buletin pertama sman 1 abad

21
GEMA SMANSA ABAD

Upload: gusti

Post on 08-Nov-2015

85 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

SMA NEGERI 1 ABAD DENGAN GEMA SMANSA ABADNYA PADA VERSI PERTAMA

TRANSCRIPT

GEMA SMANSA ABAD

MEDIA INFORMASI SMAN 1 ABADJln. Raya Moru Pailelang

Editorial Dengan terbitnya buletin perdana ini, patutlah kita naikkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena Ia selalu bekerja bersama dengan kita dalam segala hal. Dalam pada itu, kami juga mendapat kesempatan dari Tuhan untuk mengambil bagian dalam pembangunan di bidang pendidikan --memanusiakan manusia -- khususnya di SMA Negeri 1 Alor Barat Daya, yang tercinta ini. Untuk menggapai visi mulia itu, SMAN 1 ABAD menghadirkan buletin mungil. Media ini, memuat beragam informasi, bahkan karya, yang adalah karya dari guru dan peserta didik. Ada yang berupa cerpen, puisi, dan pantun. Kami menyadari bahwa untuk peluncuran buletin edisi pertama ini, masih tidak sesempurna yang diharapkan. Masih ada banyak hal yang belum dapat kami deskripsikan. Tetapi, kami mencoba memaparkan apa yang kami dapat. Masih ada hari esok -- waktu yang cukup banyak -- untuk melengkapi kekurangan dalam bulletin ini. Tetapi kami juga menyadari, kesempurnaan itu bisa didapat dari Anda. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan penerbitan buletin edisi berikutnya. Pailelang, Juli 2012 Redaksi GEMA SMANSA ABAD Dewan Redasi

Penanggung Jawab: Musa Karsoma, S. PdPemimpin Redaksi : Dra. Sulbi MarokangPenasihat : Drs. Sem Jahapai Sitti F. Abdullah, S. PdEditor : Gusti O. Hingmane, S. Pd Oktavianus Arwin

GEMA SMANSA ABADDiterbitkan oleh: SMA NEGERI 1 ABADEdisi pertama : Juli 2012Alamat: Jln. Raya Moru - Pailelang

