cabul ika1

Upload: ara90

Post on 09-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    1/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    (Catatan Butut Lengkap)

    CATATAN:Buku ini hanya kumpulan materi kuliah yang pernah diajarkan pada Mahasiswa angkatan

    2006 semester pendek Konvensional dari Dosen2 PSPD UNJA

    Maaf, Isi buku tdk dapat dipertanggungjawabkan oleh penyusun, hehe.. :D

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    2/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    KATA SAMBUTANMANTRI PENDIDIKAN NASIONAL

    Atas terbitnya buku CABUL IKA 1

    Saya sangat gembira menyambut terbitnya buku CABUL IKA 1 ini. Ini merupakanterobosan baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Penulisan buku ini adalah sebuahbentuk kebangkitan dunia pendidikan di Asia khususnya di Indonesia.

    Diharapkan dalam waktu dekat, saudara Edi Ahsani akan mampu menerbitkan buku-buku

    serupa di bagian-bagian lainnya dan semoga penerjemahan ke bahasa-bahasa asing cepatdirealisasikan.

    Sekali lagi, ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya saya sampaikan atas

    nama seluruh rakyat Indonesia dan atas nama dunia riset dan teknologi kepada saudaraEdi Ahsani. Semoga tujuan penerbitan buku ini tercapai dan amal bakti Saudara

    mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiiiiiiinnnnnnn.........

    Jambi, November 2010

    Mantri Pendidikan NasionalRepublik Indonesia

    Mukaddimah

    Assalamualaikum wr.wb.Dengan kerendahan hati, saya ucapakan syukur alhamdulillah atas segala nikmat

    dan karunia Allah SWT yang melimpah.Juga kepada The World Idol The Great Prophet of Muhammad saya ucapkan solawat

    kepadanya.Lillahitaala, Saya menyusun buku ini bertujuan untuk memudahkan bagi saya

    dan teman2 semua agar mudah dibawa ke mana-mana, baik di pasar, hotel, dusun, dll klolagi tak ada gawe-anlah, bisa baca atau menghapal (klo bisa) sebagai persiapan untuk

    berperang melawan satu per satu soal2 ujian SP IKA1, dan harus semangat sampai titikdarah penghabisan (semangat45_mode on). Selain itu juga, ketika memulai penyusunan

    buku ini, kondisi perekonomian sedang krisis moneter (kan-ker) dan menteri ekonomi(ortu_red) tidak memiliki stok yang cukup untuk menunjang, inilah yg menjadikan buku

    ini tersusun. Maklum orang Fakir, harta pribadi secuil, kebanyakan bantuan dari menteriekonomi, itupun pas-pasan untuk isi perut (lebay_modeon). Makanya, bagi teman2 yg

    mau membeli buku ini, saya ucapkan terima kasih krn telah meringankan beban orang

    lain dan menghargai hasil kerja keras penyusun dengan keringat bercucuran. Bagi yangmau minta saja, harap tunjukkan surat keterangan kurang mampu dari RT tempattinggalnya (masak anak kedokteran kurang mampu, hehehe..) dan saya berikan dengan

    Cuma-Cuma.

    Sekian dulu kata pengantarnya. Diharapkan kritik dan sarannya bukan

    ejekannya. Makasih cooyyyy... semuanya.. Peace!!!

    Penyusun

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    3/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    DAFTAR ISI

    1. Pengantar IKA (3)

    2. Imunisasi (7)

    3. Imunologi Dasar (13)

    4. Hipersensitivitas (20)

    5. Penyakit Autoimun (33)

    6. Arthritis Reumatoid juvenil (36)

    7. Lupus Erithematosus Sistemik (41)

    8. Anamnesis & PF pd Anak (46)

    9. Penyakit Jantung Kongenital (65)

    10.Gagal Jantung pada Anak (86)

    11.Gizi Buruk (93)

    12.Asi Eksklusif (101)

    13.Asfiksia (108)

    14.BBLR (112)

    15.Tumbuh Kembang Anak (144)

    16.Hubungan penyakit ibu dengan BBL (152)

    17.Trauma Lahir (157)

    18.Makanan bayi dan Penyakit Defisiensi (163)

    19.HIV pada Anak (169)

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    4/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Bidang gerak IKA

    kehamilan

    Prd. Gen Lahir

    kelahiran Gizi

    T K ? penyakit ? LRekayasa perinatal

    Genetik medicine p

    Potensi dewasa

    PENGANTAR IKA 1Dr. H. Irawan Anasta Putra , Sp.A

    Pokok bahasan

    1. Ilmu Kesehatan Anak Bidang gerak IKA

    2. Permasalahan IKA

    3. Pelayanan Kesehatan Anak

    4. Pediatri Sosial

    Pokok bahasan 1. Bidang gerak IKA

    Batasan anak berbeda :

    Hukum : Pertanggungan jawab ( 17 21thn )

    T.K : s / d TK stop ( kira-kira 18 th ) Praktek ( RS ) : Ukuran tempat tidur

    ANAK BUKAN DEWASA KECIL

    Pokok bahasan 1. Periode perkembangan

    Intra uterin : early foetal ( 0 19 mgg )Intermediete ( 20 27 mgg )

    Late foetal ( 28 mgg lahir )

    Perinatal : lahir 7 hari Neonatal : lahir 28 hari Infant : lahir 11 bulan Balita : lahir 4 tahun Pre school : 3 4 tahun School : 5 11 tahun Pubertas : 12 17 tahun

    Percabangan IKA

    1. Organ : Kardiologi2. Prosedur : PICU, Radiologi Anak3. Perkembangan :

    Neonatologi perinatologi

    Adolescent medicine

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    5/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Pokok bahasan 1. Chill Health

    Kuratif ( kedokteran )Pediatri ( pediatrica ) : pedos : anak

    iatrica : penyakit

    Pemeliharaan kesehatan

    Promotif , preventif dan rehabilitatif Interaksi biomedis dengan prilaku, budaya dan sosial

    Pendekatan pediatri sosial (Community Med)

    Pokok bahasan 2. Permasalahan Kesehatan Anak

    a. TK Anak

    b. Gangguan Kesehatan Anak

    c. Faktor penentu & resiko gangguan TK

    dan Kesehatan Anak

    d. Dukungan dan pengaruh lingkungan

    a. Permasalahan T K AnakStunting : Negara berkembang 10 80 %

    Maju 3 %

    Penyebab :

    Makro : In take marginal

    Mikro : Gangguan kehamilan

    Gangguan gizi

    Stimulasi

    Penyakit

    b. Gangguan Kesehatan Anak

    Berkembang Transisi epidemiologi Maju

    Infeksi faktor penentu Kongenital

    Ggn gizi faktor resiko Genetik

    Kecelakaan

    Narkoba dll

    lingkungan

    Indikator : Besar permasalahan

    Hasil penanggulangan

    Jenis indikator :

    Lahir hidup : Tidak memandang usia hamil Lahir mati : Kehamilan > 28 minggu Abortus : Mengakhiri kehamilan < 28 mgg Kematian fetus : Mati sebelum lahir Prematuritas : Lahir kurang dari 37 minggu

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    6/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Tumbuh Kembang Penentu : Gizi

    Stimulasi

    Resiko : Paparan dan

    Factor penyebab

    Lingkungan :

    1. Kependudukan

    2. SDM

    3. Pencemaran

    4. Kemiskinan

    lahan

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    7/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Pengendalian faktor resiko

    Pemanfaatan faktor penentu

    Pokok bahasan IV. Pediatri sosial

    Bentuk pendekatan penanganan permasalahan kesehatan anak

    Pediatri pencegahan ( terkait pel. Medik )Primer : Imunisasi

    Sekunder : Diagnosis dini

    Terapi segera dan tepat

    Tersier : Meminimalkan gangguan

    TK akibat penyakit

    Screening : Sederhana ( P F, KMS )

    Laboratorium ( Hb, kimiawi dll)

    Pem. Canggih lainnya

    Pelayanan khusus :

    Pos Yandu : Motivasi dan fasilitas Bidan desa : Menurunkan kematian ibu dan bayi Dasa wisma : Kesejahteraan keluarga

    menumpangkan kegiatan ( Oralit )

    Klinik TK : Skrening dan pemantauan dan usaha rehabilitasi

    Penitipan bayi: Identifikasi masalah yang muncul

    Taman gizi : Identifikasi masalah, penanggulangan

    Karang balita / karang taruna : Stimulasi

    Panti asuhan : Identifikasi masalah, penanggulangan

    Terapi dini : MTBS ( pelayanan tingkat primer )

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    8/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    IMUNISASIDr. H. Irawan Anasta Putra , Sp.A

    Pendahuluan Ide imunisasi I x dikenalkan oleh Jenner

    melaporkan : Pencegahan smallpox dengan inokulasi buatan

    Cara mengontrol / eliminasi penyakit menular1. Mengontrol / eliminasi sumber peny. menular

    2. Memotong rantai penularan penyakit

    3. Meningkatkan resistensi individu terhada

    penyakit menular dengan cara imunisasi

    Cara kerja imunisasi : reaksi Ag Ab

    Jenis vaksin :1. Vaksin yang dilemahkan (polio,campak,BCG)2. Vaksin mati (pertusis, polio )

    3. Vaksin sub unit ( Vaksin postusis aseluler )

    hanya mengandung potongan molekul Ag

    4. Vaksin non partikel ( Toksoid difteri , tetanus )

    Berasal dari eksotoksin kuman

    Imunisasi di Indonesia :

    Wajib imunisasi antara lain :

    BCG, Polio, DPT, Campak dan Hepatitis B Rekomendasi IDAI antara lain :Hib , Influensa, MMR, Tifoid, Hepatitis A , Varisella, Pneumokokus

    Sejarah vaksin dan cara pemberiannya

    Vaksin BCG ( Basillus Calmette Guerin )

    Oleh Robert koch, 1882 ( Kuman tbc )

    Imunisasi oleh Calmette & Guerin, 1921 )- BCG

    Vaksin : kuman yang dilemahkan

    I x dibuat dibuat di Indonesia th. 1968program imunisasi pemerintah th. 1973 Cara pemberian : Intra cutan ( dosis 0.05 ml )

    Usia pemberian : sejak lahir sampai 2 bl (1th)Bila > 2 bln, sebelum imunisasi Mt test

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    9/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Vaksin DPT

    Behring dkk menemukan Corynaebacterium diphtheriae ( Abad ke 19 )

    Clostridium tetani ( mulai digunakan th. 1951 )

    Bordet-Gengue : Bordetella pertussis ( 1906 )

    Kendrick dkk 1942 Menggabungkan vaksin DPT

    Di Indonesia pembuatan vaksin mulai 1926 mulai program imunisasi th.1977 ( kuman yang dilemahkan )

    Cara pemberian : IM jumlah pemberian 3 kali ( 6 x )

    Usia pemberian : antara 2 bln 1 tahun ( dosis 0,5 ml )

    Vaksin polio

    Enders, Wller dan Robins ( 1949 ) berhasil membiakan virus polio padakultur jaringan

    Vaksin polio mati oleh Salk ( 1954 )

    Vaksin polio hidup oleh Sabin, Kox, Koprowskivaksin ini yang sering digunakan ( dosis 0,1 ml = 2 tts )

    Program imunisasi di Indonesia mulai th. 1980Vaksin polio oral telah dibuat di Indonesia dan telah digunakan pada PIN th.

