biologi rayap

18
Pendahuluan Bagi masyarakat pengendali hama, pengenalan, biologi dan perilaku (etologi) rayap merupakan pengetahuan esensial, sedangkan bagi masyarakat umum hal ini di samping bermanfaat sebagai penambah pengetahuan untuk menghindari kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh oleh kerusakan terhadap bangunan habitat pemukimannya, karena dengan demikian dapat dilakukan tindakan atau perlakuan khusus untuk mengendalika n hama perusak kayu ini. Kepustakaan mengenai rayap sudah ada sejak akhir abad ke-19, tetapi terutama berkembang selama abad ke-20. Di antara peneliti dan penulis penting yang memberika n keterangan menyeluruh adalah : Kofoid (1946) dan Krishna dan Weesner (1970). Masyarakat umum juga sudah memaklumi bahwa rayap adalah serangga yang merugika n karena merusak (makan) kayu. Ini tergambar dalam pepata lama : "bak kayu dimakan rayap" yang mengungkapkan kehancuran, kelemahan atau deteriorasi -- atau -- "anai-anai makan di bawah" -- mengungkapkan proses kerusakan yang tak tampak atau tersembunyi. Kedua ungkapan ini diambil dari aspek-aspek biologi dan perilaku rayap yaitu: rayap makan kayu dan hidupnya (habitat dan proses makannya) tersembunyi (kriptobiotik ). Di seluruh dunia jenis-jenis rayap yang telah dikenal (dideskripsikan dan diberi nama) ada sekitar 2000 spesies (dari padanya sekitar 120 spesies merupakan hama), sedangkan di negara kita dari kurang lebih 200 spesies yang dikenal baru sekitar 20 spesies yang diketahui berperan sebagai hama perusak kayu serta hama hutan/pertanian. Apa yang dikemukakan selanjutnya, belum menggambarkan keseluruhan peri kehidupan dan perilaku rayap, karena untuk menulisnya secara memadai mungkin diperlukan dua jilid buku yang tebalnya masing- masing sekitar 600 halaman, sebagaimana suntingan Krishna dan Weesner. Perilaku rayap sebagai serangga sosial saja jika akan dijelaskan secara menyeluruh memerlukan pembahasan yang panjang lebar dari berbagai segi seperti perilaku makan, membuat sarang dan liang kembara, penyerangan, komunikasi, peran feromon dalam perkembangan (ontogenesis) dan aspek-aspek perilaku lainnya yang dalam banyak hal agak berbeda dari serangga-serangga sosial lainnya. Derajat kemiripan dalam bentuk dan perilaku di antara jenis-jenis rayap juga menimbulkan banyak masalah dalam taksonomi rayap. Keadaan ini menyebabkan beberapa kasus penamaan ganda, karena tak jarang terjadi sejenis rayap yang telah didekripsi seorang pengarang ternyata spesies yang persangkutan telah diberi nama sebelumnya oleh pengarang lain. Dalam banyak hal, para pengarang/pakar taksonomi mengandalkan pada ukuran badan yang ternyata manfaatnya sangat terbatas, demikian pula jumlah ruas antena (misalnya: Cryptotermes javanicus Kemner, C. buiterzorgi Kalshoven dan C. cynocephalus Light ). Oleh karenanya maka bahasan hanya mencakup garis-garis besarnya saja. Untuk mengetahui lebih banyak dan lebih luas pembaca memerlukan kepustakaan yang dirujuk dalam tulisan ini. Pengenalan: semut vs. rayap Dapat dikatakan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal jenis-jenis serangga yang umum kita sebut rayap. Sebutan lain yang juga umum adalah semut putih. Di Sumatera digunakan istilah anai-anai di Jawa rangas, sedangkan beberapa jenis rayap di daerah Jawa Barat disebut rinyuh, sumpiyuh. Bergantung jenisnya, panjang tubuh rayap berkisar di antara 4 - 11 mm, dan umumnya individu-individu rayap yang tak bersayap berwarna keputih- putihan. Dari sini muncul nama “semut putih”. Di antara jenis-jenis rayap banyak yang mirip satu sama lain sehingga bagi mereka yang belum terlatih, agak sulit membedakannya, kecuali beberapa jenis yang umum seperti

Upload: ryanwahyuhidayat

Post on 21-Jul-2015

207 views

Category:

Education


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Biologi rayap

Pendahuluan

Bagi masyarakat pengendali hama, pengenalan, biologi dan perilaku (etologi)

rayap merupakan pengetahuan esensial, sedangkan bagi masyarakat umum hal ini di samping bermanfaat sebagai penambah pengetahuan untuk menghindari kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh oleh kerusakan terhadap bangunan habitat pemukimannya, karena

dengan demikian dapat dilakukan tindakan atau perlakuan khusus untuk mengendalikan hama perusak kayu ini.

Kepustakaan mengenai rayap sudah ada sejak akhir abad ke-19, tetapi terutama berkembang selama abad ke-20. Di antara peneliti dan penulis penting yang memberikan keterangan menyeluruh adalah : Kofoid (1946) dan Krishna dan Weesner (1970).

Masyarakat umum juga sudah memaklumi bahwa rayap adalah serangga yang merugikan karena merusak (makan) kayu. Ini tergambar dalam pepata lama : "bak kayu dimakan rayap"

yang mengungkapkan kehancuran, kelemahan atau deteriorasi -- atau -- "anai-anai makan di bawah" -- mengungkapkan proses kerusakan yang tak tampak atau tersembunyi. Kedua ungkapan ini diambil dari aspek-aspek biologi dan perilaku rayap yaitu: rayap makan kayu

dan hidupnya (habitat dan proses makannya) tersembunyi (kriptobiotik ). Di seluruh dunia jenis-jenis rayap yang telah dikenal (dideskripsikan dan diberi

nama) ada sekitar 2000 spesies (dari padanya sekitar 120 spesies merupakan hama), sedangkan di negara kita dari kurang lebih 200 spesies yang dikenal baru sekitar 20 spesies yang diketahui berperan sebagai hama perusak kayu serta hama hutan/pertanian. Apa yang

dikemukakan selanjutnya, belum menggambarkan keseluruhan peri kehidupan dan perilaku rayap, karena untuk menulisnya secara memadai mungkin diperlukan dua jilid buku yang

tebalnya masing-masing sekitar 600 halaman, sebagaimana suntingan Krishna dan Weesner. Perilaku rayap sebagai serangga sosial saja jika akan dijelaskan secara menyeluruh

memerlukan pembahasan yang panjang lebar dari berbagai segi seperti perilaku makan,

membuat sarang dan liang kembara, penyerangan, komunikasi, peran feromon dalam perkembangan (ontogenesis) dan aspek-aspek perilaku lainnya yang dalam banyak hal agak

berbeda dari serangga-serangga sosial lainnya. Derajat kemiripan dalam bentuk dan perilaku di antara jenis-jenis rayap juga menimbulkan banyak masalah dalam taksonomi rayap. Keadaan ini menyebabkan beberapa kasus penamaan ganda, karena tak jarang terjadi sejenis

rayap yang telah didekripsi seorang pengarang ternyata spesies yang persangkutan telah diberi nama sebelumnya oleh pengarang lain. Dalam banyak hal, para pengarang/pakar

taksonomi mengandalkan pada ukuran badan yang ternyata manfaatnya sangat terbatas, demikian pula jumlah ruas antena (misalnya: Cryptotermes javanicus Kemner, C. buiterzorgi Kalshoven dan C. cynocephalus Light ). Oleh karenanya maka bahasan hanya

mencakup garis-garis besarnya saja. Untuk mengetahui lebih banyak dan lebih luas pembaca memerlukan kepustakaan yang dirujuk dalam tulisan ini.

