budidaya pisang yang - copy

25
Analisis usahatani JERUK - 3 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Jeruk per Ha pada Tanaman yang Sudah Menghasilkan, di Desa Contoh di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2005. (Sumber: Saptana dkk., 2005. Analisis Kinerja Kelembagaan Kemitraan Usaha Agribisnis Hortikultura. Laporan Penelitian Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor)

Upload: mutianailil

Post on 06-Dec-2015

224 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

vdzvd

TRANSCRIPT

Analisis usahatani JERUK - 3Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Jeruk per Ha pada Tanaman yang Sudah Menghasilkan, di Desa Contoh di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2005. (Sumber: Saptana dkk., 2005. Analisis Kinerja Kelembagaan Kemitraan Usaha Agribisnis Hortikultura. Laporan Penelitian Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor)

Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah-buahan yang paling banyak digemari oleh

masyarakat kita. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan, jika perkembangan tanaman jeruk

mengalami perubahan populasi yang cukup tajam. Pada saat ini sebagian besar petani buah

menyadari, bahwa komoditas buah jeruk memang dapat meningkatkan tarap hidup masyarakat,

terutama jenis komoditas jeruk manis yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, tahan agak lama

dan mudah menyimpannya. Di samping itu buah jeruk banyak mengandung jenis vitamin,

terutama vitamin C dan vitamin A.

Buah jeruk selalu tersedia sepanjang tahun, karena tanaman jeruk tidak mengenal musim

berbunga yang khusus. Di samping itu buah jeruk dapat ditanam dimana saja, baik di dataran

rendah maupun di dataran tinggi.

Walaupun populasi tanaman mengalami peningkatan yang tajam, namun sampai saat ini

produk buah jeruk belum memenuhi harapan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan

para petani dalam bercocok tanam jeruk yang benar. Kendala lain yang menyebabkan produk

buah jeruk di Indonesia belum memenuhi harapan adalah adanya serangan penyakit CVPD

(Citrus Vien Phloem Degeneration) sehingga banyak tanaman jeruk menjadi musnah (AAK,

1994).

Pola usahatani yang kebanyakan masih bersifat tradisional merupakan sebab rendahnya

produktivitas dan lemahnya pemasaran buah-buahan di Indonesia. Sesuatu yang patut

disayangkan mengingat usahatani buah-buahan memerlukan penenganan yang khusus sejak

persiapan hingga dipasarkan.karena itulah, agar dapat memberikan keuntungan yang optimal,

usahatani buah-buahan perlu dilakukan dengan pendekatan agribisnis.

Dalam agribisnis, penanganan kegiatan mulai dari perencanaan usaha, penyediaan sarana

dan prasarana, budidaya tanaman, sampai dengan penanganan hasil dan pemasarannya

dilakukan secara terintegrasi dan saling menunjang. Oleh karena itu, diperlukan suatu

manajemen yang dapat merangkum faktor-faktor alam, modal, tenaga kerja, dan teknologi

dengan faktor sarana dan prasarana serta pemasarannya.

Kemampuan manajemen ini penting karena usahatani bukanlah semata-mata hanya sebagai

cara hidup. Lebih dari itu, ia merupakan suatu perusahaan. Jatuh bangunnya suatu perusahaan

salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan manajemennya (Rahardi, F., dkk, 2000).

2.5. Syarat Tumbuh Tanaman Jeruk Siam

2.5.1. Keadaan Tanah

Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman jeruk adalah sandyloam dan clay. Yang penting

keadaan tanah tersebut harus selalu gembur dan tidak menyimpan air terlalu banyak (poreous).

Kandungan air yang baik adalah pada kedalaman 50 - 150 cm di bawah permukaan tanah dan

pada kedalaman 150 - 200 cm di bawah permukaan tanah masih dapat juga ditanami jeruk

(AAK, 1994).

Kriteria dangkal atau dalamnya keadaan air di bawah permukaan tanah adalah sebagai berikut :

Sangat dangkal : kira-kira 50 cm di bawah permukaan tanah.

Dangkal : 50 – 150 cm di bawah permukaan tanah.

Sedang : 150 – 200 cm di bawah permukaan tanah.

Dalam : lebih dari 200 cm di bawah permukaan tanah (AAK, 1994).

2.5.2. Iklim

Keadaan iklim merupakan pedoman utama dalam bercocok tanam jeruk di Indonesia. Keadaan

iklim ini dibedakan ke dalam beberapa type menurut volume curah hujan dalam satu tahun,

dengan pembagian sebagai berikut :

Daerah type A : 12 bulan basah dan 0 bulan kering.

Daerah type B : 12 – 10 bulan basah dan 1 – 2 bulan kering.

Daerah type C : 9 – 8 bulan basah dan 2 – 4 bulan kering.

Daerah type D : 7 – 6 bulan basah dan 4 – 6 bulan kering.

Daerah type E : 5 – 4 bulan basah dan 6 – 8 bulan kering.

Catatan :

Bulan basah = curah hujan lebih dari 110 mm.

Bulan kering = curah hujan kurang dari 110 mm (AAK, 1994).

2.5.3. Kebutuhan Cahaya Matahari

Semua jenis jeruk, terutama jeruk keprok tidak menyukai tempat yang terlindung atau ternaungi.

Siraman cahaya matahari yang cukup akan membuat batang jeruk menjadi lebih kuat,

mendorong terbentuknya tunas-tunas dan perkembangan buah. Tanaman jeruk yang

kekurangan cahaya pertumbuhannya akan terhambat. Bila pada saat buahnya sedang mekar

tetapi tanaman hanya sedikit mendapat cahaya matahari, maka bunga-bunganya akan rontok.

Untuk mencukupi kebutuhan cahaya bagi tanaman, maka lokasi penanaman harus dipilih

ditempat yang mendapat cahaya matahari penuh. Pengaturan jarak tanam yang harus dibuat

tidak terlalu rapat agar antara dahan pohon yang satu dengan pohon lainnya tidak berhimpitan

atau tumpang tindih sehingga sinar matahari tidak terlalu lembab (AAK, 1994).

