cakrawala edisi 3

64
1 DESEMBER 2012 - FEBRUARI 2013

Upload: johannes-herman

Post on 09-Mar-2016

278 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Cakrawala edisi 3

TRANSCRIPT

Page 1: Cakrawala edisi 3

1D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 2: Cakrawala edisi 3

2 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 3: Cakrawala edisi 3

3D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 4: Cakrawala edisi 3

Para pembaca yang budiman, majalah CAKRAWALA yang Anda baca ini merupakan edisi ke ga yang terbit di penghujung Desember

2012. Sesuai usul, saran dan berbagai masukan dari para pembaca—khususnya anggota HPI Bali yang menjadi pemilik majalah ini, CAKRAWALA edisi 3 ini lebih banyak menyajikan masalah internal HPI. Memang masih ada liputan kawasan seputar dest inas i d i Ba l i , namun jumlahnnya lebih terbatas.

CAKRAWALA edisi 3 sengaja mengangkat laporan utama tentang pergolakan Divisi Korea HPI Bali yang melakukan perlawanan terhadap Biro Perjalan Wisata (BPW) yang selama ini dinilai telah memperlakukan para pramuwisata (guide) secara semena-mena. Perjuangan Divisi Korea ini cukup dramatis, karena melibatkan seluruh pramuwisata Korea aktif yang berjumlah sekitar 600 orang. Mereka kompak, sehingga apa yang bisa diperjuangkan bisa terwujud.

Dengan dibantu DPD HPI Bali, Divisi Korea akhirnya berhasil memperoleh kata sepakat dengan BPW Korea dan aspirasi para guide akhirnya terjawab seputar hak-hak dasar keprofesian seputar guide fee, pping dan lainnya. Perjuangan ini memang belum selesai, karena apa yang disepaka itu mes terwujud di lapangan. Untuk itu dibutuhkan koordinasi, kekompakan serta kejelian dalam melakukan pengawasan agar MoU tersebut diimplementasikan.

CAKRAWALA edisi 3 juga menyajikan berbagai kegiatan Divisi lain yang nan nya diturunkan secara bergilir dalam edisi-edisi berikutnya sesuai dengan event yang digelar di masing-masing Divisi. Kali ini Divisi Korea dan Inggris yang dimuat. Seper biasa, CAKRAWALA juga menyajikan seputar budaya Bali dari pakar guna memberi pengayaan wawasan bagi para pembaca. Tak ke nggalan objek wisata dan seputar info dari DPD HPI.

Jajaran Redaksi dan pengelola CAKRAWALA menyadari sepenuhnya bahwa majalah ini masih jauh dari sempurna. Masih dibutuhkan penataan dan pengayaan isi dalam edisi-edisi mendatang. Oleh karena itu sangat dibutuhkan usulan dan saran dari para pembaca khususnya anggota DPD HPI Bali. Atas semuanya itu, dengan rendah ha kami, Jajaran Redaksi dan pengelola CAKRAWALA mengucapkan limpah terima kasih.

Karena majalah ini terbit di penghujung Desember, ijinkanlah kami menyampaikan ucapan SELAMAT TAHUN BARU 2013. Semoga kita semua makin sukses di masa-masa mendatang. Semoga semua pikiran posi f datang dari segala penjuru!

REDAKSI

REDAKSIdari

4 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 5: Cakrawala edisi 3

5D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 6: Cakrawala edisi 3

C O N T E N T SC O N T E N T SMAJALAH CAKRAWALA EDISI MEI - AGUSTUS 2012

BALI TUAN RUMAH RAKERNAS HPI KE-12

DI MANGGARAI BARAT

DIKLATPRAMUWISATA MUDA

KARAKTER TAMUKARAKTER TAMU

SPANYOLSPANYOL

DARI SEKAR TUNJUNG“BADAI DESEMBER”

BERBAHASA

6 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

9

PARIWISATA DALAM ANGKA 14HPI BALI APRESIASI HPI BALI APRESIASI

TERHADAP PRAMUWISATA ILEGAL TERHADAP PRAMUWISATA ILEGAL PENGADILAN PENGADILAN 16

1820

10

Page 7: Cakrawala edisi 3

PENANGGUNG JAWAB Sang Putu Subaya, SH, MH

PEMIMPIN UMUM I Ketut Warsa, SE

PEMIMPIN REDAKSI Amos Lillo

SEKRETARIS REDAKSI Drs. I Gede Kasna, M.Par

REDAKSI Drs. A. A. Gde Mandra, M.Si

Gregorius A. Rusmanda

Agustinus Apollo

LAYOUT/DESIGN dejerie

ILUSTRATOR Sang Nyoman Kaler Sutama

PHOTOGRAPHER Drs. I Wayan Dumya

IKLAN/ MARKETING I Nyoman Yohanes

I Made Darmada, SH

Ir. Ketut Juni Arjana

Efendy

I Gusti Kompyang Aya

KEUANGAN I Wayan Ruma

KONSULTAN HUKUM I Nyoman Nuarta, SH

SIRKULASI Yerimias Aji Tasi, SS

Agung Surya, SH

PENERBIT DPD HPI Bali

REDAKSI Gedung DPD HPI Bali Lt. 2 Jalan Sekar Tunjung VII No. 9 Telp. / Fax. (0361) 466300 e-mail: [email protected] website: www.hpibali.org

PERCETAKAN PT. Temprina Grafi ka

(Isi di luar tanggung jawab percetakan)

Pramuwisata Corong Pariwisata

DPD HPI BALI

7D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 8: Cakrawala edisi 3

INFO HPI

Keputusan Rapat Kerja Nasional

HPI KE 11 di kota Bukittinggi

yang berlangsung dari tanggal

20 – 22 Nopember 2012

membuat delegasi DPD HPI

Bali yang diwakili oleh 5 orang Pengurus

sumringah. Betapa tidak, hampir seluruh

usulan DPD HPI Bali diterima oleh fl oor. Salah satu keputusan Rakernas yaitu

terpilihnya Bali sebagai tuan rumah

Rakernas ke 12 yang sekaligus dirangkai

dengan peringatan Hari Ulang Tahun

HPI ke-25 tanggal 05 Oktober 2013. Ini

adalah usulan monumental DPD HPI Bali

bahwa setiap Rakernas atau Munas di

manapun diselenggarakan kedepannya

selalu dirangkai dengan peringatan HUT

HPI secara nasional.

Satu kebiasaan di setiap Rakernas

adalah pengesahan Tata Tertib yang

alot sehingga esensi rapat sering

terabaikan. Nah pada Rakernas ke 11 di

kota Bukittinggi pengesahan tata tertib

yang sifatnya serimonial dan kurang

efi sien sudah di pangkas dan sidang-

sidang komisipun diganti menjadi Rapat

Pokja 1, Pokja 2 dan Pokja 3. Hal ini akan

menjadi acuan Rakernas berikutnya.

Kita datang untuk rapat kerja dan bukan

untuk membahas tata tertib yang

menjelimet, gumam sebagian besar

delegasi Rakernas.

Pada Rakernas HPI KE 11 Bukittinggi,

Delegasi Bali diwakili oleh Drs. I Gede

Kasna, M.Par (Pimpinan Rombongan), I

Nyoman Nuarta, SH, I Nyoman Yohanes,

I Wayan Ruma dan I Ketut Trikaya Wijaya

Manik. Sedangkan sebagai peserta

adalah Ida Ayu Alit Kade Ferawati dan I

Made Lanang Sayembara, SE. Adapun

usulan dari DPD HPI Bali berdasarkan

hasil rapat koordinasi Pengurus tanggal

19 Nopember 2012 adalah:

Ikut bidding sebagai tuan rumah

Rakernas HPI ke 12 yang dirangkai

dengan perayaan HUT HPI secara

Nasional tanggal 5 Oktober 2013.

Mengingat cikal bakal lahirnya HPI dari

Bali dan saatnya tepat jublium perak 25

tahun HPI. Yang terpenting DPD HPI Bali

belum pernah mengambil peran baik

Rakernas maupun Munas sejak 1988.

DPD HPI Bali mengusulkan agar

iuran anggota ke DPP ditinjau kembali.

Keputusan Munas Rp. 1.000,- per orang

per bulan tidak dapat dilaksanakan oleh

karena salah satu kesulitan HPI di daerah

juga masalah keuangan.

Mendorong DPP untuk segera

mengurus legalitas organisasi yang

berimplikasi kepada DPD-DPD di daerah.

Mendorong DPP untuk membentuk

Guide Training Centre sekaligus calon

pramuwisata mendapatkan sertifi kat

kompetensi kerja.

Semilir sejuknya angin di hotel

Pusako Bukittinggi meloloskan seluruh

usulan DPD HPI Bali. Menurut ketua

rombongan Drs. I Gede Kasna, M.Par

yang juga sekretaris DPD HPI Bali bahwa

delegasi dari Bali sudah maksimal

bahkan bergerelia menemui DPD-DPD

lain agar usulannya bisa lolos.

BALI

Photo bersama DPP dan Delegasi DPD HPI seluruh Indonesia di Hotel Pusako Bukit-tinggi.

Delegasi DPD HPI Bali di tepi Ngarai Sihanok Bukittinggi

TUAN RUMAH RAKERNAS HPI KE-12

8 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 9: Cakrawala edisi 3

INFO HPI

Rakernas XI berlangsung di hotel Pusako, dan dihadiri

oleh 11 utusan delegasi DPD diantaranya : DPD Sumbar (3),

DPD Sumut (2), DPD Kepri (1), DPD Riau (3), DPD Aceh (2),

DPD Bali (5), DPD NTB (2), DPD DKI (2), DPD Jabar (4), DPD

DIY (1), DPD Jatim (1).

KTA Nasional akan dilaksanakan mulai Januari 2013

dengan peng-kode-an Nomer Induk Nasional dari DPD

HPI Jabar, DPD HPI Bali, DPD HPI Sumatera Barat, dan

seterusnya. KTA tersebut akan dibuat bertahap dan

disesuaikan dengan aturan berlaku di tiap DPD. Ukuran,

Warna, Format huruf dan Barcode akan ditentukan Tim DPP,

diharapkan selesai Januari 2013.

Kesepakatan membentuk sebuah Tim untuk

menyempurnakan kode Etik. HPI. Yang mana akan bertugas

untuk meneliti, menelaah dan mengkaji dari isi kode etik

tersebut agar dapat memenuhi aspirasi yang seimbang antara

Hak dan Kewajiban anggota. Keanggotaan Tim tersebut

adalah sebagai berikut : Heben Ezer (DKI), Osvian (Sumatera),

Nuarta (Bali), Sang Putu Subaya (Bali), Budi Triono (Jabar), M.

Ainuddin (NTB). Diharuskan selesai maret 2013.

Uji Kompetensi untuk anggota metodenya akan dilakukan

perbaikan, agar tiap LSP mempunyai metode yang sama

dalam melakukan Uji Kompetensi terhadap Pramuwisata. Jika

diperlukan untuk menyempurnakan SKKNI Kepemanduan

Wisata, HPI akan bekerjasama dengan Akademisi, Asosiasi dan

Institusi terkait akan membentuk Pokja untuk penyempurnaan

SKKNI Kepemanduan Wisata di tahun 2013.

Waktu Rakernas HPI akan disesuaikan dengan Hari Ulang

Tahun HPI yaitu pada tanggal 5 Oktober. Rakernas XII HPI

diputuskan diadakan di Bali, Yaitu pada tanggal 3 - 5 Oktober

2013. Keputusan tersebut diterima oleh peserta delegasi.

Dan nantinya terkait delegasi yang tidak hadir atau yang

membatalkan secara mendadak kehadirannya akan

tetap dikenakan biaya pembatalan  sebagai Kontribusi

Kewajiban DPD untuk mengikuti Rakernas HPI, yang

besarnya akan ditentukan kemudian dalam aturan-aturan

tentang Pendaftaran Delegasi Rakernas.

Perlunya DPD-DPD untuk membentuk UJP (Usaha Jasa

Pramuwisata) di daerahnya, sesuai dengan amanat UU

Pariwisata 2009, bahwa UJP adalah usaha yang menyediakan

jasa pramuwisata untuk Biro Perjalanan Wisata dan

Wisatawan. Dimana Usaha tersebut dapat dilakukan secara

perorangan, berkelompok atau bila mampu bisa dalam

bentuk sebuah usaha berijin. Diharapkan juga menjadi

salah satu sumber dana organisasi selain iuran anggota.

LDP2I (Lembaga Diklat Profesi Pramuwisata Indonesia)

akan dibentuk untuk peningkatan kwalitas anggota HPI dan

pelatihan Pramuwisata, terutama di daerah-daerah yang belum

mempunyai Perda atau Pergub untuk melaksanakan Diklat

Pramuwisata ber-Lisensi. Diharapkan LDP2I ini akan menjadi

usaha dan sumber dana bagi DPP , DPD maupun DPC di daerah.

LSP Pramindo khusus untuk uji Kepemanduan Wisata dan

Tour Leader akan dibentuk dengan bekerjasama antara HPI,

Asita, Atakpi, Akademisi dan BPW. Diharapkan awa tahun 2013

mendapat ijin dari BNSP. Perlu dukungan DPD-DPC serta asesor-

asesor anggota HPI agar lembaga ini dapat terbentuk dan

berjalan baik dalam tugas uji kompetensi Pramuwisata Indonesia.

Seragam dan atribut HPI akan dibuat oleh Tim DPP.

Telah disepakati oleh seluruh DPD yang hadir, untuk

memberikan kontribusi iuran ke DPP seperti yang

diamanatkan AD / ART.

Program HPI 2013 yang disepakati :

Menghadiri Konfrensi WFTGA di Macau (14-18 Januari 2013)

Seminar Mengelola Blog untuk promosi UJP atau Guide

Service (Februari 2013)

Pelatihan WPA Assesor kompetensi dan Training Of Trainer

(Maret 2013)

National Guide Contest dan HPI Fair (April 2013)

Sosialisasi UJP atau Guide Service (Mei 2013)

Pelatihan WPA Assesor Kompetensi (Juni 2013)

Seminar Thematic Interpretation (Juli 2013)

Training Of Trainer EcoTourism (Agustus 2013)

Asean Guide Contest (September 2013)

Rakernas XII HPI (Oktober 2013)

Pelatihan WPA Assesor Kompetensi (November 2013)

Seminar Manjemen Organisasi (Desember 2013)

(Laporan Redaksi/Kas)

Berikut adalah hasil Keputusan Rakernas HPI XI di Bukittinggi:

KEPUTUSAN RAKERNAS XI HPI

DI BUKIT TINGGI

TANGGAL 20-22 NOVEMBER 2012

9D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 10: Cakrawala edisi 3

INFO HPI

DI MANGGARAI BARAT

DIKLATPRAMUWISATA MUDA

10 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 11: Cakrawala edisi 3

INFO HPI

AWAL Desember 2012, dua tutor DPD HPI Bali, yaitu Drs. Made Sukadana dan Yerimias Aji Tasi,SS, berangkat ke Labuan Bajo, Kab. Manggarai Barat, NTT. Keduanya tatang mewakili HPI

Bali memenuhi undangan Pemkab Manggarai Barat untuk memberikan pendidikan dan pela han (diklat) kepada calon-calon pramuwisata di Labuan Bajo.

Kegiatan yang berlangsung tanggal 5 - 7 Desember 2012 ini diselenggarakan dalam rangka mempersiapkan tenaga-tenaga terampil dalam dunia pariwisata khususnya dalam bidang kepramuwisataan. Mengingat posisi pramuwisata sebagai ujung tombak kepariwisataan sangat strategis.

Diklat Pramuwisata dibuka oleh Kepala Dinas Pariwisata Kab. Manggarai Barat Theodorus Suardi dan diiku oleh 27 peserta dari berbagai kelompok

Seorang peserta Diklat sedang memprak-tekkan ilmu yang didapat dalam Diklat dihadapan kedua tutor

11D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 12: Cakrawala edisi 3

bahasa. Dalam pidatonya Theodorus menekankan, pengembangan pariwisata di Labuan Bajo mengarah pada pengembagan jangka panjang.

“Selain itu, jangka pendek yang bernuansa lokal serta global. Dan untuk saat ini yang bersifat lokal diutamakan, seper pengembangan desa budaya, penataan obyek wisata dan peningkatan SDM. Kegiatan Diklat

ini adalah salah satu pengembangan yang bersifat lokal,” jelas Theodorus.

S e l a m a p e l a t i h a n p e s e r t a d ik lat d iber ikan sejumlah mater i yang mendasar bagi pramuwisata. Antara la in technique of guid ing , ko d e e t i k p ra m u w i s a ta , t ra n s fe r in/out, handling complaint , useful English terminology in tourism, dan

karakteristik wisatawan.Made Sukadana dari HPI Bali mengatakan,

kegiatan ini dalam rangka menyongsong kesiapan pengembangan pariwisata NTT khususnya Labuan Bajo. Sekaligus mengan sipasi kedatangan wisatawan seiring terpilihnya Taman Nasional Komodo sebagai The New Seven Wonders oleh UNESCO.

Kini, perkembangan pariwisata Labuan Bajo sedang pesat-pesatnya. Berbagai sarana penginapanpun atau akomodasi telah bermunculan, khususnya hotel berbintang. Antara lain Bintang Flores, La Prima, Jayakarta, Luwansa dan hotel kelas mela .

S e l a i n i t u , p e n a t a a n d a n pembangunan infrastruktur jalan dan penyediaan air bersih sedang diupayakan Pemkab setempat. Penataan ini pen ng untuk menyambut booming pariwisata di masa depan. Termasuk juga rencana perpanjangan runway Bandara Labuan Bajo agar bisa didara pesawat berbadan lebar.

Pada hari terakhir Diklat diisi dengan Field Trip selama satu hari, yakni mengunjungi Taman Nasional Komodo di Pulau Rinca. Para peserta Diltan tampak sangat antusias melakoni Field Trip ini. Sepanjang perjalanan diisi dengan sharing seputar kepramuwisataan dan pariwisata umumnya. yer

SEKILAS TENTANGTAMAN NASIONAL KOMODO

Taman nasional komodo melipu 29 pulau (2 berukuran besar, yaitu komodo dan rinca, 27 kecil-kecil) yang mana hanya di empat pulau dihuni komodo dan yang terbanyak terdapat di Pulau Komodo dan Rinca. Total Komodo di TNK 4646, terban-yak di pulau komodo yaitu sekitar 2.400-an ada beberapa yang nggal di Gili Moto dan Gili Badar (populasi hampir punah). Selain komodo yang tinggal di TNK ada juga binatang-binatang lainnya seper kerbau liar, babi hutan, rusa, monyet, ular, kus, burung maleo, kadal, tokek, tikus besar dan serangga. Luas TNK, daratan 603 km2,

perairan 1402 km2.dua pulau besarnya, komodo 337 km2, Rinca 242 km2 .

Asal usul keberadaan komodo di pulau-pulau tersebut, ada yang mengatakan sekitar 15 ribu tahun yang lalu datang dari Australia karena di sana ditemukan fosil ko-modo. Pendapat lain mengatakan komodo berasal dari Pulau Jawa pada jaman es ko-modo berjalan dan berenang ke arah mur dan terdampar di kedua pulau tersebut.

Berdasarkan cerita para calon guide yang ikut Diklat, salah seorang putra raja Manggarai yang bernama Najo pergi ber-buru ke pulau yang sekarang dinamakan

12 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 13: Cakrawala edisi 3

Komodo. Suatu hari beliau bertemu dengan seorang gadis can k yang menyebut dirinya putri naga (the princess of dragon). Keduanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Setelah satu sama lain saling berkenalan mereka melanjutkan ke pelaminan.

Lalu, keduanya bersepakat untuk men-diami pulau tesebut sebagai penduduk pertama dari perkawinan pasangan sejoli ini melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Gerong dan satu lagi lahir berupa telur. Adanya keanehan ini, telur itu disembunyikan di hutan, tetapi selalu ditengok dan diawasi oleh sang putri. Kemudian telur ini menetas menyerupai bayi yang disebut komodo seka-rang, dan diberi nama ora. Suatu hari si gerong bersama ibunya berjalan-jalan di hutan dan bertemu dengan si ora.

Melihat si ora, si gerong bermaksud membunuhnya, tetapi dicegah, dilarang oleh ibunya. Ibunya berkata, ”Jangan bunuh dia, dia adalah saudara kembarmu!”

Berdasarkan ceritra seorang ranger (penduduk lokal yang berfungsi sebagai lo-cal guide), sebulan yang lalu ada kejadian di desa yang terletak di pulau Rinca di mana seorang nenek yang sedang bekerja di hala-man rumahnya, datanglah seekor komodo yang mau menggigitnya. Mengetahui dirinya hendak digigit komodo, nenek tersebut ber-kata kepada komodo dalam bahasa lokal yang kalau diterjemahkan: ”Ora mengapa kau mau menggigitku, aku kan saudaramu.” Mendengar kata-kata sang nenek , komodo tersebut pergi dan dak jadi menggigit si nenek .

