budaya

56
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak sekarang ini sangat memprihatinkan. Banyak sekali kasus anak-anak yang terkena penyakit tertentu karena tidak tercukupi kebutuhan gizinya. Seperti banyak anak-anak di pelosok desa yang orangtuanya hanya sekedar memberi kebutuhan gizi sekedarnya saja pada anak mereka. Terutama mitos mengenai kesehatan anak, orang zaman dahulu mempercayai bahwa jika melakukan sesuatu yang telah lama dilakukan oleh pendahulunya maka mereka juga akan melakukan itu pada anak-anak mereka. Padahal ini malah akan menjadi penghambat kesehatan anak. Sehingga anak mudah sekali terserang penyakit. Tujuan Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan tantangan utama dalam 1

Upload: darmayanti-wulan-datika

Post on 04-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan anak sekarang ini sangat memprihatinkan. Banyak sekali kasus anak-anak yang terkena penyakit tertentu karena tidak tercukupi kebutuhan gizinya. Seperti banyak anak-anak di pelosok desa yang orangtuanya hanya sekedar memberi kebutuhan gizi sekedarnya saja pada anak mereka. Terutama mitos mengenai kesehatan anak, orang zaman dahulu mempercayai bahwa jika melakukan sesuatu yang telah lama dilakukan oleh pendahulunya maka mereka juga akan melakukan itu pada anak-anak mereka. Padahal ini malah akan menjadi penghambat kesehatan anak. Sehingga anak mudah sekali terserang penyakit.Tujuan Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut. Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator sensitif untuk mengetahui derajat kesehatan suatu negara bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa. Dalam pelayanan kebidanan (obstetric), selain Angka Kematian Maternal/Ibu (AKM) terdapat Angka Kematian Perinatal (AKP) yang dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan pelayanan. Namun, keberhasilan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara maju saat ini menganggap Angka Kematian Perinatal (AKP) merupakan parameter yang lebih baik dan lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan. Hal ini mengingat kesehatan dan keselamatan janin dalam rahim sangat tergantung pada keadaan serta kesempurnaan bekerjanya sistem dalam tubuh ibu, yang mempunyai fungsi untuk menumbuhkan hasil konsepsi dari mudigah menjadi janin cukup bulan.Kematian perinatal (perinatal mortality) adalah jumlah bayi lahir-mati dan kematian bayi dalam tujuh hari pertama sesudah lahir (early neonatal) yang terjadi dari masa kehamilan ibu 28 minggu atau lebih. Adapun angka kematian perinatal adalah jumlah lahir mati (umur kehamilan ibu 28 minggu) ditambah jumlah kematian neonatal dini (umur bayi 0 7 hari) per jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama dikali 1000 Kurang lebih 8 juta kematian perinatal di dunia terjadi setiap tahun. Dari jumlah ini, sekitar 85 % kematian bayi baru lahir terjadi akibat infeksi, asfiksia pada saat lahir, dan cedera saat lahir. Berdasarkan kelompok kerja World Health Organitation (WHO) April 1994, dari 8,1 juta kematian bayi di dunia, 48 % adalah kematian neonatal. Dari seluruh kematian neonatal sekitar 60 % merupakan kematian bayi berumur kurang dari 7 hari (perinatal) dan kematian bayi umur lebih dari 7 hari akibat gangguan pada masa perinatal. Pola penyakit penyebab kematian bayi dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 adalah penyakit sistem pernafasan 30 %, gangguan perinatal 29 %, diare 14 %, penyakit sistem saraf 16 %, tetanus neonatorum 4 %, dan infeksi atau parasit lainnya 4 %. Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dimana beragam suku dan berbagai budaya ada, itulah sebabnya semboyan negara kita adalah Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti Walaupun berbeda-beda, namun tetap satu jua. Berbedanya kebudayaan ini menyebabkan banyaknya mitos yang begitu dipercaya oleh masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Kebudayaan adalah suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan budaya itu sendiri adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak, dan mengambil keputusan. Budaya memiliki nilai-nilai tersendiri tergantung dengan budaya yang dianut oleh seseorang dan dianggapnya benar secara turun temurun atau secara agama yang bisa diterima dikalangan masyarakat.Angka kematian merupakan indikator peka unyuk menerangkan keadaan dari derajat kesehatan di suatu masyarakat. AKB dapat mencerminkan masalah kesehatan, diantaranya pelayanan ibu dan bayi, keadaan sosial ekonomi dan lain lain. Peluncuran Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 hasilnya sangat mencengangkan,Angka Kematian Ibu (AKI) melonjak draktis dari 228/100.000 kelahiran hidup tahun 2007 menjadi 359/100.000 kelahiran hidup, sedang Angka Kematian Bayi (AKB) hanya turun sedikit, dari 34/1000 kelahiran hidup (th 2007) menjadi 32 /1000 kelahiran hidup.Target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) Tahun 2015 dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Kejadian kematian ibu dan bayi masih menjadi tragedi yang terus terjadi di negeri ini. Untuk menurunkannya diperlukan upaya dan inovasi baru, tidak bisa dengan cara-cara biasa. Target Tujuan Pembangunan Milenium adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102/ 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23/1000 kelahiran hidup. Tujuan Pembangunan Kesehatan ialah tercapainya mutu dan lingkungan hidup yang optimal bagi setiap penduduk, agar mampu mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi tingginya yang meliputi kesehatan badaniah, rohaniah dan sosial, bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.

