bisnis plan usaha kopi

18
Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN 1 BUSINESS PLAN USAHA PENGOLAHAN KOPI DI LOKASI PLTMH LANTAN 1. PENDAHULUAN Budi daya tanaman kopi di kecamatan Batukliang utara-Lombok Tengah merupakan usaha hasil pertanian yang paling dominan disana. Wilayah Lombok tengah yang memiliki areal perkebunan kopi sebesar 1178 ha dan 70% atau sekitar 820 ha, dari luas pertanaman kopi tersebut, diantaranya terdapat di Kecamatan Batukliang Utara, sementara 30% sisanya tersebar di 11 kecamatan lainnya. Luas areal pertanaman kopi ini cenderung bertambah dari tahun ke tahun dan pada tahun 2008 luas pertanaman kopi mencapai 777 ha. Dengan luas pertanaman seperti itu, tidak dipungkiri bahwa tanaman kopi telah membuka lapangan pekerjaan dan menberikan pendapatan bagi petani kopi sebanyak kurang lebih 1765 petani (sumber : Lombok Tengah Dalam Angka 2008). PLTMH Lantan, berada di desa Lantan, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Masayarakt yang tinggal di lokasi PLTMH umumnya adalah masyarakat tani yang membudidayakan tanaman kopi. Suplai kopi cukup berlimpah dan hampir tersedian sepanjang tahun bagi masyarakat Lantan. Selama ini, Produk Kopi dari Lantan umumnya dijual sebagai Kopi Primer hanya sebagian kecil saja yang dijual dalam bentuk Kopi sekunder. Kopi primer adalah biji kopi kering atau yang disebut kopi HS dan kopi sekunder seperi kopi bubuk. Melihat suplai kopi yang cukup melimpah dilokasi PLTMH Lantan, maka untuk pengembangan usaha produktif berbasis PLTMH, direncanakan untuk dikembangkan usaha pengolahan kopi bubuk di lokasi PLTMH Lantan.

Upload: efraim-anugerah-yusuf-rompon

Post on 21-Jan-2016

797 views

Category:

Documents


172 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

1

BUSINESS PLAN

USAHA PENGOLAHAN KOPI DI LOKASI PLTMH LANTAN

1. PENDAHULUAN

Budi daya tanaman kopi di kecamatan Batukliang utara-Lombok Tengah merupakan usaha

hasil pertanian yang paling dominan disana. Wilayah Lombok tengah yang memiliki areal

perkebunan kopi sebesar 1178 ha dan 70% atau sekitar 820 ha, dari luas pertanaman kopi

tersebut, diantaranya terdapat di Kecamatan Batukliang Utara, sementara 30% sisanya

tersebar di 11 kecamatan lainnya. Luas areal pertanaman kopi ini cenderung bertambah

dari tahun ke tahun dan pada tahun 2008 luas pertanaman kopi mencapai 777 ha. Dengan

luas pertanaman seperti itu, tidak dipungkiri bahwa tanaman kopi telah membuka lapangan

pekerjaan dan menberikan pendapatan bagi petani kopi sebanyak kurang lebih 1765 petani

(sumber : Lombok Tengah Dalam Angka 2008).

PLTMH Lantan, berada di desa Lantan, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok

Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Masayarakt yang tinggal di lokasi PLTMH umumnya

adalah masyarakat tani yang membudidayakan tanaman kopi. Suplai kopi cukup berlimpah

dan hampir tersedian sepanjang tahun bagi masyarakat Lantan.

Selama ini, Produk Kopi dari Lantan umumnya dijual sebagai Kopi Primer hanya sebagian

kecil saja yang dijual dalam bentuk Kopi sekunder. Kopi primer adalah biji kopi kering atau

yang disebut kopi HS dan kopi sekunder seperi kopi bubuk.

Melihat suplai kopi yang cukup melimpah dilokasi PLTMH Lantan, maka untuk

pengembangan usaha produktif berbasis PLTMH, direncanakan untuk dikembangkan usaha

pengolahan kopi bubuk di lokasi PLTMH Lantan.

