buletin bpmigas edisi 79 februari 2012

Upload: samson5e

Post on 15-Jul-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BuletinB A D A N P E L AK S A N A K E G IA T A N U S A H A H U L U M I N YA K D AN G A S B U M I

NO. 79, FEBRUARI 2012

EDITORIAL

hal. 2

WAWANCARA

hal. 10

COMDEV

hal. 14

DUKUNGAN 1.000 PERSENHarga jual gas bumi kepada konsumen domestik belum memadai. Tahun 2011, rata-rata harga gas untuk dalam negeri masih berkisar US$ 5 per juta British thermal unit (mmBtu). Bandingkan dengan harga gas ekspor yang melalui pipa yang ratarata mencapai US$ 13,5 per mmbtu.M. I Zikrullah, Kepala Divisi Pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi BPMIGAS

DOMESTIK JADI PRIORITAS

BPMIGAS DAN 16 PERUSAHAAN MIGAS TERIMA PENGHARGAAN UMKM

Gedung Wisma Mulia, Jl. Gatot Subroto No. 42, Jakarta 12710 http://www.bpmigas.go.id

EDIT OR IA L

DUKUNGAN 1.000 PERSENHarga jual gas bumi kepada konsumen domestik belum memadai. Tahun 2011, rata-rata harga gas untuk dalam negeri masih berkisar US$ 5 per juta British thermal unit (mmBtu). Bandingkan dengan harga gas ekspor yang melalui pipa yang rata-rata mencapai US$ 13,5 per mmBtu. Meski demikian, dukungan untuk memenuhi kebutuhan domestik tidak surut dikumandangkan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS). Dukungan diberikan untuk memasok gas bumi ke sektor pangan, kelistrikan, dan industri di tingkat nasional maupun lokal. Tidak jarang BPMIGAS mendorong kontraktor kontrak kerja sama (KKS) untuk mau memberi subsidi kepada pasar dalam negeri, selama proyek tersebut ekonomis. Dukungan diperlihatkan dalam kebijakan-kebijakan baru yang diambil pemerintah. Sebut saja, pembangunan beberapa floating storage regasification unit (FSRU) di Indonesia. Secara hitungan, FSRU yang sumber gasnya berasal dari gas alam cair (LNG) tidak mendapat jatah mengingat produksi kilang Bontang dan Tangguh telah teralokasikan dalam kontrak jangka panjang. Namun, dengan upaya-upaya yang dilakukan, BPMIGAS berhasil mengalokasikan LNG sebesar 1,5 MTPA (metric ton per annum) ke FSRU pertama di Indonesia yang terletak di Teluk Jakarta. Untuk pasokan ke FSRU lainnya, dilakukan komunikasi intensif dengan Sempra, pembeli kilang Tangguh, untuk memaksimalkan pengalihan pasokan yang dimungkinkan dalam kontrak. Melihat jalannya negosiasi, nampaknya akan diperoleh hasil positif. Dalam program konversi dari bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) untuk tranportasi, sektor hulu migas juga telah menyatakan komitmen memberikan pasokan gas, khususnya di wilayah Jawa-Bali. Tentunya sektor hulu migas berharap adanya pemahaman dari konsumen domestik akan perlunya perbaikan harga gas. Tanpa harga yang memadai, sulit dilakukan kegiatan pengembangan suatu lapangan. Implikasinya, sulit terwujud kesinambungan pasokan di masa mendatang. Apalagi, ke depan,No . 7 9 - F e b r u a r i 2 012

pengembangan sumber-sumber gas mayoritas terletak di Indonesia bagian timur dan laut dalam. Perlu pengertian dari dua belah pihak. Untuk kontrak-kontrak lama yang harganya sangat rendah semestinya dilakukan renegosiasi. Sedangkan untuk kontrak-kontrak baru sewajarnya disepakati harga yang layak. Tidak ada keinginan menyamakan harga domestik dengan ekspor. Sektor hulu migas ingin industri domestik tetap dapat bertumbuh dan memiliki daya saing dengan industri di negara lainnya. Percayalah, sektor hulu migas akan terus memberikan dukungan, tidak hanya 100, tapi 1.000 persen untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Buletin edisi 79 : Februari 2012Pelindung Pemimpin Redaksi Editor Tim Redaksi : R. Priyono : Budi Handoko : Nyimas Fauziah Rikani : Adhitya Cahya Utama Alfian Bambang D. Djanuarto Redaksi menerima masukan artikel yang dikirim melalui : Email : [email protected] [email protected] Redaksi : DINAS HUMAS & HUBUNGAN KELEMBAGAAN BPMIGAS Gedung Wisma Mulia Jl. Gatot Subroto No. 42, Jakarta 12710 http://www.bpmigas.go.id Penanggung Jawab : Gde Pradnyana

2

L AP O RAN UT AM A

INDUSTRI HULU SUBSIDI GAS DOMESTIKoleh : Adhitya Cahya Utama ([email protected])

Tanpa disadari, selama ini pemerintah dan sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) telah memberikan subsidi kepada pembeli gas dalam negeri, akibat rendahnya harga jual gas bumi ke pasar domestik. Rata-rata subsidi kepada domestik mencapai Rp 40 triliun per tahun. Berdasarkan data Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS), rata-rata harga gas domestik pada tahun 2011 sekitar US$ US$ 5,2 per British thermal unit (mmBtu). Harga tersebut masih kalah ketimbang gas ekspor yang melalui pipa yang pada tahun 2011 harga rata-rata mencapai US$ 13,5 per mmBtu. Data ini menunjukkan harga domestik lebih rendah sekitar 60 persen dibanding ekspor. BPMIGAS maupun kontraktor kontrak kerja sama (KKS) tentu tidak sematamata ingin harga domestik disamakan dengan ekspor. Terlebih pemerintah telah berkomitmen mendukung industri domestik agar tetap dapat bertumbuh dan memiliki daya saing yang lebih unggul dibandingkan dengan industri di negara lainnya. Kami hanya ingin harga yang pantas untuk menjaga kesinambungan investasi sehingga menjamin ketersedian pasokan energi di masa mendatang, kata Kepala BPMIGAS, R. Priyono. Dia mengingatkan, pasokan gas untuk keperluan dasar masyarakat, seperti ke Pabrik Pupuk untuk ketahanan pangan maupun pembangkit untuk kelistrikan