    1995

    Cara pemberian : Oral, Usia pemberian : lahir 1 th (4x)Vaksin Campak

    Kuman yang dilemahkan

    Vaksin yang dipakai strain Schwarz yang di Indonesia mulai digunakan1982

    1991 produksi sendiri vaksin campak CAM-70 yang digunakan imunisasidi Indonesia

    Cara pemberian : Sub cutan

    Dosis pemberian : 0,5 ml

    Usia pemberian : 9 bulan ( 1 x )

    Pada kejadian luar biasa dapat diberikan usia 6 bulan

    Vaksin Hepatitis B

    Th. 1981 dibuat dari plasma rekayasa genetik

    1982 vaksin aman digunakan untuk imunisasi

    Di Indonesia : Vaksin hepatitis B mulai th.1991di awali di pulau Lombok Imunisasi secara bertahap baru mulai th. 1994

    Th.1997 vaksin buatan Indonesia di programkan di seluruh Indonesia

    Cara pemberian : IM

    Usia pemberian : sejak lahir 1 tahun ( 3 X )

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    10/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Imunisasi pada keadaan khusus

    Bayi prematur :

    Imunisasi tetap diberikan sesuai umurnya Dosis vaksin tetap

    Hati-hati : Sebaiknya vaksin polio diberikan di luar Rumah Sakit /nasokomial

    Pada ibu dengan HBsAg positifHBIg harus segera diberikan ( 12 jam pertama ) bersama BCG ditempat

    yang berbeda dengan dosis pemberian sama

    Di anjurkan pemberian Imunisasi diberikan BB > 2 kg

    Anak dengan defisiensi Imun

    KI : Pemberian dengan vaksin hidupsebaiknya dari jenis vaksin in aktif / mati

    Pasien yang menggunakan obat imunosupresifImunisasi diberikan minimal 3 bulan setelah obat dihentikan

    Kortikosteroid. Pemberian jangkah pendek / sedang ( 2 minggu )

    dapat diberikan imunisasi vaksin hidup

    . Pemberian obat jangkah panjang Kontra Indikasi

    Anak dengan riwayat kejang

    Mempunyai resiko terjadi kejang pasca imunisasi ( DPT dan Campak ) Pada bayi pemberian DPT dan Campak sebaiknya di tunda sampai

    penyebab kejang diketahui sambil menyingkirkan kelainan neuro Riwayat kejang pada keluarga bukan KI pemberian imunisasi DPT /

    Campak

    Kejang pasca imunisasi biasanya disebabkan oleh demam dan tidak sulituntuk diatasi

    Dianjurkan sebaiknya sebelum Imunisasi diberikan obat anti demam ( Antipiretik ), terutama imunisasi DPT

    Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

    Penyebab KIPI ( reaksi vaksinasi ) Reaksi alergi terhadap telur atau antigennya seperti : Campak, Hib,

    MUMPS

    Sensitif terhadap merkuri ( Thiomersal )

    Reaksi alergi oleh Antibiotik ( neomysin ) seperti : MMR , Campak Hipersensif terhadap komponen dari unsur infeksius atau komponen

    vaksinnya seperti : DPT, Polio, BCG, Campak

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    11/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    KIPI yang tidak diharapkan :

    Kejadian ikutan dapat ringan fatalkejadian tersebut sulit diduga sebelumnya, jarang terjadi

    Vaccine Safety Committee , 1991 katagori KIPI1. Tidak ada fakta yang menunjang sebab-akibat

    2. Fakta fakta tidak adekwat ( diterima-ditolak)3. Fakta cenderung ditolak ( tidak ada hubungan )

    4. Fakta cenderung diterima ( ada hubungan )

    5. Fakta mendukung adanya hub. Sebab - akibat

    Tak ada fakta yang menunjang seperti :

    1. Vaksin DPT dengan autisme

    2. Vaksin MMR dengan neuropati, kejang

    Fakta tak adekwat seperti :

    1. Vaksin DPT dengan meningitis, anemia, DM

    Eritema multiforme, kesulitan belajar dll2. MMR dengan neuropati, ITP, radikuloneuritis

    3. DT/TT dengan kejang, artritis dll

    Fakta cenderung ditolak :

    Vaksin DPT dengan spasme infantil, SIDS

    Vaksin Hib dengan onset dini penyakit HibFakta cenderung berhubungan :

    Vaksin dengan ensefalopati akut, renjatan

    MMR dengan artritis kronik

    Vaksin campak dengan anafilaksis

    Vaksin Hib tidak konjugat dengan onset dini penyakit pada anak umur > 18bulan

    Fakta yang mendukung hubungan :

    DPT dengan anafilaksis, menangis melengking

    Rubela dengan artritis akut

    DT dengan anafilaksis

    Campak dengan kematian akibat virus strain campak

    MMR dengan anafilaksis dan trombositopenia

    Polio oral dengan poliomielitis dan kematian akibat virus strain vaksinpolio

    Vaksin Hepatitis B dengan anafilaksis

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    12/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    KONTRA INDIKASI IMUNISASI

    KI vaksin hidup yang dilemahkan :

    Penderita yang mengalami gangguan tiap tipe respon imun Penerima pengobatan yang menekan sistem imun

    Pasien sedang menerima pengobatan masif dengan kortikosteroid, radiasi,antimetabolik

    Penderita malnutrisiKI pemberian BCG

    Penerima vaksin ada gangguan imun

    Pasien yang mendapat imunosupresif

    Pasien hamilKI vaksin Polio

    Pnerima vaksin ada ggn imunologi

    Penerima vaksin serumah dengan penderita penyakit defisiensi imun( HIV )

    KI vaksin Hepatitis B Tidak ada KI

    KI vaksin hemofilus influensa Tidak ada KI

    KI vaksin DPT

    Reaksi anafilaksis yang segera muncul

    Ensefalopati dalam waktu 7 hari setelah vaksinPenurunan kesadaran dan kejang yang tidak pulih setelah 24 jam dan 72 jam

    setelah imunisasi

    Kejang atau demam terjadi 3 hari pasca vaksin

    Menangis melengking, terus menerus (3 48 j)

    Keadaan seperti renjatan yang terjadi setelah 48 jam setelah vaksinasi Suhu tubuh > 40 C dalam tempo 48 jam setelah vaksinasi tanpa ada

    penyebab lain

    Hati-hati pada pasien dengan ggn neurologi atau adanya kelainan neurologi( individual )

    Bayi dan anak dengan riwayat kejang

    Penyakit degeneratif seperti sklerosis tuberous

    KI vaksinasi Campak :

    Penerima vaksin hamil

    Penerima punya riwayat anafilaksis terhadap telur

    Punya riwayat anafilaksis neomysin

    Keadaan imunitas yang berbahaya

    Penundaan dilakukan pada keadaan :Mendapat preparat globulin atau transfusi darah

    diberikan vaksin setelah 3 bulan pemberian .

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    13/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    KI Vaksin Rubela

    Penerima hamil

    Keadaan imunitas yang berbahaya

    Penundaan apabila :Mendapat preparat globulin darah segar ,

    vaksin diberikan setelah 3 bulan

    KI vaksin Gondong

    Penerima hamil

    Punya riwayat anafilaksis

    Keadaan imunitas yang berbahaya

    Penundaa apabila mendapat globulin atau darah segar

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    14/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    3

    Fungsi Respons Imun

    Pertahanan Homeostasis Pengawasan

    SI. Spesifik Eliminasi sel tua Komponen sel-selbermutasi

    SI. Non Spesifik Keganasan

    4

    SISTEM IMUN

    N ON SPESIF IK SPESIF IK

    FISIK /M EK ANIK LA RU T SELU L AR HU M ORAL /SEL B

    SELULER /SEL T

    Ku li t Asam lam b un g Mo no nu k li er Sel T h

    Biokim ia

    Fagosit

    Sil i a Lak to feri n Pol im o rfo nu k li er / PM N Sel Ts

    Selap ut l en di r Li soz im ( m o no s i t d a n m ak ro f ag ) (T h1

    & T h )

    Batu k A sam n eur am in i k ( neu t ro f i l dan eos ino fi l ) S el Td h

    B ers i n dan l ai n-l ain Sel T c

    Natural Kiler Cel l

    (se l N K)

    Kille r Cell (sel K)

    S el N ol

    Komplemen

    Interf eron

    C Reactive Protein

    (CRP)

    H u m o r alBasof i dan mastos it

    Tromb ositS e l Me d ia to r

    IMUNOLOGI DASARDr. Dian A, SpA

    Sistim Imun

    Semua mekanisme mempertahankan keutuhan tubuh perlindungan bahayaberbagai bahan dalam lingkungan hidup

    Respons Imun

    Respons tubuh, urutan kejadian kompleks terhadap Antigen (Ag) eliminasi

    Ag, tersebut. Keseimbangan lingkungan diluar dan di dalam tubuh

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    15/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Sistim Imun Alamiah (Non Spesifik Natural,Innate) Tidak untuk 1 jenis Ag bermacam Ag Pertahanan terdepanRespons langsung Telah ada dan siap berfungsi sejak lahir

    Sistim Imun Alamiah Td :1. Pertahanan fisik mekanik :

    Pertahanan pertama thd fenetrasi mikroorganisme, yang berperan : kulit,

    selaput lendir, silia, batuk, bersin

    2. Pertahanan BiokimiawiSebagian besar M.O tidak dapat menembus kulit yang sehat,Sebagian kecil

    dapat masuk melalui kelenjar sebaseus dan folikal rambut, hal ini dicegah

    dengan :

    PH asam dari keringat dan sekresi sebaseus, beberapa asam lemakdan enzim berefek anti mikrobial Denaturasi protein membran

    sel MO. Bahan sekresi mukosa saluran napas dan telinga Mengandung

    peptida antimikrobial.

    Lisozim: keringat, ludah, air mata, ASI,menghancurkan dindingsel kuman gram (-)

    Laktofirin & Asam neuraminik pada ASI antibakterial thd E.kolidan stafilokokus.

    HCL lambung, enzim proteolitik dan empedu dalam ususmenciptakan lingkungan yang mencegah infeksi beberapa

    mikroorganisme.

    Bahan-bahan yang dilepas lekosit, lisozim yang dilepas makrofagmenghancurkan kuman gram (-). Laktoferin dan transferin serum mengikat zat besi yang diperlukan

    untuk hidup kuman Pseudomonas.

    3. Pertahanan Humoral :

    Komplemen :faktor protein yang terdapat dalam serum, diproduksi oleh

    hepatosit dan monosit.

    Fungsi :- Meningkatkan Fagositosis sebagai faktor kemotaktik.

    - Mempermudah destruksi / lisis,

    - Diikat pada permukaan bakteri, shg memudahkan makrofag untuk

    mengenal (opsonisasi) dan memakan bakteri /parasit

    C-Reaktif Protein (CRP) Protein plasma, dibentuk tubuh karenakerusakan jaringan, Meningkat pada infeksi akut,yang dengan bantuan

    Ca++ ddapat :

    1. Mengikat molekul fosforilkolin pd permukaan bakteri / jamur.2. Mengikat komplemen,berupa opsonin yg memudahkan fagositosis.

    3. Mengikat protein C dari pnemokokus

    CRP merupakan opsonin yang memudahkan fagositosis

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    16/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Interferon (IFN) : Glikoprotein diprod. Makrofag yang diaktifkan, selNK dan bbg sel tubuh yang berinti. Dilepas sebagai respon infeksi virus.

    Fungsi :

    1. Anti Virus dan dapat menginduksi sel yang terinfeksi virus sehingga

    resisten dan menghambat replikasi virus.

    2. Mengaktifkan sel NK terhadap infeksi virus dan sel ganas.3. Mengaktifkan berbagai sel imun lain ( Set T, makrofag dan sel NK )

    Kolektin : adalah protein yang bersifat sebagai opsonin dengan mengikathidrat arang pada permukaan bakteri.

    Pertahanan Seluler :

    Fagosit: Monosit / makrofag, PMN / granulosit

    - Makrofag punya beberapa granula dan melepas bahan (lisozim,komplemen, interferon dan sitokin)

    Granulositgranulanya berisi enzim hidrolitik, laktoferin yang bersifat bakterisidal.Fagosit berinteraksi dengan komplemen dan SIS lain.