Pengenalan: semut vs. rayap

Dapat dikatakan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal jenis-jenis serangga yang umum kita sebut rayap. Sebutan lain yang juga umum adalah semut putih. Di

Sumatera digunakan istilah anai-anai di Jawa rangas, sedangkan beberapa jenis rayap di daerah Jawa Barat disebut rinyuh, sumpiyuh. Bergantung jenisnya, panjang tubuh rayap berkisar di antara 4 - 11 mm, dan umumnya individu- individu rayap yang tak bersayap

berwarna keputih-putihan. Dari sini muncul nama “semut putih”. Di antara jenis-jenis rayap banyak yang mirip satu sama lain sehingga bagi mereka

yang belum terlatih, agak sulit membedakannya, kecuali beberapa jenis yang umum seperti

Page 2: Biologi rayap

rayap kayu kering (Cryptotermes) yang menghuni dan makan kayu kering, dan rayap

subteran (seperti Macrotermes) yang sarang koloninya umumnya terdapat dalam tanah lembab, dengan ukuran tubuh relatif besar.

Gambar 2: Semut (kiri) dan prajurit rayap (kanan). (Arsip PSIH IPB).

Penampilan rayap memang mirip semut. Tetapi perbedaannya cukup banyak, bahkan semut merupakan salah satu musuh utama dari rayap. Dari segi sistematika/filogene tika semut mendekati golongan lebah, sehingga kedua serangga ini dicakup dalam Ordo

Hymenoptera (bersayap selaput). Jika kita mengamati seekor semut atau seekor lebah, secara morfologik tampak batas

yang jelas antara bagian "dada" (toraks) dan "perut" (abdomen), bahkan pada beberapa jenis lebah batas ini demikian mencolok sehingga menggenting (dengan pinggang yang sangat kecil). Pada jenis-jenis rayap, batas antara toraks dan abdomen kurang jelas, atau secara

awam kita katakan "rayap tidak memiliki pinggang yang ramping". Individu bersayap yang lazim disebut laron (atau sulung, alata, alates ), memiliki sepasang sayap yang dalam

keadaan diam cara melipatnya memanjang lurus ke belakang, seperti halnya jenis-jenis belalang dan lipas berbeda dengan Hymenoptera yang terlipat dalam beberapa simpul, sebelum memanjang ke belakang. Bedasarkan tekstur dan struktur sayap maka rayap

digolongkan dalam satu ordo tersendiri yaitu Isoptera (bersayap sama). Dari perilaku hidupnya, perbedaan utama antara rayap dengan semut adalah, semut

mencari makan lebih "terbuka", sedangkan rayap selalu "tertutup", menutup jalur-jalur kembaranya dengan bahan-bahan tanah. Perkembangan hidup rayap adalah melalui metamorfosa hemimetabola , yaitu secara bertahap, yang secara teori melalui stadium (tahap

pertumbuhan) telur, nimfa dan dewasa. Walaupun stadium dewasa pada serangga umumnya terdiri atas individu- individu bersayap (laron), karena sifat polimorfismenya maka di

samping bentuk laron yang bersayap, stadium dewasa rayap mencakup juga kasta pekerja yang bentuknya seperti nimfa yang berwarna keputih-putihan, dan kasta prajurit yang berbentuk khusus dan berwarna lebih kecoklatan. Sedangkan pada semut perkembangannya

adalah holometabola, yaitu melalui tahap-tahap pertumbuhan telur, larva, nimfa dan dewasa (alates dan pekerja yang tak bersayap).

Page 3: Biologi rayap

Perbedaan lain antara rayap dan semut masih sangat banyak tapi kita tidak akan

membahasnya di sini. Yang pasti, tidak seperti rayap yang memerlukan kayu (selulosa ) sebagai makanan pokok, semut makanan pokoknya bukan kayu, tetapi macam-macam, dari

serat sampai gula.

Sebaran dan makanan

Rayap pada dasarnya adalah serangga daerah tropika dan subtropika. Namun

sebarannya kini cenderung meluas ke daerah sedang (temperate ) dengan batas-batas 50o LU dan LS. Di daerah tropika rayap ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3000 m di atas permukaan laut. Makanan utamanya adalah kayu atau bahan yang terutama terdiri atas

selulosa. Dari perilaku makan yang demikian kita menarik kesimpulan bahwa rayap termasuk golongan makhluk hidup perombak bahan mati yang sebenarnya sangat

bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan dalam ekosistem kita. Mereka merupakan konsumen primer dalam rantai makanan yang berperan dalam kelangsungan siklus beberapa unsur penting seperti karbon dan nitrogen. Tapi masalahnya adalah manusia juga merupakan

konsumen primer yang memerlukan hasil-hasil tanaman bukan saja untuk makanannya tetapi juga untuk membuat rumah dan bangunan-bangunan lain yang diperlukannya. Di

sinilah letak permasalahannya, sehingga manusia bersaing dengan rayap. Semula agak mengherankan para pakar bahwa rayap mampu makan (menyerap) selulosa karena manusia sendiri tidak mampu mencernakan selulosa (bagian berkayu dari sayuran yang kita makan,

akan dikeluarkan lagi !), sedangkan rayap mampu melumatkan dan menyerapnya sehingga sebagian besar ekskremen hanya tinggal lignin saja.

Keadaan menjadi jelas setelah ditemukan berbagai protozoa flagellata dalam usus bagian belakang dari berbagai jenis rayap (terutama rayap tingkat rendah: Mastotermitidae, Kalotermitidae dan Rhinotermitidae), yang ternyata berperan sebagi simbion untuk

melumatkan selulosa sehingga rayap mampu mencernakan dan menyerap selulosa. Bagi yang tak memiliki protozoa seperti famili Termitidae, bukan protozoa yang berperan tetapi

bakteria -- dan bahkan pada beberapa jenis rayap seperti Macrotermes , Odontotermes dan Microtermes memerlukan bantuan jamur perombak kayu yang dipelihara di "kebun jamur" dalam sarangnya.

