buletin tritonis edisi i 2015
DESCRIPTION
buletin yang di terbitkan taman nasional teluk cenderawasihTRANSCRIPT
-
DAFTAR ISI
Serba - serbi
Makna Logo Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
46
Alamat Redaksi Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Jln. Essau Sesa-Sowi Gunung Manokwari-Papua Barat
Telp : (0986)212303 Fax : (0986)214719
E-mail : [email protected] Website: telukcenderawasih-nationalpark.org
Pengarah: Kepala Balai Besar TNTC
Penanggung Jawab: Danny H. Pattipeilohy, S.P.i, M.Si
Pimpinan Redaksi: Astriet Y. Manangkoda, S.Ik
Penyunting/Editor: Manerep Siregar, S.P., M.Si.
Staff Redaksi: Hermadi, S.Pi, M.T, M.Sc., Vemmy Y. Wyzer, S.Hut., Rini Purwanti, S.Si., Tassuruni, S.Hut
Layout : Ran Ogistira, S.Hut
Sumber Gambar : Dokumentasi BBTNTC
Buletin Tritonis (Tanggap, Realistis, Informatif
dan inspiratif)
S U S U N A N R E D A K S I
Mengawali tahun 2015 ini, Buletin Tritonis mem-
berikan tampilan desain baru yang lebih menarik
untuk dibaca.
Bulan Maret kembali menjadi bulan dimana para
rimbawan Manokwari berkumpul untuk merayakan
Hari Bakti Rimbawan. Dengan tema Hutan untuk masa depan, kampanye pelestarian hutan pun di
meriahkan dengan hadirnya grup band Slank.
Pariwisata telah menjadi kebutuhan oleh setiap
orang. Jumlah wisatawan dalam beberapa tahun
terus mengalami peningkatan di kawasan TNTC.
Balai Besar TNTC terus berupaya menjaga potensi
wisata yang ada di kawasan ini. Berbagai model
pengembangan pariwisata terus dikembangkan
untuk meningkatkan dan menjaga potensi sumber
daya alam TNTC sebagai tujuan wisata.
Selamat membaca.
B a l a i B e s a r T a m a n N a s i o n a l T e l u k C e n d e r a w a s i h
Liputan
Kembali, Balai Besar Taman Nasional
Teluk Cenderawasih Menjadi Juara Umum
3
B u l e t i n t r i t o n i s e d i s i I A p r i l 2 0 1 5
Opini
Saatnya Polisi Kehutanan Bekerja Lebih
Profesional
29
Artikel
Pengelolaan Ekowisata Taman Nasional
Teluk Cenderawasih
Keberadaan Kima (Tridacna) di Taman
Nasional Teluk Cenderawasih
Statistik Pengunjung Tahun 2014 di
Kawasan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih
Kearifan Lokal Dalam Pembangunan
Untuk Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat di Kawasan TNTC
Pengaruh Keberadaan Hiu Paus
(Rhincodon Typus) Terhadap
Kunjungan Wisatawan Ke Taman
Nasional Teluk Cenderawasih
5
Biodiversity
Mengenal Bruguiera gymnorrhiza (L.)
Lamk.
33
Kabar Kawasan
Antara Hukum Adat dan Hukum Modern 37
Destinasi Wisata
Wisata Alam Pulau Roswar 44
-
Provinsi Papua Barat, Rimbawan Provinsi Papua
Barat dan Persatuan Pensiunan Kehutanan. B ertemakan HUTAN UNTUK MASA
DEPAN acara peringatan Hari
Bhakti Rimbawan (HBR) ke-32 tahun
ini dimulai pada tanggal 4 Maret 2015. Upacara
pembukaan yang berlangsung di lapangan SMK
Kehutanan Manokwari dibuka secara resmi
oleh O. Erenst Ngabalin, S.Hut, MP selaku Ketua
Panitia dan diikuti oleh seluruh keluarga rimba-
wan se-Provinsi Papua Barat yaitu Dinas
Kehutanan Provinsi Papua Barat, Dinas
Kehutanan Kabupaten Manokwari, Balai Besar
Taman Nasional Teluk Cenderawasih, BPKH
Wilayah XVII Manokwari, BPDAS Remu Ransiki,
Balai Penelitian Kehutanan Manokwari, BP2HP
Wilayah XVIII Manokwari, SMK Kehutanan
Manokwari, Balai Besar KSDA Papua Barat
Bidang Konservasi Wilayah I Manokwari,
Fakultas Kehutanan Universitas Papua, Mitra
Kehutanan, Persatuan Ibu-ibu Rimbawan
P a g e 3 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5
L i p u t a n
KEMBALI, BALAI BESAR TAMAN NASIONAL TELUK
CENDERAWASIH MENJADI JUARA UMUM
...Semoga Piala yang dibawa
kembali menjadi penyemangat
untuk mempertahankannya di
tahun berikutnya dimana
BBTNTC akan menjadi Panitia
dalam rangkaian Hari Bhakti
Rimbawan ke-33...
Ran Ogistira*)
-
L i p u t a n
P a g e 4 B u l e t i n t r i t o n i s
*)PEH pada BBTNTC
hutan lestari dan masyarakat sejahtera se-
bagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang
nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
Diakhir sambutannya tak lupa Gubernur
Papua Barat mengingatkan para rimbawan untuk
terus membangun masa depan bangsa
Indonesia dan tanah air dari kehancuran
ekologis, menjaga pemanfaatan kekayaan
sumber daya hayati agar tetap lestari, terus me-
nanam pohon melalui penghijauan dan
reboisasi serta terus mengkampanyekan tentang
pentingnya hutan untuk kehidupan manusia.
Rangkaian upacara ditutup dengan
penyerahan hadiah lomba bagi para pemenang.
Tahun ini kembali Balai Besar TNTC menjadi
juara umum dengan peroleh medali: 3 emas, 1
perak dan 1 perunggu. Semoga semangat juara
umum ini terjaga hingga tahun depan dimana
Balai Besar TNTC menjadi Panitia dalam pe-
rayaan Hari Bhakti Rimbawan ke 33 tahun 2016.
hutan bukan warisan nenek moyang tetapi
titipan buat anak cucu kita, mari bersama men-
jaga hutan untuk masa depan
0
Rangkaian acara Hari Bhakti Rimbawan tahun
ini dimeriahkan dengan beberapa kegiatan
seperti: Pertandingan Olahraga (Futsal, Bola
Voli, Tarik Tambang), pertandingan Gaplek, Per-
lombaan Menggambar dan Mewarnai untuk
anak-anak, Lomba Cipta Lagu dan Pentas Lagu,
Pemilihan Ganis dan Wasganis, Penanaman,
Aksi Kebersihan, Jalan Santai, Kampanye
Penanaman Pohon yang dimeriahkan oleh
Slank, dan Upacara Hari Bhakti Rimbawan.
Puncak peringatan Hari Bhakti Rimbawan ke-
32 ditutup dengan apel bersama pada tanggal
16 Maret 2015 di lapangan SMK Kehutanan
Manokwari, bertindak selaku inspektur upacara
adalah Gubernur Papua Barat yang diwakili oleh
Asisten I Bapak Musa Kamudi.
Dalam sambutan gubernur yang dibacakan
oleh inspektur upacara, para rimbawan kembali
diingatkan pentingnya pembinaan rimbawan,
khususnya dalam peningkatan profesionalisme,
disiplin, moral, kesejahteraan dan jiwa korsa,
sehingga memiliki kesiapan dan kesiagaan
dalam menghadapi berbagai tantangan dalam
bertugas. Menjadikan peringatan HBR sebagai
wahana kontemplasi untuk mengukur sejauh
mana upaya yang telah dilaksanakan dan hasil
yang dicapai guna mewujudkan pengelolaan
-
P a g e 5 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5
K awasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) salah satu Taman Nasional Laut terluas di Indonesia yang
berada di daerah Papua. Kawasan ini memiliki
keindahan alam baik di darat, pesisir maupun di
laut. TNTC sudah dikenal wisatawan
mancanegara sejak tahun 2008 walaupun
masih dalam jumlah relatif sedikit. Seiring
dengan meningkatnya peminat pariwisata alam,
maka sejak tahun 2010 sampai dengan 2014
jumlah wisatawan yang berkunjung TNTC
sebanyak 6.696 orang dengan penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar
Rp. 935.541.000,-. Setiap tahun kunjungan
wisatawan meningkat,
dengan kegiatan
wisata yang digemari
adalah diving dan
snorkeling. Wisatawan
TNTC didominasi oleh
wisatawan manca
negara. Wisata anda-
lan di TNTC adalah
wisata hiu paus (whale
shark) yang bisa dia-
mati langsung oleh
wisatawan setiap hari dan wisatawan lang-
sung dapat berinteraksi dengan hiu paus di
perairan Kwatisore. Untuk merespon
perkembangan wisata di TNTC perlu
diperhatikan pengelolaan yang berbasis
ekowisata agar tetap berkelanjutan.
Pembangunan wilayah pesisir dan laut
secara berkelanjutan merupakan kebijakan
penting dari pemerintah. Kebijakan tersebut
didasarkan pada pemikiran bahwa wilayah
pesisir dan laut secara ekologis dan ekonomis
sangat potensial untuk dikembangkan dan
dimanfaatkan demi untuk kesejahteraan
masyarakat.
A r t i k e l
Manerep Siregar, SP., M.Si*)
..Ekowisata merupakan Salah Satu Alternatif
Pembangunan wilayah pesisir dan laut secara
berkelanjutan ..
PENGELOLAAN EKOWISATA TAMAN
NASIONAL TELUK CENDERAWASIH
-
A r t i k e l
P a g e 6 B u l e t i n t r i t o n i s
organisme dan ekosistemnya. Pendekatan
lainnya adalah harus dapat menjamin adanya
keberpihakan kepada masyarakat lokal agar
mampu mempertahankan budaya lokal dan
sekaligus meningkatkan kesejahteraan
masayarakat di dalam dan sekitar TNTC.
Konsep Pengembangan Ekowisata di TNTC
Pengembangan ekowisata TNTC harus
mempertimbangkan dua aspek, yaitu aspek
tujuan wisata dan aspek pasar. Meskipun
pengembangan ekowisata menganut konsep
produk atau pasar, namun pengembangan
produk wisata harus tetap menjamin kelestarian
sumberdaya alam dan budaya masyarakat di
dalam dan sekitar kawasan. Pengembangan
ekowisata TNTC lebih dekat kepada aspek
pelestarian, karena di dalamnya sudah
terkandung aspek keberlanjutan. Pelestarian
sumberdaya alam dan budaya masyarakat akan
menjamin terwujudnya keberlanjutan
pembangunan. Dalam pelaksanaannya,
ekowisata TNTC hampir tidak dilakukan
eksploitasi sumberdaya alam, tetapi hanya
menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan
psikologis wisatawan. Bahkan dalam berbagai
aspek, ekowisata TNTC merupakan bentuk
ekowisata mengarah metatourism, artinya
ekowisata TNTC tidak menjual tujuan atau objek,
tetapi menjual filosofi dan rasa. Dari aspek inilah
ekowisata pesisir dan laut di TNTC tidak akan
mengenal kejenuhan.
Prinsip Pengembangan Ekowisata TNTC.
