biosintesis vitamin.docx

17
MAKALAH TUGAS TERSTRUKTUR MIKROBIOLOGI BIOSINTESIS VITAMIN K Oleh: Kelompok 3 Bina Laraswati H1A009055 Elisa Fatmasari H1A009059 Yulia Marissa H1A009054

Upload: indah-minho

Post on 11-Aug-2015

480 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: biosintesis vitamin.docx

MAKALAHTUGAS TERSTRUKTUR MIKROBIOLOGI

BIOSINTESIS VITAMIN K

Oleh:

Kelompok 3

Bina Laraswati H1A009055

Elisa Fatmasari H1A009059

Yulia Marissa H1A009054

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIKJURUSAN MIPA PRODI KIMIA

PURWOKERTO

2012

Page 2: biosintesis vitamin.docx

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tubuh yang sehat membutuhkan asupan gizi dan nutrisi seimbang untuk menjalankan

fungsi setiap bagian organ tubuh dengan baik dan menjaga agar tubuh tetap dalam kondisi

sehat. Setiap bagian tubuh mempunyai peran dan fungsi sendiri-sendiri dan begitu juga

dengan kebutuhan agar dapat bekerja dengan baik. Karbohidrat, lemak, protein, dan beberapa

zat mineral telah dianggap sebagai zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh

normal. Akan tetapi berbagai pengamatan menduga bahwa senyawa-senyawa organik lainnya

adalah esensial untuk menjaga kesehatan. Telah diketahui bahwa proses pembekuan darah

diperlukan trombokinase, Ca++, vitamin K, protrombin. Jika salah satu komponen tidak ada,

proses pembekuan darah akan terhambat.

Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan tubuh untuk proses

metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh

manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang

dikonsumsi. Vitamin tersebut pada umumnya dapat dikelompokkan kedalam dua golongan

utama yaitu vitamin yang larut dalam lemak yang meliputi vitamin A, D, E, dan K dan

vitamin yang larut dalam air yang terdiri dari vitamin C dan vitamin B (Winarno  1986).

Vitamin K merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Sekali diserap

dalam, vitamin ini disimpan dalam hati melalui sistem limfe. Absorbsi membutuhkan cairan

empedu dan pakreas. Seperti halnya lemak, vitamin juga memerlukan protein pengangkut

untuk memindahkannya dari satu tempat ke tempat yang lain. Karena sifatnya yang tidak

larut dalam air, maka vitamin K tidak dikeluarkan, akibatnya vitamin ini dapat ditimbun

dalam tubuh bila dikonsumsi dalam jumlah banyak. Kekurangan vitamin K dapat terjadi

terutam bila daya serap tubuh terhadap lemak tidak baik (Almatsier  2006). Keberadaan

vitamin K merupakan salah satu mikronutrien yang essensial bagi tubuh,

1.2 Tujuan

Mengetahui mekanisme biosintesis vitamin K dari suatu mikroorganisme.

Page 3: biosintesis vitamin.docx

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biosintesis

Biosintesis merupakan pembentukkan molekul alami yang terjadi di dalam sel dari

molekul lain yang kurang rumit strukturnya, melalui reaksi endeorganik. Sedangkan jalur

biosintetis dapat diartikan sebagai urutan atau proses yang di dalamnya terdiri atas tahap-

tahap pembentukkan dari senyawa yang sederhana menjadi senyawa kompleks. Proses

biosintesis akan berlangsung sangat kompleks, tergantung dari macam enzim yang

tersedia sehingga tumbuhan sejenis yang tumbuh di daerah yang berbeda sangat

memungkinkan untuk mempunyai jalur pembentukkan metabolit tertentu yang tidak

identik

Vitamin merupakan metabolit sekunder. Umumnya dalam fase pertumbuhan,

biosintesis metabolit sekunder berlangsung amat lambat bahkan sering belum mulai.