Perilaku makan

Semua rayap makan kayu dan bahan berselulosa, tetapi perilaku makan (feeding

behavior ) jenis-jenis rayap bermacam-macam. Hampir semua jenis kayu potensial untuk dimakan rayap. Memang ada yang relatif awet seperti bagian teras dari kayu jati tetapi kayu

jati kini semakin langka. Untuk mencapai kayu bahan bangunan yang terpasang rayap dapat "keluar" dari sarangnya melalui terowongan-terowongan atau liang- liang kembara yang dibuatnya. Bagi rayap subteran (bersarang dalam tanah tetapi dapat mencari makan sampai

jauh di atas tanah), keadaan lembab mutlak diperlukan. Hal ini menerangkan mengapa kadang-kadang dalam satu malam saja rayap Macrotermes dan Odontoterme s telah mampu

menginvasi lemari buku di rumah atau di kantor jika fondasi bangunan tidak dilindungi. Sebaliknya, rayap kayu kering (Cryptotermes) tidak memerlukan air (lembab) dan tidak berhubungan dengan tanah. Juga tidak membentuk terowongan-terowongan panjang untuk

menyerang obyeknya. Mereka bersarang dalam kayu, makan kayu dan jika perlu menghabiskannya sehingga hanya lapisan luar kayu yang tersisa, dan jika di tekan dengan

jari serupa menekan kotak kertas saja. Ada pula rayap yang makan kayu yang masih hidup

Page 4: Biologi rayap

dan bersarang di dahan atau batang pohon, seperti Neotermes tectonae yang menimbulkan

kerusakan (pembengkakan atau gembol) yang dapat menyebabkan kematian pohon jati. Penggolongan menurut habitat atau perilaku bersarang.

Berdasarkan lokasi sarang utama atau tempat tinggalnya, rayap perusak kayu dapat digolongkan dalam tipe-tipe berikut :

1. Rayap pohon, yaitu jenis-jenis rayap yang menyerang pohon yang masih hidup, bersarang dalam pohon dan tak berhubungan dengan tanah. Contoh yang khas dari rayap

ini adalah Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae), hama pohon jati.

2. Rayap kayu lembab, menyerang kayu mati dan lembab, bersarang dalam kayu, tak

berhubungan dengan tanah. Contoh : Jenis-jenis rayap dari genus Glyptotermes (Glyptotermes spp., famili Kalotermitidae).

3. Rayap kayu kering, seperti Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), hidup dalam

kayu mati yang telah kering. Hama ini umum terdapat di rumah-rumah dan perabot-

perabot seperti meja, kursi dsb. Tanda serangannya adalah terdapatnya butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu

yang diserang. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya kering.

4. Rayap subteran, yang umumnya hidup di dalam tanah yang mengandung banyak bahan

kayu yang telah mati atau membusuk, tunggak pohon baik yang telah mati maupun masih hidup. Di Indonesia rayap subteran yang paling banyak merusak adalah jenis-jenis dari

famili Rhinotermitidae. Terutama dari genus Coptotermes (Coptotermes spp.) dan Schedorhinotermes. Perilaku rayap ini mirip rayap tanah seperti Macrotermes namun perbedaan utama adalah kemampuan Coptotermes untuk bersarang di dalam kayu yang

diserangnya, walaupun tidak ada hubungan dengan tanah, asal saja sarang tersebut sekali-sekali memperoleh lembab, misalnya tetesan air hujan dari atap bangunan yang bocor.

Coptotermes pernah diamati menyerang bagian-bagian kayu dari kapal minyak yang melayani pelayaran Palembang-Jakarta. Coptotermes curvignathus Holmgren sering kali diamati menyerang pohon Pinus merkusii dan banyak meyebabkan kerugian pada

bangunan.

5. Rayap tanah. Jenis-jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili Termitidae. Mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Contoh-contoh Termitidae yang paling umum

menyerang bangunan adalah Macrotermes spp. (terutama M. gilvus) Odontotermes spp. dan Microtermes spp. Jenis-jenis rayap ini sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek

berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya. Macrotermes dan Odontotermes merupakan rayap subteran

yang sangat umum menyerang bangunan di Jakarta dan sekitarnya.

Taksonomi rayap selayang pandang

Taksonomi atau penggolongan jenis-jenis rayap merupakan salah satu misteri dunia insekta karena tingginya tingkat kemiripan antar jenis rayap dalam masing-masing famili.

Kiranya kita tak perlu sangat memusingkan jenis-jenis (spesies) rayap ini. Hal yang penting

Page 5: Biologi rayap

adalah dapat mengenal tipe-tipe seperti telah disebut di muka. Pada umumnya rayap yang

terdapat dalam satu kategori memiliki kemiripan dalam hampir semua segi perilakunya, sehingga metoda pengendalianyapun dapat disamakan.

Dapat dikatakan bahwa terdapat tiga famili rayap perusak kayu (yang dianggap sebagai hama), yaitu famili Kalotermitidae, Rhinotermitidae dan Termitidae. Kalotermitidae

diwakili oleh Neotermes tectonae (hama pohon jati) dan Cryptotermes spp. (rayap kayu

kering); Rhinotermitidae oleh Coptotermes spp dan Schedorhinotermes, sedangkan Termitidae oleh Macrotermes spp., Odontotermes spp. dan Microtermes spp.). Masih banyak

jenis-jenis rayap yang juga penting tetapi agak jarang dijumpai menyerang bangunan. Misalnya jenis-jenis Nasutitermes (famili Termitidae), yang pada dahi prajuritnya terdapat "tusuk" (seperti hidung: nasus, nasute), dan mampu melumpuhkan lawannya bukan dengan

menusuknya tetapi meyemprotkan cairan pelumpuh berwarna putih, melalui saluran dalam "tusuk"nya.

Gambar 3. Berturut-turut dari kiri ke kanan, mulai dari atas : prajurit Macrotermes gilvus, prajurit Microtermes sp., prajurit Nasutitermes sp, prajurit Cryptotermes cynocephalus dan ratu Coptotermes curvignathus. (Arsip PSIH IPB).

Bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh cara mendeterminasi jenis rayap

perusak kayu, dapat digunakan kunci yang disusun penulis (lihat kepustakaan nomor 7 pada akhir tulisan ini).