Di daerah tropis, lamanya penyinaran setiap bulan boleh dikatakan hampir sama, yaitu 12 jam,

atau antara 11 dan 13 jam. Kemungkinan, dengan adanya perbedaan lamanya penyinaran

menyebabkan perbedaan kualitas kecepatan pertumbuhan, dan lain-lain. Lamanya panjang hari

dari fajar sampai senja, mungkin banyak pengaruhnya terhadap pembungaan. Biasanya,

tanaman dibedakan menjadi tanaman hari pendek, hari netral, dan hari panjang (Pracaya,

2003).

Di daerah subtropis, tanaman jeruk pada umumnya ditanam di daerah yang lebih rendah.

Sebagai contoh di daerah California, jeruk ditaman di daerah dengan ketinggian kurang dari

700 meter, di Spanyol kurang dari 250 meter, sedangkan di Indonesia banyak ditanam di

daerah yang tinggi misalnya di Kabanjahe, Ngablak, Tawangmangu yang ketinggiannya lebih

dari 1.000 meter (Pracaya, 2003).

2.5.4. Kelembaban Udara

Daerah-daerah yang cocok ditanami jeruk adalah daerah yang memiliki ketinggian kadar

kelembaban udara rata-rata 70% - 80% dalam satu tahunnya. Daerah yang mempunyai udara

kering dan kadar kelembaban udaranya rata-rata hanya mencapai 38,5% masih dapat ditanami

jeruk dengan hasil yang cukup baik pula. Sebagian besar kadar kelembaban udara di Indonesia

rata-rata 50% - 85%, sehingga hal ini tidak akan menimbulkan kendala bagi mereka yang ingin

mengembangkan tanaman jeruk secara besar-besaran (AAK, 1994).

Curah hujan 1.000 mm sampai 2.000 mm bila merata sepanjang tahun merupakan curah hujan

ideal karena bisa memelihara kelembaban tanah sepanjang tahun pada kebun jeruk. Pada

umumnya curah hujan di Indonesia lebih dari 2.000 mm malahan ada yang lebih dari 3.000 mm,

tetapi seringkali tidak merata. Ada beberapa bulan kering, maka perlu penyiraman dan

pemberian mulsa, misalnya jerami, daun bambu, daun kelapa, atau lainnya untuk

mempertahankan kelembaban tanah jangan sampai banyak air yang menguap (Pracaya, 2003).

Keadaan kelembaban udara sangat berpengaruh besar terhadap kualitas buah jeruk. Pengaruh

yang dapat dirasakan dari kelembaban udara adalah :

- Buah jeruk akan berkulit tipis.

- Dagingnya halus.

- Air buahnya lebih banyak.

- Rasanya lebih segar.

- Aroma khas jeruk lebih kuat.

Daerah-daerah yang mempunyai kadar kelembaban udara rendah dan laju penguapan air

tanah melalui tanaman cukup kuat, ternyata tanaman jeruk masih dapat menghasilkan buah

dengan baik, asalkan keadaan tanah cukup mengandung air (AAK, 1994).

2.5.5. Ketinggian Tempat

Tanaman jeruk mempunyai toleransi tumbuh yang cukup baik, sebab jeruk dapat tumbuh di

dataran rendah hingga dataran tinggi (1.400 meter di atas permukaan laut). Ketinggian tempat

yang tidak memenuhi syarat sering menimbulkan kendala tersendiri. Namun, ketinggian tempat

bagi setiap jenis tanaman jeruk berbeda-beda. Jika hal ini tidak diperhatikan, maka akan

berpengaruh terhadap kualitas buah. Misalnya, rasa buah yang tadinya manis berubah menjadi

pahit (getir) atau berubah menjadi masam. Jenis jeruk yang cocok ditanam di dataran tinggi, jika

ditanam di dataran rendah daging buahnya akan berubah menjadi kasar dan kadar airnya akan

berkurang pula. Di samping itu, pengaruh lain yang perlu diwaspadai adalah pengaruh umur

produksi, lamanya produksi dan daya tahan penyimpanan buah.

2.6. Teknik Budidaya Jeruk Siam

2.6.1. Sistem Penanaman

Sistem penanaman ada bermacam-macam, di antaranya yaitu sebagai berikut :

- Empat persegi panjang

- Bujur sangkar

- Segi tiga sama kaki

- Segi tiga sama sisi

- Belah ketupat atau heksagonal, dan

- Diagonal (seperti cara bujur sangkar, tetapi perpotongan diagonal di tengah juga

ditanami, sehingga ada 5 tanaman. Kemudian tanaman tengah dibongkar setelah tanaman

besar dan rimbun) (Pracaya, 2003).

2.6.2. Jarak Tanam

Aturan jarak tanam yang cocok untuk tiap-tiap jenis jeruk adalah sebagai berikut :

- Jeruk Keprok Garut = 6 x 6 meter, 6 x 7 meter atau 7 x 7 meter

- Jeruk Grape Fruit = 5 x 5 meter, 5 x 8 meter atau 8 x 8 meter

- Jeruk Besar = 10 x 10 meter, 10 x 12 meter atau 12 x 12 meter

- Jeruk Nipis = 5 x 5 meter, 5 x 6 meter atau 6 x 6 meter

- Jeruk Siam = 6 x 6 meter, 6 x 7 meter atau 7 x 7 meter

- Jeruk Manis = 6 x 6 meter, 6 x 8 meter atau 8 x 8 meter.

2.6.3. Pengisian Lubang Tanam

Cara mengisi lubang tanam adalah sebagai berikut :

1. Tanah yang subur (biasanya tanah atas) dicampur dengan kompos atau pupuk kandang

yang telah menjadi tanah dengan perbandingan 1 : 3 atau 1 : 4, tergantung dari kesuburan

tanahnya. Juga diberi campuran TSP, KCl atau kalium sulfat, masing-masing lebih kurang 1 kg.

Kalau pH tanah rendah diberi kapur Dolomit.

2. Campuran tanah ini dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk lagi, jangan

diinjak-injak. Setelah terisi tanah kira-kira 30 - 40 cm, kalau ada persediaan siramlah dengan air

kompos atau air pupuk kandang atau air septic tank (WC). Setiap lapisan setebal 30 cm siram

lagi dengan air WC.

3. Pada waktu hampir penuh, diberi ajir bambu atau kayu di tengah lubang tanam. Lubang

dipenuhi sampai cembung, kemudian dibiarkan beberapa hari sampai tanah stabil tidak turun

lagi, bila belum penuh ditambah lagi tanah sampai penuh, jangan diinjak-injak (Pracaya, 2003).

