blok 8 sintesis darah

21
Komposisi dan Sintesis Sel Darah Merah Awalliantoni 10 2011 411 Fakultas Kedokteran UKRIDA Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 [email protected] PENDAHULUAN Darah adalah cairan yang terdapat pada makhluk hidup (kecuali tumbuhan) yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Didalam darah terdapat banyak sekali zat-zat yang penting bagi tubuh salah satunya adalah zat besi. Bila kadar zat besi dalam darah berkurang maka dapat menyebabkan anemia defisiensi besi (ADB) dimana anemia ini timbul akibat berkurangnya persediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong akan mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia ini merupakan bentuk anemia yang sering ditemukan didunia terutama dinegara yang sedang berkembang. Dalam pembuatan makalah ini saya mendapatkan beberapa keterbatasan, seperti keterbatasan waktu dan bahan referensi. 1

Upload: awalliantoni

Post on 20-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Komposisi dan Sintesis Sel Darah Merah

Awalliantoni

10 2011 411

Fakultas Kedokteran UKRIDA

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

[email protected]

PENDAHULUAN

Darah adalah cairan yang terdapat pada makhluk hidup (kecuali tumbuhan) yang

berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut

bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau

bakteri.

Didalam darah terdapat banyak sekali zat-zat yang penting bagi tubuh salah satunya

adalah zat besi. Bila kadar zat besi dalam darah berkurang maka dapat menyebabkan anemia

defisiensi besi (ADB) dimana anemia ini timbul akibat berkurangnya persediaan besi untuk

eritropoesis, karena cadangan besi kosong akan mengakibatkan pembentukan hemoglobin

berkurang. Anemia ini merupakan bentuk anemia yang sering ditemukan didunia terutama

dinegara yang sedang berkembang.

Dalam pembuatan makalah ini saya mendapatkan beberapa keterbatasan, seperti

keterbatasan waktu dan bahan referensi. Namun halangan-halangan tersebut justru memacu saya

untuk dapat menyelasaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Apabila ada kata-

kata yang kurang berkenan pada makalah ini, saya mohon untuk dimaklumkan. Saya sadar

bahwa makalah ini masih kurang sempurna, oleh karena itu saya sangat menerima kritik dan

saran dari pembaca.

1

TUJUAN

Untuk mengetahui lebih luas mengenai darah yaitu mikroskopis darah, komposisi darah,

protein-protein darah, dan sintesis heme nya.

PEMBAHASAN

Darah

Darah merupakan unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu

proses fisiologis. Darah terdiri dari 2 komponen, yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

Banyaknya volume darah yang beredar didalam tubuh manusia 8% dari berat badan atau sekitar

5600cc pada orang yang bobot tubuhnya 70 kg. Dari 5600 cc darah tersebut sekitar 55% adalah

plasma darah dan sekitar 45% adalah sel-sel darah.1 Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih

kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas, serta memiliki pH 7,4 (7,35-7,45). Warna

darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung pada kadar oksigen

yang dibawa sel darah merah. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein

pernapasan yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya

molekul-molekul oksigen.2

Secara Umum fungsi darah adalah :

Mengangkut zat makanan dan oksigen keseluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa

metabolisme ke organ yang berfungsi untuk pembuangan

Mempertahankan tubuh dari serangan bibit penyakit

Mengedarkan hormon-hormon untuk membantu proses fisiologis

Menjaga stabilitas suhu tubuh

Menjaga kesetimbangan asam-basa jaringan tubuh untuk menghindari kerusakan.1,2

Komponen Darah

Plasma darah

Plasma darah adalah bagian darah yang cair. Plasma darah tersusun dari 91,5% air dan

8,5% zat-zat terlarut. Dalam plasma darah terlarut molekul-molekul dan berbagai ion, yang

2

meliputi glukosa sebagai sumber utama energi untuk sel-sel tubuh dan asam-asam amino. Ion-

ion yang banyak terdapat dalam plasma darah adalah natrium (NA+) dan klor (CL-). Ion-ion dan

molekul tersebut akan diedarkan keseluruh tubuh atau berfungsi untuk membantu peredaran zat-

zat lainnya. Kira-kira 7% plasma darah terdiri dari molekul molekul protein, yaitu serum

albumin 57%, serum globulin 40 %(terdiri dari α1, α 2, ß , γ globulin) , dan fibrinogen 3%.

