budaya politik dan praktiknya

23
BUDAYA POLITIK DAN PRAKTIKNYA DI INDONESIA Nama : Efrem Gaho NPM : 131005163 Program studi : Sosiologi Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik Semester : Gasal T.A. 2013/2014

Upload: arya-ningrat

Post on 07-Dec-2014

364 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Budaya politik dan praktiknya

BUDAYA POLITIK DAN PRAKTIKNYA

DI INDONESIA

Nama : Efrem Gaho

NPM : 131005163

Program studi : Sosiologi

Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik

Semester : Gasal T.A. 2013/2014

Page 2: Budaya politik dan praktiknya

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang maha kuasa, atas berkat dan penyertaannya

sehingga saya diberikan kekuatan dan kemampuan untuk menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini bertopik “Budaya Politik di Indonesia dan Praktiknya” saya susun dengan tujuan

Untuk memenuhi UAS mata kuliah Pengantar Ilmu Politik sebagai syarat ujian. Kemudian

saya mencoba ikut berpartisipasi memberikan perspektif tentang budaya politik dan unsur-

unsurnya khususnya Budaya Politik Partisan dengan menganalisa satu kasus sebagai objek

pengkajian. Selain dari pada itu, saya juga ikut mensosialisasikan budaya politik khususnya di

Indonesia.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak yang mengampu mata kuliah dalam hal

ini Bapak Nindito,,,,,S.Sos.,MA yang telah banyak membimbing dan memberikan tugas yang

mulia ini sebagai syarat Ujian Akhir Semester dan sekaligus telah menambah pengalaman

serta ilmu dalam menjalani perkuliahan.

Tak lupa juga, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman Sosiologi semua

angkatan dan secara khususnya teman-teman angkatan 2013 yang telah banyak membantu

dalam menyelesaikan makalah ini.

Begitu juga saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak

memberikan informasi sehingga saya dapat mudah menyelesaikan makalah ini.

Walaupun makalah menurut saya telah tersusun dengan baik, namun saya merasa masih

banyak kekurangan yang terdapat baik dari segi cara menganalisa, mengkaji, memaparkan,

maupun dari segi penyusunanya. Pepatah mengatakan “ Tak ada gading yang tak retak” Oleh

karena itu masukan yang bersifat membangun seperti saran, kritik, sanggahan maupun yang

lainya saya terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini selanjutnya. Terima

kasih..

Bireuen, April 2014

Penyusun

Page 3: Budaya politik dan praktiknya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….. 1

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………… 2

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………...…………. 3

A. LATAR BELAKANG ………………………………………………………………. 3

B. RUMUSAN MASALAH ……………………………………….…………………… 3

C. TUJUAN PENUKISAN……………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………….. 5

A. PENGERTIAN DAN DEFENISI ……………………………………………………. 5

1. Pengertian …………………………………………………………………………. 5

2. Defenisi …………………………………...……………………………………….. 5

3. Hubungan Budaya Politik dengan Perilaku Politik…………………………….….. 7

B. BENTUK-BENTUK BUDAYA POLITIK DI INDONESIA……………………….. 8

C. PRAKTIK BUDAYA POLITIK PARTISAN DI INDONESIA

SEBAGAI ANALISIS KASUS ………………………………….. ………………….. 9

1. Tujuan Pemilihan Umum …………………………………………………………. 9

2. Manfaat Pemilihan Umum ……………………………………………………….. 10

3. Sistem Pemilihan Umum …………………………………………………………. 10

4. Asas Pemilihan Umum ……………………………………...……………………. 10

5. Praktik Pemilu yang baik di Indonesia ………………………………...…………. 11

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………. 14

A. KESIMPULAN …………………………………………………………...………… 14

B. SARAN……………………………………...………………………………………. 15

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..………………… 16

Page 4: Budaya politik dan praktiknya

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Banyak kita jumpai bapak-bapak, ibu-ibu, muda-mudi, mahasiswa/i, profesional,

pedagang, nelayan, buruh, petani, politisi, yang hanya memilih, mencalonkan diri

(golput), menerima kritik dan berpikir solutif. Semuanya adalah cerminan budaya

politik.