2.6.4. Penanaman

Penanaman sebaiknya dilakukan pada waktu permulaan musim hujan supaya tidak ada

kesulitan dalam penyiraman. Pada waktu permulaan penanaman memerlukan banyak air,

jangan sampai kekeringan. Bibit yang ditanam bisa sistem stump, cabutan, bibit yang

dikeranjang atau dalam polybag (kantong plastik). Adapun cara menanam pohon jeruk adalah

sebagai berikut :

1. Di tempat ajir ditancapkan, dibuat lubang yang kira-kira lebar dan dalamnya lebih besar

dari pada keranjang atau polybag. Pada sistem cabutan, lubang dibuat lebih lebar dari panjang

akar serabut dan lebih dalam dari panjang akar tunggang.

2. Keranjang atau polybag diiris atau digunting pelan-pelan, tanah jangan sampai pecah, lalu

dimasukkan ke dalam lubang sedalam leher akar. Kalau tanaman berasal dari cabutan, akar

serabut diatur ke segala jurusan, lurus, demikian juga akar tunggang diluruskan ke bawah. Bila

terlalu panjang bisa dipotong (lebih baik dipotong dari pada membengkok). Bekas potongan

dicat atau diberi meni. Akar yang rusak lebih baik dipotong saja di tempat yang sehat. Daun

dikupir (dipotong) tinggal sepertiga panjang, untuk mengurangi penguapan.

3. Setelah tanaman dimasukkan ke dalam lubang, kemudian ditaburi Furadan, Curaterr,

Temik atau insektisida lainnya untuk mencegah serangan nematode atau rayap. Tutuplah

pelan-pelan dengan tanah yang subur dan halus sehingga akar yang telah diatur tidak bengkok.

Kemudian tanah sedikit ditekan pelan-pelan dengan tangan, tanaman diusahakan dibuat tegak

lurus. Setelah selesai penanaman segera disiram sampai jenuh. Kalau tanah masih turun,

ditambah lagi tanahnya. Untuk memudahkan penyiraman supaya air tidak tersebar kemana-

mana, permukaan tanah di sekitar batang dibuat sedikit cekung.

4. Untuk menghindari kekeringan dan tumbuhnya gulma, di sekitar tanaman diberi mulsa,

yaitu penutup tanah dari jerami, daun bambu, daun kelapa, daun alang-alang atau lainnya.

Selain untuk mencegah kekeringan juga mengurangi kepadatan tanah akibat siraman air hujan

yang deras. Mulsa kalau membusuk juga bisa menambah pupuk organik (Pracaya, 2003).

2.6.5. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa tindakan seperti :

1. Penyiraman

Tanaman jeruk memerlukan air yang cukup. Oleh karena itu, pada waktu tidak ada hujan perlu

dilakukan penyiraman, apabila pada masa pembungaan dan pembuahan. Untuk memudahkan

penyiraman pada musim kemarau, dibuat cekukan di sekitar batang. Akan tetapi sebaliknya,

pada waktu musim hujan di sekitar batang dibuat cembung supaya air cepat keluar dan tidak

tergenang (Pracaya, 2003). Saluran air sebaiknya dibuat dengan arah yang lurus, jangan

berbelok-belok. Saluran air yang berbelok-belok dikhawatirkan pada saat turun hujan, dimana

arus air sangat deras, akan mengikis dasar saluran atau bagian tepi saluran dan membentuk

cekungan sehingga air akan menggenang terus (AAK, 1994).

2. Pemberian mulsa

Untuk mencegah supaya jangan cepat terjadi kekeringan dan juga mencegah tumbuhnya

gulma, perlu diberi mulsa. Pemberian mulsa pada waktu musim hujan akan mengurangi

kepadatan tanah dan erosi. Mulsa juga dapat mempertahankan kelembaban tanah pada waktu

musim kemarau sehingga akar dapat mengisap unsur hara dan air dengan cukup (Pracaya,

2003).

3. Penyiangan

Bila tumbuh gulma segera disiang, supaya tidak banyak unsur hara tanah yang terambil. Bila

gulma berupa teki atau alang-alang, ambillah umbi dan akar rimpangnya supaya tidak tumbuh

lagi karena kedua tanaman itu Waupun sudah diberi mulsa masih bisa tumbuh dengan subur

(Pracaya, 2003).

4. Penggemburan

Bila tanah telah kelihatan padat segera digemburkan supaya pertukaran udara berjalan dengan

baik, gas-gas racun di dalam tanah bisa keluar diganti oksigen dari udara luar. Penggemburan

jangan terlalu dalam, supaya tidak merusak sistem perakaran tanaman jeruk. Bila perakaran

yang besar luka segera diobati dengan fungisida, supaya jangan menjadi tempat masuknya

penyakit (Pracaya, 2003).

5. Pemangkasan

Pemangkasan hanya dilakukan bila ada cabang-cabang yang sakit misalnya terserang jamur

upas atau penyakit blendok, terserang benalu, cabang yang hampir patah, terlalu rimbun

sehingga sinar matahari tidak menembus ke dalam tajuk pohon, tumbuh tunas-tunas di bawah

okulasi atau sambungan, pemangkasan bentuk supaya tanaman tidak begitu tinggi (Pracaya,

2003).

6. Pemupukan

Tanaman jeruk pada umumnya menyukai tanah yang gembur, yakni tanah yang mengandung

banyak humus, sirkulasi udara bagus, mudah memperoleh O2, kaya akan bahan organik dan

permukaan tanahnya agak dalam. Humus sangat dibutuhkan tanaman, sebab di samping dapat

mengatur kadar air dalam tanah dan menampungnya, humus juga menahan zat-zat organik

lainnya yang tidak mudah ikut larut aliran air. Di samping itu, humus dibutuhkan untuk media

pertumbuhan mycorrhiza. Mycorrhiza yang bagi tanaman jeruk merupakan simbiosis

mutualisme. Dengan bantuan mycorrhiza ini, tanaman jeruk akan lebih mudah menghisap zat-

zat yang dibutuhkan. Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman jeruk adalah :

- Unsur makro yaitu N (Nitrogen), P (Phospor), K (Kalium), S (Sulfat/Belerang), Mg

(Magnesium), Ca (Calsium). Unsur-unsur ini mutlak diperlukan dalam jumlah yang cukup

banyak.

