ca liang telinga scribd

25
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya refrat Ca Liang Telinga dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yaitu atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan selama menjalani kepaniteraan klinik serta selama mengerjakan referat sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan penulis kepada perawat yang membantu dan membimbing penulis, serta kepada keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan selama ini. Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan- kekurangan. Semoga referat ini dapat berguna dalam bidang kedokteran, khususnya pada divisi THT. 1

Upload: putri-pelealu

Post on 07-Dec-2014

144 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: CA Liang Telinga Scribd

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya refrat Ca Liang Telinga

dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada pembimbing yaitu atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan selama menjalani

kepaniteraan klinik serta selama mengerjakan referat sehingga penulis dapat menyelesaikan

referat ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan penulis kepada perawat yang membantu dan

membimbing penulis, serta kepada keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan

dukungan selama ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu mohon maaf

apabila masih terdapat kekurangan-kekurangan. Semoga referat ini dapat berguna dalam

bidang kedokteran, khususnya pada divisi THT.

Jakarta, Juli 2012

Penyusun

1

Page 2: CA Liang Telinga Scribd

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI...................................................................................................................... 5

2.2 HISTOLOGI...................................................................................................................8

2.3 FISIOLOGI...................................................................................................................10

2.4 Ca Liang Telinga.......................................................................................................... 12

Karsinoma sel skuamosa....................................................................................................12

Karsinoma sel basal............................................................................................................13

Adenokistik karsinoma...................................................................................................... 14

Evaluasi diagnosis...............................................................................................................14

Stadium tumor....................................................................................................................14

Penataksanaan.................................................................................................................... 15

BAB III KESIMPULAN.................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 17

BAB I

2

Page 3: CA Liang Telinga Scribd

PENDAHULUAN

Keganasan pada liang telinga merupakan kasus yang jarang dijumpai dan biasanya

prognosis penyakit buruk. Angka kejadian berkisar 1 sampai 6 kasus per satu juta populasi

per tahun. (1)

Di Singapura insidensi keganasan pada liang telinga dilaporkan 2,1 juta populasi per tahun. (2)

Keganasan pada daun telinga dan liang telinga terjadi diduga karena faktor

anatominya yang berada di permukaan tubuh dan radiasi ultraviolet. Banyak penelitian yang

menyebutkan bahwa keganasan yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel basal dan

karsinoma sel skuamosa. Kedua keganasan ini sering dihubungkan dengan radiasi ultraviolet

(walaupun tidak selalu faktor radiasi ultraviolet yang menjadi faktor utama pencetus

keganasan). Karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa bisa tumbuh dalamliang telinga

atau menyebar dari aurikula ke dalam liang telinga. (3)

BAB II

3

Page 4: CA Liang Telinga Scribd

PEMBAHASAN

2.1. ANATOMI TELINGA

Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

2.1.1. TELINGA LUAR

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun

telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun telinga memiliki beberapa bagian,

antara lain: concha, helix, antihelix, lobulus, trogus dan antitragus.(4) Liang telinga berbentuk

huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan duapertiga bagian

dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½- 3 cm.

Pada sepertiga bagian luar liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi

kelenjar keringat = kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh

kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam sedikit dijumpai kelenjar serumen.(5)

Membran telinga adalah membran semitransparan yang tipis, oval, berdiameter ± 1cm

dan terletak di bagian paling dalam dari telinga luar. Membran timpani dilapisi oleh kulit tipis

pada bagian luar dan membran mukosa pada bagian dalam.

2.1.2. TELINGA TENGAH

Telinga tengah berbentuk kubus dengan:

- batas luar : membran timpani

- batas depan : tuba eustachius

- batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)

- batas belakang: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

- batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)

- batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal,

kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan

promontorium.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan

terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran

4

Page 5: CA Liang Telinga Scribd

Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya

berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam

dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pers tensa mempunyai

satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan serat elastin yang

berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian dalam.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai

umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu pada pukul

7 untuk membran timpani kiri dan pada pukul 5 untuk membran timpani kanan. Reflek

cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani. Di

membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang

menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut itu. Secara klinis reflek cahaya

ini dinilai, misalnya bila letak cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba

eustachius.

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan

prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga

didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan, serta bawah-belakang, untuk

menyatakan letak perforasi membran timpani.

Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke

dalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Telinga pendengaran di dalam telinga tengah saling

berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada

inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes melekat pada tingkap lonjong yang

berhubungan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.

Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad

antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dan antrum mastoid. Tuba

eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan

telinga tengah.

2.1.3. TELINGA DALAM

5

Page 6: CA Liang Telinga Scribd

Terdiri dalam terdiri koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan

vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut

helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk

lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah

atas, skala timpani di sebelah bawah, dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala

vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Hal ini

penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli

(Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran

ini terletak organ Corti.

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran

tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel

rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.

Gambar 1. Ear diagram(9)

2.2. Histologi Telinga

6

Page 7: CA Liang Telinga Scribd

Telinga luar, aurikula (pinna) terdiri atas tulang rawan elastin, yang ditutupi

kulit disemua sisinya. Meatus auditorius eksterna terdiri atas epitel berlapis skuamosa,

terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar seruminosa. Satu pertiga dinding

luarnya terdiri atas tulang rawan elastin dan dua pertiga dinding dalam terdiri atas tulang

temporal. Membran timpani terdiri atas dua bagian yaitu pars flaksida dan pars tensa. Pars

flaksida merupakan lapisan epidermis dan terdiri dari epitel selapis kuboid. Pars tensa adalah

lapisan epidermis dan terdiri dari epitel selapis kuboid.

Gambar 2 (10)

Telinga tengah, dilapisi oleh selapis epitel gepeng. Di dekat tuba eustachius berangsur

berubah menjadi epitel bertingkat silindris bersilia. Tulang – tulang pendengaran (maleus,

incus, dan stapes) memiliki sendi sinovial dan dilapisi oleh epitel selapis gepeng. Telinga

dalam, sakulus dan utrikulus terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi gepeng. Makula, daerah

kecil pada dinding sakulus dan utrikulus dengan sel – sel neuroepitel. Makula terdiri atas 2

jenis sel reseptor dan sel penyokong. Sel reseptor ( sel rambut) terdiri atas satu kinosilia dan

streosilia. Sel penyokong berada di antara sel–sel rambut berbentuk epitel silindris. Otolit,

endapan kristal di permukaan dan terdiri atas kalsium karbonat. Duktus semisirkularis, daerah

reseptor di dalam ampula berbentuk tabung panjang dan disebut sebagai krista ampularis.

7

Page 8: CA Liang Telinga Scribd

Kupula berbentuk kerucut dan tidak ditutupi otolit. Duktus koklearis terbagi menjadi tiga

ruangan yaitu skala vestibularis, media, dan timpani. Stria vaskularis adalah epitel vaskular

yang terletak pada dinding lateral duktus koklearis dan bertanggung jawab atas komposisi ion

di endolimfe. Organ korti mengandung sel rambut sel rambut yang berespons terhadap

berbagai frekuensi suara. Sel rambut terdapat pada membrana basilaris. Barisan streosilia

berbentuk “w” pada bagian luar dan berbentuk “v” atau linier pada bagian dalam. Tidak

terdapat kinosilia. Ujung streosilia terbenam dalam membrana tektorial(4).

2.3. Vaskularisasi dan Persarafan Telinga

Telinga dalam diperdarahi oleh arteri auditori interna cabang dari arteri cerebellaris

anterior inferior dan arteri basilaris. Arteri auditori interna membentuk dua cabang yaitu

arteri vestibularis anterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian superior, serta

bagian superior dan horizontal dari kanalis semisirkularis. Cabang lain dari arteri auditori

interna adalah arteri koklearis komunis yang bercabang menjadi arteri koklearis dan arteri

vestibulokoklearis. Arteri koklearis memperdarahi semua bagian koklea kecuali sepertiga

bagian basal yang diperdarahi oleh rami koklearis, cabang dari arteri vestibulokoklearis.

Cabang lain dari arteri vestibulokoklearis adalah arteri vestibular bagian posterior yang

memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian inferior, serta kanalis semisirkularis bagian

posterior. Vena dialirkan ke vena auditori interna yang diteruskan ke sinus sigmoideus atau

sinus petrosus inferior. Vena-vena kecil melewati vestibular aqueduct dan bermuara di sinus

petrosus inferior dan superior.

