buku pedoman
TRANSCRIPT
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Prinsip Pekerjaan Saluran Bertegangan dengan metode barehand
Prinsip yang dimaksud dalam pekerjaan saluran bertegangan dengan metode
barehand adalah sangat sederhana, yaitu melihat seekor burung mendekat dan
kemudian bertengger diatas konduktor bertegangan. Karena tidak ada jalan
dimana arus akan mengalir, burung akan tetap nyaman berada pada konduktor
meskipun tubuhnya telah bertegangan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
pekerja yang terlatih menggunakan teknik dan perlengkapan khusus dapat
dengan aman bekerja pada tegangan sampai dengan 765 kV dengan metode
barehand.
Hal yang sangat penting untuk diingat bahwa pekerja harus menjaga jarak aman
minimum dari pentanahan dan semua fasa yang berbeda potensialnya. Hal ini
untuk mencegah kemungkinan tubuh pekerja teraliri arus listrik.
Prinsip teknis untuk pekerjaan bertegangan diatas sudah dikenal dari tahun
1837. Pada tahun tersebut, Michael Faraday menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan potensial dalam sebuah konduktor. Dia menemukan bahwa tidak ada
pengisian listrik dan oleh sebab itu maka tidak ada medan elektrostatis di dalam
sangkar logam yang telah diberi tegangan dengan potensial yang sama dengan
menganggap tanah sebagai konduktor. Dengan tidak adanya perbedaan
potensial maka tidak ada arus yang mengalir.
Dengan menggunakan prinsip tersebut, seorang pekerja dapat dialiri tegangan
listrik apabila dilindungi dalam sebuah sangkar Faraday yang diikat/dihubungkan
ke konduktor bertegangan sehingga dapat bekerja pada konduktor dengan
nyaman. Cara ini hanya dapat dilakukan oleh pekerja yang diisolasi dari bumi
dan fasa lainnya.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 1 of 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
1.2 Sejarah PDKB di Dunia
Pada tahun 1960, Harold L. Roden, seorang insinyur praktisi tegangan tinggi dari
perusahaan pelayanan Tenaga Listrik Amerika, berkerjasama dengan Dr. Charles
D Miller, seorang insinyur peneliti muda perusahaan Ohio Brass, mengadakan
sebuah program pengujian untuk mengevaluasi faktor-faktor yang tidak diketahui
dan aspek keselamatan dari metode barehand. Metode ini telah dikembangkan
dan disempurnakan dalam pengujian mereka, sehingga dapat dilakukan oleh
semua pelaksana dalam pemeliharaan bertegangan saluran tegangan tinggi.
Tiga alasan utama yang menyebabkan metode barehand digunakan :
(a) Kurangnya sistem interkoneksi transmisi sehingga pekerjaan dalam
keadaan bertegangan menjadi sangat penting.
(b) Bertambahnya ukuran konduktor dan asesorisnya menyebabkan
penggunaan hot stick menjadi kurang praktis.
(c) Bertambahnya tegangan sistem sehingga mengakibatkan bertambahnya
jarak aman.
Teknik ini bukan merupakan pengganti metode lain dari pemeliharaan saluran
bertegangan tetapi lebih merupakan sebuah prosedur pelengkap yang terkait
dalam bidang ini. Hot stick dan live line rope merupakan komponen yang
diperlukan pada sebagian besar pengoperasian metode barehand.
Penggunaan teknik “Sangkar Faraday” telah diganti dengan pakaian konduktif
pada metode barehand. Dengan pakaian konduktif, intensitas listrik di tubuh
pelaksana dapat dibatasi sehingga pelaksana dapat bekerja dalam kondisi yang
aman dan nyaman meskipun bekerja pada tegangan yang tinggi.
Perkembangan PDKB
Pelaksanaan pekerjaan pada saluran listrik tegangan tinggi dengan cara PDKB
telah ada sejak beberapa tahun yang lalu.
Dengan terus bertambahnya permintaan penggunaan listrik dan untuk
memberikan pelayanan kepada konsumen dengan standar yang lebih tinggi
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 2 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
tanpa memutus aliran listrik, sehingga penting untuk melaksanakan pekerjaan
pemeliharaan dalam keadaan bertegangan.
Pemeliharaan saluran bertegangan pertama kali digunakan hanya untuk
membuka saklar pemutus aliran. Meskipun cara ini pada pelaksanaannya terlalu
lama, tetapi terbukti metode ini aman. Metode ini digunakan untuk waktu yang
lama dan belum terpikirkan untuk mengembangkan metode ini untuk tujuan
yang lain.
Pada awalnya peralatan PDKB dibuat secara industri rumah tangga, pada tahun
1913 di sebuah perusahaan di daerah Wapakoneta, Ohio, Amerika serikat. Dan
mereka mengembangkan berbagai peralatan yang lebih halus dan efisien.
Pada tahun 1916 sebuah peralatan yang dikenal sebagai ”pengait listrik” telah
dikenal di Atlanta, Geogia, Amerika Serikat. Alat ini merupakan sebuah klem
dengan pegas bertujuan untuk membuka rangkaian bertegangan.
Penggunaannya memerlukan hot stick untuk tujuan isolasi dan disarankan
menggunakan peralatan tambahan lainnya yang akhirnya berkembang seperti
grounding, paralel klem, pemegang konduktor, pengikat kawat, gergaji,
comealong, dan saddle yang dipasang pada tower untuk menyokong peralatan
tertentu.
Pada tahun 1918, di Taylorville, Illinois, Amerika, Perusahaan Tips Tool mulai
memproduksi klem saluran bertegangan, klem pentanahan, tongkat klem.
Beberapa tahun kemudian perusahaan yang sama memperkenalkan alat
pemangkas pohon secara bertegangan, wire tong, stick, tower saddle dan
aksesoris stick.
Peralatan saluran bertegangan pertama kali digunakan hingga tegangan 33 kV.
tetapi banyak linesman ragu-ragu untuk melakukan pengoperasian hot stick
pada tegangan ini. Karena ketakutan ini, banyak perusahaan membatasi
pemeliharaan saluran bertegangan sampai dengan 22 kV. Karena linesman mulai
menyadari bahwa penggunaan peralatan saluran bertegangan selalu menjaga
mereka pada kondisi aman, ketakutan mereka untuk melakukan pekerjaan mulai
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 3 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
hilang, hingga akhirnya pada tahun sampai tahun 1930 beberapa perusahaan
mengijinkan pengoperasian saluran bertegangan pada 66kV, tidak lama
kemudian menjadi 110 kV. Sampai akhir tahun tiga puluhan ada berita yang
menakjubkan, yaitu bahwa Saluran West Coast 220 kV telah sukses dikerjakan
dalam keadaan bertegangan. Tonggak bersejarah yang lain terjadi pada bulan
Maret 1948 ketika OG Anderson dan MR Parkin, ahli peralatan Saluran
Bertegangan Perusahaan AB Chance mengganti isolator pada tower suspension
pada tegangan 287 kV penghantar Hoover Dam, Los Angeles.
Pada tahun 1954, saluran 345 kV dikontruksi dan Chance sukses bekerja pada
330 kV untuk Listrik Indiana-Michigan dengan peralatan baru berupa alat kayu
berlapis Maplac. Dengan datangnya/munculnya tegangan yang lebih tinggi dan
stick yang lebih panjang, pencarian dimulai untuk peralatan yang baik, kuat dan
ringan dengan kualitas dielektrik yang tinggi. Pada pertengahan 1950 stick
isolasi dari bahan fiberglass telah digunakan sebagai peralatan saluran
bertegangan; tahun 1959 Epoksiglas Chance muncul digunakan secara umum.
Berat merupakan faktor yang penting pada pekerjaan saluran bertegangan,
karena kelelahan harus ditekan sampai tingkat minimum. Akhirnya pada tahun
1947 muncul pemikiran untuk membuat peralatan yang lebih ringan, lebih kuat
dan lebih aman yang dikenal dengan epoksiglas. Kemudian, untuk keamanan dan
kenyamanan pelaksana PDKB, AB Chance mulai membuat conductive suite.
Dalam perkembangannya, enginer merancang konstruksi tower yang lebih
efisien dalam mendukung pelaksanaan pemeliharaan secara bertegangan.
Berbagai program pelatihan pun diadakan untuk mengembangkan berbagai
teknik pemeliharaan secara bertegangan, sehingga pemeliharaan secara
bertegangan mulai diimplementasikan di berbagai belahan dunia.
1.3 Sejarah PDKB TT/TET di Indonesia
Bagi karyawan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di seantero nusantara ini,
terutama di jajaran distribusi agaknya tidak asing lagi mendengar istilah
Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB).
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 4 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Sejarah PDKB di PLN sebetulnya belum begitu panjang, kalau dihitung
pelaksanaan pertamanya pada 10 November 1993 di PLN Udiklat Semarang yang
dikenal dengan Pencanangan Pelaksanaan PDKB di Indonesia oleh Dirjen Listrik
dan Pengembangan Energi waktu itu, Prof Dr Artono Arismunandar.
Pencanangan itu didahului dengan terbitnya Keputusan Dirjen Listrik dan
Pengembangan Energi Nomor : 73-12/40/600.1/1993 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan.
Sejak tahun 1985 sebenarnya telah dilaksanakan pelatihan PDKB secara ”off-
line” di Udiklat Cibogo, namun belum dapat diaplikasikan secara “on line” karena
belum adanya undang – undang atau peraturan yang menunjang pelaksanaan
pemeliharaan bertegangan.
Sementara itu, dibelahan dunia lain, terutama negara-negara maju, bahkan
sejumlah perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia, sudah lebih dulu
melaksanakan PDKB. PLN sudah memiliki rencana untuk melaksanakan
pemeliharaan dengan cara PDKB bersamaan dengan dibangunnya SUTET 500 kV.
Di negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand sudah jauh-jauh hari
melakukan PDKB dan di dalam negeri sendiri pun, untuk PT Caltex Pasifik
Indonesia (CPI) di Propinsi Riau telah melaksanakan PDKB meskipun hanya
memiliki daya listrik 500 Mega Watt (MW) atau jauh di bawah milik PLN P3B – JB
yang mempunyai beban puncak mencapai 16 ribu MW.
Pembentukan tim PDKB diawali dengan Surat Keputusan (SK) Nomor :
152.K/020/DIR/2003 tanggal 6 Juni 2003 tentang Tim Persiapan dan Pelaksanaan
Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan untuk Tegangan Tinggi dan Tegangan
Ekstra Tinggi.
Tim tersebut adalah Berlin Simarmata (Kantor Pusat) sebagai Ketua, Basuki
Prayitno (P3B) sebagai anggota. Sedangkan Tim Implementasinya diketuai oleh
Djoko Hastowo (P3B), sekretaris Yanuar Hakim (P3B) dan anggota lainnya
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 5 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
sebanyak sembilan orang. Tim tersebut selanjutnya bertugas mempelajari perlu
tidaknya tim PDKB di PLN.
Dari hasil kajian di dapat bahwa PLN sudah sangat memerlukan Tim PDKB guna
pemeliharaan transmisi, kemudian pada tahap awal manajemen berpendapat
diperlukan sedikitnya personil baru sebanyak empat grup yang masing-masing
terdiri 6-7 orang sehingga diperlukan sebanyak 24 orang tenaga inti. Mereka
yang akan disaring dalam rekrutmen personil PDKB Transmisi ini harus
memenuhi kualifikasi yang relatif ketat karena jenis pekerjaannya memang
sedikit berbeda dengan pekerjaan karyawan PLN lainnya.
Pada Mei 2003, tim bayangan implementasi yang sebagian besar dari P3B juga
telah melakukan serangkaian persiapan antara lain pendataan dan pencarian
pegawai PLN yang untuk dilibatkan dalam pekerjaan itu, termasuk penjajakan ke
sejumlah pegawai yang terlibat di PDKB Distribusi. Dari langkah tersebut
akhirnya, dihasilkan gambaran kebutuhan SDM awal dari PDKB Transmisi ini
yakni sebanyak 36 personil SDM baru.
Sejak 30 juni sampai dengan 4 juli 2003 Tim Implementasi melaksanakan
benchmark ke PT.Caltex Pasifik Indonesia, kemudian dilanjutkan benchmark ke
EGAT Thailand tanggal 14 s/d 17 juli 2003.
Dalam proses seleksi dari 36 orang pegawai PLN yang berminat di dapat 10
orang untuk dididik menjadi supervisor PDKB, sedangkan dari 400 orang pelamar
yang masuk kualifikasi terpilih 36 orang yang akan di didik sebagai pelaksana
(linesman) PDKB.
Pelatihan pengawas (supervisor) PDKB dilaksanakan di Omaka Training Centre -
New Zealand selama 25 hari dari tanggal 3 juli s/d 9 september 2003 yang
dilanjutkan pelatihan di Udiklat Bogor pada 16 april s/d 24 mei 2004.
Tepatnya 9 september 2003 persiapan SDM pelaksana sebanyak 36 orang hasil
seleksi, yang diawali pendidikan kesamaptaan selama 1 (satu) bulan di SPN
Banyu Biru, dilanjutkan pendidikan transmisi off-line di Udiklat Semarang selama
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 6 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
6 (enam) bulan, kemudian para calon pelaksana PDKB melaksanakan On Job
Training di 3 (tiga) Region, yaitu Region Jakarta dan Banten, Region Jawa Barat,
dan Region Jawa Timur dan Bali selama 1 (satu) bulan. Pendidikan pemeliharaan
secara bertegangan/PDKB dilaksanakan di Udiklat Bogor selama 2 (dua) bulan.
Sejak 8 september 2004, supervisor dan pelaksana PDKB melaksanakan
Pekerjaan Dalam Keadaan bertegangan (PDKB) di Region Jakarta dan Banten,
Region Jawa barat, Region Jawa Tengah & DIY, dan Region Jawa Timur dan Bali.
Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mendeklarasikan operasional PDKB TT/TET
secara resmi pada 27 Oktober 2004 bertepatan dengan HLN ke – 58. Terhitung
saat itu PT PLN (Persero) telah memiliki Tim PDKB TT/TET yang tersebar di 4
region P3B Jawa Bali.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 7 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
BAB II
PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN PDKB TT /TET
2.1. Umum
Syarat umum untuk Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) TT/TET harus
berdasarkan :
(a) Prosedur dan Instruksi Kerja yang telah DISAHKAN, serta peralatan utama*)
yang telah BERSERTIFIKAT dan LULUS UJI oleh Lembaga
SertifikasiIndependen.
(b) Penerima Surat Penunjukkan Pengawas Pekerjaan Bertegangan (SP3B) dan
Surat Perintah melaksanakan Pekerjaan Bertegangan (SP2B) bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan PDKB, meliputi : Prosedur, Instruksi Kerja,
Peralatan, dan Material yang digunakan.
(c) Pelaksanaan PDKB TT/TET adalah pengembangan dari pekerjaan off line.
(d) PDKB tidak boleh dilaksanakan pada pekerjaan yang tidak terencana.
(e) Pengawas K3 bertanggung jawab atas keselamatan pelaksana, peralatan,
dan pelaksanaan pekerjaan.
(f) Keselamatan pribadi menjadi tanggung jawab masing-masing.
(g) Dalam melaksanakan pekerjaan tidak diperbolehkan ada dua kegiatan yang
dapat saling mempengaruhi pergerakan konduktor/tower bila terjadi
kegagalan peralatan atau material.
(h) Semua peralatan harus lulus uji setiap 6 bulan sekali.
(i) Semua pelaksana personil PDKB harus diperiksakan kesehatannya
menjalani pemeriksaan kesehatan (general check up) setiap satu tahun
sekali.
*) Peralatan utama adalah semua peralatan yang berhubungan langsung secara
elektrik dan atau mekanik dalam suatu pekerjaan.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 8 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
2.2. Ketentuan Keselamatan Pelaksanaan PDKB TT /TET
Sebelum melaksanakan PDKB harus dilakukan Analisa Keselamatan Pekerjaan
(AKP) pada setiap tower yang akan dikerjakan. Pelaksanaan perbaikan dikerjakan
selambat-lambatnya 7 hari setelah pelaksanaan AKP.
Hal-hal yang dilakukan pada saat AKP :
(a) Memeriksa kondisi tower, meliputi struktur tower, isolator, konduktor, kawat
petir, Optic Ground Wire (OPGW), dan aksesoris yang akan dikerjakan
termasuk tower pengapit.
(b) Menganalisa layak tidaknya pekerjaan pemeliharaan dilaksanakan dengan
PDKB
(c) Menentukan jarak aman minimum peralatan isolasi sesuai dengan tegangan
operasi
(d) Menghitung beban kerja pada tower, khusus pada tower tipe tension harus
dihitung dengan lebih teliti.
(e) Mengamati potensi bahaya pada lokasi pekerjaan, antara lain keselamatan
masyarakat umum, lintasan jalan raya, saluran transmisi, jalan kereta api,
dan lain-lain.
2.3. Metode PDKB TT/TET
2.3.1.Metode Barehand
Metode barehand adalah suatu metode dimana pelaksana bekerja dengan
menyentuh konduktor yang bertegangan, sehingga tidak ada perbedaan
potensial antara pelaksana dengan konduktor yang bertegangan.
Metode ini dapat dilakukan pada tegangan 150 kV sampai dengan 500 kV
dengan memperhatikan jarak aman minimum.
2.3.2.Metode Hot Stick
Metode Hot Stick adalah suatu metode dimana pelaksana berada di sisi tower
yang terisolasi dari konduktor bertegangan. Metode ini menggunakan peralatan
hot stick yang terbuat dari Fibreglass Reinforced Plastic (FRP) yaitu fiberglass
yang diperkuat dengan plastik dengan jarak tertentu sehingga aman dikerjakan.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 9 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Semua hot stick yang terbuat dari FRP harus mempunyai daya tahan elektrik dan
mekanik yang sesuai standar.
Ketentuan yang harus diperhatikan antara lain :
(a) Pelaksana berikut peralatannya (misal: ladder, platform, dll.) harus menjaga
jarak minimum diri dan semua peralatan yang dibawa dan yang digunakan
(misal: ladder, platform, dll.) agar tidak melanggar jarak aman minimum
yang ditentukan. (melampaui batas aman (sesuai TTabel 1, hal. 17)30)..
(b) Semua peralatan hot stick harus mempunyai panjang isolasi yang cukup,
sesuai dengan jarak aman minimum tegangan operasi.
(c) Sarung tangan berisolasi tidak boleh digunakan pada saat pelaksanaan
pekerjaan metode hot stick karena penggunaan sarung tangan dapat
menutupi rasa sengatan listrik bila terjadi arus bocor, yang mengindikasikan
kerusakan peralatan hot stick.
(d) Penggunaan sarung tangan dapat menjadi penyebab kontaminasi pada
permukaan peralatan hot stick, sehingga mengurangi sifat isolasi peralatan.
(e) Hot stick yang digunakan pada metode ini terbuat dari Fibreglass Reinforced
Plastic (FRP) yaitu plastik yang diperkuat dengan fiberglass .
(f) Semua hot stick yang terbuat dari FRP harus mempunyai daya tahan
elektrik dan mekanik yang sesuai standar.
[(g)] SSemua hot stick yang terbuat dari FRP harus diuji setiap 6 bulan di
Lembaga sertifikasi Independen dan hasilnya tercatat dan dibukukan.
(g)[(h)] Pemeriksaan visual peralatan hot stick dilakukan sebelum dan sesudah
digunakan. Untuk mengetahui tanda-tanda kerusakan, antara lain:
(i) Hilang atau turunnya mutu isolasi akibat terkKontaminasi polutan pada
hot stick dan tangga isolasi dapat menyebabkan penurunan daya
isolasi peralatan.
(ii) Cacat pada permukaan peralatan hot stick.
(iii) akibat Ppenyimpanan dan penggunaan yang tidak tepat.
(iv) Adanya garis karbon berwarna yang tidak beraturan pada permukaan
hot stick yang diakibatkan beban elektrik yang berlebihan.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 10 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(v) Adanya lengkungan, keretakan, pemuaian, dan kendornya pin pada
bagian logam hot stick yang disebabkan pembebanan mekanik yang
berlebihan.
Jika tanda-tanda kerusakan tersebut diatas ditemukan, maka harus segera
dievaluasi, diperbaiki dan diuji serta hasilnya dicatat pada data peralatan.
Metode hot stick dapat juga digunakan bersamaan dengan metode barehand
selama metode tersebut bisa saling melengkapi.
2.4. Pengawas Pelaksanaan PDKB
Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan, ditunjuk seorang Pengawas Pekerjaan dan
seorang Pengawas K3. Tujuan pengawasan adalah untuk memperoleh hasil
pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan standar mutu. Orang yang ditunjuk
sebagai Pengawas harus kompeten dan mengerti secara jelas tentang tanggung
jawab yang berkaitan dengan kualitas pekerjaan dan keselamatan anggotanya.
2.4.1.Pengawas Pekerjaan
Dalam pelaksanaan pekerjaan harus ditunjuk seorang Pengawas Pekerjaan yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
(a) Bersertifikat Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
metode yang akan dilakukan.sebagai Pengawas Pekerjaan PDKB TT/TET.
(b) Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode yang
akan dilakukan.
(c) Mampu membagi tugas dan tanggung jawab kepada pelaksana agar
pekerjaaan dapat dilakukan dengan aman, efektif, dan efisien.
(d) Berpengalaman dalam pekerjaan PDKB TT/ TET minimal 3 (tiga) tahun dan
ditunjuk oleh manajemen.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 11 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Tugas dan tanggung jawab Pengawas Pekerjaan
Pengawas Pekerjaan harus mengetahui kemampuan, kondisi mental, dan fisik
masing-masing anggota timnya secara terus menerus selama pekerjaan
berlangsung. Tugas dan tanggung jawab meliputi :
(a) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan bahwa semua anggota timnya
dalam kondisi sehat mental dan fisiknya sehingga tidak memberikan resiko
terhadap keselamatan dirinya dan anggota timnya.
(b) Pengawas Pekerjaan harus mMemberikan perhatian khusus terhadap gejala
kelelahan diantara anggota tim dan mempersiapkan penghentian pekerjaan
apabila kelelahan sudah terdeteksi.
(c) Pengawas Pekerjaan harus mMemantau/ mengamati enyadari faktor resiko
yang timbul karena pelaksanaan pekerjaan yang berulang atau mulai
timbulnya kejenuhan. Indikasi akibat kelelahan atau kebosanan seperti
terburu – buru, melambatkan pekerjaan, nervous, dan kesalahan.
(d) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan bahwa semua anggota tim
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan memberikan perhatian
terhadap cara pemakaiannya:
(vi) Menggunakan baju kerja dari katun dalam kondisi baik.
(vii) Helm Pengaman.
(viii) Sepatu pengaman/Sepatu konduktif.
(ix) Body hardness harus digunakan oleh pelaksana PDKB yang bekerja
diatas tower.
(x) Kaca mata pengaman harus menggunakan anti UV.
(xi) Pakaian konduktif lengkap harus digunakan oleh pelaksana PDKB yang
bekerja diatas tower.
(e) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan bahwa pelaksana pdkb PDKB tidak
menggunakan aksesoris dari bahan metal, karet, atau ikat pinggang yang
tidak perlu.
(f) Memastikan Aalat kerja yang tidak digunakan harus disimpan dalam tool
bag atau diposisikan aman.
(g) Pengawas Pekerjaan harus mMemastikan :
(i) Beban yang ditopang peralatan PDKB telah diidentifikasi.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 12 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(ii) Peralatan dan perlengkapan yang digunakan harus aman terhadap
beban kerja dan arus bocor tidak melampaui batasan yang ditentukan.
(iii) Pekerjaan yang akan dilaksanakan sudah terbukti dilakukan secara off
line dan terdapat Instruksi Kerja untuk pelaksanaan secara online.
(iv) Pekerjaan dapat dilaksanakan setelah adanya informasi dari pengawas
RCB bahwa fungsi auto reclose telah dinon-aktifkan atau diaktifkan
pada kedua GI/GITET dan telah dipasang tagging.
(h) Melaksanakan tailgate dan evaluasi setelah pekerjaan selesai.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Pengawas Pekerjaan
(a) Pengawas Pekerjaan memastikan bahwa pelaksana/pekerja telah
bersertifikat dan kompeten. Apabila ada personil yang tidak bersertifikat
menjadi bagian dalam pelaksanaan pekerjaan, orang tersebut harus benar-
benar diberi penjelasan mengenai peran sertanya dalam pekerjaan. Dan
harus benar-benar diawasi selama keterlibatannya.
(b) Dalam pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan Prosedur dan Instruksi
Kerja yang telah disahkan (tidak ada inovasi).
(c) Mematuhi etika berkomunikasi selama pelaksanaan pekerjaan.
(d) Jam kerja peralatan dan jam terbang pelaksana harus dicatat dan
dibukukan.
(e) Pelaksana harus dirotasi secara teratur ke seluruh posisi kerja.
(f) Dokumen yang harus tersedia di lapangan :
(i) Prosedur dan Instruksi kerja.
(ii) Formulir – formulir kerja, antara lain : SP3B, SP2B, TTSP, RCB.
(iii) Data dan grafik hasil pengetesan isolator.
2.4.2.Pengawas K3
Dalam pelaksanaan PDKB harus ditunjuk seorang Pengawas K3 yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
(a) Bersertifikat sebagai Pengawas K3 PDKB TT/TET.
(b) Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan dengan metode kerja yang akan
dilakukan.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 13 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(c) Mampu menganalisa potensi bahaya pada setiap tahapan pekerjaan agar
pekerjaan yang dilakukan aman dan selamat.