Setelah fase pertumbuhan berakhir, maka fase produksi atau biosintesis metabolit

sekunder mulai berlangsung. Penambahan prazat dimaksudkan untuk mempersingkat

proses biosintesis atau dengan kata lain untuk meningkatkan produksi metabolit

sekunder. Guna penambahan prazat pada jalur biosintesis dalam produksi metabolit

sekunder:

1. Untuk senyawa yang dikehendaki dapat ditingkatkan jumlahnya dengan cara

memanipulasi media maupun dengan penambahan senyawa prekursor/prazat,

merangsang aktivitas enzim tertentu yang terlibat dalam jalur biosintesis, sehingga

dapat meningkatkan produksi metabolit sekunder, contohnya penambahan skualen

yang memberi pengaruh nyata dalam meningkatkan kandungan azadirahtin di dalam

sel sesuai.

2. Mendapatkan metabolisme sekunder yang merupakan bentuk diferensiasi dari sel-Sel

tanaman.

3. Untuk memperoleh kandungan metabolit sekunder yang lebih tinggi dari induknya.

II.2 VitaminPada tahun 1912, Funk, seorang sarjana biokimia bangsa Polandia yang bekerja di

London untuk pertama kali memperkenalkan istilah vitamin (amine yang vital) yang

kemudian terkenal dengan nama vitamin (dari bahasa Latin, vital yang berarti hidup),

untuk menandakan kelompok dari senyawa-senyawa organik tersebut. Vitamin adalah

molekul organik yang di dalam tubuh mempunyai fungsi yang sangat bervariasi. Fungsi

vitamin dalam metabolisme yang paling utama adalah sebagai kofaktor. Di dalam tubuh

Page 4: biosintesis vitamin.docx

diperlukan dalam jumlah sedikit  (micronutrient). Biasanya tidak disintesis di dalam

tubuh, jika dapat disintesis jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan tubuh, sehingga harus

diperoleh dari makanan atau diet. Vitamin dalam arti luas adalah senyawa organik, bukan

karbohidrat, lemak maupun protein, yang memiliki peranan vital uutuk berjalannya

fungsi tubuh yang normal, meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil. Vitamin adalah zat

gisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena berperan mambantu  proses metabolisme

tubuh yang normal. Beberapa vitamin tidak diperlukan dalam diet, dikarenakan vitamin-

vitamin tersebut dapat disintesis sendiri dengan bantuan mikroflora usus.

Secara klasik, berdasarkan kelarutannya, vitamin digolongkan dalam dua kelompok,

yaitu (1) vitamin yang larut dalam lemak dan (2) vitamin yang larut dalam air, karena

yang pertama dapat diekstraksi dari bahan makanan dengan pelarut lemak dan yang

terakhir dengan air. Beberapa vitamin larut lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, yang

hanya mengandung unsur- unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Vitamin yang larut

dalam air  terdiri atas asam askorbat (C) dan B-komplek (B1 sampai  B12), yang selain

mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, juga mengandung nitrogen, sulfur

atau kobalt.

Vitamin  yang larut dalam lemak, yaitu A, D, E dan K, memiliki sifat-sifat umum,

antara lain  (1) tidak terdapat di semua jaringan; (2) terdiri dari unsur-unsur karbon,

hidrogen dan oksigen; (3) memiliki bentuk prekusor atau provitamin; (4) menyusun

struktur jaringan tubuh; (5) diserap bersama lemak; (6) disimpan bersama lemak dalam

tubuh; (7) diekskresi melalui feses; (8) kurang stabil jika dibandingkan vitamin B, dapat

dipengaruhi oleh cahaya, oksidasi dan lain sebagainya.

Vitamin yang larut dalam air memiliki sifat-sifat umum, antara lain : (1) tidak hanya

tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen; (2) tidak memiliki provitamin;

(3) terdapat di semua jaringan; (4) sebagai prekusor enzim-enzim; (5) diserap dengan

proses difusi biasa; (6) tidak disimpan secara khusus dalam tubuh; (7) diekskresi melalui

urin; (8) relatif lebih stabil, namun pada temperatur berlebihan menimbulkan kelabilan.

Vitamin diserap oleh usus dengan proses dan mekanisme yang berbeda. Terdapat

perbedaan prinsip proses penyerapan antara vitamin larut lemak dengan vitamin larut air.

