buffer dan kapasitas buffer

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampir setiap analisa membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif stabil. Karena banyaknya macam dan jenis buffer, pemilihan buffer yang akan digunakan menjadi masalah tersendiri. Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH optimum serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai impak terhadap sistem biologis, aktivitas enzim, substrat, atau kofaktor. Larutan buffer atau yang biasa juga disebut sebagai larutan penyangga adalah suatu larutan yang cendrung dapat mempertahankan nilai pHnya. Untuk menganalisis suatu larutan merupakan larutan buffer atau bukan buffer, dapat diketahui dengan mengukur perubahan pH pada penambahan sedikit asam, sedikit basa atau pengenceran. Selain dengan pengukuran, pH larutan

Upload: risyln

Post on 10-Nov-2015

125 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

buffer

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampir setiap analisa membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif stabil. Karena banyaknya macam dan jenis buffer, pemilihan buffer yang akan digunakan menjadi masalah tersendiri. Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH optimum serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai impak terhadap sistem biologis, aktivitas enzim, substrat, atau kofaktor.Larutan buffer atau yang biasa juga disebut sebagai larutan penyangga adalah suatu larutan yang cendrung dapat mempertahankan nilai pHnya. Untuk menganalisis suatu larutan merupakan larutan buffer atau bukan buffer, dapat diketahui dengan mengukur perubahan pH pada penambahan sedikit asam, sedikit basa atau pengenceran. Selain dengan pengukuran, pH larutan buffer juga dapat diketahui dengan cara menghitungnya melalui rumus yang diturunkan berdasakan prinsip kesetimbangan.Bahan-bahan obat berupa senyawa organik yang bersifat asam lemah atau basa lemah, dengan demikian faktor pH sangat mempengaruhi kelarutannya. Untuk obat-obat yang bersifat asam lemah, pada asam lemah, pada pH yang absolut rendah zat tersebut peraktis tidak mengalami ionisasi. Kelarutan obat dalam bentuk ini sering disebut sebagai kelarutan intrinsik. Dalam bidang farmasi, buffer banyak digunakan pada medikal care dan pembuatan obat-obatan. Contoh yang lazim menggunakan buffer adalah seperti dalam menetralkan darah atau biasanya pada kasus keracunan. Selain itu dalam pembuatan obat-obatan, banyak zat aktif yang harus berada dalam keadaan pH stabil.B. Tujuan PercobaanTujuan dari percobaan ini adalah untuk memperkenalkan cara pembuatan buffer dan penetapan pH larutan, serta penentuan kapasitasnya.C. Manfaat PercobaanManfaat dari praktikum ini agar para praktikan dapat memperkenalkan cara pembuatan buffer dan penetapan pH larutan, serta penentuan kapasitasnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Teori UmumBuffer adalah suatu substansi yang mengurangi perubahan konsentrasi ion hidrogen bebas suatu larutan akibat penambahan asam atau basa. Adanya buffer dalam larutan meningkatkan jumlah asam atau basa yang harus ditambahkan untuk dapat menimbulkan perubahan pH. Penambahan asam kuat pada setiap sistem buffer ini akan menghasilkan garam netral dan asam lemah. Dengan menghasilkan asam yang tidak mudah terdisosiasi, buffer bermakna menurunkan peningkatan konsentrasi ion hidrogen bebas bila dibandingkan dengan reaksi tanpa buffer (Behrman, dkk, 1996).Larutan buffer adalah semua larutan yang pH-nya dapat dikatakan tetap, walaupun ditambahkan sedikit asam atau basa. Biasanya, larutan buffer mengandung asam lemah beserta basa lemah konjugatnya dalam konsentrasi yang hampir sama. Larutan buffer berperan besar dalam mengontrol kelarutan ion-ion dalam larutan sekaligus mempertahankan pH dalam proses biokimia dan fisiologis (Oxtoby, dkk, 2001).Derajat keasaman (pH) menunjukkan sifat asam atau basa pada suatu bahan. Derajat keasaman merupakan suatu ekspresi dari konsentrasi ion hidrogen, H+ yang besarnya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi hydrogen :pH = - log H+Sebagaimana diketahui bahwa salah satu fasa dalam dekomposisi bahan organik anaerobik adalah fasa asidogenesis dan asetigenesis. Alkanitas adalah ukuran kapasitas penyangga medium kultur dalam daerah pH netral (Padmono,2007).Pengujian nilai pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Prosedurnya yaitu pH meter dinyalakan dan dicuci dengan akuades, lalu dilap menggunakan kertas hisap. Semakin lama suatu zat yang diuji disimpan yang dikobinasikan dengan perlakuan konsentrasi zat lain maka nilai akselerasi atau percepatan terhadap parameter keasaman (pH) semakin menurun (Maitimu,2012).pH dan kapasitas penyangga menunjukkan hubungan yang signifikansi dengan keteguhan rekat beberapa produk komposit dari beberapa perekat. Hubungan pH dengan kapasitas penyangga asam bersifat linear positif sedangkan hubungan antara pH dengan kapasitas penyangga basa linear negatif, hubungan pH dan kapasitas penyangga memiliki kolerasi yang kurang kuat yang ditandai dengan besarnya nilai koefisien (Iswanto, dkk, 2011). Derajat keasaman pH dan kapasitas buffer saliva ditentukan oleh susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam saliva terutama ditentukan oleh susunan bikarbonat, karena susunan bikarbonat sangat konstan dengan saliva dan berasal dari kelenjar saliva. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pH saliva antara lain rata-rata kecepatan aliran saliva, mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas buffer saliva (Soesilo, dkk, 2005).Brady and Holum (1993) menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi bikarbonat saliva maka akan semakin besar juga nilai pH. Pendapat ini sesuai dengan persamaan bentukan pH Henderson Hasselbach yaitu :pH = pK + Log HCO3 / H2CO3Persamaan ini menyatakan bahwa besarnya pH dipengaruhi oleh perbandingan konsentrasi bikarbonat dan asam karbonat, konsentrasi bikarbonat dan asam karbonat memegang peranan penting dalam mengendalikan pH. Dengan demikian apabila pH saliva rendah maka kadar bikarbonat di dalam saliva juga rendah karena komponen utama pembentuk pH salia adalah bikarbonat (Suryadinata, 2012).

