blt
TRANSCRIPT
Indikator Kemiskinan dan Kesejahteraan Masyarakat Serta Aplikasi
Program BLT di Kecamatan Jatinangor
Setiap negara pasti menginginkan masyarakatnya sejahtera. Sejahtera
dapat diartikan sebagai keadaan yang baik, kondisi manusia dalam keadaan
makmur, sehat, dan damai baik dalam segi sosial, pendidikan, maupun ekonomi.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa tingkat kesejahteraan di Indonesia
dapat dikatakan masih rendah. Masyarakat Indonesia hidup dalam himpitan
ekonomi yang serba kekurangan, terutama masyarakat golongan ekonomi
menengah ke bawah. Jika ditinjau lebih jauh, hampir 70% penduduk Indonesia
masih hidup serba kekurangan atau tidak sejahtera. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain tingkat pendidikan yang masih rendah, lapangan
kerja yang masih kurang, serta masih banyaknya pengangguran di Indonesia.
Sejauh ini, pemerintah Indonesia telah berusaha untuk mengurangi
masalah kesejahteraan di Indonesia. Antara lain dengan mengadakan program-
program pemerintah, misalnya BOS (Biaya Operasional Sekolah), Raskin (Beras
Miskin), JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), ASKESKIN (Asuransi
Kesehatan Keluarga Miskin), dan BLT (Bantuan Langsung Tunai). Sedikit
banyak, program-program tersebut dapat membantu keluarga yang dikatakan
kurang mampu atau tidak sejahtera.
a. Indikator kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat
Sesuatu bisa dikatakan sebagai indikator jika hal tersebut dapat menjadi acuan
dan dapat mewakilkan apa-apa saja bahasan yang mencakup. Dalam hal ini
indikator kemiskinan adalah suatu kriteria-kriteria tertentu yang dapat menjadi
patokan dalam menentukan bisa dikatakan keluarga miskin. Untuk menentukan
kriteria-kriteria tersebut dibutuhkan beberapa penelitian lebih lanjut dari badan
yang dapat dipercaya dalam menentukan indikator kemiskinan tersebut. Adapun
beberapa indikator kemiskinan yang dibuat adalah sebagai berikut:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang
2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu
murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas
rendah/ tembok tanpa plester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah
tangga lain.
5. Sumber Penerangan Rumah Tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindungi/ sungai
/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak
tanah.
8. Hanya mengkomsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas/ poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
0.5 ha, buruh tani, nelayan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya
dengan pendapatan dibawah Rp.600.000 (enam ratus ribu rupiah) per
bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/
hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai
Rp.500.000.-(lima ratus ribu rupiah), seperti: Sepeda motor (kredit/ non
kredit), emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.
b. Peranan pemerintah dalam pemberantasan kemiskinan dan
peningkatan kesehateraan masyarakat
Kehidupan sosial ataupun ekonomi masyarakat di Indonesia masih
tergolong rendah, banyak faktor yang mengakibatkan keadaan tersebut. salah
satu faktor mengapa hal itu terjadi adalah kebijakan-kebjikan pemerintah yang
kurang cocok diterapkan pada masyarakat Indonesia. Perbaikan terus
dilakukan dan berbagai program peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
pemberantasan kemiskinan terus ditingkatkan untuk tercapainya masyarakat
yang sejahtera.
Pemerintah amat berperan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan peningkatan kemiskinan melalui peningkatan dibidang pendidikan,
kesehatan, daya beli, pemberdayaan masyakarat serta revitalisasi sektor
pertanian, karena kita ketahui hingga sekarang ini sebagian besar masyarakat
Indonesia masih bermatapencaharian sebagai petani. Program pemerintah
dalam pemberantasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyakarat
khusunya pada periode kepemimpinan presiden Bapak Susilo Bambang
Yudoyono dan Bapak M. Yusuf Kalla, antara lain,
Pendidikan
Pendidikan memiliki arti penting dalam membina para generasi muda
sehingga memiliki wawasan yang luas, kecerdasan, kemampuan
menyelesaikan masalah sehingga mampu diterapkan dimasyarakat Dalam
program sebelumnya kita telah mengenal dengan istilah wajib belajar
sembilan tahun. Dalam meningkatkan mutu pendidikan masyarakat,
pemerintah telah mengeluarkan program Bantuan Operasional Sekolah
(BOS), Bantuan Khusus Murid (BKM), GNOTA, beasiswa dan berbagai
program lainya. Hingga saat ini telah terealisasi pada Sekolah Dasar (SD)
dan Sekolah Menengah Atas ( SMP ) dengan adanya program sekolah
gratis.
