buletin bp migas edisi 68 maret 2011 email

16
EDITORIAL hal. 2 BERDAYAKAN KAPASITAS NASIONAL INDUSTRI minyak dan gas bumi (migas) sudah berjalan sejak tahun 1900-an. Telah berjalan 100 tahun lebih, sektor hulu migas lebih dipandang sebagai salah satu penyumbang terbesar penerimaan negara. COMDEV hal. 14 TOKOH hal. 10 B A D A N P E L AK S A N A K E G IA T A N U S A H A H U L U M I N YA K D AN G A S B U M I Buletin NO. 68, MARET 2011 Gedung Wisma Mulia, Jl. Gatot Subroto No. 42, Jakarta 12710 – http://www.bpmigas.go.id Hamdi Zainal, VP Management Representative BPMIGAS di ExxonMobil Indonesia PROYEK CEPU BISA DIPERCEPAT CONOCOPHILLIPS BANGUN TAMAN LALU LINTAS

Upload: sahala-hudodo-jaya-rumapea

Post on 02-Jul-2015

290 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

EDITORIAL hal. 2

BERDAYAKAN KAPASITAS NASIONAL

INDUSTRI minyak dan gas bumi (migas) sudah berjalan sejak tahun 1900-an. Telah berjalan 100 tahun lebih, sektor hulu migas lebih dipandang sebagai salah satu penyumbang terbesar penerimaan negara.

COMDEV hal. 14TOKOH hal. 10

B A D A N P E L A K S A N A K E G I A T A N U S A H A H U L U M I N Y A K D A N G A S B U M I

Bulet inNO. 68, MARET 2011

Gedung Wisma Mulia, Jl. Gatot Subroto No. 42, Jakarta 12710 – http://www.bpmigas.go.id

Hamdi Zainal, VP Management Representative BPMIGAS di ExxonMobil Indonesia

PROYEK CEPU BISA DIPERCEPATCONOCOPHILLIPS

BANGUN TAMAN LALU LINTAS

Page 2: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

2

E D I T O R I A L

Buletin edisi 68 : Maret 2011

Redaksi menerima masukan artikel yang dikirim melalui:

Email : [email protected] [email protected]

Redaksi :DINAS HUMAS & HUBUNGAN KELEMBAGAAN BPMIGAS

Gedung Wisma MuliaJl. Gatot Subroto No. 42, Jakarta 12710 http://www.bpmigas.go.id

N o . 6 8 - M a r e t 2 0 1 1

INDUSTRI minyak dan gas bumi (migas) sudah berjalan sejak tahun 1900-an. Telah berjalan 100 tahun lebih, sektor hulu migas lebih dipandang sebagai salah satu penyumbang terbesar penerimaan negara. Saat ini, rata-rata kontribusi sektor hulu migas terhadap penerimaan sekitar 25 hingga 30 persen. Di era tahun 1970-an, sumbangannya bahkan mencapai 70 persen.

Dari sisi penerimaan negara, peran hulu migas memang tidak diragukan lagi. Namun, dari sisi pemberdayaan kapasitas nasional, kontribusinya masih minim. Sebagai contoh, hingga awal tahun 2009, transaksi pengadaan barang dan jasa di hulu migas masih menggunakan bank-bank multinasional. Perbankan nasional hanya menjadi

BERDAYAKAN KAPASITAS NASIONAL

penonton. Baru pada April 2009, setelah keluarnya surat edaran BPMIGAS mengenai transaksi pembayaran pengadaan barang/jasa dan penyimpanan dana abandonment site and restoration (ASR) diharuskan melalui bank badan usaha milik negara (BUMN), perbankan nasional baru tersadar potensi yang dimiliki industri hulu migas.

Tidak hanya perbankan. Pengusaha dalam negeri pun bisa dikatakan “gigit jari”. Modal, teknologi, dan resiko tinggi yang menjadi ciri khas hulu migas selalu menjadi alasan. Memang banyak perusahaan nasional yang berkecimpung di migas, namun perusahaan-perusahaan itu sebenarnya milik pengusaha multinasional yang memiliki perwakilan di Indonesia.

Kondisi di atas tidak bisa terus dibiarkan. Perusahaan dalam negeri, perbankan nasional, bahkan pengusaha daerah harus diberikan kesempatan. Dispensasi harus diberikan agar mereka mampu bersaing. BPMIGAS telah memberikan kesempatan lewat pemberlakukan revisi Pedoman Tata Kerja (PTK) Nomor 007/Revisi II/PTK/I/2011.

Aturan tersebut mensyaratkan, perusahaan dalam negeri wajib mengerjakan minimal 30

persen dari nilai kontrak dan minimal 50 persen pelaksanaan jasa pengerjaan fisik juga harus dikerjakan di wilayah RI. Bentuk dukungan lainnya, perusahaan dalam negeri diberikan hak khusus (preferensi) sebesar 7,5 persen dari harga yang ditawarkan perusahaan asing dan perusahaan nasional untuk tender proyek kegiatan hulu migas.

Kesempatan telah dibuka lebar oleh BPMIGAS. Akan sangat sia-sia apabila tidak ada keinginan dan kemampuan dari pengusaha nasional itu sendiri. Butuh dukungan dan usaha dari semu pihak agar pengusaha maupun perbankan dalam negeri menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. •••

Page 3: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

3

L A P O R A N U T A M A

N o . 6 8 - M a r e t 2 0 1 1

DORONG KAPASITAS NASIONALLEWAT PENGADAAN BARANG DAN JASA MIGAS

Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) terus berusaha mendorong peningkatan keterlibatan pengusaha dan perbankan dalam negeri untuk terjun ke dalam industri hulu migas. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan, dengan melakukan revisi kedua terhadap Pedoman Tata Kerja (PTK) Nomor 007 mengenai Pengadaan Barang dan Jasa.

PTK tersebut pertama kali disahkan pada tahun 2004, direvisi pada 2009, kemudian direvisi untuk kedua kalinya pada tahun 2011. Menurut Kepala BPMIGAS, R. Priyono, revisi dilakukan untuk mengikuti perkembangan yang terjadi di sektor hulu migas, sekaligus memperbesar kesempatan komponen dalam negeri untuk berkembang.