3

N o . 7 9 - F e brua ri 2 0 1 2

LA P OR A N U T A M Aseyogyanya dipertimbangkan mendapatkan harga yang lebih baik dibanding sektor industri. Industri mampu membeli dengan harga yang lebih tinggi, katanya. BPMIGAS berharap dukungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan pemangku kepentingan lainnya dalam program perbaikan harga gas domestik yang rasional. Naiknya harga akan meningkatkan penerimaan negara, kata Priyono. Sebagai rancana jangka pendek, BPMIGAS mengupayakan renegosiasi dengan pembeli gas yang harganya sangat rendah dengan pasokan gas yang tidak sedikit. Salah satu yang telah berhasil adalah naiknya harga gas dari lapangan Maleo yang dioperasikan Santos di Jawa Timur. Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pembeli telah setuju memperbaiki harga dari US$ 2,4 per mmBtu menjadi US$ 5 per mmBtu dengan pasokan sekitar 100 miliar British thermal unit per hari (bBtud). Saat ini, BPMIGAS tengah melakukan negosiasi dengan PGN untuk menaikkan harga beli gas dari lapangan Pagar Dewa milik Pertamina EP di Sumatera Selatan, dan penjualan gas dari Blok Koridor dengan kontraktor, ConocoPhillips. Saat ini, harga gas Pagar Dewa sebesar US$ 2,2 per mmBtu dengan volume gas sebesar 250 miliar bBtud untuk kontrak 2008 - 2017. Sedangkan harga jual Blok Koridor ke PGN West Java hanya sebesar US$ 1,8 per mmBtu. Padahal, volume pasokan gasnya mencapai 373,5 bBtud untuk kontrak jangka waktu 2008-2023. Masih dengan PGN Batam, pasokan gas dari ConocoPhillips juga dijual sebesar US$ 2,4 per mmBtu dengan volume sebesar 68,2 BBTUD untuk periode yang sama dengan kontrak ke west java. Kami mendorong harga gas baru dari kontrak-kontrak tersebut minimal US$ 5 per mmBtu, kata Kepala Divisi Pemanfaatan Minyak dan Gas, BPMIGAS, M.I Zikrullah. Harga itupun sebenarnya jauh dibanding ekspor. Misalnya saja, harga Blok Koridor ke GSPL Singapura maupun pasokan gas dari West Natuna Consorsium kepada Sembgas yang harganya lebih dari US$ 17 per mmBtu. Meski harga belum mendukung, Zikrullah mengatakan, BPMIGAS berulang kali meminta kontraktor untuk memberi prioritas kepada pasokan gas dalam negeri. Hasilnya, sejak 2009, pasokan untuk dalam negeri sudah lebih besar dari ekspor. Trennya pasokan domestik akan terus meningkat, sementara kontrak ekspor gas akan turun. Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas, BPMIGAS, Gde Pradnyana mengungkapkan, kondisi harga gas di dalam negeri yang terlalu murah itu, sebenarnya membuat kontraktor KKS enggan mengembangkan lapangan gasnya untuk memenuhi pasar domestik. Apalagi, biaya memproduksi gas akan semakin mahal di masa mendatang mengingat sumber-sumber gas baru mayoritas di wilayah timur Indonesia dan terletak di laut dalam. Sebut saja, proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) di Selat Makassar, Blok Masela di perairan Arafuru, Maluku Tenggara Barat, Tangguh Train 3 di Papua Barat, hingga Blok Natuna Timur, Kepulauan Riau, yang memiliki kandungan karbondioksida lebih dari 70 persen. Dari gambaran tersebut juga terlihat tidak adanya korelasi antara lokasi sumber-sumber gas dengan sentra-sentra industri. Hal ini membuat floating storage regasification unit (FSRU) menjadi terobosan. Langkah ini otomatis akan meningkat harga karena ada biaya untuk membuat gas menjadi cair di kilang liquefied natural gas

No . 7 9 - F e b r u a r i 2 012

4

L AP O RAN UT AM A(LNG), kemudian meregasifikasi kembali di FSRU. Gde berharap pengertian konsumen terkait rencana perbaikan harga tersebut. Jika tidak ada titik temu, kontraktor akan enggan berinvestasi. Implikasinya, akan mengancam ketersediaan gas untuk kebutuhan industri dalam negeri, kata Gde. Sebenarnya, kata dia, daya beli konsumen domestik sudah bagus. Dicontohkan, di FSRU Teluk Jakarta, PLN berani membeli gas mengikuti formula 11 persen harga minyak mentah Indonesia (ICP) ditambah transportasi dan regasifikasi. Artinya, jika harga ICP US$ 100 per barel, harga gas FSRU Jakarta sekitar US$13 - 13,5 per mmBtu. Kami mengapresiasi langkah tersebut. Mudah-mudah pembeli lain mengikuti kebijakan PLN, katanya. Hormati kontrak ekspor Di sisi lain, BPMIGAS berharap, masih adanya gap antara pasokan dan kebutuhan domestik tidak membuat konsumen, khususnya industri menganggap kontrakkontrak ekspor merupakan hal yang tabu. Menurut Gde, harga jual rata-rata gas ekspor yang tinggi sangat optimal memberikan keuntungan yang besar. Negara sama sekali tidak dirugikan dari hasil penjualan gas ekspor, kata dia. Hal senada diungkapkan Zikrullah. Menurutnya, tidak adil apabila pasokan gas ekspor dipertanyakan oleh konsumen domestik. Dilihat sejarahnya, pada saat sumbersumber gas besar akan dikembangkan, pembeli domestik sudah ditawarkan terlebih dahulu. Faktanya, domestik tidak mau menyerap. Contohnya pengembangan kilang Tangguh di Papua Barat yang dioperasikan BP. Begitu pula dengan Blok Koridor dengan operator ConocoPhillips. Saat lapangan-lapangan tersebut diproduksikan, kebutuhan dalam negeri minim, tidak tinggi seperti sekarang. Ketika itu, konsumen domestik masih terbuai dengan harga BBM yang murah, kata dia. Zikrullah berharap, konsumen dalam negeri dapat memahami karakteristik sektor hulu migas, khususnya komersialisasi gas. Lapangan gas tidak dapat dikembangan apabila belum ada pembelinya. Kontraknya pun harus bersifat jangka panjang agar proyek mencapai keekonomiannya. "Jadi tidak serta merta ada gas saat dibutuhkan. Ada tata waktunya hingga gas diproduksikan, katanya.