Kesehatan
Salah satu program yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat yaitu menyediakan asuransi
kesehatan bagi masyarakat miskin (Askeskin) yang sekarang telah direvisi
menjadi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Diharapkan dengan program ini masyarakat Indonesia akan sehat jasmani,
sehingga mampu berkarya untuk bangsa ini.
Daya Beli Masyarakat
Dalam upaya pemberantasan kemiskinan, pemerintah berupaya dengan
peningkatan daya beli masyarakat dengan salah satu programnya yaitu
Bantuan Langsung Tunai bagi Rumah Tangga Sasaran (BLT-RTS),
yang sasarannya kepada keluarga yang sudah memenuhi indikator
kemiskinan. Program lainya yaitu Program Beras untuk rakyat Miskin
(Raskin) serta program lainya.
Pemberdayaan Masyarakat
Dari berbagai program pemerintah yang dilakukan, program yang
paling strategis untuk pemberantasan kemiskinan dan peningkatan
kesehteraan masyakarat yaitu Program PNPM mandiri. Melalui
program ini pemerintah berharap akan terciptanya lapangan kerja baru
sehingga mengurangi angka pengganguran.
c. Salah satu implikasi program pemerintah dalam peningkatan
kesejahteraan sosial
Salah satu program pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan
adalah pemberian subsidi terhadap harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Selama ini subsidi pemerintah terhadap harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) dipandang salah sasaran, hal ini dikarenakan sebagian besar
subsidi tersebut dinikmati oleh masyarakat menengah ke atas. Oleh karena
itu salah satu cara yang dipandang strategis adalah dengan mengubah
excise subsidy menjadi bantuan langsung tunai (cash grant) kepada
penduduk miskin.
Adapun dasar hukum pemberian bantuan langsung tunai (BLT) ini adalah
Keputusan dalam UU APBN-P, Pasal 14 ayat (2):
Dalam hal terjadi perubahan harga minyak yang sangat signifikan
dibandingkan asumsi harga minyak yang ditetapkan, pemerintah dapat mengambil
langkah-langkah kebijakan yang diperlukan di bidang subsidi BBM
dan/ataulangkah-langkah lainnya untuk mengamankan pelaksanaan APBN 2008.
Dilaksanakan berdasarkan INPRES No3/2008 tentang Pelaksanaan
Program BLT untuk RTS. Tugas K/L dalam pelaksanaan BLT:
1. MENKO POLHUKAM: Koordinasi bidang KAMTIB.
2. MENKO Perekonomian: Koordinasi penyiapan kondisi perekonomian.
3. MENKO KESRA: Koordinasi pelaksanaan program BLT dan pengaduan
masyarakat.
4. MENKEU: Penyediaan dana, penyusunan dan pengendalian anggaran.
5. MENNEG PPN / Kepala BAPPENAS: Koordinasi perencanaan program,
penyusunan organisasi pelaksanaan dan evaluasi program.
6. Menteri Sosial: Pelaksana program.
7. MENDAGRI: Koordinasi pelaksanaan dan pengendalian program bersama
PEMDA.
8.MENKOMINFO: Koordinasi sosialisasi dan konsultasi publik mengenai
BLT bersama
9. MENDAGRI.
10. MENNEG BUMN: Integrasi BUMN Peduli kedalam BLT.
11. Jaksa Agung: Penegakan hukum atas penyimpangan dan penyelewengan
pelaksanaan program.
12. Panglima TNI: Mendukung dan membantu pengamanan pelaksanaan
program.
13. KAPOLRI: Penjagaan KAMTIBMAS untuk pelaksanaan program
14. Kepala BPS: Penyediaan data RTS dan pemberian akses data kepada
instansi yang berkepentingan.
15. Kepala BPKP: Pelaksanaan audit pelaksanaan program.
16. Para Gubernur beserta jajarannya: Mendukung pelaksanaan dan
pengawasan program di wilayah masing-masing.
17. Para Bupati/Walikota beserta jajarannya:
18. Mendukung pelaksanaan dan pengawasan program di wilayah masing-
masing.
Pada hakikatnya, Tujuan BLT adalah itu adalah :
1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya.
2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat
kesulitan ekonomi.
3. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.