Sejarah Singkat Perjalanan SMAN 1 ABAD

Pada tahun 2003, berdirilah sederetan gedung SMA Negeri 1 ABAD, tepatnya di Jln. Raya Moru Pailelang. Sekolah ini berada diantara deretan pohon-pohon asam, yang diapit oleh dua kali yang berbatuan. Di situlah, berdiri dua gedung kokoh yang tidak bisa dijangkau dengan pandangan mata dari jalan umum. Tetapi, keramaiannya sangat terasa dari hiruk pikuk suara anak anak SD dan TK Pailelang yang ada dekatnya. SMA Negeri 1 ABAD tidak begitu diminati dengan alasan sarana prasarana yang tidak komplit, dengan mmemiliki tempat yang sangat rawan, apalagi siswa-siswi ada yang suka brutal. Sehingga, tidak heran, ada banyak pelajar asal Alor Barat Daya lebih cenderung memilih sekolah lain. Hal itu, bukan berarti, SMA Negeri 1 ABAD tidak kebanjiran calon siswa. Setiap tahun rombongan belajarnya hampir mencapai 5 kelas. Ruang belajar dan guru pun terbatas. Dalam suasana seperti itu, sekolah pun berinisiatif, KBM dilaksanakan pada sore hari. Dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki sekolah pada saat itu, proses belajar mengajar di SMA Negeri 1 ABAD tetap dilaksanakan. Pendidiknya sekitar delapan guru, pada saat itu, antara lain:1. Drs. An Girit Akal, sebagai Kepala Sekolah2. Drs. Sem Jahapai3. Drs. Rudolof Iluko4. Masruri Sanga, SM5. Drs. Abia Plaikol6. Marsalina Oliva Onlet, S.Pd7. Markus Karsoma, S.Pd Beberapa bulan kemudian, ada beberapa penambahan guru dan beberapa pagawai tata usaha. Tahun 2005/2006 siswa siswi SMA Negeri 1 ABAD menempuh ujian nasional yang pertama dengan prosentase hasil kelulusan 58.08 %, adalah hasil yang cukup. Untuk sekolah yang baru mengikuti ujian, tentu hasilnya tidak memuaskan, maka dari tahun ke tahun selalu membenahi diri. Ruang kelas pun bertambah, sarana laboratorium, dan perpustakaan pun didirikan. Ini berarti, ada kemajuan. Dan lebih membanggakan kami lagi, melalui prestasi siswa siswi melalui lomba, yang akhirnya membawa nama baik sekolah. Nama siswa-siswinya, antara lain:1. Yasinta Bringom, mata pelajran Kimia mewakili Kabupaten Alor ke tingkat Propinsi.2. Amal Malaikari, mata pelajran Kimia mewakili Kabupaten Alor ke tingkat Propinsi.3. Roland Akal, mata pelajaran TIK mewakili Propinsi NTT ke Jakarta4. Rafael Karmani, mata pelajran Kimia mewakili Kabupaten Alor ke tingkat Propinsi.5. Fransina Molel, mata pelajran Kimia mewakili Kabupaten Alor ke tingkat Propinsi. Tidak sedikit peserta didik tamatan SMA Negeri 1 ABAD yang kini telah menjadi manusia, yang berguna bagi bangsa dan negara. Guru-guru SMA ABAD juga berbobot, terbukti dari tahun ke tahun ada yang menjadi kepala sekolah; Korwas Kabupaten Alor; Pengawas Kabupaten Alor. Nama-nama mereka adalah sebagai berikut:1. Drs. An Girit Akal, sebagai Korwas Kab. Alor2. Drs. Abia Plaikol, sebagai pengawas mata pelajaran Bahasa Inggris3. Musa Karsoma, S.Pd, sebagai Kepala SMA Negeri 1 ABAD4. Seprianus Kallau, S.Pd, sebagai Kepala SMA Negeri Buraga5. Masruri Sanga, SM, sebagai Kepala SMP Negeri Wakapsir Ada juga beberapa guru yang meraih penghargaan sebagai guru teladan antara lain :1. Apolorinda M. Kaisan, S. Pd, yang mengasuh mata pelajaran Matematika2. Karolus Coma, S. Pd, yang mengasuh mata pelajaran Kimia SMA ABAD juga telah menelorkan kepala sekolah berprestasi tingkat kabupaten Alor yakni Bapak Drs. Abia Plaikol. Melalui deretan nama-nama di atas dapat dilihat secara sekilas SMA ABAD yang tadinya dilihat dengan sebelah mata dan tidak masuk dalam hitungan, akhirnya menjadi hitungan diantara SMA-SMA sekota Kalabahi biarpun tidak mengantongi SSN seperti yang dimiliki oleh beberapa sekolah. Dalam usia delapan tahun ini, rasa keraguan publik terhadap SMA Negeri ABAD berangsur-angsur hilang dengan hasil kelulusan yang mulai memuaskan karena bantuan dari komite sekolah, siswa-siswi dan kekompakan guru-guru dan pegawai juga dari berbagai pihak. Maka menjelang akreditasi yang kedua ini, SMA Negeri 1 ABAD terus membenahi diri dan berusaha mencapai akreditas tipa A walaupun usia masih dikategorikan muda. Harapan-harapan semua komponen khusus warga SMA Negeri 1 ABAD terus menjalin persaudaraan dan kerja sama yang baik diantara kita, dalam memupuk pemimpin-pemimpin bangsa dan jadikan wadah yang menjadi pelita bagi bangsa dan negara.

