buletin...issn 0125 - 0506 edisi 2 tahun 2019 balai teknologi komunikasi pendidikan daerah istimewa...

50
ISSN 0125 - 0506 EDISI 2 TAHUN 2019 Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan Kenari No.2, Telp. 0274 - 517 327 Website : www.btkp-diy.or.id Email : [email protected], [email protected] BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA www.btkp-diy.or.id 31 B U L E T I N MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKAN

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ISSN 0125 - 0506EDISI 2 TAHUN 2019

    Balai Teknologi Komunikasi PendidikanDaerah Istimewa YogyakartaJalan Kenari No.2, Telp. 0274 - 517 327Website : www.btkp-diy.or.idEmail : [email protected], [email protected]

    BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKANDINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAwww.btkp-diy.or.id 31

    B U L E T I N

    MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKAN

  • Salam redaksiSALAM INDONESIA , SALAM PENDIDIKAN

    PPDB berdasarkan zonasi wilayah sudah menjadi keputusan pemerintah untuk dilaksanakan, kelebihan dan kekurangan pasti ada. Marilah kita sebagai guru untuk memberikan semangat bagi orang tua calon peserta didik tetap semangat untuk mengantarkan putra putrinya belajar ke jenjang yang lebih tinggi.

    SALAM INDONESIA

    Penasehat :Drs. R. Kadarmanta Baskara AjiPenanggung jawab :Ir. Edy Wahyudi, M.Pd.Pemimpin Dewan Redaksi :Dra. Sri SunarsihPenyunting/Editor :Drs. Yoko Rimy, M.Pd.Estu Miyarso, M.Pd.Penata/Layout :Loko Kuswantoro, S.PdSekretariat :Wahyu WidodoDwi Budi Astutiek

    DAFTAR ISIOpiniLiterasi Sehat Ala Koran Di SMK Koperasi Yogyakarta ................. 1Berita UtamaPendekatan STEM Sebagai Alternatif Mewujudkan Pembelajaran Era Revolusi Industri 4.0 ............................................. 3OpiniJob Fair Dan Edu Fair Sebagai Solusi Bagi Tamatan SMK/SMA .............................. 8Teknologi Pendidikan5 Strategi Mengefektifkan Pembelajaran Bahasa Inggris ............... 11Teknologi PendidikanPentingnya Perpustakaan Di Sekolah Dasar .................................. 14Pendidikan BudayaPenanaman Karakter Komunikatif Peserta Didik Melalui Ujaran: “ Kula Nuwun”, “Nyuwun Pangapunten”, dan “Matur Nuwun” ........ 18Pendidikan KarakterMenumbuhkan Rasa Nasionalisme Dalam Dunia Pendidikan .................................. 23Lensa BTKP ......................................... 25OpiniEvolusi Sekolah Kejuruan Menatap Revolusi Industri 4.0 ............................................. 29Psikologi PendidikanMeningkatkan Sikap Ilmiah Peserta Didik Pada Kompetensi Dasar Plantae Dengan Pembelajaran Berbasis Proyek ............. 33Pendidikan KarakterPendidikan Mitigasi Bencana Berbasis Sekolah .................................. 43Ketentuan Penulisan Artikel ............... 48

    Lensa BTKP

  • Literasi Sehat Ala Koran Di SMK Koperasi Yogyakarta

    Oleh: Desi Ariani*

    A. Pendahuluan Di masa era digital seperti ini sudah tak asing

    lagi ditutut bisa lebih jeli dalam merespon gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Dinamika terus berkembang seiring kemajuan teknologi dan informasi. Seakan-akan semua aspek kehidupan tak bisa terlepas dari teknologi sejak bangun pagi, bekerja kembali lagi di rumah. Era saat ini serba digital keluar dari rumah pun sudah sudah memesan alat transportasi berbasis online dengan hanya meggunakan Handphone Android begitu juga memesan makanan dan juga ketika antri atau masuk di mall pun sekarang tak memerlukan lagi penjaga karcis di pintu masuk. Sudah secara otomatis masuk dan karcis pun siap ditangan.

    Kegiatan Peserta didik Mencari Sebuah Topik Terkait dengan Sistem Pemerintahan. Hal itu juga mempengaruhi perkembangan media di Indonesia seperti surat kabar

    pun sudah menggunakan berbasis online. Perkembangan berita dan informasi sangat cepat dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memproduksi maupun diseberluaskan. Keberadaan media online sangat signifikan dan sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan media ataupun fungsi pers yang mempunyai peran sebagai pendidikan politik sangat berperan kuat. Literasi media sangat diperlukan sekali bagi generasi muda saat ini. Literasi media (media literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya (Materi Strategi Literasi dalam Pembelajaran di SMK 2018).

    Dari anak-anak SD sampai SMA/SMK pun sekarang bisa menikmati keterbukaan publik seperti media online tersebut. Namun di sisi lain menjadi tantangan tersendiri bagi pengaruhnya terhadap pendidikan di sekolah. Maka untuk itulah bagaimana peran sekolah mampu memberikan wadah untuk kegiatan literasi yang sehat bagi perkembangan anak-anak didik.

    Mengingat media online sekarang sangat bebas di mana-mana baik itu yang sifatnya produktif membangun masyarakat ataupun hoax. Kadang tak bisa membedakan masyarakat kita apalagi anak-anak peserta didik yang duduk di bangku sekolah. Kadang kala mereka membawa apa yang ia lihat di luar kelas dan dibawa ke dalam kelas yang entah itu bersumber dari yang valid atau tidak. Maka menjadi penting pendidikan kita harus mampu menjembatani kebutuhan antara teori dan kenyataan yang berada di luar sekolah. Ide menggalakan literasi melalui koran yang berupa media cetak diharapkan mampu menganggulangi permasalahan ini. B. Kegiatan Pembelajaran

    Ide menggalakan kembali literasi melalui koran sangat baik yang biasanya dilakukan orang tua. Namun untuk peserta didik di sekolahpun perlu digalakan. Contohnya melalui pembelajaran pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMK Koperasi Yogyakarta dengan metode Problem Based Learning yaitu mencari permasalahan yang ada lingkungan sekitar dengan mencari koran kemudian dianalisis menurut kasus yang ada.

    Sumber Gambar: Dok. Pribadi

    Opini

    1Literasi Sehat Ala Koran Di SMK Koperasi Yogyakarta

  • Sumber: Modul Bahan tayang tentang strategi dan implementasi literasi sebagai kecakapan abad 21 dalam pembelajaran menuju sekolah sebagai organisasi pembelajaran. Materi Literasi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013 Tahun 2018 PPPPTK Matematika Yogyakarta. Kaliurang, 8 Maret 2018

    Sumber: Modul Bahan tayang tentang strategi dan implementasi literasi sebagai kecakapan abad 21 dalam pembelajaran menuju sekolah sebagai organisasi pembelajaran. Materi Literasi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013 Tahun 2018 PPPPTK MatematikaYogyakarta. Kaliurang, 8 Maret 2018

    Mengolah Tema yang Sudah Ditemukan Tentang Sistem Pemerintahan untuk Menuliskan Klasifikasi Sistem Pemerintahan Baik Kekuasaan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. Sumber Gambar: Dok. Pribadi

    Peserta didik semakin tertantang dengan mencari artikel yang sesuai tema. Contoh pokok bahasan tentang sistem pemerintahan yang sangat menarik untuk dikaji. Peseta didik mencari sistem pemerintahan yang sesuai dengan dilingkungannya. Kemudian mereka menggerakan tangannya dengan cara menggunting bagian yang mereka pilih. Kemudian mereka mencari pokok bahasan atau ringkasan cerita dan menuliskan kritik dan saran dari artikel tersebut. Hal ini bukan saja aspek kognitif saja yang dinilai namun aspek psikomotorik mereka juga bisa diasah melalui kegiatan ini.

    Saat mereka menggunting dan menempelkan di kertas bagian yang digunting tersebut mereka sangat antusias dan pembelajaran menjadi menarik karena bersemangat untuk bergerak. Mereka bisa bersama-sama saling membantu dengan yang lain dan kemudian bisa memecahkan ide bersama-sama. Ide bisa digali dari pemikiran mereka sendiri dan ide dari berbagai sumber bisa dikaitkan dengan literatur lain bisa internet atau buku yang relevan untuk dibaca. Dari hasil pembahasan secara berkelompok tersebut kemudian dipresentasikan untuk tampil ke depan dan yang lain menanggapi permasalahan yang diajukan tersebut baik berupa pertanyaan atau tanggapan.

    C. Kesimpulan Hal ini sangat sangat membantu peserta didik dalam mengemas literasi menjadi

    menarik walaupun itu cara lama yang dikenal membuat kliping namun dengan cara yang lama tersebut sangat membantu peserta didik dalam berpikir kritis dan kreatif. Pembelajaran abad 21 bukan semata-mata menggunakan teknologi digital semata namun bisa mendorong peserta didik untuk berpikir crtitis, creative, colaboratif dan communicative (4C). Hal ini sangat membantu mereka menemukan cara yang secara tidak langsung bisa menggerakan ke arah pemikiran menuju pemikiran 4C tadi. Tak luput dapat dikolaborasikan dengan media digital dalam penyampaian presentasi agar peserta didik semakin tertantang.

    *) Guru PPKn SMK Koperasi Yogyakarta

    2 WARTA GURUB u l e t i n

    MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 2 TAHUN 2019

  • Pendekatan STEM Sebagai Alternatif Mewujudkan Pembelajaran Era

    Revolusi Industri 4.0

    Oleh : Eny Triastuti *

    A. PendahuluanKemajuan suatu bangsa atau negara sangat ditentukan oleh sumber daya

    manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu berdaya saing. Untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan berdaya saing, pendidikan merupakan sarana strategic dan harus menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang dituntut pada abad 21.

    STEM merupakan akronim dari science, technology, engineering, dan mathematics. Istilah ini pertama kali diluncurkan oleh National Science Foundation (NSF) Amerika Serikat (AS) pada tahun 1990-an sebagai tema gerakan reformasi pendidikan untuk menumbuhkan angkatan kerja bidang-bidang STEM, serta mengembangkan warga negara yang melek STEM (STEM literate), serta meningkatkan daya saing global Amerika Serikat dalam inovasi iptek (Hanover Research, 2011). Kata STEM digunkn sebagai slogan reformasi pendidikan di AS abad 21 untuk menghasilkan SDM berkualitas bagi peningkatan daya saing bangsa (Septian K, 2018)

    STEM menjadi sebuah keharusan dalam mempersiapkan peserta didik menghadapi dunia nyata yang penuh masalah agar siap dalam persaingan global. STEM adalah “mata pelajaran” yang saling berkaitan dalam kehidupan nyata manusia. Keempat bidang saling kait mengait dan tak bisa berdiri sendiri. Selama ini keempatnya dipelajari terpisah-pisah, jadi seolah-olah hanya bisa dipahami secara teori saja, seharusnya keempat bidang itu dipelajari secara terintegrasi. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana pembelajaran dengan pendekatan STEM dapat melatih peserta didik sehingga mereka bisa memecahkan masalah dalam dunia kerja, masyarakat, dan dalam semua aspek kehidupan sehingga manusia menjadi sejahtera.