Serum adalah cairan darah yang tidak mengandung fibrinogen ( komponen untuk proses

pembekuan darah). Protein plasma juga berperan sebagai antibodi. Antibodi merupakan protein

yang dapat mengenali dan mengikat antigen tertentu. Sedangkan antigen merupakan molekul

(protein) asing yang memacu pembentukan antibodi. Antibodi terbentuk jika ada antigen yang

masuk kedalam tubuh. Antibodi ini berasal dari globulin didalam sel-sel plasma.1,2

Waktu aliran darah berhenti, atau ketika darah berkontak dengan udara, salah satu globulin

plasma (fibrinogen) mengendap sebagai jala-jala filamen halus disebut fibrin. Pengerutan

bekuan darah atau plasma (sineresis), menghasilkan cairan cairan jernih kekuningan yaitu

serum.2

Plasma bekerja sebagai medium atau perantara untuk penyaluran makanan, mineral, lemak,

glukosa, dan asam amino ke jaringan. Plasma juga merupakan medium untuk mengangkat bahan

buangan seperti urea, asam urat, dan sebagian dari karbon dioksida.3

Sel-sel darah

Sel-sel darah dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit

Eritrosit atau sel darah merah2

Karakteristik

Eritrosit merupakan discus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada

sentralnya dan berdiameter 7,65 mikrometer.

Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran

ini elastis dan fleksibel, sehingga memunggkinkan eritrosit menembus kappiler

(pembuluh darah terkecil).

3

Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin. Sejenis pigmen

pernapasan yang mengikat oksigen. volume hemoglobin mencapai sepertiga

volume sel.

Jumlah

Pria dewasa normal memiliki 5,4 juta sel darah merah/µL darah. Wanita normal

memiliki 4,8 juta sel darah merah/µL darah (1 µL = 1 mm3; 1 tetes darah kira-kira

50 mm3). Jumlah sel darah merah ini bervariasi pada kedua jenis kelamin dan

pada perbedaan umur.

Hematokrit adalah presentase volume darah total yang mengandung eritrosit.

Presentase ini ditentukan dengan melakukan sentrifugasi sebuah sampel darah

dalam tabung khusus dan mengukur kerapatan sel pada bagian dasar tabung.

Hematokrit pada laki-laki berkisar antara 42 % sampai 54 % dan pada perempuan

38 % sampai 48 %.

Hematokrit dapat bertambah atau berkurang, bergantung pada jumlah eritrosit

atau faktor-faktor yang mempengaruhi volume darah, seperti asupan cairan atau

air yang hilang.

Kecepatan sedimentasi adalah kecepatan sel darah merah untuk sampai ke dasar

tabung tanpa melalui sentrifugasi.

Fungsi

Sel darah merah mentranspor oksigen ke seluruh jaringan melalui pengikatan

hemoglobin terhadap oksigen.

Hemoglobin sel darah merah berikatan dengan karbon dioksida untuk ditranspo

ke paru-paru, tetapi sebagian besar karbon dioksidanya yang dibawa plasma

berada dalam bentuk ion bikarbonat. Suatu enzim (karbonat anhidrase) dalam

eritrosit memungkinkan sel darah merah bereaksi dengan karbondioksida untuk

membentuk ion bikarbonat. Ion bikarbonat berdifusi keluar dari sel darah merah

dan masuk ke dalam plasma.

Sel darah merah berperan penting dalam pengaturan pH darah karena ion

bikarbonat dan hemoglobin merupakan buffer asam-basa.

4

Leukosit atau sel darah putih2

Karakteristik

Diapedesis. Leukosit memiliki sifat diapedesis, yaitu kemampuan untuk

menembus pori-pori membran kapiler dan masuk ke dalam jaringan.

Gerakan amuboid. Leukosit bergerak sendiri dengan gerakan amuboid (gerakan

seperti gerakan amuba). Beberapa sel mampu bergerak tiga kali panjang tubuhnya

dalam satu menit.

Kemampuan kemotaksis. Pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak

menyebabkan leukosit bergerak mendekati (kemotaksis positif) atau menjauhi

(kemotaksis negatif) sumber zat.

Fagositosis. Semua leukosit adalah fagositik, tetapi kemampuan lebih

berkembang pada neutrofil dan monosit.