Sejak tahun 1982 nama ora diubahbah menjadi komodo oleh UNESCO. komodo terpanjang yang pernah ditemukan mencapai 3,13cm, dan terberat 196 kg. Makanan utama komodo adalah semua daging, termasuk dag-ing manusia dan daging bangkai. Makanan yang tersedia di TNK untuk predator tersebut adalah binatang seper kerbau liar, rusa, kadal, monyet termasuk telur dan sesamanya sendiri. Jadi predator ini termasuk jenis kanibal yang memakan sesamanya.

Cara berkembang biaknya adalah dengan cara bertelur.sebelum bertelur dimulai dengan musim kawin yang biasanya antara Juli - Agus-tus. Para jantan berkelahi untuk memperebut-kan be na, karena jumlah be na lebih sedikit dari pada jantan yaitu1 banding 3. Jantan yang

kalah lari, yang menang mengawini be na. Proses perkawinan ini bisa berlangsung selama antara 5-7 jam. Sebelum bertelur komodo be na mencari sarang burung maleo. Burubg maleo biasa membuat sarang dibawah pohon rindang, ukurannya lumayan besar. Komodo akan membuat beberapa lubang tambahan di sekitar sarang tersebut untuk mengelabui dan mencegah komodo yang lain makan telurnya.

Sang induk akan menunggui telurnya,dan apabila ia lapar ia akan makan telutnya sendiri. Jumlah telurnya antara 15-30 bu r yang berha-sil menetas sangat sedikit antara 1-3 bu r. jenis kelamin yang menetas tergantung suhu. Kalau suhu dingin bayi akan be na, Kalau panas akan menetas jantan. Setelah menetas bayi komodo akan langsung naik ke pohon dan nggal di sana sampai berusai kira-kira 3 tahun.

Selama di atas pohon dia akan memangsa serangga. Ke ka dia memakan serangga ter-bentuklah bakteri beracun dalam mulutnya. Dia ngal di atas pohon untuk menghindari predator-predator antara lain, komodo-komodo dewasa, anjing dan juga elang laut “sea eagle”. Dia baru turun ke ka mau mi-num dengan terlebidah dulu melihat situasi aman, yaitu predator-predator lain dak ada. Semenjak menetas sudah mulai terbentuk bercak-bercak hitam dan kuning pada kulitnya yang nan nya berfungsi sebagai kamufl ase.

Komodo-komodo dewasa saat berjalan akan selalu menjulurkan lidahnya sebagai alat untuk mendeteksi, mencium bau mangsa ses-uai dengan arah mata angin sejauh 5 km. Bila

diperlukan berenang untuk mengejar mangsa, komodopun mampu berenang sejauh 500 m dan menutup hidungnya dengan lidahnya supaya air laut dak masuk.

Bila komodo menyerang mangsanya, dia akan berusaha menggigit untuk menyalurkan air liurnya yang mengandung 60 macam bakteri, dan salah satunya adalah septic kimia yang sangat beracun. Setelah meng-gigit, racun yang masuk ke mangsanya, seper kerbau, babi hutan, rusa, akan bekerja 3-7 hari, sebelum binatang tersebut ma .Tapi bila yang digigitnya adalah manusia, maka hanya akan bertahan 2 kali 24 jam. Bila dak segera mendapat pertolongan, maka akan meninggal dunia akibat racun komodo tadi.

Komodo mampu mencium bangkai dari binatang yang ma tersebut dari sejauh 5 km, dan banyak komodo akan datang berebutan menyantap mangsanya yang sudah menjadi bangkai itu. Karena penciuman komodo sangat tajam, maka bagi pengunjung yang sedang datang bulan dilarang berkunjung ke NTK. Penduduk setempat juga menguburkan may-atnya dalam liang yang sangat dalam untuk menghindari komodo.

Demikian hasil ragkuman ceritera dari calon-calon peserta diklat pramuwisata muda pada saat Field Trip tanggal 7 Desember 2012 dari Labuhan Bajo menuju Pulau Rinca yang berlangsung selama 1.5jam yang berhasil kami rangkum. Semoga ada manfaatnya! (yer)

13D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 14: Cakrawala edisi 3

INFO HPI

PARIWISATA

1. Australia2. China3. Jepang4. Korea Selatan5. Malaysia6. Taiwan7. Singapura8. Inggris9. Amerika Serikat10. Prancis

DALAM ANGKA

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE BALI

TAHUN JUMLAH

1980 146.644

1985 211.244

1990 490.729

1995 1.015.314

2000 1.412.939

2005 1.386.449

2006 1.260.317

2007 1.664.854

2008 1.968.892

2009 2.229.945

2010 2.493.058

2011 2.283.218

2012 2.888.864

Pasae Utama Pariwisata Bali

10

14 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 15: Cakrawala edisi 3

INFO HPIINFO HPI

No Kabupaten/Kota2019 2010 2011

Jumlah Total Jumlah Total Jumlah Total Akomodasi Kamar Akomodasi Kamar Akomodasi Kamar

1 Kota Denpasar 250 7,539 250 7539 287 88362 Badung 630 26,387 633 25649 1385 379833 Bangli 28 239 29 253 29 2534 Buleleng 218 2,740 215 2653 217 24475 Gianyar 608 4,939 611 4956 890 62326 Jembrana 60 687 62 627 84 8327 Klungkung 39 375 40 370 40 3708 Karangasem 222 2,269 221 2240 285 43949 Tabanan 120 839 129 1060 129 1060

Total 2.175 46.014 2.190 45.347 3.346 62.407

Sumber: Data PHRI Bali (2012)

DAFTAR JUMLAH AKOMODASI DI PROPINSI BALI TAHUN 2011

PERKEMBANGAN JUMLAH AKOMODASI DI PROPINSI BALI TAHUN 2009 S/D 2011

15D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3 15D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 16: Cakrawala edisi 3

INFO HPI

Denpasar, CakrawalaKetua Himpunan Pramuwisata In-

donesia (HPI) Provinsi Bali Sang Putu Subaya mengapresiasi proses peradilan salah seorang pemandu wisata ilegal yang telah diputuskan hakim Pengadilan Negeri Denpasar.

“Kami mendorong lembaga penga-wasan terkait untuk konsisten mengawasi ‘guide’ liar di Bali. Dengan kasus pramu-wisata liar sampai diproses di pengadilan, kami harap dapat memberikan efek jera,” katanya di Denpasar, belum lama ini.

Hakim di Pengadilan Negeri Denpasar pada awal September 2012 lalu, tepatnya Kamis (6/9) telah menjatuhkan putu-san denda Rp 500 ribu kepada Erianto, seorang pramuwisata dari sebuah biro perjalanan wisata di Bali yang kedapatan membawa turis China tanpa kelengkapan sebagaimana yang diatur pada Perda No 5

tahun 2008 tentang Pramuwisata.Sebelumnya jaksa penuntut umum

(JPU) menuntut Erianto denda sebesar Rp800 ribu subsider kurungan satu bulan penjara. “Menurut kami, jika memang ada

yang menyalahi aturan, tentu harus ada pener ban. Sampai disidangkan di pen-gadilan, kami rasa sebagai sebuah proses awal memberikan ‘shock therapy’ kepada para pramuwisata liar yang semakin ban-yak di daerah ini,” ujar Sangtu.

Harapan ke depan kalau ada lembaga atau individu yang menjalankan peman-duan wisatawan tanpa lisensi sudah se-mes nya diter bkan. Proses penegakan yang sudah berjalan agar terus dilanjut-kan. “Kami melihat selama ini aturan ter-kait pramuwisata masih lemah dan masih ada lempar tanggung jawab,” ujarnya.

Di sisi lain, hingga saat ini jumlah guide berlisensi yang bernaung di bawah HPI Bali mencapai 5.265 orang dengan jum-lah terbanyak pada divisi bahasa Inggris 1.360 orang, diiku divisi bahasa Jepang, Mandarin, Korea, Prancis, Jerman dan pramuwisata domes k. gre

HPI BALI APRESIASI HPI BALI APRESIASI

TERHADAP PRAMUWISATA ILEGAL TERHADAP PRAMUWISATA ILEGAL PENGADILAN PENGADILAN

Sang Putu Subaya

16 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 17: Cakrawala edisi 3

ANTARDIVISI

Membangun kebersamaan dan kekeluar-gaan antar anggota merupakan bagian pen ng dari satu organisasi. Untuk itulah, Minggu (24/6) lalu, Divisi Inggris HPI Bali menggelar “Ramah Ta-mah Pramuwisata Divisi Inggris” di areal Barong Catur Eka Budhi, Kesiman, Denpasar. Acara ini diiku lebih dari 600 peserta, terdiri dari anggota, para sesepuh dan keluarga Devisi Inggris.

Ketua Divisi Inggris Ketut Wijaya Manik men-gaku puas, karena acara yang digagas pengurus mendapat apresisasi dari para anggota, ditandai dengan kehadiran anggota dan keluarganya yang membludak. “Kami sengaja mengundang bukan

hanya anggota, tetapi juga keluarganya untuk berbahagia bersama di sini,” ujar Manik.

Mantan Ketua DPP HPI Nyoman Kandia yang berkenan hadir bersama para sesepuh dalam acara ramah tamah itu juga menyampaikan apresiasinya terhadap Divisi Inggris yang berhasil mendatangkan ratusan anggotanya. “Kegiatan seperti ini sangat positif untuk membangun kebersamaan antar anggota, sehingga tercipta rasa kekeluargaan,” ujar Kandia.

Kandia menilai, dari segi jumlah pramu-wisata berbahasa Inggris di Bali sudah cukup banyak di Bali. Sebagai “sesepuh” dia berharap pramuwisata Bali, khususnya dari Devisi Ing-gris ke depan makin berkualitas dan memiliki kompetensi. Hanya dengan itu pramuwisata bisa bersaing, baik di ngkat lokal, nasional,

bahkan internasional. Terkait imbauan Nyoman Kandia, Ketua Divisi Inggris Ketut Wijaya Manik mengatakan, sudah menjadi komitmennya untuk menggelar semacam pertemuan periodik di mana para pramuwisata senior membagi (share) ilmu dan pengalaman dengan pramu-wisata yunior. Di Sekretariat Divisi Inggris juga tersedia perpusatakaan mini berisi kamus dan buku-buku penunjang. Acara yang diisi dengan berbagai bentuk hiburan itu disambut antusias oleh para anggota dan keluarga besar Divisi Ing-gris. Sejumlah anggota menyumbangkan acara spontan, baik menyanyi maupun menari. Di akhir acara para peserta “Ramah Tamah Pramuwisata Divisi Inggris” juga mendapat kejutan berupa pengundian berbagai doorprize yang cukup “wah” mulai dari kulkas sampai kipas angin. gre

RAMAH TAMAHPRAMUWISATA DIVISI INGGRIS

17D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 18: Cakrawala edisi 3

ANTARDIVISI

NNegara-negara berbaha-sa Spanyol merupakan salah satu pemasok turis yang pen ng bagi negara kita. Jumlah

wisatawan Spanyol yang berkunjung ke Bali pada tahun 2011 berjumlah 20.000 orang, belum termasuk turis-turis lain dari 21 negara yang berbahasa Spanyol, yaitu mereka yang berasal dari Meksiko, Kolombia, Venezuela, Chile, Argen na, Uruguay, Paraguay dan negara-negara lain yang berbahasa Spanyol. Di samping itu Bahasa Spanyol yang sangat dekat dalam tata bahasa dan dalam perbendaharaan kata dengan Bahasa Portugis, dapat digu-nakan untuk melayani tamu-tamu berba-hasa Portugis, entah dari Portugal, Brazil, Mozambique, Angola, Timor Leste, dan

beberapa negara lainnya. Dengan kembali normalnya hubungan diploma k antara negara kita dengan Portugal membuat ma-kin banyaknya turis asal negara Cris ano Ronaldo ini berkunjung ke Bali.

Bangsa Spanyol dan oraang-orang Amerika La n (Amerika Selatan) sebagaima-na bangsa-bangsa yang tergolong keturunan La n, seper Portugis, Perancis dan Italia, memang bangsa yang sangat ramah, cepat akrab, cinta kesenian dan berkebudayaan nggi. Mereka dengan cepat akrab dengan

para para pemandu dan sopirnya karena karakternya yang memang hangat. Rasa hu-mornya yang nggi membuat suasana tour sangat menyenangkan dan rileks. Mereka sangat senang bahwa kita belajar bahasa Spanyol dan dak segan-segan memper-baiki pengucapan ataupun mengajari kita

kata-kata baru sehingga pramuwisata berbahasa Spanyol maju dengan cepat dalam penguasaan bahasa melalui praktek langsung ini. Alam Bali dan budaya Bali yang sangat berbeda dengan alam dan budaya negaranya sangat menarik perha an mer-eka sehingga apapun yang dijelaskan oleh guide (guía) akan mereka perha kan dengan sungguh-sungguh. Tamu-tamu Spanyol dan Amerika Latin merupakan pencinta seni sehingga mereka selalu menyempatkan diri membeli oleh-oleh kerajinan tangan untuk dibawa pulang bagi handai taulan dan sanak saudara mereka di rumah. Hanya saja krisis berat yang mendera ekonomi Spanyol saat ini membuat daya beli mereka kocar-kacir sehingga semakin jaranglah tamu yang shopping di artshop. Walau demikian tamu Spanyol termasuk ga besar big spenders

ANTARDIVISI

Andres I Wayan Suyadnya, SH. Lahir di Dalung, 17 Desember 1969. Ketua Divisi Bahasa Spanyol dengan anggota 65 pramuwisata berba-hasa Spanyol. Lulus sarjana hukum di Universitas Mahasaraswa Den-pasar 2009. Kini kuliah Magister Kenotariatan di Universitas Udayana Denpasar.

18 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 19: Cakrawala edisi 3

ANTARDIVISI ANTARDIVISI

KARAKTER TAMUKARAKTER TAMU

selain tamu Jepang dan Amerika Serikat sehingga kesempatan untuk memperoleh rejeki masih terbuka di Spa atau di seafood (marisco) karena mereka suka makan enak.

Banyaknya tamu Spanyol yang datang ke Bali dan banyaknya orang Spanyol yang berdiam di Bali membuat pemerintah Spanyol memutuskan membuka kan-tor Konsulat bagi Kerajaan Spanyol dan Republik Portugal di kawasan Sentral Parkir di Kuta dengan konsul Bapak Amir Rabiq. Pemerintah Meksiko pun mem-buka kantor konsulatnya pada PT As na Tours dengan konsul Bapak I Gus Bagus Yudara. Kerjasama antar bangsa ini makin erat dengan banyaknya wisatawan yang datang berlibur ataupun yang datang untuk menjalin kerjasama bisnis. Memang

sudah sejak dulu, terutama saat Menristek dijabat oleh Prof. Dr. B.J. Habibie, sudah terjalin hubungan kerjasama yang sangat erat antara Republik Indonesia dengan Kerajaan Spanyol terutama dalam bi-dang kedirgantaraan yaitu kerjasama strategis antara CASA Spanyol dengan PT DI (Dirgantara Indonesia) dalam memproduksi pesawat terbang. Pe-sawat terbang komersial produksi bersama antara Indonesia dan Spanyol yang paling terkenal adalah pesawat CN 235 (C=Casa, N=Nurtanio (nama PT DI sebelumnya), 235 artinya dua mesin dengan kapasitas angkut 35 penumpang). Sampai saat ini banyak insinyur Spanyol yang berdiam di Band-ung bekerjasama dengan para insinyur

dirgantara bangsa kita untuk merancang berbagai jenis pesawat terbang. Pada saat Aceh dilanda tsunami, Kerajaan Spanyol merupakan salah satu negara yang memberikan bantuan untuk memban-gun kembali Aceh dan Sumatra Utara dari puing-puing kehancuran. Raja Don Juan Carlos dengan Ratu Sofia sudah pernah mengunjungi negara kita ber-sama dengan putrinya Infanta Cristina. Kita berharap di masa depan kerjasama yang sudah terjalin akan menjadi makin erat bukan saja di level G to G (govern-ment to government) melainkan juga di tingkat akar rumput, antara masyarakat Bali dan masyarakat Spanyol sehingga membawa manfaat yang besar bagi kedua bangsa dan negara. **

SPANYOLSPANYOLBERBAHASA

19D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 20: Cakrawala edisi 3

LAPORAN UTAMA

TAK mau diperlakukan secara dak professional oleh Biro Perjalanan Wisata (BPW), Devisi Korea HPI Bali unjuk gigi. Disokong oleh DPD HPI Bali, mereka ber-himpun diri, mengalang solidaritas dan kekompakan, lantas “melawan” hegemoni Biro Perjalanan Wisata (BPW) Korea. Yang pertama dilakukan adalah melayangkan surat ke BPW Korea yang ditembuskan ke Kantor Dinas Pariwisata Bali dan Ketua Asi-ta Bali pada 7 Oktober 2012. In nya, para guide Korea ingin menuntut hak-haknya norma fnya yang selama ini diabaikan.

DPD Asita Bali merespons surat ter-

sebut dengan menggagas pertemuan mediasi. Pertemuan yang berlangsung di Sekretariat Asita di Jln. Pulutan Renin, Selasa (27/11) petang berlangsung tegang. Ada lebih dari seratus guide Korea menga-wasi pertemuan dari balik pintu yang terbuka. Wajah tegang membayangi enam orang utusan BPW Korea yang kebetulan semuanya WNA.

Setelah Ketua Asita Bali Ketut Ardana memberi pengantar, disusul sambutan Ke-tua HPI Bali Sangtu Subaya. Tanpa tedeng aling-aling Sangtu menyampaikan rasa ketersinggungannya atas perlakuan bos-

DIVISI KOREA DAN HPI BALI UKIR SEJARAH

DARI SEKAR TUNJUNGBermula dari rasa tertekan selama lebih dari satu dasa

warsa, lalu menghimpun diri, konsolidasi, kemudian unjuk

gigi. Semula bersurat, tetapi tak digubris. Jurus pamungkaspun

dihunus : ancam mogok!. “Lawan” jadi keder, lalu

menyerah dan kata sepakatpun dicapai. Itulah sepenggal

perjuangan Divisi Korea yang didukung DPD HPI Bali dalam memperjuangkan kesetaraan

industrial di Biro Perjalanan Wisata (BPW) Korea. Bagaimana

lika-liku perjaungan para guide Korea sampai akhirnya duduk

satu meja dengan BPW Korea? Berikut sekilas laporannya.

“BADAI DESEMBER”

20 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 21: Cakrawala edisi 3

LAPORAN UTAMA

bos dari Korea terhadap guide-guide Bali. ”Ke ka kami mencoba menengahi malah disambut dengan sikap dak e s. Bahkan, ada yang memban ng pintu. Itu ndakan dak sopan. Ada juga yang melecehkan

HPI. Saya tersinggung berat,“ kata pria yang bergelar master hukum ini.

Semua yang ada dalam ruangan ter-diam. Tampak Ketua Asita Bali Ketut Ar-dana, Ketua Dewan Pengawas Tata Krama Asita Bali Kadek Darmayasa, Koordinator Korean Market Asita Bali Tomy Sutrisno, Ketua Asosiasi Travel Agent Korea di Bali Mrs. Ryu Kia, Waka Bagian Hukum Nyo-man Nuarta, Humas HPI Bali Amos Lillo dan Ketua Divisi Korea IGK Winastra yang didamping sekretaris Dewa Ayu Anom.

Tibalah Ketua Divisi Korea I Gus Kade Winastra dapat giliran bicara. “Kalau sam-pai tanggal 3 Desember tak ada respons dari BPW Korea, maka mulai pkl.06.00 tanggal 4 Desember kami akan menarik seluruh guide dari semua BPW Korea. Ini merupakan akumulasi dari kedongkolan

kami yang terlah terjadi bertahun-tahun karena tak diperkakukan secara manusia-wi,” tegas Winastra.

Winastra secara gamblang menyam-paikan pernyataan sikap seputar berbagai perlakuan tak pantas BPW Korea terhadap para guide. Mulai dari terabaikannya hak-hak norma f guide seper guide fee, komisi belanja, pping sampai perlakuan dan kata-kata dak pantas yang disampai-kan oleh oknum pengusaha di BPW Korea.

“Ada pengusaha Korea yang arogan dan menyatakan bahwa Bali dak ada apa-apanya sehingga dak layak untuk dijual. Ini ucapan yang dak pantas dan melukai perasaan kami sebagai putra Bali di mana nenek moyang kami telah menjadi pulau ini termasyur di seluruh dunia. Padahal para investor itu justru hanya cari untung di Bali,” tandas Winastra wajah serius.

Adapun tuntutan guide Korea (1) gui-de fee minimum yang berkisar antara Rp 293.200 – Rp 776.800 sesuai pax dan paket tour-nya. (2) Semua Komidi OPT minimum:

(a) including 5 persen, (b) excluding 10 persen. (3) Komisi Arshop Minimum 16 persen, (4) Tidak ada sistem Tip Collect. Jika p collect dilakukan atas nama guide maka menjadi hak guide sepenuhnya dan (5) Tip include honeymoon package mini-mum 30 dolar AS /couple dan p include FIT package minimum antara 75 dolar AS – 200 dolar AS.

