buku pedoman

158
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI Cinere 16514 – Jakarta Selatan PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE PDKB BAB I PENDAHULUAN 1.1 Prinsip Pekerjaan Saluran Bertegangan dengan metode barehand Prinsip yang dimaksud dalam pekerjaan saluran bertegangan dengan metode barehand adalah sangat sederhana, yaitu melihat seekor burung mendekat dan kemudian bertengger diatas konduktor bertegangan. Karena tidak ada jalan dimana arus akan mengalir, burung akan tetap nyaman berada pada konduktor meskipun tubuhnya telah bertegangan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pekerja yang terlatih menggunakan teknik dan perlengkapan khusus dapat dengan aman bekerja pada tegangan sampai dengan 765 kV dengan metode barehand. Hal yang sangat penting untuk diingat bahwa pekerja harus menjaga jarak aman minimum dari pentanahan dan semua fasa yang berbeda potensialnya. Hal ini untuk mencegah kemungkinan tubuh pekerja teraliri arus listrik. Prinsip teknis untuk pekerjaan bertegangan diatas sudah dikenal dari tahun 1837. Pada tahun tersebut, Michael Faraday menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan potensial dalam sebuah konduktor. Dia menemukan bahwa tidak ada pengisian listrik dan oleh sebab itu maka tidak ada medan elektrostatis di dalam sangkar logam yang telah diberi tegangan dengan potensial yang sama dengan menganggap tanah sebagai konduktor. Dengan tidak adanya perbedaan potensial maka tidak ada arus yang mengalir. Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 1 of 158

Upload: zivilians-surabaya-new

Post on 04-Aug-2015

416 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Pekerjaan Saluran Bertegangan dengan metode barehand

Prinsip yang dimaksud dalam pekerjaan saluran bertegangan dengan metode

barehand adalah sangat sederhana, yaitu melihat seekor burung mendekat dan

kemudian bertengger diatas konduktor bertegangan. Karena tidak ada jalan

dimana arus akan mengalir, burung akan tetap nyaman berada pada konduktor

meskipun tubuhnya telah bertegangan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka

pekerja yang terlatih menggunakan teknik dan perlengkapan khusus dapat

dengan aman bekerja pada tegangan sampai dengan 765 kV dengan metode

barehand.

Hal yang sangat penting untuk diingat bahwa pekerja harus menjaga jarak aman

minimum dari pentanahan dan semua fasa yang berbeda potensialnya. Hal ini

untuk mencegah kemungkinan tubuh pekerja teraliri arus listrik.

Prinsip teknis untuk pekerjaan bertegangan diatas sudah dikenal dari tahun

1837. Pada tahun tersebut, Michael Faraday menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan potensial dalam sebuah konduktor. Dia menemukan bahwa tidak ada

pengisian listrik dan oleh sebab itu maka tidak ada medan elektrostatis di dalam

sangkar logam yang telah diberi tegangan dengan potensial yang sama dengan

menganggap tanah sebagai konduktor. Dengan tidak adanya perbedaan

potensial maka tidak ada arus yang mengalir.

Dengan menggunakan prinsip tersebut, seorang pekerja dapat dialiri tegangan

listrik apabila dilindungi dalam sebuah sangkar Faraday yang diikat/dihubungkan

ke konduktor bertegangan sehingga dapat bekerja pada konduktor dengan

nyaman. Cara ini hanya dapat dilakukan oleh pekerja yang diisolasi dari bumi

dan fasa lainnya.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 1 of 143

Page 2: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

1.2 Sejarah PDKB di Dunia

Pada tahun 1960, Harold L. Roden, seorang insinyur praktisi tegangan tinggi dari

perusahaan pelayanan Tenaga Listrik Amerika, berkerjasama dengan Dr. Charles

D Miller, seorang insinyur peneliti muda perusahaan Ohio Brass, mengadakan

sebuah program pengujian untuk mengevaluasi faktor-faktor yang tidak diketahui

dan aspek keselamatan dari metode barehand. Metode ini telah dikembangkan

dan disempurnakan dalam pengujian mereka, sehingga dapat dilakukan oleh

semua pelaksana dalam pemeliharaan bertegangan saluran tegangan tinggi.

Tiga alasan utama yang menyebabkan metode barehand digunakan :

(a) Kurangnya sistem interkoneksi transmisi sehingga pekerjaan dalam

keadaan bertegangan menjadi sangat penting.

(b) Bertambahnya ukuran konduktor dan asesorisnya menyebabkan

penggunaan hot stick menjadi kurang praktis.

(c) Bertambahnya tegangan sistem sehingga mengakibatkan bertambahnya

jarak aman.

Teknik ini bukan merupakan pengganti metode lain dari pemeliharaan saluran

bertegangan tetapi lebih merupakan sebuah prosedur pelengkap yang terkait

dalam bidang ini. Hot stick dan live line rope merupakan komponen yang

diperlukan pada sebagian besar pengoperasian metode barehand.

Penggunaan teknik “Sangkar Faraday” telah diganti dengan pakaian konduktif

pada metode barehand. Dengan pakaian konduktif, intensitas listrik di tubuh

pelaksana dapat dibatasi sehingga pelaksana dapat bekerja dalam kondisi yang

aman dan nyaman meskipun bekerja pada tegangan yang tinggi.

Perkembangan PDKB

Pelaksanaan pekerjaan pada saluran listrik tegangan tinggi dengan cara PDKB

telah ada sejak beberapa tahun yang lalu.

Dengan terus bertambahnya permintaan penggunaan listrik dan untuk

memberikan pelayanan kepada konsumen dengan standar yang lebih tinggi

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 2 dari 143

Page 3: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

tanpa memutus aliran listrik, sehingga penting untuk melaksanakan pekerjaan

pemeliharaan dalam keadaan bertegangan.

Pemeliharaan saluran bertegangan pertama kali digunakan hanya untuk

membuka saklar pemutus aliran. Meskipun cara ini pada pelaksanaannya terlalu

lama, tetapi terbukti metode ini aman. Metode ini digunakan untuk waktu yang

lama dan belum terpikirkan untuk mengembangkan metode ini untuk tujuan

yang lain.

Pada awalnya peralatan PDKB dibuat secara industri rumah tangga, pada tahun

1913 di sebuah perusahaan di daerah Wapakoneta, Ohio, Amerika serikat. Dan

mereka mengembangkan berbagai peralatan yang lebih halus dan efisien.

Pada tahun 1916 sebuah peralatan yang dikenal sebagai ”pengait listrik” telah

dikenal di Atlanta, Geogia, Amerika Serikat. Alat ini merupakan sebuah klem

dengan pegas bertujuan untuk membuka rangkaian bertegangan.

Penggunaannya memerlukan hot stick untuk tujuan isolasi dan disarankan

menggunakan peralatan tambahan lainnya yang akhirnya berkembang seperti

grounding, paralel klem, pemegang konduktor, pengikat kawat, gergaji,

comealong, dan saddle yang dipasang pada tower untuk menyokong peralatan

tertentu.

Pada tahun 1918, di Taylorville, Illinois, Amerika, Perusahaan Tips Tool mulai

memproduksi klem saluran bertegangan, klem pentanahan, tongkat klem.

Beberapa tahun kemudian perusahaan yang sama memperkenalkan alat

pemangkas pohon secara bertegangan, wire tong, stick, tower saddle dan

aksesoris stick.

Peralatan saluran bertegangan pertama kali digunakan hingga tegangan 33 kV.

tetapi banyak linesman ragu-ragu untuk melakukan pengoperasian hot stick

pada tegangan ini. Karena ketakutan ini, banyak perusahaan membatasi

pemeliharaan saluran bertegangan sampai dengan 22 kV. Karena linesman mulai

menyadari bahwa penggunaan peralatan saluran bertegangan selalu menjaga

mereka pada kondisi aman, ketakutan mereka untuk melakukan pekerjaan mulai

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 3 dari 143

Page 4: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

hilang, hingga akhirnya pada tahun sampai tahun 1930 beberapa perusahaan

mengijinkan pengoperasian saluran bertegangan pada 66kV, tidak lama

kemudian menjadi 110 kV. Sampai akhir tahun tiga puluhan ada berita yang

menakjubkan, yaitu bahwa Saluran West Coast 220 kV telah sukses dikerjakan

dalam keadaan bertegangan. Tonggak bersejarah yang lain terjadi pada bulan

Maret 1948 ketika OG Anderson dan MR Parkin, ahli peralatan Saluran

Bertegangan Perusahaan AB Chance mengganti isolator pada tower suspension

pada tegangan 287 kV penghantar Hoover Dam, Los Angeles.

Pada tahun 1954, saluran 345 kV dikontruksi dan Chance sukses bekerja pada

330 kV untuk Listrik Indiana-Michigan dengan peralatan baru berupa alat kayu

berlapis Maplac. Dengan datangnya/munculnya tegangan yang lebih tinggi dan

stick yang lebih panjang, pencarian dimulai untuk peralatan yang baik, kuat dan

ringan dengan kualitas dielektrik yang tinggi. Pada pertengahan 1950 stick

isolasi dari bahan fiberglass telah digunakan sebagai peralatan saluran

bertegangan; tahun 1959 Epoksiglas Chance muncul digunakan secara umum.

Berat merupakan faktor yang penting pada pekerjaan saluran bertegangan,

karena kelelahan harus ditekan sampai tingkat minimum. Akhirnya pada tahun

1947 muncul pemikiran untuk membuat peralatan yang lebih ringan, lebih kuat

dan lebih aman yang dikenal dengan epoksiglas. Kemudian, untuk keamanan dan

kenyamanan pelaksana PDKB, AB Chance mulai membuat conductive suite.

Dalam perkembangannya, enginer merancang konstruksi tower yang lebih

efisien dalam mendukung pelaksanaan pemeliharaan secara bertegangan.

Berbagai program pelatihan pun diadakan untuk mengembangkan berbagai

teknik pemeliharaan secara bertegangan, sehingga pemeliharaan secara

bertegangan mulai diimplementasikan di berbagai belahan dunia.

1.3 Sejarah PDKB TT/TET di Indonesia

Bagi karyawan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di seantero nusantara ini,

terutama di jajaran distribusi agaknya tidak asing lagi mendengar istilah

Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB).

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 4 dari 143

Page 5: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Sejarah PDKB di PLN sebetulnya belum begitu panjang, kalau dihitung

pelaksanaan pertamanya pada 10 November 1993 di PLN Udiklat Semarang yang

dikenal dengan Pencanangan Pelaksanaan PDKB di Indonesia oleh Dirjen Listrik

dan Pengembangan Energi waktu itu, Prof Dr Artono Arismunandar.

Pencanangan itu didahului dengan terbitnya Keputusan Dirjen Listrik dan

Pengembangan Energi Nomor : 73-12/40/600.1/1993 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan.

Sejak tahun 1985 sebenarnya telah dilaksanakan pelatihan PDKB secara ”off-

line” di Udiklat Cibogo, namun belum dapat diaplikasikan secara “on line” karena

belum adanya undang – undang atau peraturan yang menunjang pelaksanaan

pemeliharaan bertegangan.

Sementara itu, dibelahan dunia lain, terutama negara-negara maju, bahkan

sejumlah perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia, sudah lebih dulu

melaksanakan PDKB. PLN sudah memiliki rencana untuk melaksanakan

pemeliharaan dengan cara PDKB bersamaan dengan dibangunnya SUTET 500 kV.

Di negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand sudah jauh-jauh hari

melakukan PDKB dan di dalam negeri sendiri pun, untuk PT Caltex Pasifik

Indonesia (CPI) di Propinsi Riau telah melaksanakan PDKB meskipun hanya

memiliki daya listrik 500 Mega Watt (MW) atau jauh di bawah milik PLN P3B – JB

yang mempunyai beban puncak mencapai 16 ribu MW.

Pembentukan tim PDKB diawali dengan Surat Keputusan (SK) Nomor :

152.K/020/DIR/2003 tanggal 6 Juni 2003 tentang Tim Persiapan dan Pelaksanaan

Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan untuk Tegangan Tinggi dan Tegangan

Ekstra Tinggi.

Tim tersebut adalah Berlin Simarmata (Kantor Pusat) sebagai Ketua, Basuki

Prayitno (P3B) sebagai anggota. Sedangkan Tim Implementasinya diketuai oleh

Djoko Hastowo (P3B), sekretaris Yanuar Hakim (P3B) dan anggota lainnya

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 5 dari 143

Page 6: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

sebanyak sembilan orang. Tim tersebut selanjutnya bertugas mempelajari perlu

tidaknya tim PDKB di PLN.

Dari hasil kajian di dapat bahwa PLN sudah sangat memerlukan Tim PDKB guna

pemeliharaan transmisi, kemudian pada tahap awal manajemen berpendapat

diperlukan sedikitnya personil baru sebanyak empat grup yang masing-masing

terdiri 6-7 orang sehingga diperlukan sebanyak 24 orang tenaga inti. Mereka

yang akan disaring dalam rekrutmen personil PDKB Transmisi ini harus

memenuhi kualifikasi yang relatif ketat karena jenis pekerjaannya memang

sedikit berbeda dengan pekerjaan karyawan PLN lainnya.

Pada Mei 2003, tim bayangan implementasi yang sebagian besar dari P3B juga

telah melakukan serangkaian persiapan antara lain pendataan dan pencarian

pegawai PLN yang untuk dilibatkan dalam pekerjaan itu, termasuk penjajakan ke

sejumlah pegawai yang terlibat di PDKB Distribusi. Dari langkah tersebut

akhirnya, dihasilkan gambaran kebutuhan SDM awal dari PDKB Transmisi ini

yakni sebanyak 36 personil SDM baru.

Sejak 30 juni sampai dengan 4 juli 2003 Tim Implementasi melaksanakan

benchmark ke PT.Caltex Pasifik Indonesia, kemudian dilanjutkan benchmark ke

EGAT Thailand tanggal 14 s/d 17 juli 2003.

Dalam proses seleksi dari 36 orang pegawai PLN yang berminat di dapat 10

orang untuk dididik menjadi supervisor PDKB, sedangkan dari 400 orang pelamar

yang masuk kualifikasi terpilih 36 orang yang akan di didik sebagai pelaksana

(linesman) PDKB.

Pelatihan pengawas (supervisor) PDKB dilaksanakan di Omaka Training Centre -

New Zealand selama 25 hari dari tanggal 3 juli s/d 9 september 2003 yang

dilanjutkan pelatihan di Udiklat Bogor pada 16 april s/d 24 mei 2004.

Tepatnya 9 september 2003 persiapan SDM pelaksana sebanyak 36 orang hasil

seleksi, yang diawali pendidikan kesamaptaan selama 1 (satu) bulan di SPN

Banyu Biru, dilanjutkan pendidikan transmisi off-line di Udiklat Semarang selama

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 6 dari 143

Page 7: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

6 (enam) bulan, kemudian para calon pelaksana PDKB melaksanakan On Job

Training di 3 (tiga) Region, yaitu Region Jakarta dan Banten, Region Jawa Barat,

dan Region Jawa Timur dan Bali selama 1 (satu) bulan. Pendidikan pemeliharaan

secara bertegangan/PDKB dilaksanakan di Udiklat Bogor selama 2 (dua) bulan.

Sejak 8 september 2004, supervisor dan pelaksana PDKB melaksanakan

Pekerjaan Dalam Keadaan bertegangan (PDKB) di Region Jakarta dan Banten,

Region Jawa barat, Region Jawa Tengah & DIY, dan Region Jawa Timur dan Bali.

Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mendeklarasikan operasional PDKB TT/TET

secara resmi pada 27 Oktober 2004 bertepatan dengan HLN ke – 58. Terhitung

saat itu PT PLN (Persero) telah memiliki Tim PDKB TT/TET yang tersebar di 4

region P3B Jawa Bali.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 7 dari 143

Page 8: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

BAB II

PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN PDKB TT /TET

2.1. Umum

Syarat umum untuk Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) TT/TET harus

berdasarkan :

(a) Prosedur dan Instruksi Kerja yang telah DISAHKAN, serta peralatan utama*)

yang telah BERSERTIFIKAT dan LULUS UJI oleh Lembaga

SertifikasiIndependen.

(b) Penerima Surat Penunjukkan Pengawas Pekerjaan Bertegangan (SP3B) dan

Surat Perintah melaksanakan Pekerjaan Bertegangan (SP2B) bertanggung

jawab terhadap pelaksanaan PDKB, meliputi : Prosedur, Instruksi Kerja,

Peralatan, dan Material yang digunakan.

(c) Pelaksanaan PDKB TT/TET adalah pengembangan dari pekerjaan off line.

(d) PDKB tidak boleh dilaksanakan pada pekerjaan yang tidak terencana.

(e) Pengawas K3 bertanggung jawab atas keselamatan pelaksana, peralatan,

dan pelaksanaan pekerjaan.

(f) Keselamatan pribadi menjadi tanggung jawab masing-masing.

(g) Dalam melaksanakan pekerjaan tidak diperbolehkan ada dua kegiatan yang

dapat saling mempengaruhi pergerakan konduktor/tower bila terjadi

kegagalan peralatan atau material.

(h) Semua peralatan harus lulus uji setiap 6 bulan sekali.

(i) Semua pelaksana personil PDKB harus diperiksakan kesehatannya

menjalani pemeriksaan kesehatan (general check up) setiap satu tahun

sekali.

*) Peralatan utama adalah semua peralatan yang berhubungan langsung secara

elektrik dan atau mekanik dalam suatu pekerjaan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 8 dari 143

Page 9: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

2.2. Ketentuan Keselamatan Pelaksanaan PDKB TT /TET

Sebelum melaksanakan PDKB harus dilakukan Analisa Keselamatan Pekerjaan

(AKP) pada setiap tower yang akan dikerjakan. Pelaksanaan perbaikan dikerjakan

selambat-lambatnya 7 hari setelah pelaksanaan AKP.

Hal-hal yang dilakukan pada saat AKP :

(a) Memeriksa kondisi tower, meliputi struktur tower, isolator, konduktor, kawat

petir, Optic Ground Wire (OPGW), dan aksesoris yang akan dikerjakan

termasuk tower pengapit.

(b) Menganalisa layak tidaknya pekerjaan pemeliharaan dilaksanakan dengan

PDKB

(c) Menentukan jarak aman minimum peralatan isolasi sesuai dengan tegangan

operasi

(d) Menghitung beban kerja pada tower, khusus pada tower tipe tension harus

dihitung dengan lebih teliti.

(e) Mengamati potensi bahaya pada lokasi pekerjaan, antara lain keselamatan

masyarakat umum, lintasan jalan raya, saluran transmisi, jalan kereta api,

dan lain-lain.

2.3. Metode PDKB TT/TET

2.3.1.Metode Barehand

Metode barehand adalah suatu metode dimana pelaksana bekerja dengan

menyentuh konduktor yang bertegangan, sehingga tidak ada perbedaan

potensial antara pelaksana dengan konduktor yang bertegangan.

Metode ini dapat dilakukan pada tegangan 150 kV sampai dengan 500 kV

dengan memperhatikan jarak aman minimum.

2.3.2.Metode Hot Stick

Metode Hot Stick adalah suatu metode dimana pelaksana berada di sisi tower

yang terisolasi dari konduktor bertegangan. Metode ini menggunakan peralatan

hot stick yang terbuat dari Fibreglass Reinforced Plastic (FRP) yaitu fiberglass

yang diperkuat dengan plastik dengan jarak tertentu sehingga aman dikerjakan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 9 dari 143

Page 10: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Semua hot stick yang terbuat dari FRP harus mempunyai daya tahan elektrik dan

mekanik yang sesuai standar.

Ketentuan yang harus diperhatikan antara lain :

(a) Pelaksana berikut peralatannya (misal: ladder, platform, dll.) harus menjaga

jarak minimum diri dan semua peralatan yang dibawa dan yang digunakan

(misal: ladder, platform, dll.) agar tidak melanggar jarak aman minimum

yang ditentukan. (melampaui batas aman (sesuai TTabel 1, hal. 17)30)..

(b) Semua peralatan hot stick harus mempunyai panjang isolasi yang cukup,

sesuai dengan jarak aman minimum tegangan operasi.

(c) Sarung tangan berisolasi tidak boleh digunakan pada saat pelaksanaan

pekerjaan metode hot stick karena penggunaan sarung tangan dapat

menutupi rasa sengatan listrik bila terjadi arus bocor, yang mengindikasikan

kerusakan peralatan hot stick.

(d) Penggunaan sarung tangan dapat menjadi penyebab kontaminasi pada

permukaan peralatan hot stick, sehingga mengurangi sifat isolasi peralatan.

(e) Hot stick yang digunakan pada metode ini terbuat dari Fibreglass Reinforced

Plastic (FRP) yaitu plastik yang diperkuat dengan fiberglass .

(f) Semua hot stick yang terbuat dari FRP harus mempunyai daya tahan

elektrik dan mekanik yang sesuai standar.

[(g)] SSemua hot stick yang terbuat dari FRP harus diuji setiap 6 bulan di

Lembaga sertifikasi Independen dan hasilnya tercatat dan dibukukan.

(g)[(h)] Pemeriksaan visual peralatan hot stick dilakukan sebelum dan sesudah

digunakan. Untuk mengetahui tanda-tanda kerusakan, antara lain:

(i) Hilang atau turunnya mutu isolasi akibat terkKontaminasi polutan pada

hot stick dan tangga isolasi dapat menyebabkan penurunan daya

isolasi peralatan.

(ii) Cacat pada permukaan peralatan hot stick.

(iii) akibat Ppenyimpanan dan penggunaan yang tidak tepat.

(iv) Adanya garis karbon berwarna yang tidak beraturan pada permukaan

hot stick yang diakibatkan beban elektrik yang berlebihan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 10 dari 143

Page 11: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(v) Adanya lengkungan, keretakan, pemuaian, dan kendornya pin pada

bagian logam hot stick yang disebabkan pembebanan mekanik yang

berlebihan.

Jika tanda-tanda kerusakan tersebut diatas ditemukan, maka harus segera

dievaluasi, diperbaiki dan diuji serta hasilnya dicatat pada data peralatan.

Metode hot stick dapat juga digunakan bersamaan dengan metode barehand

selama metode tersebut bisa saling melengkapi.

2.4. Pengawas Pelaksanaan PDKB

Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan, ditunjuk seorang Pengawas Pekerjaan dan

seorang Pengawas K3. Tujuan pengawasan adalah untuk memperoleh hasil

pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan standar mutu. Orang yang ditunjuk

sebagai Pengawas harus kompeten dan mengerti secara jelas tentang tanggung

jawab yang berkaitan dengan kualitas pekerjaan dan keselamatan anggotanya.

2.4.1.Pengawas Pekerjaan

Dalam pelaksanaan pekerjaan harus ditunjuk seorang Pengawas Pekerjaan yang

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(a) Bersertifikat Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

metode yang akan dilakukan.sebagai Pengawas Pekerjaan PDKB TT/TET.

(b) Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode yang

akan dilakukan.

(c) Mampu membagi tugas dan tanggung jawab kepada pelaksana agar

pekerjaaan dapat dilakukan dengan aman, efektif, dan efisien.

(d) Berpengalaman dalam pekerjaan PDKB TT/ TET minimal 3 (tiga) tahun dan

ditunjuk oleh manajemen.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 11 dari 143

Page 12: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Tugas dan tanggung jawab Pengawas Pekerjaan

Pengawas Pekerjaan harus mengetahui kemampuan, kondisi mental, dan fisik

masing-masing anggota timnya secara terus menerus selama pekerjaan

berlangsung. Tugas dan tanggung jawab meliputi :

(a) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan bahwa semua anggota timnya

dalam kondisi sehat mental dan fisiknya sehingga tidak memberikan resiko

terhadap keselamatan dirinya dan anggota timnya.

(b) Pengawas Pekerjaan harus mMemberikan perhatian khusus terhadap gejala

kelelahan diantara anggota tim dan mempersiapkan penghentian pekerjaan

apabila kelelahan sudah terdeteksi.

(c) Pengawas Pekerjaan harus mMemantau/ mengamati enyadari faktor resiko

yang timbul karena pelaksanaan pekerjaan yang berulang atau mulai

timbulnya kejenuhan. Indikasi akibat kelelahan atau kebosanan seperti

terburu – buru, melambatkan pekerjaan, nervous, dan kesalahan.

(d) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan bahwa semua anggota tim

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan memberikan perhatian

terhadap cara pemakaiannya:

(vi) Menggunakan baju kerja dari katun dalam kondisi baik.

(vii) Helm Pengaman.

(viii) Sepatu pengaman/Sepatu konduktif.

(ix) Body hardness harus digunakan oleh pelaksana PDKB yang bekerja

diatas tower.

(x) Kaca mata pengaman harus menggunakan anti UV.

(xi) Pakaian konduktif lengkap harus digunakan oleh pelaksana PDKB yang

bekerja diatas tower.

(e) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan bahwa pelaksana pdkb PDKB tidak

menggunakan aksesoris dari bahan metal, karet, atau ikat pinggang yang

tidak perlu.

(f) Memastikan Aalat kerja yang tidak digunakan harus disimpan dalam tool

bag atau diposisikan aman.

(g) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan :

(i) Beban yang ditopang peralatan PDKB telah diidentifikasi.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 12 dari 143

Page 13: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(ii) Peralatan dan perlengkapan yang digunakan harus aman terhadap

beban kerja dan arus bocor tidak melampaui batasan yang ditentukan.

(iii) Pekerjaan yang akan dilaksanakan sudah terbukti dilakukan secara off

line dan terdapat Instruksi Kerja untuk pelaksanaan secara online.

(iv) Pekerjaan dapat dilaksanakan setelah adanya informasi dari pengawas

RCB bahwa fungsi auto reclose telah dinon-aktifkan atau diaktifkan

pada kedua GI/GITET dan telah dipasang tagging.

(h) Melaksanakan tailgate dan evaluasi setelah pekerjaan selesai.

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Pengawas Pekerjaan

(a) Pengawas Pekerjaan memastikan bahwa pelaksana/pekerja telah

bersertifikat dan kompeten. Apabila ada personil yang tidak bersertifikat

menjadi bagian dalam pelaksanaan pekerjaan, orang tersebut harus benar-

benar diberi penjelasan mengenai peran sertanya dalam pekerjaan. Dan

harus benar-benar diawasi selama keterlibatannya.

(b) Dalam pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan Prosedur dan Instruksi

Kerja yang telah disahkan (tidak ada inovasi).