Rentang kehidupan. Setelah diproduksi di sumsum tulang, leukosit bertahan

kurang lebih satu hari dalam sirkulasi sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap

dalam jaringan selama beberapa hari. Beberapa minggu atau beberapa bulan.

Bergantung jenis leukositnya,

Jumlah

Jumlah normal sel darah putih adalah 7.000 sampai 9.000 per mm3

infeksi atau keruskan jaringan mengakibatkan peningkatan jumlah total leukosit

Fungsi

Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap invasi benda asing, termasuk

bakteri dan virus.

Sebagian besar aktvitas leukosit berlangsung dalam jaringan dan bukan dalam

aliran darah.

5

Gambar 1. Eritrosit dan leukosit6

Klasifikasi leukosit

Ada lima jenis leukosit dalam sirkulasi, yang dibedakan berdasarkan ukuran,

bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki granula

sitoplasma disebut granulosit; sel tanpa granula disebut agranulosit.1,2

Leukosit granulosit dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu :

a. Neutrofil

Memiliki nukleus yang terdiri dari 2-5 lobus (ruang). Sel-sel ini berukuran sekitar 8

µm dalam keadaan segar. Neutrofil bersifat fagosit dengan cara masuk kejaringan

yang terinfeksi. Saat mendekati suatu partikel untuk difagositosis sel-sel neutrofil

mula-mula melekat pada reseptor yang terdapat pada partikel, kemudian membuat

ruangan tertutup yang berisi partikel-partikel yang sudah di fagositosis. Setelah itu

ruangan ini akan melekuk kedalam rongga sitoplasma dan melepaskan diri dengan

bagian luar membrane sel membentuk gelembung fagositik yang mengapung dengan

bebas. Sebuah sel neutrofil dapat memfagositosis 5-20 bakteri sebelum sel neutrofil

menjadi inaktif dan mati. Neutrofil hanya aktif sekitar 6-20 jam.1,3

b. Basofil

Memiliki nukleus berbentuk S dan bersifat fagosit. Basofil melepaskan heparin ke

dalam darah. Heparin adalah mukopolisakarida yang banyak terdapat di dalam hati

dan paru-paru. Heparin dapat mencegah pembekuan darah. Selain itu, basifil juga

6

Gambar 2. Neutrofil6

melepaskan histamine. Histamine adalah suatu senyawa yang dibebaskan sebagai

reaksi terhadap antigen yang sesuai.1,3

Gambar 3. Basofil6

c. Eusinofil

Berbentuk hampir seperti bola, berukuran 9 µm dalam keadaan segar. Eusinofil

memiliki nukleus yang terdiri dari dua lobus dan bersifat fagosit dengan daya

fagositosis yang lemah. Eusinofil memiliki kecendrungan untuk berkumpul dalam

suatu jaringan yang mengalami reaksi alergi. Eusinofil juga dianggap dapat

mendetoksifikasi toksin penyebab radang. Eusinofil dilepaskan oleh sel basofil atau

jaringan yang rusak.1,3

Gambar 4. Eusinofil6

Leukosit agranulosit dikelompokan menjadi 2 jenis yaitu :

a. Monosit

7

Memiliki 1 nukleus besar dan berbentuk tapal kuda atau ginjal. Monosit berdiameter

12-20 µm. monosit dapat berpindah dari aliran darah ke jaringan. Di dalam jaringan,

monosit membesar dan bersifat fagosit menjadi makrofag. Makrofag ini bersama

neutrofil merupakan leukosit fagosit utama, paling efektif, dan berumur panjang.1,3

Gambar 5. Monosit6

b. Limfosit

Berbentuk seperti bola dengan ukuran diameter 6-14 µm. limfosit di bentuk

disumsum tulang, sedangkan pada janin dibuat di hati. Terdapat 2 jenis sel limfosit,

yaitu limfosit B dan limfosit T. limfosit yang tetap berada di sumsum tulang

berkembang menjadi limfosit B. Sedangkan limfosit yang berasal dari sumsum tulang

dan pindah ke timus berkembang menjadi sel T. Limfosit B berperan dalam

pembentukan antibodi. Jika limfosit B berhadapan dengan antigen tubuh, limfosit ini

akan memproduksi antibodi. Sebaliknya limfosit T tidak menghasilkan antibodi.

