campylobacter

Upload: dinda-rahma-hadiputri

Post on 14-Jan-2016

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

veteriner

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMakanan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Jaminan akan keamanan pangan merupakan hak asasi konsumen. Keracunan makanan yang terjadi di masyarakat seringkali menelan korban jiwa. Kita perlu mewaspadai makanan yang mengandung bakteri patogen dan zat-zat beracun yang dijual dan beredar di pasaran. Keracunan pangan atau foodborne disease (penyakit bawaan makanan), terutama yang disebabkan oleh bakteri patogen masih menjadi masalah yang serius di berbagai negara termasuk Indonesia. Produk pertanian sebagai sumber pangan, baik pangan segar maupun olahan, harus selalu terjamin keamanannya agar masyarakat terhindar dari bahaya mengkonsumsi pangan yang tidak aman. Dengan menghasilkan produk pertanian atau bahan pangan yang aman dan bermutu maka citra Indonesia di lingkungan masyarakat internasional akan meningkat pula (Rahayu, 2005).Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1996, keamanan pangan didefinisikan sebagai suatu, dan membahayakan kesehatan manusia. Makanan yang kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan aman adalah yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Karena itu, kualitas makanan, baik secara bakteriologi, kimia, dan fisik, harus selalu diperhatikan (Made Astawan, 2010).Mikroba patogen dapat ditemukan di mana saja, di tanah, air, udara, tanaman, binatang, bahan pangan, peralatan untuk pengolahan bahkan pada tubuh manusia. Mikroba patogen dapat terbawa sejak bahan pangan masih hidup di ladang, kolam, atau kandang ternak. Keberadaannya makin meningkat setelah bahan pangan mengalami kematian.Bahan pangan mengandung gizi tinggi sehingga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan berbagai mikroba. Dengan karakteristik yang khas, produk ternak merupakan media yang disukai mikroba sebagai tempat tumbuh dan berkembang. Setelah dipotong, mikroba mulai merusak jaringan sehingga bahan pangan hewani cepat mengalami kerusakan bila tidak mendapat penanganan yang baik. Mikroba pada produk ternak terutama berasal dari saluran pencernaan. Selain ada yang menguntungkan, keberadaan mikroba merugikan kerap terjadi sehingga sering menimbulkan gangguan pada manusia. Pangan asal ternak berisiko tinggi terhadap cemaran mikroba pembusuk atau patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia.Campylobacter jejuni merupakan salah satu bakteri patogen yang mencemari ayam maupun karkasnya. Cemaran bakteri ini pada ayam tidak menyebabkan penyakit, tetapi mengakibatkan penyakit yang dikenal dengan nama campylobacteriosis pada manusia. Penyakit tersebut ditandai dengan diare yang hebat disertai demam, kurang nafsu makan, muntah, dan leukositosis, (Admin, 2010a).Menurut Poloengan et al. (2005), 20100% daging ayam yang dipasarkan di Jakarta, Bogor, Sukabumi, dan Tangerang tercemar bakteri C. jejuni. Oleh karena itu, berkembangnya industri jasa boga di Indonesia perlu mendapatkan perhatian, terutama dalam kaitannya dengan penyediaan pangan yang berasal dari unggas.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimanakah etiologi dan epidemiologi penyakit Campylobacteriosis?1.2.2 Bagaimanakah patogenesa, cara penularan serta gejala klinis dari Campylobacteriosis?1.2.3 Bagaimanakah cara diagnosa dan pengobatan beserta pencegahan dari penyakit Campylobacteriosis?1.3 Tujuan1.3.1 Untuk mengetahui dan mampu menjelaskan etiologi dan epidemiologi Campylobacteriosis.1.3.2 Untuk mengetahui dan mampu menjelaskan patogenesa, cara penularan serta gejala klinis dari Campylobacteriosis.1.3.3 Untuk mengetahui dan mampu menjelaskan cara diagnosa dan pengobatan beserta pencegahan dari Campylobacteriosis.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1Penyakit Campylobacteriosis2.1.1EtiologiCampylobacteriosis adalah infeksi oleh bakteri Campylobacter. Dari 16 spesies dari genus Campylobacter teridentifikasi sampai saat ini, setidaknya delapan telah diidentifikasi berpotensi patogen terhadap pencernaan manusia diantaranya : C. jejuni, C. coli, C. lari, C. janin, C. upsaliensis, C. sputorum, C. concisus, dan C. curvus. (Speciation of Campylobacter coli, C. jejuni, C. helveticus, C. lari, C. sputorum, and C. upsaliensis (Robert e. Mandrell. 2005). Jenis yang paling sering menginfeksi adalah C. jejuni. Campylobacteriosis termasuk dalam infeksi bakteri yang paling umum menyerang manusia khususnya melalui makanan yang terkontaminasi bakteri. Umumnya menyebabkan peradangan pada perut, kadang-kadang berdarah, sindrom diare / disentri, kebanyakan menyebabkan kram, demam dan rasa sakit.Campylobacter jejuni, berasal dari kata campy yang artinya melengkung, bakteri gram negatif, mikroaerofil, batang termofilik yang tumbuh paling baik pada suhu 42 C (107 F) dan konsentrasi oksigen yang rendah. Ciri ini adaptasi untuk pertumbuhan di habitat normal - usus burung berdarah panas dan mamalia (CDC, 2007).