    Perkembangan teknologi di era industri 4.0 melahirkan peluang dan tantangan baru. Pertama industri 4.0 memungkinkan peningkatan produktivitas, kualitas, dan efisiensi, yang memungkinkan produk industri lebih kompetitif secara global. Peluang lain pada industri 4.0 adalah peningkatan kualitas hidup, kemudahan transportasi dan komunikasi, serta keamanan kerja. Namun demikian, berbagai tantangan baru lahir pula sebagai dampak sosial dan lingkunan dari industri 4.0 seperti melimpahnya informasi (information overload), pengangguran sebagai akibat dari ketidakcukupan pengetahuan dan keterampilan, ketimpangan sosial ekonomi akibat teknologi yang padat modal, serta ancaman terhadap kelestarian lingkungan sebagai akibat eksploitasi sumber daya alam. Paradigma pendidikan yang menjadi kerangka acuan pendidikan saat ini tidak sesuai lagi untuk pengembangan kualitas SDM di Era Industri 4.0. Oleh sebab itu paradigma proses pendidikan niscaya akan mengalami perubahan mendasar menyesuaikan dengan tuntutan era Industri 4.0. Konsekuensinya, revolusi industri akan menginduksi revolusi dalam bidang pendidikan menjadi Pendidikan 4.0. Bahasan dalam makalah ini menyangkut pemikiran pakar-pakar pendidikan tentang fitur-fitur pendidikan 4.0, termasuk Pendidikan kimia 4.0 dan sosok pendekatan pembelajaran berbasis STEM, yang potensial menjadi salah satu wujud nyata implementasi pendidikan kimia 4.0 pada jenjang pendidikan menengah (Harry F, 2018).

    Berita Utama

    3Pendekatan STEM Sebagai Alternatif Mewujudkan Pembelajaran Era Revolusi Industri 4.0

  • B. Pembahasan Tiga konsep pendidikan abad 21 telah diadaptasi oleh Kementrian Pendidikan

    dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk mengembangkan kurikulum jenjang sekolah dasar sampai menengah. Ketiga konsep tersebut adalah 21st Century Skills (Trilling dan Fadel, 2009), scientific approach (Dyer et al., 2009) dan authentic learning dan authentic assesment (Wiggins dan Mc. Tighe, 2011). Selanjutnya ketiga konsep tersebut diadaptasi untuk mengembangkan pendidikan menuju Indonesia Kreatif tahun 2045. Indonesia Kreatif ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan adanya pergeseran pekerjaan di masa datang. Piramid pekerjaan di masa datang menunjukkan bahwa jenis pekerjaan tertinggi adalah pekerjaan kreatif. Sedangkan pekerjaan rutin akan diambil alih oleh teknologi robot dan otomasi. Pekerjaan kreatif ini membutuhkan intelegensia dan daya kreativitas manusia untuk menghasilkan produk-produk kreatif dan inovatif.

    Perubahan radikal dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat membutuhkan perhatian yang cermat oleh para pakar. Dari seluruh aspek pertumbuhan yang ada, manusia menjadi faktor terpenting karena merupakan pelaku utama dari berbagai proses dan aktivitas kehidupan. Secara umum keterampilan abad 21 terbagi kepada tiga keterampilan, yaitu Learning and Innovation Skills (Keterampilan Belajar dan Berinovasi), Information, Media, and Technology Skills (Keterampilan Teknologi dan Media Informasi) dan Life and Career Skills (Keterampilan Hidup dan Berkarir). Ketiga keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah skema yang disebut dengan pelangi pengetahuan dan keterampilan abad 21 (The 21st century knowledge-and-skills rainbow).

    Gambar 2. Pelangi Keterampilan Pengetahuan dan Keterampilan Abad 21.Sumber: Trilling dan Fadel (2009)

    Fokus pertama dari keterampilan abad 21 adalah keterampilan belajar dan berinovasi yang meliputi: Critical thinking and problem solving/berfikir kritis dan memecahkan masalah, Communication and collaboration/komunikasi dan kolaborasi, dan Creativity and innovation/kreativitas dan inovasi. Berfikir kritis dan pemecahan masalah, komunikasi dan kolaborasi serta kreativitas dan inovasi merupakan tiga rangkaian keahlian utama yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam belajar, bekerja dan hidup di abad 21. Menggerakkan keterampilan belajar dan inovasi ini merupakan suatu alat pengetahuan di masa sekarang.

    Keterampilan selanjutnya yang harus dimiliki di abad 21 adalah keterampilan teknologi, media dan informasi. Keterampilan ini meliputi Information literacy/literasi informasi; Media literacy/literasi media; dan Information and communication technology literacy/literasi TIK. Keterampilan kedua yang harus dimiliki pada kategori ini adalah literasi media. Di abad 21 ini, peserta didik perlu memahami cara terbaik menerapkan sumber media yang tersedia untuk pembelajaran dan menggunakannya untuk menciptakan komunikasi yang menarik dan efektif.

    Keterampilan selanjutnya adalah literasi TIK. Teknologi informasi dan komunikasi

    4 WARTA GURUB u l e t i n

    MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 2 TAHUN 2019

  • atau TIK merupakan sarana yang penting di abad 21. Saat ini, dunia internasional telah berusaha menerapkan teknologi ke dalam berbagai segi kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Maka dari itu, agar peserta didik mempunyai keterampilan TIK mereka harus mampu apply technology effectively, yaitu menggunakan teknologi sebagai alat untuk meneliti, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi.

    Keterampilan hidup dan berkarir meliputi Flexibility and Adaptability/fleksibilitas dan adaptabilitas; Initiative and Self-Direction/inisiatif dan pengaturan diri; Social and Cross Cultural Interaction/interaksi sosial dan budaya; Productivity and Accountability/produktivitas dan akuntabilitas; dan Leadership and Responsibility/kepemimpinan dan tanggung jawab.

    Di era saat ini, perubahan sangat sering terjadi dan begitu besar. Kemampuan beradaptasi dan fleksibel merupakan keterampilan yang penting untuk belajar, bekerja dan hidup berbangsa dan bernegara. Laju cepat perubahan teknologi memaksa kita untuk beradaptasi dengan cepat terhadap cara berkomunikasi, belajar, bekerja dan hidup. Hari ini peserta didik harus mempersiapkan diri perkembangan abad 21. Peserta didik perlu mengembangkan lagi kemampuan inisiatif dan pengaturan diri. Kecakapan hidup dan karier yang diuraikan sangat penting untuk bekerja dan belajar di abad 21. Meskipun keterampilan ini sudah ada sejak lama, namun hal ini tetap menjadi fokus perhatian untuk menjalani kehidupan saat ini bahkan untuk kehidupan yang akan datang.

    Pendidikan STEM adalah pendekatan dalam pendidikan di mana Sains, Teknologi, Teknik, Matematika terintegrasi dengan proses pendidikan berfokus pada pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang nyata serta dalam kehidupan profesional. Pendidikan STEM menunjukkan kepada peserta didik bagaimana konsep, prinsip, teknik sains, teknologi, teknik dan matematika (STEM) digunakan secara terintegrasi untuk mengembangkan produk, proses, dan sistem yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sains adalah kajian tentang fenomena alam yang melibatkan observasi dan pengukuran sebagai wahana untuk menjelaskan secara obyektif alam yang selalu berubah. Teknologi merujuk pada inovasi manusia yang digunakan untuk memodifikasi alam agar memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sehingga membuat kehidupan lebih nyaman dan lebih aman. Rekayasa (engineering) merupakan pengetahuan dan keterampilan untuk memperoleh dan mengaplikasikan pengetahuan ilmiah, ekonomi, sosial, serta praktis untuk mendesain dan mengkonstruksi mesin, peralatan, sistem, material, dan proses yang bermanfaat bagi manusia secara ekonomis dan ramah lingkungan. Matematika berkenaan dengan pola-pola dan hubungan-hubungan, dan menyediakan bahasa untuk teknologi, sains, dan rekayasa.

    Penggunaan pendekatan STEM dalam bidang pendidikan memiliki tujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat bersaing dan siap untuk bekerja sesuai bidang yang ditekuninya. Penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian Hannover (2011) menunjukkan bahwa tujuan utama dari STEM Education adalah sebuah usaha untuk menunjukkan pengetahuan yang bersifat holistik antara subjek STEM.

    Dalam konteks pendidikan dasar dan menengah, pendidikan STEM bertujuan mengembangkan peserta didik yang STEM literate (Bybee, 2013), dengan rincian sebagai berikut.1. memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mengidentifikasi pertanyaan

    dan masalah dalam situasi kehidupannya, menjelaskan fenomena alam, mendesain, serta menarik kesimpulan berdasar bukti mengenai isu-isu terkait STEM;

    2. memahami karakteristik khusus disiplin STEM sebagai bentuk-bentuk pengetahuan, penyelidikan, dan desain yang digagas manusia;

    3. memiliki kesadaran bagaimana disiplindisiplin STEM membentuk lingkungan material, intelektual dan kultural,

    4. memiliki keinginan untuk terlibat dalam kajian isu-isu terkait STEM (misalnya efisiensi energi, kualitas lingkungan, keterbatasan sumberdaya alam) sebagai warga negara

    5Pendekatan STEM Sebagai Alternatif Mewujudkan Pembelajaran Era Revolusi Industri 4.0

  • yang konstruktif, peduli, serta reflektif dengan menggunakan gagasan-gagasan sains, teknologi, rekayasa, dan matematika.

    Pendidikan STEM memberi peluang peserta didik betapa konsep, prinsip, dan teknik dari STEM digunakan secara terintegrasi dalam pengembangan produk, proses, dan sistem yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari . Dalam pembelajaran berbasis STEM peserta didik menggunakan sains, teknologi, rekayasa, dan matematika dalam konteks nyata yang menghubungkan sekolah, dunia kerja, dan dunia global guna mengembangkan literasi STEM yang memungkinkan peserta didik mampu bersaing dalam abad ke-21.

    Pembelajaran STEM Dan Pendidikan 4.0Dua aspek utama dalam pembelajaran STEM adalah proses sains dan desain

    proses enjiniring yang keduanya sangat berkaitan untuk mendukung pembelajaran. Proses sains merupakan proses berjenjang yang terdiri dari 5 (lima) tahapan utama, yaitu: mengemukakan pertanyaan atau melakukan pengamatan, menyusun hioptesis, menyusun perkiraan jawaban, melakukan tes/ eksperimen, menemukan dan mengemukakan kesimpulan.

    Desain proses enjiniring merupakan suatu tahapan siklus yang dimulai dari pemetaan masalah dilanjutkan dengan merancang solusi untuk pemecahan masalah, dalam desain proses enjiniring dilakukan juga pemodelan untuk menjawab permasalahan yang muncul. Pemodelan ini kemudian dicobakan dan hasilnya akan di evaluasi apakah model solusi pemecahan masalah sudah efektif untuk memecahkan masalah atau belum, bila dirasa kurang efektif maka dilakukan perbaikan desain model pemecahan masalah tersebut. Model yang dikenalkan dalam desain proses enjiniring dapat berbentuk produk, proses dan sistem.

    Karakteristik utama dalam intergasi pendekatan STEM dalam Kurikulum 2013 adalah keterpaduaan/ integerasi sains, teknologi, enjiniring dan matematika dalam memecahkan masalah di kehidupan. Model Project Based Learning (PjBL) merupakan model yang disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013, sedangkan STEM merupakan sebuah strategi pembelajaran. Karakteristik STEM yaitu menekankan pada proses mendesain, enjiniring atau merekayasa. Proses pembelajaran berbasis proyek yang disusun dari berbagai program STEM berbasis proyek yang dievaluasi telah dan terbukti menjadi program pendidikan STEM yang efektif. Sintax atau tahapan belajar dengan pendekatan STEM meliputi : 1) Tahap Reflection, tahap ini membawa siswa ke dalam konteks masalah dan memberikan inspirasi kepada siswa agar dapat segera mulai menyelidiki/investigasi, 2) Tahap Research, adalah penelitian siswa, pembelajaran sains, memilih bacaan, atau metode lain untuk mengumpulkan sumber informasi yang relevan, kemajuan belajar siswa mengkonkritkan pemahaman abstrak dari masalah, guru membimbing diskusi untuk menentukan apakah siswa telah mengembangkan pemahaman konseptual dan relevan berdasarkan proyek, 3) Tahap Discovery, penemuan yang melibatkan proses menjembatani research dan informasi yang diketahui dalam penyusunan proyek. Ketika siswa mulai belajar mandiri dan menentukan apa yang masih belum diketahui. Menyajikan solusi yang mungkin untuk masalah, berkolaborasi, dan membangun kerjasama antar teman dalam kelompok, 4) Tahap Application, bertujuan untuk menguji produk/solusi dalam memecahkan masalah. Siswa menguji produk yang dibuat dari ketentuan yang ditetapkan sebelumnya, hasil yang diperoleh digunakan untuk memperbaiki langkah sebelumnya, 5) Tahap Communication, tahap akhir dalam setiap proyek dalam membuat produk/solusi dengan mengkomunikasikan antar teman maupun lingkup kelas. Presentasi merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi maupun kemampuan untuk menerima dan menerapkan umpan balik yang konstruktif.

