bismillah lapsus kulit

29
Bab 1. Pendahuluan Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei. Penyakit yang mempengaruhi semua jeni ras di dunia tersebut ditemukan hamper pada semua Negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi. Di beberapa Negara berkembang, prevalensinya dilaporkan 6-27% dari populasi umum dan insidensi tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja. Perkembangan penyait ini dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain keadaan social ekonomi rendah, tigkat higiene yang buruk, kurangnya pengetahuan dan kepadatan penduduk. Selain itu kesalahan dalam diagnosis serta pelaksanaanya juga menjadi faktor pendukung dari perkembangan penyakit scabies, mengingat penyakit tersebut merupakan The great immitair, karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal (Handoko, 2009). Di Indonesia prevalensi scabies pada tahun 1996 adalah 4,6%-12,95%. Penyakit ini menduduki urutan ketiga dari dua belas penyakit kulit yang sering terjadi saat itu. Pada tahun 2003, terjadi kejadian luar biasa (KLB) di Provinsi NAD, dan ditahun 2004 prevalensi scabies di provinsi tersebut mencapai 40,78%. Skabies juga menjadi masalah kesehatan masyarakat di beberapa kota besar seperti Jakarta.

Upload: freicillya-rebecca-clorinda

Post on 30-Dec-2014

66 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bismillah Lapsus Kulit

Bab 1. Pendahuluan

Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes

scabiei. Penyakit yang mempengaruhi semua jeni ras di dunia tersebut ditemukan

hamper pada semua Negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang

bervariasi. Di beberapa Negara berkembang, prevalensinya dilaporkan 6-27% dari

populasi umum dan insidensi tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja.

Perkembangan penyait ini dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain keadaan

social ekonomi rendah, tigkat higiene yang buruk, kurangnya pengetahuan dan

kepadatan penduduk. Selain itu kesalahan dalam diagnosis serta pelaksanaanya

juga menjadi faktor pendukung dari perkembangan penyakit scabies, mengingat

penyakit tersebut merupakan The great immitair, karena dapat menyerupai banyak

penyakit kulit dengan keluhan gatal (Handoko, 2009).

Di Indonesia prevalensi scabies pada tahun 1996 adalah 4,6%-12,95%.

Penyakit ini menduduki urutan ketiga dari dua belas penyakit kulit yang sering

terjadi saat itu. Pada tahun 2003, terjadi kejadian luar biasa (KLB) di Provinsi

NAD, dan ditahun 2004 prevalensi scabies di provinsi tersebut mencapai 40,78%.

Skabies juga menjadi masalah kesehatan masyarakat di beberapa kota besar

seperti Jakarta. Berdasarkan data kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia

(KSDAI) tahun 2001, dari Sembilan RS tujuh kota besar Indonesia, jumlah

penderita scabies terbanyak didapatkan di Jakarta, yaitu 355 kasus di tiga RS.

Pada umumnya, penyakit ini memang menyerang individu yang hidup

berkelompok seperti di asrama, pesantren, rumah jompo, rumah sakit,

perkampungan padat dan lembaga pemasyarakatan.

Skabies adalah penyakit kulit yang sangat menular. Penularan penyait ini

dapat terjadi melalui kontak langsung dengan kulit penderita atau tidak langsung

melalui alat-alat yang dipakai penderita. Oleh karena itu, penyakit scabies dapat

menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tiggal bersama, sehingga dalam

pengobatannya, harus dilakuakn secara serentak dan ,menyeluruh pada semua

orang yang tinggal dalam satu komunitas dengan penderita scabies.

Page 2: Bismillah Lapsus Kulit

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi

terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya (Handoko, 2010).

2.2 Epidemiologi

Skabies merupakan penyakit epidemic pada banyak masyarakat diseluruh

dunia dengan insiden yang berfluktuasi. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun

terjadi epidemi skabies. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dewasa muda,

namun dapat juga mengenai semua umur. Beberapa penelitian menyatakan bahwa

tidak ada perbedaan angka kejadian scabies pada laki-laki dan perempuan. Selain

itu scabies juga bias timbul pada keadaan menurunnya system kekebalan tubuh

dan pasien-pasien tua terutama yang berbaring lama di tempat tidur karena sakit.

(Handoko, 2009).

Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, diantaranya:

a. Keadaan social ekonomi yang rendah, eningkatkan resiko terjadinya

scabies.

b. Higiene yang buruk. Seseorang dengan perilaku kesehatan yang buruk

beresiko lebih besar terkena penyakit scabies.

c. Kesalahan diagnosis. Skabies merupakan salah satu penyakit kulit yang

dapat menyerupai berbagai macam penyakit kulit lainnya atau disebut juga

“The Great Imitator”.

d. Hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas

e. Kepadatan penduduk. Prevalensi skabes sangat tinggi pada lingkungan

dengan kepadatan penghuni yang tinggi.

f. Derajat sanitasi individual

2.3 Etiologi

Sarcoptes scabiei merupakan parasite yang menjadi penyebab penyakit

scabies. Spesies ini termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina,

family Sarcoptidae dan genus Sarcoptes.

Page 3: Bismillah Lapsus Kulit

Secara morfologik, Sarcoptes scabiei merupakan tungau kecil berbentuk oval,

punggungnya cembung, dan bagan perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna

putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450

mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240

mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang

kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina

berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga

berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

Gambar 2.1 Tungau Sarcoptes scabiei

Sarcoptes scabiei var hominis berkembangbiak hanya pada kulit manusia.

Setelah terjadi kopulasi (perkawinan) diatas kulit, yang jantan akan mati, namun

kadang – kadang masih hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh

betina, sedangkan betina yang sudah dibuahi dapat hidup selama sebulan. Tungau

betina yang telah dibuahi akan menggali terowongan dalam stratum korneum

dengan kecepatan 2-3 mm. Di terowongan tersebut tungau betina meletakkan

telurnya sebanyak 2-4 butir sehari bahkan dapat mencapai jumlah 40-50 butir

telur. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang

mempunyai 3 pasang kaki. Larva tersebut dapat tinggal di dalam maupun luar

terowongan. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang menjadi 2 jenis.

Page 4: Bismillah Lapsus Kulit

Jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Siklus hidupnya mulai dari telur sampai

bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari (Handoko, 2009).

Gambar 2.2 Siklus Hidup Tungau Sarcoptes scabiei

2.4 Patogenesis

Kelainan kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau penyebab scabies, akan

tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan

oleh sensitisasi terhadap sekreta itu, kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan

ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain lain (Handoko, 2009). Apabila

digaruk maka akan timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.

Awalnya, hospes (inang) tidak menyadari adanya aktivitas penggalian

terowongan di epidermis oleh tungau betina. Namun setelah 4-6 minggu akan

timbul manifestasi gatal akibat hipersensitivitas terhadap tungau atau bahan bahan

yang dikeluarkannya. Periode asimtomatis tersebut sebetulnnya sangat

menguntungkan bagi parasite ini, karena dengan demikian, mereka mempunyai

waktu untuk membangun dirinya sebelum hospes membuat respon imunitas

(Brown, 2005). Masa inkubasi (waktu mulai infestasi sampai dengan timbulnya

rasa gatal dan ruam) bisa terjadi selama beberapa hari dan beberapa minggu.

Page 5: Bismillah Lapsus Kulit

Dengan demikian, seseorang dapat menularkan organisme tersebut kepada orang

lain sebelum gejala muncul (Johnston,2005).

2.5 Tranmisi Penularan

Skabies merupakan penyakit kulit yang mudah menuar. Penularan peyakit

ini dapat terjadi melalui kontak langsung dengan kulit penderita, misalnya

berjabat tangan, tidur bersama, dan melakukan hubungan seksual. Penularan

melalui kontak tidak langsung dapat terjadi melalui penggunaan alat-alat yang

dipakai oleh penderita, misalnya handuk, baju, sprei, bantal dan lain-lain.

Penularannya disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var animalis juga dapat menulari

manusia, terutama bagi mereka ang empunyai hewan peliharaan. Penularannya

melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi tungau tersebut (Handoko, 2009).

2.6 Diagnosis

Diagnosis penyakit scabies dibuat berdasarkan gejala klinis dan

pemeriksaan laboratorium yaitu dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal:

a. Pruritus nokturna

Gejala yang sangat menonjol adalah rasa gatal terutama pada malam hari,

sehingga dapat mengganggu penderita. Gatal tersebut disebabkan karena

aktivitas tungau ini meningkat pada suhu yang lebih lembab dan panas.

b. Menyerang manusia secara berkelompok

Jika dalam sebuah populasi ada yang terinfeksi tungau scabies, maka

anggota populasi lainnya akan memiliki resiko yang tinggi untuk tertular.

