cakupan perlindungan semesta - bpjs kesehatan · terkait terus berupaya meningkatkan kualitas...

12
INFOBPJS MEDIA EKSTERNAL BPJS KESEHATAN EDISI 45 TAHUN 2016 Kesehatan Semesta Cakupan Perlindungan Kian Nyata

Upload: phungtuyen

Post on 04-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

INFOBPJSMEDIA EKSTERNAL BPJS KESEHATANEDISI 45 TAHUN 2016 Kesehatan

SemestaCakupan Perlindungan

Kian Nyata

CEO

DAFTAR ISI

message

3

6

7

8

9

10

CEO MESSAGE

11

SALAM REDAKSI

5BINCANG

INFOBPJSKesehatan

BULETIN DITERBITKAN OLEH BPJS KESEHATAN :Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta Pusat Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940

PENGARAHFachmi Idris

PENANGGUNG JAWABBayu Wahyudi

PIMPINAN UMUM Budi Mohamad Arief

PIMPINAN REDAKSIIrfan Humaidi

SEKRETARISRini Rahmitasari

SEKRETARIAT Ni Kadek M.Devi Eko Yulianto Paramita Suciani

REDAKTURElsa NoveliaAri Dwi AryaniAsyraf MursalinaBudi SetiawanDwi SuriniTati Haryati DenawatiAngga FirdauzieJuliana RamdhaniDiah Ismawardani

DISTRIBUSI & PERCETAKAN Erry Endri Anton Tri WibowoAkhmad TasyrifanArsyad Ranggi Larrisa

Manfaat - Sakit Gigi dan Mulut , Dijamin BPJS Kesehatan

Sehat & Gaya Hidup - Resolusi Sehat 2017 Aktivitas Fisik Hindari Stres

Tiga Tahun Berjalan, JKN-KIS Sudah On The TrackSecara umum berjalannya JKN-KIS selama 3 tahun ini sudah on the track, tapi ada beberapa hal yang harus dibenahi kedepan diantaranya meningkatkan jumlah peserta aktif.

Fokus - Cakupan Perlindungan Semesta Kian Nyata

Testimoni - Klub Prolanis Fanisa , Kompak Layaknya Sebuah Keluarga

Persepsi - Obat JKN-KIS Bukan Obat Murahan

Inspirasi - dr. Rudi Ridwan, Libatkan Anak Muda Jadi Duta Prolanis

Kilas & Peristiwa - Optimalisasi JKN-KIS Melalui Penguatan Sinergi Kelembagaan

Pembaca Setia Media Info BPJS Kesehatan,

HAMPIR tiga tahun program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan berjalan. Untuk memastikan rakyat Indonesia memiliki perlindungan kesehatan secara adil dan merata, serta mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, BPJS Kesehatan beserta pihak terkait terus berupaya meningkatkan kualitas Program jaminan sosial kesehatan tersebut.

Perbaikan terus dilakukan baik dari sisi kepesertaan, pelayanan serta pembiayaan. Bagaimana BPJS Kesehatan terus mengupayakan konsistensi dan perbaikan kinerja terlebih target Cakupan Semasta semakin dekat di pelupuk mata, kesemuanya akan dibahas tuntas dalam Rubrik Fokus.

Dalam rubrik BINCANG, secara khusus kami menghadirkan Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf. Bagaimana pandangan beliau, harapan serta evaluasi sebagai wakil suara rakyat dalam hal optimalisasi program JKN-KIS akan dikupas dalam rubrik tersebut.

Seiring dengan penerbitan Info BPJS Kesehatan, kami mengucapkan terimakasih atas berbagai dukungan dan tanggapan atas terbitnya media ini. Kami pun terus berupaya dalam memberikan informasi yang baik, akurat dan diharapkan kehadiran media ini dapat menjadi jembatan informasi yang efektif bagi BPJS Kesehatan dan seluruh stakeholder. Selamat beraktivitas.

Program JKN-KIS Makin Matang

PANTANG MENYERAH

Di Gurun Sahara, gurun terluas di Afrika Utara, setiap pagi seekor rusa bangun dan tahu bahwa ia harus berlari lebih cepat dari singa yang tercepat atau ia akan mati dimakannya. Sementara, di tempat yang sama, setiap pagi seekor singa bangun dan tahu bahwa ia harus berlari lebih cepat dari rusa yang paling lambat atau ia akan mati kelaparan karenanya. Bayangkan jika hal itu terjadi pada diri kita. Entah anda seekor rusa atau bahkan seekor singa, maka hari demi hari adalah sebuah perjuangan yang harus sangat terencana karena satu kelalaian adalah akhir dari segalanya.

Pun demikian halnya dengan perjuangan di tempat kerja. Tantangan tak pernah ada habisnya, dan kesibukan tak pernah ada putusnya. Selama organisasi ini masih bekerja, maka tantangan dan kesibukan adalah nafas kehidupan yang tak akan terpisah daripadanya. Permasalahannya adalah, sudah menjadi kodrat manusia, di saat bisnis berjalan baik-baik saja, ia akan merasa tenang, nyaman dan kerasan di tempat kerja. Sebaliknya, ketika permasalahan, tantangan dan kesulitan silih berganti datang melanda, tak kurang dari separuh isi organisasi merasa tertekan dengan keadaan. Bayangkan, jika pegawai ibarat rusa yang satu hari saja jenuh untuk berlari, maka dampaknya sang singa akan dengan mudah memangsanya di hari yang sama. No reason for weakness, the only thing only try, try and try,

Ram Charan dalam bukunya “My Recovery Play Book” menegaskan, adalah keliru besar jika pelaku bisnis bertanya, ”When will the business climate improve?”, “Forget about waiting for normal to return, this ini the new normal.” Artinya, terus bergerak, jangan tunggu situasi membaik, karena ketidakpastian situasi itu adalah yang paling normal terjadi.

Dalam cerita yang hampir sama dikatakan bahwa Jeff Immelt, CEO General Electric, pun gusar dengan para manajernya yang berbulan-bulan menyiapkan laporan kondisi pasar global yang sedang menurun dan lesu. Bagi Immelt, pekerjaan menyusun laporan seperti ini hanyalah pengalihan keadaan pada proses pembenaran untuk hanya menunggu dan bermental lemah serta berharap kondisi akan membaik suatu saat nanti. Daripada menunggu dan terpaku, Immelt memecut para manajernya itu untuk berfikir secara tidak biasa, pantang menyerah dan mencari solusi mengembangkan sayap mencari pasar baru.

Sikap pantang menyerah adalah sikap yang tidak mudah patah semangat dalam menghadapi berbagai rintangan, selalu bekerja keras untuk mewujudkan tujuan, dan menganggap rintangan/ hambatan yang selalu ada adalah peluang yang harus dituntaskan. Dalam diri harus terpatri bahwa sikap menyerah sebelum mencapai tujuan adalah orang-orang yang gagal dan tidak akan pernah mencapai kesuksesan. Sebagaimana HAMKA pernah berkata, “Peluang yang besar itu datang secara tiba-tiba.... datang tidak menentu masa... datang di saat kita kesempitan atau kesusahan. Nilailah peluang itu dengan secara bijaksana. Rebutlah peluang yang besar itu, karena peluang yang besar itu boleh berlalu dengan tiba-tiba. Jangan jadikan seribu alasan untuk tidak merebut peluang yang besar itu.”

Sikap pantang menyerah merupakan satu diantara sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Kegagalan yang dialami saat memulai pekerjaan, jangan sampai membuat patah semangat. Akan tetapi, jadikan pengalaman itu sebagai batu loncatan agar menjadi lebih baik. Orang-orang yang ulet dan pantang menyerah selalu mencari jalan yang lebih baik untuk maju dan mencapai sukses. Tentu sukses yang ditunjang oleh perjuangan, pengorbanan dan keyakinan.

Sikap pantang menyerah ini pula yang kiranya harus dimiliki setiap Duta BPJS Kesehatan dalam menghadapi setiap tantangan. Akan masuknya jutaan Badan Usaha di tahun berikutnya, adalah tantangan sekaligus peluang yang harus mampu disikapi dengan semangat perjuangan dan kegigihan dalam mewujudkan kesuksesan. Sukses untuk mewujudkan visi bersama, pemenuhan kesejahteraan dan basic need bagi seluruh Rakyat Indonesia. Inilah perjuangan, bakti sekaligus ibadah kita bagi negeri tercinta.

Direktur UtamaFachmi Idris

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 45 2016

3

FOKUS

Direktur Utama BPJS KesehatanFachmi idris

Pada Konferensi International Social Security Association (ISSA), di Panama, November lalu, Presiden ISSA Frank Errol Stoove menegaskan bahwa program jaminan sosial sejatinya

merupakan hak asasi penduduk di seluruh dunia. Namun, dengan menyesal dia mengungkapkan bahwa hanya 73% penduduk dunia yang terlindungi oleh jaminan tersebut.

