bupati sanggau provinsi ralimantan barat nomor 38 …

12
Menimbang : Mengin8at : BUPATI SANGGAU PROVINSI RALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI SANGGAU NOMOR 38 TAHUN 2021 TENTANG PENURUNAN STUIVHIVG TERINTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SANGGAU, a. bahwa kejadian Stunting pada balita masih banyak teljadi di Kabupaten Sanggau yang disebabkan oleh faktor yang bersifat multi dimensi dan intervensi paling menentukan pada 1.000 hari pertama kehidupan, sehingga dapat menghambat upaya pe nin gkatan ke se h atan masyarakat d an pembangunan kualitas sumber daya manusia; b. bahwa pemerintah daerah bertanggung jawab meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan pengaruhnya terhadap peningkatan status gizi di daerah; c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 15 Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi, pemerintah daerah melaksanakan gerakan nasional percepatan perbaikan gizi di daerah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Penurunan Sfunt{ng Terintegrasi ; 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat 11 di Kalimantan (I,embaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang- Undang (I+embaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUPATI SANGGAU PROVINSI RALIMANTAN BARAT NOMOR 38 …

Menimbang :

Mengin8at :

BUPATI SANGGAUPROVINSI RALIMANTAN BARATPERATURAN BUPATI SANGGAUNOMOR 38 TAHUN 2021

TENTANGPENURUNAN STUIVHIVG TERINTEGRASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI SANGGAU,

a. bahwa kejadian Stunting pada balita masih banyakteljadi di Kabupaten Sanggau yang disebabkan olehfaktor yang bersifat multi dimensi dan intervensipaling menentukan pada 1.000 hari pertamakehidupan, sehingga dapat menghambat upayape nin gkatan ke se h atan masyarakat d anpembangunan kualitas sumber daya manusia;

b. bahwa pemerintah daerah bertanggung jawabmeningkatkan pengetahuan dan kesadaranmasyarakat akan pentingnya gizi dan pengaruhnyaterhadap peningkatan status gizi di daerah;

c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 15 PeraturanPresiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang GerakanNasional Percepatan Perbaikan Gizi, pemerintahdaerah melaksanakan gerakan nasional percepatanperbaikan gizi di daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c,perlu menetapkan Peraturan Bupati tentangPenurunan Sfunt{ng Terintegrasi ;

1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentangPenetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat 11 diKalimantan (I,embaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (I+embaran Negara Republik IndonesiaTahun 1959 Nomor 72, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 144, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5063),sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 6573);

Page 2: BUPATI SANGGAU PROVINSI RALIMANTAN BARAT NOMOR 38 …

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentangPangan (Irembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2012 Nomor 227, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5360);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 244, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhirdengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2020 Nomor 245, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012tentang Pemberian Air Susu lbu Eksklusif(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5291);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019tentang Keamanan Pangan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2019 Nomor 249,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 6442);

7. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentangGerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013Nomor loo);

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi (Berita NegaraRepublik Indonesia Tahun 2014 Nomor 967);

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun2014 tentang Upaya Kesehatan Anak (BeritaNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor825);

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang (BeritaNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor1110);

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun2019 tentang Angka Kecukupan Gizi YangDianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia (BeritaNegara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor956);

Page 3: BUPATI SANGGAU PROVINSI RALIMANTAN BARAT NOMOR 38 …

Menetapkan :

MEMUTUSRAN :

PERATURAN BUPATI TENTANG PENURUNAN STL7IVHIVGTERINTEGRASI.

BABIKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:1. Daerah adalah Kabupaten sanggau.2. Pemerintah Daerah adalah bupati sebagai unsur

pe nye le n ggara pe merin tahan daerah yangmemimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yangmenjadi kewenangan daerah Kabupaten Sanggau.

3. Bupati adalah Bupati sanggau.4. Strr}ting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak-

anak akibat dari kekurangan gizi kronis, sehinggaanak terlalu pendek untuk usianya.