Vitamin larut lemak akan diserap secara difusi pasif dan kemudian di dalam dinding usus

digabungkan dengan kilomikron (lipoprotein) yang kemudian diserap sistem limfatik,

Page 5: biosintesis vitamin.docx

baru kemudian bergabung dengan saluran darah untuk ditransportasikan ke hati.

Sedangkan vitamin larut air langsung diserap melalui saluran darah dan ditransportasikan

ke hati. Proses dan mekanisme penyerapan vitamin dalam usus halus diperlihatkan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Proses dan Mekanisme Penyerapan Vitamin dalam Usus Halus

Jenis Vitamin Mekanisme Penyerapan

Vitamin A, D, E, K dan beta-karoten

Dari micelle, secara difusi pasif, digabungkan dengan kilomikron, diserap melalui saluran limfatik.

Vitamin C Difusi pasif (lambat) atau menggunakan Na+

(cepat)

Vitamin B1 (Tiamin) Difusi pasif (apabila jumlahnya dalam lumen usus sedikit), dengan bantuan Na+ (bila jumlahnya dalam lumen usus banyak).

Vitamin B2 (Riboflavin) Difusi pasif

Niasin Difusi pasif (menggunakan Na+)

Vitamin B6 (Piridoksin) Difusi pasif

Folasin (Asam Folat) Menggunakan Na+

Vitamin B12 Menggunakan bantuan faktor intrinsik (IF) dari lambung.

2.3 Vitamin K

Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon

yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam

proses pembekuan darah, seperti prothrombin, proconvertin, komponen thromboplastin

plasma, dan Stuart-Power Factor. Vitamin K juga adalah sekelompok senyawa kimia

yang terdiri atas filokuinon yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan menakuinon

yang terdapat dalam minyak ikan dan daging. Menakuinon juga dapat disintesis oleh

bakteri di dalam usus halus manusia (Sandjaja  2009).

Ada tiga bentuk vitamin K, yaitu: (1) Vitamin K1 (phylloquinone) yang tedapat pada

sayuran hijau, (2) Vitamin K2 (menaquinone) yang dapat disintesis oleh flora usus

normal seperti Bacteriodes fragilis dan beberapa strain Escherichia coli, (3) Vitamin K3

(menadione) merupakan vitamin K sintetis yang sekarang jarang diberikan pada bayi

yang baru lahir (neonatus) karena dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik.

Vitamin K3 ini bersifat larut dalam air, digunakan untuk penderita yang mengalami

gangguan  penyerapan vitamin K  dari  makanan (Sandjaja  2009).

Page 6: biosintesis vitamin.docx

Gambar 1. Struktur Kimia Vitamin K dalam  Tiga Bentuk

Menadion (vitamin K3), yaitu senyawa induk seri vitamin K, tidak ditemukan dalam

bentuk alami tetapi jika diberikan, secara in vivo senyawa ini akan mengalami alkilasi

menjadi  salah satu menakuinon (vitamin K2). Filokuinon (vitamin K1) merupakan

bentuk utama vitamin K yang ada dalam tanaman.  Menakuinon–7 merupakan salah satu

dari rangkaian bentuk tak jenuh polirenoid dari vitamin K yang ditemukan dalam

jaringan binatang dan disintesis oleh bakteri dalam intestinum.

Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi,

asam, dan alkali. Vitamin K juga terdapat di alam dalam dua bentuk, keduanya terdiri

atas cincin 2-metilnaftakinon dengan rantai samping. Vitamin K1 mempunyai rantai

samping fitil. Vitamin K2 merupakan sekumpulan ikatan yang rantai sampingnya terdiri

atas beberapa satuan isoprene (berjumlah 1 samping dengan 14 unit). Vitamin K3 terdiri

atas naftakinon tanpa rantai samping, oleh karena itu mempunyai sifat larut air. Vitamin

K atau metadion baru aktif secara biologis setelah mengalami alkalilasi didalam tubuh

(Almatsier, 2006).

Page 7: biosintesis vitamin.docx

Vitamin ini merupakan kebutuhan vital untuk sintesis beberapa protein termasuk

dalam pembekuan darah.  Disebut juga vitamin koagulasi, vitamin ini bertugas menjaga

konsitensi aliran darah dan membekukannya saat diperlukan. Vitamin yang larut dalam

lemak ini juga berperan penting dalam pembentukan tulang dan pemeliharaan ginjal.