Klasifikasi :Kingdom :BacteriaPhylum :ProteobacteriaClass :EpsilonProteobacteriaOrder :CampylobacteralesFamily :CampylobacteraceaeGenus :CampylobacterSpecies : C. Jejuni

Gambar1. Campylobacter Jejuni : bakteri gram negatif yang bersigat microaerophilic

Gambar2. Campylobacter Jejuni : bakteri gram negatif yang bersigat patogen

Campylobacter jejunimerupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang ramping, bengkok, dan motil. Organisme ini bersifat mikroaerofil, yang berarti memerlukan kadar oksigen rendah. Organisme ini relatif mudah mati dan peka terhadap tekanan dari lingkungan (misalnya 21% oksigen, pengeringan, pemanasan, desinfektan, kondisi asam). Karena sifatnya mikroaerofil, organisme ini memerlukan 3-5% oksigen dan 2-10% karbon dioksida untuk pertumbuhannya secara optimal. Bakteri ini sekarang dikenal sebagai salah satu patogen saluran pencernaan yang penting. Sebelum tahun 1972, ketika berbagai metode dikembangkan untuk mengisolasi bakteri ini dari kotoran, organisme ini diyakini sebagai patogen pada hewan ternak yang menyebabkan keguguran dan enteritis (sakit saluran pencernaan) pada domba dan sapi.C. jejunimerupakan penyebab utama penyakit diare di Eropa yang disebabkan oleh bakteri. Organisme ini menyebabkan lebih banyak kasus daripada gabungan Shigellaspp. danSalmonellaspp. WalaupunC. jejunitidak ditemukan pada orang sehat di Amerika Serikat atau di Eropa, bakteri ini sering ditemukan pada ternak, ayam, burung, dan bahkan lalat yang sehat. Kadang-kadang organisme ini sering ditemukan pada sumber air yang tidak diklorinasi, misalnya sungai dan empang. Karena mekanisme patogenikC. jejunimasih diteliti, sulit untuk membedakan strain patogenik dari yang tidak patogenik. Namun, sepertinya kebanyakan isolat yang diperoleh dari ayam bersifat patogenik.