5. Penurunan Sthnfrog Terintegrasi adalah upayapenurunan sfuritt.rig yang dilakukan melalui 2 (dua)Intervensi, yaitu Intervensi Gizi Spesifik danIntervensi Gizi Sensitif.

6. Intervensi Gizi Spesifik adalah intervensi yangditujukan kepada anak dalam 1.000 hari pertamakehidupan, pada umumnya dilakukan oleh sektorkesehatan, dan bersifat jangka pendek.

7. Intervensi Gizi Sensitif adalah intervensi yangditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunandiluar sektor kesehatan dengan masyarakat umum.

8. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu bupatidan dewan perwakilan rakyat daerah dalampenyelenggaraan urusan pemerintahan yangmenjadi kewenangan Kabupaten Sanggau.

9. Petugas Gizi adalah Tenaga Gizi atau orang yangpeduli gizi yang bekelja di sarana pelayanankesehatan.

10. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnyadisebut Puskesmas adalah fasilitas pelayananke seh atan yang menyelenggarakan upayakesehatan masyarakat dan upaya kesehatanperorangan tingkat pertama, dengan lebihmengutamakan upaya promotif dan preventif,untuk mencapai derajat kesehatan masyarakatyang setinggi-tingginya.

11. Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebutPosyandu adalah salah satu bentuk upayakesehatan bersumber daya masyarakat yangdikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk danbersama masyarakat dalam penyelenggaraanpembangunan kesehatan, guna memberdayckanmasyarakat dan memberikan kemudahan kepadamasyarakat dalam me mpe roleh pelayanankesehatan dasar untuk mempercepat penurunanangka kematian ibu dan bayi.

Page 4: BUPATI SANGGAU PROVINSI RALIMANTAN BARAT NOMOR 38 …

12. Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalahcairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB 11AZAS, MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Azas-azas Penurunan Sfu7iting Terintegrasi adalah:a. bertindak cepat dan akurat, artinya dalam upaya

Penurunan Sfunft.ng Terintegrasi, harus bertindakcepat sesuai prosedur tetap dan kode etik profesi;

b. penguatan kelembagaan dan kelja sama, artinyadalam upaya penurunan SfurLti.ng tidak hanya dapatdilakukan se c ara se kto ral , akan te tap imembutuhkan dukungan sektor dan program lain;

c. transparansi, artinya azas yang menentukan bahwadalam segala hal yang berhubungan denganpenurunan Sfun€{.ng harus dilakukan secaraterbuka;

d. peka budaya, artinya azas yang menentukan bahwa

e.

dalam segala hal yang berhubungan denganpenurunan Sfunt{.ng harus memperhatikan sosiobudaya gizi daerah setempat; danakuntabilitas, artinya azas yang menentukan bahwadalam segala hal yang berhubungan denganpenurunan SfuntjrLg harus dilakukan dengan penuhtanggungjawab.

Pasal 3

Penurunan Sfunti.ng Terintegrasi dimaksudkan untukmeningkatkan mutu gizi perseorangan, keluarga danmasyarakat melalui :a. perbaikan pola konsumsi makanan;b. perbaikan perilaku sadar gizi;c. peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi sesuai

dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dand. peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

Pasal 4

Penurunan Sfunfi.ngmeningkatkan statussumber daya manusia.

Terintegrasi bertujuan untukgizi masyarakat dan kualitas

BAB IllplLAR PENURUNAN sTt/IvrlIVG TERINTEGRAsl

Pasal 5

Aksi bersama terobosan untuk Penurunan SfurLfj7tgTerintegrasi dilakukan melalui beberapa pilar yangmeliputi:a. komitmen dan visi pimpinan daerah;b. kampanye dengan fokus pada pemahanan,

perubahan perilaku, komitmen politik danakuntabilitas;

Page 5: BUPATI SANGGAU PROVINSI RALIMANTAN BARAT NOMOR 38 …

c. konvergensi, koordinasi dan konsolidasi programnasional, daerah dan desa;

d. kebijakan ketahanan pangan dan gizi; dane. pemantauan dan evaluasi.