Pengembangan ekowisata TNTC diusahakan
dapat menjamin keutuhan dan kelestarian
ekosistem pesisir dan laut. Hal ini didukung oleh
keinginan para pencinta ekowisata yang
memang menghendaki syarat kualitas dan
keutuhan ekosistem. Oleh karenanya, ada
Meskipun pemerintah telah melakukan
berbagai upaya untuk mendorong pemanfaatan
sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanju-
tan, namun pola pemanfaatan yang sifatnya
merusak dan mengancam kelestarian
sumberdaya pesisir dan laut masih saja terus
berlangsung. Hal ini antara lain disebabkan oleh
tidak ada atau kurang tersedianya pilihan lain
bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pembangunan ekowisata merupakan
salah satu alternatif pembangunan yang dapat
membantu mengatasi masalah tersebut.
Seiring dengan semakin berkembangnya niat
(semangat) konservasi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat, maka ekowisata
adalah wisata yang berbasis pada alam dengan
menyertakan aspek pendidikan dan interpretasi
terhadap lingkungan alami dan budaya
masyarakat dengan pengelolaan kelestarian
ekologis.
Pendekatan Pengelolaan Ekowisata di TNTC
Pengelolaan ekowisata TNTC merupakan
bentuk ekowisata yang dikelola dengan
pendekatan berkelanjutan, dimana hal-hal yang
perlu diperhatikan antara lain:
1). Pengelolaan bentang alam diarahkan pada
kelestarian sumberdaya pesisir dan laut;
2). Pengelolaan budaya masyarakat diarahkan
pada kesejahteraan masyarakat pesisir; dan
3). Kegiatan konservasi diarahkan pada upaya
menjaga kelangsungan pemanfaatan
sumberdaya pesisir untuk waktu kini dan
masa mendatang.
Pendekatan pengelolaan ekowisata TNTC
harus dapat menjamin kelestarian lingkungan,
yaitu; (1) menjaga tetap berlangsungnya proses
ekologis yang mendukung sistem kehidupan;
(2) melindungi keanekaragaman hayati; dan
(3) menjamin kelestarian dan pemanfaatan jenis
-
A r t i k e l
P a g e 7
sejahtera Be happy.
Jadi, Silahkan pilih jalan hidup anda sendiri!!
0
DAFTAR PUSTAKA
Fandeli 2000. Pengusahaan Ekowisata. Universitas
Gajah Mada Jogjakarta.
Raharjo B. 2005. Ekoturisme Berbasis Masyarakat.
Penerbit Pustaka Latin. Bogor.
Tuwo A. 2011 Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan
Laut. Penerbit Brillian Internasional Surabaya.
beberapa prinsip pengembangan ekowisata
TNTC yang harus dipenuhi, yaitu (a) mencegah
dan menanggulangi dampak dari aktifitas
wisatawan terhadap bentang alam dan budaya
masyarakat lokal; (b) mendidik atau
menyadarkan wisatawan dan masyarakat lokal
akan pentingnya konservasi; (c) mengatur agar
kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan
manajemen pengelola kawasan TNTC dapat
menerima langsung penghasilan atau
pendapatan. Retribusi dan pajak konservasi
dapat secara langsung untuk membina,
melestarikan dan meningkatkan kualitas
kawasan pelestarian; (d) masyarakat dilibatkan
secara aktif dalam perencanaan pengembangan
ekowisata; (e) keuntungan ekonomi yang
diperoleh secara nyata dari kegiatan ekowisata
harus dapat mendorong masyarakat untuk
menjaga kelestarian kawasan TNTC; (f) semua
upaya pengembangan harus tetap menjaga
keharmonisan dengan alam; (g) pembatasan
pemenuhan permintaan, karena umumnya daya
dukung ekosistem alamiah lebih rendah
daripada daya dukung buatan.
Mengapa perlu Pendekatan Berkelanju-
tan?
Berkelanjutan bisa dianalogkan dengan kondisi
kehidupan. Jika anda hidup dalam kondisi sosial
dan ekonomi yang baik, namun tanpa kondisi
lingkungan yang baik, maka anda hanya hidup
sekedar cukup. Jika anda hidup dalam kondisi
sosial dan lingkungan baik, namun tanpa kondisi
ekonomi yang baik maka anda hidup sengsara. Jika
anda hidup dalam kondisi ekonomi dan lingkungan
yang baik, namun tanpa kondisi sosial yang baik,
maka anda hidup sekedar bertahan. Namun jika
anda hidup dalam kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan yang baik, maka anda hidup
E d i s i I A p r i l 2 0 1 5
Sumber: Tuwo A. 2011
Kondisi Sosial
KondisiLingkungan K o n d is i
E k o n o m i
Hidup sejahtera(Berkelanjutan)
Hidupbertahan
Hidupcukup
Hidupsengsara
*)Kepala Seksi P2 pada Balai Besar TNTC
-
L I P U T A N .
P a g e 8 B u l e t i n t r i t o n i s
-
P a g e 9 E d i s i I I I D E S E M B E R 2 0 1 4
L I P U T A N
Taman Nasional Teluk cenderawasih didominasi oleh wilayah perairan
yang mencakup 80 % kawasannya. Kawasan ini dihuni 7 suku besar
yaitu Suku Wandamen, Suku Wamesa, Suku Roswar, Suku Roon, Suku
Yeresiam, Suku Yaur/Hegure/Ondure, Suku Umari/Umar/Yeretuar
Foto: Rogistira
-
P a g e 1 0 B u l e t i n t r i t o n i s
A r t i k e l
kawasan konservasi dan tentunya di kawasan
TNTC. Selain memiliki peran baik secara ekologi,
sosial dan ekonomi bagi masyarakat di dalam
dan sekitar kawasan, TNTC memiliki potensi
jenis flora dan fauna serta ekosistem khas yang
memiliki fungsi ekologis penting. Potensi fauna
diantaranya adalah biota laut yaitu moluska, di
kawasan TNTC ditemukan 201 Jenis, termasuk
diantaranya adalah Kima (Tridacnidae) yang
dikenal sebagai kerang raksasa dimana
sebagian besar
spesies yang ada
di seluruh dunia
t e r d a p a t d i
perairan Indonesia,
dan 7 jenis
diantaranya ter-
dapat dalam kawa-
san TNTC.
Kima (Giant clams) merupakan salah satu
hewan laut yang dilindungi di seluruh dunia ter-
masuk di Indonesia. Pada tahun 1987
pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor 12/Kpts/II/1987
yang diperkuat dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 1999 memasukkan jenis kima
yang hidup di Indonesia menjadi hewan yang
dilindungi dan jenis kima tersebut juga masuk
K awasan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih (TNTC) yang merupakan
Kawasan Konservasi Laut terluas di
Indonesia dengan keanekaragaman
sumberdaya alam di
dalamnya mempunyai
arti penting bagi
upaya konservasi
melalui tiga aspek
yaitu 1) Perlindungan
sistem penyangga
k e h i d u p a n ; 2 )
P e n g a w e t a n
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa;
dan, 3) Pemanfaatan secara lestari sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya. Upaya
konservasi saat ini diarahkan tidak hanya untuk
m e l i n d u n g i a t au me n j ag a s eg a l a
keanekaragaman sumberdaya alam yang ada
namun juga harus dapat memberikan manfaat
yang besar bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat yang ada di dalam dan sekitar
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman mengenai konsep inventarisasi
dan monitoring spesies
Sumaryono, S.Hut*)
Keberadaan Kima (Tridacna) di Taman Nasional
Teluk Cenderawasih
(Upaya Konservasi yang Terkendala Karena Nilai Ekonomisnya)
Dataran karang yang luas muncul ke permukaan dalam
kawasan TNTC
-
P a g e 1 1
A r t i k e l
pada Appendix II CITES.
Walaupun hewan ini dilarang untuk diambil
dari alam, namun pemanfaatannya masih tetap
berlangsung. Hal ini bisa dilihat di berbagai
tempat khususnya di wilayah pesisir masih
banyak ditemukan cangkang-cangkang (shells)
kima baik yang menumpuk di rumah penduduk
untuk digunakan sebagi bahan bangunan seperti
pondasi, penimbunan lahan kosong dan
sebagainya. Juga banyak ditemukan berserak di
pantai khususnya cangkang yang kecil atau
bahkan sebagai souvenir baik di warung-warung
cinderamata di pantai atau di toko-toko khusus
souvenir. Di beberapa wilayah bahkan hingga
saat ini masih bisa ditemukan daging Kima segar
yang di jual di pasar tradisional. Akibat aktifitas
manusia tersebut menyebabkan menurunnya
populasi kima secara drastis di alam.
Nilai Ekonomi Kima (Tridacna)
Tridacna (kima) atau biasa masyarakat Papua
menyebutnya Biagaru merupakan sumber
makanan yang memiliki banyak protein, selain
dagingnya dapat dimanfaatkan digunakan untuk
sumber makanan, cangkangnya umum
digunakan untuk peralayan rumah tangga atau
bahan baku bangunan. Pada tahun 1980-an,
cangkang Kima banyak digunakan sebagai
bahan pembuatan ubin teraso dan di Papua
cangkang kima digunakan untuk bahan kapur
sebagai pendamping makan sirih yang
merupakan kebiasaan masyarakat adat Papua.
Saat ini permintaan terhadap Kima cukup
besar, terutama dari Jepang. Akibat permintaan
yang tinggi ini terjadilah eksploitasi berlebihan
yang menyebabkan populasi hewan ini
menurun. Beberapa spesies Kima yang sudah
sulit untuk ditemukan adalah Tridacna gigas,
Tridacna derasa, Tridacna squamosa, maupun
dari genus Hipoppus seperti Hipoppus
porcelanus dan Hipoppus hipoppus.
Di Papua cara penangkapannya bisa
dengan cara mengambilnya atau mencongkel-
nya dengan benda tajam, karena jenis
tersebut hidup di batu karang dan di antara
karang-karang walau sebenarnya tidak ramah
bagi lingkungan. Kandungan protein kima
sangat tinggi, sehingga seringkali menjadi
hidangan istimewa. Dan biasanya
pengambilan ini sering dilakukan masyarakat
ketika air laut mengalami pasang surut yang
ekstrim hingga dataran karang yang luas
muncul ke permukaan seperti menyerupai
daratan. Saat-saat itulah masyarakat
berbondong-bondong mencari kima.
Kima Penyaring Raksasa di Lautan Luas
Kima termasuk dalam kelas Bivalvia, suatu
kelompok hewan bertubuh lunak yang
dilindungi sepasang cangkang bertangkup.
Bernapas dengan insang yang bentuknya
seperti lembaran yang berlapis-lapis. Alat
gerak berupa kaki perut yang termodifikasi
untuk menggali pasir atau dasar perairan.
Beberapa jenis, melekatkan diri pada substrat
berbatu dengan semacam rambut atau organ
yang disebut byssus.
Cangkang kima terbagi menjadi beberapa
lekukan atau lipatan (folds). Punggung lipatan
di permukaan cangkang biasanya berbentuk
E d i s i I A p r i l 2 0 1 5
-
P a g e 1 2 B u l e t i n t r i t o n i s
Selain mendapatkan pasokan makanan dari
zooxanthella, kima juga mencari makan dengan
cara menyaring partikel-partikel organik dari air
laut. Aktifitas ini, secara langsung berperan
penting dalam membersihkan air laut dari
populasi mikroorganisme yang berlebihan. Kima
mengambil makanan dengan cara membuka
cangkang, lalu mulutnya berupa shipon akan
menyedot air, menyaringnya lalu membuangnya.