    6 WARTA GURUB u l e t i n

    MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 2 TAHUN 2019

  • Pendidikan pada era industri 4.0 perlu dipandang sebagai pengembangan kompetensi Abad ke-21, yang terdiri dari tiga komponen besar, yakni kompetensi berpikir, bertindak, dan hidup di dunia (Harry F, 2018). Komponen berpikir meliputi berpikir kritis, berpikir kreatif, dan pemecahan masalah. Komponen bertindak meliputi komunikasi, kolaborasi, literasi digital, dan literasi teknologi. Komponen hidup di dunia meliputi inisiatif, mengarahkan diri (self-direction), pemahaman global, serta tanggung jawab sosial.

    Praksis pendidikan di sekolah yang bertumpu pada moda transmisi pengetahuan dari guru ke peserta didik (instruksionisme) mungkin berhasil di era Industri 1.0, namum kini tak efektif lagi untuk mempersiapkan generasi muda memasuki ekosistem industri 4.0 yang mengutamakan pengembangan kompetensi Abad ke-21. Pendidikan 4.0 hanya dapat diimplementasikan dengan merujuk pada paradigma baru pendidikan yang bercirikan peserta didik sebagai konektor, kreator, dan konstruktivis dalam rangka produksi dan aplikasi pengetahuan serta inovasi.

    Pengalaman belajar berbasis pendidikan STEM diharapkan sekaligus dapat mengembangkan pemahaman peserta didik terhadap konten konsep pengetahuan, kemampuan inovasi dan pemecahan masalah, soft skills (antara lain komunikasi, kerjasama, kepemimpinan). Dampak lebih lanjut dari pembelajaran kimia berbais STEM adalah meningkatknya minat dan motivasi peserta didik untuk melanjutkan studi dan berkarir dalam bidang profesi iptek, sebagaimana yang dibutuhkan negara saat ini dan di masa datang di era Industri 4.0.

    Deskripsi pembelajaran berbasis STEM di atas menunjukkan keselarasan pendekatan pembelajaran ini dengan fitur-fitur Pendidikan 4.0, khususnya mengembangkan keterampilan 4C (berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi), keinovatifan, dan kemampuan melakukan mendesain proses rekayasa untuk memecahkan masalah nyata. Oleh sebab itu pembelajaran berbasis STEM dapat menjadi satu alternatif untuk mewujudkan konsep pendidikan dalam era Industri 4.0.

    C. Penutup Dengan memperhatikan bahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

    pentingnya pembelajaran berbasis STEM untuk melatih kecakapan peserta didik adalah sebagai berikut: 1)Transformasi proses pendidikan, pendidikan STEM menghilangkan batas pemisah antara subjek sains, matematika, teknologi, dan rekayasa serta menghubungkan antara pengetahuan yang didapatkan oleh peserta didik dengan masalah di kehidupan nyata, 2) Peningkatan kemahiran pemahaman saintifik dengan mengkontektualisasikan antara berbagai pengetahuan saintifik yang dipelajari oleh peserta didik dengan masalah di kehidupan nyata, maka pendidikan STEM dapat meningkatkan kompetensi literasi sains, 3) Pengembangan sumber daya manusia, kriteria sumberdaya manusia yang relevan dan dibutuhkan di abad ke-21 harus memenuhi tuntutan keahlian yang diharapkan yaitu kemampuan dalam berkolaborasi, berkomunikasi, berpikir secara kritis, dan memiliki kemampuan dalam mengembangkan kreativitasnya, 4) Tantangan teknologi, kemampuan dalam rekayasa merupakan kunci dari lahirnya sebuah teknologi. Dalam pendidikan STEM, peserta didik ditantang untuk mengaplikasikan pengetahuannya melalui proses desain rekayasa untuk menciptakan solusi teknologi dari sebuah permasalahan, 5) Kunci dalam kemajuan dan inovasi, pendidikan STEM melalui berbagai proses pembelajaran yang dilalui oleh peserta didik turut mengembangkan kemampuan problem solving, berbekal kemampuan ini akan muncul berbagai inovasi dalam pengembangan teknologi.

    Mengingat pentingnya pembelajaran berbasis STEM untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 maka kami sarankan agar pihak-pihak terkait melakukan sosialisasi kepada para guru untuk mengimplementasikan dalam pembelajarannya.

    *) Guru SMA Negeri 1 Yogyakarta

    7Pendekatan STEM Sebagai Alternatif Mewujudkan Pembelajaran Era Revolusi Industri 4.0

  • Job Fair Dan Edu Fair Sebagai Solusi Bagi Tamatan SMK/SMA

    Oleh : Hari Sumanti*

    PendahuluanKebijakan Mendiknas dengan memberikan proporsi jumlah siswa SMA dan SMK

    dari 70 : 30 menjadi 30 : 70 menjadikan wajah baru bagi dunia pendidikan. Pada dasarnya SMA diprogramkan bagi lulusan yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, sedangkan SMK diprogramkan untuk siap memasuki lapangan kerja. Jumlah lulusan SMA yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, ikut menyumbang jumlah pengangguran terdidik karena tidak memiliki ketrampilan yang khusus bagi para lulusannya.

    Keberhasilan SMK salah satunya dapat diukur dari kemampuan lulusan dalam mengisi peluang kerja. Hal yang paling memprihatinkan apabila banyak pengangguran yang diakibatkan oleh pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang tidak sesuai dengan permintaan kerja serta kurangnya informasi lowongan kerja bagi lulusannya (Depdiknas, 2008).

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia per Agustus 2018 mencapai 7 juta orang. Angka tersebut setara dengan 5,34 persen dari jumlah angkatan kerja di Indonesia yang tercatat sebesar 131,01 juta orang. Dengan demikian mereka yang bekerja ada sebanyak 124,01 juta orang.

    Pengangguran paling banyak merupakan lulusan SMK. Di banding tingkat pendidikan lainnya pengangguran dari SMK pada Agustus 2018 tercatat sebesar 11,24 persen. Angka tersebut meningkat dari bulan Februari 2018 yaitu sebesar 8,92 persen. Selanjutnya pengangguran banyak dialami oleh lulusan SMA dengan 7,95 persen. Sementara mereka yang berpendidikan di bawah SMK dan SMA lebih mau menerima pekerjaan apa saja. Analisis tersebut bisa dilihat dari jumlah pengangguran lulusan SD yang hanya 2,43 persen sedangkan untuk lulusan SMP yang menganggur ada 4,8 persen.

    Dalam rangka memperkecil angka pengangguran, pada jenjang SMK diberi kesempatan untuk mendirikan Bursa Kerja Khusus (BKK) yaitu bursa kerja disatuan pendidikan menengah, pendidikan tinggi dan di lembaga pelatihan kerja yang melakukan kegiatan memberikan informasi pasar kerja, pendaftaran pencari kerja, mencari dan mendaftar lowongan pekerjaan, memberi penyuluhan dan bimbingan jabatan serta penempatan pencari kerja bagi tamatan satuan pendidikan yang bersangkutan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sekolah terhadap lulusannya.

    Permasalahan-permasalahan dalam penyaluran melalui BKK di sekolah dapat menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia khususnya pengangguran terlatih pada jenjang pendidikan menengah kejuruan. Padahal pemerintah mengharapkan tamatan SMK dapat langsung terserap di dunia kerja, namun pada kenyataannya masih banyak lulusan SMK yang belum terserap di dunia kerja. Bahkan pengangguran tertinggi di Indonesia adalah angkatan kerja dari lulusan SMK. Sebagai upaya memperkecil tingkat pengangguran pada lulusan SMK/SMA selain mendirikan BKK juga bisa mengadakan job fair dan edu fair.

    Opini

    8 WARTA GURUB u l e t i n

    MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 2 TAHUN 2019

  • Apa itu Job Fair dan Edu Fair ?Tugas SMK/SMA tidak hanya meluluskan siswanya saja tetapi juga harus

    mencarikan tempat yang tepat untuk siswanya ketika mereka telah lulus dari sekolah, apakah mereka akan melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah atau mereka akan bekerja. Job fair dan edu fair merupakan salah satu upaya sekolah untuk memberikan fasilitas layanan bagi para lulusannya.

    Job fair dapat diartikan sebagai pameran yang menyuguhkan perusahaan pencari tenaga kerja atau dengan kata lain bursa kerja. Dimana di job fair nantinya akan banyak perusahaan yang membutuhkan pekerja mengikuti ajang pameran tersebut.

    Job fair atau bursa kerja ini memudahkan pencari kerja untuk menemui beberapa perusahaan sekaligus dalam satu kesempatan tanpa harus bersusah payah ke kantor perusahaan tersebut. Sebaliknya bagi perusahaan pun mempunyai manfaat yaitu mendekatkan kepada calon pegawai yang nantinya akan mengisi posisi kerja yang ditawarkan perusahaan tersebut, tanpa harus mencari dengan susah payah.

    Edu fair atau pameran pendidikan dapat diartikan sebagai pameran yang menyuguhkan beberapa perguruan tinggi dengan menawarkan banyak jurusan serta mekanisme-mekanisme yang harus dilalui jika akan masuk di perguruan tinggi tersebut . Dimana di edufair nantinya akan banyak perguruan tinggi yang menawarkan kepada calon mahasiswa yang mengikuti ajang pameran tersebut.

    Acara seperti ini sangat diminati dan ditunggu oleh lulusan sekolah yang akan mencari pekerjaan maupun perguruan tinggi, karena sangat efisien dan menghemat waktu serta biaya.

    Job fair dan edu fair Di SMK N 1 NanggulanSMKN 1 Nanggulan berlokasi di jalan Gadjah Mada, Wijimulyo, Nanggulan, Kulon

    Progo sukses mengadakan jobfair dan edufair pada tanggal 29 dan 30 Maret 2019. Acara ini pertama kali diadakan oleh SMKN 1 Nanggulan bertepatan dengan hari ulang tahun ke-15 SMKN 1 Nanggulan. Job fair dan edu fair SMKN 1 Nanggulan adalah kegiatan pameran dan bursa kerja yang diselenggarakan oleh Bursa Kerja Khusus (BKK) SMKN 1 Nanggulan. Job fair dan edu fair ini bertujuan untuk :

    1. Memfasilitasi lulusan SMK Negeri 1 Nanggulan dan SMK/SMA sekitar untuk memasuki dunia kerja dan perguruan tinggi

    2. Menghubungkan dunia akademik dengan dunia usaha3. Memberikan kesempatan dunia usaha untuk memperkenalkan perusahaan sebagai

    penyedia bidang pekerjaan yang prospektif di masa depan4. Memberikan wahana kepada dunia usaha dalam menyalurkan tanggung jawab

    sosialnya kepada masyarakat5. Memfasilitasi perusahaan pengguna lulusan dalam merekrut tenaga kerja melalui

    sistem online dan langsung

    Kegiatan ini menghadirkan perusahaan serta lembaga pendidikan tinggi yang membutuhkan karyawan dan mahasiswa. Target perusahaan yang akan dihadirkan sebanyak 10 perusahaan, sedangkan untuk perguruan tinggi sebanyak 8. Pengunjung ditargetkan sebanyak 1000 orang yang terdiri atas para luusan SMK/SMA, para guru/karyawan, dan masyarakat sekitar.

