busana kraton yogyakarta

17
Kelompok 1 Angga Laksana Tubagus Firdha Rizki Amalia Imas Kusumasita Muhammad Fauzi Niken Erwin Vauzi Nikmatur Rahman Chaniago Noura Fajari Luthfiati Rani Gustiana Retno Tyas Hapsari Zulfa Zilmi Jaziroh

Upload: sekolah-vokasi-ugm

Post on 28-Jul-2015

1.532 views

Category:

Education


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Busana Kraton Yogyakarta

Kelompok 1

Angga Laksana Tubagus Firdha Rizki Amalia Imas Kusumasita Muhammad Fauzi Niken Erwin Vauzi Nikmatur Rahman Chaniago Noura Fajari Luthfiati Rani Gustiana Retno Tyas Hapsari Zulfa Zilmi Jaziroh

Page 2: Busana Kraton Yogyakarta

BUSANA KRATON YOGYAKARTA

Page 3: Busana Kraton Yogyakarta

Sejarah Busana Kraton Yogyakarta

Pada awalnya, busana kraton yogyakarta hanya boleh dipakai oleh raja, bangsawan, dan pejabat kerajaan. Seperti pada masa kekuasaan sultan hamengkubuwana I pada tahun 1785 tampak batik itu dipergunakan oleh golongan atas yang merupakan simbol status sosial dalam sebuah kehidupan masyarakat.

Busana kraton Yogyakata yang mulai jarang ditemui akhir-akhir ini dan hanya pada waktu tertentu akan muncul kembali dalam suatu upacara adat yang meriah yang menarik perhatian masyarakat umum.

Busana kraton yogyakata tediri dari seperangkat pakaian tradisional yang memiliki unsur-unsur yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, cara berpakaian biasanya sudah dibakukan secara adat, kapan dikenakan, dimana dikenakan, dan siapa yang mengenakannya.

Page 4: Busana Kraton Yogyakarta

Komunitas kraton secara garis besar terbagi menjadi dua kelompok sosial yakni para bangsawan dan abdi dalem. Perbedaan dalam kedua lapisan sosial ini tampak dari pangkat, kedudukan, pakaian, simbol, dan tanda kebesaran serta sistem komunikasinya.

Secara garis besar busana sebagai atribut bangsawan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni busana sehari – hari dan busana untuk kegiatan resmi dalam upacara alit dan upacara ageng.

Page 5: Busana Kraton Yogyakarta

Busana Adat

Busana Adat dibagi menjadi 2, yaitu : Busana sehari – hari Busana untuk upacara resmi

Page 6: Busana Kraton Yogyakarta

Busana Sehari - hari Busana sehari-hari disini adalah seperangkat pakaian yang dikenakan di

rumah, saat bekerja, dan saat bepergian. Pemakainya dapat digolongkan berdasakan jenis kelamin,usia,dan status sosial.

Busana kencongan digunakan anak laki – laki. Pakaian tradisional untuk anak laki-laki model kencongan terdiri dari kain batik yang dikenakan dengan model kencongan, baju surjan, lonthong tritik, ikat pinggang berupa kamus songketan dengan cathok atau timang terbuat dari suwasa (emas berkadar rendah). Sedangkan busana seharihari bagi pria remaja dan dewasa terdiri dari baju surjan, kain batik dengan wiru di tengah, lonthong tritik, kamus songketan, timang, serta mengenakan dhestar sebagai tutup kepala.

Busana sabukwala digunakan bagi putri raja. Pada usia 3 – 8/10 tahun. Rangkaian busana ini terdiri dari nyamping batik, baju katun, ikat pinggang kamus songketan bermotif flora atau fauna, memakai lonthong tritik, serta mengenakan cathok dari perak berbentuk kupu-kupu, burung garuda, atau merak. Perhiasan yang dikenakan sebagai pelengkap terdiri dari subang, kalung emas dengan liontin berbentuk mata uang (dinar), gelang berbentuk ular (gligen) atau model sigar penjalin. Bagi yang berambut panjang disanggul dengan model konde. Kainnya bermotif parang, ceplok, atau gringsing.