- Unsur mikro yaitu Cu (Cupro/Kuningan), Zn (Zenk) unsur Bo (Borium) dan Fe

(Ferrium/Besi) diperlukan dalam jumlah yang amat kecil. Tetapi jika unsur-unsur tersebut tidak

ada akan mengakibatkan penghisapan zat lain menjadi terbengkalai. Walaupun mikro element

tersebut hanya dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang amat rendah, tetapi unsur itu penting

sekali artinya bagi kehidupan tanaman jeruk. Yang harus diperhatikan yaitu pemberian unsur

mikro. Sebab jika pemberian unsur ini tidak sesuai dengan dosis dan aturannya akan

mengakibatkan tanaman menderita keracunan. Jika kekurangan unsur mikro, akibatnya adalah

adanya beberapa bagian tanaman menjadi tidak sempurna (cacat) (AAK, 1994).

Pemupukan merupakan keharusan karena tiap periode umur jeruk banyak menguras

ketersediaan hara tanah. Jeruk siam membutuhkan pupuk organik (pupuk kandang atau

kompos) dan pupuk anorganik (urea dan TSP). pupuk organik dibutuhkan untuk meningkatkan

kadar humus di dalam tanah sehingga tanah yang padat dapat diubah menjadi remah.

Sedangkan pupuk anorganik diperlukan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan

tanaman. Dosis dan jenis pupuk yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Dosis Pemupukan Tanaman Jeruk Siam

Umur Tanaman (Tahun)

Pupuk Kandang (Blek/Tahun/Pohon)

Urea (Gram/Tahun/Pohon)

TSP (Gram/Tahun/Pohon)

KCl (Gram/Tahun/Pohon)

Saat Tanam

1

2

3

4

5

6

7

8

9

dst.

3

3 - 4

4

6

8

10

14

16

18

20

-

200 - 300

300 - 400

400 - 500

500 - 600

600 - 800

800 - 1.000

1.000 - 1.200

1.200 - 1.400

1.400 - 1.600

-

100 - 250

150 - 200

200 - 250

200 - 300

300 - 400

400 - 500

500 - 600

600 - 700

600 - 800

-

100 - 200

150 - 200

200 - 250

250 - 300

300 - 400

400 - 500

500 - 600

600 - 700

600 - 800

Sumber : H. Sinori (Anonim, 2003).

Untuk tanaman yang belum berbuah, pemupukan dilakukan dua kali setahun pada awal dan

akhir musim hujan, masing-masing setengah dosis yang ditentukan. Sedang untuk tanaman

yang sudah berbuah, pemupukan dilakukan tiga kali setahun. Pemupukan pertama dilakukan

sebelum bunga muncul, sebanyak 2/5 bagian dari dosis per tahunnya. Pemupukan kedua pada

saat pemasakan buah sebanyak 1/5 bagian. Sisanya diberikan pada pemupukan ketiga,

beberapa saat setelah panen (Anonim, 2003).

Untuk mendapatkan rasa buah yang manis dan kulit buah yang mulus, pada pemupukan

pertama dan kedua, urea diganti dengan ZA, dan KCl diganti dengan ZK. Pemupukan

selanjutnya kembali memakai urea dan KCl. Pupuk kandang diberikan setahun sekali. Waktu

pemberiannya bersamaan dengan pemupukan ketiga, untuk tanaman yang sudah berbuah.

Sedangkan untuk tanaman yang belum berbuah, pupuk kandang diberikan pada awal musim

hujan.

Tanaman jeruk mempunyai kemampuan menyerap hara yang berkembang secara bertahap.

Makin bertambah umurnya makin bertambah kemampuan penyerapannya. Hal ini disebabkan

oleh perakaran jeruk yang makin berkembang. Agar pupuk dapat diserap oleh akar secara

optimum, maka pemupukannya sebaiknya mengikuti petunjuk seperti berikut ini :

1. Buatlah alur melingkar kurang lebih 80 cm dari batang tanaman dengan lebar dan

kedalamannya 30 cm.

2. Gemburkan dasar tanah dengan garpu.

3. Masukkan ½ dosis pupuk ke dalam alur, lalu tutup dengan tanah setebal 10 cm dan sisa

pupuk dimasukkan lagi dan ditimbun dengan tanah.

4. Jarak melingkar pemupukan setiap tahun bergeser, jika pada tahun pertama jaraknya 80

cm dari batang tanaman, maka pada tahun kedua menjadi 120 cm, tahun ketiga 160 cm dan

200 cm untuk tahun keempat dan seterusnya (Anonim, 2003).

7. Hama

Hama ialah binatang yang merusak tanaman kebutuhan manusia. Binatang itu dibagi dalam

beberapa golongan, di antaranya yaitu :

- Binatang bertulang belakang (tikus, tupai, babi hutan, keluang, burung gereja, kera).

- Binatang yang badannya beruas-ruas (tungau, walang sangit, wereng, kutu loncat).

- Binatang yang berbadan lunak, tidak beruas, berlendir (siput, bekicot) (AAK, 1994).

Adapun hama yang sering menyerang pada tanaman jeruk siam adalah sebagai berikut :

a. Ulat penggerek daun (ulat terowongan daun jeruk)

Gejala :

Pada daun muda terdapat terowongan yang bentuknya melingkar-lingkar berwarna putih

mengkilap kehijauan atau kekuningan. Ujung terowongan berada di tepi daun dan di situlah ulat

bersarang. Adanya terowongan ini menyebabkan daun menggulung atau melipat. Daun-daun

yang terserang menjadi kering dan rontok.

Pengendalian :

Beberapa cara mengatasi serangan hama ini, di antaranya sebagai berikut :

- Secara mekanis, ulat atau kepompongnya dibinasakan dengan cara dipencet.

- Secara kimia dengan penyemprotan insektisida yang bersifat sistemik seperti Buldok 25

EC, Confidor 200 SL, Supracide 40 EC.

- Biji jeruk yang mulai tumbuh sebaiknya segera disemprot dengan insektisida setiap satu

atau tiga hari sekali.

- Jika yang diserang bibitnya, dapat dicegah dengan menanam pohon pelindung, berupa

tanaman turi di antara bedengan. Bisa juga dengan membuat atap bedeng bibit yang agak

rendah.

b. Ulat bisul buah jeruk

Gejala :

Di seluruh bagian tanaman yang terserang menjadi kering, terutama pada bagian tanaman

yang masih muda.