Dalam pertemuan itu Koordinator Korean Market Asita Bali Tomy Sutrisno dan Ketua Asosiasi Travel Agent Korea di Bali Mrs. Ryu Kia mengatakan, hal-hal sep-er itu sebaiknya disikapi dengan kepala dingin. Apalagi dak semua BPW Korea seper yang digambarkan oleh Divisi Ko-rea. “Mari kita bicara baik-baik, karena kita datang untuk berunding,” ujar Tomy yang disambut protes dari delegasi HPI Bali.

Tomy menegaskan, BPW Korea sudah menyepakati agar memberi guide fee sesuai dengan standar yang disepakati HPI Bali dan Asita Bali. Sedang mengenai pendapatan lainnya seper pping dan komisi belanja diatur secara bipar t di masing-masing BPW. Alasannya, masing-masing BPW memiliki kemampuan yang berbeda. Sementara Mrs. Ryu mohon waktu agar tuntutan guide Korea ini dikomunikasikan dengan partner mereka di Korea.

Pada kesempatan itu Ketua Asita Bali Ketut Ardana juga mengingatkan agar BPW Korea mematuhi aturan, termasuk Perda No.1 Tahun 2010 tentang Usaha Jasa Perjalanan Wisata, antara lain memakai tenaga asing harus punya ijin dan dak mempekerjakan guide asing.

Pertemuan di sekretariat Asita Bali, Selasa (27/11) itu berlangsung tegang, karena ratusan anggota Divisi Mandarin ”mengawal” pertemuan itu dari luar ruan-gan. Ke ka mereka mendengar pernyataan dari delegasi BPW Korea yang dinilai dak benar, langsung disoraki. Mereka

sudah bertekad untuk tidak kompromi lagi dengan BPW Korea yang tak mau mengiku aturan di Bali. ”Kami dak perlu BPW Korea yang banyak-banyak, tetapi yang berkualitas,” ujar Nyoman Nuarta dari HPI Bali.

21D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 22: Cakrawala edisi 3

LAPORAN UTAMA

Win Win Solu on

Kadisparda Bali IB Kade Subhiksu sem-pat kaget mendengar ancaman dari Divisi Korea HPI Bali. Dia membayangkan, kalau mogok jadi dilakukan sedikit banyak akan memberi dampak pada citra Bali sebagai des nasi wisata. Subhiksu lantas memberi-kan imbauan agar guide Korea tak melaku-kan mogok. Sebab, kalau mogok benar dilakukan bisa menimbulkan dampak luas, bukan hanya untuk guide dan BPW Korea, tetapi juga terkait maskapai penerbangan hotel, objek wisata dan lainnya. Karena itu dia menggagas pertemuan lanjutan untuk mencari win win solu on. “Saya akan coba memediasi melalui suatu pertemuan,” ujar pria yang tengah menempuh Program Dok-tor Pariwisata di Unud ini.

Maka, pada tanggal 3 Desember 2012,digelarlah rapat mediasi di Kantor Disparda Bali yang dipimpin langsung IB Subhiksu. Pertemuan dihadiri antara lain Ketua BTB IB Ngurah Wijaya, Ketua Asita Bali Ketut Ardana, Ketua HPI Bali Sangtu Subaya, Ketua Bidang Hukum HPI Bali Nyoman Nuartha, Ketua Divisi Korea I Gus Kade Winiastra,Ketua Komite BPW Korea Ryu Kia, Koordinator Korean Market Asita Bali Tomy Sutrisno.

Yang menarik, pagi itu sekitar 350 pramuwisata Korea juga mendatangi Kan-tor Disparda Bali—tempat berlangsungnya rapat mediasi antara Divisi Korea HPI Bali dengan Komite BPW Korea. Kedatangan mereka bukan untuk demo tetapi untuk mengawal agar Divisi Korea benar-benar memperjuangkan aspirasi mereka. “Kami datang dengan damai,” ujar Gede salah seorang pramuwisata Korea yang ditemui di halaman Kantor Dispada. Mereka di-dampingi Sekretaris HPI Gde Kasna yang beberapa kali menjadi “jembatan” antara para guide dengan peserta rapat.

Di dalam, di ruang rapat, negosiasi antara pramuwisata Korea dan BPW ber-langsung alot. Pertemua berlangsung cukup tegang karena para pihak bersiku-kuh dengan tuntutannya. Ketua HPI Bali Sangtu Subaya menggambarkan pertemua itu cukup tegang dan Divisi Korea tak sedikitpun mundur. Para pramuwisata

memperjuangkan martabatnya dan ingin agar “penindasan” oleh BPW Korea segera diakhiri. “Inilah akumulasi dari kegalauan kami. Jadi jangan main-main,” ujar salah seorang guide Korea.

Setelah hampir 3 jam rapat akhirnya usai. Kadisparda Bali IB Kade Subhiksu keluar ruangan dengan wajah sumrin-gah diikuti satu per satu peserta rapat lainnnya. Subhiksu datang menjumpai ratusan pramuwisata yang sejak pagi menunggu dengan harap-harap cemas. “Selamat siang Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu para pramuwisata, saya Kepala Dinas Pariwisata Bali ingin mengabarkan bahwa sudah ada kesepakatan. Jadi, Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu tak perlu melakukan mogok atau apapun lagi. Mari kita jaga pariwisata Bali ini agar tetap kondusif,” imbau Sub-hiksu yang disambut sorak-sorai sekitar 350 pramuwisata Korea yang memada ruang mee ng Disparda Bali.

Subhiksu lantas memberi kesempatan kepada Ketua Bidang Hukum HPI Bali Nyo-man Nuarta untuk membacakan bu r-burit

kesepakatan yang tertuang dalam SK No. 01/XII/2012 tentang Guide Fee, Tip Colect, Isi dan Komisi Op on. Nuarta lantas mem-bacakan poin per poin dari 13 kesepakatan yang ada.

Ternyata kesepakatan hanya berlaku beberapa jam. Ketika kesepakatan itu hendak diterapkan di se ap komisariat, ternyata BPW Korea punya persepsi sen-diri tentang masa berlakunya. BPW Korea menganggap kesepakatan itu berlaku per 1 Maret 2013, setelah MoU antara mereka dan whole seller di Korea berakhir masa berlakunya dan membuat kontrak baru.

Divisi Korea yang merasa dikibuli lantas menyuarakan mogok dan tak mau kompromi lagi. Namun berkat pendekatan Ketua HPI Bali Sangtu Subaya lalu harapan-harapan Kadisparda Bali, kebekuan itu mencair kembali. Muncullah kesepakatan tahap II yang digelar di sekretariat HPI Bali di Jln. Sekar Tunjung, Denpasar. Kesepa-katan itu, seesokan harinya disahkan di kantor Disparda Bali. Kali ini, benar-benar happy ending.

22 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 23: Cakrawala edisi 3

LAPORAN UTAMA

Dalam tes moni yang dilakukan para pramuwisata Korea saat Pertemuan di Mee ng Room DPD Asita Bali, di bilangan Renon Denpasar, Selasa (27/11) sore tampak jelas kegusaran mereka. Para guide dibawah komando Ketua Divisi Korea I Gus Kade Wi-nastra menumpahkan segala uneg-uneg yang dipendam selama ini dan mengungkapkannya secara terbuka. Sore itu, delegasi dari BPW Korea yang beroperasi di Bali terasa ”diadili”. Hujan intrupsi dan saling bentak mewarnai pertemuan yang dipimpin Ketua Asita Bali Ketut Ardana.

Sejumlah persoalan sempat diendus CAKRAWALA yang menjadi kebiasaan di lingkungan BPW Korea memperkuat ke-saksian para pramuwisata Korea. Antara lain pembayaran guide fee dak mengiku standar guide fee yang disetujui antara Asita dan HPI Bali. Mereka memakai sistem paket sesuai dengan la-manya tamu nggal.Yaitu; 3N/4D di bayar 70rb-100Rb (untuk 4 hari), 4N/5D dibayar antara Rp 100 ribu – Rp 125 ribu (untuk 5 hari). Untuk satu peket kadang kadang guide harus melakukan check in dan check out berkali-kali dengan bayaran yang sama, dak ada penambahan.

Selain itu, guide diharuskan meminta p yang kemudian disetorkan ke kantor, walaupun dalam progamnya tertulis un-tuk guide dan sopir. Kenyataannya guide hanya dipakai sebagai bemper agen.Sering tamu baru datang sudah disuruh untuk kolek pnya.Ini membikin malu sekali.Tip ini dipergunakan untuk menutup minus fee akibat persaingan yang dak sehat di antara BPW Korea.Guide dan sopir hanya diberikan sekadarnya.

Tamu atau wisatawan juga diharuskan shoping di di toko toko milik orang Korea. ”Apabila kita dak mentaa , langsung dipecat dan di-black list di semua agen Korea. Dan komisi yang diberikan sangat dak propor onal, sebagian besar agen yang ambil,” ujar seorang guide senior.

Masalah lainnya Komisi penjualan op on tour sangat minim,

dan selalu cenderung diturunkan. Sementara penggolongan (grade A, B dan C) terhadap guide sering dak berdasarkan pro-fesionalisme, tetapi berdasarkan like dan dislike. Payahnya, guide yang dikenal patuh dan dak berani protes, oleh BPW dinilai loyal sehingga digolongkan guide kategori A, padahal kemampuan bahasa dan service-nya dak seberapa. Walau dak semua BPW Korea seper itu, namun saatnya dilakukan pengawasan oleh instansi terkait.

Koordinator Korean Market Asita Bali Tomy Sutrisno dak mengelak kalau ada BPW Korea yang belum memberlakukan guide fee sesuai kesepakatan HPI – Asita Bali. Namun dia berdalih, sudah ada kesepakatan bahwa seluruh BPW di bawah Asosiasi Travel Agent Korea di Bali segera memberlakukan standar guide fee yang ditetapkan HPI – Asita Bali. Demikian pula mengenai tuntutan Divisi Korea yang lainnya telah ada kesepakatan baru di DPD HPI Jln. Sekar Tunjung Denpasar. Hal yang sama juga disampaikan Ketua Asosiasi Travel Agent Korea di Bali Mrs. Ryu Kia. Menurutnya, apa yang telah disepaka bersama antara Divisi Korea dan BPW menjadi pedoman ke depan. gre

Banyak kalangan berharap agar kisruh BPW Korea dan pramuwisata ini menjadi momentum untuk membenah tata niaga Korean Market. Harapan itu meluncur dari Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Ngurah Wijaya dan pelaku pariwisata lain-nya yang menjunjung sustainable tourism. Disparda Bali selaku pemegang otoritas pengawasan dan pembinaan perlu lebih te-

gas dan responsif terhadap penyimpangan yang terjadi di lapangan, bukan hanya di Korean market, tetapi juga di pasar lainnya.

Terlepas dari dinamika yang terjadi, Di-visi Korea bersama induk organisasinya DPD HPI Bali yang bersekratariat dari Jln. Sekar Tunjung telah memberi pelajaran pen ng bagi insan pariwisata Bali. Dengan caranya sendiri, mereka ingin mencari solusi dan

kebuntuan selama bertahun-tahun. Ibarat badai, gerakan protes dari Sekar Tunjung di awal Desember 2012 ini membangunkan semua pihak dari dur panjang, yang abai terhadap tata kelola pariwisata Bali. Divisi Korea dan HPI Bali telah menciptakan se-jarah! gre

TABIAT BPW

DARI “NEGERI

GINGSENG”

23D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 24: Cakrawala edisi 3

Jro Mangku Pura Pucak Mangu

LAPORAN UTAMA

KOREA dalam hal ini Korea Selatan merupakan salah satu pasar utama pariwi-sata Bali. Korea Selatan memiliki populasi sekitar 48,8 juta orang (data tahun 2008). Sekitar 78 persen populasinya nggal di daerah perkotaan. Tiga kota metropolitan terbesar adalah : Seoul, Incheon City, dan Provinsi Kyonggi. Ke ga kota tersebut dihuni oleh sekitar 22,6 juta orang . Pe-rekonomian Korea Selatan termasuk 10 besar dunia dengan GDP 787,5 miliar dolar AS ( UNWTO, 2006 ).

Sebanyak lebih dari 10 juta orang Korsel bepergian keluar negeri setiap tahunnya (PATA, 2006). Tujuan kunjungan ke luar negeri ini sebagian besar untuk sight seeing. Jumlah out bound tourism dari Korsel diperkirakan akan semakin meningkat karena meningkatnya waktu luang untuk berlibur karena diterapkannya system lima hari kerja. Walaupun dak ada fariasi waktu kun jungan yang signifi kan bagi wisatawan Korsel, namun kunjungan ke luar negeri paling sering dilakukan pada Juli – Agustus yang bersamaan dengan liburan musim panas.

Adapun destinasi-destinasi yang popular menjadi tempat kunjungan wi-sata Korsel di Asia, terdapat di negara

Tiongkok, Jepang, Thailand, Fhilipina dan Hongkong. Walaupun Indonesia tidak termasuk lima besar des nasi wisata bagi wisatawan Korsel, namun Korsel termasuk lima besar pasar utama pariwisata Bali. Jumlah kendatangan Korsel secara langs-ung ke Bali pada periode beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan. Periode Januari – September 2012 tercatat 89.600 wisatawan Korsel yang berkunjung ke Pulau Dewata.

Rata-rata lama tinggal wisatawan Korsel di Bali pada tahun 2007 adalah 4,94 hari, dengan rata-rata pengeluaran 174,62 dolar AS per hari atau sebesar 862,83 dolar AS per kunjungan. (Disparda Bali, 2008). Sedangkan data tahun 2008 menunjukkan bahwa lama nggal wisata-wan Korsel di Bali adalah 5,37 hari dengan rata-rata pengeluaran 183,33 dolar AS per hari atau sebesar 935,53 dolar AS per kunjungan. (Depbudpar, 2009).

Dilihat dari persentase wisatawan Kor-sel yang datang ke Bali berdasarkan jenis kelamin, ternyata jumlah perempuan dan laki-laki adalah seimbang (50 : 50). Lama nggalnya juga hampir sama, yaitu : 5,41

hari (laki-laki) dan 5,43 hari (perempuan). Wisatawan Korsel yang berjenis kelamin

laki-laki memiliki rata-rata pengeluaran yang lebih nggi disbanding wisatawan perempuan, yaitu sebesar 953,87 dolar AS per kunjungan (laki-laki) dan 927,19 dolar AS per kunjungan (perempuan).

Apabila dilihat komposisi usia wisa-tawan Korsel yang berkunjung ke Bali, terlihat bahwa didominasi oleh wisatawan berusia 25 – 34 tahun sebanyak 63,78 per-sen, dan disusul oleh wisatawan berusia 15 – 24 tahun sebanyak 17, 86 persen, dan berusia 35 – 44 tahun sebanyak 15,82 persen. Dengan demikian, mayoritas wisa-tawan Korsel yang datang ke Bali berusia 15 – 44 tahun sebanyak 97,46 persen. Setelah lebih (53, 06 persen) wisatawan Korsel yang berkunjung ke Bali menggu-nakan paket wisata sedangkan sisanya se-banyak 46,94 persen dak menggunakan paket wisata.

Jika diama dari frekwensi kunjungan wisatawan Korsel ke Bali, maka terlihat bahwa sebagian besar dari mereka (80,61 persen) adalah wisatawan Korsel yang baru pertama kali ke Bali, dan sisanya sebanyak 19,39 persen sudah pernah datang ke Bali sebelumnya, yang terdiri dari 14,29 persen datang kedua kalinya, 4,08 persen datang ke ga kalinya, serta

MENGGEMARI ”RELAXATION”

DAN ”SHOPING”

SEKILAS PASAR KOREA

24 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 25: Cakrawala edisi 3

LAPORAN UTAMA

1,02 persen sudah pernah datang ke Bali lebih dari ga kali.

Mereka yang datang ke Bali untuk per-tama kalinya memiliki pengeluaran rata-rata per hari sebanyak 171,42 dolar AS per hari, sedangkan mereka yang datang untuk kedua kalinya memiliki pengeluaran 175,25 dolar AS per hari, yang datang ke- ga kalinya memiliki pengeluaran 222,16

dolar AS per hari, dan yang sudah datang lebih dari 3 kali memiliki pengeluaran 170,00 dolar AS per hari. Terlihat bahwa terjadi trend peningkatan pengeluaran per hari bagi wisatawan yang datang ke Bali untuk pertama kalinya sampai yang datang untuk ke ga kalinya. Sedangkan mereka yang datang lebih dari ga kali ke Bali memiliki pengeluaran per hari yang

cenderung lebih rendah. Berdasarkan akomodasi yang digu-

nakan selama berada di Bali terlihat bahwa mayoritas wisatawan Korsel menginap di hotel berbintang (76,02 persen), disusul oleh wisarawan yang menginap di hotel non bintang (15,82 persen) dan rumah teman/saudara (1,53 persen), serta di tempat lainnya (6,63 persen).

Profesi dari wisatawan Korsel yang datang ke Bali juga beragam yaitu pro-fessional (41,33 persen), manajer dan karyawan (masing-masing 17,86 persen), pelajar (9,18 persen), ibu rumah tangga (8,16 persen), pegawai pemerintah (3,06 persen), militer (1,02 persen).

Di njau dari tujuan wisatawan Korsel ke Bali ternyata masih didominasi oleh

tujuan berlibur (94,39 persen) dan hanya sebagian kecil saja yang datang dengan tujuan lain seper bisnis (2,04 persen), mengunjungi teman kurang dari 1 persen.

Wisatawan Korsel menyukai peman-dangan alam (natural sceneries) dan budaya lokal. Namun, beberapa ak vitas seper relaxa on dan shoping di des -nasi pilihan sering menjadi per mbangan untuk sight seeing. Termasuk fasilitas en-tertainment, shoping yang tersedia, serta ragam restoran. Secara umum wisatawan Korsel cukup banyak mengeluarkan uang untuk shoping, namun umumnya (82 per-sen wisatawan Korsel) melakukan shoping di Duty Free Shop. gre

25D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 26: Cakrawala edisi 3

LAPORAN UTAMA

T idak terasa Denpasar Fes- val yang lebih dikenal

dengan Denfes kali ini telah memasuki page-laran yang ke-5. Cikal

bakal Denfes berawal dari krea fi tas Ga-jah Mada Town Fes val se ap tahunnya mengalami penyempurnaan dan penam-bahan ragam pesona acara sesuai dengan potensi yang telah dan sedang digali di kota Denpasar.

Denfes ke-5 kali ini mengangkat tema “Kreta Angga Wihita” yang ar nya “Kotaku Rumahku”. Tema ini mengand-ung makna kota ini adalah milik semua masyarakat. Masyarakat darimanapun etnis dan latar belakangnya wajib untuk

menjaganya dan memeliharanya layaknya menjaga rumah sendiri.

Seper kita ketahui bahwa Denpasar sebagai ibukota Provinsi Bali telah mene-tapkan visi mewujudkan Kota Berwa-wasan Budaya. Visi tersebut senan asa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kota yang terbalut dalam ben-tuk keharmonisan dalam keseimbangan. Implementasi pengembangan ekonomi krea f dan pemberdayaan ekonomi ker-akyatan tersebut diwujudkan melalui misi pemberdayaan masyarakat yang dilandasi kebudayaan Bali dan kearifan lokal. Begi-tulah Denpasar dengan karakteris k kota kratif, berwawasan budaya unggulan, sebagai jantungnya pulau Bali, inspira f,

kokoh dalam ja diri berbasis kebudayaan dan kental dengan spirit mul cultural.

Denpasar sebagai “the heart of Bali” selama rentang historisnya telah terbuk menjadi pintu gerbang utama bagi dunia Internasional di Nusantara dan sebagai domain yang terbuka bagi berbagai proses kebudayaan (transformasi, akulturasi dan amalgamasi). Kota Denpasar menjalani berbagai tahapan evolusi ekonomi baik agrikultur, industri, informasi dan krea f yang seolah membaur menjadi satu aki-bat dunia yang makin tak terbatas oleh teknologi informasi kekinian.

Denfes Ciptakan Kota Denpasar Ber-wawasan Budaya

DENPASAR FESTIVAL KE-5

“Kreta Angga Wihita” (Kotaku Rumahku)

26 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 27: Cakrawala edisi 3

LAPORAN UTAMA

Berikut pe kan wawancara Wali Kota Denpasar IB. Rai Dhar-mawijaya Mantra seputar Denfes ke-5 2012 :

Bahwa Kota Denpasar selalu memberi ruang kehidupan masyarakat urban yang par sipa f dan dinamis dengan nuansa tradisi yang merangkul modernisasi. Denpasar ternyata mampu memberikan representasi kota yang nyaman, layak dan selalu membuka ruang imajinasi khususnya bagi kaum remaja. Model kota yang makin mampu mensinergikan pertumbuhan ekonomi, teknologi, spirit heritage, nuansa es ka dan roh spiritualitas. Kota yang kaya kreasi dan prestasi dengan layanan yang prima di bidang pendidikan, perdagangan, pariwisata, kebudayaan, lingkungan dan kesehatan.

