bupati kepulauan anambas - jdih.setjen.kemendagri.go.id · penataan ruang (lembaran negara republik...

24
1 BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Penguasaan Sumber Daya Air diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah; b. bahwa berdasarkan huruf a diatas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengeloaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana

Upload: lekhanh

Post on 18-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

1

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

NOMOR 10 TAHUN 2012

TENTANG

PENGELOLAAN AIR TANAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun

2004 tentang Sumber Daya Air, Penguasaan Sumber

Daya Air diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah;

b. bahwa berdasarkan huruf a diatas, perlu ditetapkan

dengan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia

Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia

Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengeloaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5059);

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber

Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4377);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana

Page 2: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

2

telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4725);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Kabupaten Kepulauan Anambas di

provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik

Indonesia Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 106,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Republik Indonesia Nomor 4879);

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor

5234);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air

Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4859);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang

Pelaksanaan Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 29, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258 );

13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang

Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4624);

Page 3: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

3

14. Peraturan Daerah Kepulauan Anambas Nomor 2 Tahun

2011 tentang Pajak Daerah Kabupaten Kepulauan

Anambas (Lembaran Daerah Kabupaten Kepulauan

Anambas Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran

Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 4);

15. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas

Nomor 5 Tahun 2011 tentang Urusan Pemerintahan

Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah

Kabupaten Kepulauan Anambas (Lembaran Daerah

Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2011 Nomor 5,

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kepulauan

Anambas Nomor 7);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

dan

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN AIR

TANAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan daerah ini, yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Kepulauan Anambas.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah

sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Kepulauan Anambas.

4. Dinas adalah Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral.

5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Energi dan Sumber

Daya Mineral.

6. Badan adalahsuatu usaha yang meliputi perseroan

Terbatas, Perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan

usaha milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk

apapun, pesekutuan, perkumpulan, firma, kogsi,

koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga

dana pension, bentuk usaha tetap serta bentuk badan

usaha lainya.

Page 4: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

4

7. Air Tanah adalah semua air yang terdapat dalam lapisan

batuan yang ,mengandung air dibawah permukaan tanah,

termasuk mata air yang muncul secara alamiah di atas

permukaan tanah.

8. Akuifer atau lapisan pembawa air adalah lapisan batuan

di bawah permukaan tanah jenuh air yang dapat

menyimpan dan meneruskan air dalam jumlah yang

cukup dan mempunyai nilai ekonomis.

9. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang di batasi

oleh batuan-batuan dimana semua kejadian hidrogeologi

proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah

belangsung.

10. Hidrogeologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai air

tanah yang berkaitan dengan cara terdapat, penyebaran,

potensi dan sifat kimia air tanah.

11. Pengambilan Air Tanah adalah setiap kegiatan

pengambilan air tanah yang dilakukan dengan cara

penggalian, pengeboran atau cara membuat bangunan

penurapan lainnya, untuk dimanfaatkan airnya dan atau

untuk tujuan lain.

12. Pengelolaan Air Tanah adalah Pengelolaan dan

Pemanfaatan dalam arti luas mencakup segala usaha

iventarisasi, pengaturan, pemanfaatan, perijinan,

pengawasan dan pengendalian, serta konservasi Air

Tanah.

13. Hak guna air adalah hak untuk memperoleh,

menggunakan dan memelihara air tanah untuk keperluan

sesuatu.

14. Eksplorasi air adalah penyelidikan air tanah secara detail

untuk menetapkan lebih teliti atau seksama tentang

sebaran dan karateristik sumber air tersebut.

15. Inventarisasi air tanah adalah kegiatan pemetaan,

penyelidikan, penelitian, eksplorasi, evaluasi,

pengumpulan dan Pengelolaan dan Pemanfaatan data air

tanah.

16. Persyaratan teknis adalah ketentuan teknis yang harus

dipenuhi untuk melakukan kegiatan di bidang air tanah;

17. Pendayagunaan air tanah adalah pemanfaatan air tanah

secara optimal dan berkelanjutan.

