buen revisi (proposal)

66
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi secara umum dicirikan dengan digunakannya berbagai moda transportasi oleh manusia untuk melakukan mobilitas kegiatan dalam rangka memenuhi hajat hidupnya. Moda transportasi yang ada, bila ditinjau dari geografis fisik terbagi menjadi transportasi darat, laut, dan udara. Transportasi darat meliputi jalan raya dan jalan rel, transportasi udara yang diwakili oleh kegiatan transportasi pesawat terbang, dan trasnsportasi laut meliputi angkutan yang beroperasi di sungai, danau maupun laut. Secara umum Konstruksi Jalan Raya tidak hanya terbatas pada Geometrik Jalan saja, namun untuk pegangan dasar bagi pemerhati, Geometrik Jalan merupakan bekal awal untuk mendalami dan memahami pengertian dasar dari suatu Konstruksi Jalan Raya. Sesudahnya baru didekati lagi dengan pendekatan struktur, yang lebih mengarah pada bentuk fisik dan kekuatan konstruksi jalan, yang memerlukan penelaahan yang lebih matang dan akurat. Diambilnya jalan M. Said kecamatan Sungai Kunjang yang panjang jalannya kurang lebih dari 8,07 km dimana jalan yang ada kondisi fisik arealnya adalah daerah 1

Upload: seto-epsa

Post on 21-Nov-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

revisi TA

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Transportasi secara umum dicirikan dengan digunakannya berbagai moda transportasi oleh manusia untuk melakukan mobilitas kegiatan dalam rangka memenuhi hajat hidupnya. Moda transportasi yang ada, bila ditinjau dari geografis fisik terbagi menjadi transportasi darat, laut, dan udara. Transportasi darat meliputi jalan raya dan jalan rel, transportasi udara yang diwakili oleh kegiatan transportasi pesawat terbang, dan trasnsportasi laut meliputi angkutan yang beroperasi di sungai, danau maupun laut.Secara umum Konstruksi Jalan Raya tidak hanya terbatas pada Geometrik Jalan saja, namun untuk pegangan dasar bagi pemerhati, Geometrik Jalan merupakan bekal awal untuk mendalami dan memahami pengertian dasar dari suatu Konstruksi Jalan Raya. Sesudahnya baru didekati lagi dengan pendekatan struktur, yang lebih mengarah pada bentuk fisik dan kekuatan konstruksi jalan, yang memerlukan penelaahan yang lebih matang dan akurat. Diambilnya jalan M. Said kecamatan Sungai Kunjang yang panjang jalannya kurang lebih dari 8,07 km dimana jalan yang ada kondisi fisik arealnya adalah daerah gunung/berbukit dataran tinggi dan land covering didominasi semak belukar, dan hutan sedang. Selain hal tersebut jalan M. Said adalah salah satu akses menghubungkan wilayah pemukiman penduduk dan sekitarnya menuju ke Kota Samarinda maka diperlukan desain geometrik yang baik. Adapun faktor yang mempengaruhi perencanaan geometrik jalan ini adalah kondisi fisik dan topografi serta kondisi lalu lintas yang ada merupakan faktor utama yang sangat mempengaruhi agar tercapainya perencanaan geometrik jalan yang ideal sesuai dengan persyaratan serta standar yang telah ditetapkan (Bina Marga). Adapun dalam desain geometrik ruas jalan M. Said kecamatan Sungai Kunjang ini digunakan perhitungan manual dengan Metode Analisa Komponen (MAK) yang dikeluarkan oleh Bina Marga serta untuk Klasifikasi Jalan mengacu pada UU No. 38 Tahun 2004 dan PP No. 34 Tahun 2006.

1.2 Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah:a. Merencanakan tebal perkerasan lentur sesuai Pedoman Perkerasan Jalan Lentur tahun 2013 pada jalan M. Said Kota Samarinda.b. Merencanakan dimensi saluran drainase.c. Menganalisis Rencana Anggaran Biaya (RAB)

1.3 Batasan MasalahMenyadari akan luasnya permasalahan dalam perencanaan suatu jalan yang mencakup berbagai aspek, maka dalam penyusunan tugas akhir ini hanya membatasi permasalahan pada perencanaan desain tebal perkerasan lentur, menghitung dimensi saluran drainase serta menghitung rencana anggaran biaya (RAB) untuk ruas jalan M. Said Samarinda.

