blok 28 intoksikasi timbal
DESCRIPTION
OKUPASITRANSCRIPT
Intoksikasi Timbal pada Pekerja Pabrik Baterai
Alice Pratiwi
102011272
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat
email : [email protected]
Pendahuluan
Keracunan timbal merupakan salah satu masalah lingkungan di dunia yang bisa
merusak kesehatan manusia. Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia memiliki
potensi yang besar untuk terkena keracunan timbal, khususnya bagi masyarakat yang tinggal
di daerah pedesaan, ini diakibatkan terutama karena kurangnya pendidikan dan informasi
tentang keracunan timbal, termasuk juga di daerah perkotaan karena sedikitnya informasi
mengenai limbah timbal yang disebarluaskan. Timbal bisa menyebabkan penyakit serius bagi
usia muda, khususnya pada perkembangan otak. Timbal bisa mengurangi tingkat IQ,
memperlambat pertumbuhan dan merusak ginjal. Bebarapa kasus keracunan timbal bisa
menyebabkan coma atau kematian.
Isi
I. Penyakit Akibat Kerja (PAK)
PAK timbul akibat terpajan faktor fisik, kimiawi, biologis, atau psikososial di tempat
kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab pokok dan
menentukan terjadinya penyakit akibat kerja, misalnya terpajan timah hitam di tempat
kerja merupakan faktor utama terjadinya keracunan timah hitam, terpajan silika di tempat
kerja merupakan faktor utama terjadinya silikosis. Namun, perlu diketahui bahwa faktor
lain seperi kerentanan individual dapat berperan berbeda-beda terhadap perkembangan
penyakit di antara para pekerja yang terpajan.1
Penyakit akibat kerja timbul khususnya di antara para pekerja yang terpajan bahaya
tertentu. Namun, pada beberapa keadaan, PAK dapat timbul di masyarakat umum akibat
kontaminasi lingkungan tempat kerja. Akhirnya, penyakit akibat kerja memiliki penyebab
yang spesifik.1
Data anamnesis terdiri dari beberapa kelompok data penting, yaitu identitas pasien,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat
pengobatan, riwayat sosio ekonomi ( termasuk pekerjaan). Untuk mendiagnosis PAK,
sangat penting mengetahui secara lengkap riwayat pekerjaan pasien. Hal yang perlu
diketahui mengenai riwayat pekerjaan pasien:1
Jenis pekerjaan, apa yang dikerjakan, lama bekerja dalam sehari, total lama bekerja,
kondisi lingkungan kerja, faktor dalam lingkungan kerja yang mungkin menyebabkan
PAK.
Bahan yang digunakan, jenis bahaya yang ada, kejadian yang sama pada pekerja lain,
pemakaian alat pelindung diri, cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang
dilakukan, hobi.
Selain itu, penting untuk mengetahui pekerjaan sebelumnya bila ada. Mungkin saja
pekerjaan sebelumnya yang menyebabkan masalah kesehatan pada pasien.
Selain anamnesis, perlu dilakukan juga pemeriksaan fisik dan juga kelainan bisa
dipertegas dengan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan fisik, lakukan
pengukuran tanda-tanda vital ( suhu, nadi, frekuensi napas, dan tekanan darah). Lakukan
juga inspeksi, lihat warna kulitnya, cek konjunctiva. Pada pemeriksaan laboratorium,
periksa darah lengkap dan juga uji kadar timbal dalam darah.1
2
II. Diagnosis
Diagnosis banding pada skenario ini adalah anemia defisiensi besi, keadaan tidak
cukupnya besi dalam tubuh sehingga terjadi penurunan kuantitatif sintesis hemoglobin dan
jumlah sel darah merah. Secara morfologis, keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia
mikrositik hipokromik dan juga pada pemeriksaan darah lengkap ( complete blood count)
ditemukan nilai hemoglobin yang menurun.2 Diagnosis ini dapat disingkirkan karena tidak
ditemukan penurunan kadar hemoglobin.
Diagnosis kerja pada skenario ini adalah intoksikasi timbal akibat kerja. Dimana
ditemukan kadar timbal dalam darah 40 μg/dl. Hal ini juga didukung dengan alat
pelindung diri yang tidak digunakan oleh pasien.