Inilah mengapa kima menjadi pahlawan ekologi
dalam menjaga kebersihan perairan. Dengan
demikian, air laut menjadi lebih sehat dan
keseimbangan ekosistem pun lebih terjaga.
Kima juga menjadi salah satu biota laut yang
membuat terumbu karang berwarna-warni
indah.
Konservasi Kima di TNTC
Kima merupakan salah satu sumber
kekayaan laut yang dimiliki Indonesia. Kima atau
giant clam banyak ditemukan di ekosistem
karang di perairan Indo-Pasifik, termasuk Indo-
nesia. Dari sembilan spesies kima yang ada di
dunia, delapan diantaranya ada di Indonesia.
Kima sudah cukup dikenal oleh masyarakat
pantai di Indonesia, terutama sekitar Sulawesi
dan Papua. Sebab selain bernilai konservasi,
kima juga memiliki nilai ekonomis tinggi. Di
kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih
(TNTC) Papua, dapat ditemukan berbagai
spesies Kima antara lain Kima raksasa
(Tridacna gigas), Kima besar (Tridacna maxima),
Kima tapak kuda (Hippopus hippopus) dan Kima
lubang (Tridacna crocea).
seperti tulang rusuk sehingga sering disebut rib.
Pada kima sisik, kima lubang dan kima
Mauritius, tiap punggung lipatan memuat
sebaris lempeng-lempeng berbentuk setengah
mangkok yang disebut sisik (scutes). Sisik ini
dulunya adalah bagian tepi dari mulut atau bibir
cangkang (upper margin) yang kemudian
tertinggal saat cangkang tubuh membesar. Di
antara semua jenis kerang, kima adalah salah
satu kerang dengan bentuk dan ciri yang paling
unik. Ukuran cangkangnya sangat besar dan
berat, sehingga disebut kerang raksasa (giant
clam). Mantelnya yang memiliki sistem sirkulasi
khusus, menjadi tempat tinggal bagi
zooxanthellae, makhluk aneh separuh hewan
dan separuh tumbuhan yang berbulu cambuk
dari marga Symbidinium.
Selain pasokan bahan mentah, zooxanthella
mendapat keuntungan lain karena mantel kima
menjadi tempat yang nyaman untuk bernaung,
berlindung dan berfotosintesis. Zooxanthella
jugalah aktor di balik layar, yang menentukan
warna-warni indah dari mantel kima. Setiap
kima, memiliki warna dan corak motif yang
berbeda, tergantung pada spesies Symbidinium
yang menjadi pasangannya. Kima sendiri
m e n d a pa t k an k e u n t u n g a n , k a r e n a
zooxanthellae memberinya tambahan nutrisi
yang disalurkan melalui sistem saringan
makanan (filter food) si kima. Jadi, meskipun
lingkungan perairan di sekitar kima sangat
miskin unsur hara, kerang raksasa ini masih
dapat tumbuh dengan baik.
A r t i k e l
-
P a g e 1 3
Berdasarkan hasil inventarisasi dan
monitoring yang dilakukan di TNTC pada tahun
2011 dan 2014, memberikan gambaran bahwa
jumlah populasi dari beberapa jenis kima
cenderung mengalami penurunan. Kepadatan
populasi untuk beberapa jenis (Tridacna gigas,
Tridacna squamosa, Tridacna derasa)
mengalami peningkatan tetapi tidak signifikan.
Sedangkan untuk jenis Tridacna maxima
mengalami penurunan populasi. Namun secara
keseluruhan populasi kima masih memiliki
tingkat kepadatan yang sangat rendah yaitu
berkisar 0,0088 ind/m2 hingga 0,0412 ind/m2
(Pulau Nutabari, 2014) dan 0,003 ind/m2
sampai dengan 0,023 ind/m2 (Pulau Rouw dan
Pulau Matas, 2011).
Dalam rangka menjaga populasi kima maka
diperlukan suatu kegiatan konservasi melalui
usaha pengelolaan yang meliputi aspek
sosialisasi dan penyuluhan, penegakan hukum
dan peraturan, restoking, kearifan tradisional
dan usaha budidaya. Menurut Ambariyanto
(2002), sebagai usaha untuk menjaga maupun
mengembangkan populasi kima di alam maka
diperlukan suatu usaha konservasi melalui
sistem pengelolaan populasi kima yang tepat,
termasuk di dalamnya adalah penegakkan
hukum dan peraturan, restoking dan usaha
budidaya. Disamping itu pengelolaan populasi
kima berbasis masyarakat juga merupakan hal
yang perlu dilakukan.
Masih menurut Ambariyanto PhD (Peneliti
dan Staf Jurusan Kelautan Universitas
Diponegoro Semarang), untuk menghindari
kepunahan kima, beberapa metode
pembenihan telah dikembangkan. Metode
pembenihan buatan yang dikembangkan ini
sebenarnya cukup mudah dilakukan dengan
bantuan perangkat tambahan tertentu.
Aspari Rachman, Dosen Jurusan Perikanan
Bidang Manajemen Sumber Daya Hayati
Perairan Universitas Hasanuddin mengatakan
budidaya kima untuk konservasi tidak terlalu
sulit. Namun umumnya orang enggan
membudidayakan kima pedaging karena
memakan waktu cukup lama. untuk
Konservasi cukup 3 - 4 tahun, namun untuk
pedaging bisa sampai 10 tahun, ujarnya.
E d i s i I A p r i l 2 0 1 5
Contoh Warna/Corak Mantel Pada Jenis
Tridacna maxima yang Beragam dijumpai di Pulau
Nutabari
A r t i k e l
-
P a g e 1 4
Aspari pernah mengadakan program
pembudayaan Kima sewaktu Universitas
Hasanuddin bekerjasama dengan Marine
Science dan ADB (Asian Development Bank)
untuk program konservasi Kima. Akan tetapi
sampai saat ini pembudidayaan Kima di
Indonesia masih jarang dilakukan. Menurut
Aspari, hal ini disebabkan lamanya proses budi-
daya serta biaya yang harus dikeluarkan. Di
Indonesia tidak (banyak dikembangbiakkan)
karena proses budidaya cukup lama. Selain itu,
sulit untuk memperoleh bibit dan biaya
teknologi pembibitan lumayan mahal, ujarnya.
Itulah sebabnya sampai saat ini, Kima di
Indonesia belum bisa dimanfaatkan secara
maksimal.
Besarnya fungsi dan manfaat kima ini justru
membuat dirinya terancam punah karena nilai
ekonomis yang dimilikinya. Karena kima tidak
bisa menyelamatkan diri sendiri, maka upaya
konservasi inilah yang berjuang demi
kelangsungan hidup kima untuk generasi
mendatang, supaya anak cucu kita masih bisa
melihat kima tumbuh di alam bebas di laut yang
terjaga kebersihannya.
0
Daftar Pustaka
Ambariyanto. 2007. Pengelolaan Kima Di Indo-
nesia Menuju Budidaya Berbasis Kon-
servasi. Seminar Nasional MOLUSKA:
dalam Penelitian, Konservasi dan
Ekonomi Jurusan Ilmu Kelautan, FPIK
UNDIP, Semarang.
Dibyowati, Lia. 2009. Keanekaragaman Molus-
ka (Bivalvia dan Gastropoda) di Sepan-
jang Pantai Carita, Pandeglang Banten.
FMIPA IPB. Bogor. Skripsi Mahasiswa
(tidak diterbitkan).
Mudjiono. 1988. Catatan Beberapa Aspek Per-
tumbuhan Kima, Suku Tridacnidae
(Molusca, Pelecypoda). Oseana, Volume
XIII. UPT Balai Konservasi biota laut Am-
bon. LIPI. Jakarta.
Mudjiono. 2009. Telaah Komunitas Moluska di
Rataan Terumbu Perairan Kepulauan
Natuna Besar Kabupaten Natuna.
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia.
UPT Balai Konservasi biota laut Ambon.
LIPI. Jakarta.
Tandana, R. 2010. Faktor-faktor yang
mempengaruhi distribusi kima (Tridacna
spp.) di Perairan Pulau Purup kawasan
Taman Nasional Teluk Cenderawasih.
FPPK UNIPA. Manokwari. Skripsi Maha-
siswa (tidak diterbitkan)
Kementerian Kehutanan. 2011. Laporan Inven-
tarisasi dan Identifikasi Kima di Pulau
Nutabari pada Bidang Pengelolaan TN
Wilayah I Nabire. Balai Besar TNTC.
Manokwari. (tidak diterbitkan)
Kementerian Kehutanan. 2011. Laporan Inven-
tarisasi dan Identifikasi Kima di Pulau
Rouw dan Pulau Matas pada Bidang
Pengelolaan TN Wilayah II Wasior. Balai
Besar TNTC. Manokwari. (tidak diterbit-
kan)
Kementerian Kehutanan. 2014. Laporan Moni-
toring Jenis dan Populasi Kima di Pulau
Nutabari pada Bidang Pengelolaan TN
Wilayah I Nabire. Balai Besar TNTC.
Manokwari. (tidak diterbitkan)
http://dody94.wordpress.com/2011/05/05/
kima-kerang-raksasa-yang-semakin-langka/
B u l e t i n t r i t o n i s
*)PEH pada BBTNTC
A r t i k e l
-
P a g e 1 5 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5
P ariwisata telah menjadi suatu kebutuhan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan batin dalam kehidupannya.
Potensi pariwisata di Indonesia sangatlah besar,
dengan berbagai keunikan dan keindahan di
masing-masing daerah dan merupakan suatu
aset dalam pariwisata Indonesia.
Indonesia dikenal sebagai Negara Bahari
dengan potensi wisata laut yang kaya dengan
beragam ekosistem seperti ekosistem pantai,
mangrove, padang lamun, rumput laut dan
terumbu karangnya. Salah satu taman nasional
di Indonesia yang memiliki beragam ekosistem
adalah Taman Nasional Teluk Cenderawasih
(TNTC) dan menjadi salah satu taman
nasional laut terluas di Indonesia dengan luas
1.450.000 ha. Tercatat ada 103 jenis
terumbu karang dari 15 family, 112 jenis ikan
dan 193 jenis moluska. Sedangkan untuk
persentase tutupan karangnya berkisar 32-
47% yang termasuk dalam kategori sedang
(statistik Balai Besar TNTC tahun 2014).
Potensi unggulan untuk berwisata di taman
nasional adalah diving, snorkeling, wisata
budaya, bird watching, hunting foto dan
sailing diantara pulau-pulau kecil.