“Kesempatan sudah kami berikan. Sekarang tinggal kemauan dan kemampuan industri dalam negeri untuk memanfaatkannya secara optimal,” kata Priyono saat peresmian pemberlakukan PTK 007 Revisi II/ptk/i/2011 di kantor BPMIGAS, Rabu, 9 Maret 2011 lalu.

Aturan tahun 2004 setidaknya mencakup empat aspek, yakni pelaksanaan pengadaan di dalam wilayah Republik Indonesia (RI), kewenangan terbatas bagi kontraktor kontrak kerja sama (KKS), pembayaran harus dilakukan melalui rekening bank di wilayah RI, dan pemberian preferensi harga bagi barang/jasa produksi dalam negeri.

Generasi kedua pada 2009, memuat kewenangan kontraktor yang diperbesar, pembayaran melalui rekening bank badan usaha milik negara

Page 4: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

4

L A P O R A N U T A M A

N o . 6 8 - M a r e t 2 0 1 1

(BUMN) dan wajib menggunakan barang produksi dalam negeri. Selain itu, kontrak jasa wajib dilaksanakan perusahaan nasional, pekerjaan jasa wajib dilaksanakan di Indonesia, dan target pencapaian tingkat komponen dalam negeri (TKDN) jasa minimal 30 persen.

Priyono menjelaskan, revisi kedua mencantumkan lebih detail lagi kewajiban kontraktor KKS untuk mengutamakan keikutsertaan perusahaan dalam negeri. Diantaranya, perusahaan dalam negeri wajib mengerjakan minimal 30 persen dari nilai kontrak dan minimal 50 persen pelaksanaan jasa pengerjaan fisik harus dikerjakan di wilayah RI.

Dalam ketentuan ini, definisi perusahaan dalam negeri adalah perusahaan yang minimal 51 persen sahamnya dimiliki warga negara Indonesia (WNI). Sementara perusahaan nasional, kebanyakan merupakan “cabang” perusahaan multinasional di Indonesia.

Dia menjelaskan, perusahaan dalam negeri dapat membentuk konsorsium dengan perusahaan dalam negeri lainnya atau dengan perusahaan nasional untuk meningkatkan kemampuan teknis maupun keuangannya. “Kalau masih tidak mampu, sebagian pekerjaan bisa di-subkontrak ke perusahaan asing,” katanya.

Bentuk dukungan lainnya, perusahaan dalam negeri diberikan hak khusus (preferensi), yakni 7,5 persen harga lebih mahal dari angka yang ditawarkan perusahaan asing dan perusahaan nasional untuk tender proyek kegiatan hulu migas. Syaratnya, 50 persen pekerjaan dilakukan oleh perusahaan dalam negeri dan 50 persen pengerjaan fisik dilakukan di Indonesia. Untuk konsorsium perusahaan dalam negeri dengan perusahaan nasional atau dengan asing juga mendapat preferensi sebesar lima persen. “Syaratnya, perusahaan dalam negeri tersebut menjadi leader konsorsium,” katanya.

Priyono meminta semua pihak mendukung kebijakan ini. Jangan sampai terjadi proses ulang pengadaan karena

persyaratan yang ada tidak dapat dipenuhi. “Otomatis persyaratannya akan diturunkan,” kata dia.

Pengadaan barang dan jasa atau dikenal dengan istilah supply chain management merupakan salah satu titik yang paling ujung dalam proses pembelanjaan kegiatan usaha hulu migas. Sekitar dua per tiga dari biaya operasional industri hulu migas dibelanjakan melalui fungsi SCM.

“Oleh karena itu, BPMIGAS memandang pengadaan tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga memiliki peran strategis,” kata Deputi Umum, BPMIGAS, A.S. Rizal Asir.

Menurutnya, dengan angka lebih dari US$ 10 miliar setiap tahun, pengadaan memiliki potensi besar untuk menciptakan efek pengganda (multiplier effect) yang seluas-luasnya bagi perekonomian Indonesia.

Dengan kondisi ini, tidak heran apabila BPMIGAS terus berusaha menaikkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) setiap tahunnya. Berdasarkan cetak biru Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), TKDN 2010 ditargetkan sebesar 55 persen. Realisasinya, pada tahun 2010, total nilai pengadaan barang dan jasa di seluruh kontraktor KKS mencapai US$ 10,79 miliar dengan TKDN sebesar 63,4 persen. Nilai TKDN barang sekitar US$1,92 miliar atau 50,5 persen, sedangkan nilai TKDN jasa senilai US$ 4,92 miliar atau mencapai 70,5 persen.

“Angka ini meningkat dari US$ 8,98 Milyar pada 2009 dengan TKDN hanya 49 persen,” kata Rizal.

Tahun 2011, dia mengatakan, ditargetkan TKDN sebesar 65 persen. Berdasarkan rencana kerja dan anggaran 2011, dana yang dikucurkan untuk pengadaan barang dan jasa diperkirakan sebesar US$ 17 miliar.

Berdasarkan cetak biru Kementerian ESDM, diharapkan, pada tahun 2014 TKDN sebesar 70 persen, kemudian di tahun 2025 mencapai 91 persen. Dia mengungkapkan, ke depan peningkatan TKDN menghadapi tantangan yang tidak ringan. Dominasi lokasi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi semakin ke arah kawasan timur Indonesia dan terletak di laut dalam. Akibatnya, sektor hulu migas lebih padat modal, teknologi, dan resiko, serta memerlukan sumber daya pendukung lain yang lebih tinggi standar kualitasnya.

“Komponen dalam negeri harus bisa mengikuti perkembangan ini kalau tidak mau tertinggal,” katanya.

Dia menambahkan, dengan berlakunya PTK yang

Page 5: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

5

L A P O R A N U T A M A

N o . 6 8 - M a r e t 2 0 1 1

baru, dana pinjaman dari bank badan usaha milik negara (BUMN) maupun badan usaha milik daerah (BUMD) juga diperhitungkan sebagai komponen dalam negeri.

Kebijakan ini kelanjutan dari surat edaran BPMIGAS kepada seluruh kontraktor KKS untuk menggunakan fasilitas bank umum nasional dalam setiap transaksi belanja barang dan jasa Kontrak KKS, pada April 2009 lalu. Surat tersebut juga memuat kebijakan agar kontraktor KKS untuk memindahkan dana abandonment and site restoration (ASR) dari bank luar negeri ke bank–bank BUMN di Indonesia. “Tidak sampai dua tahun, hasilnya cukup signifikan.”