Gambar 3.Campylobacter jejuni - Gram negatif, batang melengkung

2.1.2EpidemiologiSeperti dengan kebanyakan pathogen usus, jalur utama infeksi ditularkan memallui fecal-oral dan makanan serta peularan melalui air. Salah satu sumber infeksi pada hewan yakni musang, konsumsi unggas yang kurang matangdan produk daging mentah. Sumber infeksi yang tidak menimbulkan gejala dapat melepaskan bakteri ini pada feses dan akan mencemari makanan, air, susu, dan daging olahan segar (termasuk daging babi, daging sapi, dan produk unggas). Bakteri ini dapat bertahan hidup secara invitro pada 410 F selama 2 bulan dan dapat bertahan dalam kotoran, susu, air, dan air seni. Prevalensi infeksi Campylobacter jejuni pada beberapa kampus di Amerika Serikat adalah 10-46 kali lebih tinggi jumlahnya daripada infeksi Salmonella dan Shigella. Beberapa kasus infeksi Campylobacter jejuni juga telah dilaporkan di beberapa negara, misalnya di Amerika Serikat dilaporkan sekitar 2,5 juta penderita campylobacteriosis dan 124 penderita meninggal setiap tahunnya (Hu dan Kopecko 2003). Di Irlandia, 2.085 laboratorium mengkonfirmasi kasus campylobacteriosis pada tahun 1999 dan pada tahun 2000 tercatat 1.613 laboratorium menemukan kasus penyakit akibat terinfeksi Campylobacter (Whyte dan Igeo 2000 dalam Whyte et al. 2004). Swedish Institute for Infection Disease Control melaporkan sekitar 7.106 kasus campylobacteriosis terjadi di Swedia, dengan 77.45 kasus setiap 100.000 populasi. Di Jepang dilaporkan terjadi 2.648 orang terinfeksi ketika terjadi wabah keracunan pangan yang disebabkan oleh Campylobacter dengan sumber infeksi dari konsumsi hewan ternak (Ono K dan Yamamoto K 1998) sedangkan di Indonesia, dari 2.812 penderita diare sekitar 3.6% nya disebabkan oleh C. jejuni (Tjaniadi et al. 2003).

2.2Patogenesa, Cara Penularan, Gejala Klinis2.2.1PatogenesaRute penularan Campylobacter melalui fecal-oral, kontak seksual orang-ke-orang, susu mentah tidak dipasteurisasi dan konsumsi daging unggas, dan ditularkan melalui air (misalnya, melalui pasokan air yang tercemar). Paparan hewan peliharaan sakit, terutama anak anjing, juga dikaitkan dengan wabah Campylobacter. Dosis infeksius 1000-10,000 bakteri. infeksi Campylobacter telah terjadi setelah menelan 500 organisme oleh sukarelawan, namun dosis kurang dari 10.000 organisme bukanlah penyebab umum penyakit. Campylobacter spesies sensitif terhadap asam klorida dalam lambung, dan pengobatan antasida dapat mengurangi jumlah inokulum yang diperlukan untuk menyebabkan penyakit, (Admin,2010a).Campylobacter memiliki dua gen flagellin bersamaan untuk motilitas, yaitu flaA dan flaB. Gen ini mengalami rekombinasi antargen, memberikan kontribusi bagi virulensinya, (Admin,2010b).

Gambar4. Sumber dan hasil infeksi Campylobacter jejuni

Gambar5. Permukaan Campylobacter jejuni dan Strukturnya.2.2.2 Cara PenularanRute yang umum untuk penularan penyakit-bakteri ini yaitu jalur fecal-oral (kotoran-mulut), ini meliputi:a) Melalui hubungan seksual tertentu yang melibatkan mulut/lidah dan anus,b) Melalui proses menelan makanan (biasanya unpasteurized (mentah) dan susu yang tidak dimasak atau sajian unggas yang tidak bersih),c) Melalui air minum yang tidak dimasak dengan benar.Kontak dengan unggas, ternak, binatang peliharaan dalam rumah (terutama kucing dan anjing) juga dapat menyebabkan penyakit. Binatang yang diternakkan untuk daging adalah sumber utama campylobacteriosis.Jumlah bakteri yang diperlukan untuk menularkan yaitu antara 1000-10,000 bakteri (walaupun sepuluh sampai lima ratus bakteri cukup untuk dapat menjangkiti manusia). Spesies Campylobacter peka terhadap asam hydrochloric di perut, dan terapi penurunan asam dalam perut dapat mengurangi jumlah inoculum yang diperlukan untuk menyebabkan penyakit.

