buletin tritonis edisi i 2015

Upload: gareng-raka

Post on 07-Jan-2016

45 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

buletin yang di terbitkan taman nasional teluk cenderawasih

TRANSCRIPT

  • DAFTAR ISI

    Serba - serbi

    Makna Logo Kementerian Lingkungan

    Hidup dan Kehutanan

    46

    Alamat Redaksi Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

    Jln. Essau Sesa-Sowi Gunung Manokwari-Papua Barat

    Telp : (0986)212303 Fax : (0986)214719

    E-mail : [email protected] Website: telukcenderawasih-nationalpark.org

    Pengarah: Kepala Balai Besar TNTC

    Penanggung Jawab: Danny H. Pattipeilohy, S.P.i, M.Si

    Pimpinan Redaksi: Astriet Y. Manangkoda, S.Ik

    Penyunting/Editor: Manerep Siregar, S.P., M.Si.

    Staff Redaksi: Hermadi, S.Pi, M.T, M.Sc., Vemmy Y. Wyzer, S.Hut., Rini Purwanti, S.Si., Tassuruni, S.Hut

    Layout : Ran Ogistira, S.Hut

    Sumber Gambar : Dokumentasi BBTNTC

    Buletin Tritonis (Tanggap, Realistis, Informatif

    dan inspiratif)

    S U S U N A N R E D A K S I

    Mengawali tahun 2015 ini, Buletin Tritonis mem-

    berikan tampilan desain baru yang lebih menarik

    untuk dibaca.

    Bulan Maret kembali menjadi bulan dimana para

    rimbawan Manokwari berkumpul untuk merayakan

    Hari Bakti Rimbawan. Dengan tema Hutan untuk masa depan, kampanye pelestarian hutan pun di

    meriahkan dengan hadirnya grup band Slank.

    Pariwisata telah menjadi kebutuhan oleh setiap

    orang. Jumlah wisatawan dalam beberapa tahun

    terus mengalami peningkatan di kawasan TNTC.

    Balai Besar TNTC terus berupaya menjaga potensi

    wisata yang ada di kawasan ini. Berbagai model

    pengembangan pariwisata terus dikembangkan

    untuk meningkatkan dan menjaga potensi sumber

    daya alam TNTC sebagai tujuan wisata.

    Selamat membaca.

    B a l a i B e s a r T a m a n N a s i o n a l T e l u k C e n d e r a w a s i h

    Liputan

    Kembali, Balai Besar Taman Nasional

    Teluk Cenderawasih Menjadi Juara Umum

    3

    B u l e t i n t r i t o n i s e d i s i I A p r i l 2 0 1 5

    Opini

    Saatnya Polisi Kehutanan Bekerja Lebih

    Profesional

    29

    Artikel

    Pengelolaan Ekowisata Taman Nasional

    Teluk Cenderawasih

    Keberadaan Kima (Tridacna) di Taman

    Nasional Teluk Cenderawasih

    Statistik Pengunjung Tahun 2014 di

    Kawasan Taman Nasional Teluk

    Cenderawasih

    Kearifan Lokal Dalam Pembangunan

    Untuk Meningkatkan Kesejahteraan

    Masyarakat di Kawasan TNTC

    Pengaruh Keberadaan Hiu Paus

    (Rhincodon Typus) Terhadap

    Kunjungan Wisatawan Ke Taman

    Nasional Teluk Cenderawasih

    5

    Biodiversity

    Mengenal Bruguiera gymnorrhiza (L.)

    Lamk.

    33

    Kabar Kawasan

    Antara Hukum Adat dan Hukum Modern 37

    Destinasi Wisata

    Wisata Alam Pulau Roswar 44

  • Provinsi Papua Barat, Rimbawan Provinsi Papua

    Barat dan Persatuan Pensiunan Kehutanan. B ertemakan HUTAN UNTUK MASA

    DEPAN acara peringatan Hari

    Bhakti Rimbawan (HBR) ke-32 tahun

    ini dimulai pada tanggal 4 Maret 2015. Upacara

    pembukaan yang berlangsung di lapangan SMK

    Kehutanan Manokwari dibuka secara resmi

    oleh O. Erenst Ngabalin, S.Hut, MP selaku Ketua

    Panitia dan diikuti oleh seluruh keluarga rimba-

    wan se-Provinsi Papua Barat yaitu Dinas

    Kehutanan Provinsi Papua Barat, Dinas

    Kehutanan Kabupaten Manokwari, Balai Besar

    Taman Nasional Teluk Cenderawasih, BPKH

    Wilayah XVII Manokwari, BPDAS Remu Ransiki,

    Balai Penelitian Kehutanan Manokwari, BP2HP

    Wilayah XVIII Manokwari, SMK Kehutanan

    Manokwari, Balai Besar KSDA Papua Barat

    Bidang Konservasi Wilayah I Manokwari,

    Fakultas Kehutanan Universitas Papua, Mitra

    Kehutanan, Persatuan Ibu-ibu Rimbawan

    P a g e 3 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5

    L i p u t a n

    KEMBALI, BALAI BESAR TAMAN NASIONAL TELUK

    CENDERAWASIH MENJADI JUARA UMUM

    ...Semoga Piala yang dibawa

    kembali menjadi penyemangat

    untuk mempertahankannya di

    tahun berikutnya dimana

    BBTNTC akan menjadi Panitia

    dalam rangkaian Hari Bhakti

    Rimbawan ke-33...

    Ran Ogistira*)

  • L i p u t a n

    P a g e 4 B u l e t i n t r i t o n i s

    *)PEH pada BBTNTC

    hutan lestari dan masyarakat sejahtera se-

    bagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang

    nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.

    Diakhir sambutannya tak lupa Gubernur

    Papua Barat mengingatkan para rimbawan untuk

    terus membangun masa depan bangsa

    Indonesia dan tanah air dari kehancuran

    ekologis, menjaga pemanfaatan kekayaan

    sumber daya hayati agar tetap lestari, terus me-

    nanam pohon melalui penghijauan dan

    reboisasi serta terus mengkampanyekan tentang

    pentingnya hutan untuk kehidupan manusia.

    Rangkaian upacara ditutup dengan

    penyerahan hadiah lomba bagi para pemenang.

    Tahun ini kembali Balai Besar TNTC menjadi

    juara umum dengan peroleh medali: 3 emas, 1

    perak dan 1 perunggu. Semoga semangat juara

    umum ini terjaga hingga tahun depan dimana

    Balai Besar TNTC menjadi Panitia dalam pe-

    rayaan Hari Bhakti Rimbawan ke 33 tahun 2016.

    hutan bukan warisan nenek moyang tetapi

    titipan buat anak cucu kita, mari bersama men-

    jaga hutan untuk masa depan

    0

    Rangkaian acara Hari Bhakti Rimbawan tahun

    ini dimeriahkan dengan beberapa kegiatan

    seperti: Pertandingan Olahraga (Futsal, Bola

    Voli, Tarik Tambang), pertandingan Gaplek, Per-

    lombaan Menggambar dan Mewarnai untuk

    anak-anak, Lomba Cipta Lagu dan Pentas Lagu,

    Pemilihan Ganis dan Wasganis, Penanaman,

    Aksi Kebersihan, Jalan Santai, Kampanye

    Penanaman Pohon yang dimeriahkan oleh

    Slank, dan Upacara Hari Bhakti Rimbawan.

    Puncak peringatan Hari Bhakti Rimbawan ke-

    32 ditutup dengan apel bersama pada tanggal

    16 Maret 2015 di lapangan SMK Kehutanan

    Manokwari, bertindak selaku inspektur upacara

    adalah Gubernur Papua Barat yang diwakili oleh

    Asisten I Bapak Musa Kamudi.

    Dalam sambutan gubernur yang dibacakan

    oleh inspektur upacara, para rimbawan kembali

    diingatkan pentingnya pembinaan rimbawan,

    khususnya dalam peningkatan profesionalisme,

    disiplin, moral, kesejahteraan dan jiwa korsa,

    sehingga memiliki kesiapan dan kesiagaan

    dalam menghadapi berbagai tantangan dalam

    bertugas. Menjadikan peringatan HBR sebagai

    wahana kontemplasi untuk mengukur sejauh

    mana upaya yang telah dilaksanakan dan hasil

    yang dicapai guna mewujudkan pengelolaan

  • P a g e 5 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5

    K awasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) salah satu Taman Nasional Laut terluas di Indonesia yang

    berada di daerah Papua. Kawasan ini memiliki

    keindahan alam baik di darat, pesisir maupun di

    laut. TNTC sudah dikenal wisatawan

    mancanegara sejak tahun 2008 walaupun

    masih dalam jumlah relatif sedikit. Seiring

    dengan meningkatnya peminat pariwisata alam,

    maka sejak tahun 2010 sampai dengan 2014

    jumlah wisatawan yang berkunjung TNTC

    sebanyak 6.696 orang dengan penerimaan

    Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar

    Rp. 935.541.000,-. Setiap tahun kunjungan

    wisatawan meningkat,

    dengan kegiatan

    wisata yang digemari

    adalah diving dan

    snorkeling. Wisatawan

    TNTC didominasi oleh

    wisatawan manca

    negara. Wisata anda-

    lan di TNTC adalah

    wisata hiu paus (whale

    shark) yang bisa dia-

    mati langsung oleh

    wisatawan setiap hari dan wisatawan lang-

    sung dapat berinteraksi dengan hiu paus di

    perairan Kwatisore. Untuk merespon

    perkembangan wisata di TNTC perlu

    diperhatikan pengelolaan yang berbasis

    ekowisata agar tetap berkelanjutan.

    Pembangunan wilayah pesisir dan laut

    secara berkelanjutan merupakan kebijakan

    penting dari pemerintah. Kebijakan tersebut

    didasarkan pada pemikiran bahwa wilayah

    pesisir dan laut secara ekologis dan ekonomis

    sangat potensial untuk dikembangkan dan

    dimanfaatkan demi untuk kesejahteraan

    masyarakat.

    A r t i k e l

    Manerep Siregar, SP., M.Si*)

    ..Ekowisata merupakan Salah Satu Alternatif

    Pembangunan wilayah pesisir dan laut secara

    berkelanjutan ..

    PENGELOLAAN EKOWISATA TAMAN

    NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

  • A r t i k e l

    P a g e 6 B u l e t i n t r i t o n i s

    organisme dan ekosistemnya. Pendekatan

    lainnya adalah harus dapat menjamin adanya

    keberpihakan kepada masyarakat lokal agar

    mampu mempertahankan budaya lokal dan

    sekaligus meningkatkan kesejahteraan

    masayarakat di dalam dan sekitar TNTC.

    Konsep Pengembangan Ekowisata di TNTC

    Pengembangan ekowisata TNTC harus

    mempertimbangkan dua aspek, yaitu aspek

    tujuan wisata dan aspek pasar. Meskipun

    pengembangan ekowisata menganut konsep

    produk atau pasar, namun pengembangan

    produk wisata harus tetap menjamin kelestarian

    sumberdaya alam dan budaya masyarakat di

    dalam dan sekitar kawasan. Pengembangan

    ekowisata TNTC lebih dekat kepada aspek

    pelestarian, karena di dalamnya sudah

    terkandung aspek keberlanjutan. Pelestarian

    sumberdaya alam dan budaya masyarakat akan

    menjamin terwujudnya keberlanjutan

    pembangunan. Dalam pelaksanaannya,

    ekowisata TNTC hampir tidak dilakukan

    eksploitasi sumberdaya alam, tetapi hanya

    menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk

    memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan

    psikologis wisatawan. Bahkan dalam berbagai

    aspek, ekowisata TNTC merupakan bentuk

    ekowisata mengarah metatourism, artinya

    ekowisata TNTC tidak menjual tujuan atau objek,

    tetapi menjual filosofi dan rasa. Dari aspek inilah

    ekowisata pesisir dan laut di TNTC tidak akan

    mengenal kejenuhan.

    Prinsip Pengembangan Ekowisata TNTC.

