buku tamu musium perjuangan
DESCRIPTION
PUISI BUKU TAMU MUSIUM PERJUANGANTRANSCRIPT
Buku Tamu Musium Perjuangan
Pada tahun keenam Setelah di kota kami didirikan Sebuah musium perjuanganDatanglah seorang lelaki setengah baya Berkunjung dari luar kota Pada sore bulan Nopember berhujandan menulis kesannya di buku tamu Buku tahun keenam, halaman seratus delapan
Bertahun-tahun aku rindu Untuk berkunjung kemariDari tempat jauh sekaliBukan sekedar mengenang kembaliHari tembak-menembak dan malam penyergapan Di daerah iniBukan sekedar menatap lukisan-lukisanDan potret-potret para pahlawanMengusap-usap karaben tua Baby mortir buatan sendiriAtau menghitung-hitung satyalencanaDan selalu mempercakapkannya
Alangkah sukarnya bagikuDari tempatku kini yang begitu jauhUntuk datang seperti saat iniDengan jasad berbasah-basahDalam gerimis bulan NovemberDatang sore ini, menghayati musium yang lengangSendiriMenghidupkan diriku kembaliDalam pikiran-pikiran waktu gerilyaDi waktu kebebasan adalah impian keabadianDan belum berpikir oleh kita masalah kebendaanPenggelapan dan salahguna pengatasnamaan
Begitulah aku berjalan pelan-pelanDalam musium ini yang lengangDari lemari kaca tempat naskah-naskah berhargaKesangkutan ikat-ikat kepala, sangkur-sangkur berbenderaMaket pertempuranDan penyergapan jalanKuraba mitraliur Jepang, dari baja hitamJajaran bisu pestol Bulldog, pestol Colt
PENGOEMOEMAN REPOEBLIK yang mulai berdebu Gambar laskar yang kurus-kurusDan kuberi tabik khidmat dan diamPada gambar Pak DirmanMendekati tangga turun, aku menoleh kembaliKe ruangan yang sepi dan dalamJendela musium dipukul angin dan hujanKain pintu dan tingkap bergetaranDi picik-pucuk cemara halamanTahun demi tahun mengalir pelan-pelan
Deru konvoi menjari lembahRegu dibukit atas, menahan nafas
Di depan tugu dalam musium iniMenjelang pintu keluar ke tingkat bawahAku berdiri dan menatap nama-namaDipahat disana dalam keping-keping aluminiaMereka yang telah tewasDalam perang kemerdekaanDan setinggi pundak jendelaKubaca namaku disana.....