Page 2: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

2

Selain karena suplai kopi yang berlimpah di Lantan, pengembangan usaha pengolahan kopi

bubuk di lokasi PLTMH Lantan juga adalah agar kopi yang selama ini dijual dalam bentuk

kopi primer yaitu kopi gabah atau kopi beras (kopi HS), dapat dijual menjadi dalam bentuk

kopi sekunder atau kopi bubuk sehingga margin keuntungan yang diperoleh menjadi lebih

besar.

Untuk wilayah lantan dengan asumsi harga kopi gabah Rp 9.000/kg, harga kopi beras Rp

13.500/kg dan harga kopi bubuk Rp 16.000/kg, bila yag dijual adalah kopi primer, maka

margin yang akan diperoleh adalah sekitar Rp 500/kg untuk kopi kering, dan untuk kopi

gabah, margin keuntungan adalah Rp 3200/kg. Sedangkan bila yang dijual adalah kopi

sekunder, yakni kopi bubuk, maka margin penjualan kopi bubuk adalah Rp 4.500.

Untuk kebutuhan kegiatan pengolahan kopi dilokasi PLTMH Lantan, dibutuhkan mesin-

mesin pengolahan kopi selain itu juga diperlukan dana untuk modal kerja sehingga skala

keekonomian produksi dapat tercapai.

Karena nantinya, energi yang diperlukan untuk kegiatan usaha pengolahan kopi di lokasi

PLTMH Lantan, yaitu energi untuk mengerakan mesin-mesin pengolahan kopi yang ada,

akan menggunakan energi yang berasal dari energi listrik dari PLTMH Lantan. Dengan

demikian diharapkan nantinya produk kopi bubuk yang dihasilkan akan memiliki keunggulan

bersaing yang lebih baik karena biaya produksi dapat ditekan lebih rendah.

2. ASPEK MARKETING

2.1 Peluang Pasar

Sebagai salah satu komoditi perkebunan, kopi NTB saat ini masih kalah bersaing

dibandingkan produksi kopi dari daerah lainnya seperti kopi Flores yang cukup terkenal

karena telah diolah dan dikemas sedemikian rupa, sehingga memiliki daya saing pasar

yang tinggi. Sejauh ini kopi di NTB hampir 65% dijual dalam bentuk kopi primer (biji

kopi).

Page 3: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

3

Permintaan kopi bubuk di Lombok Tengah mencapai 130 ton kopi bubuk per tahun,

sementara jumlah produksi lokal baru sekitar 65 ton atau baru 50% dari permintaan.

Permintaan tersebut belum termasuk permintaan dari daerah lain di Nusa Tenggara

Barat. Dengan demikian tidak heran jika investor asing berlomba-lomba berivestasi

kopi di daerah NTB dan sekitarnya.

2.2 Marketing Mix

Gambar 1 : Marketing Mix

Kopi merupakan produk komoditas yang nilainya sesuai dengan cita rasa yang

dihasilkan, sehingga penting harus dapat memberikan positioning yang tepat agar

target market tercapai. Setidaknya ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam bauran

pemasaran yang dikenal dengan 4P yaitu Product(Produk), Price (Harga), Place (Tempat)

dan Promotion (Promosi). Keempat aspek tersebut bersifat strategis yang kemudian

perlu didetailkan dalam langkah-langkah taktis.

Page 4: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

4

Sejauh ini produk yang dijual kebanyakan berupa biji kopi primer, sehingga langkah

strategis yang perlu dilakukan adalah mengubah komposisi penjualan produk kopi agar

kopi yang dijual lebih banyak berupa kopi bubuk, mengingat nilai tambah yang

dihasilkan akan jauh lebih besar. Langkah ini harus diikuti dengan program

pengembangan ‘merk’ dan upaya promosi lainnya sehingga kopi bubuk dapat diterima

pasar dengan baik.