Selain berperan dalam pembekuan, vitamin ini juga penting untuk pembentukan tulang

terutama jenis K1.   Vitamin K1 diperlukan supaya penyerapan kalsium bagi tulang

menjadi maksimal  (Winarno  1986).

Vitamin K diperlukan untuk proses karboksilasi-gama pada residu glutamate untuk

membentuk tiga protein kunci yang terdapat dalam tulang, termasuk osteokalsin, yang

memiliki aktifitas tinggi dalam mengikat kalsium. Telah dilaporkan bahwa pada orang

usia lanjut status vitamin K berbanding terbalik dengan resiko fraktur (Barasi  2007).

Vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu protein

berupa asam glutamate (glu) menjadi gama-karboksiglutamat (gla). Protein-protein ini

dinamakan protein-tergantung vitamin K atau gla-protein. Enzim karboksilase yang

menggunakan vitamin K sebagai kofaktor didapat di dalam membran hati dan tulang dan

sedikit di lain jaringan. Gla-protein dengan mudah dapat mengikat ion kalsium.

Kemampuan inilah yang merupakan aktivitas biologik vitamin K. Vitamin K sangat

penting bagi pembentukan protombin. Kadar protombin yang tinggi didalam darah

merupakan indikasi baiknya daya penggumpalan darah. Pada proses pembekuan darah,

gama-karboksilasis terjadi di dalam hati pada residu asam glutamate yang terdapat pada

berbagai faktor pembekuan darah, seperti factor II (Protrombin), VII, VIII, IX, dan X

(Almatsier  2006).

Kemampuan gla-protein untuk mengikat kalsium merupakan langkah essensial

dalam pembekuan darah. Gla protein lain yang mampu mengikat ion kalsium terdapat di

dalam jaringan tulang dan gigi sebagai osteokalsin dan gla-protein matriks. Kedua jenis

gla-protein ini mengikat hidroksiapatit yang diperlukan dalam pembentukan tulang.

Tanpa vitamin K, tulang memproduksi protein yang tidak sempurna, sehingga tidak

dapat mengikat mineral-mineral yang diperlukan dalam pembentukan tulang. Gla protein

juga ditemukan pada jaringan tubuh lain seperti ginjal, pankreas, limpa, paru-paru, dan

endapan aterosklerotik namun fungsinya belum diketahui dengan pasti. Gla protein di

dalam otak diduga berperan dalam metabolisme sulfatida yang diperlukan untuk

perkembangan otak (Almatsier  2006).

Vitamin K bekerja sebagai kofaktor enzim karboksilase yang membentuk residu  γ –

karboksiglutamat dalam protein precursor. Reaksi karboksilase  yang tergantung vitamin

Page 8: biosintesis vitamin.docx

K terjadi dalam retikulum endoplasmic banyak jaringan dan memerlukan oksigen 

molekuler,  karbondioksida serta hidrokuinon ( tereduksi ) vitamin K  dan di dalam

siklus ini, produk 2,3 epoksida dari reaksi karboksilase diubah oleh enzim 2,3 epoksida

reduktase menjadi bentuk kuinon vitamin K dengan menggunakan zat pereduksi  ditiol

yang  masih belum  teridentifikasi. Reduksi selanjutnya bentuk kuinon menjadi

hidrokuinon oleh NADH melengkapi siklus vitamin K untuk menghasilkan kembali

bentuk aktif vitamin tersebut (Rusdiana 2004).

Sebanyak 50-80 persen vitamin K di dalam usus diserap dengan bantuan asam

empedu dan cairan pankreas. Setelah diserap di dalam usus halus bagian atas, vitamin K

dikaitkan dengan kilomikron untuk diangkut melalui sistem limfa ke hati. Hati

merupakan tempat penyimpanan vitamin K utama di dalam tubuh. Kemudian, vitamin K

diangkut oleh lipoprotein VLDL plasma dari hati menuju ke berbagai sel tubuh. Karena

vitamin K bersifat larut dalam lemak, hal-hal yang menghambat penyerapan lemak

secara otomatis juga akan menurunkan penyerapan vitamin K (Almatsier  2006).