    Penghancuran kuman td beberapa tingkat : kemotaksis, menangkap,

    memakan (pagositosis), membunuh dan mencerna.

    Large Granular Lymphocyte ( L G L)td :

    Sel NK, Sel K, Limfosit T sitotoksik.

    Merupakan limfosit dengan granula kasar (mengandung protein perforin),

    sitoplasma azurofilik dengan pseudopodia dan nukleus eksentrik

    Sistim Imun Spesifik (S I S) :

    Mengenal benda asing terjadi sensitisasi Spesifikjika terpapar ulang dg benda asing yg sama dikenal lebih

    cepat dan dihancurkan.

    Bekerja dengan atau tanpa bantuan sistim ImunNon Spesifik, tetapi umumnya terjalin kerjasama antara antibodi

    komplemen-fagosit,dan antara selT- makrofag.

    Terdiri dari : S I S HumoralS I S Selular

    SIS Humoral :

    Sel Limfosit B atau Sel B berproliferasi dan diferensiasi menjadi selPlasma yang menghasilkan Antibodi (AB) Fungsi AB : pertahanan infeksi bakteri ekstra seluler dan virus, serta

    menetralisir toksinnya

    SIS Seluler : Sel Limfosit T ( Sel T ) dibentuk di sutul, prolifrasi di Timus.

    90-95 % dari semua sel Timus mati, 5-10% matang masuk ke sirkulasi.

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    17/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Diperifer diferensiasi dipengaruhi timosin.

    Fungsi utama : Pertahanan bakteri Intraselular, Virus, Jamur, Parasit dankeganasan

    Fungsi lain :- Membantu Sel B produksi AB

    - Mengenal / menghancurkan sel terinfeksi virus- Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis

    - Kontrol ambang & kwalitas S. I

    Perbedaan-perbedaan sifat-sifat sistem imun nonspesifik dan spesifik

    Non Spesifik Spesifik

    Resistensi

    Spesifisitas

    Sel yang penting

    Molekul yang

    penting

    Tidak berubah

    oleh infeksi

    Umumnya efektif

    terhadap semua

    mikroorganisme

    Fagosit

    Sel NK

    Sel K

    Lisozim

    Komplemen

    Protein fase akut

    Interferon ( = sitokin)

    Membaik oleh infeksi

    berulang

    (= memori)

    Spesifik untuk

    mikroorganisme

    yang sudah mensensitisasi

    sebelumnya

    Limfosit

    Antibodi

    Sitokin

    Sel-sel Sistim Imun Spesifik

    Kunci pengontrol SIS :Limfosit Bdan limfosit T

    Sel-sel dapat mengenal benda asing dan dapat membedakannya dari seljaringan sendiri karena adanya reseptor pada permukaan sel (TCR), sel B

    mengenal antigen melalui reseptor berupa imunoglobulin pada

    permukaannya.

    Limfosit T (LT)

    Asal : Sel asal pluripotensial, pada fetus : Yolksack, hati, limfa dan sum-sumtulang ; setelah lahir di sum-sum tulang

    Perkembangan sel prolimfosit T dipengaruhi Timus.

    Sel T matur, toleran diri dan terbatas MHC diri. Mempunyai reseptor Ag(TCR)

    dan Petanda permukaan

    Merupakan 65-80 % limfosit sirkulasi

    Terdiri dari beberapa sub set

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    18/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Sub-set Limfosit T

    1. Sel T helper ( Th ) Membantu sel B memproduksi Antibodi Mempengaruhi sel Tc dalam mengenal sel-sel terinfeksi virus dan jaringan

    cangkok alogenik

    Melepas limfokin yang mengaktivasi makrofag dan sel-sel lain. Sbg sel T inducer mengaktifkan subset sel T lainnya.Sel Th dibedakan :

    Sel Th1: Memproduksi sitokin ; IFN, IL-2, TNF, GM-CSFLebih berperan pada reaksi selular seperti hipersensitivitas

    lambat

    Sel Th 2: Memproduksi IL-3, IL-4, IL-5, IL- 10Lebih berperan pada reaksi humoral seperti alergi

    2. Sel T Supresor ( sel Ts )

    Menekan aktivasi sel T lain dan sel B

    3. Sel T Delayed hipersensitivity ( sel Tdh )Berperan dalam pergerakan makrofag dan sel inflamasi lain kejaringan

    yang terjadi reaksi hipersensitivitas tipe lambat

    4. Sel T sitotoksik ( Tc )

    Menghancurkan sel alogenik dan sel terinfeksi virus

    Sel Th dan Ts disebut sel T regulator.

    Sel Tdh dan Tc disebut sel T efektor

    Limfosit B (LB) Asal = Limfosit T. Merupakan 5-15% Limfosit dlm Sirkulasi

    Perkembangan / Pematangan di Sum-sum tulang, setelah matangbergerak ke limfa, kelenjar limfoid dan tonsil. Perkembangan dalam sum-sum tulang bersifat antigen independen. Mula-

    mula dibentuk IgM dalam sitoplasma (ciri sel pre B), kemudian IgM

    didorong ke arah membran sel sebagai reseptor permukaan. Dalam

    perkembangan selanjutnya dibentuk IgD, kemudian sel B keluar sutul sbg

    sel B matang.

    Sel LB istirahat berukuran kecil, jika diaktifkan menjadi limpoblas, yangakan berkembang menjadi :

    Sel plasma AB

    Sel LB memori

    Sel LB istirahat

    Rangsangan Ag pertama kali IgMRangsangan selanjutnya IgG, IgE atau IgA

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    19/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Pertanda permukaan Sel LB

    1. Semua sel B punya Ig permukaan (SIg) IgM, IgG

    2. Reseptor Fc (FcR) dari IgG dapat ditunjukkan dengan menambah sel darah

    merah biri-biri yang dilapisi IgG Rosette

    3. Reseptor C3 terhadap komponen komplemen.

    4. Reseptor Epstein Barr Virus (EBV)5. Presentasi antigen dan MHC

    22

    The concept of the specific immune respon

    APC

    T Helper

    / CD4 T cel l

    MHC class II

    Cellular

    immunity

    Ag

    TCR

    T cytotoxic

    / CD8 T CellB cell

    Target cellIgG

    M cell

    LPS

    Gastrointestinal

    epithelium

    IgM

    IgA

    MHC class I

    TH1 TH2TH3

    Humoral

    immunity

    IL-2, TNF-, INF- IL-4, IL-6, IL-10

    TGF-

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    20/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    23

    K er ja sam a an t ar SelA n t ig en

    L B A P C M o n o

    Th

    S i t o k i n

    A P C MO

    Tc

    Sel M as to s i t A n t ib o d i K

    24

    Hubungan dan interaksi antar Sel Limfosit

    Th

    Th 1 APC Th 2

    MO Tc B

    Mak rofag Sel Sel Plasma

    yg diaktifkan Sasaran

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    21/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    HIPERSENSITIVITASDr. Dian A, SpA

    Hipersensitivitas adalah suatu keadaan imunopatologik akibat aktivasi

    berlebihan sel T dan sel B oleh antigen atau gangguan mekanisme ini,shgmenimbulkan kerusakan jaringan tubuh.

    Gell dan Coombs mengklasifikasikan tipe reaksi hipersensitivitas

    Ketiga reaksi yang pertama diperantarai oleh antibodi dan yang keempat

    oleh sel T

    Reaksi Hipersensitivitas Tipe I

    Reaksi hipersensitivitas tipe 1 (R alergi tipe cepat)

    Terjadi Akibat kontak dengan antigen, pada individu yang telah memiliki

    antibodi IgE thd Ag tsb.

    Sel-sel yg berperan penting adalah sel mast dan sel basofil, Yg mepunyai

    reseptor IgE, serta mengandung histamin dan zat peradangan lainnya.Dibagi menjadi reaksi anafilaktik (tipe 1a) dan reaksi anafilaktoid (tipe 1b)

    Rx selular berangkai pada reaksi tipe 1a dimulai dengan interaksi antara

    IgE spesifik yang berikatan dengan reseptor IgE pada sel mast atau basofil

    dengan alergen yang bersangkutan

    Reaksi silang degranulasi sel mast

    yang cepat dan pelepasan mediator

    radang primer yang berada dlm

    granul

    Menyebabkan reaksi radang akut yg

    meningkatkan permeabilitas

    pembuluh darah, kontraksi otot polos,

    kemotaksis granulosit dan

    ekstravasasi, dll

    Juga mengakibatkan produksi dua

    tipe mediator vasoaktif lainnya

    Mediator sekunder harus disintesis

    secara de novo dari metabolit asam

    arakidonat dan protein

    Type- I Hypersensitivity: Production of

    IgE in Response to an Allergen

    The allergen enters the body and isrecognized by sIg on a B-lymphocyte. The

    B-lymphocyte proliferates and

    differentiates into plasma cells that

    produce and secrete IgE against epitopes

    of the allergen.

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    22/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Reaksi Hipersensitivitas Tipe 1 Fase Cepatterjadi beberapa menit setelah pajanan antigen

    bertahan beberapa jam walaupun tanpa kontak dengan alergen lagi.

    dapat terjadi resintesis mediator farmakologik reaksi hipersensitivitas, shgkemudian dapat responsif lagi terhadap alergen.

    pelepasan mediator ini dipermudah oleh adanya proses penurunan siklik

    adenosin monofosfat (cAMP) dan peningkatan siklik guanosin

    monofosfat( cGMP).

    Reaksi Hipersensitivitas Tipe 1 Fase Lambat-belum jelas.

    - didahului reaksi alergi fase cepat

    - Sel mast dapat membebaskan mediator kemotaktik

    dan sitokin yg akan meningkatkan permeabilitas kapiler, shg meningkatkan

    migrasi sel radang sel radang ke tempat terjadinya reaksi alergi

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    23/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Dua tipe mediator dua

    komponen respons tipe 1

    Respons yang sangat cepat

    apabila kontak ulang pada

    individu yg sensitif thd Ag

    tsb, Reaksi muncul sth bbrpmenit dan maksimal setelah

    20 menit.

    Bila yang terkena

    kulit wheal dan flare

    berupa bentolyang meninggi

    dan dikelilingi warna

    kemerahan

    Respons lambat terjadi

    setelah beberapa jam,

    ditandai infiltrat seluler yangmenimbulkan nodul pigmen

    pada kulit

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    24/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Mediator Penyakit Alergidibebaskan bila terjadi interaksi antara antigen dengan IgE spesifik yang

    terikat pada membran sel mast.

    Dibagi menjadi dua kelompok

    - mediator yang sudah ada dalam granula sel mast (preformed mediator)

    - mediator yang terbentuk kemudian (newly formed mediator)Menurut asalnya

    - berasal dari sel mast atau basofil (mediator primer)

    - dari sel lain akibat stimulasi oleh mediator primer (mediator sekunder).

    Mediator yang terdapat dalam granula sel mast

    - histamin

    - eosinophil chemotactic factor of anaphylactic (ECF-A)

    - neutrophil chemotactic factor (NCF).

    molecule effects

    Primary mediators

    Histamine Vascular permeability, SM contraction

    Serotonin vascular permeability, sm contraction

    ECF-A eosinophil chaemotaxis

    NCF-A neutrophil chaemotaxis

    proteases

    mucus secretion, connective tissue

    degradation

    Secondary mediators

    Leukotrienes vascular permeability, sm contraction

    Prostaglandins

    vasodilation, sm contraction, platelet

    activation

    Bradykinin vascular permeability, sm contraction

    Cytokines

    numerous effects inc. activation of

    vascular endothelium, eosinofil

    recruitment and activation

    Histamin

    dibentuk dari asam amino histidin dengan perantara enzim histidin

    dekarboksilase.