    Pengembangan ekowisata TNTC diusahakan

    dapat menjamin keutuhan dan kelestarian

    ekosistem pesisir dan laut. Hal ini didukung oleh

    keinginan para pencinta ekowisata yang

    memang menghendaki syarat kualitas dan

    keutuhan ekosistem. Oleh karenanya, ada

    Meskipun pemerintah telah melakukan

    berbagai upaya untuk mendorong pemanfaatan

    sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanju-

    tan, namun pola pemanfaatan yang sifatnya

    merusak dan mengancam kelestarian

    sumberdaya pesisir dan laut masih saja terus

    berlangsung. Hal ini antara lain disebabkan oleh

    tidak ada atau kurang tersedianya pilihan lain

    bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

    hidupnya. Pembangunan ekowisata merupakan

    salah satu alternatif pembangunan yang dapat

    membantu mengatasi masalah tersebut.

    Seiring dengan semakin berkembangnya niat

    (semangat) konservasi dan peningkatan

    kesejahteraan masyarakat, maka ekowisata

    adalah wisata yang berbasis pada alam dengan

    menyertakan aspek pendidikan dan interpretasi

    terhadap lingkungan alami dan budaya

    masyarakat dengan pengelolaan kelestarian

    ekologis.

    Pendekatan Pengelolaan Ekowisata di TNTC

    Pengelolaan ekowisata TNTC merupakan

    bentuk ekowisata yang dikelola dengan

    pendekatan berkelanjutan, dimana hal-hal yang

    perlu diperhatikan antara lain:

    1). Pengelolaan bentang alam diarahkan pada

    kelestarian sumberdaya pesisir dan laut;

    2). Pengelolaan budaya masyarakat diarahkan

    pada kesejahteraan masyarakat pesisir; dan

    3). Kegiatan konservasi diarahkan pada upaya

    menjaga kelangsungan pemanfaatan

    sumberdaya pesisir untuk waktu kini dan

    masa mendatang.

    Pendekatan pengelolaan ekowisata TNTC

    harus dapat menjamin kelestarian lingkungan,

    yaitu; (1) menjaga tetap berlangsungnya proses

    ekologis yang mendukung sistem kehidupan;

    (2) melindungi keanekaragaman hayati; dan

    (3) menjamin kelestarian dan pemanfaatan jenis

  • A r t i k e l

    P a g e 7

    sejahtera Be happy.

    Jadi, Silahkan pilih jalan hidup anda sendiri!!

    0

    DAFTAR PUSTAKA

    Fandeli 2000. Pengusahaan Ekowisata. Universitas

    Gajah Mada Jogjakarta.

    Raharjo B. 2005. Ekoturisme Berbasis Masyarakat.

    Penerbit Pustaka Latin. Bogor.

    Tuwo A. 2011 Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan

    Laut. Penerbit Brillian Internasional Surabaya.

    beberapa prinsip pengembangan ekowisata

    TNTC yang harus dipenuhi, yaitu (a) mencegah

    dan menanggulangi dampak dari aktifitas

    wisatawan terhadap bentang alam dan budaya

    masyarakat lokal; (b) mendidik atau

    menyadarkan wisatawan dan masyarakat lokal

    akan pentingnya konservasi; (c) mengatur agar

    kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan

    manajemen pengelola kawasan TNTC dapat

    menerima langsung penghasilan atau

    pendapatan. Retribusi dan pajak konservasi

    dapat secara langsung untuk membina,

    melestarikan dan meningkatkan kualitas

    kawasan pelestarian; (d) masyarakat dilibatkan

    secara aktif dalam perencanaan pengembangan

    ekowisata; (e) keuntungan ekonomi yang

    diperoleh secara nyata dari kegiatan ekowisata

    harus dapat mendorong masyarakat untuk

    menjaga kelestarian kawasan TNTC; (f) semua

    upaya pengembangan harus tetap menjaga

    keharmonisan dengan alam; (g) pembatasan

    pemenuhan permintaan, karena umumnya daya

    dukung ekosistem alamiah lebih rendah

    daripada daya dukung buatan.

    Mengapa perlu Pendekatan Berkelanju-

    tan?

    Berkelanjutan bisa dianalogkan dengan kondisi

    kehidupan. Jika anda hidup dalam kondisi sosial

    dan ekonomi yang baik, namun tanpa kondisi

    lingkungan yang baik, maka anda hanya hidup

    sekedar cukup. Jika anda hidup dalam kondisi

    sosial dan lingkungan baik, namun tanpa kondisi

    ekonomi yang baik maka anda hidup sengsara. Jika

    anda hidup dalam kondisi ekonomi dan lingkungan

    yang baik, namun tanpa kondisi sosial yang baik,

    maka anda hidup sekedar bertahan. Namun jika

    anda hidup dalam kondisi sosial, ekonomi dan

    lingkungan yang baik, maka anda hidup

    E d i s i I A p r i l 2 0 1 5

    Sumber: Tuwo A. 2011

    Kondisi Sosial

    KondisiLingkungan K o n d is i

    E k o n o m i

    Hidup sejahtera(Berkelanjutan)

    Hidupbertahan

    Hidupcukup

    Hidupsengsara

    *)Kepala Seksi P2 pada Balai Besar TNTC

  • L I P U T A N .

    P a g e 8 B u l e t i n t r i t o n i s

  • P a g e 9 E d i s i I I I D E S E M B E R 2 0 1 4

    L I P U T A N

    Taman Nasional Teluk cenderawasih didominasi oleh wilayah perairan

    yang mencakup 80 % kawasannya. Kawasan ini dihuni 7 suku besar

    yaitu Suku Wandamen, Suku Wamesa, Suku Roswar, Suku Roon, Suku

    Yeresiam, Suku Yaur/Hegure/Ondure, Suku Umari/Umar/Yeretuar

    Foto: Rogistira

  • P a g e 1 0 B u l e t i n t r i t o n i s

    A r t i k e l

    kawasan konservasi dan tentunya di kawasan

    TNTC. Selain memiliki peran baik secara ekologi,

    sosial dan ekonomi bagi masyarakat di dalam

    dan sekitar kawasan, TNTC memiliki potensi

    jenis flora dan fauna serta ekosistem khas yang

    memiliki fungsi ekologis penting. Potensi fauna

    diantaranya adalah biota laut yaitu moluska, di

    kawasan TNTC ditemukan 201 Jenis, termasuk

    diantaranya adalah Kima (Tridacnidae) yang

    dikenal sebagai kerang raksasa dimana

    sebagian besar

    spesies yang ada

    di seluruh dunia

    t e r d a p a t d i

    perairan Indonesia,

    dan 7 jenis

    diantaranya ter-

    dapat dalam kawa-

    san TNTC.

    Kima (Giant clams) merupakan salah satu

    hewan laut yang dilindungi di seluruh dunia ter-

    masuk di Indonesia. Pada tahun 1987

    pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan

    Menteri Kehutanan Nomor 12/Kpts/II/1987

    yang diperkuat dengan Peraturan Pemerintah

    Nomor 7 Tahun 1999 memasukkan jenis kima

    yang hidup di Indonesia menjadi hewan yang

    dilindungi dan jenis kima tersebut juga masuk

    K awasan Taman Nasional Teluk

    Cenderawasih (TNTC) yang merupakan

    Kawasan Konservasi Laut terluas di

    Indonesia dengan keanekaragaman

    sumberdaya alam di

    dalamnya mempunyai

    arti penting bagi

    upaya konservasi

    melalui tiga aspek

    yaitu 1) Perlindungan

    sistem penyangga

    k e h i d u p a n ; 2 )

    P e n g a w e t a n

    keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa;

    dan, 3) Pemanfaatan secara lestari sumber

    daya alam hayati dan ekosistemnya. Upaya

    konservasi saat ini diarahkan tidak hanya untuk

    m e l i n d u n g i a t au me n j ag a s eg a l a

    keanekaragaman sumberdaya alam yang ada

    namun juga harus dapat memberikan manfaat

    yang besar bagi peningkatan kesejahteraan

    masyarakat yang ada di dalam dan sekitar

    Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan

    pemahaman mengenai konsep inventarisasi

    dan monitoring spesies

    Sumaryono, S.Hut*)

    Keberadaan Kima (Tridacna) di Taman Nasional

    Teluk Cenderawasih

    (Upaya Konservasi yang Terkendala Karena Nilai Ekonomisnya)

    Dataran karang yang luas muncul ke permukaan dalam

    kawasan TNTC

  • P a g e 1 1

    A r t i k e l

    pada Appendix II CITES.

    Walaupun hewan ini dilarang untuk diambil

    dari alam, namun pemanfaatannya masih tetap

    berlangsung. Hal ini bisa dilihat di berbagai

    tempat khususnya di wilayah pesisir masih

    banyak ditemukan cangkang-cangkang (shells)

    kima baik yang menumpuk di rumah penduduk

    untuk digunakan sebagi bahan bangunan seperti

    pondasi, penimbunan lahan kosong dan

    sebagainya. Juga banyak ditemukan berserak di

    pantai khususnya cangkang yang kecil atau

    bahkan sebagai souvenir baik di warung-warung

    cinderamata di pantai atau di toko-toko khusus

    souvenir. Di beberapa wilayah bahkan hingga

    saat ini masih bisa ditemukan daging Kima segar

    yang di jual di pasar tradisional. Akibat aktifitas

    manusia tersebut menyebabkan menurunnya

    populasi kima secara drastis di alam.

    Nilai Ekonomi Kima (Tridacna)

    Tridacna (kima) atau biasa masyarakat Papua

    menyebutnya Biagaru merupakan sumber

    makanan yang memiliki banyak protein, selain

    dagingnya dapat dimanfaatkan digunakan untuk

    sumber makanan, cangkangnya umum

    digunakan untuk peralayan rumah tangga atau

    bahan baku bangunan. Pada tahun 1980-an,

    cangkang Kima banyak digunakan sebagai

    bahan pembuatan ubin teraso dan di Papua

    cangkang kima digunakan untuk bahan kapur

    sebagai pendamping makan sirih yang

    merupakan kebiasaan masyarakat adat Papua.

    Saat ini permintaan terhadap Kima cukup

    besar, terutama dari Jepang. Akibat permintaan

    yang tinggi ini terjadilah eksploitasi berlebihan

    yang menyebabkan populasi hewan ini

    menurun. Beberapa spesies Kima yang sudah

    sulit untuk ditemukan adalah Tridacna gigas,

    Tridacna derasa, Tridacna squamosa, maupun

    dari genus Hipoppus seperti Hipoppus

    porcelanus dan Hipoppus hipoppus.

    Di Papua cara penangkapannya bisa

    dengan cara mengambilnya atau mencongkel-

    nya dengan benda tajam, karena jenis

    tersebut hidup di batu karang dan di antara

    karang-karang walau sebenarnya tidak ramah

    bagi lingkungan. Kandungan protein kima

    sangat tinggi, sehingga seringkali menjadi

    hidangan istimewa. Dan biasanya

    pengambilan ini sering dilakukan masyarakat

    ketika air laut mengalami pasang surut yang

    ekstrim hingga dataran karang yang luas

    muncul ke permukaan seperti menyerupai

    daratan. Saat-saat itulah masyarakat

    berbondong-bondong mencari kima.

    Kima Penyaring Raksasa di Lautan Luas

    Kima termasuk dalam kelas Bivalvia, suatu

    kelompok hewan bertubuh lunak yang

    dilindungi sepasang cangkang bertangkup.

    Bernapas dengan insang yang bentuknya

    seperti lembaran yang berlapis-lapis. Alat

    gerak berupa kaki perut yang termodifikasi

    untuk menggali pasir atau dasar perairan.

    Beberapa jenis, melekatkan diri pada substrat

    berbatu dengan semacam rambut atau organ

    yang disebut byssus.

    Cangkang kima terbagi menjadi beberapa

    lekukan atau lipatan (folds). Punggung lipatan

    di permukaan cangkang biasanya berbentuk

    E d i s i I A p r i l 2 0 1 5

  • P a g e 1 2 B u l e t i n t r i t o n i s

    Selain mendapatkan pasokan makanan dari

    zooxanthella, kima juga mencari makan dengan

    cara menyaring partikel-partikel organik dari air

    laut. Aktifitas ini, secara langsung berperan

    penting dalam membersihkan air laut dari

    populasi mikroorganisme yang berlebihan. Kima

    mengambil makanan dengan cara membuka

    cangkang, lalu mulutnya berupa shipon akan

    menyedot air, menyaringnya lalu membuangnya.

