btcls

7

Click here to load reader

Upload: aliimranz

Post on 16-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

btcls

TRANSCRIPT

ANATOMILimpa berasal dari diferensiasi jaringan mesenkimal* mesogastrium dorsale. Berat limpa rata-rata sekitar75-100 gram; biasanya sedikit mengecil seiring dengan makin tuanya usia sepenjang tidak disertai adanya patologi lain.Organ ini terletak di kuadran kiri atas dorsal abdomen, menempel pada permukaan bawah diafragma, dan terlindung oleh lengkung iga. Limpa terpancang di tempatnya oleh lipatan peritoneum yang diperkuat oleh beberapa ligamen suspensoria. Limpa diselaputi oleh simpai yang bercabang-cabang ke parenkim limpa dalam bentuk trabekulla yang membungkus pulpa limpa. Pulpa ini terbagi mnjadi tiga zona: zona putih, pulpa marginal, dan pulpa merah.Darah arteri dipasok melalui arteri lienalis. Darah balik disalir melalui vena lienalis yang bergabung dengan vena mesenterika superior membentuk vena porta.

FISIOLOGIPada janin usia 5=8 bulan, limpa berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah dan sel darah putih. Fungsi ini tidak berlanjut dan hilang sama sekali pada usia dewasa. Selain itu, limpa berfungsi menyaring darah, artinya sel yang tidak normal diantaranya eritrosit, leukosit, dan trombosit tua, ditahan dan dirusak oleh sitem retikuloendotelial di sana. Untuk menjalankan faal ini, limpa diedari darah sampai 350 liter sehari sehingga merupakan alat yang paling kaya perdarahannya.PATOFISIOLOGIFiltrasi berlebihan terhadap unsur sel dalam darah oleh limpa dinamakan hipersplenisme. Pada hipersplenisme, terjadi destruksi sel darah yang berlebihan sehingga usia sel darah merah memendek (normalnya lebih kurang 120 hari), pembentukan antibodi yang menimbulkan reaksi antigen-antibodi sehingga sel-sel rentan terhadpa destruksi, dan pembentukan faktor penghambat pertumbuhan sel darah yang memengaruhi pelepasan sel darah dari sumsum tulang.Kejadian ini dapat bersifat spesifi terhadap salah satu usur sel darah atau dapat terhadap seluruh sel darah seperti pada pansplenisme.PEMERIKSAANNormalnya, limpa tidak teraba pada pemeriksaan abdomen, tetapi kadang teraba. Pada pemeriksaan perkusi, jarang ditemukan pekak limpa bila besar limpa normal. Bila organ ini membesar, pemeriksaan perabaan dan perkusi menjadi positifSecara klinis, perabaan limpa dikelompokkan menurut Schuffner, yaitu S.1 sampai S.VIII. Ultrasonografi umumnya dapat membantu menentukan ukuran, bentuk, dan patologi limpa, misalnya abses atau kista.RUPTUR LIMPAPecahnya limpa dapat terjadi akibat rudapaksa tajam atau tumpul, sewaktu operasi, dan yang jarang terjadi adalah ruptur spontan.ETIOLOGITrauma tajamRuptur limpa jenis ini dapat terjadi akibat luka tembak, tusukan pisau atau benda tajam lainnya. Pada luka jenis ini, biasanya organ lain ikut terluka, bergantung pada arah trauma. Organ yang sering turut tercederai ialah paru, lambung, dan yang lebih jarang adalah pankreas, ginjal kiri, dan pembuluh darah mesenterium.Pemeriksaan splenoportografi yang dilakukan melalui pungsi dapat pula menimbulkan perdarahan. Perdarahan pascasplenoportografi ini jarang terjadi selama jumlah trombosit lebih dari 70.000 dan masa protrombin 20% diatas normal.