III. Timbal
Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa
ilmiahnya dikenal dengan kata plumbum dan logam ini disimpulkan dengan Pb. Logam ini
termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV–A pada tabel Periodik unsur
kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu
logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 3270C dan titik didih
1.6200C. Pada suhu 550-6000C, Pb menguap dan membentuk oksigen dalam udara
membentuk timbal oksida. Bentuk oksidasi yang paling umum adalah timbal (II).3 Timbal
bersifat lunak dan lentur sehingga sangat mudah untuk dipotong dengan pisau atau tangan
dan mudah dibentuk. Timbal (Pb) juga tahan terhadap korosi atau karat, sehingga logam
ini sering digunakan sebagai coating.4
Penggunaan Timbal
Penggunaan Pb di industri dan penambangan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya penambangan, peleburan, pembersih, dan berbagai industri. Beberapa
industri yang menggunakan Pb seperti ada industri baterai, industri cat, industri karet,
sebagai pengering pada industri kain katun, cat, tinta, cat rambut, insektisida, amunisi dan
kosmetik. Timah hitam digunakan pula sebagai zat warna yaitu karbonat dan Pb sulfat
sebagai zat warna putih dan Pb kromat sebagai krom kuning, krom jingga, krom merah
dan krom hijau.4
Sifat tahan asam dan kelembapannya menyebabkan timbal juga digunakan sebagai
lapisan pipa dan kabel. Keramik yang berlapis timbal juga akan terlihat lebih keras dan
cemerlang. Senyawa timbal tetraetil dan timbal tetrametil juga digunakan sebagai anti 3
knock agent pada bensin. Pb merupakan salah satu bahan paduan yang mempunyai
kemampuan sangat tinggi untuk menahan sinar-x dan sinar-y, sehingga lempengan timbal
banyak dipakai sebagai pelindung bahan radioaktif.5
Pajanan Timbal
Pekerja di pertambangan timbal sangat berpotensi terpajan debu dan fume yang
banyak dihasilkan pada proses penggilingan/ penggosokan biji timbal. Di samping itu,
pajanan timbal juga berpotensi terjadi pada pekerjaan pengelasan, penyolderan, pelukis,
pekerja di pabrik baterai, aki, dan cat, terutama pekerja yang terkait proses penyemprotan,
gelas, dan keramik. Pajanan di lingkungan dekat lokasi timbal dapat terjadi akibat udara,
tanah, dan air minum yang terkontaminasi.5 Di daerah perkotaan pajanan terjadi akibat
pencemaran lingkungan akibat asap buangan knalpot kendaraan bermotor. Penggunaan
bahan bakar bertimbal melepaskan 95% timbal yang mencemari udara.3
Beberapa faktor yang meningkatkan resiko intoksikasi timbal:3,6
1. Umur
Anak-anak lebih mudah terkena intoksikasi timbal. Hal ini disebabkan karena
sistem imun pada usia kanak-kanak belum terbentuk dengan sempurna. Selain itu,
anak-anak mampu menyerap timbal hingga 50% melalui saluran cerna sedangkan
orang dewasa hanya 10-15% karena sistem pencernaan dan sistem saraf anak masih
dalam tahap perkembangan sehingga lebih mudah menyerap toksik dari lingkungan.
2. Jenis Kelamin
Pada laki-laki, nilai kadar timbal lebih besar dari perempuan. Hal ini biasanya
disebabkan eksposur pekerjaan. Pada anak-anak tidak ditemukan adanya perbedaan
kadar timbal antara laki-laki dan perempuan.
3. Lokasi Tempat Tinggal
Lokasi tempat tinggal akan mempengaruhi konsentrasi timbal yang masuk
dalam tubuh. Hal ini karena semakin dekatnya jarak rumah dengan jalan protokol
berarti semakin dekat dengan sumber asap kendaraan bermotor yang memungkinkan
semakin tingginya kadar timbal (Pb) di udara. Udara ambien dengan radius 0,5 km
dari sumber emisi gas buang merupakan lokasi yang paling besar resikonya, 0,5 – 1
km merupakan resiko sedang dan di atas 1 km merupakan resiko ringan.