18. Jaringan sumur pantau adalah kumpulan sumur pantau

yang tertata berdasarkan kebutuhan pemantauan air

tanah pada suatu cekung air tanah.

19. Sumur Bor adalah sumur yang pembuatannya dilakukan

dengan cara pengeboran dan konstruksi dengan pipa

bergaris tengah lebih dari dua inci (> 5 cm).

Page 5: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

5

20. Sumur Pasak adalah sumur yang pembuatannya

dilakukan dengan cara pengeboran dan kontruksi dengan

pipa bergaris tengah maksimum dua inci (± 5cm).

21. Sumur Pantau adalah sumur yang dibuat untuk

memantau muka air tanah dari lapisan pembawa air

(akuifer) tertentu.

22. Sumur Imbuhan adalah sumur yang digunakan untuk

usaha penambahan cadangan air tanah dengan cara

memasukan air kedalam lapisanpembawa air (akuifer).

23. Penurapan Mata Air adalah kegiatan mengubah bentuk

alamiah mata air berupa upaya mempertinggi permukaan

air, penampungan dan atau pemipaan yang di alirkan

sesuai dengan keperluan.

24. Meter Air adalah alat ukur untuk mengetahui volume

pengambilan air yang telah di tera atau di kalibrasi oleh

instansi yang berwenang.

25. Pembinaan adalah segala usaha yang mencakup

pemberian pengarahan, petunjuk, bimbingan, dan

penyuluhan dalam pelaksanaan Pengelolaan dan

Pemanfaatan air tanah.

26. Pengendalian adalah segala usaha yang mencakup

kegiatan pengaturan, penelitian, dan pemantauan

pengambilan air tanah untuk menjamin pemanfaatannya

secara bijaksana demi menjaga kesinambungan,

ketersediaan air dan mutunya.

27. Pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk

menjamin tegaknya peraturan perundangan dibidang air

tanah.

28. Zona Pengambilan Air Tanah adalah wilayah pengambilan

air tanah dikaitkan dengan daya dukung alamnya dan

potensi ketersediaan air tanah setempat.

29. Akreditas adalah pengakuan atas kelayakan peralatan

pengeboran yang telah memenuhi persyaratan teknis

sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

30. Pencemaran Air Tanah adalah masuknya atau di

masukannya unsur, zat, komponen fisika, kimia atau

biologi kedalam air tanah atau berubahnya tatanan air

tanah oleh kegiatan manusia sehingga terjadinya proses

alamiah yang mengakibatkan mutu air tanah turun

ketingkat tertentu.

31. Izin Usaha Pengeboran Air Tanah yang selanjutnya

disingkat IUPAT adalah izin melakukan kegiatan usaha

pengeboran air tanah oleh setiap badan atau

perorangan.

Page 6: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

6

32. Izin Pengeboran Air Tanah yang selanjutnya singkat IP

adalah izin melakukan pengeboran, penurapan dan

pengaliran air tanah.

33. Izin Pengambilan Air Tanah yang selanjutnya disebut IPA

adalah izin pengambilan dan atau penggunaan air tanah

yang berasal dari sumur bor, sumur pasak, dan sumur

gali.

34.

Izin Pengambilan Mata Air yang selanjutnya disingkat

IPMA adalah izin pengambilan air tanah yang berasal dari

lapisan akuifer.

35. Izin Eksplorasi untuk selanjutnya disingkat IE adalah

Suatu izin yang diberikan kepada badan atau

perseorangan.

36. Izin Usaha Pengeboran Air Tanah yang selanjutnya

singkat IUPAT adalah

37. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Yang selanjutnya

disingkat AMDAL adalah kajian mengenai dampak

lingkungan serta besar dan pentingnya suatu usaha atau

kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang

diperlukan bagi pengambilan keputusan serta

penyelenggaraan dan atau usaha.

38. Rencana pengelolan Lingkungan yang selanjutnya

disingkat RKL adalah upaya penanganan dampak besar

dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan

akibat dari usaha dan atau kegiatan.