A r t i k e l
Tabel Potensi Wisata Alam Kawasan TNTC
STATISTIK PENGUNJUNG TAHUN 2014
DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH
Ran Ogistira*)
Peningkatan pengunjung seharusnya dibarengi dengan peningkatan
pelayanan yang memadai, sarana prasarana yang menunjang serta
aksesibilitas ke kawasan.. bukan tidak mungkin TNTC akan menjadi
primadona pariwisata nasional
NO. KEDUDUKAN POTENSI WISATA ALAM KETERANGAN
1 2 3 4 1. BPTN Wilayah I
Nabire SPTN Wilayah I
Kwatisore
Atraksi ikan Hiu Paus (Rhincodon typus) Diving dan snorkeling serta pengamatan
burung Atraksi budaya dari masyarakat seperti upacara penyambutan
tamu dengan ritual pecah/injak piring Wisata Budaya
Disekitar hutan bakau dan batu besar di atas bukit yaitu batu
Akuidiomi Wisata tracking
Hutan daratan pulau pepaya Pengamatan burung dan vegetasi
Perairan sekitar Pulau Nusir sebelah Timur Kampung Yaur
memiliki keindahan dan keunikan terumbu karang Berenang, snorkeling
dan diving
SPTN Wilayah II
Yeretuar Burung cenderawasih (Paradisea sp.) dan Kima (Tridacna sp.)
di tanjung Napan yaur Pengamatan burung
Keanekaragaman dan panorama terumbu karang di Pulau
Manimaje dan Pulau Nurage Wisata diving,
snorkeling dan
pengamatan burung
-
P a g e 1 6 B u l e t i n t r i t o n i s
A r t i k e l
1 2 3 4
2. BPTN Wilayah II Wasior SPTN Wilayah III
Aisandami
Perairan sebelah utara selat Numamuram memiliki keragaman
dan keindahan terumbu karang Berenang,
snorkeling dan diving
Keindahan air terjun Aisandami
Tracking
Perairan Utara Kampung Sobey memiliki keindahan terumbu
karang dan air terjun Berenang,
snorkeling dan diving
SPTN Wilayah IV Yende
Kesenian seruling tanbur pada acara-acara keagamaan dan
menyambut tamu Wisata Budaya
Kampung Yende terdapat Alkitab tua agama Nasrani terbitan
tahun 1898 Wisata Budaya
Air terjun Yende yang memiliki keindahan dan keunikan
tersendiri Tracking
Kerangka 2 (dua) pesawat tempur Jepang sisa peninggalan
Perang Dunia II yang jatuh disekitar kedalaman 2 meter di
Pulau Rouw
Diving dan snorkeling
Keanekaragaman flora fauna Hutan daratan pulau Rouw Pengamatan burung
3. BPTN Wilayah III Ransiki SPTN Wilayah IV
Yembekiri
Pelepasan perahu baru dilaksanakan oleh masyarakat
setempat dengan upacara adat yang cukup unik Wisata Budaya
Kesenian seruling tambur dan upacara adat keagamaan di
pulau Rumberpon Wisata Budaya
Peninggalan Perang Dunia II berupa kerangka pesawat tempur
Jepang yang jatuh diperairan P.Rumberpoon Terdapat titik
penyelaman (dive
spot) Sebelah utara Kampung Isenebuai Wisata pantai dan
menikmati sun rise Potensi budaya peninggalan nenek moyang masyarakat setem-
pat yaitu adanya kerangka peti disertai piring antic pra sejarah
peninggalan suku Biak Numfor yang tersimpan di dalam goa
serta sejarah kedatangan nenek moyang di Pulau Roswar
Wisata Budaya
SPTN Wilayah V
Windesi Pulau Yoop memiliki keindahan alam bawah laut, batu anitui,
tulang tengkorak di goa Berenang,
snorkeling, diving
dan memancing Pulau Nusrowi dengan hamparan pasir putih Berenang,
snorkeling, diving
dan memancing Pulau Purup dengan adanya telaga di tengah pulau serta
lukisan pada dinding tebing yang diyakini merupakan
peninggalan seni budaya nenek moyang
Wisata Budaya,
tracking
Berbagai wisatawan domestik dan
mancanegara silih berganti datang menikmati
indahnya kawasan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih yang terkenal dengan Hiu Pausnya
(whale shark). Beragam tujuan yang ingin dicapai
oleh masing-masing wisatawan mulai dari rekreasi
hingga penelitian, baik peneliti yang berasal dari
luar negeri maupun peneliti dari dalam negeri.
-
P a g e 1 7 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5
*)PEH pada BBTNTC
Dari grafik data pengunjung berdasarkan
bulan kunjungan di atas, Agustus merupakan
bulan kunjungan terbanyak ke kawasan
Taman Nasional Teluk Cenderawasih
sebanyak 260 orang wisatawan. Tidak ada
faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan
terbanyak terjadi pada bulan tersebut.
Kawasan TNTC sendiri setiap saat bisa
dikunjungi wisatawan, termasuk hiu paus yang
ada secara terus menerus di perairan
Kwatisore.
Berdasarkan data pengunjung ditahun 2014,
wisatawan yang berkunjung ke kawasan TNTC
mencapai 1482 orang, dengan 596 orang
wisatawan domestik dan 886 orang wisatawan
dari mancanegara.
Semenjak kemunculan hiu paus di perairan
Kwatisore, jumlah wisatawan ke TNTC terus
meningkat sejak tahun 2011. Hiu Paus menjadi
daya tarik wisata tersendiri karena hewan ini ter-
golong unik, dengan ukurannya yang besar, bisa
mencapai 18 meter namun hiu paus ini ramah
terhadap wisatawan yang ingin melihat.
Nah, bagi Anda yang belum berkunjung ke
Taman Nasional Teluk Cenderawasih, sudah
saatnya sekarang memilih tempat berekreasi di
TN. Teluk Cenderawasih. Untuk informasi dan
reservasi SIMAKSI silahkan kunjungi website
Balai Besar TNTC www.telukcenderawasih-
nat ionalpark .o rg dan emai l : te luk -
0
Daftar Pustaka
Kementerian Kehutanan. 2014. Statistik Balai
Besar Taman Nasional Teluk
Cenderawasih
408
993
776596
339
831
1046886
747
1764 1822
1482
1 2 3 4
Grafik Pengunjung TNTC Dari Tahun 2011 S/D 2014
WNI WNA Total
2011 2012 2013 2014
Grafik Pengunjung TNTC PadaTahun 2014 Berdasarkan Bulan Kunjungan
A r t i k e l
-
Di Taman Nasional Teluk Cenderawasih terdapat 112
Jenis Ikan dan 103 jenis terumbu karang dari 15 family
-
Foto: Mulyadi
-
P a g e 2 0 B u l e t i n t r i t o n i s
T aman Nasional Teluk Cenderawasih
(TNTC) merupakan kawasan Taman
Nasional Laut yang memiliki
berbagai macam potensi keanekaragaman
sumber daya alam hayati dan ekosistem yang
cukup tinggi, oleh karena itu kawasan ini
layak untuk dikembangkan menjadi tempat
tujuan wisata favorit di wilayah Indonesia
Bagian Timur.
Namun yang perlu menjadi perhatian
khusus adalah kearifan lokal dalam
pengelolaan kawasan TNTC. Karena apabila
kita mengesampingkan kearifan lokal akan
berdampak pada semakin menipisnya
sumber daya alam dan peliknya upaya
pemberdayaan masyarakat di kawasan TNTC.
Kearifan lokal adalah modal utama
masyarakat dalam membangun dirinya tanpa
merusak tatanan sosial yang adaptif dengan
lingkungan alam sekitarnya. Kearifan lokal
dibangun dari nilai-nilai sosial yang dijunjung
dalam struktur sosial masyarakat sendiri dan
memiliki fungsi sebagai pedoman,
K E A R I F A N L O K A L D A L A M
P E M B A N G U N A N U N T U K M E N I N G K A T K A N
K E S E J A H T E R A A N M A S Y A R A K A T D I
K A W A S A N T N T C
A r t i k e l
Setiap masyarakat adat memiliki kearifan lokal mas-
ing-masing, semakin kuat tekanan ekonomi yang
dihadapi semakin rentan pula kearifan lokal
masyarakat bisa hilang
pengontrol dan rambu-rambu untuk berperilaku
dalam berbagai dimensi kehidupan baik saat
berhubungan dengan sesama maupun dengan
alam. Sekarang eksistensi kearifan lokal dirasa-
kan semakin memudar khususnya masyarakat
yang bermukim disekitar kawasan TNTC.
Ada dua alasan mengapa kearifan lokal turut
menjadi elemen penentu keberhasilan pem-
bangunan sumber daya masyarakat dan sumber
daya alam TNTC. Pertama, karena keprihatinan
terhadap peningkatan intensitas kerusakan
sumber daya alam khususnya akibat berbagai
faktor perilaku manusia. Kedua, tekanan
ekonomi yang makin mengglobal dan dominan
mempengaruhi kehidupan masyarakat sehingga
secara perlahan ataupun cepat menggeser
kearifan lokal menjadi kearifan ekonomi. Kedua
faktor ini bekerja mendorong masyarakat
melakukan hal bersifat destruktif terutama saat
mengelola usaha berbau produktif mengandal-
kan potensi sumber daya alam.
Untuk itu bagaimana mengembalikan
peranan kearifan lokal dalam membangun
perekonomian masyarakat di sekitar kawasan
TNTC agar sumber daya alam tetap lestari dan
terjaga dalam jangka panjang. Inti dari
pengelolaan dalam kearifan lokal yaitu
peningkatan ketersediaan serta perluasan
distribusi berbagai barang kebutuhan pokok
Andry Trias Yuliana, S.Kom *)
-
P a g e 2 1 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5
A r t i k e l
seperti pangan, sandang, papan, kesehatan
dan perlindungan keamanan. Peningkatan
standar hidup yang tidak hanya berupa
peningkatan pendapatan tetapi juga meliputi
penyediaan lapangan kerja untuk masyarakat
yang berada di sekitar kawasan TNTC,
perbaikan kualitas pendidikan, serta
peningkatan perhatian atas nilai kultural dan
kemanusiaan yang kesemuanya itu tidak hanya
untuk memperbaiki kesejahteraan materi
melainkan juga untuk menumbuhkan harga diri
pada pribadi dan bangsa yang bersangkutan.
Perluasaan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial
bagi setiap individu serta bangsa secara
keseluruhan, yakni dengan membebaskan
mereka dari belitan sikap menghamba dan
ketergantungan.
Kebudayaan dan kearifan lokal sangat erat
hubungannya dengan masyarakat di sekitar
kawasan TNTC, maknanya bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat di-
pengaruhi oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Kebudayaan dapat
dipandang sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang
lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic . Kearifan lokal suatu
kelembagaan informal yang mengatur
hubungan atas pengolahan sumber daya pada
masyarakat. Hal ini dapat diuraikan bahwa
tradisi (invented tradition) sebagai seperangkat
aksi atau tindakan yang biasanya ditentukan
oleh aturan-aturan yang dapat diterima secara
jelas atau samar-samar maupun suatu ritual
atau sifat simbolik, yang ingin menanamkan
nilai-nilai dan norma-norma perilaku tertentu
melalui pengulangan, yang secara otomatis
mengimplikasikan adanya kesinambungan
dengan masa lalu.
Kearifan lokal merupakan kekuasaan dan
potensi riil yang dimiliki suatu daerah sebagai
aset daerah yang mendorong pengembangan
dan pembangunan daerah. Selanjutnya dalam
usaha membangun daerah perlu dilakukan
pemberdayaan budaya lokal atau kearifan lokal
yang mendukung penyusunan strategi budaya
atau rumusan rencana kegiatan budaya di
daerah sebagai landasan daerah di bidang
budaya. Paradigma lama mengatakan tingkat
perekonomian suatu daerah hanya ditentukan
oleh mekanisme pasar dan intervensi
pemerintah. Namun pada kenyataanya hal ini
tidak mampu mengatasi ketidak sempurnaan
pasar. Ketidak sempurnaan ini perlu dipertim-
bangkan kembali, karena keterbatasan
pemerintah dalam kemampuan personal dan
penguasaan informasi. Selain itu, ada nilai-nilai
setempat yang sering disebut kearifan lokal
(local wisdom) untuk dijadikan pendukung
pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik
terutama untuk perekonomian yang
berkelanjutan.
