buku filsafat ilmu (mps)

3
BUKU FILSAFAT ILMU Sebuah Pengantar Populer JUJUN S SURIASUMANTRI BAB II ISI 5. KRITERIA KEBENARAN Dalam kriteria kebenaran terdapat beberapa kriteria kebenaran yakni; 1) koherensi; 2) kebenaran korespondensi; 3) kebenaran pragmatis. Teori kebenaran koherensi menyatakan suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (berdasarkan logika deduktif). Misalnya pernyataan yang berupa aksioma atau matematika. Atau dapat disimpulkan bahwa teori koherensi adalah suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Plato dan Aristoteles mengembangkan teori koherensi berdasarkan pola pemikiran yang dipergunakan Euclid dalam menyusun ilmu ukurnya. Teori kebenaran korespondensi menyatakan suatu pernyataan dianggap benar bila (materi pengetahuan yang dikandung dalam) pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Misalnya pernyataan "Ibu kota Indonesia adalah Jakarta". Bertrand Russel adalah eksponen teori ini. Teori kebenaran pragmatis (fungsional) menyatakan suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu bersifat fungsional dalam kehidupan praktis (memiliki kegunaan praktis). Artinya suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Pencetus teori ini adalah Charles S. Peirce. BAB 3 ONTOLOGI: Hakikat Apa Yang Dikaji

Upload: agoenk-cheel

Post on 20-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

TUGAS DOSEN, AGRIBISNIS

TRANSCRIPT

BUKU FILSAFAT ILMUSebuah Pengantar Populer JUJUN S SURIASUMANTRI

BAB IIISI5. KRITERIA KEBENARANDalam kriteria kebenaran terdapat beberapa kriteria kebenaran yakni; 1) koherensi; 2) kebenaran korespondensi; 3) kebenaran pragmatis.Teori kebenaran koherensi menyatakan suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (berdasarkan logika deduktif). Misalnya pernyataan yang berupa aksioma atau matematika. Atau dapat disimpulkan bahwa teori koherensi adalah suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Plato dan Aristoteles mengembangkan teori koherensi berdasarkan pola pemikiran yang dipergunakan Euclid dalam menyusun ilmu ukurnya. Teori kebenaran korespondensi menyatakan suatu pernyataan dianggap benar bila (materi pengetahuan yang dikandung dalam) pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Misalnya pernyataan "Ibu kota Indonesia adalah Jakarta". Bertrand Russel adalah eksponen teori ini.Teori kebenaran pragmatis (fungsional) menyatakan suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu bersifat fungsional dalam kehidupan praktis (memiliki kegunaan praktis). Artinya suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Pencetus teori ini adalah Charles S. Peirce.

BAB 3ONTOLOGI: Hakikat Apa Yang Dikaji

6. METAFISIKAMetafisika merupakan tempat berpijak bagi setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.

Beberapa tafsiran MetafisikaTafsiran paling utama manusia terhadap alamini adalah adanya wujud-wujud yang bwrsifat gaib.animisme adalah kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme,dimana manusai percaya akan adanya makhluk-makhluk gaib dibenda-benda seperti batu,pohon,dan air terjun.

Kedua, terdapat wujud yang bersifat materi (tidak gaib), gejala-gejala alam disebabkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri yang dapat dipelajari yang akhirnya dapat diketahui. Fahamnya disebut faham naturalisme. Adapun materialisme merupakan faham berdasarkan naturalisme. Prinsip-prinsip ini dikembangkan oleh Democritus dengan mengembangkan teori atom yang didapat dari gurunya, Leucippus.Terdapat pendapat berbeda bila gejala alam didekati dari segi proses kimia-fisika. Bagi kaum mekanistik, gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika belaka. Sedangkan bagi kaum vitalistik, hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substantif dengan prosesnya sendiri.Demikian pun mengenai masalah pikiran (kesadaran) dan zat (objek yang dipikirkan). Aliran monistik berpendapat bahwa pikiran dan zat (objek yang dipikirkan) itu sama substansinya, yang membedakan adalah gejala yang disebabkan oleh proses yang berlainan. Tokoh aliran ini adalah Christian Wolff. Sedangkan aliran dualistik berpendapat bahwa pikiran (kesadaran) dan zat itu berbeda secara substantif. Tokoh aliran ini adalah Rene Descartes, John Locke, dan George Berkeley. Mereka berpendapat bahwa apa yang ditangkap manusia, termasuk penginderaan dari segenap pengalaman manusia bersifat mental. Bagi Descartes, yang bersifat nyata adalah pikiran karena dengan berpikir manusia itu ada, cogito ergo sum (saya berpikir, maka saya ada). Locke menganggap pikiran manusia pada mulanya ibarat tabula rasa, lempeng lilin yang licin tempat pengalaman indera melekat pada lempeng tersebut. Berkeley sendiri berpendapat bahawa hakekat ada adalah disebabkan persepsi (to be is to be perceived). Jadi, pada dasarnya tiap ilmuwan boleh memiliki filsafat individual yang berbeda. Ia bisa menganut faham mekanistik, vitalistik, materialistik Thomas Hobbes atau idealitik George Berkeley. Titik pertemuan kaum ilmuwan dari semua itu adalah sifat pragmatis dari ilmu.

IGA ANGGA PRASETYA BUDIARTA