Kopi bubuk yang diproduksi di Lantan mayoritas berupa kopi robusta dengan merk

‘Padegirang’. Namun demikian produk kopi yang dipasarkan di Lombok Tengah

mayoritas merupakan biji kopi (kopi primer) dari 433 ton kopi basah yang dihasilkan

sekitar 65% dijual dalam bentuk kopi primer (biji kopi). Jenis kopi yang banyak

diproduksi merupakan jenis kopi robusta. Kopi biji HS Rp 15.000 smentara kopi bubuk

Rp 25.000 – Rp 35.000 per kg.

Pengumpul biji kopi kering (yang masih terdapat kulit pelapis) banyak terdapat di

Lantan, para pengumpul ini membeli harga biji kopi WS (kopi dengan kadar air diatas

15%) dari petani dengan kisaran harga Rp 8.000 – Rp 9.000, kopi kering HS (biji kopi

dengan kadar air dibawah 11%) Rp 13.000- Rp 15.000 .

Desa Lantan Kecamatan Batukliang utara ini merupakan daerah penghasil kopi terbesar

di Lombok Tengah seperti ditunjukan tabel dibawah ini:

Tabel 1 : Perkebunan Kopi di Lombok Tengah No Kecamatan Lombok Tengah Jumlah

Desa Luas Areal

(Ha) Produksi

(ton)

1 Praya Barat 9 - -

2 Praya Barat Daya 10 - -

3 Pujut 15 - -

4 Praya Timur 10 --

5 Janapria 10 - -

6 Kopang 9 134 30,40

7 Praya 14 - -

8 Praya Tengah 10 - -

9 Jonggat 13 - -

10 Pringgata 7 302 98,6

11 Batukliang 9 217 51,3

12 Batukliang Utara 8 777 233

Page 5: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

5

(sumber: Lombok Tengah dalam angka 2008)

Ada beberapa strategi yang harus diperhatikan dalam bauran pemasaran kopi di Lantan

yang dikembangkan dengan merk ‘ Kopi Padegirang’ . Strategi-strategi yang dapat

dilakukan adalah: 1) mengembangkan kemasan produk yang menarik dengan

menonojolkan ciri khas daerah tersebut, 2)meningkatkan atau perluasan pangsa pasar

seperti menguasai pasar yang belum terlayani yakni kopi-kopi bubuk dengan low price,

3) tetap menjaga kualitas, cita rasa dan aroma khas, dengan cara terus menerus

melakukan pengawasan baik bahan baku, maupun proses, dan pengepakan. Juga

penggunaan mesin untuk menghasilkan kopi bubuk yang lebih halus 4) memperbaiki

strategi promosi, melalui reklame lewat pemasangan pamflet dan brosur-brosur, 5)

melakukan promosi penjualan berupa discount bagi para distributor kopi seperti

warung-warung kecil yang ada disekitar, 6) tetap menjaga kualitas produk dan

menetapkan harga yang terjangkau oleh konsumen, dengan cara tidak mengurangi cita

rasa, aroma, dan takaran meskipun harga produknya murah, 7) perluasan jaringan

pemasaran, dengan cara bekerja sama dengan mitra yang ada di desa-desa, tokotoko

eceran, dan swalayan-swalayan, 8) meningkatkan kinerja dengan cara selalu melakukan

monitoring dan evaluasi terhadap keseluruhan aktivitas perusahaan dengan segala

sumber daya yang ada, 9) meningkatkan kapasitas produksi melalui pengaturan waktu,

tenaga kerja, penggunaan mesin yang lebih optimal, dan biaya yang efisien, 10)