39. Rencana pemantauan Lingkungan yang selanjutnya

disingkat RPL adalah upaya pemantauan komponen

lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting

akibat dari usaha dan atau kegiatan.

40. Upaya Pengelolaan Lingkungan yang selanjutnya disingkat

UKL adalah upaya pemantauan lingkungan UPL adalah

upaya yang dilakukan dalam pamantauan dan

pengelolaan lingkungan hidup oleh penanggung jawab

usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan

analisis mengenai dampak lingkungan AMDAL.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Pengaturan air tanah dimaksudkan untuk memelihara

kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

(2) Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertujuan agar keberadaan air tanah sebagai sumber

daya air, tetap dapat mendukung dan mengantisipasi

Page 7: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

7

tuntutan perkembangan pembangunan yang

berkelanjutan dan menjaga kelestariannya serta berpihak

kepada kepentingan rakyat.

BAB III

AZAS DAN LANDASAN

Pasal 3

(1) Pengelolaan air tanah berdasarkan asas kelestarian,

berwawasan lingkungan, kesimbangan, keadilan,

transparansi dan akuntabilitas.

(2) Teknik Pengelolaan dan Pemanfaatan air tanah

berlandaskan atas cekungan air bawah tanah.

(3) Hak air tanah adalah hak guna air.

BAB IV

PERUNTUKAN DAN PEMANFAATAN AIR

Pasal 4

(1) Air tanah dapat di manfaatkan untuk berbagai

keperluan dengan urutan prioritas peruntukan sebagai

berikut :

a. Air minum;

b. Air untuk rumah tangga;

c. Air untuk irigasi;

d. Air untuk pertanian;

e. Air untuk industri;

f. Air untuk usaha pertambangan dan energi;

g. Air untuk usaha perkotaan;

h. Air untuk kepentingan lainnya;

(2) Prioritas peruntukan air tanah sebagaimana dimaksud

pada Pasal 1 ayat (1), ditentukan dengan

memperhatikan kepentingan umum dan kondisi

hidrologi setempat.

BAB V

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 5

(1) Bupati memiliki wewenang dan tanggung jawab di

dalam Pengelolaan air tanah.

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud ayat (1)

dilaksanakan oleh Kepala Dinas.

Page 8: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

8

(3) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) Kepala Dinas berkoordinasi

dengan Dinas atau Instansi terkait.

Pasal 6

(1) Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud

pada Pasal 5 meliputi :

a. Melakukan inventarisasi potensial;

b. Merencanakan pendayagunaan air tanah;

c. Menetapkan peruntukan pemanfaatan air tanah;

d. Melakukan Pengelolaan, pembinaan, pengawasan,

dan pengendalian perizinan air tanah;

e. Mengumpulkan dan mengolah data serta informasi

air tanah;

f. Mengadakan pembiayaan untuk kegiatan

Pengelolaan dan Pemanfaatan air tanah;

(2) Membentuk tim pengujian kualitas analisis fisika dan

kimia air.

BAB VI

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN

Pasal 7

(1) Inventarisasi meliputi kegiatan pemetaan, penyelidiki,

penelitian, eksplorasi, evaluasi, pengumpulan dan

Pengelolaan data air tanah;

(2) Evaluasi potensi air tanah dilakukan sebagai bahan

dalam rangka perencanaan pendayagunaan air tanah;

Pasal 8

(1) Kegiatan perencanaan pendayagunaan air tanah

dilakukan dalam rangka pengendalian, pengambilan

dan pemanfaatan air tanah.

(2) Perencanaan pendayagunaan air bawah tanah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada

hasil pengolahan dan evaluasi inventarisasi data atau

potensi sebagaiman dimaksud pada Pasal 7 ayat (1).

Page 9: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

9

BAB VII

PERIZINAN

Bagian Kesatu

Izin dan Jenis Izin

Pasal 9

(1) Setiap badan atau perorangan yang melakukan

eksplorasi, pengambilan air tanah atau manfaatnya,

untuk berbagai keperluan hanya dapat dilaksanakan

setelah mendapat izin.