Program BLT diselenggarakan dalam kerangka kebijakan
perlindungan sosial (social protection) melalui asistensi sosial (social
assistance). Sasaran dari BLT ini adalah Rumah Tangga Sasaran atau RTS
yaitu rumah tangga yang masuk dalam kategori Sangat Miskin, Miskin,
dan Hampir Miskin sesuai dengan hasil pendataan BPS. Dimana dalam
pendataan nya didasarkan pada indikator identifikasi dari BPS, dan bukan
merupakan variabel intervensi. Bantuan program BLT sebesar
Rp.100.000,- per bulan per-RTS selama 7 (tujuh) bulan dalam dua periode
pembayaran.
Dalam mekanisme pengaplikasiannya, prosedur penyerahan
bantuan langsung tunai (BLT) ini, melalui serangkaian proses yaitu
sebagai berikut :
Updating atau pemutakhiran data RTS akan dilakukan oleh BPS
dengan melibatkan Pemerintah Kabupaten/Kota setempat. Setelah
Pertemuan Koordinasi Tingkat Nasional ini, diharapkan seluruh aparat
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota siap melaksanakan program BLT
untuk RTS tahun 2008 dengan sebaik-baiknya.
Para Gubernur beserta jajarannya memberikan dukungan terhadap
pelaksanaan dan pengawasan program pemberian bantuan langsung tunai
kepada rumah tangga sasaran dalam rangka kompensasi pengurangan
subsidi BBM di wilayah masing-masing.
Para Bupati/Walikota beserta jajarannya memberikan dukungan
terhadap pelaksanaan dan pengawasan program pemberian bantuan
langsung tunai kepada rumah tangga sasaran dalam rangka kompensasi
pengurangan subsidi BBM di wilayah masing-masing.
Kewajiban Dinas/ Instansi Sosial Provinsi adalah 1) Mengelola
Unit Pelaksana Program Bantuan Langsung Tunai (UPP-BLT) pada
tingkat provinsi, 2) Melakukan pembinaan, supervisi dan pengawasan
terhadap pelaksanaan BLT ;3) Mengkoordinasikan Dinas/ Instansi sosial
Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan pendampingan; 4) Memberikan
perlindungan khusus bagi kelompok rentan (penyandang cacat, ibu hamil,
dan lanjut usia serta RTS yang sakit); dan 5) Membuat laporan
pelaksanaan Program BLT sesuai dengan tugas dan kewenangan yang
dimiliki.
Kewajiban Dinas/ Instansi Sosial Kabupaten/Kota adalah : 1)
Mengelola Unit Pelaksana Program Bantuan Langsung Tunai (UPP-BLT)
pada tingkat kabupaten/kota, 2) Melakukan pembinaan, supervisi dan
pengawasan terhadap pelaksaaan BLT, termasuk pengelolaan Unit
Pelaksana Program BLT-RTS dikecamatan; 3) Melakukan pendampingan
dan membantu PT. Pos Indonesia pada saat pembagian KKB dan
pembayaran BLT; 4) Memberikan perlindungan khusus bagi kelompok
rentan (penyandang cacat, ibu hamil, dan lanjut usia serta Rumah Tangga
Sasaran yang sakit); dan 5) Membuat laporan pelaksanaan Program BLT
sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki.
PT. Pos Indonesia dan BRI (Persero) Tbk., ditunjuk sebagai
Penyalur Dana Bantuan Langsung Tunai untuk Rumah Tangga Sasaran
sesuai dengan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 28 /
Huk /2008. PT. Pos Indonesia siap menyalurkan dana BLT kepada seluruh
RTS di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pada komunitas terpencil dan
penduduk yang tinggal di pulau terluar.
Kelembagaan Tim Koordinasi Program BLT pada tingkat provinsi
dan kabupaten/kota merupakan optimalisasi fungsi Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD).
Tugas dan tanggung jawab Tim Koordinasi Program BLT bagi
Rumah Tangga Sasaran adalah:
1. Merencanakan langkah‐langkah strategis dan operasional pendistribusian
KKB dan penyaluran dana BLT kepada Rumah Tangga Sasaran.
2. Mengidentifikasi dan melakukan kerjasama dengan mitra kerja untuk
sosialisasi program BLT.
3. Mengkoordinasikan jajaran/ perangkat atau jaringan/mitra kerja pada
tingkat provinsi, kabupaten/kota sampai dengan kecamatan dan
desa/kelurahan pada tahap persiapan, pelaksanaan dan pengendalian
Program BLT.