Dengan menggunakan kearifan lokal
sebagai strategi utama dalam perbaikan
ekonomi di masa depan khususnya ekonomi
berkelanjutan sangatlah tepat. Dikarenakan
-
P a g e 2 2 B u l e t i n t r i t o n i s
masyarakat dapat mengetahui lebih jauh
apa yang harus dilakukan dan dibutuh-
kan dalam melakukan kegiatan ekonomi
sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
masyarakat yang berada di sekitar
kawasan TNTC. Dengan demikian
kegiatan perekonomian masayarakat
yang berada di sekitar kawasan TNTC
dapat berjalan dengan baik tanpa adanya
pengrusakan sumber daya alam yang
merupakan potensi produktif dan dapat
diolah oleh masyarakat sekitar TNTC.
K e a r i f a n l o k a l m e r u p a k a n
pengetahuan yang eksplisit yang muncul
dari periode panjang yang berevolusi ber-
sama masyarakat dan lingkungannya
dalam sistem lokal yang sudah dialami
bersama. Oleh karena itu sangat strategis
apabila dijadikan suatu terobosan terbaru
dalam pembangunan karena masyarakat
mengetahui apa yang dibutuhkan dan baik
untuk mereka. Kearifan lokal yang dikelola
dengan sinergitas dapat menjadi motivasi yang
kuat untuk mendapatkan insentif yang paling
bernilai untuk pembangunan jangka panjang.
Pembangunan sebagai suatu proses pada
hakikatnya merupakan pembaharuan yang
terencana dan dilaksanakan dalam tempo
yang relatif cepat. Tidak dapat dipungkiri
pembangunan telah membawa kita pada
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pertumbuhan ekonomi, peningkatan
kecanggihan sarana komunikasi, dan se-
bagainya. Akan tetapi, pada sisi yang lain, pem-
bangunan yang hanya dipandu oleh
pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan kea-
manan yang dalam kenyataan- nya telah mening-
katkan kesejahteraan sebagian dari keseluruhan
kehidupan masyarakat telah pula menciptakan
jarak yang lebar antara kecanggihan dan keterbe-
lakangan.
Diantara fenomena atau wujud kearifan lokal,
yang merupakan bagian inti kebudayaan adalah
nilai-nilai dan konsep-konsep dasar yang
memberikan arah bagi berbagai tindakan. Meng-
gali dan menanamkan kembali kearifan lokal
A r t i k e l
Masyarakat yang berada di dalam kawasan TNTC selalu menggunakan peralatan sederhana dalam mencari hasil laut
-
P a g e 2 3
*) Tenaga Kontrak Pada BBBTNTC
secara interen dapat dikatakan sebagai gerakan
kembali pada basis nilai budaya daerahnya
sendiri sebagai bagian upaya membangun
identitas suatu daerah, yang memiliki korelasi
menciptakan langkah-langkah strategis dan
nyata dalam memberdayakan dan
mengembangkan potensi (sosial, budaya,
ekonomi, politik dan keamanan) daerah secara
optimal serta sebagai filter dalam menyeleksi
berbagai pengaruh budaya dari luar.
Diperlukan kesinergisan antara stakeholder
yang terkait agar kearifan lokal dapat terlaksana
dengan maksimal guna pembangunan yang
lebih baik. Diperlukannya manajemen
kolaboratif dalam pengembangan
kearifan lokal. Perlu diterapkan suatu
konsep keberlanjutan, kebersamaan,
keanekaragaman hayati, kepatuhan
terhadap hukum adat dan subsisten
dalam pengembangan kearifan lokal
agar menghasilkan suatu pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan, yang mencakup ekonomi
yang bermanfaat, secara ekologis tidak
m e r u s ak d an s e c a r a b u d ay a
menghormati nilai-nilai kemanusiaan.
- 0 -
Sumber :
Fauzana. 2011. Peranan Kearifan Lokal
Dalam Pembangunan
E d i s i I A p r i l 2 0 1 5
A r t i k e l
-
P a g e 2 4 B u l e t i n t r i t o n i s
1 2
3 4
5 6
IMAGES
-
P a g e 2 5 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5
8
7
1. Apel pada kegiatan
penanaman Hari Bhakti
Rimbawan ke 32
2. Asisten I Provinsi Papua Barat
menyerahkan bibit kepada
perwakilan rimbawan
3. 4. 5. 6. Para keluarga
rimbawan dalam kegiatan
jalan santai Hari Bhakti
Rimbawan
7. Upacara peringatan Hari
Bhakti Rimbawan ke 32
8. Penyerahan hadiah pada
peringatan Hari Bhakti
Rimbawan
Keterangan foto
-
P a g e 2 6 B u l e t i n t r i t o n i s
K awasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) ditetapkan dengan luas 1.453.500 Ha, terdiri dari
68.000 Ha daratan yang meliputi 12.400 ha
(0,85 %) pesisir pantai, 55.800 ha (3,84 %)
daratan pada pulau-pulau, 80.000 ha (5,5 %)
terumbu karang dan luas lautan 1.305.500 ha
(89,8 %) merupakan Taman Nasional laut yang
terluas di Indonesia.
Sektor pariwisata dirasakan oleh para ahli
sebagai jalan terbaik untuk mengatasi berbagai
tekanan yang terjadi di berbagai kawasan
konservasi, termasuk kawasan taman nasional.
Sebagai salah satu kawasan konservasi, taman
nasional memiliki sejumlah keunikan,
keindahan panorama alam, nilai historis yang
bernilai wisata serta sangat potensial apabila
dikelola dengan baik.
Taman Nasional Teluk Cenderawasih
merupakan salah satu taman nasional yang
dapat dikembangkan sebagai obyek wisata
alam, karena TNTC tidak hanya memiliki
keanekaragaman sumber daya alam yang ber-
nilai ekonomis tinggi, tetapi juga memiliki
sejumlah keunikan, keindahan panorama alam
serta nilai historis. Industri pariwisata
merupakan salah satu jalan keluar terbaik
bukan hanya ditinjau dari segi finansial, tetapi
juga tujuan kelestarian kawasan dapat
tercapai. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan industri wisata, diantaranya:
sumber daya manusia, sumber daya alam
(obyek wisata) dan promosi (pemasaran).
Salah satu potensi wisata kawasan TNTC
yang sudah terkenal, yaitu aktraksi Hiu Paus
(Rhincodon typus). Hiu Paus merupakan ikan
PENGARUH KEBERADAAN HIU PAUS (Rhincodon typus) TERHADAP KUNJUNGAN
WISATAWAN KE TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH
A r t i k e l
MVErdman Tasurruni, S.Hut *)
-
P a g e 2 7 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5
A r t i k e l
terbesar dengan panjang bisa mencapai
14m, sepanjang hidupnya melakukan
pergerakan/ migrasi sehingga seringkali
hanya dapat dijumpai waktu-waktu tertentu
pada jalur migrasinya. Sekawanan Hiu Paus
(Rhincodon typus) kerap kali menampakkan
dirinya di permukaan air. Umumnya mereka
muncul di sekitar bagan (rumah terapung
tempat menangkap ikan). Namun hal yang
sangat menarik di kawasan TNTC adalah
keberadaan Hiu Paus dapat ditemukan setiap
hari sepanjang tahun di yang banyak
ditemukan di sepanjang perairan Kwatisore
yang termasuk Zona Tradisional TNTC.
WWF telah melakukan penelitian Hiu Paus
yang bekerja sama dengan Balai Besar TNTC,
Hubbs-Sea World Research Institute (HSWRI),
Insitut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas
Papua (UNIPA) sejak tahun 2011, dan
melakukan pemantauan hiu paus di tiga
wilayah di TNTC, (Kwatisore, Napan Yaur dan
Wasior). Dari hasil penelitian didapatkan data
untuk menunjang dalam promosi Hiu Paus di
TNTC. Salah satu kegiatan promosi yang
dilakukan oleh BBTNTC sebagai pengelola
diantaranya adalah mengikuti pameran baik
lokal maupun nasional. Juga melalui media,
seperti cerita perjalanan bertemu Hiu Paus
yang diulas di Kompas.com, republika.co.id,
antaranews.com, lifestyle. okezone.com, dan
lainnya melalui rubrik Travel.
Hal ini membuat jumlah kunjungan
wisatawan ke TNTC meningkat, sebagaimana
tersaji dalam tabel sebagai berikut:
Dari grafik di atas terlihat jelas bahwa sejak
tahun 2011 tingkat kunjungan wisatawan ke
TNTC meningkat menjadi 747 orang dengan
rincian 408 orang WNI dan 339 orang WNA.
Dibandingkan dengan 4 tahun sebelumnya
tingkat kunjungan wisatawan dari 39 orang
sampai dengan 77 orang, perbandingan sangat
jauh yang naik mencapai 10 kali lipat.
Dari hasil kunjungan wisatawan tahun 2011,
pihak pengelola semakin intensif melakukan
promosi atraksi wisata Hiu Paus ini. Hasilnya
pada tahun 2012 terjadi peningkatan kunjungan
wisatawan menjadi 1764 orang. Kegiatan-
kegiatan peningkatan daya tarik wisata terus
dilakukan dengan mengikuti pameran-pameran
tingkat nasional, liputan tentang kawasan TNTC
di stasiun tv nasional dan bekerja sama dengan
pihak swasta dalam menyediakan travel wisata
ke kawasan TNTC. Sampai saat ini, pihak
pengelola telah bekerja sama dengan Tur
operator yang sebagian besar berasal dari Bali.
Mereka menyediakan paket perjalanan wisata
dan salah satu andalan promosinya adalah
aktraksi Hiu Paus.
Dari data laporan tahunan TNTC 2014
terlihat peningkatan jumlah Penerimaan Negara
-
P a g e 2 8 B u l e t i n t r i t o n i s
menarik. Selain itu, BBTNTC harus mengadakan
kerjasama dan kesepahaman (MoU) dengan
pihak terkait agar kerjasama yang ada dapat
lebih jelas dan tertib. Pengembangan dan
pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam
yang optimal di kawasan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih dapat terwujud jika ada
harmonisasi pengelolaan TNTC dengan
melibatkan semua pihak/stakeholders yang
berkepentingan.
- 0 -
Sumber :
Kementerian Kehutanan. 2014. Buku Tahunan
Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cenderawasih
Kementerian Kehutanan. 2014. Statistik Balai
Besar Taman Nasional Teluk
Cenderawasih
http://www.antaranews.com/
berita/450933/113-ekor-hiu-paus-
ditemukan-di-papua di akses tanggal 10
Juni 2015
Bukan Pajak (PNBP) yang diterima oleh BBTNTC,
tahun 2013 sebesar Rp. 295.634.341,- dan
tahun 2014 sebesar Rp. 369.999.000,- (66,53
% dari target). Jumlah PNBP TNTC terus
meningkat seiring meningkatnya kunjungan
wisatawan.
