blusukan wujud kepemimpinan demokratis (studi pada era

12
Ega Pratiwi/ AP FIA UB/2019 1 Blusukan Wujud Kepemimpinan Demokratis (Studi Pada Era Kepemimpinan Jokowi) Ega Pratiwi a Farida Nurani b a,b Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang ——— Corresponding author. e-mail: [email protected] 1. Pendahuluan Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu ABSTRACT Kata kunci: Negara demokrasi, gaya kepemimpinan, kepemimpinan demokratis Indonesia as a country that adheres to a democratic sistem that requires a ruling leadership, also involves the community and special social organizations, requires leaders who are close to their people, pay attention to their people and can live out their roles and functions. When society and organizations are led by powerful leaders, there is hope that our nation will support the democratic process and then achieve the ideals of a just and prosperous life in accordance with the ideals. Leadership (leadership) can help as a complex process whereby one influences others to fulfill a mission, task, or goal and direct an organization that is coherent and makes more sense. As ideal leaders without having a sense of importance with the interests of some parties, asking leaders who can help the needs of the people that we expect. And as leaders must be able to harmonize this diversity so that nothing needs to be excluded, this is one of the challenges that can be used in all modernization. INTISARI Indonesia sebagai negara yang menganut sistem demokrasi membutuhkan pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan demokratis pula, dikarenakan masyarakat umum dan organisasi-organisasi kemasyarakatan khususnya, memerlukan pemimpin-pemimpin yang dekat sama rakyatnya, perhatian kepada rakyatnya serta dapat menghayati peran dan fungsinya. Bila masyarakat dan organisasi dipimpin oleh pemimpin yang demokratis, maka ada harapan bahwa bangsa kita akan berhasil menjalani proses demokratisasi dan kemudian mencapai cita-cita kehidupan yang adil dan makmur sesuai yang dicita-citakan. Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai suatu proses yang kompleks dimana seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk menunaikan suatu misi, tugas, atau tujuan dan mengarahkan organisasi yang membuatnya padu dan lebih masuk akal. Dan pemimpin harus dapat menselaraskan kebergaman ini sehingga tidak ada yang merasa di kucilkan, inilah salah satu tantangan yang berada dalam kondisi serba modernisasi. .

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Blusukan Wujud Kepemimpinan Demokratis (Studi Pada Era

Ega Pratiwi/ AP FIA UB/2019

1

Blusukan Wujud Kepemimpinan Demokratis (Studi Pada Era Kepemimpinan Jokowi)

Ega Pratiwi a Farida Nuranib

a,b Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang

——— Corresponding author. e-mail: [email protected]

1. Pendahuluan

Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat

hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau

berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan.

Manusia hidup berkelompok baik dalam

kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah.

Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang

harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu

ABST RACT

Kata kunci: Negara demokrasi, gaya

kepemimpinan, kepemimpinan

demokratis

Indonesia as a country that adheres to a democratic sistem that requires a

ruling leadership, also involves the community and special social organizations, requires leaders who are close to their people, pay attention

to their people and can live out their roles and functions. When society and

organizations are led by powerful leaders, there is hope that our nation will support the democratic process and then achieve the ideals of a just and

prosperous life in accordance with the ideals. Leadership (leadership) can

help as a complex process whereby one influences others to fulfill a

mission, task, or goal and direct an organization that is coherent and makes more sense. As ideal leaders without having a sense of importance with the

interests of some parties, asking leaders who can help the needs of the

people that we expect. And as leaders must be able to harmonize this diversity so that nothing needs to be excluded, this is one of the challenges

that can be used in all modernization.

INTISARI

Indonesia sebagai negara yang menganut sistem demokrasi membutuhkan

pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan demokratis pula,

dikarenakan masyarakat umum dan organisasi-organisasi kemasyarakatan khususnya, memerlukan pemimpin-pemimpin yang dekat

sama rakyatnya, perhatian kepada rakyatnya serta dapat menghayati peran

dan fungsinya. Bila masyarakat dan organisasi dipimpin oleh pemimpin yang demokratis, maka ada harapan bahwa bangsa kita akan berhasil

menjalani proses demokratisasi dan kemudian mencapai cita-cita

kehidupan yang adil dan makmur sesuai yang dicita-citakan. Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai suatu proses yang

kompleks dimana seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk

menunaikan suatu misi, tugas, atau tujuan dan mengarahkan organisasi yang

membuatnya padu dan lebih masuk akal. Dan pemimpin harus dapat menselaraskan kebergaman ini sehingga tidak ada yang merasa di

kucilkan, inilah salah satu tantangan yang berada dalam kondisi serba

modernisasi.

.

Page 2: Blusukan Wujud Kepemimpinan Demokratis (Studi Pada Era

Ega Pratiwi/ AP FIA UB/2019

2

selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap

insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang

harmonis adalah tugas manusia. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola

dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu

dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber

daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin

dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia

akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan

masalah yang relatif sulit. Disinilah dituntut kearifan

seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik Salah satu

pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui

kesuksesan pemimpin adalah mempelajari gayanya,

yang akan melahirkan berbagai tipe kepemimpinan yang dikenal salah satunya adalah Kepemimpinan

Demokratis.

Salah satu pemimpin yang gaya kepemimpinannya sangat disorot adalah presiden

Indonesia yaitu Presiden Joko Widodo, seorang

pemimpin seperti Jokowi memiliki gaya

kepemimpinan yang unik dan melekat pada dirinya yaitu melalui gaya blusukannnya, selain itu ia juga

suka menampung aspirasi rakyat dan lebih banyak

bertindak dibandingkan mengumbar janji, meskipun banyak pihak-pihak yang menneyang keputusannya

untuk menjadi capres pada pilpres 2014, jokowi

punya banyak alasan mengapa dirinya mengambil keputusan yang sebelumnya ia sanggah, dengan

berbagai pertimbangan Jokowi berjanji akan

mengubah Indonesia menjadi lebih baik dengan

segala program yang telah dipersiapkan serta tidak melupakan Jakarta.

Lalu bagaimanakah gaya kepemimpanan Jokowi

selama menjabat sebagai presiden Indonesia yang sudah memasuki dua periode? Dengan aktivitas

politiknya yang sering blusukan ke berbagai daerah

baik di kota hingga turun ke desa.

2. Teori

2.1 Konsep Negara Demokrasi

2.1.1 Konsep Negara

Negara diterjemahkan dari kata-kata asing “Staat” (bahasa Belanda dan Jerman); “State” (bahasa

Inggris); “Etat” (bahasa Perancis). Istilah “Staat”

mempunyai sejarah sendiri. Istilah itu mula- mula diperkenalkan pada abad ke-15 di Eropa Barat.

Anggapan umum yang diterima adalah bahwa kata

“Staat” itu dialihkan dari bahasa Latin “Status” atau

“Statum”.