(c) Mematuhi etika berkomunikasi selama pelaksanaan pekerjaan.

(d) Jam kerja peralatan dan jam terbang pelaksana harus dicatat dan

dibukukan.

(e) Pelaksana harus dirotasi secara teratur ke seluruh posisi kerja.

(f) Dokumen yang harus tersedia di lapangan :

(i) Prosedur dan Instruksi kerja.

(ii) Formulir – formulir kerja, antara lain : SP3B, SP2B, TTSP, RCB.

(iii) Data dan grafik hasil pengetesan isolator.

2.4.2.Pengawas K3

Dalam pelaksanaan PDKB harus ditunjuk seorang Pengawas K3 yang memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

(a) Bersertifikat sebagai Pengawas K3 PDKB TT/TET.

(b) Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan dengan metode kerja yang akan

dilakukan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 13 dari 143

Page 14: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(c) Mampu menganalisa potensi bahaya pada setiap tahapan pekerjaan agar

pekerjaan yang dilakukan aman dan selamat.

(d) Berpengalaman dalam pekerjaan PDKB TT/ TET minimal 3 (tiga) tahun dan

ditunjuk oleh manajemen

Tugas dan Tanggung Jawab

Pengawas K3 bertugas mengawasi keselamatan pelaksanaan pekerjaan sehingga

tidak boleh mengambil bagian dalam pelaksanaan pekerjaan. Tugas dan

tanggung jawab tersebut, yaitu:

(a) Pengawas K3 harus mMemastikan bahwa fungsi auto reclose telah dinon-

aktifkan atau diaktifkan.

(b) Pengawas K3 tidak boleh mengambil bagian dalam pelaksanaan pekerjaan.

[(c)] Pengawas K3 harus mMemeriksa semua jarak aman minimum (Live Line

Minimum Approach Distance/LLMAD maupun Live Line Tool Insulated

Distance/LLTID).

(c)[(d)] Pengawas K3 bMerada pada posisi yang mudah dalam mengamati semua

pergerakan pelaksana/pekerja dari posisi yang strategis..

(d)[(e)] Pengawas K3 harus mMemperhatikan pergerakan konduktor pada kedua

span pengapit tower yang dikerjakan selama pelaksanaan pekerjaan

berlangsung.

(e)[(f)] Pengawas K3 harus sSetiap saat mengawasi kondisi cuaca secara visual

maupun menggunakan peralatan now casting (Temperatur, kelembaban,

kecepatan angin, arah angin) dan dapat menghentikan pekerjaan apabila

terjadi perubahan cuaca buruk (hujan, awan, halimun, kabut, pencemaran

udara, kondisi angin, dan kegelapan), petir dan badai dalam jarak 10 km

dari lokasi kerja.

(f)[(g)] Pengawas K3 harus mMemberikan perhatian terhadap kontaminasi pada

hot stick, tangga isolasi, dan peralatan lainnnya.

(g)[(h)] Pengawas K3 harus mMenghentikan pekerjaan jika ada kondisi yang

dapat mempengaruhi konsentrasi pelaksana sampai kondisi tenang

kembali.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 14 dari 143

Page 15: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(h)[(i)] Pengawas K3 harus memastikan bahwa semua pelaksana/pekerja dan

perlengkapan bebas dari area tower yang dikerjakan.

(i)[(j)] Jika pelaksana menemui kesulitan dalam suatu tahapan pekerjaan dan

harus dilakukan suatu penyesuaian atau perbaikan maka peralatan harus

diturunkan. Pengawas K3 harus memeriksa dan memastikan bahwa

penyesuaian atau perbaikan peralatan tersebut aman untuk melanjutkan

pekerjaan. Tidak boleh ada perbaikan atau improvisasi yang dilakukan oleh

pelaksana/pekerja pada posisi di atas.

(j)[(k)] Pengawas K3 harus mencermati faktor resiko yang timbul dari tingkah

laku pelaksana pada saat pelaksanaan pekerjaan yang berulang karena

pelaksanaan pekerjaan yang berulang atau mulai timbulnya kejenuhan dan.

iIndikasi akibat kelelahan atau kebosanan seperti terburu – buru,

melambatkan pekerjaan, nervous, dan kesalahan.

(k)[(l)] Pengawas K3 dapat memberikan masukan dalam hal-hal khusus

mengenai pelaksanaan pekerjaan kepada Pengawas Pekerjaan.

Kewenangan utama untuk kualitas pekerjaan berada pada Pengawas

Pekerjaan.

2.4.3.Tailgate Session

Pengawas Pekerjaan harus memimpin tailgate atau penjelasan singkat kepada

semua pelaksana, meliputi :

(a) Siapakah Pengawas K3.

(b) Pembagian tugas para pelaksana.

(c) Penghantar, fasa dan string set atau aksesoris yang akan dikerjakan.

(d) Urutan pekerjaan yang harus dikerjakan.

(e) Metode yang digunakan, barehand atau hot stick.

(f) Pelaksana/pekerja mempunyai tanggung jawab pekerjaan masing-masing.

(g) Pengawas Pekerjaan harus menyampaikan jarak aman minimum yang

sesuai dengan tegangan sistem yang dikerjakan.

(h) Koordinasi dengan GI/GITET pengapit, mengenai penon-aktifan fungsi auto

reclose.

(i) Menjelaskan potensi bahaya selama pekerjaan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 15 dari 143

Page 16: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(j) Menyampaikan Safe Working Load (SWL) peralatan yang digunakan masih

dalam batas beban kerja.

2.5. Potensi bahaya

Potensi bahaya adalah suatu kondisi yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

Dalam pelaksanaan PDKB ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh

pelaksana antara lain :

(a) Static shunt

Static shunt mempunyai kabel dengan panjang 1,8 m, hal ini berpotensi

mengakibatkan flash over apabila terjatuh. Maka langkah yang harus

dilakukan antara lain :

(i) Klem static shunt harus dipasang dengan kuat pada tower (untuk sisi

cold) dan sisa kabelnya harus digulung dan diikat kuat.

(ii) Klem static shunt harus dipasang dengan kuat pada bagian

bertegangan (untuk sisi hot) dan sisa kabelnya harus digulung dan

diikat kuat.

(iii) Jika static shunt tidak digunakan, maka harus dilepaskan dari tower

atau bagian yang bertegangan dan disimpan dalam tool bag.

(b) Bonding Pakaian Konduktif

Pakaian konduktif mempunyai dua tali bonding dengan panjang 1,8 m pada

setiap sisi baju konduktif. Untuk mencegah terjadinya flash over akibat

terjatuhnya tali bonding, maka :

(i) Tali bonding pada pakaian konduktif harus diikat dan disimpan dalam

saku apabila tidak digunakan.

(ii) Tali bonding yang sedang digunakan, panjangnya harus diatur sesuai

kebutuhan.

(c) Cacat pada stick

(i) Stick terbentur/jatuh pada saat transportasi peralatan menuju lokasi

pekerjaan.

(ii) Pada waktu pengetesan menggunakan hot stick tester dilakukan

dengan menggeser.

(iii) Stick terbentur/jatuh pada saat tranportasi ke atas tower.

(d) Flash over pada saat pekerjaan

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 16 dari 143

Page 17: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(i) Tidak terpasang batas aman peralatan (Live Line Tool Insulation

Distance/LLTID).;

(ii) Adanya kegagalan isolasi.

(e) Pelaksana (groundman), kendaraan dan peralatan kerja harus diluar “fall

area”. Yang dimaksud fall area adalah daerah dimana peralatan

kemungkinan jatuh.

2.6. Kaidah Prosedur & IK dan Penundaan Pekerjaan PDKB

2.6.1.Prosedur & Instruksi Kerja

Prosedur kerja merupakan prosedur baku pada setiap pelaksanaan pekerjaan

PDKB yang telah disetujui oleh para pelaksana/pekerja yang terlibat dalam PDKB

dan disahkan oleh manajemen yang berwenang, prosedur dapat direvisi sesuai

dengan kondisi lapangan terkini melalui pelatihan secara off-line terlebih

dahulu.

(a) Prosedur dan Instruksi kerja harus didiskusikan dengan semua anggota tim

pelaksana PDKB selama sesi briefing pada awal dan akhir pekerjaan

(tailgate).

(b) Prosedur dan Instruksi kerja tersebut tidak boleh diubah selama

pelaksanaan PDKB berlangsung. Perubahan prosedur dan instruksi kerja

harus dilakukan berdasarkan penelitian menyeluruh dan dikembangkan oleh

pelaksana/pekerja PDKB yang bersertifikat dan berpengalaman, dan

dibuktikan secara off-line maupun on-line, dan disahkan secara formal.

(c) Percobaan dengan menggunakan peralatan atau improvisasi yang tidak

disetujui tidak diijinkan selama dilaksanakan pekerjaan dalam keadaan

bertegangan (PDKB) berlangsung.

(i) Hal ini tidak menghalangi evaluasi atas semua prosedur,instruksi kerja,

peralatan, dan perlengkapan PDKB.

(ii) Jika ada revisi terhadap peralatan dan perlengkapan harus diteliti

secara menyeluruh, didokumentasikan dan dibuktikan secara off-line

maupun on-line dan disetujui secara formal.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 17 dari 143

Page 18: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(iii) Perubahan terhadap peralatan dan perlengkapan harus berdasarkan

pada pengujian elektrik dan mekanik, penilaian, dan persetujuan

formal secara teknis.

2.6.2.Penundaan Pekerjaan

Pelaksanaan PDKB harus direncanakan dengan seksama sesuai prosedur tetap

PDKB untuk memastikan pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu kerja normal.

Keselamatan pelaksana/pakerja, peralatan PDKB dan sistem menjadi prioritas

utama saat terjadi gangguan. Dalam proses pekerjaan, terjadinya gangguan

dapat saja terjadi pada tahapan tertentu, sehingga suatu prosedur yang

mengatur pengamanan pelaksana/pekerja dan peralatan PDKB harus ditaati

untuk menghindari terjadinya suatu kecelakaan.

Prosedur tersebut mengatur antara lain :

(a) Pengawas Pekerjaan memberikan pernyataan pada Pengawas Reclose Block

(RCB) bahwa :

(i) Pekerjaan ditunda

(ii) Semua peralatan yang terhubung dengan konduktor pada posisi aman.

(iii) Semua pelaksana pada posisi aman.

(iv) Fungsi Auto Reclose boleh dinormalkan kembali.

(v) Sebelum melanjutkan pekerjaan yang ditunda, Pengawas Pekerjaan

harus memastikan bahwa fungsi auto reclose sudah dinon-aktifkan dan

semua peralatan telah diperiksa secara seksama, dikeringkan dan

dibersihkan dengan silicon wipe.

(b) Pengamanan pelaksana/pekerja pada pekerjaan yang ditunda

Evakuasi semua pelaksana di daerah bertegangan ke daerah aman (bodi

tower/tanah). Jika tidak, maka pelaksana hot end harus menjauh dari

isolator.

(c) Pengamanan peralatan pada pekerjaan yang ditunda

Jika pekerjaan harus ditunda dan peralatan kerja harus ditinggal selama

semalam atau lebih dan apabila peralatan kerja berisolasi merupakan

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 18 dari 143

Page 19: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

bagian integral dari penundaan tersebut, tindakan berikut harus

dilaksanakan :

(i) Jika ditopang oleh peralatan kerja berisolasi pada posisi hot end, maka

peralatan tersebut harus dijumper ke konduktor.

(ii) Jika ditopang oleh hotstick yang dirangkai dengan strap hoist/rope

block/webbing sling pada posisi cold end, maka harus dipasang

grounding dari hotstick ke tower.

2.7. Komunikasi

(a) Komunikasi koordinasi pekerjaan

(i) Meliputi Penjadwalan pelaksanaan pekerjaan PDKB

(ii) Koordinasi dengan UPT terkait mengenai penyediaan material,

pengawas RCB, helper.

(b) Komunikasi Tim

Komunikasi dengan pelaksana PDKB hanya difokuskan pada lingkup :

(i) Keselamatan kerja.

(ii) Langkah/urutan kerja.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 19 dari 143

Page 20: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

BAB III

PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN PDKB TT/TET

3.1. Jarak Aman Minimum

Jarak aman minimum adalah daerah dimana pelaksana dapat bekerja dan

peralatan dapat digunakan dengan aman pada daerah bertegangan. Pelaksana

PDKB harus tetap menjaga dirinya dan peralatan yang dibawanya tidak

melanggar jarak aman minimum dan jarak minimum peralatan seperti ditetapkan

pada tabel 1, dari bagian yang bertegangan.

JARAK AMAN MINIMUM DAN JARAK PERALATAN BERISOLASI

Tegangan Fasa ke Bumi Fasa ke Fasa

70 kV

150 kV

500 Kv

900 mm

1200 mm

3400 mm

1200 mm

1500 mm

5500 mm

Tabel 1

3.2. Pemeriksaan Visual

Sebelum penggantian isolator dilaksanakan, pemeriksaan visual harus dilakukan

pada isolator tersebut untuk mengetahui :

(a) Isolator yang cacat.

(b) Ada bekas lompatan api pada piring isolator.

(c) Suara berdengung pada tingkatan yang tidak wajar pada isolator.

Catatan : Pada saat pemeriksaan visual isolator, aksesoris string isolator

harus diperhatikan bila terdapat karat yang berlebihan dan

ukuran yang tidak sesuai dengan peralatan kerja PDKB.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 20 dari 143

Page 21: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

3.3. Pengetesan isolator

(a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, semua piring isolator pada string

yang akan dikerjakan (kaca yang dikuatkan dan porselin) harus dilakukan

pengetesan terlebih dahulu yang hasilnya dicatat dan dibuat grafik.

(b) Pengetesan isolator dilakukan untuk menentukan jumlah isolator yang rusak

secara elektrik dan untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut dapat

dilaksanakan dengan metode barehand atau tidak.

(c) Dalam pengetesan isolator terdapat ketentuan-ketentuan :

(i) Jangan harapkan pembacaan nol untuk mengindikasikan bahwa

isolator tersebut rusak, karena jika terjadi kebocoran halus sebuah

isolator tidak akan short secara sempurna dan tegangan masih

melewatinya;

(ii) Isolator dianggap rusak jika pembacaannya 30 % atau lebih di bawah

bentuk karakteristick kurva normal isolator lain dalam satu string;

(iii) Jika terdapat isolator yang rusak maka nilai isolator sesudahnya akan

meningkat sebagai kompensasi dari isolator yang rusak tersebut.

(iv) Jika ada beberapa isolator yang rusak, bandingkan hasil pengukuran

dengan hasil pengukuran string lain pada penghantar yang sama untuk

melihat deviasi bentuk kurva.

Gambar grafik isolator normal

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 21 dari 143

Page 22: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Gambar grafik isolator rusak sebagian

Gambar perbandingan grafik isolator baik dan rusak

Keterangan : = Rusak

= Baik

(d) Jumlah isolator yang rusak tidak boleh lebih dari ketentuan (½ n+1). Bila

jumlahnya melebihi ketentuan tersebut, maka pekerjaan dilaksanakan

dengan metode Off line.

Catatan : n = Jumlah isolator pada 1 string

(e) Jika digunakan static shunt, maka jumlah isolator yang rusak tidak boleh

lebih dari ketentuan (½ n+1-y). Dimana y adalah jumlah isolator yang

dipasang static shunt.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 22 dari 143

Page 23: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

3.4. Pengetesan peralatan

Tongkat fiberglass untuk perkerjaan saluran bertegangan dibuat khusus dari

ribuan fiberglass yang direndam resin epoksi yang digulung melingkar dan

melewati inti yang berbusa dari plastik uniseluler. Inti busa mengandung jutaan

sel individu yang tidak berhubungan yang diisi dengan gas untuk menghilangkan

penyerapan uap air dan kondensasi. Busa uniseluler diikat untuk memperkuat

dinding untuk memberikan sebuah produk dengan isolasi dan kekuatan mekanik

maksimum.

Dalam kondisi kerja yang ideal, bahan fiberglass berisolasi sebenarnya bebas

pemeliharaan. Namun, karena kesalahan pemakaian, abrasi atau kumpulan

kontaminasi, perawatan fiberglass menjadi hal yang diperlukan. Peralatan ini

mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi dan ketahanan tinggi terhadap

lembab, bahan kimia, dan cuaca.

Semua peralatan pekerjaan bertegangan sebaiknya dijaga bersih dan kering.

Dan tidak boleh diletakkan langsung diatas tanah atau ditempatkan pada posisi

yang tampaknya dapat merusak. Semua alat sebaiknya diperiksa sebelum

penggunaannya sebagai tanda jika ada kerusakan atau kelebihan tekanan. Stick

isolasi sebaiknya diperiksa untuk melihat tanda-tanda keretakan atau kerusakan

pada lapisan pelindungnya dan fitting metalnya sebaiknya diperiksa untuk

melihat tanda-tanda dari kelebihan pemakaian dan kemungkinan kerusakan

lainnya. Perhatian khusus harus diberikan pada fitting yang secara permanen

dipasang pada tongkat. Sebelum menggunakannya, tongkat yang berisolasi (hot

stick) dilap bersih dengan kain kering dan kemudian di lap dengan bahan

berlapis silikon. Kemudian diberi tanda batas aman minimum yang sesuai.

Jika sewaktu-waktu peralatan terlihat kotor, harus dibersihkan dengan moisture

eater. Jika semua kontaminasi tidak bisa dihilangkan menggunakan moisture

eater maka peralatan fiberglass harus dibersihkan dengan bantalan abrasif halus

yang sebelumnya direndam dengan moisture eater. Selanjutnya stick isolasi

tersebut dibersihkan dengan kain bersih bebas debu diikuti dengan alat gloss

restorer. Stick isolasi kemudian didiamkan pada ruangan bebas debu selama

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 23 dari 143

Page 24: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

jangka waktu minimum 48 jam kemudian setelah itu diuji kemampuan

elektriknya sebelum digunakan. Catatan mengenai pemeliharaan yang dilakukan

pada peralatan dan perlengkapan kerja harus terdapat di buku catatan peralatan

kendaraan. Setiap peralatan PDKB yang jatuh dari tower atau yang rusak tidak

boleh digunakan sampai telah dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh. Kejadian

semacam itu harus dicatat dan disimpan di buku catatan peralatan kendaraan.

Semua peralatan dan perlengkapan PDKB harus diperiksa secara elektrik setiap

6 (enam) bulan sekali dan pemeriksaan tersebut dicatat. Pengelasan dan

pematrian fitting logam yang rusak tidak diperbolehkan.

Pengujian Menggunakan Hot Stick Tester

Petunjuk Penggunaan

(a) Pasang kawat steker. Sakelar diposisikan ‘on’.

(b) Masukkan stick uji kedalam elektroda. Hasil tes harus menunjukkan jarum

meter sepenuhnya ke area “gagal” untuk memverifikasi bahwa tester

berfungsi normal. Lepas alat uji dan pastikan jarum kembali ke garis ‘nol’.

(c) Letakkan masing-masing ujung peralatan hot stick untuk diuji pada posisi

yang sesuai sehingga hot stick tester dapat digunakan untuk menguji

dengan nyaman.

(d) Letakkan hot stick tester pada hot stick yang diuji sehingga permukaan

elektroda menempel pada hot stick. Bagian logam tidak boleh disertakan

dalam pengujian ini. Langkah tersebut diulangi sampai pengujian dilakukan

pada semua permukaan hot stick untuk mendapatkan kemungkinan adanya

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 24 dari 143

Page 25: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

bagian yang lembab pada hot stick. JANGAN MENGGESER HOT STICK

TESTER DI SEPANJANG PERALATAN HOT STICK.

(e) Jika jarum menunjukkan mendekati area “gagal”, hot stick yang diuji harus

diputar untuk mendapatkan pembacaan maksimum. Hot stick yang memiliki

diameter 50 mm-75 mm harus selalu dirotasi/diputar pada saat pengujian.

Jika ada bagian yang menunjukkan bocor berlebihan , hot stick tersebut

harus diperiksa, dibersihkan dengan silicon wipe dan dilapisi ulang

(resurfaced) bila perlu. Setelah itu stick dikeringkan dan diuji ulang. Apabila

pengujian masih gagal, peralatan tersebut tidak boleh dipakai dalam

pekerjaan.

(f) Jika jarum tetap berada pada posisi hijau, berarti peralatan hot stick lulus

uji.

(g) Ulangi langkah (b) untuk menyelesaikan pengujian.

CATATAN :

(a) Syarat Hot stick

Hot stick harus mampu menahan tegangan 100 kV/feet selama 5 (lima)

menit. Hot stick yang di buat harus memenuhi Spesifikasi Standar ASTM

F711-89.

(b) Kondisi Hot stick

Hot stick harus dilap bersih (disilikon) dan diinspeksi secara visual dari cacat

sebelum digunakan. Jika terdapat cacat atau kontaminasi yang

mempengaruhi kualitas isolasi atau integritas stick setelah pengelapan,

stick tersebut harus disisihkan, diberi tanda agar tidak digunakan sebelum

diadakan pengujian lebih lanjut.

(c) Metode Pengujian

Peralatan Hot stick harus diuji dengan metode basah pada 75 kV/feet dan

metode kering pada 100 kV/feet selama 1 (satu) menit. Tes tersebut

digunakan untuk menverifikasi kondisi stick.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 25 dari 143

Page 26: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Pengujian hot stick yang dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan dapat

digunakan untuk memberikan verifikasi yang merupakan bukti awal kondisi

stick tersebut.

3.5. Penggunaan Static Shunt

Static shunt tidak boleh dipasang lebih dari 10% jumlah isolator.

(a) Penggunaan static shunt dilakukan secara bergantian pada satu string

isolator dalam satu waktu (bergantian pada posisi hot maupun cold).

(b) Pada metode barehand, pelaksana tidak boleh bersentuhan dengan isolator

diluar area static shunt baik bagian tubuh, pakaian konduktif maupun

peralatan yang lain.

(c) Sisa kabel static shunt harus digulung dan diikat dengan baik untuk

mencegah terjadinya flash over karena jatuhnya kepala static shunt.

(d) Static shunt harus dipasang dengan kuat dan aman untuk mencegah

terjadinya flash over.

3.6. Penopang Konduktor

(a) Ketika pekerjaan berada dalam posisi area jarak aman minimum yang

terbatas, maka jarak aman minimum dapat ditambah dengan cara

mendorong sementara konduktor menggunakan wire tong untuk

menjauhkan konduktor.

(b) Pada pelaksanaan menopang konduktor, harus memperhatikan gaya-gaya

yang bekerja untuk menentukan SWL peralatan yang digunakan.

(c) Gaya yang bekerja pada alat penopang adalah jumlah dari berat konduktor

ditambah dengan gaya vertikal ke bawah karena tarikan konduktor akibat

perbedaan ketinggian tower. Untuk tower dengan ketinggian yang sama

gaya yang bekerja hanya berat konduktor tersebut.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 26 dari 143

Page 27: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

3.7. Pakaian Konduktif

Pakaian konduktif harus digunakan oleh semua pelaksana/perkerja yang

bertugas di atas tower.

Karena kebutuhan untuk memposisikan pekerja PDKB berada lebih dekat ke

daerah yang bertegangan. Pakaian ini dihubungkan ke konduktor, untuk

menghilangkan beda potensial sehingga tegangan konduktor sama dengan

pelaksana/pekerja PDKB dan memungkinkan untuk bekerja dengan

menggunakan tangannya pada konduktor bertegangan secara langsung sampai

dengan tegangan 765 kV.

Pakaian konduktif terbuat dari campuran 2 jenis bahan yaitu :

(i) Serat nomex aramid tahan api.

(ii) Serat baja mikroskopis anti karat.

Hasil analisa dan pengujian menunjukan bahan tersebut :

(i) Sangat kuat dan tahan sobek.

(ii) Mempunyai konduktifitas tinggi yaitu 144 ohm/sq (IEC 895).

(iii) Tidak mengalami penyusutan karena sejumlah pencucian.

3.7.1.Penyimpanan

Pakaian, sarung tangan, dan kaos kaki konduktif harus disimpan dalam sebuah

tempat bebas dari debu dan udara dapat bersirkulasi, seperti kanvas, tas vinil,

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 27 dari 143

Page 28: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

atau koper. Sirkulasi udara memungkinkan embun dalam pakaian konduktif

menjadi kering, sehingga tidak menyebabkan jamur. Tempat penyimpanan harus

khusus/tersendiri dan disimpan dilokasi yang tidak panas dan berembun. Pada

saat tranportasi pakaian konduktif harus dijaga dari kerusakan akibat benda lain.

Pakaian konduktif tidak boleh disimpan ketika basah karena keringat atau cairan

lain.

3.7.2.Perawatan

Setiap pekerja harus memberikan perawatan ekstra pada pakaian konduktif, juga

penanganannya harus dilakukan dengan baik. Sobek, berlubang, atau perubahan

bentuk harus diperbaiki.

Sepatu boot, terutama sol, harus tetap bersih dan dalam keadaan yang baik.

Pakaian dan/atau alas kaki konduktif tidak boleh digunakan untuk tujuan lain,

selain dari tujuan pembuatannya.

Setelan konduktif boleh dicuci dengan tangan atau dengan mesin cuci otomatis

dengan deterjen dan tidak ada zat aditif lain (seperti pemutih klorin dll) dan

dikeringkan dengan pengering otomatis dengan panas rendah, atau pengering

udara. Umur setelan mungkin lebih lama apabila dicuci dengan tangan dengan

deterjen lembut dan pengering udara. Setelan yang terkena minyak atau

pelumas harus dicuci dalam keadaan kering (dry-cleaned).

3.7.3.Perbaikan

Robekan atau lobang dapat dijahit dengan benang tahan api (flame retardant).

Lobang dapat diperbaiki tanpa efek negatif dengan menggunakan tambalan dari

kain yang bertipe sama dan jahitan 2.5 cm dengan benang tahan api (flame

retardant). Kaos kaki dan sarung tangan tidak dapat diperbaiki.

3.7.4.Inspeksi sebelum digunakan

Inspeksi visual harus dilakukan pada keseluruhan pakaian untuk memastikan

bahwa semua bagian komponen pakaian konduktif dalam keadaan baik.

Resleting pengunci, kancing logam, mata dan pengait logam harus diperiksa

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 28 dari 143

Page 29: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

untuk memastikan bahwa alat-alat tsb dipasang dengan benar sehingga aliran

listrik tidak terhambat. Jahitan harus diperiksa untuk memastikan bahwa dua

atau lebih bagian yang digabungkan berada dalam kondisi yang baik.