Page 6: Biologi rayap

Koloni rayap -- masyarakat kriptobiotik

Jika kita menilik kehidupan rayap, kita tak akan menjumpai seekor rayap yang

mengembara sendirian seperti halnya kupu-kupu yang terbang solo atau kumbang yang makan sendirian (soliter). Sebagai serangga sosial rayap hidup dalam masyarakat yang disebut koloni. Jika kita hendak menguji keampuhan obat (insektida) terhadap beberapa ekor

rayap dari kasta yang sama (misalnya kasta pekerja) yang dipisahkan dari koloninya, maka hasilnya akan sia-sia. Karena tanpa diberi racun pun mereka akan mati. Mengeluarkan

individu rayap dari koloninya, sama saja dengan membunuhnya. Mereka hanya bisa

hidup jika (dan hanya jika) mereka berada dalam masyarakatnya (koloninya) . Mengapa demikian ?

Karena di dalam koloninya terdapat bahan-bahan dan proses-proses yang

dapat menjamin kelanjutan hidupnya. Ibarat seorang penderita penyakit yang seumur

hidupnya mutlak memerlukan sejenis obat yang selalu ditelannya pada saat-saat tertentu, dan jika diumpamakan bahwa obat itu tak dapat dibawanya ke mana-mana, hanya dapat disimpan di rumahnya, berarti ia tak dapat meninggalkan rumahnya. Ia dapat hidup normal jika

rumahnya ia perpanjang dengan menambah lorong-lorong sempit, misalnya ke tempat kerjanya, ke sekolah, ke pasar dsb. Dan lorong-lorong sempit yang tertutup ini merupakan

bagian dari rumahnya, di mana ia dapat memperoleh obat demi kelangsungan hidupnya. Demikianlah halnya dengan kehidupan rayap. Hal ini dapat kita amati pada kehidupan rayap subteran. Ia hanya dapat mencapai makanannya (bangunan atau kayu) dengan menambah-

nambah panjang "rumahnya" dengan membuat terowongan-terowongan kembara, yaitu jalur-jalur sempit yang berasal dari pusat sarang ke arah kembara di mana makanannya

berada, yang hanya dapat dilalui sekaligus oleh sekitar 3 - 4 ekor rayap. Terowongan kembara ini ditutupnya dengan bahan-bahan tanah sehingga pada galibnya liang- liang kembara tetap merupakan bagian dari sarang koloninya. Dengan adanya liang- liang tertutup

ini maka praktis seluruh ruangan dari sarang rayap termasuk liang- liang kembara merupakan lingkungan yang sangat lembab yang menjamin kehidupan rayap tanah atau rayap subteran.

Dalam kaitan dengan kehidupan masyarakat rayap, terdapat beberapa istilah kunci yang perlu diungkapkan, yaitu : polimorfi, feromon, trofalaksis, dan homeostatis.

Gambar 4. Ratu rayap dikelilingi pekerja dan prajurit (kiri) dan individu- individu rayap

Coptotermes yang bergerombol (kanan). (Arsip PSIH IPB.

Page 7: Biologi rayap

Polimorfi -- masyarakat "komune" dalam kasta-kasta, sebagian masyarakat juga sudah mengetahui bahwa dalam koloni setiap jenis rayap, terdapat beberapa kasta individu yang

wujudnya berbeda, yaitu : 1. Kasta reproduktif terdiri atas individu- individu seksual yaitu betina (yang abdomennya

biasanya sangat membesar) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Raja sebenarnya tak sepenting ratu jika dibandingkan dengan lamanya

ia bertugas karena dengan sekali kawin, betina dapat menghasikan ribuan telur; lagipula sperma dapat disimpan oleh betina dalam kantong khusus untuk itu, sehingga mungk in sekali tak diperlukan kopulasi berulang-ulang. Jika koloni rayap masih relatif muda

biasanya kasta reproduktif berukuran besar sehingga disebut ratu. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni, yaitu sepasang laron yang mulai menjalin

kehidupan bersama sejak penerbangan alata. Pasangan ini disebut reprodukif primer. Jika mereka mati bukan berarti koloni rayap akan berhenti bertumbuh. Koloni

akan membentuk "ratu" atau "raja" baru dari individu lain (biasanya dari kasta

pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu baru tak akan sangat membesar seperti ratu

asli. Ratu dan raja baru ini disebut reproduktif suplementer atau neoten. Jadi, dengan

membunuh ratu atau raja kita tak perlu sesumbar bahwa koloni rayap akan punah. Bahkan dengan matinya ratu, diduga dapat terbentuk berpuluh-puluh neoten yang menggantikan tugasnya untuk bertelur. Dengan adanya banyak neoten maka jika terjadi bencana yang

mengakibatkan sarang rayap terpecah-pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru.

2. Kasta prajurit . Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena penebalan

(sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka tugasnya

mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka berjalan hilir mudik di antara para pekerja yang sibuk mencari dan mengangkut makanan. Setiap ada gangguan dapat

diteruskan melalui "suara" tertentu sehingga prajurit-prajurit bergegas menuju ke sumber gangguan dan berusaha mengatasinya. Jika terowongan kembara diganggu sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan pekerja-pekerja diserang oleh semut sedangkan para

prajurit sibuk bertempur melawan semut-semut, walaupun mereka umumnya kalah karena semut lebih lincah bergerak dan menyerang. Tapi karena prajurit rayap biasanya

dilengkapi dengan mandibel (rahang) yang berbentuk gunting maka sekali mandibel menjepit musuhnya, biasanya gigitan tidak akan terlepas walaupun prajurit rayap akhirnya mati. Mandibel bertipe gunting (yang bentuknya juga bermacam-macam) umum

terdapat di antara rayap famili Termitidae, kecuali pada Nasutitermes ukuran mandibelnya tidak mencolok tetapi memiliki nasut (yang berarti hidung, dan

penampilannya seperti "tusuk") sebagai alat penyemprot racun bagi musuhnya. Prajurit Cryptotermes memiliki kepala yang berbentuk kepala bulldog tugasnya hanya menyumbat semua lobang dalam sarang yang potensial dapat dimasuki musuh. Semua

musuh yang mencapai lobang masuk sulit untuk luput dari gigitan mandibelnya. Pada beberapa jenis rayap dari famili Termitidae seperti Macrotermes, Odontotermes,

Microtermes dan Hospitalitermes terdapat prajurit dimorf (dua bentuk) yaitu prajurit besar (p. makro) dan prajurit kecil (p. mikro)

3. Kasta pekerja. Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari 80 persen populasi dalam koloni merupakan individu- individu pekerja. Tugasnya melulu

hanya bekerja tanpa berhenti hilir mudik di dalam liang- liang kembara dalam rangka

Page 8: Biologi rayap

mencari makanan dan mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan-terowongan,

menyuapi dan membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, dan -- membunuh serta memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua

atau juga mungkin karena malas), baik reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja sendiri. Dari kenyataan ini maka para pakar rayap sejak abad ke-19 telah mempostulatkan bahwa sebenarnya kasta pekerjalah yang menjadi "raja", yang memerintah dan mengatur semua

tatanan dan aturan dalam sarang rayap. Sifat kanibal terutama menonjol pada keadaan yang sulit misalnya kekurangan air dan makanan, sehingga hanya individu yang kuat saja

yang dipertahankan. Kanibalisme berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi energi, dan berperan dalam pengaturan homeostatika (keseimbangan kehidupan) koloni rayap.