(d) Berpengalaman dalam pekerjaan PDKB TT/ TET minimal 3 (tiga) tahun dan
ditunjuk oleh manajemen
Tugas dan Tanggung Jawab
Pengawas K3 bertugas mengawasi keselamatan pelaksanaan pekerjaan sehingga
tidak boleh mengambil bagian dalam pelaksanaan pekerjaan. Tugas dan
tanggung jawab tersebut, yaitu:
(a) Pengawas K3 harus mMemastikan bahwa fungsi auto reclose telah dinon-
aktifkan atau diaktifkan.
(b) Pengawas K3 tidak boleh mengambil bagian dalam pelaksanaan pekerjaan.
[(c)] Pengawas K3 harus mMemeriksa semua jarak aman minimum (Live Line
Minimum Approach Distance/LLMAD maupun Live Line Tool Insulated
Distance/LLTID).
(c)[(d)] Pengawas K3 bMerada pada posisi yang mudah dalam mengamati semua
pergerakan pelaksana/pekerja dari posisi yang strategis..
(d)[(e)] Pengawas K3 harus mMemperhatikan pergerakan konduktor pada kedua
span pengapit tower yang dikerjakan selama pelaksanaan pekerjaan
berlangsung.
(e)[(f)] Pengawas K3 harus sSetiap saat mengawasi kondisi cuaca secara visual
maupun menggunakan peralatan now casting (Temperatur, kelembaban,
kecepatan angin, arah angin) dan dapat menghentikan pekerjaan apabila
terjadi perubahan cuaca buruk (hujan, awan, halimun, kabut, pencemaran
udara, kondisi angin, dan kegelapan), petir dan badai dalam jarak 10 km
dari lokasi kerja.
(f)[(g)] Pengawas K3 harus mMemberikan perhatian terhadap kontaminasi pada
hot stick, tangga isolasi, dan peralatan lainnnya.
(g)[(h)] Pengawas K3 harus mMenghentikan pekerjaan jika ada kondisi yang
dapat mempengaruhi konsentrasi pelaksana sampai kondisi tenang
kembali.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 14 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(h)[(i)] Pengawas K3 harus memastikan bahwa semua pelaksana/pekerja dan
perlengkapan bebas dari area tower yang dikerjakan.
(i)[(j)] Jika pelaksana menemui kesulitan dalam suatu tahapan pekerjaan dan
harus dilakukan suatu penyesuaian atau perbaikan maka peralatan harus
diturunkan. Pengawas K3 harus memeriksa dan memastikan bahwa
penyesuaian atau perbaikan peralatan tersebut aman untuk melanjutkan
pekerjaan. Tidak boleh ada perbaikan atau improvisasi yang dilakukan oleh
pelaksana/pekerja pada posisi di atas.
(j)[(k)] Pengawas K3 harus mencermati faktor resiko yang timbul dari tingkah
laku pelaksana pada saat pelaksanaan pekerjaan yang berulang karena
pelaksanaan pekerjaan yang berulang atau mulai timbulnya kejenuhan dan.
iIndikasi akibat kelelahan atau kebosanan seperti terburu – buru,
melambatkan pekerjaan, nervous, dan kesalahan.
(k)[(l)] Pengawas K3 dapat memberikan masukan dalam hal-hal khusus
mengenai pelaksanaan pekerjaan kepada Pengawas Pekerjaan.
Kewenangan utama untuk kualitas pekerjaan berada pada Pengawas
Pekerjaan.
2.4.3.Tailgate Session
Pengawas Pekerjaan harus memimpin tailgate atau penjelasan singkat kepada
semua pelaksana, meliputi :
(a) Siapakah Pengawas K3.
(b) Pembagian tugas para pelaksana.
(c) Penghantar, fasa dan string set atau aksesoris yang akan dikerjakan.
(d) Urutan pekerjaan yang harus dikerjakan.
(e) Metode yang digunakan, barehand atau hot stick.
(f) Pelaksana/pekerja mempunyai tanggung jawab pekerjaan masing-masing.
(g) Pengawas Pekerjaan harus menyampaikan jarak aman minimum yang
sesuai dengan tegangan sistem yang dikerjakan.
(h) Koordinasi dengan GI/GITET pengapit, mengenai penon-aktifan fungsi auto
reclose.
(i) Menjelaskan potensi bahaya selama pekerjaan.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 15 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(j) Menyampaikan Safe Working Load (SWL) peralatan yang digunakan masih
dalam batas beban kerja.
2.5. Potensi bahaya
Potensi bahaya adalah suatu kondisi yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
Dalam pelaksanaan PDKB ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
pelaksana antara lain :
(a) Static shunt
Static shunt mempunyai kabel dengan panjang 1,8 m, hal ini berpotensi
mengakibatkan flash over apabila terjatuh. Maka langkah yang harus
dilakukan antara lain :
(i) Klem static shunt harus dipasang dengan kuat pada tower (untuk sisi
cold) dan sisa kabelnya harus digulung dan diikat kuat.
(ii) Klem static shunt harus dipasang dengan kuat pada bagian
bertegangan (untuk sisi hot) dan sisa kabelnya harus digulung dan
diikat kuat.
(iii) Jika static shunt tidak digunakan, maka harus dilepaskan dari tower
atau bagian yang bertegangan dan disimpan dalam tool bag.
(b) Bonding Pakaian Konduktif
Pakaian konduktif mempunyai dua tali bonding dengan panjang 1,8 m pada
setiap sisi baju konduktif. Untuk mencegah terjadinya flash over akibat
terjatuhnya tali bonding, maka :
(i) Tali bonding pada pakaian konduktif harus diikat dan disimpan dalam
saku apabila tidak digunakan.
(ii) Tali bonding yang sedang digunakan, panjangnya harus diatur sesuai
kebutuhan.
(c) Cacat pada stick
(i) Stick terbentur/jatuh pada saat transportasi peralatan menuju lokasi
pekerjaan.
(ii) Pada waktu pengetesan menggunakan hot stick tester dilakukan
dengan menggeser.
(iii) Stick terbentur/jatuh pada saat tranportasi ke atas tower.
(d) Flash over pada saat pekerjaan
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 16 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(i) Tidak terpasang batas aman peralatan (Live Line Tool Insulation
Distance/LLTID).;
(ii) Adanya kegagalan isolasi.
(e) Pelaksana (groundman), kendaraan dan peralatan kerja harus diluar “fall
area”. Yang dimaksud fall area adalah daerah dimana peralatan
kemungkinan jatuh.
2.6. Kaidah Prosedur & IK dan Penundaan Pekerjaan PDKB
2.6.1.Prosedur & Instruksi Kerja
Prosedur kerja merupakan prosedur baku pada setiap pelaksanaan pekerjaan
PDKB yang telah disetujui oleh para pelaksana/pekerja yang terlibat dalam PDKB
dan disahkan oleh manajemen yang berwenang, prosedur dapat direvisi sesuai
dengan kondisi lapangan terkini melalui pelatihan secara off-line terlebih
dahulu.
(a) Prosedur dan Instruksi kerja harus didiskusikan dengan semua anggota tim
pelaksana PDKB selama sesi briefing pada awal dan akhir pekerjaan
(tailgate).
(b) Prosedur dan Instruksi kerja tersebut tidak boleh diubah selama
pelaksanaan PDKB berlangsung. Perubahan prosedur dan instruksi kerja
harus dilakukan berdasarkan penelitian menyeluruh dan dikembangkan oleh
pelaksana/pekerja PDKB yang bersertifikat dan berpengalaman, dan
dibuktikan secara off-line maupun on-line, dan disahkan secara formal.
(c) Percobaan dengan menggunakan peralatan atau improvisasi yang tidak
disetujui tidak diijinkan selama dilaksanakan pekerjaan dalam keadaan
bertegangan (PDKB) berlangsung.
(i) Hal ini tidak menghalangi evaluasi atas semua prosedur,instruksi kerja,
peralatan, dan perlengkapan PDKB.
(ii) Jika ada revisi terhadap peralatan dan perlengkapan harus diteliti
secara menyeluruh, didokumentasikan dan dibuktikan secara off-line
maupun on-line dan disetujui secara formal.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 17 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(iii) Perubahan terhadap peralatan dan perlengkapan harus berdasarkan
pada pengujian elektrik dan mekanik, penilaian, dan persetujuan
formal secara teknis.
2.6.2.Penundaan Pekerjaan
Pelaksanaan PDKB harus direncanakan dengan seksama sesuai prosedur tetap
PDKB untuk memastikan pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu kerja normal.
Keselamatan pelaksana/pakerja, peralatan PDKB dan sistem menjadi prioritas
utama saat terjadi gangguan. Dalam proses pekerjaan, terjadinya gangguan
dapat saja terjadi pada tahapan tertentu, sehingga suatu prosedur yang
mengatur pengamanan pelaksana/pekerja dan peralatan PDKB harus ditaati
untuk menghindari terjadinya suatu kecelakaan.
Prosedur tersebut mengatur antara lain :
(a) Pengawas Pekerjaan memberikan pernyataan pada Pengawas Reclose Block
(RCB) bahwa :
(i) Pekerjaan ditunda
(ii) Semua peralatan yang terhubung dengan konduktor pada posisi aman.
(iii) Semua pelaksana pada posisi aman.
(iv) Fungsi Auto Reclose boleh dinormalkan kembali.
(v) Sebelum melanjutkan pekerjaan yang ditunda, Pengawas Pekerjaan
harus memastikan bahwa fungsi auto reclose sudah dinon-aktifkan dan
semua peralatan telah diperiksa secara seksama, dikeringkan dan
dibersihkan dengan silicon wipe.
(b) Pengamanan pelaksana/pekerja pada pekerjaan yang ditunda
Evakuasi semua pelaksana di daerah bertegangan ke daerah aman (bodi
tower/tanah). Jika tidak, maka pelaksana hot end harus menjauh dari
isolator.
(c) Pengamanan peralatan pada pekerjaan yang ditunda
Jika pekerjaan harus ditunda dan peralatan kerja harus ditinggal selama
semalam atau lebih dan apabila peralatan kerja berisolasi merupakan
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 18 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
bagian integral dari penundaan tersebut, tindakan berikut harus
dilaksanakan :
(i) Jika ditopang oleh peralatan kerja berisolasi pada posisi hot end, maka
peralatan tersebut harus dijumper ke konduktor.
(ii) Jika ditopang oleh hotstick yang dirangkai dengan strap hoist/rope
block/webbing sling pada posisi cold end, maka harus dipasang
grounding dari hotstick ke tower.
2.7. Komunikasi
(a) Komunikasi koordinasi pekerjaan
(i) Meliputi Penjadwalan pelaksanaan pekerjaan PDKB
(ii) Koordinasi dengan UPT terkait mengenai penyediaan material,
pengawas RCB, helper.
(b) Komunikasi Tim
Komunikasi dengan pelaksana PDKB hanya difokuskan pada lingkup :
(i) Keselamatan kerja.
(ii) Langkah/urutan kerja.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 19 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN PDKB TT/TET
3.1. Jarak Aman Minimum
Jarak aman minimum adalah daerah dimana pelaksana dapat bekerja dan
peralatan dapat digunakan dengan aman pada daerah bertegangan. Pelaksana
PDKB harus tetap menjaga dirinya dan peralatan yang dibawanya tidak
melanggar jarak aman minimum dan jarak minimum peralatan seperti ditetapkan
pada tabel 1, dari bagian yang bertegangan.
JARAK AMAN MINIMUM DAN JARAK PERALATAN BERISOLASI
Tegangan Fasa ke Bumi Fasa ke Fasa
70 kV
150 kV
500 Kv
900 mm
1200 mm
3400 mm
1200 mm
1500 mm
5500 mm
Tabel 1
3.2. Pemeriksaan Visual
Sebelum penggantian isolator dilaksanakan, pemeriksaan visual harus dilakukan
pada isolator tersebut untuk mengetahui :
(a) Isolator yang cacat.
(b) Ada bekas lompatan api pada piring isolator.
(c) Suara berdengung pada tingkatan yang tidak wajar pada isolator.
Catatan : Pada saat pemeriksaan visual isolator, aksesoris string isolator
harus diperhatikan bila terdapat karat yang berlebihan dan
ukuran yang tidak sesuai dengan peralatan kerja PDKB.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 20 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
3.3. Pengetesan isolator
(a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, semua piring isolator pada string
yang akan dikerjakan (kaca yang dikuatkan dan porselin) harus dilakukan
pengetesan terlebih dahulu yang hasilnya dicatat dan dibuat grafik.
(b) Pengetesan isolator dilakukan untuk menentukan jumlah isolator yang rusak
secara elektrik dan untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut dapat
dilaksanakan dengan metode barehand atau tidak.
(c) Dalam pengetesan isolator terdapat ketentuan-ketentuan :
(i) Jangan harapkan pembacaan nol untuk mengindikasikan bahwa
isolator tersebut rusak, karena jika terjadi kebocoran halus sebuah
isolator tidak akan short secara sempurna dan tegangan masih
melewatinya;
(ii) Isolator dianggap rusak jika pembacaannya 30 % atau lebih di bawah
bentuk karakteristick kurva normal isolator lain dalam satu string;
(iii) Jika terdapat isolator yang rusak maka nilai isolator sesudahnya akan
meningkat sebagai kompensasi dari isolator yang rusak tersebut.
(iv) Jika ada beberapa isolator yang rusak, bandingkan hasil pengukuran
dengan hasil pengukuran string lain pada penghantar yang sama untuk
melihat deviasi bentuk kurva.
Gambar grafik isolator normal
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 21 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Gambar grafik isolator rusak sebagian
Gambar perbandingan grafik isolator baik dan rusak
Keterangan : = Rusak
= Baik
(d) Jumlah isolator yang rusak tidak boleh lebih dari ketentuan (½ n+1). Bila
jumlahnya melebihi ketentuan tersebut, maka pekerjaan dilaksanakan
dengan metode Off line.
Catatan : n = Jumlah isolator pada 1 string
(e) Jika digunakan static shunt, maka jumlah isolator yang rusak tidak boleh
lebih dari ketentuan (½ n+1-y). Dimana y adalah jumlah isolator yang
dipasang static shunt.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 22 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
3.4. Pengetesan peralatan
Tongkat fiberglass untuk perkerjaan saluran bertegangan dibuat khusus dari
ribuan fiberglass yang direndam resin epoksi yang digulung melingkar dan
melewati inti yang berbusa dari plastik uniseluler. Inti busa mengandung jutaan
sel individu yang tidak berhubungan yang diisi dengan gas untuk menghilangkan
penyerapan uap air dan kondensasi. Busa uniseluler diikat untuk memperkuat
dinding untuk memberikan sebuah produk dengan isolasi dan kekuatan mekanik
maksimum.
Dalam kondisi kerja yang ideal, bahan fiberglass berisolasi sebenarnya bebas
pemeliharaan. Namun, karena kesalahan pemakaian, abrasi atau kumpulan
kontaminasi, perawatan fiberglass menjadi hal yang diperlukan. Peralatan ini
mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi dan ketahanan tinggi terhadap
lembab, bahan kimia, dan cuaca.
Semua peralatan pekerjaan bertegangan sebaiknya dijaga bersih dan kering.
Dan tidak boleh diletakkan langsung diatas tanah atau ditempatkan pada posisi
yang tampaknya dapat merusak. Semua alat sebaiknya diperiksa sebelum
penggunaannya sebagai tanda jika ada kerusakan atau kelebihan tekanan. Stick
isolasi sebaiknya diperiksa untuk melihat tanda-tanda keretakan atau kerusakan
pada lapisan pelindungnya dan fitting metalnya sebaiknya diperiksa untuk
melihat tanda-tanda dari kelebihan pemakaian dan kemungkinan kerusakan
lainnya. Perhatian khusus harus diberikan pada fitting yang secara permanen
dipasang pada tongkat. Sebelum menggunakannya, tongkat yang berisolasi (hot
stick) dilap bersih dengan kain kering dan kemudian di lap dengan bahan
berlapis silikon. Kemudian diberi tanda batas aman minimum yang sesuai.
Jika sewaktu-waktu peralatan terlihat kotor, harus dibersihkan dengan moisture
eater. Jika semua kontaminasi tidak bisa dihilangkan menggunakan moisture
eater maka peralatan fiberglass harus dibersihkan dengan bantalan abrasif halus
yang sebelumnya direndam dengan moisture eater. Selanjutnya stick isolasi
tersebut dibersihkan dengan kain bersih bebas debu diikuti dengan alat gloss
restorer. Stick isolasi kemudian didiamkan pada ruangan bebas debu selama
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 23 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
jangka waktu minimum 48 jam kemudian setelah itu diuji kemampuan
elektriknya sebelum digunakan. Catatan mengenai pemeliharaan yang dilakukan
pada peralatan dan perlengkapan kerja harus terdapat di buku catatan peralatan
kendaraan. Setiap peralatan PDKB yang jatuh dari tower atau yang rusak tidak
boleh digunakan sampai telah dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh. Kejadian
semacam itu harus dicatat dan disimpan di buku catatan peralatan kendaraan.
Semua peralatan dan perlengkapan PDKB harus diperiksa secara elektrik setiap
6 (enam) bulan sekali dan pemeriksaan tersebut dicatat. Pengelasan dan
pematrian fitting logam yang rusak tidak diperbolehkan.
Pengujian Menggunakan Hot Stick Tester
Petunjuk Penggunaan
(a) Pasang kawat steker. Sakelar diposisikan ‘on’.
(b) Masukkan stick uji kedalam elektroda. Hasil tes harus menunjukkan jarum
meter sepenuhnya ke area “gagal” untuk memverifikasi bahwa tester
berfungsi normal. Lepas alat uji dan pastikan jarum kembali ke garis ‘nol’.
(c) Letakkan masing-masing ujung peralatan hot stick untuk diuji pada posisi
yang sesuai sehingga hot stick tester dapat digunakan untuk menguji
dengan nyaman.
(d) Letakkan hot stick tester pada hot stick yang diuji sehingga permukaan
elektroda menempel pada hot stick. Bagian logam tidak boleh disertakan
dalam pengujian ini. Langkah tersebut diulangi sampai pengujian dilakukan
pada semua permukaan hot stick untuk mendapatkan kemungkinan adanya
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 24 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
bagian yang lembab pada hot stick. JANGAN MENGGESER HOT STICK
TESTER DI SEPANJANG PERALATAN HOT STICK.
(e) Jika jarum menunjukkan mendekati area “gagal”, hot stick yang diuji harus
diputar untuk mendapatkan pembacaan maksimum. Hot stick yang memiliki
diameter 50 mm-75 mm harus selalu dirotasi/diputar pada saat pengujian.
Jika ada bagian yang menunjukkan bocor berlebihan , hot stick tersebut
harus diperiksa, dibersihkan dengan silicon wipe dan dilapisi ulang
(resurfaced) bila perlu. Setelah itu stick dikeringkan dan diuji ulang. Apabila
pengujian masih gagal, peralatan tersebut tidak boleh dipakai dalam
pekerjaan.
(f) Jika jarum tetap berada pada posisi hijau, berarti peralatan hot stick lulus
uji.
(g) Ulangi langkah (b) untuk menyelesaikan pengujian.
CATATAN :
(a) Syarat Hot stick
Hot stick harus mampu menahan tegangan 100 kV/feet selama 5 (lima)
menit. Hot stick yang di buat harus memenuhi Spesifikasi Standar ASTM
F711-89.
(b) Kondisi Hot stick
Hot stick harus dilap bersih (disilikon) dan diinspeksi secara visual dari cacat
sebelum digunakan. Jika terdapat cacat atau kontaminasi yang
mempengaruhi kualitas isolasi atau integritas stick setelah pengelapan,
stick tersebut harus disisihkan, diberi tanda agar tidak digunakan sebelum
diadakan pengujian lebih lanjut.
(c) Metode Pengujian
Peralatan Hot stick harus diuji dengan metode basah pada 75 kV/feet dan
metode kering pada 100 kV/feet selama 1 (satu) menit. Tes tersebut
digunakan untuk menverifikasi kondisi stick.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 25 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Pengujian hot stick yang dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan dapat
digunakan untuk memberikan verifikasi yang merupakan bukti awal kondisi
stick tersebut.
3.5. Penggunaan Static Shunt
Static shunt tidak boleh dipasang lebih dari 10% jumlah isolator.
(a) Penggunaan static shunt dilakukan secara bergantian pada satu string
isolator dalam satu waktu (bergantian pada posisi hot maupun cold).
(b) Pada metode barehand, pelaksana tidak boleh bersentuhan dengan isolator
diluar area static shunt baik bagian tubuh, pakaian konduktif maupun
peralatan yang lain.
(c) Sisa kabel static shunt harus digulung dan diikat dengan baik untuk
mencegah terjadinya flash over karena jatuhnya kepala static shunt.
(d) Static shunt harus dipasang dengan kuat dan aman untuk mencegah
terjadinya flash over.
3.6. Penopang Konduktor
(a) Ketika pekerjaan berada dalam posisi area jarak aman minimum yang
terbatas, maka jarak aman minimum dapat ditambah dengan cara
mendorong sementara konduktor menggunakan wire tong untuk
menjauhkan konduktor.
(b) Pada pelaksanaan menopang konduktor, harus memperhatikan gaya-gaya
yang bekerja untuk menentukan SWL peralatan yang digunakan.
(c) Gaya yang bekerja pada alat penopang adalah jumlah dari berat konduktor
ditambah dengan gaya vertikal ke bawah karena tarikan konduktor akibat
perbedaan ketinggian tower. Untuk tower dengan ketinggian yang sama
gaya yang bekerja hanya berat konduktor tersebut.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 26 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
3.7. Pakaian Konduktif
Pakaian konduktif harus digunakan oleh semua pelaksana/perkerja yang
bertugas di atas tower.
Karena kebutuhan untuk memposisikan pekerja PDKB berada lebih dekat ke
daerah yang bertegangan. Pakaian ini dihubungkan ke konduktor, untuk
menghilangkan beda potensial sehingga tegangan konduktor sama dengan
pelaksana/pekerja PDKB dan memungkinkan untuk bekerja dengan
menggunakan tangannya pada konduktor bertegangan secara langsung sampai
dengan tegangan 765 kV.
Pakaian konduktif terbuat dari campuran 2 jenis bahan yaitu :
(i) Serat nomex aramid tahan api.
(ii) Serat baja mikroskopis anti karat.
Hasil analisa dan pengujian menunjukan bahan tersebut :
(i) Sangat kuat dan tahan sobek.
(ii) Mempunyai konduktifitas tinggi yaitu 144 ohm/sq (IEC 895).
(iii) Tidak mengalami penyusutan karena sejumlah pencucian.
3.7.1.Penyimpanan
Pakaian, sarung tangan, dan kaos kaki konduktif harus disimpan dalam sebuah
tempat bebas dari debu dan udara dapat bersirkulasi, seperti kanvas, tas vinil,
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 27 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
atau koper. Sirkulasi udara memungkinkan embun dalam pakaian konduktif
menjadi kering, sehingga tidak menyebabkan jamur. Tempat penyimpanan harus
khusus/tersendiri dan disimpan dilokasi yang tidak panas dan berembun. Pada
saat tranportasi pakaian konduktif harus dijaga dari kerusakan akibat benda lain.
Pakaian konduktif tidak boleh disimpan ketika basah karena keringat atau cairan
lain.
3.7.2.Perawatan
Setiap pekerja harus memberikan perawatan ekstra pada pakaian konduktif, juga
penanganannya harus dilakukan dengan baik. Sobek, berlubang, atau perubahan
bentuk harus diperbaiki.
Sepatu boot, terutama sol, harus tetap bersih dan dalam keadaan yang baik.
Pakaian dan/atau alas kaki konduktif tidak boleh digunakan untuk tujuan lain,
selain dari tujuan pembuatannya.
Setelan konduktif boleh dicuci dengan tangan atau dengan mesin cuci otomatis
dengan deterjen dan tidak ada zat aditif lain (seperti pemutih klorin dll) dan
dikeringkan dengan pengering otomatis dengan panas rendah, atau pengering
udara. Umur setelan mungkin lebih lama apabila dicuci dengan tangan dengan
deterjen lembut dan pengering udara. Setelan yang terkena minyak atau
pelumas harus dicuci dalam keadaan kering (dry-cleaned).
3.7.3.Perbaikan
Robekan atau lobang dapat dijahit dengan benang tahan api (flame retardant).
Lobang dapat diperbaiki tanpa efek negatif dengan menggunakan tambalan dari
kain yang bertipe sama dan jahitan 2.5 cm dengan benang tahan api (flame
retardant). Kaos kaki dan sarung tangan tidak dapat diperbaiki.
3.7.4.Inspeksi sebelum digunakan
Inspeksi visual harus dilakukan pada keseluruhan pakaian untuk memastikan
bahwa semua bagian komponen pakaian konduktif dalam keadaan baik.
Resleting pengunci, kancing logam, mata dan pengait logam harus diperiksa
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 28 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
untuk memastikan bahwa alat-alat tsb dipasang dengan benar sehingga aliran
listrik tidak terhambat. Jahitan harus diperiksa untuk memastikan bahwa dua
atau lebih bagian yang digabungkan berada dalam kondisi yang baik.
(a) Pakaian konduktif
Pakaian konduktif harus diperiksa untuk
memastikan bahwa tidak rusak dan ujung
sambungannya baik. Pakaian konduktif yang sobek
harus diperbaiki sebelum dipakai, karena dapat
terjadi busur api pada bagian tersebut.
(b) Sepatu boot dan Penjepit
Penjepit sepatu boot ke betis harus diinspeksi
kerusakannya yang akan menganggu kontinuitas
listrik. Penjepit tsb harus diganti jika dianggap tidak
memadai. Sol sepatu boot harus diperiksa terhadap
kotoran dan zat yang mencemarkan (kontaminan).
So-sol harus tetap bersih. Kontinuitas antara
penjepit kaki dan sol sepatu boot harus dipastikan.
(c) Kaos Kaki
Kaos kaki harus diperiksa dari kerusakan.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 29 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(d) Sarung Tangan
Sarung tangan harus diperiksa dari kerusakan.