    Inilah mengapa kima menjadi pahlawan ekologi

    dalam menjaga kebersihan perairan. Dengan

    demikian, air laut menjadi lebih sehat dan

    keseimbangan ekosistem pun lebih terjaga.

    Kima juga menjadi salah satu biota laut yang

    membuat terumbu karang berwarna-warni

    indah.

    Konservasi Kima di TNTC

    Kima merupakan salah satu sumber

    kekayaan laut yang dimiliki Indonesia. Kima atau

    giant clam banyak ditemukan di ekosistem

    karang di perairan Indo-Pasifik, termasuk Indo-

    nesia. Dari sembilan spesies kima yang ada di

    dunia, delapan diantaranya ada di Indonesia.

    Kima sudah cukup dikenal oleh masyarakat

    pantai di Indonesia, terutama sekitar Sulawesi

    dan Papua. Sebab selain bernilai konservasi,

    kima juga memiliki nilai ekonomis tinggi. Di

    kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih

    (TNTC) Papua, dapat ditemukan berbagai

    spesies Kima antara lain Kima raksasa

    (Tridacna gigas), Kima besar (Tridacna maxima),

    Kima tapak kuda (Hippopus hippopus) dan Kima

    lubang (Tridacna crocea).

    seperti tulang rusuk sehingga sering disebut rib.

    Pada kima sisik, kima lubang dan kima

    Mauritius, tiap punggung lipatan memuat

    sebaris lempeng-lempeng berbentuk setengah

    mangkok yang disebut sisik (scutes). Sisik ini

    dulunya adalah bagian tepi dari mulut atau bibir

    cangkang (upper margin) yang kemudian

    tertinggal saat cangkang tubuh membesar. Di

    antara semua jenis kerang, kima adalah salah

    satu kerang dengan bentuk dan ciri yang paling

    unik. Ukuran cangkangnya sangat besar dan

    berat, sehingga disebut kerang raksasa (giant

    clam). Mantelnya yang memiliki sistem sirkulasi

    khusus, menjadi tempat tinggal bagi

    zooxanthellae, makhluk aneh separuh hewan

    dan separuh tumbuhan yang berbulu cambuk

    dari marga Symbidinium.

    Selain pasokan bahan mentah, zooxanthella

    mendapat keuntungan lain karena mantel kima

    menjadi tempat yang nyaman untuk bernaung,

    berlindung dan berfotosintesis. Zooxanthella

    jugalah aktor di balik layar, yang menentukan

    warna-warni indah dari mantel kima. Setiap

    kima, memiliki warna dan corak motif yang

    berbeda, tergantung pada spesies Symbidinium

    yang menjadi pasangannya. Kima sendiri

    m e n d a pa t k an k e u n t u n g a n , k a r e n a

    zooxanthellae memberinya tambahan nutrisi

    yang disalurkan melalui sistem saringan

    makanan (filter food) si kima. Jadi, meskipun

    lingkungan perairan di sekitar kima sangat

    miskin unsur hara, kerang raksasa ini masih

    dapat tumbuh dengan baik.

    A r t i k e l

  • P a g e 1 3

    Berdasarkan hasil inventarisasi dan

    monitoring yang dilakukan di TNTC pada tahun

    2011 dan 2014, memberikan gambaran bahwa

    jumlah populasi dari beberapa jenis kima

    cenderung mengalami penurunan. Kepadatan

    populasi untuk beberapa jenis (Tridacna gigas,

    Tridacna squamosa, Tridacna derasa)

    mengalami peningkatan tetapi tidak signifikan.

    Sedangkan untuk jenis Tridacna maxima

    mengalami penurunan populasi. Namun secara

    keseluruhan populasi kima masih memiliki

    tingkat kepadatan yang sangat rendah yaitu

    berkisar 0,0088 ind/m2 hingga 0,0412 ind/m2

    (Pulau Nutabari, 2014) dan 0,003 ind/m2

    sampai dengan 0,023 ind/m2 (Pulau Rouw dan

    Pulau Matas, 2011).

    Dalam rangka menjaga populasi kima maka

    diperlukan suatu kegiatan konservasi melalui

    usaha pengelolaan yang meliputi aspek

    sosialisasi dan penyuluhan, penegakan hukum

    dan peraturan, restoking, kearifan tradisional

    dan usaha budidaya. Menurut Ambariyanto

    (2002), sebagai usaha untuk menjaga maupun

    mengembangkan populasi kima di alam maka

    diperlukan suatu usaha konservasi melalui

    sistem pengelolaan populasi kima yang tepat,

    termasuk di dalamnya adalah penegakkan

    hukum dan peraturan, restoking dan usaha

    budidaya. Disamping itu pengelolaan populasi

    kima berbasis masyarakat juga merupakan hal

    yang perlu dilakukan.

    Masih menurut Ambariyanto PhD (Peneliti

    dan Staf Jurusan Kelautan Universitas

    Diponegoro Semarang), untuk menghindari

    kepunahan kima, beberapa metode

    pembenihan telah dikembangkan. Metode

    pembenihan buatan yang dikembangkan ini

    sebenarnya cukup mudah dilakukan dengan

    bantuan perangkat tambahan tertentu.

    Aspari Rachman, Dosen Jurusan Perikanan

    Bidang Manajemen Sumber Daya Hayati

    Perairan Universitas Hasanuddin mengatakan

    budidaya kima untuk konservasi tidak terlalu

    sulit. Namun umumnya orang enggan

    membudidayakan kima pedaging karena

    memakan waktu cukup lama. untuk

    Konservasi cukup 3 - 4 tahun, namun untuk

    pedaging bisa sampai 10 tahun, ujarnya.

    E d i s i I A p r i l 2 0 1 5

    Contoh Warna/Corak Mantel Pada Jenis

    Tridacna maxima yang Beragam dijumpai di Pulau

    Nutabari

    A r t i k e l

  • P a g e 1 4

    Aspari pernah mengadakan program

    pembudayaan Kima sewaktu Universitas

    Hasanuddin bekerjasama dengan Marine

    Science dan ADB (Asian Development Bank)

    untuk program konservasi Kima. Akan tetapi

    sampai saat ini pembudidayaan Kima di

    Indonesia masih jarang dilakukan. Menurut

    Aspari, hal ini disebabkan lamanya proses budi-

    daya serta biaya yang harus dikeluarkan. Di

    Indonesia tidak (banyak dikembangbiakkan)

    karena proses budidaya cukup lama. Selain itu,

    sulit untuk memperoleh bibit dan biaya

    teknologi pembibitan lumayan mahal, ujarnya.

    Itulah sebabnya sampai saat ini, Kima di

    Indonesia belum bisa dimanfaatkan secara

    maksimal.

    Besarnya fungsi dan manfaat kima ini justru

    membuat dirinya terancam punah karena nilai

    ekonomis yang dimilikinya. Karena kima tidak

    bisa menyelamatkan diri sendiri, maka upaya

    konservasi inilah yang berjuang demi

    kelangsungan hidup kima untuk generasi

    mendatang, supaya anak cucu kita masih bisa

    melihat kima tumbuh di alam bebas di laut yang

    terjaga kebersihannya.

    0

    Daftar Pustaka

    Ambariyanto. 2007. Pengelolaan Kima Di Indo-

    nesia Menuju Budidaya Berbasis Kon-

    servasi. Seminar Nasional MOLUSKA:

    dalam Penelitian, Konservasi dan

    Ekonomi Jurusan Ilmu Kelautan, FPIK

    UNDIP, Semarang.

    Dibyowati, Lia. 2009. Keanekaragaman Molus-

    ka (Bivalvia dan Gastropoda) di Sepan-

    jang Pantai Carita, Pandeglang Banten.

    FMIPA IPB. Bogor. Skripsi Mahasiswa

    (tidak diterbitkan).

    Mudjiono. 1988. Catatan Beberapa Aspek Per-

    tumbuhan Kima, Suku Tridacnidae

    (Molusca, Pelecypoda). Oseana, Volume

    XIII. UPT Balai Konservasi biota laut Am-

    bon. LIPI. Jakarta.

    Mudjiono. 2009. Telaah Komunitas Moluska di

    Rataan Terumbu Perairan Kepulauan

    Natuna Besar Kabupaten Natuna.

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia.

    UPT Balai Konservasi biota laut Ambon.

    LIPI. Jakarta.

    Tandana, R. 2010. Faktor-faktor yang

    mempengaruhi distribusi kima (Tridacna

    spp.) di Perairan Pulau Purup kawasan

    Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

    FPPK UNIPA. Manokwari. Skripsi Maha-

    siswa (tidak diterbitkan)

    Kementerian Kehutanan. 2011. Laporan Inven-

    tarisasi dan Identifikasi Kima di Pulau

    Nutabari pada Bidang Pengelolaan TN

    Wilayah I Nabire. Balai Besar TNTC.

    Manokwari. (tidak diterbitkan)

    Kementerian Kehutanan. 2011. Laporan Inven-

    tarisasi dan Identifikasi Kima di Pulau

    Rouw dan Pulau Matas pada Bidang

    Pengelolaan TN Wilayah II Wasior. Balai

    Besar TNTC. Manokwari. (tidak diterbit-

    kan)

    Kementerian Kehutanan. 2014. Laporan Moni-

    toring Jenis dan Populasi Kima di Pulau

    Nutabari pada Bidang Pengelolaan TN

    Wilayah I Nabire. Balai Besar TNTC.

    Manokwari. (tidak diterbitkan)

    http://dody94.wordpress.com/2011/05/05/

    kima-kerang-raksasa-yang-semakin-langka/

    B u l e t i n t r i t o n i s

    *)PEH pada BBTNTC

    A r t i k e l

  • P a g e 1 5 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5

    P ariwisata telah menjadi suatu kebutuhan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan batin dalam kehidupannya.

    Potensi pariwisata di Indonesia sangatlah besar,

    dengan berbagai keunikan dan keindahan di

    masing-masing daerah dan merupakan suatu

    aset dalam pariwisata Indonesia.

    Indonesia dikenal sebagai Negara Bahari

    dengan potensi wisata laut yang kaya dengan

    beragam ekosistem seperti ekosistem pantai,

    mangrove, padang lamun, rumput laut dan

    terumbu karangnya. Salah satu taman nasional

    di Indonesia yang memiliki beragam ekosistem

    adalah Taman Nasional Teluk Cenderawasih

    (TNTC) dan menjadi salah satu taman

    nasional laut terluas di Indonesia dengan luas

    1.450.000 ha. Tercatat ada 103 jenis

    terumbu karang dari 15 family, 112 jenis ikan

    dan 193 jenis moluska. Sedangkan untuk

    persentase tutupan karangnya berkisar 32-

    47% yang termasuk dalam kategori sedang

    (statistik Balai Besar TNTC tahun 2014).

    Potensi unggulan untuk berwisata di taman

    nasional adalah diving, snorkeling, wisata

    budaya, bird watching, hunting foto dan

    sailing diantara pulau-pulau kecil.