Pertumbuhan nilai transaksi pembayaran pengadaan barang/jasa tercatat US$ 3,97 miliar pada 2009, kemudian naik menjadi US$ 4,6 miliar di tahun 2010. Artinya, total transaksi sejak April 2009 hingga Desember 2010 mencapai US$ 8,596 miliar. Sedangkan untuk ASR, hingga Desember 2010, tercatat sebesar US$ 167 juta.

Selain itu, BPMIGAS menjalin beberapa kerja sama strategis dan kolaboratif untuk pemberdayaan kapasitas nasional. Diantaranya, kerja sama dengan Kementerian Perindustrian terkait penggunaan kapal dan bangunan lepas pantai, serta penggunaan alat berat dan permesinan produksi dalam negeri.

Optimalisasi penggunaan dan perawatan pesawat terbang dan helikopter juga dijalin dengan PT. Dirgantara Indonesia. Termasuk menggandeng Garuda Indonesia untuk penggunaan jasa angkutan udara untuk penumpang dan kargo pada rute penerbangan dalam dan luar negeri, berikut jasa pendukungnya.

Kebijakan tersebut merupakan langkah konkret BPMIGAS untuk mendukung dan menumbuh kembangkan kemampuan nasional agar lebih mampu bersaing di tingkat nasional maupun international.

Tidak hanya peningkatan kapasitas nasional. BPMIGAS terus mendorong kontraktor untuk melakukan penghematan biaya melalui strategi pengadaan dan manajemen material yang efektif dan efisien.

Hasilnya, pada tahun 2010, penghematan menembus angka US$96,5 juta. Jumlah ini didapat melalui berbagai kontrak pengadaan bersama dan transfer material yang dilakukan kontraktor. Pengadaan bersama menyumbang sekitar US$ 66,7 juta, sedangkan kontribusi transfer material

sebesar US$ 29,8 juta.

“Pencapaian ini melebihi target penghematan pada 2010 yang sebesar US$ 75 juta,” kata Rizal.

Kinerja tahun 2010 ini jauh melebihi penghematan pada 2009 yang sebesar US$ 61,93 juta. Karena itu, BPMIGAS tidak ragu untuk menaikkan target penghematan tahun 2011 menjadi US$ 105 juta. Rinciannya, US$ 75 juta untuk penghematan pengadaan bersama, dan US$ 30 juta untuk transfer material.

Pengadaan bersama dan transfer material antar kontraktor yang telah berjalan, antara lain, penggunaan gudang dan fasilitas, transportasi laut dan udara, operasi bersama penyelidikan survei seismik, serta kontrak bersama penggunaan rig untuk pemboran.

Saat ini, telah terbentuk enam forum pengadaan, yakni Kalimantan Timur, Jawa Timur, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Natuna, dan Offshore North West Java (ONWJ). Dalam waktu dekat akan dibentuk forum serupa untuk wilayah Papua dan Maluku.

Menurut Rizal, forum pengadaan barang dan jasa, tidak hanya bermanfaat dalam menghemat waktu dan biaya. Forum terbukti ampuh menumbuh kembangkan pengusaha daerah untuk lebih berpartisipasi pada kegiatan usaha hulu migas. “Jadi tidak hanya nasional, kapasitas daerah juga mesti tumbuh,” katanya. •••

“Angka ini meningkat dari US$ 8,98 Milyar pada 2009 dengan TKDN hanya 49 persen,”

kata Rizal.

Page 6: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

6

L A P O R A N P E N D U K U N G

N o . 6 8 - M a r e t 2 0 1 1

pencurian dan perusakan fasilitas migas sebanyak 667 kejadian. Padahal, tahun sebelumnya hanya terjadi 471 kasus, yakni 116 kasus gangguan operasi dan 355 kejadian pencurian peralatan.

“Gangguan keamanan ikut mempengaruhi produksi migas,” kata Deputi Umum, BPMIGAS, A.S. Rizal Asir saat acara Security Outlook 2011 di Palembang, Rabu, 2 Maret 2011 lalu.

Dicontohkan, ditutupnya fasilitas produksi di lapangan Suban, Sumatera Selatan, yang dioperasikan ConocoPhillips pada awal Februari 2011 hingga saat ini karena tekanan dari masyarakat setempat. Potensi kehilangan produksinya mencapai 120 juta kaki kubik gas bumi per hari.

Kejadian lain adalah perusakan pipa Pertagas Tempino-Plaju yang

Tantangan yang dihadapi para pelaku kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi (migas) untuk mencapai target produksi nasional semakin tidak mudah. Selain masalah teknis, non teknis justru menjadi kendala terberat yang harus dihadapi.

Masalah yang mencuat belakangan ini adalah gangguan keamanan di daerah operasi kontraktor kontrak kerja sama (KKS) yang menunjukkan statistik peningkatan yang tajam dibanding tahun sebelumnya.

Berdasarkan data Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS), gangguan keamanan pada 2010 mencapai 1.153 kasus. Gangguan operasi seperti unjuk rasa, sabotase, penghentian kegiatan operasi, dan ancaman terjadi sebanyak 486 kasus, sementara

MEWUJUDKAN PENGAMANANBERBASIS MASYARAKAT

digunakan untuk menyalurkan minyak mentah Pertamina EP. Terhitung Januari-Maret 2011, terdapat 43 titik lubang di pipa sepanjang 265 kilometer tersebut. Selain Pertamina, Medco E&P juga mengalami pencurian minyak mentah di Sumatera Selatan. Menurut Deputi General Manager Rimau Asset, Medco E&P Indonesia, Irfan Sidik, selama 2010, pihaknya kehilangan minyak mentah sekitar 9.000 barel.

“Pencurian cukup besar terjadi selama Juni sampai November 2010 lalu," kata Irfan.

Kepala Dinas Sekuriti, BPMIGAS, Harrymawan BG, mengungkapkan, Sumatera bagian selatan menyumbang hampir 50 persen gangguan keamanan migas secara nasional. Selama 2010, terjadi 480 gangguan terjadi semisal pencurian, vandalisme,

Page 7: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

7

L A P O R A N P E N D U K U N G

N o . 6 8 - M a r e t 2 0 1 1

premanisme, dan demo. “Pencurian menduduki peringkat nomor satu dengan 354 kejadian,” kata dia.