(e) Pemeriksaan Kontinuitas
Pakaian konduktif dan sepatu boot harus diuji kontinuitasnya
menggunakan ohmmeter.
3.7.5.PENGUJIAN YANG TIDAK MERUSAK
Pakaian konduktif, dinyatakan secara tidak langsung, harus bersifat konduktif.
Jika ohmmeter dihubungkan antara dua kaki tangan pada bahan pakaian, harus
didaftar kontinuitasnya. (Sekarang ini sedang ditinjau, tentang derajat
kontinuitas, atau khususnya nilai ohmic yang tidak boleh berlebihan).
Prosedur pengujian adalah bagian yang harus diikuti, untuk memastikan bahwa
nilai tahanan dapat diukur dan dilaporkan secara keseluruhan. Semacam hasil
pengujian standar dapat menunjukkan batas tahanan khusus dalam revisi
pedoman ini berikutnya.
(a) Perlengkapan
Perlengkapan yang diperlukan untuk pengujian:
(i) Power suplai searah atau bolak-balik yang dapat diatur untuk memberi
injeksi arus 1-5 mA.
(ii) Satu milliammeter
(iii) Satu voltmeter
(iv) Ohmmeter – jika diperlukan (mengacu pada Prosedur Pengujian
Voltmeter - milliammeter Power supply di bawah ini.
(v) Dua elektroda (mengacu pada elektroda dibawah).
(vi) Pilihan: kandungan sendiri, secara komersial tersedia arus konstan 5
mA ohmmeter.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 30 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(b) Persiapan Bahan Percobaan (Contoh)
Nilai tahanan jaket dan celanan panjang harus diukur terpisah, untuk
menghindari masuknya variabel tahanan ketika mengikatkan dua pakaian
bersama-sama atau mencampur pakaian dari pabrikan yang berbeda.
Apabila pembacaan total tahanan pakaian diperlukan, maka pengujian
dilakukan dari tangan kanan ke kaki kiri melalui tali/dasi.
Pakaian harus diletakkan tidak membentang pada permukaan isolasi datar.
Timbangan tidak boleh diletakkan diatas kain.
Elektroda harus ditempatkan kira-kira 5 cm dibelakang material. Masing-
masing elektroda harus menyentuh/kontak ke bagian atas dan bawah
lapisan pakaian. Elektroda harus ditempatkan untuk mengukur tahanan
tangan ke tangan, kaki ke kaki, ikatan penjepit ke baju, dari bagian atas
pelindung pada topi ke kedua kelepak dan bagian belakang.
Kandungan embun pada kain dan/atau tingginya kelembaban relatif, dapat
mempengaruhi nilai tahanan yang diperoleh pada saat pengujian.
(c) Elektroda
Disarankan Elektroda terbuat dari kain palsu/kayu dari jenis yang digunakan
untuk mengapit/kelem karet keranjang berisolasi disekitar isolator dan
palang (crossarms).
Bagian dalam permukaan klem dapat dilapisi dengan stainless steel foil
bening yang mempunyai bahan perekat pada salah satu sisi
Ujung elektroda harus digunakan untuk mebuat kontak dengan pakaian.
(d) Prosedur Pengujian
Prosedur Pengujian Voltmeter – Milliammeter – Power Supply
(i) Hubungkan elektroda ke power supply yang mempunyai milliammeter
pada rangkaian keluaran (output circuit).
(ii) Hubungkan voltmeter melewati elektroda.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 31 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(iii) Atur sumber tenaga untuk injeksi 5mA. Jika tahanan pakaian terlalu
tinggi untuk 5mA pada 30 V ac atau 60V dc, arus yang digunakan
dikurangi menjadi 1mA.
(iv) Minimum harus dilakukan dua kali pengukuran yang berurutan dengan
cara memutuskan arus listrik antara pengukuran yang pertama dan
kedua.
Catatan :Arus injeksi yang diijinkan adalah 5 mA. Jika kurang dari 5 mA
harus di tunjukkan dalam lembaran data. Jika tahanan pakaian
terlalu tinggi, dan menghalangi penggunaan metode injeksi arus,
kemudian pengukuran nilai tahanan menggunakan ohmmeter
diijinkan dan nilainya harus dicatat. Metode injeksi arus lebih
disukai daripada metode ohmmeter karena yang pertama memberi
hasil yang lebih reproduktif.
Prosedur Pengujian Ketahanan ohmmeter Arus Tetap 5 mA
(i) Klem/jepit masing-masing elektrode pada titik yang telah
didisain/ditentukan oleh pabrik.
(ii) Nyalakan power input dari ohmmeter arus tetap. Baca nilai tahanan
sesegera mungkin setelah pembacaan yang stabil tercapai. Hal ini
membuat internal kapasitor dalam meter tereksitasi.
(iii) Cara lain, nyalakan power input dari ohmmeter arus tetap terlebih
dahulu. Setelah 15 detik, pembacaan dapat diambil segera setelah
kelem telah duduk padakain konduktor.
(e) Penyimpanan Catatan
Informasi minimum yang penting yang harus di dapat adalah sebagai
berikut :
(i) Identifikasi dari jaket atau celana panjang, berupa nama atau nomor
identifikasi dari perusahaan pembuat dan nilai ketahanan yang di
pasok oleh pembuat.
(ii) Tanggal.
(iii) Tegangan.
(iv) Arus injeksi.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 32 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(v) Perhitungan ketahanan atau pembacaan ohmmeter.
(vi) Nama dan model dari ohmmeter (Jika digunakan).
(vii) Kondisi dari apparel yang diperiksa (misalnya baru, bekas, bertanah,
usang , sobek, dll).
(viii) Jumlah pencucian.
(ix) Kenyaman atau ketidaknyaman pemakaian, serta besarnya tegangan
operasinya.
(f) Frekuansi Pengujian Elektrik
Pengujian pakaian konduktif secara elektrik harus dilakukan minimum 1
tahun sekali.
3.8. Bonding
Sebelum menyentuh konduktor, pelaksana sisi hot harus terlebih dahulu
melakukan bonding ke konduktor bertegangan untuk menyamakan potensial
antara pelaksana dengan konduktor.
(a) Pelaksana PDKB yang bekerja pada sisi bertegangan harus mengikat tali
bonding pakaian konduktif dengan kuat dan aman pada konduktor.
(b) Peralatan kerja yang digunakan atau dinaikkan beserta asesorisnya pada
posisi hot dengan menggunakan metode kerja barehand, hanya akan
diberikan setelahpelaksana sisi hot berada dalam posisi aman dan tali
bonding pakaian konduktif terikat kuat pada konduktor bertegangan.
3.8.1.Tali Bonding pada Pakaian Konduktif
Pakaian konduktif mempunyai dua tali bonding dengan panjang 1,8 m pada
setiap sisi baju konduktif. Untuk mencegah terjadinya flash over akibat
terjatuhnya tali bonding, maka :
(a) Tali bonding pada pakaian konduktif harus diikat dan disimpan dalam saku
apabila tidak digunakan.
(b) Tali bonding yang sedang digunakan, panjangnya harus diatur sesuai
kebutuhan.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 33 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
3.8.2.Bonding clamp
Bonding clamp yang digunakan dalam proses bonding dengan konduktor harus
selalu dikondisikan aman dengan panjang tali bonding pakaian konduktif sesuai
kebutuhan untuk menjaga agar tidak terjadi flash over karena jatuhnya bonding
clamp yang mengakibatkan jarak aman minimum tidak terpenuhi
3.9. Tangga berisolasi
Tangga berisolasi yang digunakan sebagai penopang pelaksana secara horisontal
ataupun vertikal untuk pekerjaan PDKB harus diberi tanda jarak aman minimum
seperti dalam Tabel 1. Untuk menaikkan tangga berisolasi dari posisi
vertikal ke horisontal harus dibantu oleh pelaksana PDKB yang berada dibawah
(ground man) selama awal pergerakan vertikal tangga.
Catatan : Ketika tangga sudah dinaikkan ke posisi horisontal, anak tangga
terdekat dengan tower harus diberi pengaman tambahan dengan
tambang isolasi yang diikatkan ke tower.
Pengetesan Sebelum Pemakaian Tangga Berisolasi
Pengukuran arus bocor dengan menggunakan ladder monitor yang diletakkan
pada body tower harus dilaksanakan sebelum tangga digunakan untuk akses
pelaksana. Pengukuran sebelum pengoperasian harus dikerjakan pada setiap
pekerjaan.
(a) Rumus untuk menghitung arus bocor maksimum yang diijinkan pada tangga
berisolasi (Maximum Permisible Leakage/MPL) :
MPL = kV/√3 µA
Contoh untuk 500 kV :
MPL = 500/√3
MPL = 289 µA
(b) Ladder monitor harus dikalibrasi secara teratur sebelum digunakan.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 34 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(c) Pengetesan tangga berisolasi sebelum pengoperasian harus dilakukan
selama 1 menit dan pembacaan harus dicatat.
(d) Selama tangga isolasi menyentuh konduktor, ladder monitor harus selalu
dipasang, diperiksa dan dipantau.
(e) Pelaksana pekerjaan secara PDKB harus ditunda dengan segera apabila
terdapat indikasi kebocoran arus pada tangga isolasi melebihi penghitungan
kebocoran maksimum yang diijinkan.
Catatan : Sebelum tangga digunakan, semua perlengkapan tangga harus
diperiksa kondisi visual dan ukurannya agar sesuai kebutuhan.
Jarak Aman Minimum Tangga Berisolasi
Sebelum pelaksana akses ke konduktor dengan tangga berisolasi, tangga harus
diposisikan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan jarak aman minimum
yang sesuai, seperti yang terdaftar pada Tabel 1 (hal.30).
(a) Dalam memposisikan tangga, harus dipastikan bahwa kepala hotman crew
tidak boleh lebih dekat dari 46 cm (18 inci) dari konduktor bertegangan.
Tangga berisolasi sama sekali tidak boleh diposisikan lebih tinggi dari yang
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan PDKB, jika ada posisi yang lebih
tinggi mungkin bisa menyebabkan pelanggaran jarak aman minimum.
Catatan : Tangga berisolasi diposisikan sesuai kebutuhan pada saat
sebelum dan sesudah akses hot end man.
(b) Fungsi tangga berisolasi dalam pelaksanaan PDKB :
(i) Akses hot end man ke konduktor bertegangan (seperti untuk
pengantian isolator tension).
(ii) Menjangkau dengan tangannya untuk bekerja pada posisi cold end
(seperti untuk penggantian isolator suspension)
(c) Memonitor arus bocor tangga
Ladder monitor digunakan untuk mengukur arus bocor pada tangga.
(i) Dalam pelaksanaan swing tangga mendekat dan menjauhi konduktor
bertegangan, ladder monitor harus pada posisi “off”.
(ii) Selama tangga menyentuh konduktor bertegangan, ladder monitor
harus selalu pada posisi “on” dan dipantau nilai arus bocornya.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 35 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
3.10. Pencatatan Pelaksanaan PDKB
(a) Pencatatan peralatan mencakup penggunaan (tanggal, waktu dan jenis
pekerjaan), pengujian dan pemeliharaan semua peralatan PDKB.
(b) Jam terbang pelaksana (tanggal, waktu, jenis pekerjaan, posisi kerja).
(c) Pelaporan meliputi : beban sistem, waktu pelaksanaan pekerjaan, waktu
RCB, Lokasi pekerjaan (penghantar, no. Tower, fasa, string, jumlah isolator
yang diganti), pembagian tugas.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 36 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
BAB IV
PERALATAN KERJA
Setiap peralatan PDKB yang digunakan harus selalu memperhitungkan :
(a) Beban aman minimum (Safe Working Load/SWL) : Beban maksimum
peralatan yang diijinkan sesuai dengan faktor keamanannya.
(b) Apabila ada efek surja, angin, atau ada pengaruh beban lain, maka beban
kerja peralatan meningkat 25%.
(c) Faktor keselamatan (Safety Factor/SF): rasio antara beban patah/putus
perlatan (Maximum Breaking Load/MBL) dengan beban kerja aman (SWL).
(d) Faktor keselamatan pada semua peralatan PDKB untuk mengangkat
material/peralatan tidak boleh kurang dari 6 (enam), dan faktor
keselamatan untuk mengangkat orang tidak boleh kurang dari 10 (sepuluh).
(e) Semua perlengkapan dan peralatan harus mempunyai nilai SWL dari
pabrikannya.
4.1. Tali
Tali mempunyai peranan penting dalam pekerjaan PDKB, dengan menggunakan
tali dapat memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sehingga diperlukan
pengetahuan mengenai tali temali dan keuntungan mekanik pada saat
mengangkat beban dengan menggunakan block. Ukuran ideal live line rope
maupun tali biasa yang nyaman dipegang dalam penggunaan dan
pengoperasiannya adalah 18 mm.
Pemeliharaan tali harus disamakan dengan pemeliharaan peralatan lainnya yang
digunakan dalam PDKB. Merupakan hal yang penting menjaga tali dari rantas,
kotor, dan kelembaban yang dapat mengakibatkan jamur sehingga terjadi
penurunan daya isolasinya. Hindari penyimpanan tali dalam keadaan suhu,
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 37 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
kelembaban, dan kadar keasaman yang tinggi. Tidak diperbolehkan penggunaan
tali atau webbing sling pada bengkokan yang tajam. Bila terpaksa gunakan alas
untuk melindunginya.
Pengetahuan mengenai tali sama pentingnya dengan pengetahuan tentang
beban patah peralatan (MBL) dan beban kerja aman peralatan (SWL). Pelaksana
juga harus memiliki pengetahuan mengenai simpul tali, penerapan dan pengaruh
beban terhadap macam-macam simpul. Berikut adalah panduan penggunaan tali
dan pemeliharaannya.
Pabrikan Merek Ukuran UTS kg SF SWL kg
Sherman &
Reilly
Sherman &
Reilly
Sherman &
Reilly
Sherman &
Reilly
Sherman &
Reilly
TSE
International
AB Chance
AB Chance
AB Chance
Hi-D Orange
Hi-D Orange
Hi-D Orange
Hi-D Orange
Hi-D Orange
Gatortail
Composite
Fibre
Composite
Fibre
Polypripylene
½ “
5/8”
1”
¾”
7/8”
1”
½”
5/8”
½”
2.450
3.720
7.720
4.810
6.360
12.000
3.000
5.000
1.700
6
6
6
6
6
6
6
6
6
408
670
1.280
800
1.060
2.000
500
830
280
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 38 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
4.1.1.Tali Polypropylene
Tali polypropylene adalah tali sintetis yang terbuat dari plastik. Hanya tali
polypropylene yang bersih dan kering dan dalam kondisi yang baik yang dapat
digunakan untuk PDKB.
Catatan:
(a) Tali polypropylene dapat menjadi konduktif ketika basah atau
terkontaminasi.
(b) Handline dan tali pengendali tidak boleh bersentuhan langsung dengan
konduktor yang bertegangan. Dalam penggunaannya, semua tali harus
memenuhi jarak aman minimum sesuai dengan ketentuan.
(c) Jika tali pengendali digunakan pada atau berdekatan dengan konduktor
yang bertegangan, harus digunakan hot stick dengan panjang yang sesuai
LLMAD dan diletakkan antara konduktor bertegangan dan tali tersebut.
Sebagai contoh, spiral link stick digunakan sebagai penghubung antara
konduktor bertegangan dan tali tersebut.
4.1.2.Safety Factor Tali
Tabel 3 (hal.50) menunjukkan beban kerja yang aman dari tali polypropylene
dalam berbagai ukuran, berlaku ketentuan :
(a) Tali baru SWL 100 %
(b) Tali yang sudah terpakai 75 %
(c) Diikat melingkar ke benda bulat 75 % (Tali baru); 50% (Tali sudah
terpakai)
(d) Diikat melingkar ke benda persegi 50 % (Tali baru); 25% (Tali sudah
terpakai)
Faktor beban yang ditunjukkan di bawah tabel menunjukkan perbandingan SWL
tali yang dapat digunakan ketika menggunakan sling dengan tarikan lurus atau
diikat balik. Jika nilai yang diperlukan tidak terdapat pada tabel, SWL dapat
diperkirakan dengan mengkuadratkan diameter tali dalam milimeter dan hasilnya
yang diperoleh dalam kilogram. Hasil perhitungan ini sedikit dibawah SWL tapi
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 39 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
cukup mendekati untuk tujuan praktis. Kekuatan tali polypropylene mendekati
dua kali dari tali biasa oleh karena itu, hasil kuadrat dari Diameternya merupakan
setengah dari SWL-nya dalam kilogram.
Jika dirasakan perlu untuk membuat knot pada tali, maka faktor beban 0,5 harus
diterapkan (sama seperti ikatan balik pada benda persegi).
Ketika tali digunakan pada block, rumus berikut digunakan untuk menentukan
tarikan yang dialami tali.
E =WMA
Dimana E = Gaya atau tarikan
W = Beban
MA = Mechanical Advantage
Rumus ini mengabaikan gesekan yang terjadi.
Polypropylene dipilih karena kekuatannya, sifatnya yang tahan air, ringan dan
sifat isolasinya yang konsisten dalam kelembaban yang rendah atau tinggi. Air
yang terakumulasi pada serat tali dapat mengakibatkan bahaya yang serius,
namun dapat dihindari dengan pemeliharaan yang tepat. Bila akumulasi
kelembaban terjadi, dapat dihilangkan dengan mengibaskan dengan kuat
kemudian menyeka tali dengan kain yang dapat menyerap air.
Yang harus diperhatikan, kekuatan tali polypropylene dipengaruhi oleh
perubahan temperatur seperti ditunjukkan dalam tabel 2.
Tabel 2. Menunjukkan efek perubahan temperatur pada kekuatan tali
polypropylene.
temperatur uji (udara) kekuatan pada temperatur uji
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 40 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
23 C 100 %
38 C 81 %
52 C 70 %
66 C 61 %
Tabel 2
4.1.3.Tali Serat Alami
Tali serat alami dibuat dari serat tumbuhan seperti manila, rami, kapas, goni dan
batang lenan.
Tabel 3. SWL – single snooter untuk sling yang terbuat dari polypropylene dan
sisal manila.
Metode pemasangan slingSling tanpa ujung (dua bagian)
Nilai Diameter mm
Minimum breaking force KN
Masa per 250 m
gulungan kg
Tarikan lurus
Back hitched pada
beban bundar
Back hitched pada beban
persegi
SWL - kilogram
Poly Sisal Poly Sisal Poly Sisal Poly sisal Poly Sisal12 18.3 9.34 16.6 26.4 310 150 230 110 160 7016 29.9 17.7 29.4 48.2 500 290 380 220 250 14020 49.8 28.2 45.7 69.7 830 460 620 350 420 230
24 69.7 39.8 66.0 99.9116
0660 870 490 580 330
28 94.6 53.1 90.6 135158
0880 190 660 790 440
FAKTOR BEBAN
1.0 0.75 0.5
Catatan :
(a) Nilai Ultimate Tesion Strength (UTS) berasal dari standar Australia No. AS
1504-1971, faktor beban dari AS 1380-1971.
(b) Beban yang aman dapat dipergunakan pada tali yang baru atau tali yang
sudah dipakai. Untuk tali yang digunakan tapi dalam kondisi baik beban
dikurangi 25 %.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 41 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(c) Jangan menggunakan tali yang hanya dalam kondisi biasa saja atau dengan
kata lain tali bekas pakai untuk kerja angkat.
(d) Bila tali harus disimpulkan, gunakanlah nilai beban dalam kolom back
hitched pada beban persegi.
(e) Beban aman untuk tali sintetis yang teridentifikasi dengan positif atau
kawat pijar poliamid dan polyester dapat ditingkatkan 2 kali diatas nilai
untuk tali sisal.
(f) Aturan yang perlu diingat – untuk mendapatkan rata-rata beban aman tali
fiber (dalam kilogram) adalah kuadrat Diameter tali.
Misal. tali dengan Diameter 20 milimeter. Beban aman 20 x 20 = 400 kg.
TABEL 4. SWL – sling tak berujung yang terbuat dari polypropylene (poly) dan
sisal manila
Metode slinging
Sling tanpa ujung (dua bagian)
Nilai Diameter mm
Minimum breaking force KN
Masa per 250 m
gulungan kg
Tarikan lurus
Back hitched pada
beban bundar
Back hitced pada beban
persegi
SWL - kilogram
Poly Sisal Poly Sisal Poly Sisal Poly sisal Poly Sisal12 18.3 9.34 16.6 26.4 310 150 230 110 160 7016 29.9 17.7 29.4 48.2 500 290 380 220 250 14020 49.8 28.2 45.7 69.7 830 460 620 350 420 230
24 69.7 39.8 66.0 99.9116
0660 870 490 580 330
28 94.6 53.1 90.6 135158
0880 190 660 790 440
FAKTOR BEBAN
1.0 0.75 0.5
Tabel 4
Catatan :
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 42 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(a) Nilai UTS minimal berasal dari standar Australia No. AS 1504-1971, faktor
beban dari AS 1380-1971.
(b) Beban yang aman dapat dipergunakan pada tali yang baru atau nampak
baru, untuk tali yang digunakan tapi dalam kondisi baik beban dikurangi 25
persen.
(c) Jangan menggunakan tali yang hanya dalam kondisi biasa saja atau dengan
kata lain tali bekas pakai untuk kerja angkat.
(d) Bila tali harus disimpulkan, gunakanlah nilai beban dalam kolom back
hitched pada beban persegi.
(e) Beban aman untuk tali sintetis yang teridentifikasi dengan positif atau
kawat pijar poliamid dan polyester dapat ditingkatkan 2 kali diatas nilai
untuk tali sisal.
4.1.4.Perawatan Tali
Kekusutan tali harus benar-benar dihindari karena dapat menyebabkan
kerusakan yang tersembunyi yang akan mengakibatkan kegagalan ketika tali
dalam kondisi tegang. Ini adalah satu alasan mengapa tali yang tampaknya
dalam kondisi baik, ketika digunakan untuk mengangkat beban yang masih di
dalam batas faktor amannya, tiba-tiba putus. Ketika tali basah, kekusutan lebih
mudah terjadi, karena pengembangan serat dan konsekuensi dari pemendekkan
pilinan.
Perlu diperhatikan :
(a) Tali baru harus dijaga pada saat diurai jangan sampai terjadi kekusutan.
(b) Jika tali menjadi kusut, jangan mencoba menghilangkan kekusutan dengan
cara menarik tali.
(c) Tali harus disimpan dalam tempat yang kering dimana tali tidak berada
pada suhu yang tinggi dan udara dapat bersirkulasi melalui gulungan.
Ketika menyimpan tali dalam truk atau kotak, jangan sampai tali terkena
benda tajam.
(d) Jika tali benar-benar menjadi basah, harus dikeringkan sebelum digunakan.
Penurunan mutu akan cepat terjadi, jika tali penuh dengan air dan tidak
dikeringkan sebagaimana mestinya.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 43 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(e) Tali harus dicuci jika terdapat lumpur atau telah mengandung banyak
kotoran.
(f) Tali sebaiknya tidak disimpan berdekatan dengan tempat penyimpanan
baterai karena uap asamnya berbahaya, atau bahan lainnya seperti soda
api, cat, dan uap.
(g) Ketika anyaman tali menjadi berjumbai, tali harus diganti. Pemeriksaan
kadang-kadang perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi dari serat (lihat
dibawah). Pita, senar atau marlin tidak boleh digunakan untuk memperbaiki
kerusakan. Untuk menghindari ujung tali menjumbai, perlu dilakukan anyam
balik.
4.1.5.Pengaruh Hentakan Pada Tali
Hentakan sebaiknya dihindari karena beban hentakan lebih besar beberapa kali
dibandingkan dengan beban yang sama jika dikenakan secara bertahap. Beban
dari masing-masing tali sling akan lebih besar dari beban jika sudut yang
terbentuk antara sling dan beban kurang dari 30º.
Untuk memudahkan menentukan SWL tali dapat dipergunakan rumus sbb :
10 newton = 1 kilogram
10 KN = 1 ton
Berat dari satu kilogram massa adalah 9,8 newton dan pada prakteknya besar ini
dianggap menjadi 10 newton. Jika massa dari konduktor dinyatakan dalam
kilogram nilai ini harus dikalikan dengan 10 untuk merubahnya menjadi berat,
atau gaya karena gravitasi dinyatakan dalam newton. Sebaliknya jika gaya
dikalkulasikan dalam newton nilai ini harus dibagi dengan 10 untuk memberikan
SWL dari tali atau peralatan lainnya dan dinyatakan dalam kilogram.
Oleh karena itu, jika sudut menjadi tajam, maka beban yang akan diangkat pada
sling bertambah. Perlu untuk selalu menjaga sudut sling diatas 30º jika
mengangkat beban yang mendekati batas angkat sling.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 44 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
4.1.6.Teknik Tali Temali
Beberapa istilah yang digunakan pada tali yang memerlukan penjelasan :
(a) Simpul dibentuk dengan memutar tali itu sendiri, atau dengan menguraikan
anyaman pada setiap ujung dan menyusunnya bersama seperti mata
ayam.
(b) Ikatan adalah cara mengencangkan atau mengikatkan tali pada tower.
Jika simpul bersifat permanen, bengkokan dan penambatan dapat dilepaskan
seketika dengan menarik tali dari arah yang berlawanan dengan ikatan.
Merupakan hal yang penting untuk mempunyai pengetahuan yang mendalam
mengenai simpul-simpul, penggunaannya dan bagaimana pemakaiannya. Hal ini
hanya akan didapat dengan praktek, oleh karena itu perlu untuk melakukan
praktek mengikat simpul bila ada kesempatan. Dengan melakukan ini, pekerja
akan menjadi terbiasa.
4.1.7.Kekuatan Simpul
Simpul pada tali polypropylene memiliki kekuatan yang berbeda dengan ikatan
pada tali jenis rami karena permukaan gel yang terdapat pada tali tersebut.