    A r t i k e l

    Tabel Potensi Wisata Alam Kawasan TNTC

    STATISTIK PENGUNJUNG TAHUN 2014

    DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

    Ran Ogistira*)

    Peningkatan pengunjung seharusnya dibarengi dengan peningkatan

    pelayanan yang memadai, sarana prasarana yang menunjang serta

    aksesibilitas ke kawasan.. bukan tidak mungkin TNTC akan menjadi

    primadona pariwisata nasional

    NO. KEDUDUKAN POTENSI WISATA ALAM KETERANGAN

    1 2 3 4 1. BPTN Wilayah I

    Nabire SPTN Wilayah I

    Kwatisore

    Atraksi ikan Hiu Paus (Rhincodon typus) Diving dan snorkeling serta pengamatan

    burung Atraksi budaya dari masyarakat seperti upacara penyambutan

    tamu dengan ritual pecah/injak piring Wisata Budaya

    Disekitar hutan bakau dan batu besar di atas bukit yaitu batu

    Akuidiomi Wisata tracking

    Hutan daratan pulau pepaya Pengamatan burung dan vegetasi

    Perairan sekitar Pulau Nusir sebelah Timur Kampung Yaur

    memiliki keindahan dan keunikan terumbu karang Berenang, snorkeling

    dan diving

    SPTN Wilayah II

    Yeretuar Burung cenderawasih (Paradisea sp.) dan Kima (Tridacna sp.)

    di tanjung Napan yaur Pengamatan burung

    Keanekaragaman dan panorama terumbu karang di Pulau

    Manimaje dan Pulau Nurage Wisata diving,

    snorkeling dan

    pengamatan burung

  • P a g e 1 6 B u l e t i n t r i t o n i s

    A r t i k e l

    1 2 3 4

    2. BPTN Wilayah II Wasior SPTN Wilayah III

    Aisandami

    Perairan sebelah utara selat Numamuram memiliki keragaman

    dan keindahan terumbu karang Berenang,

    snorkeling dan diving

    Keindahan air terjun Aisandami

    Tracking

    Perairan Utara Kampung Sobey memiliki keindahan terumbu

    karang dan air terjun Berenang,

    snorkeling dan diving

    SPTN Wilayah IV Yende

    Kesenian seruling tanbur pada acara-acara keagamaan dan

    menyambut tamu Wisata Budaya

    Kampung Yende terdapat Alkitab tua agama Nasrani terbitan

    tahun 1898 Wisata Budaya

    Air terjun Yende yang memiliki keindahan dan keunikan

    tersendiri Tracking

    Kerangka 2 (dua) pesawat tempur Jepang sisa peninggalan

    Perang Dunia II yang jatuh disekitar kedalaman 2 meter di

    Pulau Rouw

    Diving dan snorkeling

    Keanekaragaman flora fauna Hutan daratan pulau Rouw Pengamatan burung

    3. BPTN Wilayah III Ransiki SPTN Wilayah IV

    Yembekiri

    Pelepasan perahu baru dilaksanakan oleh masyarakat

    setempat dengan upacara adat yang cukup unik Wisata Budaya

    Kesenian seruling tambur dan upacara adat keagamaan di

    pulau Rumberpon Wisata Budaya

    Peninggalan Perang Dunia II berupa kerangka pesawat tempur

    Jepang yang jatuh diperairan P.Rumberpoon Terdapat titik

    penyelaman (dive

    spot) Sebelah utara Kampung Isenebuai Wisata pantai dan

    menikmati sun rise Potensi budaya peninggalan nenek moyang masyarakat setem-

    pat yaitu adanya kerangka peti disertai piring antic pra sejarah

    peninggalan suku Biak Numfor yang tersimpan di dalam goa

    serta sejarah kedatangan nenek moyang di Pulau Roswar

    Wisata Budaya

    SPTN Wilayah V

    Windesi Pulau Yoop memiliki keindahan alam bawah laut, batu anitui,

    tulang tengkorak di goa Berenang,

    snorkeling, diving

    dan memancing Pulau Nusrowi dengan hamparan pasir putih Berenang,

    snorkeling, diving

    dan memancing Pulau Purup dengan adanya telaga di tengah pulau serta

    lukisan pada dinding tebing yang diyakini merupakan

    peninggalan seni budaya nenek moyang

    Wisata Budaya,

    tracking

    Berbagai wisatawan domestik dan

    mancanegara silih berganti datang menikmati

    indahnya kawasan Taman Nasional Teluk

    Cenderawasih yang terkenal dengan Hiu Pausnya

    (whale shark). Beragam tujuan yang ingin dicapai

    oleh masing-masing wisatawan mulai dari rekreasi

    hingga penelitian, baik peneliti yang berasal dari

    luar negeri maupun peneliti dari dalam negeri.

  • P a g e 1 7 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5

    *)PEH pada BBTNTC

    Dari grafik data pengunjung berdasarkan

    bulan kunjungan di atas, Agustus merupakan

    bulan kunjungan terbanyak ke kawasan

    Taman Nasional Teluk Cenderawasih

    sebanyak 260 orang wisatawan. Tidak ada

    faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan

    terbanyak terjadi pada bulan tersebut.

    Kawasan TNTC sendiri setiap saat bisa

    dikunjungi wisatawan, termasuk hiu paus yang

    ada secara terus menerus di perairan

    Kwatisore.

    Berdasarkan data pengunjung ditahun 2014,

    wisatawan yang berkunjung ke kawasan TNTC

    mencapai 1482 orang, dengan 596 orang

    wisatawan domestik dan 886 orang wisatawan

    dari mancanegara.

    Semenjak kemunculan hiu paus di perairan

    Kwatisore, jumlah wisatawan ke TNTC terus

    meningkat sejak tahun 2011. Hiu Paus menjadi

    daya tarik wisata tersendiri karena hewan ini ter-

    golong unik, dengan ukurannya yang besar, bisa

    mencapai 18 meter namun hiu paus ini ramah

    terhadap wisatawan yang ingin melihat.

    Nah, bagi Anda yang belum berkunjung ke

    Taman Nasional Teluk Cenderawasih, sudah

    saatnya sekarang memilih tempat berekreasi di

    TN. Teluk Cenderawasih. Untuk informasi dan

    reservasi SIMAKSI silahkan kunjungi website

    Balai Besar TNTC www.telukcenderawasih-

    nat ionalpark .o rg dan emai l : te luk -

    [email protected].

    0

    Daftar Pustaka

    Kementerian Kehutanan. 2014. Statistik Balai

    Besar Taman Nasional Teluk

    Cenderawasih

    408

    993

    776596

    339

    831

    1046886

    747

    1764 1822

    1482

    1 2 3 4

    Grafik Pengunjung TNTC Dari Tahun 2011 S/D 2014

    WNI WNA Total

    2011 2012 2013 2014

    Grafik Pengunjung TNTC PadaTahun 2014 Berdasarkan Bulan Kunjungan

    A r t i k e l

  • Di Taman Nasional Teluk Cenderawasih terdapat 112

    Jenis Ikan dan 103 jenis terumbu karang dari 15 family

  • Foto: Mulyadi

  • P a g e 2 0 B u l e t i n t r i t o n i s

    T aman Nasional Teluk Cenderawasih

    (TNTC) merupakan kawasan Taman

    Nasional Laut yang memiliki

    berbagai macam potensi keanekaragaman

    sumber daya alam hayati dan ekosistem yang

    cukup tinggi, oleh karena itu kawasan ini

    layak untuk dikembangkan menjadi tempat

    tujuan wisata favorit di wilayah Indonesia

    Bagian Timur.

    Namun yang perlu menjadi perhatian

    khusus adalah kearifan lokal dalam

    pengelolaan kawasan TNTC. Karena apabila

    kita mengesampingkan kearifan lokal akan

    berdampak pada semakin menipisnya

    sumber daya alam dan peliknya upaya

    pemberdayaan masyarakat di kawasan TNTC.

    Kearifan lokal adalah modal utama

    masyarakat dalam membangun dirinya tanpa

    merusak tatanan sosial yang adaptif dengan

    lingkungan alam sekitarnya. Kearifan lokal

    dibangun dari nilai-nilai sosial yang dijunjung

    dalam struktur sosial masyarakat sendiri dan

    memiliki fungsi sebagai pedoman,

    K E A R I F A N L O K A L D A L A M

    P E M B A N G U N A N U N T U K M E N I N G K A T K A N

    K E S E J A H T E R A A N M A S Y A R A K A T D I

    K A W A S A N T N T C

    A r t i k e l

    Setiap masyarakat adat memiliki kearifan lokal mas-

    ing-masing, semakin kuat tekanan ekonomi yang

    dihadapi semakin rentan pula kearifan lokal

    masyarakat bisa hilang

    pengontrol dan rambu-rambu untuk berperilaku

    dalam berbagai dimensi kehidupan baik saat

    berhubungan dengan sesama maupun dengan

    alam. Sekarang eksistensi kearifan lokal dirasa-

    kan semakin memudar khususnya masyarakat

    yang bermukim disekitar kawasan TNTC.

    Ada dua alasan mengapa kearifan lokal turut

    menjadi elemen penentu keberhasilan pem-

    bangunan sumber daya masyarakat dan sumber

    daya alam TNTC. Pertama, karena keprihatinan

    terhadap peningkatan intensitas kerusakan

    sumber daya alam khususnya akibat berbagai

    faktor perilaku manusia. Kedua, tekanan

    ekonomi yang makin mengglobal dan dominan

    mempengaruhi kehidupan masyarakat sehingga

    secara perlahan ataupun cepat menggeser

    kearifan lokal menjadi kearifan ekonomi. Kedua

    faktor ini bekerja mendorong masyarakat

    melakukan hal bersifat destruktif terutama saat

    mengelola usaha berbau produktif mengandal-

    kan potensi sumber daya alam.

    Untuk itu bagaimana mengembalikan

    peranan kearifan lokal dalam membangun

    perekonomian masyarakat di sekitar kawasan

    TNTC agar sumber daya alam tetap lestari dan

    terjaga dalam jangka panjang. Inti dari

    pengelolaan dalam kearifan lokal yaitu

    peningkatan ketersediaan serta perluasan

    distribusi berbagai barang kebutuhan pokok

    Andry Trias Yuliana, S.Kom *)

  • P a g e 2 1 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5

    A r t i k e l

    seperti pangan, sandang, papan, kesehatan

    dan perlindungan keamanan. Peningkatan

    standar hidup yang tidak hanya berupa

    peningkatan pendapatan tetapi juga meliputi

    penyediaan lapangan kerja untuk masyarakat

    yang berada di sekitar kawasan TNTC,

    perbaikan kualitas pendidikan, serta

    peningkatan perhatian atas nilai kultural dan

    kemanusiaan yang kesemuanya itu tidak hanya

    untuk memperbaiki kesejahteraan materi

    melainkan juga untuk menumbuhkan harga diri

    pada pribadi dan bangsa yang bersangkutan.

    Perluasaan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial

    bagi setiap individu serta bangsa secara

    keseluruhan, yakni dengan membebaskan

    mereka dari belitan sikap menghamba dan

    ketergantungan.

    Kebudayaan dan kearifan lokal sangat erat

    hubungannya dengan masyarakat di sekitar

    kawasan TNTC, maknanya bahwa segala

    sesuatu yang terdapat dalam masyarakat di-

    pengaruhi oleh kebudayaan yang dimiliki oleh

    masyarakat itu sendiri. Kebudayaan dapat

    dipandang sebagai sesuatu yang turun

    temurun dari satu generasi ke generasi yang

    lain, yang kemudian disebut sebagai

    superorganic . Kearifan lokal suatu

    kelembagaan informal yang mengatur

    hubungan atas pengolahan sumber daya pada

    masyarakat. Hal ini dapat diuraikan bahwa

    tradisi (invented tradition) sebagai seperangkat

    aksi atau tindakan yang biasanya ditentukan

    oleh aturan-aturan yang dapat diterima secara

    jelas atau samar-samar maupun suatu ritual

    atau sifat simbolik, yang ingin menanamkan

    nilai-nilai dan norma-norma perilaku tertentu

    melalui pengulangan, yang secara otomatis

    mengimplikasikan adanya kesinambungan

    dengan masa lalu.

    Kearifan lokal merupakan kekuasaan dan

    potensi riil yang dimiliki suatu daerah sebagai

    aset daerah yang mendorong pengembangan

    dan pembangunan daerah. Selanjutnya dalam

    usaha membangun daerah perlu dilakukan

    pemberdayaan budaya lokal atau kearifan lokal

    yang mendukung penyusunan strategi budaya

    atau rumusan rencana kegiatan budaya di

    daerah sebagai landasan daerah di bidang

    budaya. Paradigma lama mengatakan tingkat

    perekonomian suatu daerah hanya ditentukan

    oleh mekanisme pasar dan intervensi

    pemerintah. Namun pada kenyataanya hal ini

    tidak mampu mengatasi ketidak sempurnaan

    pasar. Ketidak sempurnaan ini perlu dipertim-

    bangkan kembali, karena keterbatasan

    pemerintah dalam kemampuan personal dan

    penguasaan informasi. Selain itu, ada nilai-nilai

    setempat yang sering disebut kearifan lokal

    (local wisdom) untuk dijadikan pendukung

    pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik

    terutama untuk perekonomian yang

    berkelanjutan.