4
4. Lama Terpapar
Lama terpapar akan mempengaruhi jumlah konsentrasi timbal yang masuk
kedalam tubuh. Lama terpapar merupakan waktu terpapar seseorang dengan timbal.
Permissible Exposure Limit (PEL) timbal yaitu tidak lebih dari 50 μg/m3 selama 8 jam
bekerja. Apabila lebih dari 8 jam, maka PEL harus dikurangi dengan perhitungan
400 / lama dia bekerja dalam jam.7
5. Pola Makan
Kadar timbal dalam darah juga dipengaruhi kebiasaan konsumsi makanan
bergizi misalnya kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung protein tinggi,
vitamin C, zat besi, dan kalsium. Susu merupakan sumber kalsium (Ca) yang baik
bagi tubuh karena dapat mengurangi resiko absorbsi Pb pada gastrointestinal anak,
Absorpsi dan retensi Pb dalam gastrointestinal (GIT) ini tergantung pada status
mikronutrien yang terdapat dalam lumen GIT. Pada keadaan defisiensi Ca, absorpsi
Pb dalam GIT akan meningkat, demikian pula dengan retensi Pb dalam tubuh akan
turut meningkat. Mekanisme berikut dapat menerangkan peningkatan absorpsi Pb
pada keadaan defisiensi atau kurangnya asupan kalsium. Kalsium dan Pb akan
berkompetisi di tempat pengikatan yang sama (Binding Site), yaitu di tempat
pengikatan protein pada mukosa intestinal, tempat ini merupakan tempat yang penting
dalam proses absorbsi. Dengan adanya asupan kalsium yang cukup, tingkat absorpsi
Pb akan diturunkan, karena kalsium cenderung akan lebih diikat di tempat binding
site. Sedangkan vitamin C merupakan antioksidan yang dapat menghambat atau
menetralisir radikal bebas dari lingkungan.
Efek Timbal bagi Kesehatan
Keracunan timbal dapat menyebabkan efek akut dan kronis. Keracunan akut yaitu
akibat pemaparan yang terjadi dalam waktu yang relatif singkat (dapat terjadi dalam waktu
2-3 jam), dengan kadar yang relatif besar. Keracunan akut yang disebabkan oleh timbal
biasanya terjadi karena kecelakaan misalnya, peledakan atau kebocoran yang tiba-tiba dari
uap logam timbal, kerusakan sistem ventilasi di dalam ruangan. Keracunan akut ditandai
oleh rasa terbakar pada mulut, terjadinya perangsangan dalam gastrointestinal, dan diikuti
dengan diare.3
5
Keracunan kronis terjadi karena absorpsi timbal dalam jumlah kecil, tetapi dalam
jangka waktu yang lama dan terakumulasi dalam tubuh. Durasi waktu dari permulaan
terkontaminasi sampai terjadi gejala atau tanda-tanda keracunan dalam beberapa bulan
bahkan sampai beberapa tahun. Gejala keracunan kronis ditandai oleh rasa mual, anemia,
sakit di sekitar perut, dan dapat menyebabkan kelumpuhan.3
Efek toksik timbal terutama berpengaruh pada saluran pencernaan, darah, dan sistem
persarafan. Pada saluran pencernaan, biasanya terjadi kolik timbal akibat efek langsung
timbal terhadap lapisan otot polos saluran pencernaan. Hal ini menyebabkan timbulnya
rasa kram perut yang menyeluruh terutama di daerah epigastrium dan periumbilikalis,
serta sering disertai mual, muntah, anoreksi, dan konstipasi atau kadang-kadang diare.5
Intoksikasi timbal juga akan memengaruhi sistem enzim sel darah merah, sehingga
anemia normositik normokrom atau mikrositik hipokrom, dan hemolisis akut sering kali
terjadi. Enzim-enzim sel darah merah, seperti asam delta-aminolevulinik dehidratase yang
dibutuhkan untuk konjugasi asam levulinik menjadi porfobilinogen, dan ferro kelatase
yang berperan menggabungkan Fe ke dalam protoporfirin dapat terganggu sehingga