Berikut ini dijelaskan penggunaan tali polypropylene.
Macam simpul :
(a) Simpul gabungan (kekuatan 50 % dari UTS)
(i) Simpul reef
(ii) Simpul fisherman
(b) Simpul tambahan (kekuatan 70 % dari UTS)
(i) Simpul sheet
(ii) Simpul bowline
(iii) Simpul clove hitch
Kekuatan tali yang berkurang pada simpul tidak berdasarkan jumlah simpul pada
suatu tali, contohnya jika suatu beban dipikul oleh dua buah tali dengan ukuran
yang sama menggunakan simpul reef knot dan diujungnya pada salah satu
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 45 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
sisinya menggunakan eye splice dan ujung lainnya dengan simpul bowline, maka
kekuatan susunan itu adalah kekuatan simpul reef knot yaitu 50% dari kekuatan
tali tersebut.
Contoh-contoh simpul :
(a) Simpul overhand (Overhand knot)
Ini adalah bentuk simpul buatan yang paling sederhana
dan merupakan bagian dari berbagai macam simpul. Simpul ini sering
digunakan sebagai simpul mati untuk menghindari tali lepas (slip) dari
block.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 46 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(b) Simpul Granny (Granny knot)
Ini adalah simpul kurang kuat karena simpul
ini mempunyai sifat slip jika diberikan kekuatan/gaya padanya.
(c) Simpul Reef (Reef knot)
Ini adalah simpul yang paling biasa digunakan. Simpul ini tetap datar dan
tidak akan lepas asalkan tetap kering. Faktor utama dalam mengikat simpul
ini adalah dengan melihat bahwa dua tali pada masing-masing sisinya saling
melewati putaran pada sisi yang sama, jika tidak maka simpul granny yang
akan terbentuk.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 47 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(d) Single sheet bend
Simpul ini
digunakan untuk menyatukan tali yang
mempunyai ukuran sama dan tidak sama
(berbeda). Simpul ini terbentuk dengan
membuat putaran pada satu tali dan tali lain
melewati ujung dari putaran tali tersebut
keatas dengan melingkarinya dan kembali
melewati bagian bawah dari tali itu sendiri.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 48 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(e) Double sheet bend
Simpul ini juga digunakan untuk menyatukan
tali-tali dengan ukuran yang tidak sama, terutama jika tali-tali tersebut baru
atau basah.
(f) Slip knot
Simpul ini adalah bentuk sederhana dari reef knot,
dengan satu ujung simpul memutar ke belakang dan ditarik dengan
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 49 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
mengencangkan tali. Simpul dapat lepas dengan menarik bagian ujung yang
tetap.
(g) Fisherman’s knot
Simpul ini dibuat dengan meletakkan ujung
dari dua tali saling bersebelahan dan dengan arah yang berlawanan diikat
dengan simpul overhand tunggal melingkari masing-masing tali dengan
ujung yang lain. Ketika gaya diberikan, dua simpul tersebut akan merapat
pada masing-masing tali dan dapat lepas dengan menarik bagian-bagian
ujungnya. Simpul ini dapat digunakan untuk menyatukan tali yang
mempunyai diameter berbeda.
(h) Bowline
Simpul ini digunakan untuk membentuk putaran yang tidak akan lepas
ketika tali diberi beban dan simpul juga dapat dibuka dengan mudah.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 50 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(i) Running bowline
Simpul ini dapat digunakan ketika hand line diikat melingkari sebuah objek,
contohnya seperti pada pohon. Ini adalah simpul yang paling umum dan
baik sekali untuk simpul sementara.
(j) Bowline on a bight
Simpul ini digunakan untuk membentuk sebuah putaran ditengah sebuah
tali, karenanya tali digandakan. Simpul ini dibuat dengan cara yang sama
dengan simpul bowline. Lingkaran yang terbentuk dengan simpul ini tidak
akan lepas .
(k) Clove hitch
Metode 1
Metode 2
Jika simpul clove hitch dapat dibentuk terlebih dahulu dan dapat dilewati
objek, metode no.1 sebaiknya digunakan, sedangkan jika simpul tidak dapat
dibentuk terlebih dahulu, metode 2 yang dipakai. Ikatan ini digunakan untuk
mengikatkan ujung tali pada objek dengan tarikan dari sebelah kanan.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 51 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(l) Timber hitch
Simpul ini dapat kendur dengan mudah ketika tali
dikendurkan tetapi simpul tidak akan lepas dalam tarikan stabil. Namun, jika
simpul mendapat hentakan atau tali mungkin terpuntir ketika menaikkan
suatu benda, sebuah simpul half hitch harus digunakan sebagai tambahan
simpul timber hitch. Bila tidak, simpul timber hitch akan terlepas ketika
mengalami puntiran.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 52 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(m) Simpul Buntline atau becket hitch
Simpul ini digunakan untuk mengikat ujung rope block
ke becket. Ini adalah simpul yang sangat mudah yang tidak dapat dilepaskan
seperti halnya half hitches. Ujung simpul sebaiknya diikat/dimasukkan kembali
ke simpul.
(n) Simpul akhir atau end splice
Perawatan tali adalah hal penting, untuk mengetahui bagaimana
penyelesaian yang rapih dari ujung tali, untuk menghindari tali menjadi
terurai dan kemungkinan terpisah/bercerai berai. Satu Metode yang
digunakan untuk menyelesaikan ujung tali adalah menggunakan simpul
akhir.
Prosedur untuk tali yang terdiri dari 3 anyaman adalah sebagai berikut :
(i) Uraikan sekitar 3 inci tali dan masing-masing ujung tali dan putar
kearah bawah untuk membentuk putaran (loop) diatas dan biarkan
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 53 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
ujung masing-masing tali melalui putaran tali berikutnya. Tarik tali ini
hingga benar-benar kencang. Bentuk-bentuk ini dikenal sebagai
mahkota dan sekali lagi mesti disempurnakan, yang harus dilakukan
adalah menyilangkan tiga helai anyaman dengan anyaman tali yang
diam, satu anyaman kebawah dan satu anyaman lainnya keatas.
Masing-masing benang ditarik dan diletakkan melalui bagian yang
paling bawah, dimana masing-masing benang dapat berada diatas dan
dibawah benang lainnya hingga sambungan disempurnakan.
(ii) Ikatan terakhir dapat diselesaikan dengan menggulung sambungan
yang telah disempurnakan.
4.2. Rope block
Dalam PDKB, konduktor sering diangkat dengan menggunakan rope block. Dalam
penggunaannya, rope block langsung digunakan pada konduktor atau dapat
dirangkai dengan hotstick. Rope block ini dapat pula digunakan secara tidak
langsung dengan menggunakan strain link stick yang terhubung dengan
konduktor.
4.2.1.Jenis Rope block
Ada 4 tipe rope block yang digunakan dan digambarkan dengan jumlah tali yang
terdapat dalam masing-masing kotak rope block. Sebagai contoh, sebuah rope
block berukuran 3 x 2 mempunyai 3 tali pada satu kotak rope block, dan 2 tali
pada kotak rope block lainnya.
Daftar-daftar rope block :
Tipe
Rope
block
Jumlah
Tali
Keuntungan
Mekanik
Panjang
Tali
2 x 1 3 2,27 30 m
2 x 2 4 2,86 40 m
3 x 2 5 3,33 45 m
3 x 3 6 3,70 50 m
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 54 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Seorang Pelaksana/pekerja PDKB dengan ukuran rata-rata dapat menarik kira-
kira 380 N. Cara perhitungan beban maksimum yang dapat dipikul diperoleh
dengan mengalikan 380 N dengan keuntungan mekanik tipe rope block. Sebagai
contoh pelaksana yang menggunakan tipe rope block 3x3 dapat menarik beban
hingga 380 N x 3,70 = 1406 N atau setara dengan beban 143,5 kg.
Ketika rope block disimpan dalam kendaraan atau agar siap digunakan untuk
mengirim beban diatasnya, untuk menghindari terbentuknya simpul sebaiknya
mengikuti hal-hal sebagai berikut :
(a) Buat sebuah simpul half hitch disekitar block, lalu buat gulungan searah
jarum jam sampai seluruh tali selesai terlingkari.
(b) Membuat beberapa lilitan mengitari gulungan dengan block terdapat pada
ujung gulungan.
(c) Menarik ujung tali tadi melalui salah satu dari ujung gulungan dan posisikan
melingkari gulungan.
(d) Menyelesaikan ikatan dengan mengencangkan ikatan.
4.2.2.Penggunaan Rope Block
Jangan memberikan beban terlalu berat kepada rope block atau menghentaknya.
Jika sebuah rope block tampaknya sulit digunakan, hentikan pekerjaan dan
periksa bahwa rope block atau perlengkapan lainnya yang berhubungan tidak
macet atau rusak.
Rope block dengan tali yang terpilin tidak akan berjalan dengan mulus. Putar
block sesuai kebutuhan untuk menghilangkan pilinan.
Yakinkan bahwa sudut yang terbentuk dari tali utama tidak berlebihan sehingga
tali tidak rusak.
Selalu periksa bahwa block dengan tali utama dari rope block adalah paling dekat
dengan titik pemasangan pada tower atau struktur sehingga sudut yang baik
dapat terpenuhi.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 55 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
4.3. Peralatan Hot Line
4.3.1.Penjelasan Umum
Penggunaan hot stick untuk pemeliharaan saluran bertegangan telah dilakukan
sejak tahun 1913. Peralatan ini awalnya diproduksi secara handmade, kasar,
kaku dan sulit digunakan. Sejak pertama kali dibuat, secara bertahap
dikembangkan dan sekarang mencapai tahap dimana hot stick terbuat dari
plastik fiber glass yang diperkuat (FRP) yang mempunyai resistansi terhadap
kelembaban yang tinggi, lebih padat, dan lebih tinggi resistensinya terhadap
abrasi dan bahan-bahan yang mudah larut dibandingkan dari bahan kayu seperti
yang dahulu digunakan. Selain itu, stick ini relatif ringan yang merupakan salah
satu faktor penting pada PDKB sehingga kelelahan dapat dijaga tetap minimum.
Fitting dan peralatan yang digunakan di ujung stick isolasi terbuat dari bahan
aluminium khusus yang memiliki dua keuntungan yaitu ringan dan kuat. Bila
digunakan sesuai batas amannya, bertahun-tahun tidak akan rusak. Tetapi jika
digunakan melebihi batas amannya, maka akan terjadi kerusakan sebagian dan
sebaiknya tidak dilas atau dipatri karena hal ini akan merusak susunan material
didalamnya yang mengakibatkan alat ini menjadi tidak aman.
Diameter (inci) Beban kerja aman (kg) Beban kerja aman (lb)
1 ¼
1 ½
2
1.600
2.900
5.400
3.500
6.500
12.000
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 56 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
4.3.2.Universal stick
Peralatan ini berfungsi sebagai alat bantu dimana pelaksana/pekerja tidak bisa
menyentuh secara langsung ke daerah yang bertegangan
Asesoris universal stick :
(a) Pin Holder
Untuk penggantian pin dan baut. Kepala baut dipaskan
ke alur dan dikencangkan oleh kerja pegas. Dapat
digunakan untuk baut atau pin yang berdiameter
sampai dengan 5/8 inci.
(b) Cutout Tool
Alat ini berfungsi untuk pekerjaan yang memerlukan
pegangan terhadap suatu benda. Bagiannya yang
berbentuk seperti jari membuat alat ini cocok untuk
pekerjaan semacam ini. Dapat menampung obyek yang
lebarnya 3 ¾ inci. Semua bagian yang menyentuh
porselin ditutupi dengan plastisol.
(c)Ratchet Wrench
Dengan penggerak ½ inci persegi, ratchet wrench
digunakan untuk mengencangkan baut pada
perlengkapan transmisi.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 57 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(d) Chuck Blank
Chuck blank dapat digunakan untuk beramacam-
macam aplikasi, seperti menyisipkan obeng, gergaji,
dll. Mur kupu-kupu berfungsi
mengencangkan/mengunci peralatan yang dipasang.
(e) Snapout Cotter Key Remover
Seperti kerja palu, alat ini sangat berguna untuk
mencabut pen isolator. Lepaskan pegas kompresi
dengan hentakan yang cepat.
(f) Snapout Disconnect
Snapout disconnect berfungsi seperti hentakan palu.
(g) Locating Pin
Digunakan sebagai pin pembantu dalam meluruskan
dengan lubang baut, sebagai alat bantu untuk
penyisipan baut dan pin.
(h) Folding Rule
Bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Alat ini
kusus untuk mendapatkan pengukuran dekat dengan
konduktor bertegangan.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 58 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(i) Cotter Key Installing Tool
Digunakan untuk memasang pin isolator yang diluar
jangkauan pekerja atau berdekatan dengan saluran
bertegangan. Rahang Penjepit berpegas memegang
pin tersebut untuk mempermudah pemasangan.
(j) Cotter Key Pusher
Untuk kopeling dengan ball dan socket isolator. Ujung
yang lurus dari peralatan dapat masuk ke dalam soket
yang terbuka untuk mendorong pen keluar. Ujung
yang melengkung mendorong pen kembali ke
posisinya.
(k) Hack Saw
Dapat digunakan pada berbagai sudut dimana gergaji
logam diperlukan dekat dengan konduktor
bertegangan.
(l) Screw Driver
Berfungsi seperti obeng pada umumnya.
(m) Clear Vision Mirror
Digunakan untuk melihat bagian - bagian yang
terhalang.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 59 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(n) Shepherd Hook
Pengait yang digunakan untuk membantu mendorong,
menahan, mengait dan mengangkat string isolator.
Terbuat dari aluminium campuran.
(o) Flexible Wrench Head
Digunakan bersamaan dengan kunci soket standar
dan dapat digunakan secara fleksibel pada berbagai
sudut.
(p) Adjustable Insulator Forks
Berfungsi untuk memegang isolator berukuran 9 inci
dan 10 inci. Rahang fiber membuka dan menutup
dengan cara memutar sekrup.
(q) Spiral disconnect
Digunakan untuk menarik dan mengendalikan
tambang.
(r) All-Purpose Cotter Key Tool
Untuk menarik dan mengganti pin. Kususnya digunakan pada pin
klevis dan ball-socket isolator. Pemakaian yang mudah karena
bentuk slotnya dan mata pin yang dinaikkan.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 60 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(s) Universal adapter
Jika dua universal stick digabungkan, maka alat
tersebut dapat diatur pada sudut manapun. Berguna
untuk pemakaian pada lokasi yang sempit. Dapat
digunakan juga dengan aksesoris.
(t) Hammer
Digunakan untuk berbagai kebutuhan pada konduktor
bertegangan, seperti menggeser suspension klem dan
bagian perangkat keras lainnya yang memerlukan
pukulan kuat.
(u) Cotter Key Puller
Digunakan untuk menarik pin yang terdapat pada
socket isolator.
(v) Clevis Pin Installer
Digunakan untuk memasang pen pada isolator.
(w) Cotter Key Holder
Digunakan untuk memasang pin kedalam pen klevis.
Alat ini akan memegang pin dengan kuat, tetapi
mudah dilepaskan jika pin sudah terpasang.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 61 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(x) Cotter Key Tool
Digunakan untuk mendorong pen isolator.
(y) Knocker
Digunakan untuk menambah efek pukulan pada saat
memasukkan pen isolator yang digabungkan dengan
peralatan lain pada ujungnya.
(z) All-Angle Pliers
Digunakan sebagai alat pemegang untuk menahan
kepala baut agar tidak terlepas, juga digunakan untuk
mengatur arching horn dll.
(aa) Ball Socket Adjuster
Berguna dalam mengendalikan Socket clevis dan isolator bagian ball-socket.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 62 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
4.3.3.Dead End Tools
(a) Two-Pole Strain Carriers
Two-pole strain carriers berfungsi untuk mengambil alih tarikan konduktor
dalam proses penggantian isolator pada tower tension. Biasanya digunakan
pada isolator single string, tetapi dapat juga digunakan pada isolator double
string sepanjang asesoris pada tower memenuhi syarat untuk pemasangan
peralatan.
Yoke dibuat dari plat aluminium yang berkekuatan tinggi dan terdapat
rantai yang digunakan untuk memasang yoke pada tower.
Kekuatan kerja (nominal) untuk masing-masing Two-pole strain carriers
adalah 15,000 lb.
Two-pole strain carriers asesoris :
(i) Two-Pole Yokes
Two-Pole Yokes terbuat dari plat aluminium dengan (ketebalan l ¾ “
dan 1”) yang berkekuatan tinggi. Alat ini mempunyai lebar 26” diukur
dari titik tengah lubang tempat strain pole. Beban kerja maksimumnya
adalah 15.000 pon (6,8 ton). Dead end socket dari two pole yoke dapat
diganti sesuai dengan ukuran link.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 63 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(ii) Deadend Compression Yoke Assembly
Digunakan dengan buah strain pole dan dipasang pada posisi cold end
dengan cara menjepit link isolator. Rangka terbuat dari aluminium
yang dipanaskan. Apabila digunakan dengan strain pole yang dapat
disesuaikan berukuran 2”, dan mempunyai beban kerja sebesar 11.000
pon (5 ton).
(iii) Take-Up Trunnions
Alat ini digunakan untuk mengambil alih tarikan beban konduktor dan
digunakan bersamaan dengan strain jack yang dipasang pada
adjustable strain pole atau clevis strain pole. Beban kerja maksimum
alat ini disesuaikan dengan beban kerja yoke dan strain pole.
Ada 2 jenis take-up trunnions, yaitu :
Take up Trunnion (kecil)
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 64 dari 143
Alat ini digunakan untuk memposisikan ujung
hot stick bagian cold dan memasangnya
dalam cold end yoke. Alat ini juga dapat
dipasang pada tower pada pekerjaan
penggantian isolator suspension
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Take up trunnion (besar)
(iv) Rachet Wrench
Kunci Ratchet dapat diatur penggunaannya untuk menarik dan
mengulur trunnion pada strain jack.
(b) Adjustable Strain pole
Adjus
table strain pole panjangnya dapat digunakan sesuai kebutuhan, dengan
mengatur posisi pole clamp yang khusus.
Dimensi adjustable strain pole
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 65 dari 143
Trunion ini hanya cocok untuk Strain
crossarm yoke –tipe B. Mempunyai 2 pin yang
besar sehingga memungkinkan dipasang
pada yoke dengan tepat.
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Diameter
(mm)
Panjang
(m)
Panjang antara
yoke (m)
Total take-
up maks
(mm)
Panjang total
(M)Min Maks
50 2,44 0,965 2,565 300 2,87
50 3,05 1,575 3,175 300 3,48
50 4,58 3,100 4,700 300 5,0
(c) Adjustable pole clamps
Adjustable pole clamp diperlukan untuk memasang adjustable
strain pole pada hot end yoke dalam pekerjaan penggantian isolator
tension.
Cara pengoperasian :
(i) Tentukan panjang adjustable strain pole sesuai kebutuhan.
(ii) Lepas kunci pada adjustable pole clamp dan pasanglah pada
adjustable strain pole.
(iii) Letakkan adjustable pole clamp di antara 2 pin stainless steel sesuai
panjang yang dibutuhkan.
(iv) Putar kunci adjustable pole clamp.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 66 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(v) Periksa adjustable pole clamp apakah telah terkunci dengan aman
pada hot stick.
4.3.4.Suspension Insulator Tools
(a) Boom Support Pole
Boom support pada umumnya terdiri dari trolley pole atau wire tong yang
dipasang sebagai tripod untuk menopang berat cargo boom. Peralatan ini
dipasang pada tower menggunakan tower saddle dan diberi pole clamp
tambahan pada tiap-tiap pole agar tidak terjadi slip akibat memikul beban
yang berat.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 67 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(b) Clevis-Eye Strain pole
Strain pole ini dapat digunakan pada berbagai model yoke plate.
Beban kerja strain pole adalah 12.000 pounds.
(c) Spiral link stick
Spiral link stick dipakai sebagai pengganti strain link stick pada jenis
pekerjaan dan tempat yang sama, dimana pekerja PDKB tidak dapat
memasang strain link stick secara aman (jarak minimum tidak terpenuhi).
Eye pada ujung stick memungkinkan pekerja saluran untuk memasang
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 68 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
strain link stick ke konduktor dengan bantuan hot stick. Spiral link stick
terbuat dari Epoksiglas 1 1/4 “.
Ujung spiral link stick bagian depan dan belakang terbuat dari aluminium
campuran, pengait spiral dan eye ujung stick terbuat dari baja galvanis.
(d) Strain link stick
Pada tower dead end dan sudut, strain link stick digunakan sebagai isolasi
antara rope block dan came-a long.
Pada beban konduktor dengan span panjang, lebih aman wire tong
digunakan bersamaan dengan strain link stick. Pemasangannya pada
konduktor harus berdekatan.
Strain link stick berfungsi untuk menopang beban konduktor pada tower
selama penggantian isolator.
Hook dan eye terbuat dari aluminium campuran dengan rasio terbaik
sehingga didapatkan kekuatan tertinggi dengan berat yang ringan. Eye
pada ujung stick yang digunakan untuk mengaitkan rope block atau
handline ditempa dari baja berkualitas tinggi. Swivel berputar secara bebas
pada bearing. Hook strain link stick berbentuk bulat untuk mencegah
kerusakan pada konduktor.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 69 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(e) Hot End Suspension Yoke
Ada
2 macam hot end yoke, yaitu :
(i) Digunakan dengan adjustable strain pole
(ii) Digunakan dengan clevis strain pole.
Kedua yoke ini dibuat dari plat aluminium yang berkekuatan tinggi. Dengan
beban kerja aman 15.000 pound (6,8 ton). Yoke ini mempunyai dua pegas
pengunci yang akan mengunci strain pole pada posisinya.
Yoke ini dilengkapi dengan saddle swivel yang dapat berputar 360 0 dan
dapat dipasang pada berbagai macam suspension yoke plate hingga
ketebalan 1 inci.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 70 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(f) Tower Yokes H-Frame Yoke
Yoke ini dipasang pada crossarm berfungsi sebagai titik tumpu konduktor
ketika isolator dilepas. Alat ini dapat digunakan dengan atau tanpa kaki
sesuai bentuk besi sikunya. Ketika kakinya digunakan, dapat diatur
sedemikian rupa agar dapat dipasang pada berbagai macam siku. Dan
apabila diperlukan bolt clevisnya diikat pada tower untuk menahan yoke
pada tempatnya.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 71 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
4.3.5.Insulator Craddle
Ada 3 (tiga) tipe Isolator craddle yang tersedia untuk berbagai pekerjaan
penggantian Isolator, yaitu :
(a) Transmission craddle
Umumnya digunakan pada tegangan 69 kV
sampai dengan 115 kV, yang ditopang oleh
sepasang wire tong atau ditarik oleh strain
link stick.
(b) EHV through-design craddle
Alat ini digunakan untuk memposisikan
isolator ke posisi vertikal pada
penggantian konfigurasi isolator v-string
pada tegangan 345 kV dan 500 kV.
(c) EHV side-opening craddle
Alat ini digunakan pada tower tension untuk mengganti satu string
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 72 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
isolator pada jenis isolator dua string atau empat string.
Insulator craddle terdiri dari berbagai peralatan antara lain :
(i) Blank pole (iv) Center brace pole
(ii) Ridge pole (v) J-craddle
(iii) Brace pole (vi) Alat pendukung yang lain.
Insulator craddle digunakan untuk menyangga string isolator yang
rusak atau akan diganti.
Insulator craddle digantung dengan live line rope yang dipasang pada
boom assembly. Untuk beban yang berat boom assembly harus
diperkuat dengan skor tambahan berupa webbing sling yang
dikombinasikan dengan strap hoist/chain hoist untuk mengimbangi
beban dari isolator pada craddle.
4.3.6.150 kV and 500 kV assembled ladder and support
(a) Ladder Assembly and Support
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 73 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
No Nama Peralatan Ukuran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ladder clamp
Swivel stick
Spreader Bar
Rope block
Ladder Support Assembly
Ladder
2,5”
1,5” x 10’
14’
Peralatan ini dapat digunakan pada struktur tower dan dapat dipasang
secara vertikal maupun horizontal. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemasangan ladder assembly sebagai berikut :
(i) Ketika menaikkan tangga dari posisi vertikal ke posisi horisontal selalu
kurangi tekanan pada rakitan penopang tangga dengan mendorong
(atau menarik) tangga keluar dari bodi tower pada awal gerakan
vertikal.
(ii) Pasang tali pengaman pada anak tangga ke tower untuk
mengamankan tangga.
(iii) Posisi pemasangan rope block pada tangga harus lebih dari ½ dari
panjang tangga yang digunakan.
(iv) Bila menggunakan ladder splice maka harus menggunakan dua rope
block yang dipasang pada ujung dan tengah tangga.
(b) Swivel Stick
Swivel stick digunakan dalam pemasangan ladder sebagai penopang berat
tangga. Swivel stick mempunyai panjang yang berbeda-beda sesuai dengan
penggunaannya, yaitu :
No. Catalog UkuranE402-0141
T402-0899
T402-0900
12,5 feet
6 feet
8 feet
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 74 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
T402-0901 10 feet
(c) Adjustable Ladder Hook Peralatan ini dapat dipasang pada ladder agar
dapat diposisikan sesuai kebutuhan, atau untuk
digunakan sebagai pengait ladder sementara.
Adjustable ladder hook dapat disesuaikan dan
mudah dipasang pada satu pekerjaan dengan
cepat.
Ladder hook terbuat dari baja, berdiameter 25
mm, dilengkapi dengan rantai dan pengunci.
Berat adjustable ladder hook 453 kg.
4.3.7.Boom Assembly
(a) Swivel boom assembly
Peralatan ini digunakan untuk mengangkat isolator pada craddle untuk
mendapatkan posisi yang aman.