Sebanyak 27% penduduk dunia sama sekali tidak terlindungi oleh program sosial. Dari mayoritas warga dunia yang belum memiliki payung perlindungan hukum tersebut, sebagian besar bermukim di kawasan negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Menurut Stoove, sudah menjadi kewajiban bagi setiap negara untuk memperluas akses jaminan sosial bagi warga negara mereka masing-masing. Artinya, setiap pemerintahan di suatu negara harus berupaya sekuat tenaga untuk menciptakan perlindungan semesta (universal health coverage) jaminan sosial bagi seluruh warganya. Pasalnya, jaminan sosial pada hakekatnya merupakan fondasi bagi suatu negera untuk mewujudkan kestabilan sosial, keadilan dan martabat manusia yang sejahtera.

Sebagai salah satu badan/lembaga yang terlibat dalam sistem jaminan sosial, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mempunyai tugas yang besar, yakni untuk menciptakan perlindungan semesta bidang kesehatan bagi seluruh warga Indonesia.

Saat tampil sebagai panelis di forum tersebut, Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengakui bahwa untuk menciptakan universal health coverage bidang kesehatan memang bukanlah persoalan mudah. Namun, dalam perjalanannya hampir genap tiga tahun mengelola program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), badan yang dia pimpin sejatinya telah menorehkan prestasi yang luar biasa.

Tercatat hingga 18 November 2016, sudah terdapat 170.954.11 jiwa penduduk Indonesia yang telah mendaftar sebagai peserta JKN-KIS. Total sudah terdapat 20.593 fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang bermitra

dengan BPJS Kesehatan.

Jika dibandingkan dengan negara lain, upaya yang dilakukan BPJS Kesehatan demi mengejar pertumbuhan peserta tergolong luar biasa. Pasalnya, hanya kurang dalam waktu tiga tahun, 67,6% dari total 250 jutaan populasi penduduk Indonesia sudah mendapatkan payung perlindungan kesehatan dari program JKN-KIS.

Sebagai perbandingan, berdasarkan populasi data CIA World Fact Book 2016 dan Carrin G. and James C. 2005, Jerman membutuhkan waktu lebih dari 120 tahun untuk menjangkau 85% populasi penduduk. Belgia membutuhkan waktu 118 tahun untuk mencapai 100%, Austria butuh waktu 79 tahun untuk mencapai 99% populasi dan Jepang membutuhkan waktu hingga 36 tahun untuk mencapai 100% populasi penduduk.

“Saat ini bisa jadi program JKN-KIS adalah program jaminan sosial terbesar yang ada di dunia,” ujar Fachmi saat berbicara dalam forum tersebut.

Tantangan

Kendati pertumbuhannya cukup pesat, dan sempat membuat kagum 1.000-an peserta forum dari 155 negara lainya, Fachmi mengakui bahwa menjadi lembaga pengelola jaminan sosial terbesar di dunia bukan berarti tidak menghadapi tantangan. Tantangan utama implementasi JKN-KIS menurut dia terletak pada kesenjangan atau gap dari sisi cakupan kepesertaan, finansial serta kualitas pelayanan kesehatan.

“Masyarakat produktif, sehat dan mampu masih ada yang belum mendaftar. Ini yang kita sebut dengan The

Missing Middle,” ujar dia.

Fachmi mencontohkan, sebagian pekerja penerima upah (PPU) yang belum menjadi peserta JKN-KIS adalah salah satu kendala yang harus bisa dicarikan solusinya. Menurut dia, belum terdaftarnya sebagian PPU karena pendaftaran JKN-KIS memakan waktu.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, BPJS Kesehatan telah membangun sistem E-DABU untuk memangkas waktu pendaftaran calon peserta dari segmen badan usaha. Selain itu, BPJS Kesehatan juga menciptakan mekanisme Coordination of Benefit (CoB) yang dapat mengkolaborasikan benefit non-medis antara BPJS Kesehatan dengan asuransi swasta yang dimiliki calon peserta mandiri tersebut.

Dari segi finansial, untuk mengatasi kesenjangan antara penerimaan iuran peserta dengan beban biaya pelayanan kesehatan, sejumlah upaya yang dilakukan BPJS Kesehatan adalah dengan memperluas channel pembayaran, menerapkan kebijakan virtual account atau VA Keluarga (satu nomor VA untuk membayar seluruh tagihan iuran satu keluarga.

Selain itu, guna meningkatkan peran kolektibilitas iuran, perluasan program promotif preventif, peningkatan

Cakupan Perlindungan Semesta Kian Nyata

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 45 2016

4

FOKUS

infratruktur layanan dan sebagainya, BPJS Kesehatan telah menjalin sinergi dengan sejumlah kementerian dan lembaga.

“Hingga November 2016, BPJS Kesehatan telah bekerja sama dengan 30 kementerian dan lembaga pemerintah maupun nonpemerintah,” ujar Fachmi.

Sebagai contoh, BPJS Kesehatan telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri untuk integrasi database yang berbasiskan Nomor Induk Kependudukan (NIK) ke dalam sistem BPJS Kesehatan untuk mempermudah pendaftaran dan validasi calon peserta JKN-KIS.

Kerja sama dengan Kementerian Sosial dilakukan untuk penyediaan data masyarakat yang miskin dan tidak mampu untuk dimasukkan ke dalam kategori peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI). Untuk mewujudkan universal health coverage, BPJS Kesehatan juga menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah.

Saat ini, kata dia, sebanyak 32 dari 34 provinsi telah mengintegrasikan sebagian/seluruh peserta Jamkesdanya ke BPJS Kesehatan.

Sedangkan untuk menciptakan regulasi dan tatanan sistem jaminan sosial kesehatan yang kokoh dan berkesinambungan, pembangunan sarana dan infrastruktur kesehatan, peningkatan kualitas SDM tenaga medis, penguatan sistem pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan, dan sebagainya, BPJS Kesehatan bersinergi dengan Kementerian Kesehatan.

“Mengingat program ini merupakan salah satu Program Prioritas Pemerintahan Presiden Jokowi-JK, kami berharap

kementerian dan lembaga dapat memberikan support kepada BPJS

Kesehatan untuk mewujudkan universal health coverage paling lambat 1 Januari

2019 kelak,” ujar Fachmi.

Kepesertaan

Dihubungi terpisah, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan bahwa perjalanan JKN-KIS saat ini sudah berada di dalam relnya. Ini, kata dia, adalah merupakan awal dari sebuah terwujudnya mimpi mencapai kondisi universal coverage, yang artinya semua warga negara nantinya akan memiliki jaminan kesehatan.

“Keberhasilan meraih target atau bahkan lanjut atau tidaknya BPJS Kesehatan di masa datang sangat tergantung dari pengelolaan institusi ini di tahun-tahun ini,” sebut Nila.

Dia sendiri berharap agar peserta BPJS Kesehatan dari kelompok PPU terus bertambah. Agar peserta terus bertambah, Kemenkes selaku regulator akan berupaya menyokong BPJS Kesehatan dalam hal layanan, khususnya dalam penguatan fasilitas layanan kesehatan di daerah dan pusat.

“Kita ingin bagaimana pelayanan kesehataan itu semakin dekat dengan rumah, transportasinya murah dan mudah dijangkau. Ini tugas kita untuk membenahi puskesmas, agar masyarakat dapat terlayani dengan baik,” ujar dia.

Pemerintah sendiri, lanjut Menkes, terus memperkuat fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), seperti puskesmas. Ke depan, kata dia, seluruh puskesmas harus dirancang atau setidaknya direstrukturisasi kepada fungsi dan tujuan awalnya. Yaitu sebagai tempat pertama pengobatan atau gate keeper yang bisa menyaring pasien sebelum berobat ke rumah sakit (RS), dan tentu fungsi utamanya, yakni upaya kesehatan masyarakat.

Selain itu, paradigma di masyarakat juga harus diubah. Puskesmas bukan hanya tempat untuk berobat. Datang ke puskesmas tidak harus dalam keadaan sudah menderita sakit. Saat sehat pun seyogianya publik bisa berkunjung ke puskesmas untuk berkonsultasi perihal berbagai macam masalah kesehatan.

Pasalnya, layanan puskesmas di bidang promotif beragam. Mulai dari konsultasi gizi keluarga dan bayi, pencegahan penyakit menular, pelayanan program Keluarga Berencana (KB), pencegahan penyakit menular melalui penyehatan lingkungan, kegiatan olahraga, perkumpulan bagi penyandang penyakit kronis, dan sebagainya.

