biogeografi dalam sudut pandang

Upload: siska-anggraeni

Post on 31-Oct-2015

254 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Biogeografi dalam sudut pandangekologi17 Juni 2009 at 18:00 (Biologi'ers) (biogeografi, ekologi, individu, kuliah, pola distribusi)

Ekologi sebagai suatu ilmu dasar dalam aras pembagian ilmu dengan analogi kue lapis (Odum,1971), ekologi berada pada aras mendatar. Sedangkan dalam hal ini biogeografi terletak pada aras tegak sebagai salah satu ilmu yang bersifat aplikatif. Biogeografi adalah ilmu terpadu yang berkaitan erat dengan ilmu-ilmu yang lain. Seperti biologi populasi, sistematik, geosains, sejarah alam dan ekologi. Ekologi berperan sebagai ilmu yang menfasilitasi keterkaitan hubungan interaksi antar organisme dengan organisme dan organisme dengan lingkungannya. Berdasarkan ilmu-ilmu yang menyusun biogeografi sebagai salah satu bentuk ilmu yang aplikatif, ekologi difokuskan pada interaksi organisme pada saat ini dengan lingkungan fisik dan interaksi satu sama lainnya serta untuk memahami bagaimana hubungan-hubungan ini mempengaruhi dimana spesies dan takson yang lebih luar ditemukan pada masa sekarang.

Biogeografi mengkaji pola persebaran organisme baik itu hewan maupun tumbuhan di dunia. Organisme dalam biogeografi berperan sebagai obyek material dan sebaran organisme berperan sebagai obyek formal. Ekologi berperan penting dalam mengkaji obyek material yaitu organisme. Pola distribusi dan persebaran organisme di bumi bersifat dinamis hal ini dipengaruhi oleh proses yang terjadi pada organisme. Pola persebaran organisme suatu tempat dipandang dari sudut pandang ekologi dapat dilihat dari relung ekologi, yaitu syarat-syarat sebuah spesies untuk dapat hidup di suatu wilayah ditentukan oleh semua sumber dan kondisi fisik yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemelimpahannya di suatu wilayah. Dalam biogeografi terdapat dua konsep relung ekologi yaitu relung fundamental dan relung kenyataan. Relung fundamental merupakan total toleransi dari kondisi lingkungan fisik yang pantas untuk bereksistensi. Dan relung kenyataan adalah bagian dari niche fundamental yang betul-betul didiami oleh spesies.

Dalam biogeografi persebaran dan distribusi organisme dipengaruhi oleh faktor fisik dan faktor biotik. Faktor pembatas dari faktor biotik yaitu interaksi biotik. Interaksi biotik merupakan interaksi interspesifik antar organisme yaitu kompetisi, predasi, dan mutualisme. Kemudian juga dipengaruhi oleh adaptasi dan aliran gen. Berbagai pembatas tersebut dapat mendorong terjadinya pemencaran (dispersal) dan perpindahan (migrasi). Berbagai proses persebaran yang terjadi dikaji dalam biogeografi dan digambarkan sebagai hasil kajian biogeografi ditampilkan dalam bentuk peta seperti di bawah ini.

Gambar 1. Peta pesebaran Tarsius Sp. di dunia

Dengan demikian biogeografi menggabungkkan berbagai disiplin ilmu untuk mengkaji pola distribusi organisme di muka bumi dengan ekologi sebagai motor untuk mengkaji faktor material biogeografi.

Daftar pustaka

Odum, E.P, 1971. Dasar-dasar ekologi. Edisi ketiga. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. hal 4-6

Sudjatmiko, H, 2008. Diktat kuliah biogeografi. Laboratorium Sistematik Tumbuhan. Yogyakarta. hal 3-16