Untuk mengurangi gangguan, BPMIGAS dan kontraktor KKS melakukan komunikasi intensif dengan Kepolisian Daerah (Polda), khususnya Polda Sumatera Selatan dan Jambi. Disusun pemetaan potensi konflik di masing-masing wilayah dan membuat perkuatan keamanan. Peningkatan koordinasi dengan TNI dan pemerintah daerah juga dilakukan.

Wakil Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan, Polri, Inspektur Jenderal Amin Saleh mengatakan, industri hulu migas termasuk obyek vital nasional. Oleh karena itu, kepolisian wajib melakukan apa saja untuk menjaga obyek tersebut. Apalagi, sektor hulu migas menjadi penyumbang hampir 30 persen penerimaan negara.

Dalam mengamankan obyek vital, kepolisian tidak dapat berjalan sendiri. Polri membutuhkan bantuan dari TNI. Namun, kedua unsur itu pun belum

cukup tanpa kerja sama dengan penyelenggara dan masyarakat sekitar. “Kuatnya kemampuan aparat tidak akan efektif tanpa pemberdayaan masyarakat secara optimal,” kata dia.

Alasannya, karakter konflik yang sebagian besar bersifat potensial tidak bisa diatasi jika pendekatan yang dilakukan terlalu berorientasi pada penanggulangan. Diperlukan pendekatan-pendekatan yang lebih persuasif dan menitikberatkan pada instrumen lunak dengan melibatkan peran unsur pemerintah dan masyarakat setempat.

“Masyarakat paling kuat dan berpengaruh dalam semua langkah pengamanan,” kata dia.

Dengan kondisi tersebut, Amin mengajak seluruh pihak terkait untuk mengoptimalkan pengamanan masyarakat di sekitar obyek vital nasional. Salah satu caranya lewat pengamanan berbasis masyarakat (community based security).

Hal ini diamini Harrymawan. Dia menjelaskan, pengamanan berbasis

masyarakat akan menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap fasilitas industri hulu migas. Dengan rasa memiliki, masyarakat akan ikut menjaga dan mendukung pelaksanaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi.

Meski demikian, dukungan masyarakat tidak akan terjadi tanpa pemahaman yang utuh mengenai industri hulu migas. BPMIGAS, kontraktor, dan stakeholders lainnya wajib memberikan edukasi kepada masyarakat setempat. Semisal, terganggunya kegiatan eksplorasi dan produksi, akan berdampak pada berkurangnya pendapatan negara.

Di sisi lain, kontraktor KKS tetap melakukan optimalisasi pengamanan melalui perencanaan yang baik mulai dari identifikasi ancaman, aset dan mitigasi berdasar ancaman dan resiko.

Pengembangan sumber daya manusia, pembangunan sarana dan peralatan keamanan, penggunaan teknologi juga perlu terus ditingkatkan, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing kontraktor. •••

Page 8: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

8

S E R E M O N I A L

N o . 6 8 - M a r e t 2 0 1 1

FORUM KONSULTASI SCM, BATAM, 9 – 11 Februari 2011

Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) bersama kontraktor kontrak kerja sama (KKS) melaksanakan Forum Konsultasi Pengadaan Barang dan Jasa (Supply Chain Management/SCM) pada 9 hingga 11 Februari 2011 lalu di Batam. Kegiatan yang dibuka Kepala BPMIGAS, R. Priyono tersebut dihadiri Deputi Umum, BPMIGAS, A.S Rizal Asir, Presiden Premier Oil, Roberto Lorato, Presiden Hess Indonesia, Steve Mc.Nally, dan Direktur Bisnis Banking Bank BNI, Krishna Suparto. Pertemuan juga diikuti sekitar 200 peserta dari BPMIGAS, kontraktor KKS, dan perbankan nasional.

Forum bertajuk “Sinergi Fungsi SCM Antar Kontraktor KKS Untuk Menjawab Berbagai Tantangan Di Sektor Hulu Migas” itu diisi presentasi mengenai Asas Cabotage, Batam Spesial Economic Zone, Apresiasi Produksi Dalam Negeri (APDN), dan paparan Pertamina Hilir mengenai fuel and lubricant supply.

Selain itu, dilaksanakan rapat masing-masing kelompok kerja berdasarkan komoditas dan wilayah, serta pembahasan program Tahun 2011. Diakhir acara dilaksanakan kunjungan lapangan ke tiga perusahaan, yakni galangan kapal ASL, PT. SMOE (pabrikasi EPCI), dan TPCO (pabrik pipa). •••

Ralat“Pada Buletin No. 67 Edisi Februari 2011 terjadi kesalahan tulisan. Forum E&P di Bandung tertulis 24-26 Februari 2011, seharusnya Januari 2011.Redaksi mohon maaf atas atas kesalahan tersebut.”

Page 9: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

9

S E R E M O N I A L

N o . 6 8 - M a r e t 2 0 1 1

Workshop Dana Bagi Hasil - Deputi Umum BPMIGAS, A.S Rizal Asir, memberikan sambutan pada lokakarya pengenalan industri migas dan dana bagi hasil di Manokwari, Papua Barat, pada Jumat, 25 Februari 2011 lalu. Kegiatan yang bertujuan meningkatan pemahaman daerah tersebut dihadiri Gubernur Papua Barat, Abraham Atururi, Sekretaris Pimpinan BPMIGAS, Rudi Rubiandini, dan Vice President BP Indonesia, Niko Kanter, serta anggota DPRD, pemerintah kabupaten/kota, dan kalangan universitas di Papua Barat.

Tanding Tenis - BPMIGAS Perwakilan Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), bersama kontraktor yang beroperasi di Propinsi Jambi menggelar pertandingan tenis persahabatan dengan tim tenis Universitas Jambi (UNJA) di Jambi, Sabtu, 5 Maret 2011 lalu. Kegiatan dihadiri Kepala Perwakilan BPMIGAS Wilayah Sumbagsel, Rudi Rimbono, Rektor UNJA, Kemas Arsyad Somad, dan Wakil Gubernur Jambi, Fachrori Umar.

HUT HWB - Himpunan Wanita BPMIGAS (HWB) merayakan hari ulang tahun (HUT) ke 8 di Gedung Wisma Mulia, Rabu, 23 Februari 2011 lalu. Mengambil tema “Menggalang Kebersamaan dengan Meningkatkan Rasa Solidaritas”, dalam rangkaian acara HUT digelar khitanan massa dan acara sosial.