Pengelola terus-menerus beradaptasi dalam pemanfaatan teknologi dengan selalu

berusaha meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi yang selalu berubah melalui

belajar mandiri atau mengikuti pelatihan,

Page 6: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

6

3. ASPEK PRODUKSI

Tabel 2 : Perbandingan Jenis Kopi

ARABICA ROBUSTA

Tahun ditemukan 1753 1895

Kromosom (2n) 44 22

Waktu berbunga sampai berbuah 9 bulan 10-11 bulan

Berbunga Setelah hujan Tidak tetap

Buah matang Jatuh Di pohon

Produksi(kg/ha) 200-300 350-500

Akar Dalam Dangkal

Temperatur optimal 15-240 C 24-300 C

Kafein 0,8 – 1,4% 1,7 – 4 %

Pengolahan kopi jenis robusta hampir sama dengan kopi jenis arabika yang membedakan

hanya dibagian fermentasinya. Kopi arabika memerlukan fermentasi sementara robusta

tidak, sehingga kopi arabika akan terasa lebih asam.

Page 7: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

7

3.2 Proses Produksi

Gambar 2. Proses Pengolahan Kopi (Fermentasi dan tanpa fermentasi)

Untuk pengembangan usaha pengolahan kopi di lokasi PLTMH Lantan, Kec. Batu Kilang

Page 8: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

8

Utara, Kab. Lombok Tengah, Prop. Nusa Tenggara barat dapat dilakukan dengan

penggunaan alat pengupas kopi yang menggunakan input energi listrik dari PLTMH . Alat

pengolahan kopi yang dimaksud meliputi:

1. Alat pengupas kulit buah kopi

2. Alat pengering biji kopi

3. Alat pengupas kulit kering biji kopi

4. Alat penggoreng biji kopi

5. Alat penggiling biji kopi hingga menjadi bubuk kopi

1) Pengupas Kulit Buah Kopi (Pulper)

Fungsi: Melepas kulit buah kopi untuk memudahkan pelepasan atau pembersihan lapisan

lendir dari permukaan kulit tanduk. Fleksibilitas dan Keunggulan: a. Hasil pengupasan baik

dan bersih; b. Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan; c. Konsumsi air dan

energi penggerak rendah. Penggerak: Motor Listrik.

Gambar 3 Alat Pengupas Kulit Buah Kopi dengan Penggerak Motor Listrik

2) Pengering (Dryer) Alternatif I

Page 9: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

9

Fungsi: Mempercepat proses difusi air sehingga aman disimpan dan tetap memiliki mutu

yang baik sampai ke tahap proses pengolahan berikutnya. Fleksibilitas dan Keunggulan: a.

Multikomoditi (selain kopi bisa untuk kakao, jagung, padi); b. Kapasitas per satuan luas lebih

besar; c. Perawatan murah dan mudah dioperasikan; d. Hasil pegering baik. Spesifikasi

Teknis: a. Kapasitas: 1-4 ton kopi HS/batch; b. Penggerak: Motor listrik (0,5 s/d 2,5 HP), 220

V, 1440 rpm, 1 phase; c. Transmisi: Pulley dan sabuk karet; d. Sumber panas: Kompor

bertekanan (burner) BBM, atau tungku biomassa; e. Konsumsi bahan bakar: BBM, 4-5

liter/jam, kayu bakar, 2-3 m3/ton biji kopi; f. Dimensi: 4.600 x 2.100 x 1.150 mm; g. Bahan

konstruksi: Besi baja, plat aluminium.

Gambar 4 Alat Pengering Biji Kopi Menggunakan Input Energi Listrik

3) Pengering (Dryer) Alternatif II

Berikut ini penjelasan spesifikasi teknis dan gambar alat pengering biji kopi menggunakan

energi surya dan input energi listrik (untuk penggerak kipas).

4) Pengupas Kulit Kering (Huller)

Fungsi: Memisahkan kulit buah kering, kulit tanduk dan kulit ari sehingga diperoleh biji kopi

pasar yang bersih dan bermutu. Fleksibilitas dan Keunggulan: a. Dapat digunakan untuk

pengupasan kulit kopi kering dari pengolahan kering ataupun basah; b. Perawatan mudah

dan murah, serta mudah dioperasikan; c. Hasil pengupasan baik dan bersih. Penggerak:

Motor Listrik.