(2) Kegiatan eksplorasi pengambilan air tanah atau

pemanfaatannya sebagaimana dimaksud ayat (1), tidak

berlaku untuk perusahaan industri yang berada di

kawasan industri selama kebutuhan air bersih untuk

perusahaan industri dapat disuplay dari air

permukaan.

Pasal 10

Pengambilan air tanah yang tidak memerlukan izin adalah :

a. Keperluan air minum dan rumah tangga dengan jumlah

maksimum 100 (seratus) meter kubik perbulan dan

tidak dipergunakan untuk tujuan komersial.

b. Keperluan peribadatan, penanggulangan kebakaran dan

keperluan penelitian yang tidak menimbulkan

kerusakan atas sumber air tanah dan lingkungannya.

c. Keperluan pembuatan sumur imbuhan.

Pasal 11

Izin Pengelolaan air tanah, terdiri dari :

a. Izin Eksplorasi (IE);

b. Izin Usaha Pengeboran Air Tanah (IUPAT);

c. Izin Pengeboran Air Tanah;

d. Izin Pengambilan Air Tanah;

e. Izin Pengambilan Mata Air (IPMA);

Pasal 12

(1) Izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ditetapkan

oleh Kepala Dinas atas nama Bupati.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu :

a. Diberikan atas nama pemohon untuk setiap titik

pengambilan air atau sumber air;

Page 10: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

10

b. Tidak dapat dipindah tangankan kecuali atas

persetujuan Kepala Dinas;

Bagian Kedua

Tata Cara Memperoleh Izin

Pasal 13

Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud Pasal 11,

pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada

Bupati melalui Dinas;

a. Untuk Izin Eksplorasi (IE)

1. Izin Lokasi atau HO atau IMB;

2. Melampirkan peta lokasi;

3. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh Kepala

Dinas sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

b. Untuk Izin Usaha Pengeboran Air Tanah (IUPAT)

1. Surat Pernyataan Kepemilikan instalasi bor

bermeterai;

2. Foto instalasi bor berukuran 9x12 cm dan 4x6 cm

masing-masing sebanyak 3 (tiga) lembar;

3. Data teknis instalasi bor;

4. Salinan Sertifikat Klasifikasi dan Sertifikasi kualifikasi

badan usaha yang dikeluarkan oleh asosiasi dan telah

legalisir di LPJK;

5. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh Kepala

Dinas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Untuk Izin Pengeboran (IP)

1. Peta situasi berskala 1:10,000 atau lebih besar dan

peta topografi skala 1 : 50,000 yang memperhatikan

titik lokasi rencana pengeboran;

2. Informasi mengenai rencana pengeboran (form D-3);

3. Foto copy Izin Usaha Pengeboran Air Tanah (IUPAT),

Surat Tanda Instalasi Bor (STIB) yang masih berlaku;

4. Tanda Bukti kepemilikan 1 (satu) buah sumur pantau

yang dilengkapi alat perekam otomatis muka air

(Automatic Water level Recoder atau AWLR) bagi

pemohon sumur ke 5 (lima) atau kelipatannya atau

jumlah pengambilan air tanah sama atau lebih besar

dari 50 (lima puluh) liter/detik dari 1 (satu) atau

beberapa sumur pada kawasan kurang dari 10

(sepuluh) hektar;

5. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh Kepala

Dinas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Izin Pengambilan Air (IPA):

1. Gambar Penampang Litologi atau batuan dan hasil

rekaman logging sumur;

Page 11: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

11

2. Gambar bagan Penampang Penyelesaian Konstruksi

sumur bor;

3. Berita acara Pengawasan Pemasangan Konstruksi bor;

4. Berita acara Pemompaan;

5. Laporan uji Pemompaan;

6. Hasil analisis fisika dan kimia air tanah;

7. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh Kepala

dinas.

e. Izin Pengambilan Mata Air (IPMA)

1. Peta lokasi mata air lengkap dengan koordinatnya;

2. diameter pipa yang akan digunakan;

3. debit yang dimohon;

4. gambar rencana penurapan air;

5. harus memasang meteran air.