Untuk persarafan, telinga sebagai organ pendengaran sekaligus sebagai organ

keseimbangan dipersarafi oleh nervus vestibulokoklearis. Nervus koklearis tersusun oleh

sekitar 30.000 sel-sel saraf eferen yang mempersarafi 15.000 sel rambut pada spiral organ di

setiap koklea. Serabut saraf dari nervus koklearis berjalan sepanjang meatus akustikus

internus bersama serabut saraf dari nervus vestibularis membentuk nervus vestibulokoklearis

(CN VIII). Pada ujung medial dari meatus akustikus internus, saraf kanial VIII menembus

lempengan tulang tipis bersama saraf kranial VII (nervus fasialis) dan pembuluh darah

menuju dorsal dan ventral coclear nuclei di batang otak. Sebagian besar serabut saraf dari

kedua nuclei naik menuju inferior colliculus secara kontralateral, dan sebagian lainnya secara

ipsilateral. Selanjutnya, dari inferior colliculus, saraf-saraf pendengaran berjalan menuju

medial geniculate body dan akhirnya menuju korteks auditorius di lobus temporalis(5).

8

Page 9: CA Liang Telinga Scribd

2.4. Fisiologi Sistem Pendengaran

Fungsi utama dari telinga luar dan tengah adalah menyalurkan energi suara dari luar

ke telinga dalam. Fungsi ini dimulai dengan peran aurikula sebagai penangkap getaran dari

luar yang diteruskan ke meatus akustikus eksternus. Dikarenakan bentuk dan ukurannya,

meatus akustikus eksternus mampu menambah intensitas bunyi pada gelombang 2-4 KHz

hingga 10-15 dB. Getaran yang ditangkap diteruskan ke membran timpani dan menyebabkan

membran timpani bergetar kemudian menyebabkan maleus bergetar. Maleus berartikulasi

dengan inkus dan inkus berartikulasi dengan stapes. Artikulasi antara inkus dan stapes

menyebabkan stapes terdorong ke depan dan ke belakang setiap membran timpani dan

maleus bergetar, sehingga menyebabkan gerakan ke luar dan ke dalam pada oval window dan

menggetarkan cairan endolifatik pada duktus koklearis.

        Perpindahan tekanan suara dari medium gas ke medium cair menyebabkan hilangnya

energi dalam jumlah besar. Jumlah energi yang hilang mencapai 99.9% atau sekitar 30 dB

dan hanya 0.1% yang ditransmisikan. Untuk mengatasi kehilangan itu telinga tengah

memiliki fungsi yang mengubah energi suara yang ditransmisikan dari lingkungan luar

telinga, dimana gas sebagai medium, ke telinga dalam yang mengandung cairan. Fungsi

tersebut adalah:

1)      The Lever System

Karena manubrium pada maleus lebih panjang daripada lengan panjang inkus, telinga

memperoleh keuntungan secara mekanik yaitu dapat menutupi 2 hingga 3 dB dari total energi

suara yang hilang akibat perpindahan medium  sebesar 30 dB.

2)      Tympanic Membrane-Footplate Ratio

Fungsi ini didasari oleh perbedaan luas permukaan dari membran timpani dengan

footplate dari stapes. Luas permukaan dari membran timpani adalah 55 mm2 dan luas

permukaan footplate dari stapes adalah 3,2 mm2. Rasio aktual keduanya adalah 21:1 namun

rasio efektif adalah 14:1, hal ini disebabkan tidak semua permukaan membran timpani yang

bergetar. Rasio efektif tersebut dapat mengatasi kehilangan energi suara sebesar 23 dB.

Dari kedua mekanisme tersebut, telinga tengah dapat menutupi 25-27 dB dari total 30

dB energi suara yang dilang. Sisa 3-5 dB hilang selamanya. Mekanisme ini dinamakan

“impedance-matching mechanism”.  Selain itu, telinga tengah juga memiliki mekanisme

9

Page 10: CA Liang Telinga Scribd

protektif yaitu dengan kontraksi otot stapedius dan otot tensor timpani. Kedua otot ini

bereaksi secara refleks ketika telinga menangkap suara keras dengan masa laten 40-80

milidetik. Otot stapedius berfungsi menahan gerakan berlebih dari stapes, dan otot tensor

tympani berfungsi menahan gerakan manubrium dari maleus. Kedua kontraksi otot ini

menyebabkan kekakuan pada tulang-tulang pendengaran sehinga dapat mengurangi intensitas

suara keras (diatas 100 dB) yang didengar dalam waktu lama hingga 10 dB. Namun pada

suara keras yang tiba-tiba kedua otot ini tidak dapat menjalani fungsinya karena masa laten

yang lambat, sehingga intensitas suara keras tersebut tidak dapat dikurangi dan dapat

menyebabkan acoustic trauma.