    9Job Fair Dan Edu Fair Sebagai Solusi Bagi Tamatan SMK/SMA

  • Kegiatan dilaksanakan selama 2 hari dengan bentuk kegiatan sebagai berikut :

    1. Presentasi dan pameran Pameran perusahaan maupun perguruan tinggi melalui stand yang disediakan dan presentasi dilakukan di panggung

    2. Recruitmen Baik calon tenaga kerja, maupun mahasiswa mengajukan lamaran/permohonan kepada perusahaan/ perguruan tinggi yang dituju

    3. Tes dan SeleksiPerusahaan dapat melakukan seleksi di ruangan yang telah disediakan di area SMKN 1 Nanggulan. Sedangkan untuk perguruan tinggi belum mengadakan seleksi.

    Antusias yang tinggi diperlihatkan dari para lulusan dengan banyaknya siswa yang telah membuat lamaran kerja dan menggali informasi di perusahaan maupun perguruan tinggi. Antusiasme ini juga ditunjukkan oleh siswa kelas X maupun kelas XI. Siswa kelas X dan XI dapat mempergunakan kesempatan ini untuk mempersiapkan diri dan membuat ancang-ancang dari jauh hari untuk menentukan akan kemana mereka setelah lulus nanti. Terutama bagi para luusan/siswa yang akan melanjutkan studi di perguruan tinggi, pemerintah menyediakan beasiswa khususnya bagi yang tidak mampu seperti : Prgram Bidik Misi, Beasiswa PPA, Unggulan dan lainnya. Dengan demikian jangan sampai para siswa terlewat dengan informasi tersebut.

    PenutupTugas SMK/SMA tidak hanya meluluskan siswanya saja tetapi juga harus

    mencarikan tempat yang tepat untuk siswanya ketika mereka telah lulus dari sekolah, apakah mereka akan melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah atau mereka akan bekerja.

    Keberhasilan SMK salah satunya dapat diukur dari kemampuan lulusan dalam mengisi peluang kerja. Hal yang paling memprihatinkan apabila banyak pengangguran yang diakibatkan oleh pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang tidak sesuai dengan permintaan kerja serta kurangnya informasi lowongan kerja bagi lulusannya (Depdiknas, 2008).

    Sebagai solusi untuk memperkecil angka pengangguran dari lulusan SMK/SMA beberapa SMA/SMK mengadakan job fair dan edu fair. Dua kegiatan ini sangat menguntungkan baik bagi para lulusan maupun bagi perusahaan/perguruan tinggi itu sendiri. Bagi para lulusan, job fair dan edu fair memudahkan pencari kerja untuk menemui beberapa perusahaan/perguruan tinggi sekaligus dalam satu kesempatan tanpa harus bersusah payah ke kantor perusahaan/perguruan tinggi tersebut. Sebaliknya bagi perusahaan/perguruan tinggi mempunyai manfaat yaitu mendekatkan kepada calon pegawai/mahasiswa yang nantinya akan mengisi posisi kerja/mahasiswa yang ditawarkan perusahaan/perguruan tinggi tersebut tanpa harus mencari dengan susah payah.

    *) Guru SMK Negeri 1 Nanggulan

    10 WARTA GURUB u l e t i n

    MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 2 TAHUN 2019

  • 5 Strategi Mengefektifkan Pembelajaran Bahasa Inggris

    Oleh: Jumadi, S.Pd *)

    Bahasa Inggris sangat penting untuk dikuasai peserta didik pada era global seperti saat ini sebab bahasa Inggris merupakan bahasa internasional di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, bisnis dan diplomasi. Selain itu, daya saing sebuah bangsa di kancah global juga ditentukan oleh salah satunya kompetensi bahasa Inggris yang dimiliki oleh bangsa tersebut.

    Namun, mata pelajaran bahasa Inggris selama ini dipandang sebagai momok bagi peserta didik. Peserta didik memiliki anggapan bahwa bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang sulit dan tidak mudah dipelajari. Akibatnya, pembelajaran untuk mata pelajaran bahasa Inggris hasilnya kurang memuaskan. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh hasil Ujian Nasional Tahun 2019 di mana untuk nilai rata-rata mata pelajaran bahasa Inggris secara nasional hanya mencapai 53.49, naik 0.06% dibanding hasil Ujian Nasional Tahun 2018 yang mencapai 53.43 (Balitbang Kemendikbud RI, 2019).

    Melihat fakta tersebut, harus ada upaya untuk merubah strategi proses pembelajaran bahasa Inggris di kelas agar pembelajaran berjalan lebih efektif dan dapat meningkatkan kompetensi bahasa Inggris peserta didik. Strategi

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Terkait dengan topik yang sedang kita bahas, kata ‘kegiatan’ pada definisi tersebut dapat dimaknai sebagai proses pembelajaran. Sementara, kata ‘sasaran khusus’ berarti kompetensi bahasa Inggris yang hendak dicapai melalui proses pembelajaran.

    Adapun strategi terkait dengan kegiatan pembelajaran, Suyanto dan Jihad mendefiniskannya sebagai langkah-langkah umum dalam kegiatan belajar yang mesti dilakukan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (2013:82). Pembelajaran yang Efektif

    Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

    Sementara itu, kunci keberhasilan pembelajaran adalah proses pembelajaran yang berlangsung secara efektif. Tujuan pembelajaran tidak mungkin tercapai jika proses pembelajaran berjalan tidak efektif.

    Dalam hal ini, Popham dan Baker menyatakan bahwa pada hakikatnya proses pembelajaran yang efektif terjadi jika guru dapat mengubah kemampuan dan persepsi peserta didik dari yang sulit mempelajari sesuatu menjadi mudah mempelajarinya. Lebih jauh mereka menjelaskan bahwa proses belajar mengajar yang efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran untuk dapat memaksimalkan pembelajaran (Suyanto dan Jihad, 2013:101). Pembahasan

    Rendahnya hasil belajar bahasa Inggris sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, perlu mendapatkan solusi agar hasil belajar bahasa Inggris dapatt meningkat. Salah satu solusi meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris adalah menemukan stratgei pembelajaran bahasa Inggris yang efektif.

    Teknologi Pendidikan

    115 Strategi Mengefektifkan Pembelajaran Bahasa Inggris

  • Adapun 5 strategi untuk mengefektifkan proses pembelajaran bahasa Inggris dapat diuraikan sebagai berikut:1. Membangun relasi yang positif dengan peserta didik

    Pada uraian sebelumnya telah disebutkan bahwa unsur utama pembelajaran adalah adanya proses interaksi antara peserta didik dan pendidik. Proses interaksi selama proses pembelajaran harus dibangun di atas dasar relasi yang positif antara peserta didik dan pendidik. Dalam proses interaksi yang dibangun di atas dasar relasi positif akan memudahkan terjadinya proses transfer ilmu (transfer of knowledges) dan transfer nilai (transfer of values).

    Dengan kata lain, syarat pembelajaran yang efektif adalah adanya proses interaksi yang positif antara peserta didik dan pendidik. Sebab, pada hakikatnya tidak ada prsose pembelajaran tanpa adanya hubungan positif antara peserta didik dan pendidik.

    Oleh sebab itu, pada awal proses pembelajaran pendidik harus terlebih dahulu membangun hubungan yang erat dengan peserta didik. Bersikap ramah dan terbuka, membangun sikap percaya diri peserta didik, menempatkan diri sebagai mitra belajar peserta didik, selalu memberi motivasi peserta didik setiap menemui kesulitan, serta memberi apresiasi sekecil apapun atas capaian peserta didik adalah beberapa hal yang bisa dilakukan pendidik untuk membangun hubungan baik dengan peserta didik.

    Hubungan poistif antara peserta didik dan pendidik merupakan pondasi penting bagi pembelajaran yang efektif. Kondusifitas lingkungan pembelajaran yang tercipta oleh hubungan antara peserta didik dan pendidik juga dapat mengurangi potensi munculnya masalah psikis peserta didik selama proses pembelajaran.2. Menggunakan model pembelajaran kooperatif

    Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran di mana peserta didik saling berintearksi secara positif untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mutual. Berbeda dengan model pembelajaran ceramah yang berpusat pada guru, pembelajaran kooperatif memusatkan proses pembelajaran pada peserta didik (student-centered learning).

    Model pembelajaran kooperatif didasarkan pada falsafah homo homini socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Intearksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Tanpa interaksi sosial, tidak mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain, kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, dan kehidupan bersama lainnya (Agus Suprijono, 2013:56).

    Sebagai mata pelajaran bahasa, kemampuan berkomunikasi adalah tujuan utama pembejaran bahasa Inggris. Kemampuan komunikasi tersebut hanya dapat diasah melalui proses interaksi antara dua peserta didik atau lebih. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran bahasa Inggris.

    Model pembelajaran kooperatif juga memungkinkan peserta didik untuk saling bertanya, berdiskusi, dan bertukar pengetahuan sekiranya selama proses pembelajaran ada kesulitan pada materi pembelajaran. Hal tersebut tentu saja akan mempermudah pemahaman peserta didik atas materi pembelajaran yang sedang mereka pelajari.

    Adapun model-model pembelajaran bahasa Inggris yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris di antaranya bermain peran (role play), sosiodrama, diskusi kelompok, jigsaw, team-games-tournament, student team achievement division dan lain sebagainya. 3. Mendahulukan keterampilan bahasa lisan

    Materi pembelajaran bahasa secara umum terbagi atas dua macam, yaitu keterampilan bahasa lisan (spoken skill) dan ketrampilan bahasa tulisan (written skill). Dalam pembelajaran bahasa Inggris, peserta didik diharapkan mampu menguasai dua keterampilan berbahasa tersebut.

    Keterampilan bahasa lisan terdiri atas keterampilan berbicara (speaking) dan mendengar (listening). Sementara, keterampilan berbahasa tulisan yaitu membaca (reading) dan menulis (writing).

    Pembelajaran bahasa Inggris akan lebih menarik dan mudah apabila proses pembelajarannya ditekankan lebih dulu pada penguasaan keterampilan berbahasa lisan. Selain mengenalkan bentuk bahasa Inggris secara lisan dalam kehidupan sehari-hari, mendahulukan keterampilan berbahasa lisan juga dapat menghindarkan peserta didik

    12 WARTA GURUB u l e t i n

    MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 2 TAHUN 2019

  • terjebak dalam kerumitan struktur kalimat, tata bahasa dan gramatika yang ada pada bahasa Inggris. Kerumitan inilah yang seringkali memunculkan anggapan bahwa bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang sulit dan pada gilirannya mematahkan semangat peserta didik mempelajari bahasa Inggris.

    Mendahulukan keterampilan bahasa lisan juga sesuai dengan proses penguasaan bahasa manusia yang secara alamiah terlebih dahulu menguasai bahasa lisan. Bahasa lisan bahkan dapat dikuasai oleh manusia jauh sebelum mereka melek huruf atau mengenal bahasa tulisan.

    Setelah peserta didik cukup fasih dalam berbahasa Inggris secara lisan pada materi yang sedang dipelajari, guru dapat mengenalkan struktur kalimat, tata bahasa dan gramatika yang terkait langsung dengan materi yang sedang dipelajari peserta didik. Jadi, pembelajaran keterampilan berbahasa tulisan, seperti struktur kalimat dan gramatika, disampaikan secara implisit dalam pembelajaran keterampilan berbahasa lisan.

    Dengan strategi ini, peserta didik langsung dikenalkan dengan keterampilan berbahasa yang bersifat praktis bukan teoretis.

    4. Mendesain pembelajaran yang kontekstualPembelajaran akan lebih bermakna apabila kita mendekatkan materi pembelajaran

    dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Pembelajaran kontekstual juga memungkinkan terciptanya pelibatan (engagement) peserta didik pada proses pembelajaran yang sedang mereka ikuti. Dengan demikian peserta didik merasakan bahwa materi pembelajaran yang sedang mereka pelajari ada korelasinya dengan kehidupan mereka sehari-hari. Jika hal tersebut terjadi, maka motivasi peserta didik untuk belajar akan meningkat sebab mereka merasa materi pembelajaran yang ssedang mereka pelajarai adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari.