Limfosit T memiliki berbagai fungsi, contonya limfosit sitotoksik-T berfungsi

menghancurkan sel yang terserang virus. Dari ke 5 jenis leukosit diatas, neutrofil

merupakan sel-sel yang paling banyak menyusun leukosit.1,3

Gambar 6. Limfosit6

Trombosit (keping darah)

8

Trombosit berbentuk bulat kecil dengan ukuran diameter 2-4 µm dan tidak

memiliki inti. Trombosit di bentuk di dalam sumsum tulang dari megakariosit.

Megakariosit merupakan trombosit yang sangat besar dalam sumsum tulang.2

Megakariosit adalah sel raksasa di dalam sumsum tulang, membentuk trombosit dengan

cara mengeluarkan sedikit sitoplasma ke dalam sirkulasi. Sekitar 60% sampai 75%

trombosit yang telah dilepas dari sumsum tulang berada di dalam peredaran darah,

sedangkan sisanya sebagian besar terdapat di dalam limpa. Trombosit berbentuk seperti

tunas pada permukaan megakariosit, kemudian melepaskan diri untuk masuk kedalam

darah. Trombosit dalam darah adalah 150.000-400.000 butir/µL darah. Trombosit

merupakan trukstur yang sangat aktif. Masa hidupnya dalam darah adalah 5-9 hari.

Trombosit yang tua atau mati diambil dari system peredaran darah, terutama oleh

makrofag jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam limpa,

pada waktu darah melewati organ tersebut.2

Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Jika suatu jaringan tubuh

terluka, trombosit pada permukaan yang luka akan pecah dan mengeluarkan enzim

trombokinase. Enzim trombokinase akan mengubah protrombin menjadi trombin dengan

bantuan ion Ca2+. Protombin merupakan protein tidak stabil yang dengan mudah dapat

pecah menjadi senyawa-senyawa yang lebih kecil, salah satunya adalah trombin.

Protrombin dibentuk oleh hati dan digunakan secara terus- menerus oleh tubuh untuk

pembekuan darah. Pembentukan protrombin dipengaruhi oleh vitamin K. Trombin adalah

sebuah enzim yang mengkatalis perubahan fibrinogen (protein plasma yang dapat larut

dalam plasma darah) menjadi fibrin (protein yang tidak dapat larut dalam plasma darah).

Pembentukan benang-benang fibrin menyebabkan luka akan tertutup.1

Gambar 7. Trombosit6

Protein darah2

9

mencapai 7 % plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok plasama yang tidak dapat

menembus membran kapiler untuk mencapai sel. Ada tiga jenis protein darah yang utama :

albumin, globulin, dan fibrinogen.

1. Albumin adalah protein plasama yang terbanyak, sekitar 55 sampai 60 %, tetapi

ukurannya paling kecil. Albumin disintesis dalam hati dan bertanggung jawab untuk

tekanan osmotik koloid darah.

a. Koloid adalah zat yang berdiameter 1 nm sampai 100 nm, sedangkan kristaloid

adalah zat yang berdiameter kurang dari 1 nm. Plasma mengandung koloid dan

kristaloid.

b. Tekanan osmotik koloid (atau tekanan onkotik) ditentukan berdasarkan jumlah

partikel koloid dalam larutan. Tekanan ini merupakan suatu ukuran “daya tarik”

plasma terhadap difusi air dari cairan ekstraseluler yang meleati membran

kapiler.

2. Globulin membentuk sekitar 30 % protein plasma.

a. Alfa dan beta globulin disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul

pembawa lipid, beberapa hormon, berbagai substrat, dan zat penting tubuh

lainnya.

b. Gamma globulin (imunoglobulin) adalah antibodi. Ada lima jenis

imunoglobulin yang diproduksi jaringan limfoid dan berfungsi dalam imunitas.

3. Fibrinogen membentuk 4 % protein plasama, disintesis dihati dan merupakan

komponen esensial dalam mekanisme pembekuan darah.

Heme4

Heme adalah kompleks senyawa protoporfirin IX dengan logam besi yang merupakan

gugus prostetik berbagai protein seperti hemoglobin, mioglobin, katalase, peroksidase, sitokrom

c dan triptophan pirolase. Kemampuan hemoglobin dan mioglobin mengikat oksigen tergantung

pada gugus prostetik ini yang sekaligus memberi warna khas pada kedua hemeprotein tersebut.