Feromon penanda jejak dan pendeteksi makanan. Telah merupakan suatu diktum

bahwa rayap (pekerja dan prajurit) itu buta. Mereka jalan beriiringan atau dapat menemukan obyek makanan bukan karena mereka mampu melihat atau mencium bau melalui "hidung". Kemampuan mendeeksi dimungkinkan karena mereka dapat menerima

dan menafsirkan setiap bau yang esensial bagi kehidupannya melalui lobang-lobang tertentu yang terdapat pada rambut-rambut yang tumbuh di antenanya. Bau yang dapat

dideteksi rayap berhubungan dengan sifat kimiawi feromonnya sendiri. Feromon adalah hormon yang dikeluarkan dari kelenjar endokrin., tetapi berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan empengaruhi individu lain yang sejenis.

Untuk dapat mendeteksi jalur yang dijelajahinya, individu rayap yang berada didepan mengeluarkan feromon penanda jejak (trail following pheromone) yang keluar dari

kelenjar sternum (sternal gland di bagian bawah, belakang abdomen), yang dapat dideteksi oleh rayap yang berada di belakangnya. Sifat kimiawi feromon ini sangat erat hubungannya dengan bau makannannya sehingga rayap mampu mendeteksi obyek

makanannya.

Feromon dasar: pengatur perkembangan

Di samping feromon penanda jejak, para pakar etologi (perilaku) rayap juga

menganggap bahwa pengaturan koloni berada di bawah kendali feromon dasar (primer pheromones ). Misalnya, terhambatnya pertumbuhan/ embentukan neoten disebabkan

oleh adanya semacam feromon dasar yang dikeluarkan oleh ratu, yang berfungs i menghambat diferensiasi kelamin. Segera setelah ratu mati, feromon ini hilang sehingga terbentuk neoten-neoten pengganti ratu. Tetapi kemudian neoten yang telah terbentuk

kembali mengeluarkan feromon yang sama sehingga pembentukan neoten yang lebih banyak dapat dihambat. Feromon dasar juga berperan dalam diferensiasi pembentukan

kasta pekerja dan kasta prajurit, yang dikeluarkan oleh kasta reproduktif. Dilihat dari biologinya, koloni rayap sendiri oleh beberapa pakar dianggap

sebagai supra-organisma, yaitu koloni itu sendiri dianggap sebagai makhluk hidup,

sedangkan individu- individu rayap dalam koloni hanya merupakan bagian-bagian dari anggota badan supra-organisma itu. Perbandingan banyaknya neoten, prajurit dan pekerja

dalan satu koloni biasanya tidak tetap. Koloni yang sedang bertumbuh subur memilik i pekerja yang sangat banyak dengan jumlah prajurit yang tidak banyak (kurang lebih 2 - 4 persen). Koloni yang mengalami banyak gangguan, misalnya karena terdapat banyak

semut di sekitarnya akan membentuk lebih banyak prajurit (7 - 10 persen), karena diperlukan untuk mempertahankan sarang.

Page 9: Biologi rayap

Trofalaksis: masyarakat rayap yang terintegrasi

Rayap muda yang baru saja ditetaskan dari telur belum memiliki protozoa yang

diperlukannya untuk mencernakan selulosa. Demikian pula setiap individu rayap yang baru saja berganti kulit tak memiliki protozoa karena simbion ini telah keluar bersama kulit yang ditanggalkannya (karena kulit usus juga ikut berganti). Individu rayap tersebut diberi "re-

infeksi" protozoa oleh para pekerja dengan melalui trofalaksis. Trofalaksis adalah perilaku berkerumun di antara anggota-anggota koloni, dan saling "menjilat" anus dan mulut. Dengan

perilaku ini protozoa dapat ditularkan kepada individu-individu yang memerlukannya. Penyebaran feromon dasar juga diduga terlaksana melalui perilaku trofalaksis .

Strategi pengendalian

Dari uraian di muka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa untuk menghindar atau meminimumkan kemungkinan terjadinya serangan rayap pada bangunan perlu diperhatikan hal-hal berikut.

1. Hindari adanya bahan-bahan kayu seperti sisa-sisa tunggak pohon di sekitar halaman bangunan, yang potensial untuk menjadi sumber infeksi rayap. Demikian pula adanya

pohon-pohon tua yang sebagian jaringan pohon maupun akarnya telah mati merupakan sumber makanan rayap dan dapat menjadi lokasi sarang perkembangan koloni rayap.

2. Hindari kontak antara tanah dengan bagian-bagian kayu dari bangunan. Walaupun cara

ini tidak mutlak mampu mencegah serangan rayap karena rayap mampu membuat terowongan kembara di atas tembok, lantai dan dinding untuk mencapai obyek kayu

makanannya tetapi bagi bangunan sederhana cara ini dapat memperlambat serangan rayap, dan adanya terowongan-terowongan dapat dideteksi.

3. Pergunakan kayu yang awet (seperti bagian teras kayu jati), atau kayu yang telah

diawetkan dengan bahan-bahan pengawet anti rayap. Untuk kayu-kayu yang digunakan di bawah atap jenis-jenis garam pengawet seperti garam Wolman dengan retensi yang

cukup telah memadai, sedangkan bagi kayu di luar bangunan diperlukan bahan pengawet larut minyak seperti kreosot .

4. Cara yang paling efektif adalah melindungi bangunan dengan cara membuat "benteng

yang kuat terhadap rayap" di bagian fondasi dengan cara menyampur bahan fondasi dengan termitisida atau memperlakukan tanah di bawah dan di sekitar fondasi dengan

termitisida yang tahan pencucian (persisten) serta memiliki afinitas dengan tanah. 5. Jika bangunan telah terserang, gunakanlah cara-cara pengendalian yang ramah

lingkungan, seperti dengan pengumpanan dan pengendalian koloni dengan

menggunakan insektisida penekan pertumbuhan kutikel seperti heksaflumuron dsb.

Kepustakaan

Howse, P.E. 1970. Termites: A Study in Social Behaviour. Hutchinson University Library.

London. 150 p.

Harris, W.V. 1961. Termites. Their Recognition and Control. Longmans, Green and Co. Ltd., London. 186 p.

Kofoid, C. A. (ed.). 1946. Termites and Termite Control. Univ. of Calif. Press, Berkeley. 795 p.

Page 10: Biologi rayap

Krishna, K dan F.M. Weesner (Eds.). 1969/1970. Biology of Termites, Vol. I dan II.

Academic Press, New York etc. Vol I 598 p, Vol. II 643 p.