DOMESTIK PIPELINE (US$/MMBTU) 2009 2010 2011 3,7 4,1 5,2

EXPORT PIPELINE (US$/MMBTU) 8,4 9,8 13,4

EXPORT LNG (US$/MMBTU) 9,9 9,7 12,75

5

N o . 7 9 - F e brua ri 2 0 1 2

LA P OR A N P E N D U K U N G

KOMITMEN HULU MIGAS PASOK GAS UNTUK KONVERSIoleh : Adhitya Cahya Utama / Alfian ([email protected] /[email protected])

Pemerintah berencana menjalankan program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas untuk transportasi (BBG). Guna mendukung kebijakan tersebut Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) telah meminta kesiapan kontraktor kontrak kerja sama (KKS) mengalokasikan gas untuk mendukung program pengalihan tersebut. Kepala BPMIGAS, R. Priyono menyatakan komitmennya mendukung kebijakan konversi itu. Dia menjamin pasokan gas tidak bermasalah, terutama di Pulau Jawa-Bali. Dalam program konversi untuk transportasi, alternatif bahan bakar gas yang digunakan, adalah gas alam yang dipadatkan (compressed natural gas/CNG) dan liquefied gas for vehicle (LGV). Jika jenis gas yang dipilih adalah CNG, stoknya berlimpah. Dari sisi volume tidak ada masalah, kata dia. Berdasarkan data BPMIGAS, pasokan CNG di Indonesia, terutama Jawa-Bali mencapai 32,8 juta kaki kubik per hari. Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII (bidang energi) DPR RI dengan kontraktor KKS, awal Februari lalu, diperoleh komitmen pasokan untuk BBG sebesar 19,6 juta kaki kubik per hari. Produsen gas yang telah bersedia memasok adalah Pertamina Hulu Energi (PHE), Pertamina EP, dan Santos Indonesia Pty Ltd. Rinciannya adalah PHE West Madura Offshore (WMO) sebanyak enam juta kaki kubik per hari, PHE Offshore North West Java (ONWJ) sebesar tiga juta kaki kubik per hari, Pertamina EP 5,1 juta kaki kubik per hari, dan Santos sebanyak 5,5 juta kaki kubik per hari. Gas tersebut dipastikan dapat mengalir pada tahun ini, kecuali Santos yang baru bisa memasok gas pada 2013.

No . 7 9 - F e b r u a r i 2 012

6

LAP O RAN P E N DUKUNGSedangkan untuk penggunaan LGV, masih membutuhkan waktu karena bahan baku LGV, yaitu elpiji (liquefied petroleum gas /LPG) kebanyakan masih impor. Dari sisi hulu migas, produksi elpiji tahun ini berkisar 55.000 barel setara minyak per hari. Salah satu kontraktor KKS yang siap menambah produksi elpiji adalah ConocoPhillips. Dari lapangan Belanak, Blok B Natuna Selatan, tidak kurang dihasilkan 14.000 barel setara minyak per hari. Kami terus mengindentifikasi lapangan-lapangan gas potensial yang dapat mendukung program konversi untuk transportasi, kata Priyono. Dia mengingatkan, jika pasokan tidak mengalami kendala, pemerintah perlu menyiapkan infrastruktur penunjang yang memadai untuk program konversi tersebut. Di antaranya stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dan konventer kit bagi kendaraan. Tanpa infrastruktur program tidak akan jalan meski ada pasokan gas, katanya. Direktur Utama PHE, Salis Aprilian mengatakan, PHE sebenarnya sudah memiliki komitmen pasokan gas dengan pembeli. Produksi PHE WMO telah terserap untuk PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN), Perusahaan Gas Negara (PGN), dan Petrokimia Gresik. Sedangkan PHW ONWJ telah memasok gas ke PLN, Pupuk Kujang, Cikampek, dan Refinery Unit VI Balongan. Meski demikian, PHE masih memiliki gas yang bisa dialokasikan untuk konversi bbm. Jumlah alokasi gas untuk konversi BBM ini sudah mendapatkan persetujuan BPMIGAS dan sudah dilaporkan ke Direktorat Jenderal Migas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Untuk mendukung program ini, Salis meminta ada persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama adalah harga gas. PHE meminta harga gas harus mengacu kepada keekonomian pengembangan lapangan baru, yakni US$ 7 per juta British thermal unit (mmBtu). Syarat kedua, ketentuan kontrak penjualan gas mengacu kepada kontrak penjualan gas yang berlaku secara umum. Misalnya, terdapat spesifikasi gas, komitmen take or pay (TOP), dan jaminan pembayaran jika diperlukan. Terakhir, perlu mempertimbangkan lokasi titik serah berikut fasilitas yang diperlukan untuk mendukung penjualan gas ini, antara lain Onshore Receiving Facility (ORF), custody meter, dan sebagainya. Salis menjelaskan, titik serah PHE WMO berada di Gresik. Sedangkan PHE ONWJ memiliki titik serah di Tanjung Priok, Muara Karang, dan Cilamaya. Jika infrastruktur siap, kami bisa mengalirkan gas tersebut kapan saja, kata Salis. Pertamina EP juga menyisikan produksi gasnya untuk program konversi. Dari komitmen 5,1 juta kaki kubik perhari, 4 juta kaki kubik berasal dari lapangan Tambun. Sisanya, dari lapangan Cikarang. Direktur Utama Pertamina EP, Syamsu Alam menjelaskan, sejak 2001, Pertamina EP telah memasok gas untuk transportasi sebesar 2,8 juta kaki kubik per hari dari lapangan-lapangan di Jawa Barat. Pasokan tersebut didistribusikan ke SPBG di wilayah Jakarta dan sekitarnya melalui pipa PGN. Harga gas dipatok US$ 4,37 per mmBtu. Pasokan gas tambahan sudah siap dialirkan. Tinggal menunggu SPBG-nya, kata Syamsu. Komitmen serupa ditunjukkan Santos. Perusahaan asal Australia tersebut berkomitmen mendukung program konversi. Namun, Santos belum mampu memasok tahun ini karena semua pasokan gas di tiga lapangan, yakni Maleo, Oyong dan Wortel telah ada kontrak dengan pembeli. Satu lapangan yang belum dieksploitasi adalah Peluang. Gas di lapangan Peluang memiliki potensi produksi sebesar 25-30 juta kai kubik per hari. Namun, tidak semua gas dari lapangan tersebut digunakan untuk transportasi. Saat ini Santos masih berkoordinasi dengan BPMIGAS berapa besar alokasinya. Perkiraannya sekitar 5,5 juta kaki kubik per hari yang mulai kuartal ketiga 2013, kata Presiden Direktur Santos, Marjolijn Wajong. BPMIGAS dan kontraktor KKS satu suara mengenai harga. Sektor hulu migas berharap pasokan BBG untuk transportasi dibeli dengan harga keekonomian sesuai pengembangan lapangan. Dengan harga yang memadai, kontraktor tidak akan ragu menambah kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di wilayah kerja produksinya. Pasokan gas di masa mendatang pun dapat berkesinambungan, kata Priyono.