Kunjungan Menteri ESDM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Darwin Zahedy Saleh bersama Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas), Evita Herawati Legowo mengunjungi Emergency Response Centre (ERC), BPMIGAS di Gedung Wisma Mulia, Rabu, 2 Maret 2011. Darwin meminta semua pihak tetap fokus pada upaya peningkatan produksi migas dan mengurangi unplanned shutdown.

Talkshow Metro TV - Pimpinan dan pejabat BPMIGAS menghadiri pengambilan gambar acara “Economic Challenges” di Studio Metro TV, Jakarta, Senin, 21 Februari 2011 lalu. Talkshow yang dibawakan Direktur Pemberitaan Metro TV, Suryopratomo itu mengambil tema “Risiko Energi 2011” dengan narasumber Kepala BPMIGAS, R. Priyono, Anggota Komisi VII DPR, Satya W. Yudha, dan Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Widjajono Partowidagdo.

Page 10: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

10

T O K O H

N o . 6 8 - M a r e t 2 0 1 1

Tegas, tanpa tendeng aling-aling. Itulah kesan yang didapat saat bertemu Hamdi Zainal. Karakter ini yang melekat pada pria kelahiran Martapura, Sumatera Selatan itu, saat bertugas di Divisi Pemasaran PT. Pertamina selama 27 tahun, dan bergabung di BPMIGAS sejak delapan tahun lalu.

Prinsip yang dipegang, BPMIGAS harus melayani, bukan dilayani. Berusaha semaksimal mungkin agar kontraktor kontrak kerja sama (KKS), bisa tidur nyenyak dan bermimpi indah. “Karena masalah yang dihadapi kontraktor adalah masalah BPMIGAS,” kata ayah empat anak itu.

Sebelum menjabat sebagai VP BPMIGAS di ExxonMobil, Hamdi cukup lama bertugas di daerah sebagai kepala administrasi perwakilan BPMIGAS wilayah Kalimantan-Sulawesi, dan kepala perwakilan BPMIGAS wilayah Jawa Timur, Papua, dan Maluku.

Bagaimana pandangannya mengenai maraknya kendala di daerah? Apa langkah yang diambil untuk mempercepat proyek di blok Cepu yang menjadi andalan pemerintah? Seperti apa bentuk dukungan BMIGAS kepada kontraktor KKS?

Berikut percakapan Buletin BPMIGAS dengan sarjana lulusan Administrasi Niaga, Universitas Krisnadwipayana, itu:

Apa yang menjadi latar belakang banyaknya masalah di daerah?Sejak otonomi daerah, memang banyak konflik yang muncul. Sebabnya,

pemerintah daerah kurang memahami apa itu industri hulu migas. Daerah menyamakan sektor hulu migas dengan bisnis lainnya seperti batu bara dan perkebunan. Alhasil, mereka ingin hasil bisa diterima, bahkan sebelum industri ini berjalan. Padahal, di sektor migas, daerah baru mendapat bagi hasil setelah ada produksi, yang prosesnya antara lima sampai 10 tahun dari kegiatan eksplorasi.

Dengan kondisi ini, pemahaman yang komprehensif menjadi penting. Pimpinan di daerah seperti Bupati/Walikota, DPRD, Camat, sampai ke Kepala Desa

PROYEK CEPU BISA DIPERCEPAT

Hamdi Zainal, Vice President Management RepresentativeBPMIGAS di ExxonMobil Indonesia

harus diberi pemahaman. Tidak hanya pimpinan daerah, media massa dan tokoh juga dilibatkan untuk menularkan pemahaman kepada masyarakat. Untuk itu, harus ada pertemuan rutin. Tidak harus masing-masing kontraktor mengadakan pertemuan tersebut. Antar kontraktor di daerah yang sama bisa bersama-sama menyelenggarakan acara tersebut.

Selain pertemuan, daerah mesti dibuat merasakan manfaat hadirnya industri hulu migas. Salah satu caranya, menggunakan potensi ekonomi yang dimiliki daerah itu.

Contohnya seperti apa?Kontraktor sebaiknya

memaksimalkan kemampuan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), pengusaha lokal, atau bahkan koperasi. Jangan semua pemenang tender proyek migas berasal dari Jakarta. Masyarakat lokal juga bisa diberdayakan. Tentunya semua sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. Apabila mereka tidak bisa masuk bidang-bidang profesional, gunakan sektor informal dengan merekrut pemuda setempat sebagai pemotong rumput, cleaning service, maupun petugas keamanan.

Meski demikian, potensi yang ada juga diarahkan jalan ke arah profesional. Semisal, memberi pelatihan dan pendidikan kepada pemuda berprestasi. Tentunya dengan melibatkan pemerintah daerah agar tepat sasaran. Percayalah, kalau daerah bisa merasakan manfaat kehadiran sektor ini, pimpinan daerah akan membantu, masyarakat pun mendukung. Hasilnya, akan menangkal potensi gejolak.

Sebagai VP BPMIGAS di Exxon, bagaimana bapak membantu Mobil Cepu Limited (MCL) menyelesaikan proyek di blok Cepu? Meningat Jawa Timur termasuk daerah rawan konflik sosial...

MCL digadang-gadang sebagai proyek utama untuk peningkatan produksi minyak, Namun, proyek tersebut sempat terhambat masalah pembebasan lahan. Untuk membantu penyelesaian masalah, pimpinan BPMIGAS menunjuk saya sebagai koordinator pembebasan lahan pengembangan lapangan Banyu Urip sejak akhir November 2010 lalu.

Page 11: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

T O K O H

11N o . 6 8 - M a r e t 2 0 1 1

Setelah tiga bulan, untuk EPC I yang membangun central procesing facility telah dibebaskan 75,5 persen dari kebutuhan lahan sebesar 350 hektar. Ditargetkan, akhir Maret 2011 lahan telah seluruhnya dibebaskan. EPC II yang membangun jalur pipa (right of way/ROW) telah dibebaskan 81 dari 87 hektar yang dibutuhkan atau 93 persen. Ditargetkan pembebasan selesai kuartal III 2011.

Sedangkan EPC 3 yang membangun pompa dan row crossing offshore pembebasan sebanyak 3500 meter persegi belum dimulai. Meski demikian, pada kuartal II 2011 diperkirakan pembebasan lahan sudah selesai. Sementara EPC V (infrastruktur) seluas 204 hektar pembebasan lahannya selesai pertengahan Januari 2011 lalu.