Page 10: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

10

Gambar 5

Alat Pengupas Kulit Kering

Biji Kopi dengan Penggerak

Motor Listrik

5) Sangrai (Roaster)

Fungsi: a. Untuk membantu pembentukan calon aroma dan cita rasa khas kopi bubuk; b.

Memudahkan proses penghalusan. Fleksibilitas dan Keunggulan: a. Multikomoditi (selain

kopi untuk kakao, makadamia, kacang); b. Kontrol mutu mudah dilakukan; c. Perawatan

mudah dan murah, serta mudah dioperasikan; d. Hasil sangrai seragam, konsisten dan

bersih. Spesifikasi Teknis: a. Kapasitas: 10 - 50 kg/batch; b. Sumber panas: Kompor

bertekanan (burner) minyak tanah; d. Penggerak: Motor listrik 1/2 - 1 HP, 220 V, 1.440 rpm,

single phase; Transmisi: Pulley dan sabuk karet V, serta rantai dan roda gigi; e. Dimensi:

1.200 x 1.000 x 1.500 mm; f. Bahan konstruksi: Besi baja, plat aluminium, plat besi.

Gambar 6

Alat Penggoreng Biji Kopi

Menggunakan Input Energi

Listrik

Page 11: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

11

6) Pembubuk/Penggiling Kopi (Grinder)

Fungsi: Memperkecil ukuran partikel kopi sesuai dengan keinginan konsumen. Fleksibilitas

dan Keunggulan: a. Mutu bubuk kopi hasil pembubukan baik; b. Keseragaman bubuk kopi

baik; c. Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan; d. Energi rendah dan

efisien. Spesifikasi Teknis: a. Kapasitas: 25 - 35 kg kopi biji sangrai/jam; b. Tipe: Pin mill; c.

Transmisi: Pulley dan sabuk karet V; Penggerak: Motor listrik 5,5 HP, 220 V, 1.440 rpm,

single phase; e. Dimensi: 800 x 600 x 1.000 mm; f. Bahan konstruksi: Plat aluminium, plat

besi.

Gambar 7

Mesin Penggilingan Biji Kopi

Menjadi Bubuk Kopi

4. ASPEK KEUANGAN

Dalam perencanaan keuangan kelayakan usaha kopi selain dibuat simulasi laporan keuangan

seperti neraca, laporan rugi laba dan cash flow, juga dilakukan analisa perhitungan HPP atau

Harga Pokok Penjualan sehingga bisa diketahui margin keuntungan dari setiap produk dan

analisis sensitivitas terhadap perubahan skala produksi.

Simulasi perhitungan dilakukan untuk produksi kopi basah sebanyak 250 ton, dimana angka

tersebut diambil dari ketersediaan bahan baku lokal. Sehingga perhitungan HPP (Harga Pokok

Penjualan) sebenarnya akan berbeda untuk setiap skala produksi kopi dan kadar air kopi

Page 12: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

12

(rendemen), semakin besar skala produksinya tentu akan memperkecil HPP. Berikut hasil-hasil

perhitungan HPP beserta simulasi laporan keuangannya.

Produksi rata-rata tanaman kopi Robusta di Desa Lantan adalah 330 kg biji kopi/ha/tahun

(sumber : NTB dalam angka 2009). Lahan yang diusahakan untuk perkebunan kopi sekitar

820 ha. Karena itu total produksi biji kopi mencapai 250 ton biji kopi/tahun. Untuk menjadi

kopi bubuk diasumsikan terjadi penyusutan 30% sehingga dapat dihasilkan sebanyak 75 ton

kopi bubuk/tahun. Harga biji kopi basah yang dibeli dari petani setempat sebagai bahan

baku usaha pengolahan kopi ini yaitu Rp 5.500/liter atau Rp 8.250/kg.