Nandika, Dodi dan B. Tambunan. 1990. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. Fakultas Kehutanan IPB.

Natawiria, Djatnika. 1986. Peranan Rayap dalam Ekosistem Hutan. Prosiding Seminar Nasional Ancaman Terhadap Hutan Tanaman Industri, 20 Desember 1986. FMIPA-

UI dan Dephut. p. 168 - 177. Tarumingkeng, Rudy C. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu Indonesia. Lap.

L.P.H. No. 138. 28 p.

Tarumingkeng, Rudy C., H.C. Coppel dan F. Matsumura. 1976. Morphology and Ultrastructure of the Antennal Chemoreceptors of Worker Coptotermes formosanus Shiraki. Cell and Tissue Research (Springer Verlag) 173 : 173 - 178.

Page 11: Biologi rayap

Rayap merupakan serangga yang hidup dalam kelompok sosial dengan sistem kasta

yang berkembang sempurna. Serangga ini termasuk dalam Ordo Isoptera (Bhs Yunani, "iso" berarti sama dan "ptera" berarti sayap). Nama ini mengacu pada kasta reproduksi dimana

mereka memiliki sepasang sayap dengan bentuk dan ukuran antara sayap depan dan sayap belakang yang sama. Di alam bebas rayap berperan penting sebagai penjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu dan mengembalikannya sebagai "hara" ke dalam

tanah. Namun di pemukiman rayap menjadi hama yang sangat merugikan karena dapat merusak bahan-bahan yang mengandung selulosa yang merupakan sumber makanan bagi

rayap, seperti: kayu, kertas, kain, dll sehingga rayap sering ditemukan menyerang kusen-kusen, furniture, gypsum, parquet, wallpaper, dll.

Morfologi Rayap

Rayap mempunyai tiga bagian utama yang meliputi : Kepala, Toraks, dan abdomen. Banyak orang yang menyebut rayap sebagai semut putih (white ant) karena secara selintas antar keduanya mempunyai penampilan yang hampir sama padahal terdapat beberapa perbedaan

antara rayap dan semut yang meliputi:

a. Abdomen semut bagian tengah mengecil sementara rayap tidak mengecil.

b. Semut memiliki sepasang sayap dengan ukuran salah satu sayap lebih kecil dari sayap

yang lian sedangkan rayap memiliki sepasang sayap yang sama besar ukurannya. (ada gambar)

c. Antena semut bersiku sementara antena rayap lurus (ada gambar) d. Rayap merupakan serangga dengan metamorfosis tidak sempurna. Siklus hidup

rayap terdiri dari telur --> nympa --> dewasa ; sedangkan semut ber-metamorfos is

sempurna yang meliputi fase telur --> larva --> pupa --> dewasa. (ada gambar)

Kelompok serangga ini mempunyai kemampuan adaptasi yang lebih baik dibandingkan serangga lainnya. Kemampuan ini karena rayap hidup dalam sebuah koloni yang mempu bertahan hidup lama. Dalam setiap koloni rayap pada umumnya terdapat tiga kasta yang

dinamai menurut fungsinya masing-masing :

Page 12: Biologi rayap

- Kasta Pekerja

- Kasta Prajurit

- Kasta Reproduksi (Primer : Raja & Ratu dan Suplementer) Dalam hal ini bentuk

(morfologi) dari setiap kasta berbeda satu dengan yang lain yang sesuai dengan fungs inya

masing-masing.

Kasta pekerja merupakan anggota yang terbanyak jumlahnya dalam koloni, berwarna

pucat tanpa mata faset. Mendibelnya relatif kecil bila dibandingkan dengan Kasta prajurit.

Kasta pekerja berfungsi mencari makan, merawat telur, membuat serta memelihara sarang.

Mereka berperan dalam mengatur efektivitas koloni dengan jalan membunuh dan memakan

individu- individu yang lemah atau mati untuk menghemat energi dalam koloninya. Sifat

kanibalisme seperti ini umum pada setiap jenis rayap dan sering berhubungan erat dengan

perilaku lainnya yang disebut TROFALAKSIS, yakni saling menjilat tubuh sesamanya

sekaligus memakan lapisan kutikulapada stomodaeum atau proktodaeum yang dikeluarkan

pada proses ganti kulit (ecdysis).

Kasta Reproduksi Primer, terdiri dari serangga-serangga dewasa yang bersayap dan

menjadi pendiri koloni (raja dan ratu). Bila masa perkawinan telah tiba imago-imago ini

terbang keluar dari sarang dalam jumlah yang besar. Masa bersilang (swarming) ini

merupakan masa perkawinan dimana seasang imago (jantan dan betina) bertemu dan segera

menanggalkan sayapnya serta mencari tempat yang sesuai di dalam tanah atau kayu. Tugas

dari ratu sepanjang hidupnya adalah bertelur sedangkan makanannya dilayani oleh para

pekerja. Seekor ratu mampu hidup 6 sampai 20 tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun.

Apabila reproduktif primer mati atau koloni membutuhkan penambahan reproduktif bagi

perluasan koloninya maka dapat dibentuk reproduktif sekunder (neoten). Neoten juga akan

terbentuk jika sebagian suatu koloni terpisah (terisolasi) dari sarang utamanya sehingga

suatu koloni baru terbentuk. Kasta ini dapat terbentuk beberapa kali dalam jumlah yang besar

sesuai dengan perkembangan koloni.

Kasta prajurit mudah dikenal karena bentuk kepalanya besar dengan penebalan kulit

yang nyata. Kasta ini mempunyai rahang (mandibula) yang besar dan kuat. Kasta prajurit

berfungsi melindungi koloni terhadap gangguan dari luar.

BIO-EKOLOGI RAYAP

Hingga saat ini di seluruh dunia tersebar kira-kira 2000 jenis rayap dan di Indonesia

telah ditemukan tidak kurang dari 200 jenis rayap. Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa

Page 13: Biologi rayap

makanan utama rayap adalah Selulosa dan memang rayap merupakan satu-satuna kelompok

serangga yang mampu memanfaatkan selulosa sebagai sumber makanannya. Dari sekian

banyak jenis rayap ternyata yang paling banyak menimbulkan kerusakan adalah golongan

rayap tanah (Coptotermes, macrotermes, microtermes, dll) dan rayap kayu kering

(cryptotermes). Khusus Rayap tanah adalah golongan rayap yang bersarang di dalam tanah

dan membagun liang-liang kembara yang menghubungkan sarang dengan obyek sasarannya.

Golongan rayap ini juga memerlukan kelembapan yang tinggi dalam kehidupannya.