Saya menyarankan kalau (pembebasan) mau cepat, bisa diasistensikan kepada Pertamina EP Cepu yang terbukti berhasil mempercepat perijinan kehutanan (pipa melewati hutan jati) di EPC II. Dalam tempo dua bulan ijin sudah selesai. Padahal, biasanya memakan waktu enam bulan. Mekanisme asistensi pun mudah. MCL cukup mengirimkan surat kepada Pertamina EP.

Bagaimana dengan proses tendernya?Proses tender dijalankan paralel

dengan pembebasan tanah. Saat ini, tender seluruh EPC sedang berjalan, kecuali EPC V yang sedang menyiapkan scope of work. Dengan progres seperti ini, target produksi 165 ribu barel per hari dapat dicapai pada Desember 2013, atau lebih cepat dari perkiraan sebelumnya yang kuartal pertama 2014.

Sekali lagi, jika proyek ini mau tepat waktu, harus ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama, BPMIGAS dan kontraktor melakukan sosialisasi kepada pemerintah kabupaten dan DPRD secara terus menerus mengenai pelaksanaan proyek. Kemudian, kontraktor jangan terlalu kaku dengan aturan-aturan yang ada. Harus

fleksible, tapi tidak melanggar.

Terakhir, membuka peluang pekerjaan penunjang bagi daerah. Apabila BUMD maupun pengusaha lokal Bojonegoro diberi kesempatan bermitra dengan pemenang tender EPC 1 hingga V, akan menampung ratusan pemuda-pemudi pribumi. Jika kesenjangan sosial bisa diredam, akan membantu kegiatan operasi dan konstruksi proyek.

Selain VP MR, proyek Banyu Urip juga diawasi Wasdal (pengawasan dan pengendalian). Tidak ada tumpang tindih pekerjaan?

Tidak ada tumpang tindih. Tugas VP MR menyusun draf dan mengawasi pelaksanaan rekomendasi BPMIGAS tentang upaya kinerja dan kepatuhan kontraktor. VP juga melaksanakan fasilitasi untuk memperlancar proses penyiapan, evaluasi, serta persetujuan POD, WP&B, dan AFE. Yang tidak kalah penting, VP membantu proses perijinan dan memfasilitasi pertemuan dengan para pemangku kepentingan. Sementara, wasdal lebih mengawasi pelaksanaan proyek tersebut dari soal waktu, biaya, dan kualitas. Semisal, mengawasi proses pengadaan yang berjalan.

Bapak sepertinya sangat intensif membantu permasalahan yang dihadapi kontraktor?

Masalah kontraktor KKS juga masalah BPMIGAS. Karena itu, harus total untuk membantu penyelesaiannya. BPMIGAS harus jadi garda terdepan. Saat kegiatan belum dimulai, sebelum kontraktor masuk ke daerah, BPMIGAS i k u t terjun terlebih

d a h u l u .

Setelah kegiatan dimulai pun tetap dimonitor. Dalam menjalin hubungan dengan kontraktor, saya bermotto, “Kontraktor KKS dapat tidur nyenyak, bermimpi indah”. Bagaimana caranya? Apa saja yang dikeluhkan kontraktor harus ditanggapi.

Untuk membantu penyelesaian masalah, kuncinya, BPMIGAS harus akrab dengan stakeholders di daerah. Sinergi yang baik dengan pemda akan memperlancar kegiatan yang dilakukan. Kalau pemda, DPRD, tokoh masyarakat, LSM, wartawan bisa dirangkul, semua pasti akan lancar.

Dengan kondisi ini, saya melihat perwakilan sangat cocok sebagai kawah candra dimuka pembinaan karir dari staf, kasubdin, hingga kadin. Masalah di perwakilan sangat kompleks. Mulai pemboran, lingkungan, kehumasan, sampai banyaknya sosialisasi. Pekerja yang sukses menjalani ini, layak mendapat apresiasi.

Pesan untuk generasi muda BPMIGAS?Sewaktu bertugas di perwakilan,

saya selalu memotivasi kepada staf agar bekerja sambil

belajar dan belajar sambil bekerja.

Saya tanamkan, sebagai pekerja B P M I G A S , s e b a i k n y a m e m e g a n g p r i n s i p , melayani bukan dilayani. •••

Page 12: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

12

S E P U T A R K K K S

N o . 6 8 - M a r e t 2 0 1 1

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakukan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas) telah terbit dipenghujung tahun 2010. Setelah hampir tiga bulan, pihak-pihak terkait masih berusaha menyamakan persepsi mengenai aturan mengenai cost recovery tersebut. Tidak terkecuali Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) dan kontraktor kontrak kerja sama (KKS).

Forum Ekonomi dan Keuangan BPMIGAS-Kontraktor KKS yang digelar di Yogyakarta pada 1 hingga 3 Maret 2011 lalu, mengambil tema “Peningkatan Investasi dan Optimalisasi Penerimaan Negara melalui Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 79/2010 secara P.R.U.D.E.N.T”.

Kegiatan dibuka Kepala BPMIGAS, R. Priyono, dan dihadiri

FOREK 2011 UNTUK SAMAKAN PERSEPSI PP COST RECOVERYDeputi Pengendalian Keuangan, BPMIGAS, Wibowo Suseno Wirjawan, Deputi Evaluasi dan Pertimbangan Hukum, BPMIGAS, Lambok H. Hutauruk, Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Edy Hermantoro, dan Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak, Kementerian Keuangan, Mudjo Soewarno. Hadir pula perwakilan Badan Kebijakan Fiskal dan Direktorat Jenderal Pajak, serta 200 peserta yang berasal dari BPMIGAS, kontraktor, dan universitas.

Dalam sambutannya, Priyono

mengatakan, PP Nomor 79/2010 di satu sisi disambut gembira oleh investor karena memberi kepastian hukum untuk beberapa hal terkait perpajakan dan cost recovery. Namun, pelaku migas di industri hulu menilai masih ada beberapa hal yang bertentangan dengan contract sanctity yang bisa meningkatkan ketidakpastian bagi investor. “Apalagi, masih adanya berbagai kejanggalan dalam proses pengadaan” kata dia.

