brosur erau kesultanan -...

16
PESTA ADAT ERAU RANGKAIAN UPACARA ADAT KESULTANAN DALAM RANGKA www.disbudpar.kutaikartanegarakab.go.id www.visitingkutaikartanegara.com

Upload: vanngoc

Post on 19-Aug-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PESTA ADAT ERAU

RANGKAIAN UPACARA ADAT

KESULTANAN DALAM RANGKA

www.disbudpar.kutaikartanegarakab.go.idwww.visitingkutaikartanegara.com

Upacara Adat menjamu Benua adalah prosesi

memanggil, memberitahu dan memberi sajian

atau makanan kepada makhluk kayangan untuk

berjaga-jaga dari marabahaya saat pelaksanaan erau.

Upacara ini digelar di tiga tempat berbeda di sekitar

Tenggarong, yaitu di kelurahan Mangkurawang

atau disebut Kepala Benua, tempat kedua berada di

depan Museum Mulawarman atau di sebut Tengah

Benua, dan tempat ketiga berada di sekitar lokasi

runtuhnya jembatan atau di sebut Buntut Benua.

Menjamu Benua

1

Acara ritual ini selalu ada sebelum dimulainya

acara Erau, dilaksanakan untuk memohon dan

meminta ijin kepada roh halus/mahluk gaib se-

lama merayakan acara erau supaya orang-orang

disekitarnya mendapatkan keberkahan, kesela-

matan dan terhindar dari malapetaka serta dari

gangguan roh–roh jahat selama merayakan erau.

Ritual ini berturut-turut tiga malam ditampilkan

kecuali malam jum’at, yang melaksanakan adalah

kelompok tari dan alat musik dari desa Kedang Ipil

Kec. Kota Bangun.

Merangin2

Beluluh3

Upacara Beluluh adalah prosesi ritual yang di-

lakukan oleh Dewa dan Belian terhadap Raja/

Sultan/Putera Mahkota guna membersihkan diri

dari unsur-unsur jahat, baik yang berwujud mau-

pun yang tidak berwujud, maka akan diluluhkan

di atas buluh/bambu dan sebagai pertanda dimu-

lainya prosesi Erau. Upacara Beluluh dilaksanakan

pada permulaan sebelum Erau Adat dimulai dan

setiap sore hari selama prosesi Erau dilaksanakan.

Upacara Beluluh sendiri terdiri dari Beluluh Sultan,

Beluluh Aji Begorok, dan Beluluh Aji Rangga Titi.

Mendirikan Ayu berlangsung di Museum

Mulawarman atau Keraton Kutai

Kartanegara ing Martadipura. Pada saat ritual

ini dilaksanakan suasana kedaton di dominisi

kain kuning. Mendirikan ayu disebut pula

“SANGKOH PINTU” mempunyai arti dan nilai

tersendiri yaitu: mendirikan kebenaran yang

tersurat maupun kebenaran yang tersirat

memiliki kekuatan magis dan memancarkan

kekuatan spiritual. Sebelum dilakukan prosesi

ritual Mendirikan Ayu masyarakat sekitarnya

sebagai rasa hormat berbondong-bondong

membawa berbagai macam oleh-oleh /

makanan yang langsung di berikan kepada

Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Mendirikan Ayu4

Upacara adat Bepelas berlangsung se-

tiap malam selama berlangsungnya

acara Erau, kecuali pada malam Jum'at

yang di isi dengan acara pembacaan doa

dan Barjanji. Upacara adat ini dimaksudkan

untuk memuja sukma dan raga Sultan dari

ujung kaki hingga ujung rambut, agar Sul-

tan mendapatkan kekuatan dalam melak-

sanakan tugas maupun adat. Dalam ritual

Bepelas ini, banyak tarian yang ditampilkan

baik tarian yang bersifat sakral maupun tari-

an kegembiraan. Tarian tersebut diantaranya

adalah tari Dewa, tari Dewa Memanah, tari

Ganjur, tari Kanjar Bini dan tari Kanjar Laki.

5 Upacara Bepelas

Puncak dari seluruh rangkaian

kegiatan dalam festival Erau

adalah upacara Mengulur Naga. Ritual

ini membutuhkan dua perlengkapan

utama, yaitu Naga Laki dan Naga

Bini yang diberi hiasan warna-warni.

Kedua naga tersebut disemayamkan

selama tujuh hari tujuh malam di

serambi Keraton sebelum diarak

menuju Sungai Mahakam. Kemudian

kedua naga dibawa menuju Kutai

Lama dengan menggunakan kapal.

Kapal pembawa Naga terlebih

dahulu mengitari perairan desa Kutai

Lama sebanyak 7 kali. Sementara

para kerabat Kesultanan Kutai mulai

bersiap melaksanakan Mengulur

Naga dengan terlebih dahulu melepas

bagian kepala dan ekor Naga Erau.

Kepala dan ekor Naga memang ti-

dak dilarung ke sungai Mahakam.

Karena kepala dan ekor Naga terse-

but akan disemayamkan kembali

di Keraton Kutai Kartanegara untuk

dipergunakan lagi pada Erau selan-

jutnya.

6Mengulur

Naga

Saat Naga dibawa menuju ke Kutai Lama,

Sultan Kutai H Adji Mohd Salehoeddin II

melaksanakan prosesi Beumban, Begorok serta

turun ke Rangga Titi. Pada prosesi ini, Sultan Kutai

memercikkan air Tuli yang diambil dari perairan

Kutai Lama dengan mayang pinang. Air Tuli itu

dipercikkan ke badan Sultan sendiri, kemudian

ke orang-orang di sekelilingnya. Percikan air tuli

oleh Sultan ini menjadi tanda bahwa Belimbur

boleh dimulai. Belimbur sendiri memiliki makna

untuk mensucikan diri dari pengaruh-pengaruh

jahat sehingga kita kembali suci dan bersih serta

menambah semangat untuk membangun daerah.

Demikian pula terhadap bumi dan sekitarnya

bersih dari perbuatan jahat serta terhindar dari

segala bahaya malapetaka.

Belimbur7

DINAS KEBUDAYAAN & PARIWISATAKABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BUDAYYYAAAAN &