Penguatan di sektor layanan ini, lanjut Menkes diharapkan bisa meningkatkan akses dan kualitas layanan pada peserta. Langkah ini, lanjut dia, juga diharapkan bisa meningkatkan jumlah peserta BPJS Kesehatan.

Menteri KesehatanNila F. Moeloek

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 45 2016

5

BINCANG

Secara umum berjalannya JKN-KIS selama 3 tahun ini sudah on the track, tapi ada beberapa hal yang harus dibenahi kedepan diantaranya meningkatkan jumlah peserta aktif.

Program Jaminan Kesehatan Nasional–Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang diselenggarakan BPJS Kesehatan sejak 1 Januari 2014 sudah berjalan hampir tiga tahun. Walau beroperasi dalam waktu yang tergolong singkat BPJS Kesehatan bisa meraih banyak capaian seperti jumlah kepesertaan per 18 November 2016 mencapai 171 juta jiwa.

Bukan berarti dalam tiga tahun ini BPJS Kesehatan tidak menghadapi tantangan dalam menyelenggarakan program JKN-KIS sebagaimana amanat peraturan perundang-undangan. Masih banyak PR yang perlu dituntaskan oleh BPJS Kesehatan dan berbagai lembaga terkait seperti pemerintah serta fasilitas kesehatan untuk memberikan pelayanan yang terbaik terhadap seluruh peserta JKN-KIS.

Sebagaimana layaknya lembaga pemerintahan, kinerja BPJS Kesehatan diawasi oleh lembaga eksternal salah satunya Komisi IX DPR-RI. Sebagai lembaga pengawasan sekaligus mitra kerja BPJS Kesehatan, Komisi yang membidangi ketenagakerjaan, kesehatan, transmigrasi dan kependudukan itu punya catatan.

Beruntung, redaksi Info BPJS Kesehatan berkesempatan melakukan wawancara dengan Ketua Komisi IX DPR-RI, Dede Yusuf Macan Effendi, mengenai tiga tahun berjalannya JKN-KIS. Berikut ini petikan wawancaranya:

Bagaimana anda melihat pelaksanaan JKN-KIS dalam kurun waktu tiga tahun ini ?

Saya melihat JKN-KIS berjalan dalam fase yang cepat tiga tahun ini, tapi kelihatannya masih dipermukaan saja karena yang disampaikan selalu capaian jumlah peserta yang mendekati 172 juta jiwa. Pembahasan yang kurang selama ini mengenai berapa jumlah peserta aktif atau yang rutin membayar iuran.

Dalam catatan saya, dari 172 juta peserta JKN-KIS itu sekitar 91 juta merupakan peserta penerima bantuan iuran (PBI) yaitu peserta yang iurannya dibayar oleh pemerintah melalui APBN. Tapi masih ada peserta JKN-KIS yang tidak rutin membayar iuran, jumlahnya pun diperkirakan tidak sedikit.

Oleh karenanya ke depan, Komisi IX sebagai pengawas telah mendorong BPJS Kesehatan untuk membuat kriteria kepesertaan dengan jenis peserta aktif dan pasif. Peserta aktif yakni peserta yang rutin membayar iuran, sedangkan peserta pasif sebaliknya. Selain itu perlu diingat dalam tiga tahun ini bukan berarti program JKN-KIS telah memberi pelayanan terhadap 172 juta pesertanya, yang sudah mendapat pelayanan itu baru sebagian.

Perbaikan apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan program JKN-KIS?

Dalam berbagai kunjungan kerja ke berbagai tempat termasuk ke luar negeri, ada kesimpulan yang menyebut jumlah peserta yang ditangani BPJS Kesehatan terlalu banyak. Praktik program jaminan kesehatan serupa yang berjalan di negara lain menunjukan pengelolaan peserta itu bisa dibagi ke beberapa institusi.

Misalnya, ada tiga jenis lembaga yang menyelenggarakan jaminan sosial bidang kesehatan. Masing-masing lembaga itu menangani peserta sesuai dengan penyakit yang dialaminya. Bisa saja satu lembaga menangani penyakit yang jenisnya non spesialistik sedangkan dua lembaga sisanya khusus kasus spesialistik.

Jika badan penyelenggara itu menyerahkan pengelolaan jaminan kesehatan kepada beberapa institusi, maka masyarakat bisa punya banyak pilihan. Hal itu juga mendorong antar institusi memberi pelayanan yang kompetitif dan terbaik bagi peserta.

Walau dalam UU menyebut BPJS sebagai satu-satunya lembaga yang menyelenggarakan jaminan sosial di bidang kesehatan, tapi dalam pelaksanaannya bisa membuat

konsorsium yang terdiri dari beberapa asuransi. Itu bisa mendorong mereka untuk berlomba memberi pelayanan terbaik kepada peserta.

Hal-hal penting lain dalam kurun waktu tiga tahun pelaksanaan JKN-KIS?

Kami paham kenapa BPJS Kesehatan terus-menerus mengalami defisit yang salah satu penyebabnya adalah besaran iuran belum sesuai dengan hitungan aktuaria. Kemudian masalah pelayanan, dimana fasilitas kesehatan belum mampu maksimal memberi pelayanan yang terbaik bagi peserta. Jumlah peserta JKN-KIS yang sangat besar membuat fasilitas kesehatan terutama RS mengalami lonjakan kunjungan pasien mulai dari rawat jalan sampai rawat inap.

Belum lagi persoalan pengadaan obat untuk JKN-KIS sebagaimana tertera dalam formularium nasional dan pengadaannya lewat mekanisme lelang melalui e-catalog. Intinya masih banyak yang perlu dibenahi untuk melaksanakan JKN-KIS ke depan.

Tapi untuk sebuah sistem jaminan sosial di bidang kesehatan, JKN-KIS yang baru berjalan tiga tahun ini sudah on the track. Perbaikan dan penyesuaian harus terus dilakukan setiap saat, jika itu tidak dilakukan oleh para pihak terkait, maka BPJS Kesehatan akan selalu mengalami defisit.

Paket pembayaran JKN-KIS untuk fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan atau RS melalui INA-CBGs harus dirombak. Besaran paket yang ada dalam INA-CBGs sudah tidak sesuai. Paket yang ada harus disusun lewat pengalaman BPJS Kesehatan selama tiga tahun ini dalam menyelenggarakan JKN-KIS.

Tiga Tahun Berjalan, JKN-KIS Sudah On The Track

Ketua Komisi IX DPR-RI

Perubahan regulasi INA-CBGs yang sudah dilakukan pemerintah belum maksimal. Saya mendesak pemerintah untuk aktif mengatasi defisit yang dialami BPJS Kesehatan dan mencari terobosan membenahi INA-CBGs secara signifikan.

Ketua Komisi IX DPR RIDede Yusuf Macan Effendi

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 45 2016

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 45 2016

6

MANFAAT

Penyakit gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan umum yang dialami hampir semua orang. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Kementerian Kesehatan 2013 menyebutkan lima masalah gigi paling banyak di Indonesia, ialah karies gigi atau gigi berlubang dan penyakit. Dari 10 orang, 7 di antaranya memiliki gigi berlubang. Dari 2007 hingga 2013, prevalensi karies di antara penduduk naik dari 43,4 % menjadi 53,2%. Jika penduduk usia 15 tahun ke atas mencapai 176,6 juta lebih pada 2013, maka jumlah penduduk dengan karies bisa mencapai sekitar 94 juta orang. Banyak pasien sakit gigi kerap bertanya apakah layanan kesehatan gigi, termasuk pembersihan karang gigi (scalling) dijamin oleh BPJS Kesehatan ? Benar. Program JKN-KIS yang dikelola oleh BPJS Kesehatan menjamin semua biaya pelayanan kesehatan gigi selama peserta mengikuti prosedur dan ketentuan yang berlaku. Tindakan medis yang dilakukan juga harus berdasarkan indikasi medis yang jelas dari dokter yang memeriksa.

Peserta juga mendapat protesa gigi atau gigi palsu sebagai layanan tambahan atau suplemen dengan limitasi. Layanan prothesa gigi diberikan kepada peserta yang kehilangan gigi sesuai indikasi medis dan atas rekomendasi dari dokter gigi. Tarif maksimal penggantian prothesa gigi adalah sebesar Rp 1.000.000 dengan ketentuan yang sudah diatur.

Untuk mendapatkan semua layanan tersebut, pasien JKN-KIS harus melalui berbagai prosedur dan mekanisme pendaftaran. Jika peserta memilih terdaftar di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), seperti puskesmas/klinik pratama, maka faskes tersebut wajib menyediakan jejaring, meliputi dokter gigi, laboratorium, bidan dan sarana penunjang lain. Peserta mendapatkan pelayanan gigi di dokter gigi yang menjadi jejaring puskesmas/klinik. Tidak ada pendaftaran peserta ke dokter gigi lain.