1.4 Manfaat PenelitianManfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan rencana tebal perkerasan jalan, mendapatkan dimensi saluran drainase serta rencana anggaran biaya (RAB). Diharapkan hasil ini bisa bermanfaat dan bisa menjadi acuan dalam suatu perencanaan perkerasan jalan.

1.5 Lokasi PenelitianLetak jalan yang dilakukan penelitian berada di provinsi Kalimantan Timur atau tepatnya di ruas jalan M. Said kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda. Berikut ini adalah layout dari ruas jalan M. Said Kota Samarinda. Untuk peta Kalimantan Timur dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut.

Gambar 1. 1 Peta Provinsi Kalimantan Timur

Untuk daerah ruas jalan rencana sendiri dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut ini.

Gambar 1. 2 Ruas Jalan Utama

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum2.2.1Pengertian JalanJalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang di peruntukkan untuk lalu lintas baik menggunakan kendaraan maupun jalan kaki yang menghubungkan dari satu daerah ke daerah lain.Sebagai prasarana transportasi, jalan harus memenuhi syarat sesuai dengan fungsinya yaitu memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ketempat yang lain dengan cara aman, nyaman, lancar dan ekonomis.(Sumber: Undang-Undang Jalan No. 38 Tahun, 2004)2.2.2Sistem Jaringan Jalan Dengan kemajuan jaman yang begitu pesat, maka tuntutan perekonomian, pendidikan, dan hal-hal lainnya yang merupakan tuntutan hidup membuat tuntutan akan pelayanan terhadap transportasi semakin besar. Dari jenis kendaraan, ukuran dan jumlah semua juga ikut berubah pula sehingga masalahmasalah seperti kelancaran arus lalu lintas, kenyamanan dan hal-hal lainnya yang membuat kinerja jalan menurun mencuat kepermukaan, oleh karena itu perlunya diadakan batasan-batasan. Batasan-batasan tersebut itulah yang membuat jalan diklasifikasikannya.Sistem jaringan dibedakan menjadi dua, yaitu :1. Sistem Jaringan Jalan PrimerSistem jaringan jalan primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat Nasional, yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi. Jaringan jalan primer menghubungkan secara menerus kota jenjang kesatu, kota jenjang kedua, kota jenjang ketiga, dan kota-kota dibawahnya sampai kepersiil dalam satu satuan wilayah pengembangan. Jaringan jalan primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antar satuan wilayah pengembangan.Jaringan jalan primer tidak terputus walaupun memasuki kota jaringan jalan primer harus menghubungkan kawasan primer. Suatu ruas jalan primer dapat berakhir pada suatu kawasan primer. Kawasan yang mempunyai fungsi primer antara lain: Industri berskala regional, Bandar Udara, Pasar Induk, Pusat perdagangan skala Regional/Grosir.2. Sistem Jaringan Jalan SekunderSistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubunkan kawasan-kawasan yang memiliki fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai keperumahan.