memengaruhi sintesis heme.5
Gejala meningginya tekanan cairan otak dalam bentuk iritabilitas, inkoordinasi,
gangguan tidur, rasa nyeri kepala, disorientasi, gangguan mental, ataksia, sampai
kelumpuhan saraf otak, kebutaan, atau koma merupakan manifestasi intoksikasi timbal
pada SSP. Serangan ini disebut ensefalopati timbal, yang biasanya merupakan tanda
prognosis yang sangat buruk karena sudah terjadi kerusakan otak yang serius. Selain itu,
gangguan motorik seperi wrist drop dan foot drop sering kali timbul sebagai manifestasi
intoksikasi timbal pada susunan saraf tepi.5 Pada gangguan yang lebih ringan pada susunan
saraf menimbulkan efek pusing, lemas, sering lupa, letargi, lemah, reaksi lambat,
parestesi, dan sulit berkonsentrasi.8
Psikosis dapat terjadi sebagai akibat dari intoksikasi tetraetil timbal dengan gejala
insomnia, euforia, halusinasi, dan kadang-kadang konvulsi.5
Metabolisme Timbal
Proses masuknya timbal ke dalam tubuh dapat melalui makanan dan minuman, udara,
dan penetrasi pada kulit. Penyerapan lewat kulit ini dapat terjadi disebabkan karena
senyawa ini dapat larut dalam minyak dan lemak. Timbal melalui udara masuk ke saluran
pernafasan akan terserap dan berikatan dengan darah paru-paru kemudian diedarkan ke
seluruh jaringan dan organ tubuh. Sekitar 90% timbal yang terserap oleh darah berikatan 6
dengan sel-sel darah merah. Timbal yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan
minuman, masuk ke saluran pencernaan dan akan diikutkan dalam proses metabolisme
tubuh.3
Asap rokok juga merupakan sumber pemaparan timbal, dimana orang yang merokok
dan menghirup asapnya akan terpapar timbal pada level yang lebih tinggi daripada orang
yang tak terpapar asap rokok. Rokok mengandung 2,4 µg timbal dan 5% nya terdapat pada
asap rokok. Timbal yang diabsorpsi oleh tubuh akan mengikat gugus aktif dari enzim
ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidrase), dimana enzim ini berfungsi pada sintesis sel
darah merah. Adanya senyawa timbal akan mengganggu kerja enzim ini sehingga sintesa
sel darah merah menjadi terganggu. Timbal masuk ke dalam tubuh akan didistribusikan ke
darah, cairan ekstraseluler, dan beberapa tempat deposit. Tempat deposit timbal berada di
jaringan lunak (hati, ginjal, dan saraf) dan jaringan keras (tulang dan gigi). Pada tulang
sekitar (60%), hati (25%), ginjal (4%), saraf (3%), dan ke jaringan lainnya.3
Ekskresi timbal melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan
saluran cerna. Ekskresi timbal melalui urine sebanyak 75-80%, melalui feces 15% dan
lainnya melalui empedu, keringat, kuku dan rambut. Ekskresi timbal melalui saluran cerna
dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya
didinding usus, regenerasi sel epitel dan ekskresi empedu. Sedangkan proses ekskresi
timbal melalui ginjal adalah melalui filtrasi glomerulus.3
Kadar Timbal dalam Darah
Kadar timbal dalam darah yang dikategorikan meningkat pada dewasa:9
Blood Lead Level (BLL) >80 μg/dl, muncul masalah kesehatan yang serius dan
permanen.
BLL 40-80μg/dl, dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius, walaupun tidak
ada gejala.
BLL 25-40 μg/dl, ada eksposur secara reguler. Berpotensi munculnya masalah
fisiologis.
BLL 10-25 μg/dl, ada eksposur dan timbal mulai menumpuk dalam tubuh.