7

N o . 7 9 - F e brua ri 2 0 1 2

SERE M ONIA L

Cinderamata Luncheon Talk - Deputi Perencanaan BPMIGAS, Haposan Napitupulu (Kanan) memberikan cinderamata kepada Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hukum dan Ketatanegaraan, Ryaas Rasyid (kiri) usai luncheon talk di kantor BPMIGAS, Jumat, 20 Januari 2012. Dalam pemaparannya, Ryaas menjelaskan kondisi paska otonomi daerah, dikaitkan dengan operasional industri hulu migas.

Kunjungan TNI AL ke ERC - Rombongan TNI AL, dipimpin Wakil Asisten Perencanaan KSAL, Laksamana Pertama, D.A Mamahit (kanan) mengunjungi Emergency Response Centre (ERC) BPMIGAS, diterima oleh Kepala Divisi Penunjang Operasi, Amir Hamzah (kiri), pada Rabu, 8 Februari 2012 lalu. Kunjungan bertujuan untuk mengumpulkan data kemaritiman dan informasi kapabilitas ECR dalam rangka mendukung Puskodal TNI AL, terutama menghadapi kerja sama tukar informasi kemaritiman antar negara-negara ASEAN.

MoU dengan Polda Jatim - Deputi Umum BPMIGAS (keempat dari kiri, duduk) J. Widjonarko dan Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur (Jatim) Inspektur Jenderal Hadiatmoko (tengah, duduk) berfoto bersama usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara BPMIGAS dan Polda Jatim di Surabaya, Senin, 13 Februari 2012 lalu. Dengan kerja sama tersebut, Polda Jatim akan memberi bantuan keamanan pada proyek Banyu Urip, Blok Cepu di Bojonegoro dan Tuban.

Silaturahmi Bupati Nunukan - Kepala BPMIGAS, R. Priyono (kanan) menerima kunjungan Bupati Nunukan, Basri (kiri) di kantor BPMIGAS, Jakarta, Senin, 13 Februari 2012 lalu. Dalam pertemuan tersebut, Priyono mendukung penuh permintaan pasokan gas dari Nunukan untuk kebutuhan pembangkit listrik. Gas berasal dari JOB Medco Simenggaris sebanyak lima juta kaki kubik akan mengalir mulai kuartal ketiga 2012.

No . 7 9 - F e b r u a r i 2 012

8

S E RE MO N I AL DAER AH

Kunjungan Presiden ke Stand BPMIGAS - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono mengunjungi stand BPMIGASKKKS saat pembukaan pameran Jambi Emas Expo di Jambi, Kamis. 9 Februari 2012. Kepala Perwakilan BPMIGAS wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), Elan Biantoro menjelaskan kepada Presiden mengenai kegiatan hulu migas di Jambi, serta mengucapkan terima kasih atas terbitnya Inpres Nomor 2 Tahun 2012 yang diharapkan dapat membantu operasional di lapangan.

Penanaman Pohon Di Lirik - Kepala Perwakilan BPMIGAS Sumatera Bagian Utara, Julius Wiratno secara simbolik menanam pohon saat acara Pohon untuk Negeri yang digelar Pertamina EP-UBEP Lirik di Kecamatan Lirik, Indragiri Hulu, Riau, 18 Januari 2012 lalu. Kegiatan menanam 5.000 pohon Trambesi tersebut merupakan bentuk komitmen sektor hulu migas berpartisipasi dalam gerakan cinta lingkungan yang dicanangkan Pemerintah.

Peresmian Tajak Sumur MCL - Kepala Urusan Operasi Perwakilan BPMIGAS Wilayah Jawa Timur, Papua, dan Maluku, Roesmardani menerima tumpeng saat peresmian pengeboran sumur eksplorasi di Lapangan Alas Tua Timur, Blok Cepu, oleh Mobil Cepu Limited (MCL) di Desa Ngunut, Kecamatan Dander, Bojonegoro, Kamis 19 Januari 2012. Kegiatan yang direncanakan berlangsung hingga akhir Maret 2012 tersebut dilakukan untuk mengetahui potensi kandungan migas di Alas Tua Timur.

Kunjungan ke Sulbar - Kepala Divisi Perwakilan BPMIGAS, Mulyani Wahyono (ketiga dari kiri), Penasihat Ahli Bidang Hubungan Pemerintahan, Cornelia Oentarti (keempat dari kiri), dan Kepala Perwakilan BPMIGAS wilayah Kalimantan dan Sulawesi, Budi Agustono (kedua dari kiri) bertemu dengan Wakil Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar), Aladin S. Mengga di Gedung Pemprov Sulbar pada Kamis, 2 Februari 2012. Pertemuan membahas potensi Blok Sebuku yang dikelola Pearl Oil di Pulau Lari-larian. Sulbar berharap dapat menetapkan pulau tersebut sebagai bagian wilayahnya sehingga memberi peluang kepada provinsi itu menjadi daerah penghasil migas. N o . 7 9 - F e brua ri 2 0 1 2 9

Kesepakatan Pemanfaatan Aset Lapangan Sukowati - Kepala Divisi Operasi Lapangan, BPMIGAS, Muliawan (keempat dari kanan), Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsu Alam (tengah), dan General Manager JOB PPEJ, Bambang Kardono (kelima dari kiri) berfoto bersama usai penandatangan pemanfaatan aset bersama (FSA) Sukowati di Kabupaten Tuban, Selasa, 7 Februari 2012 lalu. Dengan penandatangan FSA ini, diharapkan terwujud sinergi pelaksanaan kegiatan operasi di Lapangan Sukowati dalam mendukung upaya peningkatan produksi migas nasional.

WA W A NC A R A

M.I Zikrullah, Kepala Divisi Pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi

DOMESTIK JADI PRIORITASoleh : Adhitya Cahya Utama / Alfian ([email protected] / [email protected])