Jika peserta memilih terdaftar di dokter praktek perorangan (dokter umum) sebagai FKTP, maka peserta dapat mendaftar ke dokter gigi praktek mandiri/perorangan sesuai pilihan dengan mengisi Daftar Isian Peserta (DIP) yang disediakan oleh BPJS

Kesehatan. Pelayanan gigi kepada peserta diberikan oleh dokter gigi sesuai pilihan peserta.

Penggantian Fasilitas Kesehatan Dokter Gigi diperbolehkan minimal setelah terdaftar 3 (tiga) bulan di faskes tersebut.

Caranya, pasien yang datang ke FKTP, menunjukkan kartu identitas peserta JKN-KIS untuk proses administrasi. Faskes melakukan pengecekan keabsahan kartu peserta. Faskes melakukan pemeriksaan kesehatan/pemberian tindakan/pengobatan. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada lembar yang disediakan faskes.

Sesuai dengan Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 Pasal 52 ayat 1, pelayanan kesehatan gigi yang dijamin BPJS Kesehatan meliputi :

1. Biaya administrasi pelayanan, meliputi biaya pendaftaran peserta untuk berobat, biaya penyediaan dan pemberian surat rujukan ke FKTL untuk penyakit yang tidak dapat ditangani d FKTP/

2. Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis,3. Premedikasi4. Kegawatdaruratan orto-dental5. Pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi),6. Pencabutan gigi permanen tanpa penyulit, 7. Tumpatan komposit atau Glass Ionomer Cement (GIC),8. Pembersihan karang gigi satu kali dalam setahun.

Bila diperlukan atas indikasi medis peserta akan memperoleh obat. Rujukan kasus gigi dapat dilakukan jika atas indikasi medis memerlukan pemeriksaan/ tindakan spesialis/sub spesialis. Rujukan tersebut hanya dapat dilakukan oleh dokter gigi, kecuali puskesmas/klinik yang tidak memiliki dokter gigi.

Sementara jika pasien datang ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) dengan membawa identitas peserta JKN-KIS serta surat rujukan dari FKTP. Peserta melakukan pendaftaran ke RS dengan memperlihatkan identitas dan surat rujukan. FKTL bertanggung jawab melakukan pengecekan keabsahan kartu dan surat rujukan serta melakukan input data ke dalam aplikasi Surat Eligibilitas Peserta (SEP) dan melakukan pencetakan SEP. SEP akan dilegalisasi oleh petugas BPJS Kesehatan di rumah sakit. Peserta mendapatkan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan dan/atau perawatan dan/atau pemberian tindakan dan/atau obat dan/atau Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).

Setelah mendapatkan pelayanan, peserta menandatangani bukti pelayanan pada lembar yang disediakan oleh masing-masing faskes. Layanan meratakan gigi atau pasang kawat gogo atau behel tidak dijamin BPJS Kesehatan karena masuk kategori estetika atau kosmetik.

Dijamin BPJS KesehatanSAKIT GIGI &

MULUT

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 45 2016

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 45 2016

7

TESTIMONI

Dalam implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional -Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), diperlukan sebuah upaya untuk menjaga peserta yang sehat agar tetap sehat, dan peserta yang

sakit tidak bertambah parah melalui program promotif dan preventif.

Salah satu program promotif dan preventif yang sudah dikembangkan BPJS Kesehatan bekerja sama dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) adalah Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis), khususnya untuk peserta penyandang Diabetes Melitus dan

Hipertensi. Tujuan dari program ini supaya penyandang penyakit kronis bisa mengelola kesehatannya dengan baik, agar kualitas hidup pasien tersebut tetap optimal.

Karenanya, FKTP perlu melakukan pengembangan pelayanan dengan berbagai inovasi, sehingga program Prolanis benar-benar dirasakan manfaatnya oleh pasien penyakit kronis. Seperti yang dilakukan Klinik Fanisa di Pariaman. Klinik tersebut merupakan salah satu contoh terbaik bagaimana menjalankan program Prolanis. Saat ini rasio peserta prolanis yang rutin berkunjung ke Klinik Fanisa sudah mencapai 80-90 persen. Bahkan baru-baru ini Klinik Fanisa juga mendapatkan perhargaan dari BPJS Kesehatan atas performanya dalam program Prolanis.

Aktif Beri Edukasi

Klinik Fanisa saat ini menangani sekitar 8.500 peserta JKN-KIS. Dari jumlah tersebut, 258 pesertanya tergabung dalam klub Prolanis, khususnya penderita Diabetes Melitus.

Selain memiliki empat dokter umum, klinik yang beralamat di Jalan Pierre Tendean, Kelurahan Kampung Baru Pariaman, Sumatera Barat tersebut juga memiliki dua

dokter gigi, satu dokter spesialis penyakit dalam, satu psikolog, serta dua apoteker.

Pimpinan Klinik Fanisa, Yulfi Aneta memparkan, beberapa program unggulan yang sudah dijalankan untuk mendukung program Prolanis antara lain “Klinik edukasi” berupa pertemuan rutin dengan peserta Prolanis. Dalam pertemuan tersebut, para peserta diberikan edukasi dan kesadaran tentang penyakitnya, cara mengelola penyakit agar bisa terkontrol dan tidak menjadi semakin parah, serta langkah-langkah yang harus diambil apabila tiba-tiba mengalami kondisi akut.

“Setiap kunjungan ke klinik, peserta Prolanis bisa melakukan konsultasi secara personal dengan dokter umum atau dokter spesialis. Edukasi ini juga kita berikan tiap kali ada kegiatan

kelompok, misalnya di kegiatan senam bersama,” papar Yulfi Aneta.

Dalam kegiatan olahraga bersama yang dilakukan setiap pekan, Klinik Fanisa juga melakukan berbagai inovasi agar aktifitas tersebut jadi lebih menyenangkan dan mudah dilakukan. Misalnya dengan membuat variasi senam menggunakan alat bantu. Sebab mayoritas peserta Prolanis di Klinik Fanisa juga mengalami masalah neuropati.

Agar konsultasi dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, seluruh peserta klub Prolanis juga disatukan dalam sebuah group chat di aplikasi pesan instan. Melalui media tersebut, peserta Prolanis bisa langsung berkonsultasi dengan dokter umum, dokter spesialis maupun psikolog tentang keluhan yang sedang dirasakannya. "Untuk pasien-pasien yang berisiko, kita juga melakukan scoring diabetes. Nantinya akan dilakukan intervensi khusus terhadap pasien tersebut sesuai dengan nilainya," tutur dia.

Sudah Seperti Keluarga

Agar peserta Prolanis bisa secara aktif mengikuti berbagai kegiatan Prolanis yang disiapkan, Yulfi berupaya membentuk hubungan di antara peserta Prolanis layaknya sebuah keluarga. Sehingga kegiatan kumpul-kumpul tidak hanya dilakukan dalam rangka pengendalian penyakit saja.

"Untuk peserta Prolanis, kita selalu buat acara gathering tahunan. Bila ada yang sakit, kita akan jengkuk bersama-sama. Kalau ada yang hajatan, datangnya pun sama-sama. Sehingga ada keterikatan yang kuat antara anggota klub Prolanis. Alhamdulliah kondisi ini membuat mereka jadi aktif mengikuti kegiatan. Kalau tidak datang, justru mereka merasa ada yang kurang,” paparnya.

Hal penting lainnya adalah keramahan dalam melayani pasien. “Pasien penyakit kronis ini datang ke klinik karena ada harapan. Kita tinggal memenuhi saja harapan itu, lebih bagus lagi kalau bisa lebih. Karena kalau harapannya itu tidak bisa kita penuhi, secara perlahan mereka akan menjauh,” tuturnya.

Selain edukasi, kegiatan home visit sebagai salah satu pilar Prolanis juga rutin yang dilakukan. "Dari buku pemantauan pasien di bagian rekam medik, di situ bisa ketahuan pasien mana saja yang perlu dikunjungi karena perlu penanganan lanjut. Peserta klub Prolanis yang tidak datang ke klinik juga menjadi sasaran kegiatan home visit. Jadi prinsipnya tidak boleh ada pasien klub Prolanis yang tidak minum obat hanya karena tidak datang ke klinik," tegasnya.

Di samping itu, kegiatan home visit tersebut juga sangat penting untuk mengetahui latar belakang penyakit yang diderita seorang pasien. “Setiap penyakit itu punya latar

Rasio peserta Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) rutin

berkunjung ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) merupakan salah satu indikator penilaian dalam pelaksanaan

pembayaran Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBK). Untuk mencapai

target yang ditetapkan, apa yang sudah dilakukan Klinik Fanisa bisa menjadi

contoh yang baik. Salah satunya pendekatan kekeluargaan yang berhasil membuat pasien penyakit kronis rajin

berkunjung ke klinik.