(a) Pakaian konduktif

Pakaian konduktif harus diperiksa untuk

memastikan bahwa tidak rusak dan ujung

sambungannya baik. Pakaian konduktif yang sobek

harus diperbaiki sebelum dipakai, karena dapat

terjadi busur api pada bagian tersebut.

(b) Sepatu boot dan Penjepit

Penjepit sepatu boot ke betis harus diinspeksi

kerusakannya yang akan menganggu kontinuitas

listrik. Penjepit tsb harus diganti jika dianggap tidak

memadai. Sol sepatu boot harus diperiksa terhadap

kotoran dan zat yang mencemarkan (kontaminan).

So-sol harus tetap bersih. Kontinuitas antara

penjepit kaki dan sol sepatu boot harus dipastikan.

(c) Kaos Kaki

Kaos kaki harus diperiksa dari kerusakan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 29 dari 143

Page 30: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(d) Sarung Tangan

Sarung tangan harus diperiksa dari kerusakan.

(e) Pemeriksaan Kontinuitas

Pakaian konduktif dan sepatu boot harus diuji kontinuitasnya

menggunakan ohmmeter.

3.7.5.PENGUJIAN YANG TIDAK MERUSAK

Pakaian konduktif, dinyatakan secara tidak langsung, harus bersifat konduktif.

Jika ohmmeter dihubungkan antara dua kaki tangan pada bahan pakaian, harus

didaftar kontinuitasnya. (Sekarang ini sedang ditinjau, tentang derajat

kontinuitas, atau khususnya nilai ohmic yang tidak boleh berlebihan).

Prosedur pengujian adalah bagian yang harus diikuti, untuk memastikan bahwa

nilai tahanan dapat diukur dan dilaporkan secara keseluruhan. Semacam hasil

pengujian standar dapat menunjukkan batas tahanan khusus dalam revisi

pedoman ini berikutnya.

(a) Perlengkapan

Perlengkapan yang diperlukan untuk pengujian:

(i) Power suplai searah atau bolak-balik yang dapat diatur untuk memberi

injeksi arus 1-5 mA.

(ii) Satu milliammeter

(iii) Satu voltmeter

(iv) Ohmmeter – jika diperlukan (mengacu pada Prosedur Pengujian

Voltmeter - milliammeter Power supply di bawah ini.

(v) Dua elektroda (mengacu pada elektroda dibawah).

(vi) Pilihan: kandungan sendiri, secara komersial tersedia arus konstan 5

mA ohmmeter.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 30 dari 143

Page 31: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(b) Persiapan Bahan Percobaan (Contoh)

Nilai tahanan jaket dan celanan panjang harus diukur terpisah, untuk

menghindari masuknya variabel tahanan ketika mengikatkan dua pakaian

bersama-sama atau mencampur pakaian dari pabrikan yang berbeda.

Apabila pembacaan total tahanan pakaian diperlukan, maka pengujian

dilakukan dari tangan kanan ke kaki kiri melalui tali/dasi.

Pakaian harus diletakkan tidak membentang pada permukaan isolasi datar.

Timbangan tidak boleh diletakkan diatas kain.

Elektroda harus ditempatkan kira-kira 5 cm dibelakang material. Masing-

masing elektroda harus menyentuh/kontak ke bagian atas dan bawah

lapisan pakaian. Elektroda harus ditempatkan untuk mengukur tahanan

tangan ke tangan, kaki ke kaki, ikatan penjepit ke baju, dari bagian atas

pelindung pada topi ke kedua kelepak dan bagian belakang.

Kandungan embun pada kain dan/atau tingginya kelembaban relatif, dapat

mempengaruhi nilai tahanan yang diperoleh pada saat pengujian.

(c) Elektroda

Disarankan Elektroda terbuat dari kain palsu/kayu dari jenis yang digunakan

untuk mengapit/kelem karet keranjang berisolasi disekitar isolator dan

palang (crossarms).

Bagian dalam permukaan klem dapat dilapisi dengan stainless steel foil

bening yang mempunyai bahan perekat pada salah satu sisi

Ujung elektroda harus digunakan untuk mebuat kontak dengan pakaian.

(d) Prosedur Pengujian

Prosedur Pengujian Voltmeter – Milliammeter – Power Supply

(i) Hubungkan elektroda ke power supply yang mempunyai milliammeter

pada rangkaian keluaran (output circuit).

(ii) Hubungkan voltmeter melewati elektroda.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 31 dari 143

Page 32: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(iii) Atur sumber tenaga untuk injeksi 5mA. Jika tahanan pakaian terlalu

tinggi untuk 5mA pada 30 V ac atau 60V dc, arus yang digunakan

dikurangi menjadi 1mA.

(iv) Minimum harus dilakukan dua kali pengukuran yang berurutan dengan

cara memutuskan arus listrik antara pengukuran yang pertama dan

kedua.

Catatan :Arus injeksi yang diijinkan adalah 5 mA. Jika kurang dari 5 mA

harus di tunjukkan dalam lembaran data. Jika tahanan pakaian

terlalu tinggi, dan menghalangi penggunaan metode injeksi arus,

kemudian pengukuran nilai tahanan menggunakan ohmmeter

diijinkan dan nilainya harus dicatat. Metode injeksi arus lebih

disukai daripada metode ohmmeter karena yang pertama memberi

hasil yang lebih reproduktif.

Prosedur Pengujian Ketahanan ohmmeter Arus Tetap 5 mA

(i) Klem/jepit masing-masing elektrode pada titik yang telah

didisain/ditentukan oleh pabrik.

(ii) Nyalakan power input dari ohmmeter arus tetap. Baca nilai tahanan

sesegera mungkin setelah pembacaan yang stabil tercapai. Hal ini

membuat internal kapasitor dalam meter tereksitasi.

(iii) Cara lain, nyalakan power input dari ohmmeter arus tetap terlebih

dahulu. Setelah 15 detik, pembacaan dapat diambil segera setelah

kelem telah duduk padakain konduktor.

(e) Penyimpanan Catatan

Informasi minimum yang penting yang harus di dapat adalah sebagai

berikut :

(i) Identifikasi dari jaket atau celana panjang, berupa nama atau nomor

identifikasi dari perusahaan pembuat dan nilai ketahanan yang di

pasok oleh pembuat.

(ii) Tanggal.

(iii) Tegangan.

(iv) Arus injeksi.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 32 dari 143

Page 33: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(v) Perhitungan ketahanan atau pembacaan ohmmeter.

(vi) Nama dan model dari ohmmeter (Jika digunakan).

(vii) Kondisi dari apparel yang diperiksa (misalnya baru, bekas, bertanah,

usang , sobek, dll).

(viii) Jumlah pencucian.

(ix) Kenyaman atau ketidaknyaman pemakaian, serta besarnya tegangan

operasinya.

(f) Frekuansi Pengujian Elektrik

Pengujian pakaian konduktif secara elektrik harus dilakukan minimum 1

tahun sekali.

3.8. Bonding

Sebelum menyentuh konduktor, pelaksana sisi hot harus terlebih dahulu

melakukan bonding ke konduktor bertegangan untuk menyamakan potensial

antara pelaksana dengan konduktor.

(a) Pelaksana PDKB yang bekerja pada sisi bertegangan harus mengikat tali

bonding pakaian konduktif dengan kuat dan aman pada konduktor.

(b) Peralatan kerja yang digunakan atau dinaikkan beserta asesorisnya pada

posisi hot dengan menggunakan metode kerja barehand, hanya akan

diberikan setelahpelaksana sisi hot berada dalam posisi aman dan tali

bonding pakaian konduktif terikat kuat pada konduktor bertegangan.

3.8.1.Tali Bonding pada Pakaian Konduktif

Pakaian konduktif mempunyai dua tali bonding dengan panjang 1,8 m pada

setiap sisi baju konduktif. Untuk mencegah terjadinya flash over akibat

terjatuhnya tali bonding, maka :

(a) Tali bonding pada pakaian konduktif harus diikat dan disimpan dalam saku

apabila tidak digunakan.

(b) Tali bonding yang sedang digunakan, panjangnya harus diatur sesuai

kebutuhan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 33 dari 143

Page 34: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

3.8.2.Bonding clamp

Bonding clamp yang digunakan dalam proses bonding dengan konduktor harus

selalu dikondisikan aman dengan panjang tali bonding pakaian konduktif sesuai

kebutuhan untuk menjaga agar tidak terjadi flash over karena jatuhnya bonding

clamp yang mengakibatkan jarak aman minimum tidak terpenuhi

3.9. Tangga berisolasi

Tangga berisolasi yang digunakan sebagai penopang pelaksana secara horisontal

ataupun vertikal untuk pekerjaan PDKB harus diberi tanda jarak aman minimum

seperti dalam Tabel 1. Untuk menaikkan tangga berisolasi dari posisi

vertikal ke horisontal harus dibantu oleh pelaksana PDKB yang berada dibawah

(ground man) selama awal pergerakan vertikal tangga.

Catatan : Ketika tangga sudah dinaikkan ke posisi horisontal, anak tangga

terdekat dengan tower harus diberi pengaman tambahan dengan

tambang isolasi yang diikatkan ke tower.

Pengetesan Sebelum Pemakaian Tangga Berisolasi

Pengukuran arus bocor dengan menggunakan ladder monitor yang diletakkan

pada body tower harus dilaksanakan sebelum tangga digunakan untuk akses

pelaksana. Pengukuran sebelum pengoperasian harus dikerjakan pada setiap

pekerjaan.

(a) Rumus untuk menghitung arus bocor maksimum yang diijinkan pada tangga

berisolasi (Maximum Permisible Leakage/MPL) :

MPL = kV/√3 µA

Contoh untuk 500 kV :

MPL = 500/√3

MPL = 289 µA

(b) Ladder monitor harus dikalibrasi secara teratur sebelum digunakan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 34 dari 143

Page 35: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(c) Pengetesan tangga berisolasi sebelum pengoperasian harus dilakukan

selama 1 menit dan pembacaan harus dicatat.

(d) Selama tangga isolasi menyentuh konduktor, ladder monitor harus selalu

dipasang, diperiksa dan dipantau.

(e) Pelaksana pekerjaan secara PDKB harus ditunda dengan segera apabila

terdapat indikasi kebocoran arus pada tangga isolasi melebihi penghitungan

kebocoran maksimum yang diijinkan.

Catatan : Sebelum tangga digunakan, semua perlengkapan tangga harus

diperiksa kondisi visual dan ukurannya agar sesuai kebutuhan.

Jarak Aman Minimum Tangga Berisolasi

Sebelum pelaksana akses ke konduktor dengan tangga berisolasi, tangga harus

diposisikan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan jarak aman minimum

yang sesuai, seperti yang terdaftar pada Tabel 1 (hal.30).

(a) Dalam memposisikan tangga, harus dipastikan bahwa kepala hotman crew

tidak boleh lebih dekat dari 46 cm (18 inci) dari konduktor bertegangan.

Tangga berisolasi sama sekali tidak boleh diposisikan lebih tinggi dari yang

dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan PDKB, jika ada posisi yang lebih

tinggi mungkin bisa menyebabkan pelanggaran jarak aman minimum.

Catatan : Tangga berisolasi diposisikan sesuai kebutuhan pada saat

sebelum dan sesudah akses hot end man.

(b) Fungsi tangga berisolasi dalam pelaksanaan PDKB :

(i) Akses hot end man ke konduktor bertegangan (seperti untuk

pengantian isolator tension).

(ii) Menjangkau dengan tangannya untuk bekerja pada posisi cold end

(seperti untuk penggantian isolator suspension)

(c) Memonitor arus bocor tangga

Ladder monitor digunakan untuk mengukur arus bocor pada tangga.

(i) Dalam pelaksanaan swing tangga mendekat dan menjauhi konduktor

bertegangan, ladder monitor harus pada posisi “off”.

(ii) Selama tangga menyentuh konduktor bertegangan, ladder monitor

harus selalu pada posisi “on” dan dipantau nilai arus bocornya.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 35 dari 143

Page 36: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

3.10. Pencatatan Pelaksanaan PDKB

(a) Pencatatan peralatan mencakup penggunaan (tanggal, waktu dan jenis

pekerjaan), pengujian dan pemeliharaan semua peralatan PDKB.

(b) Jam terbang pelaksana (tanggal, waktu, jenis pekerjaan, posisi kerja).

(c) Pelaporan meliputi : beban sistem, waktu pelaksanaan pekerjaan, waktu

RCB, Lokasi pekerjaan (penghantar, no. Tower, fasa, string, jumlah isolator

yang diganti), pembagian tugas.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 36 dari 143

Page 37: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

BAB IV

PERALATAN KERJA

Setiap peralatan PDKB yang digunakan harus selalu memperhitungkan :

(a) Beban aman minimum (Safe Working Load/SWL) : Beban maksimum

peralatan yang diijinkan sesuai dengan faktor keamanannya.

(b) Apabila ada efek surja, angin, atau ada pengaruh beban lain, maka beban

kerja peralatan meningkat 25%.

(c) Faktor keselamatan (Safety Factor/SF): rasio antara beban patah/putus

perlatan (Maximum Breaking Load/MBL) dengan beban kerja aman (SWL).

(d) Faktor keselamatan pada semua peralatan PDKB untuk mengangkat

material/peralatan tidak boleh kurang dari 6 (enam), dan faktor

keselamatan untuk mengangkat orang tidak boleh kurang dari 10 (sepuluh).

(e) Semua perlengkapan dan peralatan harus mempunyai nilai SWL dari

pabrikannya.

4.1. Tali

Tali mempunyai peranan penting dalam pekerjaan PDKB, dengan menggunakan

tali dapat memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sehingga diperlukan

pengetahuan mengenai tali temali dan keuntungan mekanik pada saat

mengangkat beban dengan menggunakan block. Ukuran ideal live line rope

maupun tali biasa yang nyaman dipegang dalam penggunaan dan

pengoperasiannya adalah 18 mm.

Pemeliharaan tali harus disamakan dengan pemeliharaan peralatan lainnya yang

digunakan dalam PDKB. Merupakan hal yang penting menjaga tali dari rantas,

kotor, dan kelembaban yang dapat mengakibatkan jamur sehingga terjadi

penurunan daya isolasinya. Hindari penyimpanan tali dalam keadaan suhu,

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 37 dari 143

Page 38: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

kelembaban, dan kadar keasaman yang tinggi. Tidak diperbolehkan penggunaan

tali atau webbing sling pada bengkokan yang tajam. Bila terpaksa gunakan alas

untuk melindunginya.

Pengetahuan mengenai tali sama pentingnya dengan pengetahuan tentang

beban patah peralatan (MBL) dan beban kerja aman peralatan (SWL). Pelaksana

juga harus memiliki pengetahuan mengenai simpul tali, penerapan dan pengaruh

beban terhadap macam-macam simpul. Berikut adalah panduan penggunaan tali

dan pemeliharaannya.

Pabrikan Merek Ukuran UTS kg SF SWL kg

Sherman &

Reilly

Sherman &

Reilly

Sherman &

Reilly

Sherman &

Reilly

Sherman &

Reilly

TSE

International

AB Chance

AB Chance

AB Chance

Hi-D Orange

Hi-D Orange

Hi-D Orange

Hi-D Orange

Hi-D Orange

Gatortail

Composite

Fibre

Composite

Fibre

Polypripylene

½ “

5/8”

1”

¾”

7/8”

1”

½”

5/8”

½”

2.450

3.720

7.720

4.810

6.360

12.000

3.000

5.000

1.700

6

6

6

6

6

6

6

6

6

408

670

1.280

800

1.060

2.000

500

830

280

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 38 dari 143

Page 39: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

4.1.1.Tali Polypropylene

Tali polypropylene adalah tali sintetis yang terbuat dari plastik. Hanya tali

polypropylene yang bersih dan kering dan dalam kondisi yang baik yang dapat

digunakan untuk PDKB.

Catatan:

(a) Tali polypropylene dapat menjadi konduktif ketika basah atau

terkontaminasi.

(b) Handline dan tali pengendali tidak boleh bersentuhan langsung dengan

konduktor yang bertegangan. Dalam penggunaannya, semua tali harus

memenuhi jarak aman minimum sesuai dengan ketentuan.

(c) Jika tali pengendali digunakan pada atau berdekatan dengan konduktor

yang bertegangan, harus digunakan hot stick dengan panjang yang sesuai

LLMAD dan diletakkan antara konduktor bertegangan dan tali tersebut.

Sebagai contoh, spiral link stick digunakan sebagai penghubung antara

konduktor bertegangan dan tali tersebut.

4.1.2.Safety Factor Tali

Tabel 3 (hal.50) menunjukkan beban kerja yang aman dari tali polypropylene

dalam berbagai ukuran, berlaku ketentuan :

(a) Tali baru SWL 100 %

(b) Tali yang sudah terpakai 75 %

(c) Diikat melingkar ke benda bulat 75 % (Tali baru); 50% (Tali sudah

terpakai)

(d) Diikat melingkar ke benda persegi 50 % (Tali baru); 25% (Tali sudah

terpakai)

Faktor beban yang ditunjukkan di bawah tabel menunjukkan perbandingan SWL

tali yang dapat digunakan ketika menggunakan sling dengan tarikan lurus atau

diikat balik. Jika nilai yang diperlukan tidak terdapat pada tabel, SWL dapat

diperkirakan dengan mengkuadratkan diameter tali dalam milimeter dan hasilnya

yang diperoleh dalam kilogram. Hasil perhitungan ini sedikit dibawah SWL tapi

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 39 dari 143

Page 40: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

cukup mendekati untuk tujuan praktis. Kekuatan tali polypropylene mendekati

dua kali dari tali biasa oleh karena itu, hasil kuadrat dari Diameternya merupakan

setengah dari SWL-nya dalam kilogram.

Jika dirasakan perlu untuk membuat knot pada tali, maka faktor beban 0,5 harus

diterapkan (sama seperti ikatan balik pada benda persegi).

Ketika tali digunakan pada block, rumus berikut digunakan untuk menentukan

tarikan yang dialami tali.

E =WMA

Dimana E = Gaya atau tarikan

W = Beban

MA = Mechanical Advantage

Rumus ini mengabaikan gesekan yang terjadi.

Polypropylene dipilih karena kekuatannya, sifatnya yang tahan air, ringan dan

sifat isolasinya yang konsisten dalam kelembaban yang rendah atau tinggi. Air

yang terakumulasi pada serat tali dapat mengakibatkan bahaya yang serius,

namun dapat dihindari dengan pemeliharaan yang tepat. Bila akumulasi

kelembaban terjadi, dapat dihilangkan dengan mengibaskan dengan kuat

kemudian menyeka tali dengan kain yang dapat menyerap air.

Yang harus diperhatikan, kekuatan tali polypropylene dipengaruhi oleh

perubahan temperatur seperti ditunjukkan dalam tabel 2.

Tabel 2. Menunjukkan efek perubahan temperatur pada kekuatan tali

polypropylene.

temperatur uji (udara) kekuatan pada temperatur uji

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 40 dari 143

Page 41: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

23 C 100 %

38 C 81 %

52 C 70 %

66 C 61 %

Tabel 2

4.1.3.Tali Serat Alami

Tali serat alami dibuat dari serat tumbuhan seperti manila, rami, kapas, goni dan

batang lenan.

Tabel 3. SWL – single snooter untuk sling yang terbuat dari polypropylene dan

sisal manila.

Metode pemasangan slingSling tanpa ujung (dua bagian)

Nilai Diameter mm

Minimum breaking force KN

Masa per 250 m

gulungan kg

Tarikan lurus

Back hitched pada

beban bundar

Back hitched pada beban

persegi

SWL - kilogram

Poly Sisal Poly Sisal Poly Sisal Poly sisal Poly Sisal12 18.3 9.34 16.6 26.4 310 150 230 110 160 7016 29.9 17.7 29.4 48.2 500 290 380 220 250 14020 49.8 28.2 45.7 69.7 830 460 620 350 420 230

24 69.7 39.8 66.0 99.9116

0660 870 490 580 330

28 94.6 53.1 90.6 135158

0880 190 660 790 440

FAKTOR BEBAN

1.0 0.75 0.5

Catatan :

(a) Nilai Ultimate Tesion Strength (UTS) berasal dari standar Australia No. AS

1504-1971, faktor beban dari AS 1380-1971.

(b) Beban yang aman dapat dipergunakan pada tali yang baru atau tali yang

sudah dipakai. Untuk tali yang digunakan tapi dalam kondisi baik beban

dikurangi 25 %.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 41 dari 143

Page 42: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(c) Jangan menggunakan tali yang hanya dalam kondisi biasa saja atau dengan

kata lain tali bekas pakai untuk kerja angkat.

(d) Bila tali harus disimpulkan, gunakanlah nilai beban dalam kolom back

hitched pada beban persegi.

(e) Beban aman untuk tali sintetis yang teridentifikasi dengan positif atau

kawat pijar poliamid dan polyester dapat ditingkatkan 2 kali diatas nilai

untuk tali sisal.

(f) Aturan yang perlu diingat – untuk mendapatkan rata-rata beban aman tali

fiber (dalam kilogram) adalah kuadrat Diameter tali.

Misal. tali dengan Diameter 20 milimeter. Beban aman 20 x 20 = 400 kg.

TABEL 4.  SWL – sling tak berujung yang terbuat dari polypropylene (poly) dan

sisal manila

Metode slinging

Sling tanpa ujung (dua bagian)

Nilai Diameter mm

Minimum breaking force KN

Masa per 250 m

gulungan kg

Tarikan lurus

Back hitched pada

beban bundar

Back hitced pada beban

persegi

SWL - kilogram

Poly Sisal Poly Sisal Poly Sisal Poly sisal Poly Sisal12 18.3 9.34 16.6 26.4 310 150 230 110 160 7016 29.9 17.7 29.4 48.2 500 290 380 220 250 14020 49.8 28.2 45.7 69.7 830 460 620 350 420 230

24 69.7 39.8 66.0 99.9116

0660 870 490 580 330

28 94.6 53.1 90.6 135158

0880 190 660 790 440

FAKTOR BEBAN

1.0 0.75 0.5

Tabel 4

Catatan :

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 42 dari 143

Page 43: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(a) Nilai UTS minimal berasal dari standar Australia No. AS 1504-1971, faktor

beban dari AS 1380-1971.

(b) Beban yang aman dapat dipergunakan pada tali yang baru atau nampak

baru, untuk tali yang digunakan tapi dalam kondisi baik beban dikurangi 25

persen.

(c) Jangan menggunakan tali yang hanya dalam kondisi biasa saja atau dengan

kata lain tali bekas pakai untuk kerja angkat.

(d) Bila tali harus disimpulkan, gunakanlah nilai beban dalam kolom back

hitched pada beban persegi.

(e) Beban aman untuk tali sintetis yang teridentifikasi dengan positif atau

kawat pijar poliamid dan polyester dapat ditingkatkan 2 kali diatas nilai

untuk tali sisal.

4.1.4.Perawatan Tali

Kekusutan tali harus benar-benar dihindari karena dapat menyebabkan

kerusakan yang tersembunyi yang akan mengakibatkan kegagalan ketika tali

dalam kondisi tegang. Ini adalah satu alasan mengapa tali yang tampaknya

dalam kondisi baik, ketika digunakan untuk mengangkat beban yang masih di

dalam batas faktor amannya, tiba-tiba putus. Ketika tali basah, kekusutan lebih

mudah terjadi, karena pengembangan serat dan konsekuensi dari pemendekkan

pilinan.

Perlu diperhatikan :

(a) Tali baru harus dijaga pada saat diurai jangan sampai terjadi kekusutan.

(b) Jika tali menjadi kusut, jangan mencoba menghilangkan kekusutan dengan

cara menarik tali.

(c) Tali harus disimpan dalam tempat yang kering dimana tali tidak berada

pada suhu yang tinggi dan udara dapat bersirkulasi melalui gulungan.

Ketika menyimpan tali dalam truk atau kotak, jangan sampai tali terkena

benda tajam.

(d) Jika tali benar-benar menjadi basah, harus dikeringkan sebelum digunakan.

Penurunan mutu akan cepat terjadi, jika tali penuh dengan air dan tidak

dikeringkan sebagaimana mestinya.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 43 dari 143

Page 44: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(e) Tali harus dicuci jika terdapat lumpur atau telah mengandung banyak

kotoran.

(f) Tali sebaiknya tidak disimpan berdekatan dengan tempat penyimpanan

baterai karena uap asamnya berbahaya, atau bahan lainnya seperti soda

api, cat, dan uap.

(g) Ketika anyaman tali menjadi berjumbai, tali harus diganti. Pemeriksaan

kadang-kadang perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi dari serat (lihat

dibawah). Pita, senar atau marlin tidak boleh digunakan untuk memperbaiki

kerusakan. Untuk menghindari ujung tali menjumbai, perlu dilakukan anyam

balik.

4.1.5.Pengaruh Hentakan Pada Tali

Hentakan sebaiknya dihindari karena beban hentakan lebih besar beberapa kali

dibandingkan dengan beban yang sama jika dikenakan secara bertahap. Beban

dari masing-masing tali sling akan lebih besar dari beban jika sudut yang

terbentuk antara sling dan beban kurang dari 30º.

Untuk memudahkan menentukan SWL tali dapat dipergunakan rumus sbb :

10 newton = 1 kilogram

10 KN = 1 ton

Berat dari satu kilogram massa adalah 9,8 newton dan pada prakteknya besar ini

dianggap menjadi 10 newton. Jika massa dari konduktor dinyatakan dalam

kilogram nilai ini harus dikalikan dengan 10 untuk merubahnya menjadi berat,

atau gaya karena gravitasi dinyatakan dalam newton. Sebaliknya jika gaya

dikalkulasikan dalam newton nilai ini harus dibagi dengan 10 untuk memberikan

SWL dari tali atau peralatan lainnya dan dinyatakan dalam kilogram.

Oleh karena itu, jika sudut menjadi tajam, maka beban yang akan diangkat pada

sling bertambah. Perlu untuk selalu menjaga sudut sling diatas 30º jika

mengangkat beban yang mendekati batas angkat sling.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 44 dari 143

Page 45: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

4.1.6.Teknik Tali Temali

Beberapa istilah yang digunakan pada tali yang memerlukan penjelasan :

(a) Simpul dibentuk dengan memutar tali itu sendiri, atau dengan menguraikan

anyaman pada setiap ujung dan menyusunnya bersama seperti mata

ayam.