BAB IVRUANG LINGKUP, SASARAN DAN KEGIATAN

Pasal 6

Ruang lingkup Penurunan Sthrrfu.ng Terintegras±berka±tan dengan Interverisi Giz± Spesifik dan IntervensiGizi Sensitif.

Pasal 7

(1) Sasaran kegiatan Penurunan Sfuntl.ng Terintegrasi,meliputi:a. sasaran untuk lntervensi Gizi spesifik; danb. sasaran untuk InteIvensi Gizi sensitif.

(2) Sasaran untuk Intervensi Gizi Spesifik sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:a. ibuhamil;b. ibu menyusui dan anak dibawah usia 6 (enam)

bulan; danc. ibu menyusui dan anak usia 6 (enam) sampai

23 ( dua puluh tiga) bulan.(3) Sasaran untuk Intervensi Gizi Sensitif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu masyarakatumum, khususnya keluarga.

Pasal 8

(i) Kegiatan lntervensi Gizi Spesifik dengan sasaranibu hamil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7ayat (2) huruf a, meliputi:a. memberikan makanan tambahan pada ibu

hamil untuk mengatasi kekurangan energi danprotein kronis;

b. mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat;c. mengatasi kekurangan yodium;d. menanggulangi kecacingan pada ibu hamil;

dane. melindungi ibu hamil dari malaria.

(2) Kegiatan Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaranibu menyusui dan anak dibawah usia 6 (enam)bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat(2) huruf b, meliputi:a. mendorong inisiasi menyusui dini; danb. mendorong pemberian Asl eksklusif.

(3) Kegiatan Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaranibu menyusui dan anak usia 6 (enam) sampal 23(dua puluh tiga) bulan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7 ayat (2) huruf c, meliputi:

a. mendorong melanjutkan pemberian ASI hinggausia 23 (dua puluh tiga) bulan didampingi oleh

Page 6: BUPATI SANGGAU PROVINSI RALIMANTAN BARAT NOMOR 38 …

pemberian makanan pendamping ASI ;b. menyediakan obat cacing;c. menyediakan suplementasi zink;d. memberikan perlindungan terhadap malaria;e. memberikan imunisasi lengkap; danf. melakukan pencegahan dan pengobatan diare.

(4) Kegiatan Intervensi Gizi Sensitif dengan sasaranrna syarakat umum , khu su snya ke luargasebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3),meliputi:a. menyediakan dan memastikan akses air bersih;b. menyediakan dan memastikan akses sanitasi;c. melakukan diversifikasi bahan pangan;d. menyediakan akses pada layanan kesehatan

dan keluarga berencana;e. pemberian bantuan sosial program keluarga

harapan;f. mendorong kepesertaan jaminan kesehatan

nasional;9. menyediakan jaminan persalinan;h. memberikan pendidikan pengasuhan pada

orang tua;i. menyediakan pendidikan anak usia dini;j. memberikan edukasi gizi masyarakat;k. memberikan edukasi kesehatan seksual dan

reproduksi, serta gizi pada remaja;I. menyediakan bantuan pangan non tunai 1.000

hari pertama kehidupan dan bantuan sosiallainnya bagi keluarga kelompok miskin; dan

in. penguatan kelembagaan desa dalampenurunan SfurLtjng.

BABVPENDERATAN

Pasal 9

(1) Dalam upaya Penurunan Sfuntt.rig Terintegrasidilakukan strategi edukasi kesehatan dan gizimelalui kemandirian keluarga.

(2) Strategi edukasi kesehatan dan gizi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan terkait upayapromotif dan preventif melalui intervensi perubahanperilaku individu dan masyarakat, serta yangmenyentuh sasaran yang paling utama yaitukeluarga.