Istilah Negara (Indonesia) merupakan terjemahan

dari perkataan state (Inggris), staat (Jerman dan

Belanda) atau Etat (Perancis) yang diserap dari bahasa Latin status atau statum yang artinya sesuatu

yang memiliki sifat-sifat yang tetap dan tegak. Bahasa

Latin status atau statum itu berkaitan dengan istilah lo

stato yang diperkenalkan pertama kali dalam buku The Prince karya Niccolo Negara (state) telah dikenal

sejak masa Yunani Klasik, yaitu Polis yang berarti

kota (city) yang merupakan suatu negara, sehingga polis dikenal juga dengan sebutan negara (state) atau

negara kota (city state). Polis atau negara kota

memiliki wilayah yang tidak luas dan penduduknya tidak banyak sehingga dapat saling mengenal satu

dengan lainnya. Itulah sebabnya negara kota (polis)

dalam sejarahnya menerapkan “demokrasi langsung”

yang diawali oleh pidato Pericles di depan masyarakat

Athena pada zaman Yunani Klasik sebelum Masehi.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan

bahwa negara diartikan pertama; sebagai organisasi

di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah yang ditaati oleh rakyat. Kedua; Negara

diartikan sebagai kelompok sosial yang menduduki

wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di

bawah lembaga politk dan pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga

berhak menentukan tujuan nasionalnya.

Negara merupakan integrasi dari kekuatan politik, ia adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik.

Negara adalah agency (alat) dari masyarakat yang

mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan

menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam

masyarakat. Manusia hidup dalam suasana kerja

sama, sekaligus suasana antagonistis dan penuh

pertentangan.

Negara adalah organisasi yang dalam suatu

wilayah yang dapat memaksakan kekuasannya secara

sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan

bersama itu. Negara menetapkan cara-cara dan batas-

batas sampai dimana kekuasaan dapat digunakan

dalam kehidupan bersama itu, baik oleh individu dan golongan atau asosiasi, maupun oleh negara sendiri.

Dengan demikian ia dapat mengintegrasikan dan

membmbing kegiatan-kegiatan sosial dari

penduduknya ke arah tujuan bersama.

Negara mempunyai tugas yang penting yaitu

mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan

yang timbul dalam masyarakat yang bertentangan satu

sama lain, disamping itu negara juga mempunyai tugas untuk mengorganisasi dan mengintegrasi

aktivitas individu/orang perseorangan dan golongan

Page 3: Blusukan Wujud Kepemimpinan Demokratis (Studi Pada Era

Ega Pratiwi/ AP FIA UB/2019

3

agar dapat dicapai tujuan-tujuan dari masyarakat

seluruhnya seperti apa yang mereka cita-citakan.

2.1.2 Negara Demokrasi

Demokrasi merupakan sebuah bentuk sistem

politik suatu negara dan juga merupakan budaya

politik suatu bangsa. Namun Wilson Churchill mengakui secara jujur bahwa demokrasi

sesungguhnya bukanlah sistem pemerintahan yang

terbaik, tetapi belum ada juga sistem lain yang lebih baik dari padanya. Hal ini menunjukkan bahwa

demokrasi ini memang unik. Beragam jenis rezim

politik di seluruh dunia ini menyebut dirinya demokrasi, meskipun yang dikatakan dan diperbuat

oleh rezim yang satu dengan yang lain sering berbeda

secara substansial. Memang sejarah konsepsi

demokrasi itu sangatlah kompleks dan banyak

ditandai dengan konflik konsepsi.

Secara etimologis istilah demokrasi berarti

pemerintahan oleh rakyat (demos berarti rakyat;

kratos berarti pemerintahan). Tetapi dalam sejarah perkembangannya, istilah demokrasi itu mengandung

pengertian yang berbeda-beda. Demokrasi dijelaskan

sebagai bentuk pemerintahan dimana hak-hak untuk

membuat keputusan-kepuutusan politik digunakan secara langsung oleh setiap warga negara, yang

diaktualisasikan melalui prosedur pemerintahan

mayoritas, yang biasa dikenal dengan istilah demokrasi langsung. Demokrasi juga dijelaskan

sebagai bentuk pemerintahan dimana warga negara

menggunakan hak yang sama tidak secara pribadi tetapi melalui para wakil yang duduk di lembaga

Dewan Perwakilan Rakyat. Wakil-wakil itu dipilih

oleh rakyat dan bertanggung jawab terhadap rakyat.

Ini yang disebut demokrasi perwakilan. Atas nama rakyat pejabat-pejabat iitu dapat berunding mengenai

berbagai isu masyarakat yang rumit lewat cara

bijaksana dan sistematis, membutuhkan waktu dan

tenaga.

Pengertian demokrasi tersebut menunjukkan

bahwa rakyat memegang kekuasaan, pembuat dan

penentu keputusan dan kebijakan tertinggi dalam

penyelenggaraan negara dan pemerintahan serta mengontrol terhadap pelaksanaan kebijakan baik yang

dilakukan secara langsung oleh rakyat atau wakilnya

melalui lembaga perwakilan. Karena itu negara yang menganut sistem demokrasi diselenggarakan

berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat mayorits

dan juga tidak mengesampingkan rakyat minoritas.

Pemerintahan yang tidak berasal dari rakyat tidak mempunyai legitimasi. Pemerintahan yang tidak

dijalankan oleh rakyat disebut pemerintahan otoriter.

Pemerintahan yang dijalankan tidak untuk rakyat

adalah pemerintahan korup. Dengan demikian ketiga

bentuk pemerintahan tersebut dinamakan pemerintahan tidak demokratis. Karena suatu

pemerintahan dikatakan demokratis bila dalam

mekanisme pemerintahan mewujudkan prinsip-prinsip

dan nilai-nilai demokrasi. Selanjutnya dalam pandangan Suseno suatu negara disebut demokratis

bila terdapat 5 gugus dalam negara tersebut yaitu :

negara hukum, kontrol masyarakat terhadap pemerintah, pemilihan umum yang bebas, prinsip

mayoritas dan adanya jaminan terhadap hak-hak dasar

rakyat,

Meskipun demokrasi itu telah menimbulkan

banyak penafsiran, serta banyak kritik dan kendala dalam penerapannya, namun harus dipahami bahwa

demokrasi pada dasarnya memiliki potensi untuk

memberikan sesuatu yang baik bagi manusia terutama dalam menghadapi kekuasaan yang represif.

Demokrasi juga memandang adanya kesetaraan dalam

poltik dan dapat melindungi hak-hak individu atau hak asasi manusia, termasuk hak untuk memperoleh

penghidupan yang layak, hak untuk berkumpul dan

menyatakan pendapat secara bebas dan bertanggung

jawab, serta hak- hak lainnya.

2.1.3 Prinsip-prinsip Negara Demokrasi

Demokrasi adalah mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya

mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk

dijalankan oleh pemerintah negara yang bersangkutan. Salah satu pilar demokrasi yang umum

dikenal adalah prinsip pembatasaan kekuasaan yang

memisahkan kekuasaan eksekutif, legislatif dan

yudikatif dengan prinsip saling mengimbangi dan mengawasi (checks and balances). Demokrasi

menempati posisi vital dalam kaitannya dengan

pembatasan kekuasaan dalam suatu negara dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat, juga

harus digunakan untuk kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat. Prinsip pembatasan kekuasaan (semacam trias politica) menjadi saat penting untuk

diperhatikan ketika fakta-fakta sejarah mencatat

kekuasaan pemerintah/raja yang begitu besar ternyata

tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah

seringkali menimbukan pelanggaran terhadap Hak-

Hak Asasi Manusia. Demokrasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk

pemerintahan yang diorganisasikan berdasarkan

prinsip-prinsip kedaulatan rakyat, kesamaan politik

konsultasi atau dialog dengan rakyat dan berdasarkan pada aturan suara mayoritas.

