada, dapat dibaca sebagai suryasengkala berangka tahun 1373 Saka, atau 1451 era modern.

Pada aras selanjutnya dapat ditemui jajaran batu pada dua dataran bersebelahan yang memuat relief cuplikan kisah Sudhamala, seperti yang terdapat pula di Candi Sukuh. Kisah ini masih populer di kalangan masyarakat Jawa sebagai dasar upacara ruwatan. Dua aras berikutnya memuat bangunan-bangunan pendapa yang mengapit jalan masuk candi. Sampai saat ini pendapa-pendapa tersebut digunakan sebagai tempat pelangsungan upacara-upacara keagamaan. Pada aras ketujuh dapat ditemui dua arca di sisi utara dan selatan. Di sisi utara merupakan arca Sabdapalon dan di selatan Nayagenggong, dua tokoh setengah mitos (banyak yang menganggap sebetulnya keduanya adalah satu orang) yang diyakini sebagai abdi dan penasehat spiritual Sang Prabu Brawijaya V.

Pada aras kedelapan terdapat arca phallus (disebut "kuntobimo") di sisi utara dan arca Sang Prabu Brawijaya V dalam wujud mahadewa. Pemujaan terhadap arca phallus melambangkan ungkapan syukur dan pengharapan atas kesuburan yang melimpah atas bumi setempat. Aras terakhir (kesembilan) adalah aras tertinggi sebagai tempat pemanjatan doa. Di sini terdapat bangunan batu berbentuk kubus.

Di sebelah atas bangunan Candi Cetho terdapat sebuah bangunan yang pada masa lalu digunakan sebagai tempat membersihkan diri sebelum melaksanakan upacara ritual peribadahan (patirtan). Di dekat bangunan candi, dengan menuruni lereng yang terjal, ditemukan lagi sebuah kompleks bangunan candi yang oleh masyarakat sekitar disebut sebagai Candi Kethek ("Candi Kera").

KARANGANYAR, KOMPAS.com - Jumlah pengunjung di objek wisata Candi Ceto di Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karangnyar, Jawa Tengah, menjelang musim liburan sekolah saat ini, meningkat hingga 10 persen dibanding hari biasa.

Koordinator Objek Wisata Candi Ceto Dinas Pariwisata Karanganyar, Sugeng Karyanto, di Karangayar, Rabu (16/6/2010), menjelaskan jumlah pengunjung hingga pertengahan Juni ini sekitar 1.000 orang atau mengalami peningkatan sekitar 10 persen dibanding bulan sebelumnya.

Pengunjung datang tidak hanya dari Jawa Tengah saja, tetapi mereka banyak dari luar Jawa seperti Pulau Bali. Bahkan, mereka juga ada yang datang dari mancanegara.

Pada musim liburan sekolah atau Juli 2010, kata dia, jumlah pengunjung di objek wisata ini, diperkirakan akan mengalami peningkatan lagi sekitar 25 persen dibanding hari biasa. "Pengunjung di Candi Ceto ini, ada dua segmen, yakni mereka sengaja datang melancong dan wisata religi atau upacara keagamaan," katanya.

Page 4: Candi Ceto Dan Kebon Teh Karanganyar

Menurut Sugeng, kalau hari biasa jumlah pengunjung bisa dihitung dengan jari. Apalagi pada musim hujan hampir tidak ada yang datang di candi peninggalan Raja Brawijaya V. "Candi Ceto yang berdiri di lereng Gunung Lawu dengan udara sejuk ini selain indah juga mempunyai nilai seni budaya sejarah yang tinggi," katanya.

Candi tersebut dibangun di lahan ketinggian sekitar 1.470 meter dia atas permukaan laut, pada abad abad XV oleh Raja Brawijaya V. Candi itu menghadap ke arah barat yang menjadi simbol berakhirnya Kerajaan Majapahit.