B. Uraian Bahan1. Akuades (Dirjen POM Edisi III, 1979 : 96)Nama resmi: Aqua Destilatta Nama lain: Air suling / aquadest RM/BM: H2O/18,02Pemerian: Carian jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik. 2. Asam salisilat (Dirjen POM Edisi III, 1979 : 56)Nama resmi : Acidum SalicylicumNama lain : Asam salisilatRM/BM : C7H6O3 / 138,12Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih, hampir tidak berbau, rasa agak manis dan tajam.Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P, larut dalam larutan amonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P,dan natrium sitrat PKegunaan : Keratolitikum,anti fungiPenyimpanan : Dalam wadah tertutup baik3. Natrium hidroksida (Dirjen POM Edisi III, 1979 : 412)Nama resmi : Natrii HidroxydumNama lain : Natrium hidroksidaRM/BM : NaOH / 40,00Pemerian : Bentuk batang, butiran, mssa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menujukkan susunan hablur, putih, mudah meleleh basa. Sangat Alkalis dan korosif, segera menyerap karbondioksida Kelarutan : Sangat larut dalam air dan dalam etanol (95%) PKegunaan : Zat tambahanPenyimpanan : Dalam wadah tertutup baik4. Etanol (Dirjen POM Edisi III, 1979 : 65)Nama resmi : AethanolumNama lain : AlkoholRM/BM : C2H6O / 46,07Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala yang tidak berasapKelarutan : Sangat mudah larut dalam air,dalam kloroform p dan dalam eter P.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.5. Natrium salisilat (Dirjen POM Edisi III, 1979 : 424)Nama resmi: Natrii SalicylasNama lain : Natrium salisilatRM/BM : C7H5NaO3 / 160,11Pemerian : Hablur kecil atau bentuk sisik tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau atau berbau khas lemah:rasa manis, asin, tidak enak.Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air dan larut dalam 11 bagian etanol (95%) P.Kegunaan : Antipiretikum, analgetikum.Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,terlindung dari cahaya.

BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAANA. Alat dan Bahan1. Alat Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah statif dan klem, buret, gelas kimia, labu erlenmeyer, labu takar, timbangan analitik, batang pengaduk, dan pipet tetes. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu asam salisilat, natrium salisilat, akuades, NaOH, alkohol dan indikator PP.B. Prosedur Kerja1.) Pengenceran bahan Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan kemudian ditimbang 1,38 gr asam salisilat dan 1,6 gr natrium salisilat. Selanjutnya masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar yang berbeda dan diencerkan. Untuk asam salisilat diencerkan dengan alkohol hingga 100 ml dan natrium salisilat menggunakan akuades hingga 100 ml setelah itu dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. 2.) Pembuatan larutan buffer pH 3, 4 dan 5 Pertama untuk pembuatan larutan pH 3 diambil larutan 25 ml asam salisilat dan dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambah 25 ml larutan natrium salisilat yang juga telah diencerkan kemudian diulangi perlakuan yang sama untuk larutan pH 4 dan pH 5 dengan volume larutan salisilatnya dikombinasikan. Untuk pH 4 sebanyak 2,5 ml dan pH 5 sebanyak 0,25 ml. 3.) Metode titrasi Pertama larutan pH 3 ditambahkan 5 tetes indikator pp selanjutnya diletakkan tepat dibawah buret yang berisi NaOH kemudian dititrasi dan diamati perubahan warna pada titrat serta diperhatikan dan dicatat volume NaOH yang habis bereaksi untuk mencapai titik akhit titrasi.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Pengamatan1. Tabel gambarNopH LarutanHasil Titrasi

SebelumSesudah

1.Untuk pH 3 : 25 ml Asam salisilat + 25 ml Natrium salisilat + 5 tetes indikator PP dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M

2. Untuk pH 4 : 2,5 ml Asam salisilat + 25 ml Natrium salisilat + 5 tetes indikator PP dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M

3.Untuk pH 5 : 0,25 ml Asam salisilat + 25 ml Natrium salisilat + 5 tetes indikator PP dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M