Heme terdiri atas bagian organik dan suatu atom besi. Bagian organik protoporfirin

tersusun dari empat cincin pirol yang terikat satu sama lain melalui jembatan metin (-CH=),

membentuk cincin tetrapirol.

10

Atom besi didalam heme mengikat keempat atom nitrogen dipusat cincin protoporfirin.

Atom besi dapat berbentuk fero (Fe2+) atau feri (Fe3+) sehingga untuk hemoglobin yang

bersangkutan disebut juga sebagai ferohemoglobin dan ferihemoglobin atau methemoglobin.

Tetapi pada besi dalam bentuk fero, senyawa tersebut dapat mengikat oksigen.

Biosintesis Heme3

Biosintesis heme dapat terjadi pada sebagian besar jaringan kecuali eritrosit dewasa yang

tidak mempunyai mitokondria. Sekitar 85% sintesis heme terjadi pada sel-sel prekursor eritoid di

sumsum tulang dan sebagian besar sisanya di sel hepar. Heme disintesis dalam serangkaian

langkah-langkah yang melibatkan kompleks enzim dalam mitokondria dan dalam sitosol sel.

Langkah pertama dalam sintesis heme terjadi di mitokondria, dengan larutan CoA suksinil dan

glisin oleh ALA sintase untuk membentuk asam 5-aminolevulic (ALA). Molekul ini diangkut ke

sitosol dimana rangkaian reaksi menghasilkan struktur cincin yang disebut coproporphyrinogen

III. Setelah itu kembali ke mitokondria dimana reaksinya menghasilkan protoporphyrin IX

kemudian enzim ferrochelatase dan besi masuk kedalam struktur cincin protoporfirin IX untuk

memproduksi heme. Kemudian asam amino yang terdapat pada sitosol akan masuk ke ribosom

untuk membentuk rantai alfa dan beta. Rantai alfa dan beta akan bergabung menjadi globin alfa 2

dan beta 2. Penggambungan heme dan globin alfa 2 dan beta 2 ini akan membentuk hemoglobin.

Gambar 8. Sintesis Heme6

Hemoglobin

11

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi dan memiliki afinitas (daya

gabung) terhadap oksigen yang akan membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah

sehingga oksigen dibawa dari paru-paru menuju ke jaringan-jaringan. Jumlah hemoglobin dalam

darah normal sekitar 15 gram setiap 100 ml darah.4

Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit.

Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi denagn suatu polipeptida.

Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida tersebut secara kolektif

disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin. Pada setiap molekul dari hemoglobin

terdiri dari dua pasang polipeptida.3

Kimia Porfirin3

Porfirin mengandung nitrogen tersier pada dua cincin pirolen sehingga bersifat basa

lemah dan adanya gugus karboksil pada rantai sampingnya menyebabkan juga bersifat asam.

Titik isoelektrisnya pada pH 3,0 – 4,0, mudah diendapkan dalam larutan air. Semua porfirin

berwarna. Dalam penelitian tentang porfirin atau turunannya, spectrum absorpsinya khas yang

diperlihatkan masing-masing dalam region spectrum sinar tampak dan ultraviolet sangat

bermanfaat. Salah satu contohnya adalah kurva absorpsi untuk suatu larutan porfirin dalam 5 %

asam hidroklorida. Jika porfirin yang dilarutkan dalam asam mineral kuat atau dalam pelarut

inorganic disinari oleh sinar ultraviolet, Porfirin tersebut akan memancarkan Fluoresensi merah

yang kuat. Fluoresensi ini sedemikian khasnya sehingga sering digunakan mendeteksi adanya

sejumlah kecil porfirin bebas. Ikatan yang menyatukan cincin–cincin pirol diporfirin merupakan

penyebab utama absorpsi dan fluoresensi khas senyawa golongan ini; ikatan rangkap ini tidak

terdapat dalam porfirinogen. Jika porfirinogen mengalami oksidasi dengan melepaskan 6 atom H

akan terbentuk porfirin yang mempunyai ikatan rangkap. Di dalam tubuh manusia, porfirin

berfungsi untuk :