Bagaimana Rayap Mencapai Obyek Sasaran

Untuk mencapai sasarannya rayap tanah dapat menembus tembok yang tebalnya

beberapa cm, menghancurkan plastik, kabel, dan penghalang fisik lainnya . Rayap mampu

menembus lubang terbuka atau celah sekecil 0,4 mm sehingga bisa menyerang bangunan

dengan berbagai macam cara, seperti:

- kayu yang berhubungan langsung dengan tanah

- retakan-retakan pada dinding dan fondasi

- membentuk liang- liang kembara pada permukaan kayu,beton, pipa, dll.

Sekali rayap mampu mencapai sasarannya maka rayap akan memperluas

serangannya sampai bagian-bagian yang tinggi dengan membuat sarang-sarang antara di

dalam bangunan yang jauh dari tanah (sarang utama) dan memanfaatkan sumber-sumber

kelembapan yang tersedi dalam bangunan tersebut. Hal ini terutama berlaku untuk rayap

tanah yang hidupnya mutlak bergantung dari adanya air dan tanah yang merupakan sumb er

utama bagi kehidupan rayap.

Rayap kayu kering memiliki kemampuan hidup pada kayu-kayu kering di dalam

bangunan gedung. Rayap ini tidak membangun sarang atau liang- liang kembara pada

tempat-tempat terbuka sehingga sukar untuk diketahui. Adanya serangan rayap seringka li

baru diketahui setelah kayu yang diserang menjadi keropos tanpa adanya pecahan pada

permukaannya. Serangan rayap kayu kering dapat dikenali dari eksremen-eksremen berupa

butiran kecil, lonjong, berwarna coklat muda.

Rayap kayu kering biasanya mencapai sasaran melalui dua cara :

1. Laron yang bersialang datang ke obyek sasaran dan mampu berkembang karena

obyek tidak tertutup (misalnya: cat pelindung yang toksik, kayu tidak diawetkan, dll).

2. Obyek sasaran terserang oleh rayap yang berasal dari obyek lain yang sudah

terserang dan letak kedua obyek tersebut berdekatan.

Page 14: Biologi rayap

Pengendalian Rayap

Pengendalian rayap pada bangunan selama ini mengenal dua metode:

1. Pra-Konstruksi --> Bahan Kimia dan Tanpa BahanKimia (Penghalang Fisik

2. Post Konstruksi --> Injeksi (Suntik) dan Baiting (Pengumpanan). Saat ini

penelitian pengendalian rayap semakin berkembang tidak hanya dengan bahan

kimia tetapi dengan bahan alam, penggunaan jamur entomopatogen, nematoda

entomopatogen, serta penggunaan gelombang elektromagnetik.

Langkah utama dalam pegendalian rayap pada bangunan adalah melakukan

inspeksi secara menyeluruh pada bangunan. Dapat dikatakan bahwa kesuksesan

pengendalian rayap dimulai dari pengamatan atau monitoring secara menyeluruh.

Pra Konstruksi

Perlakuan Pra-Konstruksi ditujukan untuk mencegah masuknya rayap ke dalam

bangunan gedung. Secara umum tindakan penanggulanagan bahaya rayap pra-

konstruksi dapat dilakukan dengan:

- Pendekatan rancang bangunan gedung tahan rayap.

- Penggunaan pengawet kayu untu kayu-kayu yang akan digunakan.

- Pemberian perlakuan tanah dengan penghalang kimia (Chemically Treated Soil

Barriers)

- Penggunaan penghalang fisik di bagian pondasi untuk mencegah serangan

rayap, seperti penggunaan lapisan kawat baja (termi-mesh) supaya tidak dapat

ditembus oleh rayap dan penggunaan pasir dengan ukuran partikel tertentu sehingga

tidak dapat ditembus oleh rayap.

Sementara itu, perlakuan tanah pra-konstruksi merupakan teknik pemberian

perlindungan bangunan dengan penghalang kimia pada permukaan tanah yang

diaplikasikan melalui penyemprotan termitisida. Cara perlakuan kimia tanah

diterapkan pada bangunan yang pondasinya tidak dilengkapi dengan sloof beton

bertulang adalah sebagai berikut:

Page 15: Biologi rayap

Berdasarkan sejarah evolusinya, rayap digolongkan sebagai hewan primitif. Rayap

merupakan salah satu serangga sosial yang paling berhasil mempertahankan populasinya.

Sumber makanannya berupa selulosa, yang merupakan materi paling berlimpah yang ada di

bumi sementara organisme lain tidak dapat menggunakan selulosa sebagai sumber

makanannya (Robinson, 1996).

Kelangsungan hidup populasi rayap tergantung pada kondisi terpenting, yaitu kestabilan

suhu dalam sarang dan keseimbangan kadar air. Pemecahan masalah ini benar-benar

sempurna. Papan-papan paralel dibuat di areal atap sarangnya. Papan-papan yang terbuat

dari lumpur tersebut mampu menyerap kandungan air yang dikeluarkan oleh tubuh rayap.

Air ini menguap akibat panas di bagian dalam dan keluar menuju bagian atas melalui celah-

celah pengatur kondisi udara pada sarang tersebut. Penguapan ini menurunkan suhu dalam

sarang dan juga menjamin kesinambungan sirkulasi udara. Panel-panel dalam sarang rayap

melakukan fungsinya sebagai pengatur kondisi udara secara sempurna tanpa cacat

(Khairuddin Bima, 2007).

Tubuh rayap, seperti pada umumnya tubuh serangga, ditutupi oleh suatu lapisan tipis

epitikula yang tersusun dari lilin (parafin). Lapisan ini berfungsi untuk mencegah rayap dari

kekeringan, menjaga kelembaban, dan mencegah infeksi oleh organisme lain. Tubuh terbagi

atas tiga bagian yaitu kepala, dada (toraks), dan abdomen. Setiap bagian memiliki ruas yang

jelas kecuali pada bagian kepala. (Krishna, 1969).

Rayap mengalami metamorphosa gradual atau bertahap. Kelompok hewan ini

pertumbuhannya melalui tiga tahap, tahap telur, tahap nimfa dan tahap dewasa (Hasan,

1986). Telur Rayap berbentuk silinder dengan ukuran panjang yang bervariasi antara 1-1,5

mm. Telur akan menetas setelah berumur 8-11 hari. (Nandika dkk, 2003).

Morfologi rayap mirip dengan semut namun terdapat perbedaan yang sangat mendasar.

Secara morfologi, pada bagian tubuh semut terlihat dengan jelas batas antara bagian toraks

(dada) dan abdomen (perut). Pada rayap batas-batas bagian tubuh tidak terlihat dengan jelas.

Semut dan lebah memiliki sepasang sayap yang berbeda ukurannya. Sayap bagian depan

lebih besar dibandingkan sayap bagian belakang. Semut termasuk ke dalam ordo

Hymenoptera (bersayap selaput) (Tarumingkeng, 2001).

