buret
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
Laporan Praktikum Hari/tanggal : Senin, 17 Maret 2014Struktur Fungsi Subseluler Waktu : 08.00-11.00 WIB
PJP : Syaefudin, SSi, MSiAsisten : M. Maftuchin S.
Mustika Weni Rahma Dara Ayunda.
PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BURET
Kelompok 26
Khairika Helyuputri G84120093Navia Belladina G84120059Saepul Rahmat G84120029
DEPARTEMEN BIOKIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2014
PENDAHULUAN
Uji biuret untuk menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang
mengandung gugus amida asam yang berada bersama gugus amida yang lain. Uji
ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan timbulnya warna merah violet
atau biru violet.Reagen biuret berfungsi untuk menguji kandungan protein dalam
suatu zat, apabila setelah ditetesi biuret, makanan/ sari makanan yang
mengandung protein akan berubah menjadi berwarna ungu. Metode biuret ini
telah banyak digunakan untuk penentuan protein dalam berbagai bidang, di
antaranya adalah penentuan protein total dalam serum atau plasma, cairan otak
dan tulang belakang, dan urin (Carpette 2005)
Uji ini didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus
-CO dan -NH dari rantai peptida dalam suasana basa.Hasil positifnya akan
membentuk warna ungu. Uji Biuret adalah uji umum untuk protein(ikatan
peptida), tetapi tidak dapat menunjukkan asam amino bebas. Zat yang akan
diselidiki mula-mula ditetesi larutan NaOH, kemudian ditetesi larutan
tembaga(II)sulfat yang encer. Jika terbentuk warna ungu berarti zat itu
mengandung protein.Metode biuret banyak digunakan untuk penentuan protein
pada berbagai bidang, diantarany penentuan protein total dalam serum atau
plasma, cairan otak dan tulang belakang, dan urin (Septiani 2004).
Metode ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
metode buret adalah hanya membutuhkan beberapa jenis pereaksi saja, metode ini
juga tergolong mudah dan cepat. Selain itu metode ini juga memiliki kelemahan
yaitu kurang sensitif jika dibandingkan dengan dua metode lainnya, yakni metode
Lowry dan Bradford. Metode Biuret ini juga memiliki kelemahan lain yaitu
membutuhkan sampel dengan konsentrasi yang cukup besar. Metode ini lebih
banyak membutuhkan bahan dan sedikit terganggu dengan adanya senyawa garam
seperti garam-garam ammonium (Soeharsono 2006).
Selain itu, menurut Fauzi (2010), kerugian penggunaan metode ini adalah
hasil penetapannya tidak murni menunjukkan kadar protein, melainkan bisa saja
kadar senyawa yang mengandung benzena, gugus fenol, gugus sulfhidrin, ikut
terbaca kadarnya waktu penetapan yang dipergunakan juga lama, sehingga sering
kali kurang effektif. Praktikum bertujuan menentukan kadar protein dalam suatu
sampel dengan metode spektrofotometri dengan menggunakan kurva standar.
Praktikum juga dapat mempraktikan prinsip metode Biuret dalam analisis protein.
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilakukan pada hari Senin, 24 Maret 2014 pukul 08.00-11.00
WIB di Laboratorium Pendidikan-1 Biokimia, Departemen Biokimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Dramaga,
Bogor.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah spektrofotometer 20,
gelas piala, dan pipet. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain
reagen Bradford, BSA,air, dan sampel protein.