a) Membentuk senyawa sebagai pengangkutan O2

b) Membentuk senyawa sebagai pengangkutan electron

c) Membentuk senyawa sebagai enzim enzim tertentu

Metabolisme Zat Besi5

12

Tubuh manusia membutuhkan zat besi untuk sintesis protein yang membawa oksigen,

yaitu hemoglobin serta mioglobin dalam tubuh, dan untuk sintesis enzim yang mengandung zat

besi dan turut serta dalam reaksi perpindahan electron serta reaksi oksidasi-reduksi. Proses yang

aktif di dalam doedenum menyerap zat besi. Kemudian zat besi yang diserap dibawa melalui

membrane mukosa serta serosa kedalam darah dan dari sini, protein pembawa (transferin) yang

ada didalam plasma mengangkutnya kedalam sel atau ke sumsum tulang bagi keperluan

eritropoisis. Transferin membawa zat besi kedalam jaringan melalui reseptor membrane sel yang

spesifik pada transferin. Reseptor sel tersebut mengikat kompleks transferin dan zat besi pada

permukaan sel serta membawannya ke dalam sel untuk melepaskan zat besi.

Total besi tubuh pada manusia adalah sekitar 3,8 g sementara pada wanita adalah 2,3 g.

Pada laki-laki sekitar sepertiga dari total zat besi adalah tubuh berupa simpanan zat besi

sementara pada wanita, simpanan zat besi tersebut hanya membentuk seperdelapan dari total zat

besi dalam tubuh. Lebih kurang 2/3 dari total zat besi merupakan bentuk fungsional, yang

melaksanakan fungsi metabolic atau fungsi enzim. Hampir semua zat besi ini berbentuk

hemoglobin yang beredar di dalam sel darah merah. Mioglobin dan enzim yang mengandung zat

besi lainnya hanya sekitar 15% dari zat besi fungsional. Faktor-faktor yang mempengaruhi

keseimbangan zat besi adalah asupan zat besi, simpanan zat besi dan kehilangan zat besi. Laki-

laki dewasa memerlukan sekitar 1mg besi yang diserap setiap harinya untuk menggantikan zat

besi yang hilang melalui sekresi usus, sel epitel, urine, dan kulit. Pada wanita yang sedang

menstruasi, kebutuhan ini dapat meningkat hingga 1,4 mg. Tubuh dapat mengekskresikan zat

besi dengan kemampuan yang terbatas dan kelebihannya akan disimpan sebagai feritin atau

hemosiderin di dalam hati, limpa, serta sumsum tulang.

Asupan besi yang tidak memadai akan :

Meningkatkan absorpsi besi dari makanan

Memobilisasi simpanan zat besi dalam tubuh

Mengurangi transportasi besi ke sumsum tulang

Menurunkan kadar hemoglobin sehingga akhirnya terjadi anemia karena defisiensi zat

besi.

KESIMPULAN

13

Heme adalah senyawa besi porfirin, dimana empat cincin pirol disatukan oleh jembatan

metenil. Biosintesis cincin heme berlangsung dalam mitokondria dan sitosol. Tubuh manusia

membutuhkan zat besi untuk sintesis protein yang membawa oksigen, yaitu hemoglobin serta

mioglobin dalam tubuh, dan untuk sintesis enzim yang mengandung zat besi dan turut serta

dalam reaksi perpindahan electron serta reaksi oksidasi-reduksi. Bila kadar besi didalam tubuh

kurang maka itulah yang dapat menyebabkan anemia. Pada wanita yang sedang menstruasi

memang merupakan salah satu faktor penyebab anemia defisiensi besi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni E.W . Biologi 2. Jakarata : Erlangga ; 2004 hal 120-124

2. Bloom dan Fawcett. Buku ajar histology. Jakarta : EGC ; 2002, ed 12. hal 210-228

3. Ronald A. Sacher, Richard A. Mcpherson. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Jakarta : EGC ; 2004,ed 11. hal 31-33

4. Alrasyid . Golongan darah. Jakarta: EGC; 2010.hal 87-90

5. Gibney M.J, Margetts B.M, Kearney J.M, Arab L. Gizi kesehatan masyarakat Jakarta :

EGC ; 2008. Hal 277-280

6. http://www.google.co.id/gambar eritrosit. diunduh pada tanggal 8 juni 2012

14

15