Pada individu yang tidak terpajan timbal, kadar timbal di darah berkisar antara 5-15
μg/dl. Menurut standar OSHA, kadar timbal di darah pekerja di sektor industri tidak boleh
melebihi 40μg/dl. Gejala intoksikasi timbal pada susunan saraf pusat dan tepi biasanya
terjadi dengan kadar timbal 40-80 μg/dl.5
7
Turut sertanya timbal dalam penggabungan Fe dan heme menyebabkan perubahan Fe
menjadi bentuk Zn-protoporfirin (ZPP) , dan produk hidrolisisnya adalah eritrosit
protoporfirin (EP). Pada urin, dengan adanya peningkatan kadar asam delta-
aminolevulinik dehidratase maka kenaikan kadar ZPP dan EP dapat diukur. Hal ini
merupakan indikator yang dapat dipercaya untuk pengukuran intoksikasi timbal.5
Lebih dari 90% timbal dalam tubuh disimpan di tulang. Konsentrais timbal di tulang
tersebut dapat diukur dengan menggunakan x-ray fluorescence (XRF) atau densitrometri.5
Pengamatan Lingkungan Kerja
Seorang dokter kesehatan kerja harus dapat melakukan evaluasi tempat kerja terhadap
kemungkinan adanya bahaya kerja secara sistematis dan lengkap. Bila mungkin,
pengamatan pekerja secara perorangan harus dilakukan, daripada menggunakan sampel
yang statis. Evaluasi dapat dilakukan dengan inspeksi secara teratur untuk memastikan
kepatuhan terhadap peraturan tentang kesehatan dan keselamatan kerja ataupun atas dasar
permintaan untuk melakukan pemeriksaan kawasan kerja untuk menemukan kemungkinan
timbulnya masalah kesehatan dan cara pencegahan untuk mengurangi gangguan kesehatan
kerja. Pengamatan lingkungan ini digunakan untuk mengkaji jenis bahan kimia dan kadar
pajanan di tempat kerja. Berkonsultasi dengan petugas kebersihan industri juga baik untuk
mengamati lingkungan.5
Pemantauan Biologis
Pemantauan biologis (biological monitoring) merupakan pengukuran suatu zat
kimiawi tertentu atau metabolitnya pada cairan tubuh ( darah/ urine/ hembusan udara
pernapasan) untuk menilai derajat pajanan suatu bahaya kerja tertentu. Pemantauan ini
berperan penting dalam beberapa strategi evaluasi bahaya kerja, terutama dalam
menginformasikan secara kuantitatif jumlah zat kimiawi yang diabsorpsi secara bersama-
sama oleh tubuh dari beberapa jalan masuk ke tubuh ( inhalasi, melalui kulit, per oral).
Pemantauan biologis digunakan untuk menilai risiko individu.5
Konsentrasi bahan/ metabolit kimia ditentukan oleh kecepatan penyerapan, eliminasi,
dan metabolisme zat kimia tersebut, serta banyak faktor lain yang merupakan sumber
potensial untuk menjadi faktor kesalahan dalam pengukuran. Oleh karena itu,
pengumpulan sampel merupakan tahap yang sangat menentukan dalam mecegah
kesalahan pengukuran. Masih sangat sedikit zat-zat kimia yang dapat diukur dengan
pemantauan biologis karena konsentrasi bahan/ metabolit tersebut dalam cairan tubuh 8
harus memadai untuk dapat diukur dan, umumnya, zat kimia yang sangat cepat bereaksi
sulit diukur.5
Pengobatan Timbal
Langkah pertama pada pekerja yang mempunyai kecenderungan timbul gejala
intoksikasi timbal adalah menjauhkannya dari tempat pajanan. Terapi kelasi dapat
dilakukan namun harus dengan pertimbangan yang sangat hati-hati, sebab perbaikan tanda
klinis dan menurunnya kadar timbal dalam darah dapat bersifat sementara. Kadar timbal
dalam darah dapat meningkat kembali karena timbal yang tersimpan di tulang masuk ke
aliran darah. Tiga produk yang biasa digunakan untuk terapi kelasi, yaitu dimerkaprol
(BAL, British Anti-Lewisite) I.M, kalsium disodium adetat (CaNa2EDTA) I.M/IV, dan D-
penisilamin per oral.5
D-penisilamin dapat diberikan pada BLL 25-40 μg/dl. Pada ensefalopati timbal tidak
dapat diberikan CaNa2EDTA secara tunggal karena agent ini tidak menembus sawar darah
otak. Untuk ensefalopati timbal diberikan BAL yang dikombinasi dengan CaNa2EDTA.