Suatu negara atau pemerintahan dikatakan

demokratis apabila dalam sistem pemerintahannya

Page 4: Blusukan Wujud Kepemimpinan Demokratis (Studi Pada Era

Ega Pratiwi/ AP FIA UB/2019

4

mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Menurut

Dahl terdapat enam prinsip demokrasi yang harus ada

dalam sistem pemerintahan, yaitu: 1. Adanya control atau kendali atas keputusan

pemerintahan.

Pemerintahan dalam mengambil keputusan

masih dikontrol oleh lembaga legislative yaitu

DPR dan DPRD. Dalam penyusunan kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) untuk

pengangkatan pejabat negara yang dilakukan oleh pemerintah.

2. Adanya pemilihan yang teliti dan jujur.

Demokrasi dapat berjalan dengan baik apabila

adanya partisipasi aktif dari warga negara dan

partisipasi tersebut dilakukan dengan teliti dan jujur.

3. Adanya hak memilih dan dipilih.

Hak memilih untuk memberikan hak pengawasan rakyat terhadap pemerintahan, serta memutuskan

pilihan yang terbaik sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai rakyat. Hak dipilih memberikan

kesempatan kepada setiap warga negara yang mempunyai kemampuan dan kemauan serta

memenuhi persaratan untuk dipilih dalam menjalankan amanat dari warga pemilihnya.

4. Adanya kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman.

Demokrasi membutuhkan kebebasan dalam

menyampaikan pendapat, berserikat dengan rasa aman.

5. Adanya kebebasan mengakses informasi.

Demokrasi membutuhkan informasi yang akurat, untuk itu setiap warga negara harus mendapatkan akses informasi yang memadai.

6. Adanya kebebasan berserikat yang terbuka.

Kebebasan untuk berserikat ini memberikan

dorongan bagi warga negara yang merasa lemah, dan

untuk memperkuatnya membutuhkan teman atau

kelompok dalam bentuk serikat. Bagaimana dengan kondisi di Indonesia, apakah sudah menerapkan

sistem demokrasi? Sistem kontrol sudah ada yaitu

DPR dan perannya sudah meningkat, namun seringkali adanya intervensi dari partai politik atau

pemerintah membuat anggota DPR tidak dapat

bekerja secara optimal. Kebebasan berserikat dan berpolitik juga sudah dijamin undang-undang.

Seperti dikemukakan di atas, di Indonesia, prinsip-prinsip negara demokratis telah dilakukan,

walaupun masih ada beberapa kelemahan dalam

pelaksanaannya. Untuk mengukur seberapa jauh

kadar demokrasi sebuah negara, diperlukan suatu ukuran atau parameter.

2.2 Konsep kepemimpinan

2.2.1 Definisi Kepemimpinan

Konsep kepemimpinan pada dasarnya berasal

dari kata “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntun

dan dari kata “pemimpin” yaitu orang yang berfungsi

memimpin, atau orang yang membimbing atau menuntun. Sedangkan kepemimpinan sendiri

yaitu kemampuan seseorang dalam mempengaruhi

orang lain dalam mencapai tujuan. Menurut James L. Gibson dalam Pasolong (2010:110), Kepemimpinan

adalah suatu usaha menggunakan suatu gaya

mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan. Menurut Ralph M.

Stogdill dalam Sulistyani (2008:13), Kepemimpinan

adalah suatu proses mempengaruhi kegiatan-

kegiatan sekelompok orang yang terorganisasi dalam usaha mereka menetapkan dan mencapai tujuan.

Menurut Joseph C. Rost dalam Sulistyani

(2008:13), Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan

pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang

mencerminkan tujuan bersamanya. Pemimpin adalah mereka yang menggunakan

wewenang formal untuk mengorganisasikan,

mengarahkan, mengontrol para bawahan yang

bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.

Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu

menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Secara sederhana

pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu

mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya

mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.

Menurut Kartono (2003: 48) mengemukakan

kepemimpinan sebagai berikut: Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi situasi khusus.

Sebab dalam satu kelompok yang melakukan

aktivitasaktivitas tertentu, dan punya tujuan serta peralatan khusus, pemimpin kelompok dengan ciri-

ciri karakteristiknya itu merupakan fungsi dari situasi

khusus tadi. Jelasnya sifat-sifat utama dari pemimpin

dan kepemimpinannya harus sesuai dan bisa diterima oleh kelompoknya, juga bersangkutan, serta cocok-

pas dengan situasi dan zamannya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan

kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin

dalam mempengaruhi bawahan dengan karakteristik

Page 5: Blusukan Wujud Kepemimpinan Demokratis (Studi Pada Era

Ega Pratiwi/ AP FIA UB/2019

5

tententu sehingga dapat mencapai tujuan yang

diinginkan. Faktor keberhasilan seorang pemimpin

salah satunya tergantung dengan teknik kepemimpinan yang dilakukan dalam menciptakan

situasi sehingga menyebabkan orang yang

dipimpinnya timbul kesadarannya untuk

melaksanakan apa yang dikehendaki. Dengan kata lain, efektif atau tidaknya seorang pemimpin

tergantung dari bagaimana kemampuannya dalam

mengelola dan menerapkan pola kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi tersebut.

2.2.2 Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang

terlibat dalam oleh pemimpin ketika berhadapan

dengan karyawan. Efektivitas gaya kepemimpinan

tergantung pada situasi organisasi (Omolayo, 2004 dalam Umaru., et al. 2015). Gaya kepemimpinan

adalah pendekatan yang memberikan arahan,

melaksanakan rencana, dan memotivasi orang (Northouse, 2015). Pemimpin harus mengidentifikasi

gaya kepemimpinan terbaik untuk mengelola

karyawan mereka dalam sebuah organisasi. Dalam bisnis, kepemimpinan sangat terkait dengan kinerja.

Pemimpin yang efektif adalah mereka yang mampu

meningkatkan perusahaan mereka. Kepemimpinan

sangat penting untuk mengelola karyawan dan organisasi. Kesesuaian gaya kepemimpinan yang

akan digunakan dalam sebuah organisasi berdasarkan

sektor usaha di mana mereka beroperasi. Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang tahu

bagaimana untuk menginspirasi dan berhubungan

dengan bawahan, tahu bagaimana meningkatkan

kinerja karyawan dan membuat karyawan loyal

kepada organisasi.

2.2.3 Tipe dan Gaya Kepemimpinan

Dalam memimpin, seorang pemimpin tentu

memiliki gaya dan style yang berdeda-beda dengan

pemimpin lain. Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian

sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku

dan gayanya sendiri yang membedakan

dirinya dengan orang lain. Gaya atau style hidupnya akan berpengaruh terhadap gaya kepemimpinannya.