Tentunya wisatawan harus mengikuti aturan
yang telah ditetapkan oleh pihak pengelola
selama melakukan trip wisatanya. Mereka
diwajibkan membayar tiket masuk TNTC sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun
2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis PNBP
yaitu Rp 5.000 untuk turis domestik, dan
Rp 150.000 untuk turis asing, Snorkeling
Rp 15.000, dan diving Rp 25.000. Setiap kapal
yang akan melakukan trip wisata harus
mengurus Surat Ijin Memasuki Kawasan
Konservasi (SIMAKSI) dan akan didampingi oleh
satu orang petugas BBTNTC sebagai tour guide.
Pihak pengelola harus terus melakukan
promosi-promosi wisata tentang wilayah TNTC
bukan hanya dari aktraksi Hiu Paus saja, karena
potensi wisata yang ada masih banyak yang
A r t i k e l
*) PEH Pada BBBTNTC
G.Allen
-
P a g e 2 9 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5
O p i n i
Donatus Awujani*)
SAATNYA POLISI KEHUTANAN
BEKERJA LEBIH PROFESIONAL
P ada masa pendudukan Belanda selama tiga setengah abad (1592 s/d 1942) Polisi Kehutanan sudah dikenal dengan sebutan Pengalasan yang berarti seseorang yang mem-iliki tugas mengawal hutan. Pada tahun 1870 diterbitkan Peraturan Agraria untuk menen-tukan batas kawasan hutan dan tahun 1880 ditindak lanjuti dengan pembentukan organisasi Poli-
si Kehutanan (Boschwacter) yang bertugas mengawasi pelanggaran batas hutan yang telah
ditetapkan, sehingga dipandang perlu untuk regenerasi Boschwacter. Untuk pertama kalinya, pa-
da tahun 1941 Sekolah Polisi Kehutanan dibuka di Madiun. Pada tanggal 8 Maret tahun 1942
di saat Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, dua Sekolah
Middelbare Bosbourschool (SMB) dan Sekolah Polisi Kehutanan (SPK) di zaman Pemerintah
Belanda di Madiun ditutup dan didirikan kembali pada bulan Oktober 1943 dengan nama Sinrin
Keisatu Gaklo untuk mendidik Mantri Polisi Kehutanan yang berasal dari pejabat penjaga hutan
(Boswacher) atau juru kehutanan (Mandor Kehutanan). Saat itu Kegiatan militer menjadi prioritas
untuk mendidik pemuda Indonesia.
Pada tahun 1960 dibentuk Polisi Chusus (PCK) yang dibentuk melalui Pendidikan dan latihan
dasar kepolisian dan pada tanggal 21 Desember 1966. Pelantikan pertama kali dilakukan oleh
Menteri Pertanian Mayor TNI Soetjipto SH kemudian disingkat POL. HUTAN. Kemudian nama Pol.
Hutan diganti lagi menjadi JAGAWANA pada tahun 1988 dengan dikeluarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor 471/Kpts-Um/1988 tanggal 30 September 1988 tentang Pemberian
Penggunaan Nama/Istilah Bagi Alat-Alat Kepolisian Khusus. Tahun 1999 istilah JAGAWANA di-
ganti lagi menjadi POLISI KEHUTANAN dengan dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 378/Kpts-V/1999 tanggal 28 Mei 1999 tentang Pencabutan Keputusan Menteri
-
Kehutanan Nomor 471/Kpts-Um/1988 tanggal
30 September 1988 tentang Pemberian
Penggunaan Nama/ Istilah Bagi Alat-Alat
Kepolisian Khusus Kehutanan dengan nama
JAGAWANA diganti menjadi POLISI KEHUTANAN
atau disingkat POLHUT.
Tahun 2005 illegal loging semakin marak
terjadi dan Prsesiden mengeluarkan instruksi
kepada 18 Instansi untuk segera memberantas
Illegal loging. Oleh karena itu, Kementerian
Kehutanan membentuk Satuan Polisi Hutan
Reaksi cepat (SPORC) yang direkrut dari Polhut
untuk dibina kembali keahliannya di Bidang
Kepolisian. (Panduan Polisi Kehutan 2008).
Bila dipandang dari sejarah terbentuknya
Fungsional Polisi Kehutanan yang telah
beberapa kali dilakukan pergantian nama. Pada
masa pendudukan Belanda sampai pada masa
kemerdekaan NKRI pada tahun 1945, Polisi
Kehutanan hanya dilakukan revolusi lebih
kepada nama sedangkan keahliannya, kurang
diperhatikan. Karena itu, sudah saatnya seluruh
jabatan fungsional Polhut harus didorong untuk
meningkatkan keahliannya sehingga bisa men-
jawab tekanan penegakan hukum dibidang
kehutanan dan lebih luas lagi dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Perambahan hutan dan pencurian hasil hutan
semakin marak terjadi dengan modus yang se-
makin modern yang biasanya digunakan para
perambah hutan. Untuk menekan tindakan ter-
sebut, dibutuhkan polisi kehutanan yang
memiliki keahlian, kemampuan dalam membuat
strategi, perencanaan dan penanggulangan
preventif yang efektif, sehingga dapat menekan
tindak pidana kehutanan.
Untuk mencetak polisi kehutanan yang
mempunyai keahlian seperti itu, hanya bisa
dilakukan melalui pengembangan pengetahuan
melalui pendidikan formal dalam bidang
penegakan hukum kehutanan dan lingkungan
hidup yang handal dan dapat dipercaya publik.
Selain itu, dapat juga dilakukan melalui pening-
katan kapasitas POLHUT dengan mengadakan
pelatihan tentang tindak pidana kehutanan baik
dibidang pencegahan maupun dibidang
penindakan.
Pada tahun 2011, diberlakukan Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17
Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Polisi
Kehutanan dan Angka Kreditnya. Substansi
peraturan ini adalah menggantikan Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 55/KEP/M.PAN/7/2003 tentang
Jabatan Fungsional Polisi Kehutanan dan Angka
Kreditnya yang sudah tidak sesuai dengan
tuntutan pelaksanaan tugas perlindungan dan
pengamanan hutan serta peredaran hasil hutan
dan diperkuat dengan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor 75/ Menhut-II/2014 tentang
Polisi Kehutanan. Peraturan ini sebenarnya
sedikit memberikan angin segar bagi kinerja
Polisi Kehutanan untuk meningkatkan kariernya
karena jabatan fungsionalnya sudah sampai
pada golongan IV C.
P a g e 3 0 B u l e t i n t r i t o n i s
O p i n i
-
E d i s i I A p r i l 2 0 1 5 P a g e 3 1
O p i n i
Lalu muncul pertanyaan baru, apakah
dengan tambahan golongan fungsional polhut
yang tadinya hanya sampai golongan III/d dan
sekarang jabatan fungsionalnya bisa naik
sampai pada golongan IV/C dapat meningkat-
kan Kinerja Polhut? Menurut perspektif penulis,
tidak ada jaminan yang bisa membuktikan
bahwa dengan perubahan golongan fungsional
polhut dapat menigkatkan kualitas kinerjanya
karena sebenarnya, kinerja POLHUT sangat di-
pengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya
adalah seorang Polhut harus mengetahui
prinsip - prinsip dasar penegakan hukum, harus
bisa menguasai permasalahan di lapangan,
sehingga diharapkan Polhut dapat memberikan
solusi dalam pemecahan masalah yang ada di
lapangan.
Prinsip dan Asas di dalam KUHAP sebagai
berikut yaitu Asas legalitas: Asas legalitas
dalam KUHAP dilandaskan pada Negara Hukum
(the rule of low) berdasarkan pancasila dan UUD
1945 dimana negara menjamin setiap warga
negara sama kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan. Maksud dari asas ini, yakni:
nullum delictum nulla poena sine praevia lege
poenali menegaskan pada jajaran aparat
penegak hukum tidak dibenarkan bertindak
diluar ketentuan hukum, bertindak sewenang-
wenang. Asas Keseimbangan: asas ini
menyatakan bahwa dalam setiap penegakan
hukum harus berlandasakan prinsip keseim-
bangan yang serasi yaitu perlindungan terhadap
harkat dan martabat manusia, perlindungan
terhadap kepentingan dan ketertiban
masyarakat; Asas Praduga Tak bersalah: Asas
ini menegaskan bahwa setiap orang yang sudah
disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau
dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib
dianggap tidak bersalah sampai adanya
putusan pengandilan yang menyatakan
kesalahannya dan memperoleh kekuatan
hukum tetap.
Karena itu penegakan hukum bidang
kehutanan dan lingkungan hidup harus mem-
perhatikan ketiga asas tersebut di atas,
bertindak profesional dan fokus kepada tugas
pokok dan fungsi polisi kehutanan. Jika
diabaikan salah satu asas di atas maka akan
berakibat buruk bagi kinerja penegak hukum itu
sendiri atau para polisi kehutanan yang
bertugas di lapangan, karena tugas pokok Polisi
kehutanan adalah mencegah dan membatasi
kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil yang
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, daya daya alam, hama serta
penyakait dan mempertahankan dan menjaga
hak hak negara, masyarakat, dan perorangan
atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan,
investasi serta perangkat yang berhubungan
dengan pengelolaan hutan. Dimana akibat dari
tugas pokok ini sudah pasti menghadapi banyak
tantangan.
Karena itu dengan Peraturan Presiden
Nomor 16 tahun 2015 tentang Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang
menetapkan Direktorat Jenderal Penegakan
-
karena itu bekerjalah sesuai aturan yang
berlaku, perlu ketelitian dalam membuat suatu
keputusan. Sebab, setiap pekerjaan mempunyai
resiko dan apapun yang terjadi dalam
pelaksanaan tugas kita, harus dianggap sebagai
bagian dari kehidupan. Selama proses regulasi
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
benar jangan pernah takut karena kebenaran
ada dipihak anda baik.
- 0 -
Pustaka:
Panduan Polisi Kehutan 2008.
Panduan Praktis Litigasi di bidang lingkungan
hidup dan pengelolaan sumber daya alam
untuk aparat penegak hukum dan masyarakat
(Oktavianus Rizwa S.H dkk)
P a g e 3 2 B u l e t i n t r i t o n i s
Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan
merupakan terbosan baru yang sangat baik dan
harus diberi apresiasi kepada Presiden dan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang
mendukung dan menetapkan peraturan ini.
Karena peraturan tersebut merupakan tindak
lanjut dari Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor 5/ Menhut-II/ 2010
tentang Standar Peralatan Polisi Kehutanan,
Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P. 33/ Menhut-II/ 2012
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P. 40/ Menhut-II/ 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kehutanan dan Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor 75/ Menhut-II/ 2014 tentang Polisi
Kehutanan. Hal ini berarti bahwa pembentukan
Direktorat Jenderal Penegakan Hukum
Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan mem-
berikan ruang gerak yang lebih kepada para
Polisi Kehutanan.
Dari beberapa Peraturan Pemerintah yang
telah diuraikan sesuai pandangan penulis
diatas, bahwa hal tersebut merupakan bagian
dari strategi yang dilakukan pemerintah untuk
mendukung kinerja polhut agar lebih terarah,
fokus kepada tugas pokok dan fungsi yang
sebenanya. Hindari kolusi, korupsi dan
nepotisme karena tantangan menanti dalam
mengaplikasikan tugas di lapangan.
Akhir kata, Penulis ingin menyampaikan
bahwa, sebagus apapun aturan yang dibuat
akan tetap berdampak pada pengaplikasiannya,
*) Polhut Pelaksana pada BBTNTC
O p i n i
-
E d i s i I A p r i l 2 0 1 5 P a g e 3 3
B i o d i v e r s i t y
MENGENAL Bruguiera gymnorrhiza (L.)