Pengendalian :

Serangan hama ini dapat dikendalikan dengan insektisida seperti Anthio 330 EC dan

Perfekthion 400 EC.

c. Parlatoria zizyphus

Gejala :

Tunas, daun dan bagian lain dari tanaman jeruk seperti dilekati oleh sisik bulat hitam yang

mengeras. Begitu eratnya lekatan tersebut sehingga sangat merusak tanaman jeruk.

Pengendalian :

Dengan menggunakan insektisida Supracide 40 EC dan Supracide 25 WP.

d. Parlatoria pergandii

Gejala :

Daun dan buah yang terserang tertutup sisik yang memanjang (seperti buah pir) hingga

warnanya menguning.

Pengendalian :

Pengendalian hama ini sama dengan pengendalian hama Parlatoria zizyphus (lucas).

e. Aonidiella aurantii

Gejala :

Daun yang terserang berwarna kuning dan rontok, sedangkan cabang dan ranting kelihatan

berkerak. Lama-kelamaan bagian yang terserang akan kering.

Pengendalian :

- Hama ini mempunyai musuh alami sejenis cendawan merah (Nectria cocophilla).

- Semprot dengan insektisida Supracide 40 EC dan Supracide 25 WP.

f. Aspidiotus destructor

Gejala :

Gejala serangan tampak pada daun bagian bawah dan buah yang masih muda. Jaringan di

sekitar bagian yang terserang mati. Jika serangan menghebat, bagian bawah daun akan

tertutupi sisik seluruhnya sedangkan daun menjadi kering dan rontok. Jika seluruh daun

terserang maka mahkota daun akan habis dan tanaman tak dapat menghasilkan buah.

Pengendalian :

Dapat disemprot dengan Neocidul 40 WP.

g. Aphis tevaressi

Gejala :

Pucuk dan daun muda yang terserang mengerut dan tidak dapat tumbuh sempurna.

Pengendalian :

- Disemprot dengan nikotin (95%) yang dicampur dengan sabun. Dosisnya 1 cc nikotin

dilarutkan dalam 1 liter air dicampur dengan sabun.

- Disemprot dengan insektisida Supracide 40 EC, Chess 25 WP, Confidor 200 SL,

Perfekthion 400 EC.

h. Asterolecanium striatum

Gejala :

Daun menguning dan kemudian gugur, kulit batang, dahan, dan ranting yang terserang

berbintik-bintik kecil berwarna kuning dan lama-kelamaan terlepas sedikit atau rusak terbelah-

belah kering. Dahan yang mulai brkayu banyak yang mati, akibatnya pohon menjadi merana

bahkan mati.

Pengendalian :

Dikendalikan dengan menggunakan planetarium 8-10%, bubur kalifornia 1 : 15-20, atau caustic

soda. Caustic soda dapat dibuat dari campuran soda sabun sebanyak 250 gram ditambah air

20 liter. Air 10 liter digunakan untuk melarutkan soda sabun dan sisanya untuk melarutkan

sabun biasa. Selanjutnya larutan soda dituang dalam larutan sabun sambil diaduk. Untuk

penggunaannya tiap 20 liter caustic soda harus diencerkan dengan 30 liter air.

i. Lalat jeruk

Gejala :

Ditandai dengan munculnya embun madu pada daun dan daun menjadi berwarna hitam.

Pengendalian :

Mengatasinya dengan menggunakan Neocidol 40 WP (Anonim, 2003).

8. Penyakit

Penyakit dapat menyerang pada seluruh bagian tanaman jeruk : akar, batang, cabang, ranting,

daun, bunga, pucuk-pucuk daun dan buah. Pada setiap areal kebun, tingkat serangan penyakit

tanaman jeruk berbeda-beda. Keadaan iklim, kesuburan tanaman, kebersihan dan sinar

matahari mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangbiakan penyakit. Perkembangan

penyakit harus dicegah sedini mungkin. Jenis-jenis penyakit yang sering menyerang kebun

jeruk dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, yakni :

- Penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri.

- Penyakit yang disebabkan oleh virus.

- Penyakit yang disebabkan oleh nematode.

- Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan zat-zat makanan (malnutrition).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para petani jeruk agar gejala-gejala penyakit dapat

diketahui dan diatasi secara dini adalah :

- Petani harus mengenal gejala-gejala awal berjangkitnya penyakit.

- Petani harus mengetahui dengan pasti saat mulai berjangkitnya penyakit.

- Petani harus mengetahui jenis tiap-tiap penyakit.

- Petani harus mengetahui cara-cara mengendalikan penyakit dan cara-cara

membasminya.

- Petani harus mengetahui dampak negatif ataupun positif dari usaha pencegahan dan

pengendalian terhadap tanaman jeruk itu sendiri (AAK, 1994).

Adapun penyakit yang sering menyerang pada tanaman jeruk siam adalah sebagai berikut :

a. CVPD (Citrus vein phloem degedation)

Gejala :

1. Daun menguning, klorosis dan tulang daun menjadi lebih tua. Makin pucat daunnya,

makin jelas tulang daunnya.

2. Daun menjadi lebih tebal dan kaku, biasanya menjadi kecil.

3. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan tanaman yang masih muda menjadi kerdil.

4. Floem tulang daun menjadi rusak karena sel-sel arenkimnya mengalami hyperplasia. Di

dalam sel-sel daun terjadi penimbunan butir-butir zat pati secara berlebihan.

Pengendalian :

1. Gunakan bibit jeruk bebas CVPD.

2. Tanaman jeruk disemprot dengan insektisida dan akarisida yang dapat memberantas

Diaphorina citri dan tungau Tetranychus telarius L, seperti Arrivo 30 EC, Antimit 570 EC, Bestox

50 EC, Confidor 200 SL, Curacron 500 EC, Kanon 400 EC, Matador 25 EC, Maurik 50 EC,

Marshal 25 ST Pounce 20 EC, Petracrex 300 EC dan Talstar 25 EC.

3. Berikan pupuk yang cukup terutama pupuk organik, seperti pupuk kandang, kompos, dan

bisa ditambah dengan pupuk majemuk. Dengan unsur hara yang cukup, tanaman akan

mempunyai daya tahan yang lebih kuat.