Pada suatu infeksi tungau, penderita tersebut cenderung tidak memberikan

gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

c. Adanya terowongan (kunikulus)

Terdapat lesi yang khas pada tempat-tempat predileksi yang berwarna

putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata

panjang 1 cm. Pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel.

Page 6: Bismillah Lapsus Kulit

Jika timbul infeksi sekunder, ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul

ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksi biasanya merupakan tempat

yang diliputi oleh stratum korneum yang tipis atau daerah pelipatan, yaitu

sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian alveolar, siku bagian luar,

lipat ketiak bagian depan, aerola mamae (wanita), umbilicus, bokong,

genetalia eksterna (pria) da perut bagian bawah. Pada bayi, dapat

menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

d. Menemukan tungau

Merupakan diagnosis pasti dari infeksi tungau Sarcoptes scabiei

(Handoko, 2009). Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan ditemukannya

tungau pada pemeriksaan mikroskopis yang dapat dilakukan dengan cara,

yaitu:

1. Kerokan kulit

Minyak mineral diteteskan diatas papul atau terowongan baru yang

masih utuh, kemudian dekerok dengan skapel steril untuk mengangkat

atap paul atau terowongan, lalu diletakkan diatas gelas objek, ditutup

dengan cover glass dan diperiksa dibawah mikrosko.

2. Mengambil tungau dengan jarum

Jarum dimasukkan kedalam terowongan pada bagian yang gelap, lalu

digerakkan secara tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum

dan dapat diangkat keluar.

3. Epidermal shave biopsy

Terowongan atau papul yang dicuragai diangkat dengan sela jari atara

ibu jari dan jari telunjuk, lal dengan hati-hati diiris pada puncak lesi

dengan scalpel No.15 yang dilakukan sejajar dengan permukaan kulit.

Biopsi dilakukan sangat superfisial ssehingga tidak terjadi perdarahan

dan tidak memerlukan anastesi. Spesimen kemudian diletakkan pada

Page 7: Bismillah Lapsus Kulit

gelas objek, lalu ditetesi minyak mineral dan diperiksa dibawah

mikroskop.

4. Swab kulit

Kulit dibersihkan dengan eter, lalu dilekatkan selotip dan diangkat

dengan cepat. Selotip dilekatkan pada obyek glass, kemudian diperiksa

dibawah mikroskop.

Pemeriksaan Lainnya:

1. Tes tinta Burrow

Papul scabies ditetesi dengan tinta hitam, dibiarkan selama 2 menit,

kemudian segera dihapus dengan alkohol. Jejak terowongan akan

tampak sebagai garis yang karakteristik berbelok-belok (zig-zag)

karena adanya tinta yang masuk kedalam terowongan.

2. Uji Tetrasiklin

Tetrasiklin dioleskan pada daerah yang dicurigai ada terowongan,

kemudian dibersihkan dan diperiksa dengan lampu wood. Tetrasiklin

dalam terowongan akan menunjukkan fluoresensi (Suparyanto, 2011).

2.7 Klasifikasi

Terdapat beberapa bentuk scabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit

dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk

tersebut, antara lain:

a. Skabies pada orang bersih (Scabies of cultivated)

Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit

jumlahnya, sehingga sangat sulit ditemukan.

b. Skabies incognito

Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid,

sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan

Page 8: Bismillah Lapsus Kulit

penularan masih bias terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan

gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit

lain.

c. Skabies nodular

Pada bentuk ini, lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus

biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genetalia laki-laki,

inguinal dan aksila yang timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tu

ngau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan, tungau

jarang ditemukan. Kemungkinan nodus tersebut dapat menetap selama

beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan

antiskabies dan kortikosteroid.

d. Skabies yang ditularkan melalui hewan

Di Amerika, sumber utama scabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda

dengan scabies manusia, yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang

sela jari dan genetalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana

orang sering kontak atau memeluk hewan kesayangannya, yaitu paha,

perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih

mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4-8 minggu) dan dapat sembuh

sendiri karena Sarcoptes scabiei var animalis tidak dapat melanjutkan

siklus hidupnya.

e. Skabies Norwegia

Skabies Norwegia atau scabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas

dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat

predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga, bokong, siku,

lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai dengan distrofi kuku.