4.1 Perhitungan HPP (Harga Pokok Penjualan)

Perhitungan HPP didasarkan pada proses pengolahan kopi yang dibagi kedalam 3 proses

yaitu pengolahan kopi basah menjadi kopi gabah yang masih memilki kulit buah kering,

kulit tanduk dan kulit ari kemudian pengolahan kopi kering menjadi biji kopi WS dan

terakhir pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk. Dalam analisa HPP ini diperhitungan

material decrease yaitu penyusutan bahan akibat proses produksi, depresiasi

mesin/maintenance, penggunaan listrik dan gaji operator.

Proses 1

Kopi basah biji kopi WS (bijikopi yang kadar airnya masih diatas 15%)

Karakteristik Mesin :

Kapasitas mesin pulper 300kg/jam

Mesin pengupas tipe silinder 5 pK = 3725 Watt

Running effective = 3500 Watt

Biaya Operasional :

(Asumsi pengolahan kopi basah 80 ton/bln disesuaikan dengan ketersedian lokal)

Listrik : 3,725 kW x 0,3 jam/hari x 30 hari x Rp550,-/kWh = Rp 19.250,-/bln

3,5 kW x 10 jam/hari x 30 hari x Rp 550,-/kWh = Rp 578.500,-/bln

Maintenance mesin : Rp 400.000/bln (pemakaian efektive 3bulan/tahun)

Operator : Rp450.000/bln

Page 13: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

13

Biaya bleching : Rp 150.000

Total Biaya Operasional = Rp.1095.500/bulan atau Rp 170/kg

Material decrease : 67 % setara dengan Rp 5.313/kg

Jadi HPP kopi gabah/kering = Rp 7.990/kg

Harga kopi basah Rp 2.500/kg, harga kopi WS Rp 8.500/kg

HPP biji kopi WS bergantung pada jumlah produksi dan jenis kopi, kapasitas maksimum

mesin pulper di LANTAN adalah 300 kg/jam, sehingga jumlah maksimal produksi dapat

mencapai 80 ton/bulan.

Proses 2

Biji kopi WS biji kopi HS (biji kopi yang kadar airnya kurang dari 11%)

Biaya Operasional :

Langkah Pencucian dan Pengupasan Kulit Kering

(Asumsi pengolahan kopi kering 5 ton/bln)

Listrik : 3,725 kW x 0,3 jam/hari x 30 hari x Rp550,-/kWh = Rp 19.250,-/bln

3,5 kW x 10 jam/hari x 30 hari x Rp 550,-/kWh = Rp 578.250,-/bln

Maintenance mesin : Rp 370.000/bln (pemakaian efektive 3bulan/tahun)

Operator : Rp450.000/bln

Biaya bleching : Rp 150.000

Total Biaya Operasional = Rp.1.027.500/bulan atau Rp 230/kg

Material decrease : 8 % setara dengan Rp 1.180/kg

Jadi HPP kopi HS = Rp 10.800/kg

Harga kopi HS Rp 15.000/kg

Page 14: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

14

Proses 3

Kopi HS --> Kopi Bubuk

Biji kopi HS kopi bubuk ‘padegirang’

Biaya Operasional :

Langkah Pencucian dan Pengupasan Kulit Kering

(Asumsi pengolahan kopi kering 20 ton/bln)

Listrik : 3,725 kW x 0,3 jam/hari x 30 hari x Rp550,-/kWh = Rp 19.250,-/bln

3,5 kW x 10 jam/hari x 30 hari x Rp 550,-/kWh = Rp 578.250,-/bln

Maintenance mesin : Rp 370.000/bln (pemakaian efektive 3bulan/tahun)