kebutuhan peningkatan produksi minyak, pupuk, listrik, baru kemudian untuk industri. Jadi BPMIGAS berpatokan dengan ini. Arahnya lebih jelas. Dari Permen tersebut terlihat bahwa pemenuhan pasokan untuk industri memang diletakkan paling akhir. Pendekatan yang dilakukan BPMIGAS kepada industri? Kami jelaskan bahwa alokasi ini berdasarkan kebijakan pemerintah. Prioritas-prioritas tersebut dibuat karena terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Alokasi untuk peningkatan produksi minyak diprioritaskan karena berimplikasi pada pendapatan negara yang akhirnya bermuara untuk kesejahteraan rakyat. Pupuk untuk ketahanan pangan nasional. Listrik juga kebutuhan dasar. Ketika industri meminta tambahan pasokan, kami berkoordinasi dengan kementerian perindustrian dan kementerian ESDM. Sebenarnya apa kendalanya? Saat ini terlihat kebutuhan gas di suatu daerah, tidak dapat dipenuhi oleh sumbersumber gas karena lokasinya. Oleh karena itu, FSRU menjadi terobosan. FSRU pertama di Teluk Jakarta itu memanfaatkan gas yang ada di Kaltim untuk kebutuhan di Jawa. Awalnya, kebutuhan gas hanya dipenuhi di wilayahnya masingmasing. Tapi ternyata tidak mencukupi. Melihat kondisi ini, pemerintah b e r e n c a n a membangun t e r m i n a l penerima LNG di sentra-sentra perindustrian. Langkah ini tepat, bahkan m e n j a d i keharusan karena sumber gas tidak korelasi dengan sentra industri. Sentra industri menyebar, sumber gas terletak di remote area. Ada anggapan BPMIGAS lebih mementingkan ekspor. Tanggapan? Seiring meningkatnya kebutuhan gas dalam negeri, adanya kebijakan prioritas pemanfaatan gas, serta tersedianya infrastruktur yang ada, untuk gas yang baru diproduksikan pemanfaatannya diprioritaskan untuk penggunaan dalam negeri. Saat ini pasokan gas untuk pemenuhan dalam negeri terus meningkat, yang dalam waktu dekat diperkirakan pasokan gas dalam negeri lebih tinggi dari ekspor.No . 7 9 - F e b r u a r i 2 012

Muhammad I Zikrullah, sudah mencintai gunung semenjak remaja. Kecintaan ini tidak luntur sampai saat ini. Selain udara yang menyegarkan, kehidupan masyarakat di pegunungan merupakan sumber inspirasi bagi Zikrullah. Buat kita, lampu 5 watt mungkin hanya dipakai buat di kamar tidur. Untuk mereka bisa untuk belajar sekeluarga, ujar sarjana hukum dari Universitas Indonesia itu. Menurutnya, pengalaman seperti ini mampu memompa semangatnya untuk bekerja lebih keras saat tiba di kantor, karena dia menyaksikan sendiri bagaimana ketersediaan energi sangat penting untuk masyarakat luas. Sebelum mulai bekerja di BPMIGAS, Zikrullah bekerja pada VICO dengan posisi terakhir Vice President untuk Supply Change Management. Setelah sekian lama bekerja di sektor swasta, Zikrullah mulai termotivasi untuk lebih mencurahkan waktu dan energinya untuk melayani publik. Dia bergabung dengan BPMIGAS sejak bulan Maret 2009 dan diangkat menjadi Kepala Divisi Pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi (PMG) pada Juni 2011. Divisi PMG menangani beberapa hal penting yang merupakan core activities dari bisnis hulu migas, seperti penyiapan penjualan, analisis, dan evaluasi pemanfaatan minyak dan gas, serta komersialisasi LPG dan LNG. Di tengah tingginya sorotan publik terhadap pasokan gas domestik, tuntutan kerja divisi PMG pun ikut meningkat. Selaku manajemen operasi kontraktor kontrak kerja sama (KKS), BPMIGAS diminta dapat memenuhi kebutuhan yang diminta oleh konsumen. Padahal, produksi migas tidak serta merta. Ada tata waktu, mulai temuan sampai diproduksikan, katanya. Lalu, bagaimana Divisi PMG menyikapi permintaan pasokan gas domestik yang terus meningkat? Bagaimana pula BPMIGAS menyikapi pembangunan beberapa floating storage regasification unit (FSRU) di Indonesia? Berikut petikan wawancara Muhammad I Zikrullah dengan Adhitya Cahya Utama dan Alfian dari Buletin BPMIGAS. Bagaimana Divisi PMG menyikapi kritikan mengenai pasokan gas domestik, terutama yang datang dari industri? Kebutuhan domestik lima tahun terakhir sangat meningkat. Ini tercermin dalam neraca gas nasional. Selaku manajemen operasi kontraktor KKS, BPMIGAS diminta dapat memenuhi kebutuhan yang diminta oleh konsumen. Padahal, produksi migas kan tidak serta merta. Ada tata waktu, mulai temuan sampai diproduksikan. Sejak tahun 2010, ada Peraturan Menteri ESDM (nomor 3 tahun 2010) yang mengatur tentang alokasi gas. Dalam aturan tersebut disusun berdasarkan priotitas, yaitu untuk