Sebagai kota yang berwawasan budaya , Pemerintah Kota Denpasar senan asa konsisten dalam menggali, mengembangkan dan melestarikan potensi budaya lokal masyarakat. Melestarikan dan mengembangkan kesenian Bali serta memberdayakan sekaa kesenian, seniman dan kebudayaan. Melestarikan dan member-dayakan lembaga-lembaga tradisional. Menggali, memelihara dan melestarikan nilai-nilai peninggalan budaya, sejarah kepahla-wanan dan potensi warisan budaya yang hidup di masyarakat. Menyelamatkan, mengkaji, merawat, mendokumentasikan dan mengembangkan naskah budaya Bali serta mengembangkan nilai-nilai budaya lokal genius yang adiluhung.

Wujud kepedulian tersebut diejawantahkan dalam bentuk Denpasar Fes val yang dikenal dengan nama Denfes yakni se-bagai salah satu langkah menggapai visi yaitu terciptanya Kota Denpasar Berwawasan Budaya dengan Keharmonisan dalam Keseimbangan.

Denfes Sebagai Sarana Promosi PariwisataMenurut Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar Drs. I Putu

Budiasa, M.Si Defes kali ini menampilkan berbagai ragam seni budaya, ragam kuliner, ragam tex le, ragam fl orikultura, ragam krea vitas komunitas dan ragam potensi unggulan kota Denpasar. Denfes ini juga dalam rangka mewujudkan ibukota Provinsi Bali sebagai tujuan wisata dengan menjadikan acara ini sebagai sarana promosi wisata. Disisi lain harapan prak si pariwisata bahwa Denfes ini bisa berkelanjutan dan dikemas dalam sebuah paket liburan akhir tahun disamping untuk menggairahkan kembali program city tour kota Denpasar. Lesunya City Tour kota Denpasar kedepan agar dicarikan solusi karena seja nya semua objek wisata yang berlokasi di kota Denpasar sampai saat ini masih di kelola Pemprov. Bali. (Redaksi/Kas)

27D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 28: Cakrawala edisi 3

PADA penghujung tahun 2012, kawasan Patung Catur Muka (titik nol kilometer Kota Denpasar) kembali menjadi pusat berlangsungnya perhelatan besar Denpasar Festival. Denpasar Festival (Denfest) adalah ajang penampilan puncak-puncak kebudayaan dan krea vitas masyarakat Kota Denpasar yang dirancang dak eksklusif.

M a s y a r a k a t i k u t m e n i k m a t i dan berperan secara aktif, sehingga pemilihan tempat penyelenggaraannya menggunakan jalan atau on street di seputaran Patung Catur Muka, yakni Jalan Gajah Mada dan Jalan Veteran serta sekitar Lapangan Puputan Badung. Dengan mengadakan festival setahun sekali di jalanan, Pemkot Denpasar ingin mengajak masyarakat Kota Denpasar untuk berinteraksi dalam menampilkan hasil-hasil kreasi terbaik mereka.

Denpasar Fes val merupakan perayaan akhir tahun, terbuka untuk umum, yang

menampilkan keragaman dan kekayaan ekspresi serta krea vitas yang lekat dengan masyarakat Kota Denpasar. Diharapkan, Denfest akan memberikan nuansa yang berbeda dan tercipta suasana harmonis yang begitu dekat antara berbagai komunitas di Kota Denpasar, mulai dari Pemerintah Kota Denpasar, masyarakat, seniman, UKM hingga kalangan pelajar dan pemuda serta anak-anak.

Untuk menghilangkan kesan monoton, Denpasar Festival tiap tahun terus menampilkan tema yang berbeda dan pengemasan yang lebih kreatif. Tema Denfest tahun 2012 yakni ‘’Kreta Angga Wihita’’ yang kalau diindonesiakan berar ‘’Kotaku Rumahku’’. Tema ini mengandung makna bahwa kota ini adalah milik semua masyarakat. Oleh karenanya, masyarakat dari mana pun etnis dan latar belakangnya wajib untuk menjaganya dan memeliharanya layaknya menjaga rumah sendiri.

Denpasar Festival di laksanakan tanggal 28 - 31 Desember 2012, dengan menampilkan ragam seni budaya, ragam kuliner, ragam teks l, ragam fl orikultura, ragam kreativitas komunitas dan ragam potensi unggulan Kota Denpasar. Dalam rangka mewujudkan ibu kota Provinsi Bali ini sebagai tujuan wisata dengan menjadikan acara itu sebagai sarana promosi wisata, sekaligus aset berharga menunjang bidang tersebut. Panitia Denfest bekerja sama dengan berbagai instansi terkait guna menyukseskan kegiatan itu.

Selama empat hari digelar Denfest, beragam kegiatan digelar mulai dari tar ian kolosal , launching game on line, peragaan busana, lomba burung perkutut , penobatan Duta Endek, bursa tanaman hias, parade drum band, pameran komputer Braile hingga berbagai h iburan mula i dar i sen i tradisional dan modern. (rls)

‘KRETA ANGGA WIHITA’Denfest 2012

28 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 29: Cakrawala edisi 3

Denpasar, ACKRAWALAMelalui “Malam Mahakarya Wastra”

Denpasar Fes val V yang digelar di Main Stage Patung Catur Muka Denpasar, kain tradisional endek disambut begitu antusias oleh masyarakat Denpasar. Tampil dengan beragam kombinasi hasil rancangan dari designer-designer kawakan dengan puluhan model can k, kain tradisional endek benar-benar mempesona. Turut menyaksikan per-agaan busana kemarin Walikota Denpasar IB Rai D. Mantra, Wawali IGN Jaya Negara, Sekda Rai Iswara, Ketua Dekranasda Nyonya Selly D. Mantra, DPRD, Pimpinan SKPD dan undangan lainnya, Minggu (30/12).

Ketua Dekranasda Denpasar IA Selly D. Mantra, Kota Denpasar selain terkenal den-gan seni dan budayanya juga dikenal kaya akan produk perdagangan dan industri tex- le terutama kain tradisional endek yang kini

makin digemari. Untuk itu Pemerintah Kota Denpasar bekerjasama dengan Dekranasda serta dibantu para pengusaha, perajin serta perancang mode, berkomitmen untuk terus mengembangkan kain tradisional endek sebagai produk unggulan masa depan Kota Denpasar.

“Selain terkenal dengan keindahannya, kain tradisional endek juga kaya akan corak, mo f dan warna. Produk ini juga cocok dike-nakan disegala situasi baik formil maupun santai mulai anak-anak hingga orang tua,” terang Nyonya Selly. Berkat krea fi tas dan inovasi yang dikembangkan, kini permintaan akan produk ini terus alami peningkatan.

Kenyataan ini tentu merupakan

sebuah peluang yang patut disyukuri sekaligus disikapi dengan baik. Terutama bagi para pengusaha, perajin maupun para perancang untuk selalu berino-vasi melalui karya yang kreatif. Sehingga mampu menghasilkan produk-produk yang berkualitas disamping kaya akan motif, corak maupun warna disamping harga yang terjangkau.

Dengan mengangkat tema “Kreasi Kriya Wastra” dengan tag line Wonderful To Night, diharapkan event ini mampu menggairahkan para perajin dan para perancang mode untuk terus mengha-silkan karya-karya terbaru dan bermutu. Guna memperluas peluang usaha serta

meningkatkan produk fi tas para perajin. Disamping sebagai wahana untuk menarik minat masyarakat untuk dak ragu-ragu mengenakan kain endek sebagai busana pilihan sekaligus gaya hidup.

Dengan ciri khas dan inovasi yang dikembangkan oleh para perajin wastra binaan Disperindag dan Dekranasda Kota Denpasar, wastra Kota Denpasar diharap-kan bisa menjadi ikon fashion dan teks l bagi generasi mendatang. Di penghujung acara Ketua Dekranasda Ny Selly D. Mantra didampingi Ny Antari Wijaya dan Ny Ker Is-wara berkesempatan menyerahkan kenang-kenangan serta foto bersama dengan para model dan designer. (rls)

TAMPIL DENGAN BERAGAM KREASI, ENDEK PANCARKAN PESONANYA

29D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 30: Cakrawala edisi 3

PROFILE & LIFESTYLE

Siapa yang tak tahu Gallery Marka? Semua pasti mengenal, apa l a g i d i ka l a n ga n pramuwisata (guide). Namun, barangkali hanya sedikit yang

tahu, bahwa dibalik kesuskesannya, pendiri Gallery Marka--yakni Ida Bagus Marka—telah melalui perjuangan hidup yang panjang. Tak ada yang menyangka, sahabat Pak Harto ini pernah mendapat pengalaman pahit di awal perjuangannya. Bahkan, pengalaman pahit itulah yang memacunya untuk kemudian secara perlahan bisa sukses seper sekarang.

Ida Bagus Marka mengaku hidupnya mengalir begitu saja laksana air. Tak pernah terpikirkan untuk menjadi seniman, apalagi sukses memiliki gallery seperti sekarang ini. Semula Pak Marka hanyalah seorang guru Sekolah Dasar (SD) di salah satu desa kecil di Gianyar. Berbekal ijazah sekolah guru pertama, dia mulai mengajar sejak tahun 1955. Menjadi guru pada masa sulit seper itu, menjadi tantangan tersendiri. Mengabdi, dengan bayaran seadanya.

Sepuluh tahun mengabdi sebagai guru, Pak Marka akhirnya menyerah juga. “Menjelang G 30 S tahun 1965 saya bosan jadi guru, mohon berhenti. Setelah berhen itulah dak tahu arah, ke mana saya melangkah, karena pendidikan hanya sekolah guru dasar saja, dak punya keahlian apa-apa,” ujar Marka dengan mata

menerawang di Gallery-nya megah, belum lama ini. Dia menerawang mengenang masa sulit dalam hidupnya.

Pertengahan tahun 1965 dia merantau

ke Ibukota Jakarta dan mulai coba-coba menjadi makelar seni. Dia tahu daerahnya merupakan daerah industri kerajinan. Banyak perajin di sana, sementara dia

IDA BAGUS MARKA

MUSIBAH DAHULU, BERKAH KEMUDIAN

30 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 31: Cakrawala edisi 3

PROFILE & LIFESTYLE

sendiri belum menjadi perajin. “Di sini, perajinan adalah pekerjaan pokok selain bertani. Jadi, banyak perajin di Kemenuh. Saya lalu pinjam barang pada perajin-perajin saya coba bawa ke Jakarta, mulai tahun 1965,” papar Pak Marka.

Ternyata orang-orang Jakarta sangat memina barang-barang seni yang dibawanya. “Mereka sangat senang dan tertarik. Tolong cariin saya lagi, saya lagi, begitu terus,” papar Marka menirukan permintaan pelanggannya di Ibukota. Akhirnya dia menekuni pekerjaannya dan mendapat kepercayaan para pencinta seni di Jakarta. Lalu pada suatu saat tahun 1966, ada langganan dari Jakarta, yakni seorang bos besar meni pkan uang untuk pemahat terkenal di Gianyar.

Pemahat terkenal dimaksud adalah Ida Bagus Tilem. Pak Marka di pi Rp 10 juta oleh bos besar itu. Tahun 1966, uang sebesar itu bukan main besarnya, setara dengan miliran rupiah sekarang. Namun bukan keuntungan yang didapat, Pak Marka malah di mpa nasib sial. “Uang Rp 10 juta itu dipinjam oleh teman, padahal bukan uang saya. Ternyata uang itu tak pernah dikembalikan. Wah, ini beban berat bagi saya waktu itu,” tandasnya.

Bayangkan, dia sudah berhenti jadi guru, sedang merintis bisnis, tak punya apa-apa lagi, ba- ba terkena musibah begitu. Dia merasa terbebani. Ke Jakarta juga tak berani karena uang orang tak nyampe. “Saat itu saya nggak tahu harus ke mana, Dari sanalah ada hikmahnya, sehingga saya seolah-olah dipaksa saat itu menjadi seorang perajin,” ungkap Marka.

Karena di sini komunitas perajin, ya dia ikut saja dan mulai berlatih memahat. Walau masih dari keturunan seniman, dia dak pernah belajar, seke ka memahat, ya karena beban harus

mengembalikan uang orang Rp 10 juta yang waktu itu bukan main besarnya. Kalau dibanding sekarang mungkin sama dengan miliaran rupiah. “Kebetulan, barangkali ada nasib baik,” gumamnya.

Apa yang terjadi kemudian? Semua yang dipakatnya selalu digemari orang. Dia membuat patung siang dan malam malamnya, lalu besok pagi selesai. Patung-patung itu, pagi-pagi sudah dijajakan istrinya ke Denpasar. Jualnyapun dengan susah payah, karena transpotasi belum lancar. Nyonya Marka terpaksa menumpang truk-truk yang membawa pasir. Dia lalu menjualnya di Toko Suci di Denpasar, toko khusus untuk jual souvenir dan took souvenir lainnya.

Di Denpasar patungnya laku bukan main. “Mereka bilang ke istri saya, ayo bikin lagi, bikin lagi. Saya tambah semangat, sehingga pada waktu itu, saya bisa mengajak tukang enam orang. Mereka yang fi nishing. Saya kerja satu berbanding enam. Saya kerja keras, siang malam, sampai kurus kering,” kenang perajin sukes ini dengan mata berkaca-kaca.

Patung-patungnya menjadi benda seni favorit di Denpasar dan dimina para turis. Kebetulan saat itu, jumlah turis asing ke Bali makin meningkat. Patung waktu itu harganya Rp 500 per buah, kurang lebih setara dengan satu karung beras. Dia bisa buat 12 biji batung per hari. Dia kerja siang malam, sampai makan di tempat kerja, karena jengah luar biasa untuk membayar utang Rp 10 juta. Dia bersyukur, karyanya disenangi pedagang patung di Denpasar.

“Kalau orang lain yang bawa, mereka bilang jangan bawa ke sini.

Tetapi kalau istri saya yang bawa, mereka bilang sini, sini. Mereka senang dengan patung yang saya buat. Tidak ada mobil, jalan kaki, sampai di Batu Bulan baru dapat truk. Itulah yang mengubah hidup saya dari seorang guru menjadi perajin. Kebetulan, orang tua saya tukang ukir juga,” papar pria kelahiran 1936 ini.

Luar biasa. Berkat kerja kerasnya, dalam waktu enam bulan, semua utangnya sudah bisa dilunasi. Sejak itu, dia sudah mulai berani ke Jakarta lagi. “Kalau sebelumnya, begini Pak, karena tersangkut utang itu, kalau orang bicara utang, saya mudah tersinggung. Saya sampai takut ke luar rumah. Badan saya sampai kurus kering, makan sudah dak keruan, kerja terus menerus. Syukurlah akhirnya selesai juga,” ujarnya.

Saat itu Pak Marka juga dipercaya sebagai kepala dusun di kampungnya. Dia juga organized barong di kampungnyasejak tahun 1968. Biasanya, setelah nonton barong , para turis mampir ke tempat Marka. Jadi, mulai dari rumah sendiri, mulai pajang beberapa patung, lalu terus berkembang menjadi gallery seper sekarang. Artshop mulai tahun 1979. Tahun 80-an mulailah para guide mulai datang ke Marka Gallery.

Waktu itu orang bilang di sini dak cocok untuk artshop, tetapi ternyata orang asing suka di sini, kebetulan alamnya masih asli walau akses jalan belum baik. Justru itu yang disenangi turis. Tembok-tembok masih dari tanah, atapnya masih alang-alang, jalannya masih

31D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 32: Cakrawala edisi 3

PROFILE & LIFESTYLE

lubang-lubang, pokoknya seper kampong di pedalaman Bali.

Dia mulai buka gallery mulai tahun 1979 dan mulai tampung pengrajin-pengrajin. Dia pertama yang memulai. Kalau tamu-tamu negara lewat, pas ke sana. Juga kalau ada kapal-kapal pesiar. Mulai jaman Pak Harto, banyak, menteri ke Marka Gallery. Waktu itu Kepala Rumah Tangga Istana Jenderal Sampurno, belakangan Jop Ave.

Baik Jenderal Sampurno maupun Jop Ave suka bertemu Marka. Sebagian besar souvenir Istana di Jakarta diambil dari Marka Gallery. “Sehingga saya sering diundang ke istana. Kalau ada patung yang rusak, saya perbaiki. Jadi sudah dikenal oleh keluarga dan pengawal-pengawal istana. Jadi kalau saya datang, ooo ini Pak Marka, sikalan Pak, jadi dak diperiksa lagi. Masuk aja ke Istana. Dari sana, kalau ada tamu negara, ditunjuk aja ke sini,” ujar Marka bangga.

Ida Bagus Marka sempat menjadi Ketua Perhimpunan Pengrajin, karena itu dia mendapat kepercayaan dari Jakarta untuk menyiapkan bahan baku, seperti kayu

eboni, kayu sahang dari Kalimantan dan kayu cendana dari Timor. Dia yang menyiapkan untuk seluruh pengrajin. Dalam posisinya itu, Marka sempat melang lang buana ke berbagai pulau, seperti ke Kalimantan, Sulawesi, Timor dan Papua yang dulu disebut Irian Jaya.

Tahun 1985, ada rencana Pak Harto (Presiden RI waktu itu) mau bertatap muka dengan para pengrajin. Biasanya waktu itu para menterinya harus membuat Pak Harto senang. “Saya langsung dipanggil Menteri Perindustrian ke Jakarta. Dia bilang, Pak Harto tanggal sekian akan ke Bali, kamu siapkan itu supaya tidak ada keluhan pengrajin terhadap bahan baku. Apa yang kurang di Bali. Saya bilang, sekarang kayu eboni sulit Pak. Berapa kamu perlu uang untuk eboni? Saya waktu itu, tahun 1985 itu dikasih Rp 100 juta untuk bahan baku atas nama koperasi,” kisahnya.

Dia langsung terbang ke Palu, dari Surabaya sudah diikut kapal Pelni untuk angkut kayunya. Dia memiilih kayu di Batu Suya di Palu, langsung diangkut buru-buru

ke Bali. Waktu Pak Harto datang ke Bali, Pak Harto tanya pada Pak Marka, bagaimana ada keluhan pengrajin? Ndak ada Pak. Bahan baku cukup? Cukup Pak. Wah, menterinya senang.

Dia juga sempat pergi ke Kupang, tepatnya di Soe waktu jaman Gubernur NTT-nya Pak Ben Boi. Dia bawa 37,5 ton kayu cendana dan dia carter Herkules. “Waktu itu, saya bawain Pak Ben Mboi patung Wisnu dari kayu cendana. Waduh, dia senang sekali. Komentar beliau, kok kayu saya bisa jadi begini ya. Luar biasa! Dia heran sekali,” kenang Pak Marka.

Kini, dalam kehidupannya yang serba mapan, Pak Marka tetap tampak bersahaja. Dia mengaku memiliki hubungan batin dengan para guide, terutama yang senior-senior. Menurutnya, guide memilki andil besar untuk membesarkan usahanya. Para pelanggannya sangat beragam, mulai dari turis asing berkantong tebal samai yang biasa saja. Mulai dari peminat seni sampai para Kepala Negara. (gre)

32 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 33: Cakrawala edisi 3

PROFILE & LIFESTYLE

ADA fakta menarik dibalik euforia kemenangan Jokowi-Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Ternyata, sesuai UU No.29 Tahun 2007 semua walikota di Ibukota diangkat oleh Gubernur DKI. Kenda ini bukan sesuatu yang baru, namun tetap saja menarik, karena selama ini fakta tersebut kurang gencar diekspos di media massa.

Fenomena ini juga dicerma Ketua Asita Bali I Ketut Ardana, SH. ”Saya membayangkan, betapa bagusnya kalau apa yang terjadi di DKI Jakarta itu berlaku di Bali. Di mana bupa /wali kota di Provinsi Bali ditunjuk langsung oleh Gubernur Bali. Angan-angan saya ini mungkin sulit terwujud, karena menyangkut aturan main (Undang-Undang) dan kepen ngan poli k dari aktor-aktor di kabupaten/kota,” ujar Ardana yang dalam Musda Asita, 22

November lalu terpilih jadi ketua periode 2012 - 2016.Kenda demikian, sebagai wacana layak untuk disuarakan ke

ruang publik karena bagaimanapun juga penunjukkan seper itu dalam konteks Bali sangat pen ng. Selama ini jelas terlihat koordinasi antar Provinsi dan Kabupaten/Kota banyak yang dak nyambung bahkan bertentangan.

Contoh paling aktual, Pemprov Bali sudah mendorong agar diadakan penghen an sementara (moratorium) pembangunan sarana akomodasi wisata di Bali selatan, namun Pemkab Badung memiliki pendapatnya sendiri. Kenda akhirnya ada wacana untuk melakukan kajian, toh sarana akomodasi sudah telanjur menjamur.

Contoh lain, kabupaten/kota di Bali cenderung melakukan promosi sendiri ke event-event pariwisata internasional, padahal sudah jelas-jelas bahwa nama Balilah yang diusung. “Mengapa dak melakukan koordinasi dengan provinsi agar kabupaten/kota

menjadi bagian dari pavilion atau stand Provinsi Bali? Bukankah itu lebih efi sien dan efek f,” gagah Ardana.

