budaya instan dan masyarakat narsis kajian strutural fungsional

4
 Budaya Instan dan Masyarakat Narsis Kajian Strutural Fungsional (wiko Antoni) Pendahuluan Masyarakat perkotaan saat ini di seluruh dunia telah terbentuk menjadi satu model global yang berperilaku “sama”. Kehidupan yang serba instan dan pola fikir dangkal disusupkan kapitalisme kedalam fikiran masyarakat secara terus-menerus disegala sisi kehidupan. Iklan produk-produk yang butuh pasar seluas-luasnya bertubi-tubi menghantam panca indera sehingga mempengaruhi cara fikir secara disadari dan tidak disadari. Menggunakan wanita cantik, orang-orang terkenal, desain warna dan grafis atau kalimat-kalimat yang menggoda segala produk ditawarkan dengan manajemen iklan yang rapi. Di pasar, persimpangan bahkan sampai kedalam rumah tawaran membeli produk tertentu kita hadapi dengan berbagai janji-  janji kemudahan atau keistimewaan yang menggoda k einginan untuk membeli. Berbagai sisi kejiwaan manusia dihanatam dan diserang, mulai dari kebutuhan yang memang beraneka ragam hingga sebagai pemuasan rasa ingin yang “dikondisikan” dengan melibatkan orang terkenal atau perempuan cantik sebagai symbol produk yang ditawarkan. Beberapa bagian dari tawaran iklan justru menafikan kebutuhan konsumen akan kebutuhan produk yang mereka tawarkan. Produk mereka ditawarkan justeru dengan menyerang rasa “sombong” tersembunyi dalam diri manusia yakni ditawarkan sebagai symbol prestise atau gaya hidup mewah yang menumbu hkan rasa bangga yang klise dalam diri pemakainya. Struktur masyrakat global memang sebuah fenomena kompleks. Berbagai latar belakang budaya di dunia membentuk citra bangsa tertentu dengan berbagai bahasa dan aturan yang berlaku dalam wilayah budaya masing-masing. Dibalik keberagaman tersebut ada hal yang sama tersembunyi dalam diri manusia. Naluri pencitraan diri, ke inginan dihargai, keinginan melebihi orang lain dan keinginan untuk diakui sebagai sesuatu. Kemampuan kapitalisme menelisik sisi kemanusiaan tersembunyi ini akhirnya menciptakan pola perilaku global yang sama. Jiwa konsumtif dan gaya hidup instan. Mulai dari per alatan menggunakan tekhnologi up to date hingga makanan dikemas dengan cara “memanjakan” konsumen. Tawaran kemudahan, kepuasan memakai hingga pretise bagi pemakainya dikemas dalam pola-pola yang teratur dan terkondisi. Ditawarkan terus menerus diberi label yang bonafide dan dikemas dengan sangat baik. Akibat dari semua ini adalah dorongan untuk membeli. Keinginan membeli ini kemudian difasilitasi pemodal dengan tawaran kridit dengan bunga bervariasi pula. Ada pula sebagian pemodal yang justru menawarkan untuk “berhutang” dengan tawaran kemudahan bagi si peminjam. Gaya hidup instan ini menciptakan manusia-manusia “tak sadar diri”. Diantara sekian banyak manusia di zaman ini ditemui orang-orang yang nyaris tidak bekerja untuk dirinya sendiri. Banyak orang yang terjebak pada kond isi bekerja untuk pemodal, hampir seluruh penghasilannya menjadi pembayar kredit dan bunganya demi membeli barang yang belum tentu ia butuhkan. Budaya instan ini juga me ngakibatkan brbagai pemikiran pintas. Pikiran pintas ini mengacu ke pada berbagai masalah keuangan serius seperti ramainya bursa hutang atau korupsi. Kehidupan yang mengacu pada perlombaan untuk memiliki s esuatu dengan kelas tertentu dn harga yang mahal agar mendapat penghargaan. Penghargaan yang dijustifikasi dari apa yang di pakai, dimana makan atau berapa banyak mengkoleksi barang mahal. Budaya inilah yang akhirnya membawa man usia pada pemikiran yang narsis. Pemiki ran yang tidak sehat lagi dan dapat dikategorikan sebagai masyarakat sakit. Kehidupan yang penuh dengan pemikiran pemujaan pada diri sendiri, pemujaan pada diri sendir i ini menjadikan manusia di abad ini berlomba menerapkan pola hidup yang mewah yang fatamorghana. Hidup dalam pemujaan diri yang tidak nyata dan berada pada kemewahan yang dipaksakan. FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSONS

Upload: brahim-ivanez-nalo

Post on 12-Jul-2015

66 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Budaya Instan Dan Masyarakat Narsis Kajian Strutural Fungsional

5/11/2018 Budaya Instan Dan Masyarakat Narsis Kajian Strutural Fungsional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/budaya-instan-dan-masyarakat-narsis-kajian-strutural-fungs

Budaya Instan dan Masyarakat Narsis Kajian Strutural Fungsional

(wiko Antoni)

Pendahuluan

Masyarakat perkotaan saat ini di seluruh dunia telah terbentuk menjadi satu model global yang

berperilaku “sama”. Kehidupan yang serba instan dan pola fikir dangkal disusupkan kapitalisme kedalam

fikiran masyarakat secara terus-menerus disegala sisi kehidupan. Iklan produk-produk yang butuh pasar

seluas-luasnya bertubi-tubi menghantam panca indera sehingga mempengaruhi cara fikir secara disadari

dan tidak disadari.

Menggunakan wanita cantik, orang-orang terkenal, desain warna dan grafis atau kalimat-kalimat yang

menggoda segala produk ditawarkan dengan manajemen iklan yang rapi. Di pasar, persimpangan

bahkan sampai kedalam rumah tawaran membeli produk tertentu kita hadapi dengan berbagai janji-

 janji kemudahan atau keistimewaan yang menggoda keinginan untuk membeli.

Berbagai sisi kejiwaan manusia dihanatam dan diserang, mulai dari kebutuhan yang memang beraneka

ragam hingga sebagai pemuasan rasa ingin yang “dikondisikan” dengan melibatkan orang terkenal atau

perempuan cantik sebagai symbol produk yang ditawarkan. Beberapa bagian dari tawaran iklan justru

menafikan kebutuhan konsumen akan kebutuhan produk yang mereka tawarkan. Produk mereka

ditawarkan justeru dengan menyerang rasa “sombong” tersembunyi dalam diri manusia yakni

ditawarkan sebagai symbol prestise atau gaya hidup mewah yang menumbuhkan rasa bangga yang klisedalam diri pemakainya.

Struktur masyrakat global memang sebuah fenomena kompleks. Berbagai latar belakang budaya di

dunia membentuk citra bangsa tertentu dengan berbagai bahasa dan aturan yang berlaku dalam

wilayah budaya masing-masing. Dibalik keberagaman tersebut ada hal yang sama tersembunyi dalam

diri manusia. Naluri pencitraan diri, keinginan dihargai, keinginan melebihi orang lain dan keinginan

untuk diakui sebagai sesuatu.

Kemampuan kapitalisme menelisik sisi kemanusiaan tersembunyi ini akhirnya menciptakan pola perilaku

global yang sama. Jiwa konsumtif dan gaya hidup instan. Mulai dari peralatan menggunakan tekhnologi

up to date hingga makanan dikemas dengan cara “memanjakan” konsumen. Tawaran kemudahan,

kepuasan memakai hingga pretise bagi pemakainya dikemas dalam pola-pola yang teratur dan

terkondisi. Ditawarkan terus menerus diberi label yang bonafide dan dikemas dengan sangat baik.Akibat dari semua ini adalah dorongan untuk membeli.