    Gejala yang timbul berupa rangsangan terhadap reseptor saraf iritan,

    kontraksi otot polos dan peningkatan permeabilitas vaskular.

    Manifestasi klinis:

    - Hidung: rasa gatal, hipersekresi dan tersumbat,

    - Paru:kontraksi otot polos bronkus---menyebabkan bronkokonstriksi

    - Kulit: reaksi gatal berupa wheal and flare

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    25/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    - saluran cerna: hipersekresi asam lambung, kejang usus dan diare.

    Kadar histamin yg tinggi dalam plasma dapat menimbulkan gejala sistemik

    berat (anafilaksis).

    Antihistamin sebagai AntiinflamasiAntihistamin inhibitor berkompetisi pada reseptor histamin.

    Penghambat reseptor H1 digunakan pada terapi alergi yang diperantai IgE.Contoh: klorfeniramin, bromfeniramin, difenhidramin, klemastin,

    hidroksizin)

    Pemberian antihistamin intramuskular atau intravena dalam pengobatan

    anafilaksis sistemik hanya efektif terhadap gejala kulit dan gastrointestinal,

    tidak efektif pada vaskular yang kolaps dan obstruksi jalan napas.

    Faktor Kemotaktik eosinophil-anaphylactic (ECF-A)efek mengumpulkan dan menahan eosinofil di tempat reaksi radang yang

    diperantarai oleh IgE (alergi).

    merupakan tetrapeptida yang sudah ada dalam granula sel mast, dan segera

    dibebaskan pada waktu degranulasiFaktor Kemotaktik Neutrofil (NCF)

    ditemukan pada supernatan fragmen paru manusia setelah provokasi

    dengan alergen tertentu

    terjadi dalam beberapa menit dalam sirkulasi penderita asma setelah

    provokasi inhalasi dengan alergen atau setelah timbulnya urtikaria fisik

    (dingin, panas atau sinar matahari)

    Mediator yang terbentuk kemudianbelum koreksi

    terjadi dari hasil metabolisme asam arakidonat, faktor aktivasi trombosit,

    serotonin dan lain-lain.

    Metabolisme asam arakidonat

    - jalur siklooksigenase

    - jalur lipoksigenase

    akan mengeluarkan produk yang berperan sebagai mediator bagi berbagai

    proses inflamasi

    Slow reacting substance of anaphylaxis

    onset yang lebih lambat dengan masa kerja lebih lama dibandingkan

    dengan histamin

    Mediator SRS-A lebih berperan dari histamin dalam terjadinya asma

    Mediator ini mempunyai efek bronkokonstriksi 1000 kali dari histamin.

    Selain itu SRS-A---meningkatkan permeabilitas kapiler serat

    Faktor aktivasi trombositdapat menggumpalkan trombosit serta mengaktivasi pelepasan serotonin

    dari trombosit

    menimbulkan kontraksi otot polos serta peningkatan permeabilitas vaskular.

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    26/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    SerotoninSekitar 90% serotonin tubuh (5-hidroksi triptamin) terdapat di mukosa

    saluran cerna.

    merupakan mediator sekunder yang dilepaskan oleh trombosit melalui

    aktivasi produk sel mast yaitu PAF dan TxA2.

    dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.

    Blocking Type-1 Hypersensitivity Using

    Monoclonal Antibodies Against IgE

    A new experimental approach to treating

    and preventing Type-I hypersensitivity

    involves giving the person with allergies

    injections of monoclonal antibodies that

    have been made against the Fc portion of

    human IgE. This, in turn, blocks the

    attachment of the IgE to the Fc receptorson mast cells and basophils and the

    subsequent release of histamine by those

    cells upon exposure to allergen.

    Reaksi Hipersensitivitas Tipe II(Reaksi Sitotoksik)

    Antibodi dalam keadaan bebas dalam sirkulasi beraksi dengan antigen pada

    permukaan sel.

    Antibodi yang terlibat Ig G dan Ig M, komplemen, phagosit, dan sel KWaktu reaksi berkisar dari menit hingga jam

    Setelah reaksi antigen-antibodi, maka sel dimusnahkan melalui:

    Opsonisasi sel host oleh makrofag dengan perantara Ig G, C3b atau C4b

    dengan pelepasan lisosom

    Aktivasi komplemen

    Antibody dependent cell mediated cytotoxicity (ADCC)

    Opsonisasi sel host oleh makrofag dengan perantara Ig G, C3b atau C4b dengan

    pelepasan lisosom

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    27/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Fab pada Ig G bereaksi dengan epitop pada membran se host dan Fc berikatan

    dengan makrofag.

    makrofag berikatan dengan Fc Ig G dan membebaskan lisosom yang mnyebabkan

    sel lisis

    Aktivasi komplemen

    Ig G dan Ig M bereaksi dengan epitop sel host dan mengaktifkan komplemen.

    Membran attack complex (MAC) menyebabkan sel lisis.

    Ig G dan Ig M bereaksi dengan epitop sel host dan mengaktifkan komplemen.

    Membran attack complex (MAC) menyebabkan sel lisis

    MAC yang menyebabkan sel lisis

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    28/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Antibody dependent cell mediated cytotoxicity (ADCC)Destruksi sel host diperantarai NK sel yang menempel pada Fc antibodi.

    NK sel kemudian membebaskan protein (pore-forming proteins) yang disebut

    perforins dan enzim proteolitik yang disebut granzymes. Granzymes kemudian

    berpindah melalui celah dan mengaktifkan enzim apoptosis sel yang terinfeksi

    dengan cara mendestruksi struktur protein cytoskeleton dan mendegradasikromosom.

    Contoh hipersensitivitas tipe II

    Autoimmune hemolytic anemia

    Goodpasture's syndrome

    Erythroblastosis Fetalis

    Pemphigus

    Pernicious anemia (If autoimmune)

    Immune thrombocytopenia

    Transfusion reactions

    Hashimoto's thyroiditisGraves' disease

    Myasthenia gravis

    Farmer's Lung

    Rheumatic fever

    Hemolytic disease of the newborn

    Reaksi Hipersensitivitas Tipe III(Reaksi Kompleks Imun)

    Reaksi hipersensitivitas tipe III juga dikenal sebagai hipersensitivitas oleh

    kompleks imun. Reaksi yang timbul dapat general (contoh serum sickness)atau dapat melibatkan organ tertentu saja termasuk kulit (contoh SLE,

    reaksi Arthus), pada ginjal (nefritis lupus), pada paru (aspergilosis), pada

    pembuluh darah (poliarteritis), sendi (rheumatoid arthritis) dan organ lain

    Ag sirkulasi + Ab sirkulasi Kompleks imun + komplemen (C3a, 4a, dan 5a)

    Kompleks imun :

    - Kompleks tak larut (antibody excess)

    - Kompleks terlarut (antigen excess)AntibodiIgG dan IgM

    Reaksi ini membutuhkan waktu 3-10 jam setelah terpapar dengan antigen

    Kompleks imun tak larut.

    Cepat diendapkan

    Kelainannya terbatas pada tempat masuknya antigen

    Kompleks imun terlarut.

    Mengikuti sirkulasi darah berkaitan dgn jalur klasik sistem komplemen

    Sirkulasi darah mengendap di berbagai organ.

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    29/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    -Lebih mudah diendapkan di tempat bertekanan tinggi disertai putaran arus;

    kapiler glomerulus, bifurkasi pemb darah, plx koroid otak, badan siliar

    -Aktivasi komplemen; agregasi trombosit endapan kompleks imun patologis.

    -Aktivasi komplemen kerusakan jaringan; sel PMN menambah kerusakan.

    -Agregasi trombosit mikrotrombus dan pelepasan vasoactive amine.

    Komplek imun yang kecil akan menetap di kapiler antara sel endotelial pembuluh

    darah (khususnya: kulit, sendi dan ginjal) dan kemudian menyusup ke membran

    basement.

    Hipersensitivitas tipe III

    Komplek imun pada kapiler

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    30/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Komplek imun dalam jumlah yang besar dalam darah yang tidak dibersihkan oleh

    makrofag

    Komplek imun menetap di kapiler di antara sel endotel dan membran basement

    Komplek imun mengaktifkan komplemen sehinga terjadi vasodilatasi

    Protein komplemen dan komplek imun memanggil leukosit

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    31/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Leukosit melepaskan agen-agen yang menghancurkan dan menyebabkan inflamasi.

    Pada saat ini dapat terjadi kematian jaringan dan hemoragi

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    32/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Contoh tipe III

    Immune complex glomerulonephritis

    Rheumatoid arthritis

    Serum sickness

    Subacute bacterial endocarditis

    Symptoms of malariaSystemic lupus erythematosus

    Arthus reaction

    REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IVDiperantarai oleh limfosit T. Reaksi ini terjadi oleh karena sel T8 yang

    telah tersensitisasi dengan antigen akan berdiferensiasi menjadi CTL

    (cytotoxic T-lymphocytes). Kemudian limfosit T4 tipe Th1 menjadi

    tersensitisasi dengan antigen sehingga melepaskan sitokin.

    timbul 24-48 jam setelah pajanan antigen

    Mekanisme kerusakan sel pada reaksi tipe lambatMelibatkan limfosit dan monosit dan/ atau makrofag. Sel T sitotoksik (Tc)

    menyebabkan kerusakan langsung disamping Sel T helper (TH1)

    mensekresikan sitokin yang mengaktifkan sel T sitotoksik

    sel T sitotoksik merekrut dan mengaktifkan monosit dan markrofag, yang

    menyebabkan kerusakan sel yang besar. Pada lesi jaringan akibat reaksi ini

    terutama mengandung monosit dan sedikit sel

    Reaksi hipersensitivitas tipe IV dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori

    berdasarkan waktu onset dan gambaran klinik dan histopatologi

    Table 3 - Delayed hypersensitivity reactions

    Type Reaction

    time

    Clinical

    appearance

    Histology Antigen and site

    contact 48-72 hr eczema lymphocytes, followed

    by macrophages; edema

    of epidermis

    epidermal

    ( organic

    chemicals, poison

    ivy, heavy metals,

    etc.)

    tuberculin 48-72 hr local

    induration

    lymphocytes,monocytes,

    macrophages

    intradermal

    (tuberculin,lepromin, etc.)

    granuloma 21-28 days hardening macrophages, epitheloid

    and giant cells, fibrosis

    persistent antigen

    or foreign body

    presence

    (tuberculosis,

    leprosy, etc.)

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    33/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Contoh tipe IV

    Contact dermatitis (poison ivy rash, for example)

    Temporal arteritis

    Symptoms of leprosy

    Symptoms of tuberculosis

    Transplant rejection

    Coeliac disease

    Type 5 stimulatory

    Reaksi ini disebut juga stimulatory hypersensitivity. Beberapa jenis sel

    tubuh menerima instruksi dari zat semacam hormon melalui reseptor yang terdapat

    pada permukaan sel tersebut. Misal hormon TSH yang berikatan dengan reseptor

    pada sel tiroid dan menstimulasi aktivitas sel tersebut. Hal ini dapat juga terjadi

    pada limfosit B. bila imunoglobulin telah berikatan dengan reseptor Ig pada

    permukaan sel, maka limfosit B dapat diaktifkan melalui ikatan yang spesifik.

    Pada keadaan patologis antibodi yang terbentuk terhadap imunoglobulin itu

    sendiri juga dapat mengaktifkan sel tersebut.