Peserta kursus travel agent di Sydney, Australia ini menambahkan, kalau diundang Gubernur Bali, malah Bupa /Wali Kota mengutus bawahan yang terkadang levelnya tak sepadan. Jelas untuk memutuskan sesuatu bawahan tersebut harus melapor terlebih dahulu kepada atasannya. Kemungkinan terjadi distorsi informasi sangat besar yang pada akhirnya bisa menghambat pengambilan keputusan.

Menurut pria kelahiran Karangasem, 56 tahun lalu ini, masih banyak contoh lain yang menunjukkan bahwa Pemprov dan Pemkab/Pemkot se-Bali tak segenderang sepenarian. Padahal, dengan karekternya yang khas dan khusus, yakni kecil dan pariwisata menjadi leading sector, Bali mes nya dikelola dalam kerangka manajemen satu pulau (One Management Island).

Dia menambahkan, tanda-tanda bahwa Bali akan mengalami kesulitan di masa depan akibat lemahnya penegakan hukum (law enforcement) semakin jelas. Ke mpangan pembangunan pariwisata antar daerah, kemacetan, semrawutnya manajemen persampahan, alih fungsi lahan, krisis energi dan terpuruknya Bali menjadi cheap des na on.

“Deretan permasalah yang saya ungkapkan tadi hanyalah puncak gunung es dari selaksa permasalahan Bali. Jadi masih banyak masalah lain yang makin hari makin kompleks,” ujar Guide Terbaik Provinsi Bali tahun 1998 ini.

Ketut Ardana mengingatkan, kalau dak ada langkah radikal dan solu f, bukan dak mungkin pariwisata Bali tak berkelanjutan dan menjadi des nasi yang hanya patut dikenang (the des na on of yesterday). “Sebelum itu terjadi, tak ada salahnya kalau kita mulai mewacanakan agar penunjukkan Bupa /Walikota oleh Gubernur sebagaimana terjadi di DKI Jakarta. Siapa tahu itu bisa menjadi salah satu solusi!,” gre

KETUT ARDANA:

ANDAI BALI SEPERTI DKI

33D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 34: Cakrawala edisi 3

OBJEK WISATA

DE S A T e n g a n a n d i Kabupaten Karangasem dalam berbagai literatur Ilmu Budaya disebut Desa Tenganan Pegringsingan.

desa Tenganan merupakan salah satu dari sejumlah desa kuna di Bali. Pola kehidupan masyarakatnya merupakan satu contoh kebudayaan desa-desa Bali Aga (pra

Hindu) yang berbeda dengan desa-desa lain di Bali dataran. Sebagai objek wisata, desa Tenganan menyuguhkan berbagai hal yang unik dan sangat menarik yang menambah variasi bagi keragaman objek dan daya tarik wisata di Bali.

Kekhasan yang tercakup dalam objek wisata desa Tenganan terdiri dari (1) Pola perkampungan seragam yang

bersifat linear, (2) Struktur masyarakat bilateral yang berorientasi pada kolek f dan senioritas, (3) Sistem ritual khusus dalam frekwensi yang tinggi dengan menyuguhkan perpaduan agama, seni dan solidaritas sosial yang mekanis, (4) Tradisi Mekare-kare sejak bulan Juni yaitu tradisi perang pandan dan konteks ritual, nilai religious, semangat perjungan

DESA TENGANAN CIKAL BAKAL REPUBLIK DI BALI

34 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 35: Cakrawala edisi 3

OBJEK WISATA

dan uji ketangguhan fisik yang diiringi oleh gamelan tradisional selonding. (5) Seni kerajinan tenun ikat kain geringsing dengan desain dan tata warna khas, serta memiliki bentuk, fungsi dan makna este s yang nggi.

Masyarakat dan kebudayaan orang Tenganan dengan akar pra sejarah dan sejarah yang panjang dari masa megali k, agama Hindu dan tradis i modern menyimpan berbagai warisan budaya (cultural heritage) yang mengandung nilai sejarah, seni dan ilmu pengetahuan. Warisan budaya tersebut mencakup : warisan budaya benda (tangible) seper

pola pemukiman, bangunan tradisional, kain feringsing, gamelan selonding, aksara Bali dan gambar dalam daun lontar, dan warisan budaya tak benda (intangible) seper : seni tari renjang, lembaga desa adat, system musyawarah desa, tradisi upacara daur hidup dan sebagai kearifan lokal. Masyarakat dan kebudayaan Tenganan merupakan lapangan subur bagi kajian ilmu antropologi, arkeologi, hukum adat, sejarah dan sastra.

Di desa Tenganan dipertahankan secara berkelanjutan berbagai jenis kearifan lokal terkait dengan pelestarian lingkungan dan sumber daya alam seper

perlindungan hutan, dan perlindungan tanah ulayat, perawatan sumber air, sistem irigasi persawahan, perawatan diversifi kasi plasma nu ah. Masyarakat Tenganan juga terus mengembangkan kearifan lokal terkait dengan pelestarian nilai-nilai religius dan nilai-nilai budaya, seperti tradisi “Metrunya Nyoman” (pendidikan tradisional terhadap anak-anak), berbagai upacara keagamaan, tradisi berceritera (folklore), sampai dengan sistem perkawinan yang menekankan endogamy desa. Keseluruhan kearifan lokal itu tertuang dalam awig-awig desa atau terpelihara sebagai tradisi budaya

35D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 36: Cakrawala edisi 3

yang hidup (living culture). Desa Tenganan berlokasi di antara desa perbukitan,

bukit bagian barat dan bagian mur. Desa ini termasuk kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, terdiri atas ga banjar, yaitu : Banjar Kauh, Banjar Tengah dan Banjar Pande. Wilayah desa terdiri dari ga bagian utama : kompleks pemukiman, perkebunan dan kompleks persawahan. Kompleks pemukiman merupakan areal tertutup dan sangat terstruktur.

Desa Tenganan terletak pada jarak 17 km dari Kota Amlapura atau 65 km dari Kota Denpasar. Desa ini pada tahun 2000 berpenduduk sekitar 550 jiwa dengan sumber daya manusia yang mengintegrasikan basis tradisional dan wawasan modern. Objek wisata Tenganan terletak sangat berdekatan dengan kawasan wisata Candi Dasa, yaitu berjarak 2 km.

Sejarah Desa Tenganan terungkap dalam beberapa versi : versi pertama menurut cerita rakyat, disebutkan bahwa penduduk desa Tenganan berasal dari desa Penages, sebuah desa dekat Bedahulu di Kabupaten Gianyar. Mobilitas penduduk ini dihubungkan dengan cerita Once Serawa, kuda raja Bedahulu yang hilang dan ma di wilayah desa Tenganan. Dengan menelusuri keberadaan kerajaan Bedahulu, maka diperkirakan desa Tenganan didirikan sekitar abad XIV. Versi kedua, temuan arkelog R.Goris yang menyatakan bahwa kata Tenganan dikenal dalam salah satu prasas Bali dengan kata Tranganan. Prasas ini menunjukkan angka tahun sekitar abad XIV dan XV.

Versi ketiga, menurut lontar Usana Bali, bahwa penduduk desa Tenganan bersembahyang ke Pura Bukit Lempuyang, berjalan menyusuri pantai Candi Dasa ke arah mur sekitar abad X dan XI. Kata Tenganan dianggap berasal dari akar kata Tengah yang dapat berar arah ke tengah (mobilitas dari pantai ke pedalaman) atau berada di tengah (maksudnya di tengah-tengah perbukitan). Pengringsingan, merupakan suatu jenis kain tenun ikat khas produksi penduduk desa Tenganan.

Struktur pemukiman desa Tenganan terbangun secara linear yang terdiri atas enam leret yang dipisahkan oleh ga jalan atau awangan : awangan barat, awangan tengah dan awangan mur. Pembagian oleh ga jalan tersebut telah membentuk enam leret pemukiman. Pemukiman A (paling barat) merupakan satu leret, pemukiman B dan C bertolak belakang sebagai leret kedua dan ke ga, pemukiman D dan E juga bertolak belakang sebagai leret keempat dan kelima, dan terakhir leret keenam adalah pemukiman F pada lokasi paling timur. Tiap leret terdiri atas beberapa pekarangan dengan luas, bentuk bangunan yang rela f seragam, keberadaan kios-kios cendramata telah merubah beberapa bentuk asli pemukiman tersebut.

OBJEK WISATA

36 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 37: Cakrawala edisi 3

OBJEK WISATA

Semua tradisi tersebut masih hidup dan berkembang dalam tatanan hukum adat dan awig-awig desa yang merefl eksikan adanya keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan sesuai dengan konsepsi Tri Hita Karana. Objek wisata Tenganan tetap menarik sepanjang masa, baik sebagai objek wisata budaya, wisata alam (eko wisata) dan agrowisata. Desa yang ramai dikunjungi pada siang dan sore harinya juga dilengkapi fasilitas parkir, artshop cendramata, workshop penulisan aksara Bali pada daun lontar dan museum etnografi desa Tenganan.

Kompleksitas kehidupan masyarakat Tenganan yang khas, dan berazas musyawarah dengan kekuasaan ada di tangan rakyat, ahli orientalis V.E. Kron menyebut desa Tenganan sebagai Republic of Tenganan. gre

Sumber : Buku Panduan Pramuwisata)

37D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 38: Cakrawala edisi 3

FESTIVAL

estival Danau Batur (FDB) ke 2 tahun 2012, secara resmi dibuka oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Krea f Republik Indonesia, Prof. Dr. I Gede Pitana di areal Dermaga Penyeberangan Danau Batur di Desa Kedisan, Sabtu (20/10).

Dalam pembukaan yang dihadiri sejumlah pejabat Kementerian Parekraf dan stake holder pariwisata lainya ini, Prof. Pitana mengatakan,

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Krea f sangat mendukung pelaksanaan Fes val Danau Batur. Bahkan Pitana mengaku secara khusus diberikan mandat oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu untuk menjadikan Fes val Danau Batur sebagai ikonik pariwisata di Bali.

Lebih lanjut disampaikan, ada tujuan tujuan yang ingin diraih dengan penyelenggaraan Fes val Danau Batur yakni in event objec ve dan beyond event objec ve.

in event objec ve ar nya setelah event ini diselenggarakan, pergerakan ekonomi warga akan tumbuh serta berkembangnya animo di kalangan generasi muda untuk mencintai budayanya. beyond event objec ve ar nya setelah event ini diselenggarakan, akan muncul citra positif terhadap pariwisata di Bangli. Karena membangun citra posi f merupakan pekerjaan jangka panjang. pada kesempatan itu, Pitana juga sangat mendukung jika Fes fal Danau Batur bisa dijadikan event tahunan,

TARGET TINGKATKANFestival Danau Batur ke-2

KunjunganWisatawanF

38 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 39: Cakrawala edisi 3

FESTIVAL

oleh karenanya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan selalu memberikan mo fasi kepada Pemkab Bangli.

Bupati Bangli I Made Gianyar pada kesempatan itu mengemukakan, pelaksanaan Festival Danau Batur merupakan salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Bangli untuk menggali potensi yang dimiliki khususnya potensi pariwisata. Menurutnya, penyelenggaraan Fes val Danau Batur tahun ini jauh lebih baik dari tahun sebelumnya, karena dari kegiatan maupun antusias dari masyarakat untuk menyaksikan fes val ini jauh lebih banyak.

P a d a F e s t i v a l D a n a u B a t u r mendatang, k i ta ingin mel ibatkan wisatawan mancanegara untuk ikut ambi l bagian dalam lomba- lomba yang diselenggarakan, sehingga akan lebih fariatif. Segala kekurangan dari penyelenggaraan Festival Danau Batur tahun ini akan dijadikan bahan evaluasi untuk penyempurnaan kegiatan yang sama di tahun mendatang. “Festival Danau Batur akan di jadikan event tahunan, sehingga penyelenggaraanya pun harus terus ditingkatkan”ucapnya.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli yang juga ketua pani a penyelenggara Wayan Gobang Edy Sucipto mengatakan, Festival Danau Batur tahun ini digelar selama tiga hari, yang diisi dengan berbagai lomba seperti lomba baleganjur, Photography, membuat gebogan, fruit carving, perahu hias, kuliner tradisional dan festival anjing kintamani. penyelenggaraan Fes val Danau Batur ke 2 tahun 2012 juga dimeriahkan oleh penampilan artis Ibu kota Nugie dan drama kolosal kolaborasi 70 seniman Bangli. (HKB)

39D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 40: Cakrawala edisi 3

BANGLI

Bangli, CAKRAWALA-D a l a m ra n g ka Pe n g e m b a n ga n

Pengelolaan Desa Wisata yang Berbasis Masyarakat, Sabtu (15/12), Dir jen Pengembangan Distinasi Pariwisata Ir. Firmansyah Rahim meresmikan Desa Penglipuran Sebagai salah Satu Desa Wisata Yang berbasis Masyarakat, ditandai dengan pemukulan Gong, dan dilanjutkan dengan penandatanganan prasas Desa Wisata Penglipuran. Pada kesempatan tersebut turut hadir perwakilan Gubernur Bali yaitu Kepala BPMPD Provinsi Bali Putu Astawa, Bupa Bangli, Unsur Muspida, Kepala Bank BI, forum Pimpinan Daerah Kab Bangli dan Undangan pengelola wisata di kab Bangli.

Dalam laporan Bendesa Adat Desa Pekraman Penglipuran I Wayah Supat menyampaikan bahwa salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai modal dalam upaya pengembangan Desa Wisata. Arahnya tentu menuju pemberdayaan

masyarakat dan untuk memperkokoh ikatan dalam bermayarakat. Di mana harapan setelah lounching ini nama Pengl ipuran semakin d ikenal dan menggema di kancah pariwisata dunia. Meskipun sejatinya Desa Penglipuran dari konsep awal pelestariannya adalah bukan untuk pariwisata akan tetapi lebih pada upaya pelestarian seni arsitektur dan struktur bangunan termasuk awig-awik Desa.

Seiring dengan berjalannya waktu ya n g ke b et u l a n j u ga ke b e ra d a a n Desa Tradisioal sangat digemari oleh wisatawan maka hal tersebut harus terus dikembangkan dan dikelola secara lebih op mal. ”Desa penglipuran punya konsep pariwisata adalah untuk Penglipuran bukan penglipuran untuk pariwisata” tegas Supat.

Berangkat dari hal tersebut dengan semangat kegotong royongan warga Desa Penglipuran dan peran serta semua

pihak akhirnya pada Sabtu (15/12) desa ini berhasil diresmikan sebagai Desa Wisata dengan anggaran kurang lebih Rp 14 juta yang diposkan untuk biaya. ”Meski anggaran tersebut tidaklah cukup akan tetapi berkat kerjakeras dan semangat gotongroyong warga Desa Kami akhirnya acara ini dapat terselenggara terimakasih diucapkan kepada semua pihak terutamanya kepada Bapak Dirjen,” ujar Supat.

Sementara itu Bupati Bangli Made Gianyar dalam sambutannya mengucapkan selamat datang pada m rombongan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Krea f yang dalam hal ini berkenan hadir Bapak Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Ir. Firmansyah Rahim. Apalagi kedatangan Dirjen sudah tidak bisa dihitung lagi untuk bersama membangun B a n g l i . “O ra n g b a l i m e m p e rc aya i kedatangan tamu adalah berkah, apalagi yang datang ke Bangli adalah seorang

PANGLIPURANBERBASIS MASYARAKAT

RESMI JADI DESA WISATA

40 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 41: Cakrawala edisi 3

BANGLI

Dirjen” ujar Bupa Made Gianyar.G ianyar mengingatkan, da lam

konsep Tri Semaya dikatakan kita tidak boleh lupa dengan sejarah masa lalu dari Desa Penglipuran di mana hal yang kita sudah perbuat di masa lalu akan dapat mempengaruhi masa yang sekarang sehingga komitmen harus terus dilaksanakan untuk kebaikan bersama. Di masa yang akan datang manusia yang maju adalah manusia yang dapat membangun jejaring. Salah satunya dalah melakukan MoU dengan Bank Indoesia di mana telah terealisasi bahwa BI sudah menjembatani Kabupaten Bangli untuk mengekspor kopi ke Korea Selatan.

Infrastruktur untuk pariwisata harus terus dibangun, salah satu upaya adalah dengan membangun guest house dan home stay. Pada jaman dahulu Penglipuran memang sudah terkenal namun belum menjadi “Dewi” Desa Wisata. Dengan diresmikannya Penglipuran sebagai Desa Wisata diharapkan dapat mendongkrak pariwisata di Kabupaten Bangli. Kunjungan wisatawan juga sudah meningkat rata-rata mencapai 100 orang lebih per hari.

” Mudah mudahan tahap demi tahap dan termasuk upaya menjadikan Penglipuran sebagai salah satu Gio Site dari Geopark Batur dapat terwujud sehingga target kunjungan 1,5 juta wisatawan dapat tercapai. Selamat untuk Penglipuran karena telah menjadi salah satu ikon Bangli,” ucap Bupa Bangli.

Sambutan Gubernur Ba l i yang dibacakan oleh Kepala BPMPD Provinsi Bali Putu Astawa, menyambut dengan gembira dan sangat berbangga karena program Desa Wisata merupakan salah satu program unggulan yang nantinya diharapkan dapat memberi dampak untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Provinsi Bali tidaklah seperti provinsi lainnya yang memiliki sumber daya alam yang potensial seper pertambangan , minyak dan lain sebagainya.

Akibatnya, Provinsi Bali hannya bertumpu pada tiga sektor unggulan yaitu sektor pertanian dalam arti luas, sektor pariwisata dan sekitor industri kecil dan menengah. Pariwisata merupakan sumber devisa terbesar dan telah terbuk mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pariwisata juga menjadi

lokomo f dalam pembangunan ekonomi di Bali. “Oleh karena itu sudah menjadi

kewajiban bagi semua pihak untuktetap menjaga, memelihara dan menggali potensi pariwisata agar tetap berkembang sesuai dengan fi losofi Pariwisata Budaya” tegas Gubernur Pas ka.

Kemiskinan memang masih menjadi kendala utama dalam pembangunan Bali. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk mengurangi jumlah kemiskinan di Provinsi Bali. Namun untuk dapat menanggulangi hal tersebut memang memerlukan strategi yang komprehensif, terpadu dan berkelanjutan dengan melibatkan semua unsure masyarakat.

“Melalui lounching Desa Wisata Penglipuran yang berbasis masyarakat ini akan menjadi jembatan untuk mewujudkan masyarakat Bali yang maju, aman damai dan sejahtera sehingga tujuan untuk menciptakan Bali yang Mandara dapat cepat diaktulaisasikan serta dirasakan manfaatnya oleh masyarakat” ungkap Pas ka.

Pada kesempatan yang sama Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Ir. Firmansyah Rahim mengatakan permohonan maaf karena Menparekraf Ibu Mari Elka Pangestu tak bisa hadir secara langsung karena

ada kesibukan yang tak bisa di nggalkan. Dirjen sangat kagum dengan Penglipuran di mana pada awalnya upaya yang dilakukan adalah bertujuan untuk melestarikan seni Arsitektur serta Struktur Bangunan tradisional yang ada di Desa ini telah mampu memberi dampak posi f.

Dengan kekuatan Awig-awignya bisa tetap bertahan dan terus dilestarikan sehingga dapan menarik minat wisatwana bukan hanya lokal tetapi mancanegara. Dikatakan juga dirinya akan menduplikasi pola-pola yang diterapkan di Desa Penglipuran untuk diadopsi di daerah lain. Sebelum itu dilakukan, bagaimana agar pola yang sudah ada di Desa Penglipuran ini melalui Bupa Bangli agar bisa diadopsi oleh desa-desa yang ada disebelahnya terlebih dahulu sehingga kedepan akan tumbuh lagi penglipuran-penglipuran yang lainnya.

Kaitanya dengan ditetapkannya Gunung Batur masuk dalam GGN (Global Geopark Network) diharapkan kepada Bupati Bangli , agar mengupayakan masyarakat agar tidak lagi melakukan pengrusakan lingkungan seperti yang telah dikri si oleh m Geopark Unesco. “Oleh karena itu bagaimana kita dapat mengalihkan dan memberi peluang pekerjaan lain untuk tetap menjaga predikat GGN” harap Firmasyah. (HPB)

41D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 42: Cakrawala edisi 3

Bangli, CAKRAWALAUntuk mensosialisasikan konsep

geopark (taman bumi) di seluruh Indonesia, Pemerintah Kabupaten Bangli bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekono-mi Krea f (Kemenparekraf), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Badan Geologi, Kamis (15/11) lalu menggelar acara Interna onal Workshop On Aspiring Geopark Of Indonesia. Acara yang dipusatkan di Museum Gunung Api Batur Kintamani, dibuka langsung oleh Kepala Badan Geologi Dr. R. Sukyar.