Berbeda dengan scabies biasa, rasa gatal pada scabies Norwegia tidak

menonjol, tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang

menginfeksi sangat banyak (ribuan). Keadaan ini sering terdapat pada

Page 9: Bismillah Lapsus Kulit

orang tua dan orang yang menderita retardasi mental , sensai kulit yang

rendah (lepra, syringomelia, tabes dorsalis), penderita penyakit sistemik

berat (leukemia dan diabetes), dan penderita imunosupresif sehingga imun

tubuh gagal membatasi proliferasi tungau yang dapat berkembang biak

dengan mudah (misalnya penderita AIDS atau setelah pengobatan

glikortikoid atau sitotoksik jangka panjang).

f. Skabies pada bayi dan anak

Lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh

kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder

berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan.

g. Skabies pada orang yang terbaring ditempat tidur (bed ridden)

Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa haru tinggal

ditempat tidur dapat menderita scabies yang lesinya terbatas.

2.8 Diagnosis Banding

Penyakit scabies merupakan the great imitator karena penyakit ini dapat

menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Beberapa penyakit yang

menyerupai, antara lain:

1. Pedikulosis korporis

Banyak menyerang orang dewasa, terutama pada orang dengan higiene

buruk, misalnya penggembala, terkait dengan kebiasaan malas mandi atau

jarang mengganti maupun mencuci pakaian. Oleh karena itu penyakit ini

disebut penyakit Vagabond. Gejala klinik, umunya hanya ditemukan

kelaian berupa bekas bekas garukan pada badan, karena gatal bisa

berkurang dengan garukan yang lebih intensif. Untuk pembantu diagnosis,

ditemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian (Handoko,2009).

2. Dermatitis Atopi (DA)

Page 10: Bismillah Lapsus Kulit

Keradangan kulit yang bersifat gatal, menahun, residif, dan dapat terjadi

pada bayi, anak, dewasa dan pada penderita sering didapatkan riwayat

atopi pada dirinya sendiiri atau keluarganya berupa DA, rhinitis alergika,

asma bronkial.

Gejala Klinis:

a. Bayi (2 bulan- 2 tahun)

Lokasi paling sering pada scalp, muka, leher, dan pada bagian atas

berupa papul dan vesikel diatas macula yang eritematous yang

akhirnya akan menjadi lesi yang eksudatif sehingga terbentuk krusta.

b. Anak (2-10 tahun)

Lokasi terutama di fosa cubiti, fosa popliteal, pergelangan tangan,

muka dan leher. Lesi lebih kering daripada fase bayi, tampak macula

eritematus, papul, ekskoriasi dan likensifikasi.

c. Dewasa dan Remaja

Lokalisasi pada fosa cubiti, fosa popliteal, leher, pergelangan tangan,

berupa papul, vesikel dan likensifikasi.

Diagnosis ditegakkan sekurang kurangnya 3 kriteia mayor dan 3

kriteria minor dari kriteria menurut Hanifin dan Rayka:

Kriteria Mayor Kriteria Minor

a. Pruritus

b. Dermatitis di muka atau

ekstensor pada bayi dan anak

c. Dermatitis di fleksura pada

dewasa

d. Dermatitis kronis atau residif

e. Riwayat ataopi pada penderita

atau keluarganya

a. Xerosis

b. Infeksi kulit (S.aureus dan HSV)

c. Dermatitis nonspesifik pada

tangan atau kaki

d. Iktiosis/hiperliniar

palaris/keratosis pilaris

e. Pitiriasis alba

f. Dermatitis di papilla mamae

g. White demorgraphism

h. Keilitis

Page 11: Bismillah Lapsus Kulit

i. Lipatan infraorbital Dennie-

Morgan

j. Konjungtivitis berulang

k. Keratokonus

l. Katarak Subskapular anterior

m. Orbita menjadi gelap

n. Muka pucat atau eritem

o. Gatal ila keringat

p. Intelorans wol atau pelarut

lemak

q. Aksentuasi perifolikular

r. Hipersensitif terhadap makanan

s. Perjalanan penyakit dipengaruhi

oleh faktor lingkungan dan

emosi

t. Tes kulit alergi tipe dadakan

positif

u. Kadar IgE di dalam serum

meningkat

v. Awitan pada usia dini

3. Creeping eruption

Sering terjadi pada anak anak, terutama yang sering berjalan tanpa alas

kaki atau yang sering berhubungan dengan tanah atau pasir. Gejala klinis,

masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas. Awalnya

akan timbul papul, diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linier ata