(3) Kemandirian keluarga sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilaksanakan melalui peningkatankemampuan keluarga untuk mengenali, menilai danmelakukan tindakan secara mandiri yangdidampingi oleh tenaga kesehatan dan penyediakomunitas, secara berkala, kontinyu danterintegrasi.

(4) Kemandirian keluarga sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat dilihat dari berbagai indikator, yang

Page 7: BUPATI SANGGAU PROVINSI RALIMANTAN BARAT NOMOR 38 …

meliputi:a. sejauh mama keluarga menyadari pentingnya

kesehatan dan gizi;b. sejauh mana keluarga mengetahui apakah

anggota keluarganya mengalami masalahkesehatan dan gizi;

c. keluarga mengetahui apa yang harusdilakukan; dan

d. keluarga memanfaatkan dan berupayamengakses pelayanan kesehatan yangdisediakan.

Pasal 10

(1) Dalam upaya mempercepat Penurunan Stlt7ttr.ngTerintegrasi dilakukan gerakan masyarakat hidupsehat.

(2) Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untukmensinergikan tindakan upaya promotif danpreventif masalah Strnft.ng serta meningkatkanproduktivitas masyarakat.

(3) Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimanadimaksud pada ayat ( 1) dilaksanakan melalui:a. peningkatan aktivitas fisik;b. peningkatan perilaku hidup sehat;c. penyediaan pangan sehat dan percepatan

perbaikan gizi ;d. peningkatan pencegahan dan deteksi dini

penyakit;e. peningkatan kualitas lingkungan; danf. peningkatan edukasi hidup sehat.

(4) Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dikampanyekan olehseluruh Perangkat Daerah guna penurunanStwndng.

Pasal 1 1

(1) Gerakan seribu hari pertama kehidupan merupakankomitmen bersania antara Pemerintah Daerah danmasyarakat sebagai gerakan partisipasi untukpercepatan Penurunan SfurLtr.ng Terintegrasi.

{2) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)melalui penggalangan partisipasi dan kepedulianpara pemangku kepentingan secara terencana danterkoordinasi terhadap kebutuhan gizi janinmaupun bayi pada seribu hari pertamakehidupannya.

(3) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan dalam bentuk antara lain meliputi:a. penandatanganan pakta integritas oleh

Pemerintah Daerah, perwakilan masyarakatdan pemangku kepentingan terkait;

b. komunikasi, edukasi dan pemberian informasibaik formil maupun informil;

c. kampalrye di berbagai media;

Page 8: BUPATI SANGGAU PROVINSI RALIMANTAN BARAT NOMOR 38 …

d. pemberian penghargaan bagi masyarakatpeduli penurunan Sfuritr.ng; dan

e. kegiatan-kegiatan lain yang mendukung.(4) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikoordinir oleh Perangkat Daerah yangmembidangi kesehatan.

(5) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dimasukkan dalam rencana strategis PerangkatDaerah yang membidangi kesehatan dan didukunganggaran pada dokumen pelaksanaan anggaranPerangkat Daerah.

BAB VIEDURASI, PELATIHAN DAN PENYULUHAN GIZI

Pasal 12

(1) Edukasi gizi diselenggarakan dalam upayamenciptakan pemahaman yang sama tentang hal-hal yang terkait dengan gizi.

(2) Edukasi gizi sebagaimana dimaksud pada a.yat (1)meliputi:a. pengertian gizi;b. masalah gizi;c. faktor yang mempengaruhi masalah gizi; dand. praktik yang baik dan benar untuk

memperbaiki keadaan gizi.(3) Edukasi gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diselenggarakan secara periodik oleh PerangkatDaerah yang membidangi kesehatan.

Pasal 13

(1) Pelatihan gizi diselenggarakan dalam upayapeningkatan pengetahuan, pemahaman danketerampilan Petugas Gizi dan masyarakat dalamupaya Penurunan Sfun€t.ng Terintegrasi yangberkualitas.