4. Setelah panen segera dipupuk dan disiram secukupnya.

5. Tanaman jeruk yang sudah terlalu berat sakitnya sebaiknya dicabut dan dibakar

(eradikasi).

b. Embun tepung

Gejala :

Pucuk, tunas dan daun muda terdapat tepung berwarna putih. Bila dibiarkan daun-daun akan

gugur dan bila sembuh akan tampak bercak-bercak cokelat.

Pengendalian :

- Hembuskan tepung belerang pada pagi hari paling lambat jam 10.00 pagi, dengan

selang waktu seminggu sekali sampai penyakit hilang.

- Dapat disemprot dengan Fungisida Alto 100 SL, Cupravit OB 21, Kocide 60 WDG,

Antracol 70 WP dan Benlate.

c. Antraks buah

Gejala :

Di sekitar tangkai buah terlihat warna hitam cokelat dan menjadi busuk. Buah tidak langsung

gugur dan masaknya tidak sempurna.

Pengendalian :

Tindakan preventif yang dapat dilakukan adalah penyemprotan dengan bubur Bordeaux 1%

mulai saat daun masih muda, penyemprotan dilakukan 20 hari sekali sampai daun dewasa.

d. Busuk phoma

Gejala :

Kulit buah berbercak cokelat kemerahan, lalu berubah menjdai hitam. Pada bercak-bercak tadi

terdapat bisul-bisul. Akibatnya kulit mengeras, tetapi buah tidak gugur.

Pengendalian :

- Semprotkan dengan bubur Bordeaux 1, 2% sewaktu buah masih kecil.

- Buah yang sudah terserang dipungut dan dipendam yang dalam.

e. Jamur upas

Gejala :

Gejala tampak pada batang, dahan dan ranting tanaman berupa lekatan (bercak) berwarna

putih atau merah orange yang mengakibatkan bagian tersebut mongering.

Pengendalian :

Pengendaliannya cukup dengan secara mekanis, berupa pemangkasan tajuk bagian dalam

agar sinar matahari bisa menembusnya (Anonim, 2003).

9. Panen

a. Pemetikan Buah Jeruk

Pemetikan buah jeruk harus dilakukan dengan baik dan pada saat yang tepat. Setiap kelompok

atau satu dompol buah jeruk tidak semuanya dapat dipetik sekaligus, sebab di antaranya pasti

ada buah yang belum siap untuk dipetik. Oleh karena itu harus dipetik pada gelombang

berikutnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemetikan buah jeruk adalah sebagai

berikut :

- Kulit buah harus sudah berubah warna, yakni kulit buah sudah orange atau agak

kekuningan.

- Buah sudah tidak terasa terlalu keras lagi bila dipegang.

- Buah bagian bawah sudah agak empuk dan jika dijentik dengan jari sudah tidak berbunyi

nyaring lagi.

- Buah yang masih muda jangan dipetik, sebab rasanya masih masam dan akan lekas

berkerut-kerut jika disimpan terlalu lama.

- Jangan terlalu lama membiarkan buah jeruk dipohon, sebab buah jeruk mudah menjadi

kering, terutama bagian bawah, sehingga kualitasnya akan menurun.

Untuk memperoleh kualitas jeruk yang baik, ada beberapa hal yang perlu dihindari, antara lain :

- Jangan memetik buah sebelum embun pagi lenyap.

- Tangkai buah yang terlalu panjang harus dipotong dengan gunting yang tajam dan

disisakan sekitar 1-2 cm dari buah. Tangkai buah yang terlalu panjang akan melukai buah jeruk

yang lain sehingga dapat menyebabkan pembusukan.

- Usahakan agar buah jeruk tersebut tidak jatuh supaya daging buah dan kulitnya tidak

rusak.

- Pemetikan buah jeruk di pohon yang tinggi harus dipergunakan tangga, agar cabang dan

ranting tidak rusak. Maka setiap pemetik buah harus membawa keranjang atau kantong yang

dapat digantungkan pada leher.

- Jangan memetik buah jeruk dengan cara memanjat pohon, karena cara ini dapat

merusak pohon, buah jeruk menjadi kotor, dan pohon yang dipanjat dapat terkena kuman

penyakit yang terbawa oleh kaki-kaki yang kotor.

b. Perlakuan Terhadap Buah Jeruk Setelah Dipetik

- Buah jeruk yang telah dipetik harus dibersihkan dengan air sabun untuk menghilangkan

sisa obat-obat yang masih menempel.

- Buah yang masih basah harus dikeringkan terlebih dahulu dengan kain lap.

- Buah-buah yang sakit atau rusak harus dipisahkan dari buah yang sehat.

- Buah-buah yang besar harus dipisahkan dari buah-buah yang kecil supaya menjadi

seragam, sehingga dapat menentukan harganya dengan mudah.

- Sebelum buah jeruk dikirim ke lain daerah atau dipasarkan, perlu disimpan selama 1-2

malam di tempat yang teduh dengan cara dihamparkan di atas lantai yang kering dan jangan

sampai tertumpuk.

- Seandainya jeruk terpaksa ditumpuk, maka tumpukan jeruk tersebut tidak boleh terlalu

tinggi, karena udara di dalam tumpukan akan menjadi panas dan lembab sehingga mudah

menimbulkan pembiakan lapuk hijau atau biru.

- Dapat pula dilakukan pemeraman seperlunya agar buah jeruk menjadi lebih kuning,

sebagian air kulit jeruk hilang sehingga menjadi lebih empuk (tidak keras), buah jeruk tidak

mudah pecah selama pengangkutan.

- Jika dilakukan pemeraman, maka sehabis pemeraman buah jeruk tersebut perlu

dibersihkan lagi dengan kain lap.

5.2. Fungsi-Fungsi Manajemen

5.2.1. Perencanaan (Planning)

5.2.1.1. Pembukaan Lahan

Langkah awal dari persiapan menanam jeruk siam harus dimulai dengan pembukaan dan

pengolahan tanah secara sempurna agar dapat menghasilkan produksi jeruk siam yang

optimal. Pembukaan dan pengolahan tanah bukan merupakan kegiatan yang sukar. Lahan

yang akan ditanami tanaman jeruk siam harus dibersihkan dulu dari rumput dan tumbuhan-

tumbuhan liar dengan menggunakan parang, sabit perumput atau cangkul. Rumput dan

sampah kemudian dibakar, adapun tujuan pembersihan lahan adalah disamping untuk

menghilangkan rumput juga untuk mencegah hama dan penyakit.