Keinginan membeli ini kemudian difasilitasi pemodal dengan tawaran kridit dengan bunga bervariasi

pula. Ada pula sebagian pemodal yang justru menawarkan untuk “berhutang” dengan tawaran

kemudahan bagi si peminjam. Gaya hidup instan ini menciptakan manusia-manusia “tak sadar diri”.

Diantara sekian banyak manusia di zaman ini ditemui orang-orang yang nyaris tidak bekerja untuk

dirinya sendiri. Banyak orang yang terjebak pada kondisi bekerja untuk pemodal, hampir seluruh

penghasilannya menjadi pembayar kredit dan bunganya demi membeli barang yang belum tentu ia

butuhkan.

Budaya instan ini juga mengakibatkan brbagai pemikiran pintas. Pikiran pintas ini mengacu kepada

berbagai masalah keuangan serius seperti ramainya bursa hutang atau korupsi. Kehidupan yang

mengacu pada perlombaan untuk memiliki sesuatu dengan kelas tertentu dn harga yang mahal agar

mendapat penghargaan. Penghargaan yang dijustifikasi dari apa yang di pakai, dimana makan atau

berapa banyak mengkoleksi barang mahal.

Budaya inilah yang akhirnya membawa manusia pada pemikiran yang narsis. Pemikiran yang tidak sehat

lagi dan dapat dikategorikan sebagai masyarakat sakit. Kehidupan yang penuh dengan pemikiran

pemujaan pada diri sendiri, pemujaan pada diri sendiri ini menjadikan manusia di abad ini berlomba

menerapkan pola hidup yang mewah yang fatamorghana. Hidup dalam pemujaan diri yang tidak nyata

dan berada pada kemewahan yang dipaksakan.

FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSONS

Page 2: Budaya Instan Dan Masyarakat Narsis Kajian Strutural Fungsional

5/11/2018 Budaya Instan Dan Masyarakat Narsis Kajian Strutural Fungsional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/budaya-instan-dan-masyarakat-narsis-kajian-strutural-fungs

Pembahasan teori fungsionalisme structural Parson diawali dengan empat skema penting mengenai

fungsi untuk semua system tindakan, skema tersebut dikenal dengan sebutan skema AGIL. Sebelumnya

kita harus tahu terlebih dahulu apa itu fungsi yang sedang dibicarakan disini, fungsi adalah kumpulan

kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan system.

Menurut parson ada empat fungsi penting yang mutlak dibutuhkan bagi semua system social, meliputi

adaptasi (A), pencapaian tujuan atau goal attainment (G), integrasi (I), dan Latensi (L). empat fungsi

tersebut wajib dimiliki oleh semua system agar tetap bertahan (survive), penjelasannya sebagai berikut:

Adaptation : fungsi yang amat penting disini system harus dapat beradaptasi dengan cara

menanggulangi situasi eksternal yang gawat, dan system harus bisa menyesuaikan diri dengan

lingkungan juga dapat menyesuaikan lingkungan untuk kebutuhannnya.

Goal attainment ; pencapainan tujuan sangat penting, dimana system harus bisa mendifinisikan dan

mencapai tujuan utamanya.

Integrastion : artinya sebuah system harus mampu mengatur dan menjaga antar hubungan bagian-

bagian yang menjadi komponennya, selain itu mengatur dan mengelola ketiga fungsi (AGL).

Latency :laten berarti system harus mampu berfungsi sebagai pemelihara pola, sebuah system harus

memelihara dan memperbaiki motivasi pola-pola individu dan cultural .