Kartono dalam Pasolong (2010:118), membagi tipe

kepemimpinan dalam delapan tipe, yaitu (1) Tipe Karismatik, (2) Tipe Peternalistik, (3) Tipe

Militeristik, (4) Tipe Otokratis,, (5) Tipe Laissez

Faire, (6) Tipe Populistis, (7) Tipe Administratif/Eksekutif, (8) Tipe Demokratis yang

kemudian dirangkum dalam lima tipe kepemimpinan

yaitu:

1. Tipe Kharismatik Tipe ini mempunyai daya tarik dan pembawaan

yang luar biasa, sehingga mereka mempunyai

pengikut yang jumlahnya besar. Kesetiaan dan

kepatuhan pengikutnya timbul dari kepercayaan

terhadap pemimpin itu. Pemimpin dianggap mempunyai kemampuan yangdiperoleh dari

kekuatanYang Maha Kuasa.

2. Tipe Paternalistik Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain;

a. Menganggap bawahannya belum dewasa

b. bersikap terlalu melindungi c. Jarang memberi kesempatan bawahan untuk

mengambil keputusan

d. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

3. Tipe Otoriter Pemimpin tipe otoriter mempunyai sifat sebagai

berikut: a. Pemimipin organisasi sebagai miliknnya

b. Pemimpin bertindak sebagai dictator

c. Cara menggerakkan bawahan dengan paksaan dan ancaman.

4. Tipe Militeristik Dalam tipe ini pemimpin mempunyai siafat sifat: a. menuntut kedisiplinan yang keras dan kaku

b. lebih banyak menggunakan sistem perintah

c. menghendaki keputusan mutlak dari bawahan d. Formalitas yang berlebih-lebihan

e. Tidak menerima saran dan kritik dari bawahan

f. Sifat komunikasi hanya sepihak

5. Tipe Demokrasi Tipe demokrasi mengutamkan masalah kerja sama

sehingga terdapat koordinasi pekerjaan dari semua bawahan. Kepemimpinan demokrasi menghadapi

potensi sikap individu, mau mendengarkan saran dan

kritik yang sifatnya membangun. Jadi pemimpin menitikberatkan pada aktifitas setiap anggota

kelompok, sehingga semua unsure organisasi

dilibatkan dalam akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan,, pembuatan rencana keputusan, disiplin.

2.2.4 Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokrartis pada umumnya berasumsi bahwa pendapat orang banyak lebih baik

dari pendapatnya sendiri dan adanya partisipasi akan

menimbulkan tanggung jawab bagi pelaksanaanya. Asumsi lain bahwa partisipasi memberikan

kesempatan kepada para anggota untuk

mengembangkan diri para karyawannya sehingga para karyawan dapat terus inovatif dan kreatif (Rivai,

2014).

Rivai (2014) menyatakan bahwa terdapat

beberapa karakteristik yang dimiliki seseorang

pemimpin demokratis adalah senang menerima saran

Page 6: Blusukan Wujud Kepemimpinan Demokratis (Studi Pada Era

Ega Pratiwi/ AP FIA UB/2019

6

dan pendapat bahkan kritikan dari karyawannya;

selalu berusaha mengutamakan kerja sama

(teamwork) dalam usaha pencapaian tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada

karyawan berbuat kesalahan yang kemudian

diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat

kesalahan yang kemudian diperbaiki agar karyawan tidak berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani

berbuat kesalahan yang lain, selalu berusaha untuk

meenjadikan karyawan lebih sukses daripada pemimpinnya, dan berusaha untuk mengembangkan

kapasitas diri sebagai pemimpin.

Menurut Robbins (2003:167) gaya

kepemimpinan demokratis menggambarkan

pemimpin yang cenderung melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan, mendelegasikan

wewenang, mendorong partisipasi dalam memutuskan

metode dan sasaran kerja, dan menggunakan umpan balik sebagai peluang untuk melatih karyawan. Di

samping itu, dalam mengambil sebuah keputusan,

pemimpin selalu bermusyawarah dan berkonsultasi dengan orang-orang bawahannya. Dengan demikian

kepemimpinan dengan gaya ini cenderung

menghargai setiap potensi yang dimiliki individu dan

mau mendengarkan bawahan.

Robbins (2003:168) mengemukakan bahwa terdapat beberapa ciri gaya kepemimpinan demokratis

yang membedakan dengan gaya kepemimpinan lain

yaitu:

1. Semua kebijakan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan

dorongan dan bantuan pemimpin.

2. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-

langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis,

pemimpin menyarankan dua atau lebih

alternatif prosedur yang dapat dipilih. 3. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja

yang mereka pilih dan pembagian tugas

ditentukan oleh kelompok. 4. Lebih memperhatikan bawahan untuk

mencapai tujuan organisasi.

5. Menekankan dua hal yaitu bawahan dan

tugas. 6. Pemimpin adalah objektif dalam pujian dan

kecamannya dan mencoba menjadi seorang

anggota kelompok biasa dalam jiwa dan

semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.

Siagian (2002:121) mengemukakan bahwa

terdapat beberapa indikator gaya kepemimpinan

demokratis adalah : Pengawasan dilakukan secara

wajar, menghargai ide dari bawahan,

memperhitungkan perasaan bawahan, perhatian pada

kenyamanan kerja bawahan, menjalin hubungan baik

dengan bawahan, bisa beradaptasi dengan kondisi, teliti dengan keputusan yang akan diambil, bersahabat

dan ramah, memberikan pengarahan pada tugas-tugas

yang diberikan, komunikasi yang baik dengan

bawahan, pengambilan keputusan bersama,

mendorong bawahan meningkatkan keterampilan.

Gaya kepemimpinan demokratis banyak dinilai

merupakan gaya kepmimpinan yang paling ampuh

untuk membawa kesuksesan perusahaan. Gaya kepemimpinan ini dinilai dapat memberikan motivasi

tersendiri bagi karyawan. Menurut Kontz (1986:150),

seorang pemimpin dalam kepemimpinan gaya

demokratis ini tidak banyak menggunakan kekuasaannya, melainkan memberikan kesempatan

sebanyak-banyaknya kepada bawahan untuk mandiri

dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Pemimpin seperti ini akan bergantung pada bawahan mereka

untuk menetapkan sendiri tujuan dan cara bawahan

dalam hal pencapaian tujuan perusahaan, dan tugas pemimpin adalah menjalin komunikasi baik dengan

bawahannya untuk memberikan informasi yang

dibutuhkan seorang karyawan dalam penyelesaian

pekerjaannya di dalam perusahaan untuk pencapaian

tujuan dari perusahaan.

2.2.5 Sifat-sifat Kepemimpinan Demokratis

Menurut Purwanto terdapat beberapa sifat

didalam gaya kepemimpinan demokratis, diantaranya

adalah: 1. Senang menerima saran, pendapat, dan kritik

dari bawahan

2. Mengutamakan kerjasama dalam mencapai

tujuan 3. Selalu berusaha menyinkronkan kepentingan

dari tujuan pribadi bawahan

4. Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan membimbingnya

5. Mengusahakan agar bawahan dapat lebih

sukses dari pada dirinya

Kemudian Siagian menyatakan bahwa pemimpin

yang demokratis memiliki sifat-sifat sebagai berikut. 1. Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak

dari anggapan bahwa manusia merupakan

mahkluk yang paling mulia di dunia. 2. Senang menerima saran, pendapat dan kritik

dari bawahan.

3. Mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan.

4. Memberikan kebebasan kepada bawahan

tetapi juga tetap membimbingnya.

Page 7: Blusukan Wujud Kepemimpinan Demokratis (Studi Pada Era

Ega Pratiwi/ AP FIA UB/2019

7

2.2.6 Ciri-ciri Kepemimpinan Demokratis

Menurut Danim bahwa kepemimpinan demokratis

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Beban kerja organisasi menjadi tanggung

jawab bersama,

2. Pimpinan menganggap bawahan sebagai komponen pelaksana, dan secara integral

harus diberi tugas dan tanggung jawab.

3. Disiplin, tetapi tidak kaku, jika ada masalah diselesaikan bersama,

4. Memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap

bawahan dengan tidak melepaskan tanggung jawab pengawasan, dan cara yang paling

cocok dengan jiwa kelompok dan situasinya.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Sudarwan Danim,

adapun ciri-ciri

5. Komunikasi bersifat terbuka dan dua arah

3. Metode Penulisan

Penulisan ini menggunakan pendekatan berupa

studi kepustakaan (library research). Studi

Kepustakaan yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang

ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi

obyek penelitian.Menurut Sugiyono, studi

kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan

norma yang berkembang pada situasi sosial yang

diteliti, selain itu studi kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan

penelitian tidak akan lepas dari literatur-literatur

Ilmiah (Sugiyono, 2012 : 291). Studi keputsakan dalam penulisan ini digunakan

untuk mengungkapkan informasi yang berupa data

deskriptif yang mendukung dalam proses bernegara

yang menganut sistem demokrasi dan juga untuk menggambarkan kepemimpinan demokratis yang

diterapkan oleh presiden Joko Widodo melalui

berbagai studi literatur yang ada baik dari buku, penelotian terdahulu seperti jurnal, skripsi dan juga

tesis serta artikel yang dikutip daei koran online

seperti kompas.com.

4. Diskusi dan Hasil

4.1 Diskusi

Didalam pasal 1 UUD Indonesia menyatakan

bahwa negara Indonesia sebagai negara demokrasi konstitusional dan negara hokum. Disini tampak

bahwa negara demokrasi itu terwujud karena negara

Indonesia menghormati hak-hak asasi manusia dalam memberikan rakyat indoensia suara, untuk memilih

aturan Indonesia dengan baik dan benar. Tampak

dengan adanya pemilu, dimana yang dipilih adalah

rakyat Indonesia sendiri untuk mewakili rakyat

indonesia dalam mengatur tatanan pemerintah

indoensia dan sistem Indonesia itu sendiri.

Maka dari itu, tampak bahwa Indonesia menganut sistem demokrasi karena sesuai sejarah, pola pikir

masyarakat Indonesia telah terbentuk untuk memiliki

sistem demokrasi. Pada sistem demokrasi di Indonesia

sendiri, telah dikenal dan diterapkan sejak zaman Yunani kuno, pada pelaksanaannya, rakyat dapat

terlibat secara langsung dalam proses pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan keberlangsungan suatu negara. Saat itu, sistem demokrasi seperti di

zaman Yunani kuno sangat sulit untuk diterapkan

pada suatu negara negara yang wilayahnya sangat luas

dengan jumlah penduduk yang banyak

Misalnya, saja Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta

jiwa tentunya sistem demokrasi Yunani kuno tidak

relevan jika diterapkan. Hal itulah yang kemudian menjadi alasan mengapa Indonesia membentuk

lembaga perwakilan rakyat, yaitu Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR). Jadi, DPR ini berperan untuk menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

Kondisi ini kemudian memunculkan demokrasi

perwakilan atau demokrasi tidak langsung

Salah satu upaya menciptakan negara demokrasi

dengan mendahulukan kepentingan rakyat di atas segalanya melalui gaya kepemimpinan blusukan yang

mungkin baru dikenal dalam 5 tahun ke belakang.

Blusukan mungkin bisa dianggap kata yang dipopulerkan oleh Presiden Jokowi. Sejak menjadi

walikota Solo, Presiden Jokowi memang sering

melakukan ini, blusukan dilakukan untuk mengerti

dan memahami masalah di publik dan mendengar suara rakyat secara langsung, aksi yang langsung

terjun ke lapangan terutama di tempat yang sedang

ada masalah atau bencana memang menjadi nilai positif bagi Presiden. Beliau bahkan tidak tanggung-

tanggung untuk langsung meninjau lokasi kejadian

tanpa memandang status untuk melihat situasi apa yang sebenarnya terjadi.

Sejak Jokowi dilantik menjadi presiden, ada

beberapa blusukannya yang paling menyita perhatian

masyarakat seperti yang telah dikutip oleh penulis dari website kompas.com. Pertama adalah blusukan

perdananya ke Sinabung, Inilah blusukan pertama

Jokowi setelah dilantik menjadi Presiden. Jokowi memberikan bantuan uang tunai serta membagikan

Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar

kepada pengungsi. Jokowi juga enggan terikat oleh

protokoler dan jadwal resmi. Di Kabanjahe, ia tak mau hadir dalam acara resmi pemaparan kondisi

terakhir pengungsi dan Gunung Sinabung. Ia

Page 8: Blusukan Wujud Kepemimpinan Demokratis (Studi Pada Era

Ega Pratiwi/ AP FIA UB/2019

8

menggantinya dengan rapat singkat tertutup. Jokowi

juga tak segan berjalan jauh untuk menemui warga.

Blusukan Presiden Jokowi yang kedua adalah ketika ia menginspeksi pelayanan di Pelabuhan

Tanjung Priok, Jakarta Utara, 17 Juni 2015.

Kunjungan untuk memeriksa waktu tunggu kontainer

(dwell time) itu berakhir dengan kemarahan Presiden jokowi. Ia kecewa mendapati dwell time di sana

masih 5,5 hari. Itu di bawah target pemerintah, yakni

4,7 hari. Jokowi marah karena tak kunjung mendapat jawaban dari petugas di sana tentang penyebab

lamanya dwell time. Ia berjanji akan memberi sanksi

tegas kepada siapa pun yang tidak becus membenahi pelayanan itu. Kegaduhan di Pelabuhan Tanjung

Priok berlanjut pada langkah Bareskrim Polri yang

membongkar dugaan korupsi di Pelindo II terkait

pengadaan mobile crane. Selanjutnya, blusukan presiden jokowi yang

ketiga adalah ketika kebakaran hutan terjadi, foto

Jokowi yang tengah berjalan di lahan berasap di Desa Guntung Damar, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 23

September 2015, menjadi pembicaraan di media

sosial. Dengan melepas masker, Jokowi menyusuri

lahan yang berubah hitam dan diselimuti asap karena terbakar. Beragam reaksi masyarakat bermunculan

atas foto itu. Ada yang memuji Jokowi dan

membandingkan hal itu dengan presiden sebelumnya. Ada juga yang mengkritiknya. Jokowi dianggap telat

dan tidak mampu menghentikan penderitaan korban

bencana asap. Sebaliknya, ketika DPR membahas pembentukan panitia khusus soal kebakaran hutan,

pimpinan DPR justru menggunakan masker dalam

rapat paripurna di Gedung DPR RI, 30 Oktober 2015.