2.2.3 Gejala KlinisCampylobacteriosismerupakan nama penyakit yang disebabkan olehC. jejuni. Penyakit ini sering juga dikenal sebagaicampylobacter enteritisataugastroenteritis.InfeksiC. jejunimenyebabkan diare, yang mungkin berair atau lengket dan dapat mengandung darah (biasanya tidak terlihat) dan sel-sel darah putih (faecal leukocytes). Gejala lain yang sering terjadi adalah demam, sakit perut, mual, sakit kepala, dan sakit pada otot. Penyakit biasanya timbul 2-5 hari setelah konsumsi makanan atau air yang tercemar, dan biasanya berlangsung selama 7-10 hari, tetapi penyakit ini juga sering kambuh (pada sekitar 25% dari kasus yang ada). Kebanyakan infeksi bersifat terbatas dan tidak memerlukan perawatan dengan antibiotik. Namun, perawatan dengan erythromycin dapat mengurangi jangka waktu di mana orang yang sakit mengeluarkan bakteri di dalam kotorannya.Dosis infektifC. jejunididuga kecil. Hasil penelitian pada manusia menunjukkan bahwa 400-500 bakteri dapat menyebabkan beberapa individu menjadi sakit, sementara pada individu lain, diperlukan jumlah yang lebih besar. Penelitian pada sukarelawan menunjukkan bahwa kerentanan korban juga ikut menentukan dosis infektif. MekanismeC. jejunidalam menimbulkan penyakit masih belum dimengerti sepenuhnya, tetapi bakteri ini memproduksi racun tidak tahan panas yang dapat menyebabkan diare.C. jejunimungkin juga bersifat invasif/menyerang saluran pencernaan secara langsung.Masa inkubasi untuk campylobacteriosis (waktu antara eksposur ke bakteri dan timbulnya gejala pertama) biasanya dua sampai lima hari, tetapi onset dapat terjadi dalam sedikitnya dua hari atau selama 10 hari setelah menelan bakteri. Penyakit ini biasanya berlangsung tidak lebih dari satu minggu, tetapi kasus yang parah dapat bertahan selama tiga minggu (Robert e. Mandrell. 2005).Campylobacteriosis ditandai dengan diare yang hebat disertai demam, kurang nafsu makan, muntah, dan leukositosis. Sekitar 70% kasus campylobacteriosis pada manusia disebabkan oleh cemaran C. jejuni pada karkas ayam. Menurut Poloengan et al. (2005), 20100% daging ayam yang dipasarkan di Jakarta, Bogor, Sukabumi, dan Tangerang tercemar bakteri C. Jejuni.Hal ini didasarkan pada data yang menyebutkan bahwa hampir 98% bakteri Campylobacter jejuni ditemukan pada karkas ayam dengan jumlah bakteri melebihi 103 CFU per jaringan (Altekrus et al. 1999).Ayam merupakan salah satu sumber infeksi Campylobacter jejuni pada manusia karena ayam merupakan reservoir Campylobacter jejuni (Rosenthal 1999 dalam Andriani et al. 2006). Kejadian Campylobacteriosis pada ayam broiler berhubungan dengan penularan atau penyebaran Campylobacter jejuni dalam karkas sebagai sumber infeksi pada manusia. Campylobacter jejuni yang terdapat pada ayam hidup dapat menyebabkan kontaminasi pada karkasnya serta produk bahan pangan ayam yang terjadi selama proses pengolahan.Keberadaan Campylobacter jejuni pada karkas ayam yang sangat tinggi merupakan indikasi tentang kondisi lingkungan disekitar karkas. Menurut Bailey (1993), pada peternakan ayam yang terinfeksi oleh Campylobacter jejuni, 50% dari ayam tersebut akan membawa Campylobacter jejuni sampai ayam dipotong.Menurut Poeloengan dan Noor (2003), Campylobacter jejuni mengkontaminasi karkas ayam bagian punggung hingga tunggir lebih tinggi jika dibandingkan dengan bagian dada, paha, dan hati-ampela ayam. Hal ini terjadi dimungkinkan karena pada waktu memproses ayam mulai dari pengulitan bulu sampai eviserasi sangat mudah sekali terjadi kontaminasi dari saluran pencernaan. Batas maksimum cemaran mikroba pada produk daging telah ditetapkan di SNI No 01-6366-2000, dimana batas maksimum untuk Campylobacter jejuni adalah 0 koloni/gram (BSN 2000). Batas maksimum cemaran mikroba pada daging dapat dilihat pada Tabel 3.