Candi tersebut, kata dia, berdiri 13 teras bertangga yang tersusun  dari barat ke timur. Gapura candi tinggi menjulang merupakan ciri khas bangunan seni budaya zaman Majapahit.

Selain itu, beberapa teras candi terdapat pendopo dan bangunan dari kayu tempat arca Brawijaya V dan pengawalnya, serta sebuah arca Lingga. Di sebelah timur komplek candi terdapat sebuah meru yang di dalamnya menyimpan sebuah lingga dan yoni yang terbuat dari tanah liat.

Ia menjelaskan, pengujung yang masuk di lokasi candi tersebut hanya dikenakan tiket masuk sebesar Rp 2.500 per orang untuk wisatawan lokal, sedangkan wisatawan mancanegara Rp 10.000 per orang. "Kami ditargetkan dari hasil retribusi karcis masuk sekitar Rp 3,5 juta hingga Rp 4 juta per bulan. Pada Juli nanti, diperkirakan meningkat antara Rp 50 juta - Rp 60 juta per bulan," katanya.

Candi Ceto sangat menarik karena didukung oleh panorama yang indah, berhawa sejuk dan bentuknya sangat spesifik yang tidak ditemukan pada candi lainnya. Pengunjung sudah bisa menikmati keindahan bangunan candi dan pemandangan pegunungan yang berhawa sejuk, serta sejumlah petani sayur yang sedang berladang dan berkebunan teh dapat terlihat jelas dari candi tersebut.

Mendaki Lawu Via Candi Ceto

Rabu, 24 Maret 2010 12:26

Secara geografis Gunung Lawu terletak pada 111º 15’ BT dan 7 º 30’ LS. Berdasarkan pembagian iklim menurut Schmidht dan Ferguson, Gunung Lawu termasuk beriklim C dengan curah hujan 3.912 mm/th (Perhutani, 1982). Musim hujan tejadi pada bulan November sampai Juni dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember – Februari. Sedangkan musim kemarau terjadi pada Bulan Juli sampai Oktober dengan curah hujan terendah pada bulan Agustus

Pendakian Gunung Lawu bisa dilakukan melalui 5 jalur pendakian, yaitu jalur Cemoro Kandang, Candi Ceto, Tambak (Jawa Tengah) serta Cemoro Sewu dan Jogorogo (Jawa Timur). Umumnya jalur yang sering dilalui adalah Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu, sedangkan Jalur Candi Ceto. Jogorogo dan Tambak masih jarang dilalui pendaki. Ketiga jalur terakhir biasanya hanya digunakan pada saat-saat tertentu, seperti pendakian bulan Suro.

Page 5: Candi Ceto Dan Kebon Teh Karanganyar

Candi Ceto terletak di ketinggian 1400 mdpl dan secara administratif berada di Dukuh Ceto, Desa Gemeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karang Anyar Jawa Tengah. Desa Gemeng memiliki potensi wisata yang besar karena banyak terdapat candi dan juga pesona kebun teh yang memiliki keunikan tersendiri. Kehidupan masyarakat Desa Gemeng banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Surakarta dan Jawa Timur dan juga ajaran agama Hindu yang dianut oleh sebagian besar warganya (Wiryawan ,2005)

Akses transportasi menuju Candi Ceto bisa menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum sampai terminal Desa Kemuning lalu melanjutkan menggunakan csrteran atau ojek menuju candi. Akses jalan cukup baik karena sudah diaspal. Diareal candi terdapat juga tempat penitipan kendaraan, warung-warung makan ataupun souvenir serta basecamp pendakian yang berada di rumah penduduk.

Jalur Pendakian Candi Ceto

Basecamp Candi Ceto-Pos I Reco Kethek

Pandakian dimulai dari kompleks candi, keluar dari kompleks candi akan melewati sungai dan masuk areal tegakan pinus. Di bawah tegakan pinus ini terdapat Candi Kethek. perjalanan akan melalui punggungan yang tidak terlalu tejal. Vegetasi sekitar jalur masih didominasi oleh alang-alang (Imperata cilindrica L.) dan banyak dijumpai Puspa (Schima wallichii Reinw). Waktu yang dibutuhkan untuk mecapai pos I sekitar 1 jam. Terdapat bangunan semi permanen di Pos I ini.