Lalu bagaimanakah Parson menggunakan empat skema diatas, mari kita pelajari bersama. Pertama

adaptasi dilaksanakan oleh organisme prilaku dengan cara melaksanakan fungsi adaptasi dengan caramenyesuaikan diri dan mengubah lingkungan eksternal. Sedangkan fungsi pencapaian tujuan atau Goal

attainment difungsikan oleh system kepribadian dengan menetapkan tujuan system dan memolbilisai

sumber daya untuk mencapainya. Fungsi integrasi di lakukan oleh system social, dan laten difungsikan

system cultural. Bagaimana system cultural bekerja? Jawabannhya adalah dengan menyediakan actor

seperangkat norma dan nilai yang memotivasi actor untuk bertindak.

Tingkat integrasi terjadi dengan dua cara, pertama : masing-masing tingkat yang p[aling bawah

menyediakan kebutuhan kondisi maupun kekuatan yang dibutuhkan untuk tingkat atas. Sredangkan

tingkat yang diatasnya berfungsi mengawasi dan mengendalikan tingkat yang ada dibawahnya.

Parson memberikan jawaban atas masalah yang ada pada fungsionalisme structural dengan

menjelaskan beberapa asumsi sebagai berikut;

system mempunyai property keteraturan dan bagian-bagian yang saling tergantung.system cenderung bergerak kea rah mempertahankan keteraturan diri atau keseimbangan.

system bergerak statis, artinya ia akan bergerak pada proses perubahan yang teratur.

sifat dasar bagian suatu system akan mempengaruhi begian-bagian lainnya.

system akam memelihara batas-batas dengan lingkungannya.

alokasi dan integrasi merupakan ddua hal penting yang dibutuhkan untuk memelihara keseimbangan

system.

system cenderung menuju kerah pemeliharaan keseimbangan diri yang meliputi pemeliharaan batas

dan pemeliharaan hubungan antara bagian-baguan dengan keseluruhan sostem, mengendalikan

lingkungan yang berbeda dan mengendalikan kecendrungan untuyk merubah system dari dalam.

System social

Pada pembahasannya parson mendefinisikan system social sebagai berikut:

sistem social terdiri dari sejumlah actor-aktor individual yang saling berinteraksi dalam situasi yang

sekurang-kurangnya mempunyai aspek lingkungan atau fisik, actor-aktor yang mempunyai motivasi

dalam arti mempunyai kecendrungan untuk mengoptimalkan kepuasan yang hubungannya dengan

situasi mereka didefinisikan dan dimediasi dalam term system simbol bersama yang terstruktur secara

cultural. (Parsons, 1951:5-6)

kunci masalah yang dibahas pada system social ini meliputi actor, interaksi, lingkungan, optimalisasi,

kepuasan, dan cultural.

Page 3: Budaya Instan Dan Masyarakat Narsis Kajian Strutural Fungsional

5/11/2018 Budaya Instan Dan Masyarakat Narsis Kajian Strutural Fungsional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/budaya-instan-dan-masyarakat-narsis-kajian-strutural-fungs

Hal yang paling penting pada system social yang dibahasnya Parsons mengajukan persyaratan fungsional

dari system social diantaranya:

system social harus terstuktur (tertata) sehingga dapat beroperasi dalam hubungan yang harmonis

dengan sisten lain.

untuk menjaga kelangsungan hidupnya system social harus mendapatkan dukungan dari system lain.

system social harus mampu memenuhi kebutuhan aktornya dalam proporsi yang signifikan.

system social harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para anggotanya.

system social harus mampu mengendalikan prilaku yang berpotensi menggangu.

bila konflik akan menuimbulkan kekacauan maka harus bisa dikendalikan.

system social memerlukan bahasa.

Sikap Narsis dan Jiwa yang Sakit

Berdasarkan pandangan Parson tersebut dapatlah dikatakan bahwa keadaan yang terjadi dalam

masyrakat saat ini terkait pada kondisi terkendali yang diatur oleh para pemilik modal yang memang

mengkondisikan masyarakat dunia dalam keaaan “sakit”. Kepentingan mereka untuk memasarkan

produk dan memperoleh keuntungan yang besar telah membuat mereka sengaja mengkondisikan

masyarakat pada posisi konsumtif dan terbuai oleh gaya hidup instan.