GURU-GURU SMA NEGERI 1 ALOR BARAT DAYATAHUN AJARAN 2012/2013GG

Dra. Sulbi MarokangWakasek kesiswaanDrs. Rudolof IlukoDrs. Sem JahapaiMusa Karsoma, S. PdKepala SMAN 1 ABAD

Karolus Coma, S. PdWakasek KurikulumMarkus Karsoma, S. PdAsisten Kurikulum & Wali kelas XII IPS2Imanuel M. Djaha, S. PdAsisten KesiswaanYakobus Jahapai, S. SosWakasek Sarana prasarana

Omikang A.E Kolimalai, S. PdBendahara Komite & wali kelas XII IPAPetrus Paling, S. PdWali kelas XI IPS1 & Asisten Sarana PrasaranaSitti F Abdullah, S. PdKepala Lab. IPA, wali kelas XII IPA1, & BKGregorius Konno, S. Ag

Rahel L. Boling, S. PdBastian J. Laalobang, S.SiBina Mungkabel, S. PdAsisten Kurikulum & Wali kelas XI IPA2Kifli Tulung, S. PdIWakasek Humas

Darius Kamalai, SHKepala PerpustakaanHerodiana O. Famau, S.PdPetronela Manimau, SPKepala UKSElisabeth Kolimoh, SE

Alorinda Manimakani, S.SiWali kelas XEGerson Kamuihlut, S. PdWali kelas XII IPS3Syufyan Sanga, S. PdAsisten KesiswaanDebora Kafolamau, S. PAKAsisten Humas

Pespa S. Kafolamau, S. PAKLenci Y Maromon, S. PdWali kelas XCYane S. Maarang, S. PdWali kelas XASerlince Tobmo, S. PdWali kelas XD

Gusti O. Hingmane, S. PdAsistens Kesiswaan & Bendahara KomiteSwandi D. Djahikada, S. PdWali kelas XBAladin, S. PdEliasar Kallau, S. Pd

Yunus Franmojo, S. PdDekson Malaipada, S. KomGlory N Anigomang, S.Pd

Kumpulan Cerpen

Persahabatan(Oleh: Gusti Omkang Hingmane, guru SMAN 1 ABAD)