2.2.3 Fungsi Jalan UmumBerdasarkan fungsinya, jalan umum dapat dikelompokkan kedalam :1. Jalan Arteri Primer, ialah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.Untuk jalan arteri primer wilayah perkotaan, mengikuti kriteria sebagai berikut :a. Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan arteri primer luar kota.b. Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer.c. Jalan arteri primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam.d. Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.e. Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu lintas regional. Untuk itu, lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik dan lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal.f. Kendaraan angkutan berat dan kendaraan umum bus dapat diijinkan menggunakan jalan ini.g. Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, jarak antara jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 meter.h. Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu, sesuai dengan volume lalu lintasnya.i. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari fungsi jalan yang lain.j. Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas harian rata-rata.k. Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan ini seharusnya tidak diijinkan.2. Jalan Kolektor Primer, ialah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau kota menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Untuk wilayah perkotaan kriterianya adalah :a. Jalan kolektor primer kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar kota.b. Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.c. Dirancang untuk kecepatan rencana 40 km/jam.d. Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.e. Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien jarak antaranya lebih dari 400 meter.f. Kendaraan angkutan berat dan bus dapat dijinkan melalui jalan ini.g. Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu sesuai dengan volume lalu lintasnya.h. Kapasitasnya sama atau lebih besar dari volume lalu lintas harian rata-rata.i. Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diijinkan pada jam sibukj. Dilengkapi dengan perlengkapan jalan yang cukup.k. Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari pada jalan arteri primer. 3. Jalan Lokal Primer, adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persiil atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan persiil atau kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota dibawahnya, atau kota jenjnag ketiga dengan persiil atau kota dibawah jenjang ketiga sampai persiil. Kriteria untuk jalan lokal primer adalah :a. Merupakan terusan jalan lokal pimer luar kota.b. Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya.c. Dirancang umtuk kecepatan rencana 20 km/jam.d. Kendaraan angkutan barang dan bus diijinkan melalui jalan ini.e. Lebar jalan tidak kurang dari 6 meter.f. Besarnya LHR pada umumnya paling rendah pada sistem primer.Kawasan primer adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi primer. Fungsi primer adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota sebagai pelayan jasa bagi kebutuhan pelayanan kota, dan wilayah pengembangannya.4. Jalan Arteri Sekunder, menghubungkan kawasan primer dengan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Kriteria untuk jalan perkotaan :a. Dirancang berdasarkan kecepatan rancang paling rendah 20 km/jam.b. Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.c. Kendaraan angkutan barang berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini didaerah pemukiman.d. Lokasi parkir pada jalan dibatasi.e. Harus mempunyai perlengkapan jalan cukup.f. Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari sistem primer.5. Jalan Lokal Sekunder menghubungkan antar kawasan sekunder ketiga atau dibawahnya dan kawasan sekunder dengan perumahan. Kriteria untuk daerah perkotaan adalah :a. Dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 km/jam.b. Lebar jalan tidak kurang dari 5 meter.c. Kendaraan angkutan barang dan bus tidak diijinkan melalui jalan ini didaerah pemukiman.d. Besarnya LHR umumnya paling rendah.2.2.4 Kelas Jalan Berdasarkan pasal 19 UU RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas jalan berdasarkan:1. Fungsi dan intensitas lalu lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan.2. Daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi kendaraan bermotor.Pengelompokkan jalan menurut kelas jalan terdiri atas beberapa kelas, antara lain adalah:a. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat 10 ton.b. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat 8 ton.c. Jalan Kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 mm, ukuran paling tinggi 3.500 mm, dan muatan sumbu terberat 8 ton.d. Jalan Khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat 10 ton.Fungsi jalan menggambarkan kemungkinan tipe lalu lintas yang akan menggunakan jalan. Jalan arteri, atau jalan nasional, atau jalan kelas 1 secara nyata menggambarkan bahwa perkerasan jalan harus mampu menerima beban lalu lintas yang lebih berat dibandingkan dengan fungsi jalan lainnya. Hal ini sangat mempengaruhi tebal perkerasan jalan tersebut.

2.3 Struktur dan Perkerasan JalanJalan memiliki persyaratan dari segi konstruksi yaitu harus kuat, awet dan kedap air. Jika dilihat dari segi pelayanan jalan harus rata, tidak licin, geometrik memadai dan ekonomis. Untuk itu membutuhkan suatu rancangan perkerasan yang mampu melayani beban berupa lalu lintas. Perkerasan jalan adalah lapisan atau badan jalan yang menggunakan bahan khusus, yaitu campuran antara agregat dan bahan ikat. Agregat yang dipakai terdiri dari batu pecah, batu belah, batu kali. Sedangkan bahan ikat yang digunakan berupa aspal dan semen.Perencanaan perkerasan yang efektif adalah salah satu dari berbagai aspek lain dari perencanaan jalan. Perkerasan adalah bagian dari jalan raya yang sangat penting bagi pengguna jalan. Kondisi dan kekuatan dari jalan raya sering dipengaruhi oleh kehalusan atau kekasaran permukaan jalan. Keadaan perkerasan yang baik dapat mengurangi biaya pengguna, penundaan waktu perjalanan, tabrakan dan pemakaian bahan bakar.Lapis perkerasan berfungsi untuk menerima dan menyebarkan beban lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan itu. Dengan demikian perencanaan tebal masing masing lapis perkerasan harus diperhitungkan dengan optimal.