(b) Ikatan adalah cara mengencangkan atau mengikatkan tali pada tower.

Jika simpul bersifat permanen, bengkokan dan penambatan dapat dilepaskan

seketika dengan menarik tali dari arah yang berlawanan dengan ikatan.

Merupakan hal yang penting untuk mempunyai pengetahuan yang mendalam

mengenai simpul-simpul, penggunaannya dan bagaimana pemakaiannya. Hal ini

hanya akan didapat dengan praktek, oleh karena itu perlu untuk melakukan

praktek mengikat simpul bila ada kesempatan. Dengan melakukan ini, pekerja

akan menjadi terbiasa.

4.1.7.Kekuatan Simpul

Simpul pada tali polypropylene memiliki kekuatan yang berbeda dengan ikatan

pada tali jenis rami karena permukaan gel yang terdapat pada tali tersebut.

Berikut ini dijelaskan penggunaan tali polypropylene.

Macam simpul :

(a) Simpul gabungan (kekuatan 50 % dari UTS)

(i) Simpul reef

(ii) Simpul fisherman

(b) Simpul tambahan (kekuatan 70 % dari UTS)

(i) Simpul sheet

(ii) Simpul bowline

(iii) Simpul clove hitch

Kekuatan tali yang berkurang pada simpul tidak berdasarkan jumlah simpul pada

suatu tali, contohnya jika suatu beban dipikul oleh dua buah tali dengan ukuran

yang sama menggunakan simpul reef knot dan diujungnya pada salah satu

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 45 dari 143

Page 46: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

sisinya menggunakan eye splice dan ujung lainnya dengan simpul bowline, maka

kekuatan susunan itu adalah kekuatan simpul reef knot yaitu 50% dari kekuatan

tali tersebut.

Contoh-contoh simpul :

(a) Simpul overhand (Overhand knot)

Ini adalah bentuk simpul buatan yang paling sederhana

dan merupakan bagian dari berbagai macam simpul. Simpul ini sering

digunakan sebagai simpul mati untuk menghindari tali lepas (slip) dari

block.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 46 dari 143

Page 47: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(b) Simpul Granny (Granny knot)

Ini adalah simpul kurang kuat karena simpul

ini mempunyai sifat slip jika diberikan kekuatan/gaya padanya.

(c) Simpul Reef (Reef knot)

Ini adalah simpul yang paling biasa digunakan. Simpul ini tetap datar dan

tidak akan lepas asalkan tetap kering. Faktor utama dalam mengikat simpul

ini adalah dengan melihat bahwa dua tali pada masing-masing sisinya saling

melewati putaran pada sisi yang sama, jika tidak maka simpul granny yang

akan terbentuk.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 47 dari 143

Page 48: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(d) Single sheet bend

Simpul ini

digunakan untuk menyatukan tali yang

mempunyai ukuran sama dan tidak sama

(berbeda). Simpul ini terbentuk dengan

membuat putaran pada satu tali dan tali lain

melewati ujung dari putaran tali tersebut

keatas dengan melingkarinya dan kembali

melewati bagian bawah dari tali itu sendiri.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 48 dari 143

Page 49: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(e) Double sheet bend

Simpul ini juga digunakan untuk menyatukan

tali-tali dengan ukuran yang tidak sama, terutama jika tali-tali tersebut baru

atau basah.

(f) Slip knot

Simpul ini adalah bentuk sederhana dari reef knot,

dengan satu ujung simpul memutar ke belakang dan ditarik dengan

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 49 dari 143

Page 50: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

mengencangkan tali. Simpul dapat lepas dengan menarik bagian ujung yang

tetap.

(g) Fisherman’s knot

Simpul ini dibuat dengan meletakkan ujung

dari dua tali saling bersebelahan dan dengan arah yang berlawanan diikat

dengan simpul overhand tunggal melingkari masing-masing tali dengan

ujung yang lain. Ketika gaya diberikan, dua simpul tersebut akan merapat

pada masing-masing tali dan dapat lepas dengan menarik bagian-bagian

ujungnya. Simpul ini dapat digunakan untuk menyatukan tali yang

mempunyai diameter berbeda.

(h) Bowline

Simpul ini digunakan untuk membentuk putaran yang tidak akan lepas

ketika tali diberi beban dan simpul juga dapat dibuka dengan mudah.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 50 dari 143

Page 51: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(i) Running bowline

Simpul ini dapat digunakan ketika hand line diikat melingkari sebuah objek,

contohnya seperti pada pohon. Ini adalah simpul yang paling umum dan

baik sekali untuk simpul sementara.

(j) Bowline on a bight

Simpul ini digunakan untuk membentuk sebuah putaran ditengah sebuah

tali, karenanya tali digandakan. Simpul ini dibuat dengan cara yang sama

dengan simpul bowline. Lingkaran yang terbentuk dengan simpul ini tidak

akan lepas .

(k) Clove hitch

Metode 1

Metode 2

Jika simpul clove hitch dapat dibentuk terlebih dahulu dan dapat dilewati

objek, metode no.1 sebaiknya digunakan, sedangkan jika simpul tidak dapat

dibentuk terlebih dahulu, metode 2 yang dipakai. Ikatan ini digunakan untuk

mengikatkan ujung tali pada objek dengan tarikan dari sebelah kanan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 51 dari 143

Page 52: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(l) Timber hitch

Simpul ini dapat kendur dengan mudah ketika tali

dikendurkan tetapi simpul tidak akan lepas dalam tarikan stabil. Namun, jika

simpul mendapat hentakan atau tali mungkin terpuntir ketika menaikkan

suatu benda, sebuah simpul half hitch harus digunakan sebagai tambahan

simpul timber hitch. Bila tidak, simpul timber hitch akan terlepas ketika

mengalami puntiran.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 52 dari 143

Page 53: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(m) Simpul Buntline atau becket hitch

Simpul ini digunakan untuk mengikat ujung rope block

ke becket. Ini adalah simpul yang sangat mudah yang tidak dapat dilepaskan

seperti halnya half hitches. Ujung simpul sebaiknya diikat/dimasukkan kembali

ke simpul.

(n) Simpul akhir atau end splice

Perawatan tali adalah hal penting, untuk mengetahui bagaimana

penyelesaian yang rapih dari ujung tali, untuk menghindari tali menjadi

terurai dan kemungkinan terpisah/bercerai berai. Satu Metode yang

digunakan untuk menyelesaikan ujung tali adalah menggunakan simpul

akhir.

Prosedur untuk tali yang terdiri dari 3 anyaman adalah sebagai berikut :

(i) Uraikan sekitar 3 inci tali dan masing-masing ujung tali dan putar

kearah bawah untuk membentuk putaran (loop) diatas dan biarkan

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 53 dari 143

Page 54: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

ujung masing-masing tali melalui putaran tali berikutnya. Tarik tali ini

hingga benar-benar kencang. Bentuk-bentuk ini dikenal sebagai

mahkota dan sekali lagi mesti disempurnakan, yang harus dilakukan

adalah menyilangkan tiga helai anyaman dengan anyaman tali yang

diam, satu anyaman kebawah dan satu anyaman lainnya keatas.

Masing-masing benang ditarik dan diletakkan melalui bagian yang

paling bawah, dimana masing-masing benang dapat berada diatas dan

dibawah benang lainnya hingga sambungan disempurnakan.

(ii) Ikatan terakhir dapat diselesaikan dengan menggulung sambungan

yang telah disempurnakan.

4.2. Rope block

Dalam PDKB, konduktor sering diangkat dengan menggunakan rope block. Dalam

penggunaannya, rope block langsung digunakan pada konduktor atau dapat

dirangkai dengan hotstick. Rope block ini dapat pula digunakan secara tidak

langsung dengan menggunakan strain link stick yang terhubung dengan

konduktor.

4.2.1.Jenis Rope block

Ada 4 tipe rope block yang digunakan dan digambarkan dengan jumlah tali yang

terdapat dalam masing-masing kotak rope block. Sebagai contoh, sebuah rope

block berukuran 3 x 2 mempunyai 3 tali pada satu kotak rope block, dan 2 tali

pada kotak rope block lainnya.

Daftar-daftar rope block :

Tipe

Rope

block

Jumlah

Tali

Keuntungan

Mekanik

Panjang

Tali

2 x 1 3 2,27 30 m

2 x 2 4 2,86 40 m

3 x 2 5 3,33 45 m

3 x 3 6 3,70 50 m

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 54 dari 143

Page 55: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Seorang Pelaksana/pekerja PDKB dengan ukuran rata-rata dapat menarik kira-

kira 380 N. Cara perhitungan beban maksimum yang dapat dipikul diperoleh

dengan mengalikan 380 N dengan keuntungan mekanik tipe rope block. Sebagai

contoh pelaksana yang menggunakan tipe rope block 3x3 dapat menarik beban

hingga 380 N x 3,70 = 1406 N atau setara dengan beban 143,5 kg.

Ketika rope block disimpan dalam kendaraan atau agar siap digunakan untuk

mengirim beban diatasnya, untuk menghindari terbentuknya simpul sebaiknya

mengikuti hal-hal sebagai berikut :

(a) Buat sebuah simpul half hitch disekitar block, lalu buat gulungan searah

jarum jam sampai seluruh tali selesai terlingkari.

(b) Membuat beberapa lilitan mengitari gulungan dengan block terdapat pada

ujung gulungan.

(c) Menarik ujung tali tadi melalui salah satu dari ujung gulungan dan posisikan

melingkari gulungan.

(d) Menyelesaikan ikatan dengan mengencangkan ikatan.

4.2.2.Penggunaan Rope Block

Jangan memberikan beban terlalu berat kepada rope block atau menghentaknya.

Jika sebuah rope block tampaknya sulit digunakan, hentikan pekerjaan dan

periksa bahwa rope block atau perlengkapan lainnya yang berhubungan tidak

macet atau rusak.

Rope block dengan tali yang terpilin tidak akan berjalan dengan mulus. Putar

block sesuai kebutuhan untuk menghilangkan pilinan.

Yakinkan bahwa sudut yang terbentuk dari tali utama tidak berlebihan sehingga

tali tidak rusak.

Selalu periksa bahwa block dengan tali utama dari rope block adalah paling dekat

dengan titik pemasangan pada tower atau struktur sehingga sudut yang baik

dapat terpenuhi.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 55 dari 143

Page 56: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

4.3. Peralatan Hot Line

4.3.1.Penjelasan Umum

Penggunaan hot stick untuk pemeliharaan saluran bertegangan telah dilakukan

sejak tahun 1913. Peralatan ini awalnya diproduksi secara handmade, kasar,

kaku dan sulit digunakan. Sejak pertama kali dibuat, secara bertahap

dikembangkan dan sekarang mencapai tahap dimana hot stick terbuat dari

plastik fiber glass yang diperkuat (FRP) yang mempunyai resistansi terhadap

kelembaban yang tinggi, lebih padat, dan lebih tinggi resistensinya terhadap

abrasi dan bahan-bahan yang mudah larut dibandingkan dari bahan kayu seperti

yang dahulu digunakan. Selain itu, stick ini relatif ringan yang merupakan salah

satu faktor penting pada PDKB sehingga kelelahan dapat dijaga tetap minimum.

Fitting dan peralatan yang digunakan di ujung stick isolasi terbuat dari bahan

aluminium khusus yang memiliki dua keuntungan yaitu ringan dan kuat. Bila

digunakan sesuai batas amannya, bertahun-tahun tidak akan rusak. Tetapi jika

digunakan melebihi batas amannya, maka akan terjadi kerusakan sebagian dan

sebaiknya tidak dilas atau dipatri karena hal ini akan merusak susunan material

didalamnya yang mengakibatkan alat ini menjadi tidak aman.

Diameter (inci) Beban kerja aman (kg) Beban kerja aman (lb)

1 ¼

1 ½

2

1.600

2.900

5.400

3.500

6.500

12.000

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 56 dari 143

Page 57: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

4.3.2.Universal stick

Peralatan ini berfungsi sebagai alat bantu dimana pelaksana/pekerja tidak bisa

menyentuh secara langsung ke daerah yang bertegangan

Asesoris universal stick :

(a) Pin Holder

Untuk penggantian pin dan baut. Kepala baut dipaskan

ke alur dan dikencangkan oleh kerja pegas. Dapat

digunakan untuk baut atau pin yang berdiameter

sampai dengan 5/8 inci.

(b) Cutout Tool

Alat ini berfungsi untuk pekerjaan yang memerlukan

pegangan terhadap suatu benda. Bagiannya yang

berbentuk seperti jari membuat alat ini cocok untuk

pekerjaan semacam ini. Dapat menampung obyek yang

lebarnya 3 ¾ inci. Semua bagian yang menyentuh

porselin ditutupi dengan plastisol.

(c)Ratchet Wrench

Dengan penggerak ½ inci persegi, ratchet wrench

digunakan untuk mengencangkan baut pada

perlengkapan transmisi.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 57 dari 143

Page 58: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(d) Chuck Blank

Chuck blank dapat digunakan untuk beramacam-

macam aplikasi, seperti menyisipkan obeng, gergaji,

dll. Mur kupu-kupu berfungsi

mengencangkan/mengunci peralatan yang dipasang.

(e) Snapout Cotter Key Remover

Seperti kerja palu, alat ini sangat berguna untuk

mencabut pen isolator. Lepaskan pegas kompresi

dengan hentakan yang cepat.

(f) Snapout Disconnect

Snapout disconnect berfungsi seperti hentakan palu.

(g) Locating Pin

Digunakan sebagai pin pembantu dalam meluruskan

dengan lubang baut, sebagai alat bantu untuk

penyisipan baut dan pin.

(h) Folding Rule

Bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Alat ini

kusus untuk mendapatkan pengukuran dekat dengan

konduktor bertegangan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 58 dari 143

Page 59: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(i) Cotter Key Installing Tool

Digunakan untuk memasang pin isolator yang diluar

jangkauan pekerja atau berdekatan dengan saluran

bertegangan. Rahang Penjepit berpegas memegang

pin tersebut untuk mempermudah pemasangan.

(j) Cotter Key Pusher

Untuk kopeling dengan ball dan socket isolator. Ujung

yang lurus dari peralatan dapat masuk ke dalam soket

yang terbuka untuk mendorong pen keluar. Ujung

yang melengkung mendorong pen kembali ke

posisinya.

(k) Hack Saw

Dapat digunakan pada berbagai sudut dimana gergaji

logam diperlukan dekat dengan konduktor

bertegangan.

(l) Screw Driver

Berfungsi seperti obeng pada umumnya.

(m) Clear Vision Mirror

Digunakan untuk melihat bagian - bagian yang

terhalang.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 59 dari 143

Page 60: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(n) Shepherd Hook

Pengait yang digunakan untuk membantu mendorong,

menahan, mengait dan mengangkat string isolator.

Terbuat dari aluminium campuran.

(o) Flexible Wrench Head

Digunakan bersamaan dengan kunci soket standar

dan dapat digunakan secara fleksibel pada berbagai

sudut.

(p) Adjustable Insulator Forks

Berfungsi untuk memegang isolator berukuran 9 inci

dan 10 inci. Rahang fiber membuka dan menutup

dengan cara memutar sekrup.

(q) Spiral disconnect

Digunakan untuk menarik dan mengendalikan

tambang.

(r) All-Purpose Cotter Key Tool

Untuk menarik dan mengganti pin. Kususnya digunakan pada pin

klevis dan ball-socket isolator. Pemakaian yang mudah karena

bentuk slotnya dan mata pin yang dinaikkan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 60 dari 143

Page 61: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(s) Universal adapter

Jika dua universal stick digabungkan, maka alat

tersebut dapat diatur pada sudut manapun. Berguna

untuk pemakaian pada lokasi yang sempit. Dapat

digunakan juga dengan aksesoris.

(t) Hammer

Digunakan untuk berbagai kebutuhan pada konduktor

bertegangan, seperti menggeser suspension klem dan

bagian perangkat keras lainnya yang memerlukan

pukulan kuat.

(u) Cotter Key Puller

Digunakan untuk menarik pin yang terdapat pada

socket isolator.

(v) Clevis Pin Installer

Digunakan untuk memasang pen pada isolator.

(w) Cotter Key Holder

Digunakan untuk memasang pin kedalam pen klevis.

Alat ini akan memegang pin dengan kuat, tetapi

mudah dilepaskan jika pin sudah terpasang.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 61 dari 143

Page 62: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(x) Cotter Key Tool

Digunakan untuk mendorong pen isolator.

(y) Knocker

Digunakan untuk menambah efek pukulan pada saat

memasukkan pen isolator yang digabungkan dengan

peralatan lain pada ujungnya.

(z) All-Angle Pliers

Digunakan sebagai alat pemegang untuk menahan

kepala baut agar tidak terlepas, juga digunakan untuk

mengatur arching horn dll.

(aa) Ball Socket Adjuster

Berguna dalam mengendalikan Socket clevis dan isolator bagian ball-socket.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 62 dari 143

Page 63: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

4.3.3.Dead End Tools

(a) Two-Pole Strain Carriers

Two-pole strain carriers berfungsi untuk mengambil alih tarikan konduktor

dalam proses penggantian isolator pada tower tension. Biasanya digunakan

pada isolator single string, tetapi dapat juga digunakan pada isolator double

string sepanjang asesoris pada tower memenuhi syarat untuk pemasangan

peralatan.

Yoke dibuat dari plat aluminium yang berkekuatan tinggi dan terdapat

rantai yang digunakan untuk memasang yoke pada tower.

Kekuatan kerja (nominal) untuk masing-masing Two-pole strain carriers

adalah 15,000 lb.

Two-pole strain carriers asesoris :

(i) Two-Pole Yokes

Two-Pole Yokes terbuat dari plat aluminium dengan (ketebalan l ¾ “

dan 1”) yang berkekuatan tinggi. Alat ini mempunyai lebar 26” diukur

dari titik tengah lubang tempat strain pole. Beban kerja maksimumnya

adalah 15.000 pon (6,8 ton). Dead end socket dari two pole yoke dapat

diganti sesuai dengan ukuran link.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 63 dari 143

Page 64: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(ii) Deadend Compression Yoke Assembly

Digunakan dengan buah strain pole dan dipasang pada posisi cold end

dengan cara menjepit link isolator. Rangka terbuat dari aluminium

yang dipanaskan. Apabila digunakan dengan strain pole yang dapat

disesuaikan berukuran 2”, dan mempunyai beban kerja sebesar 11.000

pon (5 ton).

(iii) Take-Up Trunnions

Alat ini digunakan untuk mengambil alih tarikan beban konduktor dan

digunakan bersamaan dengan strain jack yang dipasang pada

adjustable strain pole atau clevis strain pole. Beban kerja maksimum

alat ini disesuaikan dengan beban kerja yoke dan strain pole.

Ada 2 jenis take-up trunnions, yaitu :

Take up Trunnion (kecil)

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 64 dari 143

Alat ini digunakan untuk memposisikan ujung

hot stick bagian cold dan memasangnya

dalam cold end yoke. Alat ini juga dapat

dipasang pada tower pada pekerjaan

penggantian isolator suspension

Page 65: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Take up trunnion (besar)

(iv) Rachet Wrench

Kunci Ratchet dapat diatur penggunaannya untuk menarik dan

mengulur trunnion pada strain jack.

(b) Adjustable Strain pole

Adjus

table strain pole panjangnya dapat digunakan sesuai kebutuhan, dengan

mengatur posisi pole clamp yang khusus.

Dimensi adjustable strain pole

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 65 dari 143

Trunion ini hanya cocok untuk Strain

crossarm yoke –tipe B. Mempunyai 2 pin yang

besar sehingga memungkinkan dipasang

pada yoke dengan tepat.

Page 66: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Diameter

(mm)

Panjang

(m)

Panjang antara

yoke (m)

Total take-

up maks

(mm)

Panjang total

(M)Min Maks

50 2,44 0,965 2,565 300 2,87

50 3,05 1,575 3,175 300 3,48

50 4,58 3,100 4,700 300 5,0

(c) Adjustable pole clamps

Adjustable pole clamp diperlukan untuk memasang adjustable

strain pole pada hot end yoke dalam pekerjaan penggantian isolator

tension.

Cara pengoperasian :

(i) Tentukan panjang adjustable strain pole sesuai kebutuhan.

(ii) Lepas kunci pada adjustable pole clamp dan pasanglah pada

adjustable strain pole.

(iii) Letakkan adjustable pole clamp di antara 2 pin stainless steel sesuai

panjang yang dibutuhkan.

(iv) Putar kunci adjustable pole clamp.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 66 dari 143

Page 67: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(v) Periksa adjustable pole clamp apakah telah terkunci dengan aman

pada hot stick.

4.3.4.Suspension Insulator Tools

(a) Boom Support Pole

Boom support pada umumnya terdiri dari trolley pole atau wire tong yang

dipasang sebagai tripod untuk menopang berat cargo boom. Peralatan ini

dipasang pada tower menggunakan tower saddle dan diberi pole clamp

tambahan pada tiap-tiap pole agar tidak terjadi slip akibat memikul beban

yang berat.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 67 dari 143

Page 68: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(b) Clevis-Eye Strain pole

Strain pole ini dapat digunakan pada berbagai model yoke plate.

Beban kerja strain pole adalah 12.000 pounds.

(c) Spiral link stick

Spiral link stick dipakai sebagai pengganti strain link stick pada jenis

pekerjaan dan tempat yang sama, dimana pekerja PDKB tidak dapat

memasang strain link stick secara aman (jarak minimum tidak terpenuhi).

Eye pada ujung stick memungkinkan pekerja saluran untuk memasang

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 68 dari 143

Page 69: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

strain link stick ke konduktor dengan bantuan hot stick. Spiral link stick

terbuat dari Epoksiglas 1 1/4 “.

Ujung spiral link stick bagian depan dan belakang terbuat dari aluminium

campuran, pengait spiral dan eye ujung stick terbuat dari baja galvanis.

(d) Strain link stick

Pada tower dead end dan sudut, strain link stick digunakan sebagai isolasi

antara rope block dan came-a long.

Pada beban konduktor dengan span panjang, lebih aman wire tong

digunakan bersamaan dengan strain link stick. Pemasangannya pada

konduktor harus berdekatan.

Strain link stick berfungsi untuk menopang beban konduktor pada tower

selama penggantian isolator.

Hook dan eye terbuat dari aluminium campuran dengan rasio terbaik

sehingga didapatkan kekuatan tertinggi dengan berat yang ringan. Eye

pada ujung stick yang digunakan untuk mengaitkan rope block atau

handline ditempa dari baja berkualitas tinggi. Swivel berputar secara bebas

pada bearing. Hook strain link stick berbentuk bulat untuk mencegah

kerusakan pada konduktor.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 69 dari 143

Page 70: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(e) Hot End Suspension Yoke

Ada

2 macam hot end yoke, yaitu :

(i) Digunakan dengan adjustable strain pole

(ii) Digunakan dengan clevis strain pole.

Kedua yoke ini dibuat dari plat aluminium yang berkekuatan tinggi. Dengan

beban kerja aman 15.000 pound (6,8 ton). Yoke ini mempunyai dua pegas

pengunci yang akan mengunci strain pole pada posisinya.

Yoke ini dilengkapi dengan saddle swivel yang dapat berputar 360 0 dan

dapat dipasang pada berbagai macam suspension yoke plate hingga

ketebalan 1 inci.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 70 dari 143

Page 71: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(f) Tower Yokes H-Frame Yoke

Yoke ini dipasang pada crossarm berfungsi sebagai titik tumpu konduktor

ketika isolator dilepas. Alat ini dapat digunakan dengan atau tanpa kaki

sesuai bentuk besi sikunya. Ketika kakinya digunakan, dapat diatur

sedemikian rupa agar dapat dipasang pada berbagai macam siku. Dan

apabila diperlukan bolt clevisnya diikat pada tower untuk menahan yoke

pada tempatnya.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 71 dari 143

Page 72: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

4.3.5.Insulator Craddle

Ada 3 (tiga) tipe Isolator craddle yang tersedia untuk berbagai pekerjaan

penggantian Isolator, yaitu :

(a) Transmission craddle

Umumnya digunakan pada tegangan 69 kV

sampai dengan 115 kV, yang ditopang oleh

sepasang wire tong atau ditarik oleh strain

link stick.

(b) EHV through-design craddle

Alat ini digunakan untuk memposisikan

isolator ke posisi vertikal pada

penggantian konfigurasi isolator v-string

pada tegangan 345 kV dan 500 kV.

(c) EHV side-opening craddle

Alat ini digunakan pada tower tension untuk mengganti satu string

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 72 dari 143

Page 73: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

isolator pada jenis isolator dua string atau empat string.

Insulator craddle terdiri dari berbagai peralatan antara lain :

(i) Blank pole (iv) Center brace pole

(ii) Ridge pole (v) J-craddle

(iii) Brace pole (vi) Alat pendukung yang lain.

Insulator craddle digunakan untuk menyangga string isolator yang

rusak atau akan diganti.

Insulator craddle digantung dengan live line rope yang dipasang pada

boom assembly. Untuk beban yang berat boom assembly harus

diperkuat dengan skor tambahan berupa webbing sling yang

dikombinasikan dengan strap hoist/chain hoist untuk mengimbangi

beban dari isolator pada craddle.

4.3.6.150 kV and 500 kV assembled ladder and support

(a) Ladder Assembly and Support

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 73 dari 143

Page 74: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

No Nama Peralatan Ukuran

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Ladder clamp

Swivel stick

Spreader Bar

Rope block

Ladder Support Assembly

Ladder

2,5”

1,5” x 10’

14’

Peralatan ini dapat digunakan pada struktur tower dan dapat dipasang

secara vertikal maupun horizontal. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

pemasangan ladder assembly sebagai berikut :

(i) Ketika menaikkan tangga dari posisi vertikal ke posisi horisontal selalu

kurangi tekanan pada rakitan penopang tangga dengan mendorong

(atau menarik) tangga keluar dari bodi tower pada awal gerakan

vertikal.

(ii) Pasang tali pengaman pada anak tangga ke tower untuk

mengamankan tangga.

(iii) Posisi pemasangan rope block pada tangga harus lebih dari ½ dari

panjang tangga yang digunakan.

(iv) Bila menggunakan ladder splice maka harus menggunakan dua rope

block yang dipasang pada ujung dan tengah tangga.