    5. Memanfaatkan teknologi informasi dan perangkat digitalPara peserta didik yang tengah menempuh pendidikan saat ini dapat dipastikan

    adalah generasi milenial. Sebutan lain bagi generasi ini adalah digital native, yaitu generasi yang akrab dengan perangkat digital sejak mereka lahir. Mereka juga terbiasa memanfaatkan layanan teknologi informasi untuk memenuhi keperluan mereka sehari-hari.

    Fenomena ini jangan sampai terpisah dari proses pembelajaran. Sebab jika proses pembelajaran terpisah dari fenomena keseharian generasi milenial dalam hal pemanfaatan teknologi informasi dan perangakt digital, peserta didik akan merasa proses pembelajaran begitu membosankan karena tudak sesuai dengan narasi kehidupan yang mereka jalani sehari-hari.

    Oleh sebab itu, guru dapat memanfaatkan aplikasi pembelajaran yang tersedia di internet, seperti edmodo.com, quipperschool.com, google classroom atau jogjabelajar untuk lebih mendekatkan proses pembelajaran dengan gaya hidup generasi milenial. Dengan aplikasi pembelajaran dalam jaringan (online) tersebut, peserta didik dapat mengakses proses pembelajaran melalui perangkat digital, seperti telepon pintar, yang mereka miliki.

    KesimpulanKunci keberhasilan proses pembelajaran salah satunya adalah pemilihan strataegi

    pembelajaran yang tepat. Sehingga, pendidik harus pandai-pandai dalam memilih stratgei yang tepat untuk mengefektifkan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang berjalan efektif sangat membantu pendidik dan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

    5 strategi di atas merupakan upaya untuk membantu pendidik dan peserta didik dalam meningkatkan efektivitas proses pembelajaran bahasa Inggris.

    Harapannya, jika pembelajaran bahasa Inggris sudah berjalan efektif, kemampuan bahasa Inggris peserta didik juga dapat meningkat.

    *) Guru bahasa Inggris SMK Negeri 1 Sewon Bantul

    135 Strategi Mengefektifkan Pembelajaran Bahasa Inggris

  • Pentingnya Perpustakaan Di Sekolah Dasar

    Oleh : Purmono*

    PendahuluanPendidikan merupakan sesuatu

    yang sangat penting, sehingga menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar bisa menjawab tantangan di era global ini. Untuk memperoleh pendidikan, banyak cara yang bisa kita tempuh. Diantaranya melalui perpustakaan. Karena di perpustakaan, berbagai sumber informasi bisa diperoleh.

    Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 45 menyatakan bahwa “setiap satuan pendidikan formal dan non formal

    menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”. Kemudian di dalam undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 23 menyebutkan bahwa “setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan sekolah yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan”. Kemudian disebutkan juga bahwa “perpustakaan sekolah/madrasah wajib memiliki buku teks pelajaran yang ditetapkan sebagai buku teks wajib pada satuan pendidikan yang bersangkutan dalam jumlah yang mencukupi untuk memenuhi semua peserta didik dan pendidik”.

    Dalam rangka melaksanakan undang-undang tersebut, di seluruh Sekolah Dasar sudah terdapat perpustakaan. Keberadaan perpustakaan di Sekolah Dasar bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan pustaka, tetapi agar dapat membantu siswa dan guru dalam menyelesaikan tugas-tugas selama proses pembelajaran. Dengan demikian, untuk menunjang proses belajar mengajar, pengadaan buku-buku penunjang harus mempertimbangkan kurikulum sekolah, perkembangan siswa, serta minat siswa dan guru. Perpustakaan Sekolah Dasar merupakan salah satu sarana yang efektif untuk menambah pengetahuan melalui beragam bacaan. Perpustakaan menyediakan berbagai bahan pustaka yang secara individual dapat dimanfaatkan oleh siswa.

    Sesuai dengan perkembangannya siswa Sekolah Dasar berada pada tahap meniru dan proses pembiasaan. Oleh karena itu koleksi-koleksi buku selain buku teks pelajaran haruslah buku-buku yang mengandung unsur edukatif dan ketokohan. Dengan beragamnya buku yang tersedia di perpustakaan diharapkan para siswa Sekolah Dasar akan mampu menemukan, menyaring dan menilai informasi, terbiasa untuk membaca dan belajar mandiri, berlatih untuk bertanggung jawab, serta selalu mengikuti perkembangan

    Teknologi Pendidikan

    14 WARTA GURUB u l e t i n

    MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 2 TAHUN 2019

  • ilmu pengetahuan dan teknologi. Koleksi buku yang beragam diharapkan juga dapat menarik minat membaca bagi siswa dan menjadikan siswa terbiasa gemar membaca.

    Sampai saat ini perpustakaan telah banyak memberikan kontribusi yang sangat luas dari berbagai bidang dalam rangka menyediakan informasi dan referensi. Pada bidang pendidikan terutama di Sekolah Dasar, perpustakaan sangat membantu dalam perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan sosial para siswanya. Selain itu, keberadaan perpustakaan dengan berbagai koleksi literatur sangat menbantu program literasi sekolah.

    Peran, Fungsi, dan Tujuan Perpustakaan Sekolah DasarSuwarno (2011), menyebutkan bahwa perpustakaan sebagai pusat informasi

    memiliki peran strategis. di tengah masyarakat. Pada pandangan yang lebih luas perpustakaan dapat berperan sebagai agen perubahan, pembangunan, serta agen budaya dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara umum peran perpustakaan di Sekoah Dasar adalah sebagai berikut :1. Menjadi media antara para siswa dan guru dengan koleksi sebagai sumber pengetahuan2. Menjadi lembaga pengembangan minat dan budaya membaca serta pembangkit

    kesadaran pentingnya belajar sepanjang hayat3. Mengembangkan komunikasi antara siswa dan guru dengan penyelenggara sehingga

    tercipta kolaborasi, sharing pengetahuan maupun komunikasi ilmiah lainnya.4. Motivator, mediator, dan fasilitator bagi siswa dan guru dalam usaha mencari,

    memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan5. Sebagai agen perubah pembangunan dan kebudayaan manusia

    Fungsi perpustakaan khususnya untuk Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :

    1) Fungsi EdukatifFungsi edukatif, bahwa perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang sesuai

    dengan kurikulum yang mampu membangkitkan minat baca para siswa, mengembangkan daya ekspresi, mengembangkan kecakapan berbahasa, dan mengembangkan daya pikir yang kritis, kreatif, dan inovatif.2) Fungsi Informatif

    Perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang memuat informasi tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan kekinian yang tersusun secara teratur dan sistematis sehingga dapat memudahkan para petugas dan pemakai dalam mencari informasi yang diperlukan.3) Fungsi Administratif

    Perpustakaan harus mengerjakan pencatatan dan pemprosesan bahan-bahan pustaka serta menyelenggarakan sirkulasi yang praktis, efektif, dan efisien.4) Fungsi Rekreatif

    Perpustakaan disamping menyediakan buku-buku pengetahuan juga perlu menyediakan buku-buku yang menghibur sehingga dapat digunakan para siswa maupun guru untuk mengisi waktu luang.5) Fungsi Penelitian

    Perpustakaan menyediakan bacaan yang dapat dijadikan sebagai sumber/obyek penelitian dalam berbagai bidang studi bagi siswa maupun guru.

    Sedangkan tujuan perpustakaan Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :1. Memupuk rasa cinta, kesadaran, dan kebiasaan membaca2. Membimbing, mengarahkan, dan membiasakan memahami isi bacaan3. Memperluas pengetahuan siswa4. Membantu mengembangkan kecakapan berbahasa dan daya pikir siswa dengan

    menyediakan bahan bacaan yang bermutu

    15Pentingnya Perpustakaan Di Sekolah Dasar

  • 5. Membimbing siswa agar dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka dengan baik

    6. Memberikan dasar-dasar ke arah studi mandiri7. Membrikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bagaimana cara menggunakan

    perpustakaan dengan baik, efektif, dan efisien8. Menyediakan bahan-bahan pustaka yang menunjang pelaksanaan program kurikulum

    di sekolah baik yang bersifat kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler.

    Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Dasar

    Perkembangan kognitif anak adalah semua tentang belajar. Perkembangan kognitif meliputi kemampuan anak sekolah memecahkan masalah matematika, keberanian untuk mengajukan pertanyaan setelah mereka membaca sesuatu. Perkembangan kognitif terjadi sepanjang waktu dan dipengaruhi oleh gen dan pengalaman yang dimilikinya.

    Perkembangan kognitif anak usia Sekolah Dasar dapat dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan range umur. Berikut ini ciri-ciri perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar.

    1. Anak SD usia 5-6 tahun, ciri-cirinya : kosakata meningkat menjadi sekitar 2000 kata, dapat menulis kalimat dengan lima kata atau lebih, dan mampu memahami konsep seperti kemarin, hari ini, dan besok.

    2. Anak SD usia 7-8 tahun, ciri-cirinya :mulai mengembangkan rentang perhatian yang lebih lama, bersedia mengambil tanggung jawab yang lebih, dan menikmati membaca buku sendiri.

    3. Anak SD usia 8-12 tahun, ciri-cirinya : mulai berpikir hipotesis, mempertimbangkan sejumlah kemungkinan, dan mampu berpikir logis, dapat menikmati membaca buku, dapat menafsirkan kontek paragraph dan menulis cerita, menghargai humor dan permainan kata.

    Berdasarkan perkembangannya usia anak SD mempunyai karakteristik rasa ingin tahu yang tinggi, oleh karena itu perlu memenuhi sarana perpustakaan dengan buku-buku fiksi dan non fiksi. Gerakan gemar membaca juga harus digiatkan di setiap sekolah. Anak-anak yang senang membaca mampu berkonsentrasi pada pelajaran daripada yang tidak. Dalam hal berkomunikasi dengan orang lain, anak yang gemar membaca lebih aktif dibanding yang tidak. Ini karena mereka memiliki banyak pengetahuan dan kosakata dari bacaan yang dibaca.

    Pemerintah telah menyediakan perpustakaan beserta koleksi bukunya di setiap Sekolah Dasar. Buku merupakan jendela dunia, sehingga perlu membaca walaupun sebentar. Anak-anak dibiasakan untuk membaca bacaan yang sesuai dengan karakteristik umurnya. Dengan demikian anak akan mengeksplorasi pengetahuan dari buku yang telah dibacanya. Buku memiliki banyak kelebihan daripada media elektronik zaman sekarang. Untuk buku bacaan anak-anak Sekolah Dasar buku lebih menarik dengan gambar-gambar yang disajikan dengan gambar berwarna. Sayangnya, anak-anak sekarang lebih senang menonton televisi dan bermain gadget daripada membaca buku.

    16 WARTA GURUB u l e t i n

    MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 2 TAHUN 2019

  • PenutupBuku adalah jendela dunia, untuk memahami isi sebuah buku maka harus

    membacanya. Namun pada kenyataannya budaya membaca di Indonesia sangat rendah, bahkan kondisi minat baca masyarakat cukup memprihatinkan. Kalau kita perhatikan anak-anak usia sekolah malas untuk membaca, meraka lebih senang menonton televisi maupun bermain gadget begitu juga para orang tua lebih suka di depan computer.

    Sebagai bentuk antisipasi rendahnya budaya membaca, pemerintah telah membangun perpustakaan di setiap sekolah, dari tingkat SD sampai perguruan tinggi. Pada setiap perpustakaan telah disediakan koleksi buku-buku baik berupa buku non fiksi maupun fiksi. Pada tingkat Sekolah Dasar, keberadaan perpustakaan sangat penting. Dengan adanya buku-buku yang tersedia di perpustakaan anak-anak SD tingkat bawah bisa berlatih membaca dengan mengeja kata. Pada anak-anak SD tingkat atas, membaca dapat membantu mereka untuk menemukan, menyaring dan menilai informasi, terbiasa untuk membaca dan belajar mandiri, berlatih untuk bertanggung jawab, serta selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya pemerintah untuk meningkatkan minat membaca, yaitu dengan membentuk gerakan literasi. Di sekolah-sekolah pada tingkat satuan pendidikan, membiasakan siswanya untuk membaca baik buku-buku nonfiksi atau buku-buku fiksi. Oleh karena itu keberadaan perpustakaan beserta koleksi buku-bukunya sangat penting artinya dalam mendukung program literasi sekolah atau gerakan literasi.