Bagian Ketiga

Masa Berlaku dan Daftar Ulang Izin

Pasal 14

(1) IE sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 hurup a,

diberikan selama 1 (satu) tahun dan dapat

diperpanjang kembali apabila memenuhi persyaratan

teknis dan non teknis yang ditentukan lebih lanjut

dengan Peraturan Bupati.

(2) Masa berlaku IUPAT sebagaimana dimaksud pasal 13

huruf b, diberikan selama 3 (tiga) tahun dan dapat

diperpanjang kembali apabila memenuhi persyaratan

teknis dan non teknis yang ditentukan lebih lanjut

dengan Peraturan Bupati.

(3) Masa berlaku IP sebagaimana dimaksud pada pasal 13

hurup c, diberikan selama 6 (enam) bulan dan dapat

diperpanjang 1 (satu) kali selama 3 (tiga) bulan, dan

hanya berlaku pada lokasi yang diajukan dalam

permohonan.

Pasal 15

(1) Izin Pengambilan Air Tanah berlaku selama kondisi air

tanah di sekitarnya masih memungkinkan untuk

dimanfaatkan ditinjau dari segi teknis Hidrologi.

(2) Pemegang IPA dan IPMA wajib mendaftar ulang izin

yang dimilikinya selambat-lambatnya 2 (dua) bulan

sebelum berakhirnya daftar ulang.

Page 12: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

12

Pasal 16

(1) IE dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi apabila

pemegang izin tidak mengajukan perpanjangan izin.

(2) IUPAT dicabut dan nyatakan tidak berlaku lagi apabila

pemegang izin tidak mengajukan perpanjangan izin.

(3) IP dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi apabila :

a. Pemegang izin tidak mengajukan perpanjangan izin;

b. Izin dikembalikan oleh pemegang izin;

c. Pemegang izin tidak memenuhi ketentuan yang

tercantum dalam surat izin.

(4) IPA dan IPMA dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi

apabila :

a. Pemegang izin tidak mengajukan permohonan

perpanjangan atau daftar ulang ;

b. Izin dikembalikan oleh pemegang izin;

c. Pemegang izin tidak memenuhi ketentuan yang

tercantum dalam surat izin;

(5) Tata cara pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), (3) dan (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Bupati.

Bagian Kelima

Hak dan Kewajiban Pemegang Izin

Paragraf 1

Hak Pemegang Izin

Pasal 17

(1) Pemegang IE berhak melakukan kegiatan eksplorasi air

tanah sesuai dengan izin yang diberikan.

(2) Pemegang IUPAT berhak melakukan usaha dibidang

pengeboran air tanah sesuai dengan izin yang

diberikan.

(3) Pemegang IP berhak melakukan pengeboran,

penggalian dan penurapan sesuai dengan izin yang

diberikan.

(4) Pemegang IPA berhak melakukan pengambilan air

sesuai dengan izin yang diberikan.

Page 13: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

13

Paragraf 2

Kewajiban Pemegang Izin

Pasal 18

(1) Pemegang IE berkewajiban :

a. Melaporkan hasil kegiatan eksplorasi air tanah

secara tertulis setiap 1 (satu) bulan sekali kepada

Kepala Dinas;

b. Memelihara dan bertanggung jawab atas kerusakan

lingkungan;

c. Menghentikan kegiatan eksplorasi air tanah serta

mengusahakan penanggulangan apabila dalam

pelaksaannya ditemukan kelainan-kelainan yang

dapat mengganggu kelestarian sumber air tanah

dan lingkungan hidup.

(2) Pemegang IUPAT berkewajiban :

a. Melaporkan hasil kegiatannya secara tertulis setiap

6 (enam) bulan sekali kepada Kepala Dinas;

b. Memenuhi ketentuan yang tercantum dalam izin.