Mayoritas kasus yang ringan tidak memerlukan rawat inap, namun infeksi Campylobacter jejuni dapat menjadi berat dan mengancam jiwa bila menyebabkan radang usus buntu atau radang pada organ tubuh lainnya. Diperkirakan bahwa sekitar satu dari 1.000 kasus Campylobacter menimbulkan kematian. Kematian umumnya terjadi jika disertai munculnya penyakit lain seperti kanker, penyakit hati, dan AIDS (Admin.2010c).Untuk sejumlah kecil orang, infeksi Campylobacter dapat mengakibatkan masalah kesehatan jangka panjang, penyakit langka yang disebut Guillain-Barre Syndrome (GBS). Guillain-Barre Syndrome (GBS) merupakan penyakit autoimun, dimana sistem imun tubuh menyerang bagian dari sistem saraf tepi yaitu mielin (demielinasi) dan akson (degenerasi aksonal). Akson adalah tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi keluar dari badan sel. Mielin adalah selubung yang mengelilingi akson, merupakan suatu kompleks protein-lemak berwarna putih. GBS ditandai dengan polineuropati yang menyeluruh: paralisis ekstremitas, badan atas dan wajah; menghilangnya refleks tendon; berkurangnya fungsi sensoris (nyeri dan suhu) dari badan ke otak; disfungsi otonom dan depresi pernafasan. Gejalanya biasanya perlahan, mulai dari bawah ke atas (Admin. 2010b).Produksi Cytotoxin telah dilaporkan pada pasien penderita strain Campylobacter dengan gejala diare berdarah. Dalam sejumlah kecil kasus, infeksi dikaitkan dengan sindrom hemolitik-uremik dan purpura thrombocytopenic trombotik melalui mekanisme kurang dipahami. cedera sel endotel, dimediasi oleh endotoksin atau kompleks imun, diikuti oleh koagulasi intravascular dan microangiopathy trombotik dalam glomerulus dan mukosa gastrointestinal (Mahmud H Javid, MD. 2010).Campylobacter jejuni menghasilkan toxin yang disebut Cytolethal Distending Toxin (CDT). Cytolethal Distending Toxin merupakan racun yang dihasilkan oleh varietas bakteri patogen. Mekanisme citotosisitas CDT adalah unik, karena masuknya di dalam sel eukariyotik. CDT yang dapat menghalangi pembelahan sel dan menghambat aktifasi sistem imun tubuh. Ini membantu bakteri untuk dapat menghindar dari sistem kekebalan tubuh dan bertahan dalam jangka waktu terbatas di dalam sel. Organisme ini menyebabkan perdarahan, pembengkakan, dan enteritis eksudatif (Admin. 2010e).

2.3Diagnosa, Pengobatan, Pencegahan2.3.1DiagnosaMikroorganisme pathogen pada bahan pangan tidak menyebabkan perubahan fisik, sehingga tidak mudah dikenali secara sensori, melainkan memerlukan pengujian laboratorium. Mikroorganisme patogen itu dapat menyebabkan infeksi pangan (food infection), toksiko-infeksi pangan (food toxico-infection), dan intoksikasi pangan (food intoxication). Diagnosis klinis infeksi Campylobacter enterik dilakukan dengan melihat organisme melalui pemeriksaan langsung dari tinja atau dengan isolasi organisme. Campylobacter organisme berkembang biak lebih lambat dari bakteri enterik lain. Media biakan yag digunakan adalah blood-based, media yang mengandung antibiotik seperti Skirrow, Butzler dan Campy-BAP.Beberapa jenis media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan C. Jejuni, termasuk Mueller-Hilton broth dan agar yang dapat mendukung pertumbuhan C. Jejuni. Atmosfer optibum untuk C. Jejuni tumbuh pada 85% N2, 10% CO2 dan 5% O2. Sebesar 75% pada feses pasien enteritis Campylobacter ditemukan leukosit dan erytrocit dengan pemeriksaan mikroskop cahaya langsung, dengan pewarnaan methyline atau pewarnaan gram (Robert e. Mandrell. 2005).Sero diagnosis infeksi C. Jejuni dapat dimunculkan dengan menggunakan antigen rekombinan yang spesifik dengan teknik enzyme linked immunoassay (ELISA). Real-time Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat digunakan mendeteksi C. Jejuni secara cepat dan akurat pada feses.