Pos I Reco Kethek - Pos II Brak Seng

Perjalanan masih menyusuri punggungan yang tidak terlalu terjal. Vegetasi mulai rapat yang masih didominasi oleh tumbuhan-tumbuhan bawah seperti Krinyu (Euphatorium adoratum DC.) serta Arbei Hutan (Rubus spp.) lama perjalanan menuju pos II sekitar 45 menit

Pos II Brak Seng - Pos III Cemoro Dowo

Perjalanan menuju pos III ditempuh sekitar 1 jam. Jalan yang dilalui cukup terjal dengan vegetasi sekitar jalur cukup rapat.

Pos III Cemoro Dowo -Pos IV Penggik

Tumbuhan bawah di sekitar pos III dihiasi oleh warna-warna bunga Pacar Jawa (Impatiens platypetala Lindl.). vegetasi sekitar jalur pendakian berupa rumput-rumput dan juga Akasia Gunung (Acacia decurrent). Perjalanan menuju pos IV sekitar 1 jam

Pos IV Penggik-Pos V Bulak Peperangan

Setelah lepas punggungan pos IV, jalan menuju pos V cenderung memutar. Setelah mencapai padang rumput Festuca nubigena Jungh jalan cenderung datar. Vegetasi sekitar jalur didominasi oleh Cemara Gunung (Casuarina junghuhniana).

Page 6: Candi Ceto Dan Kebon Teh Karanganyar

Pos V Bulak Peperangan -Pos VI Hargo Dalem

Pos V masih terletak di padang rumput festuca, jalan menuju hargo dalem cenderung landai dengan haparan padang rumput di kanan-kiri jalur. pada akhir perjalanan menuju Hargo Dalem, dominasi vegetasi berganti menjadi Manis Rejo (Vaccinium lucidum). Terdapat sumber air, yaitu Tapak Menjangan yang hanya terisi air saat musim penghujan saja. Sumber air ini terdapat di jalur pendakian. Di Hargo Dalem terdapat banyak bangunan baik warung-warung ataupun tempat-tempat petilasan. Terdapat juga sumber air yaitu Sendang Drajat di dekat Hargo Dalem ini

Pos VI Hargo Dalem- Puncak Hargo Dumilah

Jalan yang dilalui cukup terjal dan berbatu. hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk mencapai puncak. Di puncak terdapat tugu triangulasi

(msg 616)

Sabtu, Agustus 01, 2009

tour de karanganyar: kebun teh, candi Sukuh, candi ceto Kalo yang ini cerita setaun yang lampau..ketika aku mengunjungi perkebunan teh di areal karanganyar. Em, sebelume aku pernah ke sana taun 2006, pas survey buat tempet makrab di daerah perkebunan teh sari kemuning ini yang konon katanya puncaknya ada tujuh, jadi mungkin aku belum mengunjungi semuanya. se-engga-enggaknya udah dua areal aku tanjaki dan dengan latar belakang yang berbeda..muehehe.,,pokoke tetep sehat tetep semangat kalo jalan2 maah...

wkwkwk..yang pas dateng pertama taun 2006 itu sama temen2 kuliahku kita keliling kebun teh yang suasananya mirip salah satu film indonesia itu yang sudah kita ketahui itu, haha..baguuus banget pemandangannyo, ijooo di mano-mano..segerrrr..tapi jalan

Page 7: Candi Ceto Dan Kebon Teh Karanganyar

ke sananya bo0oo..naeeeek...tancaaap...