(3) Pemegang IP berkewajiban :

a. Melaporkan hasil kegiatan selama proses

pengeboran, penggalian atau penurapan mata air

secara tertulis kepada Kepala Dinas;

b. Melaporkankan secara tertulis kepada Bupati

melalui Kepala Dinas selambat-lambatnya 7 (tujuh)

hari kerja sebelum melaksanakan pemasangan

saringan, uji pemompaan dan penurapan mata air.

c. Melakukan pemasangan konstruksi sumur atau

penurapan sesuai dengan petunjuk teknis;

d. Menghentikan kegiatan pengeboran air tanah atau

penurapan mata air apabila pelaksanaan ditemukan

kelainan-kelainan yang dapat mengganggu

kelestarian sumber air tanah dan lingkungan hidup,

serta mengusahakan penanggulangan dan

melaporkan segera kepada Bupati melalui Kepala

Dinas.

(4) Pemegang IPA dan IPMA berkewajiban :

a. Melaporkan jumlah pengambilan air setiap bulan

kepada Kepala Dinas;

b. Membayar pajak pengambilan air setelah mendapat

izin;

c. Menyediakan dan memasang meter air serta alat

pembatas debit air atau stop kran pada setiap titik

pengambilan air sesuai dengan spesifikasi teknis

yang ditentukan Dinas;

Page 14: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

14

d. Memelihara dan bertanggung jawab atas kerusakan

meter air dan alat pembatas debit air atau stop

kran;

e. Memberikan sebagian air yang diambil untuk

kepentingan masyarakat maksimal 10 % apabila

diperlukan.

f. Melakukan analisa kualitas air pada setiap sumur

per 3 (tiga) bulan dan melaporkan hasilnya kepada

Kepala Dinas;

h. Menghentikan kegiatan pengambilan air tanah,

mengusahakan penanggulangannya apabila tidak

sesuai dengan ketentuan dalam izin.

Pasal 19

(1) Setiap badan atau perorangan yang melakukan

pengambilan air tanah sebagaimana dimaksud pada

Pasal 9 ayat 1, berkewajiban membuat sumur resapan

air sesuai dengan ketentuan teknis.

(2) Setiap pengambilan air tanah yang lebih dari 4 (empat)

buah sumur dalam satu lokasi yang luasnya kurang

dari 10 (sepuluh) hektar, diwajibkan menyediakan 1

(satu) buah sumur pantau yang dilengkapi dengan alat

untuk memantau muka air tanah.

Pasal 20

(1) Pengambilan air tanah dilengkapi dengan Upaya

Pengelolaan dan Pemanfaatan Lingkungan (UKL) dan

Upaya Pemantau Lingkungan (UPL) dan/atau Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan hidup (AMDAL).

(2) Setiap pengambilan air tanah sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Bupati.

BAB VIII

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 21

(1) Pengawasan dan Pengendalian atas pelaksanaan

Peraturan Daerah, sepanjang menyangkut hal-hal yang

bersifat teknis, dilaksanakan oleh Dinas;

(2) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), meliputi :

a. Lokasi titik pengambilan air tanah;

Page 15: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

15

b. Teknis kontruksi sumur bor dan uji pemompaan;

c. Pembatasan debit pengambilan air;

d. Penataan teknis dan pemasangan alat ukur (meter

air);

e. Pendataan volume pengambilan air;

f. Teknis penurapan mata air;

g. Usaha jasa pengeboran air tanah;

h. Penyediaan sumur resapan.

Pasal 22

(1) Pengawasan dan pemasangan meter air atau alat

pengukur debit air dilakukan oleh Dinas.

(2) Penetapan lokasi, jaringan dan kontruksi sumur pantau

dan sumur resapan ditentukan oleh Dinas.

(3) Pada daerah-daerah tertentu, Dinas membuat sumur

pantau sesuai dengan kondisi teknis.

(4) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ayat

(2) dan ayat (3) berkoordinasi dengan instansi terkait.