10

WAWANCAR AKalau boleh jujur, sebenarnya tidak adil apabila gas ekspor dibandingkan dengan domestik. Dilihat sejarahnya, pada saat sumber-sumber gas akan dikembangkan, pembeli domestik sudah ditawarkan terlebih dahulu. Faktanya, domestik tidak mau menyerap. Contohnya pengembangan Bontang, Papua, dan Natuna. Saat lapangan-lapangan tersebut diproduksikan, kebutuhan dalam negeri minim, tidak tinggi seperti sekarang. Kita harus memahami karakteristik sektor hulu migas, khususnya produksi gas. Lapangan gas tidak dapat dikembangan apabila belum ada pembelinya. Kontraknya pun harus bersifat jangka panjang agar proyek mencapai keekonomiannya. Jadi tidak bisa saat kebutuhan domestik meningkat, kontrak ekspor kita putus begitu saja. Seperti apa dukungan BPMIGAS terkait rencana pengembangan beberapa FSRU di Indonesia? Dengan adanya FSRU pemanfaan gas tidak tersentral lagi. Sumber pasokan gas di FSRU adalah LNG. Saat ini sumber LNG di Indonesia hanya Bontang dan Tangguh. LNG dari kedua kilang tersebut pun sudah teralokasikan. Meski demikian, BPMIGAS mencoba memanage. Hasilnya, untuk FSRU Jawa Barat dialokasikan 1,5 MTPA (metric ton per annum) dari Bontang. Untuk Belawan ataupun Arun, PLN sudah melakukan pembahasan dengan BP Tangguh dengan fasilitator Ditjen Migas. Pasokan ini tergantung dari keberadaan LNG itu sendiri. Kontraknya kan jangka panjang. Sedangkan FSRU baru dibuat sekitar tahun 2010. Namun, BPMIGAS tetap mengusahakan untuk pemenuhan gas dalam negeri. Salah satunya, pembahasan pengalihan pasokan LNG dari kilang Tangguh ke Sempra. Dari pengalihan ini ada potensi untuk menambah kebutuhan dalam negeri. Indikasinya dapat terlihat dari pembahasan yang sudah dilakukan BP dan PLN. Hasil akhirnya kita tunggu seperti apa. Bapak ketua tim untuk menyiapkan strategi renegosiasi harga gas ke Fujian, Cina. Seperti apa perkembangannya? Sejak perubahan pertama kali tahun 2009, memang dimungkinkan merevisi harga setiap empat tahun sekali. Artinya, jika disepakati, harga baru berlaku tahun 2013. Karena merupakan hak para pihak, kita sudah mempersiapkan sejak saat ini. Kami membuat justifikasi. Dilihat rata-rata gas dalam negeri makin membaik setiap tahunnya. Harga di wilayah sekitar Asia Pasifik juga akan diperbandingkan. Ini bisa menjadi dasar pertimbangan pasokan LNG ke Fujian ditingkatkan harganya. Harapannya, dengan kondisi yang ada, kami optimis ada perbaikan harga. Kami minta masalah ekspor gas ke Fujian ini dilihat secara obyektif. Jangan dihujat harganya jelek. Ketika kesepakatan harga dicapai ditahun 2001, harga tersebut paling bagus. Jika tidak ada kontrak dengan Fujian, Lapangan Tangguh tidak akan pernah dikembangkan. Bagaimana perkembangan perbaikan harga gas domestik yang diusahakan oleh BPMIGAS? BPMIGAS mendukung adanya perbaikan harga terhadap harga-harga gas yang masih di bawah US$ 4 per MMBTU. Hal ini diperlukan untuk dapat mempertahankan produksi gas, bahkan, bila memungkinkan, untuk dapat meningkatkan produksi yang ada. Tujuan kami jelas, dengan perbaikan harga, penerimaan negara juga akan naik. Saat ini, rata-rata harga gas domestik sekitar US$ 5 per mmBtu. Kontrak-kontrak baru yang disepakati tahun 2011, harganya sudah di atas US$ 5 per mmBtu. Tahun ini harganya harus lebih baik lagi. Sebenarnya, kemampuan daya beli domestik sudah bagus. Contohnya, di FSRU Teluk Jakarta, PLN berani membeli 11% ICP FoB. KKKS diminta untuk mendukung program konversi ke BBG untuk transportasi, bagaimana tanggapan Anda? Kami mendukung karena ini sudah program pemerintah. BPMIGAS dan KKKS akan menyiapkan pasokan gasnya. Ada dari Pertamina EP, Santos, dan Pertamina Hulu Energi. Untuk tahap awal sudah bisa dicukupi. Tapi jika ke depan makin meningkat tentu perlu dibahas lebih komprehensif penyiapannya seperti apa. Yang perlu diperhatikan harga keekonomiannya juga. Jika gas berasal dari lepas pantai kan juga tidak murah. Jangan ada anggapan, gas lebih murah dari BBM. Jika BBM masih disubsidi sangat sulit mengalihkan transportasi ke gas. Karena saat ini, ekuivalen per liter, gas dihargai sekitar Rp 3.100. Banyak daerah meminta jatah gas. PMG menanggapinya seperti apa? Sejauh kebutuhan gas itu untuk kelistrikan akan kami berikan. Karena ini sejalan dengan UU No. 30 tahun 2007 tentang Energi dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 03 tahun 2010 tentang Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi Untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri. Pemanfaatan untuk listrik lebih masif, kebutuhannya pun tidak terlalu banyak jika di daerah. Kami sudah meminta KKKS jika ada sumur yang secara teknikal dan secara keekonomian dapat dikembangkan, serta dibutuhkan oleh pemda di wilayah penghasil, dapat diproduksikan untuk memenuhi kebutuhan di wilayah tersebut. Daerah berani kok membeli dengan harga kompetitif. Dengan demikian, daerah juga bisa mendukung kegiatan migas karena merasakan dampaknya secara langsung.

11

N o . 7 9 - F e brua ri 2 0 1 2

SEP U TA R KK K S

Kepala BPMIGAS, R. Priyono memberikan arahan saat penutupan Rapat Kerja Tahunan SCMCF.

UPAYA TINGKATKAN PENGHEMATAN PENGADAANoleh : Adhitya Cahya Utama ([email protected])

Forum Konsultasi Pengadaan Barang dan Jasa (Supply Chain Management Consultation Forum/ SCMCF) kembali mengadakan rapat kerja tahun 2012 pada 8 hingga 10 Februari 2012 lalu di Bandung. Mengangkat tema Bersama dalam Satu Sympony Meraih Mimpi kegiatan dibuka Deputi Umum, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS), J. Widjonarko. Bertindak selaku penyelenggara PT. Medco E&P Indonesia dan JOB Pertamina-Petrochina East Java, dengan peserta lebih dari 250 orang yang berasal dari BPMIGAS dan 88 kontraktor kontrak kerja sama (KKS) yang berstatus produksi maupun eksplorasi. Dalam sambutannya, Widjonarko mengatakan sasaran dibentuknya SCMCF untuk membangun manajemen rantai suplai yang efektif dan efisien melalui sinergi antar fungsi pengadaan di kegiatan usaha hulu migas. Penghematan yang dihasilkan dari sinergi tersebut merupakan salah satu key performance indicator (KPI) tahunan, sekaligus merupakan

bagian dari penghematan biaya cost recovery. Tujuan utama diselenggarakan rapat kerja untuk merekapitulasi hasil penghematan tahun 2012 dan membuat program kerja 2012, katanya. Hasil rekapitulasi tahun 2011 mencatat penghematan secara agregat sebesar US$ 143,7 juta atau 37 persen melampaui target KPI sebesar US$ 105 juta. Dari jumlah tersebut, sebanyak US$ 103,5 juta berasal dari kontrak pengadaan dan pemanfaatan fasilitas bersama. Sisanya, sebanyak US$ 40,2 juta dari hasil optimalisasi inventori, seperti transfer material dan pemanfaatan used material antar kontraktor kontrak kerja sama (KKS). Pengadaan bersama adalah pengadaan kolektif yang dilakukan kontraktor KKS yang beroperasi di wilayah yang berdekatan. Dicontohkan, penghematan kontrak bersama sewa helikopter dan pesawat oleh ConocoPhillips, Premier Oil, dan Star Energy di Natuna, Kepulauan Riau, yang jumlahnya mencapai US$ 10,28 juta atau RpNo . 7 9 - F e b r u a r i 2 012