(b) Swivel Stick

Swivel stick digunakan dalam pemasangan ladder sebagai penopang berat

tangga. Swivel stick mempunyai panjang yang berbeda-beda sesuai dengan

penggunaannya, yaitu :

No. Catalog UkuranE402-0141

T402-0899

T402-0900

12,5 feet

6 feet

8 feet

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 74 dari 143

Page 75: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

T402-0901 10 feet

(c) Adjustable Ladder Hook Peralatan ini dapat dipasang pada ladder agar

dapat diposisikan sesuai kebutuhan, atau untuk

digunakan sebagai pengait ladder sementara.

Adjustable ladder hook dapat disesuaikan dan

mudah dipasang pada satu pekerjaan dengan

cepat.

Ladder hook terbuat dari baja, berdiameter 25

mm, dilengkapi dengan rantai dan pengunci.

Berat adjustable ladder hook 453 kg.

4.3.7.Boom Assembly

(a) Swivel boom assembly

Peralatan ini digunakan untuk mengangkat isolator pada craddle untuk

mendapatkan posisi yang aman.

Strap hoist/chain hoist disambung searah craddle berfungsi untuk

mengangkat dan mengendalikan craddle.

Swivel boom medium duty

assembly

Swivel boom heavy duty

assembly

Ø 7,6 cm 8 cm

SWL 227 kg 454 kg

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 75 dari 143

Page 76: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Gambar Boom assembly

No Nama Peralatan Ukuran

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Heavy duty swivel boom

Mast pole

Trolley pole

Strain link stick

Chain hoist

Mast yoke

Pole clamps

Webbing sling

Boom base

Tower saddle

Boom clamp

Snatch block

10 cm x 10 cm x 5 m

8 cm x 2,5 m

6 cm x 3,6 m

4 cm x 3 m

1 ½ Ton

6 cm

1 inci x 6 feet

10 cm x 10 cm

2500 lbs

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 76 dari 143

Page 77: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(b) Tower saddleTower saddle digunakan untuk menopang wire

tong atau mast pole pada tower. Tower saddle

dipasang pada besi tower dengan 4 (empat)

buah mur baut bersayap.

(c) Wire tong

Wire tong mempunyai banyak fungsi di antaranya untuk mengangkat,

memegang, dan menjauhkan konduktor bertegangan, untuk menopang

posisi mast-boom, atau untuk menahan tangga.

Wire tong dibuat dari bahan Epoksiglas dan fitting logam dibuat dari bahan

aluminium campuran yang dipisahkan dengan cincin perunggu.

Rahang wire tong dapat dipasang rapat pada konduktor dengan memutar

stick dari posisi yang aman (dalam jarak aman). Kepala yang besar tersedia

dalam dua ukuran dimana konduktor yang sangat besar dapat dijepit.

4.3.8.Peralatan pendukung

(a)Karabiner

Pemilihan karabiner, baik kekuatan maupun

ukurannya harus diperhatikan pada saat

penggunaan. Karabiner umumnya mempunyai

SWL 1000 kg .

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 77 dari 143

Page 78: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(b) Shackle

Alat penyangga kecil yang terbuat dari baja

stainless mempunyai 8000 kg UTS.

Direkomendasikan bahwa alat penyangga

mempunyai 2,000 kg SWL dengan faktor

keselamatan 4.

(c) Snatch BlockTerdapat batas kecepatan tali pada block

yaitu maksimum 0,5 m/detik untuk

mencegah pemanasan yang berlebihan.

Diameter dasar alur block (sisi terdalam lekukan) harus lebih dari 5 kali

diamater tali, sedangkan kedalaman alur block harus lebih dari 1/3 diameter

tali.

Sebelum digunakan, block harus diuji kekuatan mekanik.

Perhitungan Ukuran Block

Contoh tali 24 mm

Diameter ikatan 5 x 24 = 120 mm (diukur dari dasar alur).

Kedalaman alur 1/3 x 24 = 8 mm.

(d) Static Shunt Static shunt digunakan untuk menghilangkan beda

potensial pada pada proses pelepasan dan

pemasangan isolator baik sisi hot maupun sisi cold.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 78 dari 143

Page 79: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Cara penggunaan static shunt :

(i) Pasang static shunt pada besi siku travers (sisi cold) atau pada

konduktor (sisi hot).

(ii) Pasang rahang shunt pada socket isolator baik sisi cold maupun sisi

hot.

Catatan : “Hanya satu buah static shunt yang boleh dipasang pada waktu yang

sama”.

(e)Webbing sling

Dalam pemasangan webbing sling

tidak boleh melebihi sudut 450. Apabila

webbing sling harus dipasang pada

sudut yang lebar(>450), maka

perhatikan SWL webbing sling apakah

mampu memikul beban pada posisi

tersebut

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 79 dari 143

Page 80: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

WEBBING SLINGS RATED LIFTING CAPACITIES

No. katalogLebar(Inci)

Panjang(Inci)

KAPASITAS MAKSIMUM* (LBS)Tipe

Basket Choker VertikalC417-0133 2” 6’ 6500 2450 3250 Return Eye

(Panjang mata, kira-

kira 4”)C417-0134 1” 3’ 4400 1650 2200 Tak

berujungC417-0135 1” 4’ 4400 1650 2200 Tak

berujungC417-0136 1” 5’ 4400 1650 2200 Tak

berujungC417-0137 1” 6’ 4400 1650 2200 Tak

berujungC417-0138 1” 8’ 4400 1650 2200 Tak

berujungC417-0139 1 ¾ “ 3’ 7900 2975 3950 Tak

berujungC417-0140 1 ¾ “ 4’ 7900 2975 3950 Tak

berujungC417-0141 1 ¾ “ 5’ 7900 2975 3950 Tak

berujungC417-0142 1 ¾ “ 6’ 7900 2975 3950 Tak

berujungC417-0143 1 ¾ “ 8’ 7900 2975 3950 Tak

berujung

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 80 dari 143

Page 81: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

BAB V

PERHITUNGAN BEBAN DAN GAYA

Faktor keselamatan dan beban kerja aman dapat digunakan dengan dua cara,

baik dengan mempertimbangkan beban yang diangkat, atau kekuatan

perlengkapan untuk mengangkat. Hati-hati untuk tidak menambahkan faktor

keselamatan bersama dengan menggunakan beberapa peralatan dengan faktor

keselamatan berbeda.

Contoh : Pertimbangkan situasi ketika orang sedang akses rope ke konduktor.

Berat kira-kira 100 kg. Untuk faktor keselamatan 6 dipersyaratkan

bahwa tali mempunyai minimum 600 kg SWL. Karena reaksi terhadap

snatch block adalah 2 kali beban, maka SWL block minimum adalah

200 kg.

5.1. Berat dan Gaya

Adalah hal yang penting untuk menghitung berbagai berat dan gaya yang terjadi

ketika pelaksanaan pekerjaan dalam keadaan bertegangan. Peralatan dalam

keadaan bertegangan didesain sedemikian rupa. Sehingga SWL nya terpenuhi

(tidak terlampaui). Beberapa konfigurasi kawat mungkin memerlukan perhatian

terhadap gaya yang dibebankan pada peralatan. Gaya ini mungkin menentukan

metode aplikasi. Instruksi kerja biasanya menyebutkan secara spesifik metode

yang digunakan.

Semua pelaksana/pekerja PDKB harus memahami akibat dari gaya ini dan

keterbatasan kemampuan peralatan. Mereka harus dapat menghitung,

menentukan besar gaya yang bekerja. Kerusakan chain hoist biasanya

disebabkan oleh kelemahan rantai/tali.

Sebelum mengganti string isolator, perlu dihitung total beban yang akan

ditopang oleh perlengkapan. Beban ini dihasilkan dari :

(a) Berat konduktor

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 81 dari 143

Page 82: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(b) Efek putaran dari sudut

(c) Berat pelaksana/pekerja

(d) Berat peralatan

(e) Beban yang timbul karena angin

5.2. Perhitungan berat Konduktor

Berikut ini adalah petunjuk untuk menghitung gaya yang bekerja pada pada

tower tension dan suspension.

Secara teori, berat fisik yang ditopang isolator adalah

(a) Berat konduktor

(b) Beban angin yang terjadi pada konduktor

(c) Efek sudut yang dihasilkan dari perubahan arah kawat.

Beban ini harus digandakan jika terdapat dua konduktor yang membentuk

susunan kembar.

Berat total konduktor dapat dihitung dengan mengukur panjang konduktor yang

ditopang tower dan mengalikan panjang ini dengan berat/meter.

Panjang konduktor ini harus diukur dari titik terendah andongan pada gawang

sebelumnya ketitik terendah andongan digawang berikutnya.

Berikut ini merupakan contoh perhitungan satu string isolator pada kawat

transmisi dimana tidak terdapat belokan sudut pada struktur.

Dimana : F = Total gaya vertikal kebawah yang dinyatakan dalam

newton

          L1 & L2 = Panjang horisontal dari span yang berdampingan yang

dinyatakan dalam meter

W   = Massa per meter konduktor

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 82 dari 143

Page 83: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

10   = Faktor yang merupakan percepatan gravitasi pada massa

konduktor

Contoh :

(a) Perhitungan berat satu gawang konduktor zebra ganda pada level tanah

datar.

Berat satu konduktor zebra= 1.621 kg/m

Rumus perhitungan berat satu gawang konduktor zebra :

Berat (kg) = Jarak sb (m) x 1.621 (kg/m) x 2 (konduktor)

Dalam contoh ini, jika jarak (sb) adalah 320 m, maka :

Berat = 320 x 1,621 x 2 = 1037,44 kg

Dalam contoh ini, Berat gawang (gawang) adalah 1037,44 kg.

(b) Perhitungan berat satu gawang konduktor gannet kembar pada daerah

perbukitan

Berat satu konduktor gannet = 1,365 kg/m

Rumus perhitungan berat satu gawang konduktor gannet :

Berat (kg) = Jarak sb (m) x 1,365 (kg/m) x 2 (konduktor)

Dalam contoh ini, jika jarak (sb) adalah 160 m, maka

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 83 dari 143

150 170

Jarak sb

60 100

Jarak sb

Page 84: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Berat = 160 x 1,365 x 2 = 436,8 kg

Dalam contoh ini, Berat gawang adalah 436,8 kg.

Catatan keselamatan : Ketika konduktor terangkat dari struktur, andongan

berkurang pada titik dimana berat secara fisik mulai bertambah.

Pengangkatan yang lama harus di hitung dengan hati-hati.

Tabel Spesifikasi Kawat Penghantar

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 84 dari 143

Page 85: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

5.3. Perhitungan tarikan/sagging pada konduktor

Dalam banyak kasus, akan berguna jika menghitung beban mekanik yang

dibebankan pada peralatan, untuk mengetahui tarikan pada konduktor. Tarikan

adalah gaya yang menarik kekuatan material.

Rumus untuk menghitung tarikan pada konduktor adalah:

Keterangan : Tarikan (T) = Tarikan dalam kilogram

Berat (Weight/W) = Masa konduktor dalam kilogram per meter

Span (S) = Panjang antar struktur dalam meter

Sagging (s) = Tinggi konduktor diukur pada pertengahan

gawang

Contoh : Jika diketahui penghantar dengan konduktor dove, dengan panjang

span 400 m dan sagging 8 m. Tentukan tarikan pada konduktor

tersebut.

Berat (W) = 1,137 kg/m

Gawang (S) = 400 m

Sagging (s) = 8 m

Tarikan (T) =

=

= 2842,5 kg

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 85 dari 143

Page 86: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

5.4. Perhitungan gaya yang bekerja pada tower dead end

Untuk menghitung tarikan pada konduktor, ada dua gaya yang sangat penting

dapat dihitung pada tower dead end, gaya-gaya tersebut adalah :

(a) Tarikan kawat skoor

(b) Gaya vertical kebawah yang bekerja menekan tower ke tanah/bumi

Contoh: Sebuah konduktor dengan tarikan 300 kg dengan tinggi 12 m diatas

tanah, dengan skoor sejauh 6 m dari tower.

Jika tower di skoor secara horisontal, maka tarikan skoor akan sebanding dengan

tarikan konduktor. Tidak akan ada gaya kompresif kearah bawah pada tower,

selain dari berat konduktor. Pada umumnya skoor ini menambah beban vertical

kebawah pada tower.

Perhitungan gaya ini dapat diilustrasikan dengan menggunakan pengaris

millimeter pada gambar berskala.

Bandingkan segitiga yang dibentuk dari garis putus-putus pada Diagram dengan

segitiga yang dibentuk oleh tiang, penopang dan garis tanah.

Terlihat bahwa dasar dari segitiga putus-putus sama dengan dasar segitiga garis

yang solid.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 86 dari 143

12 m13,4 m

300 kg

Skala : 1: 200

6 m

Page 87: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Kita dapat mengasumsikan bahwa 6 meter sama dengan gaya horisontal 300 kg.

300/6 = 50 KG gaya/meter

Gunakan skala ini pada tower : 12 m x 50 kg/m = 600 kg gaya kompresif yang

menekan kebawah pada tower.

5.5. Perhitungan tarikan pada tower tension

Untuk mendapatkan tarikan pada tower tension, harus diketahui panjang gawang

terlebih dahulu. Dengan menghitung segitiga siku-siku.

√(122 + 62) = √(180)

Panjang skoor = √(180) = 13,4 m

Tarikan = 13,4 x 50 = 670 kg

Menggunakan Skala

Metode sederhana menghitung gaya mekanik adalah dengan menggambar

segitiga siku-siku dengan skala untuk menggambarkan permasalahan. Penggaris

dengan skala millimeter digunakan untuk melakukan perhitungan.

Untuk menghitung masalah tarikan pad tower tension yang sama dengan

menggunakan metode ini, gunakan segitiga ABC untuk mewakilkan AB = tarikan

kawat (skoor), AC = jarak antara jangkar dengan dasar tiang. Garis BE

diproyeksikan 10 mm dan mewakili gaya tarikan pada konduktor sebesar 300 kg.

Sebuah garis digambarkan dari E paralel dengan AB hingga ke garis AC sehingga

membentuk segitiga BDE. Segitiga BDE sebangun dengan segitiga ABC dan

mempunyai rasio yang sama.

Dalam Diagram, 10 mm mewakili tarikan konduktor 300 kg. Sehingga 1 mm

mewakili 300/10 atau 30 kg. Dengan melakukan pengukuran, garis BD ditemukan

sebesar 20 mm. Besarnya gaya kompresif yang bekerja pada tower adalah 20 x

30 kg = 600 kg.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 87 dari 143

Page 88: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Dengan melakukan pengukuran, garis DE didapat 22,36 mm. Sehingga tarikan

pada kawat tower tension adalah 22,36 x 30 = 670 kg.

5.6. Perhitungan tarikan pembagi (bisect) pada konduktor

Tarikan pembagi adalah gaya yang ditimbulkan oleh konduktor pada sebuah

sudut dimana gaya tersebut cenderung menarik tower kearah kawat/konduktor,

dengan kata lain, Tarikan pembagi (bisect) merupakan alasan digunakannya

tower sudut. Pada sebuah struktur bersudut, gabungan/kombinasi berat

konduktor dan tarikan pembagi menyebabkan gaya pada peralatan PDKB.

Dalam hal peralatan yang cukup, Total gaya harus ditentukan

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 88 dari 143

Skala : 1: 200

10 mm = 300 kg

A C

D

EB

12 m

22,36 mm

6,0 m

Skala : 1: 500

15 m

15 m

6 m13,75

m

13,75 m

27, 50 m

E

A

CD

B

Page 89: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Untuk menghitung tarikan pembagi pada sebuah konduktor, hitung sepanjang 15

m pada garis AB, dan beri tanda. Ukur 15 m pada garis BC dan beri tanda. Hitung

jarak AC, dan buat titik tengah pada garis ini. Ukur panjang BD.

Perhatikan segitiga ABD, Jarak AB 15 m mewakili 300 kg atau satu meter

mewakili 300/15 = 20 kg.

Gunakan untuk mengukur BD – 6 m, ditemukan ini mewakili 6 x 20 = 120 kg.

Jarak BD berada pada dua segitiga, sehingga hasilnya harus dikalikan dengan 2.

Tarikan pembagi (bisect) didapat 120 x 2 = 240 kg.

5.7. Perhitungan tower sudut

Untuk menentukan sudut ketika terjadi perubahan arah pada saluran transmisi

dan alat ukur tidak tersedia, prosedur ini dapat digunakan.

Gunakan meteran/penggaris, ukur jarak 15 m dari B menuju E pada garis AB dan beri tanda pada

E. Ukur jarak sejauh 15 m dari B menuju D pada garis BC dan beri tanda pada D. Ukur jarak ED dalam

meter, hingga dua angka desimal, dan gunakan tabel dibawah ini

JARAK SUDUT JARAK SUDUT

1,31 m

2,61 m

3,92 m

5o

10o

15o

12,92 m

13,85 m

15,00 m

50o

55o

60o

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 89 dari 143

15 m

15 m

A B E

D CSkala 1 : 500

Page 90: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

5,21 m

6,49 m

7,76 m

9,02 m

10,26 m

11,48 m

20o

25o

30o

35o

40o

45o

16,12 m

17,21 m

18,26 m

19,28 m

20,27 m

21,21 m

65o

70o

75o

80o

85o

90o

Interpolasi diperlukan untuk sudut yang berada ditengah

Cara lain untuk menentukan besar sudut

Aturan metode ibu jari untuk menentukan perubahan arah dari saluran dan

cukup akurat hingga sudut 450, digambarkan dalam diagram berikut ini.

Dengan menggunakan penggaris, ukur BE sepanjang 11 m pada garis BA kearah

luar, dan beri tanda.

Ukur BC sepanjang 11 m. Jarak ED dalam meter x 5 adalah sudut besar dalam

derajat. Pada diagram diatas, jaraknya adalah 7,5 m yang berarti besar sudutnya

37,5 derajat (7,5 x 5)

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 90 dari 143

Skala : 1: 300

11 m

11 m

7,5 m

A B E

CD

Page 91: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

5.8. Penggunaan perhitungan gaya

Adalah penting untuk dapat menghitung gaya yang bekerja pada tower,

penopang dan konduktor pada struktur yang bersudut. Sama pentingnya untuk

dapat menghubungkan gaya-gaya ini pada peralatan yang digunakan pada

pekerjaan PDKB.

Tabel berat konduktor dan jalinan (stranding), dan nilai beban aman pabrikan

untuk hot stick dan fitting logam harus direferensikan. Penting untuk mengetahui

hal-hal yang dikerjakan pada pemindahan konduktor atau konduktor pada suatu

sudut, baik terjadi dibawah maupun Diatas peralatan, tetapi juga, kekuatan

cukup untuk mengerjakan tugas dengan aman.

Contoh berikut menunjukkan metode untuk perhitungan ini :

Anggap pekerjaan adalah mengganti isolator pada tower sudut 40º, dengan

gawang pada sisi 50 m atau 55 m. Anggap bahwa tanahnya datar. Konduktor 4/0

ACSR terdapat pada tower dan dipasang 12,5 m diatas tanah dan mempunyai

andongan 0,76 m pada gawang 55 m. Tarikan bisect akan ditopang oleh

peralatan pada sebuah sisi saluran dan rope block 25 m dari dasar tower.

Masa konduktor = 0,444 kg per m.

Berat konduktor = ((50+55)/2 x (0,433 x2)) = 45,5 kg

Tarikan konduktor = ((0,433 x 55 x 55)/(8 x 0,760)) = 215,4 kg.

Perhitungan Matematika

Tarikan Bisect

Gunakan meteran penanda, kita mendapatkan jarak BD = 5,16 m.

Jarak AB atau BC(15m) mewakili tegangan konduktor 215,4 kg.

Kemudian 1m mewakili 215/15 =14,36 kg/m.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 91 dari 143

Page 92: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Garis BD = 5,16 x 14,36 kg =74 kg.

Karena garis BD terdapat pada 2 segitiga, maka kalikan dengan 2.

Tarikan bisect = 74 kg x 2 = 148 kg tenaga

Tarikan pada sisi Penopang (penopang)

Jarak 1m = 48 kg : 25 m = 5,92 kg per m

Panjang tali Penopang = √ (252 + 12,52) = 27,95 m

Tarikan tali Penopang = 27,95 x 5,92 = 165,5 kg tenaga

165,5 kg = 165,5 x 980665 = 1623 Newtons =163 kN

Metode alternatif (Menggunakan diagram skala)

Menggunakan penggaris skala dan Segitiga siku-siku, buat diagram dibawah

dengan mengambarnya secara tepat terhadap skala untuk mewakili dimensi

struktur yang diketahui. Kemudian gambar segitiga OXY kecil yang proporsional

dan gunakanlah untuk memecahkan masalah dengan cepat:

(a) Tekanan pada tali pengendali

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 92 dari 143

Skala : 1: 150

5,16 m

A B

C

D14,1 m

14,1 m

15 m

15 m

Page 93: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(b) Beban kompresi (vertikal) pada tower dan pada wire tong dan tower saddle

jika alat ini digunakan untuk menyokong naikknya konduktor.

Penyelesaian :

Pada diagram diatas, tarikan 148 kg tenaga diwakili oleh garis OX horisontal

sama dengan panjang aktual 10mm. Melalui X gambar sebuah garis paralel

ke garis Penopang untuk memotong sisi vertikal dari skala segitiga pada

jarak 10 mm = 148 kg gaya dan karena 1 mm = 14,8 kg gaya. Ukur OY

sama dengan 5 mm dan XY sama dengan 11,2 mm. OY mewakili 5 x 14,8

=74 kg tenaga (secara vertikal); dan

(a) XY mewakili tarikan pada tali Pengendali =11,2 x 14,8 =165,8 kg gaya

(b) Beban kompresi pada wire tong = 74 +berat (masa) satu konduktor =

74 + 22,7 = 96,7 kg gaya

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 93 dari 143

O

X

Y

10 m

12,5 m

25 m

Skala 1 : 150

Tali pengendali

Tower

Page 94: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

BAB VI

METODE KERJA PADA SALURAN BERTEGANGAN

Bab ini menyajikan khusus untuk menguraikan metode pekerjaan pemeliharaan

dengan cara PDKB yang meliputi :

(a) Penggantian isolator pada tower Suspension

(b) Penggantian isolator pada tower Tension.

Perentangan Konduktor (mendorong konduktor)

Perentangan konduktor merupakan persyaratan keselamatan yang harus di

lakukan untuk semua pelaksanaan pekerjaan saluran bertegangan agar jarak

aman minimum terpenuhi, dengan tujuan untuk memberikan nilai maksimum

jarak kerja aman antara pekerja dengan konduktor yang bertegangan.

6.1. Metode kerja pada tower suspension 70 kV sampai dengan 150 kV

(metode hot stick)

(a) Metode merentangkan (mendorong) konduktor

(i) Pasang tower saddle ditower sejajar dengan konduktor yang akan

direntangkan (didorong).

(ii) Pasang wire tong pada tower saddle dan ujung penjepitnya pada

konduktor.

(iii) Pasang strap hoist antara tower saddle dengan ujung belakang wire

tong.

(iv) Kencangkan strap hoist sampai wire tong dapat mendorong konduktor

menjauhi tower sehingga jarak aman minimum terpenuhi dan

kencangkan klem tower saddle.

(b)Metode pemasangan spiral link stick dan chain hoist/strap hoist

(i) Pasang webbing sling pada bodi tower.

(ii) Pasang chain hoist/strap hoist pada webbing sling.

(iii) Pasang spiral link stick ke ujung chain hoist/strap hoist.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 94 dari 143

Page 95: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(iv) Kaitkan spiral link stick pada konduktor.

(v) Ambil alih beban berat konduktor dari isolator dengan chain hoist/strap

hoist.

(c)Metode penggantian isolator

(i) Kencangkan chain hoist/strap hoist sampai isolator kendor.

(ii) Lepas pin isolator dari suspension clamp menggunakan universal

stick. Perhatikan konduktor pada span sebelum dan sesudahnya,

kendorkan chain hoist/strap hoist pelan - pelan sampai konduktor

menjauh dari isolator.

(iii) Pasang handline pada isolator.

(iv) Ambil alih berat isolator dengan handline dan lepaskan dari traves.

(v) Turunkan isolator, pastikan handline tetap berada jauh dari konduktor

(handline jangan menyentuh konduktor).

(vi) Naikkan isolator dan pasang pada traves.

(d)Metode pemasangan isolator

(i) Naikkan konduktor dengan chain hoist/strap hoist sampai keujung

isolator (sampai posisi isolator dapat terpasang).

(ii) Hubungkan isolator dengan konduktor menggunakan universal stick.

(iii) Masukkan pin isolator.

(iv) Kendorkan chain hoist/strap hoist sampai beban konduktor di ambil

alih oleh isolator.

(v) Kendorkan strap hoist pada wire tong sampai konduktor kembali pada

posisinya.

(e)Metode pelepasan peralatan

(i) Lepas spiral link stick dari konduktor dan turunkan.

(ii) Lepas chain hoist/strap hoist dan turunkan.

(iii) Lepas wire tong dari konduktor dan turunkan.

(iv) Lepas tower saddle dan turunkan.

(v) Turunkan semua peralatan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 95 dari 143

Page 96: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

6.2. Metode kerja pada tower tension 150 kV (metode barehand)

(a) Metode merentangkan (mendorong) konduktor jumper

(i) Pasang tower saddle pada tower sejajar dengan konduktor jumper

yang akan direntangkan (didorong).

(ii) Pasang wire tong pada tower saddle dan ujung penjepitnya pada

konduktor jumper.

(iii) Dorong konduktor jumper menjauhi tower dengan wire tong dan

kencangkan klem tower saddle.

(b)Metode akses ke konduktor

(i) Naikkan dan pasang tangga isolasi pada posisinya.

(ii) Akses hotman ke konduktor.

(c)Metode pemasangan strain pole

(i) Naikkan dan pasang Comealong pada konduktor.

(ii) Naikkan dan pasang chain hoist pada comealong.

(iii) Naikkan dan pasang strainpole pada traves dan hubungkan dengan

chain hoist.

(iv) Ambil alih tarikan konduktor pada isolator dengan chain hoist.

(d)Metode Penggantian Isolator

(i) Pasang handline pada isolator sisi hot.

(ii) Kencangkan chain hoist sampai isolator kendor.

(iii) Pasang static shunt sisi hot.

(iv) Lepas isolator.

(v) Lepas static shunt, dan posisikan isolator sampai vertikal.

(vi) Pasang handline pada isolator sisi cold.

(vii) Lepas isolator dari traves dan turunkan.