Sudah lebih dari setengah jam Erin berkutat di depan kaca. Usai dengan wajahnya, kini Erin disibukkan dengan baju. Sebuah gaun yang sudah direncanakannya tiga hari yang lalu terpaksa urung ia kenakan setelah ia sadari belahan dadanya terlalu rendah. Sementara itu, setumpuk celana jins sudah sejak awal ia singkirkan agar tak lagi menggodanya. Sesungguhnya, diantara setumpuk pakaian yang ada di almari, jins-jins itulah yang paling menarik-narik hatinya. Seperti biasa, ia merasa lebih pe-de, lebih gaul jika mengenakan jins dan t-shrt. Erin merasa, ia tak pernah mati gaya jika memakai celana jins. Tapi di depan camer, alias calon mertua, Erin yakin bahwa tanpa bilang pun Raka pasti menghendaki ia tampil 'lebih cewek'. Dan sejujurnya, Erin pun ingin mengesankan camernya, bahwa ia gadis yang sopan, lugu, apa adanya dan tentu saja berkepribadian baik. Orang bilang, pakaian adalah cermin kepribadian. Erin yakin bahwa pertama kali yang dinilai camer atas dirinya adalah pakaiannya. Penampilannya. Camer? Calon mertua? Erin melihat sendiri senyumnya di cermin. Agak geli dan risih memikirkan itu. Tapi istilah itulah yang selalu dipakai oleh teman-temannya untuk menyebut ortunya boy. Calon mertua? Bisa aja! Padahal siapa, dan seperti apa orang tua Raka, saat ini Erin hanya bisa mengira-ngira. Ia belum pernah sekalipun bertemu dengan mereka. Ini kencan pertama yang mempertemukan Erin dengan orang tua Raka. Peristiwa yang sempat membuat Erin gemetaran. Membuatnya nervous setengah mati. Dan strategi awal yang ingin dipakai Erin untuk mengatasi nervous-nya adalah lewat penampilan bersahaja. Tapi ia juga tak ingin nampak culun, kolot dan ketinggalan jaman. Memang serba salah. Setelah puas dengan perasaan serba salah, gonta-ganti baju lebih dari lima kali, akhirnya Erin merasa pas dengan rok panjang dan blus berwarna abu-abu dengan motif bunga-bunga lembut. Untuk menghindari kesan kayak ibu-ibu, Erin mengenakan syal yang warnanya justru bertabrakan dengan warna blus-nya. Dan akhirnya ia merasa tak punya pilihan lain yang lebih baik. Jam tujuh pas, ketika Riris berteriak dari bawah bahwa ada yang datang, Erin tahu bahwa yang datang adalah Raka. Ia datang tepat waktu. Raka tersenyum, senang menjumpai Erin dengan setelannya. Ia tak berkomentar, tapi Erin yakin bahwa Raka setuju dengan penampilannya."Gimana? Norak, nggak?" Erin ingin pendapat Raka. "Mama pasti kagum pada gadis pilihanku." Erin agak tersipu. Ia diam-diam mengusap peluh di dahinya. Ampun, ia mulai gugup lagi. Dan jika gugup, ia pasti berkeringat. Raka sudah beberapa kali datang ke rumah, bahkan mulai akrab dengan Riris, adik Erin satu-satunya. Kedua orang tua Erin pun nampaknya menyukai cowok itu. Maka ketika berpamitan mengajak Erin, Raka tak perlu banyak berbasa-basi lagi. "Dita ikut?" Riris yang bertugas menutup pintu pagar sempat bertanya. "Enggak, dong." Raka yang menjawab. "Kenapa enggak? Dita punya acara sendiri?" "Ini acara..." "Ini acara terbatas. Untuk keluarga sendiri." Raka memotong dan meneruskan ucapan Erin. "Ooo, gitu ya? Ah, pacar memang selalu aja bisa menyisihkan posisi sahabat" gumam Riris. Erin mendengarnya. Sebentar ia merasa bersalah. Sebentar berikutnya ia merasa punya hutang sama adiknya. Nanti, secepatnya, ia harus menjelaskan segalanya pada Riris bahwa sesekali seorang sahabat harus mengalah. Sesekali, sahabat terbaik pun harus dilupakan. Raka sudah berada di belakang stir dan Erin baru saja hendak menutup pintu mobil, ketika terdengar teriakan Mami dari ambang pintu. "Eriiiin! Telpoooon!" Erin sempat memandang Raka. "Mami memotong kue jam setengah delapan, Rin" "Aku ingat, Ka" Mami berteriak lagi. "Dari Dita! Penting, katanya" Raka mengeluh pendek. "Udah jam..." "Sebentar, Ka." Erin turun dari mobil. "Setengah delapan acaranya dimulai" "Nggak lebih dari lima menit!" Erin sudah berlari meninggalkan Raka yang mematikan mesin mobil dengan kesal. Ia melirik jam digital di dashboard. Tujuh lewat sepuluh. Tak sampai lima menit, Erin sudah kembali dan masuk ke mobil dengan tergesa. Dan mendadak Raka merasakan sesuatu yang tak beres manakala melihat Erin mengenakan jaket. Waktu makin mendesak, membuat Raka menunda pertanyaannya. "Kita ke UKI, Ka. Buruan!" "Apa!" Mobil sudah terlanjur bergerak. "Ke Rumah Sakit UKI. Ayah Dita kecelakaan, sekarang masih ada di UGD. Bus-nya terbalik di jalan tol. Cepat, Ka!" "Tapi..." "Dita nggak punya siapa-siapa lagi, Ka. Ia sendirian. Ia pasti memerlukan aku." "Tapi Mama menunggu kita. Setengah delapan, Rin. Seluruh keluarga pasti udah kumpul, tinggal menunggu kita." Erin terlihat makin panik. Suaranya meninggi ketika berkata : "Menepilah! Tinggalkan aku. Aku bisa naik taksi!" "Erin! Kamu nggak boleh gitu. Ini acara sangat penting. Ultah Mama yang ke lima puluh. Dan aku udah bilang bahwa aku ingin memperkenalkan kamu di depan semua famili. Ayolah, Rin. Kamu harusnya bisa memahami keadaan ini." "Tapi kamu bisa memahami Dita juga, kan?" "Ya. Kamu udah lusinan kali menceritakan siapa Dita. Siapa ayahnya, siapa..." "Jangan sinis begitu!" Suara Erin mekin meninggi. Bayangan serba buruk tentang ayah Dita makin memenuhi kelopak matanya. Dulu, bayangan buruk semacam ini bahkan kerap ia bicarakan dengan Dita. Sopir bus, termasuk bus kota, adalah sebuah pekerjaan beresiko tinggi. "Dita sendirian. Ia butuh dukungan " "Dan kamu mau datang jam berapa? Gimana dengan lilin Mama?" "Dan bagaimana jika ayah Dita lewat? Atau luka parah? Bagaimana jika ayah Dita butuh darah? Koma? Mati? Dita punya siapa?" Raka menginjak pedal gas dalam-dalam. Mobil sedan itu makin melelaju. Wajahnya jelas memancarkan kegeraman yang amat sangat. Tapi Raka tak punya alasan untuk mencegah niat Erin.