    Dengan menggunakan kearifan lokal

    sebagai strategi utama dalam perbaikan

    ekonomi di masa depan khususnya ekonomi

    berkelanjutan sangatlah tepat. Dikarenakan

  • P a g e 2 2 B u l e t i n t r i t o n i s

    masyarakat dapat mengetahui lebih jauh

    apa yang harus dilakukan dan dibutuh-

    kan dalam melakukan kegiatan ekonomi

    sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh

    masyarakat yang berada di sekitar

    kawasan TNTC. Dengan demikian

    kegiatan perekonomian masayarakat

    yang berada di sekitar kawasan TNTC

    dapat berjalan dengan baik tanpa adanya

    pengrusakan sumber daya alam yang

    merupakan potensi produktif dan dapat

    diolah oleh masyarakat sekitar TNTC.

    K e a r i f a n l o k a l m e r u p a k a n

    pengetahuan yang eksplisit yang muncul

    dari periode panjang yang berevolusi ber-

    sama masyarakat dan lingkungannya

    dalam sistem lokal yang sudah dialami

    bersama. Oleh karena itu sangat strategis

    apabila dijadikan suatu terobosan terbaru

    dalam pembangunan karena masyarakat

    mengetahui apa yang dibutuhkan dan baik

    untuk mereka. Kearifan lokal yang dikelola

    dengan sinergitas dapat menjadi motivasi yang

    kuat untuk mendapatkan insentif yang paling

    bernilai untuk pembangunan jangka panjang.

    Pembangunan sebagai suatu proses pada

    hakikatnya merupakan pembaharuan yang

    terencana dan dilaksanakan dalam tempo

    yang relatif cepat. Tidak dapat dipungkiri

    pembangunan telah membawa kita pada

    kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

    pertumbuhan ekonomi, peningkatan

    kecanggihan sarana komunikasi, dan se-

    bagainya. Akan tetapi, pada sisi yang lain, pem-

    bangunan yang hanya dipandu oleh

    pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan kea-

    manan yang dalam kenyataan- nya telah mening-

    katkan kesejahteraan sebagian dari keseluruhan

    kehidupan masyarakat telah pula menciptakan

    jarak yang lebar antara kecanggihan dan keterbe-

    lakangan.

    Diantara fenomena atau wujud kearifan lokal,

    yang merupakan bagian inti kebudayaan adalah

    nilai-nilai dan konsep-konsep dasar yang

    memberikan arah bagi berbagai tindakan. Meng-

    gali dan menanamkan kembali kearifan lokal

    A r t i k e l

    Masyarakat yang berada di dalam kawasan TNTC selalu menggunakan peralatan sederhana dalam mencari hasil laut

  • P a g e 2 3

    *) Tenaga Kontrak Pada BBBTNTC

    secara interen dapat dikatakan sebagai gerakan

    kembali pada basis nilai budaya daerahnya

    sendiri sebagai bagian upaya membangun

    identitas suatu daerah, yang memiliki korelasi

    menciptakan langkah-langkah strategis dan

    nyata dalam memberdayakan dan

    mengembangkan potensi (sosial, budaya,

    ekonomi, politik dan keamanan) daerah secara

    optimal serta sebagai filter dalam menyeleksi

    berbagai pengaruh budaya dari luar.

    Diperlukan kesinergisan antara stakeholder

    yang terkait agar kearifan lokal dapat terlaksana

    dengan maksimal guna pembangunan yang

    lebih baik. Diperlukannya manajemen

    kolaboratif dalam pengembangan

    kearifan lokal. Perlu diterapkan suatu

    konsep keberlanjutan, kebersamaan,

    keanekaragaman hayati, kepatuhan

    terhadap hukum adat dan subsisten

    dalam pengembangan kearifan lokal

    agar menghasilkan suatu pembangunan

    berkelanjutan yang berwawasan

    lingkungan, yang mencakup ekonomi

    yang bermanfaat, secara ekologis tidak

    m e r u s ak d an s e c a r a b u d ay a

    menghormati nilai-nilai kemanusiaan.

    - 0 -

    Sumber :

    Fauzana. 2011. Peranan Kearifan Lokal

    Dalam Pembangunan

    E d i s i I A p r i l 2 0 1 5

    A r t i k e l

  • P a g e 2 4 B u l e t i n t r i t o n i s

    1 2

    3 4

    5 6

    IMAGES

  • P a g e 2 5 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5

    8

    7

    1. Apel pada kegiatan

    penanaman Hari Bhakti

    Rimbawan ke 32

    2. Asisten I Provinsi Papua Barat

    menyerahkan bibit kepada

    perwakilan rimbawan

    3. 4. 5. 6. Para keluarga

    rimbawan dalam kegiatan

    jalan santai Hari Bhakti

    Rimbawan

    7. Upacara peringatan Hari

    Bhakti Rimbawan ke 32

    8. Penyerahan hadiah pada

    peringatan Hari Bhakti

    Rimbawan

    Keterangan foto

  • P a g e 2 6 B u l e t i n t r i t o n i s

    K awasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) ditetapkan dengan luas 1.453.500 Ha, terdiri dari

    68.000 Ha daratan yang meliputi 12.400 ha

    (0,85 %) pesisir pantai, 55.800 ha (3,84 %)

    daratan pada pulau-pulau, 80.000 ha (5,5 %)

    terumbu karang dan luas lautan 1.305.500 ha

    (89,8 %) merupakan Taman Nasional laut yang

    terluas di Indonesia.

    Sektor pariwisata dirasakan oleh para ahli

    sebagai jalan terbaik untuk mengatasi berbagai

    tekanan yang terjadi di berbagai kawasan

    konservasi, termasuk kawasan taman nasional.

    Sebagai salah satu kawasan konservasi, taman

    nasional memiliki sejumlah keunikan,

    keindahan panorama alam, nilai historis yang

    bernilai wisata serta sangat potensial apabila

    dikelola dengan baik.

    Taman Nasional Teluk Cenderawasih

    merupakan salah satu taman nasional yang

    dapat dikembangkan sebagai obyek wisata

    alam, karena TNTC tidak hanya memiliki

    keanekaragaman sumber daya alam yang ber-

    nilai ekonomis tinggi, tetapi juga memiliki

    sejumlah keunikan, keindahan panorama alam

    serta nilai historis. Industri pariwisata

    merupakan salah satu jalan keluar terbaik

    bukan hanya ditinjau dari segi finansial, tetapi

    juga tujuan kelestarian kawasan dapat

    tercapai. Faktor-faktor yang mempengaruhi

    keberhasilan industri wisata, diantaranya:

    sumber daya manusia, sumber daya alam

    (obyek wisata) dan promosi (pemasaran).

    Salah satu potensi wisata kawasan TNTC

    yang sudah terkenal, yaitu aktraksi Hiu Paus

    (Rhincodon typus). Hiu Paus merupakan ikan

    PENGARUH KEBERADAAN HIU PAUS (Rhincodon typus) TERHADAP KUNJUNGAN

    WISATAWAN KE TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

    A r t i k e l

    MVErdman Tasurruni, S.Hut *)

  • P a g e 2 7 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5

    A r t i k e l

    terbesar dengan panjang bisa mencapai

    14m, sepanjang hidupnya melakukan

    pergerakan/ migrasi sehingga seringkali

    hanya dapat dijumpai waktu-waktu tertentu

    pada jalur migrasinya. Sekawanan Hiu Paus

    (Rhincodon typus) kerap kali menampakkan

    dirinya di permukaan air. Umumnya mereka

    muncul di sekitar bagan (rumah terapung

    tempat menangkap ikan). Namun hal yang

    sangat menarik di kawasan TNTC adalah

    keberadaan Hiu Paus dapat ditemukan setiap

    hari sepanjang tahun di yang banyak

    ditemukan di sepanjang perairan Kwatisore

    yang termasuk Zona Tradisional TNTC.

    WWF telah melakukan penelitian Hiu Paus

    yang bekerja sama dengan Balai Besar TNTC,

    Hubbs-Sea World Research Institute (HSWRI),

    Insitut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas

    Papua (UNIPA) sejak tahun 2011, dan

    melakukan pemantauan hiu paus di tiga

    wilayah di TNTC, (Kwatisore, Napan Yaur dan

    Wasior). Dari hasil penelitian didapatkan data

    untuk menunjang dalam promosi Hiu Paus di

    TNTC. Salah satu kegiatan promosi yang

    dilakukan oleh BBTNTC sebagai pengelola

    diantaranya adalah mengikuti pameran baik

    lokal maupun nasional. Juga melalui media,

    seperti cerita perjalanan bertemu Hiu Paus

    yang diulas di Kompas.com, republika.co.id,

    antaranews.com, lifestyle. okezone.com, dan

    lainnya melalui rubrik Travel.

    Hal ini membuat jumlah kunjungan

    wisatawan ke TNTC meningkat, sebagaimana

    tersaji dalam tabel sebagai berikut:

    Dari grafik di atas terlihat jelas bahwa sejak

    tahun 2011 tingkat kunjungan wisatawan ke

    TNTC meningkat menjadi 747 orang dengan

    rincian 408 orang WNI dan 339 orang WNA.

    Dibandingkan dengan 4 tahun sebelumnya

    tingkat kunjungan wisatawan dari 39 orang

    sampai dengan 77 orang, perbandingan sangat

    jauh yang naik mencapai 10 kali lipat.

    Dari hasil kunjungan wisatawan tahun 2011,

    pihak pengelola semakin intensif melakukan

    promosi atraksi wisata Hiu Paus ini. Hasilnya

    pada tahun 2012 terjadi peningkatan kunjungan

    wisatawan menjadi 1764 orang. Kegiatan-

    kegiatan peningkatan daya tarik wisata terus

    dilakukan dengan mengikuti pameran-pameran

    tingkat nasional, liputan tentang kawasan TNTC

    di stasiun tv nasional dan bekerja sama dengan

    pihak swasta dalam menyediakan travel wisata

    ke kawasan TNTC. Sampai saat ini, pihak

    pengelola telah bekerja sama dengan Tur

    operator yang sebagian besar berasal dari Bali.

    Mereka menyediakan paket perjalanan wisata

    dan salah satu andalan promosinya adalah

    aktraksi Hiu Paus.

    Dari data laporan tahunan TNTC 2014

    terlihat peningkatan jumlah Penerimaan Negara

  • P a g e 2 8 B u l e t i n t r i t o n i s

    menarik. Selain itu, BBTNTC harus mengadakan

    kerjasama dan kesepahaman (MoU) dengan

    pihak terkait agar kerjasama yang ada dapat

    lebih jelas dan tertib. Pengembangan dan

    pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam

    yang optimal di kawasan Taman Nasional Teluk

    Cenderawasih dapat terwujud jika ada

    harmonisasi pengelolaan TNTC dengan

    melibatkan semua pihak/stakeholders yang

    berkepentingan.

    - 0 -

    Sumber :

    Kementerian Kehutanan. 2014. Buku Tahunan

    Balai Besar Taman Nasional Teluk

    Cenderawasih

    Kementerian Kehutanan. 2014. Statistik Balai

    Besar Taman Nasional Teluk

    Cenderawasih

    http://www.antaranews.com/

    berita/450933/113-ekor-hiu-paus-

    ditemukan-di-papua di akses tanggal 10

    Juni 2015

    Bukan Pajak (PNBP) yang diterima oleh BBTNTC,

    tahun 2013 sebesar Rp. 295.634.341,- dan

    tahun 2014 sebesar Rp. 369.999.000,- (66,53

    % dari target). Jumlah PNBP TNTC terus

    meningkat seiring meningkatnya kunjungan

    wisatawan.