Trauma tumpulLimpa merupakan organ yang paling sering terluka pada trauma tumpul abdomen atau trauma toraks kiri bagian bawah. Keadaan ini mungkin disertai kerusakan usus halus, hati, dan pankreas. Penyebab utamanya adalah cedera langsung atau tidak langsung akibat kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari tempat tinggi, pada olahraga kontak, seperti judo, karate dan silat.Ruptur limpa yang lambat dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa hari sampai beberapa minggu setelah trauma. Pada separuh kasus, masa laten ini kurang dari 7 hari. Hal ini terjadi karena ada laserasi kecil yang menyebabkan temponade, atau terbentuk hematom subkapsular yang membesar secara lambat kemudian pecah.

Trauma spontanLimpa pecah spontan sering dilaporkan pada penyakit yang disertai dengan pembesaran limpa, seperti gangguan hematologik jinak maupun ganas, mononukleosis, malaria kronik, sarkoidosis, dan splenomegali kongestif pada hipertensi portal.

PATOLOGIKerusakan limpa dikelompokkan atas jenis ruptur kapsul, kerusakan parenkim, laserasi luas sampai ke hilus, dan avulsi* limpa36-6-3 DIAGNOSISPEMERIKSAAN FISIKTanda fisik yang ditemukan pada ruptur limpa tergantung pada ada tidaknya organ lain yang ikut cedera, banyak sedikitnya perdarahan, dan ada tidaknya kontaminasi rongga peritoneum. Perdarahan dapat terjadi sedemikian hebatnya sehingga mengakibatkan renjat(syok) hipovolemik hebat yang fatal. Dapat pula terjadi perdarahan yang berlagsung sedemikian lambat sehingga sulit diketahui pada pemeriksaan.Pada setiap kasus trauma limpa harus dilakukan pemeriksaan abdomen secara berulang oleh pemeriksa yang sama karena yang lebih penting adalah mengamati perubahan gejala umum (syok, anemia) dan lokal di perut (cairan bebas, rangsangan peritoneumPada ruptur limpa yang lambat, biasanya penderita datang dalam keadaan syok dengan tanda perdarahan intraabdomen, atau datang dengan gambaran menyerupai tumor intraabdomen bagian kiri atas yang nyeri apabila ditekan disertai tanda anemia sekunder. Oleh sebab itu, menenyakan riwayat trauma yang terjadi sebelumnya sangat penting dalam menghadapi kasus seperti ini.

TANDA LOKASIPenderita umumnya berada dalam berbagai tingkat renjat hipovolemia dengan atau tanpa(belum) takikardia dan penurunan tekanan darah. Penderita mengeluh nyeri perut bagian atas, tetapi sepertiga dari seluruh penderita mengeluh nyeri perut kuadran kiri atas atau punggung kiri. Nyeri di daerah puncak bahu disebut tanda Kehr, terdapat pada kurang dari separuh kasus. Mungkin nyeri di daerah bahu kiri baru timbul pada posisi Trendelenberg. Pada pemeriksaan fisik ditemukan massa kiri atas, dan pada perkusi terdapat bunyi pekak akibat adanya hematom subkapsuler atau oentum yang membungkus suatu hematoma ekstrakapsuler yang disebut tanda Ballance. Kadang darah bebas di perut dapat dibuktikan dengan perkusi pekak geser.Pemeriksaan hematokrit perlu dilakukan berulang. Selain itu, biasanya terdapat leukositosis. Tampak gambarah patahan tulang iga sebelah kiri, peninggian diafragma kiri, bayangan limpa yang membesar, dan adanya desakan terhadap lambung ke arah garis tengah.CT-sacan radionukleotida, atau angiografi jarang berguna pada keadaan darurat. Parasentesis abdomen berguna sekali dan dapat dilakukan jika gejala klinis ruptur limpa diragukan.