* * *

Tiba di pelataran parkir Rumah Sakit, Erin langsung keluar, meski mobil belum sempurna berhenti. Lagi-lagi Raka tak bisa berbuat apa-apa. "Tinggalkan aku, Ka. Maaf tapi keadaan sangat memaksaku. Sampaikan permintaan maafku pada Mama. Selamat ulang tahun juga. Nanti pasti ada lain kali yang bisa mempertemukan aku dengan Mama. Kapan aja. Bisa besok atau lusa, tanpa menunggu acara ultah." Raka tertunduk lesu. Jam digital di atas dashboard menunjukkan angka 07.26. "Pergilah, Rin. Hati-hati" "Terimakasih, Ka. Kuharap kamu bisa memahami semua ini. Maafkan aku." "Temuilah Dita-mu." Erin tak ingin berpanjang-panjang lagi. Ia cepat berlari menuju ruang gawat darurat. Di depan ruang UGD, Erin langsung bisa menemukan Dita di antara sekian banyak orang yang ada di situ. Dita berdiri di pojok, gelisah dan sibuk menggigiti kuku jempolnya. Begitu dilihatnya Erin, Dita segera menghambur ke pelukannya dan terisak. Sesaat Erin tak tahu harus berbuat apa, kecuali mempererat pelukannya dan membelai-belai rambut Dita. "Sabar, Dita sabar" "Ayahku, Rin. Ayahku" "Beliau selamat?" "Masa krisisnya udah lewat. Tapi ia mengalami gegar otak. Mendapat belasan jahitan di kepalanya dan Ya Tuhan, jangan biarkan ayahku mati " Dita makin terhisak. Erin ikut menangis, meski ia berusaha keras untuk menahannya. "Ayahmu pasti selamat. Beliau orang baik, kesayangan Tuhan." Dita tersenyum hambar. "Selalu kamu ikut repot karena keadaan kami, Rin. Kali ini juga. Padahal kamu ada acara penting, kan? Kenapa nggak kamu dahulukan acara kalian? Jam berapa? Gimana Raka? Kamu membatalkannya atau segera ke rumahnya sekarang juga?" "Sudahlah, Ta. Jangan pikirkan Raka. Aku akan berada disini menemani kamu. Aku tahu, kamu memerlukan aku. Iya, kan?" Dita memeluk Erin makin erat. "Tapi Raka? Ulang tahun Mamanya?" "Lupakan aja. Mereka belum apa-apa. Baru sebulan ini aku mengenal Raka. Bahkan aku baru saja hendak bertemu dan berkenalan dengan kedua orang tuanya. Sementara kita ini apa? "Kita ini udah seperti saudara. Kita berteman udah lebih dari sepuluh tahun. Sejak SD kita udah bersama terus. Teman sebangku mulai SD, SMP, SMU Kita ini pasangan yang ajaib, kan? "Sejak kamu masih punya ibu sejak ibumu masih ada. Apa artinya sebulan dibandingkan dengan sepuluh tahun?" Dita menciumi pipi Erin berkali-kali. Membuat pipi Erin yang basah makin basah oleh air matanya. "Kuharap Raka bisa memahami hal ini," bisik Dita. "Ya. Kuharap demikian "