Kompak Layaknya Sebuah Keluarga

Klub Prolanis Klinik Fanisa,Pariaman

belakang, salah satunya karena pengaruh lingkungan rumahnya. Makanya kita perlu melakukan home visit untuk tahu permasalahan yang ada di keluarga tersebut. Misalnya kenapa gula darah orang tuanya kembali naik atau kenapa malas datang ke klinik. Berdasarkan hal itu, kita bisa melakukan intervensi yang tepat. Edukasi untuk anggota keluarga yang merawat pasien juga sangat penting. Karena sebetulnya tingkat kesembuhan pasien 90 persennya itu ditentukan oleh diri mereka sendiri dan lingkungan sekitar. Peran dokter hanya 10 persen saja. Karena walaupun dokter sudah kasih obat tapi tidak diminum secara teratur, tidak menjaga pola makan dan malas olahraga, apa yang dilakuan dokter akan percuma saja. Di sini peran keluarga menjadi sangat penting,” tuturnya.

Harapan untuk BPJS Kesehatan

Dalam menjalankan berbagai kegiatan Prolanis, diakui Yulfi dukungan yang diberikan BPJS Kesehatan sudah sangat baik. Selain bisa melakukan klaim kegiatan Prolanis di luar dana Kapitasi, BPJS Kesehatan juga aktif mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi para tenaga kesehatan, termasuk tenaga kesehatan di Klinik Fanisa.

“Pengayoman dari BPJS Kesehatan sudah bagus. Kita kan sekarang fokusnya di kualitas pelayanan. BPJS Kesehatan juga cukup aktif mengadakan kegiatan pembinaan untuk tenaga kesehatan,” tutur Yulfi.

Namun Yulfi berharap kegiatan yang dilakukan BPJS Kesehatan tersebut bisa lebih ditingkatkan, misalnya berbentuk workshop yang lebih dalam lagi. “Untuk klaim program Prolanis, saya harapkan juga tidak disamaratakan. Untuk FKTP yang punya inovasi lebih baik, saya harapkan bisa mendapat nilai yang lebih,” pungkasnya.

Pimpinan KIinik FanisaYulfi Aneta

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 45 2016

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 45 2016

PERSEPSI8

Masyarakat Indonesia sangat antusias menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Sakit bisa datang kapan saja, pada siapa saja. Sementara biaya

pelayanan kesehatan semakin mahal. Hal ini membuat masyarakat semakin menyadari pentingnya perlindungan diri melalui program JKN-KIS. Bukti menunjukkan, betapa kehadiran program JKN-KIS ini sangat membantu peserta yang sedang sakit bisa untuk tetap mendapatkan pengobatan tanpa mengkhawatirkan biaya.

Meski demikian, tidak dipungkiri masih ada sebagian masyarakat yangenggan mendaftar sebagai peserta JKN-KIS dengan berbagai alasan. Survey menunjukkan masih ada segelintir orang yang berpikir bawah program JKN-KIS adalah program berobat murah bahkan gratis, untuk masyarakat kelas bawah.Kualitas pelayanan kesehatan progam ini pun diragukan. Ada yang mengatakan,“obatnya paling pakai yang murahan, murah kok mau cepet sembuh!”.

Peserta penerima bantuan iuran (PBI) sering merasa tidak pede karena dianggap “peserta gratisan”, sehingga sering diperlakukan kurang baik oleh petugas rumah sakit. Seorang warga menanggapinya dengan satir dan berkomentar, “namanya juga gratisan ya harus maklum, dikasih obat yang murah atau mahal ya nggak tahu, yang penting sembuh”.

Terlepas bahwa esensi obat bukan pada harga, melainkan pada khasiatnya, kenyataannya obat-obatan yang diberikan kepada peserta JKN-KIS bukanlah obat-obatan murah semata.Obat untuk pasien cuci darah, sebagai contoh, harganya mencapai Rp1juta per satu kali tindakan atau tak kurang dari Rp8juta per bulan.Padahal pasien yang gagal ginjal harus menjalani cuci darah ini seumur hidupnya.Obat-obatan untuk penyakit kanker, thalasemia, skizofrenia, sirosis hepatitis, stroke, dan lupus bahkan mencapai puluhan juta rupiah per paket nya.

Persepsi obat JKN-KIS adalah obat murah, utamanya dipicu oleh pemahaman masyarakat yang keliru tentang obat. Ada tiga jenis obat yang di kenal di Indonesia yaitu obat generik, obat generik bermerek, dan obat paten.Masyarakat beranggapan obat generik adalah obat murah, sementara obat generik bermerek dan obat paten adalah obat mahal yang pasti bagus khasiatnya.

Kata generik berarti umum. Dalam konteks obat, generik berarti zat aktif yang ada di dalam obat tersebut. Paracetamol, adalah nama generik dari obat yang mengandung bahan kimia para-acetylaminophenol yang berfungsi meredakan nyeri (analgesic) dan menurunkan demam (antipyretic). Tanpa kemasan tertentu, paracetamol berharga kurang dari Rp100,00 per tablet.

Dipasaran, paracetamol kemudian dikemas dan diberi berbagai macam merek dagang seperti Panadol, Sanmol,

Tempra, dan sebagainya.Inilah yang disebut dengan obat generik bermerek.Obat-obatan ini kemudian juga dipasarkan dengan mengontrak selebriti-selebriti papan atas sebagai bintang iklannya.Unsur kemasan dan pemasaran seperti iklan, menambah biaya produksi obat ini. Biaya tersebut selanjutnyaakan dibebankan kepada konsumen dalam wujud harga yang lebih mahal. Tak heran, satu butir panadol yang tak lain tak bukan adalah paracetamol, melonjak hingga sepuluh kali lipat harga obat generiknya.

Istilah paten bermakna terdapat modifikasi kimia tertentu pada suatu obat tanpa mengubah khasiat aslinya.Paten ini kemudian didaftarkan oleh produsen obat untuk memperoleh hak eksklusif sehingga produsen pesaing secara legal dilarang untuk menirunya. Sebagai contoh, vitamin C ada yang dijual dengan harga Rp5000,- per kemasan, tapi ada yang mencapai ratusan ribu untuk jumlah yang sama. Hal ini karena vitamin C yang mahal tersebut telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga

OBAT JKN-KIS BUKAN OBAT MURAHANpenyerapannya oleh tubuh berlangsung secara bertahap dan tidak mengakibatkan efek samping nyeri lambung. Namun esensi obat yang dikonsumsi tetaplah vitamin C. Sama seperti kemasan dan iklan, paten juga menjadi biaya tambahan dalam produksi obat yang pada akhirnya akan dibebankan kepada konsumen melalui harga jual obat.

Direktur Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Maura Linda Sitanggang, menjelaskan bahwa obat yang berkualitas adalah obat yangmemiliki kandungan zat aktif dandiberikan dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan medis pasien. Obat generik pun, dalam hal ini adalah obat yang berkualitas.Karena obat generik diatur secara ketat oleh pemerintah, sesungguhnya obat ini lebih terjamin. Harganya yang murah pun sebenarnya menguntungkan pihak RS yang meresepkannya karena peluang rumah sakit untuk memperoleh surplus lebih besar dibandingkan jika menggunakan obat bermerek maupun obat paten.

Efisien dalam memberikan obat bukan berarti tetap menggunakan obat bermerek atau obat paten tapi mengurangai jatah pemberian obat tersebut, sehingga untuk mendapatkan jumlah sesuai yang diresepkan seringkali pasien JKN-KIS dikenakan iur biaya. Efisien dalam memberikan obat adalah dengan menggunakan obat generik.

Obat menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam program JKN-KIS. Pemerintah mengatur tata kelola penyediaan obat bagi peserta JKN-KIS melalui suatu pedoman yang disebut dengan Fomularium Nasional (Fornas). Fornas berisikan daftar obat-obatan berkhasiat yang disusun dan direkomendasikanpara pakar farmasi berdasarkan bukti-bukti ilmiah.Obat-obatan yang masuk ke dalam daftar Fornas dijamin berkhasiat, aman dan

harganya pun terjangkau. Seluruh peresepan obat bagi peserta program JKN-KIS mengacu pada Fornas.

Terkait ketersediaan obat-obatan di dalam Fornas, otonomi daerah memegang peranan penting.Obat yang tertera di dalam Fornas dibagi ke dalam tiga tingkatan. Tingkat pertama adalah obat yang dipergunakan dan didistribusikan untuk pelayanan kesehatan primer di kabupaten atau kota. Tingkat kedua, adalah untuk pelayanan kesehatan di tingkat provinsi. Tingkat ketiga, untuk pelayanan yang lebih tersier. Ketiga tingkatan tersebut memiliki daftar obat esensial masing-masing.