    Contoh reaksi hipersensitivitas tipe VGraves disease

    Myasthenia gravis

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    34/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    PENYAKIT AUTOIMUNDr. Dian A, SpA

    Penyakit Auto Imun (PAI)

    Adalah suatu keadaan dengan ciri-ciri ketidakmampuan sistim imun untukmembedakan sel atau jaringan sendiri (self) dari sel atau jaringan asing (nonself)

    Jaringan tubuh dianggap antigen asing

    timbul respons imun humoral (RIH)/ seluler (RIS)

    RIS : infiltrasi/ pengrusakan jaringan oleh limfosit T/makrofag

    RIH : Membentuk antibodi auto antibodiEtiologi

    1. Teori pemaparan sequestered antigen2. Gangguan mekanisme homeostatik

    2.1 Reaksi silang dan molekuler mimicry

    2.2 Gangguan mekanisme pengaturan oleh jaringan (network)

    idiotip antiidiotip

    2.3 Kesalahan ekspresi MHC kelas II

    2.4 Kesalahan mekanisme pengaturan sistim penekan

    3. Stimulasi non imunologik

    4. Teori Genetik

    1. Teori pemaparan sequestered antigen

    Pembentukan Ag dalam organ tertutup

    Ag terisolasi sehingga tidak kontak dengan jaringan limforetikuler

    tidak terjadi respon imun

    * Tetapi jika Ag keluar dari organ dan terpapar Limforetikuler

    ( Sistim imun ) pembentukan Antibodi ( misalnya terhadap

    sperma, terhadap lensa mata)

    * Pemaparan saja tidak cukup, tapi harus melalui ekspresi

    Antigen melalui APC & berbagai mediator yang terlibat dalam

    Respons imun

    2. Teori gangguan mekanisme homeostatikDalam keadaan normal sel T dan sel B autoreaktif selalu ada;

    Tubuh mempunyai mekanisme homeostatik yang melindunginya

    terhadap rangsangan dari jaringan tubuh yang tidak dikendaki

    (Self tolerance), melalui:

    - Menyingkirkan sel autoreaktif saat perkembangan

    - Penekanan respons yang tidak dikehendaki di kemudian hari

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    35/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    - Menyingkirkan klon sel-sel autoreaktifkunci mekanisme ini adalah pengendalian sel T

    ( Th / Ts) baik di timus atau perifer

    2. 1. Reaksi silang dan molekuler mimicry

    Autoantigenmengalami modifikasi/ perubahan struktur autoantigen (gangguansintesis/ perubahan epitop baru)sehingga sel T terkecoh dan terpacu

    autoreaktifitas perubahan autoantigen :

    - penggabungan autoantigen dengan substansi dari luar (virus)

    - Masuknya Ag yang punya struktur molekul mirip autoantigen (molekulermimicry)terjadi reaksi silang (Ag streptokokus pada demam rematik

    mirip dengan sel2 jaringan jantung)

    2. 2. Gangguan mekanisme pengaturan oleh jaringan (network) idotip-

    antiidiotip

    Mekanisme pengaturan dapat terganggu jika ada virus.

    Reaksi autoimun dapat terjadi : jika epitop pada virus menunjukkan strukturyang sama dengan idiotip pada reseptor T atau B autoreaktif, jika idotip

    pada Ab yang pembentukannya dirangsang oleh virus, menunjukkan

    struktur yang dengan idiotip pada sel T dan sel B autoreaktif, atau

    merupakan anti idiotip bagi reseptor T & B.

    Virus yang menginfeksi sel memproduksi hormon pembentukanantihormon yg dapat merusak sel yang bersangkutan, jg menyulut

    pembentukan antiidiotip yang merangsang reaksi sitotoksik terhadap sel

    yang memiliki reseptor hormon tersebut.

    2. 3. Kesalahan ekspresi MHC kelas II

    Autoantigen terpapar dengan limfosit T, disertai penampilan antigenmelalui MHC kelas II.

    Secara normal autoreaktifitas yang potensial terbatas pada beberapa sel ,mis. Makrofag, sel B, sel T. Dimana ekspresi Ag MHC II dapat diinduksi

    oleh berbagai faktor, diantaranya virus.

    Jika MHC kelas II diekspresikan di permukaan maka auto Ag menjadipotensial utnuk merangsang autoimunitas

    3. Stimulasi Nonimunogenik

    Adalah Stimulasi sel B secara non selektif sebagai aktivator poliklonal.

    Produk dari mikroba (lipopolisakarida, enzim proteolitik), beberapa jenisvirus Ebstein Baa (EBV) dapat juga merangsang limfosit B membentuk

    antibodi poliklonal langsung tanpa memerlukan bantuan sel T penolong.

    Stimulasi terjadi akibat interaksi langsung dengan sel B, atau dengan caramenginduksi sel T atau mekrofag untuk mensekresi faktor non spesifik,

    sehingga sel B terangsang untuk membentuk autoantibodi.

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    36/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    4. Teori genetik

    Faktor genetik utama yang berkaitan dengan penyakit autoimun adalahMHC kelas II.

    Korelasi positif beberapa PAI dengan spesifisitas HLAHLA DR3 dengan penyakit Addisons

    HLA DR4 dengan artritis reumatoid

    Patogenesis

    1. Kerusakan akibat destruksi sel

    Timbul aakibat adanya komplemen, spt pada anemia hemolitik autoimun, atau

    jg sitotoksisitas seluler dg bantuan antibodi (Antibodi Dependent Cell Mediated

    Cytotoxicity-ADCC)

    2. Kerusakan akibat kompleks imun

    Kerusakan jaringan diawali dg pembentukan kompleks imun, yaitu kompleks

    autoantibodi-autoantigen yang akan menyulut aktivitas komplemen, granulosit,

    dan monosit.3. Kerusakan akibat reaksi imunologik seluler.

    Terjadi karena sel T sitotoksik yang tersensitisasi merusak sel atau jaringan secara

    langsung, atau melalui produksi limfokin oleh sel T yang menyulut respon

    inflamasi.

    Spektrum Penyakit Autoimun

    1. Penyakit autoimun yang spesifik organ (Hashimoto, myxedema primer,anemia pernisiosa)

    2. Penyakit autoimun yang tidak spesifik organ/ sistemik ( SLE, Skleroderma,dermatomyositis, Artritis reumatoid juvenil)

    3. Penyakit autoimun yang kerusakannya cenderung spesifik organ tertentu,tetapi autoantibodi yang dibentuk tidak spesifik organ tersebut (anemia

    hemolitik autoimun, ITP, sirosis bilier primer)

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    37/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    ARTRITIS REUMATOID JUVENIL

    1. Batasan

    Arthritis Reumatoid Juvenil (ARJ) adalah salah satu bentuk penyakit reumatik

    yang termasuk dalam kelompok penyakit jaringan ikat.

    2. Etiologi

    Penyebab pasti ARJ masih belum diketahui. Beberapa faktor etiologi berperan

    dalam munculnya ARJ, antara lain faktor : infeksi, autoimun, trauma, stress dan

    faktor imunogenetik.

    3. Patogenesis

    Patogenesis ARJ sering dikaitkan dengan imunopatogenesis penyakit kompleks

    imun dari penyakit autoimun : autoantigen (agregat IgD dan antigen sinovia) pengaruh beberapa rangsangan (faktor imunogenetik, kelainan mekanisme sel T

    supresor, reaksi silang antigen dan berbagai penyebab lain seperti virus) akan

    memproduksi autoantibodi pada ARJ

    Kelainan tahap awal

    Belum jelas, telah diidentifikasi kerusakan mikrovaskuler dan proliferasi sel

    sinovia edema sinovium dan proliferasi sel sinovia mengisi rongga sendi.Tahap awal predominan sel PMN, sedikit IgM (IgM anti IgG = faktor rheumatoid)

    Reaksi autoantigen-antibodi kompleks imun aktivasi sistem komplemen terjadi pelepasan material biologik limfokin reaksi imflamasi. Reaksi imflamasidisertai proliferasi dan kerusakan jaringan sinovia.

    Tahap lanjut

    Fase kronis, mekanisme kerusakan jaringan lebih menonjoldisebabkan

    respons imun selular karakteristik arthritis rematoid kronik, adanya kerusakantulang rawan, ligamen, tendo dan kemudian tulang. Kerusakan ini disebabkan oleh

    produk enzim dan pembentukan jaringan granulasi akibat aktivasi sistem imun

    selular. Sel limfosit, prostaglandin serta plasminogen yang akan mengaktifkan

    sistem kalikrein dan kinin-bradikinin. Produk-produk ini akan menimbulkan reaksi

    inflamasi dan kerusakan jaringan lanjut.

    4. Bentuk Klinisa. Tipe onset poliartritis : gejala arthritis terjadi pada lebih 4 sendi, terbanyak

    pada sendi jari, biasanya simetris, dapat juga pada sendi lutut, pergelangan kaki

    dan siku.

    b.Tipe onset oligoartritis : mengenai 4 sendi atau kurang (biasanya mengenai

    sendi besar) terutama didaerah tungkai.

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    38/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    c. Tipe onset sistemik : didapatkan demam intermiten dengan puncak tunggal

    atau ganda > 39oC selama 2 minggu atau lebih muncul arthritis. Biasanyadisertai kelainan sistemik berupa ruam rheumatoid serta kelainan visceral

    (hepatosplenomegali, serositis, limpadenopati).

    5. Komplikasia.Gangguan pertumbuhan & perkembangan akibat penutupan epifisis dini,

    b. Komplikasi akibat pengobatan steroid

    Vaskulitis, ensefalitis, amiloidosis sekunder

    c.Kelainan tulang dan sendi yang seperti ankilosis, luksasi atau fraktur.

    6. Prognosis

    a. 70-90% sembuh tanpa kecacatan. 10% dapat terjadi cacat sampai dewasa

    b.Sebagian kecil sekali menjadi bentuk arthritis rheumatoid dewasa

    c.Prognosis kurang baik pada tipe onset sistemik atau poliartritis, atau disertai

    uveitis kronik, erosi sendi, fase aktif yang berlangsung lama, nodul rheumatoiddan faktor rheumatoid positif.

    d.Angka kematian sangat rendah (2-4%), sering dihubungkan dengan gagal ginjal

    akibat amiloidosis serta infeksi.

    7. Diagnosis

    Dasar Diagnosis

    Sendi yang terkena arthritis terasa hangat dan biasanya tidak terlihat eritem.

    Secara klinis ditentukan dengan menemukan paling sedikit 2 gejala inflamasi

    sendi yaitu gerakan yang terbatas, nyeri atau sakit pada pergerakan dan panas.

    Pada anak kecil yang lebih menonjol adalah kekakuan sendi pada pergerakanterutama pagi hari.

    Dipakai kriteria diagnosis menurut American Rheumatism Association (ARA),

    yaitu :

    Usia penderita kurang dari 16 tahun

    Arthritis pada suatu sendi atau lebih

    * Lama sakit lebih dari 6 minggu

    *Tipe onset penyakt :

    Poliartritis (> 4 sendi)

    Oligoartritis (< 4 sendi)

    Sistemik

    *Kemungkinan penyakit arthritis lain dapat disingkirkan

    Gejala klinis yang menyokong kecurigaan ARJ:

    Kaku sendi pada pagi hari, ruam reumatoid, demam intermiten, perikarditis,

    uveitis kronik, spondilitis servikal, nodul rheumatoid, tenosinovitis. Pada

    pemeriksaan laboratorium ditemukan antibodi antinuclear (ANA), faktor

    rheumatoid (RF), serta peningkatan titer komplemen C3 dan C4.

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    39/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Langkah Diagnosis :

    Anamnesis Pemeriksaanfisik D/ ARJ semata-mata berdasarkan klinis

    Pemeriksaan laboratorium/penunjang utk mendukung/menyingkirkan diagnosis.

    Tegakkan diagnosis dan identifikasi luasnya manifestasi klinis.

    Indikasi rawat

    Semua dirawat, untuk mengontrol gejala dan menelusuri manifestasi esktra

    artikuler.