Perkerasan jalan dibedakan menjadi empat bagian, yaitu:1. Perkerasan lentur (Flexible Pavement)Yaitu perkerasan yang menggunakan aspal yang digunakan sebagai bahan pengikat. Lapisan perkerasan bersifat menahan beban lalu lintas dan menyebarkan ketanah dasar, tanpa menimbulkan kerusakan. Secara umumnya konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisanlapisan yang diletakkan pada tanah dasar. Lapisanlapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya kelapisan dibawahnya. Untuk lapisan-lapisan pada perkerasan lentur dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini.

Lapisan permukaan (surface)Lapisan pondasi (base)Lapisan pondasi bawah (subbase)Lapisan tanah dasar (subgrade)

Gambar 2. 1 Lapisan Perkerasan Lentur

2. Perkerasan kaku (Rigid Pavement)Yaitu perkerasan yang menggunakan semen (Portland Cement) sebagai bahan pengikat. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton. Untuk lapisan-lapisan pada perkerasan kaku dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini. Gambar 2. 2 Lapisan Perkerasan Kaku

Ada 5 jenis perkerasan beton semen yaitu sebagai berikut:a. Perkerasan beton semen tanpa tulangan dengan sambungan (Jointed Plain Concrete Pavement).b. Perkerasan beton semen bertulang dengan sambungan (Jointed Reinforced Concrete Pavement).c. Perkerasan beton semen tanpa tulangan (Continuosly Reinforced Concrete Pavement).d. Perkerasan beton semen prategang (Prestressed Concrete Pavement).e. Perkerasan beton semen bertulang fiber (Fiber Reinforced Concrete Pavement).Perkerasan kaku mempunyai sifat yang berbeda dengan perkerasan lentur. Pada perkerasan kaku daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton. Hal ini terkait dengan sifat pelat beton yang cukup kaku, sehingga dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisanlapisan di bawahnya.

3. Perkerasan komposit (Composite Pavement)Yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku, atau perkerasan kaku diatas perkerasan lentur. Lapisan-lapisan perkerasan komposit dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini.

Lapisan permukaan (surface)

Plat beton (concrete slab)

Lapisan pondasi bawah (subbase)

Lapisan tanah dasar (subgrade)

Gambar 2. 3 Lapisan Perkerasan Komposit

4. Perkerasan Paving Block (Concrete Block)Yaitu perkerasan yang terbuat dari campuran pasir dan semen ditambah atau tanpa campuran lainnya (abu batu atau lainnya). Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatu omposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen Portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton tersebut, sedangkan menrut SK SNI T-04-1990-F paving block adalah segmen-segmen kecil yang terbuat dari beton dengan bentuk segi empat atau segi banyak yang dipasang sedemikian rupa sehingga saling mengunci (Dudung Kumara,1992; Akmaluddin dkk. 1998). Untuk lapisan-lapisan perkerasan paving block dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini.

Gambar 2. 4 Lapisan Paving Block

2.4Struktur Dan Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Pada umumnya perkerasan lentur baik digunakan untuk jalan yang melayani beban lalu lintas ringan sampai dengan sedang, seperti jalan perkotaan, jalan dengan sistem utilitas terletak dibawah perkerasan jalan, perkerasan bahu jalan, atau perkerasan dengan konstruksi bertahap. Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya kelapisan dibawahnya.

Keuntungan menggunakan perkerasan lentur adalah:1. Dapat digunakan pada daerah dengan perbedaan penurunan (differential settlement) terbatas.2. Mudah diperbaiki.3. Tambahan lapisan perkerasan dapat dilakukan kapan saja.4. Memiliki tahanan geser yang baik.5. Warna perkerasan memberikan kesan tidak silau bagi pemakai jalan.6. Dapat dilaksanakan bertahap, terutama pada kondisi biaya pembangunan terbatas atau kurangnya data untuk perencanaan.