Pengelolaan obat esensial ini tidak bisa dilepaskan kepada mekanisme pasar bebas karena menyangkut kebutuhan dasar kesehatan masyarakat.Oleh karenanya, meskipun penyediaan dan pengelolaan anggaran pengadaan obat esensial bagi masyarakat menjadi tanggungjawab pemerintah daerah, pemerintah pusat masih tetap mempunyai kewajiban untuk penyediaan obat .Diantaranya

obat-obatan program kesehatan tertentu seperti obat TBC, HIV/AIDS, dan sebagainya serta dan persediaan obat penyangga (buffer stock) demi menjamin keamanan, khasiat dan ketersediaan obat bagi masyarakat.

Di era JKN-KIS ini, pengadaan obat di tiap-tiap Puskesmas sudah dapat dilakukan melalui sistem lelang secara mandiri dengan katalog elektronik alias e-katalog. E-katalog adalah daftar obat yang bisa dibeli oleh badan layanan kesehatan dan dapat di akses secara online di internet.

Melalui sistem ini, unit pelayanan kesehatan mulai dari puskesmas, rumah sakit tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat, dapat mempersiapkan Rencana Kebutuhan Obat (RKO) untuk melakukan pengadaan obat esensial yang diinginkan. Selanjutnya, pemerintah pusat tinggal memonitor pengadaan, serta menunggu inisiatif daerah dalam menggunakan APBD-nya untuk belanja obat ini.

Permintaan-permintaan dari daerah melalui Dinas Kesehatan inilah yang nantinya akan dilelang melalui e-katalog oleh pemerintah pusat. Disinilah, industri farmasi bersaing harga untuk memenuhi kebutuhan obat generik. Selanjutnya, pemenangnya yang berhak mendistribusikan obat generik.

Secara biaya, harga-harga obat e-katalog memang jauh lebih murah. Namun, harga murah bukan berarti kualitasnya rendah atau disebut “murahan”. Itulah yang ingin ditegaskan pemerintah melalui program JKN-KIS yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.

Harga obat yang terdaftar dalam e-katalog itu murah karena pabrik yang memproduksi obat dalam e-katalog ini mendapat kepastian pembeli dalam jumlah besar. Harga yang murah dari e-katalog ini bagi pemerintah sangat bermanfaat untuk menekan biaya kesehatan yang amat tinggi.

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 45 2016

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 45 2016

INSPIRASI9

Dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang dikembangkan BPJS Kesehatan bekerja sama dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), salah satu pilarnya adalah

melakukan edukasi kepada peserta program Prolanis yang merupakan penyandang diabetes melitus dan hipertensi.

Untuk program tersebut, dokter praktek perorangan (DPP) dr. Rudi Ridwan melakukan sebuah inovasi, dimana kegiatan edukasi tidak hanya menyasar para orang tua penyandang penyakit kronis saja, tetapi juga melibatkan anak muda sebagai Duta Prolanis.

“Edukasi tentang pencegahan penyakit kronis seperti diabetes melitus dan hipertensi juga penting untuk diketahui

anak muda. Apalagi penyakit ini tidak datang secara tiba-tiba, melainkan hasil dari sebuah gaya hidup tidak sehat yang

dijalani saat muda,” papar dr. Rudi Ridwan yang praktek di Apotek Manggala Jaya, Pangkal Pinang, Bangka Belitung.

Karenanya, anak muda juga perlu menjadi sasaran kegiatan edukasi program Prolanis, sehingga mereka bisa melakukan langkah-langkah pencegahan dan mulai

menjalani pola hidup sehat. Di sisi lain, mereka juga dapat menjadi Duta Prolanis, penyambung informasi untuk lingkungan sekitar dan juga keluarganya.

dr. Rudi menjelaskan, kegiatan edukasi pencegahan penyakit kronis ini dilakukan bersama tim yang dibentuknya di sekolah-sekolah hingga kantor organisasi kepemudaan. Antusiasme anak muda yang menjadi target utama kegiatan ini diakuinya sangatlah besar “Dengan mendapatkan informasi yang cukup tentang pencegahan penyakit diabetes melitus dan hipertensi, diharapkan anak-anak muda ini bisa menjadi Duta Prolanis untuk diri mereka sendiri dan juga orang lain, khususnya untuk keluarga mereka,” imbuhnya.

Untuk kegiatan Prolanis yang memang sudah menjadi program BPJS Kesehatan, aktifitas yang dilakuan dr. Rudi di antaranya melakukan edukasi klub, pemantauan kesehatan melalui pemeriksaan penunjang, senam Prolanis setiap akhir pekan, home visit, serta pelayanan obat secara rutin.

“Untuk kegiatan yang memang sudah diwajibkan dalam program Prolanis, itu tetap saya lakukan. Tim saya juga secara aktif melakukan home visit untuk pasien-pasien penyakit kronis yang memang perlu mendapatkan perhatian khusus. Sedangkan kegiatan Duta Prolanis hanya tambahan saja supaya tujuan program Prolanis bisa lebih mudah tercapai,” tuturnya.

Angka Kontak Tinggi

Dalam kegiatan Jambore Nasional Pelayanan Primer 2016, dr. Rudi juga memperoleh penghargaan dari BPJS Kesehatan atas prestasinya mencapai nilai yang tinggi untuk angka kontak dengan peserta JKN-KIS yang terdaftar di tempat prakteknya. Bentuk Kontak yang dilakukan dr. Rudi tidak hanya berlangsung ketika si peserta dalam keadaan sakit, tetapi juga ketika dalam keadaan sehat.

“Yang datang ke tempat praktek saya bukan hanya yang sakit. Yang sehat pun juga datang untuk konsultasi.

Sebagai gatekeeper untuk menjamin keberlangsungan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) – Kartu

Indonesia Sehat (KIS), Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) seperti puskesmas, klinik pratama

maupun dokter praktek perorangan memang dituntut untuk mampu

memaksimalkan program-program promotif dan preventif. Berbagai

inovasi juga diperlukan, contohnya saja yang dilakukan dr. Rudi Ridwan

lewat progran Duta Prolanis yang melibatkan anak-anak muda di

daerahnya.

Libatkan Anak Muda Jadi Duta Prolanis

dr. Rudi Ridwan (Dokter Prakter Perorangan)

Ini tentunya memudahkan kerja sama, jadi tidak harus datang satu persatu ke rumah mereka untuk memberikan edukasi,” paparnya.

Dikatakan dr. Rudi, sejak mulai praktek pada awal tahun 2000-an, ia memang selau berusaha menjaga hubungan baik dengan pasiennya seperti halnya dokter keluarga. Pada akhirnya timbul kepercayaan yang besar dari pasien-pasien yang pernah diobatinya. Sehingga mereka tak sungkan lagi untuk datang ke tempat prakteknya, meski pun tidak dalam kondisi sakit. Selain itu, ponselnya pun selalu siap melayani permintaan konsultasi dari pasien.

“Saya praktek sudah 15 tahun, jadi sudah lama sekali membina hubungan baik dengan para pasien. Karena sudah percaya, tiap kali akan dilakukan tindakan oleh dokter spesialis di rumah sakit, mereka juga biasanya konsultasi dulu ke saya, padahal saya itu dokter umum. Jadi benar-benar seperti dokter keluarga karena memang sudah ada trust,” ujarnya.

Melalui pertemuan yang intens tersebut, lanjut dr. Rudi, pemahaman pasien tentang gaya hidup sehat jadi meningkat. Kesadaran untuk menjaga kesehatan pun menjadi lebih tinggi. Pada akhirnya peserta yang sakit jadi berkurang, sehingga dana kapitasi yang diterimanya setiap bulan tidak banyak terpakai.

Mulai bekerja sama dengan BPJS Kesehatan sejak Agustus 2014, saat ini dr. Rudi menangani 5.000 peserta JKN-KIS. Artinya sudah mencapai batas maksimal untuk dokter prakter perorangan. Tidak hanya melayani peserta JKN-KIS, di tempat prakteknya dr. Rudi juga masih menangani pasien umum, meski pun jumlahnya sudah sangat sedikit.

“Mayoritas yang berobat memang peserta JKN-KIS. Adanya program ini (JKN-KIS) saya lihat memang memberi banyak kemudahan bagi masyarakat untuk berobat. Kalau dulu mungkin mau ke dokter masih ragu karena tidak ada uang, tapi sekarang tidak sakit pun mereka semangat datang karena dari sisi biaya sudah dipermudah,” tutur dr. Rudi.