    Penatalaksanaan

    Dasar pengobatan suportif, bukan kuratif. Pengobatan secara terpadu untukmengontrol manifestasi klinis dan mencegah deformitas dengan melibatkan

    dokter anak, ahli fisioterapi, latihan kerja, pekerja sosial, bila perlu

    konsultasi pada ahli bedah dan psikiatri. Medikamentosa :

    Obat anti inflamasi non steroid (AINS)A.Asam Asetil Salisat (AAS) dosis 75-90 mg/kgBB/hari peroral,

    dibagi 3-4 dosis, diberikan bersama makanan, selama 1-2 tahun

    setelah gejala klinis menghilang.

    AINS lain : sebagian tidak boleh diberikan pada anak. Pemberiannyahanya untuk mengontrol nyeri, kekakuan dan inflamasi pada anak

    tertentu yang tidak responsif terhadap AAS atau sebagai pengobatan

    inisial, misalnya

    Tolmetin: dosis inisial 20 mg/kgbb/hari, kemudian 15-30 mg/kgbb/hari dibagi 3-4 dosis, diberi bersama makanan atau antasid.

    Naproksen10-15 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis.

    Analgesik lain : Asetaminofendosis 10-15 mg/kgBB/kali, setiap 4-6 jam

    sesuai kebutuhan, jangan diberikan lebih dari 5 kali perhari untukmengontrol nyeri atau demam terutama pada penyakit sistemik (pemberian

    > 10 hari memerlukan pengawasan yang ketat, tidak boleh diberikan untuk

    waktu lama karena dapat menimbulkan kelainan ginjal.

    Obat anti rematik kerja lambat= Slow Acting Anti Rheumatic Drugs

    (SAARDs) hanya diberikan pada poliartritis progresif yang tidak

    menunjukan perbaikan dengan AINS, contoh : Hidroksi klorokuin, garamemas (gold salt). Penisilamin dan sulfa salazin.

    Hidroksiklorokuin. Dosis 6-7 mg/kgBB/hari, setelah 8 mingguturunkan jadi 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, jika setelah terapi 6

    bulan tidak ada perbaikan dihentikan.Garam emas. Dipakai dosis awal 5 mg. IM dan kemudian dosis

    ditingkatkan sampai 0,75-1 mg/kgBB/minggu (

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    40/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    telah tercapai dalam 6 bulan diteruskan dengan dosis yang sama

    dengan injeksi tiap-tiap 2 minggu selama 3 bulan, kemudian setiap 3

    minggu setelah 3 bulan, lalu setiap 4 minggu, diteruskan sampai

    beberapa tahun remisi.

    Penisilamindiberikan inisial 3 mg/kgBB/hari (< 250 mg/hari) selama 3

    bulan, kemudian 6 mg/kgBB/hari (< 500 mg/hari) dalam 2 dosis selama 3bulan, sampai maksimum 10 mg/kgBB/hari, dalam 3-4 dosis terbagi selama

    3 bulan. Dosis rumatan diteruskan selama 1-3 tahun.

    Sulfasalazin: dosis 30-50 mg/kgBB/hari, dibagi 4-6 dosis, diberi bersamamakan, jangan diberikan bersama antasid. Setelah tidak ada keluhan dosis

    diturunkan perlahan-lahan sampai 25 mg/kgBB/hari. Dapat digunakan

    sampai beberapa tahun.

    * Kortikosteroid : prednison0,25-1 mg/kgBB/hari dosis tunggal, jika keadaan

    lebih berat dosis terbagi, jika terjadi perbaikan klinis dosis diturunkan pelan-pelan,

    kemudian distop.

    * Imunosupresan: pada keadaan berat yang mengancam kehidupan dipakaimetotreksat. Dosis inisial 5 mg/m2/minggu, jika respons tidak adekuat setelah 8

    minggu pemberian, dapat dinaikkan menjadi 10 mg/m2/minggu. Lama pengobatan

    adekuat 6 bulan.

    * Obat lain yang biasa dipergunakan adalah azatioprin, siklofosfamid dan

    klorambusil.

    Tindak lanjut

    *Evaluasi luas manifestasi klinis, periksa mata, terutama pada ARJ tipe

    oligoartritis dengan ANA (+) dan penderita yang mendapat terapi hidroksi

    klorokuin.*Untuk mempertahankan fungsi dan mencegah deformitas tulang dan sendi

    dilakukan fisioterapi dibagian URM.

    *Konsultasi kebagian bedah tulang.

    Indikasi pulang

    Klinis inaktif, komplikasi terdeteksi dan telah ditanggulangi.

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    41/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (LES)

    1 Batasan

    Lupus eritematosus sistemik adalah penyakit sistemik evolutif yang mengenai

    satu atau lebih organ tubuh, ditandai oleh inflamasi luas pada pembuluh darah dan

    jaringan ikat, bersifat episodik yang diselingi oleh periode remisi. Etiologi

    Merupakan penyakit autoimun dengan berbagai faktor penyebab yang saling

    berkaitan: faktor genetik, faktor endokrin, faktor obat dan faktor infeksi. Jika salah

    satu faktor tidak ada, maka penyakit lupus tidak akan muncul secara klinis.

    Patogenesis

    Autoantibodi berikatan dengan autoantigen membentuk kompleks imun yang

    mengendap berupa depot dalam jaringan terjadi aktivasi komplemen, terjadireaksi inflamasi yang menimbulkan lesi di tempat tersebut.

    Bentuk Klinis

    Demam dan astenia merupakan gejala tersering Kelainan kulit, berupa:

    A. Ruam berbentuk sayap kupu-kupu, (Butterfly rash) didaerah muka

    (eritema malar) dapat berupa eritema simple, atau erupsi makulopapel

    dengan squamasi halus berwarna kemerahan, erupsi dapat juga mengenai

    cuping hidung dan pangkal hidung, daerah leher atau bahu yang terbuka,

    periorbita, frontal atau daerah telinga luar.

    B. Lupus discoid

    C.Lesi vaskulitis (eritem pd tangan, edema periungual, makuloeritematosa

    kulit dan pulpa jari jemari).

    * Kelainan selaput mukosa: berupa ulserasi nasal dan oral.* Kelainan sendi, tulang dan otot, dapat berupa arthritis, deformitas tangan,

    tenosinovitis, artralgia, mialgia miositis lupus, serta osteonekrosis aseptik.

    * Kelainan ginjal: ditandai dengan proteinuria, hematuria, sindrom nefrotik,

    gagal ginjal.

    Klasifikasi lupus nefritis: glomerulitis mesangial, glomerulitisproliferatif fokal, glomerulitis proliferatif difus,

    glomerulonefritis membranosa.

    Manifestasi neuropsikiatrik: manifestasi sentral dapat berupa kejang, gangguan

    atau defisit motorik dan sindrom ekstrapiramidal yang timbul pada masa awal

    munculnya penyakit. Psikosis, disorientasi, delirium, depresi atau dapat

    berhubungan dengan kelainan organik serebral.

    Manifestasi hematologik: limfadenopati superfisial atau lebih dalam

    (mediastinum, intra abdmen), dapat juga terjadi splenomegali.

    Anemia :normokrom normositik trombositopenia, leukopenia dan gangguan

    hemostasis.

    Kelainan kardiovaskuler:perikarditis, miokarditis, hipertensi arterial.

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    42/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Kelainan saluran nafas: efusi pleura, dapat juga terjadi perdarahan alveolar

    masif.

    Manifestasi ginekoobstetrik: amenore pada anak besar.

    Kelainan sistem pencernaan terjadi akibat vaskulitis, seperti : perdarahanintestinal, pankreatitis, perforasi usus atau ulserasi hemoragis. Dapat terjadi diare

    karena infeksi saluran cerna. Perdarahan digestif karena pemberian obat (antiinflamasi), hepatitis dan dapat terjadi asites.

    Gangguan pada mata:dapat mengenai mata dan jalur saraf optik. Pada retina

    terdapat eksudat seperti kapas disertai perdarahan (Cotton Wool Spots), papilitis

    dan oklusi arteri sentralis (paling jarang), scotoma, gangguan penglihatan

    unilateral dan keratitis.

    Komplikasi

    Infeksi banyak terjadi pada stadium evolusi. Disamping akibat defisiensiimun, juga berhubungan dengan pemakaian kortikosteroid dan

    imunosupresan.

    Akibat keterlibatan visera: gagal ginjal, hipertensi maligna, ensefalopati,perikarditis, sitopenia autoimun, dsb.

    Prognosis

    Prognosis penyakit lupus telah membaik, dengan angka survival untukmasa 10 tahun sebesar 90%.

    Penyebab kematian akibat komplikasi viseral : gagal ginjal, hipertensimaligna, kerusakan SSP, perikarditis, infark miokard, dan sitopenia

    autoimun infeksi.Diagnosis

    Dasar Diagnosis

    Ditegakkan secara klinis dan laboratoris. Kriteria American RheumatismAssociation (ARA). Diagnosis LES ditegakkan bila terdapat paling sedikit

    4 dari 11 kriteria ARA tersebut. Empat dari 11 kriteria positif untuk

    menunjukkan 96% sensitivitas dan 96% spesifisitas. Salah satu butir

    pernyataan cukup untuk memenuhi kriteria. Kriteria ARA terdiri dari:

    1.Eritema malar (Butterfly rash)

    2.Lupus diskoid

    3.Fotosensitivitas

    4. Ulcerasi mukokutaneus oral atau nasal

    5. Artritis nonerosif

    6 .Nefritis: proteinuria > 0,5 g/24 jam, silinder sel dalam urin.7. Ensefalopati: konvulsi, psikosis

    8. Pleuritis atau perikarditis

    9. Sitopenia

    10.Imunoserologi positif: antibodi antidouble stranded DNA, antibodi

    antinuklear, sel LE, serologi sifilis (positif palsu)

    11.Antibodi antinuclear (ANA) positif.

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    43/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Langkah-langkah diagnosis

    1. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk dapat mengindentifikasimanifestasi klinis dan butir-butir kriteria ARA.

    2. Lakukan pemeriksaan laboratorium/penunjang lain.Anjuran pemeriksaan laboratorium/penunjang untuk LES

    Darah tepi lengkap (darah besar dan LED) Sel LE Antibodi Antikuler (ANA)

    Anti ds DNA (anti DNA natif)

    Autoantibodi lain (anti SM, RF, anti fosfolipid, antihiston, dll) Titer komplemen C3, C4 dan CH50 Titer IgM, IgG, dan IgA Krioglobulin Masa pembekuan Serologis sifilis (VDRL)

    Uji coombs. Elekroforesis protein Kreatinin dan ureum darah Protein urine (total protein dalam 24 jam) Foto rontgen dada.1. Tegakkan diagnosa berdasarkan kriteria ARA dan identifikasi luasnya

    manifestasi klinis.

    2. Telusuri komplikasi

    Indikasi rawat

    Semua dirawat untuk menelusuri keterlibatan organ dan komplikasi.

    Penatalaksanaan Profilaksis mencegah keadaan yang dapat menginduksi gejala lupus sepertimenghindari pemakaian obat tertentu, sinar matahari, kelelahan dll.

    Mencegah infeksi dan mempertahankan fungsi organ tubuh secara optimal.

    Penatalaksanaan infeksi.

    Salisilat untuk antralgia dan mialgia dosis 75-90 mg/kgBB/hari. (kontraindikasi: trombositopenia dan gangguan hemostasis).

    Antimalaria: dipakai untuk membantu penyapihan kortikosteroid untukpengobatan dermatitis lupus. Dipakai hidroksiklorokuin dosis awal 6-7

    mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis selama 2 bulan kemudian diturunkan

    menjadi 5 mg/kgBB/hari. Karena efek toksis pada mata maka harus

    dikonsul oftalmologik tiap 4-6 bulan.