Perlu juga diberikan suplemen kalsium, zinc, dan besi apabila memang intake pasien
tidak adekuat, juga vitamin D dan vitamin C. Intake vitamin D yang tidak adekuat dapat
meningkatkan timbunan timbal di dalam tulang. Kekurangan vitamin C dan besi dapat
meningkatkan kadar timbal dalam darah. Pemberian kalsium ditujukan untuk menurunkan
absorpsi timbal dalam tubuh.10
Pencegahan
Jika pengendalian bahaya kerja pada sumbernya atau pada saat penyebarannya tidak
memungkinkan atau dibutuhkan perlindungan yang lebih ketat, maka pekerja itu sendiri
harus dilindungi dari pajanan bahaya kerja dengan menggunakan alat pelindung diri.
Organ tubuh manusia yang sangat rentan terhadap pajanan bahaya kerja adalah mata,
telinga, kulit, dan saluran pernapasan, sehingga harus dilindungi.5
1. Pelindung mata dan muka
Dapat digunakan kacamata kerja dan perisai muka untuk mencegah:5
Percikan partikel ringan yang terlontar dengan kecepatan rendah.
Percikan partikel berat yang terlontar dengan kecepatan tinggi.
Percikan zat yang panas atau korosif.
Kontak dengan mata akibat gas/uap iritan.
Sorotan bermacam-macam sinar radiasi elektromagnetik, termasuk sinar laser.
9
2. Perlindungan kulit/ permukaan tubuh
Baju kerja, sarung tangan kerja, celemek kerja, dan sepatu kerja dapat digunakan
untuk mencegah:5
Kerusakan kulit akibat reaksi alergik atau zat kimia yang korosif.
Penyerapan zat kimia melalui kulit.
Penyebaran panas/ dingin/ sinar radiasi.
Kerusakan akibat risiko trauma mekanik.
3. Perlindungan saluran pernapasan
Untuk mencegah inhalasi bahaya kerja dalam bentuk debu/ uap kerja, maka mulut dan
hidung harus ditutup oleh bahan yang dapat menyaring masuknya debu/ uap kerja.
Alat pelindung pernapasan yang digunakan memiliki berbagai macam bentuk, mulai
dari yang paling sederhana yaitu masker sekali pakai sampai respirator yang
dilengkapi tabung oksigen. Namun demikian, pada dasarnya alat perlindungan
pernapasan terbagi atas 2 macam, yaitu:5
a. Respirator penyaring udara yaitu alat pembersih udara kotor yang menyaring atau
mengaborpsi kontaminan sebelum masuk ke saluran pernapasan. Alat ini terdiri
dari 2 jenis, yaitu:
Respirator masker penyaring debu yang menggunakan filter khusus untuk
menyaring debu/ uap kerja.
Cartridge respirator; yang menggunakan cartridge untuk mengabsorpsi gas/
uap/ debu kerja. Alat ini memiliki beberapa bentuk, ada yang menutupi
separuh muka ( menutupi mulut, hidung, pipi)atau seluruh muka (termasuk
mata).
b. Respirator penyuplai udara bersih yaitu alat yang melindungi saluran pernapasan
dari udara yang terkontaminasi uap/ debu kerja, serta dapat menyuplai udara
bersih. Alat ini terdiri dari 2 jenis berdasarkan mekanisme kerjanya, yakni:
Alat yang memompakan udara bersih dengan tekanan tinggi dari lingkungan
yang tak terkontaminasi secara otomatis.
Alat yang mengalirkan udara bersih dari kantong udara portabel ( berisi udara
yang terkompresi/ udara dalam bentuk cair/ oksigen) yang disebut self-
contained breathing apparatus (SCBA).
10
Beberapa kriteria berikut ini perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis respirator
yang tepat untuk masing-masing tempat kerja, antara lain:5
Identifikasi kontaminan di tempat kerja.
Perkiraan konsentrasi maksimal kontaminan.
Kenyamanan pemakaian respirator.
Kesesuaian dengan jenis dan tugas kerja.
Kesesuaian dengan besar/ bentuk muka individu pemakai untuk mencegah
adanya celah yang terbuka.