Lamk.
B ruguiera gymnorrhiza yang dikenal dengan nama Putut, Lindur, Tanjang merah, Tumu atau Kendeka adalah sejenis perdu atau pohon kecil penghuni
hutan bakau, yang merupakan salah satu jenis mangrove
sejati (true mangrove) golongan mayor (major component)
dari keluarga Rhizophoraceae. Vegetasi ini biasanyanya di
jumpai menempati habitat mangrove dibagian dalam zona
intertidal ini menyebar luas di pantai-pantai Samudra Hindia
semenjak Afrika timur, Madagaskar, India, Asia Tenggara,
dan Indonesia, serta menyeberang hingga Australia tropis
dan Pasifik barat.
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Myrtales
Famili: Rhizophoraceae
Genus: Bruguiera
Spesies: Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk.
Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama-nama lokal seperti Pertut (Aceh); Taeup, Tenggel
(Sim.); Putut, Tumu (Riau); Kandeka (Btw.); Tanjang (Jw.); Lindur (Md.); Sala-sala (Bug.); Tongke,
(Amb.). Juga bako, bangko, wako, mangi-mangi, mutut besar, sarau, tanjang merah, tomo,
Totongkek. Namanya di negara lain di antaranya: Bakau besar, Betut, Tumu, Tumus, Tumbus
(Mal.); Bakau, Bakauan, Busiin, Busaing, Pututan, Patutan, Patotan, Pototan (Fil.); Arara, Mapeke
(PNG), Vet d bng d (Viet.), prasak, pangka hua sum dok khao (Thai.), basac kroahom (Kamb.)
Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Large-leafed mangrove, Oriental mangrove atau Orange
mangrove.
Vemmy Y. Wyzer, S.Hut*)
-
B I O D I V E R S I T Y . . .
P a g e 3 4 B u l e t i n t r i t o n i s
sehingga bentuknya menyerupai lutut.
Normalnya akar lutut dijumpai pada substrat
berpasir, berlumpur atau tanah liat yang
kadang tergenang dalam waktu cukup lama.
Fungsi akar lutut adalah untuk membantu
menyerap oksigen dari udara.
Ekologi Bruguiera gymnorrhiza
Bruguiera gymnorrhiza merupakan jenis
mangrove yang memiliki kemampuan adaptasi
yang tinggi. Pohon ini kerap mendominasi hutan
bakau tua, menandai tahap akhir perkembangan
zona litoral dan transisi ke zona daratan yang
lebih kering. Meski lebih umum ditemukan di
bagian pedalaman dibandingkan dengan di zona
intertidal bawah atau di sisi yang berhadapan
langsung dengan laut, pohon ini mampu hidup
di pelbagai kondisi salinitas dari yang hampir
tawar hingga air laut, dengan berbagai tingkat
penggenangan hutan bakau dan aneka jenis
substrat. Bruguiera gymnorrhiza tumbuh baik
di wilayah berlumpur, berpasir, dan sesekali
juga di lumpur bergambut.
Bruguiera gymnorrhiza berbunga dan
berbuah disepanjang tahun. Bunganya
Pengenalan Jenis Bruguiera gymnorrhiza
Pohon yang selalu hijau, tinggi hingga 15 m
(jarang sampai 30 m), dengan pepagan
berwarna abu-abu gelap hingga coklat,
berlentisel. Pangkal batang sering dengan
banir dan dengan banyak akar lutut.
Daun-daun berhadapan dalam kelompok di
ujung ranting, agak tebal seperti jangat,
bentuk jorong, 4,5 - 7 8,5 - 22 cm, hijau tua
di atas dan kekuningan di sisi bawah,
bertangkai 2 - 4 cm, dengan daun penumpu
(stipule) panjang runcing di pucuknya. Tangkai
daun dan daun penumpu sering tersaput
warna merah atau kemerahan.
Bruguiera gymnorrhiza kelopaknya tebal
dan taju mahkotanya berambut di sisi
belakangnya. Bunga soliter di ketiak daun,
menggantung pada tangkai sepanjang 9 - 25
mm. Kelopak serupa mangkuk dengan sisi
luar mulus atau paling-paling berlekuk, jarang
berusuk, bertaju panjang runcing 10 - 14 (16)
buah, hijau kuning kemerahan hingga merah
terang. Helai mahkota berjumlah 10 - 16,
putih krem lama-kelamaan jingga kecoklatan,
masing-masing 13 16 mm panjangnya,
berambut halus di sisi belakangnya, berbagi
dua, dengan 2 - 3 lembar rambut halus
sepanjang lk. 3 mm di ujung taju mahkota dan
selembar rambut di tengah lekukannya.
Buah melingkar spiral, 2 - 2.5 cm
panjangnya, penampangnya bundar. Yang
biasanya dikira buah sesungguhnya adalah
hipokotil, yakni buah yang telah berkecambah,
berbentuk seperti cerutu ramping, 12 - 25 cm
panjang 1 - 2 cm gemang, hijau tua,
dengan penampang bundar atau sedikit
menyegi.
Bentuk perakaran Bruguiera gymnorrhiza
adalah akar lutut yaitu akar yang muncul dari
tanah kemudian melengkung ke bawah
B i o d i v e r s i t y
-
P a g e 3 5
diserbuki burung. Propagulnya (buah yang
berkecambah) terapung-apung dibawa arus
dan pasang-surut air laut, hingga tersangkut
dan tumbuh besar menjadi pohon baru.
Habitat
Jenis ini merupakan ciri daratan hutan
bakau, biasanya tumbuh pada tanah yang agak
kering, beraerasi baik. Sering terdapat di
daerah pasang surut dari sungai. Kadang-
kadang jenis ini membentuk tegakan murni,
tapi sering berasosiasi dengan jenis-jenis
Rhizophora, terutama Rhizophora apiculata
Blume, tetapi juga dengan Ceriops tagal (Perr.)
C.B. Robinson dan Xylocarpus moluccensis
(Lamk) M. Roemer. Tanjang mengindikasikan
sebuah vegetasi klimaks dari hutan-hutan
mangrove (littoral forests), sebelum menjadi
hutan daratan. Jenis ini merupakan jenis yang
toleran terhadap naungan, dan dapat tumbuh
sendiri walaupun di daerah tegakan murni
Rhizophora L. Regenerasi setelah tumbang
biasanya jarang atau bahkan tidak ada. Jenis
ini telah membuktikan dapat tumbuh,
berbunga, berbuah dan bahkan beregenerasi
pada air rawa buatan,. Sesungguhnya jenis ini
peka terhadap kadar garam tinggi, mati
seketika pada konsentrasi NaCl di atas 3%.
E d i s i I A p r i l 2 0 1 5
B i o d i v e r s i t y
Perbanyakan
Kecambahnya dapat dikoleksi dari pohon
atau yang telah berjatuhan di tanah. Semai
dapat ditanam di kebun bibit, dan di pindah
ke lahan setelah 3 - 4 bulan, berjarak 3 m x 1
m. Kecambah tumbuh paling baik bila
mengalami terpaan gelombang laut dengan
kisaran sekitar 0.35 m dan salinitasnya 1 -
2.5%. Kecambah dapat tetap hidup,
mengapung di air selama 5 - 6 bulan. Hal
tersebut yang memungkinkan Tanjang
memiliki daerah penyebaran yang luas.
Manfaat Bruguiera gymnorrhiza
Bruguiera gymnorrhiza terutama dinilai
penting sebagai jenis pohon mangrove yang
mampu beradaptasi dengan baik pada
pelbagai kondisi tanah, salini tas,
penggenangan pasang-surut air laut, dan juga
naungan. Dianjurkan ditanam bersama
dengan jenis mangrove lainnya, pohon ini
dianggap mampu membantu menstabilkan
tanah, melindungi pantai, dan memperkaya
mangrove sebagai habitat aneka fauna.
Kayunya dinilai sebagai jenis kayu bakar
terbaik. Kayu ini mudah terbakar, sekalipun
baru ditebang, dan menghasilkan panas yang
tinggi; sehingga disukai sebagai pasokan
dapur pembakaran batu bata dan kapur.
Kayu putut juga berat, keras, dan kuat; awet
digunakan sebagai tiang rumah dan pondasi
dalam tanah berawa. Kayu ini lebih awet lagi
bila digunakan di bawah atap.]
Pepagan (kulit batang) Bruguiera
gymnorrhiza merupakan bahan penyamak
yang baik. Pepagan ini mengandung tanin
rata-rata antara 28,5 - 32,2%. Secara
tradisional, pepagan putut digunakan untuk
mewarnai (hitam) kain dan mengawetkan
(ubar) jala. Dalam jumlah kecil, pepagan ini
juga dipakai untuk membumbui ikan.
-
B I O D I V E R S I T Y . . .
P a g e 3 6 B u l e t i n t r i t o n i s
Di samping itu, pepagan Bruguiera
gymnorrhiza memiliki khasiat pengobatan yang
cukup banyak. Penduduk Solomon
memanfaatkan pepagan ini untuk aborsi dan
untuk menyembuhkan luka bakar. Di Indonesia,
bahan ini digunakan untuk mengobati diare dan
demam. Sementara di Kamboja, pepagan putut
dipakai sebagai anti malaria dan juga
mengobati kanker.
Di pulau-pulau terpencil, daun-daun
mudanya digunakan sebagai lalap atau
sayuran. Bagian dalam hipokotil (buah) putut,
setelah diolah terlebih dulu, dimanfaatkan
sebagai pengganti makanan pokok di masa
paceklik. Oleh masyarakat buah ini dapat
dimanfaatkan untuk nasi sebagai bahan
pencampur beras dimana buah yang di
manfaatkan adalah buah yang sudah tua atau
dewasa dengan ciri-ciri buah berwarna hijau
kecoklatan. Buah ini juga dijadikan semacam
nyamikan yang dikenal sebagai manisan
kandeka.
Di beberapa negara tumbuhan ini digunakan
untuk membuat cat, parfume, sementara di
Indonesia buah ini belum dimanfaatkan secara
optimal. Berdasarkan hasil penelitian tanaman
lindur (B. gymnorrhiza) merupakan salah satu
jenis mangrove yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pangan baru, karena spesies
ini mengandung karbohidrat yang tinggi.
Dimana berdasarkan penelitian mengenai
tepung buah Bruguiera gymnorrhiza dan
didapatkan kadar air 11,63%, kadar abu
1,40%, kadar lemak 3,21%, kadar protein
1,85%, dan kadar karbohidrat 81,89%.
Penelitian lainnya menunjukkan kandungan
energi buah mangrove jenis ini adalah 371
kalori per 100 gram, lebih tinggi dari beras
(360 kalori per 100 gram), dan jagung (307
kalori per 100 gramoleh karena itu potensi
buah ini perlu dimanfaatkan secara optimal,
salah satunya dalam pembuatan biskuit
sebagai bahan dasar bukan terigu. Keuntungan
dari pemanfaatan tepung buah Bruguiera
gymnorrhiza dalam pembuatan biskuit ini yaitu
sumberdaya lokal yang terdapat di Indonesia
dapat dimanfaatkan dan mengurangi impor biji
gandum.
- 0 -
Daftar Pustaka
Bengen, G.G. (2001). Pengenalan dan
Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL-
IPB. Bogor
HEYNE, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia,
jil. 3: 1496-1497. Yay. Sarana Wana Jaya,
Jakarta. (sebagai Bruguiera gymnorhiza
Lamk.)