    Kortikosteroid: preparat yang dipakai adalah prednisolon atau prednison : Dosis rendah: Kortikosteroid < 0,5 mg/kg/BB/hari Dosis inisial

    dipertahankan selama 4 minggu sebelum dilakukan penyapihan.

    Dosis tinggi: Kortikosteroid dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari : dosisinisial dipertahankan 6-8 minggu diberikan untuk mengatasi krisis

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    44/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    lupus, gejala neurologis susunan syaraf pusat, anemia hemolitik akut

    dan beberapa bentuk nefritis tertentu

    Pada nefritis, dosis yang diberikan berdasarkan gambaran PA Nefritis mesangial : hanya diberi terapi simtomatik Nefritis dengan kelainan glomerulus fokal : prednison dosis rendah 0,5

    mg/kgBB/hari.

    Untuk kelainan difus : dosis 1 mg/kBB/hari. Untuk membranosa : dosis tinggi disertai simptomatik dan siklofostamid 1

    mg/kgBB/hari

    Penyapihan: jika klinis membaik dan laboratorium dalam batas normal,dimulai penyapihan bertahap (C3, C4 dan titer anti ds DNA, atau konversi

    negatif sel LE dan titer ANA). Patokan untuk penyapihan sebagai berikut:

    < 10 mg/hari : turunkan 0,5-1 mg tiap 2-5 minggu 10-20 mg/hari : turunkan 1-2,5 mg setiap minggu

    20-60 mg/hari : turunkan 2,5-5 mg setiap minggu

    Jika saat penyapihan gejala kambuh lagi, dosis dinaikan dengan 25-50%terapi saat itu dalam dosis terbagi yang dipertahankan beberapa lama

    sebelum diputuskan untuk meneruskan penyapihan atau menaikkan dosis

    kembali. Umumnya dengan dosis > 30 mg/hari masih diberikan dosis

    terbagi 2-3 kali sehari. Jika gejala telah terkontrol dengan dosis tunggal,

    dapat dicoba pemberian obat selang sehari.

    Terapi bolus :

    Terapi bolus (pulse therapy) diberikan pada keadaan darurat atau krisislupus dengan manifestasi akut, kasus tak terkontrol dan pada lupus nefritisprolieratif difus.

    Preparat: metil prednisolon 10-30 mg/kgBB/kali, I.V, selama 1-3 hari.

    Diet

    Setiap pengobatan kortikosteroid selalu disertai diet rendah garam, rendahgula, tidak mengandung gas, dengan restriksi cairan serta suplemen kalsium

    dan kalium.

    Imunosupresan/sitostatika

    Diberikan jika terdapat gangguan neurologik susunan syaraf pusat, nefritis tipe

    proliferasi difus dan membranosa, anemia hemolitik akut dan kasus yang resisten

    terhadap pemberian kortikosteroid. Dipakai: azatioprin oral: 1-2 mg/kgBB/hari

    atau siklofosfamid oral 1-2 mg/kgBB/hari dan untuk terapi bolus 500-700 mg/m2

    IV setiap bulan, sampai 3 tahun.

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    45/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Tindak Lanjut

    Ikuti perkembangan klinis secara cermat. Secara khusus ikuti keterlibatanginjal. Ikuti perkembangan marker imunoserologi.

    Awasi infeksi sekunder. Infeksi timbul akibat efek kortikoterapi, akibatpemakaian imunosupresan atau akibat defisiensi imun akibat penyakit lupus.

    Indikasi pulang

    Jika keterlibatan organ telah terkontrol, serta infeksi sekunder telah teratasi. Follow up penderita dengan berobat jalan secara berkala selama bertahun-

    tahun untuk mengikuti aktifitas penyakit.

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    46/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIKPADA ANAK

    Dr. SABAR HUTABARAT,SpA

    ANAMNESIS

    Pengertian

    - Anamnesis: pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara

    - Autoanamnesis: langsung ke pasien

    - Alloanamnesis: semua keterangan diperoleh selain dari pasiennya sendiri

    Orangtua

    Wali

    Keterangan dari dokter yang merujuk

    Peran anamnesis

    Berperan sangat penting dalam diagnosis dan tatalaksana penyakit anak

    Cara tercepat dan satu-satunya menuju diagnosisMisalnya: Kejang demam

    Sering dapat ditentukan sifat dan beratnya penyakit dan terdapatnya faktor-

    faktor yang mungkin menjadi latar belakang penyakit yang berguna dalam

    menentukan sikap untuk tatalaksana

    Anamnesis merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan

    dalam pemeriksaan fisik

    Pada semua pasien anak:

    Mencakup masalah yang berhubungan dengan penyakit sekarang

    Mencakup riwayat pasien sejak dalam kandungan ibu sampai saat dilakukan

    wawancaraHarus tergambar status kesehatan dan status tumbuh kembang secara

    keseluruhan

    Teknik Anamnesis

    Ciptakan suasana kondusif agar orangtua atau pasien dapat mengemukakan

    keadaan pasien dengan spontan dan wajar

    Pemeriksa harus bersikap empatik dan menyesuaikan diri dengan keadaan

    sosial, ekonomi dan pendidikan serta emosi orang yang diwawancara

    Anamnesis dilakukan dengan wawancara secara tatap muka

    Keberhasilan anamnesis bergantung pada kepribadian, pengalaman dan

    kebijakan pemeriksaPertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa sebaiknya tidak sugestif dan

    sedapat mungkin dihindari pentanyaan yang jawabannya ya atau tidak

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    47/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Langkah-langkah anamnesis

    Sistematika:

    Identitas pasien

    Keluhan utama

    Riwayat perjalanan penyakit sekarang

    Riwayat penyakit dahuluRiwayat pasien dalam kandungan ibu

    Riwayat kelahiran

    Riwayat makanan, imunisasi, riwayat tumbuh kembang dan keluarga

    Identitas Pasien

    Merupakan bagian yang penting dalam amamnesis

    Tujuan: memasyikan bahwa yang diperiksa benar-benar anak yang

    dimaksud dan tidak keliru dengan anak lain

    Identitas terdiri dari: Nama, Umur, Tanggal lahir

    Jenis kelamin:

    Guna: identitas dan penilaian data pem.klinisNama OT:

    Guna: agar tidak keliru dengan orang lain

    Alamat

    Guna: agar dapat dihubungi untuk kunjungan rumah, mempunyai arti

    epidemiologis

    Umur/Pendidikan/Pekerjaan orangtua

    Agama dan suku bangsa

    Guna: memantapkan identitas, berhubungan dengan perilaku tentang

    kesehatan dan penyakit

    Riwayat PenyakitKeluhan Utama

    Keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat

    Keluhan utama tidak selalu merupakan keluhan yang pertama disampaikan

    oleh orangtua

    Keluhan utama tidak harus sejalan dengan diagnosis utama

    Riwayat Perjalanan Penyakit

    Disusun cerita yang kronologis, terinci dan jelas sejak sebelum terdapat

    keluhan sampai ia berobat

    Bila pasien telah berobat sebelumnya tanyakan kapan, kepada siapa, oabat

    yang diberikan dan bagaimana hasilnya

    Perlu ditanyakan perkembangan penyakit kemungkinan terjadinya

    komplikasi, adanya gejala sisa, bahkan juga kecatatan

    Pada dugaan penyakit menular, perlu ditanyakan apakah ada anak lain yang

    menderita penyakit yang sama

    Pada dugaan penyakit turunan (mis: asma) ditanyakan adakah saudara

    sedarah ada yang mempunyai stigmata alergi

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    48/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Perlu pula diketahui penyakit yang mungkin berkaitan dengan penyakit

    sekarang (mis: penyakit kulit mendahului penyakit ginjal)

    Hal-hal berikut perlu diketahui mengenai keluhan atau gejala

    Lamanya keluhan berlangsung

    Bagaimana sifat terjadinya gejala:Mendadak/perlahan-lahan/terus-menerus/berupa

    bangkitan/hilang timbul/berhubungan dengan waktu

    Keluhan lokal dirinci lokalisasi dan sifatnya:

    Menetap/menjalar/menyebar/sifat penyebaranya/berpindah

    Berat ringannya keluhan dan perkembangannya

    Menetap/cenderung bertambah berat/cenderung berkurang

    Terdapatnya hal yang mendahului keluhan

    Apakah keluhan tersebut pertama kali atau berulang

    Apakah ada saudara atau tetangga menderita yang sama

    Upaya yang telah dilakukan

    DEMAM

    Keluhan yang sering dikemukakan

    Yang perlu ditanyakan

    Lama demam

    Apakah timbulnya mendadak, remiten, intermiten, kontinu

    Apakah terutama terjadi padamalam hari, atau

    berlangsung beberapa hari kemudian menurun kalau naik lagi dsb

    Apakah pasien menggigil, kejang, kesadaran menurun,meracau, mengigau,

    mencret, muntah, sesak nafas, terdapatnya manifestasi perdarahanBATUK

    Yang perlu ditanyakan:

    Berapa lama

    Apakah batuk sering berulang atau kambuh

    Sifat batuk: spasmodik, kering atau produktif/banyak dahak

    Dirinci sifat dahaknya:kekentalan, warna, bau serta adanya darah pada dahak

    Keluhan lain yang menyertai batuk: sesak nafas, mengi,

    keringat malam, sianosis, berat badan menurun, apakah pasien

    memerlukan perubahan posisi, muntah dsb

    terdapatnya orang disekitar pasien juga batuk, dapat memberi petunjuk

    diagnosis

    MENCRET

    Keluhan mencret sering menyertai gangguan traktus gastrointestinalis atau

    keluhan penyerta penyakit lain

    Perlu diketahui:

    Apakah mencret berlangsung akut atau kronik

    Frekuensi defekasi sehari

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    49/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Banyaknya feses setiap buang air besar

    Konsistensi feses

    Warna feses (hitam, hijau, kuning, putih seperti

    dempul)

    Baunya (busuk, anyir), disertai lendir atau darah

    Selain rasa mulas, tenesmus atau kolik perlu ditanyakan keluhan lain yangmenyertai mencret mis: muntah, sesak nafas, kejang, gangguan kesadaran, kencing

    berkurang, lemas, lecet di dubur,dubur keluar dsb

    KEJANG

    Yang perlu ditanyakan

    Kapan kejang terjadi: pertama kali atau berulang

    Frekuensi kejang

    Sifat kejang: klonik, tonik, umum atau fokal

    Kama serangan, interval antara dua serangan,

    kesadaran pada waktu kejang dan paska

    kejangGejala lain yang menyertai: demam, muntah,

    lumpuh, penurunan kesadaran, atau kemunduran kepandaian

    MUNTAH

    Pada keluhan muntah perlu diketahui sejak umur berapa keluhan muntah

    mulai berlangsung

    Hal-hal yang perlu diteliti:

    Berapa kali frekuensi muntah

    Sifat muntah: (proyektil atau dengan keluhan nausea

    lebih dahulu)

    Berapa banyak muntahanJenis muntahan dan warnanya

    Apakah muntahnya terjadi setelah makan/minum

    Apakah muntahnya berhubungan dengan posisi dari berbaring ke duduk

    Keluhan lain yang sering menyertai: perut kembung, konstipasi atau mencret,

    demam, batuk spasmodik dll

    SESAK NAFAS

    Keluhan sesak nafas sering berhubungan dengan penyakit saluran nafas dan

    penyakit kardiovaskular

    Diteliti saat keluhan sesak nafas timbul, apakah baru pertama kali atau

    berulang-ulang

    Berapa bantal anak tidur

    Apakah sesak nafas timbul setelah aktifitas (disebut toleransi latihan)

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    50/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Riwayat penyakit yang pernah diderita