Acara ini juga dihadiri oleh Bupati Bangli I Made Gianyar, SH.,M.Hum, Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pari-wisata Kemenparekraf Ir. Firmansyah Ra-him, Interna onal Expert Global Geopark Network (GGN) Unesco Prof. Guy Mar ni, Chief Of Global Earth Observa on Unesco Prof Patrick McKeever, Interna onal Expert Asia Fasifi k Geopark Network Prof. Dato

Ibrahim Komoo dan Prof. Shafeea Leman, Perwakilan Aspiring Geopark Merangin Jambi, Raja Ampat, Danau Toba, Gunung Sewu, Gunung Rinjani dan Pimpinan SKPD Kabupaten Bangli.

Ketua Panitia Penyelenggara yang juga Sekretaris Badan Geologi Yunus Kusuma Brata mengatakan, dengan tema “Celebrating Earth Heritage, Sustaining Local Communi es” tujuan dari penyelen-garaan Interna onal Workshop On Aspir-ing Geopark Of Indonesia adalah untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan konsep Geopark ke seluruh wilayah Indo-nesia. Sealain itu menumbuhkan mo vasi bagi kawasan yang memiliki potensi untuk dikebangkan menjadi kawasan geopark.

Dengan demikian daerah-daerah yang memiliki potensi geopark bisa segera mempersiapkan geopark yang ada untuk dikembangkan menjadi kawasan Geopark Nasional. Selanjutnya membangun jaringan

melalui Global Geopark Network. Melalui workshop ini perwakilan aspiring geopark nasional akan diberikan pembekalan oleh Internasional Expert Unesco untuk meny-empurnakan geopark yang dimiliki.

“Penetapan Geopark Kaldera Batur masuk sebagai anggota GGNmerupakan kebanggaan Pemerintah Indonesia karena dapat membuk kan kepada dunia Interna-sional, bahwa pemerintahIndonesia telah mendapat pengakuan akan keseriusanya dalam upaya pemanfaatan dan pelestar-ian akan sumber daya alam (khususnya sumber daya geologi) yang berbasis pada konservasi, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat” ungkap Yunus Kusuma Brata.

Sementara itu perwakilan GGN Unesco yang juga Koordinator Asia Fasifi k Geopar Network Prof. Dato Ibrahim Komoo men-gatakan, GGN sangat menginginkan adanya Geopark diseluruh negara di dunia. Namun sebagai ahli geopark kita terikat dengan

INTERNATIONAL WORKSHOP ON ASPIRING GEOPARK OF INDONESIA

UPAYA MENSOSIALISASIKANGEOPARK SECARA NASIONAL

BANGLI

42 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 43: Cakrawala edisi 3

per mbangan antara mengigingkan ban-yak geopark di dunia dengan kepen ngan untuk menjaga kualitasgeopark tersebut.

Ar nya jika kualitas geopark belum bisa dicapai, maka ini akan menyulitkan kita untuk memas kan bahwa geopark-geopark terbaik saja yang akan diusulkan ke dalam

GGN Unesco. Kita melihat banyak daerah di Indonesia yang berpotensi dikembangkan menjadi kawasan geopark. Namun untuk mewujudkan geopark yang berkualitas diperlukan keseriusan dari semua pihak. “Semakin sukar sesuatu dihasilkan, maka semakin manis pula rasa yang dihasilkan,”

ujar guru besar asal negeri jiran ini.Bupati Bangli I Made Gianyar pada

kesempatan itu menyampaikan, setelah Geopark Kaldera Batur diakui sebagai anggota Global Geopark Network (GGN) dibawah bendera Unesco, maka tu-gas dan tanggung jawab besar sudah menanti. Karena setelah mendapatkan pengakuan, kita harus mampu menata dan mengelola kawasan geopark ini ses-uai dengan konsep dan indikator yang tertuang dalam Global Geopark Network Unesco.

“Kedepan kita ingin menggunakan konsep pembangunan dunia melalui GGN untuk menata dan mengelola pem-bangunan di Kabupaten Bangli, sehingga bisa bersaing dan bersanding dengan Kabupaten lainya di Bali” ungkap Bupati Bangli Made Gianyar.

Saat pembukaan Workshop On Aspiring Geopark Of Indonesia berlangsung, Bupa Bangli I Made Gianyar juga me-launching website Geopark Kaldera Batur, www.baturglobalgeopark.com. (HPB)

BANGLI

43D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 44: Cakrawala edisi 3

BANGLI

Bangli, CAKRAWALAMenindaklanjuti pengakuan dunia

tentang warisan budaya dunia dan Batur Global Geopark sehingga Kintamani men-jadi perha an dunia, dan secara langsung dipromosikan oleh UNESCO, maka Bupa Bangli melakukan sejumlah pembenahan, diantaranya Pos Pemungutan Retribusi.

Didampingi Plh Sekda Kabupaten Ban-gli, DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali, Polisi Pariwisata, dan pimpinan SKPD Kabupaten Bangli, Bupa I Made Gianyar meluncurkan Pos Pemungutan Retribusi tempat rekreasi dan olahraga di Desa Sekardadi Kintamani, Selasa (1/1).

Kesempatan itu, Plt Kepla Dinas Kebu-dayaan dan Pariwisata Bangli Drs. I Wayan Lawe, MM menyampaikan program ini terselenggara atas petunjuk Bupa Ban-

gli sehingga beberapa SKPD yang terkait melakukan pengelola daya tarik wisata agar Pos Pemungutan Retribusi di Desa Sekardadi untuk segera berfungsi.

Oleh karena itu, Wayan Lawe men-gatakan pihaknya telah mengambil lang-kah–langkah serta melaksanakan koordi-nasi dengan petugas pemungut. “Pada hakekatnya, mereka siap melaksanakan tugas di manapun ditugaskan, walaupun dengan keterbatasan dan kekurangan yang ada. Namun ke depan diharapkan dapat diwujudkan Pos Retribusi yang representa f, sehingga faktor keamanan dan kenyamanan menjadi sesuatu yang pen ng diperha kan, untuk dapat mem-berikan pelayanan yang op mal kepada wisatawan,” papar Lawe.

Pihaknya berharap adanya lokasi

pemungutan yang baru ini dapat me-ningkatkan pelayanan yang lebih baik sebagai bentuk kerjasama dari semua intansi terkait, sehingga Kintamani men-jadi kenangan yang dak terlupakan dan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bangli. Sekaligus mendukung Batur Global Geopark.

Bupa Bangli, I Made Gianyar menan-daskan setelah pembenahan tempat pe-mungutan retribusi terpadu itu nan nya dilaksanakan pembenahan dalam bidang-bidang lain untuk menunjang kenyamanan para wisatawan yang berkunjung ke Ka-bupaten Bangli. “Pemungutan retribusi melalui sikap keramahantamahan, sopan santun, dan profesional akan menjadi kesan bagi para wisatawan,” ujar Made Gianyar. rls

UCAPAN SELAMAT – Bupati Bangli memberikan ucapan selamat datang dan mengalungkan bunga kepada para wisatawan yang berkunjung ke Kintamani.

BUPATI BANGLI LUNCURKAN POS PEMUNGUTAN RETRIBUSI

44 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 45: Cakrawala edisi 3

BANGLI

MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Pangestu menyambut baik keberhasilan Geopark Nasional Kaldera Batur yang resmi diteri-ma menjadi anggota Jaringan Geopark Global (JGG) UNESCO. Keberhasilan ini menjadikan Indonesia tercatat sebagai anggota ke 89 dari 90 JGG yang tersebar di 27 negara. Keanggotaan JGG diberikan saat penutupan acara Konferensi Inter-nasional Jaringan Geopark Eropa ke-11 di Arouca, Portugal, pada 20 September 2012 lalu.

“Keanggotaan ini memiliki ar pent-ing karena untuk tergabung dalam ang-gota JGG prosesnya panjang dan harus melalui persyaratan yang ketat. Kita telah melakukan prosesnya sejak 2008 dan baru pada tahun ini Indonesia berhasil menda arkan Geopark Nasional Kaldera Batur menjadi salah satu dari 90 JGG,” jelas Mari Pangestu saat pengukuhan Batur Global Geopark sebagai anggota JGG di Lapangan Midita Kab. Bangli, Bali. Pengukuhan ini juga dihadiri oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik.

Kesuksesan Batur Global Geopark diharapkan dapat menjadi contoh dan penyemangat untuk geopark lain di In-donesia yang ingin bergabung dalam JGG. Lebih dari itu, Mari Pangestu menambah-kan, pengukuhan Batur Global Geopark sangat bermakna bagi pengembangan kepariwisataan Indonesia terutama di-kaitkan dengan strategi pemerintah untuk mengembangkan 16 KSPN dan wisata minat khusus untuk meningkatkan jumlah dan kualitas wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.

Lokasi geopark yang berada Kinta-mani-Batur juga memberi nilai tambah tersendiri mengingat Kemenparekraf telah menetapkan 16 Kawasan Strategis Pembangunan Nasional (KSPN) di mana salah satu daerah yang akan dikembang-kan adalah kawasan Kintamani-Danau

Batur dan sekitarnya.”Selain menetapkan 16 KSPN, Kemenparekraf juga mengem-bangkan 7 wisata minat khusus untuk bukan hanya meningkatkan jumlah wisa-tawan, tapi yang terpen ng kualitasnya. Wisata alam dan ekowisata adalah salah satu dari 7 wisata minat khusus,” papar Mari Pangestu.

Geopark atau Taman Bumi meru-pakan salah satu konsep pembangunan kawasan secara berkelanjutan dan akhirnya dipilih oleh Indonesia menjadi model untuk pengembangan sumberdaya alam secara holis k. Tiga unsur utama sumberdaya alam yaitu geologi, biologi dan budaya dikemas secara utuh dan terpadu di dalam konsep geopark. Tujuan pembangunan geopark berpilar pada tiga sasaran utama yaitu konservasi, edukasi dan penumbuhan nilai ekonomi lokal melalui pemanfaatan pariwisata.

“Sejalan dengan prinsip-prinsip pari-wisata berkelanjutan yang diterapkan di seluruh dunia, program geo-educa on, geo-conserva on dan pertumbuhan nilai ekonomi lokal melalui pariwisata ha-rus terus di ngkatkan dan direalisasikan sesuai dengan tujuan dan sasaran mem-bangun sebuah geopark. Konsep geopark menjadi salah satu instrumen yang tepat untuk membangun suatu kawasan secara berkelanjutan melalui kepariwisataan.”

“Pembangunan Geopark Global Batur dapat dijadikan sebagai contoh nasional tentang bagaimana menge-lola sumberdaya alam yang terdiri dari situs-situs geologi, biologi, budaya dan warisan tangible-intangible lainnya secara holis k (terpadu, lintas-sektor), sebesar-besarnya untuk meningkatkan nilai ekonomi, sosial dan budaya masyara-kat setempat. Sarana yang paling cepat dan populer adalah melalui pariwisata (geowisata), tanpa menutup kemungki-nan peningkatan ekonomi lokal melalui agro-industri,” imbuh Mari Pangestu

Dirjen Pengembangan Destinasi

Pariwisata Kemenparekraf Firmansyah Rahim menambahkan bahwa Indonesia bertekad membangun Geopark di beber-apa tempat sekaligus seper di provinsi Sumatera Utara (Geopark Toba), Jambi (Geopark Merangin), DIY-Jawa Tengah-Jawa Timur (Geopark Gunung Sewu, termasuk Geo-area Pacitan yang sudah ditetapkan menjadi Geopark Nasional Pacitan), Nusa Tenggara Barat (Geopark Lombok, termasuk Geo-area Rinjani) dan Papua Barat (Geopark Raja Ampat). Upa-ya tersebut diiku dengan pembentukan Komite Nasional Geopark yang diprakar-sai oleh Kementerian Parekraf, ESDM dan Kemendikbud melalui Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU).

“Untuk mewujudkannya itu diperlu-kan kerjasama antarpemangku kepent-ingan yang akan mampu mewujudkan geopark yang tersebar di seluruh Indone-sia untuk menjadi anggota JGG UNESCO,” kata Firmansyah.

Menurut data persebaran anggota JGG, sampai dengan 2012 RRT adalah negara anggota JGG yang memiliki jumlah global geopark terbanyak yakni sebanyak 27. Pertumbuhannya sejak 2000 sampai dengan 2012 juga signifi kan mengingat saat ini RRT telah memiliki 138 geopark di level lokal dan nasional, dengan 27 diantaranya masuk menjadi JGG.

RRT juga menjadi contoh bahwa keberadaan JGG mampu memberi nilai tambah terhadap pertumbuhan ekonomi melalui pariwisata. Pada tahun 2000 jumlah kunjungan wisatawan di kawasan Geopark Yuntaishan sekitar baru 200.000 wisatawan dengan devisa USD 3 juta. Setelah menjadi anggota JGG pada 2004, kunjungan semakin meningkat hingga mencapai 1.250.000 wisatawan dengan devisa USD 90 juta. Ditambah pula dalam jangka waktu empat tahun tersebut, telah dibangun 400 hotel dan restoran baru, serta 250 family inn yang membuka la-pangan kerja bagi 5000 orang. gre

Menparekraf Mari Pangestu :

GEOPARK BATUR JADI CONTOH DI INDONESIA

45D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 46: Cakrawala edisi 3

OPINI

Pelaksanaan upacara Pitrayajña di Bali dak jauh maknanya dengan upacara

Pitrayajña di India. Di India upacara bagi orang yang baru meninggal dan langsung dikremasi disebut upacara

antyesti atau ativahika sangat dekat maknanya dengan upacara ngaben, upacara pitrapinda dekat maknanya dengan upacara Nyekah. Dalam upa-cara Nyekah atau Mamukur, persembahan in juga berupa bubur beras yang disajikan sedemikian rupa dak terlalu banyak dan juga ditujukan kepada roh

yang diupacarai dan yang telah lebih dahulu men-capai alam Pitraloka yang disebut Sangge. Upacara Sraddha dekat dengan upacara devapitrapra stha (Nuntun Dewa Hyang setelah upacara Nyekah atau

Mamukur untuk di-sthana-kan di pamarajan). Upa-cara Sraddha secara besar-besaran dilaksanakan pada zaman Majapahit oleh raja Hayam Wuruk untuk neneknya, yakni Tri Bhuvana Tungadevi dan tempat pelaksanaan upacara tersebut kini dikenal dengan Hyang in Palah yakni kini Candi Panataran, Jawa Timur (Ti b, 2004:310, Soekmono, 1977:24, Wiana, 1998:76). Sangge juga berar leluhur yang sengaja dimohon untuk menjemput roh-roh yang belum sampai di alam Pitra (Pitraloka).

Menurut Ida Bagus Purwita dalam bukunya upa-cara Mamukur (1996:4) is lah ngaroras (maparoras) dan nyekah yang umum digunakan oleh umat Hindu di Bali sebenarnya kurang tepat, karena kedua is lah di atas sering membingungkan masyarakat. Kata

Prof.Dr. I Made Ti b, Ph.DRektor Ins tut Hindu Dharma Negeri Denpasar

MENGAPA UMAT HINDU MELAKSANAKAN UPACARA NGABEN

MAMUKURSEBAGAI RANGKAIAN UPACARA NGABEN

46 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 47: Cakrawala edisi 3

OPINI

nyekah yang berasal dari kata sekah bukan saja digunakan dalam upacara Mamukur, tetapi juga dalam upacara Ngaben, oleh karena itu kedua is lah itu sebaiknya dak digunakan lagi. Memang sekah atau sekar merupakan simbol pengganti roh orang yang telah meninggal. Dalam sumber sastra digunakan is lah mamukur atau maligya. Ida Bagus Purwita dalam bukunya tersebut di atas menyatakan kata mamukur dari kata bukur yang merupakan akronim dari kata bu (bhu) ar nya alam, dan kata ur (yang ber-asal dari urdhah) ar nya atas dan mamukur ar nya menuju alam atas, svahloka atau swargaloka. Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk di Majapahit upacara Mamukur telah dilaksanakan. Hal ini dapat diketahui dari kitab Nagarakritagama pupuh 63.4 dan pupuh 66.1 sebagai berikut.

‘............................ dudwang malad wawan bhojana buku-bukuran mwang tapel sapra-kara’ (63.4).‘........................... mwang sang ksatriya sang padadhika penuh yasa buku-bukuran rinembat asusun’(66.1).(‘.......................... bukan saja melagukan Malat namun juga membawa makanan, bu-kur-bukur dan topeng selengkapnya’ (63.4).

‘.......................... juga para Ksatriya dan pejabat nggi memberikan penghormatan sepenuhnya dengan membawa bukur-bukur yang atapnya bersusun-susun serta membentang’).

Berdasarkan uraian dan ku pan terse-but di atas, maka Upacara Mamukur

adalah upacara tahap kedua dari Upacara Pitrayajña untuk menyucikan roh sehingga diharapkan dapat mencapai alam sorga. Kata bukur-bukur dalam jaman Majapahit di atas rupanya yang dimaksud adalah sarana untuk mengusung ‘puspasarira’ simbol dari roh yang disucikan yang berbentuk bangunan dengan atap bertumpang tampaknya sep-er sebuah meru yang sifatnya sementara. Di Desa Pakraman Muncan bukur tersebut dinamakan madia yang kiranya lebih tepat disebut bukur seper tersebut di atas.

RANGKAIAN UPACARA MAMUKUR

Seper telah disebutkan di atas, se ap upacara memiliki ngkatan sesuai dengan

besar dan kecilnya sarana atau bahan yang diperlukan. Walaupun demikian, secara ringkas rangkaian upacara Mamukur dapat dijelaskan sebagai berikut.

Ngangget Don Bingin. Sebelum upacara Ngangget Don Bingin biasanya didahului dengan upacara Ngulapin, Mamendak atau Ngede n yang dapat dilakukan di tepi pan-tai, di tepi sungai atau di pempatan agung. Upacara lainnya adalah Nunas Bhatara Lingga, dan Nunas Tirtha ke Kahyangan Jagat yang berkaitan dengan upacara terse-but. Upacara Ngangget Don Bingin adalah prosesi memohon daun beringin dengan jalan memotong daun beringin di tempat yang dipandang suci untuk itu. Jumlah daun beringin disesuaikan dengan jumlah ‘pus-pasara’ atau ‘puspalingga’ yang akan dibuat. Cabang pohon beringin ke ka jatuh dari pohonnya langsung disangga dengan kain pu h beralaskan kar kelasa dan disunggi beramai-ramai menuju tempat upacara yang disebut Payajñan. Nunas Bhatara Lingga adalah memohon kehadiran Dewa Siva un-tuk berkenan turun ke dunia serta nan nya menganugrahkan waranugraha-Nya berupa memperkenankan atau mengizinkan roh yang telah disucikan menuju Pitraloka atau alam sorga. Mendak Tirtha bertujuan untuk memohon air suci sekaligus memohon ke-hadiran para Devata dan leluhur yang telah suci yang disimbolisasikan dengan air suci tersebut. Semua upacara tersebut meng-

47D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 48: Cakrawala edisi 3

M E I - A G U S T U S 2 0 1 248

OPINI

gunakan sesajen yang selayaknya untuk upacara tersebut.

Nusuk atau Ngiket Don Bingin. Nusuk don Bingin adalah merangkai daun beringin dengan jumlah dan posisi tertentu. Jum-lahnya yang U ama sebanyak 108 lembar, Madhyama sebanyak 54 lembar, dan Kani-stama 27 lembar. Posisi daun untuk simbol laki-laki adalah tengkurap (Bahasa Bali malinggeb) dan posisi untuk simbol wanita adalah tengadah (Bahasa Bali nungkayak). Daun beringin yang sudah dirangkai dililitkan pada kerangka dari bambu buluh yang ba-gian ujungnya berisi penutup menur terbuat dari kayu cendana atau majagau, kemudian bagian luarnya dibungkus kain pu h yang tampak seper sebuah tumpeng dilengkapi dengan prerai atau wajah, busana, tongkat dan perlengkapan lainnya.

Ngajum Puspasarira. Upacara ini berupa prosesi untuk mensthana-kan roh pada puspasarira yang baru dibuat sebagai simbol bahwa puspasarira itu telah berfungsi atau hidup untuk dilanjutkan dengan prosesi upacara lainnya.

Ngarereh toya ning. Upacara ini berupa prosesi memohon air suci ke tempat yang dinilai suci atau mata air yang disebut beji

(permandian) dan yang dipandang suci. Dalam upacara yang Madhyama dan Ut-tama Upacara Ngerereh Toya Ning ini diiku dengan prosesi Mejiang Lis dan Puspasarira.

Mapurwadaksina. Mapurwadaksina asalnya dari kata pradaksina yang ar nya menuju ke kanan, yakni prosesi menjunjung puspasarira mengelilingi Payajñan ga kali mengiku arah jarum jam dari Timur ke Selatan. Dalam upacara yang Madhyama dan Uttama, prosesi didahului dengan mengiku jejak kaki seeokor seekor Lembu yang tanduknya dilapisi emas.

Melaspas bukur, madia, atau jangga-wari. Upacara ini bertujuan menyucikan sarana pengusung puspasarira menuju laut atau sungai yang mengalir ke laut. Setelah upacara Melaspas bukur, madia, atau jang-gawari tersebut ditempatkan berdekatan dengan Payajñan.