Strap hoist/chain hoist disambung searah craddle berfungsi untuk
mengangkat dan mengendalikan craddle.
Swivel boom medium duty
assembly
Swivel boom heavy duty
assembly
Ø 7,6 cm 8 cm
SWL 227 kg 454 kg
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 75 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Gambar Boom assembly
No Nama Peralatan Ukuran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Heavy duty swivel boom
Mast pole
Trolley pole
Strain link stick
Chain hoist
Mast yoke
Pole clamps
Webbing sling
Boom base
Tower saddle
Boom clamp
Snatch block
10 cm x 10 cm x 5 m
8 cm x 2,5 m
6 cm x 3,6 m
4 cm x 3 m
1 ½ Ton
6 cm
1 inci x 6 feet
10 cm x 10 cm
2500 lbs
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 76 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(b) Tower saddleTower saddle digunakan untuk menopang wire
tong atau mast pole pada tower. Tower saddle
dipasang pada besi tower dengan 4 (empat)
buah mur baut bersayap.
(c) Wire tong
Wire tong mempunyai banyak fungsi di antaranya untuk mengangkat,
memegang, dan menjauhkan konduktor bertegangan, untuk menopang
posisi mast-boom, atau untuk menahan tangga.
Wire tong dibuat dari bahan Epoksiglas dan fitting logam dibuat dari bahan
aluminium campuran yang dipisahkan dengan cincin perunggu.
Rahang wire tong dapat dipasang rapat pada konduktor dengan memutar
stick dari posisi yang aman (dalam jarak aman). Kepala yang besar tersedia
dalam dua ukuran dimana konduktor yang sangat besar dapat dijepit.
4.3.8.Peralatan pendukung
(a)Karabiner
Pemilihan karabiner, baik kekuatan maupun
ukurannya harus diperhatikan pada saat
penggunaan. Karabiner umumnya mempunyai
SWL 1000 kg .
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 77 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(b) Shackle
Alat penyangga kecil yang terbuat dari baja
stainless mempunyai 8000 kg UTS.
Direkomendasikan bahwa alat penyangga
mempunyai 2,000 kg SWL dengan faktor
keselamatan 4.
(c) Snatch BlockTerdapat batas kecepatan tali pada block
yaitu maksimum 0,5 m/detik untuk
mencegah pemanasan yang berlebihan.
Diameter dasar alur block (sisi terdalam lekukan) harus lebih dari 5 kali
diamater tali, sedangkan kedalaman alur block harus lebih dari 1/3 diameter
tali.
Sebelum digunakan, block harus diuji kekuatan mekanik.
Perhitungan Ukuran Block
Contoh tali 24 mm
Diameter ikatan 5 x 24 = 120 mm (diukur dari dasar alur).
Kedalaman alur 1/3 x 24 = 8 mm.
(d) Static Shunt Static shunt digunakan untuk menghilangkan beda
potensial pada pada proses pelepasan dan
pemasangan isolator baik sisi hot maupun sisi cold.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 78 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Cara penggunaan static shunt :
(i) Pasang static shunt pada besi siku travers (sisi cold) atau pada
konduktor (sisi hot).
(ii) Pasang rahang shunt pada socket isolator baik sisi cold maupun sisi
hot.
Catatan : “Hanya satu buah static shunt yang boleh dipasang pada waktu yang
sama”.
(e)Webbing sling
Dalam pemasangan webbing sling
tidak boleh melebihi sudut 450. Apabila
webbing sling harus dipasang pada
sudut yang lebar(>450), maka
perhatikan SWL webbing sling apakah
mampu memikul beban pada posisi
tersebut
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 79 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
WEBBING SLINGS RATED LIFTING CAPACITIES
No. katalogLebar(Inci)
Panjang(Inci)
KAPASITAS MAKSIMUM* (LBS)Tipe
Basket Choker VertikalC417-0133 2” 6’ 6500 2450 3250 Return Eye
(Panjang mata, kira-
kira 4”)C417-0134 1” 3’ 4400 1650 2200 Tak
berujungC417-0135 1” 4’ 4400 1650 2200 Tak
berujungC417-0136 1” 5’ 4400 1650 2200 Tak
berujungC417-0137 1” 6’ 4400 1650 2200 Tak
berujungC417-0138 1” 8’ 4400 1650 2200 Tak
berujungC417-0139 1 ¾ “ 3’ 7900 2975 3950 Tak
berujungC417-0140 1 ¾ “ 4’ 7900 2975 3950 Tak
berujungC417-0141 1 ¾ “ 5’ 7900 2975 3950 Tak
berujungC417-0142 1 ¾ “ 6’ 7900 2975 3950 Tak
berujungC417-0143 1 ¾ “ 8’ 7900 2975 3950 Tak
berujung
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 80 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
BAB V
PERHITUNGAN BEBAN DAN GAYA
Faktor keselamatan dan beban kerja aman dapat digunakan dengan dua cara,
baik dengan mempertimbangkan beban yang diangkat, atau kekuatan
perlengkapan untuk mengangkat. Hati-hati untuk tidak menambahkan faktor
keselamatan bersama dengan menggunakan beberapa peralatan dengan faktor
keselamatan berbeda.
Contoh : Pertimbangkan situasi ketika orang sedang akses rope ke konduktor.
Berat kira-kira 100 kg. Untuk faktor keselamatan 6 dipersyaratkan
bahwa tali mempunyai minimum 600 kg SWL. Karena reaksi terhadap
snatch block adalah 2 kali beban, maka SWL block minimum adalah
200 kg.
5.1. Berat dan Gaya
Adalah hal yang penting untuk menghitung berbagai berat dan gaya yang terjadi
ketika pelaksanaan pekerjaan dalam keadaan bertegangan. Peralatan dalam
keadaan bertegangan didesain sedemikian rupa. Sehingga SWL nya terpenuhi
(tidak terlampaui). Beberapa konfigurasi kawat mungkin memerlukan perhatian
terhadap gaya yang dibebankan pada peralatan. Gaya ini mungkin menentukan
metode aplikasi. Instruksi kerja biasanya menyebutkan secara spesifik metode
yang digunakan.
Semua pelaksana/pekerja PDKB harus memahami akibat dari gaya ini dan
keterbatasan kemampuan peralatan. Mereka harus dapat menghitung,
menentukan besar gaya yang bekerja. Kerusakan chain hoist biasanya
disebabkan oleh kelemahan rantai/tali.
Sebelum mengganti string isolator, perlu dihitung total beban yang akan
ditopang oleh perlengkapan. Beban ini dihasilkan dari :
(a) Berat konduktor
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 81 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(b) Efek putaran dari sudut
(c) Berat pelaksana/pekerja
(d) Berat peralatan
(e) Beban yang timbul karena angin
5.2. Perhitungan berat Konduktor
Berikut ini adalah petunjuk untuk menghitung gaya yang bekerja pada pada
tower tension dan suspension.
Secara teori, berat fisik yang ditopang isolator adalah
(a) Berat konduktor
(b) Beban angin yang terjadi pada konduktor
(c) Efek sudut yang dihasilkan dari perubahan arah kawat.
Beban ini harus digandakan jika terdapat dua konduktor yang membentuk
susunan kembar.
Berat total konduktor dapat dihitung dengan mengukur panjang konduktor yang
ditopang tower dan mengalikan panjang ini dengan berat/meter.
Panjang konduktor ini harus diukur dari titik terendah andongan pada gawang
sebelumnya ketitik terendah andongan digawang berikutnya.
Berikut ini merupakan contoh perhitungan satu string isolator pada kawat
transmisi dimana tidak terdapat belokan sudut pada struktur.
Dimana : F = Total gaya vertikal kebawah yang dinyatakan dalam
newton
L1 & L2 = Panjang horisontal dari span yang berdampingan yang
dinyatakan dalam meter
W = Massa per meter konduktor
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 82 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
10 = Faktor yang merupakan percepatan gravitasi pada massa
konduktor
Contoh :
(a) Perhitungan berat satu gawang konduktor zebra ganda pada level tanah
datar.
Berat satu konduktor zebra= 1.621 kg/m
Rumus perhitungan berat satu gawang konduktor zebra :
Berat (kg) = Jarak sb (m) x 1.621 (kg/m) x 2 (konduktor)
Dalam contoh ini, jika jarak (sb) adalah 320 m, maka :
Berat = 320 x 1,621 x 2 = 1037,44 kg
Dalam contoh ini, Berat gawang (gawang) adalah 1037,44 kg.
(b) Perhitungan berat satu gawang konduktor gannet kembar pada daerah
perbukitan
Berat satu konduktor gannet = 1,365 kg/m
Rumus perhitungan berat satu gawang konduktor gannet :
Berat (kg) = Jarak sb (m) x 1,365 (kg/m) x 2 (konduktor)
Dalam contoh ini, jika jarak (sb) adalah 160 m, maka
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 83 dari 143
150 170
Jarak sb
60 100
Jarak sb
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Berat = 160 x 1,365 x 2 = 436,8 kg
Dalam contoh ini, Berat gawang adalah 436,8 kg.
Catatan keselamatan : Ketika konduktor terangkat dari struktur, andongan
berkurang pada titik dimana berat secara fisik mulai bertambah.
Pengangkatan yang lama harus di hitung dengan hati-hati.
Tabel Spesifikasi Kawat Penghantar
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 84 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
5.3. Perhitungan tarikan/sagging pada konduktor
Dalam banyak kasus, akan berguna jika menghitung beban mekanik yang
dibebankan pada peralatan, untuk mengetahui tarikan pada konduktor. Tarikan
adalah gaya yang menarik kekuatan material.
Rumus untuk menghitung tarikan pada konduktor adalah:
Keterangan : Tarikan (T) = Tarikan dalam kilogram
Berat (Weight/W) = Masa konduktor dalam kilogram per meter
Span (S) = Panjang antar struktur dalam meter
Sagging (s) = Tinggi konduktor diukur pada pertengahan
gawang
Contoh : Jika diketahui penghantar dengan konduktor dove, dengan panjang
span 400 m dan sagging 8 m. Tentukan tarikan pada konduktor
tersebut.
Berat (W) = 1,137 kg/m
Gawang (S) = 400 m
Sagging (s) = 8 m
Tarikan (T) =
=
= 2842,5 kg
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 85 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
5.4. Perhitungan gaya yang bekerja pada tower dead end
Untuk menghitung tarikan pada konduktor, ada dua gaya yang sangat penting
dapat dihitung pada tower dead end, gaya-gaya tersebut adalah :
(a) Tarikan kawat skoor
(b) Gaya vertical kebawah yang bekerja menekan tower ke tanah/bumi
Contoh: Sebuah konduktor dengan tarikan 300 kg dengan tinggi 12 m diatas
tanah, dengan skoor sejauh 6 m dari tower.
Jika tower di skoor secara horisontal, maka tarikan skoor akan sebanding dengan
tarikan konduktor. Tidak akan ada gaya kompresif kearah bawah pada tower,
selain dari berat konduktor. Pada umumnya skoor ini menambah beban vertical
kebawah pada tower.
Perhitungan gaya ini dapat diilustrasikan dengan menggunakan pengaris
millimeter pada gambar berskala.
Bandingkan segitiga yang dibentuk dari garis putus-putus pada Diagram dengan
segitiga yang dibentuk oleh tiang, penopang dan garis tanah.
Terlihat bahwa dasar dari segitiga putus-putus sama dengan dasar segitiga garis
yang solid.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 86 dari 143
12 m13,4 m
300 kg
Skala : 1: 200
6 m
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Kita dapat mengasumsikan bahwa 6 meter sama dengan gaya horisontal 300 kg.
300/6 = 50 KG gaya/meter
Gunakan skala ini pada tower : 12 m x 50 kg/m = 600 kg gaya kompresif yang
menekan kebawah pada tower.
5.5. Perhitungan tarikan pada tower tension
Untuk mendapatkan tarikan pada tower tension, harus diketahui panjang gawang
terlebih dahulu. Dengan menghitung segitiga siku-siku.
√(122 + 62) = √(180)
Panjang skoor = √(180) = 13,4 m
Tarikan = 13,4 x 50 = 670 kg
Menggunakan Skala
Metode sederhana menghitung gaya mekanik adalah dengan menggambar
segitiga siku-siku dengan skala untuk menggambarkan permasalahan. Penggaris
dengan skala millimeter digunakan untuk melakukan perhitungan.
Untuk menghitung masalah tarikan pad tower tension yang sama dengan
menggunakan metode ini, gunakan segitiga ABC untuk mewakilkan AB = tarikan
kawat (skoor), AC = jarak antara jangkar dengan dasar tiang. Garis BE
diproyeksikan 10 mm dan mewakili gaya tarikan pada konduktor sebesar 300 kg.
Sebuah garis digambarkan dari E paralel dengan AB hingga ke garis AC sehingga
membentuk segitiga BDE. Segitiga BDE sebangun dengan segitiga ABC dan
mempunyai rasio yang sama.
Dalam Diagram, 10 mm mewakili tarikan konduktor 300 kg. Sehingga 1 mm
mewakili 300/10 atau 30 kg. Dengan melakukan pengukuran, garis BD ditemukan
sebesar 20 mm. Besarnya gaya kompresif yang bekerja pada tower adalah 20 x
30 kg = 600 kg.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 87 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Dengan melakukan pengukuran, garis DE didapat 22,36 mm. Sehingga tarikan
pada kawat tower tension adalah 22,36 x 30 = 670 kg.
5.6. Perhitungan tarikan pembagi (bisect) pada konduktor
Tarikan pembagi adalah gaya yang ditimbulkan oleh konduktor pada sebuah
sudut dimana gaya tersebut cenderung menarik tower kearah kawat/konduktor,
dengan kata lain, Tarikan pembagi (bisect) merupakan alasan digunakannya
tower sudut. Pada sebuah struktur bersudut, gabungan/kombinasi berat
konduktor dan tarikan pembagi menyebabkan gaya pada peralatan PDKB.
Dalam hal peralatan yang cukup, Total gaya harus ditentukan
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 88 dari 143
Skala : 1: 200
10 mm = 300 kg
A C
D
EB
12 m
22,36 mm
6,0 m
Skala : 1: 500
15 m
15 m
6 m13,75
m
13,75 m
27, 50 m
E
A
CD
B
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Untuk menghitung tarikan pembagi pada sebuah konduktor, hitung sepanjang 15
m pada garis AB, dan beri tanda. Ukur 15 m pada garis BC dan beri tanda. Hitung
jarak AC, dan buat titik tengah pada garis ini. Ukur panjang BD.
Perhatikan segitiga ABD, Jarak AB 15 m mewakili 300 kg atau satu meter
mewakili 300/15 = 20 kg.
Gunakan untuk mengukur BD – 6 m, ditemukan ini mewakili 6 x 20 = 120 kg.
Jarak BD berada pada dua segitiga, sehingga hasilnya harus dikalikan dengan 2.
Tarikan pembagi (bisect) didapat 120 x 2 = 240 kg.
5.7. Perhitungan tower sudut
Untuk menentukan sudut ketika terjadi perubahan arah pada saluran transmisi
dan alat ukur tidak tersedia, prosedur ini dapat digunakan.
Gunakan meteran/penggaris, ukur jarak 15 m dari B menuju E pada garis AB dan beri tanda pada
E. Ukur jarak sejauh 15 m dari B menuju D pada garis BC dan beri tanda pada D. Ukur jarak ED dalam
meter, hingga dua angka desimal, dan gunakan tabel dibawah ini
JARAK SUDUT JARAK SUDUT
1,31 m
2,61 m
3,92 m
5o
10o
15o
12,92 m
13,85 m
15,00 m
50o
55o
60o
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 89 dari 143
15 m
15 m
A B E
D CSkala 1 : 500
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
5,21 m
6,49 m
7,76 m
9,02 m
10,26 m
11,48 m
20o
25o
30o
35o
40o
45o
16,12 m
17,21 m
18,26 m
19,28 m
20,27 m
21,21 m
65o
70o
75o
80o
85o
90o
Interpolasi diperlukan untuk sudut yang berada ditengah
Cara lain untuk menentukan besar sudut
Aturan metode ibu jari untuk menentukan perubahan arah dari saluran dan
cukup akurat hingga sudut 450, digambarkan dalam diagram berikut ini.
Dengan menggunakan penggaris, ukur BE sepanjang 11 m pada garis BA kearah
luar, dan beri tanda.
Ukur BC sepanjang 11 m. Jarak ED dalam meter x 5 adalah sudut besar dalam
derajat. Pada diagram diatas, jaraknya adalah 7,5 m yang berarti besar sudutnya
37,5 derajat (7,5 x 5)
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 90 dari 143
Skala : 1: 300
11 m
11 m
7,5 m
A B E
CD
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
5.8. Penggunaan perhitungan gaya
Adalah penting untuk dapat menghitung gaya yang bekerja pada tower,
penopang dan konduktor pada struktur yang bersudut. Sama pentingnya untuk
dapat menghubungkan gaya-gaya ini pada peralatan yang digunakan pada
pekerjaan PDKB.
Tabel berat konduktor dan jalinan (stranding), dan nilai beban aman pabrikan
untuk hot stick dan fitting logam harus direferensikan. Penting untuk mengetahui
hal-hal yang dikerjakan pada pemindahan konduktor atau konduktor pada suatu
sudut, baik terjadi dibawah maupun Diatas peralatan, tetapi juga, kekuatan
cukup untuk mengerjakan tugas dengan aman.
Contoh berikut menunjukkan metode untuk perhitungan ini :
Anggap pekerjaan adalah mengganti isolator pada tower sudut 40º, dengan
gawang pada sisi 50 m atau 55 m. Anggap bahwa tanahnya datar. Konduktor 4/0
ACSR terdapat pada tower dan dipasang 12,5 m diatas tanah dan mempunyai
andongan 0,76 m pada gawang 55 m. Tarikan bisect akan ditopang oleh
peralatan pada sebuah sisi saluran dan rope block 25 m dari dasar tower.
Masa konduktor = 0,444 kg per m.
Berat konduktor = ((50+55)/2 x (0,433 x2)) = 45,5 kg
Tarikan konduktor = ((0,433 x 55 x 55)/(8 x 0,760)) = 215,4 kg.
Perhitungan Matematika
Tarikan Bisect
Gunakan meteran penanda, kita mendapatkan jarak BD = 5,16 m.
Jarak AB atau BC(15m) mewakili tegangan konduktor 215,4 kg.
Kemudian 1m mewakili 215/15 =14,36 kg/m.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 91 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Garis BD = 5,16 x 14,36 kg =74 kg.
Karena garis BD terdapat pada 2 segitiga, maka kalikan dengan 2.
Tarikan bisect = 74 kg x 2 = 148 kg tenaga
Tarikan pada sisi Penopang (penopang)
Jarak 1m = 48 kg : 25 m = 5,92 kg per m
Panjang tali Penopang = √ (252 + 12,52) = 27,95 m
Tarikan tali Penopang = 27,95 x 5,92 = 165,5 kg tenaga
165,5 kg = 165,5 x 980665 = 1623 Newtons =163 kN
Metode alternatif (Menggunakan diagram skala)
Menggunakan penggaris skala dan Segitiga siku-siku, buat diagram dibawah
dengan mengambarnya secara tepat terhadap skala untuk mewakili dimensi
struktur yang diketahui. Kemudian gambar segitiga OXY kecil yang proporsional
dan gunakanlah untuk memecahkan masalah dengan cepat:
(a) Tekanan pada tali pengendali
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 92 dari 143
Skala : 1: 150
5,16 m
A B
C
D14,1 m
14,1 m
15 m
15 m
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(b) Beban kompresi (vertikal) pada tower dan pada wire tong dan tower saddle
jika alat ini digunakan untuk menyokong naikknya konduktor.
Penyelesaian :
Pada diagram diatas, tarikan 148 kg tenaga diwakili oleh garis OX horisontal
sama dengan panjang aktual 10mm. Melalui X gambar sebuah garis paralel
ke garis Penopang untuk memotong sisi vertikal dari skala segitiga pada
jarak 10 mm = 148 kg gaya dan karena 1 mm = 14,8 kg gaya. Ukur OY
sama dengan 5 mm dan XY sama dengan 11,2 mm. OY mewakili 5 x 14,8
=74 kg tenaga (secara vertikal); dan
(a) XY mewakili tarikan pada tali Pengendali =11,2 x 14,8 =165,8 kg gaya
(b) Beban kompresi pada wire tong = 74 +berat (masa) satu konduktor =
74 + 22,7 = 96,7 kg gaya
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 93 dari 143
O
X
Y
10 m
12,5 m
25 m
Skala 1 : 150
Tali pengendali
Tower
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
BAB VI
METODE KERJA PADA SALURAN BERTEGANGAN
Bab ini menyajikan khusus untuk menguraikan metode pekerjaan pemeliharaan
dengan cara PDKB yang meliputi :
(a) Penggantian isolator pada tower Suspension
(b) Penggantian isolator pada tower Tension.
Perentangan Konduktor (mendorong konduktor)
Perentangan konduktor merupakan persyaratan keselamatan yang harus di
lakukan untuk semua pelaksanaan pekerjaan saluran bertegangan agar jarak
aman minimum terpenuhi, dengan tujuan untuk memberikan nilai maksimum
jarak kerja aman antara pekerja dengan konduktor yang bertegangan.
6.1. Metode kerja pada tower suspension 70 kV sampai dengan 150 kV
(metode hot stick)
(a) Metode merentangkan (mendorong) konduktor
(i) Pasang tower saddle ditower sejajar dengan konduktor yang akan
direntangkan (didorong).
(ii) Pasang wire tong pada tower saddle dan ujung penjepitnya pada
konduktor.
(iii) Pasang strap hoist antara tower saddle dengan ujung belakang wire
tong.
(iv) Kencangkan strap hoist sampai wire tong dapat mendorong konduktor
menjauhi tower sehingga jarak aman minimum terpenuhi dan
kencangkan klem tower saddle.
(b)Metode pemasangan spiral link stick dan chain hoist/strap hoist
(i) Pasang webbing sling pada bodi tower.
(ii) Pasang chain hoist/strap hoist pada webbing sling.
(iii) Pasang spiral link stick ke ujung chain hoist/strap hoist.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 94 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(iv) Kaitkan spiral link stick pada konduktor.
(v) Ambil alih beban berat konduktor dari isolator dengan chain hoist/strap
hoist.
(c)Metode penggantian isolator
(i) Kencangkan chain hoist/strap hoist sampai isolator kendor.
(ii) Lepas pin isolator dari suspension clamp menggunakan universal
stick. Perhatikan konduktor pada span sebelum dan sesudahnya,
kendorkan chain hoist/strap hoist pelan - pelan sampai konduktor
menjauh dari isolator.
(iii) Pasang handline pada isolator.
(iv) Ambil alih berat isolator dengan handline dan lepaskan dari traves.
(v) Turunkan isolator, pastikan handline tetap berada jauh dari konduktor
(handline jangan menyentuh konduktor).
(vi) Naikkan isolator dan pasang pada traves.
(d)Metode pemasangan isolator
(i) Naikkan konduktor dengan chain hoist/strap hoist sampai keujung
isolator (sampai posisi isolator dapat terpasang).
(ii) Hubungkan isolator dengan konduktor menggunakan universal stick.
(iii) Masukkan pin isolator.
(iv) Kendorkan chain hoist/strap hoist sampai beban konduktor di ambil
alih oleh isolator.
(v) Kendorkan strap hoist pada wire tong sampai konduktor kembali pada
posisinya.
(e)Metode pelepasan peralatan
(i) Lepas spiral link stick dari konduktor dan turunkan.
(ii) Lepas chain hoist/strap hoist dan turunkan.
(iii) Lepas wire tong dari konduktor dan turunkan.
(iv) Lepas tower saddle dan turunkan.
(v) Turunkan semua peralatan.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 95 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
6.2. Metode kerja pada tower tension 150 kV (metode barehand)
(a) Metode merentangkan (mendorong) konduktor jumper
(i) Pasang tower saddle pada tower sejajar dengan konduktor jumper
yang akan direntangkan (didorong).
(ii) Pasang wire tong pada tower saddle dan ujung penjepitnya pada
konduktor jumper.
(iii) Dorong konduktor jumper menjauhi tower dengan wire tong dan
kencangkan klem tower saddle.
(b)Metode akses ke konduktor
(i) Naikkan dan pasang tangga isolasi pada posisinya.
(ii) Akses hotman ke konduktor.
(c)Metode pemasangan strain pole
(i) Naikkan dan pasang Comealong pada konduktor.
(ii) Naikkan dan pasang chain hoist pada comealong.
(iii) Naikkan dan pasang strainpole pada traves dan hubungkan dengan
chain hoist.
(iv) Ambil alih tarikan konduktor pada isolator dengan chain hoist.
(d)Metode Penggantian Isolator
(i) Pasang handline pada isolator sisi hot.
(ii) Kencangkan chain hoist sampai isolator kendor.
(iii) Pasang static shunt sisi hot.
(iv) Lepas isolator.
(v) Lepas static shunt, dan posisikan isolator sampai vertikal.
(vi) Pasang handline pada isolator sisi cold.
(vii) Lepas isolator dari traves dan turunkan.
(viii) Naikkan isolator pengganti dan pasang pada traves.
(ix) Balik urutan kerja metode pemasangan isolator.
(e)Metode Pelepasan Peralatan
(i) Lepas strain pole dan turunkan.
(ii) Lepas chain hoist dan turunkan.
(iii) Lepas comealong dan turunkan.
(iv) Hotman kembali ke traves.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 96 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(v) Turunkan tangga isolasi.
(vi) Turunkan semua peralatan.
6.3. Metode kerja pada tower suspension I – string 500 kV (metode
barehand)
(a) Metode akses ke konduktor
(i) Metode menggunakan tangga isolasi.
(ii) Metode swing dari tower.