(viii) Naikkan isolator pengganti dan pasang pada traves.

(ix) Balik urutan kerja metode pemasangan isolator.

(e)Metode Pelepasan Peralatan

(i) Lepas strain pole dan turunkan.

(ii) Lepas chain hoist dan turunkan.

(iii) Lepas comealong dan turunkan.

(iv) Hotman kembali ke traves.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 96 dari 143

Page 97: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(v) Turunkan tangga isolasi.

(vi) Turunkan semua peralatan.

6.3. Metode kerja pada tower suspension I – string 500 kV (metode

barehand)

(a) Metode akses ke konduktor

(i) Metode menggunakan tangga isolasi.

(ii) Metode swing dari tower.

(iii) Metode akses rope dari bawah

(b) Metode penggantian isolator

(i) Rangkai strain pole, chain hoist dan hot yoke yang sudah terpasang

suspension clamp.

(ii) Akses hotman ke konduktor.

(iii) Naikkan dan pasang strain pole yang sudah dirangkai.

(iv) Pasang suspension clamp pada konduktor.

(v) Ambil alih beban konduktor dari isolator dengan chain hoist.

(vi) Pasang static shunt pada sisi hot.

(vii) Lepas Isolator sisi hot.

(viii) Lepas static shunt pada sisi hot.

(ix) Pasang static shunt pada sisi cold.

(x) Pasang handline pada isolator sisi cold.

(xi) Lepas isolator sisi cold.

(xii) Lepas static shunt.

(xiii) Turunkan isolator.

(xiv) Naikkan isolator pengganti.

(xv) Balik urutan kerja metode penggantian isolator I – string.

6.4. Metode kerja pada tower suspension V – string 500 kV (metode

barehand)

(c) Metode akses ke konduktor

(i) Metode menggunakan tangga isolasi.

(ii) Metode swing dari tower.

(iii) Metode akses rope dari bawah.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 97 dari 143

Page 98: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(d) Metode penggantian isolator

(i) Rangkai strain pole dengan chain hoist dibawah.

(ii) Naikkan peralatan cold.

(iii) Akses hotman ke konduktor.

(iv) Pasang hot yoke.

(v) Naikkan dan pasang strain pole yang sudah dirangkai dengan chain

hoist.

(vi) Ambil alih beban isolator dengan chain hoist.

(vii) Pasang static shunt pada sisi hot.

(viii) Pasang handline pada isolator sisi hot.

(ix) Lepas isolator.

(x) Lepas static shunt sisi hot.

(xi) Posisikan isolator ke vertikal.

(xii) Pasang handline pada isolator sisi cold.

(xiii) Lepas isolator sisi cold dan turunkan.

(xiv) Naikkan dan pasang isolator pengganti.

(xv) Balik urutan kerja metode penggantian isolator V – string.

6.5. Metode kerja pada tower tension 500 kV (metode barehand)

(a) Metode akses ke konduktor

(i) Metode menggunakan tangga isolator.

(ii) Metode akses rope dari tower.

(b) Metode penggantian isolator

(i) Rangkai J – Craddle dibawah.

(ii) Tempatkan adjustable strain pole pada J – Craddle.

(iii) Rangkai Boom dibawah.

(iv) Naikkan dan pasang Boom pada posisinya.

(v) Akses hotman ke konduktor.

(vi) Naikkan J – Craddle & adjustable strain pole.

(vii) Pasang cold end yoke & hot end yoke pada posisinya.

(viii) Pasang J – Craddle pada isolator.

(ix) Pasang strain pole dan ambil alih beban tarikan isolator.

(x) Pasang static shunt.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 98 dari 143

Page 99: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(xi) Lepas isolator.

(xii) Lepas static shunt.

(xiii) Turunkan J – Craddle beserta isolator.

(xiv) Naikkan isolator pengganti.

(xv) Balik urutan kerja metode penggantian isolator tension.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 99 dari 143

Page 100: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

BAB VII

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

7.1. Bahaya yang ditimbulkan oleh tegangan listrik

Secara umum kita tinjau dahulu bahaya-bahaya yang mungkin dapat ditimbulkan

oleh tegangan atau arus listrik terhadap manusia mulai dari yang ringan sampai

yang paling berat yaitu: terkejut, pingsan atau mati.

Ringan atau berat bahaya yang timbul, tergantung dari faktor-faktor dibawah ini

sebagai berikut :

(a) Tegangan dan kondisi orang terhadap tegangan tersebut.

(b) Besarnya arus yang melewati tubuh manusia

(c) Jenis arus, searah atau bolak-balik

7.1.1.Tegangan listrik

Pada sistem tegangan tinggi sering terjadi kecelakaan terhadap manusia, dalam

hal terjadi tegangan kontak langsung atau dalam hal manusia berada di dalam

suatu daerah yang mempunyai gradien tegangan yang tinggi. Akan tetapi

sebenarnya yang menyebabkan bahaya tersebut adalah besarnya arus yang

mengalir dalam tubuh manusia.

Khususnya pada instalasi transmisi kemungkinan terjadinya bahaya terutama

disebabkan oleh timbulnya gangguan yang menyebabkan arus mengalir ke

tanah. Arus gangguan ini akan mengalir pada bagian-bagian peralatan yang

terbuat dari metal dan juga mengalir dalam tanah di sekitar tower. Arus

gangguan tersebut menimbulkan gradien tegangan diantara tower dengan tanah

dan juga gradien tegangan pada permukaan tanah itu sendiri. Untuk

menganalisis lebih lanjut akan ditinjau beberapa kemungkinan terjadinya

tegangan dan kondisi orang yang sedang berada di dalam dan di sekitar tower

tersebut.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 100 dari 143

Page 101: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

7.1.2.Macam Tegangan

Sulit untuk menentukan secara tepat mengenai perhitungan tegangan yang

mungkin timbul akibat gangguan ke tanah terhadap orang yang sedang berada

di dalam atau di sekitar tower, karenanya banyaknya faktor yang mempengaruhi

dan tidak diketahui.

Untuk menganalisis keadaan ini maka diambil beberapa pendekatan sesuai

dengan kondisi orang yang sedang berada di dalam atau di sekitar tower

tersebut pada saat terjadi gangguan ke tanah.

Pada hakekatnya perbedaan tegangan selama mengalirnya arus gangguan tanah

dapat digambarkan sebagai berikut :

(a) Tegangan sentuh

(b) Tegangan langkah

(c) Tegangan pindah

7.1.2.1. Tegangan Sentuh

Tegangan sentuh adalah tegangan yang terdapat diantara suatu obyek yang

disentuh dan suatu titik berjarak 1 meter, dengan asumsi bahwa obyek yang

disentuh dihubungkan dengan kisi-kisi pengetanahan yang berada dibawahnya.

Besar arus gangguan dibatasi oleh tahanan orang dan tahanan kontak ke tanah

dari kaki orang tersebut, seperti pada gambar 7-1.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 101 dari 143

Page 102: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Gambar 7.1. Tegangan sentuh dengan rangkaian penggantinya

Dari rangkaian pengganti dapat dilihat hubungannya sebagai berikut :

Dimana :

Es = tegangan sentuh (volt)

Rk = tahanan badan orang (= 1000 Ohm)

Rf = tahanan kontak ke tanah dari satu kaki pada tanah yang diberi lapisan koral 10 cm (= 3000 Ohm)

Ik = besarnya arus yang melalui badan (Ampere)

Tahanan badan orang telah diselidiki oleh beberapa ahli sebagaimana

terdapat dalam tabel 7.4, dan sebagai harga pendekatan diambil

Ohm. Tahanan Rf mendekati harga 3 s dimana s adalah tahanan jenis

tanah disekitar permukaan. Arus Ik diambil dari harga dalam persamaan

7.4, dimana .

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 102 dari 143

Page 103: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Diman:

s

=tahanan jenis tanah disekitar pemukaan tanah (Ohm-meter) = 3000 Ohm-meter untuk permukaan tanah yang dilapisi koral 10 cm.

t

=

waktu kejut (detik) atau lama gangguan tanah.

Dalam Tabel 7.1 diberikan besar tegangan sentuh yang diijinkan dan lama

gangguan.

Tabel 7.1. Tegangan sentuh yang diijinkan dan lama gangguan

Lama gangguan

(detik)

Tegangan sentuh yang

diijinkan (Volt)

0,1 1.980

0,2 1.400

0,3 1.140

0,4 990

0,5 890

1,0 626

2,0 443

3,0 362

7.1.2.2. Tegangan Langkah

Tegangan langkah adalah tegangan yang timbul di antara dua kaki orang yang

sedang berdiri di atas tanah yang sedang dialiri oleh arus kesalahan ke tanah.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 7.2.

Dalam hal ini dimisalkan jarak antara kedua kaki orang adalah 1 meter dan

diameter kaki dimisalkan 8 cm dalam keadaan tidak memakai sepatu.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 103 dari 143

Page 104: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Gambar 7.2. Tegangan langkah dekat peralatan yang diketanahkan

Dengan menggunakan rangkaian pengganti dapat ditentkan tegangan langkah

sebagai berikut :

Dimana :

= tegangan langkah (volt)

= tahanan badan orang (ohm) = 1000 Ohm

= tahanan kontak ke tanah dari satu kaki (ohm) = 3

= waktu kejut (detik)

= tahanan jenis tanah disekitar permukaan tanah (ohm-meter)

= 3000 ohm-meter untuk permukaan tanah yang dilapisi koral 10 cm

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 104 dari 143

Page 105: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Dalam Tabel 7.2 diberikan besar tegangan langkah yang diijinkan dan

lama gangguan.

Tabel 7.2. Tegangan langkah yang diijinkan dan lama gangguan

Lama gangguan (detik)Tegangan langkah

yang diijinkan (Volt)0,1 7.0000,2 4.9500,3 4.0400,4 3.5000,5 3.1401,0 2.2162,0 1.5603,0 1.280

7.1.2.3. Tegangan Pindah

Tegangan pindah adalah hal khusus dari tegangan sentuh, dimana tegangan ini

terjadi bila pada saat terjadi kesalahan orang berdiri di dalam instalasi transmisi,

dan menyentuh suatu peralatan yang diketanahkan pada titik jauh sedangkan

alat tersebut dialiri oleh arus kesalahan ke tanah, gambar 7.3.

Dari gambar 7.3 terlihat bahwa, orang akan merasakan tegangan yang lebih

besar bila dibandingkan dengan tegangan sentuh seperti pada gambar 7.1.

Tegangan pindah akan sama dengan tegangan pada tahanan kontak pentanahan

total. Tegangan pindah itu sulit untuk dibatasi, tetapi biasanya konduktor-

konduktor telanjang yang terjangkau oleh tangan manusia telah diisolasi. Dari

gambar 7.3 diperoleh :

Epindah = I R0, dengan anggapan Ik « I sebab

» R0

Dimana :

Dan : r = Jari-jari ekivalen dari luas instalasi transmisi

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 105 dari 143

Page 106: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

L = panjang total dari konduktor kisi-kisi dan batang

Untuk waktu tertentu dari arus gangguan dalam detik, tegangan pindah yang

diijinkan adalah sama dengan tegangan sentuh.

Gambar 7.3. Tegangan pindah dengan rangkaian penggantinya

7.2. Arus Yang Melalui Tubuh Manusia

Kemampuan tubuh manusia terhadap besarnya arus yang mengalir di dalamnya.

Tetapi berapa besar dan lamanya arus yang masih dapat ditahan oleh tubuh

manusia sampai batas yang belum membahayakan sukar ditetapkan. Dalam hal

ini telah banyak diselidiki oleh para ahli dengan berbagai macam percobaan baik

dengan tubuh manusia sendiri maupun menggunakan binatang tertentu. Dalam

batas-batas tertentu dimana besarnya arus belum berbahaya terhadap organ

tubuh manusia telah diadakan berbagai percobaan terhadap beberapa orang

sukarelawan yang menghasilkan batas-batas besarnya arus dan pengaruhnya

terhadap manusia yang berbadan sehat. Batas-batas arus tersebut dibagi

sebagai berikut :

(a) Arus mulai terasa atau persepsi.

(b) Arus mempengaruhi otot.

(c) Arus mengakibatkan pinsan atau mati atau arus fibrilasi.

(d) Arus reaksi.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 106 dari 143

Page 107: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

7.2.1. Arus Persepsi

Bila seseorang memegang penghantar yang diberi tegangan mulai dari harga nol

dan dinaikkan sedikit demi sedikit, arus listrik yang melalui tubuh orang tersebut

akan memberikan pengaruh. Mula mula akan merangsang syaraf sehingga akan

terasa suatu getaran yang tidak berbahaya bila dengan arus bolak balik dan akan

terasa sedikit panas pada telapak tangan.

Pada Electrical Testing Laboratory New York tahun 1993 telah dilakukan

pengujian terhadap 40 orang laki-laki dan perempuan, dan diperoleh arus rata-

rata yang disebut threshold of perception current sebagai berikut :

(a) Untuk laki-laki : 1,1 mA.

(b) Untuk perempuan : 0,7 mA.

7.2.2. Arus Yang Mempengaruhi Otot

Bila tegangan yang menyebabkan terjadinya tingkat arus persepsi dinaikkan lagi

maka orang akan merasa sakit dan kalau terus dinaikkan maka otot-otot akan

kaku sehingga orang tersebut tidak berdaya lagi untuk melepaskan konduktor

yang dipegangnya.

Di University of California Medical School telah dilakukan penyelidikan terhadap

134 orang laki-laki dan 28 orang perempuan dan diperoleh angka rata-rata yang

mempengaruhi otot sebagai berikut :

(a) Untuk laki-laki : 16 mA.

(b) Untuk perempuan : 10,5 mA.

Berdasarkan penyelidikan ini telah ditetapkan batas arus maksimal dimana orang

masih dapat dengan segera melepaskan konduktor bila terkena arus listrik

sebagai berikut :

(a) Untuk laki-laki : 9 mA.

(b) Untuk perempuan : 6 mA.

7.2.3. Arus Fibrilasi

Apabila arus yang melewati tubuh manusia lebih besar dari arus yang

mempengaruhi otot dapat mengakibatkan orang menjadi pingsan bahkan sampai

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 107 dari 143

Page 108: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

mati. Hal ini disebabkan arus listrik tersebut mempengaruhi jantung sehingga

jantung berhenti bekerja dan peredaran darah tidak jalan dan orang segera akan

mati.

Untuk mendapatkan nilai pendekatan suatu percobaan telah dilakukan pada

University of California oleh Dalziel pada tahun 1968 , dengan menggunakan

binatang yang mempunyai badan dan jantung yang kira-kira sama dengan

manusia disebutkan bahwa 99.5 % dari semua orang yang beratnya kurang dari

50 kg masih dapat bertahan terhadap besar arus dan waktu yang ditentukan

oleh persamaan sebagai berikut :

atau

dimana : k =

K = 0,0135 untuk manusia dengan berat 50 kg

= 0,0246 untuk manusia dengan berat 70 kg

Maka : = 0,116 Amper

= 0,157 Amper

Jadi : untuk berat badan 50 kg

Dan

Dimana :

= besarnya arus yang mengalir melalui tubuh (Ampere)

= lamanya arus mengalir dalam tubuh atau lama ganguan tanah (detik)

7.2.4. Arus Reaksi

Arus reaksi adalah arus yang terkecil yang dapat menakibatkan orang menjadi

terkejut, hal ini cukup berbahaya karena dapat mengakibatkan kecelakaan

sampingan. Karena terkejut orang dapat jatuh dari tangga, melemparkan

peralatan yang sedang dipegang yang dapat mengenai bagian-bagian instalasi

bertegangan tinggi sehingga terjadi kecelakaan yang lebih fatal.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 108 dari 143

Page 109: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Penyelidikan yang terperinci telah dikemukan oleh DR. Hans Prinz dimana

batasan-batasan arus tersebut seperti tabel 7.3.

Tabel 7.3. Batasan-batasan arus dan pengaruhnya pada manusia

Besar Arus Pengaruh Pada Tubuh Manusia

0 – 0,9 mA belum dirasakan pengaruhnya, tidak menimbulkan reaksi apa-

apa.

0,9 – 1,2 mA baru terasa adanya arus listrik, tetapi tidak menimbulkan

akibatbkejang, kontraksi atau kehilangan kontrol.

1,2 – 1,6 mA mulai terasa seakan-akan ada yang merayap di dalam tangan

1,6 – 6 mA tangan sampai kesiku merasa kesemutan

6 – 8 mA tangan mulai kaku, rasa kesemutan makin bertambah

13 – 15 mA rasa sakit tidak tertahankan, penghantar masih dapat

melepaskan dengan gaya yang besar sekali

15 – 20 mA otot tidak sanggup lagi melepaskan penghantar

20 – 50 mA dapat mengakibatkan kerusakan pada tubuh manusia

50 – 100 mA batas arus yang dapat menyebabkan kematian

7.3. Tahanan Tubuh Manusia

Tahanan tubuh manusia berkisar di antara 500 Ohm sampai 100.000 Ohm

tergantung dari tegangan, keadaan kulit pada tempat yang mengadakan

hubungan (kontak) dan jalannya arus dalam tubuh. Kulit yang terdiri dari lapisan

tanduk mempunyai tahanan yang tinggi, tetapi terhadap tegangan yang tinggi

kulit yang menyentuh konduktor langsung terbakar, sehingga tahanan dari kulit

ini tidak berarti apa-apa. Sehingga hanya tahanan tubuh yang dapat membatasi

arus.

Penyelidikan dan penelitian tahanan tubuh manusia yang diperoleh beberapa ahli

adalah sebagai berikut :

Tabel 7.4. Berbagai harga tahanan tubuh manusia

PenelitiTahanan (Ohm)

Keterangan

Dalziel 500 dengan tegangan 60 cps

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 109 dari 143

Page 110: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

AIEE Committee Report 2.330 dengan tegangan 21 volt

1958 tangan ke tangan

1.130 tangan ke kaki

1.680tangan ke tangan dengan arus searah

800 tangan ke kaki dengan 50 cps

Laurent 3.000

Berdasarkan hasil penyelidikan oleh para ahli maka sebagai pendekatan diambil

harga tahanan tubuh manusia sebesar 1000 Ohm.

7.4. Sengatan Listrik

7.4.1.Efek Kejut ListrikEfek kejut listrik dapat meluas, berdasarkan pada arus yang melewati tubuh

dengan tegangan pada titik sentuhan. Tidak memungkinkan untuk

mendefinisikan secara tepat efek dari pemberian arus, karena waktu sentuhan,

serta kondisi fisik dan kesehatan korban, akan memberi kontribusi pada beratnya

luka-luka.

Efek yang disebabkan oleh arus yang mengalir pada 50 Hz a.c, yang mengaliri

tubuh dapat dikategorikan pada beberapa tingkatan seperti ditunjukkan pada

tabel dibawah ini. Nilai arus dan waktu kontak rata-rata dan disajikan sebagai

contoh. Efek yang mungkin terjadi pada manusia dalam kondisi dan keadaan

sehat.

ARUS WAKTU KONTAK HASIL

1 mA Ambang sensasi

10 mA 10-10,000 ms Sensasi sakit ringan

50 mA 10-200 ms Selalu tidak ada bahaya

50 mA 200-400 ms Kelumpuhan otot sementara

50 mA 4000 ms plusKemungkinan berhentinya jantung

100 mA 10-100 ms Selalu tidak ada bahaya

100 mA 100-600 ms Kelumpuhan otot sementara

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 110 dari 143

Page 111: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

100 mA 600-10,000 msKemungkinan berhentinya jantung

100 mA 10,000 msKemungkinan berhentinya jantung

500 mA 10-40 ms Selalu tidak ada bahaya

500 mA 40-500 msKemungkinan berhentinya jantung

500 mA 500 ms lebihKemungkinan berhentinya jantung

Aspek yang dipertimbangkan

(a) Arus sampai dengan 500 millamps yang mengalir ke tubuh untuk waktu

yang sangat singkat – kurang dari 40 milli detik akan menyebabkan efek

yang tidak lama pada manusia.

(b) Nilai arus yang tinggi atau waktu sentuhan yang lama mungkin

menyebabkan efek yang membahayakan, dari kelumpuhan otot sementara

sampai penghentian jantung, dan jika tidak diberikan tindakan medis yang

cekatan, kematian mungkin terjadi.

(c) Kejut listrik oleh tegangan lebih dari 230 V sebagian besar menyebabkan

penghentian jantung .

(d) Kejut tegangan tinggi selalu disertai dengan loncatan api. Hasilnya

menyebabkan arus yang besar mengalir dan orang akan selalu menderita

luka bakar. Orang yang terbunuh sebagai akibat sentuhan pada tegangan

tinggi selalu mati terbakar.

(e) Arus akan mengalir ke tubuh sesuai dengan daerah permukaan

sentuhan(kontak) dan kondisi kulit. Ketika arus mulai mengalir, ketahanan

tubuh berkurang dan arus yang lebih tinggi akan mengalir. Efek eksponen

dapat menyebabkan arus tinggi, beberapa detik secara relatip, akan

menyebabkan penghentian jantung. Arus mengalir melalui tubuh sesuai

dengan Hukum Ohms dan sebagian besar diatur oleh ketahanan kulit.

7.4.2.Perbedaan Potensial (Tegangan) Terdapat banyak cara yang menyebabkan perbedaan potensial (tegangan)

dapat terjadi, termasuk:

(a) Hubungan tidak sengaja ke supply (pemasukan)

(b) Induksi dari rangkaian yang berdampingan

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 111 dari 143

Page 112: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(c) Induksi dari kondisi atmosfir atau penghentian cahaya langsung

(d) Umpan balik dari rangkaian kedua, misalnya melalui trafo tegangan

(e) Menyimpan elektrik pada kapasitor

(f) Sentuhan fasa ke fasa

(g) Turunnnya tegangan melewati tahanan

7.4.3.Pencegahan Kejut ListrikDalam berbagai situasi, orang tidak waspada terhadap bahaya, atau akan

membuat assumsi tentang letak perlengkapan.

Sebagai aturan umum, semua konduktor harus dianggap sebagai bertegangan,

kecuali jika konduktor tsb diisolasi, dibumikan dan diikat. Bagian berikut

mencakup berbagai situasi dimana bahaya kejut dapat terjadi:

Bagaimana menolong korban yang terkena sengatan listrik

Jika seseorang mengalami sengatan listrik di rumah atau di tempat kerja,

putuskan sumber listrik sebelum melakukan hal lainnya.

(a) Stop arus dengan mematikan soket atau menarik steker (plug). Jika anda

tidak dapat meraih soket, matikan kotak sekering utama.

Jangan menggunakan sakelar pada peralatan. Kegagalan sakelar

dapat menyebabkan kecelakaan.

(b) Jika tidak ada jalan untuk mematikan, berdirilah pada bahan isolasi kering,

seperti tumpukan Koran, karpet karet atau kotak kayu, kemudian dorong

tungkai dan lengan korban menjauhi sumber dengan kursi kayu atau sapu.

Jangan pergunakan sesuatu yang lembab atau terbuat dari logam

Sebagai alternatif, gulungkan tali, celana panjang ketat dan kain yang

kering disekitar kaki korban atau dibawah lengan, kemudian tarik korban.

Jangan sentuh korban dengan tangan anda.

Jangan gunakan sesuatu yang basah, seperti handuk basah

(c) Jika korban tak sadarkan diri, letakkan pada posisi penyembuhan. Jika

nafasnya berhenti, mulailah melakukan pernafasan buatan dengan segera.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 112 dari 143

Page 113: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(d) Jika korban tak sadar, terbakar atau kelihatan sangat lemah, panggil

pelayanan darurat dan mintalah ambulan, atau bawa korban ke Unit Gawat

Darurat di rumah sakit lokal.

Sampaikan kepada petugas medis lama korban bersentuhan dengan listrik.

7.5. P3K

P3K adalah pertolongan pertama pada keadaan darurat yang segera diberikan

kepada korban yang terluka atau tiba – tiba sakit atau mendapat kecelakaan.

P3K harus segera diberikan kepada korban yang terluka atau tiba-tiba sakit, agar

korban yang terancam kondisi hidupnya mampu bertahan sampai bantuan

tenaga medis profesional tiba.

7.5.1.Tujuan dan Ruang Lingkup P3K

P3K ini tidak mencakup semua kemungkinan yang dapat dijumpai oleh pegawai.

P3K dimaksudkan untuk bantuan darurat yang mengancam kehidupan yang

dapat terjadi di dalam pelaksanaan pekerjaan. Tujuan P3K ini agar pegawai dapat

melakukan tindakan darurat tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang

tidak boleh dilakukan, juga mampu menentukan sifat dan tingkat luka atau

penyakitnya. Dalam memberikan bantuan yang diperlukan harus berhati – hati

agar tidak menyebabkan luka-luka tambahan. Dengan sikap dan kesadaran

keselamatan yang positif, kecelakaan atau luka tidak akan terjadi.

7.5.2.Pengamanan Darurat Dalam Kecelakaan Kerja

Sebagai pegangan dalam penanganan darurat bila terjadi kecelakaan, diwajibkan

mempunyai sebuah prosedur yang siap untuk dilaksanakan dalam penanganan

darurat. Prosedur ini dapat berubah sesuai lokasi kerja dan lingkungan disekitar

pekerjaan yang sedang dilakukan.

Pada dasarnya harus ada suatu kesepakatan antar kepala regu dan anggota tim

tentang apa yang akan dilaksanakan dan siapa yang akan melaksanakan

penanganan darurat. Jika terjadi suatu kecelakaan, berpikir terlebih dahulu

sebelum melakukan penanganan darurat. Kunci untuk keberhasilan

penanganan darurat adalah bisa memahami situasi dan kondisi.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 113 dari 143

Page 114: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Situasi dan kondisi yang ditemui tidak pernah bisa ditentukan sebelumnya.

Lindungi diri anda dengan menggunakan perlengkapan pelindung diri (sarung

tangan, tali, tongkat, alat bantu pernafasan, masker gas, helm, dll.) yang

diperlukan untuk melakukan pertolongan dan jauhkan korban yang terluka dari

posisi yang membahayakan. Jangan menjadi bagian dari masalah!

Perlu diketahui bahwa tidak ada dua kasus kecelakaan yang memerlukan

pertolongan yang sama. Dasar – dasar pertolongan pada kecelakaan dibuat agar

penolong dapat segera menggambil keputusan yang logis dan cerdik. Jika

dipahami dengan benar, maka si penolong akan menjadi lebih siap dan cekatan

dalam menghadapi segala macam kecelakaan yang terjadi.