5.2.1.2. Mempersiapkan Jarak Tanam

Jika lokasi untuk menanam jeruk siam sudah ditetapkan, tindakan pertama adalah menentukan

satuan luas dan pola jarak tanam. Adapun jarak tanam tanaman jeruk siam yang dilakukan oleh

petani responden di Desa Rantau Panjang adalah 4 m X 4 m dengan jumlah tanaman sebanyak

625 pohon per hektar atau rata-rata sebesar 431 pohon per responden lahan yang ditanami

jeruk siam. Pengaturan jarak tanam bertujuan untuk :

- Meningkatkan produksi persatuan areal.

- Memudahkan pemeliharaan.

- Memudahkan untuk seleksi pohon, terutama dalam menentukan pohon yang produktif

atau yang tidak produktif.

- Memudahkan peremajaan tehadap pohon-pohon yang sudah tidak produktif.

- Memudahkan pemberantasan hama dan penyakit tanaman.

- Melancarkan dan meratakan air siraman dan pemupukan.

Sebaliknya, jika jarak tanam tidak diindahkan, maka akan berakibat buruk. Misalnya :

- Menyulitkan usaha pengaturan dan pemangkasan cabang-cabang dan ranting liar,

karena mahkota daun bersinggungan.

- Persaingan akar-akar di dalam penyerapan unsur hara meningkat, karena meningkatnya

sifat kompatitif sehingga berpengaruh besar terhadap pertumbuhan pohon.

- Menyulitkan usaha pemberantasan hama dan penyakit.

- Mempercepat penyebaran hama dan penyakit, terutama pada musim penghujan.

5.2.1.3. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam harus sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum dilakukan penanaman.

Pembuatan lubang tanam dapat dimulai kira-kira 1 bulan sebelum penanaman. Adapun ukuran

lubang tanam di lokasi penelitian adalah 50 cm x 50 cm x 50 cm. permukaan dinding dan dasar

lubang harus dibuat rata. Hal ini dimaksudkan agar perkembangan volume akar tunggang

(batang akar) dan akar-akar cabang dapat seimbang.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembuatan lubang tanam adalah tanah lapisan atas

yang berwarna kehitam-hitaman harus dipisahkan dengan tanah lapisan bawah (warna

kemerah-merahan). Pada saat menutup lubang, tanah lapisan bawah sebelum dikembalikan

pada tempat asalnya harus dicampur dengan pupuk kandang terlebih dahulu kira-kira sebanyak

20 kg/lubang. Kebutuhan pupuk kandang ini dapat digantikan dengan pupuk kompos yaitu

sekitar 15 kg/lubang. Pemupukan dapat dilakukan dengan dimasukkan pada lubang tanam

terlebih dahulu, kemudian baru menyusulkan tanah lapisan atas. Tanah pada permukaan

lubang harus kelihatan cembung, tetapi tidak boleh dipadatkan.

5.2.1.4. Menanam Penutup Tanah

Usaha untuk mempertahankan fisik tanah dari larutnya lapisan tanah dan pengaruh buruk

lainnya, misalnya akibat cuaca, maka setelah tanah selesai dikerjakan apalagi hujan sudah

mulai turun tanah tersebut harus segera ditanami tanaman penutup tanah. Adapun maksud dari

penutupan tanah tersebut adalah :

- Untuk menjaga tanah lapisan atas supaya tidak mudah tererosi (terbawa air hujan).

- Untuk menambah kandungan zat-zat organik di dalam tanah dan menambah kesuburan,

karena daun tanaman merupakan pupuk hijau yang baik.

- Untuk mempertahankan kesuburan tanah.

- Untuk menghambat laju penguapan air tanah pada musim kemarau, sehingga

membantu tanaman jeruk siam, terutama dalam pengadaan air yang sangat dibutuhkan

tanaman jeruk siam pada musim kering.

- Untuk merangsang pertumbuhan bakteri dan organisme-organisme lain yang

berpengaruh baik bagi pertumbuhan tanaman jeruk siam.

5.2.1.5. Pengadaan Bibit Tanaman

Bibit pohon jeruk yang ada di Desa Rantau Panjang berasal dari bibit jeruk siam yang ada

diwilayah Rantau dan Banjar Baru (Kalimantan Selatan). Bibit tersebut didatangkan dalam

bentuk bibit hasil okulasi dari balai benih unggul Banjar Baru. Mulai tahun 2009 akan

menyiapkan batang bawah di Rantau Panjang dan batang atas (entries) di datangkan dari balai

benih induk Banjar Baru.

5.2.1.6. Penanaman

Setelah lubang tanam siap, jeruk siam dapat dipindahkan ke lahan. Penanaman jeruk siam

sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Hal ini karena pada awal pertumbuhan tanaman

jeruk siam banyak membutuhkan air. Dengan adanya musim hujan, maka kebutuhan air dapat

terpenuhi dan dapat mengurangi pekerjaan penyiraman. Walaupun demikian, penyiraman tetap

diperlukan jika kondisi tanahnya kering. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari

supaya tanaman baru yang dipindahkan tidak langsung mendapat terik sinar matahari.

5.2.1.7. Pemeliharaan Tanaman Jeruk Siam

Tindakan-tindakan pemeliharaan tanaman jeruk siam yang ada dilokasi penelitian adalah

sebagai berikut :

a. Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan tumbuhan liar yang tumbuh disekitar tanaman jeruk

siam, mengatur kelembaban kebun, mencegah serangan hama dan penyakit, dan mengurangi

persaingan antara tanaman jeruk siam dengan gulma dalam mendapatkan air dan unsur hara

dari dalam tanah.