Dokter Praktek Perorangandr. Rudi Ridwan

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 45 2016

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 45 2016

10

SEHA

T & G

AYA

HIDU

P10

Namun sebagian masyarakat sering mengabaikan soal kesehatan. Kebiasaan merokok misalnya, dianggap tidak berbahaya, ditambah lagi jarang berolahraga, dan mengonsumsi makanan yang tidak seimbang dan tidak memenuhi kebutuhan gizi. Tanpa disadari kebiasaan itu menjadi sumber yang memicu datangnya penyakit. Sinyal-sinyal peringatan pun muncul seperti kepala terasa pusing, tubuh demam, jantung berdebar, perasaan gelisah, tubuh menjadi lemah. Namun, masih saja hal itu dianggap enteng.

Jangan tunggu sakit. Yuk, di tahun 2017 membuat resolusi sehat, mengubah kebiasaan buruk di hari-hari yang sudah lewat menjadi kebiasaan cara hidup yang sehat mulai hari ini dan seterusnya.Hasil yang ingin dicapai tentunya sehat fisik dan mentalnya.

Mulai dengan mengatur pola makan yang baik untuk menjaga kesehatan. Selain itu melakukan aktivitas fisik atau berolahraga secara teratur dan terukur. Lakukan mulai yang sederhana seperti berjalan kaki setiap pagi selama minimal 15 menit. Bisa juga lari, bersepeda, berenang, atau bergabung dengan komunitas olahraga di tempat kebugaran atau fitnesscenter. Untuk mendukung kegiatan berolahraga, tidak ada salahnya mulai menyiapkan dana untuk membeli sepatu untuk olah raga atau sepeda atau membeli alat treadmill agar bisa mengukur kemampuan larinya.

Melakukan olahraga secara teratur dapat memelihara kebugaran fisik dan mental, memperkuat sistem kekebalan tubuh, serta mencegah munculnya penyakit tidak menular atau degeneratif, seperti diabetes dan hipertensi. Menurut sebuah penelitian, olahraga secara teratur bisa meningkatkan fungsi otak sehingga dapat mencegah penyakit otak, seperti alzheimer dan parkinson.

Aktivitas fisik akan menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kolesterol "baik" (HDL) dan menurunkan kolesterol "jahat" (LDL), memperbaiki aliran darah dan meningkatkan kapasitas kerja jantung. Jantung yang kuat, sehat dan selalu mendapatkan oksigen yang penuh, mempunyai daya tahan yang lebih kuat dalam keadaan krisis oksigen. Namun bagi Anda yang mempunyai keluhan jantung, sebaiknya konsultasi dengan dokter keluarga Anda sebelum memutuskan jenis olahraga yang akan ditekuni.

Dengan berolahraga teratur juga dapat menurunkan tekanan darah yang tinggi. Hal ini disebabkan karena aktivitas fisik akan mengurangi lemak tubuh. Saat ini banyak kelompok usia muda sudah mengidap hipertensi atau darah tinggi. Jika diabaikan tanpa melakukan penanggulangan dini, maka bisa berlarut dan memicu terjadinya serangan jantung dan masalah kesehatan lainnya.

Berolahraga juga bisa mencegah terjadinya penumpukan gula dalam darah. Bagi penderita diabetes yang belum bergantung pada insulin dapat “disembuhkan”(stabil kondisi kadar gula dalam darahnya) dengan pengaturan makanan dan olahraga yang tepat. Sehingga hidup lebih berkualitas.

Pelari marathon yang pernah menjadi Runner Up lari 10 kilometer (10K) OJK, Sri Ayomi, kini rutin lari 10 kilometer dua kali seminggu, sebelum berangkat ke kantor atau minimal seminggu sekali saat hari libur. Ayomi mengaku sudah tidak memiliki limfa dan sering kolesterolnya tinggi. Sehingga dia harus menjaga betul kesehatan tubuhnya.

Secara bertahap mulai dari latihan lari menggunakan alat treadmill hingga akhirnya sudah setahun ini rutin lari dan mengikuti sejumlah kegiatan 10K bahkan ikut marathon 21K di Bali belum lama ini. Selama setahun ini Ayomi telah mengumpulkan 10 medali mencapai finis. Ayomi tampak bugar dan sehat.

Lari bisa mengurangi lemak tubuh dan diganti dengan otot. Kemampuan tubuh untuk menggunakan kalori juga menjadi lebih baik. Kurangnya bergerak telah menjadi penyebab utama dalam kegemukan seperti banyak dialami masyarakat modern saat ini. Kehilangan lemak tubuh setelah olahraga dan menjalani pola makan sehat akan mengurangi tingkatan glukosa dan insulin kepada penderita diabetes yang tidak bergantung kepada insulin. Selain kesehatan fisik, kesehatan mental juga penting untuk diperhatikan. Menurut penelitian, olahraga ternyata mampu memperbaiki suasana hati dan rasa percaya diri. Sehingga akan mencegah terjadinya stres dan kecemasan. Tidur yang cukup bisa ditambahkan dalam daftar resolusi sehat. Kelihatannya sederhana tetapi kenyataannya banyak orang sulit menerapkan pola tidur sehat. Idealnya, orang dewasa membutuhkan rata-rata tujuh jam perhari untuk tidur. Jika tidak tercapai minimal bisa tidur berkualitas, karena tidur sangat berperan penting bagi kesehatan tubuh dan pikiran. Menurut sebuah penelitian, kurang tidur dapat melambat proses berpikir otak. Hal ini berdampak pada munculnya masalah memori di otak, peningkatan risiko depresi, kurangnya kekebalan tubuh, memicu tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung. Nah, di tahun 2017, mulailah menata kamar tidur agar nyaman, hindari suara bising dan mematikan lampu atau kurangi cahaya saat tidur. Hindari stres di tahun 2017, agar tubuh lebih kuat menangkal berbagai penyakit. Caranya, antara lain dengan melakukan meditasi sambil mendengarkan musik yang tenang. Menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya, dan bersosialisasi dengan berkumpul menjalin silaturahmi dengan teman atau keluarga. Penelitian menunjukkan, sosialisasi atau bersilaturahmi bisa memperpanjang usia karena mampu menangkal penyakit seperti demensia dan alzheimer. Terhubung dengan banyak orang akan membuat seseorang merasa lebih didukung dan dicintai. Oleh karena itu, tidak selamanya, media sosial (medsos) itu berdampak buruk, sebagian masyarakat memanfaatkannya sebagai cara untuk menyambung silaturahmi. Mengasah kecerdasan emosional juga sangat berkaitan dengan kesehatan mental. Kesehatan emosional yang rendah bisa membuat orang sulit mencapai pikiran yang sehat. Oleh karena itu, belajar mengenali emosi sendiri dan mampu mengontrolnya serta berempati dengan orang lain adalah cara yang bisa meningkatkan kesehatan mental. Masih ada hal penting yang perlu masuk dalam resolusi sehat Anda yaitu melakukan medical check up (cek kesehatan), bisa cek kesehatan lengkap atau sebagian saja. Minimal setiap bulan cek tekanan darah, gula darah, kolesterol, asam urat. Semakin dini diketahui yang tidak normal dalam tubuh kita semakin mudah untuk diobati atau dicegah agar tidak sampai menjadi komplikasi. Hidup sehat hidup berkualitas, sehat fisik dan sehat mentalnya.

Aktivitas Fisik Hindari Stres2017RESOLUSI SEHAT

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 45 2016

Kesehatan bukanlah segalanya namun tanpa

kesehatan semuanya menjadi tidak berarti. Pernahkah

Anda terbaring lemah di ruang perawatan rumah sakit

atau melihat kerabat yang sakit terbaring? Ketika jatuh

sakit dan harus berbaring di rumah sakit, apa artinya harta yang melimpah, apa

artinya rumah yang mewah, tak bisa menikmati makanan sesuai selera sendiri. Karena

sakit menjadi tak berdaya.