* * *

Ya. Raka akhirnya bisa memahami semuanya. Ia memang hanya berdiri di kejauhan, memandang semua adegan itu dari balik kaca pintu masuk UGD. Tapi akhirnya ia bisa mengerti. Yang ingin segera dilakukannya sekarang ialah menelpon ke rumah, memberitahukan semuanya pada orang rumah, membiarkan Mama meniup lilin ultah tanpa kehadirannya dan Erin. Raka yakin, Mama pasti bisa memahami juga. Dan yang lebih penting daripada sekadar mengucapkan selamat ulang tahun, Raka ingin mengutarakan pada Mama bahwa ia telah menemukan seorang gadis yang tepat. Setelah itu, Raka ingin bergabung dengan Erin dan Dita. Ia akan menunjukkan pada Dita, bahwa ia ingin memiliki Erin tanpa harus merebutnya dari Dita.

Hilanganya Harapan(Oleh: Yohana Selly, siswi kelas XI IPS, SMAN 1 ABAD)

Siang itu, kududuk di tepi pantai. Terik mentari yang membara, namun sirna sudah, ketika aku mendengar deruh dan sepoi-sepoinya angin pantai, yang membuatku merasa nyaman dan terlena. Aku duduk merenung dan menghayati harapan yang tak kunjung menjadi kenyataan. Harapan yang telah hilang ditelan bumi. Harapan itu ku nanti sampai dengan saat ini.Kuhayati, renungi, dan merasakan bahwa tak ada lagi yang bisa kuharapkan untuk menjadi sebuah kenyataan. Apa yang bisaku buat?, Aku berteriak dengan suara nyaring pada lautan nan biru. Pada saat itu, aku tak sadar bahwa ada seorang yang melihatku.Huuuuw..! Ternyata Lois Sahabatku, teriakkuKu kira siapa. Sedang apa kau berdiri di situ?, tanyaku penasaranMelihat ku seperti itu? Sudah lama kamu berdiri di situ? Apa saja yang kamu dengar? Tanyaku padanya tak berhenti juga Hmmmm!Aku kan sahabatmu biar kudengar semua pelampiasnmu, lagipula aku tak kan bilang siapa-siapa, buat apa aku. Menceritaakan pelampiasan sahabatku pada orang lain?, jelas LoisHatiku sakit sekali menunggu, menanti, sampai kapan? Kapan harapan yang kunanti menjadi kenyataan ya?, keluhkuHarapan apa?, Tanya Lois penasaran Seperti kali ini kau tak perlu tahu, aku cuma minta kamu memberi pendapatmu saja, pintahkuHmmmmm. Aku cuma bisa bilang sebaiknya harapan yang tak jelas, lebih baik kau tak usah menentinya lagi, tapi kalau kau mau, ya ikuti pendapat sahabatmu ini, terang LoisHarapan itu yang ku nanti selama ini. Apa yang harus ku perbuat sobatku? Mengikuti kata-kata sahabatku atau kata hatiku, aku bingung sambil memegang kepala.Tuhan, apakah mungkin harapan yang kunanti selama ini sudah hilang?, kepasrahanku pada Tuhan.