Gambar 6. Biakan koloniCampylobacter jejuni padamedia selektif untuk isolasi Campylobacter

Sejumlah besarC. jejuniumumnya ada dalam kotoran individu yang mengalami diare, namun untuk mengisolasinya diperlukan media khusus yang mengandung antibiotik dan atmosfer mikroaerofilik khusus (5% oksigen). Namun, kebanyakan laboratorium klinik memiliki perlengkapan untuk mengisolasi Campylobacter spp. apabila diperlukan.Metode standaruntuk diagnosis adalah feses di kultur microaerobic pada suhu 420 C, media ini merupakan media umum yang digunakan. Diagnosis juga dapat menggunakan mikroskop fase kontras dimana feses segar diuji untuk melihat karateristik motilitas pada C.jejuni. Metode ini secara umum bermanfaat selama tahap akut diare apabila sebagian besar bakteri ditumpahkan dalam feses.Organisme Campylobacter dapat terdeteksi pada gram stain dari kotoran dengan spesifikasi tinggi dan sensitivitas mencapai ~ 60%, tetapi yang paling sering didiagnosis adalah bentuk dan isi kotoran. Leukocytes (sel darah putih) akan terlihat pada kotoran dan hal ini mengindikasikan terjadinya radang diare.

2.3.2PencegahanMenurut Bill Marler (2010), langkah yang paling penting dan dapat diandalkan untuk mencegah infeksi Campylobacter adalah memasak semua produk unggas dengan benar, yaitu:1. Pastikan bahwa bagian paling tebal dari burung (pusat dada) mencapai 84C atau lebih tinggi. Disarankan bahwa suhu mencapai 69C setidaknya untuk bahan pengisi dan 74C untuk produk daging ayam giling, sedangkan untuk paha dan sayap dimasak hingga lemaknya keluar.2. Pertimbangkan untuk menggunakan makanan iradiasi dalam dosis yang disetujui telah ditunjukkan untuk menghancurkan sedikitnya 99,9% dari patogen bawaan makanan yang umum termasuk Campylobacter, yang berhubungan dengan daging, unggas, dan kontaminasi sekunder produk segar.3. Pastikan bahwa makanan lain seperti buah dan sayur tidak pernah kontak dengan pisau untuk memotong daging atau unggas atau peralatan yang digunakan selama pemotongan.4. Jangan meninggalkan makanan di luar ruangan dengan kondisi terbuka selama lebih dari 2 jam.5. Hindari produk susu mentah dan air tanah tanpa perlakuan (klorinasi atau dimasak).6. Cuci buah dan sayuran dengan benar terutama jika dimakan mentah. Jika memungkinkan sayurn dan buah dikupas terlebih dahulu.7. Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air, terutama pada ujung jari dan lipatan kuku dan dikeringkan dengan kertas sekali pakai setelah kontak dengan hewan peliharaan, terutama anak-anak anjing, atau hewan ternak.Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan. Walaupun demikian, makanan yang dimasak, dipanaskan, dan disimpan dengan benar umumnya aman dikonsumsi. Resiko paling besar adalah kontaminasi silang, yakni apabila makanan yang sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan yang terkontaminasi (misalnya alas pemotong).