Angka Kematian bayi di Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai 35 per 1.000 kelahiran hidup lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 33 per 1000 kelahiran hidup, Ini berarti menunjukkan angka tertinggi kedua di Indonesia setelah Provinsi Gorontalo yang merupakan salah satu provinsi termuda. Masih tingginya Angka Kematian Bayi tersebut disebabkan banyak hal antara lain pendidikan masyarakat masih rendah, persalinan masih banyak ditolong dukun beranak dan terlambat mambawa ke Rumah Sakit dan kebudayaan setempt. Akumulasi dari gambaran kondisi kesehatan yang belum mengebirakan itu, akhir-akhir ini NTB dihentakkan dengan terjadinya kasus busung lapar atau gizi buruk. Hal ini disebabkan oleh kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap kesehatan, daya beli dan pendidikan yang rendah pula. NTB merupakan salah satu daerah yang mengalami KLB gizi buruk dan ini sangat memprihatinkan. Hingga kini kasusnya tercatat sebanyak 2.271 kasus diantaranya 28 orang meninggal dunia.

Menurut saya, angka kematian bayi di NTB tinggi diduga karena budaya mereka dalam konsep kelahiran dimana sang suami harus mencari belian (dukun beranak) ketika menjelang kelahiran anaknya untuk membantu istrinya dalam proses melahirkan. Seperti yang kita ketahui bahwa dukun beranak tidak memiliki pengetahuan medis yang ilmiah, sehingga dalam menangani proses kelahiran mereka menggunakan metode-metode yang sering tidak masuk akal bahkan berbahaya. Contohnya saja pada kondisi dimana perempuan sulit untuk melahirkan maka belian menyuruh meminum air bekas cuci tangan orang tuanya (ibunya) dan suaminya. Bahkan dibeberapa desa, perempuan disuruh untuk meminum air bekas mencuci kemaluan suaminya. Selain itu, belian juga menasehatkan agar perempuan diinjak ubun-ubunnya oleh suaminya. Beberapa contoh yang telah disebutkan jelas dapat berdampak negatif terhadap ibu dan janin dalam kandungannya.

BAB IIISI

A. Tinjauan Teori1. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok individu yang dipelajari secara turun temurun, tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah mengundang resiko bagi timbulnya suatu penyakit. Kebudayaan tidak dibatasi oleh suatu batasan tertentu yang sempit, tetapi mempunyai struktur-struktur yang luas sesuai dengan perkembangan dari masyarakat itu sendiri. Kebudayaan yaitu sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan bersifat abstrak. Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Definisi dari budaya yaitu suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya.budaya terbentuk dari unsure yang rumit, termasuk system agama dan politik, adat istiadat, bahasa,perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni.