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 45 2016

KILAS & PERISTIWA

JAKARTA30 November 2016

11

JAKARTA07 Desember 2016

Sebagai badan hukum publik yang beroperasi sejak 1 Januari 2014 mengelola program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), BPJS Kesehatan selalu berupaya memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN serta Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS. Untuk mencapai cakupan jaminan kesehatan semesta, diperlukan sinergi yang kokoh antara BPJS Kesehatan dengan segenap pihak, di antaranya kementerian dan lembaga, baik yang berstatus pemerintah maupun non pemerintah. “Selama hampir tiga tahun terakhir, BPJS Kesehatan telah menjalin kerja sama dan sinergi dengan berbagai kementerian dan lembaga melalui nota kesepahaman maupun perjanjian kerja sama strategis antar lembaga. Kerja sama tersebut sangat bermanfaat untuk mendukung program JKN-KIS, terutama dalam hal perluasan kepesertaan, kolekting iuran, kepatuhan, dan optimalisasi pelayanan kesehatan. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu sekalian untuk setiap dukungan, kerja sama, dan sinergi yang telah terbangun selama ini, karena hal ini sangat berarti untuk mendukung sustainabilitas program JKN-KIS,” kata Direktur Hukum, Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga BPJS Kesehatan Bayu Wahyudi dalam acara Bincang JKN-KIS bersama Andy F. Noya, Rabu (30/11). Hingga November 2016, BPJS Kesehatan telah bekerja sama dengan 30 kementerian dan lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Berikut sejumlah contoh kerja sama kemitraan BPJS Kesehatan dengan kementerian dan lembaga:

1. Kementerian Dalam Negeri (melalui Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil): integrasi database yang berbasiskan Nomor Induk Kependudukan ke dalam sistem BPJS Kesehatan untuk mempermudah pendaftaran dan validasi calon peserta JKN-KIS;

2. Kementerian Sosial: pendataan dan penyediaan data masyarakat yang miskin dan tidak mampu untuk dimasukkan kedalam kategori peserta

Penerima Bantuan Iuran (PBI);3. Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: pengawasan implementasi program JKN-KIS tepat sasaran dan berjalan sesuai dengan amanat undang-undang;

4. Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan (BAK): percepatan pendaftaran melalui kantor Pelayanan Terpadu Satu Atap (PTSP) untuk mendorong pengusaha mendaftarkan karyawan dan keluarganya saat proses pengurusan perizinan;

5. Pemerintah Daerah: integrasi Jamkesda untuk mewujudkan universal health coverage. Saat ini sebanyak 32 dari 34 provinsi

telah mengintegrasikan sebagian/seluruh peserta Jamkesdanya ke BPJS Kesehatan;

6. Kementerian Kesehatan: menciptakan regulasi dan tatanan sistem jaminan sosial kesehatan yang kokoh dan berkesinambungan, pembangunan sarana dan infrastruktur kesehatan, peningkatan kualitas SDM tenaga medis, penguatan sistem pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan, dan sebagainya;

7. Mitra perbankan (Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN) dan non-perbankan (PT Pos, Pegadaian, dan agen Payment Point Online Banking/PPOB): meningkatkan kolektabilitas iuran dan menjaga sustainibilitas program JKN-KIS;

8. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR): berkontribusi dalam hal pengawasan, pengesahan anggaran, serta penegakan regulasi tentang implementasi program JKN-KIS di tengah masyarakat; dll.

Guna meningkatkan kualitas pelayanan dan memberikan kepastian penjaminan kepada peserta Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) khususnya bagi peserta dari unsur Prajurit Tentara Nasional Indonesia (Prajurit TNI), Anggota Kepolisian Republik Indonesia (Anggota Polri), Pegawai Aparatur Sipil Negara di lingkungan Kementerian Pertahanan (Pegawai ASN Kemhan) dan Pegawai Aparatur Sipil Negara Kepolisian Republik Indonesia (Pegawai ASN Polri), yang juga merupakan peserta ASABRI, BPJS Kesehatan dan PT ASABRI sepakat untuk saling menjalin koordinasi dan kerja sama secara terpadu sesuai dengan kewenangannya masing-masing, dalam hal penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kecelakaan kerja.

Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris serta Direktur Utama PT ASABRI (Persero) Sonny Widjaja, di Kantor Pusat BPJS Kesehatan (07/12). Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengungkapkan, Perjanjian Kerjasama ini adalah sebagai pedoman dalam mengatur penanganan kepada Peserta sehingga manfaat yang diberikan sesuai kewajiban dan tanggung jawab masing-masing pihak sebagai penyelenggara Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan penyelenggara Program Jaminan Kesehatan.

Program Jaminan Kecelakaan Kerja adalah program yang memberikan perlindungan kepada peserta ASABRI aktif yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah terhadap kecelakaan kerja yang dialaminya. Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit akibat kerja, sedangkan Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah sakit yang diderita sebagai akibat langsung dari pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan kerja, yang diderita peserta dalam hubungan kerja, meliputi faktor risiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang dipakai, yang dinyatakan oleh Pejabat yang Berwajib dan dibuktikan oleh hasil pemeriksaan medis.

“Peserta ASABRI juga merupakan peserta JKN-KIS yang sudah sejak awal telah menjadi peserta BPJS Kesehatan (kerena merupakan peserta eks-Askes). Dan kami harapkan apabila peserta mengalami kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kecelakaan kerja, pada saat di rumah sakit tidak kebingungan siapa yang akan menjamin pelayanan kesehatannya. Melalui perjanjian kerjasama ini, diharapkan di lapangan nanti pelayanan kesehatan dapat diberikan secara lebih maksimal,” ujar Fachmi.

Ruang Lingkup Perjanjian Kerjasama ini meliputi Pelaksanaan sinergi pelayanan Jaminan KK dan PAK bagi prajurit TNI, anggota POLRI, PNS Kemhan, calon PNS Kemhan, PNS POLRI, dan calon PNS POLRI, Pengajuan penggantian klaim program KK atau PAK, pelaksanaan sosialisasi tentang koordinasi pelayanan kesehatan jaminan KK/PAK dan Kerja sama lain yang disepakati oleh BPJS Kesehatandan PT ASABRI. Mekanisme Pelayanan dan Penjaminan ini diatur, dimana BPJS Kesehatan bertindak sebagai penjamin pertama terhadap kasus yang diduga kasus KK atau PAK, tetapi belum dapat dibuktikan selambat-lambatnya dalam waktu 3 hari kerja, sementara PT ASABRI bertindak sebagai penjamin terhadap kasus KK atau PAK yang telah dibuktikan dalam waktu 3 hari kerja.

BPJS Kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab yaitu menjamin peserta ASABRI aktif terhadap kasus yang belum terbukti sebagai kecelakaan kerja pada fasilitas yang bekerjasama dengan menerbitkan Surat Eligibilitas Peserta (SEP) dalam kondisi PT ASABRI belum dapat memberikan keterangan jaminan dalam waktu paling lama 3 x 24 jam hari kerja, dan mengajukan klaim/reimburse kepada PT ASABRI terhadap penjaminan KK atau PAK jika terbukti merupakan kasus KK atau PAK, yang dilampiri berita acara kejadian/surat kepastian KK-PAK dari Satuan Kerja peserta yang mengalami KK atau PAK.

Sedangkan PT ASABRI mempunyai tugas dan tanggung jawab yaitu menjamin Peserta ASABRI aktif terhadap kasus yang dapat dibuktikan sebagai kecelakaan kerja, dalam 3

(tiga) hari kerja atau paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak pasien masuk RS, menjamin dan menerbitkan SJP bagi Peserta ASABRI aktif terhadap kasus yang terbukti KK atau PAK,membayar klaim/reimburse yang diajukan oleh BPJS Kesehatan paling lambat 15 (lima belas) hari kalender setelah berkas diterima secara lengkap, dan Menerbitkan Surat Keterangan kepada BPJS Kesehatan.

“Kami berharap sinergi ini terus diperkuat, harapannya peserta ASABRI yang juga merupakan peserta BPJS Kesehatan akan mendapatkan benefit pelayanan yang sesuai dengan haknya,” himbau Fachmi.

BPJS Kesehatan Sinergi dengan PT ASABRI dalam Penanggungan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

Optimalisasi JKN-KIS Melalui Penguatan Sinergi Kelembagaan

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2013, BPJS dapat bekerja sama dengan kementerian dan lembaga pemerintah dalam rangka peningkatan pelayanan kepada peserta dan pemenuhan manfaat, kelembagaan, SDM, pengelolaan sistem informasi, peningkatan kesadaran dan kepatuhan masyarakat untuk memenuhi kewajibannya, dan/atau kerja sama lain yang disepakati bersama. “Mengingat program ini merupakan salah satu Program Prioritas Pemerintahan Presiden Jokowi-JK yang tercantum dalam Nawacita ke-5, yaitu Peningkatan Kualitas Hidup Manusia Indonesia melalui inisiasi Kartu Indonesia Sehat, kami berharap kementerian dan lembaga dapat memberikan support kepada BPJS Kesehatan untuk mewujudkan universal health coverage paling lambat 1 Januari 2019 kelak,” ujar Bayu Wahyudi.

2017

SEGENAP JAJARAN DEWAN DIREKSI & DEWAN PENGAWAS

BPJS KESEHATAN MENGUCAPKAN

SELAMAT TAHUN BARU

FACHMI IDRISMUNDIHARNO BAYU WAHYUDI MIRA ANGGRAINI MAYA AMIARNY RUSADY

ANDAYANI BUDI LESTARI

KEMAL IMAM SANTOSO

WAHYUDDIN BAGENDA

KARUN MISBAHUL MUNIR SRI HARTATI CHAIRUL RADJAB NASUTION

LA TUNRENG RONI FEBRIANTO MICHAEL JOHANNIS LATUWAEL