Selanjutnya, getaran yang disampaikan dari stapes ke tingkap oval menyebabkan

cairan endolimfatik di  sepanjang duktus koklearis bergetar. Getaran itu menimbulkan getaran

pada membran basilar. Membran basilar mengandung basilar fiber yang keluar dari modiolus

dan bebas pada ujungnya, sehinga membran ini dapat bergetar. Panjang dan diameter basilar

fiber bervariasi. Di dekat tingkap bundar, panjang basilar fiber adalah 0,05 mm dan semakin

mendekati apex panjangnya bertambah hingga 0,4 mm. Sebaliknya, diameter basilar fiber

mengecil dari basis ke apex. Akibat dari variasi ini, membran basilar pada basis bergetar pada

frekuensi tinggi dan pada apex cenderung bergetar pada frekuensi rendah.

Organ Corti, yang terletak pada permukaan membran basilar, mencetuskan impuls

sebagai respon terhadap getaran pada membran basilar.  Organ Corti memiliki dua tipe sel

rambut, sel rambut luar dan dalam, dimana sel rambut luar lebih banyak daripada sel rambut

dalam. Namun, hampir 90% serat-serat saraf dirangsang oleh sel rambut dalam.

Sel-sel rambut memiliki stereosilia. Sterosilia tertanam dalam membran tektorial yang

memiliki struktur seperti gelatin dan ukutannya semakin panjang pada sisi yang menjauhi

modiolus. Setiap stereosilia berikatan dengan stereosilia disampingnya yang lebih panjang

oleh filamen-filamen tipis. Pada saat terjadi pembengkokan stereosilia ke arah stereosilia

yang lebih panjang, maka stereosilia yang lebih pendek akan tertarik dan membuka 200

sampai 300 saluran penghantar kation dan menimbulkan gerakan cepat dari ion kalium yang

bermuatan positif untuk memasuki stereosilia dan menyebabkan hiperpolarisasi. Jika yang

terjadi sebaliknya makan akan menyebabkan depolarisasi dari sel-sel rambut. Secara umum,

jika membran basilar berbelok ke arah scala vestibuli akan menyebabkan sel-sel rambut

untuk berdepolarisasi, dan jika membran basilar berbelok ke arah skala timpani akan

menyebabkan sel-sel rambut mengalami hiperpolarisasi. Perubahan potensial sel-sel rambut

10

Page 11: CA Liang Telinga Scribd

ini akan mengeksitasi serabut-serabut saraf yang bersinaps pada dasar sel-sel rambut dan

menghantarkannya ke sepanjang saraf-saraf pendengaran.

Gambar 3(11)

2.4 Ca Liang Telinga

Patologi dan insiden

Kanker sel basah dan kanker sel skuamosa adalah tumor yang paling sering terjadi di

liang telinga dan aurikula, karena daerah ini paling sering terkena sinar matahari dan radiasi

sinar ultraviolet yang kemungkinan merupakan penyebabnya. Ada beberapa tumor yang lain

seperti malignant melanoma, adenokarsinoma kelenjar serumin, karsinoma kistik adenoid.

Tumor-tumor ini biasanya mulai timbul pada pasien usia 50-60an tahun.

2.4.1 Kanker sel skuamosa

Kanker sel skuamosa merupakan tipe tumor yang paling sering terjadi pada aurikula

dan liang telinga. Tumor ini paling sering terjadi pada orang kulit putih, belum pernah ada

laporan yang mencatat bahwa tumor ini pernah terjadi pada orang kulit hitam. Secara umum,

pasien kulit putih lebih cenderung untuk menderita kanker sel skuamosa pada kulit. Tumor

ini biasanya mulai muncul pada usia 50-60an, tapi ini juga bergantung pada faktor genetik

seseorang. Pria lebih cenderung menderita tumor ini dibanding dengan wanita.