(iii) Metode akses rope dari bawah
(b) Metode penggantian isolator
(i) Rangkai strain pole, chain hoist dan hot yoke yang sudah terpasang
suspension clamp.
(ii) Akses hotman ke konduktor.
(iii) Naikkan dan pasang strain pole yang sudah dirangkai.
(iv) Pasang suspension clamp pada konduktor.
(v) Ambil alih beban konduktor dari isolator dengan chain hoist.
(vi) Pasang static shunt pada sisi hot.
(vii) Lepas Isolator sisi hot.
(viii) Lepas static shunt pada sisi hot.
(ix) Pasang static shunt pada sisi cold.
(x) Pasang handline pada isolator sisi cold.
(xi) Lepas isolator sisi cold.
(xii) Lepas static shunt.
(xiii) Turunkan isolator.
(xiv) Naikkan isolator pengganti.
(xv) Balik urutan kerja metode penggantian isolator I – string.
6.4. Metode kerja pada tower suspension V – string 500 kV (metode
barehand)
(c) Metode akses ke konduktor
(i) Metode menggunakan tangga isolasi.
(ii) Metode swing dari tower.
(iii) Metode akses rope dari bawah.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 97 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(d) Metode penggantian isolator
(i) Rangkai strain pole dengan chain hoist dibawah.
(ii) Naikkan peralatan cold.
(iii) Akses hotman ke konduktor.
(iv) Pasang hot yoke.
(v) Naikkan dan pasang strain pole yang sudah dirangkai dengan chain
hoist.
(vi) Ambil alih beban isolator dengan chain hoist.
(vii) Pasang static shunt pada sisi hot.
(viii) Pasang handline pada isolator sisi hot.
(ix) Lepas isolator.
(x) Lepas static shunt sisi hot.
(xi) Posisikan isolator ke vertikal.
(xii) Pasang handline pada isolator sisi cold.
(xiii) Lepas isolator sisi cold dan turunkan.
(xiv) Naikkan dan pasang isolator pengganti.
(xv) Balik urutan kerja metode penggantian isolator V – string.
6.5. Metode kerja pada tower tension 500 kV (metode barehand)
(a) Metode akses ke konduktor
(i) Metode menggunakan tangga isolator.
(ii) Metode akses rope dari tower.
(b) Metode penggantian isolator
(i) Rangkai J – Craddle dibawah.
(ii) Tempatkan adjustable strain pole pada J – Craddle.
(iii) Rangkai Boom dibawah.
(iv) Naikkan dan pasang Boom pada posisinya.
(v) Akses hotman ke konduktor.
(vi) Naikkan J – Craddle & adjustable strain pole.
(vii) Pasang cold end yoke & hot end yoke pada posisinya.
(viii) Pasang J – Craddle pada isolator.
(ix) Pasang strain pole dan ambil alih beban tarikan isolator.
(x) Pasang static shunt.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 98 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(xi) Lepas isolator.
(xii) Lepas static shunt.
(xiii) Turunkan J – Craddle beserta isolator.
(xiv) Naikkan isolator pengganti.
(xv) Balik urutan kerja metode penggantian isolator tension.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 99 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
7.1. Bahaya yang ditimbulkan oleh tegangan listrik
Secara umum kita tinjau dahulu bahaya-bahaya yang mungkin dapat ditimbulkan
oleh tegangan atau arus listrik terhadap manusia mulai dari yang ringan sampai
yang paling berat yaitu: terkejut, pingsan atau mati.
Ringan atau berat bahaya yang timbul, tergantung dari faktor-faktor dibawah ini
sebagai berikut :
(a) Tegangan dan kondisi orang terhadap tegangan tersebut.
(b) Besarnya arus yang melewati tubuh manusia
(c) Jenis arus, searah atau bolak-balik
7.1.1.Tegangan listrik
Pada sistem tegangan tinggi sering terjadi kecelakaan terhadap manusia, dalam
hal terjadi tegangan kontak langsung atau dalam hal manusia berada di dalam
suatu daerah yang mempunyai gradien tegangan yang tinggi. Akan tetapi
sebenarnya yang menyebabkan bahaya tersebut adalah besarnya arus yang
mengalir dalam tubuh manusia.
Khususnya pada instalasi transmisi kemungkinan terjadinya bahaya terutama
disebabkan oleh timbulnya gangguan yang menyebabkan arus mengalir ke
tanah. Arus gangguan ini akan mengalir pada bagian-bagian peralatan yang
terbuat dari metal dan juga mengalir dalam tanah di sekitar tower. Arus
gangguan tersebut menimbulkan gradien tegangan diantara tower dengan tanah
dan juga gradien tegangan pada permukaan tanah itu sendiri. Untuk
menganalisis lebih lanjut akan ditinjau beberapa kemungkinan terjadinya
tegangan dan kondisi orang yang sedang berada di dalam dan di sekitar tower
tersebut.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 100 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
7.1.2.Macam Tegangan
Sulit untuk menentukan secara tepat mengenai perhitungan tegangan yang
mungkin timbul akibat gangguan ke tanah terhadap orang yang sedang berada
di dalam atau di sekitar tower, karenanya banyaknya faktor yang mempengaruhi
dan tidak diketahui.
Untuk menganalisis keadaan ini maka diambil beberapa pendekatan sesuai
dengan kondisi orang yang sedang berada di dalam atau di sekitar tower
tersebut pada saat terjadi gangguan ke tanah.
Pada hakekatnya perbedaan tegangan selama mengalirnya arus gangguan tanah
dapat digambarkan sebagai berikut :
(a) Tegangan sentuh
(b) Tegangan langkah
(c) Tegangan pindah
7.1.2.1. Tegangan Sentuh
Tegangan sentuh adalah tegangan yang terdapat diantara suatu obyek yang
disentuh dan suatu titik berjarak 1 meter, dengan asumsi bahwa obyek yang
disentuh dihubungkan dengan kisi-kisi pengetanahan yang berada dibawahnya.
Besar arus gangguan dibatasi oleh tahanan orang dan tahanan kontak ke tanah
dari kaki orang tersebut, seperti pada gambar 7-1.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 101 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Gambar 7.1. Tegangan sentuh dengan rangkaian penggantinya
Dari rangkaian pengganti dapat dilihat hubungannya sebagai berikut :
Dimana :
Es = tegangan sentuh (volt)
Rk = tahanan badan orang (= 1000 Ohm)
Rf = tahanan kontak ke tanah dari satu kaki pada tanah yang diberi lapisan koral 10 cm (= 3000 Ohm)
Ik = besarnya arus yang melalui badan (Ampere)
Tahanan badan orang telah diselidiki oleh beberapa ahli sebagaimana
terdapat dalam tabel 7.4, dan sebagai harga pendekatan diambil
Ohm. Tahanan Rf mendekati harga 3 s dimana s adalah tahanan jenis
tanah disekitar permukaan. Arus Ik diambil dari harga dalam persamaan
7.4, dimana .
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 102 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Diman:
s
=tahanan jenis tanah disekitar pemukaan tanah (Ohm-meter) = 3000 Ohm-meter untuk permukaan tanah yang dilapisi koral 10 cm.
t
=
waktu kejut (detik) atau lama gangguan tanah.
Dalam Tabel 7.1 diberikan besar tegangan sentuh yang diijinkan dan lama
gangguan.
Tabel 7.1. Tegangan sentuh yang diijinkan dan lama gangguan
Lama gangguan
(detik)
Tegangan sentuh yang
diijinkan (Volt)
0,1 1.980
0,2 1.400
0,3 1.140
0,4 990
0,5 890
1,0 626
2,0 443
3,0 362
7.1.2.2. Tegangan Langkah
Tegangan langkah adalah tegangan yang timbul di antara dua kaki orang yang
sedang berdiri di atas tanah yang sedang dialiri oleh arus kesalahan ke tanah.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 7.2.
Dalam hal ini dimisalkan jarak antara kedua kaki orang adalah 1 meter dan
diameter kaki dimisalkan 8 cm dalam keadaan tidak memakai sepatu.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 103 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Gambar 7.2. Tegangan langkah dekat peralatan yang diketanahkan
Dengan menggunakan rangkaian pengganti dapat ditentkan tegangan langkah
sebagai berikut :
Dimana :
= tegangan langkah (volt)
= tahanan badan orang (ohm) = 1000 Ohm
= tahanan kontak ke tanah dari satu kaki (ohm) = 3
= waktu kejut (detik)
= tahanan jenis tanah disekitar permukaan tanah (ohm-meter)
= 3000 ohm-meter untuk permukaan tanah yang dilapisi koral 10 cm
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 104 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Dalam Tabel 7.2 diberikan besar tegangan langkah yang diijinkan dan
lama gangguan.
Tabel 7.2. Tegangan langkah yang diijinkan dan lama gangguan
Lama gangguan (detik)Tegangan langkah
yang diijinkan (Volt)0,1 7.0000,2 4.9500,3 4.0400,4 3.5000,5 3.1401,0 2.2162,0 1.5603,0 1.280
7.1.2.3. Tegangan Pindah
Tegangan pindah adalah hal khusus dari tegangan sentuh, dimana tegangan ini
terjadi bila pada saat terjadi kesalahan orang berdiri di dalam instalasi transmisi,
dan menyentuh suatu peralatan yang diketanahkan pada titik jauh sedangkan
alat tersebut dialiri oleh arus kesalahan ke tanah, gambar 7.3.
Dari gambar 7.3 terlihat bahwa, orang akan merasakan tegangan yang lebih
besar bila dibandingkan dengan tegangan sentuh seperti pada gambar 7.1.
Tegangan pindah akan sama dengan tegangan pada tahanan kontak pentanahan
total. Tegangan pindah itu sulit untuk dibatasi, tetapi biasanya konduktor-
konduktor telanjang yang terjangkau oleh tangan manusia telah diisolasi. Dari
gambar 7.3 diperoleh :
Epindah = I R0, dengan anggapan Ik « I sebab
» R0
Dimana :
Dan : r = Jari-jari ekivalen dari luas instalasi transmisi
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 105 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
L = panjang total dari konduktor kisi-kisi dan batang
Untuk waktu tertentu dari arus gangguan dalam detik, tegangan pindah yang
diijinkan adalah sama dengan tegangan sentuh.
Gambar 7.3. Tegangan pindah dengan rangkaian penggantinya
7.2. Arus Yang Melalui Tubuh Manusia
Kemampuan tubuh manusia terhadap besarnya arus yang mengalir di dalamnya.
Tetapi berapa besar dan lamanya arus yang masih dapat ditahan oleh tubuh
manusia sampai batas yang belum membahayakan sukar ditetapkan. Dalam hal
ini telah banyak diselidiki oleh para ahli dengan berbagai macam percobaan baik
dengan tubuh manusia sendiri maupun menggunakan binatang tertentu. Dalam
batas-batas tertentu dimana besarnya arus belum berbahaya terhadap organ
tubuh manusia telah diadakan berbagai percobaan terhadap beberapa orang
sukarelawan yang menghasilkan batas-batas besarnya arus dan pengaruhnya
terhadap manusia yang berbadan sehat. Batas-batas arus tersebut dibagi
sebagai berikut :
(a) Arus mulai terasa atau persepsi.
(b) Arus mempengaruhi otot.
(c) Arus mengakibatkan pinsan atau mati atau arus fibrilasi.
(d) Arus reaksi.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 106 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
7.2.1. Arus Persepsi
Bila seseorang memegang penghantar yang diberi tegangan mulai dari harga nol
dan dinaikkan sedikit demi sedikit, arus listrik yang melalui tubuh orang tersebut
akan memberikan pengaruh. Mula mula akan merangsang syaraf sehingga akan
terasa suatu getaran yang tidak berbahaya bila dengan arus bolak balik dan akan
terasa sedikit panas pada telapak tangan.
Pada Electrical Testing Laboratory New York tahun 1993 telah dilakukan
pengujian terhadap 40 orang laki-laki dan perempuan, dan diperoleh arus rata-
rata yang disebut threshold of perception current sebagai berikut :
(a) Untuk laki-laki : 1,1 mA.
(b) Untuk perempuan : 0,7 mA.
7.2.2. Arus Yang Mempengaruhi Otot
Bila tegangan yang menyebabkan terjadinya tingkat arus persepsi dinaikkan lagi
maka orang akan merasa sakit dan kalau terus dinaikkan maka otot-otot akan
kaku sehingga orang tersebut tidak berdaya lagi untuk melepaskan konduktor
yang dipegangnya.
Di University of California Medical School telah dilakukan penyelidikan terhadap
134 orang laki-laki dan 28 orang perempuan dan diperoleh angka rata-rata yang
mempengaruhi otot sebagai berikut :
(a) Untuk laki-laki : 16 mA.
(b) Untuk perempuan : 10,5 mA.
Berdasarkan penyelidikan ini telah ditetapkan batas arus maksimal dimana orang
masih dapat dengan segera melepaskan konduktor bila terkena arus listrik
sebagai berikut :
(a) Untuk laki-laki : 9 mA.
(b) Untuk perempuan : 6 mA.
7.2.3. Arus Fibrilasi
Apabila arus yang melewati tubuh manusia lebih besar dari arus yang
mempengaruhi otot dapat mengakibatkan orang menjadi pingsan bahkan sampai
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 107 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
mati. Hal ini disebabkan arus listrik tersebut mempengaruhi jantung sehingga
jantung berhenti bekerja dan peredaran darah tidak jalan dan orang segera akan
mati.
Untuk mendapatkan nilai pendekatan suatu percobaan telah dilakukan pada
University of California oleh Dalziel pada tahun 1968 , dengan menggunakan
binatang yang mempunyai badan dan jantung yang kira-kira sama dengan
manusia disebutkan bahwa 99.5 % dari semua orang yang beratnya kurang dari
50 kg masih dapat bertahan terhadap besar arus dan waktu yang ditentukan
oleh persamaan sebagai berikut :
atau
dimana : k =
K = 0,0135 untuk manusia dengan berat 50 kg
= 0,0246 untuk manusia dengan berat 70 kg
Maka : = 0,116 Amper
= 0,157 Amper
Jadi : untuk berat badan 50 kg
Dan
Dimana :
= besarnya arus yang mengalir melalui tubuh (Ampere)
= lamanya arus mengalir dalam tubuh atau lama ganguan tanah (detik)
7.2.4. Arus Reaksi
Arus reaksi adalah arus yang terkecil yang dapat menakibatkan orang menjadi
terkejut, hal ini cukup berbahaya karena dapat mengakibatkan kecelakaan
sampingan. Karena terkejut orang dapat jatuh dari tangga, melemparkan
peralatan yang sedang dipegang yang dapat mengenai bagian-bagian instalasi
bertegangan tinggi sehingga terjadi kecelakaan yang lebih fatal.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 108 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Penyelidikan yang terperinci telah dikemukan oleh DR. Hans Prinz dimana
batasan-batasan arus tersebut seperti tabel 7.3.
Tabel 7.3. Batasan-batasan arus dan pengaruhnya pada manusia
Besar Arus Pengaruh Pada Tubuh Manusia
0 – 0,9 mA belum dirasakan pengaruhnya, tidak menimbulkan reaksi apa-
apa.
0,9 – 1,2 mA baru terasa adanya arus listrik, tetapi tidak menimbulkan
akibatbkejang, kontraksi atau kehilangan kontrol.
1,2 – 1,6 mA mulai terasa seakan-akan ada yang merayap di dalam tangan
1,6 – 6 mA tangan sampai kesiku merasa kesemutan
6 – 8 mA tangan mulai kaku, rasa kesemutan makin bertambah
13 – 15 mA rasa sakit tidak tertahankan, penghantar masih dapat
melepaskan dengan gaya yang besar sekali
15 – 20 mA otot tidak sanggup lagi melepaskan penghantar
20 – 50 mA dapat mengakibatkan kerusakan pada tubuh manusia
50 – 100 mA batas arus yang dapat menyebabkan kematian
7.3. Tahanan Tubuh Manusia
Tahanan tubuh manusia berkisar di antara 500 Ohm sampai 100.000 Ohm
tergantung dari tegangan, keadaan kulit pada tempat yang mengadakan
hubungan (kontak) dan jalannya arus dalam tubuh. Kulit yang terdiri dari lapisan
tanduk mempunyai tahanan yang tinggi, tetapi terhadap tegangan yang tinggi
kulit yang menyentuh konduktor langsung terbakar, sehingga tahanan dari kulit
ini tidak berarti apa-apa. Sehingga hanya tahanan tubuh yang dapat membatasi
arus.
Penyelidikan dan penelitian tahanan tubuh manusia yang diperoleh beberapa ahli
adalah sebagai berikut :
Tabel 7.4. Berbagai harga tahanan tubuh manusia
PenelitiTahanan (Ohm)
Keterangan
Dalziel 500 dengan tegangan 60 cps
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 109 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
AIEE Committee Report 2.330 dengan tegangan 21 volt
1958 tangan ke tangan
1.130 tangan ke kaki
1.680tangan ke tangan dengan arus searah
800 tangan ke kaki dengan 50 cps
Laurent 3.000
Berdasarkan hasil penyelidikan oleh para ahli maka sebagai pendekatan diambil
harga tahanan tubuh manusia sebesar 1000 Ohm.
7.4. Sengatan Listrik
7.4.1.Efek Kejut ListrikEfek kejut listrik dapat meluas, berdasarkan pada arus yang melewati tubuh
dengan tegangan pada titik sentuhan. Tidak memungkinkan untuk
mendefinisikan secara tepat efek dari pemberian arus, karena waktu sentuhan,
serta kondisi fisik dan kesehatan korban, akan memberi kontribusi pada beratnya
luka-luka.
Efek yang disebabkan oleh arus yang mengalir pada 50 Hz a.c, yang mengaliri
tubuh dapat dikategorikan pada beberapa tingkatan seperti ditunjukkan pada
tabel dibawah ini. Nilai arus dan waktu kontak rata-rata dan disajikan sebagai
contoh. Efek yang mungkin terjadi pada manusia dalam kondisi dan keadaan
sehat.
ARUS WAKTU KONTAK HASIL
1 mA Ambang sensasi
10 mA 10-10,000 ms Sensasi sakit ringan
50 mA 10-200 ms Selalu tidak ada bahaya
50 mA 200-400 ms Kelumpuhan otot sementara
50 mA 4000 ms plusKemungkinan berhentinya jantung
100 mA 10-100 ms Selalu tidak ada bahaya
100 mA 100-600 ms Kelumpuhan otot sementara
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 110 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
100 mA 600-10,000 msKemungkinan berhentinya jantung
100 mA 10,000 msKemungkinan berhentinya jantung
500 mA 10-40 ms Selalu tidak ada bahaya
500 mA 40-500 msKemungkinan berhentinya jantung
500 mA 500 ms lebihKemungkinan berhentinya jantung
Aspek yang dipertimbangkan
(a) Arus sampai dengan 500 millamps yang mengalir ke tubuh untuk waktu
yang sangat singkat – kurang dari 40 milli detik akan menyebabkan efek
yang tidak lama pada manusia.
(b) Nilai arus yang tinggi atau waktu sentuhan yang lama mungkin
menyebabkan efek yang membahayakan, dari kelumpuhan otot sementara
sampai penghentian jantung, dan jika tidak diberikan tindakan medis yang
cekatan, kematian mungkin terjadi.
(c) Kejut listrik oleh tegangan lebih dari 230 V sebagian besar menyebabkan
penghentian jantung .
(d) Kejut tegangan tinggi selalu disertai dengan loncatan api. Hasilnya
menyebabkan arus yang besar mengalir dan orang akan selalu menderita
luka bakar. Orang yang terbunuh sebagai akibat sentuhan pada tegangan
tinggi selalu mati terbakar.
(e) Arus akan mengalir ke tubuh sesuai dengan daerah permukaan
sentuhan(kontak) dan kondisi kulit. Ketika arus mulai mengalir, ketahanan
tubuh berkurang dan arus yang lebih tinggi akan mengalir. Efek eksponen
dapat menyebabkan arus tinggi, beberapa detik secara relatip, akan
menyebabkan penghentian jantung. Arus mengalir melalui tubuh sesuai
dengan Hukum Ohms dan sebagian besar diatur oleh ketahanan kulit.
7.4.2.Perbedaan Potensial (Tegangan) Terdapat banyak cara yang menyebabkan perbedaan potensial (tegangan)
dapat terjadi, termasuk:
(a) Hubungan tidak sengaja ke supply (pemasukan)
(b) Induksi dari rangkaian yang berdampingan
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 111 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(c) Induksi dari kondisi atmosfir atau penghentian cahaya langsung
(d) Umpan balik dari rangkaian kedua, misalnya melalui trafo tegangan
(e) Menyimpan elektrik pada kapasitor
(f) Sentuhan fasa ke fasa
(g) Turunnnya tegangan melewati tahanan
7.4.3.Pencegahan Kejut ListrikDalam berbagai situasi, orang tidak waspada terhadap bahaya, atau akan
membuat assumsi tentang letak perlengkapan.
Sebagai aturan umum, semua konduktor harus dianggap sebagai bertegangan,
kecuali jika konduktor tsb diisolasi, dibumikan dan diikat. Bagian berikut
mencakup berbagai situasi dimana bahaya kejut dapat terjadi:
Bagaimana menolong korban yang terkena sengatan listrik
Jika seseorang mengalami sengatan listrik di rumah atau di tempat kerja,
putuskan sumber listrik sebelum melakukan hal lainnya.
(a) Stop arus dengan mematikan soket atau menarik steker (plug). Jika anda
tidak dapat meraih soket, matikan kotak sekering utama.
Jangan menggunakan sakelar pada peralatan. Kegagalan sakelar
dapat menyebabkan kecelakaan.
(b) Jika tidak ada jalan untuk mematikan, berdirilah pada bahan isolasi kering,
seperti tumpukan Koran, karpet karet atau kotak kayu, kemudian dorong
tungkai dan lengan korban menjauhi sumber dengan kursi kayu atau sapu.
Jangan pergunakan sesuatu yang lembab atau terbuat dari logam
Sebagai alternatif, gulungkan tali, celana panjang ketat dan kain yang
kering disekitar kaki korban atau dibawah lengan, kemudian tarik korban.
Jangan sentuh korban dengan tangan anda.
Jangan gunakan sesuatu yang basah, seperti handuk basah
(c) Jika korban tak sadarkan diri, letakkan pada posisi penyembuhan. Jika
nafasnya berhenti, mulailah melakukan pernafasan buatan dengan segera.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 112 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(d) Jika korban tak sadar, terbakar atau kelihatan sangat lemah, panggil
pelayanan darurat dan mintalah ambulan, atau bawa korban ke Unit Gawat
Darurat di rumah sakit lokal.
Sampaikan kepada petugas medis lama korban bersentuhan dengan listrik.
7.5. P3K
P3K adalah pertolongan pertama pada keadaan darurat yang segera diberikan
kepada korban yang terluka atau tiba – tiba sakit atau mendapat kecelakaan.
P3K harus segera diberikan kepada korban yang terluka atau tiba-tiba sakit, agar
korban yang terancam kondisi hidupnya mampu bertahan sampai bantuan
tenaga medis profesional tiba.
7.5.1.Tujuan dan Ruang Lingkup P3K
P3K ini tidak mencakup semua kemungkinan yang dapat dijumpai oleh pegawai.
P3K dimaksudkan untuk bantuan darurat yang mengancam kehidupan yang
dapat terjadi di dalam pelaksanaan pekerjaan. Tujuan P3K ini agar pegawai dapat
melakukan tindakan darurat tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang
tidak boleh dilakukan, juga mampu menentukan sifat dan tingkat luka atau
penyakitnya. Dalam memberikan bantuan yang diperlukan harus berhati – hati
agar tidak menyebabkan luka-luka tambahan. Dengan sikap dan kesadaran
keselamatan yang positif, kecelakaan atau luka tidak akan terjadi.
7.5.2.Pengamanan Darurat Dalam Kecelakaan Kerja
Sebagai pegangan dalam penanganan darurat bila terjadi kecelakaan, diwajibkan
mempunyai sebuah prosedur yang siap untuk dilaksanakan dalam penanganan
darurat. Prosedur ini dapat berubah sesuai lokasi kerja dan lingkungan disekitar
pekerjaan yang sedang dilakukan.
Pada dasarnya harus ada suatu kesepakatan antar kepala regu dan anggota tim
tentang apa yang akan dilaksanakan dan siapa yang akan melaksanakan
penanganan darurat. Jika terjadi suatu kecelakaan, berpikir terlebih dahulu
sebelum melakukan penanganan darurat. Kunci untuk keberhasilan
penanganan darurat adalah bisa memahami situasi dan kondisi.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 113 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Situasi dan kondisi yang ditemui tidak pernah bisa ditentukan sebelumnya.
Lindungi diri anda dengan menggunakan perlengkapan pelindung diri (sarung
tangan, tali, tongkat, alat bantu pernafasan, masker gas, helm, dll.) yang
diperlukan untuk melakukan pertolongan dan jauhkan korban yang terluka dari
posisi yang membahayakan. Jangan menjadi bagian dari masalah!
Perlu diketahui bahwa tidak ada dua kasus kecelakaan yang memerlukan
pertolongan yang sama. Dasar – dasar pertolongan pada kecelakaan dibuat agar
penolong dapat segera menggambil keputusan yang logis dan cerdik. Jika
dipahami dengan benar, maka si penolong akan menjadi lebih siap dan cekatan
dalam menghadapi segala macam kecelakaan yang terjadi.
7.5.3.Penetapan Prioritas
Setelah memastikan keselamatan korban, perawatan P3K harus segera diberikan
berdasarkan sifat dan jenis lukanya.
(a) Pastikan bahwa korban mempunyai jalan udara yang terbuka
Berikan pernafasan mulut ke mulut jika perlu. Pernafasan dan sirkulasi
udara korban harus dikembalikan normal secepat mungkin, karena
kesempatan korban untuk sembuh berkurang dengan cepat di setiap detik
seiring berjalannya waktu.