berkelok kelok, menimbul dengan diameter 2-3 mm dan berwarna

kemerahan. Pada creeping eruption, terowongannya lebih panjang dari

scabies. Tempat predileksi adalah di tungkai, plantar, tangan, anus,

bokong, dan paha juga dibagian tubuh mana saja yang sering kontak

dengan tempat larva berada.

Page 12: Bismillah Lapsus Kulit

4. Prurigo

Merupakan erupsi popular kronis dan rekurens. Tempat predileksi

di ekstremitas bagian ekstensor dan badan, dapat meluas ke muka dan

bagian kepala yang berambut.

Gambaran klinis ialah adanya papul-papul miliar, berbentuk kubah

terutama terdapat di ekstremitas eekstensor. Biasanya vesikel hanya

terdapat dalam waktu yang singkat saja, karena segera menghilang akibat

garukan, sehingga menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta, hiperpigmentasi

dan likenifikasi. Sering pula terjadi infeksi sekunder.

2.9 Pengobatan

Saat ini tingkat keberhasilan dalam pngobatan dengan beberapa obat

antiskabies masih dalam presentase yang tinggi, meskipun masing-masing

preparat antiskabies memiliki kelemahan tersendiri (Handoko, 2009). Syarat obat

ideal antara lain:

a. Harus selektif terhadap semua stadium tungau

b. Tidak menimbulkan iritasi atau bersifat toksik

c. Tidak berbau atau kotor, serta tidak merusak atau mewarnai pakaian

d. Mudah diperoleh dan harganya murah

Prinsip pengobatan scabies adalah seluruh anggota dalam suatu populasi

yang terinfeksi, harus diobati termasuk penderita yang hiposensitisasi

(Handoko, 2009).

Semua baju dan alat – alat tidur dicuci dengan air panas, agar tidak terjadi

penularan kembali. Keluhan gatal dapat diberikan antihistamin, sedangkan infeksi

sekunder dapat diberi antibiotic atau kemoteraupetik (Zulkarnain, et all, 2005).

Jenis obat yang dapat digunakan sebagai terapi antiskabies, antara lain:

a. Belerang endap (Sulfur Presipitatum)

Dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim, penggunannya tidak

boleh kurang dari 3 hari, karena tidak efektif terhadap stadium telur.

Kekurangan lainnya adalah berbau, mengotori pakaian, dan kadang

Page 13: Bismillah Lapsus Kulit

kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari

2 tahun.

b. Emulsi Benzil-benzoas

Dengan kadar 20-25%, efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap

malam, selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering menimbulkan iritasi,

dan kadag-kadang makin gatal setelah dipakai.

c. Gama Benzena Heksa Klorida

Dengan kadar 1% dalam krim atau lotio, termasuk obat pilihan karena

efektif untuk semua stadium, mudah digunakan dan jarang memberikan

iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita

hamil, karena bersifat toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya

cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala dapat diulangi seminggu

kemudian.

d. Klotamiton

Dengan kadar 10 % dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,

karena mempunyai efek sebagai antiskabies dan antigatal. Penggunaannya

harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.

e. Permetrin

Dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan,

dengan aktivitas yang sama. Penggunaannya hanya sekali dan dihapus

setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak

dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan (Handoko, 2009).

Walaupun pengobatan standar scabies, yaitu topical efektif pada banyak

pasien, namun pada keadaan tertentu seperti infeksi yang sulit disembuhkan

atau ketika pemakaian terapi topical tidak berhasil, maka pada keadaan ini,

Page 14: Bismillah Lapsus Kulit

pengobatan oral juga dibutuhkan, salah satunya dengan pemberian ivermectin

oral.

Ivermectin adalah antibiotic lakton makrosiklik dari kelompok avermectin

yang diisolasi dari bakteri Streptomyces avermectalis. Obat ini menunjukkan

spectrum yang luas untuk parasite baik arthropoda maupun nematode dan

telah banyak digunakan untuk pengobatan scabies. Pada manusia, dosis

tunggal ivermectin 200 mikrogram/KgBB mampu menyembuhkan scabies

pada penderita HIV dan scabies krustasi. Selain khasiatnya sebagai

antiskabies, ivermectin juga dilaporkan efektif untuk mengurangi kejadian

infeksi sekunder bakteri Streptococcus pyoderma yang biasanya menyertai

scabies.