Budaya politik sering diartikan sebagai sebagai seperangkat sikap, kepercayaan, dan

perasaan, warga negara terhadap sistem politik dan simbol-simbol (seperti bendera,

bahasa, dan lembaga-lembaga politik) yang dimilikinya. Dalam masyarakat manapun

sudah tentu terdapat sikap-sikap ataupun kepercayaan yang perlu dijadikan sebagai

patokan dari pada tingkah laku anggota-anggotanya.

Dengan kata lain budaya politik diartikan sebagai bagian dari pada kebudayaan

masyarakat, dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi legitimasi,

pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijaksanaan pemerintah, kegiatan partai-

partai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak Masyarakat terhadap kekuasaan yang

memerintah.

Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial,

kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Maka budaya politik langsung mempengaruhi

kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola

pengelokasian.

Nah, dalam makalah ini penyusun mencoba mengkaji pengertian budaya politik serta

unsur unsurnya dan menganalisis kasus budaya politik Negara kita Indonesia khususnya

Budaya Politik Partisan salahsatunya Pemilihan Umum sebagai ruang partisipasi

masyarakat serta untuk mengisi jabatan-jabatan politik.

B. RUMUSAN MASALAH

Pada penjabaran latar belakang diatas, maka saya mencoba membuat beberapa

perumusan Analisis permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dibawah ini :

1. Apa itu budaya politik dan defenisinya?

2. Apa saja bentuk budaya politik khususnya di negara Indonesia?

3. Bagaimana penguraian budaya politik?

4. Apa saja praktik budaya politik di Indonesia?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk memenuhi UAS mata kuliah Pengantar Ilmu Politik sebagai syarat Ujian.

Page 5: Budaya politik dan praktiknya

2. Mencoba ikut berpartisipasi memberikan perspektif tentang budaya politik dan unsur-

unsurnya khususnya Budaya Politik Partisan dan menganalisa satu kasus sebagai objek

pengkajian.

3. Ikut mensosialisasikan budaya politik khususnya di Indonesia.

Page 6: Budaya politik dan praktiknya

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN DEFENISI

1. Pengertian

Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh

masyarakat, namun setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya, seperti

antara masyarakat denagan para elitnya.

Menurut Almond dan Powell berpendapat bahwa budaya politik merupakan dimensi

psikologis dari sistem politik, yang mana budaya politik bersumber dari perilaku

lahiriah dari manusia yang bersumber pada penalaran-penalaran yang sadar.

Pembahasan mengenai budaya politik (political culture) seharusnya bersamaan dengan

struktur politik (political structure) karena berhubungan dengan fungsi konversi

(conversation functions) dan kapabilitas (capabilities) sistem.

2. Defenisi

Beberapa defenisi budaya politik menurut para ahli dapat kita lihat sebagai berikut :

a. Budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan

politik yang dihayati oleh anggota sistem politik.

b. Roy Macridis mengatakan bahwa Budaya politik sebagai tujuan bersama dan peraturan

yang harus diterima bersama.

c. Finer mengungkapkan bahwa Budaya politik lebih menekankan pada aspek legitimasi

peraturan-peraturan, lembaga politik serta prosedur.

Dari defenisi-defenisi diatas dapat ditarik garis besarnya bahwa budaya politik sebagai

hal yang berhubungan dengan lingkunagan, perasaan dsn sikap dimana sistem politik itu

berlangsung yang termasuk didalamnya sistem tradisi, kenangan sejarah,motif, norma

perasaan, dan sistem atau secara lebih tegas sebagaimana yang digambarkan Almond

dan Verba menyangkut aspek :

- Orientasi kognitif : pengetahuan tentang dan kepercayaan pada politik, peranan dan segala

kewajibannya serta input dan outputnya.

- Orientasi Afektif : kecenderungan emosi dan perasaan terhadap sistem politik,

peranannya, para aktor dan penampilanya.

- Orientasi evaluatif : pertimbangan terhadap sistem politik menyangkut keputusan dan

pendapat tentang obyek-obyek politik secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai

sistem dengan informasi dan perasaan.