(2) Pelatihan gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diselenggarakan secara periodik oleh PerangkatDaerah yang membidangi kesehatan.

Pasal 14

(1) Penyuluhan gizi kepada masyarakat dalam upayaPenurunan Stuntz.rig Terintegrasi diselenggarakan didalam dan di luar gedung.

(2) Penyuluhan gizi di dalam gedung sebagaimanadimaksud pada ayat ( 1) dilakukan melalui konselinggizi di Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatanlainnya sebagai bagian dari upaya kesehatanperorangan.

(3) Penyuluhan gizi di luar gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan di Posyandu danpertemuan-pertemuan kelompok-kelompokmasyarakat.

(4) Penyuluhan gizi dalam upaya Penurunan Sfu7tt{.ngTerintegrasi dapat dilakukan di rumah sakit dalam

Page 9: BUPATI SANGGAU PROVINSI RALIMANTAN BARAT NOMOR 38 …

bentuk konseling gizi di ruang rawat inap danruang rawat jalan serta penyuluhan kelompok dirruang rawat jalan.

BAB VIIPENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Pasal 15

(1) Penelitian dan pengembangan gizi dilakukan olehPerangkat Daerah yang membidangi perencanaandan pembangunan daerah guna menerapkan ilmupengetahuan dan teknologi tepat guna dibidang gizidalam rangka menentukan intervensi yang tepatuntuk penurunan SfurLtt.rlg.

(2) Penelitian, pengembangan dan penerapan hasilpenelitian gizi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)dilaksanakan dengan memperhatikan norma-normayang berlaku dalam masyarakat.

BAB VIIITIM PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI

Pasal 16

(1) Dalam rangka Penurunan Sfuriti.ng Terintegrasi,Bupati membentuk tim.

(2) Tim Penurunan Sfuritr.rig Terintegrasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsurpemerintah, masyarakat, akademisi, praktisi danpelaku usaha.

(3) Tim Penurunan Sfunti.ng Terintegrasi sebagaimanadimaksud pada ayat (2) bertugas:a. melakukan koordinasi dan komunikasi efektif

lintas program dan lintas sektor dalam upayapenurunan Sfuntl.ng;

b. mengkaji dan menganalisis permasalahanStunting dan perbaikan gizi di Daerah;

c. merencanakan tujuan, sasaran, prioritas,strategi dan program penurunan Sfunfi.7ig diDaerah;

d. melaksanakan dan mengalokasikan programpenurunan Sfunt{ng di Daerah dalam bentukkegiatan-kegiatan yang berkelanjutan ;

e. memonitoring dan mengevaluasi programpenurunan Strnfi.rig di Daerah;

f. memberikan sosialisasi kepada kecamatan-kecamatan sampai tingkat desa sehubungandengan program penurunan Sfu7itr.ng diDaerah;

9. memberikan rekomendasi kepada Bupatitentang perencanaan dan pelaksanaan upayapenurunan Sfunt{.ng di Daerah; dan

h. menyampaikan laporan kepada Bupati secaraberkala.

Page 10: BUPATI SANGGAU PROVINSI RALIMANTAN BARAT NOMOR 38 …

(4) Tim Penurunan Sfuntr.ng Terintegrasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dibentuk denganKeputusan Bupati.

BAB IXPENAJAMAN SASARAN WIIAYAH

PENURUNAN S7`UIVHIVG TERI NTEGRASI

Pasal 17

(1) Dalam upaya Penurunan Sfuriti.rig Terintegrasidilakukan penajaman sasaran wilayah intervensi.

(2) Penajaman sasaran wilayah Penurunan Sfuntt.ngTerintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)didasarkan pada pertimbangan yang meliputi:a. tingginya angka kejadian sfuritjrLg;b. perlunya efesiensi sumber daya;c. Iebih fokus dalam implementasi dan efektifitas

percepatan Penurunan Sfuntl.ng Terintegrasi;d. pengukuran target pencapaian yang lebih

terkendali; dane. dapat dijadikan dasar perluasan.