Pada rayap, individu yang bersayap umumnya disebut dengan laron yang memiliki sepasang

sayap berukuran sama dan jika dalam keadaan diam sayap akan terlipat memanjang lurus ke

Page 16: Biologi rayap

belakang. Dengan struktur sayap seperti ini, maka rayap digolongkan dalam ordo Isoptera

(bersayap sama). Individu rayap tanpa sayap berwarna keputih-putihan yang mirip dengan

semut, sehingga rayap disebut juga semut putih. Ukuran tubuh rayap bervariasi sesuai

dengan jenisnya yaitu sekitar 4 – 11 mm (Tarumingkeng, 2001).

Kemampuan rayap melakukan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan

menyebabkan penyebaran rayap di dunia menjadi sangat luas. Di daerah tropika, rayap

ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut.

Penyebaran ke daerah temperate telah berlangsung, sehingga mencapai batas 50°LU dan

50°LS. Faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan populasi rayap meliputi curah

hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan dan musuh alami. Faktor-faktor tersebut

saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Kelembaban dan suhu merupakan

faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap (Nandika dkk 2003).

Berdasarkan sifat penyerangannya rayap tanah cenderung menyukai lokasi yang memilik i

kelembaban yang tinggi. Dalam suatu rumah, bahan-bahan konstruksi kayu yang diduga

sering terkena bocoran air hujan serta lokasi yang lembab seperti di daerah kamar mandi

merupakan bagian yang dominan terkena serangan rayap tanah. Sementara itu, rayap kayu

kering tidak terlalu memerlukan kondisi yang lembab pada daerah serangannya karena jenis

rayap ini mampu membuat kelembaban di dalam kayu yang diserang (Siregar dan Batubara,

2007).

Rayap mempunyai beberapa sifat yang penting untuk diperhatikan (Tambunan dan Nandika

(1989) yaitu:

a. Sifat trophalaxis, yaitu sifat rayap untuk berkumpul saling menjilat serta mengadakan

pertukaran bahan makanan.

b. Sifat cryptobiotic, yaitu sifat rayap yang menjauhi cahaya.

c. Sifat canibalism, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang lemah atau sakit.

Sifat ini lebih menonjol dalam keadaan kekurangan makanan.

d. Sifat necrophagy, yaitu sifat rayap untuk memakan bangkai sesamanya.

Taksonomi Rayap

Page 17: Biologi rayap

Taksonomi atau penggolongan jenis-jenis rayap merupakan salah satu misteri dunia insekta

karena tingginya tingkat kemiripan antar jenis rayap dalam masing-masing famili. Pada

umumnya rayap yang terdapat dalam satu kategori memiliki kemiripan dalam hampir semua

segi perilakunya, sehingga metoda pengendalianya pun dapat disamakan. Taksonomi Rayap

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Fillum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Isoptera

Famili : Rhinotermitidae , Termitidae

Genus : Macrotermes , Coptotermes

Spesies : Macrotermes sp , Coptotermes curvignatus

(http://id.wikipedia.org/wiki/Rayap, 13/10/2012).

Sistem Kasta

Rayap hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Setiap koloni rayap terdapat lebih

dari satu juta serangga dibagi menjadi kelompok-kelompok khusus yang disebut kasta.

Masing-masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berbeda-beda. Menurut Nandika

(2003) kasta dalam rayap terdiri dari 3 (tiga) kasta yaitu:

a. Kasta Reproduktif

Kasta ini terdiri atas individu- individu fertil yaitu betina (ratu) dengan ciri-ciri abdomen

yang membesar (Gambar 2.1) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja), tugasnya hanya

membuahi ratu. Jantan fertil tidak harus selalu membuahi betina fertil. Betina fertil memilik i

kantung yang dapat menyimpan sperma dari jantan fertil. Ukuran ratu umumnya sebesar

jempol pria dewasa bahkan lebih sedangkan raja hanya 1/10 dari ukuran ratu. Telurnya

mencapai ± 36000 sehari bila koloninya sudah berumur ± 5 tahun. Ratu rayap dapat hidup

sampai dengan 20 tahun, bahkan lebih (Prasetyo, 2005)

Gambar 2.1. Ratu dan raja rayap subteran (https://www.google.co.id/10/10/2012)

Selama hidup ratu hanya bertelur, tetap berada di inti sarang dan tidak keluar sampai akhir

hayatnya. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni. Pasangan ini

disebut sebagai pasangan reproduktif primer. Dalam satu koloni hanya ada satu ratu dan raja.

Page 18: Biologi rayap

Jika raja dan ratu mati, koloni akan membentuk betina dan jantan fertil baru dari individu

lain, biasanya dari kasta pekerja. Pasangan baru ini disebut sebagai pasangan reproduktif

suplementer atau neoten. Abdomen dari betina reproduktif suplementer tidak sebesar

abdomen betina pada reproduktif primer (Tarumingkeng, 2005). bersayap dan merupakan

pendiri koloni. Richard dan Devies (1996) dalam Rismayadi dan Arinana (2007)

menyatakan bahwa neoten muncul segera setelah kasta reproduktif primer mati atau hilang

karena fragmentasi koloni. Selanjutnya, neoten menggantikan fungsi kasta reproduktif

primer untuk perkembangan koloni.

b. Kasta Prajurit

Kasta prajurit jumlahnya ± 15% dari seluruh anggota koloni. Tugasnya menjaga dan

menemani rayap pekerja di sekitar sumber makanan untuk berjaga dari serangan predator.

Bentuk tubuh kekar karena penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh

dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup koloni. Prajurit rayap biasanya

dilengkapi mandibel (rahang) yang berbentuk gunting (Gambar 2.1). Pada beberapa jenis

rayap dari famili Termitidae seperti Macrotermes sp. terdapat prajurit dimorph (dua bentuk)

yaitu prajurit besar (makro) dan prajurit kecil (mikro) (Taruminkeng, 2005).

Gambar 2.2. Rayap prajurit Macrotermes gilvus (https://www.google.co.id/10/10/2012)

c. Kasta Pekerja

Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Kurang lebih 85% populasi dalam koloni

merupakan individu- individu pekerja (Gambar 2.3). Dari ketiga kasta rayap, hanya kasta

pekerjalah yang merusak bangunan. Memiliki warna tubuh pucat dan mengalami penebalan

di bagian kutikula (Borror dan De Long,1971). Tugasnya mencari makanan dan

mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan, menyuapi dan membersihkan reproduktif

dan prajurit, membersihkan telur-telur, membunuh dan memakan rayap yang tidak produktif

lagi (karena sakit, sudah tua atau juga mungkin karena malas), baik reproduktif, prajurit

maupun kasta pekerja sendiri (Tarumingkeng, 2001).

Gambar 2.3. Rayap pekerja Macrotermes gilvus (https://www.google.co.id/10/10/2012).