Page 7: Budaya politik dan praktiknya

- Pentingnya Budaya Politik

Kebudayaan politikmenjadi penting untuk dianalisis karena ada dua sistem :

Pertama : sikap warga negara terhadap orientasi politik yang menentukan pelaksanaan

sistem politik. Sikap dan orientasi politik sangat mempengaruhi bermacam-macam

tuntutan, hal yang diminta, cara tuntutan itu diutarakan, respon dan dukungan terhadap

golongan elit politik, respons dan dukungan terhadap rezim yang berkuasa.

Kedua : dengan diketahui sifat dan hubungan antara kebudayaan politik dan

pelaksanaan sistemnya, kita akan lebih dapat menghargai cara-cara yang lebih

membawa perubahan sehingga sistem politik lebih demokratis dan stabil.

6. Hubungan Budaya Politik dengan Perilaku Politik

Menurut Robert K Carr merumuskan bahwa perilaku politik adalah suatu telaahan

mengenai tindakan menusia dalam situasi politik. Situasi politik itu sendiri sangat luas

cakupannya antara lain respon emosional berupa dukungan atau tuntutan (supply or

demand) maupun sikap apatis terhadap pemerintah dan kebijakan publik dan lain – lain.

Tindakan dan pola perilaku individu sangat ditentukan oleh pola orientasi umum

(common orientation patterns) yang nampak secara jelas sebagai cerminan budaya

politik. Dengan demikian cerminan budaya politik merupakanalat pembentuk konsep

(conceptual tool) yang sangat berharga, yang dapat menghubungkan atau

mempertemukan telaahan tentang individu dalam lingkungan politik dengan sistem

politik sebagai kesatuan.

B. BENTUK – BENTUK BUDAYA POLITIK

- Tipe Budaya Politik

a. Budaya Politik Parokial (parochial political culture)

Menyangkut budaya yang terbatas pada wilayah atau ruang lingkup kecil, sempit

misalnya yang bersifat provincial.

b. Budaya Politik Kaula

Anggota masyarakat mempunyai minat perhatian, mungkin juga kesadaran terhadap

sistem sebagai keseluruhan tertutama pada aspek outputnya.

c. Budaya Politik Partisan

Anggota masyarakat memiliki kesadaran secara utuh bahwa mereka adalah aktor politik.

Oleh karena masyarakat dan budaya politik partisan dapat menilai dengan penuh

kesadaran baik sistem sebagai totalitas,input dan output maupun posisi dirinya sendiri.

d. Budaya Politik Campuran

Page 8: Budaya politik dan praktiknya

Gabungan karakteristik tipe-tipe kebudayaan politik yang murni yang diuraikan diatas.

- Budaya Politik Indonesia

Penelaahan terhadap politik di Indonesia harus memperhatikan peranan budaya politik

karena ternyata mempunyai refleksi pada pelembagaan politik bahkan pada proses

politik.

Dengan demikian pembangunan politik di Indonesia dapat diukur berdasarkan

keseimbangan atau harmoni yang dicapai antara lain oleh budaya politik dengan

pelembagaan politik yang ada atau yang akan ada.

Konstalasi tentang budaya politik di indonesia dapat ditelaah melalui beberapa variabel:

- Konfigurasi subkultur di Indonesia. Fenomena pluralisme di Indonesia di satu pihak

menjadi mozaid dan keindahan dan dilain pihak menjadi sumber konflik. Oleh

karenanya upaya nation building melalui character building harus menjadi pilihan.

- Budaya politik di Indonesia bersifat parochial kaula disatu pihak dan budaya politik

partisan dipihak lain, disatu pihak massa masih ketertinggalan dalam menggunakan hak

dan dalam memikul tanggung-jawab politiknya.

- Sifat ikatan primordil yang masih kuat berakar yang dikenal indikator berupa sentimen

kedaerahan, kesukuan, keagamaan, perbedaan pendekatan terhadap keagamaan tertentu.

Puritanisme dan non-puritanisme.

- Kecenderungan budaya politik Indonesia yang masih diwarnai dengan sikap paternalisme

dan sifat patrimonial; sebagai indikatornya : bapakisme asal bapak senang dan lain –

lain.

- Dilema interaksi tentang introduksi moderniasi (dengan segala konsekuensinya) dengan

pola-pola yang telah lama berakar sebagai tradisi dalam masyarakat.