12

S EP UTAR KKKS92,5 miliar. Sedangkan optimalisasi pemanfaatan aset kontraktor adalah pemanfaatan aset milik sebuah kontraktor oleh kontraktor lainnya. Contohnya, pemanfaatan bersama fasilitas penampungan kondensat milik Petrochina Jabung oleh JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang di Sumatera Selatan yang penghematannya mencapai US$ 8,7 juta atau Rp 78 miliar. Secara konsisten dari 2009, target maupun capaian penghematan menunjukkan tren yang terus meningkat, kata Widjonarko. Melihat pencapaian selama ini, forum sepakat untuk menaikkan target penghematan pengadaan barang dan jasa tahun 2012 dari US$ 130 juta menjadi US$ 155 juta. Dengan kerja sama semua pihak, kami optimis target tersebut dapat terlampaui, kata BPMIGAS, R. Priyono saat memberi arahan saat penutupan. Dia menjelaskan, untuk mencapai target itu tidak cukup hanya dengan merumuskan dan menindaklanjuti program-program kerja yang ada. Dibutuhkan ide-ide kreatif. Menurutnya, selama ini penghematan baru dilakukan melalui pengadaan dan pemanfaatan fasilitas bersama, serta optimalisaasi inventory. Saya berharap ada ide lain untuk menciptakan kegiatan bersama yang dapat menciptakan penghematan, kata Priyono. Selain penghematan, fungsi pengadaan barang dan jasa diminta terus meningkatkan pemberdayaan kapasitas nasional yang salah satu

Deputi Umum BPMIGAS, J. Widjonarko memukul gong tanda dibukanya Rapat Kerja Tahunan SCMCF.

indikatornya adalah persentasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Dia meminta fungsi pengadaan melakukan langkahlangkah strategis untuk mencapai target blue print TKDN sebesar 91 persen pada tahun 2025. Tahun ini kami targetkan komitmen TKDN sebesar 65 persen, katanya. Untuk mencapai target tersebut, pihaknya telah menjalin sinergi dan kerja sama dengan berbagai instansi pemerintahan dan BUMN. BPMIGAS juga akan menyelenggarakan audit kepatuhan implementasi kebijakan TKDN dan realisasinya dengan melibatkan berbagai unsur, seperti Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), universitas, dan lembaga independen. Peningkatan kapasitas nasional menjadi prioritas mengingat visi BPMIGAS yang ingin menjadi salah satu lokomotif perekonomian nasional, kata Priyono. Rapat kerja diikuti seluruh region

SCMCF yang ada, yakni Natuna, Central Sumatera, South Sumatera, Offshore North West Java, East JavaNusa Tenggara, dan Kalimantan Sulawesi. Rapat dibagi dalam tiga kelompok kerja (Pokja), yakni survei dan pengeboran, transportasi dan logistik, serta pabrikan dan meterial. Di sela-sela rapat, digelar kegiatan outbond di Cikole, Lembang, sebagai ajang menyatukan tekad dan merekatkan kebersamaan untuk mencapai target yang ditetapkan di tahun 2012. Widjonarko mengatakan, untuk pertama kalinya, pembahasan perumusan program kerja 2012 menggunakan pendekatan kategori kelompok barang dan jasa, tanpa menghilangkan semangat soliditas cluster yang telah terbina selama ini. Oleh karena itu, direncanakan Surat Keputusan tentang pembentukan SCMCF dan strategi pengadaan yang disesuaikan dengan pola pendekatan sinergi yang baru.

13

N o . 7 9 - F e brua ri 2 0 1 2

COM DE V

BPMIGAS DAN 16 PERUSAHAAN MIGAS TERIMA PENGHARGAAN UMKMoleh : Adhitya Cahya Utama([email protected])

Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) mendapat penghargaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) bekerja sama dengan harian Seputar Indonesia. Penghargaan diberikan Menteri Koperasi dan UKM, Syarif Hasan kepada Deputi Umum, BPMIGAS, J. Widjonarko disaksikan CEO MNC Grup, Hary Tanoesoedibjo di Jakarta, Rabu, 25 Januari 2012 lalu. BPMIGAS mendapat penghargaan karena dianggap berhasil mendorong kontraktor kontrak kerja sama (KKS) migas untuk ikut berperan serta mengembangkan perekonomian masyarakat di sekitar daerah operasinya, khususnya dalam bidang koperasi dan usaha kecil menengah. Dia menjelaskan, mendorong dan mengembangkan UMKM di daerah operasi migas merupakan peran serta dalam penyerapan tenaga kerja dan menekan angka pengangguran. Hal tersebut merupakan bentuk kepedulian industri hulu migas terhadap masyarakat, kata Widjonarko. Selain BPMIGAS, penghargaan diberikan kepada 16 kontraktor, yakni Chevron, TOTAL E&P Indonesie, ExxonMobil, BP Indonesia, Pertamina EP, Premier Oil, ConocoPhillips, dan PHE West Madura Offshore (WMO). Penghargaan juga diberikan

kepada Kondur Petroleum, PHE ONWJ, Kangean, Santos, Medco E&P Indonesia, Inpex, VICO, dan Hess. Beberapa program yang dilakukan diantaranya, pelatihan dan pembinaan Petani karet di Sumatera Selatan dan Jambi oleh ConocoPhillips. Kemudian, peningkatan kapasitas dan peralatan pembatik di Bojonegoro untuk mengembangkan batik Bojonegoro yang dilakukan Mobil Cepu Limited. Premier Oil ingin berkontribusi dalam kemandirian pangan di Kepulauan Anambas dengan mengembangkan pertanian organik. Sedangkan Hess Pangkah melibatkan 250 nelayan dalam mengembangkan kapasitasnya dengan cara membentuk koperasi dan toko nelayan yang melayani penjualan kebutuhan nelayan di Gresik, Jawa timur. Selain perusahaannya, mitra binaan UMKM juga mendapat penghargaan. Salah satunya, Isnen, kader binaan PHE WMO yang berhasil memproduksi dan menjual pupuk kompos dari limbah rumah tangga organik. Isnen bisa menjual pupuk kompos yang ke toko bunga dan perusahaan yang ada di sekitar Desa Sidorukun, Gresik. Contoh lainnya

adalah, Pujiati yang merupakan mitra binaan VICO. Wanita asal Muara Jawa, Kalimantan Timur ini sukses mengembangkan pelatihan dan modal yang diberikan VICO dengan menghasilkan produksi andalan, kerupuk udang dan berbagai jenis makan ringan. Alhamdulillah menjadi favorit masyarakat lokal maupun pendatang, kata dia. Bahkan, Pujiati kerap diundang sebagai narasumber pada pelatihan dan seminar mengenai UMKM. Syarif mengucapkan terima kasih atas kontribusi perusahaan dalam mengembangkan UMKM di Indonesia. Dia menjelaskan lebih dari 50 persen perekonomian Indonesia ditopang oleh sektor ini. UMKM akan lebih berkembang dengan keterlibatan dan bantuan perusahaan besar. Kami berharap kontribusi yang diberikan meningkat di tahuntahun mendatang, katanya.