    *) Guru SD Negeri Jumblangan Samigaluh

    17Pentingnya Perpustakaan Di Sekolah Dasar

  • Penanaman Karakter Komunikatif Peserta Didik Melalui Ujaran: “ Kula Nuwun”,

    “Nyuwun Pangapunten”, dan “Matur Nuwun”

    Oleh: Sigit Nugroho*

    Pendahuluan

    Perkembangan arus globalisasi membawa pengaruh diberbagai sendi kehidupan. Salah satu diantaranya adalah masuknya budaya asing. Sekolah sebagai tempat generasi muda penerus bangsa menimba ilmu pengetahuan dan teknologi juga mengalami pengaruh atas masuknya budaya asing tersebut. Disamping membawa pengaruh positif, masuknya budaya asing juga membawa pengaruh negatif.

    Dengan mengenal budaya asing tentu saja peserta didik tidak akan ketinggalan jaman; dapat mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dimanapun juga. Para peserta didik juga dapat belajar banyak tentang budaya, bahasa, adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan berbagai hal dari bangsa lain. Dengan kata lain peserta didik selalu Up to date terhadap perkembangan jaman. Namun pengaruh yang tidak baik ternyata juga mengiringinya. Hal tersebut tidak bisa kemudian dianggap sepele.

    Kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi yang begitu pesat ternyata telah membawa dampak negatif terhadap perilaku manusia. Stasiun-stasiun televisi sekarang banyak menyajikan tontonan yang menonjolkan tayangan kekerasan, kemewahan, kriminal, seks, pornografi, dan sebagainya tanpa memperhatikan dampak dari tayangan tersebut terhadap perilaku penontonnya. Istilah dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesias berarti: 1. benturan, 2. pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif), (KBBI, 1993: 183). Kita bisa menyaksikan dalam tayangan tersebut, bagaimana seorang anak berani dengan orang tua, perselingkuhan dalam rumah tangga, kenakalan remaja, seks di luar nikah, kekerasan dalam keluarga dan sebagainya. Tayangan tersebut sering tanpa dibarengi adanya ajaran budi pekerti dan etika yang bisa dipetik dari tontonan tersebut. Hal tersebut dalam dunia bisnis bisa dimaklumi karena memang semata-mata untuk mencari keuntungan materi belaka.

    Tayangan-tayangan yang menonjolkan sisi kekerasan, kriminal, pornografi akan membawa membawa pengaruh buruk terhadap tingkah laku, karakter, perilaku, dan perbuatan baik penonton, pembaca, maupun pendengar dalam kehidupan bermasyarakat terlebih generasi muda yang masih duduk dibangku sekolah khususnya para peserta didik. Perilaku masyarakat penikmat tayangan-tayangan tersebut kadangkala meniru dari apa yang dilihat dan didengar melalui tontonan yang disuguhkan tanpa disaring terlebih dahulu sehingga terjadi miskomunikasi atau salah faham. Maka, sangat penting untuk membangun komunikasi antar warga maupun antar siswa sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.

    Pendidikan Budaya

    18 WARTA GURUB u l e t i n

    MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 2 TAHUN 2019

  • Dengan terbiasa membangun komunikasi maka diharap akan muncul karakter komunikatif dari warga yang terlibat di dalamnya. Dalam lingkungan sekolah hal tersebut menjadi bagian dari pendidikan karakter.

    Pendidikan karakter adalah usaha secara aktif untuk membangun kebiasaan (habit) sehingga tabiat anak akan terbentuk mulai sejak anak-anak supaya anak bisa mengerti dan memahami setiap tindakan yang dilakukan secara arif dan bijaksana di dalam hidup sehari-hari (Fitri, 2012: 21). Pendidikan karakter tidak hanya sekedar pendidikan moral dan nilai.Pendidikan karakter memiliki makna yang jauh lebih tinggi daripada pendidikan moral.Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan benar dan salah. Lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan terhadap hal-hal yang baik sehingga kebiasaan yang baik tersebut akan melingkupi pribadi anak baik kognitif, afektif maupun psikomotorik (Abidin, 2012).

    Dalam pergaulan sehari-hari baik di rumah, sekolah, maupun dalam lingkungan yang lebih besar yaitu masyarakat,: tata krama, sopan santun, tingkah laku seakan sudah tidak diperhatikan lagi. Hal ini memang sungguh ironis dan jika dibiarkan lagi maka kata tragis bukan hal yang tidak mungkin akan menimpa para pelajar sebagai generasi penerus bangsa. Orang Jawa akan mengatakan bahwa anak jaman sekarang sudah meninggalkan Subasita. Menurut Bausastra Jawa kata Subasita berarti tatakramaning sesrawungan atau dalam bahasa Indonesia berarti tata krama pergaulan, (S. Prawiro Atmodjo, 1994: 371). Selama ini orang Jawa sangat dikenal akan prinsip kerukunan dan prinsip hormat yang tepat atau empan mapan, ( Magnis Suseno, 1993: 39-60).

    Masyarakat atau kelompok orang Jawa tentu saja memiliki nuansa yang berbeda dalam etika budayanya, hal ini dilakukan menurut tindakan yang dilakukan. Tindakan ini akan erat hubungannya dengan penilaian. Penilaian itu bisa berkaitan dengan sehat atau tidak sehat, indah ataupun tidak, atau mungkin baik dan buruk (Poedjawiyatna1990: 13-14). Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia kata etika memiliki definisi: 1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hal dan kewajiban moral akhlak, 2. kumpulan nilai-nilai yang berkenaan dengan akhlak, 3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat ( KBBI, 1993: 237). Banyaknya nuansa atau warna budaya yang dimiliki oleh masyaraka Jawa ini oleh sebagian orang dianggap sebagai pertanda bahwa budaya yang dimiliki oleh orang Jawa tidak mati. Budaya Jawa selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan jaman dan selalu produktif. Namun sebagian lagi beranggapan bahwa banyaknya warna budaya yang dilandasi oleh etika keterbukaan terhadap hal-hal yang baru dan selalu toleransi terhadapnya tanpa adanya batasan atau dibatasi ternyata menyebabkan orang Jawa tenggelam dan hanyut oleh gelombang arus budaya dunia. Akibatnya, orang Jawa sudah tidak njawani atau orang jawa yang lupa akan Jawanya seperti peribahasa ‘kacang lupa akan kulitnya’.

    Pada dasarnya ajaran-ajaran Jawa merupakan pokok-pokok moral yang mengarahkan manusia Jawa dalam bertingkah laku yang baik. Seorang manusia yang sadar akan eksistensinya di dunia akan selalu berusaha mencapai pengertian tentang tata cara perilaku kehidupan yang beradab, disamping itu dalam bertingkah laku dan mengambil tindakan manusia akan selalu memikirkan akibat baik dan buruk sehingga tidak sembarangan dalam bertindak, berkata dan bertingkah laku, (Wiwin W Rahayu, 1996: 8). Orang Jawa menyebut dengan istilah ‘unggah-ungguh’.

    Unggah-ungguh adalah terapan bahasa pragmatik yang kominikatif. Unggah-ungguh tidak hanya melibatkan bahasa, melainkan terkait dengan tatakrama Jawa. Selain itu, unggah-ungguh yang layak, pantas, dan bagus,tentu harus empan papan, angon rasa, dan angon mangsa. Penguasaan unggah-ungguh yang tepat akan mencerminkan harga diri seseorang. Hal ini dilandasi filosofi bahwa ajining dhiri seka kedaling lathi, ajining awak seka tumindak, ajining satriya seka basa, ajining raga seka busana, ( Suwardi Endraswara, 2009: 96 ). Disisi lain unggah-ungguh atau sopan santun berbahasa akan memberikan penghargaan atau menghormati orang yang diajak berbicara, khususnya pendengar atau pembaca, (Gorys Keraf,2002: 114).

    19Penanaman Karakter Komunikatif Peserta Didik Melalui Ujaran: “ Kula Nuwun”, “Nyuwun Pangapunten”, Dan “Matur Nuwun”

  • Tulisan ini akan menyajikan tentang komunikasi peserta didik atau pelajar dalam tata pergaulan di lingkungan sekolah dipandang dari sudut etika, lebih khusus lagi membicarakan sopan santun berbicara dengan orang lain dalam menggunakan ujaran : Kula Nuwun ‘;permisi’, Nyuwun Pangapunten ‘ maaf ‘, Matur Nuwun ‘ terima kasih’.

    Suwardi Endraswara dalam bukunya “30 Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa” pada bagian Pembelajaran unggah-ungguh sedikit menyampaikan bahwa salah satu kunci untuk menguasai unggah-ungguh adalah dengan memberdayakan ucapan kula nuwun, matur nuwun, dan nuwun sewu,(2009: 97).

    Penanaman Karakter Komunikatif Peserta Didik Melalui Ujaran: “ Kula Nuwun”, “Nyuwun Pangapunten”, Dan “Matur Nuwun”

    Seperti telah diuraikan di atas, tulisan ini akan membicarakan tentang etika tatakrama berbicara dalam pergaulan masyarakat Jawa, khususnya sopan santun berbicara dengan orang lain di dalam menggunakan kata Kula Nuwun ‘permisi’, Nyuwun Pangapunten ‘mohon maaf’, dan Matur Nuwun ‘terima kasih’.

    a. Kula Nuwun ‘ permisi’

    Kata Kula Nuwun dengan variasinya: Nuwun, Kawula Nuwun, Nuwun Sewu yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘permisi’ adalah kata pertama dan tidak boleh dilupakan dalam etika berbicara dengan orang lain. Ketika orang mau bertamu baik di rumah, sekolah, kantor, dan dimanapun juga kata Kula Nuwun ‘permisi’ yang seharusnya pertama kali terucap. Namun, ternyata kata ini kadang diabaikan. Kita bisa melihat, misalnya bagaimana ketika jam pelajaran sudah dimulai dan bapak atau ibu guru sudah di dalam kelas dengan santainya siswa-siswi masuk tanpa permisi meskipun tidak semua. Ada lagi pelajar ketika pulang dari sekolah atau dari manapun sampai di rumah tanpa menyapa dan tanpa mengucap Kula Nuwun ‘permisi’ langsung ngloyor/nylonong begitu saja meskipun ada orang tua atau orang lain yang berada di dalam rumah . Contoh lain tidak diucapkannya kata Kula Nuwun ‘permisi’ , ketika bermain ke rumah teman ataupun saudara tanpa permisi dan menyapa langsung masuk kamar begitu saja meskipun jelas-jelas ada pemilik ataupun penghuni rumah seolah-olah rumah itu milik sendiri. Masih banyak lagi perilaku-perilaku yang tidak mencerminkan etika berbicara dalam tata pergaulan masyarakat Jawa ketika kita berkunjung ataupun akan menemui orang lain. Ini menjadi pekerjaan rumah (PR) tidak hanya bagi guru yang harus memberi teladan karena memang guru itu digugu ‘dipatuhi’ dan ditiru ‘dicontoh’, namun juga peran orang tua di rumah juga harus memberi teladan kepada anak-anaknya, harus diingat bahwa pendidikan pertama dan utama adalah di lingkungan keluarga. Hubungan anak-anak atau pelajar dalam pergaulan dengan masyarakat sekitarnya juga akan berpengaruh terhadap perilaku dari anak-anak tersebut.