2. Unsur-Unsur Dalam Faktor Kebudayaan Yang Mempengaruhi Kenaikan AKB

Kenaikan angka kematian bayi disebabkan oleh berbagai factor. Salah satunya factor kebudayaan, dimana factor kebudayaan ini sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang,. Dalam factor kebudayaan terdapat tujuh unsure, diantaranya : Ekonomi, Kepercayaan, Ilmu Pengetahuan, Tekhnologi, Organisasi sosial, Seni dan Bahasa. Namun ada salah satu unsure di atas yang tidak ada hubungannya dengan kasus AKB, yaitu unsur seni.

a. Unsur Ekonomi

Di samping itu, penduduk Indonesia juga dililit oleh permasalahan yang berkaitan dengan kemiskinan dan masalah-masalah sosial yang lain. Jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan yang tinggi, dan persebaran yang timpang dan tingginya angka kemiskinan yang semua ini merupakan beban pembangunan. Kemiskinan tidak memandang jenis kelamin dan kelompok umur. Kecepatan perubahan yang ditimbulkan oleh derasnya arus globalisasi politik, ekonomi dan informasi yang tidak seimbang dengan kesiapan masyarakat berdampak pada makin berkembang dan meluasnya bobot, jumlah dan kompleksitas berbagai permasalahan kesejahteraan rakyat. AKB bukan hanya permasalahan rakyat namun menjadi permasalahan bersama antara pemerintah dan masyarakatnya. Karena dengan meningkatnya AKB maka keberadaan generasi penerus Indonesia ini menjadi terancam. Keluarga yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah akan mempengaruhi perilaku tiap masyarakat dalam menyelasaikan setiap permasalahan yang timbul. Seorang ibu yang tergolong berekonomi menengah ke bawah maka akan memiliki kecenderungan untuk melahirkan di tempat bersalin yang belum diakui oleh pemerintah dan memiliki tarif yang lebih murah dibandingkan dengan melahirkan di rumah sakit, namun peralatan yang digunakan lebih sederhana dan tidak steril. Hal tersebut meningkatkan angka kematian bayi yang baru saja dilahirkan.

b. Unsur Kepercayaan

Faktor kepercayaan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi AKB. Karena masyarakat Indonesia masih mempercayai hal-hal mistis yang sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka. Salah satunya kepercayaan mengenai dukun beranak, jika mereka tidak melahirkan anak mereka di dukun beranak, maka akan terjadi sesuatu terhadap diri mereka dan juga bayi mereka. Hal inilah salah satu hal yang menyebabkan banyaknya angka kematian bayi di Indonesia. Karena ternyata tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang tidak berpengaruh bila seseorang itu telah memiliki sebuah kepercayaan yang kuat mengenai ritual-ritual khusus dan lain sebagainya.

c. Unsur Ilmu Pengetahuan

Tingginya AKB erat kaitannya dengan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi dan pemeriksaan selama kehamilan. Hal ini tercermin dari masih rendahnya pertolongan persalinan yang dibantu tenaga kesehatan (46%). Meskipun pelayanan bidan sudah mencakup seluruh desa, persalinan yang ditolong oleh bidan masih rendah. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor usia bidan yang relatif muda, komunikasi dengan masyarakat belum lancar, serta keterbatasan dalam kemampuan penyesuaian diri dengan kondisi sosial budaya setempat ikut mempengaruhi pemanfaatan pelayanan bidan. Dibalik proses kematian bayi maupun ibu waktu melahirkan, sesungguhnya keterlambatan dalam mengambil keputusan, keterlambatan pergi ke tempat pelayanan, dan terlambat mendapat pelayanan adalah penyebab yang sangat kompleks, yang kesemuanya tidak terjadi apabila jika wawasan yang dimiliki oleh sang ibu maupun bidan bersalin luas.

d. Unsur Tekhnologi

Unsur tekhnologi erat kaitannya dengan unsure ekonomi dan ilmu pengetahuan. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa semakin rendah tingkat ekonomi maka mempengaruhi dimana tempat ibu bersalin. Selain itu, peningkatan angka kematian bayi disebabkan oleh kurangnya masyarakat memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan. Tempat bersalin yang tidak layak dan belum diakui cenderung menggunakan peralatan persalinan yang tidak sesuia dengan prosedur yang ada sehingga berakibat fatal bagi sang ibu maupun si bayi itu sendiri.

