bumdes di bali harus produktif dampingi...

6

Click here to load reader

Upload: lyquynh

Post on 06-Feb-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUMDES DI BALI HARUS PRODUKTIF DAMPINGI …denpasar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/01/BUMDES-di-Bali-H…Daerah dan 416 Peraturan Desa yang mengatur tentang pembentukan dan pengelolaan

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali Halaman 1

BUMDES DI BALI HARUS PRODUKTIF DAMPINGI MASYARAKAT

“Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah pilar kesejahteraan bangsa, karena

BUMDes tidak lain adalah usaha yang didirikan atas dasar komitmen bersama masyarakat

desa untuk saling bekerja sama, bergotong royong dan menggalang kekuatan ekonomi rakyat

demi mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat desa” ujar Menteri Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar, di Denpasar.

“Adanya syarat proses pembentukan BUMDes bukan mempersulit tetapi semata-mata

untuk menjaga kualitas dan akuntabilitas dari BUMdes itu sendiri” Marwan menjelaskan.

Sementara itu untuk jenis usaha yang dapat dikembangkan melalui BUMDes diantaranya

adalah usaha bisnis sosial melalui usaha air minum desa, usaha listrik desa dan lumbung pangan,

usaha bisnis penyewaan melalui usaha alat transportasi, perkakas pesta, gedung pertemuan,

rumah toko dan tanah milik BUMDes, usaha perantara (brokering) melalui jasa pembayaran

listrik dan pasar desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat, usaha bisnis

yang berproduksi dan/atau berdagang (trading) melalui usaha pabrik es, pabrik asap cair, hasil

pertanian, sarana produksi pertanian dan sumur bekas tambang,

usaha bisnis keuangan (financial business) melalui akses kredit dan peminjaman, dan

http://www.koran-desa.com/

Page 2: BUMDES DI BALI HARUS PRODUKTIF DAMPINGI …denpasar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/01/BUMDES-di-Bali-H…Daerah dan 416 Peraturan Desa yang mengatur tentang pembentukan dan pengelolaan

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali Halaman 2

usaha bersama (holding) sebagai induk dari unit-unit usaha yang dikembangkan melalui

pengembangan kapal desa dan desa wisata.

Dari data Kementerian Desa, tercatat sebanyak 1.022 BUMdes telah berkembang di

seluruh Indonesia, yang tersebar di 74 Kabupaten, 264 Kecamatan dan 1022 Desa. Kepemilikan

Bumdes terbanyak berada di Jawa Timur dengan 287 BUMdes, kemudian Sumatera Utara

dengan 173 BUMDes. Sementara itu terkait dengan peraturan daerah atau peraturan desa sebagai

payung hukum BUMDes, diketahui sampai saat ini telah diterbitkan sebanyak 45 Peraturan

Daerah dan 416 Peraturan Desa yang mengatur tentang pembentukan dan pengelolaan BUMdes.

“Ini masih jauh dari yang kita harapkan, jika di rata-rata nasional, presentase jumlah

BUMdes dari total 74.093 desa di Indonesia masih sangat terbatas yakni sebesar 1,4 %,

padahal BUMDes ini penting untuk kemajuan dan kesejahteraan desa, karena itu saya

mendorong para Bupati Walikota dan Kepala Desa untuk serius membentuk dan

mengembangkan BUMDes” ungkap Marwan

Terpisah, Bank Indonesia mendorong pengurus BUMDes di Pulau Dewata agar lebih

aktif mendampingi masyarakat dalam menciptakan peluang-peluang usaha sehingga

mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. "Selain pendampingan, tentu saja

harus diarahkan pada potensi pasarnya," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi

Bali Dewi Setyowati di sela-sela Rapat Koordinasi Penguatan Bumdes, di Denpasar, Rabu

(23/9/2015).

Menurut dia, Bumdes jangan semata-mata hanya memikirkan upaya melipatgandakan

uang dengan meminjamkan dana kepada masyarakat, tetapi upaya "melirik" potensi pasar itu

juga sangat penting. Dewi mencontohkan beberapa peluang usaha yang bisa dilakukan di desa itu

seperti memelihara lele, ayam kampung dan bebek. Hal ini di tengah menjamurnya warung-

warung lalapan maupun restoran di Bali sehingga tidak perlu lagi didatangkan dari luar Bali.

Selain itu, bisa pula dalam bidang jasa seperti mendidik anak muda di desa untuk menjadi

tukang jahit, perawat tanaman hingga pencuci kompresor AC (pendingin ruangan). "Kalau sudah

ada tambahan usaha seperti itu, diharapkan akan ada uang yang dapat disisihkan masyarakat desa

untuk program kesejahteraan anak," katanya.

Page 3: BUMDES DI BALI HARUS PRODUKTIF DAMPINGI …denpasar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/01/BUMDES-di-Bali-H…Daerah dan 416 Peraturan Desa yang mengatur tentang pembentukan dan pengelolaan

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali Halaman 3

Oleh karena itu, Dewi mengharapkan agar Bumdes lebih aktif mendampingi masyarakat.

"Meskipun misalnya warga miskin diberikan bedah rumah, mereka akan masih tetap miskin jika

tidak dibarengi upaya pemberdayaan dari Bumdes," ucapnya.

Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan kepada para pengurus

Bumdes yang mengelola dana Gerakan Pembangunan Desa Terpadu (Gerbangsadu) Mandara

sebesar Rp1,02 miliar, agar jangan berperilaku seperti priyayi. "Tugas pengurus Bumdes itu

bukan hanya duduk-duduk di kantor, dan catet-catet, tetapi harusnya mendatangi satu-satu

penerima dana Gerbangsadu. Jika ternyata ada yang gagal dalam usahanya, tugasnya pengurus

Bumdes untuk mencarikan jalan supaya berhasil," katanya. (Ant)

Sumber Berita :

1. http://www.kemendesa.go.id/berita/1674/bumdes-perkuat-ekonomi-desa

2. http://wartaekonomi.co.id/read/2015/09/23/73695/bi-bumdes-di-bali-harus-produktif-

dampingi-masyarakat.html

Catatan :

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU 6 2014), Pasal 1 ayat (1)

menyatakan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Pasal 1 ayat (6) UU 6 2014 menyatakan bahwa BUMDesa adalah badan usaha yang seluruh

atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang

berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha

lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

Dalam Pasal 87 ayat (2) UU 6 2014 dikatakan bahwa BUMDesa dikelola dengan semangat

kekeluargaan dan kegotongroyongan. Dalam ayat (3) dijelaskan bahwa BUMDesa dapat

menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Page 4: BUMDES DI BALI HARUS PRODUKTIF DAMPINGI …denpasar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/01/BUMDES-di-Bali-H…Daerah dan 416 Peraturan Desa yang mengatur tentang pembentukan dan pengelolaan

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali Halaman 4

Mengenai pendirian BUMDesa, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (PP 43 2014),

Pasal 132 memberikan syarat pendirian yaitu Pendirian BUMDesa disepakati melalui

Musyawarah Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun

2015 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa

(Permendesa 4 2015), dalam Pasal 4 ayat (2) menyatakan bahwa Desa dapat mendirikan

BUMDesa dengan mempertimbangkan:

1. inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa;

2. potensi usaha ekonomi Desa;

3. sumberdaya alam di Desa;

4. sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUMDesa; dan

5. penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan Desa

yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUMDesa.

Dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor

2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan

Musyawarah Desa (Permendesa 2 2015), Pasal 89 ayat (1) menyatakan bahwa Pokok

bahasan yang dibicarakan dalam Musyawarah Desa meliputi :

1. organisasi pengelola BUMDes;

2. modal usaha BUMDes; dan

3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUMDes.

Dalam ayat (2) dijelaskan bahwa selain pokok bahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Musyawarah Desa dapat menentukan pokok bahasan lain perihal pendirian BUMDesa.

Mengenai Organisasi Pengelola BUMDesa, dalam Pasal 132 ayat (3) PP 43 2014

menyatakan bahwa Organisasi pengelola BUMDesa terpisah dari organisasi Pemerintahan

Desa.

Page 5: BUMDES DI BALI HARUS PRODUKTIF DAMPINGI …denpasar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/01/BUMDES-di-Bali-H…Daerah dan 416 Peraturan Desa yang mengatur tentang pembentukan dan pengelolaan

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali Halaman 5

Sedangkan ayat (4) menyatakan bahwa Organisasi pengelola BUMDesa paling sedikit terdiri

atas:

a. penasihat; dan

b. pelaksana operasional.1

Pasal 89 UU 6 2014 menyatakan bahwa Hasil usaha BUMDesa dimanfaatkan untuk:

1. pengembangan usaha; dan

2. Pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk

masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang

ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Sedangkan dalam Pasal 3 Permendesa 4 2015 menyatakan bahwa Pendirian BUMDesa

bertujuan untuk :

1. meningkatkan perekonomian Desa;

2. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;

3. meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa;

4. mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga;

5. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum

warga;

6. membuka lapangan kerja;

7. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum,

pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan

8. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.

Dalam Pasal 90 UU 6 2014 menyatakan bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa mendorong perkembangan

BUMDesa dengan:

1. memberikan hibah dan/atau akses permodalan;

2. melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan

3. memprioritaskan BUMDesa dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa.

1 Dalam Pasal 132 ayat (5) dan (6) dijelaskan bahwa Penasihat dijabat secara ex-officio oleh kepala Desa.

Sedangkan Pelaksana operasional merupakan perseorangan yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala Desa.

Pelaksana operasional dilarang merangkap jabatan yang melaksanakan fungsi pelaksana lembaga Pemerintahan

Desa dan lembaga kemasyarakatan Desa.

Page 6: BUMDES DI BALI HARUS PRODUKTIF DAMPINGI …denpasar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/01/BUMDES-di-Bali-H…Daerah dan 416 Peraturan Desa yang mengatur tentang pembentukan dan pengelolaan

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali Halaman 6

Sedangkan dalam Pasal 126 ayat (1) PP 43 2014 menyatakan bahwa Pemberdayaan

masyarakat Desa bertujuan memampukan Desa dalam melakukan aksi bersama sebagai

suatu kesatuan tata kelola Pemerintahan Desa, kesatuan tata kelola lembaga kemasyarakatan

Desa dan lembaga adat, serta kesatuan tata ekonomi dan lingkungan. Sedangkan dalam ayat

(2) menyatakan bahwa Pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah

kabupaten/kota, Pemerintah Desa, dan pihak ketiga.

Pasal 128 ayat (1) PP 43 2014 menyatakan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah

menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat Desa dengan pendampingan secara berjenjang

sesuai dengan kebutuhan.

Sumber Informasi :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara;

5. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2

Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan

Musyawarah Desa;

6. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4

Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan dan Pembubaran Badan Usaha

Milik Desa;

7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5

Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015