Sistim kendali yang mereka gunakan adalah dengan kampanye besar-besaran menyangkut gaya hidup

dan prestise. Pengkondisian masyarakat dunia dalam kadaan “sakit” ini memberikan kesempatanmereka memasarkan produk seluas-luasnya keseluruh dunia sehingga mereka mampu membuat banyak

orang bekerja keras demi membeli barangbarang yang sebenarnya belum tentu mereka butuhkan.

Dengan bahasa iklan yang menggoda mereka terus menggunakan berbagai media untuk “merayu” orang

membeli produk mereka. Berbagai upaya ini disusun dengan manajemen yang teratur dan

pertimbangan yang sangat teliti. Dunia menjadi lahan usaha kapitalisme yang sangat luas dimana

didalamnya tumbuh jiwa konsumtif luar biasa. Dari jiwa konsumtif ini akhirnya mereka melakukan

panen raya melalui produk-produk yang mereka pasarkan.

Masyrakat dan Struktur Global

Seiring padangan Parson bahwa sebuah masyarakat global harus memiliki struktur yang tertata maka

sistim kerja kapitalisme melakukan kampanye juga mempertimbangkan kelangsungan struktur tersebut.

Mereka melakukan pendekatan dengan budaya local tempat “penjajahan” akan dilakukan. Pendekatanyang mereka lakukan bervariasi sesuai dengan kebutuhannya. Pendekatan budaya yang demikian teliti

ini akan membuat dunia seolah sebuah tempat yang “sama”. Masyarakat dunia di format dengan sikap

dan perilaku sama akhirnya menjadi sebuah dunia yang satu. Satu dunia untuk beberapa orang. Satu

dunia untuk mereka yang punya modal besar, para pengusaha dan pemilik modal.

Pendekatan budaya ini diletakkan pada substansi kecenderungan manusia yang “haus” akan prestise.

Dalam struktur budaya manapun tetaplah ada struktur social yang membangun tingkatan derajat

seseorang dalam masyarakat. Dengan menanamkan jiwa konsumtif dan pola fikir instan maka

penghargaan terhadap seseorang akan bergeser dari posisi social secara cultural menjadi posisi social

dalam kepemilikan uang dan harta benda. Dengan cara ini benda-benda tertentu diletakkan sebagai

symbol prestige sehingga banyak orang yang berlomba memilikinya. Kecenderungan ini melahirkan

orang-orang narsis yang haus pengakuan. Kehausan akan pengakuan ini dipenuhi dengan mekana di

tempat-tempat berkelas. Kepemilikan barang-barang mewah dan kecenderngan konsumtif serta

mementingkan ego pribadi.Saat ini kita dapat melihat dengan jelas menurunnya rasa kemanusiaan.

Lenyapnya rasa iba dan belas kasihan serta empati. Orang berlomba mengejar kepentingan sendiri

dengan berbagai cara mulai yang baik hingga melanggar etika dan moral bahkan tiada segan melakukan

hal-hal yang diharamkan oleh hukum.

Banyak orang yang melupakan kenyataan pribadi. Dengan penghasilan pas-passan mereka kecanduan

makan di Mall. Membeli produk bermerek dan gonta-ganti assesoris seperti hendpon. Banyak juga yang

tak segan-segan hidup dalam lingkaran hutang dan kontrak kridit dengan bank demi pemenuhan

Page 4: Budaya Instan Dan Masyarakat Narsis Kajian Strutural Fungsional

5/11/2018 Budaya Instan Dan Masyarakat Narsis Kajian Strutural Fungsional - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/budaya-instan-dan-masyarakat-narsis-kajian-strutural-fungs

kebutuhan gaya hidup. Sikap narsis ini akhirnya menciptakan manusia-manusia yang gagap menghadapi

kenyataan dan larut dalam pola hidup instan dan ini terjadi di seluruh dunia.