    Perlu diketahui karena mungkin ada hubungan dengan penyakit sekarang

    Misal: dugaan penyakit campak, bila OT mengatakan anaknya pernah sakit

    campak beberapa bulan lalu, maka dugaan tersebut agaknya meragukan

    Riwayat Kehamilan Ibu

    Bagaimana kesehatan ibu selama hamilUpaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit ibu

    Obat-obatan yang diminum selama kehamilan muda

    Talidomid: amelia/fokomelia

    Infeksi virus yang terjadi pada TM I

    Virus Rubella: sindrom rubela

    Apakah merokok/minuman keras

    Bayi yang lahir kecil

    Anamnesis yang cermat mengenai makanan ibu

    Riwayat kelahiran

    Perlu ditanyakan teliti:Tanggal dan tempat kelahiran

    Siapa yang menolong

    Cara kelahiran Adanya kehamilan gandaKeadaan setelah lahirBB dan PB padawaktu lahir

    Riwayat makanan

    Dapat diperoleh keterangan tentang makanan yang dikonsumsi anak

    Dinilai apakah kualitas dan kuantitas adekuat (memenuhi AKG yang

    dianjurkan)Pada bayi perlu diketahui susu apa yang diberikan: ASI/PASI

    Riwayat Imunisasi

    Status imunisasi pasien harus secara rutin ditanyakan

    BCG, DPT, Polio, Hepatitis B

    Guna: mengetahui status perlindungan pediatrik yang diperoleh dan dapat

    membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu (mis: polio)

    Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

    Riwayat pertumbuhan

    Dapat ditelaah dari kurva BB/U, PB/U dan BB/TB

    Kurva PB/U menggambarkan status pertumbuhan sebenarnya

    Dari kurva ini dapat dideteksi riwayat penyakit kronik, MPE, penyakit endokrin

    Kurva BB/U: mencerminkan riwayat kesehatan anak

    Riwayat perkembangan

    Tahapan perkembangan sesuai normal atau ada penyimpangan

    Perlu ditanyakan beberapa patokan (milestone) dibidang motorik kasar,halus,

    sosial personal dan bahasa

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    51/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Riwayat imunisasi

    Perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran keadaan sosial

    ekonomi budaya dan kesehatan keluarga pasien

    Banyak penyebab kesakitan maupun kematian dengan latar belakang sosial

    ekonomi keluarga mis: malnutrisi atau TBC

    Pelbagai jenis penyakit bawaan dan keturunan juga mempunyai latarbelakang sosial budaya atau kecenderungan familial

    Pemeriksaan fisik pada anak

    Inspeksi (periksa lihat)

    Palpasi (periksa raba)

    Perkusi (periksa ketuk)

    Auskultasi (periksa dengar)

    Inspeksi

    Inspeksi umum

    Lihat perubahan secara umum

    Kesan: KU pasien

    Inspeksi lokal

    Lihat perubahan lokal

    Palpasi

    Pemeriksaan dengan meraba

    Mempergunakan telapak tangan

    Dengan palpasi dapat ditentukan:

    Bentuk

    Besarcm

    Tepi

    tajam/tumpulPermukaanrata/berbenjol-benjol

    Konsistensilunak/keras/kenyal/kistik/fluktuasi

    Palpasi abd: fleksi panggul dan lutut

    telapak tangan mendatar dengan jari 2,3,4

    merapat

    Perkusi

    Tujuan: untuk mengetahui perbedaan suara ketuk dapat ditentukan batas

    organ/massa

    Perkusi

    Langsung: ujung jari 2 atau 3

    Tidak langsung:

    Jari 2 atau 3 tangan kiri diletakkan lurus pada bagian tubuh

    yang diperiksa sedangkan jari lainnya tidak menyentuh tubuh

    yang diperiksa (sbg landasan)

    Ketuklah jari ini pada falang bagian distal proksimal kuku

    dengan jari 2 atau 3 tangan kanan yang membengkok

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    52/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Ketukan dilakukan dengan engsel pergerakan terletak pada

    pergelangan tangan bukan pada siku

    Suara perkusi

    Sonor/pekak/timpani

    Redup (antara sonor dan pekak)

    Hipersonor Iantara sonor dan timpani)Auskultasi

    Mempergunakan steteskop

    Stetoskop binaural

    Sisi membran nada tinggi

    Sisi sungkup nadarendah

    Pemeriksaan umum

    Keadaan umum

    Kesan keadaan sakit

    Kesadaran

    Status giziTanda vital

    Nadi: frekuensi, irama, isi, kualitas

    TD

    Pernafasan

    Suhu

    Data antropometrik:

    BB,TB, Lingkar kepala, Lingkar dada, LLA, tebal lipatan

    kulit

    Kesadaran dapat dinilai bila os tidak tidur

    Tingkatan: Kompos mentis: sadar sepenuhnya

    Apatis: sadar tapi acuh tak acuh

    Somnolens: mengantuk, tidak respon thp stimulus ringan,

    respon terhadap stimulus agak keras

    Sopor: tidak ada respon thd stimulus ringan/sedang, refleks

    cahaya masih positif

    Koma: tidak ada respon thd semua stimulus, refleks cahaya

    negatif

    Delirium: kesadran menurun serta kacau, biasanya

    disorientasi, iritatif dan salah persepsi

    Nadi

    Idealnya dihitung dalam keadaan tenang

    Posisi berbaring atau duduk

    Bayi/anak kecil: nadi dihitung dengan meraba a.brakialis atau a.femoralis

    Anak besar: nadi dihitung dengan meraba a. radialis

    Perabaan nadi dengan ujung jari 2,3 dan 4 tangan kanan sedang ibu jari

    berada di bagian dorsal tangan anak

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    53/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Sebaiknya penghitungan nadi bersamaan denyut jantung selama 1 menit

    penuh

    Nadi

    Frekuensi

    Takikardi:frekuensi nadi lebih cepat dan normal

    Demam: kenaikan suhu 1 derajat, nadi naik 15-20 kali/menitBradikardi: frekuensi nadi lebih lambat dari normal

    Irama: raba nadi dan auskultasi jantung

    Normal: teratur

    Disritmia

    Kualitas nadi

    Normal: cukup

    Pulsus seler: nadi teraba sangat kuat akibat tekanan nadi yang besar

    Pulvus parvus et tardus: nadi dengan amplitudo rendah, terdapat pada

    stenosis aorta

    Pulsus alternans: denyut nadi selang seling kuat dan lemahPulsus paradoksus: nadi teraba lemah saat inspirasi, normal atau kuat saat

    ekspirasi, pada tamponade jantung

    Ekualitas nadi

    Normal: teraba sama pada ke-4 ekstremitas

    Koarktasio aorta: ekstremitas atas kuat sedangkan bawah lemah/tak

    teraba

    Takayasu: sebaliknya

    Tromboemboli arteri perifer nadi distal tak teraba

    Tekanan darah

    Posisi: berbaring telentang dengan lengan lurus disamping badan ataududuk dengan lengan bawah diletakkan diatas meja lengan berada

    setinggi jantung

    Cara:

    Pasang manset melingkari lengan atas atau tungkai atas dengan batas

    bawah 3 cm dari siku atau lipat lutut

    Dengan cepat manset dipompa sampai denyut nadi a.radialis atau

    dorsalis pedis tidak teraba, kemudian teruskan dipompa sampai 20-30

    mmHg

    Sambil mendengar dengan steteskop pada a.brakialis (di fossa cubiti)

    atau a.poplitea(di fosa poplitea) kosongkan manometer perlahan

    dengan kecepatan 2-3 cm tiap detik

    Pada penurunan air raksa ini akan terdengar bunyi karotkoff

    Bunyi karotkoff:

    I: bunyi pertama kali tedengar, berupa bunyi detak perlahan

    II: seperti KI tetapi disertai bunyi desis

    III: seperti KII tetapi lebih keras

    IV: bunyi tiba-tiba melemah

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    54/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    V: bunyi menghilang

    Tekanan sistolik

    Saat mulai terdengar bunyi K1

    Normal: dilengan < 10-15 mmHg dan tungkai (kecuali bayi < 1 thn)

    Tekanan diastolik:

    Saat mulai terdengar bunyi KIVPada bayi dan anak bersamaan/hampir sama dengan menghilangnya

    bunyi K V

    Bila melemah dan menghilangnya bunyi tak bersamaan hasil

    pemeriksaan ditulis keduanya 100/70/40 mmHg

    Ideal: diukur pada ke-4 ekstremitas

    Lengan atas kanan

    TD sistolik dan diastolik tinggi: kel.ginjal

    TD sistolik tinggi tanpa peningkatan diastolik (tekanan nadi besar): PDA,

    AI, fistula, anemia, anxietas (hiperkinetik)

    TD sistolik rendah dengan tek diastole normal (tek nadi kecil): stenosisaorta

    TD sistolik dan diastolik menurun: syok

    Pernafasan

    Frekuensi

    Takipnu

    Bradipnu

    Dispnu: kesulitan bernafas ditandai pernafasan cuping hidung,

    retraksi subc, suprasternal, sianosis

    Irama/keteraturan

    KedalamanTipe/pola pernafasan

    Bayi: abdominal/diafragma

    Anak besar: torakal

    Frekuensi pernafasan dapat dihitung dengan cara:

    Inspeksi

    Pemeriksa melihat gerakan nafas dan menghitung

    frekuensinya (tdk praktis dan tidak dianjurkan)

    Palpasi

    Tangan pemeriksa diletakkan pada dinding dada, kmdn

    dihitung gerakan pernafasan yang terasa pada tangan

    sementara pemeriksa memperhatikan jarum jam

    Auskultasi

    Dengan steteskop didengarkan dan dihitung bunyi pernafasan

    Semua perhitungan harus dilakukan selama satu menit penuh

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    55/177

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    56/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedokteran lainnya di http://noteskedokteran.blogspot.com

    Letakkan pita mengelilingi dada melalui putting susu dalam

    keadaan ekspirasi maksimal

    Normal: lingk Dada adalah 2 cm lebih kecil dari lingkaran kepala.

    Kemudian lingkaran dada menjadi lebih besar dari kepala karena dada

    tumbuh lebih cepat

    Lingkaran lengan atasAlat: pita pengukur lingkar lengan atas

    Cara:

    Lingkarkanlah pita pengukur pada pertengahan lengan kiri antara

    akromion dan olekranon

    Pada BBL

    LLA 11 cm

    Umur 1 thn: 16 cm

    Umur 5 thn: 17 cm

    Tebal lipatan kulit

    Alat: Kaliper lipatan kulit (skinfold calipes)Cara:

    Lipatan kulit yang diukur: triseps, subskapular, suprailiaka

    Pengukuran dilakukan dengan mencubit kulit sampai terpisah dari otot

    dasarnya

    Kemudian lipatan kulit tersebut diukur degan kaliper

    Tinggi badan

    Alat

    Bayi: alat pengukur terbuat dari kayu yang salah satu ujungnya memp

    batas tetap sedang ujung lain dapat digerakkan

    Anak: diukur berdiri tanpa sepatu dan telapak kaki dirapatkanNormal:

    PBL: 50 cm

    Umur 1 thn: 1,5 kali PBL

    Umur 4 thn-2 kali PBL

    Tinggi badan waktu duduk diatas permukaan keras dan bersandartegak

    pada dinding

    Ukurlah jarak antara permukaan itu dengan ujung kepala, jarak ini adalah

    tinggi waktu duduk

    Kulit, Rambut dan KGB

    Kulit

    Warna

    Sianosis

    Ikterus

    Paling jelas di sklera, kulit serta selaput lendir

    Bilirubin indirek: kuning terang

    Bilirubin direks kuning kehijauan

  • 7/22/2019 CABUL IKA1

    57/177

    CABUL IKA 1 edited by edi06

    Dapatkan ebook kuliah kedoktera