    Tentunya wisatawan harus mengikuti aturan

    yang telah ditetapkan oleh pihak pengelola

    selama melakukan trip wisatanya. Mereka

    diwajibkan membayar tiket masuk TNTC sesuai

    dengan Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun

    2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis PNBP

    yaitu Rp 5.000 untuk turis domestik, dan

    Rp 150.000 untuk turis asing, Snorkeling

    Rp 15.000, dan diving Rp 25.000. Setiap kapal

    yang akan melakukan trip wisata harus

    mengurus Surat Ijin Memasuki Kawasan

    Konservasi (SIMAKSI) dan akan didampingi oleh

    satu orang petugas BBTNTC sebagai tour guide.

    Pihak pengelola harus terus melakukan

    promosi-promosi wisata tentang wilayah TNTC

    bukan hanya dari aktraksi Hiu Paus saja, karena

    potensi wisata yang ada masih banyak yang

    A r t i k e l

    *) PEH Pada BBBTNTC

    G.Allen

  • P a g e 2 9 E d i s i I A p r i l 2 0 1 5

    O p i n i

    Donatus Awujani*)

    SAATNYA POLISI KEHUTANAN

    BEKERJA LEBIH PROFESIONAL

    P ada masa pendudukan Belanda selama tiga setengah abad (1592 s/d 1942) Polisi Kehutanan sudah dikenal dengan sebutan Pengalasan yang berarti seseorang yang mem-iliki tugas mengawal hutan. Pada tahun 1870 diterbitkan Peraturan Agraria untuk menen-tukan batas kawasan hutan dan tahun 1880 ditindak lanjuti dengan pembentukan organisasi Poli-

    si Kehutanan (Boschwacter) yang bertugas mengawasi pelanggaran batas hutan yang telah

    ditetapkan, sehingga dipandang perlu untuk regenerasi Boschwacter. Untuk pertama kalinya, pa-

    da tahun 1941 Sekolah Polisi Kehutanan dibuka di Madiun. Pada tanggal 8 Maret tahun 1942

    di saat Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, dua Sekolah

    Middelbare Bosbourschool (SMB) dan Sekolah Polisi Kehutanan (SPK) di zaman Pemerintah

    Belanda di Madiun ditutup dan didirikan kembali pada bulan Oktober 1943 dengan nama Sinrin

    Keisatu Gaklo untuk mendidik Mantri Polisi Kehutanan yang berasal dari pejabat penjaga hutan

    (Boswacher) atau juru kehutanan (Mandor Kehutanan). Saat itu Kegiatan militer menjadi prioritas

    untuk mendidik pemuda Indonesia.

    Pada tahun 1960 dibentuk Polisi Chusus (PCK) yang dibentuk melalui Pendidikan dan latihan

    dasar kepolisian dan pada tanggal 21 Desember 1966. Pelantikan pertama kali dilakukan oleh

    Menteri Pertanian Mayor TNI Soetjipto SH kemudian disingkat POL. HUTAN. Kemudian nama Pol.

    Hutan diganti lagi menjadi JAGAWANA pada tahun 1988 dengan dikeluarkan Surat Keputusan

    Menteri Kehutanan Nomor 471/Kpts-Um/1988 tanggal 30 September 1988 tentang Pemberian

    Penggunaan Nama/Istilah Bagi Alat-Alat Kepolisian Khusus. Tahun 1999 istilah JAGAWANA di-

    ganti lagi menjadi POLISI KEHUTANAN dengan dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

    Nomor 378/Kpts-V/1999 tanggal 28 Mei 1999 tentang Pencabutan Keputusan Menteri

  • Kehutanan Nomor 471/Kpts-Um/1988 tanggal

    30 September 1988 tentang Pemberian

    Penggunaan Nama/ Istilah Bagi Alat-Alat

    Kepolisian Khusus Kehutanan dengan nama

    JAGAWANA diganti menjadi POLISI KEHUTANAN

    atau disingkat POLHUT.

    Tahun 2005 illegal loging semakin marak

    terjadi dan Prsesiden mengeluarkan instruksi

    kepada 18 Instansi untuk segera memberantas

    Illegal loging. Oleh karena itu, Kementerian

    Kehutanan membentuk Satuan Polisi Hutan

    Reaksi cepat (SPORC) yang direkrut dari Polhut

    untuk dibina kembali keahliannya di Bidang

    Kepolisian. (Panduan Polisi Kehutan 2008).

    Bila dipandang dari sejarah terbentuknya

    Fungsional Polisi Kehutanan yang telah

    beberapa kali dilakukan pergantian nama. Pada

    masa pendudukan Belanda sampai pada masa

    kemerdekaan NKRI pada tahun 1945, Polisi

    Kehutanan hanya dilakukan revolusi lebih

    kepada nama sedangkan keahliannya, kurang

    diperhatikan. Karena itu, sudah saatnya seluruh

    jabatan fungsional Polhut harus didorong untuk

    meningkatkan keahliannya sehingga bisa men-

    jawab tekanan penegakan hukum dibidang

    kehutanan dan lebih luas lagi dalam

    menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

    Perambahan hutan dan pencurian hasil hutan

    semakin marak terjadi dengan modus yang se-

    makin modern yang biasanya digunakan para

    perambah hutan. Untuk menekan tindakan ter-

    sebut, dibutuhkan polisi kehutanan yang

    memiliki keahlian, kemampuan dalam membuat

    strategi, perencanaan dan penanggulangan

    preventif yang efektif, sehingga dapat menekan

    tindak pidana kehutanan.

    Untuk mencetak polisi kehutanan yang

    mempunyai keahlian seperti itu, hanya bisa

    dilakukan melalui pengembangan pengetahuan

    melalui pendidikan formal dalam bidang

    penegakan hukum kehutanan dan lingkungan

    hidup yang handal dan dapat dipercaya publik.

    Selain itu, dapat juga dilakukan melalui pening-

    katan kapasitas POLHUT dengan mengadakan

    pelatihan tentang tindak pidana kehutanan baik

    dibidang pencegahan maupun dibidang

    penindakan.

    Pada tahun 2011, diberlakukan Peraturan

    Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

    Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17

    Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Polisi

    Kehutanan dan Angka Kreditnya. Substansi

    peraturan ini adalah menggantikan Peraturan

    Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

    Negara Nomor 55/KEP/M.PAN/7/2003 tentang

    Jabatan Fungsional Polisi Kehutanan dan Angka

    Kreditnya yang sudah tidak sesuai dengan

    tuntutan pelaksanaan tugas perlindungan dan

    pengamanan hutan serta peredaran hasil hutan

    dan diperkuat dengan Peraturan Menteri

    Kehutanan Nomor 75/ Menhut-II/2014 tentang

    Polisi Kehutanan. Peraturan ini sebenarnya

    sedikit memberikan angin segar bagi kinerja

    Polisi Kehutanan untuk meningkatkan kariernya

    karena jabatan fungsionalnya sudah sampai

    pada golongan IV C.

    P a g e 3 0 B u l e t i n t r i t o n i s

    O p i n i

  • E d i s i I A p r i l 2 0 1 5 P a g e 3 1

    O p i n i

    Lalu muncul pertanyaan baru, apakah

    dengan tambahan golongan fungsional polhut

    yang tadinya hanya sampai golongan III/d dan

    sekarang jabatan fungsionalnya bisa naik

    sampai pada golongan IV/C dapat meningkat-

    kan Kinerja Polhut? Menurut perspektif penulis,

    tidak ada jaminan yang bisa membuktikan

    bahwa dengan perubahan golongan fungsional

    polhut dapat menigkatkan kualitas kinerjanya

    karena sebenarnya, kinerja POLHUT sangat di-

    pengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya

    adalah seorang Polhut harus mengetahui

    prinsip - prinsip dasar penegakan hukum, harus

    bisa menguasai permasalahan di lapangan,

    sehingga diharapkan Polhut dapat memberikan

    solusi dalam pemecahan masalah yang ada di

    lapangan.

    Prinsip dan Asas di dalam KUHAP sebagai

    berikut yaitu Asas legalitas: Asas legalitas

    dalam KUHAP dilandaskan pada Negara Hukum

    (the rule of low) berdasarkan pancasila dan UUD

    1945 dimana negara menjamin setiap warga

    negara sama kedudukannya di dalam hukum

    dan pemerintahan. Maksud dari asas ini, yakni:

    nullum delictum nulla poena sine praevia lege

    poenali menegaskan pada jajaran aparat

    penegak hukum tidak dibenarkan bertindak

    diluar ketentuan hukum, bertindak sewenang-

    wenang. Asas Keseimbangan: asas ini

    menyatakan bahwa dalam setiap penegakan

    hukum harus berlandasakan prinsip keseim-

    bangan yang serasi yaitu perlindungan terhadap

    harkat dan martabat manusia, perlindungan

    terhadap kepentingan dan ketertiban

    masyarakat; Asas Praduga Tak bersalah: Asas

    ini menegaskan bahwa setiap orang yang sudah

    disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau

    dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib

    dianggap tidak bersalah sampai adanya

    putusan pengandilan yang menyatakan

    kesalahannya dan memperoleh kekuatan

    hukum tetap.

    Karena itu penegakan hukum bidang

    kehutanan dan lingkungan hidup harus mem-

    perhatikan ketiga asas tersebut di atas,

    bertindak profesional dan fokus kepada tugas

    pokok dan fungsi polisi kehutanan. Jika

    diabaikan salah satu asas di atas maka akan

    berakibat buruk bagi kinerja penegak hukum itu

    sendiri atau para polisi kehutanan yang

    bertugas di lapangan, karena tugas pokok Polisi

    kehutanan adalah mencegah dan membatasi

    kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil yang

    disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,

    kebakaran, daya daya alam, hama serta

    penyakait dan mempertahankan dan menjaga

    hak hak negara, masyarakat, dan perorangan

    atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan,

    investasi serta perangkat yang berhubungan

    dengan pengelolaan hutan. Dimana akibat dari

    tugas pokok ini sudah pasti menghadapi banyak

    tantangan.

    Karena itu dengan Peraturan Presiden

    Nomor 16 tahun 2015 tentang Kementerian

    Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang

    menetapkan Direktorat Jenderal Penegakan

  • karena itu bekerjalah sesuai aturan yang

    berlaku, perlu ketelitian dalam membuat suatu

    keputusan. Sebab, setiap pekerjaan mempunyai

    resiko dan apapun yang terjadi dalam

    pelaksanaan tugas kita, harus dianggap sebagai

    bagian dari kehidupan. Selama proses regulasi

    dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang

    benar jangan pernah takut karena kebenaran

    ada dipihak anda baik.

    - 0 -

    Pustaka:

    Panduan Polisi Kehutan 2008.

    Panduan Praktis Litigasi di bidang lingkungan

    hidup dan pengelolaan sumber daya alam

    untuk aparat penegak hukum dan masyarakat

    (Oktavianus Rizwa S.H dkk)

    P a g e 3 2 B u l e t i n t r i t o n i s

    Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan

    merupakan terbosan baru yang sangat baik dan

    harus diberi apresiasi kepada Presiden dan

    Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang

    mendukung dan menetapkan peraturan ini.

    Karena peraturan tersebut merupakan tindak

    lanjut dari Peraturan Menteri Kehutanan

    Republik Indonesia Nomor 5/ Menhut-II/ 2010

    tentang Standar Peralatan Polisi Kehutanan,

    Peraturan Menteri Kehutanan Republik

    Indonesia Nomor P. 33/ Menhut-II/ 2012

    tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

    Kehutanan Nomor P. 40/ Menhut-II/ 2010

    tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

    Kehutanan dan Peraturan Menteri Kehutanan

    Nomor 75/ Menhut-II/ 2014 tentang Polisi

    Kehutanan. Hal ini berarti bahwa pembentukan

    Direktorat Jenderal Penegakan Hukum

    Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan mem-

    berikan ruang gerak yang lebih kepada para

    Polisi Kehutanan.

    Dari beberapa Peraturan Pemerintah yang

    telah diuraikan sesuai pandangan penulis

    diatas, bahwa hal tersebut merupakan bagian

    dari strategi yang dilakukan pemerintah untuk

    mendukung kinerja polhut agar lebih terarah,

    fokus kepada tugas pokok dan fungsi yang

    sebenanya. Hindari kolusi, korupsi dan

    nepotisme karena tantangan menanti dalam

    mengaplikasikan tugas di lapangan.