Dalam keadaan normal, sebanyak 30-40 persen dari vitamin K yang diserap akan

dikeluarkan melalui empedu, dan 15 persen melalui urin sebagai metabolit larut air.

Simpanan vitamin K di dalam tubuh tidak banyak dan pergantiannya terjadi dengan

cepat. Simpanan di dalam hati sebanyak 10 persen berupa filokuinon dan 90 persen

berupa menakuinon, yang kemungkinan disintesis oleh bakteri pada saluran pencernaan.

Namun, kebutuhan akan vitamin K tampaknya tidak dapat hanya dipenuhi dari sintesis

menakuinon, diperlukan juga diperoleh dari makanan (Almatsier  2006).

Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak, antara lain cukup tidaknya

sekresi empedu dan pankreas yang diperlukan untuk penyerapan vitamin K. Hanya

sekitar 40 -70% vitamin K dalam makanan dapat diserap oleh usus. Setelah diabsorbsi,

vitamin K digabungkan dengan kilomikron, diangkut melalui saluran limfatik, kemudian

melalui saluran darah ditranportasi ke hati. Sekitar 90% vitamin K yang sampai di hati

disimpan dalam bentuk menaquinone. Dari hati, vitamin K disebarkan ke seluruh

jaringan tubuh yang memerlukan melalui darah. Saat di darah, vitamin K bergabung

dengan VLDL dalam plasma darah (Rusdiana 2004).

Setelah disirkulasikan berkali-kali, vitamin K dimetabolisme menjadi komponen

larut air dan produk asam empedu terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K diekskresikan

melalui urin dan feses. Sekitar 20% dari vitamin K diekskresikan melalui feses. Pada

Page 9: biosintesis vitamin.docx

gangguan penyerapan lemak, ekskresi vitamin K bisa mencapai 70 -80 % (Rusdiana

2004).

II.3 Biosintesi Vitamin K

Biosintesis vitamin K menggunakan bakteri yang menghasilkan enzim Isochorismic

Synthase (ICS). Contoh Bakteri penghasil ICS yaitu Escherichia colli.

Bakteri Escherichia colli adalah bakteria

gram negatif berbentuk batang/basilus/rod

yang umum ditemui di usus bawah

organisma berdarah panas (endotermik).

Kebanyakan strain E. coli tidak berbahaya,

tetapi terdapat beberapa jenis/strain ,

seperti serotype O157: H7, boleh

menyebabkan keracunan makanan yang

serius pada manusia, dan kadang-kala strain ini menyebabkan produk makan

dikembalikan. Strain berbahaya ini juga sebenarnya adalah sebaagian dari unsur alam

flora usus yang normal bersama dengan jenis bilion strain yang jahat dan baik yang lain.

Strain ini juga boleh menguntungkan perumah mereka dengan menghasilkan vitamin K2,

dan dengan mencegah pembentukan bakteria patogen dalam usus. Berikut gambar

mekanisme pembentukan vitamin K dalam bakteri.

Page 10: biosintesis vitamin.docx

Sikimat merupakan precursore pembentuk menaquinon. Jalur asam Shikimate

merupakan jalur alternative menuju senyawa aromatic. Jalur ini berlangsung dalam

mikroorganisme dan tumbuhan namun tidak berlangsung dalam hewan . zat antara pusat

adalah asam shikimat, sutau asam yang ditemukan pada tanaman Illicium sp, beberapa tahun

sebelum perannya dalam metabolisme ditemukan. Asam ini juga terbentuk dalam bakteri

Esherichia colli. Berikut merupakan gambar jalur shikimate :

Page 11: biosintesis vitamin.docx

III. KESIMPULAN

Vitamin merupakan metabolit sekunder. Jalur yang dilewati oleh vitamin

k(menaquinon) adalah jalur shikimat.

Page 12: biosintesis vitamin.docx

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Barasi, M. 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Rusdiana. 2004. Vitamin. Sumatera Utara : Penerbit Universitas Sumatera Utara.

Sandjaja. 2009. Kamus Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Winarno, F.G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.