Operator : Rp450.000/bln

Biaya bleching : Rp 150.000

Total Biaya Operasional = Rp.1.027.500/bulan atau Rp 230/kg

Material decrease : 8 % setara dengan Rp 1.180/kg

Jadi HPP kopi HS = Rp 14.800/kg

Harga kopi bubuk ‘padegirang’ Rp 25.000/kg sd Rp 35.000/kg

Page 15: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

15

4.2 Simulasi Keuangan

Start-Up Tahun ke-1 Tahun ke-2

AKTIVA

Aktiva Lancar

Kas 1.000.000Rp 5.000.000Rp 10.000.000Rp

Piutang 1.500.000Rp 2.000.000Rp 2.500.000Rp

Inventory

Kopi Basah 12.500.000Rp 17.500.000Rp 33.000.000Rp

Kopi Sekunder 3.125.000Rp 6.500.000Rp 10.400.000Rp

Kopi Primer 1.875.000Rp 16.000.000Rp 32.000.000Rp

Jumlah Aktiva Lancar 20.000.000Rp 47.000.000Rp 87.900.000Rp

Aktiva Tetap

Mesin Pulper 35.000.000Rp 35.000.000Rp 35.000.000Rp

Mesin Pengering 40.000.000Rp 40.000.000Rp 40.000.000Rp

Kompor Gas 250.000Rp 250.000Rp 250.000Rp

Tabung Gas 15 kg 1.000.000Rp 1.000.000Rp 1.000.000Rp

Mesin Pengupas Kopi kering 27.000.000Rp 27.000.000Rp 27.000.000Rp

Mesin Tumbuk 28.000.000Rp 28.000.000Rp 28.000.000Rp

Depresiasi -Rp -14.002.004 Rp -28.011.074 Rp

Bangunan Tetap 30.000.000Rp 30.000.000Rp 30.000.000Rp

Jumlah Aktiva Tetap 161.250.000Rp 147.247.996Rp 133.238.926Rp

TOTAL AKTIVA 181.250.000Rp 194.247.996Rp 221.138.926Rp

PASSIVA

Modal 157.250.000Rp 157.250.000Rp 157.250.000Rp

Laba berjalan -Rp 138.584.616Rp 352.365.952Rp

Hutang Jangka Pendek 4.000.000Rp 4.000.000Rp 4.000.000Rp

Hutang Jangka Panjang 20.000.000Rp 10.000.000Rp -Rp

TOTAL PASSIVA 181.250.000Rp 309.834.616Rp 513.615.952Rp

PENGOLAHAN KOPI PLTMH LANTAN

NERACA KEUANGAN

Neraca diatas dibuat berdasarkan harga mesin-mesin yang dibutuhkan untuk pengolahan kopi,

yaitu Mesin Pulper, Washer, Pengering, Huller dan pengukur kadar air yang umur mesinnya

disumsikan 4-8 tahun. Selain kebutuhan mesin juga estimasi dari nilai inventory yang nilainya

naik sesuai dengan skala produksi.

Page 16: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

16

Tahun ke-1 Tahun ke-2

Penjualan 50.000 50.000

Kopi Kering WS 225.000.000Rp 180.000.000Rp

Biji Kopi HS -Rp -Rp

Kopi Tepung/bubuk 437.500.000Rp 612.500.000Rp

Jumlah Penjualan 662.500.000Rp 792.500.000Rp

HPP 518.515.384Rp 573.918.664Rp

Pendapatan Kotor 143.984.616Rp 218.581.336Rp

Marketing 1.000.000Rp 1.500.000Rp

Over Head 2.000.000Rp 2.000.000Rp

Biaya Tranportasi 3.000.000Rp 3.200.000Rp

Inventory 800.000Rp 800.000Rp

Biaya Bunga 1.600.000Rp 800.000Rp

Pendapatan Bersih 135.584.616Rp 210.281.336Rp

Asumsi yang digunakan:

Komposisi penjulan kopi bubuk bertambah 10 ton tiap tahunnya

Jenis kopi yang dijual adalah kopi Robusta dengan harga Jual Rp 35.000 diasumsikan naik

5% setiap tahunnya

Beban bunga 8% per tahun

Inventory naik sesuai dengan jumlah produksi

Material decrease sesuai dengan keadaan ideal 67% untuk proses 1, 8% untuk proses

kedua dan 4 % untuk proses ketiga.