Blusukan Presiden Jokowi yang selanjutnya adalah saat Jokowi blusukan menangani kebakaran

hutan dan lahan. Media sosial dibuat heboh oleh foto

Jokowi saat menemui warga Suku Anak Dalam. Pada tanggal 30/10/2015, ia menemui warga Suku Anak

Dalam di Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam,

Kabupaten Sarolangun. Foto-foto pertemuan Jokowi dan Suku Anak Dalam itulah yang mengundang

polemik. Muncul tuduhan bahwa foto itu hasil

rekayasa seolah pertemuan itu sudah diarahkan

sedemikian rupa agar Jokowi tampak merakyat. (Liputan6. 2019)

Dengan gaya kepemimpinan “blusukan”, para

pemimpin politik bisa memeriksa langsung, apakah keputusan yang telah ia buat dijalankan dengan baik

atau tidak. Dari sudut pandangan metode berpikir

ilmiah, ini disebut juga verifikasi. Banyak pemimpin

lupa memeriksa lagi, apakah kebijakan yang telah dibuat sungguh membantu masyarakat atau tidak.

Dengan politik blusukan, gaya lama semacam ini bisa

dihindari. Namun, “blusukan” juga memiliki kelemahannya.

Blusukan bisa merosot menjadi politik

pencitraan, ketika pimpinan politik hanya berkeliling

di masyarakat, supaya terlihat peduli, namun tak ada keputusan nyata yang bisa membantu memecahkan

pesoalan-persoalan sosial masyarakat. Presiden Joko

Widodo kerap dikritik dengan dalih tak pantas

seorang penguasa yang prestisius dan berwibawa menyusuri gorong-gorong berlumpur, mengunjungi

pasar-pasar tradisional, berdesak-desakan di antara

kerumunan pedagang dan penjual serta tempat blusukan yang lainnya.

Akan tetapi sikap Jokowi yang bertindak

langsung dan suka blusukan memang telah menimbulkan perdebatan. Tidak sedikit yang

menuduh tindakan itu hanya pencitraan, seperti yang

dikatakan oleh pengamat perkotaan, Yayan

Supriyatna yang dikutip dari website thejak.co. ia menilai aksi blusukan Jokowi tak efektif, Jokowi

malah diminta menghentikan sementara blusukannya.

Sudah cukup blusukannya. Stop blusukan dulu deh. Dia memang tipenya di lapangan tapi perlu

mengejar target prioritas dulu supaya rencana besar

itu bisa direalisasikan,”Selain itu, permasalahan yang

dialami masyarakat sangat banyak, pastilah tidak mungkin semuanya bisa diselesaikan dengan blusukan

dan tindakan langsung. Untuk itu membangun sistem

yang transparan dan efektif dan menjadikan blusukan serta tindakan langsung sebagai bagiannya akan lebih

bermanfaat.

Gaya kepemimpinan Presiden Jokowi ini mendapat persepsi yang berbeda di kalangan

masyarakat. Persepsi merupakan suatu penilaian atau

kesan seseorang terhadap suatu objek yang

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Adapun komponen yang termasuk dalam persepsi

yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan) dan

evaluatif (penilaian). Sebagian masyarakat sangat setuju dengan gaya kepemimpinan Presiden Jokowi

ini, karena dianggap mampu menyelesaikan banyak

persoalan, namun di sisi lain justru merasa Presiden Jokowi hanya melakukan pencitraan dan kadang

justru mengabaikan pekerjaan yang seharusnya

dikerjakan. Keadaan ini tentunya tidak terlepas dari

persepsi masyarakat dalam menanggapi dan menilai seorang sebagai presiden dan gaya kepemimpinannya,

baik persepsi masyarakat yang menerima atau

menolak. Oleh karena itu permasalahan ini perlu diteliti untuk mendapat jawaban yang jelas tentang

persepsi masyarakat mengenai gaya kepemimpinan

Presiden Joko Widodo.

Jokowi termasuk pemimpin muda yang diharapkan banyak pihak mampu mengubah Jakarta,

bahkan wajah Indonesia. Pria kelahiran 21 Juni 1961

ini dipandang memiliki track record leadership yang baik. Lulusan fakultas Kehutanan UGM ini memulai

karier sebagai pengusaha mebel, yang oleh Jokowi

Page 9: Blusukan Wujud Kepemimpinan Demokratis (Studi Pada Era

Ega Pratiwi/ AP FIA UB/2019

9

sendiri diakui sebagai tukang kayu karena ikut

membuat langsung mebel yang diproduksinya. Sukses

sebagai eksportir mebel, dirinya masuk ke arena politik setelah dipinang PDI-P untuk menjadi calon

walikota Solo hingga berlanjut sampai sekarang.

Selama menjabat, banyak perubahan yang

dicapai, di antara branding untuk kota Solo, yaitu: “The Spirit of Java", merelokasi pedagang barang

bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak,

merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan

kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung

rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat, taman Balekambang yang

terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya,

dijadikannya taman. Jokowi juga tak segan menampik

investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya. Jokowi juga berhasil mengajukan

Solo atau nama resminya Surakarta untuk menjadi

anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006, termasuk menfasilitasi

perdamaian keluarga Kraton Surakarta yang terlibat

konflik antar keturunan Pakubuwono XII sejak tahun

2004. Sebagai kepala pemerintahan, Jokowi memiliki

leadership seperti yang diharapkan oleh masyarakat.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain sehingga

orang yang dipengaruhi bertingkah laku seperti yang

dikehendaki oleh pemimpin. Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) ada pula yang tidak

resmi (informal leadership). Kemunculan seorang

pemimpin merupakan hasil dari proses dinamis

memenuhi kebutuhan-kebutuhan kelompok (Soekanto, 2002). Sosok Jokowi ketika menemui

warga di kampung-kampung di Jakarta dengan

pakaian bebas, tanpa pengawalan ketat, bahkan tanpa protokoler kegubernuran sejatinya menampilkan

dirinya sebagai pemimpin informal bagi

masyarakatnya. Ketika Jokowi mengambil keputusan-keputusan secara cepat ketika persoalan yang ada di

lapangan, maka Jokowi juga memperlihatkan diri

sebagai pemimpin formal bahwa dirinya adalah

gubernur yang memiliki otoritas untuk mengambil keputusan .

Secara teori, ada banyak gaya model

kepemimpinan mulai dari kepemimpinan kharismatik, otoritaristik, paternalistic hingga demokratis. Dari

berbagai gaya kepemimpinan tersebut jokowi lebih

menonjolkan gaya kepemimpinan demokratis dalam

perannya sebagai pemimpin untuk melakukan perubahan-perubahan secara mendasar di dalam

organisasi, sehingga kinerja birokrasi menjadi lebih

efektif dan efisien.