11

Page 12: CA Liang Telinga Scribd

Gambar 4(12)

Pada umumnya, kanker sel skuamosa pada liang telinga terlambat didiagnosis oleh

dokter. Pasien biasanya diterapi dengan obat untuk otitis eksterna sebelum diagnosis kanker

liang telinga ditegakkan. Etiologi kanker liang telinga sendiri masih belum diketahui. Ada

yang mengatakan bahwa tumor ini dapat timbul pada telinga yang mengalami otorrhoea

kronis. (6,7) Walaupun begitu, sinar matahari atau radiasi ultraviolet mungkin memainkan

sedikit peranan pada kanker ini. Oleh karena tulang rawan pada liang telinga tidak

memungkinkan sebagai penghalang yang kuat, tumor ini sering berinfiltrasi ke kelenjar

parotis ataupun sampai ke mastoid. Sering juga tumor ini bisa menjalar sampai ke telinga

tengah. Pasien dengan keadaan ini, memiliki gejala seperti pruritus, rasa sakit pada liang

telinga, sekret yang berbau busuk, penurunan fungsi pendengaran dan kelumpuhan nervus

facial. Pada pasien dengan persisten otitis eksterna yang tidak sembuh dengan terapi

konservatif harus dipikirkan juga bahwa ini adalah bentuk keganasan. Tingkat kelangsungan

hidup (survival rate) pada tumor ini, pada umumnya rendah atau sekitar 25%.

2.4.2 Karsinoma sel basal

Walaupun karsinoma sel basal sering terjadi pada kepala dan leher, tetapi kanker ini

sangat jarang terjadi pada aurikula ataupun liang telinga. Seperti kanker sel skuamosa, pria

kulit putih lebih cenderung untuk menderita kanker ini. Pada liang telinga, tumor ini biasanya

mulai timbul dari meatus akustikus eksternus. (8)

Karsinoma sel basal bisa timbul sebagai lesi nodular atau plaque. Lesi ini bila

dibandingkan dengan kulit normal sekitarnya akan teraba lebih keras dan tebal. Lesi

karsinoma sel basal cenderung untuk berkrusta dan berdarah yang sering dikira sebagai lesi

kulit jinak.

12

Page 13: CA Liang Telinga Scribd

Gambar 5(13)

2.4.3 Adeno kistik karsinoma

Tumor ini berasal dari cerumin secretory coils. selain itu tumor ini juga bisa

merupakan infiltrasi karsinoma cystic adenoid dari kelenjar parotis. Secara mikroskopik

tumor ini tersusun atas pola mikrokista dan solid. Rata-rata usia penderita tumor ini adalah 42

tahun.

Evaluasi diagnosis

Diagnosis tumor di aurikula dan liang telinga dtegakkan melalui pemeriksaan fisik

dan biopsi. Tumor di daerah ini umumnya tidak akan terasa sakit, tapi akan terasa sakit bila

sudah mengenai periosteum. Kanker pada aurikula yang paling sering adalah karsinoma sel

skuamosa. Telah dipertimbangkan bahwa adanya hubungan antara otitis eksterna kronis dan

keganasan liang telinga, oleh sebab itu pasien dengan otitis eksterna dan adanya jaringan

granulasi dalam kanal ataupun erosi kulit pada liang telinga harus memiliki tingkat

kecurigaan lebih tinggi. Sebagai bagian dari perawatan dan pembersihan liang telinga, biopsi

harus dilakukan untuk menegakkan diagnosa keganasan dalam liang telinga. (3)

Stadium tumor pada liang telinga

Pembagian stadium menurut Arriga dan rekan kerja dibuat meliputi tingkat histologi

dan penemuan radiologi.

13

Page 14: CA Liang Telinga Scribd

Stage I tumor hanya terbatas pada liang telinga, tanpa adanya erosi tulang atau perluasan

jaringan lunak.

Stage II tumor dengan erosi tulang yang terbatas (tidak lengkap) atau perluasan jaringan

lunak yang kurang dari 5 mm

Stage III tumor mengerosi seluruh tulang pada liang telinga dengan perluasan jaringan lunak

kurang dari 5 mm dan tumor sudah menginfiltrasi sampai ke telinga tengah dan/atau mastoid,

selain itu juga terdapat gejala seperti paralisis facial.

Stage IV tumor sudah mengerosi struktur telinga tengah dan telinga dalam, seperti koklea,

kanal karotis, foramen jugular atau dura atau perluasan jaringan lunak yang lebih dari 5 mm.

Penatalaksanaan

Walaupun ada kontroversi mengenai madalitas penatalaksanaan bagi tumor liang

telinga, banyak data yang berkembang mengatakan bahwa bedah ekstensif/luas (seperti

dalam pembedahan en bloc) harus dilakukan dibandingkan bila hanya dilakukan sedikit demi

sedikit. Pembedahan en bloc temporal subtotal dikembangkan untuk meningkatkan hasil

pengobatan yang lebih baik pada keganasan liang telinga dan tulang temporal.