TATA LAKSANA SplenorafiSplenorafi* adalah operasi yang bertujuan mempertahankan limpa yang masih berfungsi dengan teknik bedah. Tindakan ini dapat dilakukan pada trauma tumpul maupun tajam. Splenorafi dilakukan dengan membuang jaringan nonvital, mengikat pembuluh darah yang terbuka, dan menjahit kapsul limpa yang terluka. Jika penjahitan laserasi sj kurang memadai, dapat ditambahkan dengan pemasangan kantong khusus dengan atau tanpa penjahitan omentum.SplenektomiMengingat fungsi filtrasi limpa, indikasi splenektomi harus dipertimbangkan benar. Selain itu, slenektomi merupakan suatu operasi yang tidak boleh dianggap ringan Eksposisi limpa sering tidak mudah karena splenomegali biasanya disertai dengan pelekatan pada diafragma. Pengikatan arteri lienalis sebagai tindakan pertama sewaktu operasi sangat berguna. Pembuluh ini ditemukan dengan menelusuri bursa omentalis pada pinggir kranial pankreas. Splenektomi dilakukan jika terdapat kerusakan limpa yang tidak dapat diatasi dengan splenorafi, splenektoi parsial, atau pembungkusan. Splenektomi parsial, yang dapat terdiri atas eksisi satu segmen, dilakukan jika ruptur limpa tidak mengena hilus dan bagian yang tidak cedera masih vital.Splenektomi total juga dilakukan secara elektif pada penyakit yang menuntut pengangkatan limpa, misalnya pada hipersplenisme atau kelainan hematologik tertentu.Splenektomi total harus selalu diikuti dengan reimplantasi limpa yang merupaka suatu autotransplantasi. Caranya adalah dengan membungkus pecahan parenkim limpa dengan omentum dan meletakkannya di bekas tempat limpa atau menanamnya di pinggang di belakang peritoneum dengan harapan limpa dapat tumbuh dan berfungsi kembali.Komplikasi pascasplenektomi terdiri atas atelektasis lobus bawah paru kiri pada pernapasan kurang bebas. Trombositosis pascabedah, yang mencapai puncakya pada sekitar hari kesepuluh, tidak cenderung menimbulkan trombositosis karena trombosis karena trombosit yang bersangkutan merupakan trombosit tua. Sepsis pascasplenektomi (OPSS, overwhelming postsplectomy sepsis) yang berat dan mungkin fatal mengancam penderita seumur hidup. Sepsis ini pertama ditemukan pada anak, tetapi kemudian pada setiap keadaan hiposplenisme atau asplenisme. Sepsis biasanya disebabkan oleh pneumokokus, kadang H.influenzae atau meningokokus. Penderita tidak dianjurkan untk vaksinasi dengan pneumovaks 23 (campuran vaksinasi berbagai macam pneumokokus) dan diberi amoksilin profilaksis setiap kali ada infeksi yang menyebabkan demam di atas 38,5CSplenosis, yaitu implantasi pecahan limpa kecil pada peritoneum, kadang dijumpai pascaruptur limpa, dan hal ini akan mencegah terjadinya OPSS. OPSS juga tidak akan terjadi bila terdapat limpa aksesoris.

Hipersplenisme merupakan keadaan patologik pada limpa yang mengakibatkan kerusakan dan gangguan pada sel darah. Gambara klinisnya terdiri atas anemia, leukopenia, trombositopenia, dan pansitopenia yag disertai heiperplasia kompensasi sumsum merah. Hipersplenisme dapat terjadi tanpa splenomegali.Splenomegali adalah pembesaran limpa. Splenomegali bisa primer dan bisa sekunder. Splenomegali primer adalah pembesaran limpa yang tidak dapat diketahui sebabnya, sedangkan splenomegali sekunder adalah pembesaran limpa akibat suatu patologi misalnya malaria, sirosis hati, atau infeksi, misalnya demam tifoid. Splenomegali sering menimbulkan hipersplenisme.Pembesaran limpa pada demam tifoid disebabkan oleh proliferasi seluler dalam usha membentuk antibodi. Pada tiga perempat kasus, pembesaran limpa ditemukan pada akhir minggu pertama. Dalam pemeriksaan auskultasi biasanya terdengar suara gesekan diatas limpa. Keadaan ini tidak memerlukan tindakan splenektomi.