Puncak Upacara (Pamuput Upacara). Sejak pagi para pandita sudah menempa bale pawedaan untuk melakukan puncak upacara. Saat itu sesajen berupa banten Caturwedya sudah ditempatkan pada sang-gar tawang. Para pandita mulai memuja, mangastu , mempersiapkan Tirtha, me-nyucikan roh (puspasarira), mempersem-

bahkan tarpana, sang yajamana melakukan pamuspan (persembahyangan), ngelepas atma dan pralina puja, dan sebagainya. Upacara selanjutnya adalah Ngeliwet, yakni memasak bubur di atas bale gading (dari pohon bambu gading beratap ilalang) untuk dipersembahkan kepada Sang Hyang Widhi, Para Dewa, Roh Suci Leluhur yang berke-nan turun dari Pitraloka dan roh suci yang sedang diupacarakan. upacara Ngaliwet ini biasanya dilakukan tengah malam.

Pembacaan Putrusaji. Putrusaji sering disebut Putrupasaji adalah sebuah teks (lon-tar) dalam bentuk prosa yang berisi uraian keutamaan persembahan serta uraian ber-bagai jenis sorga yang akan dicapai oleh roh yang telah disucikan. Pembacaan Putrusaji ini sebaiknya berdekatan dengan para pan-dita melakukan pemujaan dan dilakukan saat pandita mulai mempersembahkan tarpana dan rangkaian upacara lainnya..

Pralina Puspasarira. Upacara meru-pakan tahapan akhir perubahan status dari Pitra menjadi Dewa Pitara atau Dewa Hyang berupa Pralina Puspasarira yang didahului dengan upacara Ngantukang Bhatara Lingga. Upacara ini diiku dengan Ngaturang Papendetan atau Rejang Dewa

48 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 49: Cakrawala edisi 3

M E I - A G U S T U S 2 0 1 249

OPINI

yang dilakukan di depan Sanggar Tawang.Ngeseng Puspasarira. Puspasarira yang

tadinya sudah di-pralina (secara spiritual sudah diangkat menuju alam sorga) dilan-jutkan dengan ‘ngeseng’ yakni membakar puspasarira hingga menjadi abu kemudian ditumbuk dihaluskan dan dimasukkan ke dalam kelapa gading yang sudah di-kasturi (dilobangi) dan dibungkus dengan kain pu- h. Api pembakaran diberikan oleh pandita

dengan pengucapan mantram untuk itu. Pembakaran ini wajib dilakukan oleh sang yajamana atau anak cucu dari yang diupa-carakan itu. Pada prosesi pembakaran ini diiringi dengan angklung, kakawin, kidung Tantri atau Panji Amalatrasmi. Abu puspas-arira yang sudah dimasukkan dalam kelapa gading yang telah dibungkus dengan kain pu h ditempatkan pada bukur, madia, atau janggawari untuk selanjutnya akan dihanyut menuju laut atau sungai menuju laut.

Nganyut Abu Puspasarira. Abu puspas-arira yang sudah ditempatkan pada menara berupa bukur, madia, atau janggawari diberangkatkan menuju pantai (laut) atau sungai menuju laut. Prosesi ini didahului dengan sesajen sebagaimana mes nya, ke-mudian diiku oleh angsa pu h yang terbuat dari kertas, diiku oleh bukur, madia, atau janggawari dan yang paling akhir adalah padmasana sthana atau tapakan Bhatara Lingga. Kelengkapan upacara tersebut berlaku untuk Upacara Mamukur Utama dan Madhyama, sedang Mamukur Kanis-tama atau alit dak menggunakan sarana tersebut. Abu puspasarira setelah didoakan dengan puja atau mantra untuk memohon perkenan Dewa Varuna oleh pandita atau pinandita kemudian dihanyut ke laut atau sungai menuju laut. Dengan demikian bera-khirlah Upacara Mamukur tersebut.

MAKNA FILOSOFISDari sekian agama yang ada di muka

bumi ini, maka Agama Hindu paling ung-gul dan paling banyak menggunakan simbol-simbol. Bahkan pihak lain yang tidak mengetahui fungsi simbol-simbol mengatakan bahwa Agama Hindu adalah agama penyembah simbol atau bahkan dipandang agama simbol. Walaupun pihak luar sah-sah saja berpendapat dengan apa

yang dilaksanakan oleh umat Hindu, namun ajaran Hindu memiliki argumentasi yang realis s-rasionalis s. Salah satu argumen-tasi realis s-rasionalis s dalam penggunaan simbol-simbol adalah; bahwa penggunaan simbol-simbol terkait dengan metodologis psikologis pedagogis. Simbol justru memiliki kedudukan yang sangat pen ng untuk mem-visualisasikan konsep yang abstrak. Mungkin bagi orang yang telah memiliki pengetahuan yang nggi dan telah melampaui kesadaran biasa, bisa saja ia dak membutuhkan sim-bol. Tetapi manusia di dunia ini mayoritas berada pada ring dan level kesadaran biasa, sehingga sebagian besar manusia masih terikat dengan penggunaan simbol. Itulah sebabnya alasan mengapa ajaran Hindu membenarkan penggunaan simbol. Adapun makna filosofis penggunaan dari setiap sarana upacara tersebut :

Daun beringin dalam upacara Pitraya-jña adalah simbol dari perwujudan badan halus (suksmasarira) adalah bahwa badan halus tersebut masih terikat oleh keinginan (ber-ingin atau kalpavriksa) yang diwujud-kan dengan daun beringin berjumlah 108 lembar. Posisi telungkup dan tengadah menunjukkan simbol bapa langit dan ibu akasa, sebagai alam atas dan bawah atau purusa dan pradhana.

Nusuk atau Ngiket Don Bingin. Nusuk (menusuk) don (daun) beringin memiliki makna fi losofi bahwa melalui ak vitas itu manusia mampu menembus atau melewa

keinginan-keinginan yang demikian banyak. Jumlah daun beringin sebanyak 108, 54, dan 27 semuanya bermuara pada makna fi -losofi yang hendak menyatakan bahwa para pra santana berkeinginan agar roh yang diupacarai itu dapat menunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wasa). Oleh sebab itu para pra santana-nya juga harus mengupayakan pemusatan pikirannya. Filosofi bilangan-bilangan 108 itu dapat dijelaskan dengan menjumlahkan deret bilangan tersebut sebagai berikut: (108 → 1 + 0 + 8 = 9). Angka 9 mengingatkan kita kepada konsep Dewata Nawa Sangga (dalam is lah Bali) atau Astadikpalaka yaitu manifestasi Tuhan Yang Maha Esa yang men-guasai segala penjuru dunia.

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa ada dua macam posisi daun beringin yang digunakan pada acara persiapan upaca-ra Pitrayajña tersebut. Kedua posisi itu yaitu posisi telungkup dan terlentgang tengadah. Kedua posisi tersebut memiliki makna sim-bolis yang bersifat umum, yaitu bahwa di dunia makro dan dunia mikro terdapat dua potensi yang nampak bertentangan namun keduanya saling bergantungan satu sama lainnya. Dalam sastra Hindu di Bali dikenal sebagai simbol rwa bhineda atau dalam sas-tra Hindu pada umumnya di India (sebagai asal mula Hindu) dikenal dengan is lah raga dvesa (dalam bahasa sains bineri). Hal itu juga sebagai simbol bahwa di dunia ini akan selalu terdapat dua macam hal yang selalu

49D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 50: Cakrawala edisi 3

OPINI

berbeda namun hadir sebagai keniscayaan. Walaupun keduanya berbeda tetapi masing-masing tidak dapat saling meniadakan, sebab apabila yang satu dak ada maka yang lainnya juga dak ada. Keberadaan itu hanya akan “ada” ke ka keduanya itu hadir. Dunia ini juga terjadi oleh ak vitas rwa bhineda tersebut. Sakala-niskala, prthivi-akasa, dan sebagainya adalah wujud dari rwa bhineda. Sehingga penggunaan daun beringin dengan cara tertelungkup dan tengkurap juga dapat diar kan bahwa atman manusia yang ta-dinya terbungkus oleh badan materi dapat bebas dari pengaruh materi kasar (prithivi) dan menyatu dengan unsur materi yang lebih halus (akasa) sebagai simbol Tuhan.

Ada juga yang menafsirkan makna fi losofi dari posisi daun beringin itu sebagai simbol laki-laki dan perempuan belaka. Hal itu semuanya benar sejauh pandangan fi lsafat itu bermaksud menunjukkan adanya dua hal yang berbeda tetapi berpasangan. Dalam proses simbolisasi tersebut daun beringin yang sudah dirangkai dililitkan pada kerangka dari bambu buluh yang bagian ujungnya berisi penutup menur terbuat dari kayu cendana atau majagau, kemudian

bagian luarnya dibungkus kain pu h yang tampak seper sebuah tumpeng dilengkapi dengan prerai atau wajah, busana, tongkat dan perlengkapan lainnya. Semua itu men-gandung makna filosofis agar segalanya berjalan secara dan tanpa halangan serta mengharumkan perilaku manusia.

Makna fi losofi s di balik Ngajum Pus-pasarira adalah memotivasi (memohon) agar roh orang yang telah meninggalkan badannya yang terkubur itu, kini berkenan hadir mengiku prosesi penyucian atau pe-nyempurnaan. Karena badannya yang telah terkubur dak lagi utuh seper masih hidup, maka dibuatkan tubuh simbolik berupa puspasarira yang terbuat dari materi-materi yang memiliki nilai kharisma s dan secara material memiliki harga. Roh itu dibujuk agar berkenan ber-sthana masuk ke dalam pus-pasarira yang baru dibuat. Ke ka diyakini roh itu sudah masuk kedalam puspasarira itu, maka puspasarira itu dipandang telah berubah menjadi sesuatu gambaran bahwa roh orang yang diupacarai itu telah hidup kembali dan siap untuk dilanjutkan dengan prosesi upacara lainnya.

Ngarereh toya ning yang dilaksanakan

dengan prosesi memohon air suci ke tem-pat yang dinilai suci berupa tempat mata air yang disebut beji (permandian) dan juga tempat-tempat lain yang dipandang suci. Dalam upacara yang Madhyama dan U ama Upacara Ngerereh Toya Ning ini diiku dengan prosesi Mejiang Lis dan Pus-pasarira. Hal ini memiliki makna simbolis seper seorang yang masih hidup ke ka hendak dibuatkan upacara, maka kepadanya harus menyiapkan diri dalam keadaan ber-sih secara fi sik dan suci secara mental. Hal ini juga mengandung makna bahwa untuk memperoleh kesucian niskala (rohani) harus dimulai dengan kesucian sakala (fi sik). Hal ini relevan dengan teori sakral dan profan, bahwa sesuatu yang mulanya profan namun karena melalui proses sakralisasi maka sta-tusnya berubah menjadi sakral.

Mapradaksina sering salah sebut ma-purwadaksina. Kata pradaksina artinya menuju ke kanan, yakni prosesi menjunjung puspasarira mengelilingi Payajñan tiga kali mengiku arah jarum jam dari Timur ke Selatan. Hal ini mengandung filosofi bahwa diharapkan roh yang diupacarai itu memperoleh petunjuk yang sesuai dengan kondisinya yang sudah berbentuk badan rohani. Petunjuk yang sesuai dan benar secara rohani untuk tujuan spiritual adalah perputaran ke kanan. Arah perputaran ke kiri dan ke kanan secara matema s dan spiritual dapat ditunjukkan oleh hubungan matema- s antara konsep kwadran matema s dan

konsep kwadran yuga pada caturyuga yang ditunjukkan oleh sistem perputaran swas ka. Perputaran searah dengan jarum jam (ke arah kanan) sebagai simbol arah perputaran rohani dan perputaran ke kiri se-bagai simbol perputaran material (Donder, 2004:21-36). Mapradaksina dimaksudkan untuk menurunkan Bhatara Siva yang dis-imbolkan dengan turunnya Lembu Nandini (lembu pu h) yang akan menganugrahkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi umat-Nya. Dengan turunnya Bhatara Siva diharapkan roh yang diupacarakan terse-but nan nya dapat mengiku Bhatara Siva menuju Pitraloka. Pada saat puncak upacara berlangsung sangat baik dibacakan dan di-lantunkan kakawin atau cerita Ramayana dan bagian-bagian dari Mahabharatasep-

50 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 51: Cakrawala edisi 3

er Swargarohanaparva, sebab pembacaan tersebut memberikan pahala utama berupa sorga bagi roh yang diupacarakan, yang mendengarkan pembacaan tersebut, dan berpahala utama bagi yang menyelengga-rakan acara tersebut.

Melaspas bukur, madia, atau jangga-wari. Upacara ini memiliki makna fi losofi s untuk menyucikan sarana pengusung puspasarira yang akan digunakan waktu menuju laut atau sungai yang mengalir ke laut. Setelah upacara Melaspas bukur, madia, atau janggawari dan telah dianggap suci kemudian ditempatkan berdekatan dengan Payajñan. Melaspas itu secara fi -losofi merupakan proses legi masi terhadap sesuatu yang dapat dinyatakan resmi untuk digunakan menurut aspek spiritual.

Puncak Upacara (Pamuput Upacara). Sejak pagi para pandita sudah menempa bale pawedaan untuk melakukan puncak upacara. Pada tahap ini secara filosofis dan teologis kedudukan seorang pandita menjadi sangat sentral. Sebab sudah men-jadi dogma bahwa upacara itu hanya sah bila dilaksanakan oleh seorang pandita yang mampu melakukan ndakan sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa (Siwa Sakala) yang akan memproses agar roh seseorang itu mengalami penyempurnaan. Sesajen banten Caturwedya mengandung filosofi bahwa segala pengetahuan yang dimiliki oleh manusia kini pada saat prosesi puspasarira semuanya diserahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang disimbolkan dengan sanggar tawang. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa prosesi itu dimulai oleh para pandita memuja, mangastuti, mempersiapkan Tirtha, menyucikan roh (puspasarira), mempersembahkan tarpana, sang yajamana melakukan pamuspan (persembahyangan), ngelepas atma dan pralina puja, dan sebagainya.

Upacara selanjutnya adalah Ngeliwet, yakni memasak bubur di atas bale gading (dari pohon bambu gading beratap ilalang). Bubur tersebut dipersembahkan kepada Sang Hyang Widhi, Para Dewa, Roh Suci Leluhur yang berkenan turun dari Pitraloka dan roh suci yang sedang diupacarakan. Upacara Ngaliwet ini biasanya dilakukan tengah malam. Semua ini sebagai simbol

bahwa atma yang diupacarai itu telah dilaku-kan proses penyucian. Persembahan bubur sebagai ungkapan terima kasih dan anak cucunya dimohonkan amerta (kehidupan yang sejahtera dan bahagia).

Pembacaan Putrusaji. Putrusaji sering disebut Putrupasaji adalah sebuah teks (lon-tar) dalam bentuk prosa yang berisi uraian keutamaan persembahan serta uraian berbagai jenis sorga yang akan dicapai oleh roh yang telah disucikan. Pembacaan Putrusaji ini sebaiknya berdekatan dengan para pandita melakukan pemujaan dan dilakukan saat pandita mulai memperse-mbahkan tarpana dan rangkaian upacara lainnya. Makna fi losofi s yang terkandung di dalam pembacaan lontar putrupasaji itu adalah bahwa kelak apabila roh itu menjelma lagi ke dunia bisa lahir sebagai anak yang penuh dengan pengetahuan yang seja . Yaitu sebuah pengetahuan tentang atman yang bisa membebaskan dirinya dari segala ikatan yang menyebabkan dak lahir kembali. Ada dua jenis Putrusaji, yakni Putrusaji untuk mendoakan binatang korban pada waktu upacara Mapapada dan Putrusaji pada waktu upacara puncak untuk mendoakan roh mencapai alam sorga.

Pembacaan Putrusaji pada saat pelaksanaan upacara Pitrayajña itu secara fi losofi s telah membuk kan bahwa masyarakat Hindu di Bali sejak dahulu telah mengupayakan agar se ap orang yang ikut atau menyaksikan upacara itu menyadari bahwa pengetahuan itu memiliki nilai yang sangat utama bagi kehidupan manusia. Hanya pengetahuan yang sempurnalah yang dapat membebas-kan manusia dari penderitaan sebagaimana disebutkan dalam Gaguritan Sucita Pupuh Ginan I.VIII.1-3, juga dalam Bhagavadgita XIII. 2, 11.

Pralina Puspasarira. Upacara ini meru-pakan tahapan akhir perubahan status dari Pitra menjadi Dewa Pitara atau Dewa Hyang berupa Pralina Puspasarira yang didahului dengan upacara Ngantukang Bhatara Lingga. Upacara ini diiku dengan Ngaturang Papendetan atau Rejang Dewa yang dilakukan di depan Sanggar Tawang.

Ngeseng Puspasarira. Puspasarira yang tadinya sudah di-pralina (secara spiritual sudah diangkat menuju alam sorga) dilan-jutkan dengan ‘ngeseng’ yakni membakar puspasarira hingga menjadi abu kemudian ditumbuk dihaluskan dan dimasukkan ke dalam kelapa gading yang sudah di-kasturi

51D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 52: Cakrawala edisi 3

(dilobangi) dan dibungkus dengan kain pu- h. Api pembakaran diberikan oleh pandita

dengan pengucapan mantram untuk itu. Pembakaran ini wajib dilakukan oleh sang yajamana atau anak cucu dari yang diupa-carakan itu. Pada prosesi pembakaran ini diiringi dengan angklung, kakawin, kidung Tantri atau Panji Amalatrasmi. Abu puspas-arira yang sudah dimasukkan dalam kelapa gading yang telah dibungkus dengan kain pu h ditempatkan pada bukur, madia, atau janggawari untuk selanjutnya akan dihanyut menuju laut atau sungai menuju laut.

Nganyut Abu Puspasarira. Abu puspas-arira yang sudah ditempatkan pada menara berupa bukur, madia, atau janggawari

diberangkatkan menuju pantai (laut) atau sungai menuju laut. Prosesi ini didahului dengan sesajen sebagaimana mes nya, ke-mudian diiku oleh angsa pu h yang terbuat dari kertas, diiku oleh bukur, madia, atau janggawari dan yang paling akhir adalah padmasana sthana atau tapakan Bhatara Lingga. Kelengkapan upacara tersebut berlaku untuk Upacara Mamukur Utama dan Madhyama, sedang Mamukur Kanis-tama atau alit dak menggunakan sarana tersebut. Abu puspasarira setelah didoakan dengan puja atau mantra untuk memohon perkenan Dewa Varuna oleh pandita atau pinandita kemudian dihanyut ke laut atau sungai menuju laut. Dengan demikian bera-

khirlah Upacara Mamukur tersebut.

Nuntun Dewa Hyang (Atma Pra stha)Setelah Upacara Ngaben, dilanjutkan

dengan Mamukur yang diakhiri dengan upacara nuntun atau men-sthana-kan roh yang baru disucikan dan ke ka kembali dari nuntun yang kini pada umumnya memohon ke dalam pura Dalem Puri Besakih dilanjut-kan dengan upacara persembahan sesuai dengan petunjuk pada teks Leburgansa untuk membebaskan leluhur dari karma bu-ruk. Menurut teks Leburgangsa upacara ini bernama nilapa (Wiana, 1998:87). Seper halnya dengan upacara-upacara yang lain-nya, Upacara Nuntun Dewa Hyang ini juga

52 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 53: Cakrawala edisi 3

TRAVEL TALK

dibedakan atas kategori seper yang telah disebutkan di atas, yakni kecil, menengah, dan besar. Upacara ini merupakan suatu kewajiban bagi anak cucunya supaya roh suci leluhurnya tersebut dapat disembah dari Pura Pamarajan atau Pura Dadia yang bersangkutan.

RangkaianRangkaian Upacara Nuntun Dewa Hyang

ini sangat bervariasi dari yang sederhana sampai yang besar, namun demikian, in nya dapat dijelaskan sebagai berikut.

Mendak Atma di tepi segara atau tepi sungai menuju laut yang dilakukan oleh pandita dengan terlebih dahulu melakukan

‘Upacara Ngajum Daksina Palinggih’ yang dilengkapi dengan benang penuntunan serta sesajen sebagaimana mes nya.

Nunas Atma di Pura Dalem Puri dan Ma-piuning di kompleks Pura Penataran Agung Besakih dengan susunan prosesi sebagai berikut. (1) Upacara Nunas Atma dilakukan di Pura Dalem Puri. (2) Mapiuning ke Pura Ti Gonggang, Manik Mas, Ulun Kulkul, Goa Raja, Basukihan, Prajapa Hyang Haluh, Pura Gelap, dan Pura Padharman. (3) Mapiun-ing dan Mapamit di Pura Penataran Agung (Padma Tiga) Besakih yang diakhiri dengan sembahyang di Pura Pemuputan Besakih. (4) Mapekelem di Segara dan Mapiuning di pura Goalawah.