Hal ini menjadi salah satu penyebab, peringkat daya tarik Indonesia untuk investasi hulu

migas masih rendah. Investor masih melihat beberapa aspek yang dianggap kurang ramah bagi peningkatan iklim investasi. “Padahal, investasi menjadi syarat utama pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Oleh karena itu, Priyono meminta BPMIGAS dan kontraktor untuk bekerja sama secara erat

Page 13: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

13

S E P U T A R K K K S

N o . 6 8 - M a r e t 2 0 1 1

dengan kementerian pemerintah yang terkait. Tujuannya, agar peraturan pelaksanaan PP tersebut disusun dengan memberikan ruang akomodasi bagi pemangku kepentingan di sektor hulu migas, sehingga kepastian hukum demi peningkatan kinerja hulu migas dapat dicapai seoptimal mungkin.

“Waktu yang dimiliki untuk penyesuaian tidak banyak. PP tersebut harus sudah diimplementasikan selambat-lambatnya tanggal 20 Maret 2011,” katanya.

Beberapa isu terkait implementasi PP dibahas intensif dalam tiga kelompok bidang, yaitu kelompok bidang perpajakan dan kebijakan fiskal, akuntansi dan pelaporan, serta bidang biaya operasi. Pada saat akhir forum, perwakilan BPMIGAS dan kontraktor KKS di masing-masing bidang tersebut menandatangani hasil kesimpulan dan kesepakatan mengenai tindak lanjut yang diambil untuk mencapai kondisi yang diharapkan sektor hulu migas, termasuk target waktunya.

“Untuk beberapa hal sudah ada solusi-solusi dan rencana aksinya,” kata Wibowo Wirjawan.

Diantaranya, BPMIGAS akan mengusulkan kepada Direktorat Jenderal Pajak dalam penyusunan peraturan menteri keuangan (PMK) terkait batasan maksimum remunerasi tenaga kerja asing dan pemberian imbalan kepada karyawan dalam bentuk natura (kenikmatan).

Selain itu, menyikapi kewajiban membayar angsuran pajak secara bulanan berdasarkan actual lifting, BPMIGAS akan menyampaikan surat kepada Direktorat Jenderal Pajak mengenai usulan prosedur perhitungan berdasarkan entitlement dapat dibakukan.

“Rekomendasi disampaikan sebagai masukan penyusunan aturan

pelaksana,” katanya.

Dia menjelaskan, permasalahan terkait aspek ekonomi dan finansial tidak terkait PP Cost Recovery. Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi. Antara lain, komitmen yang sangat serius dari Pemerintah agar mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) membutuhkan sistem pengendalian internal yang handal sehingga menghasilkan pelaporan keuangan yang akurat. Hal ini sangat penting mengingat proporsi nilai aset dan pendapatan industri hulu migas terhadap aset dan pendapatan pemerintah sangat signifikan.

Dalam kaitan itu, BPMIGAS sudah membentuk Satuan Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) untuk mendorong penguatan keandalan sistem pengendalian internal di BPMIGAS pada khususnya dan kontraktor pada umumnya.

Berulangnya temuan audit finansial dan operasional hulu migas dari audit internal maupun eksternal menunjukkan kelemahan sistem pengendalian internal yang sifatnya sistemik. Untuk itu harus dicarikan akar masalahnya, sehingga tidak menjadi temuan yang sifatnya laten. “Koordinasi dan komunikasi yang konstruktif dengan auditor internal

dan ekternal Pemerintah harus tetap dipelihara,” kata Wibowo.

Dia juga berharap, on-line financial reporting antara BPMIGAS dan kontraktor segera menjadi kenyataan. Pasalnya, analisis berbasis data ekonomi dan keuangan yang akurat dan tepat waktu harus menjadi dasar bagi pengambilan keputusan strategis oleh manajemen BPMIGAS dan kontraktor KKS.

“Terintegrasinya sistem manajemen risiko BPMIGAS dan kontraktor pun merupakan tantangan tersendiri di masa depan,” katanya sembari menambahkan manajemen risiko khususnya aspek ekonomi dan keuangan sangat krusial peranannya untuk mengamankan penerimaan negara dari industri hulu migas.

Oleh karena itu, forum menjadi media komunikasi antara BPMIGAS dan kontraktor untuk menyamakan persepsi dalam menyikapi permasalahan-permasalahan kontrak kerja sama migas, khususnya di bidang keuangan. Seluruh peserta memberikan kontribusi pemikiran, saran, masukan ataupun gagasan-gagasan orisinal, sehingga dapat dihasilkan solusi yang cerdas dan rencana aksi yang dapat dijalankan secara konsisten. “Kami mencari solusi yang konstruktif untuk menyelesaikan kendala yang dihadapi,” katanya. •••

Page 14: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

14N o . 6 8 - M a r e t 2 0 1 1

C O M D E V

Untuk meningkatkan kesadaran keselamatan di jalan raya kepada masyarakat sejak usia dini dalam lingkungan belajar yang menyenangkan, ConocoPhillips menggandeng Universitas Sriwijaya membangun taman edukasi bertemakan keselamatan lalu lintas di Pangkalan Balai, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

Taman lalu lintas tersebut diresmikan Bupati Banyuasin, Amiruddin Inoed di Pangkalan Balai, Kamis, 3 Maret 2011. Hadir dalam acara itu Vice President Development and Relations ConocoPhillips Indonesia, T.M. Razief Fitri dan perwakilan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) Wilayah Sumatera bagian Selatan, Djufri Noer.

“Kami ucapkan terima kasih atas kepedulian Conocophillips. Mudah-mudahan perhatian ini terus berlanjut," kata Amiruddin.

Dia mengungkapkan, meski taman lalu lintas ini

berukuran kecil, tapi ada makna yang baik dari keberadaan taman tersebut, yakni tempat mendidik anak-anak disiplin sejak dini.

Razief menjelaskan, bantuan

ini bentuk perhatian terhadap pendidikan, masyarakat, dan lingkungan di sekitar operasi perminyakan. “Kami ingin menjadi tetangga yang baik,” kata dia. Taman itu berada dekat dengan lapangan minyak Rawa milik ConocoPhillips.

Menurutnya, keselamatan menjadi bagian terpenting dalam

hidup. Keselamatan juga merupakan prioritas pertama ConocoPhillips. Dengan keyakinan ini, pihaknya ingin menularkan praktik keselamatan yang baik kepada masyarakat setempat.