Ciri-ciri kecenderungan militansi perbedaan tidak dipandang sebagai usaha mencari

alternatif yang terbaik, tetapi dipandang sebagai usaha jahat dan menantang, bila terjadi

krisis maka yang dicari adalah kambing hitamnya, bukan disebabkan oleh peraturan

yang salah dan masalah yang mempribadi selalu positif dan membakar emosi.

Sedangkan, ciri – ciri kecenderungan toleransi adalah pemikiran berpusat pada masalah

atau kritis uang harus dinilai, berusaha mecari konsensus yang wajar yang mana selalu

membuka pintu untuk bekerja sama. Sikap netral dan krisis terhadap ide orang, tetapi

bukan curiga terhadap orang.

Budaya politik yang absolut memiliki value dan kepercayaan yang dianggap sempuna

dan permanen. Tipe budaya politik absolut beramsumsi bahwa perubahan sebagai yang

membahayakan.

Page 9: Budaya politik dan praktiknya

Menurut David Apter menjelaskan bahwa kondisi politik yang menimbulkan agama,

politik yaitu kondisi politik yang sentralistik dengan peranan birokrasi & militer yang

kuat.

Ada tiga model kebudayaan politik yaitu antara lain :

- Model masyarakat demokratik,

- Model sistem otoriter,

- Model demokratik pra industrial.

C. PRAKTIK BUDAYA POLITIK PARTISAN DI INDONESIA

SEBAGAI ANALISIS KASUS

6. Pemilihan Umum

Pemilihan Umummerupakan salah satu budaya politik dan sarana demokrasi khusunya

di Indonesia. Pesta demokrasi yangmerupakan perwujudan tatanan kehidupan negara

dan masyarakat yang berkedaulatan rakyat, pemerintah dari dan untuk rakyat. Melalui

pemilu, setidaknya dapat dicapai tiga hal. Pertama, lewat pemilu kita dapat menguji

hak-hak politik rakyat secara masif dan serempak. Kedua, melalui pemilu kita dapat

berharap terjadinya proses rekrutmen politik secara adil, terbuka, dan kompetitif.

Ketiga, dari pemilihan umum kita menginginkan adanya pola pergiliran kekuasaan yang

damai. Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada

merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada

masa.

Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan

Rakyat yang diselenggarakan secara Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

7. Tujuan Pemilihan Umum

Tujuan diselenggarakannya Pemilihan Umum adalah untuk menentukan Kepala Negara

(Presiden dan wakil Presiden), Kepala Daerah/Provinsi (Gubernur dan Wakil

Gubernur),

Kabupaten/kota (Bupati/Wakil Bupati dan walikota), sampai pada perdesaan/kelurahan

(Kepala Desa/lurah), DPD, dan juga Wakil Rakyat baik pusat maupun Daerah (DPR-RI,

DPRD-Provinsi, DPRD Kabupaten) serta untuk membentuk Pemerintahan yang

Demokratis, kuat dan memperoleh dukungan dari Rakyat dalam rangka mewujudkan

tujuan Nasional.

Page 10: Budaya politik dan praktiknya

8. Manfaat Pemilihan Umum

Pemilu dipandang sebagai bentuk paling nyata dari kedaulatan yang berada di tangan

Rakyat serta wujud paling konkret partisipasi Rakyat dalam penyelenggaraan Negara.

Oleh karena itu,sistem dan penyelenggaraan Pemilu selalu menjadi perhatian utama

karena melalui penataan, sistem dan kualitas penyelenggaraan Pemilu diharapkan dapat

benar-benar mewujudkan Pemerintahan dari Rakyat, oleh Rakyat, dan untuk Rakyat.

9. Sistem Pemilihan Umum

- Sistem Distrik

- Sistem Perwakilan Berimbang atau

- Sistem Proporsional

10. Asas Pemilihan Umum

- Langsung

- Bebas

- Umum

- Rahasia

- Jujur

- Adil

11. Praktik Pemilu yang baik di Indonesia

Bangsa Indonesia mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelenggarakan Pemilu

2004 dengan format berbeda dengan sebelumnya, sehingga Azas Langsung, Umum,

Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil dapat dilaksanakan secara benar, konsekuen dan dapat

dipertanggungjawabkan baik secara Hukum, Moral, maupun politis.