2. Tabel titrasiNopH LarutanVolume (ml) Asam SalisilatVolume (ml) NaOH

1.3258,3

2.42,51,5

3.50,251

3. Perhitungan a. pH 3 = = = 1,18 g.Eq/Lb. pH 4 = = = 0,25 g.Eq/Lc. pH 5 = = = 0,2 g.Eq/L

B. PembahasanLarutan buffer adalah campuran asam/basa lemah dan basa/asam konjugasinya yang dapat mempertahankan pH di sekitar daerah kapasitas buffer. Adapun kapasitas buffer adalah kemampuan mempertahankan pH. Larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugasinya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi yang mengandung komponen asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-. Suatu larutan yang mengandung satu pasang asam-basa konjugasi merupakan suatu contoh buffer. Asamnya bereaksi dengan tiap ion hidroksida yang ditambhakan kepada larutan, dan basa konjugasinya bergabung dengan ion hidrogen.Larutan Buffer atau penyangga atau dapar, ada yang bersifat asam ada yang bersifat basa. Pada larutan penyangga yang bersifat asam, larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam yaitu pH7.Larutan buffer dapat dibuat dengan berbagai cara. Larutan buffer asam dapat dibuat dengan cara mencampurkan sejumlah larutan asam lemah dengan larutan basa konjugasinya secara langsung. Selain itu, larutan buffer asam juga dapat dibuat dengan mencampurkan sejumlah larutan basa kuat dengan larutan asam lemah berlebih. Setelah reaksi selesai, campuran dari larutan basa konjugasi yang terbentuk dan sisa larutan asam lemah membentuk larutan buffer asam.Faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan dapar yaitu penambahan garam-garam netral ke dalam larutan dapar mengubah pH larutan dengan berubahnya kekuatan ion. Perubahan kekuatan ion dengan pH dapar dapat pula disebabkan oleh pengenceran. Penambahan air dalam jumlah cukup, jika tidak mengubah pHdapat mengakibatkan penyimpangan positif atau negatif sekalipun kecil sekali, karena air selain dapat mengubah kereaktifan ia juga dapat bertindak sebagai asam lemah atau basa lemah. Pada praktikum kali ini dilakukan pembentukan buffer dengan menggunakan asam lemah dengan garamnya. Asam lemah yang digunakan adalah asam salisilat dengan garamnya yaitu Natrium salisilat. Pada percobaan kali ini dilakukan uji kapasitas buffer dengan berbagai pH yaitu pH 3, pH 4, dan pH 5 dengan cara mentitrasi guna untuk mengetahui apakah larutan yang diuji bisa mempertahankan pHnya atau tidak. Berdasarkan hasil yang diperoleh untuk pH 3, pH 4 dan pH 5 setelah dititrasi untuk menguji kapasitas buffernya semua berubah warna dari bening menjadi merah jambu dengan volume yang berbeda-beda serta penambahan natrium salisilat yang berbeda-beda pula. Untuk pH 3 ditambahkan 25 ml natrium salisilat, pH 4 ditambahkan 2,5 ml natrium salisilat dan pH 5 ditambhakan 0,25 ml natrium salisilat. Sehingga untuk pH 3, pH 4 dan pH 5 tidak dapat mempertahankan pHnya karena telah berubah menjadi basa dengan perkiraan pH 10. Suatu larutan berubah warna ketika diberi indikator fenoftalein karena larutan tersebut telah mencapai titik akhir titrasi, sehingga proses pentitrasian diberhentikan.

BAB VPENUTUPA. Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu buffer dibuat dengan cara mencampurkan asam lemah dengan garamnya dengan perbandingan tertentu. Buffer mampu mempertahankan pH walaupun ditambahkan sedikit asam/basa. Namun pada uji kapasitas buffer pada percobaan kali ini larutan pH 3, pH 4 dan pH 5 tidak bisa mempertahankan pHnya karena terjadi perubahan warna dan kenaikkan pH menjadi basa.B. SaranSaran dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat lebih memahami uji buffer dan kapasitas buffer dalam pelaksanaan praktikum.

DAFTAR PUSTAKABehrmen., Kliegman dan Arvin, N, 1996, Ilmu Kesehatan Anak, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Iswanto, A.H., Sucipto, T dan Febrianto, F, 2011, Keasaman dan Kapasitas Penyangga Beberapa Jenis Kayu Tropis, Jurnal Ilmu dan Teknologi, Vol. 4(1) : 22-25.

Maitimu, C.V., Legowo, A,M dan Al-Baarri, A.N, 2012, Parameter Keasaman Susu Pasteurisasi dengan Penambahan Ektrak Daun Aileru (Wrightia caligria), Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, Vol. 1(1).

Oxtoby, D.W., Gillis, H.P., Nachtrieb, N.H, 2001, Prinsip-prinsip Kimia Modern, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Padmono, Djoko, 2007, Kemampuan Alkalinitas Kapasitas Penyanggan (Buffer Capacity) dalam Sistem Anaerobik Fixed Bed, Jurnal Tek. Lingkungan, Vol. 8(2) : 119-127.

Soesilo, D., Santoso, R.E., Diyatri, I, 2005, Peranan Sorbitol dalam Mempertahankan Kestabilan pH Saliva pada Proses Pencegahan Karies, Majalah Kedokteran Gigi, Vol. 38(1).

Suryadinata, Arief, 2012, Kadar Bikarbonat Saliva Penderita Karies dan Bebas Karies, Jurnal Sainstis, Vol 1(1).

LAMPIRAN