Pada stadium tumor dimana sudah terjadi perluasan tumor pada saraf, wajah dan

vaskular, beberapa pengarang menyarankan untuk dilakukan pembedahan juga terapi radiasi

terutama pada stage III dan IV.

Terapi radiasi sendiri belum dibuktikan merupakan metode efektif dalam mengobati

keganasan pada liang telinga. Pada kenyataannya, banyak tumor yang timbul lagi jiaka diberi

radioterapi saja. Tetapi walaupun begitu banyak pengarang yang tetap menyarankan

radioterapi sebagai satu-satunya modalitas bagi stage III dan IV..

Hasil pengobatan

Hasil pengobatan sangat bergantung pada ukuran, lokasi dan tipe tumor. Karsinoma

sel skuamosa dan karsinoma sel basal pada aurikula dan liang telinga superficial mempunya

data kesembuhan antara 90% sampai 95%. Pada pasien dengan tumor liang telinga yang lebih

dalam dan tidak meluas lebih dari 5 mm dari membran timpani, 50% dari pasien ini memiliki

angka kelangsungan hidup sekitar 5 tahun. Metode pembedahan mastoidektomi atau

pembedahan subtotal tulang temporal tidak memiliki dukungan signifikan terhadap

kelangsungan hidup.

14

Page 15: CA Liang Telinga Scribd

BAB III

KESIMPULAN

Keganasan liang telinga merupakan hal yang jarang terjadi. Ada beberapa contoh

keganasan yang terjadi pada liang telinga seperti karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel

basal dan adenokistik karsinoma.

Keganasan pada liang telinga biasanya tidak cepat terdeteksi karena gejala klinisnya

sering didiagnosa sebagai otitis eksterna kronis.

Ada pembagian stadium tumor di liang teling. Pembagian ini menggunakan sistem

Arriga dan rekan kerja yang dibagi menjadi 5 stadium tumor menurut histopatologinya.

Terapi untuk kegansan liang telinga meliputi pembedahan dan radiasi.

15

Page 16: CA Liang Telinga Scribd

DAFTAR PUSTAKA

1. Lobo David, Liorente J, Suarez C. Squamous cell carcinoma of the externalauditory canal. 2007.

Available from :http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc2459330 . Accessed : 2011,December

17.

2. Chee G, Mok P, Sim R. Squamous cell carcinoma of the temporal bone :diagnosis, treatment and

prognosis. Singapore Med J 2000 Vol 41 (9):441-446,451.

3. Myers EN, Suen JY. Cancer of the Head and Neck. Third Edition. Philadelphia: W.B

Saunders Company. 1996

4. Moore KL, Dalley II AF, Agur AMR. Clinically Oriented Anatomy. Sixth Edition.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2010.

5. Damayanti S, Retno W. Sumbatan Hidung. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. p 10-13.

6. May JS, Fisch U. Neoplasm of The Ear and Lateral Skull Base In: Byron J. Bailey

editor. Head & Neck Surgery-Otolaryngology. 2nd Ed. Lippincott-Raven.

Philadelphia.1998

7. Kinney SE. Clinical Evaluation and Treatment of The Ear Tumor in: Batsakis JG,

Liberg RD eds. Comprehensive Management of The Head & Neck Tumors.

Philadelphia: WB Saunders Company, 1987.

8. Michaels L, Hellquist HB. Ear, Nose and Throat Histopathology. 2nd Ed. Springer-

Verlag. Singapore. 2001.

9. Ear anatomy. Available at: http://www.enchantedlearning.com/subjects/anatomy/ear/.

Accessed on July 28, 2012

10. Bloom W, Fawcett DW. A Textbook of Histology. 9th Ed. Saunders. 1968.

11. Neuroanatomy of the Auditory System. Available at:

https://courses.stu.qmul.ac.uk/smd/kb/microanatomy/brain/CAL3/BaBy1CAL3.htm.

Accessed on August 2, 2012.

12. Merkel cell Carcinoma. Available at:

http://www.merkelcell.org/clinicalPhotos/index.php. accessed on August 25, 2012.

13. Sciene Photo Library. Available at:

http://www.sciencephoto.com/media/253641/enlarge. Accessed on August 25, 2012.

16