- Pemilu 1955

Pemilu pertama dilangsungkan pada tahun 1955 dan bertujuan untuk memilih anggota-

anggota DPR dan Konstituante. Pemilu ini seringkali disebut dengan Pemilu 1955, dan

dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali

Sastroamidjojo mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, kepala

pemerintahan telah dipegang oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.

Sesuai tujuannya, Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini diselenggarakan

pada tanggal 29 September 1955 , dan diikuti oleh 29 partai politik dan individu,

Tahap kedua adalah Pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Tahap ini

diselenggarakan Pemilu 1971 pada tanggal 15 Desember 1955 .

Page 11: Budaya politik dan praktiknya

Lima besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional Indonesia, Masyumi, Nahdlatul

Ulama, Partai Komunis Indonesia, dan Partai Syarikat Islam Indonesia.

Pemilu berikutnya diselenggarakan pada tahun 1971, tepatnya pada tanggal 5 Juli 1971 .

Pemilu ini adalah Pemilu pertama setelah orde baru, dan diikuti oleh 9 Partai politik dan

1 organisasi masyarakat.

Lima besar dalam Pemilu ini adalah Golongan Karya, Nahdlatul Ulama, Parmusi, Partai

Nasional Indonesia, dan Partai Syarikat Islam Indonesia. cus

Pada tahun 1975, melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik

dan Golkar, diadakanlah fusi (penggabungan) partai-partai politik, menjadi hanya dua

partai politik (yaitu Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia) dan

satu Golongan Karya.

- Pemilu 1977-1997

Pemilihan Umum Anggota DPR dan DPRD Indonesia 1977, Pemilihan Umum Anggota

DPR dan DPRD Indonesia 1982, Pemilihan Umum Anggota DPR dan DPRD Indonesia

1987, Pemilihan Umum Anggota DPR dan DPRD Indonesia 1992, dan Pemilihan

Umum Anggota DPR dan DPRD .

Pemilu-Pemilu berikutnya dilangsungkan pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.

Pemilu-Pemilu ini diselenggarakan dibawah pemerintahan Presiden Soeharto. Pemilu-

Pemilu ini seringkali disebut dengan “Pemilu Orde Baru”. Sesuai peraturan Fusi Partai

Politik tahun 1975, Pemilu-Pemilu tersebut hanya diikuti dua partai politik dan satu

Golongan Karya. Pemilu-Pemilu tersebut kesemuanya dimenangkan oleh Golongan

Karya.

- Pemilu 1999

Pemilihan Umum Anggota DPR dan DPRD Indonesia 1999, Pemilu berikutnya,

sekaligus Pemilu pertama setelah runtuhnya orde baru, yaitu Pemilu 19 9 9

dilangsungkan pada tahun 1999 (tepatnya pada tanggal 7 Juni 1999 ) di bawah

pemerintahan Presiden BJ Habibie dan diikuti oleh 48 partai politik.

Lima besar Pemilu 1999 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar,

Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Amanat

Nasional.

Walaupun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan meraih suara terbanyak (dengan

perolehan suara sekitar 35 persen), yang diangkat menjadi presiden bukanlah calon dari

partai itu, yaitu Megawati Soekarnoputri, melainkan dari Partai Kebangkitan Bangsa,

Page 12: Budaya politik dan praktiknya

yaitu Abdurrahman Wahid (Pada saat itu, Megawati hanya menjadi calon presiden). Hal

ini dimungkinkan untuk terjadi karena Pemilu 1999 hanya bertujuan untuk memilih

anggota MPR, DPR, dan DPRD, sementara pemilihan presiden dan wakilnya dilakukan

oleh anggota MPR.

- Pemilu 2004

Pada Pemilu 2004, selain memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota, rakyat juga dapat memilih anggota DPD, suatu lembaga perwakilan

baru yang ditujukan untuk mewakili kepentingan daerah.

Pemilihan umum presiden dan wakil presiden

Pemilihan umum presiden dan wakil presiden (pilpres) pertama kali diadakan dalam

Pemilu 2004.