    Kata Kula Nuwun dengan variasi Nuwun, Kawula Nuwun, Nuwun Sewu dalam bahasa Indonesia ‘permisi’ mengandung pengertian permohonan ijin untuk melakukan sesuatu ketika kita bertamu. Istilah Kula nuwun berasal dari kata Kula ‘saya, aku’ dan Nuwun ‘minta’ ( S. Prawiroatmodjo, 1981: 274,412) dengan kata itu kita seakan meminta ijin dan atau kerelaan dari orang yang kita datangi. Jadi, sebaiknya setiap orang Jawa terlebih peserta didik mengatakan Kula Nuwun dengan berbagai variasinya Nuwun, Kawula Nuwun, dan Nuwun Sewu ketika hendak menemui dan berbicara dengan orang lain dimanapun dan kapanpun saja.

    b. Nyuwun Pangapunten ‘ mohon maaf’’

    Kata nyuwun Pangapunten yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘mohon maaf adalah kata kedua dan tidak boleh dilupakan di dalam etika tatakrama berbicara dengan

    20 WARTA GURUB u l e t i n

    MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 2 TAHUN 2019

  • orang lain dalam pergaulan. Makna yang terkandung dalam kata nyuwun Pangapunten disamping sebagai permohonan maaf atas kesalahan namun juga sebagai bentuk memohon kerelaan dari orang yang kita ajak bicara karena kita akan meminta dan atau melakukan sesuatu.

    Seringkali kita melupakan kata nyuwun Pangapunten ‘mohon maaf’ ketika meminta kerelaan atau kita berbuat kesalahan.kadangkala apa yang kita lakukan atau bicarakan menyinggung perasaan orang lain bahkan menyakiti, tetapi dengan sadar kita tidak ada upaya untuk meminta maaf. Tidak hanya anak-anak atau remaja bahkan orang tuapun kadang malah ngguyu ‘tertawa’ dan mesem ‘tersenyum’ ketika melakukan kesalahan, tanpa ada perkataan nyuwun Pangapunten ‘mohon maaf’ sebagai bentuk pengakuan atas kesalahan yang telah diperbuat. Seolah tidak ada beban dalam hati untuk meminta maaf kepada orang yang telah disakiti dan menganggap bahwa itu merupakan hal yang lumrah ‘biasa’ sehingga tidak perlu susah-susah untuk meminta maaf. Sungguh ironis memang, untuk mengucapkan kata nyuwun Pangapunten ‘mohon maaf, seakan berat. Padahal ketika kita berbuat kesalahan, tidak ada resep yang paling manjur untuk menghapus atau menghilangkannya selain kata nyuwun Pangapunten ‘mohon maaf’ disertai penyesalan untuk tidak mengulangi.

    Bahkan dalam etika tatakrama berbicara masyarakat Jawa, ketika kita hendak berbicara dengan orang lain baik orang perorang atau kelompok orang sebaiknya setelah Kula Nuwun ‘permisi’ maka kata nyuwun Pangapunten ‘mohon maaf’ yang kemudian sering diucapkan. Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi kesalahan ketika berbicara. Sebagai contoh seorang pranata cara ‘pembawa acara’ ketika akan memulai pembicaraan . Adapun kutipannya sebagai berikut:

    “Assalamu’alaikum Wr.Wb. Kawula nuwun. Bapak ibu tuwin para lenggah sedaya ingkang kula hormati sakderengipun nyuwun pangapunten dene kawula cumanthaka nggempil sawetawis wekda lkamardikan panjenengan ingkang katemben sekeca wawan pangandikan…..”Terjemahan:

    Assalamualaikum Wr.Wb. Permisi Bapak, ibu dan hadirin yang saya hormati, sebelumya mohon maaf atas kelancangan saya yang telah berani memotong pembicaraan hadirin semua….’

    Dengan peserta didik membiasakan diri meminta maaf seandainya melakukan kesalahan maka akan mengurangi beban yang mengganjal dalam hati, yang pada akhirnya hubungan atau komunikasi dengan orang lain akan terjalin lebih erat.

    c. Matur Nuwun ‘terima kasih’

    Kata berikutnya dan tidak boleh dilupakan di dalam etika tatakrama berbicara dengan orang lain dalam tata pergaulan masyarakat khususnya pelajar adalah matur nuwun ‘terima kasih’. Sudah menjadi hal yang manusiawi ketika kita dalam keadaan terpepet dan terjepit mengalami kesedihan, kesusahan, putus asa, maupun penderitaan, tentu hal yang dilakukan adalah meminta. Ketika susah atau sedih tentu kita minta penghiburan. Ketika tidak memiliki uang jajan tentu akan meminta kepada orang tua atau teman. Para remaja akan meminta bantuan temannya untuk ikut memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Orang tua akan meminta bantuan kepada siapapun yang dianggap bisa membantu, dan tentu saja semua orang akan meminta dan memohon kepada Tuhan Pencipta untuk sesuatu yang diinginkan atau diharapkan. Yang jelas ada yang disambat sebuti untuk dimintai pertolongan.

    Di dalam proses pembelajaranpun ketika seorang guru sedang mengajar, tiba-tiba ada siswa yang karena kebelet harus pergi ke toilet maka akan meminta ijin kepada bapak atau ibu guru yang sedang mengajar.

    21Penanaman Karakter Komunikatif Peserta Didik Melalui Ujaran: “ Kula Nuwun”, “Nyuwun Pangapunten”, Dan “Matur Nuwun”

  • Namun yang seringkali terjadi adalah ketika permintaan demi permintaan itu dikabulkan atau mendapatkan apa yang dibutuhkan kita seakan lupa akan kewajiban yang harus dipenuhi yaitu ucapan matur nuwun ‘terima kasih’. Kita seolah berat untuk mengucapkan matur nuwun apalagi jika ternyata yang bisa membantu kita adalah orang yang tidak kita sukai/ musuh atau orang yang derajadnya lebih rendah dari kita. Mungkin sudah menjadi tabiat manusia, ketika mengalami penderitaan, kesusahan maka hanya nyebut dan sambat yang bisa dilakukan, tetapi ketika merasa gembira, senang, lega, suka seakan kita lupa bahwa suatu saat kita akan mengalami sedih ataupun susah.

    Dalam etika berbicara masyarakat jawa terlebih dilingkungan sekolah kata matur nuwun ‘terima kasih’ memiliki makna yang luar biasa, terkandung ucapan syukur dan kepuasan hati karena apa yang kita butuhkan dan kita harapkan dapat terlaksana baik dari usaha diri sendiri maupun orang lain. Maka, ketika kita mendapatkan kebaikan dari orang lain baik berupa barang maupun jasa, kewajiban pertama kita adalah mengucapkan kata matur nuwun ‘terima kasih’. Oleh sebab itu di dalam etika berbicara dalam konteks tata krama pergaulan di lingkungan sekolah, ketika kita mendapatkan kebaikan, perhatian, pertolongan, belas kasih, bantuan dari orang lain hal yang tidak boleh dilupakan adalah mengucapkan matur nuwun ‘terima kasih’

    PenutupKetiga kata yaitu Kula Nuwun ‘permisi’, Nyuwun Pangapunten ‘mohon maaf’,

    dan Matur Nuwun ‘terima kasih’ di dalam berbicara dengan orang lain harus selalu dikembangkan, dilestarikan, dan dipakai dimanapun juga, sehingga akan terbentuk sebuah kebiasaan yang baik. Sejak masih anak-anak hendaknya kata-kata ini harus selalu ditanamkan dalam pikiran dan dilatih dalam pergaulan sehari-hari.

    Pendidikan Budi Pekerti dan Unggah-Ungguh harus ditanamkan dan diajarkan tidak hanya di sekolah, namun yang utama adalah peran orang tua dalam mendidik dan menanamkan kebiasaan dalam hidup sehari-hari akan sangat berpengaruh terhadap perilaku anak di kelak kemudian hari. Di dalam lingkungan masyarakatpun hendaknya diadakan semacam aturan, semisal adanya aturan Jam Belajar Masyarakat (JBM) yang harus dipatuhi sehingga nantinya dapat membentuk kepribadian warga masyarakat khususnya pelajar menjadi pribadi baik.

    Pengetahuan akan kemajuan dan perkembangan teknologi sangat penting namun jika disertai dengan tata krama, dan unggah-ungguh yang baik tentu akan menjadi pribadi yang luar biasa. Untuk itu adanya kerja sama yang sinergis dan harmonis antara pendidikan di rumah, di lingkungan masyarakat, dan di sekolah mutlak diperlukan. Penanaman budi pekerti dan tata krama yang baik di rumah, dan pergaulan di masyarakat ditunjang dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang di dapat di sekolah maka akan terbentuk pelajar yang tidak saja njawani namun juga tidak Gagap dalam Teknologi.

    *) Guru Pertama SMAN 1 Rongkop

    22 WARTA GURUB u l e t i n

    MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 2 TAHUN 2019

  • Menumbuhkan Rasa Nasionalisme Dalam Dunia Pendidikan

    Arin Fiani Hanifah*

    Mendengar kata nasionalisme, terlintas dalam pikiran kita teringat akan si Joni. Si Joni, siswa SD di daerah NTT. Dimana si Joni ini mendadak viral dengan aksi heroiknya ketika upacara bendera memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke 73. Dengan rasa nasionalisme tinggi berani memanjat tiang bendera berusaha agar bendera tetap dapat berkibar. Kita patut memberikan apresiasi yang tinggi dengan keberanian si Joni ini. Di zaman sekarang ini jarang kita temui.

    Menurut yang tercantum dalam wikipedia.org, pengertian nasionalisme itu sendiri adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional, dan nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun eksternal. Dimana kita ketahui saat ini fenomena-fenomena yang sering terjadi di kalangan remaja sekarang ini kurang menjiwai nasionalisme. Seperti merajalelanya narkoba dan terbuai dengan kemajuan teknologi namun belum mampu mempunyai filter yang kuat dengan pengaruh budaya-budaya asing. Bahkan banyak kasus korupsi masih terjadi di Indonesia tercinta ini.

    73 tahun sudah Indonesia merdeka. Perjuangan para pahlawan yang rela berkorban jiwa dan raga amatlah berharga bagi terwujudnya Indonesia merdeka. Kita wajib meneladani nilai-nilai juang para pahlawan termasuk nasionalisme itu sendiri. Presiden Ir. Soekarno pun pernah mangatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawan. Perjuangan belum selesai sampai disini saja. Perjalanan masih panjang dalam menghadapi era globalisasi ini. Kita dituntut mampu mempunyai daya saing dengan negara lain. Wujud sikap nasionalisme dapat kita wujudkan dengan berbagai hal bidang. Baik dalam bidang pendidikan, olahraga, ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan, dan keamanan. Peran Dunia Pendidikan

    Menurut Rumianiati (2016:9), Pendidikan dipahami sebagai proses, cara, dan perbuatan yang mendidik, sehingga bisa menjadikan peserta didik menjadi lebih dewasa, berbudi luhur dalam kehidupannya sesuai falsafah hidupnya. Dunia pendidikan berperan penting dalam menumbuhkan nasionalisme pada generasi penerus bangsa ini. Pendidikan memberikan kontribusi positif dalam penguatan pendidikan karakter generasi penerus bangsa. Dalam hal ini terutama lingkungan sekolah, dimana para peserta didik dapat memperoleh pembelajaran yang menumbuhkan jiwa nasionalisme. Seperti John F. Kennedy mengatakan “jangan kau tanyakan apa yang negara berikan untukmu, namun apa yang sudah kau berikan untuk negaramu.