BABXPERAN PEMERINTAH DESA

DAN MASYARAKAT

Pasal 18

( 1) Pemerintah Desa menetapkan prioritasperencanaan pembangunan desa dan alokasipendanaan dalam anggaran pendapatan danbelanja desa untuk Penurunan Strritt.ng Terintegrasidi desa.

(2) Penganggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)digunakan untuk:a. mengoptimalkan peran kelembagaan

masyarakat desa melalui Posyandu, pendidikananak usia dini, pemberdayaan kesejahteraankeluarga dan lainnya dalarn PenurunanSfuriti.rLg Terintegrasi di desa;

b. memberikan dukungan bagi kaderpembangunan manusia di desa;

c. memberikan dukungan kampanye publik dankomunikasi terkait perubahan perilaku ditingkat desa;

d. melakukan koordinasi bersama PerangkatDaerah terkait, Puskesmas dan lainnya dalamPenurunan Sfu7itl.ng Terintegrasi di desa; dan

e. melaksanakan konvergensi Stttnting di RumahDesa Sehat.

Pasal 19

(1) Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperanseluas-luasnya dalam mewujudkan peningkatanstatus gizi individu, keluarga dan masyarakat,

Page 11: BUPATI SANGGAU PROVINSI RALIMANTAN BARAT NOMOR 38 …

sesuai dengan ketentuan Peraturan Bupati ini.(2) Dalam rangka penurunan Sfuntl.ng dan

intervensinya, masyarakat dapat menyampaikanpermasalahan, masukan dan / atau carapemecahan masalah mengenai hal-hal dibidangkesehatan dan gizi kepada tim Penurunan Sfuntr.ngTerintegrasi melalui Perangkat Daerah yangmembidangi kesehatan.

(3) Pemerintah Daerah melalui tim Penurunan SfurLtfrigTerintegrasi membina, mendorong danmenggerakkan swadaya masyarakat di bidang gizidan penurunan Sfuntr.ng agar dapat lebih berdayaguna dan berhasil guna.

BAB XIPENCATATAN, PELAPORAN DAN PENGHARGAAN

Pasal 20

(1) Setiap tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanankesehatan harus melaksanakan pencatatan danpelaporan upaya penurunan Sfuritl.ng Terintegrasi.

(2) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan dengan menggunakanaplikasi e-PPGBM.

(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan secara berjenjang.

Pasal 2 1

(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaankepada pemerintah desa/kelurahan, 1embaga nonpemerintah dan masyarakat yang peduli PenurunanSfuritz.rig di Daerah.

(2) Kategori, kriteria, dan bentuk pemberianpenghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikoordinir oleh Perangkat Daerah yangmembidangi perencanaan dan pembangunandaerah.

(3) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diberikan pada saat hari besarnasional dan/ atau hari-hari kesehatan.

BAB XIIPENDANAAN

Pasal 22

Pendanaan bagi pelaksanaan upaya Penurunan SfurLti.ngTerintegrasi bersumber dari:a. anggaran pendapatan dan belanja negara;b. anggaran pendapatan dan belanja daerah;c. anggaran pendapatan dan belanja desa; dand. sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 12: BUPATI SANGGAU PROVINSI RALIMANTAN BARAT NOMOR 38 …

BAB RIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Bupati ini denganpenempatannya dalam Berita Daerah KabupatenSan88au.

Ditetapkan di Sanggau

pada tanggal 30 April 2021

BUPATI SAINGGAU,

ITDPAOLUS HADI

Diundangkan di Sanggau

pada tanggal 30 April 202 1

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SANGGAU,

ITD

KUKUH TRIYATMAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN SANGGAU TAHUN 202 I NOMOR 38

NIP. 19770315 200502 2 002