BAB IX

PELANGGARAN

Pasal 23

Setiap pemegang izin dinyatakan melakukan pelanggaran

apabila :

a. Merusak, melepas, menghilangkan dan memindahkan

meter atau alat ukur debit air dan atau merusak segel

tera dan segel instalasi pada meter air atau alat ukur

debit air;

b. Mengambil air dari pipa sebelum meter air;

c. mengambil air melebihi debit yang ditentukan dalam

izin;

d. Menyembunyikan titik air atau lokasi pengambilan air;

e. Memindahkan letak titik atau lokasi pengambilan air;

f. Memidahkan rencana letak titik pengeboran atau letak

titik penurapan lokasi pengambilan air;

g. Mengubah konstruksi penurupan mata air;

h. Tidak membayar pajak pengambilan air tanah;

i. Tidak menyampaikan laporan pengambilan air atau

melaporkan tidak sesuai dengan kenyataan;

j. Tidak melaporkan hasil rekaman sumur pantau;

k. Tidak melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam

izin.

Page 16: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

16

BAB X

PENYIDIKAN

Pasal 24

(1) Selain pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik

Indonesia, pejabat pegawai negeri sipil yang lingkup

tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang sumber

daya air dapat diberi wewenang khusus sebagai

penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Pejabat penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk:

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan

atau keterangan tentang adanya tindak pidana

sumber daya air;

b. melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan

usaha yang diduga melakukan tindak pidana

sumber daya air;

c. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa

sebagai saksi atau tersangka dalam perkara tindak

pidana sumber daya air;

d. melakukan pemeriksaan prasarana sumber daya air

dan menghentikan peralatan yang diduga digunakan

untuk melakukan tindak pidana;

e. menyegel dan/atau menyita alat kegiatan yang

digunakan untuk melakukan tindak pidana sebagai

alat bukti;

f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan

tugas penyidikan tindak pidana sumber daya air;

g. membuat dan menandatangani berita acara dan

mengirimkan-nya kepada penyidik Kepolisian Negara

Republik Indonesia; dan/atau

h. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat

cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan

merupakan tindak pidana.

(3) Pejabat penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) memberitahukan dimulainya

penyidikan kepada penyidik Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

(4) Pejabat penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) menyampaikan hasil

penyidikan kepada penuntut umum melalui penyidik

Kepolisian Negara Republik Indonesia, sesuai dengan

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Page 17: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

17

BAB XI

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 25

(1) Badan dan/atau perorangan yang tidak memenuhi

kewajibannya sebagaimana diatur dalam Pasal 9, 12,

Pasal 15, Pasal 18 dan pasal 19 dikenakan sanksi

administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) berupa :

a. teguran;

b. peringatan tertulis;

c. pembatasan kegiatan usaha;

d. pembekuan kegiatan usaha;

e. pembatalan persetujuan;

f. pembatalan pendaftaran;

g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat

produksi;

h. pencabutan ijin.

(3) Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Bupati.

BAB XII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 26

(1) Setiap orang yang tidak memenuhi kewajibannya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, dipidana

dengan Pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan

atau denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh

juta rupiah).

(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah pelanggaran.

Page 18: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

18

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya

dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas.

Ditetapkan di Tarempa

pada tanggal 27 Desember 2012

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS,

T.MUKHTARUDDIN

Diundangkan di Tarempa

pada tanggal 27 Desember 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2012

NOMOR 24

Page 19: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

19

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

NOMOR 10 TAHUN 2012

TENTANG

PENGELOLAAN AIR TANAH

I. PENJELASAN UMUM

1. Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang. Sejalan dengan Pasal 33 ayat (3)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang ini menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara

adil. Atas penguasaan sumber daya air oleh negara dimaksud, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi pemenuhan

kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan pengaturan hak atas air. Penguasaan negara atas sumber daya air tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui dan

menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, seperti hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak-hak yang serupa dengan itu, sepanjang masih hidup dan sesuai

dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Pengaturan hak atas air diwujudkan melalui penetapan hak guna air, yaitu hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan air

untuk berbagai keperluan. Hak guna air dengan pengertian tersebut bukan merupakan hak pemilikan atas air, tetapi hanya terbatas pada hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan sejumlah

(kuota) air sesuai dengan alokasi yang ditetapkan oleh pemerintah kepada pengguna air, baik untuk yang wajib memperoleh izin maupun

yang tidak wajib izin. Hak guna air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, pertanian rakyat, dan kegiatan bukan usaha disebut dengan hak guna pakai air, sedangkan hak guna air untuk memenuhi

kebutuhan usaha, baik penggunaan air untuk bahan baku produksi, pemanfaatan potensinya, media usaha, maupun penggunaan air untuk bahan pembantu produksi, disebut dengan hak guna usaha air.