    Guru sebagai pendidik dihadapkan dengan realita yang ada yaitu generasi milenial. Guru pun dituntut kreatif dan inovatif dalam mengajar dan mendidik. Guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja namun dapat menanamkan karakter yang kuat untuk mencetak generasi penerus bangsa yang mumpuni. Hal tersebut tidak bisa instan diwujudkan, harus melalui proses yang panjang, Konsisten ,dan berkesinambungan. termasuk menumbuhkan dan menanamkan rasa nasionalisme dalam diri siswa itu sendiri.Implementasi Penerapan Karakter Nasionalisme Dalam Pembelajaran

    Jiwa nasionalisme pada siswa dapat dilakukan secara formal baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler di lingkungan sekolah baik dalam pembiasaan, proses pembelajaran, kegiatan pramuka, dan role model kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    Pendidikan Karakter

    23Menumbuhkan Rasa Nasionalisme Dalam Dunia Pendidikan

  • Pertama, tumbuhkan rasa cinta tanah air pada diri siswa. Mulai dari hal-hal kecil seperti penggunaan produk dalam negeri, mencintai rupiah, mengenal budaya dan kekayaan alam serta bangga terhadap produk-produk Indonesia. Contoh yang bisa kita praktekkan dalam kegiatan di sekolah adalah mengenal hasil budaya daerah sekitar. Siswa mengenal batik Indonesia dan mencoba untuk membuatnya. Siswa mengenal wayang, tarian, lagu-lagu daerah dan melestarikan bahasa daerah masing-masing. Dengan mengenal budaya daerah di Indonesia akan menumbuhkan rasa bangga siswa terhadap negara Indonesia itu sendiri. Bahwa Indonesia mempunyai kekayaan budaya yang tidak kalah dengan negara lain. Dalam pembelajaran, siswa juga dikenalkan potensi kekayaan alam baik kekayaan alam hayati maupun nonhayati.

    Kedua, melalui pembiasaan siswa mengikuti upacara dengan sikap khidmat dan menyanyikan lagu-lagu nasional sebelum waktu pelajaran dimulai akan menumbuhkan jiwa nasionalisme. Tidak hanya itu, siswa juga mengenal para tokoh-tokoh pahlawan pejuang kemerdekaan.

    Ketiga, guru melakukan inovasi pembelajaran. (1) Guru dapat memutar film-film bercerita tentang perjuangan para pahlawan yang akan menginspirasi siswa dalam mengisi kemerdekaan Indonesia ini, (2) Guru membuat pembelajaran interaktif berbasis TIK bertema nasionalisme yang akan membuat siswa tertarik dengan pembelajaran tersebut. (3) siswa melakukan pembelajaran “bermain peran” (sosiodrama). Dapat pula direkam dalam bentuk video kemudian dijadikan film pendek. Maka siswa akan menghayati peran tersebut. Dimana siswa memerankan tokoh-tokoh pahlawan sesuai alur cerita. Hal ini tentu saja akan menyadarkan siswa betapa perjuangan para pahlawan sangatlah berat. Mereka rela berkorban jiwa dan raga, tumpah darah hanya untuk mewujudkan Indonesia merdeka, bebas dari segala bentuk penjajahan.

    Keempat, menggalakkan gerakan literasi yaitu budaya membaca pada siswa itu sendiri. Dengan membaca, pengetahuan dan wawasan siswa akan bertambah luas serta terampil. Tentu saja akan mengubah pola pikir siswa bagaimana mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal positif. Bukan dengan memakai narkoba, minuman keras, ataupun tindakan kriminal lainnya. Mengisi kemerdekaan tidak harus selalu dengan kegiatan lomba-lomba yang sering dilakukan. Masih banyak hal lain yang juga bisa dilakukan, seperti kegiatan sadar dan cinta lingkungan, kegiatan menggunakan produk-produk lokal, dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan membangun Indonesia tercinta ini.

    Kelima, keteladanan guru penting dijadikan contoh bagi siswa-siswanya. Karena guru memiliki peran yang berarti dalam pembentukan karakter siswa. Ing Ngarso Sung Tuladha, guru harus mampu menjadi tauladan yang baik.

    Keenam, melakukan pembelajaran di luar kelas. Yaitu mengunjungi museum-museum yang ada di wilayah siswa itu sendiri. Dengan mengunjungi museum, siswa akan mengenali dan mengamati tokoh-tokoh pahlawan serta bangunan-bangunan saksi bisu perjuangan para pahlawan. Dari sinilah, siswa akan kagum dengan perjuangan pahlawan. Siswa tidak hanya sekadar mengamati, namun guru juga membimbing siswa bagaimana cara meneladani tokoh-tokoh pahlawan.

    Ketujuh, kita sebagai guru hendaknya memotivasi siswa untuk memberikan sumbangsih terbaik untuk negeri ini. Dapat dalam bentuk prestasi maupun sikap kita sehari-hari yang mencerminkan sikap nasionalisme. Kita tidak bersikap merugikan negara baik moril maupun materiil. Ikut mendukung dan berperan aktif program-progam pemerintah yang membangun Indonesia tercinta ini. Menjaga persatuan dan kesatuan negeri ini, tidak mudah terprovokasi dengan berita-berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Lebih bijak dalam menerima informasi dan menyaring berita-berita hoax. Dalam hal ini guru dapat memanfaatkan TIK dalam pembelajaran dan memberi contoh-contoh sikap berjiwa nasionalisme. Yaitu guru memutar film-film perjuangan para pahlawan.

    Pada intinya dunia pendidikan memegang peranan penting dalam menumbuhkan jiwa nasionalisme pada siswa. Karena siswa itu sendiri merupakan generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan eksistensi negeri ini. Tri pusat pendidikan yang terdiri dari keluarga, sekolah, dan masyarakat saling bersinergi menciptakan suasana persatuan dan kesatuan dalam beraneka ragam budaya. Mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan kelompok ataupun individu. Karena kita berada dalam era generasi milenial ini, dimana generasi sekarang lebih sibuk dengan gadget mereka daripada tindakan nyata. Maka membutuhkan media khusus dalam menumbuhkan jiwa nasionalisme. Kita dapat menggunakan media berbasis TIK, blog dan website. Dapat berupa pesan-pesan yang bermanfaat dengan mengoptimalkan penggunaan media sosial seperti facebook, twitter, line dan whatsApp.

    *) SD Negeri Dalangan Kecamatan Sleman

    24 WARTA GURUB u l e t i n

    MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 2 TAHUN 2019

  • Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional bertepatan pada 2 Mei 2019, Balai Tekkomdik Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY turut memeriahkan event tersebut dengan membuka stand pameran di Benteng Vredeburg yang diselenggarakan 4 hari berturut-turut yaitu pada tanggal 2-6 Mei 2019.

    Pekan Pendidikan ini dibuka langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud RI), Prof. Dr. Muhadjir Effendy, ditandai dengan Jemparingan. Dalam event ini Balai Tekkomdik berkesempatan memperkenalkan produk-produk unggulannya, yaitu Jogja Belajar, Aplikasi Hanacaraka, Buku Digital, dan beberapa produk unggulan lainnya.

    Balai Tekkomdik mengajak anak-anak untuk berkunjung di stand dan mencoba langsung Aplikasi serta permaiinan edukatif dari Balai Tekkomdik seperti Hanacaraka, Uthak-Uthik Gathuk, Pejuang Rakun dan sebagainya. Terbukti, anak-anak cukup tertarik dalam memainkan permainan tersebut. Tak hanya anak-anak, Para Orang tua pun juga tertarik memainkan permainan tersebut dan bertanya seputar informasi serta program-program dari Balai Tekkomdik. Pada kesempatan kali ini, Balai Tekkomdik juga memberikan merchandise menarik langsung diberikan kepada setiap pengunjung yang mengunjungi stand Balai Tekkomdik.

    Lensa BTKP

    B a l a i T E K K O M D I K Meriahkan Pekan Pendidikan

    25

  • Lensa BTKP

    Balai Tekkomdik Dikpora DIY tahun ini kembali menyelenggarakan program pelatihan pengembangan media pembelajaran bagi mahasiswa/mahasiswi Universitas Ahmad Dahlan Jurusan PGSD Semester 4 yang di selenggarakan beberapa hari di Balai Tekkomdik Dikpora DIY dan di bagi dalam beberapa kelas.

    Materi yang diajarkan oleh Tim pengajar dari Balai Tekkomdik yaitu pendalaman media pembelajaran berbasis Lectora. Mahasiswa/Mahasiswi diajarkan untuk membuat suatu media pembelajaran yang menarik menggunakan program Lectora. Harapannya Mahasiswa/Mahasiswi mampu mengaplikasikan model pembelajaran seperti ini nantinya disaat menjadi tenaga pengajar/guru agar memberikan sebuah inovasi serta variasi dalam mengajar.

    Sebelumnya, Beberapa tahun ini, Balai Tekkomdik Dikpora DIY bekerja sama dengan Universitas Ahmad Dahlan untuk mengadakan kelas mahasiswa/mahasiswi yang dilaksanakan di Balai Tekkomdik Dikpora DIY. Program ini diselenggarkan setiap tahun, dan dilaksanakan selama beberapa hari.

    Praktikum Mahasiswa PGSDdi Balai TEKKOMDIK

    26 WARTA GURUB u l e t i n

    MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 2 TAHUN 2019

  • Lensa BTKP

    Hari Kamis (26/04/2019), Balai Tekkomdik DIY menerima kunjungan dari Balai Teknologi & Komunikasi Pendidikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku. Kunjungan ini diterima langsung oleh Kepala Balai Tekkomdik DIY, yaitu Ir. Eddy Wahyudi, M.Pd.

    Rombongan dari Balai Tekkomdik Provinsi Maluku, ini dipimpin langsung oleh Kepala BTKP Maluku, NY. K.L. Lappy, SH.,MH,. Kunjungan ini bertujuan untuk belajar dan sharing informasi kegiatan dengan Balai TekKomDik Dinas DIKPORA DIY. Kedua instansi saling bertukar ide dan inovasi dalam mengembangkan TIK untuk pendidikan. Disamping kunjungan dan ramah tamah, rombongan mengikuti kegiatan Office Tour dan juga bimbingan teknis singkat mengenai model pemanfaatan TIK untuk pembelajaran selama beberapa hari.

    Dengan kunjungan ini, Balai Tekkomdik Provinsi Maluku mengharapkan dapat membawa penyegaran baru khususnya untuk perkembangan di dunia pendidikan nanti di Provinsi Maluku.

    Sharing Program dan Belajar Bersama Balai TEKKOMDIK Provinsi DIY dan Provinsi Maluku

    27

  • Lensa BTKP

    Layanan untuk masyarakat dalam bidang pendidikan milik Balai TekKomDik Dinas Dikpora DIY, Mobile Learning Service atau yang biasa disingkat dengan MLS. Melalui kegiatan Mobile Learning Service Balai Tekkomdik DIY melakukan penjangkauan kepada sekolah-sekolah yang terjauh, tertinggal, dan terluar untuk melakukan pelatihan dan bimbingan teknis di sekolah yang dikunjungi oleh tim.

    Pada kegiatan ini tim dari Balai TEKKOMDIK memberikan berbagai pelatihan dan bimbingan tidak hanya pada guru tetapi juga pada murid. Berbagai materi yang diberikan kepada peserta di berbagai titik yang menjadi tujuan kegiatan MLS, mulai dari aplikasi lektora , kahoot dan videoscribe yang dapat membantu

    guru untuk menyampaikan materi ke siswa. Para tenaga kependidikan juga menjadi salah satu target dari program ini, para tenaga kependidikan mendapatkan bimbingan teknis dengan materi pemanfaatan office untuk administrasi. Dan tentu saja murid juga menjadi salah satu target yang tidak bisa dilupakan pada kegiatan, para murid dibekali dengan kemampuan public speaking dan pengetahuan tentang ilmu penyiaran.

    Secara umum kegiatan MLS ini didedikasikan bagi masyarakat umum di Provinsi DIY tidak hanya sekolah. Untuk mengetahui kegiatan selanjutnya , jangan lewatkan informasinya di Instagram @btkpdiy. Dan bila anda ingin untuk berpartisipasi dalam kegiatan Balai Tekkomdik simak disitus resmi balai btkp-diy.or.id.

    Mobile Learning Service Balai TEKKOMDIK Diberbagai Lokasi

    28 WARTA GURUB u l e t i n

    MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 2 TAHUN 2019

  • Evolusi Sekolah Kejuruan Menatap Revolusi Industri 4.0

    Oleh : Widiatmoko Herbimo*

    PendahuluanDalam rangka menyongsong era revolusi industri jilid 4 (RI 4.0) yang sudah di depan

    mata, pendidikan menjadi salah satu sektor strategis yang perlu dibenahi. Sedemikian pentingnya hin