4. Melakukan pembahasan dan membantu penyelesaian masalah (antara lain
pada saat penetapan Rumah Tangga Sasaran, distribusi KKB, penyaluran
dana BLT, dll.) sesuai dengan jenis pengaduan dan tingkat
kewenangannya melalui instansi terkait.
5. Menggalang tanggung jawab sosial dan partisipasi masyarakat (Perguruan
Tinggi, Dunia Usaha dan Tokoh Masyarakat) dalam menyukseskan
pelaksanaan Program BLT.
6. Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan Program BLT secara
berjenjang sesuai dengan tugas dan kewenangan masing‐masing anggota
tim koordinasi.
Selain itu, guna memberikan pemahaman yang tepat dan
mendorong keterlibatan masyarakat, dilakukan komunikasi publik dengan
sasaran :
1. Tergambarnya informasi tentang pengurangan subsidi BBM.
2. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
3. Terjadinya perubahan sikap agar masyarakat peduli dan mendukung
kebijakan pemerintah.
4. Berkembangnya keterlibatan masyarakat terhadap usaha penghematan,
konversi energy dan kebijakan kompensasi kepada publik.
5. Memfasilitasi usaha‐usaha publik atau komunitas untuk mendukung
kebijakan pemerintah/program yang memihak kepada rakyat miskin.
Bappeda provinsi dan kabupaten/kota melaksanakan :
1. Koordinasi penyusunan rencana teknis pelaksanaan program pemberian
bantuan langsung tunai kepada rumah tangga sasaran dalam rangka
kompensasi pengurangan subsidi BBM;
2. Koordinasi teknis pelaksanaan Program pemberian bantuan langsung
tunai kepada rumah tangga sasaran dalam rangka kompensasi
pengurangan subsidi BBM;
3. Melakukan evaluasi teknis pelaksanaan progam bantuan langsung tunai
terhadap pendapatan rumah tangga sasaran.
d. Pengaplikasian BLT di Kecamatan Jatinangor
BLT merupakan singkatan dari Bantuan langsung tunai, dimana pada dasarnya
BLT ini merupakan salah satu dari berbagai program pemerintah yang bertujuan
untuk meningkatkan perekonomian rakyat kurang mampu. Program tersebut
diluncurkan menyusul kebijakan pemerintah dalam menaikan harga bahan bakar
minyak.
Berdasarkan hasil kunjungan yang kelompok kami lakukan di kantor
kecamatan jatinangor, data statistik menunjukan bahwa 60% masyarakat
jatinangor berada dibawah garis kemiskinan. Bahkan ironisnya, jumlah keluarga
miskin dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Selain
itu, masih banyak kepala keluarga yang pendapatannya berada dibawah pedapatan
minimal yaitu sekitar Rp. 134.000.
Bertitik tolak dari pemaparan tersebut, program BLT diharap mampu
meningkatkan daya beli masyarakat menengah kebawah khususnya dikecamatan
jatinangor. Akan tetapi problematika yang lebih ironis adalah dari 60%, hanya
4847 RTS yang mendapatkan bantuan langsung tunai ini.
Berdasarkan data survai awal, seharusnya teradapat 6000 lebih kepala
keluarga dikecamatan jatinangor yang perlu mendapatkan BLT ini. Akan tetapi
dana yang turun dari pemerintah pusat hanya mencukupi untuk 4847 kepala
keluarga. Hal tersebut menimbulkan masalah tersendiri bagi instansi pemerintahan
terkait, sehingga diperlukan pensortiran ulang. Adapun indikator pemberian BLT
pada hakikatnya didasarkan pada 14 indikator kemiskinan yang sudah dipaparkan
diatas. Ke 14 indikator itu, adalah ciri-ciri kemisikinan pada satu rumah tangga
yang berhak menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT), yang memenuhi 9
indikator berhak untuk menerimanya. Akan tetapi data fakta dilapangan
menunjukan bahwa BLT dissrahkan pada kepala keluarga yang memenuhi 7
indikator. Kenyataannya pada prakteknya, indikator tersebut dewasa ini dirasa
kurang tepat sasaran.
Kesimpulan
1. Hingga saat ini pemerintah terus berupaya dalam pemberantasan
kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2. Indikator kemiskinan dalam pemberian BLT dilapangan kurang tepat
sasaran.
Indikator Kemiskinan dan Kesejahteraan Masyarakat Serta
AplikasiProgram BLT di Kecamatan Jatinangor
Oleh
Kelompok 4
Maulani 150110080048
Sekar Laras 150110080070
Dwi Eka 150110080072
Kukuh 150110080075
Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
2009