Obativermectin yang digunakan pada penderita scabies, diabsorbsi dengan

baik dan mencapai kadar puncak dalam waktu 4 jam, dengan waktu paruh 10-

12 jam (Syarif dan Elisabeth, 2007). Pengobatan ini diulang setelah 2 minggu.

Obat ivermectin ini terdapat dipasaran dengan nama dagang Stromectol,

Mectizan, Ivexterm, Avermectin (Meinking, et all., 2005).

Ivermectin mempunyai efek meningkatkan GABA, sehingga

penggunaannya bersama obat lain yang mempunyai efek yang sama sebaiknya

dihindari, seperti barbiturate, benzodiazepine, dan asam valproate. Ivermectin

tidak boleh diberikan pada wanita hamil. Pada dosis tunggal 50-200

mikrogram/KgBB, efeksamping yang ditimbulkan umumnya ringan, sebentar

dan dapat ditoleransi. Biasanya berupa demam, pruritus, sakit otot dan sendi,

sakit kepala, hipotensi dan nyeri pada kelenja limfe (Syarif dan Elisabeth,

2007).

2.10 Komplikasi

Bila scabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat

timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi obat berbentuk impetigo, ektima,

selulitis, limfangitis, folikulitis dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak

kecil yang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, yaitu

glomerulonephritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat

Page 15: Bismillah Lapsus Kulit

antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal maupun pemakaian yang

terlalu sering. Salep sulfur dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis

bila, digunakan terusmenerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzil

benzoate juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama

beberapa hari terutama di genetalia pria. Gamma Benzena Heksaklorida sudah

diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan.

2.11 Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan untuk menimalkan perkembangan dan

penyebaran penyakit scabies. Hal ini perlu diperhatikan, terutama bagi individu

yang tinggal dalam satu populasi yang beresiko tinggi. Upaya pencegahan dapat

dilakuan dengan:

a. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

b. Mencuci dan menjemur alat-alat milik penderita (sprei, handuk, pakaian

sarung bantal dan lain-lain).

c. Tidak memakai pakaian dan handuk secara bergantian

d. Menghindari kontak dengan sumber penularan

2.12 Prognosis

Dubia ad bonam dengan terapi yang adekuat, kecuali bila ada kelainan

imunologik.

Page 16: Bismillah Lapsus Kulit

Bab 3. Refleksi Kasus

1. Identitas PasienNama : Sdr WJenis Kelamin : Laki –lakiUsia : 16 tahunAgama : IslamAlamat : Jl. Bangsalsari Jember Status : Belum menikahPekerjaan : PelajarTanggal pemeriksaan : 8 April 2013

2. Anamnesisa. Keluhan Utama : Gatal pada sela-sela jari tangan dan kakib. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh gatal di sela sela jari tangan dan kaki sejak 1 bulan yang lalu. Gatal terutama dirasakan pada malam hari, namun pada siang hari juga sering gatal, terutama saat berkeringat. Awalnya timbul tonjolan-tonjolan kecil (diameter 0,5 cm) berwarna kemerahan, tidak nyeri, sebagian berisi air dan nanah. Pasien terkadang menggaruknya karena terasa gatal. Gatal dan tonjolan tersebut kemudian menyebar ke daerah pergelangan tangan bagian dalam perut, bokong, pelipatan paha sejak 1 minggu yang lalu. Menurut pasien, teman satu kosnya ada yang menderita gatal gatal juga dan pasien sering main ke kamar temannya. Pasien tinggal di kos dengan 10 temannya, Pasien tidak pernah demam sebelumnya, tidak batuk maupun ilek, tidak tergigit binatang sebelum gatal timbul, dan tidak ada riwayat keluhan panas dan gatal setelah mencuci pakaian.

c. Riwayat Penyakit DahuluPasien tidak pernah mendapat keluhan seperti ini sebelumnyaPasien juga tidak mempunyai riwayat alergi

d. Riwayat KeluargaDi keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien

e. Riwayat PengobatanPasien belum mengkonsumsi obat apapun untuk mengobati penyakitnya.