    Akhir kata, Penulis ingin menyampaikan

    bahwa, sebagus apapun aturan yang dibuat

    akan tetap berdampak pada pengaplikasiannya,

    *) Polhut Pelaksana pada BBTNTC

    O p i n i

  • E d i s i I A p r i l 2 0 1 5 P a g e 3 3

    B i o d i v e r s i t y

    MENGENAL Bruguiera gymnorrhiza (L.)

    Lamk.

    B ruguiera gymnorrhiza yang dikenal dengan nama Putut, Lindur, Tanjang merah, Tumu atau Kendeka adalah sejenis perdu atau pohon kecil penghuni

    hutan bakau, yang merupakan salah satu jenis mangrove

    sejati (true mangrove) golongan mayor (major component)

    dari keluarga Rhizophoraceae. Vegetasi ini biasanyanya di

    jumpai menempati habitat mangrove dibagian dalam zona

    intertidal ini menyebar luas di pantai-pantai Samudra Hindia

    semenjak Afrika timur, Madagaskar, India, Asia Tenggara,

    dan Indonesia, serta menyeberang hingga Australia tropis

    dan Pasifik barat.

    Klasifikasi

    Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

    Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

    Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

    Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

    Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

    Sub Kelas: Rosidae

    Ordo: Myrtales

    Famili: Rhizophoraceae

    Genus: Bruguiera

    Spesies: Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk.

    Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama-nama lokal seperti Pertut (Aceh); Taeup, Tenggel

    (Sim.); Putut, Tumu (Riau); Kandeka (Btw.); Tanjang (Jw.); Lindur (Md.); Sala-sala (Bug.); Tongke,

    (Amb.). Juga bako, bangko, wako, mangi-mangi, mutut besar, sarau, tanjang merah, tomo,

    Totongkek. Namanya di negara lain di antaranya: Bakau besar, Betut, Tumu, Tumus, Tumbus

    (Mal.); Bakau, Bakauan, Busiin, Busaing, Pututan, Patutan, Patotan, Pototan (Fil.); Arara, Mapeke

    (PNG), Vet d bng d (Viet.), prasak, pangka hua sum dok khao (Thai.), basac kroahom (Kamb.)

    Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Large-leafed mangrove, Oriental mangrove atau Orange

    mangrove.

    Vemmy Y. Wyzer, S.Hut*)

  • B I O D I V E R S I T Y . . .

    P a g e 3 4 B u l e t i n t r i t o n i s

    sehingga bentuknya menyerupai lutut.

    Normalnya akar lutut dijumpai pada substrat

    berpasir, berlumpur atau tanah liat yang

    kadang tergenang dalam waktu cukup lama.

    Fungsi akar lutut adalah untuk membantu

    menyerap oksigen dari udara.

    Ekologi Bruguiera gymnorrhiza

    Bruguiera gymnorrhiza merupakan jenis

    mangrove yang memiliki kemampuan adaptasi

    yang tinggi. Pohon ini kerap mendominasi hutan

    bakau tua, menandai tahap akhir perkembangan

    zona litoral dan transisi ke zona daratan yang

    lebih kering. Meski lebih umum ditemukan di

    bagian pedalaman dibandingkan dengan di zona

    intertidal bawah atau di sisi yang berhadapan

    langsung dengan laut, pohon ini mampu hidup

    di pelbagai kondisi salinitas dari yang hampir

    tawar hingga air laut, dengan berbagai tingkat

    penggenangan hutan bakau dan aneka jenis

    substrat. Bruguiera gymnorrhiza tumbuh baik

    di wilayah berlumpur, berpasir, dan sesekali

    juga di lumpur bergambut.

    Bruguiera gymnorrhiza berbunga dan

    berbuah disepanjang tahun. Bunganya

    Pengenalan Jenis Bruguiera gymnorrhiza

    Pohon yang selalu hijau, tinggi hingga 15 m

    (jarang sampai 30 m), dengan pepagan

    berwarna abu-abu gelap hingga coklat,

    berlentisel. Pangkal batang sering dengan

    banir dan dengan banyak akar lutut.

    Daun-daun berhadapan dalam kelompok di

    ujung ranting, agak tebal seperti jangat,

    bentuk jorong, 4,5 - 7 8,5 - 22 cm, hijau tua

    di atas dan kekuningan di sisi bawah,

    bertangkai 2 - 4 cm, dengan daun penumpu

    (stipule) panjang runcing di pucuknya. Tangkai

    daun dan daun penumpu sering tersaput

    warna merah atau kemerahan.

    Bruguiera gymnorrhiza kelopaknya tebal

    dan taju mahkotanya berambut di sisi

    belakangnya. Bunga soliter di ketiak daun,

    menggantung pada tangkai sepanjang 9 - 25

    mm. Kelopak serupa mangkuk dengan sisi

    luar mulus atau paling-paling berlekuk, jarang

    berusuk, bertaju panjang runcing 10 - 14 (16)

    buah, hijau kuning kemerahan hingga merah

    terang. Helai mahkota berjumlah 10 - 16,

    putih krem lama-kelamaan jingga kecoklatan,

    masing-masing 13 16 mm panjangnya,

    berambut halus di sisi belakangnya, berbagi

    dua, dengan 2 - 3 lembar rambut halus

    sepanjang lk. 3 mm di ujung taju mahkota dan

    selembar rambut di tengah lekukannya.

    Buah melingkar spiral, 2 - 2.5 cm

    panjangnya, penampangnya bundar. Yang

    biasanya dikira buah sesungguhnya adalah

    hipokotil, yakni buah yang telah berkecambah,

    berbentuk seperti cerutu ramping, 12 - 25 cm

    panjang 1 - 2 cm gemang, hijau tua,

    dengan penampang bundar atau sedikit

    menyegi.

    Bentuk perakaran Bruguiera gymnorrhiza

    adalah akar lutut yaitu akar yang muncul dari

    tanah kemudian melengkung ke bawah

    B i o d i v e r s i t y

  • P a g e 3 5

    diserbuki burung. Propagulnya (buah yang

    berkecambah) terapung-apung dibawa arus

    dan pasang-surut air laut, hingga tersangkut

    dan tumbuh besar menjadi pohon baru.

    Habitat

    Jenis ini merupakan ciri daratan hutan

    bakau, biasanya tumbuh pada tanah yang agak

    kering, beraerasi baik. Sering terdapat di

    daerah pasang surut dari sungai. Kadang-

    kadang jenis ini membentuk tegakan murni,

    tapi sering berasosiasi dengan jenis-jenis

    Rhizophora, terutama Rhizophora apiculata

    Blume, tetapi juga dengan Ceriops tagal (Perr.)

    C.B. Robinson dan Xylocarpus moluccensis

    (Lamk) M. Roemer. Tanjang mengindikasikan

    sebuah vegetasi klimaks dari hutan-hutan

    mangrove (littoral forests), sebelum menjadi

    hutan daratan. Jenis ini merupakan jenis yang

    toleran terhadap naungan, dan dapat tumbuh

    sendiri walaupun di daerah tegakan murni

    Rhizophora L. Regenerasi setelah tumbang

    biasanya jarang atau bahkan tidak ada. Jenis

    ini telah membuktikan dapat tumbuh,

    berbunga, berbuah dan bahkan beregenerasi

    pada air rawa buatan,. Sesungguhnya jenis ini

    peka terhadap kadar garam tinggi, mati

    seketika pada konsentrasi NaCl di atas 3%.

    E d i s i I A p r i l 2 0 1 5

    B i o d i v e r s i t y

    Perbanyakan

    Kecambahnya dapat dikoleksi dari pohon

    atau yang telah berjatuhan di tanah. Semai

    dapat ditanam di kebun bibit, dan di pindah

    ke lahan setelah 3 - 4 bulan, berjarak 3 m x 1

    m. Kecambah tumbuh paling baik bila

    mengalami terpaan gelombang laut dengan

    kisaran sekitar 0.35 m dan salinitasnya 1 -

    2.5%. Kecambah dapat tetap hidup,

    mengapung di air selama 5 - 6 bulan. Hal

    tersebut yang memungkinkan Tanjang

    memiliki daerah penyebaran yang luas.

    Manfaat Bruguiera gymnorrhiza

    Bruguiera gymnorrhiza terutama dinilai

    penting sebagai jenis pohon mangrove yang

    mampu beradaptasi dengan baik pada

    pelbagai kondisi tanah, salini tas,

    penggenangan pasang-surut air laut, dan juga

    naungan. Dianjurkan ditanam bersama

    dengan jenis mangrove lainnya, pohon ini

    dianggap mampu membantu menstabilkan

    tanah, melindungi pantai, dan memperkaya

    mangrove sebagai habitat aneka fauna.

    Kayunya dinilai sebagai jenis kayu bakar

    terbaik. Kayu ini mudah terbakar, sekalipun

    baru ditebang, dan menghasilkan panas yang

    tinggi; sehingga disukai sebagai pasokan

    dapur pembakaran batu bata dan kapur.

    Kayu putut juga berat, keras, dan kuat; awet

    digunakan sebagai tiang rumah dan pondasi

    dalam tanah berawa. Kayu ini lebih awet lagi

    bila digunakan di bawah atap.]

    Pepagan (kulit batang) Bruguiera

    gymnorrhiza merupakan bahan penyamak

    yang baik. Pepagan ini mengandung tanin

    rata-rata antara 28,5 - 32,2%. Secara

    tradisional, pepagan putut digunakan untuk

    mewarnai (hitam) kain dan mengawetkan

    (ubar) jala. Dalam jumlah kecil, pepagan ini

    juga dipakai untuk membumbui ikan.

  • B I O D I V E R S I T Y . . .

    P a g e 3 6 B u l e t i n t r i t o n i s

    Di samping itu, pepagan Bruguiera

    gymnorrhiza memiliki khasiat pengobatan yang

    cukup banyak. Penduduk Solomon

    memanfaatkan pepagan ini untuk aborsi dan

    untuk menyembuhkan luka bakar. Di Indonesia,

    bahan ini digunakan untuk mengobati diare dan

    demam. Sementara di Kamboja, pepagan putut

    dipakai sebagai anti malaria dan juga

    mengobati kanker.

    Di pulau-pulau terpencil, daun-daun

    mudanya digunakan sebagai lalap atau

    sayuran. Bagian dalam hipokotil (buah) putut,

    setelah diolah terlebih dulu, dimanfaatkan

    sebagai pengganti makanan pokok di masa

    paceklik. Oleh masyarakat buah ini dapat

    dimanfaatkan untuk nasi sebagai bahan

    pencampur beras dimana buah yang di

    manfaatkan adalah buah yang sudah tua atau

    dewasa dengan ciri-ciri buah berwarna hijau

    kecoklatan. Buah ini juga dijadikan semacam

    nyamikan yang dikenal sebagai manisan

    kandeka.

    Di beberapa negara tumbuhan ini digunakan

    untuk membuat cat, parfume, sementara di

    Indonesia buah ini belum dimanfaatkan secara

    optimal. Berdasarkan hasil penelitian tanaman

    lindur (B. gymnorrhiza) merupakan salah satu

    jenis mangrove yang dapat dimanfaatkan

    sebagai sumber pangan baru, karena spesies

    ini mengandung karbohidrat yang tinggi.

    Dimana berdasarkan penelitian mengenai

    tepung buah Bruguiera gymnorrhiza dan

    didapatkan kadar air 11,63%, kadar abu

    1,40%, kadar lemak 3,21%, kadar protein

    1,85%, dan kadar karbohidrat 81,89%.

    Penelitian lainnya menunjukkan kandungan

    energi buah mangrove jenis ini adalah 371

    kalori per 100 gram, lebih tinggi dari beras

    (360 kalori per 100 gram), dan jagung (307

    kalori per 100 gramoleh karena itu potensi

    buah ini perlu dimanfaatkan secara optimal,

    salah satunya dalam pembuatan biskuit

    sebagai bahan dasar bukan terigu. Keuntungan

    dari pemanfaatan tepung buah Bruguiera

    gymnorrhiza dalam pembuatan biskuit ini yaitu

    sumberdaya lokal yang terdapat di Indonesia

    dapat dimanfaatkan dan mengurangi impor biji

    gandum.