nah ni suasana kebun teh pas dateng taun 2006 lampau

nah dateng yang kedua kemaren (tepatnya 2008) bareng ma 3 potongan puzzle-ku yang laen. Dianter ma nyak-babe salah satu puzzle itu (makasi om dan tante..dah ngajak kita jalan2,,cihui,,kapan lagi??hihihi..ngarep.. ^^)

Yang aku inget jalan menuju tempat ini sama dengan jalan menuju ke arah tawangmangu. naek-naek-naek tiada henti...pas nyampe di areal perkebunan, rasa yang pertama di rasakan adalah hawanya yang dingin, ya iyalah pegunungan geetooo...ijooo smua, i lup green pul, muehehe,,,poto2 jangan lupa, xixixi...then kita lanjutkan treking jalan kaki untuk mencapai puncak. Karena semalem bis ujyan, jalannya becyek, gada ojyek...maklum jalan tanah lempung untuk menuju ke atas, dan jiwa petualang kami juga memberontak untuk melewati pertengahan kebun pas naek, biar terasa terdramatisir dan full of struggle, halah..ternyata sodara-sodara, bagi anda yang tidak menyukai tantangan baju tersangkut po-on atau menemui jalan buntu di tengah, jangan sekali2 naek ke puncak melewati

Page 8: Candi Ceto Dan Kebon Teh Karanganyar

tengah kebun teh apalagi kalo pu-un tehnya udah tua dan tinggi2, karena ternyata jalan setapak yang biasa dilewati manusia jauuuuuh lebih cepat dan beradab...hahahaha...

nah, ni salah satu air terjun yang kita liat pas mendaki kebun teh

Sampai di puncaknya ternyata..kita kaget, karena eh karena ada seuprit perkebunan cabe di sono...hahahaha..eh, cabe pa wortel ya, lupa, yah pokoknya ternyata itu lah..wkwkwk...ternyata..dan dari puncak ini kita bisa ngeliat semua pemandangan indah yang tersuguh di mata, nikmati ajuah...dah gitu bisa ngeliat puncak2 bukit yang laen. Ngeliat tempat di mana keberadaan candi sukuh dan candi ceto di bukit yang laen yang tar kita datengin abis ini..huhui..

menuju puncak...

Setelah dirasa cukup puas maka berjalanlah kami turun sambil melihat pemandangan di bawah kami diiringi rintik hujan yang menemani, intinya kita kehujanan pas turun. Satu tips penting pas jalan2 ke kebun teh, pertama pastikan cuaca terang benderang ketika jalan naek, dan kedua jangan lupa swedia payung sebelum hujan, terbukti pada kami..hahaha..untung kami cerdas, mbuehehe,,,

di puncaknya...

Setelah di rasa cukup makan dan cukup istirahat perjalanan kami lanjutken menuju ke-dua candi di dua bukit berbeda itu. Jangan khawatir ada plang segede gaban yg

Page 9: Candi Ceto Dan Kebon Teh Karanganyar

nunjukin lokasi keberadaan dua candi itu. Kalo pas naek juga ada plang ato bisa disebut gapura menuju ke arah dua candi ini.

plang candi Sukuh (ada yang bilang ini candi porno..hehe)

Candi Sukuh yang kami datangi ternyata tak lain tak bukan menceritakan tentang asal muasal kehidupan manusia, pelajaran biologi jaman sekolah tempoe doeloe buat mereka kali yaa...hehe..Kebetulan waktu itu lagi ada bule yang dateng disertai dengan tourguide-nya, jadilah kita sok2an mendengarkan cerita tu bapak yang lagi nerangin tu bule make basa inggris yang gampang dicerna, muehehe,,,Ternyata jaman dulu itu mereka sudah mengetahui bagaimana asal muasal bayi secara ilmiah, mulai dari bertemunya ovum dan sperma di rahim, bla bla bla dan seterusnya yang secara visual diperlihatkan dalam arca dan relief di candi sukuh ini.