(b) Haemorrhage atau pendarahan hebat
Rata-Rata orang dewasa mempunyai enam liter darah dalam tubuhnya.
Kehilangan satu liter darah akan berakibat fatal. Oleh karena itu,
pendarahan harus dihentikan secepat mungkin.
(c) Keracunan
Pertolongan yang diberikan pada korban keracunan berdasarkan sifat racun
atau bahan kimia yang meracuni. Didalam semua kasus kecelakaan,
pertolongan harus diberikan secara cepat dan tepat.
(d) Shock
Semua luka akibat kecelakaan dapat mengakibatkan korban shock dan
harus segera ditolong. Jika tidak ditolong dengan tepat dan cepat, shock
juga dapat menyebabkan kematian.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 114 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
7.5.4.Langkah yang perlu diperhatikan dalam menolong korban
(a) Jangan pindahkan korban (kecuali penting) sebagai alasan keselamatan.
Jaga korban dalam posisi yang sesuai dengan kondisi korban atau lukanya.
Jangan biarkan korban yang terluka bangun atau berjalan-jalan.
(b) Yakinkan apakah terjadi perhentian sirkulasi pernafasan, pendarahan yang
serius, shock, atau patah tulang /terlepas dari sambungan, terbakar,
keracunan,dll.
(c) Pastikan orang yang terluka tetap berbaring dibawah, kepala sejajar dengan
badan, sampai diketahui tingkat luka nya.
(d) Jika tidak terdapat luka dikepala, turunkan kepala korban atau angkat kaki
dan punggungnya sekitar 20 – 30 cm.
(e) Jika diperkirakan terjadi luka kepala serius atau luka didada, angkat kepala
pelan - pelan.
(f) Lindungi korban dari penanganan yang tidak tepat dan tidak perlu.
(g) Jaga dan perhatikan suhu tubuh korban. Hindari suhu yang ekstrim pada
korban dengan menggunakan penutup, selimut atau pakaian tambahan di
atas atau di bawah korban. Selimut dapat digunakan sebagai tempat
berteduh atau perlindungan korban dari tempat yang panas.
(h) Periksa dan tentukan tingkat luka korban, setelah diketahui tingkat lukanya
maka pertolongan selanjutnya dapat ditentukan penanganannya sesuai
dengan tingkat lukanya.
(i) Buka atau lepaskan pakaian korban jika diperlukan dalam membuat suatu
pemeriksaan yang lebih akurat. Kendorkan pakaian korban yang
ketat/sempit, tetapi jangan menarik ikat pinggang korban untuk
menghindari jika terdapat luka pada tulang belakang
(j) Perhatikan kondisi fisik korban, termasuk perubahan warna kulitnya. Jika
korban berkulit hitam, periksalah permukaan bagian dalam bibir, kelopak
mata dan mulut korban untuk mengetahui terjadinya pembiruan atau
berkurangnya sirkulasi darah (cyanosis).
(k) Periksa denyut nadi korban. Jika tidak terasa di pergelangan tangan, periksa
denyut arteri carotid di sisi leher korban.
(l) Jika korban tidak sadar tetapi bernafas, cari luka dikepala.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 115 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(m) Periksalah tungkai lengan dan tubuh korban, apakah lukanya terbuka atau
tertutup atau ada tanda-tanda keretakan.
(n) Jangan memberikan air atau cairan kepada orang yang tidak sadar atau
setengah sadar. Cairan tidak dianjurkan jika seorang yang terluka
menghadapi suatu operasi yang berhubungan dengan pembedahan dalam
keadaan darurat.
Melaksanakan Pertolongan Pertama
(a) Berikan ruang bebas agar korban bernafas normal menghirup udara segar.
(a) Kenakan pembalut luka, bidai dan perban luka korban jika terjadi
pendarahan atau retak yang tidak boleh digerakkan
(b) Lakukan tindakan P3K dan teknik tertentu yang pada kondisi tersebut
dianggap perlu untuk digunakan/dilakukan.
(c) Korban harus tetap di awasi sampai diserahkan ke tenaga medis ahli (krew
ambulan, regu penyelamat, dokter), atau sampai korban dapat mengurus
dirinya sendiri
(d) Sebagai petugas P3K dalam memberikan perawatan pada korban
kecelakaan harus sesuai dengan batas kemampuannya dan hindari luka
yang lebih parah terjadi pada korban, serta melakukan usaha yang
maksimal dalam memberikan P3K.
7.5.5.Diagnosa metode perawatan korban kecelakaan
7.5.5.1. Kronologis
Diperoleh dari:
(a) Lingkungan sekitar
(b) Pasien/korban
(c) Orang yang berada di dekat lokasi
7.5.5.2. Tanda-tanda
Dilihat dari panca indera korban
(a) Penglihatan
(b) Pendarahan (berat atau ringan)
(c) Warna muka/wajah
(d) Benda asing
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 116 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(e) Perubahan warna
(f) Bengkak
(g) Cacat/kelainan bentuk
(h) Mata (berkaca-kaca, kosong, merah)
(i) Bola mata (membesar, mengkerut/kedip-kedip, sejarar, tidak sejajar,
mati/tetap)
(j) Refleks
(k) Respon terhadap sentuhan
(l) Sentuhan
(i) Keadaan lembab/terjadi pendarahan
(ii) Suhu
(iii) Respirasi
(iv) Denyut nadi
(v) Benda asing (diam/dapat dipindahkan)
(vi) Bengkak
(vii) Cacat/kelainan tubuh
(viii) Fiksiti
(ix) Ketidakteraturan
(x) Pincang
(xi) Kelembutan
(xii) Crepitis
(xiii) Gerak yang tidak normal
(m) Bau
(i) Terbakar
(ii) Gas
(iii) Napas
(iv) Tubuh
(v) Muntahan
(vi) Botol
(n) Pendengaran
(i) Membentak/menggertak
(ii) Kemresek (Crepitis)
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 117 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(iii) Rintihan
(iv) Bernafas
Hasil diagnosa yang dilakukan pada korban harus diberikan ke tenaga
medis.
7.5.6.Memindahkan orang yang terluka
(a) Pembuatan Usungan/tandu
(i) Ambil dua atau tiga jas atau jaket, keluarkan lengan bajunya.
Masukkan tongkat yang kuat melewati salah satu lengan baju jaket,
dan tongkat kedua pada lengan baju yang lain.
(ii) Tutup resleting atau kancingkan jaket untuk membuat usungan/tandu.
Jika mungkin, coba dulu dengan orang yang tidak terluka untuk
berbaring pada usungan/tandu terlebih dahulu, dan angkat untuk
meyakinkan bahwa usungan tersebut kuat menahan berat.
(e) Memindahkan korban pada usungan/tandu
Gulingkan korban pada sisi yang tidak terluka, sedangkan penolong yang
lain mendorong untuk membuka usungan/tandu. Angkat semua ujungnya
sehingga usungan/tandu sejajar dengan punggung korban. Sebelum
mengangkat korban, rendahkan usungan/tandu dan korban ke tanah.
Pindahkan korban yang tidak sadar pada usungan/tandu dengan
meletakkan usungan/tandu berlawanan dengan muka korban.
(f) Membawa korban yang sadar
Menggunakan metode “tempat duduk empat tangan” dengan cara dua
orang penolong saling mengenggam pergelangan tangan. Kedua penolong
membungkuk bersama-sama sehingga korban dapat duduk pada tempat
duduk yang dibuat dari tangan penolong. Korban memperkuat diri dengan
melingkarkan lengannya pada leher penolong. Penolong bangun bersama-
sama dan mulai berjalan dengan kaki bagian luar.
Variasi dari tempat duduk empat-tangan adalah tempat duduk tiga dan dua
tangan. Jika korban hanya bisa menggunakan salah satu lengannya untuk
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 118 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
memperkuat diri, metode tiga tangan dapat digunakan. Sehingga si
penolong mempunyai satu lengan bebas untuk membantu menahan tubuh
korban dari belakang. Jika korban tidak dapat menggunakan kedua
lengannya, pergunakan metode tempat duduk dua tangan.
(g) Membawa korban yang sadar dengan kursi
(i) Periksa bahwa kursi yang dipergunakan cukup kuat untuk menahan
berat korban. Dudukkan korban dengan menyandarkan punggung
korban pada kursi. Penolong pertama berdirilah di depan dan penolong
lain dibelakang korban. Miringkan kursi ke belakang terlebih dahulu
sebelum anda mengangkatnya.
(ii) Bawa kursi dan korban menghadap kedepan, sehingga ketika penolong
menuruni tangga ke arah belakang, penghalang di kursi berada pada
bagian depan. Sedangkan pada tangga yang lebar, penghalang dapat
dipegang di kedua sisinya
7.5.7.Anggota tubuh yang terluka
Jari tangan, jari kaki atau anggota tubuh lain yang terluka pada kecelakaan dapat
segera ditutup lukanya.
Jangan buang waktu hanya dengan melihatkan saja sampai tidak menolong
korban. Hidupnya merupakan prioritas utama.
Jangan coba untuk memulihkan anggota tubuh yang terluka sendirian, sebagai
contoh dengan mengikat bagian tubuh korban dengan perban. Anda hanya akan
menambah rasa sakit pada korban, dan merusak jaringan otot yang akan
menyebabkan pembedahannya semakin susah.
Tindakan yang harus dilakukan
(a) Baringkan korban, letakkan bantal tipis atau sprei bersih (seperti bagian
dalam sapu tangan yang digulung) pada ujung lengan dan posisikan pada
tempatnya dengan perban. Syal juga dapat dipergunakan.
(b) Mengikat lengan yang terluka pada dada, supaya tidak berubah posisinya.
Jika kakinya yang terluka, ikat pada kaki yang lain.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 119 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(c) Tenangkan orang yang terluka dan beri semangat untuk tetap tenang,
kemudian panggil layanan darurat dan mintalah ambulan.
(d) Dalam menangani korban yang anggota tubuhnya terpisah, cobalah untuk
menemukan anggota tubuh yang terpisah. Balut lukanya dengan sprei/kain
yang bersih, seperti saputangan atau sarung bantal, dan anggota tubuh
yang terpisah masukkan dalam plastic dan gembungkan dengan udara
kemudian ikat yang kencang.
(e) Simpan di tempat sejuk, jika mungkin dengan memberikan es pada sekitar
plastik. Jangan biarkan es masuk dan menyentuh anggota tubuh yang
terpisah secara langsung.
(f) Serahkan anggota tubuh yang terpisah ke tenaga medis.
7.5.8.Shock
Beberapa kecelakaan dapat menyebabkan korban menjadi sangat lemah atau
bahkan tidak sadar. Kondisi seperti ini disebut sebagai goncangan (shock), atau
trauma goncangan (traumatic shock).
Kondisi yang terjadi sebagai akibat goncangan adalah reaksi tubuh terhadap
ketegangan (stress) dan aliran darah yang mengalirkan oksigen ke seluruh
bagian tubuh bertambah pelan. Hal ini mungkin disebabkan karena detak jantung
melemah karena sakit yang parah atau menderita karena pendarahan yang
serius, muntahan, diare atau meluasnya luka bakar yang dapat mengurangi
cairan tubuh, sehingga tidak ada cukup darah yang dialirkan ke seluruh sel
tubuh.
Goncangan (shock) mungkin datang secara tiba-tiba seperti ketika seseorang
menerima berita buruk atau setelah dua atau tiga jam kemudian. Dengan kata
lain, diperlukan penanganan yang tepat, sehingga tidak bertambah
fatal.
Tanda-tanda korban mengalami shock
Terjadinya kekurangan suplai darah, tubuh bereaksi dengan memusatkan suplai
darah yang masih tersisa ke organ-organ penting seperti hati, paru-paru, otak
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 120 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
dan ginjal. Area yang kurang penting seperti otot dan kulit tidak mendapat cukup
suplai darah, sehingga korban melemah serta menjadi pucat.
Kondisi tsb juga dapat menyebabkan hal lain seperti :
(i) Pingsan dan Pusing/mabuk
(ii) Cemas dan kegelisahan
(iii) Mual atau bahkan muntah
(iv) Haus
(v) Berkeringat
(vi) Nafas cepat dan pendek, dengan menguap dan peluh
(vii) Nadi lemah yang berdenyut cepat dan mungkin tidak teratur
Langkah – langkah penanganan :
(a) Jika sudah tidak terdapat benda asing pada luka, tekan bagian tersebut
dengan keras menggunakan bahan yang bersih, bahan yang dapat
menyerap, atau dengan tangan telanjang. Jika mungkin, tempatkan luka
pada posisi diatas jantung untuk memperlambat aliran darah.
(b) Tekan selama lima sampai lima belas menit. Sambil meletakkan bantalan
yang dapat menyerap darah seperti bagian dalam bahan pembersih,
saputangan yang digulung atau sarung bantal diatas luka dan perban
menggunakan syal/sepotong kain linan.
(c) Jika darah merembes, periksa bantalnya dan betulkan posisinya, atau jika
perlu ganti.
(d) Panggil layanan darurat dan minta ambulan, bawa korban ke rumah sakit
terdekat.
Jangan memberikan sesuatu untuk dimakan atau diminum , bahkan jika
diminta oleh korban.
Jika lukanya lebar
Tekan pada sisi yang terluka dengan hati-hati, tekan bagian yang terluka selama
lima sampai limabelas menit. Jika mungkin, posisi bagian yang terluka lebih
tinggi dari jantung. Kemudian lanjutkan penanganan sesuai dengan lukanya.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 121 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Jika terdapat benda asing pada kulit
(a) Tekan ujung luka disekitar benda asing.
Jangan mencoba untuk melepaskan/mencabutnya, karena dapat
mengakibatkan benda asing tertinggal sehingga dapat menyulitkan dalam
pengambilan benda asing tersebut
(b) Tutup luka dengan kain bersih. Kemudian letakkan bantal yang bersih diatas
luka untuk menghindari adanya tekanan terhadap luka.
(c) Perban secara diagonal dengan tidak melintasi benda asing
(d) Panggil layanan darurat dan minta ambulan, atau bawa korban ke rumah
sakit terdekat.
Jika Pendarahan tidak dapat dihentikan
(i) Sebagai pertolongan terakhir, ikat bagian tubuh dengan tali antara luka
dengan jantung sehingga aliran darah berkurang ke bagian yang terluka.
(ii) Suruh seseorang untuk memanggil layanan darurat dan minta ambulan
(iii) Beritahu dokter atau krew ambulan sesegera mungkin, untuk memasang
alat penghentian pendarahan .
Catatan : Jangan pasang alat untuk menghentikan darah lebih dari 15 menit
pada sekali waktu
Jangan sembunyikan perban dibawah pakaian atau penutup lain
Jika orang yang terluka mengeluarkan darah dari hidung, telinga atau
mulut
(i) Ini menunjukkan ada luka yang parah pada daerah kepala. Dudukkan
korban pada posisi setengah duduk dengan kepala condong ke sisi yang
terluka, agar darah dapat mengering.
(ii) Tutup titik pendarahan dengan bahan yang bersih, lebih baik menggunakan
bahan steril yang dapat dibalut dengan perban atau bahan dengan perekat.
Dan Jangan ditekan.
7.5.9.Menangani luka lain
(a) Menangani luka bagian perut
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 122 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(i) Buka lukanya
(ii) Hentikan pendarahan dengan tekanan langsung
(iii) Jika tidak ada organ bagian perut yang keluar, ikat tempat lukanya.
(iv) Jika organ dalam korban ada yang menonjol keluar, tutup dengan kain
tipis yang basah. Jangan tekan bagian yang terluka dan Jangan coba
melepaskan organ tersebut.
(v) Dalam kondisi apapun jangan berikan sesuatu lewat mulut korban.
Topang bagian perut jika korban batuk atau muntah.
(vi) Tenangkan korban dari shock
(vii) Panggil layanan darurat dan bawa korban ke rumah sakit terdekat.
(b) Menangani luka pada bagian dada “alat menyusui”
(i) Buka lukanya
(ii) Lindungi luka sesegera mungkin dengan menggunakan telapak tangan
(iii) Baringkan korban, dengan cara kepala dan bahu diangkat kemudian
tubuh dicondongkan ke bagian yang terluka
(iv) Tutupkan kain diatas lukanya
(v) Jika korban tak sadarkan diri, kondisikan korban ke posisi pemulihan
dengan sisi yang terluka berada dibawah
(vi) Pastikan sirkulasi udara terjaga, sehingga korban bisa cukup bernafas
(vii) Tenangkan korban dari shock
(viii) Panggil layanan darurat dan bawa korban ke rumah sakit terdekat.
(c) Menangani luka pada bagian dada “stoved”
(i) Buka daerah yang terluka
(ii) Tekan daerah yang terluka dengan telapak tangan
(iii) Naikkan kepala dan bahu korban kemudian condongkan ke bagian
yang terluka
(iv) Tutupkan kain pada daerah yang terluka
(v) Hindari pergerakkan pada bagian dada dengan mengikat lengan
melewati daerah yang terluka.
(vi) Jika korban tak sadarkan diri, kondisikan korban ke posisi pemulihan
dengan bagian yang terluka berada dibawah
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 123 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(vii) Pastikan sirkulasi udara terjaga sehingga korban dapat bernafas
dengan cukup
(viii) Tenangkan dari shock
(ix) Panggil layanan darurat dan bawa korban ke rumah sakit terdekat.
(d) Menangani luka bakar
(i) Aliri daerah yang terbakar dengan air dingin minimal 10 menit atau
lebih lama jika rasa sakitnya tak tertahankan.
(ii) Lepas pakaian yang sempit, cincin, jam dan sabuk sebelum bagian
yang terluka membengkak
(iii) Lepas pakaian yang terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia atau
terendam dalam air mendidih.
(iv) Istirahatkan korban
(v) Tutup daerah yang terbakar dengan kain bersih atau steril
(vi) Jaga udara bersih tetap bersirkulasi
(vii) Jangan gerakkan anggota tubuh yang terbakar serius/parah.
(viii) Berikan sedikit minum tetapi sering, jika terluka serius/parah dan
korban tetap sadar
(ix) Identifikasi presentase permukaan tubuh yang terbakar
(x) Tenangkan dari shock
(xi) Panggil layanan darurat untuk mendapatkan pertolongan kesehatan
7.5.10. Tersedak (Chocking)
(a) Jika korban sadar
Sesuatu yang melewati saluran tenggorokan (selain melewati saluran
makanan) harus dikeluarkan secepat mungkin.
(i) Ambil makanan atau gigi palsu yang tanggal di dalam mulut. Jika
korban dapat bernafas, berbicara atau menangis, dorong dia untuk
batuk. Ini diperlukan untuk mengeluarkan sesuatu yang menyumbat
saluran tenggorokan.
(ii) Jika hal ini gagal dilakukan pada orang dewasa. Bantu korban untuk
membungkuk dengan kepala lebih rendah dari dada. Korban dapat
melakukannya dengan duduk atau berdiri. Pukul antara kedua daun
bahunya dengan tumit tangan dua atau tiga kali. Masing-masing
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 124 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
pukulan harus cukup kuat untuk mengeluarkan sesuatu yang
menyumbat.
(iii) Pemukulan pada punggung akan lebih efektif jika korban berbaring.
Dua atau tiga pukulan antara kedua daun bahunya dengan tumit
tangan akan membersihkan penghalang.
(iv) Jika pukulan punggung sukses, tenangkan korban dan istirahatkan
pada tempat yang nyaman
(h) Penekanan pada samping dada (Lateral Chest thrust)
Jika pukulan pada punggung tidak berhasil, penekanan pada samping dada
harus dilakukan. Berlututlah disamping korban, letakkan kedua tangan pada
bagian atas dada korban (dekat ketiak). Tekan kebawah dengan kedua
tangan sampai dua atau tiga kali.
(i) Jika korban menjadi tidak sadar
Bersihkan jalan udara korban dengan segera menggunakan jari tangan dan
periksa pernafasannya. Jika bernafas, tinggalkan korban pada posisi
pemulihan sampai memperoleh kembali kesadarannya.
(j) Jika korban tidak bernafas
(i) Jika korban masih sadar tetapi tidak dapat bernafas, mulailah
melakukan pernafasan buatan.
(ii) Jika orang ketiga hadir, mintalah dia memanggil layanan darurat dan
ambulan. Jika sendirian, jangan berhenti melakukan pernafasan buatan
sambil memanggil bantuan
(iii) Jika gagal mendapatkan jalan udara dan paru-paru tidak dapat
memompa, gulingkan korban, berilah dua pukulan dan dua tekanan
pada samping dada. Lanjutkan dengan melakukan pernafasan buatan
dengan memukul punggung dan menekan dada sampai korban dapat
bernafas normal.
(iv) Jika korban dapat bernafas normal kembali, tempatkan pada tempat
yang teduh dan nyaman. Panggil layanan darurat dan mintalah
ambulan.
(k) Penyumbatan jalan udara (korban ditemukan tidak sadar)
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 125 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(i) Bicaralah kepada korban
(ii) Buat rangsangan (dengan cubitan atau teriakan)
(iii) Panggilah bantuan
(iv) Lihat, dengar, rasakan pernafasannya
(v) Periksa denyut nadi korban
(vi) Jika tidak ditemukan adanya pendarahan pada korban, bersihkan dan
buka jalan udaranya
(vii) Pastikan korban masih bernafas atau tidak
(viii) Berikan bantuan pernafasan.
(ix) Jika bantuan pernafasan tidak berhasil, posisikan kembali kepala untuk
membuka jalan udara korban.
(x) Jika masih gagal, lakukan empat kali pukulan pada punggungnya, dan
empat kali tekanan pada dada.
(xi) Posisikan ulang kepalanya, buka jalan udaranya dan perlancar sirkulasi
udaranya.
(xii) Jika masih gagal, ulangi pukulan pada punggungnya, dan tekanan pada
dadanya.
7.5.11. Patah Tulang
(a) Penanganan terhadap patah tulang
(i) Prioritaskan korban yang menderita sesak dada, pendarahan, luka
yang serius dan keadaan tak sadar terlebih dahulu
(ii) Obati korban di tempat kecelakaan, jika memungkinkan
(iii) Berdirikan dan sangga/topang bagian yang terluka sampai patahnya
tidak bergerak.
(iv) Balut tubuh atau bidai bagian yang patah supaya tidak bergerak
(v) Jaga sendi di atas dan di bawah bagian yang patah, topang bagian atas
dan bawah yang patah supaya tidak bergerak.
(vi) Naikkan bagian tubuh yang terluka pada posisi diatas jantung, jika
mungkin
(vii) Panggil layanan darurat dan antar kerumah sakit terdekat untuk
mendapatkan pertolongan medis.
(b) Mengobati Punggung yang patah
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 126 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(i) Jaga korban untuk tetap berbaring
(ii) Jika pertolongan medis belum datang, jangan memindahkan korban.
Tutupi/lindungi korban, tetap jaga kenyamanannya dan tunggu
pertolongan medis datang.
(iii) Jika pertolongan medis belum datang, untuk sementara bahu dan
panggul korban dipegang dengan tepat dengan cara, ganjal antara
paha, lutut dan pergelangan kaki
(iv) Ikat pergelangan kaki dan kaki bersamaan dengan menggunakan
pembalut ‘figure 8’. Gunakan pembalut yang lebar disekitar lutut dan
paha
(v) Jika memungkinkan, angkat korban dengan posisi seperti posisi pada
saat ditemukan. Gunakan bantalan pada usungan/tandu dan jaga
tubuh korban pada posisi lurus.
(vi) Pastikan jalan udara tidak tersumbat/lancar dan nafasnya cukup.
(vii) Panggil layanan darurat dan antar kerumah sakit terdekat untuk
mendapatkan pertolongan medis
7.5.12. Luka pada mata
(a) Mengobati luka pada mata karena benda asing
(i) Jaga korban agar tidak menggosok matanya
(ii) Benda asing yang terletak pada bagian bawah mata yang berwarna
putih dapat diambil dengan menggunakan ujung sapu tangan.
(iii) Jika menyangkut dibawah pelupuk mata atas, dapat dilepas dengan
cara menekan pelupuk atas melewati pelupuk bawah
(iv) Jika benda asing tertancap atau melekat pada mata. Jangan lakukan
usaha apapun untuk melepasnya.
(v) Tutup kedua mata dengan kain
(vi) Panggil layanan darurat dan antar kerumah sakit terdekat untuk
mendapatkan pertolongan medis
(b) Terbakar Bahan Kimia
(i) Miringkan kepala kearah yang terbakar
(ii) Aliri mata dengan air dari sisi dalam ke sisi luar selama sepuluh menit
atau lebih jika rasa sakitnya tak tertahan
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 127 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(iii) Tutup kedua mata dengan kain
(iv) Panggil layanan darurat dan antar kerumah sakit terdekat untuk
mendapatkan pertolongan medis.
(c) Buta Akibat Cahaya
(i) Guyur/siram mata dengan air dingin
(ii) Tutup kedua mata dengan kain
(iii) Panggil layanan darurat dan antar kerumah sakit terdekat untuk
mendapatkan pertolongan medis
7.5.13. Stroke (serangan jantung)
(a) Gejala Stroke
Sakit kepala, kelumpuhan pada salah satu bagian tubuh, atau kesulitan
menelan dan berbicara. Serta kehilangan kesadaran/bingung.
(b) Gejala Serangan Jantung
Rasa sakit yang menyerang pada bagian dada yang meluas ke lengan, leher
dan rahang. Atau mungkin menjadi tidak dapat bernafas.
(c) Hal-hal yang berhubungan dengan stroke atau serangan jantung
(i) Dugaan Stroke . Jika korban sadar, baringkan dengan kepala dan bahu
sedikit dinaikkan dan disangga dengan bantal. Posisikan kepala korban
pada salah satu sisinya agar air liur dapat mengalir dari mulut
(ii) Dugaan Serangan Jantung - Jika korban masih sadar, posisikan korban
setengah duduk, dengan kepala dan bahu disangga dengan bantal dan
guling, serta guling lain dibawah lutut.