4.2 Hasil

Joko Widodo juga menerapkan model

kepemimpinan demokratis dengan selalu menekankan

pendekatan partisipatif dalam menjalankan kekuasaannya. Blusukan adalah merupakan cara Joko

Widodo untuk melibatkan partisipasi masyarakat

dalam pembangunan kota sekaligus pengejawantahan

dari demokrasi sejati, menjelaskan, model kepemimpinan demokratis selalu meyakini bahwa

dana yang banyak akan sia-sia jika tidak digunakan

oleh manusia demi mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Pemimpin demokratis selalu

memperhatikan kesejahteraan bawahan. Dalam

penilaian Joni Hari Sumantri (pada suatu wawancara pada Rabu, 27 Mei 2015, di Solo), Joko Widodo

termasuk pemimpin yang selalu memberi perhatian

kepada para PNS. Ia selalu berupaya agar ada

kenaikan gaji yang pantas kepada para PNS yang

telah bekerja dan melayani masyarakat.

Seperti yang diungkapkan oleh White dan Lippit

dalam Pasolong, model kepemimpinan demokratik

disebut juga dengan model kepemimpinan partisipatif yang selalu mempergunakan pengetahuan para

anggota dalam membuat suatu keputusan. Menurut

Indah (dalam suatu wawancara, pada Rabu, 27 Mei

2015 di Solo), Joko Widodo selalu melibatkan partisipasi wartawan sebelum mengambil keputusan

tertentu, termasuk menentukan lokasi blusukan. Indah

mencontohkan, ketika Joko Widodo akan menikahkan anaknya, ia bahkan mengajak wartawan Solo untuk

makan bersama sekaligus menanyakan bagaimana

bentuk acara yang diharapkan oleh teman-teman wartawan. Joko Widodo paham, wartawan ingin

memberitakan acara pernikahan anaknya oleh sebab

itu, ia meminta konsep acara yang bagus sehingga

wartawan juga mudah untuk meliputnya.

Joko Widodo dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sama-sama menerapkan model kepemimpinan

demokratis. Hanya SBY kadang berlebihan atau

keliru dalam memaknai demokrasi. Atas sikapnya yang selalu menunggu banyak masukan sebelum

mengambil keputusan, maka, beberapa pihak

menganggapnya sebagai presiden yang selalu lamban

dalam mengambil keputusan misalnya, perseteruan KPK dan Polri yang melibatkan komisioner KPK,

Bibit Samad Rianto, Chandra M Hamzah serta Ketua

KPK Antasari Azhar yang ditahan oleh Bareskrim Polri. Begitupun kasus ganti rugi korban lumpur

Lapindo yang bertahun-tahun tanpa kejelasan.

Sementara, Joko Widodo menerapkan

kepemimpinan demokratis yang tidak kebablasan

dengan senantiasa mengambil sikap tegas untuk melindungi rakyatnya, misalnya ia berani membuat

aturan terkait lokasi dan jam operasional su-

Page 10: Blusukan Wujud Kepemimpinan Demokratis (Studi Pada Era

Ega Pratiwi/ AP FIA UB/2019

10

permarket untuk memberi perlindungan kepada

pedagang kecil. Ia juga tegas menolak izin baru untuk

pendirian mal demi menjaga eksistensi pasar

tradisional.

Hal lain yang membedakan kepemimpinan

demokratis SBY dengan Joko Widodo adalah

penerapan demokrasi Joko Widodo yang lebih

subtantif. Blusukan Joko Widodo merupakan bentuk dari demokrasi sejati, di sini rakyat dihadirkan dalam

politik bukan hanya pada saat pemilu, namun, mereka

dilibatkan pada setiap harinya. Hampir tidak ada kebijakan yang diputuskan tanpa terlebih dahulu

mendengar masukan langsung dari rakyat. Atas

sikapnya tersebut, ia dianggap menerapkan

“demokrasi jalanan” karena langsung bertemu masyarakat. Ia lebih banyak berada di jalan, kampung

kumuh, terminal, dan pasar-pasar daripada di kantor.

Beberapa wartawan asing memberikan beberapa julukan kepadanya, seperti, “the street democracy”,

“Jokowi, a Governor at Home on the Streets”, dan

“man of the people”. karena, setiap saat rakyat dihadirkan dalam politik. Bukan hanya pada saat

pemilu berlangsung. (BeritaSatu. 2014)

Sehingga dari semua pemaparan di atas bisa

disimpulkan blusukan merupakan salah satu cara

presiden Jokowi untuk menerapkan gaya kepemimpinan demokratis karena salah satu ciri-ciri

kepemimpinan demokratis menurut siagian yaitu

Senang menerima saran, pendapat dan kritik dari bawahan yaitu dibuktikan dengan adanya blusukan

Presiden Jokowi dapat mengerti dan memahami

masalah di publik dan mendengar suara rakyat secara

langsung, dengan mendengar suara rakyat maka secara tidak langsung Jokowi selalu mendapat saran

serta kritik mengenai apa yang Indonesia hadapi saat

ini. Selain itu melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan

masyarakat yang membuktikan bahwa Jokowi selalu

menerima semua pendapat masyarakat atas dirinya

dan Indonesia.

Dengan menerapkan model kepemimpinan

demokratis Jokowi selalu menekankan pendekatan

partisipatif dalam menjalankan kekuasaannya melalui

Blusukan yang merupakan cara Joko Widodo untuk melibatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan kota sekaligus pengejawantahan dari

demokrasi sejati, menjelaskan, model kepemimpinan demokratis selalu meyakini bahwa dana yang banyak

akan sia-sia jika tidak digunakan oleh manusia demi

mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Pemimpin

demokratis selalu memperhatikan kesejahteraan bawahan.

Tidak hanya melibatkan partisipasi masyarakt

saja bahkan Joko Widodo selalu melibatkan

partisipasi wartawan sebelum mengambil keputusan tertentu, termasuk menentukan lokasi blusukan.

Tidak hanya kepada masyarakat saja Joko

Widodo termasuk pemimpin yang selalu memberi

perhatian kepada para PNS. Ia selalu berupaya agar ada kenaikan gaji yang pantas kepada para PNS yang

telah bekerja dan melayani masyarakat. Sehingga

dengan adanya hal tersebut Jokowi mengharapkan masyarakat Indonesia dapat diberikan pelayanan yang

pantas oleh para pemberi layanan.

Jadi, Blusukan Joko Widodo merupakan bentuk dari demokrasi sejati, di sini rakyat dihadirkan dalam

politik bukan hanya pada saat pemilu, namun, mereka

dilibatkan pada setiap harinya. Dan dengan adanya

blusukan ini membuat terciptanya Komunikasi bersifat terbuka dan dua arah antara kepala negara

serta pemerintah dan rakyatnya yang merupakan ciri-

ciri kepemimpinan demokratis menurut Danim. Blusukan merupakan salah satu cara yang

dilakukan oleh presiden Jokowi untuk menerapkan

gaya kepemimpinan demokratis karena dengan

adanya blusukan Jokowi dapat menerima saran, pendapat, dan kritik dari masyarakt secara langsung,

selalu berusaha menyinkronkan kepentingan dari

tujuan pribadi bawahan dan juga menciptakan komunikasi yang terbuka dan dua arah antara

pemerintah dan masyarakat yang hal tersebut

merupakan ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis. Sehingga jika masyarakat selalu didengar dan

diperhatikan akan meningkatkan kepercayaan

masyarakat kepada pemerintah.