Sanitasi lingkungan kerja, terutama kebersihan kantin, dan perilaku makan yang sehat
harus diperhatikan. Menurut standard OSHA, program pengawasan medis pada pekerja
perlu dilaksanakan bila kadar timbal di lingkungan tempat kerja 30 μg/m3 untuk lebih dari
30 hari/ tahun. Program ini disertai juga pelaksanaan tindakan berikut:5
1. Pemantauan biologis ( kadar timbal dalam darah) pada masing-masing pekerja:
a. Dilakukan setiap 6 bulan bila kadar timbal <40μg/dl.
b. Dilakukan setiap 2 bulan bila kadar timbal >40μg/dl, sampai kadarnya mencapai
<40μg/dl dalam 2 kali pemantauan secara berturut-turut.
c. Bila kadar timbal >40 μg/dl dan sudah tidak diperkenankan bekerja di tempat
pajanan maka pemantauan harus dilaksanakan setiap bulan.
2. Pemeriksaan medis
a. Dilakukan setiap tahun bila kadar timbal dalam darah >40μg/dl.
b. Dilakukan setelah peninjauan lapangan bila kadar timbal di lingkungan tempat
kerja atau kadar timbal dalam darah >30μg/m3
c. Dilakukan sesegera mungkin bila seseorang pekerja timbul tanda intoksikasi
timbal yang mencurigakan
3. Tidak diperkenankan bekerja di tempat pajanan
a. Pekerja dengan kadar timbal >60 μg/dl, kecuali kadarnya yang terkahir masih
<40μg/dl.
b. Pekerja dengan kadar timbal >50 μg/dl pada pemeriksaan terakhir selama tiga
kali berturut-turut atau lebih dari 6 bulan, kecuali kadarnya yang terakhir masih
<40μg/dl. Pekerja ini baru dapat kembali bekerja di tempat pajanan bila kadar
timbalnya mencapai <40μg/dl dalam pemeriksaan selama 2 kali bertururt-turut.
11
c. Pekerja yang memiliki kecenderungan gejala intoksikasi timbal yang bertambah
berat. Pekerja ini baru dapat kembali bekerja di tempat pajanan tidak semata-mata
bergantung pada kadar timbal di darah, tetapi juga bergantung pada pertimbangan
hasil pemeriksaan medis yang menyeluruh.
Kesimpulan
Timbal merupakan logam berat yang banyak dipakai di industri, seperti industri baterai,
cat, bensin, dan lain sebagainya. Pajanan tidak hanya pada pekerja industri saja, tetapi juga
masyarakat yang terpajan oleh limbah timbal. Pada industri yang menggunakan timbal perlu
diperhatikan keamanan dalam bekerja dan juga dalam mengolah timbal, agar eksposur dari
timbal ini tidak sampai mengganggu kesehatan. Keracunan timbal, terutama mengganggu
saluran pencernaan, darah, dan saraf. Penting dilakukan pemantauan biologis bagi para
pekerja pabrik untuk mengevaluasi bahaya kerja, juga edukasi pencegahan keracunan timbal.
Daftar Pustaka
1. Jeyaratnam J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: EGC; 2010. h.8-11.
2. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6
Jakarta: EGC; 2006. h.260.
3. Palar H. Pencemaran dan toksisitas logam berat. Jakarta: Rineka cipta;2008
4. Ardyanto D. 2005. Deteksi Pencemaran Timah Hitam (Pb) Dalam Darah Masyarakat
yang Terpajan Timbal (Plumbum). Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No.1
5. Harrianto R. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta: EGC; 2012.h.27,72-5.
12
6. Widowati w. Efek toksik logam: pencegahan dan penganggulangan pencemaran.
Yogyakarta: Penerbit Andi; 2008.
7. Centers for Disease Control and Prevention. Lead. Updated:September 30th 2013.
Retrieved : October 19th 2014. http://www.cdc.gov/niosh/topics/lead/limits.html
8. Agency for Toxic Substances & Disease Registry. Updated: August 20th 2010.
Retrieved: October 19th 2014.http://www.atsdr.cdc.gov/csem/csem.asp?csem=7&po=10
9. Department of Health New York State. Updated: March 2009. Retrieved: October 19th
2014. https://www.health.ny.gov/publications/2584/
10. Kathuria P. Lead toxicity. Updated: January 14th 2014. Retrieved: October 19th 2014.
http://emedicine.medscape.com/article/1174752-overview
13