(iii) Panggil dokter, atau hubungi layanan darurat dan mintalah ambulan
(iv) Lepas/longgarkan baju disekitar leher, dada dan pinggang untuk
membantu sirkulasi dan pernapasan
(v) Jangan berikan makanan atau minuman apapun pada korban
(vi) Jangan biarkan korban serangan jantung melakukan
pergerakan yang tidak perlu, karena akan memberikan
tekanan lebih pada jantung.
(vii) Jika korban tak sadarkan diri, posisikan korban dengan nyaman.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 128 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
7.5.14. Orang yang tak sadarkan diri
Selalu posisikan korban yang tak sadar ke posisi pemulihan lateral. Hal ini akan
mencegah darah, air liur atau lidah menyumbat saluran pernafasan. Posisi
pemulihan merupakan perlakuan/pengobatan terhadap korban yang tak
sadarkan diri
Meletakkan korban yang tak sadarkan diri pada posisi pemulihan lateral
(i) Periksa respon korban dengan memberinya pertanyaan sederhana atau
perintah sederhana. Jika tidak ada respon, bersiaplah untuk memposisikan
korban pada posisi pemulihan lateral
(ii) Berlututlah disamping korban dan letakkan lengan terjauh pada siku kanan
tubuh. Angkat lutut terdekat sehingga kaki berada pada sudut kanan
pinggul, jauhkan kaki bersentuhan dengan tanah. Letakkan lengan yang
dekat melewati dada, dengan jari menunjuk ke bahu kiri.
(iii) Angkat bahu dan dada yang dekat, kemudian gulingkan perlahan menjauhi
sisi atas. Jaga lutut atas membengkok sedikit lebih rendah dari kaki. Lipat
lengan atas melewati siku lengan yang berada dibawah.
(iv) Bersihkan jalan udara korban dengan jari dan miringkan kepala belakang
dengan posisi muka sedikit turun. Hal ini akan melindungi lidah menutupi
kerongkongan dan memungkinkan cairan, seperti darah atau muntahan,
mengalir.
(v) Longgarkan pakaian disekitar leher, dada dan pinggang korban.
(vi) Jika korban bernafas, tinggalkan pada posisi pemulihan, tenangkan dari
shocknya. Jika tidak bernafas, mulailah melakukan pernafasan buatan.
(vii) Pada kasus ini, harus ada orang lain selain penolong untuk memanggil
ambulan dan tenaga medis.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 129 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
7.5.15. Luka Bakar
Adalah luka yang disebabkan oleh suhu berlebihan (baik panas atau dingin) dan
bahan-bahan kimia.
Terbakar yang disebabkan oleh panas yang bersifat basah seperti uap air atau
cairan panas disebut luka terbakar (scalds). Penanganannya sama dengan luka
karena terbakar.
(a) Penanganan umum scald dan luka bakar ringan (minor)
(i) Posisikan bagian yang terluka dibawah air dingin yang mengalir pelan,
celupkan pada air dingin minimal 10 menit atau lebih lama jika rasa
sakitnya tidak tertahankan. Jika tidak tersedia air, gunakan cairan
dingin yang tak berbahaya seperti susu atau bir dan paling sedikit ada
satu kaleng jerigen air untuk berjaga-jaga.
(ii) Lepas cincin, jam dan pakaian ketat korban perlahan-lahan, sebelum
terjadi pembengkakan.
(iii) Tutup daerah yang terbakar dengan kain yang bersih dan steril atau
dari bahan yang tidak menempel dan berbulu
Dalam melakukan tindakan pertolongan dilarang :
(i) Memecah bagian yang melepuh
(ii) Memakaikan losion, obat salep atau lemak pada luka korban
(iii) Memakaikan pakaian yang mengandung bahan perekat
(iv) Segera minta pertolongan medis
(l) Luka bakar yang serius/parah
(i) Baringkan korban, lindungi area yang terbakar dari sentuhan dengan
tanah. Jika area yang terbakar masih panas, tuangkan air dingin atau
cairan dingin yang tidak berbahaya ke area yang terbakar dengan hati-
hati. Lanjutkan sampai sakitnya tertahan.
(ii) Lepaskan dengan hati-hati cincin, jam, sabuk dan baju yang ketat
sebelum lukanya mulai membengkak
(iii) Jangan melepas baju yang menempel pada tempat yang terbakar.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 130 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
(iv) Tutup area yang terbakar menggunakan baju steril yang bahannya
tidak mudah menempel atau bahan yang tidak berbulu, misalnya kain
yang baru saja dicuci atau sarung bantal.Perban luka korban.
(v) Jangan gerakkan bagian tubuh yang terbakar serius.
(vi) Tenangkan korban yang mengalami shock.
(vii) Jika korban tak sadarkan diri, buka jalan udara dan periksa
pernafasnya.
(viii) Panggil ambulan atau tenaga medis.
7.5.16. Teknik Cardio-Pulmonary Resuscitation (CPR)
Teknik ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah terlatih dalam
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan. Karena akan berbahaya jika
dilakukan tanpa mendapatkan pelatihan.
Jika jantung korban berhenti, darah tidak akan dipompa ke otak, dan teknik
penyadaran korban lewat mulut tidak akan berguna, kerusakan sel - sel otak
akan terjadi dalam beberapa menit.
Tekanan eksternal pada jantung akan memeras/menekan jantung korban
(tekanan antara tulang dada dan tulang punggung) yang bertindak sebagai
pompa tangan yang memaksa darah mengaliri sistem sirkulasi. Jika otak terus
menerima darah, jantung dapat berdetak secara spontan dan korban akan pulih
tanpa menderita kerusakan otak.
Tekanan eksternal pada jantung yang digunakan bersamaan dengan hal yang
menyadarkan udara terakhir (expired air resuscitation), dikenal sebagai ‘cardio-
pulmonary resuscitation’ (CPR). Tetapi teknik ini dapat menjadi teknik yang
berbahaya jika penekanan dilakukan ketika jantung masih berdenyut dan dapat
mengakibatkan jantung berhenti berdetak (karena jantung sensitif terhadap
tekanan).
Tekanan hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah terlatih pada
pertolongan pertama pada kecelakaan, dan setelah dapat dipastikan
bahwa detak jantung korban telah berhenti.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 131 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Teknik ini tidak dapat diterapkan tanpa pelatihan, dan tidak boleh dilakukan pada
orang yang sehat.
Cara Memberikan CPR dengan Penolong Tunggal
(a) Untuk Jalan Udara
Penolong harus dapat memastikan keselamatan dirinya dan lokasi dimana
CPR dilakukan.
Jangan melakukan teknik penyadaran kecuali jika korban tidak dapat
memberi respon. Periksa apakah ada luka lainnya.
Goyangkan bahunya dengan lembut dan berteriaklah “Anda baik-baik?”. Jika
tidak ada respon, berteriaklah untuk mencari bantuan, dengan harapan
seseorang akan mendengar dan membantu.
Jika ada orang lain yang membantu, suruh orang tersebut untuk memanggil
ambulan atau tenaga medis dengan memberikan informasi dan lokasi yang
lengkap dan benar.
Berlututlah pada bahu korban dan posisikan korban datar dengan bahunya
pada permukaan yang kuat.
Pindahkan dia dengan lembut dan sangga/topang kepala dan lehernya,
sehingga kepala, bahu dan tubuhnya berpindah bersama tanpa terpelintir.
Karena kemungkinan korban juga mempunyai luka yang tidak dapat dilihat.
Jangan meletakkan bantal dibawah kepala korban yang tidak sadar.
Pembukaan jalan udara dengan segera merupakan prioritas utama pada
keberhasilan pertolongan.
Selama bernafas normal, jalan udara korban akan terbuka. Karena korban
yang tak sadarkan diri, posisi lidahnya dapat berbalik ke arah kerongkongan
sehingga menutup jalan udara korban.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 132 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Metode yang harus dilakukan adalah metode “memiringkan kepala dan
mengangkat dagu”.
Letakkan tangan pada muka korban dan tekan kebelakang dengan telapak
tangan. Angkat rahang ke atas dengan ujung jari dibawah tulang dagu.
Mulut dipegang sedikit terbuka. Jari jangan menekan bagian lembut
dibawah dagu karena dapat menghalangi jalan udara korban.
Jika ada muntahan atau benda asing dalam mulut, ambillah dengan segera.
Gigi palsu hanya diambil jika terlepas.
Membuka jalan udara merupakan hal yang diperlukan untuk
menyelamatkan hidup korban.
(b) Untuk Pernafasan
Satu-satunya cara untuk menentukan apakah nafas korban ada atau tidak
adalah dengan melihat, mendengar dan merasakan. Jaga kepala korban
tetap pada posisi miring dan dagu diangkat, turunkan kepala kearah dada
korban dengan telinga secara langsung berdekatan dengan mulut korban.
(i) Lihatlah naik turunnya dada
(ii) Dengarkan suara nafas korban.
(iii) Rasakan udara pada pipi Selama 3 sampai 5 detik.
(iv) Jika nafas sudah ada, gulingkan ke posisi pemulihan dan jagalah jalan
udara korban.
(v) Jika pernafasan tidak ada, mulailah melakukan teknik pemulihan
pernafasan.
Pertolongan pernafasan pertama dengan cara memberikan dua nafas penuh
(1 - 1.5 detik per pernafasan). Jaga posisi kepala korban tetap miring, dagu
diangkat dan jepit lubang hidung yang tertutup untuk menahan udara yang
keluar. Ambil nafas dalam - dalam, buatlah perekat yang ketat pada sekitar
mulut dan hembuskan sampai dada korban naik. Dalam setiap pernafasan,
turunkan kepala anda ke dada korban dan ambil nafas lagi.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 133 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Perhatikan dada korban yang mengempis ketika menghembuskan nafas.
Dengar dan rasakan hembusan udaranya. Jagalah kepala korban tetap pada
posisi miring dan dagu diangkat, karena posisi ini akan mengangkat lidah
sehingga jalan udara bersih dan membantu menghindari udara di perut atau
muntah.
Pernafasan mulut ke pernafasan hidung dapat dipergunakan jika mulut
korban tidak dapat dibuka, jika ada luka dimulutnya atau korban berada
didalam air. Angkat dagu untuk mendekatkan mulut dan hembuskan udara
melalui hidung korban. Bila perlu buka mulut sehingga memungkinkan
korban dapat menghembuskan udara.
(c) Untuk Sirkulasi
Setelah dua pernafasan pertama, periksa denyut carotid korban. Letakkan 2
- 3 jari pada leher korban. Sedangkan tangan yang lain menahan kepala
korban yang miring. Lakukan dalam 5 - 10 detik untuk menemukan tempat
yang benar.Nadi korban sendiri mungkin melemah, sangat lemah atau
cepat,sehingga harus diperkirakan dengan tepat.
Jika nadinya ada, lanjutkan pertolongan pernafasan satu kali setiap lima
detik.
Jika nadinya tidak ada, maka diperlukan penekanan pada dada dan
pertolongan pernafasan.
Jika sendirian dan jika pesawat telepon tersedia hubungi ambulan dan
tenaga medis dengan segera. Lakukan pertolongan pernafasan kembali.
(d) Tekanan pada dada
Korban harus berbaring datar dengan punggungnya di tanah atau sesuatu
yang permukaannya kokoh.
Tekanan pada dada harus melebihi ½ bagian tulang dada bagian bawah,
tetapi tidak melewati ujung bawah (proses siphoid) atau tulang yang
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 134 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
mengalami luka dalam. Penempatan tangan yang tepat adalah hal yang
penting.
Gerakkan dua jari dari tulang rusuk yang lebih rendah ke sudut
pertengahan dimana tulang iga bertemu tulang dada.
Dengan dua jari pada sudut, letakkan tumit tangan yang lain diatas jari tsb.
Letakkan tangan yang lain di atasnya sehingga tumit kedua tangan itu
parallel. Tumit kedua tangan harus berada sejajar dengan tulang dada.
Jari dapat dapat digunakan saling mengunci untuk menjaga dada.
Sedangkan posisi alternatif adalah tangan yang di atas mengenggam
pergelangan tangan yang berada di dada.
Dengan bahu secara langsung diatas dada. Dengan siku tangan lurus dan
terkunci, tekan tulang dada korban ke bawah dengan menggunakan berat
tubuh.
Tekan tulang dada 3.8 - 5 cm (1 ½ - 2 inci), jaga ritme penekanan antara
tekanan dan relaksasi. Hindari tekanan yang terlalu kuat atau sentakan
yang tiba - tiba. Jangan bengkokkan/tekuk siku.
Pada saat menekan, hitung “satu dan dua dan tiga dan…..seterusnya.
Tekanan dilakukan rata - rata 80 - 100 per menit.
Tekanan dada bertujuan menekan jantung dan pembuluh darah besar
korban. Tekanan ini menekan darah ke dalam arteri yang mengalirkan
darah ke otak.
Berikan 15 tekanan dengan rata - rata 80 - 100 per menit. Setelah lima
belas tekanan, berikan 2 pertolongan pernafasan.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 135 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Setelah sekitar satu menit (15.2) (menyelesaikan dua pernafasan dan
setelah beberapa menit) periksa kembali denyut nadi korban. Jika belum
ada denyut nadi, berikan dua pernafasan dan lanjutkan CPR.
Jika ada denyut nadi tetapi tidak bernafas, mulailah menolong
pernafasannya.
Lanjutkan CPR sampai:
(a) Korban mempunyai denyut nadi dan kembali bernafas.
(b) Seorang dokter atau tenaga medis professional dating dan mengambil
alih tanggungjawab anda.
(c) Anda kehabisan tenaga.
Jangan berputus asa bahkan ketika segala sesuatu tampak tidak ada
harapan, sampai penolong yang terlatih datang.
Jangan pernah menghentikan CPR lebih dari 7 detik.
Jika nafasnya ada, posisikan korban pada posisi penyembuhan dan jaga
jalan udara korban dengan memiringkan kepalanya.
(i) Silangkan kaki korban.
(ii) Gulingkan korban kearah penolong
(iii) Letakkan tangan korban yang atas dibawah kepala. Jaga kepala agar
tetap miring.
(iv) Bengkokkan kaki atas ke arah kepala.
(v) Tarik lengan bagian bawah dibelakang punggung korban
Terdapat metode lain untuk melakukan posisi pemulihan yang fleksibel dan
sesuai dengan lingkungan yang ada. Hal yang paling penting dalam semua
metode pemulihan adalah tetap menjaga jalan udara korban. Pastikan jalan
udara korban tetap terbuka dan pernafasan terus berlangsung. Jaga korban
tetap hangat dan temani sampai pertolongan medis tiba.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 136 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
PENUTUP
Dengan selesainya buku PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET
DENGAN METODE PDKB diharapkan dapat membantu manajemen dalam
mengambil keputusan dan dapat berguna bagi pelaksana untuk meleksanakan
pekerjaan dengan aman dan selamat karena pelaksanaan pekerjaan dalam
keadaan bertegangan mengandung resiko yang sangat tinggi.
Tim penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu keritik dan saran sangat diharapkan dan tidak tertutup kemungkinan dimasa
yang akan datang buku ini disempunakan lagi sehingga dapat membantu
perushaan lebih maju lagi.
Semoga dengan sumbangan pemikiran ini, dapat berguna bagi PELAKSANA,
MANAJEMEN maupun PERUSAHAAN .
Akhir kata dengan selesainya penyusunan buku ini perkenankanlah kami Tim
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memfasilitasi dalam penyusunan buku ini.
Wasalam
Tim Penyusun
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 137 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
DAFTAR PUSTAKA
1) Services, Transfield, “Transmission Live Line Field and Training Manual”,
Blenheim, 2004.
2) Training, Omaka, ”Transmission Live Line Level Two”, Blenheim, 2004.
3) Chance, A.B., “Tool Catalogue”. April 2003.
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 138 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
LAMPIRAN
Daftar Prosedur dan IK PDKB
NO NOMOR PROS /IKA JUDUL PROS dan IK
1P3B JB - TRS/PROS/05-100/PAJPDKB
Prosedur Akses ke Jaringan untuk Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan pada Instalasi Tegangan Tinggi
/Ekstra Tinggi
2P3B JB - TRS/PROS/05-101/PMAKP
Pedoman Membuat Analisa Keselamatan Pekerjaan
3P3B JB - TRS/PROS/05-102/PDKB
Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan TT /TET
4 P3B JB - TRS/IKA/05-103/PIT
Instruksi Kerja Pengetesan Isolator Tension-Suspension 150 KV & 70 KV
5 P3B JB - TRS/IKA/05-104/PIS
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 150 KV Wire Tong - Spiral Link Stick
6 P3B JB - TRS/IKA/05-105/PIC
Instruksi Kerja Penggantian Suspension Clamp150 KV Wire Tong - Spiral Link Stick
7 P3B JB - TRS/IKA/05-106/PIS
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 150 KV Spiral Link Stick
8 P3B JB - TRS/IKA/05-107/PSC
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension Clamp 150 KV Spiral Link Stick
9 P3B JB - TRS/IKA/05-108/PIT
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension 150 KV Strain Pole - Chain Hoist
10 P3B JB - TRS/IKA/05-109/PIT
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension 150 KV Distribution Carrier – Craddle
11 P3B JB - TRS/IKA/05-110/PIS
Intruksi Kerja Pengetesan Isolator Suspension 500 KV
12 P3B JB - TRS/IKA/05-111/PIT
Intruksi Kerja Pengetesan Isolator Tension 500 KV
13 P3B JB - TRS/IKA/05-112/PIS
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 500 KV V - String Strain Pole Jack Screw - Craddle
14 P3B JB - TRS/IKA/05-113/PIS
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 500 KV V - String Strain Pole Chain Hoist Live Line Rope
15 P3B JB - TRS/IKA/05-114/PIT
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension 500 KV Mast Boom - Strain Pole Screw Jack dan Craddle
16 P3B JB - TRS/IKA/05-115/PIS
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 500 KV I - String Strain Pole Chain Hoist Live Line Rope
17 P3B JB - TRS/IKA/05-116/PIS
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 500 KV V - String Strain Pole Chain Hoist Live Line Rope
18 P3B JB - TRS/IKA/05-117/PIS
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 500 KV V - String Strain Pole Jack Screw - Live Line Rope
19 P3B JB - TRS/IKA/05-118/PIS
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 500 KV V - String Strain Pole Chain Hoist Live Line Rope
20P3B JB - TRS/IKA/05-119/PSS
Instruksi Kerja Perbaikan /Penggantian Spacer pada Konduktor 4 Kawat Single Cirkuit Acces Rope pada Tower
Suspension V String 500 KV
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 139 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
21P3B JB - TRS/IKA/05-120/PST
Instruksi Kerja Perbaikan /Penggantian Spacer pada Konduktor 4 Kawat Single Cirkuit Acces Ladder Assembly
pada Tower Tension 500 KV
22 P3B JB - TRS/IKA/05-121/PSS
Instruksi Kerja Pengukuran Isolator
23 P3B JB - TRS/IKA/05-122/PST
Instruksi Kerja Pengukuran Isolator Tension 500 KV Link Pendek
24 P3B JB - TRS/IKA/05-123/PSS
Instruksi Kerja Pengukuran Isolator Tension 500 KV Link Panjang dan Line Droper Arah Switch Yard Single String
25P3B JB - TRS/IKA/05-124/PST
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tower Tension 150 KV Rigid Link , Double String , Double Konduktor dengan
Metode Barehand , Strain Pole
26 P3B JB - TRS/IKA/05-125/PST
Instruksi Kerja Pelaksanaan Turun Tandem Acces Rope
27 P3B JB - TRS/IKA/05-126/PSS
Instrusi Kerja Akses Linesman Ke Hot dengan Cara Swing , Tower Suspension 500 KV
28P3B JB - TRS/IKA/05-127/PSS
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension Fasa Tengah Single Circuit 500 KV Mast - Boom,Strain Pole Screw Jack
Swivel Boom
29P3B JB - TRS/IKA/05-128/PSS
Instuksi Kerja Penggantian Isolator Piring Ke 1 - 3 Sisi Cold /Hot,Tower Tension "J" Craddle Adjustable Strain Pole
Screw Jack Swivel Boom
30 P3B JB - TRS/IKA/05-129/PSS
Instuksi Kerja Penggantian Isolator Tower Suspension 500 KV Dua String Bergantian dari String Dalam ke String Luar
V - String Strain Pole Chain Hoist- Live Line Rope,Tanpa Turun
31P3B JB - TRS/IKA/05-130/PSS
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tower Suspension 500 KV V - String, Strain Pole Chain Hoist - Live Line
Rope , Tanpa Turun
32 P3B JB - TRS/IKA/05-131/PEW
Instruksi Kerja Perbaikan Earth Wire pada SUTET 500 KV
33 P3B JB - TRS/IKA/05-132/AKT
Instruksi Kerja Acces Rope Tower Tension SUTET 500 KV
34P3B JB - TRS/IKA/05-133/PSS
Instruksi Kerja Perbaikan Spacer pada Konductor 4 Kawat Single Circuit Acces Rope dengan Alat Bantu Kerja Troly
pada Tower Suspension V - String 500 KV
35 P3B JB - TRS/IKA/05-134/PSS
Instruksi Kerja Penurunan Hot End Crew dari Tyengah Andongan Konduktor pada Pekerjaan Penggantian Spaser
SUTET 500 KV Single Circuit Access Rope Tower Suspension V - String
36 P3B JB - TRS/IKA/05-135/PSS
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension 500 KV Strain Pole Screw Jack - No Mast - Boom Dan Craddle
37 P3B JB - TRS/IKA/05-136/PHA
Instruksi Kerja Penyelamatan Hot End Dalam Kondisi Akan Terjadi Cuaca Buruk , Access Ladder
38 P3B JB - TRS/IKA/05-137/PHS
Instruksi Kerja Penyelamatan Hot End Dalam Kondisi Akan Terjadi Cuaca Buruk , Access Rope Tower Suspension
39P3B JB - TRS/PROS/05-138/P3K
SOP Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan , Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan Tinggi - Ekstra Tinggi (Pdkb
TT /TET)
40 P3B JB - TRS/IKA/05-139/PIW
Instruksi Kerja Pengoperasian Insulator Washer Pada Pekerjaan Bertegangan Sampai 150 KV
41 P3B JB - Prosedur Pemeliharaan dan Pemakaian Live Line Rope
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 140 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
TRS/PROS/05-140/PLLR
42P3B JB - TRS/PROS/05-141/PHE
Prosedur Pemeliharaan dan Penyimpanan Hot Stick
43P3B JB - TRS/PROS/05-142/PPKD
Prosedur Pemeliharaan dan Pengamanan Peralatan Kerja pada Keadaan Darurat
44 P3B JB - TRS/IKA/05-143/PHST
Instruksi Kerja Pengamanan Hot Stick Dalam Keadaan Darurat ( Cuaca Buruk ) Di Tower Tension Access Ladder
45P3B JB - TRS/IKA/05-144/PPHS
Instruksi Kerja Pengamanan Hot Stick Dalam Keadaan Darurat ( Cuaca Buruk ) Di Tower Suspension Swing
Access
46 P3B JB - TRS/IKA/05-145/AHS
Instruksi Kerja Akses Konduktor dengan Hot Stick pada Tower Suspension
47 P3B JB - TRS/IKA/05-146/PIS
Instruksi Kerja Akses Platform dan Swifel Stick Tower Suspension 500 KV
48 P3B JB - TRS/IKA/05-147/HLS
Instruksi Kerja Akses Konduktor pada Suspension SUTET 500 KV Dengan Ladder
49 P3B JB - TRS/IKA/05-148/KTG
Instruksi Kerja Akses Konduktor pada Tengah Gawang SUTET 500 KV dengan Tambang Isolasi
50 P3B JB - TRS/IKA/05-149/PIS
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 150 KV Single Konduktor H - Frame Strain Pole
51 P3B JB - TRS/IKA/05-150/PIS
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Suspension 150 KV Double Konduktor H - Frame Strain Pole
52 P3B JB - TRS/IKA/05-151/PIT
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Tension 150 KV Strain Pole, Special Tool
53 P3B JB - TRS/IKA/05-152/PHT
Instruksi Kerja untuk Pekerjaan pada Konduktor SuTET 500 KV Double Circuit dengan Menggunakan Trolley
54 P3B JB - TRS/IKA/05-153/PIT
Instruksi Kerja Penggantian Isolator Support Jumper Tower Tension 500 KV
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 141 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
BIODATA PENYUSUN
Nama : Carya
Tempat dan Tanggal Lahir : Sumedang, 16 Juli 1952
Unit Kerja : PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Barat
Jabatan : Ahli Madya Pengembangan PDKB TT/TET
Nama : Arief Ibrahim Wuller
Tempat dan Tanggal Lahir : Bogor, 17 Agustus 1984
Unit Kerja : PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta
Banten
Jabatan : Terampil PDKB TT/TET
Nama : Aryo Tiger Wibowo
Tempat dan Tanggal Lahir : Semarang, 30 Januari 1983
Unit Kerja : PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Barat
Jabatan : Terampil PDKB TT/TET
Nama : Andri Yunianto
Tempat dan Tanggal Lahir : Semarang, 14 Juni 1985
Unit Kerja : PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Tengah
& DIY
Jabatan : Terampil PDKB TT/TET
Nama : Yudha Hardiyantoro
Tempat dan Tanggal Lahir : Sidoarjo, 2 Mei 1984
Unit Kerja : PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Timur &
Bali
Jabatan : Terampil PDKB TT/TET
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 142 dari 143
PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALICinere 16514 – Jakarta Selatan
PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE
PDKB
Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : Page 143 dari 143