areal candi Sukuh

Candi di sini berundak-undak, mulai dari masuk sudah terlihat relief dan arca historinya tentang yaa itu tadi, bahkan dari awal masuk candi ada arca (maaf) alat kelamin yang berfungsi membuat manusia tadi (maaaf kalo agak menjorok, tapi itulah adanya)..sampai pada candi yang teratas sebelum anak tangga terdapat patung sepasang kura2 yang lumayan guedhe...tourguide itu bilang "why turtles??"tus dia njawab petanyaannya ndiri (karena kami dan bule2 itu juga nda tau, hehe) "because it has a long life....and second because it's style, fashion.."ow ow ow...karena kura2 berumur panjang dan style yang dia maksud ya tempurungnya itu, ibarat baju, coba hewan laen mah kagak ade yang bertempurung kecuali kura2, kura2 dalam perahu,halah,,aku juga tadi ga tau...jawabannya, sekarang tau....

Page 10: Candi Ceto Dan Kebon Teh Karanganyar

Nah, waktunya naek ke puncak teratas candi, hati2 aja yaah, jalan undakan naek ke setiap candi miring nyaris 90 derajat, hohoho...di puncak hanya terdapat dataran lapang dan sesajen di sana sini. Rupanya candi Sukuh ini masih dianggap keramat dan sering digunakan sebagai tempat berdoa, jadi jangan kaget kalo pas maen ke sini banyak sesajen di mana2, wuih Bali bgt..muehehe...Secara keseluruhan candi Sukuh ini menceritakn tentang ilmu pengetahuan, jadi ternyata selama ini ilmuwan biologi pade ke sane dulu kali ye sebelum mencetuskan ide dari mana asal muasal manusia, bwehehe,,asaaal..Ternyata orang2 dulu cerdas juga, dah tau ilmunya, dibikin arca dan relief lagi..ckckck..saluuuttt...karena itulah tema dari itu semua adalah "KNOWLEDGE IS POWER"...yeah, u're right Sir... ^_^ ...saluuuttt...

reliefnya bercerita

Page 11: Candi Ceto Dan Kebon Teh Karanganyar

ini relief apa cobaa???....(buka buku biologi yuaaa kalo lupa, hihihi)

pemandangan yang kami liat dari areal Candi Sukuh

Setelah terguyur dahaga kami akan ilmu pengetahuan, maka perjalanan kami lanjutkan, niat ke candi cetho..karena eh karena lagi, waktu dah beranjak sore dan kami semua harus pulang ke jogja karena beso kuliah, jadi terpaksalah kami harus menghentikan perjalanan kami hari ini..hix...padahal kami masih dahaga akan ilmu pengetahuan baru,, wah ra ceto, hehe,,tapi se-engga-enggaknya kami sudah mendapat tambahan power hari itu..waahhh, jadi inget hari itu..

yasudah,,,

tetep sehat tetep semangatbeso kita jalan2 lagi....hahahahahaha,,,

Page 12: Candi Ceto Dan Kebon Teh Karanganyar

Candi Ceto kebun   Teh

Filed under: Uncategorized by arinafatour — 2 Komentar Juni 30, 2010

Candi ceto merupakan salah satu peninggalan Brawijaya V yang terletak di lereng gunung lawu, sebagai salah satu peninggalan candi Hindu yang masih apik, candi ceto juga memili ornamen artefak yang sangat memiliki makna dalam pembuatannya, mulai dari gerbang, sampai ujung bangunan tempat pemujaan,. tapi sayang, hari-hari biasa saat ini sering dikunci. Pemandangan yang indah dapat dinikmati ketika hari mulai senja akan kelihatan tampak  anggun dengan rona merah warna langit, dan hijau daun teh yang mulai berubah menjadi kehitaman akan tampak dari atas.