Busana pinjung digunakan para putri pada masa pra remaja (11 – 14 tahun). Menurut kegunaannya busana pinjung terdiri dari busana pinjung harian, pinjung untuk bepergian, dan pinjung untuk tarapan (Upacara tarapan merupakan inisiasi haid pertama bagi anak perempuan). Ada juga busana pinjung yang digunakan untuk acara upacara alit (kecil) dan upacara gerebeg.

Page 7: Busana Kraton Yogyakarta

Busana Kencongan

Page 8: Busana Kraton Yogyakarta

Busana Sabukwala

Page 9: Busana Kraton Yogyakarta

Busana Pinjung

Page 10: Busana Kraton Yogyakarta

Busana Upacara Resmi Busana untuk upacara alit

Busana anak – anak meliputi busana untuk upacara tarapan, dan tingalan dalem padintenan. Busana anak – anak terdiri dari busana tetesan dan busana pinjung. Busana tetesan untuk putri raja yang sedang dikhitan.Busana pinjung juga digunakan dalam upacara tarapan. Upacara tarapan merupakan inisiasi haid pertama bagi anak perempuan.Dalam upacara ini anak disucikan dengan mandi ritual seperti halnya pada upacara pengantin. 

Busana remaja

Meliputi busana untuk upacara supitan. Upacara ini dipersembahkan bagi anak 14 – 15 tahun sebagai akhir dari masa kanak-kanaknya.

Busana untuk putri dalem yang sudah menikah yang hadi dalam Upacara supitan berupa ubet-ubet. Adapun busana para pangeran berupa busana kampuhan sikepan lugas dengan kuluk kanigara.

Busana dewasa

Busana dewasa untuk wanita yaitu busana ubet-ubet,semekan, dan kampuhan.

Busana ubet-ubet bagi puteri dalem digunakan siang hari terdiri dari semekan batik nyanyi batik, kacu, dengan aksesoris dhompyong dan bross, memakai subang , cincin dan bros.

Sedangkan busana semekan , kelengkapan busananya terdiri dari nyamping batik, semekan kacu, sutra dhompyong, bross, subang cincin dan ceplok jenthit.

Page 11: Busana Kraton Yogyakarta

Busana Ubet-ubet

Page 12: Busana Kraton Yogyakarta

Busana untuk upacara ageng (besar)

Upacara Ageng adalah kegiatan yang berupa supitan, perkawinan, garebeg, tingalan jumenengan dalem, dan agustusan.

Busana kebesaran atau keprabon khusus untuk putra dalem terdiri dari dodotan, kanigaran, garebeg, dan keprajuritan. Busana dodotan terdiri dari kuluk biru dengan hiasan mundi (nyamat), kampuh kunco satunggal, celana cindhai, gubeg moga, renda warna kuning, pethat jeruk sak ajar, rante karset, kamus, timang atau kretep, dan keris beranggah.

Busana dodotan dipakai dalam acara gerebeg atau ngabekten, upacara jumenengan dalem, serta pisowanan dalam upacara perkawinan.

Page 13: Busana Kraton Yogyakarta

Busana kampuhan dalam upacara ijab untuk pengantin mempunyai kekhususan sendiri. Untuk ijab mempelai pria mengenakan celana panjang putih, kuluk biru ( putra dalem), kuluk putih (mantu dalem) moga putih kampuh dengan tengahan (untuk putra dalem). Nyamat dari bunga cengkeh, mengenakan sumping bunga melati serta memakai keris branggah.

Page 14: Busana Kraton Yogyakarta

Busana Kampuhan

Page 15: Busana Kraton Yogyakarta

Busana Dodotan

Page 16: Busana Kraton Yogyakarta

Busana Keprajuritan

Page 17: Busana Kraton Yogyakarta

Penutup

Pakaian berperan dalam menentukan bagaimana pemakainya bersikap dan disikapi dalam satu tatanan sosial.

Seperti yang telah disampaikan di atas, bahwa pakaian termasuk sebagai salah satu simbol kekuasaan feodal dalam sistem kepemimpinan tradisional di Jawa, maka kerajaan Yogyakarta memiliki ciri tersendiri dalam meregulasikan fungsi dan makna pakaian-pakaian tradisionalnya.

Pakaian berkaitan erat dengan identitas sosial, menjadi petunjuk koneksi pemakaiannya pada komunitas-komunitas dalam satu periode historis (taylor dalam northholt,2005:125)