2.3.3PengobatanPenggantian cairan tubuh dengan peningkatan glucose-electrolyte solutions melalui oral merupakan cara terpenting pada terapi pasien yang terinfeksi Campylobacter. Spesies ini telah resisten terhadap beberapa antibiotik, khususnya florokuinolon dan makrolida, serta bersifat zoonotik (Bill Marler, 2010).Organisme patogen ini semakin resisten terhadap antibiotik, terutama fluoroquinolones dan macrolides, yang merupakan antimikroba yang paling sering digunakan untuk pengobatan campylobakteriosis ketika terapi klinis diperlukan. Sebagai patogen zoonosis, Campylobacter telah reservoir hewan yang luas dan menginfeksi manusia melalui kontaminasi air, makanan atau susu. Penggunaan antibiotik pada peternakan hewan dan obat manusia, dapat mempengaruhi perkembangan resisten antibiotik Campylobacter (Daniel J. Wilson et al. 2009).Infeksi biasanya membatasi diri dan dalam banyak kasus perawatan terhadap gejala dilakukan dengan banyak minum air dan pemberian cairan elektrolit Penggunaan antibiotik masih menjadi menjadi perdebatan.Perawatan antibiotik hanya memberi sedikit manfaat selama masa bergejala dan tidak boleh digunakan secara rutin. Erythromycin dapat digunakan pada anak-anak dan tetracycline untuk orang dewasa. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa erythromycin sangat cepat mengeliminasi Campylobacter dari kotoran tanpa mempengaruhi durasi sakit. Namun demikian, anak-anak dengan disentri karena C. jejuni mendapat manfaat dari pengobatan dengan erythromycin. Pengobatan dengan antibiotik, apapun itu, tergantung pada kerasnya gejala. Antibiotik Quinolones akan efektif jika organisme ini sangat sensitif, tetapi karena penggunaanquinolone ternak sudah sangat tinggi menyebabkan quinolones sekarang sangat tidak efektif karena bakteri menjadi kebal. Trimethoprim-sulfamethoxazole dan ampicillin tidak efektif terhadap Campylobacter.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan3.1.1 Campylobacteriosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri golongan Campylobacter. Golongan Campylobacter yang bersifat pathogen dan sering menyebabkan penyakit ini yaitu Campylobacter jejuni.3.1.2 Penularan penyakit ini antara lain melalui fecal oral, makanan yang terkontaminasi, air yang tidak dimasak dengan benar serta kontak dengan unggas, ternak dan binatang peliharaan. Gejala klinis yang ditimbulkan antara lain: demam, sakit kepala, sakit otot, diare dan kejang.3.1.3 Diagnosa dengan isolasi bakteri pada feses, PCR hingga ELISA. Pencegahan dilakukan dengan memasak semua produk dengan benar sementara pengobatan yang dilakukan menggunakan antibiotic.

DAFTAR PUSTAKA

Altekruse SF, Stern NJ, Fields PI, dan Swerdlow DL. 1999. Campylobacter jejuni-an Emerging foodborne patogen. J. Emerg. Infect. Dis. Vol 5 (1): 23-29.

Andriani, Noer SM, Poeloengan M dan Supar. 2006. Pengembangan Enzyme Linked Immunoabsorbent Assay untuk Deteksi Campylobacter jejuni pada Daging Ayam. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor.

Ang CW et al. 2001. Guillain-Barre syndrome and Miller Fisher syndrome-associated Campylobacter jejuni lipopolysaccharides induce anti-GM1 and anti-GQ1b antibodies in rabbits. Infect Immun. Apr; 69(4):2462-9.

Bailey JS. 1993. Control of Salmonella and Campylobacter in poultry production. A Summary of Work at Research Center. Poult. Sci. Vol 72: 1169:1173.

Biljana Miljkovi-Selimovi et al. 2010. Enteritis caused by Campylobacter jejuni followed by acute motor axonal neuropathy. Journal of Medical Case Reports 2010; 4:101. http://jmedicalcasereports.com/content/4/1/101

Bill Marler. 2010. Campylobacter. Campylobakter Blog by Marler Clark LLP.PS. http://www.about-campylobacter.com/campylobacter_outbreaks/view/campylobacter-illnesses-linked-to-raw-goat-milk-in-colorado/

[CDC] Centers for Disease Control and Prevention. 2007. Campylobacter: Technical Fact Sheet. Retrieved October 29, 2007 from Centers for Disease Control and Prevention Web site: http://www.cdc.gov/ncidod/dbmd/ diseaseinfo/campylobacter_t.htm.