kawasan candi Ceto sering tertutup kabut tipis yang akan membawa  hawa dingin sekaligus pemandangan yang bagus ketika kabut mulai menelusuri bagian-bagian batu candi yang hitam, apalagi ketika langit cerah. candi Ceto akan menawarkan Negeri di Atas awan karena  kawasan yang ada dibagian bawahnya berawan dan posisi kita ada diatasnya…hikkkkkk

Selain itu Anda juga akan dibawa ke pemandangan kebuh teh yang membentang luas. berbukit-bukit dengan kesejukan udara yang ditawarkan, namun sayang kadang pedagang lokal yang berjualan keliling memaksa untuk membeli barang dagangannya.

di kawasan kebun teh ketika senja tiba, Anda dapat menikmati sun set yang sangat Indah apalagi di musim kemarau….

jalan yang dilalui dari Solo-Karanganyar-karangpandan-kemuning-Candi Ceto..

asumsi biaya;

1. Kendaraan umum; solo-karangpandan= Rp 5000, karangpandan-kemuning=7000 (angkot), kemuning-ceto; 10000 (ojek) /// sekali jalan…..

2. Kendaraan Pribadi : 1. Motor Honda Bebek = 15000 (premium) PP, mobil 1000 cc= 40000 (premium)

3. Loket masuk: motor= 1000, mobil= 3000,,, masuk candi :4000

kalau menemui kesulitan jalan bisa contact ke kami,…hee

Di kawasan wisata antara Candi Sukuh dan candi Ceto terdapat hamparan hijau perkebunan teh yang sangat subur. Ditempat Agri Wisata perkebunan teh ini dapat dilakukan kegiatan wisata antara lain Tea Walk, Visitasi ke pabrik pengeringan teh. Di perkebunan teh desa Segorogunung dapat kita jumpai bukit 1.350 sebagai landasan take off olah raga dirgantara Paralayang yang dibuka untuk umum pada setiap hari Sabtu dan Minggu. Selain dapat menikmati terbang tandem yang dipandu oleh instruktur nasional juga dapat kita nikmati tea corner di kampong atlit.

Page 13: Candi Ceto Dan Kebon Teh Karanganyar

Kebun teh kemuning, karanganyar

 

Page 14: Candi Ceto Dan Kebon Teh Karanganyar

Lereng Gunung Lawu menyediakan berbagai obyek wisata menarik. Salah satunya, Kemuning. Perkebunan teh yang terdapat di Kabupaten Karanganyar ini merupakan salah satu tujuan wisata di Jawa Tengah. Pesona alam pegunungannya masih asri. Iklimnya juga sejuk, dengan suhu rata-rata 21,5 derajat celcius.

Secara geografis, Kemuning berjarak sekitar 40 kilometer dari Kota Surakarta. Bisa dicapai dengan mudah dengan berbagai jenis kendaraan bermotor. Lokasi tepat perkebunan ini ada di 11,10-11,250 BT dan 7,40-7,60 LS. Ketinggian tempatnya bervariasi antara 800 hingga 1.540 meter di atas permukaan laut.

Kawasan Kemuning berada di antara Candi Sukuh dan Candi Cetho. Tanahnya sangat subur karena jenis tanahnya didominasi andosol. Sekitar 40 persen sisanya berjenis latosol. Bagi yang jenuh dengan suasana kota, Kemuning bisa dipilih menjadi tujuan wisata. Jauh dari kesan pengap, panas dan sumpek. Sebab, kelembaban berkisar 60-80 persen. Sedangkan intensitas penyinaran matahari hanya 40-55 persen.

Hamparan hijau perkebunan teh nan subur ini sedap dipandang. Lebih dari cukup mengobati pemandangan kota yang macet. Di Kemuning, kita bisa menikmati pesiar dalam bentuk tea walk alias menjelajahi perkebunan teh. Tak hanya pemandangan hamparan the. Puluhan perempuan bercaping dengan tenggok di punggung menjadi bumbu lain yang sedap dilihat. Mereka bekerja dengan penuh kesabaran dan ketelitian.