- Pemilu 2004

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2004. Pemilu 2004

merupakan pemilu pertama di mana para peserta dapat memilih langsung presiden dan

wakil presiden pilihan mereka. Pemenang Pilpres 2004 adalah Susilo Bambang

Yudhoyono. Pilpres ini dilangsungkan dalam dua putaran, karena tidak ada pasangan

calon yang berhasil mendapatkan suara lebih dari 50%. Putaran kedua digunakan untuk

memilih presiden yang diwarnai persaingan antara Yudhoyono dan Megawati yang

akhirnya dimenangi oleh pasangan Yudhoyono-Jusuf Kalla.

Pergantian kekuasaan berlangsung mulus dan merupakan sejarah bagi Indonesia yang

belum pernah mengalami pergantian kekuasaan tanpa huru-hara. Satu-satunya cacat

pada pergantian kekuasaan ini adalah tidak hadirnya Megawati pada upacara pelantikan

Yudhoyono sebagai presiden.

Pemilu 2009

Pilpres 2009 diselenggarakan pada 8 Juli 2009 . Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-

Boediono berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran langsung dengan memperoleh

suara 60,80%, mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan

Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.

Page 13: Budaya politik dan praktiknya

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari semua penjabaran diatas maka pada bab ini, saya menyimpulkan bahwa :

- Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh

masyarakat, namun setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya, seperti

antara masyarakat dengan para elitnya.

- Menurut Almond dan Powell berpendapat bahwa budaya politik merupakan dimensi

psikologis dari sistem politik, yang mana budaya politik bersumber dari perilaku

lahiriah dari manusia yang bersumber pada penalaran-penalaran yang sadar.

- Budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan

politik yang dihayati oleh anggota sistem politik.

- Roy Macridis mengatakan bahwa Budaya politik sebagai tujuan bersama dan peraturan

yang harus diterima bersama.

- Finer mengungkapkan bahwa Budaya politik lebih menekankan pada aspek legitimasi

peraturan-peraturan, lembaga politik serta prosedur.

- Tipe Budaya Politik

- Budaya Politik Parokial (parochial political culture)

- Budaya Politik Kaula

- Budaya Politik Partisan

- Budaya Politik Campuran

- Budaya Politik Indonesia

Ada tiga model kebudayaan politik yaitu antara lain :

- Model masyarakat demokratik,

- Model sistem otoriter,

- Model demokratik pra industrial.

- Salah satu Praktik Budaya Politik adalah Pemilihan Umum.

D. SARAN

Dari awal analisa dan pengkajian materi makalah ini yang saya utarakan hingga pada

penyampaian saran ini, saya berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita

semua terutama bagi yang membaca sebagai acuan pengenalan Budaya Politik

khususnya di negara kita Indonesia.

Page 14: Budaya politik dan praktiknya

Terkadang banyak akademisi yang masih gelap mengetahui sistem budaya politik

maupun unsur-unsurnya, ini terjadi karena kurangnya penjelasan tentang budaya politik

itu sendiri.

Nah, dengan adanya Makalah ini saya menyumbang analisa dan pengkajian dari

berbagai literatur yang tentunya memperjelas tentang budaya politik terutama analisis

kasus Budaya Politik Partisan yang ada di Indonesia.

Tak lupa juga, tentunya semua uraian materi Makalah ini banyak kekurangan yang

ditemukan maupun banyak penjelasan yang kurang tepat baik dari segi bahasanya

maupun dari segi penyusunanya.

Oleh karenanya, masukan yang bersifat membangun dan berupa saran, kritik,

sanggahan, maupun yang lainnya saya terima dengan senang hati sebagai bahan

penyempurnaan makalah ini selanjutnya.

Terima kasih…

Page 15: Budaya politik dan praktiknya

DAFTAR PUSTAKA

Kantaprawira Rusadi, Dr, 2004, Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar, Sinar

Baru Agensindo, Bandung

Rahman. A Syahrial, MA, Dkk, 2000, Sosiologi dan Politik, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Mas’oed Mohtar dan Andrew Mac Colin, 2000, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

H.I Rahman A. 2007, Sistem Politik Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sjamsuddin Nazaruddin, 1993, Dinamika Sistem Politik Indonesia, Gramedia Pusaka

Utama, Jakarta.