e. Unsur Organisasi Sosial

Kedudukan organisasi social seperti LSM dan lembaga social lainnya sangat berpengaruh dalam proses sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai informasi penting yang berkaitan dengan gizi ibu hamil.maupun asupan gizi yang seimbang bagi bayi maupun balita. Salah satu program Depkes, seperti desa siaga harus melibatkan lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD). Masyarakat harus mendapat penyuluhan mengenai peran penting pelayanan kesehatan bagi ibu hamil.

f. Unsur Bahasa

Dalam unsur bahasa erat kaitannya denga komunikasi. Komunikasi yang dimaksud disini kaitannya dengan kasus AKB yakni komunikasi antara pemerintah dengan lembaga-lembaga social, maupun dengan masyarakat. Komunikasi yang baik antara pemerintah dengan masyarakat, maupun antara pemerintah dengan lembaga social akan memberikan pengaruh yang besar terhadap penurunan AKB.

3. Unsur dari Faktor Kebudayaan yang Paling Berpengaruh dalam Mengubah Perilaku

Dilihat dari banyaknya peningkatan AKB Yang terjadi selama ini sesuai dangan kutipan berikut "Angka kematian ibu melahirkan dan Balita di Indonesia lebih tinggi dibanding negara-negara di kawasan ASEAN, akibat faktor `empat terlalu dan tiga terlambat. Indonesia meraih tingkat tertinggi dalam AKB dibandingkan Negara-negara ASEAN. Hal ini bisa disebabkan oleh factor gizi ibu hamil atau kurangnya masyarakat yang memanfaat sarana pelayanan kesehatan.Disamping itu adanya factor diluar non kesehatan yang berpengaruh besar. Antara lain adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan, sehingga daya beli masyarakat menurun. Banyaknya factor kebudayaan yang terlibat dalam peningkatan angka kematian bayi dilihat dari nilai antropologi yakni, kepercayaan, ilmu pengetahuan,teknologi,ekonomi,organisasi social,bahasa,dan seni. Namun unsur yang dominan dalam factor kebudayaannya adalah:

a. Kepercayaan

Melihat semakin berkembangnya dalam berpikir secara logika tidak mempengaruhi seseorang untuk tetap percaya dan menganut pada hal-hal yang mistik,padahal telah adanya kepercayaan yang ada saat sekarang ini. Anggapan masyarakat pada kebanyakan masyarakat yang ada di daerah yang terpencil mengenai kematian bayi ynag meningkat diakibatkan karena factor diguna-guna. Mereka mengangap bahwa kematian bayi yang terjadi akibat ada orang yang syirik,sehinga mengakibatkan kematian bayi.

b. Ekonomi

Kebanyakan masyarakat yang mengalami tingkat kematian bayi,bnayak terjadi pada masyarakat menengah kebawah. Ekonomi merupakan hal yang paling utama dalam menangani AKB,kurangnya perekonomian suatu warga mengakibatkan mareka memilih untuk melahirkan dengan paraji (dukun bayi)daripada harus membawa ke puskesmas sekurang-kurangnya. Mereka beranggapan bahwa pergi ke tempat pelayanaan kesehatan seperti rumah sakit.puskesmas,atau poliklinik dianggap mengeluarkan banyak biaya,sehingga mereka harus pergi ke dukun bayi yang tiadk memerlukan biaya yang banyak. Anggapan seperti itu yang banyak terjadi di tengah-tengah masyarkat pada umumnya.

c. Ilmu pengetahuan

Dalam kasus AKB yang semakin meningkat akhir-akhr ini,bisa diakibatkan oleh adanya kurangnya pengatahuan yang dimiliki oleh masyarakat mengenai penanganan kasus ini untuk kedua atau keberlanjutan. Mereka hany tau bagaimana cara dilahirkannya saja,tidak mengetahui bagaimana cara ynag benar dalam menangani kasus ini. Pengetahuan masyarakat tenteng AKB kurang,terbukti masih banyaknya AKB pada tahun 2009. Masyarakat kurang mengetahui apa hal terpenting dari sebuah persalinan,kebanyakan masyarakat hanya melihat dapat berhasilkah sebuah persalinnan bukan melihat dari segi keselamatan ibu dan anak.

d. Teknologi

Meningkatnya teknologi yang ada saat ini tidak mempengaruhi wawasan masyarakat akan adaya perubahan untuk percaya dan pergi ke tenaga pelayanan kesehatan. Namun hal itu juga tidak memungkirai bahwa teknologi yang ada belum dapat memadai di setiap rumah kesehatan.