Saat matahari baru saja merekah, aktivitas para pemetik daun teh ini sudah dimulai. Eksotis, karena jarang bisa dijumpai di obyek wisata pada umumnya. Rencananya kawasan wisata Kebun Teh Kemuning juga bakal dilengkapi gardu pandang. Dengan begitu, wisatawan lebih mudah melihat hamparan teh. Pemkab Karanganyar juga akan melengkapi Desa Kemuning dengan homestay bagi pengunjung yang ingin menginap. Ini bukti, Kemuning tak semata jadi produsen daun teh. Tetapi juga sebuah lokawisata yang mengasyikkan dan punya fasilitas signifi kan.

Untuk menuju tempat tersebut, tidak sulit. Kita bisa memakai angkutan umum dengan rute Karangpandan, Ngargoyoso, dan Jenawi. Kalau berkendaraan pribadi, kita juga bakal lempang-lempang saja menyetir. Pasalnya, Pemkab Ka ranganyar telah memperbaiki jalan raya sepanjang enam kilometer yang menghubungkan Candi Sukuh dan Candi Cetho melalui Kemuning. br/>

Perkebunan teh Kemuning ini sangat pas menjadi tempat wisata keluarga. Selain tempatnya yang sejuk dan panorama yang indah, obyek wisata yang satu ini sangat pas untuk menghilangkan penat dari aktivitas sehari-hari sekaligus penghilang stres. Untuk berfoto-foto ria, ju g a sangat cocok. Kehidupan masyarakat Kemuning men jadi fenomena lain. Mereka sangat ramah dan terbuka ter hadap para wisatawan yang ingin bergabung dan bertanya tentang perkebunan teh. Mau bertanya tentang kehidupan pribadi para pemetik teh ini tak dilarang. Karena lokasinya menyediakan beragam pilihan pemandangan, kegiatan foto pre wedding layak pula di lakukan.

Banyak tempat masih natural. Penduduk setempat, dalam

Page 15: Candi Ceto Dan Kebon Teh Karanganyar

waktu-waktu tertentu sering menggelar upacara adat. Jika beruntung, wisatawan dapat menikmati prosesi upacara tersebut. (jul/den)

Warung Pecel Bu Ugie Tawangmangu

Posted by: marshanti

Semasa masih kecil, mungkin sekitar SD, saya sering diajak berenang ke Balekambang, Tawangmangu. Kebayangkan betapa dingin airnya, brrr.. seperti air es ! Seneng banget

lho, tau sendiri gimana sensasi bermain air. Tapi abis itu perut jadi lapeeerrr. Kami sekeluarga biasanya langsung mencari makan siang yang mengenyangkan dan hangat.

Pilihannya selalu jatuh ke Warung Pecel Bu Ugie. Weks ! Pecel ? Kaget ya ? Memangnya anak-anak jaman sekarang, bentar-bentar makan mekdi atau KFC ? Jaman dulu nggak ada fastfood seperti itu. Tapi malah beruntung ya, jadi makanan kita lebih sehat. Kembali ke pecel. Pecel memang bukan makanan yang rumit, terdiri dari sayuran dan sambel kacang, disajikan dengan nasi putih hangat plus telur mata sapi. Walau agak sedikit pedas (menurut lidah saya yang nggak suka pedes), tapi tetep aja yummy ! Setelah itu ditutup dengan sop buntut yang hangat dan gurih. Hmmm….sluuurp !

Jika tertarik menjelajah alam petualangan boga di kawasan Tawangmangu, Anda bisa mengawali perburuan dari Rumah Makan Ibu Ugi di Jl Lawu km 40 RT 2/RW III Kaliyoso yang hanya menyediakan menu sup buntut dan pecel. Menurut cerita, Rumah Makan Ibu Ugi adalah rumah makan terlama di kawasan Tawangmangu, namun konon cita rasa yang disuguhkan, sejak dulu hingga kini, tak berubah. Read »