Apakah Ini yang Disebut Cinta?(Hosiana Tanghamap, siswi kelas XII IPA)

Sore itu, langit pun tampak mendung sementera angin yang berhembus pun terasa sejuk saat membelai kulitku. Sore itu adalah sore yang sangt indahDi hari itu juga adalah hari pertama pertemuan Ririn dengan Deniz. Wajahnya yang tampan tampak bersih dan berseri. Tubuhnya tinggi dengan rambut hitam dan lurus Matanya bulat, bening, bulu matanya katik, hidungnya mancung dan kedua bibinya akan muncul lesung pipi yang membuat wajahnya tampan bila dia tersenyum.Deniz adalah orang yang murah senyum, tidak pemarah, dan penyanyang. Pokoknya dia adalahh cowo criteria Ririn Pertemuan dan perkenalan itu berawal ketika Ririn dan Sarcy sedang mengadakan belajar kelompok di rumahnya Sarcy. Sore itu mereka tidak mengira kalau deniz sudah berada di depan rumahnya sarcy. Sore itu juga hujan turun dengan lebatnya. Di tengah-tengah suaranya bunyian hujan terdengar ada suara yang memanggil namanya sarcy. Mereka sempat keluar dan melihat arah suara itu, tetapi mereka tidak menemukannya. Akhirnya, mereka berdua kembali ke tempat mereka dan melanjutkan belajar. Tiba-tiba saja dari dapur terdengar suara yang sangat ramai. Maka mereka pun bergesah menuju ke dapur untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata suara itu adalah suara nyokapnya sarcy dan deniz. Pada saat ririn melihat deniz, dia sangat malu, wajar sajalah saat itu kan awal dari pertemuan mereka. Saking malunya, dia langsung pergi dari dapur dan menuju ke tempat belajar. Melihat ririn pergi, deniz langsung mengikutinya. Mereka berdua pun saling berkenalan. Ririn merasa terdeg-degan saat dekat dengan deniz. Apakah ini yang disebut cinta?

Kumpulan Puisi

Si Baju PutihDengan langkah pastiSedikit kata banyak senyum dengan seragamDi samping ranjang berbalut putihTiang-tiang membisu mengangaRuang ukuran sempit dan pengap ituSedikit ventilasi dan cahaya di celah jendelaDari satu kamar keluar kamar lainBagai makanan sehari-hariEntah kapan semua berakhir dari ranjang putih ini?Entah kapan ajal menjemput?Banayak kata dan senyum tanpa kenal waktuSemua waktu, waktu di samping ranjang putihSemua waktu, waktu bagi jeritan anak manusiSemua rangkaian kata ini ditangan Pemilik hidupOleh: Sulbi Marokang, guru SMAN 1 ABAD

Kasih Ibu

Yang membekas di hati dan tak pernah dilupakan O ibuku, kau bagai pelita bagiku di kala sendirian Bagai pengobat rindu di kala sakit Hari-hari tak akan indah bila kau tak ada Canda tawa di tengah kami anak-anaknmuAku janji pada diriku akan membuatmu bangga padakuNiscaya doaku, kupinta terima kasih padamu oh ibuSeembun kasih sayang dan cintamu kau beri untukkuEngkau tak dapat digantikanKau temani diriku dari bayi sampai kiniLebih dari perbuatanmu, oh ibu, ku tak dapat balasYang bisa kubalas, hanya membuatmu bangga dan tersenyumOleh: Yohana Selly, siswi kelas XI IPS SMAN 1 ABAD

Kumpulan Pantun

Ikan lamoru, ikan purakalau dimakan rasa enaknyahitam-hitam nona purakalau senyum cantik rupannya oleh: Sulbi Marokang, guru SMAN 1 ABAD

Jalan-jalan sepanjang singgah menyingah di pagar orangPura-pura mencari ayam Ekor mata di anak orang Oleh: Amir Hamzah

Pancing ikan di teluk MoruTarik naik ikan papereCantik-cantik nona Moru Biar kriting menarik hati Oleh: Petrus Paling, guru SMAN 1 ABAD

Pikir-pikir semua hampaSemua pikiran diberi batasTanya jawab semua hampaKurung niat habis batas Oleh: Sulbi Marokang, guru SMAN 1 ABAD

Serangkai kata membentuk kalimatSerangkai doa menunggu datangSenyum terukir tawa galakPetik hasil musim pun datang Oleh: Sulbi Marokang, guru SMAN1 ABAD

SMAN 1 ABADJln. Raya Moru - Pailelang