4. Hubungan Kebudayaan Dengan Kesehatan

a. Hubungan Antara Kebudayaan Dan Kesehatan Sebelum Ibu Melahirkan ( Masa Kehamilan)

Di dalam masyarakat sederhana kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentuk untuk mempertahankan hidup diri sendiri dan kelangsungan hidup suku mereka. Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi yang bertujuan supaya reproduksi berhasil ibu dan bayi selamat. Dari sudut pandang modern tidak semua kebiasaan itu baik. Ada beberapa yang kenyataannya malah merugikan. Contoh pada kebiasaan menyusukan bayi yang lama pada beberapa masyarakat merupakan contoh yang baik kebiasaan yang bertujuan melindungi bayi. Tetapi bila air susu ibu sedikit atau pada ibu-ibu lanjut usia, tradisi budaya ini dapat menimbulkan masalah tersendiri. Dia berusaha menyusukan bayinya dan gagal. Bila mereka tidak mengetahui nutrisi mana yang dibutuhkan bayi (biasanya demikian) bayi dapat mengalami malnutrisi dan mudah terserang infeksi

Permasalahan yang sebenarnya cukup besar pengaruhnya yaitu pada kehamilan tepatnya pada masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Dikatakan pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.Beberapa kepercayaan yang ada misalnya di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan. Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun y bvvvn ang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti ngolesi (membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk memperlancar persalinan), kodok (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau nyanda (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandardan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu rnasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.Secara medis penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Umumnya, terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat. Tidak jarang pula nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil.Keadaan ini seringkali pula diperberat oleh faktor geografis, dimana jarak rumah si ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau oleh faktor kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya yang mahal. Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan kendala ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan

b. Hubungan Antara Kebudayaan Dan Kesehatan Ketika Ibu Persalinan (Melahirkan)

1) Tradisi Masyarakat Jawa Ibu melahirkan Babaran, mbabar dapat diartikan: sudah selesai, sudah menghasilkan dalam wujud yang sempurna. Babaran juga menggambarkan selesaianya proses karya batik tradisional. Istilah babaran juga dipakai untuk seorang ibu yang melahirkan anaknya. Ubarampe yang dibutuhkan untuk selamatan kelahiran adalah Brokohan. Ada macam macam ubarampe Brokohan. Pada jaman ini Brokohan basanya terdiri dari :beras, telur, mie instan kering, gula, teh dan sebagainya. Namun jika dikembalikan kepada makna yang terkandung dalam selamatan bayi lahir, brokohan cukup dengan empat macam ubarampe saja yaitu:

a) kelapa, dapat utuh atau cuwilanb) gula merah atau gula Jawac) dawetd) telor bebekMelalui keempat macam ubarampe untuk selamatan bayi lahir tersebut, para leluhur dahulu ingin menyatakan perasaannya yang dipenuhi rasa sukur karena telah mbabar seorang bayi dalam proses babaran. Keempat ubarampe yang dikemas dalam selamatan Brokohan tersebut mampu menjelaskan bahwa Tuhan telah berkenan mengajak kerjasama kepada Bapak dan Ibu untuk melahirkan ciptaan baru, mbabar putra. Melalui proses bersatunya benih bapak (kelapa) dan benihnya Ibu (gula Jawa) yang kemudian membentuk jentik-jentik kehidupan, (dawet) Tuhan telah meniupkan roh kehidupan (telor bebek) dan terjadilah kelahiran ciptaan baru (brokohan)

Jika pun dalam perkembangannya selamatan Brokohan untuk mengiring kelahiran bayi menjadi banyak macam, terutama bahan-bahan mentah, hal tersebut dapat dipahami sebagai ungkapan rasa syukur yang ingin dibagikan dari keluarga kepada para kerabat dan tetangga.. Namun keempat ubarampe yang terdiri dari kelapa, gula Jawa, dawet dan telor bebek, masih perlu untuk disertakan dan direnungkan, agar kelahiran manjadi lebih bermakna.empat.