Prosedur Percobaan
Pembuatan kurva standar. Delapan tabung reaksi yang telah disiapkan,
diberi larutan standar BSA dan H2O dengan berbagai volume. Tabung pertama
diisi 1.3 mL H2O, tabung dua diisi dengan 0.1 mL standar BSA dan 1.3 mL H2O,
tabung tiga diisi dengan 0.2 mL standar BSA dan 1.1 mL H2O, tabung empat diisi
dengan 0.4 mL standar BSA dan 0.9 mL H2O, tabung lima diisi dengan 0.6 mL
standar BSA dan 0,7 mL H2O, tabung enam diisi dengan 0.8 mL standar BSA dan
0.5 mL H2O, tabung tuju diisi dengan 1.0 mL standar BSA dan 0.3 mL H2O,
serta tabung delapan diisi dengan 1.2 mL standar BSA dan 0.1 mL H2O. Setiap
tabung reaksi yang telah diberi larutan ditambahkan dengan 3 mL reagen Biuret.
Tabung satu hingga delapan divortex hingga homogen, lalu diinkubasi dengan
suhu 37oC selama 15 menit. Gunakan tabung satu sebagai blanko, kemudian baca
absorbansi dengan panjang gelombang 540 nm pada masing-masing tabung.
Penentuan konsentrasi protein sampel. Masukkan masing-masing 1.0
mL larutan sampel ke dalam dua tabung reaksi yang telah bersih dan 0.3 ml
aquades. Tambahkan 3 mL reagen Biuret pada dua tabung yang telah berisi
sampel. Inkubasi kedua tabung pada suhu 37oC selama 15 menit. Ukur absorbansi
dua tabung yang telah disiapkan menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 540 nm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah penentuan protein dari suatu sampel dengan
metode buret. Percobaan yang dilakukan menghitung nilai absorbans dari larutan
yang berisi BSA dan HCl untuk menentukan kurva standar BSA serta
membandingkannya dengan larutan sampel yang ditujukan menentukan kadar
protein dari sampel tersebut. Berikut merupakan data hasil pecobaan yang
dilakukan.
Tabel 1 Analisis kuantitas standar BSA
Tabung Absorbansi Terukur Absorbansi Terkoreksi [BSA] (mg/mL)Blanko 0,222 0 0
1 0,236 0,014 0,1542 0,240 0,018 0,3083 0,280 0,058 0,6154 0,310 0,088 0,9235 0,342 0,120 1,2316 0,365 0,143 1,5387 0,388 0,166 1,846
Contoh Perhitungan :
Absorbansi terkoreksi = Absorbansi terukur-absorbansi blanko
= 0,236 - 0,222 = 0.014
Konsentrasi [BSA](mg/mL)Tabung 1: Vbsa M[BSA1] = VBSA+H2O M[BSA2]
0,1 ml x 2 mg/ml = 1,3 ml x M[BSA2]
M[BSA2 ] = 0,154 mg/ml
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.0000.000
0.020
0.040
0.060
0.080
0.100
0.120
0.140
0.160
0.180
f(x) = 0.0936931465363895 x − 0.00159752054227703R² = 0.993870726416282
[BSA] (mg/ml)
Abso
rban
si te
rkor
eksi
Gambar 1 Hubungan konsentrasi BSA dengan Absorbansi
Tabel 2 Analisis kuantitas protein
Sampel Absorbansi terukur
Absorbansi terkoreksi
[Protein] (µg/ml)
1 0,067 0,020 0,2262 0,089 0,042 0,462
Rerata konsentrasi protein 0,344
Contoh Perhitungan
Absorbansi terkoreksi = Absorbansi terukur - absorbansi blanko
= 0,067 – 0,047 = 0,02
[Protein]Y= a + bx Y = 0,093x-0,001 0,020= 0,093x-0,001 0,021 = 0,093x x = 0,226 mg/ml
Rerata konsentrasi protein (µg/ml) = Ulangan1+Ulangan 2
2
¿ 0,226 mg /ml+0,462m g/ml2
= 0,344g/ml
Percobaan penentuan kadar protein secara biuret ini, penentuan kadar
protein didasarkan pada pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks yang
bewarna ungu. Hal ini terjadi apabila protein bereaksi dengan tembaga dalam
suasana basa alkali. Reaksi ini dilakukan pada suasana basa alkali, dalam hal ini
digunakan NaOH, basa kuat memiliki ion OH- yang tinggi dalam larutan sehingga
mampu mengikat ion H+ pada larutan tersebut. Ion H+ yang lebih reaktif tersebut.