3. Pemeriksaan Fisika. Status Generalis

Keadaan Umum : CukupKesadaran : Kompos MentisKepala/Leher : a/i/c/d : -/-/-/-

Page 17: Bismillah Lapsus Kulit

Thorax- Jantung : S1 S2 tunggal- Paru-Paru : Simetris, Ves +/+ Rh-/- Wh-/-Abdomen: Cembung, Bising usus (+) normal, Soepel, TimpaniEkstremitas Akral hangat pada keempat ekstremitas, tidak oedem pada keempat ekstremitas

b. Status Lokalis- Regio manus dextra et sinistra, wrist (pergelangan tangan), pedis

dextra et sinistra efloresensi yang didapatkan :Papula dan pustule berbatas tegas, betuk bulat dengandasar eritema, diameter 0,25-0,5 cm, ekskoriasi, krusta dan bekas garukan yang hiperpigmentasi.

- Regio Abdominalis, glutea dan inguinal efloresensi yang didapatkan :Papula dan vesikel, bekas garukan yang hiperpigmentasi.

4. Resume- Pasien laki laki usia 16 tahun dating dengan keluhan gatal di sela sela

jari tangan dan kaki sejak 1 bulan yang lalu. Gatal terutama dirasakan pada malam hari, namun pada siang hari juga sering gatal, terutama saat berkeringat. Awalnya timbul tonjolan-tonjolan kecil (diameter 0,5 cm) berwarna kemerahan, tidak nyeri, sebagian berisi air dan nanah. Pasien terkadang menggaruknya karena terasa gatal. Gatal dan tonjolan tersebut kemudian menyebar ke daerah pergelangan tangan bagian dalam perut, bokong, pelipatan paha sejak 1 minggu yang lalu. Menurut pasien, teman satu kosnya ada yang menderita gatal gatal juga dan pasien sering main ke kamar temannya. Pasien tinggal di kos dengan 10 temannya, Pasien tidak pernah demam sebelumnya, tidak batuk maupun ilek, tidak tergigit binatang sebelum gatal timbul, dan tidak ada riwayat keluhan panas dan gatal setelah mencuci pakaian. Pasien tidak pernah mendapat keluhan seperti ini sebelumnya dan tidak mempunyai riwayat alergi. Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama, pasien juga belum mengobati penyakitnya. Pada pemeriksaan Regio manus dextra et sinistra, wrist (pergelangan tangan), pedis dextra et sinistra efloresensi yang didapatkan papula dan pustule berbatas tegas, betuk bulat dengandasar eritema, diameter 0,25-0,5 cm, ekskoriasi, krusta dan bekas garukan yang hiperpigmentasi. Pada regio Abdominalis, glutea dan inguinal

Page 18: Bismillah Lapsus Kulit

efloresensi yang didapatkan papula dan vesikel, bekas garukan yang hiperpigmentasi.

5. DiagnosisSkabies infeksi sekunder

6. Penatalaksanaan- Cefadroxil 3 x 500 mg selama 7 hari- Metilprednisolon 1 x 8 mg selama 7 hari (Pagi hari,setelah makan)- Scabimite cream + inerson cream untuk pemakaian luar, dipakai pada

malam hari, selang 5 hari

7. Edukasi- Mencuci semua pakaian dan perlengkapn tidur dengan air panas,

keudian di jemur di terik matahari- Tidak menggunakan pakaian dan handuk yang sama dengan teman

atau anggota keluarga lainnya secara bergantian- Menjaga kebersihan diri, mandi 2x sehari memakai sabun dan air

bersih- Memotivasi keluarga atau teman-teman pasien dengan keluhan yang

sama untuk berobat

8. PrognosisDubia ad bonam

Page 19: Bismillah Lapsus Kulit

Daftar Pustaka

Handoko, Ronny P. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia

Mansyur, Wibowo, Maria, Munandar, Abdillah dan Ramadora. 2007. Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Penatalaksanaan Skabies Anak Usia Pra Sekoalah. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI

Meinking, dkk. 1995. The Treatment of Scabies With Ivermectin: An Overview, The England Journal of Medicine, 333 (1): 26-30

Zulkarnaen, Pohan,S. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3. Surabaya: RSU Dr.Soetomo

Syarif, Amir, dan Elisabeth. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.