Penyiangan secara intensif biasanya dilakukan pada tanaman-tanaman yang masih muda

karena pucuk daun tanaman masih belum saling menutup sehingga memungkinkan gulma

untuk tumbuh baik.

b. Pembubunan

Pembubunan biasanya dilakukan dua kali dalam setahun. Pembubunan dilakukan bersamaan

dengan pemupukan. Tujuan pembubunan adalah untuk memperbaiki pengairan (drainase)

untuk pertumbuhan perakaran tanaman jeruk siam.

c. Pemupukan

Pemupukan tanaman jeruk siam dilakukan agar tanaman mampu berproduksi dengan hasil

yang optimal dan menambah serta mengembalikan unsur-unsur hara ke dalam tanah. Jenis

dan dosis pupuk yang digunakan dalam usahatani jeruk siam antara lain : satu bulan sebelum

tanam setiap lubang tanaman diberikan pupuk kandang 20 kg/lubang, pada saat tanam

diberikan pupuk urea 50 gram + SP 36 25 gram + KCl 25 gram/lubang. Pada umur tanaman 1

tahun sampai dengan umur tanaman 3 tahun diberikan pupuk dengan dosis urea 0,5 kg + SP

36 0,25 kg + KCl 0,25 kg/pohon diberikan setiap 6 bulan sekali. Jika sesudah berproduksi,

pemupukan ditingkatkan menjadi urea 1 kg + SP 36 0,5 kg + KCl 0,5 kg/pohon diberikan setiap

bulan.

d. Pemangkasan

Pemangkasan merupakan tindakan pemeliharaan yang sangat penting. Pemangkasan yang

dilakukan tidak hanya terhadap tanaman jeruk siam itu sendiri, tetapi juga terhadap tanaman

pelindung.

Pemangkasan bertujuan untuk menghilangkan batang daun yang sudah kering, mengatur

kelembapan kebun, mencegah serangan hama dan penyakit, merangsang tumbuhnya tunas-

tunas baru, mengatur cahaya matahari yang masuk ke kebun dan merangsang pembuangaan

tanaman.

e. Pemberantasan hama dan penyakit

Adapun hama yang ada di lokasi penelitian yaitu babi, ulat, kutu pemakan daun dan penyakit

yang terdapat di lokasi penelitian yaitu penyakit CVPD (Citrus vein phloem degeneration) dan

jamur. Cara pengendalian hama babi dengan cara manual (jebakan), ulat dan kutu pemakan

daun dengan cara penyemprotan dengan insektisida Portigol dengan dosis 200 cc/15 liter air.

Sedangkan pengendalian penyakit CVPD (Citrus vein phloem degeneration) dengan cara

memberikan bubur California pada batang tanaman jeruk siam dan pengendalian penyakit

jamur dengan cara fungisida Atracol (seperti tepung/powder) dengan dosis 20 gram /15 liter air.

5.2.1.8. Panen

Buah jeruk siam yang dipanen oleh petani di lokasi penelitian ada dua cara, yaitu panen buah

jeruk muda (peras) pada umur 4 bulan setelah pohon jeruk siam berbunga dan buah jeruk yang

sudah matang (masak) pada umur 6 bulan setelah pohon jeruk siam berbunga.

Harga jual buah jeruk siam muda (peras) saat dilakukannya penelitian ini adalah sebesar Rp

3.000.-/kg (pengusaha minuman/warung makan membeli langsung ke lokasi) sedangkan harga

jual buah jeruk siam yang sudah matang (masak) saat dilakukannya penelitian ini sebesar Rp

5.000.-/kg (pedagang pengumpul/tengkulak yang langsung datang ke lokasi untuk membeli),

sebagian petani jeruk siam di lokasi penelitian menjualnya sendiri ke konsumen langsung

dengan harga jual sebesar Rp 6000.-/kg sampai dengan 7.000.-/kg.

5.2.1.9. Pemasaran

Untuk pemasaran jeruk siam yang ada di daerah penelitian, biasanya para pedagang

pengumpul yang membeli langsung ke patani jeruk siam. Bahkan ada para pedagang yang

membeli buah jeruk siam dalam keadaan belum siap panen (sistem ijon). Ada juga sebagian

petani jeruk siam menjual sendiri hasil panennya kepasar-pasar yang ada di wilayah

kecamatan-kecamatan yang tersebar di wilayah Kabupaten Paser. Para pedagang tersebut

menjualnya dengan cara berkeliling ke berbagai pasar yang ada di wilayah Kabupaten Paser.

5.2. Pengorganisasian (Organizing)

Dalam kegiatan usahatani jeruk siam petani responden sangat selektif dalam

menetapkan/menentukan bagian-bagian dalam organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi setiap

yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan sesuai dengan keahlian/kemampuan

yang dimiliki oleh petani responden dengan harapan agar dapat bekerjasama antara petani satu

dengan petani yang lainnya.

Berkaitan dengan hal diatas, petani responden sudah melaksanakan kegiatan dalam

menentukan bagian/kedudukan yang sesuai dengan kemampuan petani responden. Untuk lebih

jelasnya akan diuraikan sesuai dengan struktur organisasi yang telah dilaksanakan oleh petani

responden, antara lain :

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1994. Budidaya Tanaman Jeruk. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Anonim, 2003. Peluang Usaha dan Pembudidayaan Jeruk Siam. Penerbit Penebar Swadaya,

Jakarta.

______ , 2008. Pedoman Penulisan Skripsi Program Studi Agribisnis. Penerbit STIPER

Muhammadiyah Tanah Grogot Kabupaten Paser, Tanah Grogot.

Firdaus, M., 2008. Manajemen Agribisnis. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Handoko, T Hani., 1999. Manajemen Edisi 2 Cetakan Keempatbelas. Penerbit BPFE,

Yogyakarta.

Hasibuan, Malayu S.P., 2001. Manajemen Dasar, Pengertian Dan Masalah. Penerbit Bumi

Aksara, Jakarta.

Horol Kontz dan Cyril O` Donnel, 1995. Pengantar Manajemen Manajer Keanekaragaman Dan

Perubahan. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Manullang, M. 1985. Manajemen Suatu Pengantar. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

___ , 1996. Dasar-Dasar Manajemen. Penerbit UGM : University Press, Yogyakarta.

Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Pracaya, 2003. Jeruk Manis Varietas, Budidaya Dan Pascapanen. Penerbit Penebar Swadaya,

Jakarta.

Rahardi, F., dkk, 2000. Agribisnis Tanaman Buah. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Sastraatmadja, Entang., 1985. Ekonomi Pertanian. Indonesia Masalah, Gagasan dan Strategi.

Penerbit Angkasa, Bandung.

Sikula, Andre. F., 2001. Manajemen Dasar Pengertian Dan Masalah. Penerbit Bumi Aksara,

Jakarta.

Terry, Georgi. R., 2001. Manajemen Dasar Pengertian Dan Masalah. Penerbit Bumi Aksara,

Jakarta.