Discount rate diambil 8%

Umur mesin 4 – 6 tahun

Indikator-indikator keuangan dari hasil simulasi:

NPV tahun ke-2 = Rp 120.696.000

IRR = 53,37 %

Pay Back Period = 2 tahun 1 bulan

Page 17: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

17

Indikator diatas berdasarkan asumsi produksi Kopi basah adalah 250 ton per tahun.

4.3 Analisis Sensitivitas

Dari analisa diatas sensitiviatas operasional kopi sangat dipengaruhi oleh sortasi/pemilihan kopi

basah yang berkualitas, efisiensi mesin, dan kestabilan harga. Jika hasil sortasi buruk sehingga

efiensi pengolahan menjadi rendah maka akan menaikan HPP secara signifikan, hal ini akan langsung

berdampak pada margin keuntungan.

Berikut simulasi perhitungan HPP jika efisensi material decrease kopi turun 10% :

Material decrease 8% 18%

Jika terjadi inefisiensi produksi sebesar 10% maka HPP menjadi Rp 11.500 atau margin-nya Rp

13.000- Rp 11.500 = Rp 1.500, atau turun dari Rp 3.200 menjadi 1.500. Hal ini tentu akan

merubah/menurunkan performa indikator-indikator keuangan seperti NPV, IRR dan pay back.

5. KEBUTUHAN MODAL

Investasi Alat dan Mesin yang dibutuhkan untuk usaha pengolahan kopi di lokasi PLTMH Lantan

adalah sebagai berikut:

Mesin Pulper Rp 40.000.000

Mesin Pengering Rp 35.000.000

Mesin Penumbuk Rp 40.000.000

Mesin Pengupas Rp 35.000.000

Bangunan untuk Gudang Rp 30.000.000

Total Rp 180.000.000

Kebutuhan Modal sebesar Rp. 180.000.000 (Seratus Delapan Puluh Juta Rupiah) ini diharapkan dapat

diperoleh melalui kredit dari Bank.

Page 18: Bisnis Plan Usaha Kopi

Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN

18

6. KESIMPULAN DAN SARAN

Kecamatan Batukliang Utara memilki areal perkebunan kopi terbesar dibanding kecamatan

lain di Lombok Tengah, hal ini tentu menjadi salah satu kekuatan yang dimiliki oleh desa

Lantan-Batukliang Utara, namun demikian disana belum tersedia alat pengolah kopi,

sehingga selama ini pengolahan dilakukan di tempat lain dengan menyewa mesin pengolah

kopi.

Dari hasil analisa diatas untuk pengadaan alat-alat pengolah kopi sesuai dengan kapasitas

bahan/supply bahan lokal maka jumlah investasi yang dibutuhkan minimal 180 juta,

investasi ini untuk pengolahan kopi dengan kapasitas 80 ton kopi basah/bulan. Indikator

keuangan dari simulasi yang dilakukan NPV sudah bernilai positif di tahun ketiga dan IRR

53%. Nilai tersebut merupaka nilai yang sangat layak secara keuangan. Salah satu faktor

yang membuat indikator diatas menjadi sangat menarik seperti tingginya IRR adalah harga

jual kopi bubuk yang tinggi yang mencapai Rp 35.000/kg atau 2,5 kali lebih tinggi dari HPP-

nya. Indikator tersebut tentunya tidak bersifat mutlak bergantung pada jumlah produksi,

komposisi penjualan (kopi primer vs kopi sekunder) , harga jual, dan efisiensi produksi .

Upaya promosi yang dilakukan harus cukup gencar mengingat kopi di Lantan mayoritas

dijual dalam bentuk biji kopi HS, sehingga perlu dilakukan upaya pengembangan ‘merk’ agar

komposisi penjualan lebih banyak dalam bentuk kopi bubuk yang mempunyai value added

yang lebih tinggi. Upaya ini tentu tidak lepas dari upaya pegembangan SDM, teknologi dan

marketing.