Nangkilang ke pura-pura tertentu tem-pat memohon Tirtha utama seper Pura Ulundanu, Pura Dasar Bhuana Gelgel, dan lain-lain dan terakhir ke tempat memohon Bhatara Lingga. (5) Mepiuning ka Pura Kahyangan Tiga (yang dimulai dari Pura Dalem, Puseh, dan Desa) dan (6) Ngaling-gihang di Pura Pamarajan atau Pura Dadia masing-masing.

Upacara Maajar-ajar. Prosesi ini meru-pakan rangkaian akhir upacara Nuntun Dewa Pitara yang dapat dilakukan sebelum dan sesu-dah Ngalinggihang Dewa Hyang di Pamarajan atau Pura Dadia. Sering kali upacara Maajar-ajar sekaligus dilaksanakan bersamaan dengan Nangkilang ke berbagai pura yang terkait dengan leluhur masing-masing.

Makna Filosofi sAdapun makna fi losofi s Upacara Nuntun

Dewa Pitara atau Dewa Hyang adalah untuk menegaskan bahwa setelah roh suci leluhur disucikan melalui Upacara Mamukur, maka kepada mereka dimohon perkenannya untuk secara formal sudah berkenan ber-sthana di Pura Pamarajan atau Pura Dadia, dan selanjutnya dimohon perlindungan dan wara nugrahanya. Penstanaan roh para leluhur yang telah dianggap suci ke-mudian disembah dan disejajarkan dengan menghora roh para leluhur bahkan sejajar dengan para dewa mapun Tuhan. Ar nya bahwa jika manusia mempunyai kewajiban menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Para Dewa, maka demikian pula terha-dap penyembahan Roh Suci Leluhur. Oleh

karena itu penyembahan terhadap roh para leluhur bukan sesuatu perbuatan yang ter-cela, bahkan hal itu merupakan perbuatan yang sangat mulia. Memang ada berbagai pertanyaan yang muncul, antara lain apakah orang yang berbuat buruk selama hidupnya, lalu hanya dengan dibuatkan upacara akan segera menjadi roh leluhur yang suci dan layak disembah oleh para santana-nya. Jawabannya adalah bahwa karma ‘anak-cucu’nya juga sangat menentukan apakah leluhurnya tersebut akan mencapai sorga atau tidak, oleh karena itu setiap pelak-sanaan upacara yajña hendaknya diikuti dengan perubahan diri, menjadi lebih baik, lebih arif dari sebelum upacara dilaksanakan upacara tersebut dengan jalan selalu dan meningkatkan diri untuk berbuat baik.

Upacara walaupun tidak otomatis menjadikan roh seseorang yang diupacarai segera mencapai ngkat kesucian se ngkat para dewa. Kesucian roh itu lebih ditentukan oleh karma baiknya. Walaupun demikian niat bhak atau penyembahan terhadap yang sesuatu yang luhur tidak pernah meleset. Pemujaan dan yang dipuja sama seper seekor anak sapi dan induk sapi, seekor anak sapi akan dapat mengenali induknya dan pas akan sampai kepada in-duknya. Demikian juga penyembahan yang dilakukan oleh umat Hindu pada roh le-luhurnya, akan sampai kepada yang pantas menerimanya. Jika ada roh leluhur yang disembah, namun belum pantas, maka roh itu sendiri dak bersedia disembah dan roh lain yang akan menggan kannya. Hakikat pemujaan roh suci leluhur adalah juga pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Demikian mengapa umat Hindu melaksanakan Upacara Ngaben yang meru-pakan bagian dari Upacara Pitrayajña, dan selesai melaksanakan Upacara Ngaben mes- nya dilanjutkan dengan Upacara Mamukur

dan Nuntun Dewa Hyang. Masalah besar kecil upacara atau upakara yang diperlukan tergantung pada kondisi umat, yang terpent-ing dari se ap pelaksanaan upacara Yajña hendaknya dilandasi ha yang tulus ikhlas. Keikhlasan dalam melaksanakan upacara akan menjadikan upacara tersebut berpa-hala sesuai dengan yang dimohonkan. **

53D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 54: Cakrawala edisi 3

TRAVEL TALK

Konsepsi Bhineka Tunggal Ika yang menjadi konsepsi Negara Kesatauan Republik Indonesia (NKRI), di Bali tepatnya di Nusa

Dua difi sualisasi dalam wujud tempat pemujaan bersama dalam satu areal yang diberi nama Puja Mandala, meru-pakan symbol kerukunan, toleransi antar umat beragama bahkan dapat dikatakan sebagai simbol kedamaian. Mungkin hanya satu di dunia dan perlu ditata untuk dijadikan sebagai World Peaceful Tourism atau Spiritual Tour-ism.

Bali yang penduduknya sebaga-ian besar beragama Hindu, dengan keunikan budayanya diberi berbagai macam julukan oleh masyarakat kawasan Ero Amerika seper : The Island Of Gods, The Island Of Paradise, The Island Of Thousand Temple, The Las Paradise on Earth bahkan oleh pemimpin India Mahatma Gandhi diberi julukan , “ The Morning Of The World.” Pengakuan masyarakat luar atas keunikan Bali membius masyarakat manca Negara untuk berkunjung ke Bali. Sadar atau dak sadar semua julukan yang diberikan kepada pulau Bali yang mungil memiliki nilai-nilai filofsois dengan vibrasi kedamaian. Mereka yang datang ke Bali dak saja sekedar untuk melihat apa sesungguhnya yang ada di Bali tetapi dibalik itu mereka merasakan kedamaian yang belum pernah mereka rasakan di negerinya sendiri.

Pernah penulis menangani beberapa kali rombongan road show dari Jepang yang dikoordinir oleh Mr. Hasegawa, seorang pengusaha besar pakaian kimono, mengatakan bahwa apa yang sebenarnya dia cari setelah berkeliling di lima puluh negara dengan acara yang sama, baru dia temukan

di Bali. Apakah itu ? Jawabannya, “kedamaian.” Saya coba menjelaskan beberapa konsepsi Hindu yang terkait dengan kedamaian yang dia rasakan.

Saya jelaskan konsepsi Tri Hita Ka-rana yaitu konsepsi tentang keharmoni-san hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta (Tuha Yang Maha Esa), hubungan manusia dengan sesama dan hubungan manusia dengan alam ling-kungan. Khusus terkait dengan hubun-gan manusia dengan sesama saya jelas-kan tentang konsepsi Tat twam asi yang ar nya secara singkat, “ia adalah kamu, saya adalah kamu dan segala mahluk adalah sama sehingga menolong orang lain berar menolong diri sendiri dan menyaki orang lain berar menyaki diri sendiri.” Bila engkau merasa baha-gia aku turut merasakan kebahagiannya dan bila engkau bersedih aku juga turut merasakan kesedihanya. Saya katakan selanjutnya bahwa bila kedua konsepsi Hindu itu bisa dipahami dan dihaya serta dijabarkan dalam kehidupan sosial maka masyarakat di atas bumi ini semuanya akan menemukan keda-maian yang sesunggunya yang menjadi

idaman se ap insan manusia. Setelah Mr. Hasegawa mendengar

penjelasan seper itu langsung seke ka itu dia menggan tema dari Kimono Shownya yang telah tertulis dalam spanduk yang semula berjudul,” Worl Peaceful ,” dengan, “ Tat twam asi.”

Saat itu saya berpikir bahwa fi lsafat-fi lasafat Hindu dengan nilai-nilai keda-maiannya memiliki vibrasi yang sangat kuat dan bisa diterima oleh setiap . Taksu Bali sebagai sebuah destinasi kepulauan sulit ditemukan di belahan bumi ini.

PUJA MADALA

Pura, Wihara, Gereja Protesta, Gereja Katolik dan Mesjid di Nusa Dua, diberi nama dalam satu kalimat yaitu, “Puja Mandala.” Dari sebutan dalam satu kalimat seper itu saja sudah dapat mencerminkan ada unsur kedamaian di dalamnya. Tidak ada yang menolak ataupun menggugat nama itu sehingga nama tersebut tetap eksis sampai sekarang karena dapat mendorong tumbuhnya benih-benih kedamaian

ONLY ONE IN THE WORLD

(SIMBOL TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA Oleh : Ramanda

54 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 55: Cakrawala edisi 3

TRAVEL TALK

diha sanubari se ap insan manusia. Konsepsi Tri Hita Karana, Tat twam

asi, Tri kaya parisudha yang merupakan dasar dari susial masyarakat Hindu akan teruji di Puja mandala ini. Pengu-jian ini kelihatan ke ka dilangsungkan persembahayangan yang kebetulan pada waktu yang bersamaan. Dikala itu terjadi pemandangan yang sangat indah atas berbaurnya antar umat agama yang berbeda dengan a ribute yang berbeda pula disatukan oleh senyum kedamaian bersama.

Siapapun penggagasnya tentu keluar dari pikiran yang jernih memi-liki jiwa kemanusiaan yang nggi dan tentu cinta pada kedamaian. Patut diberikan apresiasi karena dizaman modern sekarang ini masih ada orang konsern terhadap kedamaian, bebas dari permusuhan, pertengkaran apalagi kekerasan. Asah asih asuh, salunglung sabayantaka, adalah konsepsi keber-samaan orang Bali dalam menciptakan situasi dan kodisi yang aman, nyaman, saling memberi dan menerima baik dalam keadaan suka maupun duka.

Pola pikiran yang mengutamakan kedamaian pada masyarakat Bali sering diucapkan oleh para pejabat baik di pusat maupun pejabat daerah. Katanya toleransi kehidupan beragama di Bali perlu dicontoh, demikian sering dimuat di mess media. Wacana seper ini telah menjadi kenyataan yaitu den-gan berdirinya tempat pemujaan bagi agama Hindu, Budha, Gereja Katolik, Protestan dan Mesjid di dalam satu area di Nusa Dua. Berdiri berjejer dari mur ke barat pada satu komplek, areal

halaman bersama. Sungguh luar biasa, karena ini merupakan symbol dari wu-jud toleransi menuju kedamaian.

Konsepsi keseimbangan Tri Hita Kara-na dan konsepsi toleransi Tatwam Asi bagi orang Bali memang demikian kenyataan-nya dalam kehidupan sosial. Dimulai dari berpikir yang baik, berbicara yang baik dan berbuat yang baik semuanya akan brakhir pada kedamaian.

Pariwisata memerlukan pengem-bangan obyek agar tidak monotun

terutama bagi wisatawan yang sudah datang berkali-kali ke Bali (repeater) , oleh karena itu perlu terobosan untuk mengembangkan obyek baru yang lebih menarik baik dari segi viewnya maupun dari segi pemaknaannya.

Tempat persembahyangan dalam satu area atau Puja Mandala di Nusa Dua bila dilihat dari segi pemaknaannya merupakan cermin dari kehidupan yang rukun dan damai antar umat dari agama yang berbeda, bila dikemas dengan baik akan menjadi daya tarik wisatawan. Bila hal itu akan dijadikan obyek atau daya tarik wisata perlu ditata kembali pelatarannya agar kelihatan menyatu, turun satu tangga pelataran bersama dibuat untuk areal parkir. Pintu gerbang dengan wujud Candi Bentar masuk/ke-luar, dibuat lebih besar dan lebih indah untuk semua jenis kendaraan.Papan nama,”Puja mandala,” yang ar s- k ditempatkan ditempatkan di tempat

yang strategis, mudah dan jelas dilihat. Pokoknya penataan phisik dari komplek tersebut dapat memberikan gambaran secara jelas atas wujud kebersamaan dan memberi kesan kedamaian kepada wisatawan yang berkunjung. Dapat dipaketkatkan dengan tour Uluwatu atau menjadi paket khusus sebagai,” Pariwisata kedamaian (World Peaceful tourism) atau Pariwisata Spiritual (Spiri-

tual tourism).” Banyak manfaat yang bisa diperoleh baik yang bersifat keji-waan maupun yang bersifat kebendaan, yang pen ng ada komitmen bersama.

Difi sualisasi dalam bentuk Maket

Paket Tour : Uluwatu Tour• Departure hotel for Uluwatu tour.• Visi ng :

> World peaceful tourism obyect> Garuda Wisnu Kencana monu-

ment> Hindu tample of Uluwatu> Seeing the Kecak dance willing

enjoy beau ful sunset• Dinner sea food at restaurant

Kedongan beach/local restaurant.• Back to the hotel.Paket Tour : Greendland Tour• Departure hotel for Greendland

tour• Visiting World peaceful tourism

obyect• Enjoy Greendland beach• Dinner sea food at Kedongan res-

taurant beach/local restaurant• Back to the hotelJadi sebagai daya tarik wisata dapat dibuat beberapa paket tour dan dua diantaranya seper contoh tersebut di atas. (mdr)

55D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 56: Cakrawala edisi 3

M E I - A G U S T U S 2 0 1 256

AANACAMAN serius pemana-san global yang belakan-gan ini dicemaskan adalah mencairnya es di kutub secara masif. Implikasinya

tentu saja kenaikan permukaan air laut sehingga ada sebagian daratan yang hilang. Bahkan, sudah banyak pulau kecil di dunia, termasuk di Indonesia yang tenggelam.

Mengu p Laporan Konvensi Peruba-han Iklim (UNFCC) tahun 2005, kenai-kan permukaan laut satu meter akan menyebabkan Maladewa (Maldive) tenggelam. Di Grenada, kenaikan 50 cm saja akan menenggelamkan 60 persen pantainya. Di Indonesia pun beberapa pulau kecil terancam tenggelam.

Sebagian kawasan pantai di Bali-pun diprediksi bakal tenggelam. Bahkan, Nusa Dua diproyeksikan akan menjadi “pulau” terpisah dengan Bali. Prediksi ini disampaikan ahli pe-rubahan iklim dari Ins tut Teknologi Bandung (ITB), Dr. rer.nat. Armi Su-sandi, MT.

Dalam orasi ilmiah di Sasana Bu-daya Ganesha (Sabuga) ITB, Bandung, beberapa waktu lalu, Dr. rer.nat. Armi Susandi, MT mengungkapkan, anomali cuaca dan iklim ini akan menimbulkan dampak yang lebih dramatis seperti yang akan terjadi pada Pulau Bali.

Dia mengungkapkan, luas Pulau Bali

saat ini sekitar 5.632 kilometer persegi. Pada tahun 2050 kawasan yang akan terendam seluas 489 kilometer persegi. Rendamannya akan semakin luas pada tahun 2070, hingga mencapai 557 kilo-meter persegi.

Dan yang lebih mencengangkan, kerendaman wilayah ini akan mengaki-batkan terpisahnya Pulau Bali menjadi dua bagian. Tanah gen ng yang selama ini menjadi penghubung sebagian besar

Pulau Bali dengan Nusa Dua, dianta-ranya terdapat Pantai Kuta dan Sanur, akan ternggelam.

"Nusa Dua akan menjadi pulau tersendiri yang terpisah dari Pulau Bali,” ujar Dr. rer.nat. Armi Susandi, MT. Apakah prediksi ahli perubahan iklim ITB ini bakal terbuk ? Sang waktulah yang akan membuk kannya. Yang jelas, tanda-tandanya mulai jelas: abrasi pan-tai di Bali makin mengganas. gre

ANDA

TAHUSEBAIKNYA

2050PANTAI KUTA DAN SANUR

TENGGELAM?

56 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 57: Cakrawala edisi 3

M E I - A G U S T U S 2 0 1 257

KETUA SEKRETARISSANGTU SUBAYA, SH, MH DRS. I GEDE KASNA, M.Par

SEGENAP JAJARAN PENGURUS DPD HPI BALI

MENGUCAPKAN SELAMATKEPADA

BAPAK I KETUT ARDANA, SHSEBAGAI KETUA DPD ASITA BALI

PERIODE: 2012 - 2016

SEMOGA SUKSES

57D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 58: Cakrawala edisi 3

HUM RBaru Belajar Bahasa Inggris

Ada seorang muda baru mengikuti kursus bahasa Inggris. Hari itu saat dia berjalan di jalanan, dengan tak sengaja menginjak kaki seorang turis asing. Orang itu segera berkata: “I am sorry.”

Turis asing itu menjawab dengan sopan santun sambil tersenyum: “I am sorry too…”

Begitu mendengar omongan ini, orang muda itu dengan buru-buru berkata: “I am sorry three.”

Turis asing itu terbengong-bengong mendengar ucapan orang itu, maka ia menanya lebih lanjut: “What are you sorry for?”

Orang itu tak bisa berbuat apa-apa lagi kecuali berkata: “I am sorry fi ve.”

Namun turis ini penasaran dan ber-tanya: “Are you sick?”

Karena sudah kehabisan kata-kata, orang itu lari sambil berteriak: “I am sorry seven!!!”

Pakai FerariMalam itu seperti biasa Putu duduk

sendiri di Bar. Beberapa saat setelah Putu memesan minuman masuklah Wayan, teman lama Putu. Wayan ditemani 5 orang cewek cantik di sekelilingnya. Wayan terlihat seperti seorang pangeran ber-sama dayang- dayangnya. Putu merasa nelangsa melihat hal tersebut. “Kapan yah saya bisa kayak Wayan, punya pacar aja ngga punya.”

Lalu pada saat Wayan berjalan menuju bar, Putu tidak ingin menyianyiakan ke-sempatan untuk bertanya: “Yan, gimana sih cara kamu bisa dapatkan cewek cewek cantik begitu”?

Dengan tenang Wayan menjawab: “Gini Tu, saya kasih tau rahasianya. Ka-lau kamu besok masuk ke cafe atau bar, saat kamu baru duduk di bar, lemparin kunci mobil di atas meja bar, pasti cewek cewek akan datang dengan sendirinya”.Putu menghela napas kemudian bicara: “Tapi saya nggak punya mobil, cuman mo-tor butut.”

Wayan tersenyum : Kamu cuman butuh gantungan kuncinya doang, nih liat saya punya gantungan kunci Jaguar. Hanya itu kok taktiknya.

Keesokan harinya Putu seperti biasa datang ke cafe, dia sekilas memandang Wayan di sudut bar bersama 3 cewek di sekelilingnya. Putu dengan percaya diri berjalan menuju bar lalu melemparkan kunci dengan gantungan mobil Ferrari di atas meja bar.

Dia menunggu beberapa menit namun tidak ada reaksi apapun. Di masukan kem-bali kuncinya, dan saat ada cewek-cewek cantik lewat dia melempar lagi kuncinya ke bar. Tetap tak ada reaksi, malah mer-eka tertawa ngakak. Putu bingung.

Melihat itu Wayan akhinya mendekati dan berbisik: “Putu, kamu bikin malu, ka-lau kamu mau lempar kunci mobil di bar, helm motor kamu dibuka dulu doooong …” Hahahahaaaa….

58 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 59: Cakrawala edisi 3

HUMOR

Bahasa Inggris itu LucuKALAU dipikir-pikir Bahasa Inggris

itu lucu dan rumit juga. Bagaimana tidak? misalnya huruf dobel oo dibaca u, seperti BOOK dibaca BUK. Nggak hemat huruf. Kadang-kadang huruf yang sama malah dibaca berbeda, misalanya CUT (dibaca KAT), se-dangkan PUT dibaca tetap PUT juga, kenapa ngga PAT?

Sedangkan AIR malah artinya UDARA, PUPPY (baca papi) artinya anak anjing. Kalau BUFFALO (baca bafalo atau bapak lo) artinya kerbau. Kalau COW (baca KAU) artinya sapi. Jadinya: Papi anak anjing, bapaklo kerbau, kau sapi hahaha…

Contoh lainnya: mau bilang satu buku dalam bahasa inggrisnya adalah a book, kalau dua buku harus bilang two books. Mengapa kok ditambah s segala? Sedangkan tomato jika lebih dari satu tidak boleh tomatos harus ditambah es menjadi tomatoes. Setahu saya kalo tomat ditambah es menjadi es tomat!

Indonesia Pandai NgelesOrang Amerika kalau ketahuan kentut, pasti bi-lang, EXCUSE ME.Orang British kentut bilang , PARDON ME.Orang SINGAPORE kentut bilang I‛M SORRY.Kalau Orang Indonesia kentut, pasti bilang NOT ME!! NOT ME!!

Tinju Vs LariSeorang atlet tinju buru-buru ke Toilet Umum.

Ia meletakkan tasnya diluar WC sambil meninggal-kan tulisan…JANGAN DIGANGGU . MILIK PETINJU NASI-ONAL …

Sekeluarnya dari WC .Si Petinju sudah tidak mendapati tasnya di tempat semula. Yang tinggal cuma sebuah kertas dengan tulisan : JANGAN DIKEJAR . YANG NGAMBIL PELARI NASIONAL.

59D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 60: Cakrawala edisi 3

M E I - A G U S T U S 2 0 1 260

LENSA FOTO

60 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 61: Cakrawala edisi 3

61M E I - A G U S T U S 2 0 1 2

LENSA FOTO

61D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 62: Cakrawala edisi 3

6262 D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 63: Cakrawala edisi 3

63D E S E M B E R 2 0 1 2 - F E B R U A R I 2 0 1 3

Page 64: Cakrawala edisi 3

ALAMAT: KEMENUH SUKAWATI GIANYAR64