Kerugian menggunakan perkerasan lentur adalah:1. Tebal total struktur perkerasan lebih tebal dari pada perkerasan kaku.2. Kelenturan dan sifat kohesi berkurang selama masa pelayanan.3. Frekuensi pemeliharaan lebih sering daripada menggunakan perkerasan kaku.4. Tidak baik digunakan jika serig digenangi oleh air.5. Membutuhkan lebih banyak agregat.

Struktur perkerasan lentur menurut Pedoman Perancanaan Tebal Perkerasan Lentur (Rancangan 3) umumnya terdiri atas:1. Lapisan permukaan (surface course)Lapisan permukaan adalah lapisan yang terletak pada lapisan paling atas dan berfungsi sebagai : Lapisan perkerasan penahan beban roda, lapisan ini mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa pelayanan. Lapisan kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap kelapisan bawahnya. Lapisan aus (wearing course), lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus. Lapisan yang menyebarkan beban kelapisan bawah.

2. Lapisan pondasi atas (base course)Lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan pondasi bawah dan pondasi permukaan dinamakan lapisan pondasi atas yang berfungsi sebagai: Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban kelapisan dibawahnya. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah. Bantalan terhadap lapisan permukaan.3. Lapisan pondasi bawah (subbase course)Lapisan perkerasan yang terletak antara lapisan pondasi atas dan tanah dasar dinamakan lapisan pondasi bawah, yang berfungsi sebagai: Bagian dari konstrusi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ketanah dasar. Efisiensi penggunaan material. Lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul dipondasi. Lapisan pertama, agar perkerasan dapat berjalan lancar.4. Lapisan tanah dasar (subgrade)Lapisan tanah dasar setebal 50-100cm diatas akan diletakkan dilapisan pondasi bawah dinamakan lapisan tanah dasar.Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, tanah yang didatangkan dari tempat lain dan didapatkan atau tanah yang distribusiakan dengan kapur atau bahan lainnya. Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung pada sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Masalah-masalah yang sering ditemui terkait dengan lapisan tanah dasar adalah:a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dan rusaknya struktur perkerasan jalan secara menyeluruh akibat beban lalu lintas.b. Sifat mengembang dan menyusut pada jenis tanah yang memiliki sifat plastisitas tinggi. Perubahan kadar air tanah dasar dapat berkibat terjadinya retak dan atau perubahan bentuk. Faktor drainase dan kadar air pada prses pemadatan tanah dasar sangat menentkan kecepatan kerusakan yang mungkin terjadi.c. Perbedaan daya dukung tanah akibat perbedaan jenis tanah sukar ditentukan secara pasti. Penelitian yang seksama akan jenis dan sifat tanah dasar disepanjang jalan dapat mengurangi dampak akibat tidak meratanya daya dukung tanah dasar.d. Perbedaan penurunan (differential settlement) akibat terdapatnya lapisan tanah lunak dibawah tanah yang terletak dibawah lapisan tanah dasar sangat membantu mengatasi masalah ini.e. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunan yang diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir kasar (granular soil) yang tidak dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan.

2.4 Prosedur Perancangan Perkerasan Lentur Berdasarkan Pedoman Perancangan Tebal Perkerasan Lentur Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M/BM/2013 Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga tahun 2013.Untuk menentukan nilai struktur yang diperlukan dapat dilihat dari langkah-langkah berikut ini:1. Umur RencanaUntuk menentukan umur rencana jalan bisa dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Umur Rencana perkerasan jalan baru (UR)JenisPerkerasanElemen PerkerasanUmur Rencana(Tahun)

Perkerasan lenturlapisan aspal dan lapisan berbutir dan CTB20

pondasi jalan40

semua lapisan perkerasan untuk area yang tidakdiijinkan sering ditinggikan akibat pelapisan ulang, misal : jalan perkotaan, underpass, jembatan, terowongan.

Cement Treated Based

PerkerasanKakulapis pondasiatas, lapis pondasi bawah, lapis beton semen, dan pondasi jalan.