Jumlah alokasi air yang ditetapkan tidak bersifat mutlak dan harus dipenuhi sebagaimana yang tercantum dalam izin, tetapi dapat ditinjau

kembali apabila persyaratan atau keadaan yang dijadikan dasar pemberian izin dan kondisi ketersediaan air pada sumber air yang bersangkutan mengalami perubahan yang sangat berarti dibandingkan

dengan kondisi ketersediaan air pada saat penetapan alokasi.

3. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi

perseorangan dan pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin oleh Pemerintah atau pemerintah daerah. Hak guna pakai air

untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut termasuk hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan

tanahnya. Pemerintah atau pemerintah daerah menjamin alokasi air

Page 20: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

20

untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut dengan tetap memperhatikan kondisi

ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang bersangkutan dengan tetap menjaga terpeliharanya ketertiban dan ketentraman.

4. Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan konflik

kepentingan antarsektor, antarwilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang

lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Berdasarkan pertimbangan tersebut undang-undang ini lebih

memberikan perlindungan terhadap kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan

ekonomi.

5. Air sebagai sumber kehidupan masyarakat secara alami keberadaannya

bersifat dinamis mengalir ke tempat yang lebih rendah tanpa mengenal batas wilayah administrasi. Keberadaan air mengikuti siklus hidrologis

yang erat hubungannya dengan kondisi cuaca pada suatu daerah sehingga menyebabkan ketersediaan air tidak merata dalam setiap waktu dan setiap wilayah. Sejalan dengan perkembangan jumlah

penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang berdampak negatif terhadap

kelestarian sumber daya air dan meningkatnya daya rusak air. Hal tersebut menuntut pengelolaan sumber daya air yang utuh dari hulu sampai ke hilir dengan basis wilayah sungai dalam satu pola

pengelolaan sumber daya air tanpa dipengaruhi oleh batas-batas wilayah administrasi yang dilaluinya.

6. Berdasarkan hal tersebut di atas, pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada

keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:

a. wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara,

dan/atau wilayah sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.

b. wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi;

c. wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota;

Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut

dengan nama lain sepanjang kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh pemerintah di atasnya. Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air tersebut termasuk

mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai

dengan tetap dalam kerangka konservasi dan pengendalian daya rusak air.

Pola pengelolaan sumber daya air merupakan kerangka dasar dalam

merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan

konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan

pengendalian daya rusak air pada setiap wilayah sungai dengan prinsip

Page 21: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

21

keterpaduan antara air permukaan dan air tanah. Pola pengelolaan

sumber daya air disusun secara terkoordinasi di antara instansi yang

terkait, berdasarkan asas kelestarian, asas keseimbangan fungsi sosial,

lingkungan hidup, dan ekonomi, asas kemanfaatan umum, asas

keterpaduan dan keserasian, asas keadilan, asas kemandirian, serta

asas transparansi dan akuntabilitas. Pola pengelolaan sumber daya air

tersebut kemudian dijabarkan ke dalam rencana pengelolaan sumber

daya air.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 3

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 4

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 6

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 7

Page 22: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

22

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 8

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup Jelas

Pasal 11

Cukup Jelas

Pasal 12

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 16

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Page 23: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

23

Cukup Jelas

Ayat (4)

Cukup Jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 17

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Ayat (4)

Cukup Jelas

Pasal 18

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 19

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 20

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 21

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 22

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Ayat (4)

Cukup Jelas

Pasal 23

Page 24: BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS - jdih.setjen.kemendagri.go.id · Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia ... Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan

24

Cukup jelas

Pasal 24

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 25

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 26

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 27

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

TAHUN 2012 NOMOR 26