Dalam budaya Jawa, kelahiran seorang anak manusia ke dunia, selain merupakan anugerah yang sangat besar, juga mempunyai makna tertentu. Oleh karena itu, pada masa mengandung bayi hingga bayi lahir, masyarakat Jawa mempunyai beberapa uapacara adat untuk menyambut kelahiran bayi tersebut. Upacara-upacara tersebut antara lain adalah mitoni, upacara mendhem ari-ari, brokohan, upacara puputan, sepasaran dan selapanan.

Selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi. Pada hari ke 35 ini, hari lahir si bayi akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari Rabu Pon (hari weton-nya), maka selapanannya akan jatuh di Hari Rabu Pon lagi. Pada penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon, Kliwon, Legi) akan bertemu pada hari 35 dengan hari di penanggalan masehi yang berjumlah 7 hari. Logikanya, hari ke 35, maka akan bertemu angka dari kelipatan 5 dan 7. Di luar logika itu, selapanan mempunyai makna yang sangat kuat bagi kehidupan si bayi. Berulangnya hari weton bayi, pantas untuk dirayakan seperti ulang tahun. Namun selapanan utamanya dilakukan sebagai wujud syukur atas kelahiran dan kesehatan bayi.

Yang pertama dilakukan dalam rangkaian selapanan, adalah potong rambut atau parasan. Pemotongan rambut pertama-tama dilakukan oleh ayah dan ibu bayi, kemudian dilanjutkan oleh sesepuh bayi. Di bagian ini aturannya, rambut bayi dipotong habis. Potong rambut ini dilakukan untuk mendapatkan rambut bayi yang benar-benar bersih, diyakini rambut bayi asli adalah bawaan dari lahir, yang masih terkena air ketuban. Alasan lainnya adalah supaya rambut bayi bisa tumbuh bagus, oleh karena itu rambut bayi paling tidak digunduli sebanyak 3 kali. Namun pada tradisi potong rambut ini, beberapa orang ada yang takut untuk menggunduli bayinya, maka pemotongan rambut hanya dilakukan seperlunya, tidak digundul, hanya untuk simbolisasi.

Setelah potong rambut, dilakukan pemotongan kuku bayi. Dalam rangkaian ini, dilakukan pembacaan doa-doa untuk keselamatan dan kebaikan bayi dan keluarganya. Upacara pemotongan rambut bayi ini dilakukan setelah waktu salat Maghrib, dan dihadiri oleh keluarga, kerabat, dan tetangga terdekat, serta pemimpin doa.Acara selapanan dilakukan dalam suasana yang sesederhana mungkin. Sore harinya, sebelum pemotongan rambut, masyarakat merayakan selapanan biasanya membuat bancaan yang dibagikan ke kerabat dan anak-anak kecil di seputaran tempat tinggalnya. Bancaan mengandung makna agar si bayi bisa membagi kebahagiaan bagi orang di sekitarnya.

Adapun makanan wajib yang ada dalam paket bancaan, yaitu nasi putih dan gudangan, yang dibagikan di pincuk dari daun pisang. Menurut Mardzuki, seorang ustadz yang kerap mendoakan acara selapanan, sayuran yang digunakan untuk membuat gudangan, sebaiknya jumlahnya ganjil, karena dalam menurut keyakinan, angka ganjil merupakan angka keberuntungan. Gudangan juga dilengkapi dengan potongan telur rebus atau telur pindang, telur ini melambangkan asal mulanya kehidupan. Selain itu juga beberapa sayuran dianggap mengandung suatu makna tertentu, seperti kacang panjang, agar bayi panjang umur, serta bayem, supaya bayi hidupanya bisa tentram.

5. Program Depkes dalam Mengatasi Kenaikan AKB

Departemen Kesehatan merupakan lembaga resmi yang menangani dan menyelesaikan berbagai masalah yang berhubungan dengan kesehatan masyarakatnya, salah satunya masalah AKB di Indonesia yang semakin meningkat. Untuk itu Departemen Kesehatan sedang membuat program untuk menurunkan AKB di Indonesia. Programnya yaitu dengan mendekatkan pelayanan atenatal care kepada masyarakat melalui program dokter keluarga dan melakukan deteksi dini terhadap ibu hamil berisiko tinggi, dengan cara pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pemeriksaan bayi. Program Desa Siaga yang dicanangkan dua tahun lalu. Desa Siaga merupakan desa yang tanggap dan mampu menanggulangi berbagai masalah kesehatan. Dalam Desa Siaga tercakup program perencanaan persalinandan pencegahan komplikasi (P4K). P4K meliputi pendataan ibu hamil oleh kader maupun bidan desa.