Ion H+ yang lebih reaktif tersebut dapat diikat dan tak akan bereaksi dengan
gugus amino, sehingga ion Cu+2 dapat bereaksi dengan 4 gugus amino dari ikatan
paptida protein (Lehninger 1982)
Protein yang telah diberi reagen biuret terlebih dahulu diinkubasi selama
15 menit dan pada suhu 37◦C. Hal tersebut dimaksudkan agar seluruh protein
bereaksi seluruhnya dengan reagen biuret sehingga dalam pembacaan nilai
absorbansi pada spektrofotometri tidak terdapat perbedan nilai absorbansi yang
besar (Mufida 2013).Warna merah muda atau merah jambu terbentuj apabila
larutan protein yang diselidiki mempunyai molekul yang kecil. warna violet akan
terbentuk apabila larutan protein yang diselidiki mempunyai molekul besar
(Poedjiadi 2007). Reaksi berikut secara singkatnya adalah:
CuSO4.5H20+2NaOH → Cu(OH)2+Na2SO4+5H2OCu(OH)2 ↔ Cu2++2OH-
Kurva standar yang telah dihasilkan menghasilkan persamaan regresi linier
yaitu Y = 0,093x-0,001 sehingga didapatkan nilai R2 sebesar 0,964. Hal ini
menandakan bahwa kurva standar yang telah dihitung memiliki hubungan yang
linier, semakin linier persamaan yang mendekati 1,00 maka semakin siginfikan
hubungan antara konsentrasi dari larutan. Larutan standar yang telah dibuat akan
dibandingkan dengan larutan protein sampel. Hasil percobaan didapatkan nilai
absorbansi terkoreksi sampel protein ulangan pertama sebesar 0,226 mg/mL dan
ulangan kedua sebesar 0,425 mg/mL sehingga didapatkan konsentrasi sampel
tersebut adalah 0,344 mg/mL. Nilai absorbansi sampel protein pada ulangan
kedua adalah 0,132 . Rerata konsentrasi dari kedua ulangan tersebut tidak jauh
berbeda menunjukkan ketelitian dalam penentuan kadar protein sampel ini cukup
teliti.
SIMPULAN
Metude uji buret dapat menentukan kadar protein. Praktikan menggunakan
kurva standar yang digunakan untuk menentukan konsentrasi sampel yang nilai
absorbansinya telah diketahui, kadar protein yang didapat daari sampel adalah
0,226 mg/ml pada ulangan pertama, 0,462 mg/ml dan pada ulangan kedua. Prinsip
metode Biuret ialah pembentukan kompleks ungu antara ikatan peptida dengan
penambahan garam kupri dalam suasana basa.
DAFTAR PUSTAKA
Carpette. 2005. An Introduction to Practical Biochemistry. London (UK) : McGraw HillBook Company.
Fauzi A. 2010. Uji kandungan protein serisin kokon Antheraea sp. (famili
Saturniidae) [skripsi]. Yogyakarta (ID): Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Sunan Kalijaga
Herdyastuti N. 2006. Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim Bromelin dari Batang Nanas. Jurnal Penelitian Hayati. Vol (12). Hal : 75-80.
Lehninger A. 1982. Dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga: Jakarta
Mufida F. 2013. Mobilisasi Pektinase dari Bacillus subtilis Menggunakan Matriks Pasir Laut Yang Diaktivasi NaOH. Jurnal Kimia. Vol (1). Hal: 1-6.
Poedjiadi A. 2007. Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press
Septiani Y. 2004. Kadar Karbohidrat, Lemak dan Protein pada Kecap dari Tempe. Jurnal Bioteknologi. Vol (2). Hal: 48-53.
Soeharsono. 2006. Biokimia 1. Yogyakarta(ID): UGM Press.
.