“Tujuannya, meningkatkan kesadaran keselamatan terhadap masyarakat dan membantu meningkatkan taraf hidup mereka,” katanya.

Untuk memupuk rasa memiliki masyarakat setempat pada taman edukasi ini, ConocoPhillips mengajak dan melibatkan warga sejak tahap awal program tersebut. “ConocoPhillips menggunakan metode manajemen mandiri dan berbasis masyarakat dalam pembangunan taman ini,” katanya.

Pembangunan taman di atas area seluas 625 meter persegi tersebut membutuhkan waktu sekitar empat bulan, sejak Agustus hingga Desember 2010. Razief berharap, hadirnya taman edukasi dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat banyak. Taman yang berlokasi di TK Pangkalan Balai Plus itu tidak hanya bermanfaat bagi para siswa, guru, atau orang tua murid, tapi juga dapat digunakan warga sekitar. •••

CONOCOPHILLIPS BANGUN TAMAN LALU LINTAS

Page 15: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

15

P E R I S T I W A

N o . 6 8 - M a r e t 2 0 1 1

Mulai Senin, 14 Februari 2011, Kepala dan Wakil Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) resmi pindah kantor dari Patra Office Tower, Jl. Gatot Subroto Kav 32-34, ke Gedung Wisma Mulia, Jl. Gatot Subroto No. 42, Jakarta Selatan. Acara penyambutan digelar sehari kemudian, bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Kepala BPMIGAS, R. Priyono, Wakil Kepala, Hardiono, dan pimpinan BPMIGAS mengawali kegiatan dengan berpamitan kepada manajemen Patra Office Tower. "Terima kasih atas kerja samanya selama ini,” kata Priyono. BPMIGAS berkantor di Patra pada tahun 2002, sejak terbentuknya badan pelaksana.

Setelah itu, rombongan bergerak ke Gedung Wisma Mulia. Himpunan Wanita

BPMIGAS (HWB) dipimpin Poespawardhani Priyono menggunakan delman menuju kantor baru yang hanya berjarak sekitar satu kilometer dari Gedung Patra. Rombongan pria dipimpin Priyono, didampingi Hardiono, Deputi Umum, A.S Rizal Asir, Deputi Pengendalian Operasi, Budi Indianto, Deputi Evaluasi dan Pertimbangan Hukum, Lambok Hamonangan Hutauruk, Kepala Unit Pengawasan Internal, Bambang H.S, dan Sekretaris Pimpinan Rudi Rubiandini menggunakan motor.

Dalam sambutannya, Priyono menjelaskan alasan menggunakan motor ketika melakukan upacara simbolis hijrah kantor. “Ada beberapa sifat yang dapat kita contoh pada saat melakukan tugas sehari-hari,” katanya.

Mengendarai motor dengan baik

harus memiliki kecepatan tertentu, keseimbangan yang baik, dan kontrol dilakukan secara langsung yang tidak bisa diserahkan ke orang lain. Selain itu, mengendarai motor terbukti lebih cepat ketika digunakan saat keadaan macet dan murah biaya operasinya. “Prinsip-prinsip tersebut bisa diterapkan saat BPMIGAS mengawasi kontraktor kontrak kerja sama,” kata Priyono.

Seluruh proses pindah kantor telah dilakukan secara periodik sejak awal Januari 2011. Dia berharap, gedung perkantoran yang lebih representatif dan kondisinya lebih baik, menjadi momen bagi pimpinan dan pekerja BPMIGAS untuk memperbaiki diri, menjadi lebih profesional. “Buktikan, pindah gedung bukan sekedar show off, tapi dibutuhkan untuk menunjang kelancaran tugas,” katanya.

Meski demikian, BPMIGAS masih bermimpi memiliki gedung sendiri. Oleh karena itu, gedung Wisma Mulia dikontrak selama lima tahun untuk memberi waktu bagi generasi BPMIGAS berikutnya agar menyiapkan gedung perkantoran sendiri.

Selamat Tinggal Patra Jasa ...Selamat Datang Wisma Mulia ...

HIJRAH KANTOR BPMIGAS

Page 16: Buletin BP MIGAS Edisi 68 Maret 2011 Email

16

E K S P A N S I

N o . 6 8 - M a r e t 2 0 1 1

Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) menggelar edukasi bagi wartawan media cetak dan elektronik nasional yang rutin meliput sektor energi dan sumber daya mineral, maupun jurnalis di daerah yang wilayahnya terdapat industri hulu migas. Direncanakan, edukasi dilakukan enam kali dengan periodesasi pelaksanaan satu bulan sekali.

Kegiatan perdana yang mengambil tema “Pengenalan Industri Hulu Migas” dibuka Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas, BPMIGAS, Gde Pradnyana, di kantor pusat BPMIGAS, Jakarta, Jumat, 11 Maret lalu. Acara dihadiri 21 wartawan nasional, tiga wartawan Riau, dan satu jurnalis Sorong, Papua Barat. Narasumber tunggal pada pertemuan tersebut adalah Sekretaris Pimpinan BPMIGAS, yang juga dosen Teknik Perminyakan ITB, Rudi Rubiandini.

Menurut Gde, edukasi secara

rutin dengan berbagai macam topik dimaksudkan untuk memperkenalkan dan memperkaya pengetahuan wartawan mengenai perkembangan industri hulu migas. Terlebih, banyak wartawan-wartawan baru yang meliput sektor hulu migas.

“Pengetahuan yang cukup mengenai dunia migas akan meminimalisir terjadinya kesalahpahaman dalam peliputan,” katanya.

Dia mengatakan, berita yang salah, akan ikut membentuk opini publik yang salah. Harus diakui, kata Gde, media berperan besar membangun citra di masyarakat terkait kegiatan operasi hulu migas.

Selain pengenalan industri migas, akan dibawakan

materi sistem PSC dan dana bagi hasil, proyek migas nasional, pengembangan laut dalam, serta liquefied natural gas (LNG) dan coal bed methane (CBM).

Dalam materinya, Rudi menjelaskan, anggapan Indonesia kaya minyak dan gas bumi adalah salah kaprah. Pasalnya, cadangan minyak Indonesia hanya 1,2 persen dari potensi dunia, sementara gas bumi hanya 3,3 persen. Dia berharap, media ikut meluruskan kesalahpahaman ini agar masyarakat sadar pentingnya penggunaan energi yang efisien. •••

BPMIGAS GELAR EDUKASI WARTAWAN