No . 7 9 - F e b r u a r i 2 012

14

Menteri Koperasi dan UKM, Syarif Hasan memberikan CSR Award kepada Deputi Umum, BPMIGAS, J. Widjonarko disaksikan CEO MNC, Hary Tanoesoedibjo.

P E RI ST IWA

Foto bersama usai penyerahan bantuan kepada anak kurang mampu di RSCM.

PERAYAAN HUT KE-9 HWBoleh : Adhitya Cahya Utama ([email protected])

Himpunan Wanita BPMIGAS (HWB) memasuki usia ke-9 pada Kamis, 19 Januari 2012 lalu. Bertepatan dengan hari ulang tahunnya tersebut, HWB dipimpin Ketua, Sari Priyono mengunjungi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Rombongan menyerahkan bantuan dan bingkisan kepada lebih dari 250 pasien anak kurang mampu yang sedang dirawat di RSCM. HWB peduli dalam Perawatan Anak di RSCM memang menjadi tema dalam HUT HWB tahun ini. Sari mengatakan, bantuan tersebut merupakan sumbangan dari pekerja dan pimpinan BPMIGAS, serta pengurus HWB. Kami ingin berbagi dengan sesama. Semoga yang diberikan dapat bermanfaat dan memberi sedikit hiburan buat anakanak, katanya. Selang seminggu, tepatnya Rabu, 25 Januari digelar perayaan ulang tahun. Hadir pada kesempatan tersebut, Kepala BPMIGAS, R. Priyono, Wakil Kepala, Hardiono, dan mantan Ketua HWB, Anie Rachmat Sudibyo, serta pengurus dan mantan pengurus. Dalam sambutannya, Sari mengatakan, diusia HWB yang ke9, banyak perkembangan yang terjadi dan banyak pula hal-hal yang

telah dijalankan. Pihaknya berupaya menjadi lebih baik lagi dari tahuntahun sebelumnya. Dia berharap, ke depan HWB makin bermanfaat bagi pengurus, anggota, dan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungannya. Dengan dukungan dan partisipasi aktif semua pihak, HWB dapat mewujudkan apa yang menjadi cita cita bersama, kata Sari. Priyono, yang menjabat sebagai Pembina HWB mengapresiasi kegiatan sosial yang dilakukan HWB. Kegiatan-kegiatan serupa seyogyanya dapat lebih ditingkatkan lagi di masa mendatang. Dia berharap, semakin berumur, HWB dapat semakin menunjukkan eksistensi dan manfaat organisasi tersebut. Kegiatan rangkaian ulang tahun tidak berhenti. Pada 3 Februari pengurus dan

anggota HWB mengunjungi RSCM untuk menghadiri peringatan hari Kanker se-Dunia. Dalam kunjungan tersebut bantuan kembali diberikan kepada penderita kanker di RSCM.

Ketua HWB, Sari Priyono memotong tumpeng saat perayaan HUT ke 9 HWB, disakikan Pembina HWB, R. Priyono. Ketua HWB, Sari Priyono mengunjungi pasien kanker di RSCM.

15

N o . 7 9 - F e brua ri 2 0 1 2

EKSP A NSI

BPMIGAS-UNPAD KERJA SAMA BIDANG HUKUMoleh : Alfian ([email protected])

Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) menandatangani nota kesepahaman dengan Fakultas Hukum, Universitas Padjajaran (UNPAD) untuk melakukan kerja sama bidang hukum. Kesepakatan ini dibuat ditengah kompleksitas masalah hukum yang dihadapi oleh industri dan langkanya pakar hukum perminyakan tanah air. Nota kesepahaman ditandatangani Deputi Evaluasi dan Pertimbangan Hukum BPMIGAS Lambok H. Hutauruk dan Dekan Fakultas Hukum UNPAD Ida Nurlinda di kampus UNPAD, Bandung, Rabu 25 Januari 2012 lalu. Dalam sambutannya, Lambok mengatakan, kompleksitas masalah dan reformasi dalam tatanan hukum positif menjadi alasan utama BPMIGAS menjalin hubungan kerja sama dengan pihak akademisi. Tujuannya untuk mendapatkan hasil akhir dalam bentuk

opini hukum yang matang dan dapat dipertanggungjawabkan, katanya. Beberapa masalah hukum saat ini sangat menyita perhatian BPMIGAS maupun Kontraktor KKS. Masalah-masalah tersebut adalah perubahan perundang-undangan seperti Undang-undang Pelayaran dalam kaitannya dengan penerapan azas cabotage, penerapan Undang-undang Pertanahan, penelaahan Peraturan Pemerintah tentang Cost Recovery, Instruksi Presiden tentang Percepatan Produksi Migas, dan pembahasan revisi Undang-undang Migas yang merupakan payung hukum pengelolaan kegiatan industri hulu migas. Menurutnya, dalam penelaahan peraturan perundang-undangan tersebut diperlukan seni dan keahlian tersendiri termasuk teknik legal drafting. Selain itu, penguasaan materi secara komprehensif dan kemampuan teknik komunikasi mutlak adanya. Kami berharap akademisi dari Fakultas Hukum UNPAD dapat berkontribusi memberikan pertimbangan dalam penelaahan peraturan perundangundangan tersebut, kata dia. Melalui nota kesepahaman ini, BPMIGAS juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa senior Fakultas Hukum UNPAD, terutama terkait dengan proses penulisan skripsi atau makalah akademis lainnya. Lambok mengatakan kesempatan magang tersebut merupakan salah satu cara untuk membangun praktisi

hukum handal di bidang hulu migas. Tenaga bidang law in petroleum sangat langka di Indonesia, meski sektor hulu minyak dan gas bumi sudah ada selama sekitar 40 sampai 50 tahun, ujar Lambok. Ida Nurlinda menyambut baik Nota Kesepahaman serta kesempatan yang diberikan oleh BPMIGAS. Dia mengatakan, sektor MIGAS sarat aspek hukum, baik terkait litigasi, investasi, pajak, dan lainlain. Jadi banyak aspek-aspek hukum yang bisa didiskusikan bersama oleh BPMIGAS dan Fakultas Hukum, ujar Ida. Nota kesepahaman antara BPMIGAS dan UNPAD tersebut bukan yang pertama kali. Sebelumnya Fakultas Hukum, BPMIGAS menjalin kerja sama dengan Teknik Geologi, UNPAD. Selain UNPAD, digandeng Universitas Trisakti, Institut Teknologi Bandung, dan beberapa universitas daerah. Pelibatan universitas digalakkan BPMIGAS untuk meningkatkan kemampuan instansi pendidikan, khususnya di bidang migas.

No . 7 9 - F e b r u a r i 2 012

16