Daniel J. Wilson et al. 2009. Rapid Evolution and the Importance of Recombination to the Gastroenteric. Mol. Biol. Evol. 26(2):385397.

Hu L dan DJ Kopecko. 2003. Campylobacter Spesies. Di dalam Miliotis MD dan J.F Bier (eds). International Handbook of foodborne pathogens. Macel Dekker Inc., Newyork.

Mahmud H Javid, MD. 2009. Campylobacter Infections. Industr Spotlight WebMd Professional.Made Astawan. 2010.Bakteri Patogen Pada Makanan, Waspadalah. Departemen Teknologi Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Kompas. http://www.ikatanapotekerindonesia.net/berita-farmasi/22-berita-farmasi/1401-bakteri-patogen-pada-makanan-waspadalah.html.

Made Supartha Utama. 2007. Kecenderungan Global Penjaminan Mutu dan Keamanan pangan. Makalah disampaikan pada Pertemuan Integrasi Sistem Mutu diselenggarakan oleh Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, di Denpasar 30-31 Juli 2007 .

Mahmud H Javid, MD. 2010.Campylobacter Infections: Differential Diagnoses & Workup. http://emedicine.medscape.com/article/213720-diagnosis

Noerdin. 2010. Waspadai Bakteri Patogen Pada Makanan. http://mxprx03.forumotion.com/berita-terkini-f8/waspadai-bakteri-patogen-pada-makanan-t543.htm#662

Poloengan, M., S.M. Noor, I. Komala, dan Andriani. 2005. Patogenosis Campylobacter terhadap hewan dan manusia. Prosiding Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan, Bogor, 14 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm. 8290.

Rahayu, W.P. 2005. Jejaring Intelijen Pangan (JIP) dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu (SKPT). Prosiding Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan, Bogor, 14 September. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm. 35.

Poeloengan M dan Noor SM. 2003. Isolasi Campylobacter jejuni pada daging ayam dari pasar tradisional dan supermarket. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor.

Riza Zainuddin Ahmad. 2008. Cemaran kapang pada pakan dan Pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian, 28(1), 2009.

Robert e. Mandrell. 2005. Speciation of campylobacter coli, c. Jejuni, c. Helveticus, c. Lari,c. Sputorum, and c. Upsaliensis by matrix-assisted laser Desorption ionizationtime of flight. Applied and environmental microbiology. Aem..2005;71.10.62926307.http://www.campylobacterblog.com/ campylobacter - information / campylobacter/

Tjaniadi p et al. 2003. Antimicrobial Resistance of Bacterial Pathogens Assosiated with Dhiarreal Patients in Indonesia. J. Trop. Med. Hyg.Vol 68(6):666-670.

Titiek F. Djaafar dan Siti Rahayu. 2007. Cemaran Mikroba Pada Produk Pertanian, Penyakit Yang Ditimbulkan Dan Pencegahannya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, Jalan Rajawali No. 28, Demangan Baru, Yogyakarta 55281. Jurnal Litbang Pertanian, 26(2), 200.

Vinni Mona Hansen. 2006. Characterization of Campylobacter phages including analysis of host range by selected Campylobacter Penner serotypes. BMC Microbiology 2007, 7:90 doi:10.1186/1471-2180-7-90. This article is available from: http://www.biomedcentral.com/1471-2180/7/90

Wendy Heywood, Brian Henderson and Sean P Nair. 2005. Cytolethal distending toxin: creating a gap in the cell cycle. J Med Microbiol 54 (2005), 207-216; DOI:10.1099/jmm.0.45694-

Whyte P, OMahony, Fanning S, Doyle M, Collinns JD. 2004. An investigation of transport, lairage and hide cleanliness on Campylobacter prevalence in feedlot cattle and dressed carcasses. J. Food Saf. Vol 24:37-5220