    - 0 -

    Daftar Pustaka

    Bengen, G.G. (2001). Pengenalan dan

    Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL-

    IPB. Bogor

    HEYNE, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia,

    jil. 3: 1496-1497. Yay. Sarana Wana Jaya,

    Jakarta. (sebagai Bruguiera gymnorhiza

    Lamk.)

    Marwa, J. (2004). Materi Diklat Perencanaan

    Pengelolaan Hutan Mangrove. BLK

    Manokwari

    Noor, R.Y.,M. Khazali,. I.N.N Suryadipura

    (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di

    Indonesia.PKA/WI-IP. Bogor

    B i o d i v e r s i t y

    *) PEH Balai Besar TNTC

  • P a g e 3 7

    yang orang pada umunya mengetahui bahwa

    ada perusahan kayu bekerja disana sejak 2

    tahun lalu di wilayah sekitar kampung Dusner.

    Dengan alibi meningkatkan pendapatan

    masyarakat lokal, pendapatan PEMDA serta ber-

    janji tidak akan merusak ekosistem pantai

    dengan program penanaman kembali pohon

    setelah ditebang akan dilakukan, namun

    kenyataannya saat ini sebagian penduduk

    setempat mengeluh bahwa sungai tercemar,

    dusun sagu hilang dan saat ini terjadi pertikaian

    antara marga karena terjadi penimbunan

    pantai untuk dijadikan logpond (lokasi

    pengumpulan dan pengangkutan kayu).

    Kampung Dusner merupakan salah satu

    kampung yang terletak di Kabupaten Teluk

    Wondama di Distrik Kuri wamesa dengan jumlah

    penduduk Kuri Wamesa menurut Buku

    Kabupaten dalam Angka tahun 2013 berjumlah

    1.242 jiwa. Kampung Dusner kini telah terbagi

    menjadi 2 kampung yakni Mandarisi dan Siwo

    Sawo. Umumnya penduduk disana memiliki ting-

    kat pendidikan SD sehingga memiliki mata

    pencaharian sebagai nelayan dan petani, namun

    dengan dibukanya kabupaten Teluk wondama

    yang letaknya 20 menit perjalanan menyeberang

    laut kearah timur menyebabkan akses

    pendidikan semakin mudah diperoleh

    masyarakat disana, meskipun nama kampung

    telah berubah menjadi mandarisi dan siwo sawo

    namun kampung itu lebih dikenal sebutannya

    sebagai Dusner.

    Di Dusner telah dilakukan sosialisasi zonasi

    dan penyadartahuan tentang pengelolaan

    lingkungan secara lestari baik oleh WWF ID

    sendiri maupun kerja sama dengan BBTNTC

    P endekatan saya untuk peningkatan keterlibatan publik dalam mendukung kegiatan konservasi kali ini benar-benar

    perlu dipertegas, tidak saja datang dan ber-

    temu dengan mereka petinggi masyarakat

    namun saya merasa perlu mendampingi terus

    berbagai kegiatan mereka, baik di

    pemerintahan, masyarakat hingga keagamaan.

    Ini salah satu resolusi saya di tahun 2015

    Sore itu seperti biasa setelah menghabiskan

    pekerjaan dikantor saya berjalan-jalan keareal

    pelabuhan yang katanya tempat nongkrong

    asik para anak muda di sekitar Wasior, saya-

    pun tidak mau ketinggalan masa dan sambil

    melepas lelah dengan berbekal motor bebek

    fasilitas dari kantor, saya duduk sendiri me-

    mandang kearah matahari terbenam dibalik

    gunung tanah besar wamesa, indah sekali

    pemandangan disana matahari keemasan dan

    warna hijau dari hutan serta sedikit awan me-

    nutupi membuat mata saya menjadi segar

    kembali setelah melihat layar laptop sepanjang

    hari itu, namun saya terhenti pada bayangan

    tanah di sebagian tanjung yang telah dipotong

    sehingga yang ada hanya berupa sepenggal

    roti coklat raksasa diatas laut, kasihan ,,,,

    Sebenarnya sudah lama pemandangan itu

    terus mengganggu pikiran saya bahwa telah

    terjadi pembukaan lahan di seberang sana

    E d i s i I A p r i l 2 0 1 5

    K a b a r K a w a s a n

    Feronika Manohas*)

    ANTARA HUKUM ADAT DAN

    HUKUM MODERN

    Akhirnya saya sadar bahwa pentingnya hukum

    adat dalam kehidupan masyarakat di tanah

    papua

  • P a g e 3 8 B u l e t i n t r i t o n i s

    kepada perusahaan sampai sekarang?

    Bapak: Itu sudah ibu kita sudah tandatangan

    kesepakatan dan sudah dibayar, lagi pula

    bukan cuma satu marga saja disana tapi

    banyak jadi, kitong tidak bisa sepakat, ada yang

    tidak mau tapi banyak yang setuju! sedangkan

    beberapa masyarakat juga jadi pekerja disana,

    biar sudah kita lihat sampai kapan

    Sore itu setelah berdiskusi dengan ketua

    LMAN (Bpk A B Waprak) panjang lebar tentang

    Dusner sebagai kawasan TNTC, saya kembali ke

    kantor untuk membrowse semua informasi

    tentang aturan reklamasi pantai, kawasan

    konservasi dan aturan perikanan untuk

    dipelajari.

    Gelar sidang adat kedua, lagi-lagi setelah 2

    jam saya menunggu dan berdiskusi dengan be-

    berapa tua-tua adat yang telah hadir tepat

    waktu sesuai dengan kesepakatan pertama.

    Siang itu pihak perusahaan telah hadir namun

    salah satu tua-tua adat dari marga Imburi tidak

    hadir, maka sidang ditunda hingga 2 hari

    berikutnya. Kali ini dalam diskusi sidang kedua

    LMA mengkonfirmasi tentang keterlibatan DKP

    dan WWF dalam pembukaan lahan Logpond

    yang dituding telah bekerja sama dengan pihak

    perusahaan disana. Kamipun terhentak untuk

    meminta klarifikasi permasalahan ini, yakni

    sejak kapan kami bekerja sama dengan

    perusahaan perusak alam tersebut? Apalagi

    sampai melakukan reklamasi pantai? Diskusi

    berjalan hingga 2 jam, penjelasan demi

    penjelasan dilakukan mulai dari menanyakan

    apa bentuk kerjasamanya hingga dokumen pen-

    dukung yang ada maka berakhirlah diskusi kami

    dengan pengakuan salah satu perwakilan dari

    marga karuapi yakni tidak ada kerja sama

    dengan DKP atau WWF disini namun kegiatan

    ini pastilah sudah diketahui namun kenapa dari

    dua pihak instansi ini tidak melarangnya atau

    bahkan papan informasi zonasi saat ini telah

    terpampang baik di balai pertemuan

    kampungnya, namun informasi tetap saja

    menjadi informasi kebutuhan ekonomilah yang

    utama dipersiapkan.

    Jelang sebulan dari jalan-jalan sore itu, saya

    dikunjungi oleh salah satu anggota pengurus

    Lembaga Masyarakat Adat Nusantara (LMAN)

    yang mengundang kami dari pihak WWF agar

    dapat menghadiri sidang adat gugatan salah

    satu marga di Kampung Dusner tentang

    kegiatan reklamasi pantai yang dilakukan oleh

    perusahaan kayu yang beroperasi disana. Nah

    Inilah kesempatan saya untuk memberikan

    mereka beberapa sentakan manis kepada

    pemilik hak ulayat.

    Gelar sidang adat pertama dibuka pada

    pukul 13.00 WIT setelah melenceng 3 jam dari

    jadwal undangan yang telah disebarkan kemarin

    dengan hasil sidang yakni ditunda hingga 2 hari

    berikutnya karena ada beberapa keret/marga

    pemilik hak ulayat dan pihak perusahaan yang

    tidak hadir pada saat itu, saya tidak sendiri di

    sana ternyata LMAN mengundang Dinas

    Kelautan dan Perikanan (DKP) Kab Teluk

    Wondama untuk hadir dalam pertemuan ini,

    meskipun sedikit tahan lapar dan kecewa

    karena sidangnya tidak berjalan namun saya

    berhasil menyampaikan kepada beberapa

    marga pemilik hak ulayat disana tentang

    dampak dari pembukaan hutan untuk masyara-

    kat pesisir, sedikit kutipan pembicaraan saya

    dengan salah satu perwakilan dari tua tua

    adat disana:

    Saya : Bapa, apa yang terjadi disana? (logpond

    red)

    Salah satu tua-tua adat dari marga Imburi : Ibu,

    sebagian pantai ditutup, dusun sagu sudah

    tidak ada, sungai sudah coklat

    Saya: Kenapa bapa dorang masih kasih izin

    K a b a r K a w a s a n

  • P a g e 3 9

    menghentikannya. Ahaaaa Pernyataan yang

    menyesatkan!!

    Dari pihak DKP saat itu diwakili oleh Kabid

    Pengawasan dan Konservasi (Pak Adam) dan

    kepala Seksi Konservasi (Pak Askanar Kapisa)

    selanjutnya mengeluarkan pendapat mereka,

    Kami dari pihak DKP sudah melihat itu sejak

    lama terjadi pengrusakkan habitat, namun

    setelah mengkonfirmasi dengan SEKDA bahwa

    perusahaan ini memiliki izin yang kuat dari

    dinas Kehutanan, dan menggunakan dasar

    kesepakatan dari pemilik hak ulayat sehingga

    perusahaan ini dapat dilaksanakan, jika kami

    tindak lebih lanjut maka perusahaan dan bapa-

    bapa pemberi izin ini akan digugat! Apakah

    bapak mau? Kami bersama WWF saat ini

    sedang mempersiapkan strategi untuk

    mengatasi permasalahan ini

    Bapak Askanar Kapisa anak papua yang

    bekerja di DKP adalah salah satu tim fasilitator

    kerjasama WWF ID dengan DKP untuk program

    penjangkauan masyarakat khususnya di MPA,

    telah mengikuti pelatihan MPA101 di

    manokwari dan beberapa kali mengikuti trip

    gurano bintang untuk berdiskusi dengan

    masyarakat adat di wilayah Rumberpon dan

    Roswar. Beliau sangat sigap dan matang

    tentang konsep konservasi dan aturan adat.

    Langsung saja ruangan itu hening sejenak

    dan agak canggung, akhirnya sekertaris LMAN

    yang saat itu memimpin sidang memberikan

    pendapatnya bahwa tanah adat adalah hak

    masyarakat adat disana, mengenai aturan

    pemerintah atau aturan modern itu akan

    dibicarakan kemudian, sidang ditunda hingga 2

    hari kedepan, toktok palu di ketukan diatas

    meja tanda pertemuan hari itu di skors,

    Seketika itu juga sekertaris LMAN mendekati

    kami dan sedikit berbisik menyampaikan

    pesannya, Ibu dan bapak, maaf tadi saya

    E d i s i I A p r i l 2 0 1 5

    K a b a r K a w a s a n

    bilang begitu supaya sidang ini aman, soalnya

    kalau tong angkat lagi masalah aturan modern

    nanti dong baku melawan dalam ruangan ini

    lagi. Maaf ya kamipun langsung menerimanya

    dengan lapang dada dan berhubung belum

    makan siang maka saya cepat-cepat keluar dari

    ruangan pertemuan untuk mencari makanan di

    warung sekitar, fiuhh lagi-lagi saya salah

    strategi.

    Ternyata sekuat apapun aturan pemerintah

    atau kata ketua LMAN aturan positif atau aturan

    modern namun jika tidak sesuai dengan

    keinginan masyarakat adatnya maka aturan ter-

    sebut tidak akan berlaku. Oleh sebab itu, aturan

    modern tersebut perlu di integrasikan dalam

    aturan adat yang di yakini mampu mengatur

    pola dan kebiasaan masyarakat adat didalamya

    karena ini sudah berlaku sejak turun temurun.

    namun tentunya tidaklah mudah mengubah

    pola perilaku masyarakat yang telah terbiasa

    dengan menerima uang dalam jumlah besar