7.5.3.Penetapan Prioritas

Setelah memastikan keselamatan korban, perawatan P3K harus segera diberikan

berdasarkan sifat dan jenis lukanya.

(a) Pastikan bahwa korban mempunyai jalan udara yang terbuka

Berikan pernafasan mulut ke mulut jika perlu. Pernafasan dan sirkulasi

udara korban harus dikembalikan normal secepat mungkin, karena

kesempatan korban untuk sembuh berkurang dengan cepat di setiap detik

seiring berjalannya waktu.

(b) Haemorrhage atau pendarahan hebat

Rata-Rata orang dewasa mempunyai enam liter darah dalam tubuhnya.

Kehilangan satu liter darah akan berakibat fatal. Oleh karena itu,

pendarahan harus dihentikan secepat mungkin.

(c) Keracunan

Pertolongan yang diberikan pada korban keracunan berdasarkan sifat racun

atau bahan kimia yang meracuni. Didalam semua kasus kecelakaan,

pertolongan harus diberikan secara cepat dan tepat.

(d) Shock

Semua luka akibat kecelakaan dapat mengakibatkan korban shock dan

harus segera ditolong. Jika tidak ditolong dengan tepat dan cepat, shock

juga dapat menyebabkan kematian.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 114 dari 143

Page 115: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

7.5.4.Langkah yang perlu diperhatikan dalam menolong korban

(a) Jangan pindahkan korban (kecuali penting) sebagai alasan keselamatan.

Jaga korban dalam posisi yang sesuai dengan kondisi korban atau lukanya.

Jangan biarkan korban yang terluka bangun atau berjalan-jalan.

(b) Yakinkan apakah terjadi perhentian sirkulasi pernafasan, pendarahan yang

serius, shock, atau patah tulang /terlepas dari sambungan, terbakar,

keracunan,dll.

(c) Pastikan orang yang terluka tetap berbaring dibawah, kepala sejajar dengan

badan, sampai diketahui tingkat luka nya.

(d) Jika tidak terdapat luka dikepala, turunkan kepala korban atau angkat kaki

dan punggungnya sekitar 20 – 30 cm.

(e) Jika diperkirakan terjadi luka kepala serius atau luka didada, angkat kepala

pelan - pelan.

(f) Lindungi korban dari penanganan yang tidak tepat dan tidak perlu.

(g) Jaga dan perhatikan suhu tubuh korban. Hindari suhu yang ekstrim pada

korban dengan menggunakan penutup, selimut atau pakaian tambahan di

atas atau di bawah korban. Selimut dapat digunakan sebagai tempat

berteduh atau perlindungan korban dari tempat yang panas.

(h) Periksa dan tentukan tingkat luka korban, setelah diketahui tingkat lukanya

maka pertolongan selanjutnya dapat ditentukan penanganannya sesuai

dengan tingkat lukanya.

(i) Buka atau lepaskan pakaian korban jika diperlukan dalam membuat suatu

pemeriksaan yang lebih akurat. Kendorkan pakaian korban yang

ketat/sempit, tetapi jangan menarik ikat pinggang korban untuk

menghindari jika terdapat luka pada tulang belakang

(j) Perhatikan kondisi fisik korban, termasuk perubahan warna kulitnya. Jika

korban berkulit hitam, periksalah permukaan bagian dalam bibir, kelopak

mata dan mulut korban untuk mengetahui terjadinya pembiruan atau

berkurangnya sirkulasi darah (cyanosis).

(k) Periksa denyut nadi korban. Jika tidak terasa di pergelangan tangan, periksa

denyut arteri carotid di sisi leher korban.

(l) Jika korban tidak sadar tetapi bernafas, cari luka dikepala.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 115 dari 143

Page 116: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(m) Periksalah tungkai lengan dan tubuh korban, apakah lukanya terbuka atau

tertutup atau ada tanda-tanda keretakan.

(n) Jangan memberikan air atau cairan kepada orang yang tidak sadar atau

setengah sadar. Cairan tidak dianjurkan jika seorang yang terluka

menghadapi suatu operasi yang berhubungan dengan pembedahan dalam

keadaan darurat.

Melaksanakan Pertolongan Pertama

(a) Berikan ruang bebas agar korban bernafas normal menghirup udara segar.

(a) Kenakan pembalut luka, bidai dan perban luka korban jika terjadi

pendarahan atau retak yang tidak boleh digerakkan

(b) Lakukan tindakan P3K dan teknik tertentu yang pada kondisi tersebut

dianggap perlu untuk digunakan/dilakukan.

(c) Korban harus tetap di awasi sampai diserahkan ke tenaga medis ahli (krew

ambulan, regu penyelamat, dokter), atau sampai korban dapat mengurus

dirinya sendiri

(d) Sebagai petugas P3K dalam memberikan perawatan pada korban

kecelakaan harus sesuai dengan batas kemampuannya dan hindari luka

yang lebih parah terjadi pada korban, serta melakukan usaha yang

maksimal dalam memberikan P3K.

7.5.5.Diagnosa metode perawatan korban kecelakaan

7.5.5.1. Kronologis

Diperoleh dari:

(a) Lingkungan sekitar

(b) Pasien/korban

(c) Orang yang berada di dekat lokasi

7.5.5.2. Tanda-tanda

Dilihat dari panca indera korban

(a) Penglihatan

(b) Pendarahan (berat atau ringan)

(c) Warna muka/wajah

(d) Benda asing

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 116 dari 143

Page 117: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(e) Perubahan warna

(f) Bengkak

(g) Cacat/kelainan bentuk

(h) Mata (berkaca-kaca, kosong, merah)

(i) Bola mata (membesar, mengkerut/kedip-kedip, sejarar, tidak sejajar,

mati/tetap)

(j) Refleks

(k) Respon terhadap sentuhan

(l) Sentuhan

(i) Keadaan lembab/terjadi pendarahan

(ii) Suhu

(iii) Respirasi

(iv) Denyut nadi

(v) Benda asing (diam/dapat dipindahkan)

(vi) Bengkak

(vii) Cacat/kelainan tubuh

(viii) Fiksiti

(ix) Ketidakteraturan

(x) Pincang

(xi) Kelembutan

(xii) Crepitis

(xiii) Gerak yang tidak normal

(m) Bau

(i) Terbakar

(ii) Gas

(iii) Napas

(iv) Tubuh

(v) Muntahan

(vi) Botol

(n) Pendengaran

(i) Membentak/menggertak

(ii) Kemresek (Crepitis)

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 117 dari 143

Page 118: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(iii) Rintihan

(iv) Bernafas

Hasil diagnosa yang dilakukan pada korban harus diberikan ke tenaga

medis.

7.5.6.Memindahkan orang yang terluka

(a) Pembuatan Usungan/tandu

(i) Ambil dua atau tiga jas atau jaket, keluarkan lengan bajunya.

Masukkan tongkat yang kuat melewati salah satu lengan baju jaket,

dan tongkat kedua pada lengan baju yang lain.

(ii) Tutup resleting atau kancingkan jaket untuk membuat usungan/tandu.

Jika mungkin, coba dulu dengan orang yang tidak terluka untuk

berbaring pada usungan/tandu terlebih dahulu, dan angkat untuk

meyakinkan bahwa usungan tersebut kuat menahan berat.

(e) Memindahkan korban pada usungan/tandu

Gulingkan korban pada sisi yang tidak terluka, sedangkan penolong yang

lain mendorong untuk membuka usungan/tandu. Angkat semua ujungnya

sehingga usungan/tandu sejajar dengan punggung korban. Sebelum

mengangkat korban, rendahkan usungan/tandu dan korban ke tanah.

Pindahkan korban yang tidak sadar pada usungan/tandu dengan

meletakkan usungan/tandu berlawanan dengan muka korban.

(f) Membawa korban yang sadar

Menggunakan metode “tempat duduk empat tangan” dengan cara dua

orang penolong saling mengenggam pergelangan tangan. Kedua penolong

membungkuk bersama-sama sehingga korban dapat duduk pada tempat

duduk yang dibuat dari tangan penolong. Korban memperkuat diri dengan

melingkarkan lengannya pada leher penolong. Penolong bangun bersama-

sama dan mulai berjalan dengan kaki bagian luar.

Variasi dari tempat duduk empat-tangan adalah tempat duduk tiga dan dua

tangan. Jika korban hanya bisa menggunakan salah satu lengannya untuk

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 118 dari 143

Page 119: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

memperkuat diri, metode tiga tangan dapat digunakan. Sehingga si

penolong mempunyai satu lengan bebas untuk membantu menahan tubuh

korban dari belakang. Jika korban tidak dapat menggunakan kedua

lengannya, pergunakan metode tempat duduk dua tangan.

(g) Membawa korban yang sadar dengan kursi

(i) Periksa bahwa kursi yang dipergunakan cukup kuat untuk menahan

berat korban. Dudukkan korban dengan menyandarkan punggung

korban pada kursi. Penolong pertama berdirilah di depan dan penolong

lain dibelakang korban. Miringkan kursi ke belakang terlebih dahulu

sebelum anda mengangkatnya.

(ii) Bawa kursi dan korban menghadap kedepan, sehingga ketika penolong

menuruni tangga ke arah belakang, penghalang di kursi berada pada

bagian depan. Sedangkan pada tangga yang lebar, penghalang dapat

dipegang di kedua sisinya

7.5.7.Anggota tubuh yang terluka

Jari tangan, jari kaki atau anggota tubuh lain yang terluka pada kecelakaan dapat

segera ditutup lukanya.

Jangan buang waktu hanya dengan melihatkan saja sampai tidak menolong

korban. Hidupnya merupakan prioritas utama.

Jangan coba untuk memulihkan anggota tubuh yang terluka sendirian, sebagai

contoh dengan mengikat bagian tubuh korban dengan perban. Anda hanya akan

menambah rasa sakit pada korban, dan merusak jaringan otot yang akan

menyebabkan pembedahannya semakin susah.

Tindakan yang harus dilakukan

(a) Baringkan korban, letakkan bantal tipis atau sprei bersih (seperti bagian

dalam sapu tangan yang digulung) pada ujung lengan dan posisikan pada

tempatnya dengan perban. Syal juga dapat dipergunakan.

(b) Mengikat lengan yang terluka pada dada, supaya tidak berubah posisinya.

Jika kakinya yang terluka, ikat pada kaki yang lain.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 119 dari 143

Page 120: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(c) Tenangkan orang yang terluka dan beri semangat untuk tetap tenang,

kemudian panggil layanan darurat dan mintalah ambulan.

(d) Dalam menangani korban yang anggota tubuhnya terpisah, cobalah untuk

menemukan anggota tubuh yang terpisah. Balut lukanya dengan sprei/kain

yang bersih, seperti saputangan atau sarung bantal, dan anggota tubuh

yang terpisah masukkan dalam plastic dan gembungkan dengan udara

kemudian ikat yang kencang.

(e) Simpan di tempat sejuk, jika mungkin dengan memberikan es pada sekitar

plastik. Jangan biarkan es masuk dan menyentuh anggota tubuh yang

terpisah secara langsung.

(f) Serahkan anggota tubuh yang terpisah ke tenaga medis.

7.5.8.Shock

Beberapa kecelakaan dapat menyebabkan korban menjadi sangat lemah atau

bahkan tidak sadar. Kondisi seperti ini disebut sebagai goncangan (shock), atau

trauma goncangan (traumatic shock).

Kondisi yang terjadi sebagai akibat goncangan adalah reaksi tubuh terhadap

ketegangan (stress) dan aliran darah yang mengalirkan oksigen ke seluruh

bagian tubuh bertambah pelan. Hal ini mungkin disebabkan karena detak jantung

melemah karena sakit yang parah atau menderita karena pendarahan yang

serius, muntahan, diare atau meluasnya luka bakar yang dapat mengurangi

cairan tubuh, sehingga tidak ada cukup darah yang dialirkan ke seluruh sel

tubuh.

Goncangan (shock) mungkin datang secara tiba-tiba seperti ketika seseorang

menerima berita buruk atau setelah dua atau tiga jam kemudian. Dengan kata

lain, diperlukan penanganan yang tepat, sehingga tidak bertambah

fatal.

Tanda-tanda korban mengalami shock

Terjadinya kekurangan suplai darah, tubuh bereaksi dengan memusatkan suplai

darah yang masih tersisa ke organ-organ penting seperti hati, paru-paru, otak

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 120 dari 143

Page 121: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

dan ginjal. Area yang kurang penting seperti otot dan kulit tidak mendapat cukup

suplai darah, sehingga korban melemah serta menjadi pucat.

Kondisi tsb juga dapat menyebabkan hal lain seperti :

(i) Pingsan dan Pusing/mabuk

(ii) Cemas dan kegelisahan

(iii) Mual atau bahkan muntah

(iv) Haus

(v) Berkeringat

(vi) Nafas cepat dan pendek, dengan menguap dan peluh

(vii) Nadi lemah yang berdenyut cepat dan mungkin tidak teratur

Langkah – langkah penanganan :

(a) Jika sudah tidak terdapat benda asing pada luka, tekan bagian tersebut

dengan keras menggunakan bahan yang bersih, bahan yang dapat

menyerap, atau dengan tangan telanjang. Jika mungkin, tempatkan luka

pada posisi diatas jantung untuk memperlambat aliran darah.

(b) Tekan selama lima sampai lima belas menit. Sambil meletakkan bantalan

yang dapat menyerap darah seperti bagian dalam bahan pembersih,

saputangan yang digulung atau sarung bantal diatas luka dan perban

menggunakan syal/sepotong kain linan.

(c) Jika darah merembes, periksa bantalnya dan betulkan posisinya, atau jika

perlu ganti.

(d) Panggil layanan darurat dan minta ambulan, bawa korban ke rumah sakit

terdekat.

Jangan memberikan sesuatu untuk dimakan atau diminum , bahkan jika

diminta oleh korban.

Jika lukanya lebar

Tekan pada sisi yang terluka dengan hati-hati, tekan bagian yang terluka selama

lima sampai limabelas menit. Jika mungkin, posisi bagian yang terluka lebih

tinggi dari jantung. Kemudian lanjutkan penanganan sesuai dengan lukanya.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 121 dari 143

Page 122: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Jika terdapat benda asing pada kulit

(a) Tekan ujung luka disekitar benda asing.

Jangan mencoba untuk melepaskan/mencabutnya, karena dapat

mengakibatkan benda asing tertinggal sehingga dapat menyulitkan dalam

pengambilan benda asing tersebut

(b) Tutup luka dengan kain bersih. Kemudian letakkan bantal yang bersih diatas

luka untuk menghindari adanya tekanan terhadap luka.

(c) Perban secara diagonal dengan tidak melintasi benda asing

(d) Panggil layanan darurat dan minta ambulan, atau bawa korban ke rumah

sakit terdekat.

Jika Pendarahan tidak dapat dihentikan

(i) Sebagai pertolongan terakhir, ikat bagian tubuh dengan tali antara luka

dengan jantung sehingga aliran darah berkurang ke bagian yang terluka.

(ii) Suruh seseorang untuk memanggil layanan darurat dan minta ambulan

(iii) Beritahu dokter atau krew ambulan sesegera mungkin, untuk memasang

alat penghentian pendarahan .

Catatan : Jangan pasang alat untuk menghentikan darah lebih dari 15 menit

pada sekali waktu

Jangan sembunyikan perban dibawah pakaian atau penutup lain

Jika orang yang terluka mengeluarkan darah dari hidung, telinga atau

mulut

(i) Ini menunjukkan ada luka yang parah pada daerah kepala. Dudukkan

korban pada posisi setengah duduk dengan kepala condong ke sisi yang

terluka, agar darah dapat mengering.

(ii) Tutup titik pendarahan dengan bahan yang bersih, lebih baik menggunakan

bahan steril yang dapat dibalut dengan perban atau bahan dengan perekat.

Dan Jangan ditekan.

7.5.9.Menangani luka lain

(a) Menangani luka bagian perut

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 122 dari 143

Page 123: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(i) Buka lukanya

(ii) Hentikan pendarahan dengan tekanan langsung

(iii) Jika tidak ada organ bagian perut yang keluar, ikat tempat lukanya.

(iv) Jika organ dalam korban ada yang menonjol keluar, tutup dengan kain

tipis yang basah. Jangan tekan bagian yang terluka dan Jangan coba

melepaskan organ tersebut.

(v) Dalam kondisi apapun jangan berikan sesuatu lewat mulut korban.

Topang bagian perut jika korban batuk atau muntah.

(vi) Tenangkan korban dari shock

(vii) Panggil layanan darurat dan bawa korban ke rumah sakit terdekat.

(b) Menangani luka pada bagian dada “alat menyusui”

(i) Buka lukanya

(ii) Lindungi luka sesegera mungkin dengan menggunakan telapak tangan

(iii) Baringkan korban, dengan cara kepala dan bahu diangkat kemudian

tubuh dicondongkan ke bagian yang terluka

(iv) Tutupkan kain diatas lukanya

(v) Jika korban tak sadarkan diri, kondisikan korban ke posisi pemulihan

dengan sisi yang terluka berada dibawah

(vi) Pastikan sirkulasi udara terjaga, sehingga korban bisa cukup bernafas

(vii) Tenangkan korban dari shock

(viii) Panggil layanan darurat dan bawa korban ke rumah sakit terdekat.

(c) Menangani luka pada bagian dada “stoved”

(i) Buka daerah yang terluka

(ii) Tekan daerah yang terluka dengan telapak tangan

(iii) Naikkan kepala dan bahu korban kemudian condongkan ke bagian

yang terluka

(iv) Tutupkan kain pada daerah yang terluka

(v) Hindari pergerakkan pada bagian dada dengan mengikat lengan

melewati daerah yang terluka.

(vi) Jika korban tak sadarkan diri, kondisikan korban ke posisi pemulihan

dengan bagian yang terluka berada dibawah

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 123 dari 143

Page 124: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(vii) Pastikan sirkulasi udara terjaga sehingga korban dapat bernafas

dengan cukup

(viii) Tenangkan dari shock

(ix) Panggil layanan darurat dan bawa korban ke rumah sakit terdekat.

(d) Menangani luka bakar

(i) Aliri daerah yang terbakar dengan air dingin minimal 10 menit atau

lebih lama jika rasa sakitnya tak tertahankan.

(ii) Lepas pakaian yang sempit, cincin, jam dan sabuk sebelum bagian

yang terluka membengkak

(iii) Lepas pakaian yang terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia atau

terendam dalam air mendidih.

(iv) Istirahatkan korban

(v) Tutup daerah yang terbakar dengan kain bersih atau steril

(vi) Jaga udara bersih tetap bersirkulasi

(vii) Jangan gerakkan anggota tubuh yang terbakar serius/parah.

(viii) Berikan sedikit minum tetapi sering, jika terluka serius/parah dan

korban tetap sadar

(ix) Identifikasi presentase permukaan tubuh yang terbakar

(x) Tenangkan dari shock

(xi) Panggil layanan darurat untuk mendapatkan pertolongan kesehatan

7.5.10. Tersedak (Chocking)

(a) Jika korban sadar

Sesuatu yang melewati saluran tenggorokan (selain melewati saluran

makanan) harus dikeluarkan secepat mungkin.

(i) Ambil makanan atau gigi palsu yang tanggal di dalam mulut. Jika

korban dapat bernafas, berbicara atau menangis, dorong dia untuk

batuk. Ini diperlukan untuk mengeluarkan sesuatu yang menyumbat

saluran tenggorokan.

(ii) Jika hal ini gagal dilakukan pada orang dewasa. Bantu korban untuk

membungkuk dengan kepala lebih rendah dari dada. Korban dapat

melakukannya dengan duduk atau berdiri. Pukul antara kedua daun

bahunya dengan tumit tangan dua atau tiga kali. Masing-masing

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 124 dari 143

Page 125: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

pukulan harus cukup kuat untuk mengeluarkan sesuatu yang

menyumbat.

(iii) Pemukulan pada punggung akan lebih efektif jika korban berbaring.

Dua atau tiga pukulan antara kedua daun bahunya dengan tumit

tangan akan membersihkan penghalang.

(iv) Jika pukulan punggung sukses, tenangkan korban dan istirahatkan

pada tempat yang nyaman

(h) Penekanan pada samping dada (Lateral Chest thrust)

Jika pukulan pada punggung tidak berhasil, penekanan pada samping dada

harus dilakukan. Berlututlah disamping korban, letakkan kedua tangan pada

bagian atas dada korban (dekat ketiak). Tekan kebawah dengan kedua

tangan sampai dua atau tiga kali.

(i) Jika korban menjadi tidak sadar

Bersihkan jalan udara korban dengan segera menggunakan jari tangan dan

periksa pernafasannya. Jika bernafas, tinggalkan korban pada posisi

pemulihan sampai memperoleh kembali kesadarannya.

(j) Jika korban tidak bernafas

(i) Jika korban masih sadar tetapi tidak dapat bernafas, mulailah

melakukan pernafasan buatan.

(ii) Jika orang ketiga hadir, mintalah dia memanggil layanan darurat dan

ambulan. Jika sendirian, jangan berhenti melakukan pernafasan buatan

sambil memanggil bantuan

(iii) Jika gagal mendapatkan jalan udara dan paru-paru tidak dapat

memompa, gulingkan korban, berilah dua pukulan dan dua tekanan

pada samping dada. Lanjutkan dengan melakukan pernafasan buatan

dengan memukul punggung dan menekan dada sampai korban dapat

bernafas normal.

(iv) Jika korban dapat bernafas normal kembali, tempatkan pada tempat

yang teduh dan nyaman. Panggil layanan darurat dan mintalah

ambulan.

(k) Penyumbatan jalan udara (korban ditemukan tidak sadar)

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 125 dari 143

Page 126: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(i) Bicaralah kepada korban

(ii) Buat rangsangan (dengan cubitan atau teriakan)

(iii) Panggilah bantuan

(iv) Lihat, dengar, rasakan pernafasannya

(v) Periksa denyut nadi korban

(vi) Jika tidak ditemukan adanya pendarahan pada korban, bersihkan dan

buka jalan udaranya

(vii) Pastikan korban masih bernafas atau tidak

(viii) Berikan bantuan pernafasan.

(ix) Jika bantuan pernafasan tidak berhasil, posisikan kembali kepala untuk

membuka jalan udara korban.

(x) Jika masih gagal, lakukan empat kali pukulan pada punggungnya, dan

empat kali tekanan pada dada.

(xi) Posisikan ulang kepalanya, buka jalan udaranya dan perlancar sirkulasi

udaranya.

(xii) Jika masih gagal, ulangi pukulan pada punggungnya, dan tekanan pada

dadanya.

7.5.11. Patah Tulang

(a) Penanganan terhadap patah tulang

(i) Prioritaskan korban yang menderita sesak dada, pendarahan, luka

yang serius dan keadaan tak sadar terlebih dahulu

(ii) Obati korban di tempat kecelakaan, jika memungkinkan

(iii) Berdirikan dan sangga/topang bagian yang terluka sampai patahnya

tidak bergerak.

(iv) Balut tubuh atau bidai bagian yang patah supaya tidak bergerak

(v) Jaga sendi di atas dan di bawah bagian yang patah, topang bagian atas

dan bawah yang patah supaya tidak bergerak.

(vi) Naikkan bagian tubuh yang terluka pada posisi diatas jantung, jika

mungkin

(vii) Panggil layanan darurat dan antar kerumah sakit terdekat untuk

mendapatkan pertolongan medis.

(b) Mengobati Punggung yang patah

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 126 dari 143

Page 127: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(i) Jaga korban untuk tetap berbaring

(ii) Jika pertolongan medis belum datang, jangan memindahkan korban.

Tutupi/lindungi korban, tetap jaga kenyamanannya dan tunggu

pertolongan medis datang.

(iii) Jika pertolongan medis belum datang, untuk sementara bahu dan

panggul korban dipegang dengan tepat dengan cara, ganjal antara

paha, lutut dan pergelangan kaki

(iv) Ikat pergelangan kaki dan kaki bersamaan dengan menggunakan

pembalut ‘figure 8’. Gunakan pembalut yang lebar disekitar lutut dan

paha

(v) Jika memungkinkan, angkat korban dengan posisi seperti posisi pada

saat ditemukan. Gunakan bantalan pada usungan/tandu dan jaga

tubuh korban pada posisi lurus.

(vi) Pastikan jalan udara tidak tersumbat/lancar dan nafasnya cukup.

(vii) Panggil layanan darurat dan antar kerumah sakit terdekat untuk

mendapatkan pertolongan medis

7.5.12. Luka pada mata

(a) Mengobati luka pada mata karena benda asing

(i) Jaga korban agar tidak menggosok matanya

(ii) Benda asing yang terletak pada bagian bawah mata yang berwarna

putih dapat diambil dengan menggunakan ujung sapu tangan.

(iii) Jika menyangkut dibawah pelupuk mata atas, dapat dilepas dengan

cara menekan pelupuk atas melewati pelupuk bawah

(iv) Jika benda asing tertancap atau melekat pada mata. Jangan lakukan

usaha apapun untuk melepasnya.

(v) Tutup kedua mata dengan kain

(vi) Panggil layanan darurat dan antar kerumah sakit terdekat untuk

mendapatkan pertolongan medis

(b) Terbakar Bahan Kimia

(i) Miringkan kepala kearah yang terbakar

(ii) Aliri mata dengan air dari sisi dalam ke sisi luar selama sepuluh menit

atau lebih jika rasa sakitnya tak tertahan

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 127 dari 143

Page 128: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(iii) Tutup kedua mata dengan kain

(iv) Panggil layanan darurat dan antar kerumah sakit terdekat untuk

mendapatkan pertolongan medis.

(c) Buta Akibat Cahaya

(i) Guyur/siram mata dengan air dingin

(ii) Tutup kedua mata dengan kain

(iii) Panggil layanan darurat dan antar kerumah sakit terdekat untuk

mendapatkan pertolongan medis

7.5.13. Stroke (serangan jantung)

(a) Gejala Stroke

Sakit kepala, kelumpuhan pada salah satu bagian tubuh, atau kesulitan

menelan dan berbicara. Serta kehilangan kesadaran/bingung.

(b) Gejala Serangan Jantung

Rasa sakit yang menyerang pada bagian dada yang meluas ke lengan, leher

dan rahang. Atau mungkin menjadi tidak dapat bernafas.