Setiap ibu hamil didata berikut tanggal perkiraan kelahiran, tempat dan pendamping kelahiran, persiapan sarana transportasi dan calon pendonor darah untuk mengantisipasi perdarahan. Selain itu, program pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diyakini memiliki andil besar dalam penurunan AKI dan AKB. Dengan Jamkesmas, masyarakat miskin termasuk ibu hamil dan ibu melahirkan tidak takut lagi datang ke puskesmas maupun rumah sakit untuk mendapat layanan kesehatan. Sebenarnya ini sudah dilaksanakan di setiap daerah, namun masih saja AKB tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, seharusnya pemerintah telah menggunakan pendekatan kebudayaan dalam mengubah perilaku masyarakat.

Program-program yang telah ada masih cenderung kaku dan hanya bersifat searah. Seharusnya program yang dilakukan menghasilkan feedback dari masyarakat berupa perubahan perilaku, sehingga dapat menurunkan AKB. D. Solusi Mengatasi Kenaikan AKB Masalah AKB di Indonesia adalah masalah bersama jadi solusi dalam mengatasinya menjadi tanggung jawab bersama. Program yang dirancang oleh Depkes, seperti yang telah kami uraikan di atas, telah lengkap. Namun sayang, dalam implementasinya tidak semua program itu bisa berjalan efektif.

Seperti halnya program desa siaga, bila pemerintah melakukan interaksi dan hubungan yang baik dengan masyarakat, pemerintah mampu memahami pola perilaku masyarakat , mengetahui alasan mereka mengapa lebih cenderung memilih dukun beranak daripada rumah bersalin yang resmi, maka desa siaga yang terbentuk menyediakan fasilitas-fasilitas yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat, bukan hanya hasil menerka sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat. Misalnya, dalam suatu survey didapat hasil bahwa AKB tinggi karena kebanyakan masyarakat pada daerah tersebut bersalin di dukun beranak.

Maka sepatutnya pihak Depkes terjun ke lapangan untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya dengan memastikan keadaan di lokasi, melakukan beberapa pengamatan yang cermat, menemukan factor apa saja yang membuat masyarakat lebih cenderung suka bersalin di dukun beranak. Hingga diperoleh suatu hasil yang actual dan terpercaya, yaitu wawasan mereka tentang pelayanan kesehatan lah yang paling dominant pada daerah tersebut. Lalu Depkes membuat suatu program yang sesuai dengan kendala yang dialami oleh daerah tersebut yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang pelayanan kesehatan dan peranannya dalam masyarakat, bukan malah mengadakan program pelayanan gratis dengan menggunakan Jamkesmas, ini akan sia-sia karena bukan fasilitas itu yang dibutuhkan, bagaimana akan sukses program tersebut jika masyarakatnya saja tidak tahu apa pelayanan kesehatan itu sendiri.

Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat dengan cara memeriksakan kehamilan mereka secara rutin, mengkonsumsi makanan bergizi, melakukan kunjungan neonatus, ASI eksklusif, imunisasi, dan memantau status gizi balita di Posyandu.Kemudian pemerintah dapat memberikan wawasan mengenai pola hidup bersih yang sehat melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga social. 6. AKB (Angka Kematian Bayi )a. PengertianKematian adalah akhir kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya mati secara permanen, baik dari penyebab alami seperti penyakit atau dari penyebab tidak alami seperti kecelakaan.Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Salah satu indikator yang paling menonjol dalam menilai derajat kesehatan adalah Angka Kematian Bayi (AKB = IMR). Angka Kematian Bayi dihitung dari banyaknya kematian bayi berusia kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada waktu yang sama. Manfaat dari IMR ini, adalah untuk mengetahui gambaran tingkat permasalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Akaba (Angka Kematian Balita) adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Nilai normatif Akaba > 140 sangat tinggi, antara 71 140 sedang dan