Marwa, J. (2004). Materi Diklat Perencanaan
Pengelolaan Hutan Mangrove. BLK
Manokwari
Noor, R.Y.,M. Khazali,. I.N.N Suryadipura
(1999). Panduan Pengenalan Mangrove di
Indonesia.PKA/WI-IP. Bogor
B i o d i v e r s i t y
*) PEH Balai Besar TNTC
-
P a g e 3 7
yang orang pada umunya mengetahui bahwa
ada perusahan kayu bekerja disana sejak 2
tahun lalu di wilayah sekitar kampung Dusner.
Dengan alibi meningkatkan pendapatan
masyarakat lokal, pendapatan PEMDA serta ber-
janji tidak akan merusak ekosistem pantai
dengan program penanaman kembali pohon
setelah ditebang akan dilakukan, namun
kenyataannya saat ini sebagian penduduk
setempat mengeluh bahwa sungai tercemar,
dusun sagu hilang dan saat ini terjadi pertikaian
antara marga karena terjadi penimbunan
pantai untuk dijadikan logpond (lokasi
pengumpulan dan pengangkutan kayu).
Kampung Dusner merupakan salah satu
kampung yang terletak di Kabupaten Teluk
Wondama di Distrik Kuri wamesa dengan jumlah
penduduk Kuri Wamesa menurut Buku
Kabupaten dalam Angka tahun 2013 berjumlah
1.242 jiwa. Kampung Dusner kini telah terbagi
menjadi 2 kampung yakni Mandarisi dan Siwo
Sawo. Umumnya penduduk disana memiliki ting-
kat pendidikan SD sehingga memiliki mata
pencaharian sebagai nelayan dan petani, namun
dengan dibukanya kabupaten Teluk wondama
yang letaknya 20 menit perjalanan menyeberang
laut kearah timur menyebabkan akses
pendidikan semakin mudah diperoleh
masyarakat disana, meskipun nama kampung
telah berubah menjadi mandarisi dan siwo sawo
namun kampung itu lebih dikenal sebutannya
sebagai Dusner.
Di Dusner telah dilakukan sosialisasi zonasi
dan penyadartahuan tentang pengelolaan
lingkungan secara lestari baik oleh WWF ID
sendiri maupun kerja sama dengan BBTNTC
P endekatan saya untuk peningkatan keterlibatan publik dalam mendukung kegiatan konservasi kali ini benar-benar
perlu dipertegas, tidak saja datang dan ber-
temu dengan mereka petinggi masyarakat
namun saya merasa perlu mendampingi terus
berbagai kegiatan mereka, baik di
pemerintahan, masyarakat hingga keagamaan.
Ini salah satu resolusi saya di tahun 2015
Sore itu seperti biasa setelah menghabiskan
pekerjaan dikantor saya berjalan-jalan keareal
pelabuhan yang katanya tempat nongkrong
asik para anak muda di sekitar Wasior, saya-
pun tidak mau ketinggalan masa dan sambil
melepas lelah dengan berbekal motor bebek
fasilitas dari kantor, saya duduk sendiri me-
mandang kearah matahari terbenam dibalik
gunung tanah besar wamesa, indah sekali
pemandangan disana matahari keemasan dan
warna hijau dari hutan serta sedikit awan me-
nutupi membuat mata saya menjadi segar
kembali setelah melihat layar laptop sepanjang
hari itu, namun saya terhenti pada bayangan
tanah di sebagian tanjung yang telah dipotong
sehingga yang ada hanya berupa sepenggal
roti coklat raksasa diatas laut, kasihan ,,,,
Sebenarnya sudah lama pemandangan itu
terus mengganggu pikiran saya bahwa telah
terjadi pembukaan lahan di seberang sana
E d i s i I A p r i l 2 0 1 5
K a b a r K a w a s a n
Feronika Manohas*)
ANTARA HUKUM ADAT DAN
HUKUM MODERN
Akhirnya saya sadar bahwa pentingnya hukum
adat dalam kehidupan masyarakat di tanah
papua
-
P a g e 3 8 B u l e t i n t r i t o n i s
kepada perusahaan sampai sekarang?
Bapak: Itu sudah ibu kita sudah tandatangan
kesepakatan dan sudah dibayar, lagi pula
bukan cuma satu marga saja disana tapi
banyak jadi, kitong tidak bisa sepakat, ada yang
tidak mau tapi banyak yang setuju! sedangkan
beberapa masyarakat juga jadi pekerja disana,
biar sudah kita lihat sampai kapan
Sore itu setelah berdiskusi dengan ketua
LMAN (Bpk A B Waprak) panjang lebar tentang
Dusner sebagai kawasan TNTC, saya kembali ke
kantor untuk membrowse semua informasi
tentang aturan reklamasi pantai, kawasan
konservasi dan aturan perikanan untuk
dipelajari.
Gelar sidang adat kedua, lagi-lagi setelah 2
jam saya menunggu dan berdiskusi dengan be-
berapa tua-tua adat yang telah hadir tepat
waktu sesuai dengan kesepakatan pertama.
Siang itu pihak perusahaan telah hadir namun
salah satu tua-tua adat dari marga Imburi tidak
hadir, maka sidang ditunda hingga 2 hari
berikutnya. Kali ini dalam diskusi sidang kedua
LMA mengkonfirmasi tentang keterlibatan DKP
dan WWF dalam pembukaan lahan Logpond
yang dituding telah bekerja sama dengan pihak
perusahaan disana. Kamipun terhentak untuk
meminta klarifikasi permasalahan ini, yakni
sejak kapan kami bekerja sama dengan
perusahaan perusak alam tersebut? Apalagi
sampai melakukan reklamasi pantai? Diskusi
berjalan hingga 2 jam, penjelasan demi
penjelasan dilakukan mulai dari menanyakan
apa bentuk kerjasamanya hingga dokumen pen-
dukung yang ada maka berakhirlah diskusi kami
dengan pengakuan salah satu perwakilan dari
marga karuapi yakni tidak ada kerja sama
dengan DKP atau WWF disini namun kegiatan
ini pastilah sudah diketahui namun kenapa dari
dua pihak instansi ini tidak melarangnya atau
bahkan papan informasi zonasi saat ini telah
terpampang baik di balai pertemuan
kampungnya, namun informasi tetap saja
menjadi informasi kebutuhan ekonomilah yang
utama dipersiapkan.
Jelang sebulan dari jalan-jalan sore itu, saya
dikunjungi oleh salah satu anggota pengurus
Lembaga Masyarakat Adat Nusantara (LMAN)
yang mengundang kami dari pihak WWF agar
dapat menghadiri sidang adat gugatan salah
satu marga di Kampung Dusner tentang
kegiatan reklamasi pantai yang dilakukan oleh
perusahaan kayu yang beroperasi disana. Nah
Inilah kesempatan saya untuk memberikan
mereka beberapa sentakan manis kepada
pemilik hak ulayat.
Gelar sidang adat pertama dibuka pada
pukul 13.00 WIT setelah melenceng 3 jam dari
jadwal undangan yang telah disebarkan kemarin
dengan hasil sidang yakni ditunda hingga 2 hari
berikutnya karena ada beberapa keret/marga
pemilik hak ulayat dan pihak perusahaan yang
tidak hadir pada saat itu, saya tidak sendiri di
sana ternyata LMAN mengundang Dinas
Kelautan dan Perikanan (DKP) Kab Teluk
Wondama untuk hadir dalam pertemuan ini,
meskipun sedikit tahan lapar dan kecewa
karena sidangnya tidak berjalan namun saya
berhasil menyampaikan kepada beberapa
marga pemilik hak ulayat disana tentang
dampak dari pembukaan hutan untuk masyara-
kat pesisir, sedikit kutipan pembicaraan saya
dengan salah satu perwakilan dari tua tua
adat disana:
Saya : Bapa, apa yang terjadi disana? (logpond
red)
Salah satu tua-tua adat dari marga Imburi : Ibu,
sebagian pantai ditutup, dusun sagu sudah
tidak ada, sungai sudah coklat
Saya: Kenapa bapa dorang masih kasih izin
K a b a r K a w a s a n
-
P a g e 3 9
menghentikannya. Ahaaaa Pernyataan yang
menyesatkan!!
Dari pihak DKP saat itu diwakili oleh Kabid
Pengawasan dan Konservasi (Pak Adam) dan
kepala Seksi Konservasi (Pak Askanar Kapisa)
selanjutnya mengeluarkan pendapat mereka,
Kami dari pihak DKP sudah melihat itu sejak
lama terjadi pengrusakkan habitat, namun
setelah mengkonfirmasi dengan SEKDA bahwa
perusahaan ini memiliki izin yang kuat dari
dinas Kehutanan, dan menggunakan dasar
kesepakatan dari pemilik hak ulayat sehingga
perusahaan ini dapat dilaksanakan, jika kami
tindak lebih lanjut maka perusahaan dan bapa-
bapa pemberi izin ini akan digugat! Apakah
bapak mau? Kami bersama WWF saat ini
sedang mempersiapkan strategi untuk
mengatasi permasalahan ini
Bapak Askanar Kapisa anak papua yang
bekerja di DKP adalah salah satu tim fasilitator
kerjasama WWF ID dengan DKP untuk program
penjangkauan masyarakat khususnya di MPA,
telah mengikuti pelatihan MPA101 di
manokwari dan beberapa kali mengikuti trip
gurano bintang untuk berdiskusi dengan
masyarakat adat di wilayah Rumberpon dan
Roswar. Beliau sangat sigap dan matang
tentang konsep konservasi dan aturan adat.
Langsung saja ruangan itu hening sejenak
dan agak canggung, akhirnya sekertaris LMAN
yang saat itu memimpin sidang memberikan
pendapatnya bahwa tanah adat adalah hak
masyarakat adat disana, mengenai aturan
pemerintah atau aturan modern itu akan
dibicarakan kemudian, sidang ditunda hingga 2
hari kedepan, toktok palu di ketukan diatas
meja tanda pertemuan hari itu di skors,
Seketika itu juga sekertaris LMAN mendekati
kami dan sedikit berbisik menyampaikan
pesannya, Ibu dan bapak, maaf tadi saya
E d i s i I A p r i l 2 0 1 5
K a b a r K a w a s a n
bilang begitu supaya sidang ini aman, soalnya
kalau tong angkat lagi masalah aturan modern
nanti dong baku melawan dalam ruangan ini
lagi. Maaf ya kamipun langsung menerimanya
dengan lapang dada dan berhubung belum
makan siang maka saya cepat-cepat keluar dari
ruangan pertemuan untuk mencari makanan di
warung sekitar, fiuhh lagi-lagi saya salah
strategi.
Ternyata sekuat apapun aturan pemerintah
atau kata ketua LMAN aturan positif atau aturan
modern namun jika tidak sesuai dengan
keinginan masyarakat adatnya maka aturan ter-
sebut tidak akan berlaku. Oleh sebab itu, aturan
modern tersebut perlu di integrasikan dalam
aturan adat yang di yakini mampu mengatur
pola dan kebiasaan masyarakat adat didalamya
karena ini sudah berlaku sejak turun temurun.
namun tentunya tidaklah mudah mengubah
pola perilaku masyarakat yang telah terbiasa
dengan menerima uang dalam jumlah besar