5. Penutup

5.1 Kesimpulan

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa model

kepemimpinan yang khas Joko Widodo yakni blusukan. Blusukan telah membuat nama

JokoWidodo semakin populer tidak hanya di Solo

serta di Indonesia, bahkan di dunia internasional sehingga, ia mendapatkan julukan sebagai “the street

democracy”, “Jokowi, a Governor at Home on the

Streets”, dan “man of the peopl”. Selanjutnya,

banyaknya tokoh dunia, seperti pendiri media sosial Facebook Mark Zuckerberg, Perdana Menteri

Belanda Mark Rutte, Perdana Menteri Australia

Malcolm Turnbull, dan lainnya yang tertarik ingin merasakan langsung blusukan agar dapat

membuktikan kuatnya citra atau identitas tersebut

dalam kepemimpinan Joko Widodo. Blusukan seperti

telah menjadi milik Joko Widodo. Secara tegas dapat dikatakan, Joko Widodo adalah blusukan dan

blusukan adalah Joko Widodo.

Page 11: Blusukan Wujud Kepemimpinan Demokratis (Studi Pada Era

Ega Pratiwi/ AP FIA UB/2019

11

Dalam penulisan ini ditemukan bahwa blusukan

merupakan ciri yang sangat menonjol dalam

kepemimpinan politik Joko Widodo. Blusukan merupakan gaya kepemimpinan demokratis yang

ditunjukan oleh Joko Widodo untuk mengetahui

persoalan langsung dari tangan pertama. Blusukan

juga merupakan implementasi kerendahan hati seorang pemimpin, karena, pemimpin memang harus

melayani bukan dilayani. Selain itu, pemimpin yang

melakukan blusukan juga harus bersiap menerima berbagai risiko, karena blusukan merupakan pola

kerja pemimpin yang hampir tanpa jarak dengan

rakyatnya. Salah satunya prosedur keamanan. Sehingga apa yang dilakukan Jokowi erat kaitannya

dengan tipe kepemimpinan demokratis.

Terkait teori Foucault yang mengatakan bahwa

kekuasaan itu menyebar, Joko Widodo blusukan

adalah merupakan perwujudan atas model kekuasaannya yang tidak elitis. Joko Widodo

merubah cara lama pengetahuan dan kebijakan

tentang pembangunan kota di produksi dengan cara kerja kekuasaan yang hirarkis sementara, ia

merancang pembangunan kota dengan meng- gunakan

sumber daya rakyat yang bertalian pada pengetahuan

maupun keinginan rakyat. Contohnya, Kampung Deret bisa terwujud karena pengetahuan dan

konsensus atas konsep tersebut melibatkan rakyat

secara langsung. Joko Widodo memberi pesan kepada rakyat bahwa politisi harus mendahulukan

kepentingan rakyat di atas kepentingan diri dan

kelompok. Politisi harus selalu dekat dengan rakyat agar bisa paham masalah dan berbagai harapan

mereka. Pada konteks tersebut, blusukan adalah jalan

terbaik yang diyakini dan dijalankan oleh Joko

Widodo.

5.2 Saran

Gaya kepemimpinan demokratis memang dirasa baik untuk diterapkan oleh para pemimpin, namun

walaupun gaya kepemimpinan ini masih termasih

kategori cukup efektif namun pelaksanaannya kadang masih belum optimal untuk menciptakan lingkungan

yang kondusif didalam sebuah organisasi ataupun

negara karena banyaknya sudut pandang yang

berbeda antar masyarakat yang kadang menyebabkan terjadinya konflik. Oleh sebab itu, pemimpin yang

menerapkan gaya kepemimpinan demokratis harus

lebih tegas serta tanggung jawab sebagai seorang pemimpin juga harus mampu mengawasi keadaan

lingkungan masyarakat dan dapat mengarahkan

semua masyarakatnya kea rah yang lebih baik lagi.

Daftar Pustaka

Aji, Wahyu. Alasan Jokowi Blusukan Pasar

Tradisional, http://www.tribunnews.com.

(diakses tanggal 3 desember 2019). BeritaSatu. 2014.

https://www.beritasatu.com/nasional/214460/i

ni-perbedaan-sby-dan-jokowi-dalam-konteks-

ketatanegaraan. diakses tanggal 3 desember 2019).

Dahl, Robert A. Dilema Of Pluralist Democracy.

New Heaven and London : Yale University Press.

Danim, Sudarwan. Motivasi Kepemimpinan dan

Efektivitas Kelompok, (Jakarta: Rineka

Cipta. 2004), h.76. Foucault, Michel. 2003. Society must be Defended.

UK: Penguin Books.

Kartodirdjo. Sartono (Penyunting). 1984. Kepemimpinan dalam Dimensi Sosial.

Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan

Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Kartono, Kartini. 2003. Pimpinan dan Kepemimpinan.

Edisi 1. Jakarta : PT Grafindo Persada.

Koontz, Harold., (1986). Manajemen Edisi Kedelapan

. Jakarta : Penerbit Erlangga. Liputan6. Liputan6.info.

http://www.liputan6.info/2016/01/6-blusukan-

presiden-jokowi-terheboh.html. diakses tanggal 3 desember 2019).

Northouse, P.G. 2015. Leadership: Theory and

Practice. Sage Publication, Thousand Oaks. Pasolong, H. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. CV.

Alfabeta, Bandung.

Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi

Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya

Manusia Untuk Perusahaan. Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi, jilid

2. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia

Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT Indeks Kelompok

Gramedia

Siagian, Sondang P. 2010. Teori & Praktek Kepemimpinan.Jakarta: Rineka Cipta

Soekanto, Soerjono. 2002. Teori Peranan. Jakarta :

Bumi Aksara. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung :

Penerbit Alfabeta.

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2008. Kepemimpinan

Profesional; Pendekatan Leadership Game. Yogyakarta: Gava Media

Supardo, Susilo, dan Bernadine R. Wirjana, M.S.W.

2006. Kepemimpinan, Dasar-Dasar dan

Page 12: Blusukan Wujud Kepemimpinan Demokratis (Studi Pada Era

Ega Pratiwi/ AP FIA UB/2019

12

Pengembangannya. Yogyakarta: CV. Andi

offset.

Suseno, Frans Magnis. 1997. Mencari Sosok Demokrasi, Sebuah Telaah filosofis. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama.

Sutanto, Teguh. 2013. Belajar Kepemimpinan Jawa

Dari Soekarno Hingga Jokowi. Yogyakarta : Buku Pintar.

Tanisa, Evelyn. 2017. Indonesia sebagai negara

demokrasi. https://www.kompasiana.com/evelyntanissa/5

9cdbd2e4fc4aa68c11afc22/indonesia-sebagai-

negara-demokrasi?page=alldiakses tanggal 3 desember 2019).

Umaru, D. M., et al. (2015). Evaluation of

performance of small and medium enterprises

(smes) development in nigeria. EPRA International Journal of Economic and

Business Review.

Wattimena, Reza A.A. 2013. Kepemimpinan Blusukan.http://rumahfilsafat.com. diakses

tanggal 3 desember 2019).