(c) Hal-hal yang berhubungan dengan stroke atau serangan jantung

(i) Dugaan Stroke . Jika korban sadar, baringkan dengan kepala dan bahu

sedikit dinaikkan dan disangga dengan bantal. Posisikan kepala korban

pada salah satu sisinya agar air liur dapat mengalir dari mulut

(ii) Dugaan Serangan Jantung - Jika korban masih sadar, posisikan korban

setengah duduk, dengan kepala dan bahu disangga dengan bantal dan

guling, serta guling lain dibawah lutut.

(iii) Panggil dokter, atau hubungi layanan darurat dan mintalah ambulan

(iv) Lepas/longgarkan baju disekitar leher, dada dan pinggang untuk

membantu sirkulasi dan pernapasan

(v) Jangan berikan makanan atau minuman apapun pada korban

(vi) Jangan biarkan korban serangan jantung melakukan

pergerakan yang tidak perlu, karena akan memberikan

tekanan lebih pada jantung.

(vii) Jika korban tak sadarkan diri, posisikan korban dengan nyaman.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 128 dari 143

Page 129: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

7.5.14. Orang yang tak sadarkan diri

Selalu posisikan korban yang tak sadar ke posisi pemulihan lateral. Hal ini akan

mencegah darah, air liur atau lidah menyumbat saluran pernafasan. Posisi

pemulihan merupakan perlakuan/pengobatan terhadap korban yang tak

sadarkan diri

Meletakkan korban yang tak sadarkan diri pada posisi pemulihan lateral

(i) Periksa respon korban dengan memberinya pertanyaan sederhana atau

perintah sederhana. Jika tidak ada respon, bersiaplah untuk memposisikan

korban pada posisi pemulihan lateral

(ii) Berlututlah disamping korban dan letakkan lengan terjauh pada siku kanan

tubuh. Angkat lutut terdekat sehingga kaki berada pada sudut kanan

pinggul, jauhkan kaki bersentuhan dengan tanah. Letakkan lengan yang

dekat melewati dada, dengan jari menunjuk ke bahu kiri.

(iii) Angkat bahu dan dada yang dekat, kemudian gulingkan perlahan menjauhi

sisi atas. Jaga lutut atas membengkok sedikit lebih rendah dari kaki. Lipat

lengan atas melewati siku lengan yang berada dibawah.

(iv) Bersihkan jalan udara korban dengan jari dan miringkan kepala belakang

dengan posisi muka sedikit turun. Hal ini akan melindungi lidah menutupi

kerongkongan dan memungkinkan cairan, seperti darah atau muntahan,

mengalir.

(v) Longgarkan pakaian disekitar leher, dada dan pinggang korban.

(vi) Jika korban bernafas, tinggalkan pada posisi pemulihan, tenangkan dari

shocknya. Jika tidak bernafas, mulailah melakukan pernafasan buatan.

(vii) Pada kasus ini, harus ada orang lain selain penolong untuk memanggil

ambulan dan tenaga medis.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 129 dari 143

Page 130: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

7.5.15. Luka Bakar

Adalah luka yang disebabkan oleh suhu berlebihan (baik panas atau dingin) dan

bahan-bahan kimia.

Terbakar yang disebabkan oleh panas yang bersifat basah seperti uap air atau

cairan panas disebut luka terbakar (scalds). Penanganannya sama dengan luka

karena terbakar.

(a) Penanganan umum scald dan luka bakar ringan (minor)

(i) Posisikan bagian yang terluka dibawah air dingin yang mengalir pelan,

celupkan pada air dingin minimal 10 menit atau lebih lama jika rasa

sakitnya tidak tertahankan. Jika tidak tersedia air, gunakan cairan

dingin yang tak berbahaya seperti susu atau bir dan paling sedikit ada

satu kaleng jerigen air untuk berjaga-jaga.

(ii) Lepas cincin, jam dan pakaian ketat korban perlahan-lahan, sebelum

terjadi pembengkakan.

(iii) Tutup daerah yang terbakar dengan kain yang bersih dan steril atau

dari bahan yang tidak menempel dan berbulu

Dalam melakukan tindakan pertolongan dilarang :

(i) Memecah bagian yang melepuh

(ii) Memakaikan losion, obat salep atau lemak pada luka korban

(iii) Memakaikan pakaian yang mengandung bahan perekat

(iv) Segera minta pertolongan medis

(l) Luka bakar yang serius/parah

(i) Baringkan korban, lindungi area yang terbakar dari sentuhan dengan

tanah. Jika area yang terbakar masih panas, tuangkan air dingin atau

cairan dingin yang tidak berbahaya ke area yang terbakar dengan hati-

hati. Lanjutkan sampai sakitnya tertahan.

(ii) Lepaskan dengan hati-hati cincin, jam, sabuk dan baju yang ketat

sebelum lukanya mulai membengkak

(iii) Jangan melepas baju yang menempel pada tempat yang terbakar.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 130 dari 143

Page 131: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

(iv) Tutup area yang terbakar menggunakan baju steril yang bahannya

tidak mudah menempel atau bahan yang tidak berbulu, misalnya kain

yang baru saja dicuci atau sarung bantal.Perban luka korban.

(v) Jangan gerakkan bagian tubuh yang terbakar serius.

(vi) Tenangkan korban yang mengalami shock.

(vii) Jika korban tak sadarkan diri, buka jalan udara dan periksa

pernafasnya.

(viii) Panggil ambulan atau tenaga medis.

7.5.16. Teknik Cardio-Pulmonary Resuscitation (CPR)

Teknik ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah terlatih dalam

memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan. Karena akan berbahaya jika

dilakukan tanpa mendapatkan pelatihan.

Jika jantung korban berhenti, darah tidak akan dipompa ke otak, dan teknik

penyadaran korban lewat mulut tidak akan berguna, kerusakan sel - sel otak

akan terjadi dalam beberapa menit.

Tekanan eksternal pada jantung akan memeras/menekan jantung korban

(tekanan antara tulang dada dan tulang punggung) yang bertindak sebagai

pompa tangan yang memaksa darah mengaliri sistem sirkulasi. Jika otak terus

menerima darah, jantung dapat berdetak secara spontan dan korban akan pulih

tanpa menderita kerusakan otak.

Tekanan eksternal pada jantung yang digunakan bersamaan dengan hal yang

menyadarkan udara terakhir (expired air resuscitation), dikenal sebagai ‘cardio-

pulmonary resuscitation’ (CPR). Tetapi teknik ini dapat menjadi teknik yang

berbahaya jika penekanan dilakukan ketika jantung masih berdenyut dan dapat

mengakibatkan jantung berhenti berdetak (karena jantung sensitif terhadap

tekanan).

Tekanan hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah terlatih pada

pertolongan pertama pada kecelakaan, dan setelah dapat dipastikan

bahwa detak jantung korban telah berhenti.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 131 dari 143

Page 132: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Teknik ini tidak dapat diterapkan tanpa pelatihan, dan tidak boleh dilakukan pada

orang yang sehat.

Cara Memberikan CPR dengan Penolong Tunggal

(a) Untuk Jalan Udara

Penolong harus dapat memastikan keselamatan dirinya dan lokasi dimana

CPR dilakukan.

Jangan melakukan teknik penyadaran kecuali jika korban tidak dapat

memberi respon. Periksa apakah ada luka lainnya.

Goyangkan bahunya dengan lembut dan berteriaklah “Anda baik-baik?”. Jika

tidak ada respon, berteriaklah untuk mencari bantuan, dengan harapan

seseorang akan mendengar dan membantu.

Jika ada orang lain yang membantu, suruh orang tersebut untuk memanggil

ambulan atau tenaga medis dengan memberikan informasi dan lokasi yang

lengkap dan benar.

Berlututlah pada bahu korban dan posisikan korban datar dengan bahunya

pada permukaan yang kuat.

Pindahkan dia dengan lembut dan sangga/topang kepala dan lehernya,

sehingga kepala, bahu dan tubuhnya berpindah bersama tanpa terpelintir.

Karena kemungkinan korban juga mempunyai luka yang tidak dapat dilihat.

Jangan meletakkan bantal dibawah kepala korban yang tidak sadar.

Pembukaan jalan udara dengan segera merupakan prioritas utama pada

keberhasilan pertolongan.

Selama bernafas normal, jalan udara korban akan terbuka. Karena korban

yang tak sadarkan diri, posisi lidahnya dapat berbalik ke arah kerongkongan

sehingga menutup jalan udara korban.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 132 dari 143

Page 133: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Metode yang harus dilakukan adalah metode “memiringkan kepala dan

mengangkat dagu”.

Letakkan tangan pada muka korban dan tekan kebelakang dengan telapak

tangan. Angkat rahang ke atas dengan ujung jari dibawah tulang dagu.

Mulut dipegang sedikit terbuka. Jari jangan menekan bagian lembut

dibawah dagu karena dapat menghalangi jalan udara korban.

Jika ada muntahan atau benda asing dalam mulut, ambillah dengan segera.

Gigi palsu hanya diambil jika terlepas.

Membuka jalan udara merupakan hal yang diperlukan untuk

menyelamatkan hidup korban.

(b) Untuk Pernafasan

Satu-satunya cara untuk menentukan apakah nafas korban ada atau tidak

adalah dengan melihat, mendengar dan merasakan. Jaga kepala korban

tetap pada posisi miring dan dagu diangkat, turunkan kepala kearah dada

korban dengan telinga secara langsung berdekatan dengan mulut korban.

(i) Lihatlah naik turunnya dada

(ii) Dengarkan suara nafas korban.

(iii) Rasakan udara pada pipi Selama 3 sampai 5 detik.

(iv) Jika nafas sudah ada, gulingkan ke posisi pemulihan dan jagalah jalan

udara korban.

(v) Jika pernafasan tidak ada, mulailah melakukan teknik pemulihan

pernafasan.

Pertolongan pernafasan pertama dengan cara memberikan dua nafas penuh

(1 - 1.5 detik per pernafasan). Jaga posisi kepala korban tetap miring, dagu

diangkat dan jepit lubang hidung yang tertutup untuk menahan udara yang

keluar. Ambil nafas dalam - dalam, buatlah perekat yang ketat pada sekitar

mulut dan hembuskan sampai dada korban naik. Dalam setiap pernafasan,

turunkan kepala anda ke dada korban dan ambil nafas lagi.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 133 dari 143

Page 134: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Perhatikan dada korban yang mengempis ketika menghembuskan nafas.

Dengar dan rasakan hembusan udaranya. Jagalah kepala korban tetap pada

posisi miring dan dagu diangkat, karena posisi ini akan mengangkat lidah

sehingga jalan udara bersih dan membantu menghindari udara di perut atau

muntah.

Pernafasan mulut ke pernafasan hidung dapat dipergunakan jika mulut

korban tidak dapat dibuka, jika ada luka dimulutnya atau korban berada

didalam air. Angkat dagu untuk mendekatkan mulut dan hembuskan udara

melalui hidung korban. Bila perlu buka mulut sehingga memungkinkan

korban dapat menghembuskan udara.

(c) Untuk Sirkulasi

Setelah dua pernafasan pertama, periksa denyut carotid korban. Letakkan 2

- 3 jari pada leher korban. Sedangkan tangan yang lain menahan kepala

korban yang miring. Lakukan dalam 5 - 10 detik untuk menemukan tempat

yang benar.Nadi korban sendiri mungkin melemah, sangat lemah atau

cepat,sehingga harus diperkirakan dengan tepat.

Jika nadinya ada, lanjutkan pertolongan pernafasan satu kali setiap lima

detik.

Jika nadinya tidak ada, maka diperlukan penekanan pada dada dan

pertolongan pernafasan.

Jika sendirian dan jika pesawat telepon tersedia hubungi ambulan dan

tenaga medis dengan segera. Lakukan pertolongan pernafasan kembali.

(d) Tekanan pada dada

Korban harus berbaring datar dengan punggungnya di tanah atau sesuatu

yang permukaannya kokoh.

Tekanan pada dada harus melebihi ½ bagian tulang dada bagian bawah,

tetapi tidak melewati ujung bawah (proses siphoid) atau tulang yang

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 134 dari 143

Page 135: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

mengalami luka dalam. Penempatan tangan yang tepat adalah hal yang

penting.

Gerakkan dua jari dari tulang rusuk yang lebih rendah ke sudut

pertengahan dimana tulang iga bertemu tulang dada.

Dengan dua jari pada sudut, letakkan tumit tangan yang lain diatas jari tsb.

Letakkan tangan yang lain di atasnya sehingga tumit kedua tangan itu

parallel. Tumit kedua tangan harus berada sejajar dengan tulang dada.

Jari dapat dapat digunakan saling mengunci untuk menjaga dada.

Sedangkan posisi alternatif adalah tangan yang di atas mengenggam

pergelangan tangan yang berada di dada.

Dengan bahu secara langsung diatas dada. Dengan siku tangan lurus dan

terkunci, tekan tulang dada korban ke bawah dengan menggunakan berat

tubuh.

Tekan tulang dada 3.8 - 5 cm (1 ½ - 2 inci), jaga ritme penekanan antara

tekanan dan relaksasi. Hindari tekanan yang terlalu kuat atau sentakan

yang tiba - tiba. Jangan bengkokkan/tekuk siku.

Pada saat menekan, hitung “satu dan dua dan tiga dan…..seterusnya.

Tekanan dilakukan rata - rata 80 - 100 per menit.

Tekanan dada bertujuan menekan jantung dan pembuluh darah besar

korban. Tekanan ini menekan darah ke dalam arteri yang mengalirkan

darah ke otak.

Berikan 15 tekanan dengan rata - rata 80 - 100 per menit. Setelah lima

belas tekanan, berikan 2 pertolongan pernafasan.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 135 dari 143

Page 136: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Setelah sekitar satu menit (15.2) (menyelesaikan dua pernafasan dan

setelah beberapa menit) periksa kembali denyut nadi korban. Jika belum

ada denyut nadi, berikan dua pernafasan dan lanjutkan CPR.

Jika ada denyut nadi tetapi tidak bernafas, mulailah menolong

pernafasannya.

Lanjutkan CPR sampai:

(a) Korban mempunyai denyut nadi dan kembali bernafas.

(b) Seorang dokter atau tenaga medis professional dating dan mengambil

alih tanggungjawab anda.

(c) Anda kehabisan tenaga.

Jangan berputus asa bahkan ketika segala sesuatu tampak tidak ada

harapan, sampai penolong yang terlatih datang.

Jangan pernah menghentikan CPR lebih dari 7 detik.

Jika nafasnya ada, posisikan korban pada posisi penyembuhan dan jaga

jalan udara korban dengan memiringkan kepalanya.

(i) Silangkan kaki korban.

(ii) Gulingkan korban kearah penolong

(iii) Letakkan tangan korban yang atas dibawah kepala. Jaga kepala agar

tetap miring.

(iv) Bengkokkan kaki atas ke arah kepala.

(v) Tarik lengan bagian bawah dibelakang punggung korban

Terdapat metode lain untuk melakukan posisi pemulihan yang fleksibel dan

sesuai dengan lingkungan yang ada. Hal yang paling penting dalam semua

metode pemulihan adalah tetap menjaga jalan udara korban. Pastikan jalan

udara korban tetap terbuka dan pernafasan terus berlangsung. Jaga korban

tetap hangat dan temani sampai pertolongan medis tiba.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 136 dari 143

Page 137: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

PENUTUP

Dengan selesainya buku PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET

DENGAN METODE PDKB diharapkan dapat membantu manajemen dalam

mengambil keputusan dan dapat berguna bagi pelaksana untuk meleksanakan

pekerjaan dengan aman dan selamat karena pelaksanaan pekerjaan dalam

keadaan bertegangan mengandung resiko yang sangat tinggi.

Tim penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna oleh karena

itu keritik dan saran sangat diharapkan dan tidak tertutup kemungkinan dimasa

yang akan datang buku ini disempunakan lagi sehingga dapat membantu

perushaan lebih maju lagi.

Semoga dengan sumbangan pemikiran ini, dapat berguna bagi PELAKSANA,

MANAJEMEN maupun PERUSAHAAN .

Akhir kata dengan selesainya penyusunan buku ini perkenankanlah kami Tim

Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan memfasilitasi dalam penyusunan buku ini.

Wasalam

Tim Penyusun

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 137 dari 143

Page 138: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

DAFTAR PUSTAKA

1) Services, Transfield, “Transmission Live Line Field and Training Manual”,

Blenheim, 2004.

2) Training, Omaka, ”Transmission Live Line Level Two”, Blenheim, 2004.

3) Chance, A.B., “Tool Catalogue”. April 2003.

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 138 dari 143

Page 139: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

LAMPIRAN

Daftar Prosedur dan IK PDKB

NO NOMOR PROS /IKA JUDUL PROS dan IK

1P3B JB - TRS/PROS/05-100/PAJPDKB

Prosedur Akses ke Jaringan untuk Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan pada Instalasi Tegangan Tinggi

/Ekstra Tinggi

2P3B JB - TRS/PROS/05-101/PMAKP

Pedoman Membuat Analisa Keselamatan Pekerjaan

3P3B JB - TRS/PROS/05-102/PDKB

Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan TT /TET

4 P3B JB - TRS/IKA/05-103/PIT

Instruksi Kerja Pengetesan Isolator Tension-Suspension 150 KV & 70 KV

5 P3B JB - TRS/IKA/05-104/PIS

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 150 KV Wire Tong - Spiral Link Stick

6 P3B JB - TRS/IKA/05-105/PIC

Instruksi Kerja Penggantian Suspension Clamp150 KV Wire Tong - Spiral Link Stick

7 P3B JB - TRS/IKA/05-106/PIS

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 150 KV Spiral Link Stick

8 P3B JB - TRS/IKA/05-107/PSC

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension Clamp 150 KV Spiral Link Stick

9 P3B JB - TRS/IKA/05-108/PIT

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension 150 KV Strain Pole - Chain Hoist

10 P3B JB - TRS/IKA/05-109/PIT

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension 150 KV Distribution Carrier – Craddle

11 P3B JB - TRS/IKA/05-110/PIS

Intruksi Kerja Pengetesan Isolator Suspension 500 KV

12 P3B JB - TRS/IKA/05-111/PIT

Intruksi Kerja Pengetesan Isolator Tension 500 KV

13 P3B JB - TRS/IKA/05-112/PIS

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 500 KV V - String Strain Pole Jack Screw - Craddle

14 P3B JB - TRS/IKA/05-113/PIS

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 500 KV V - String Strain Pole Chain Hoist Live Line Rope

15 P3B JB - TRS/IKA/05-114/PIT

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension 500 KV Mast Boom - Strain Pole Screw Jack dan Craddle

16 P3B JB - TRS/IKA/05-115/PIS

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 500 KV I - String Strain Pole Chain Hoist Live Line Rope

17 P3B JB - TRS/IKA/05-116/PIS

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 500 KV V - String Strain Pole Chain Hoist Live Line Rope

18 P3B JB - TRS/IKA/05-117/PIS

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 500 KV V - String Strain Pole Jack Screw - Live Line Rope

19 P3B JB - TRS/IKA/05-118/PIS

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 500 KV V - String Strain Pole Chain Hoist Live Line Rope

20P3B JB - TRS/IKA/05-119/PSS

Instruksi Kerja Perbaikan /Penggantian Spacer pada Konduktor 4 Kawat Single Cirkuit Acces Rope pada Tower

Suspension V String 500 KV

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 139 dari 143

Page 140: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

21P3B JB - TRS/IKA/05-120/PST

Instruksi Kerja Perbaikan /Penggantian Spacer pada Konduktor 4 Kawat Single Cirkuit Acces Ladder Assembly

pada Tower Tension 500 KV

22 P3B JB - TRS/IKA/05-121/PSS

Instruksi Kerja Pengukuran Isolator

23 P3B JB - TRS/IKA/05-122/PST

Instruksi Kerja Pengukuran Isolator Tension 500 KV Link Pendek

24 P3B JB - TRS/IKA/05-123/PSS

Instruksi Kerja Pengukuran Isolator Tension 500 KV Link Panjang dan Line Droper Arah Switch Yard Single String

25P3B JB - TRS/IKA/05-124/PST

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tower Tension 150 KV Rigid Link , Double String , Double Konduktor dengan

Metode Barehand , Strain Pole

26 P3B JB - TRS/IKA/05-125/PST

Instruksi Kerja Pelaksanaan Turun Tandem Acces Rope

27 P3B JB - TRS/IKA/05-126/PSS

Instrusi Kerja Akses Linesman Ke Hot dengan Cara Swing , Tower Suspension 500 KV

28P3B JB - TRS/IKA/05-127/PSS

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension Fasa Tengah Single Circuit 500 KV Mast - Boom,Strain Pole Screw Jack

Swivel Boom

29P3B JB - TRS/IKA/05-128/PSS

Instuksi Kerja Penggantian Isolator Piring Ke 1 - 3 Sisi Cold /Hot,Tower Tension "J" Craddle Adjustable Strain Pole

Screw Jack Swivel Boom

30 P3B JB - TRS/IKA/05-129/PSS

Instuksi Kerja Penggantian Isolator Tower Suspension 500 KV Dua String Bergantian dari String Dalam ke String Luar

V - String Strain Pole Chain Hoist- Live Line Rope,Tanpa Turun

31P3B JB - TRS/IKA/05-130/PSS

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tower Suspension 500 KV V - String, Strain Pole Chain Hoist - Live Line

Rope , Tanpa Turun

32 P3B JB - TRS/IKA/05-131/PEW

Instruksi Kerja Perbaikan Earth Wire pada SUTET 500 KV

33 P3B JB - TRS/IKA/05-132/AKT

Instruksi Kerja Acces Rope Tower Tension SUTET 500 KV

34P3B JB - TRS/IKA/05-133/PSS

Instruksi Kerja Perbaikan Spacer pada Konductor 4 Kawat Single Circuit Acces Rope dengan Alat Bantu Kerja Troly

pada Tower Suspension V - String 500 KV

35 P3B JB - TRS/IKA/05-134/PSS

Instruksi Kerja Penurunan Hot End Crew dari Tyengah Andongan Konduktor pada Pekerjaan Penggantian Spaser

SUTET 500 KV Single Circuit Access Rope Tower Suspension V - String

36 P3B JB - TRS/IKA/05-135/PSS

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension 500 KV Strain Pole Screw Jack - No Mast - Boom Dan Craddle

37 P3B JB - TRS/IKA/05-136/PHA

Instruksi Kerja Penyelamatan Hot End Dalam Kondisi Akan Terjadi Cuaca Buruk , Access Ladder

38 P3B JB - TRS/IKA/05-137/PHS

Instruksi Kerja Penyelamatan Hot End Dalam Kondisi Akan Terjadi Cuaca Buruk , Access Rope Tower Suspension

39P3B JB - TRS/PROS/05-138/P3K

SOP Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan , Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan Tinggi - Ekstra Tinggi (Pdkb

TT /TET)

40 P3B JB - TRS/IKA/05-139/PIW

Instruksi Kerja Pengoperasian Insulator Washer Pada Pekerjaan Bertegangan Sampai 150 KV

41 P3B JB - Prosedur Pemeliharaan dan Pemakaian Live Line Rope

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 140 dari 143

Page 141: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

TRS/PROS/05-140/PLLR

42P3B JB - TRS/PROS/05-141/PHE

Prosedur Pemeliharaan dan Penyimpanan Hot Stick

43P3B JB - TRS/PROS/05-142/PPKD

Prosedur Pemeliharaan dan Pengamanan Peralatan Kerja pada Keadaan Darurat

44 P3B JB - TRS/IKA/05-143/PHST

Instruksi Kerja Pengamanan Hot Stick Dalam Keadaan Darurat ( Cuaca Buruk ) Di Tower Tension Access Ladder

45P3B JB - TRS/IKA/05-144/PPHS

Instruksi Kerja Pengamanan Hot Stick Dalam Keadaan Darurat ( Cuaca Buruk ) Di Tower Suspension Swing

Access

46 P3B JB - TRS/IKA/05-145/AHS

Instruksi Kerja Akses Konduktor dengan Hot Stick pada Tower Suspension

47 P3B JB - TRS/IKA/05-146/PIS

Instruksi Kerja Akses Platform dan Swifel Stick Tower Suspension 500 KV

48 P3B JB - TRS/IKA/05-147/HLS

Instruksi Kerja Akses Konduktor pada Suspension SUTET 500 KV Dengan Ladder

49 P3B JB - TRS/IKA/05-148/KTG

Instruksi Kerja Akses Konduktor pada Tengah Gawang SUTET 500 KV dengan Tambang Isolasi

50 P3B JB - TRS/IKA/05-149/PIS

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 150 KV Single Konduktor H - Frame Strain Pole

51 P3B JB - TRS/IKA/05-150/PIS

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 150 KV Double Konduktor H - Frame Strain Pole

52 P3B JB - TRS/IKA/05-151/PIT

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension 150 KV Strain Pole, Special Tool

53 P3B JB - TRS/IKA/05-152/PHT

Instruksi Kerja untuk Pekerjaan pada Konduktor SuTET 500 KV Double Circuit dengan Menggunakan Trolley

54 P3B JB - TRS/IKA/05-153/PIT

Instruksi Kerja Penggantian Isolator Support Jumper Tower Tension 500 KV

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 141 dari 143

Page 142: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

BIODATA PENYUSUN

Nama : Carya

Tempat dan Tanggal Lahir : Sumedang, 16 Juli 1952

Unit Kerja : PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Barat

Jabatan : Ahli Madya Pengembangan PDKB TT/TET

Nama : Arief Ibrahim Wuller

Tempat dan Tanggal Lahir : Bogor, 17 Agustus 1984

Unit Kerja : PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta

Banten

Jabatan : Terampil PDKB TT/TET

Nama : Aryo Tiger Wibowo

Tempat dan Tanggal Lahir : Semarang, 30 Januari 1983

Unit Kerja : PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Barat

Jabatan : Terampil PDKB TT/TET

Nama : Andri Yunianto

Tempat dan Tanggal Lahir : Semarang, 14 Juni 1985

Unit Kerja : PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Tengah

& DIY

Jabatan : Terampil PDKB TT/TET

Nama : Yudha Hardiyantoro

Tempat dan Tanggal Lahir : Sidoarjo, 2 Mei 1984

Unit Kerja : PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Timur &

Bali

Jabatan : Terampil PDKB TT/TET

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 142 dari 143

Page 143: Buku Pedoman

PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan

PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE

PDKB

Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 143 dari 143