Jalan tanpa penutupSemua elemenMinimum 10

Catatan :1. Jika dianggap sulit untuk menggunakan umur rencana diatas, maka dapat digunakan umur rencanaberbeda, namun sebelumnya harus dilakukan analisis dengan discounted whole of life cost, dimana ditunjukkan bahwa umur rencana tersebut dapat memberikan discounted whole of life cost terendah.2. Umur rencana tidak boleh diambil melampaui kapasitas jalan pada saat umur rencana.

2. Menentukan nilai CESA4Beban sumbu standar kumulatif atau Cumulative Equivalent Single Axle Load (CESA) merupakan jumlah kumulatif beban sumbu lalu lintas desain pada lajur desain selama umur rencana, yang ditentukan sebagai:ESA = (jenis kendaraan LHRT x VDF)............................................................ 1CESA= ESA x 365 x R ..................................................................... 2DimanaESA: lintasan sumbu standar ekivalen (equivalent standard axle) untuk 1 (satu) hariLHRT: lintas harian rata-rata tahunan untuk jenis kendaraan tertentuCESA: kumulatif beban sumbu standar ekivalen selama umur rencanaR: faktor pengali pertumbuhan lalu lintas

3. Menentukan nilai Traffic Multiplier (TM)Traffic Multiplier adalah faktor yang digunakan untuk mengkoreksi jumlah pengulangan beban sumbu (ESA) pangkat empat menjadi nilai faktor pangkat lainnya yang dibutuhkan untuk desain mekanik. Nilai TM kelelahan lapisan aspal (TM lapisan aspal) untuk kondisi pembebanan yang berlebih di Indonesia adalah berkisar 1,8 - 2. Nilai yang akurat berbeda-beda tergantung dari beban berlebih pada kendaraan niaga di dalam kelompok truk.4.Menentukan nilai CESA5Nilai CESA tertentu (pangkat 4) untuk desain perkerasan lentur harus dikalikan dengan nilai TM untuk mendapatkan nilai CESA5 dengan menggunakan persamaan berikut:CESA5 = (TM x CESA4).............................................................................. 35.Menentukan tipe perkerasanPemilihan jenis perkerasan akan bervariasi sesuai estimasi lalu lintas, umur rencana, dan pondasi jalan. Tabel pemilihan jenis perkerasan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Pemilihan Jenis Perkerasan

Catatan:tingkat kesulitan: 1. kontraktor kecil medium2. kontraktor besar dengan sumber daya memadai3. membutuhkan keahlian dan tenaga khusus6.Menentukan struktur pondasi jalanDesain pondasi jalan adalah desain perbaikan tanah dasar dan lapis penopang, tiang pancang mikro atau penanganan lainnya yang dibutuhkan untuk memberikan landasan pendukung struktur perkerasan lentur.

7.Menentukan struktur perkerasanSolusi Perkerasan yang banyak dipilih yang didasarkan pada pembebanan dan pertimbangan biaya terkecil yang ada pada Tabel 2.3 sebagai berikut:Tabel 2.3 Desain perkerasan lentur opsi biaya minimum termasuk CTB

Dan pada Tabel 2.4 merupakan desain perkerasan lentur alternatif yang digunakan jika HRS dan CTB sulit untuk dilaksanakan, namun desain perkerasan lentur tetap lebih mengutamakan desain menggunakan Tabel 2.4:

Tabel 2.4 Desain perkerasan lentur alternatif

8. Periksa denagn menggunakan Pd T-01-2002-BSetelah semua perhitungan dilakukan maka hasil perhitungan secara struktur diperiksa dengan menggunakan Pd T-01-2002-B.9. Menentukan kebutuhan daya dukung tepi perkerasanStruktur perkerasan memerlukan daya dukung tepi yang cukup, terutama bila terletak pada tanah lunak atau tanah gambut. Ketentuan daya dukung tepi harus dinyatakan secara terinci di dalam gambar gambar kontrak (drawings). Ketentuan minimum adalah: Setiap lapis perkerasan harus dipasang sampai lembar yang sama atau lebih dari nilai minimum yang dinyatakan dalam Gambar 2. 5. Timbunan tanpa penahan pada tanah lunak (CBR