Biogeografi dalam sudut pandangekologi

Posted by: diniums on: Agustus 19, 2010

In: Uncategorized Tinggalkan Sebuah Komentar

Biogeografi mengkaji pola persebaran organisme baik itu hewan maupun tumbuhan di dunia. Organisme dalam biogeografi berperan sebagai obyek material dan sebaran organisme berperan sebagai obyek formal. Ekologi berperan penting dalam mengkaji obyek material yaitu organisme. Pola distribusi dan persebaran organisme di bumi bersifat dinamis hal ini dipengaruhi oleh proses yang terjadi pada organisme. Pola persebaran organisme suatu tempat dipandang dari sudut pandang ekologi dapat dilihat dari relung ekologi, yaitu syarat-syarat sebuah spesies untuk dapat hidup di suatu wilayah ditentukan oleh semua sumber dan kondisi fisik yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemelimpahannya di suatu wilayah. Dalam biogeografi terdapat dua konsep relung ekologi yaitu relung fundamental dan relung kenyataan. Relung fundamental merupakan total toleransi dari kondisi lingkungan fisik yang pantas untuk bereksistensi. Dan relung kenyataan adalah bagian dari niche fundamental yang betul-betul didiami oleh spesies.

Dalam biogeografi persebaran dan distribusi organisme dipengaruhi oleh faktor fisik dan faktor biotik. Faktor pembatas dari faktor biotik yaitu interaksi biotik. Interaksi biotik merupakan interaksi interspesifik antar organisme yaitu kompetisi, predasi, dan mutualisme. Kemudian juga dipengaruhi oleh adaptasi dan aliran gen. Berbagai pembatas tersebut dapat mendorong terjadinya pemencaran (dispersal) dan perpindahan (migrasi). Berbagai proses persebaran yang terjadi dikaji dalam biogeografi dan digambarkan sebagai hasil kajian biogeografi ditampilkan dalam bentuk peta seperti di bawah ini.

Ekologi sebagai suatu ilmu dasar dalam aras pembagian ilmu dengan analogi kue lapis (Odum,1971), ekologi berada pada aras mendatar. Sedangkan dalam hal ini biogeografi terletak pada aras tegak sebagai salah satu ilmu yang bersifat aplikatif. Biogeografi adalah ilmu terpadu yang berkaitan erat dengan ilmu-ilmu yang lain. Seperti biologi populasi, sistematik, geosains, sejarah alam dan ekologi. Ekologi berperan sebagai ilmu yang menfasilitasi keterkaitan hubungan interaksi antar organisme dengan organisme dan organisme dengan lingkungannya. Berdasarkan ilmu-ilmu yang menyusun biogeografi sebagai salah satu bentuk ilmu yang aplikatif, ekologi difokuskan pada interaksi organisme pada saat ini dengan lingkungan fisik dan interaksi satu sama lainnya serta untuk memahami bagaimana hubungan-hubungan ini mempengaruhi dimana spesies dan takson yang lebih luar ditemukan pada masa sekarang.

NICHE OVERLAP DAN PENGARUHNYA TERHADAPKOMPETISIPosted on 25 Juni 2010 by cillperqueen

I. Relung ekologi (Niche Ekologi)Habitat suatu organisme adalah tempat organisme itu hidup atau tempat dimana suatu individu harus menemukannya. Sedangkan rung atau niche ekologi merupakan istilah yang lebih luas lagi, artinya tidak termasuk hanya ruang fisik yang diduduki oleh organisme itu tetapi juga peranan fungsional dalam ekosistem, seperti posisi trofiknya serta posisinya didalam gradien suhu, kelembaban, pH, dan keadaan lain dari keberadaannya. Secara analogi hal ini dapat dikatakan bahwa habitat adalah tempat makhluk itu sedang relung ekologi atau niche merupakan kedudukanya.

Niche menurut Grinnel (1917, 1924, 1928) merupakan peran fungsional dan kedudukan organisme dalam komunitas. Menurut Elton (1972) niche didefinisikan sebagai suatu tempat yang berhungan dengan makanan dan kompetisi dan juga status organisme dalam komunitas. Menurutnya niche dari hewan dapat didefinisikan dalam range yang lebih luas lagi menurut ukuran dan makanannya. Menurut Odum (1959), definisi niche ekologi adalah posisi atau status dari struktur adaptasi organisme, respon psikologi, dan tingkah laku spesifik. Adapun niche menurut Keindegh (1980), yaitu kedudukan khusus dalam suatu komunitas suatu populasi spesies. Jadi niche (relung) dapat diartikan sebagai suatu kedudukan dari organisme tetentu dalam ekosistem terikat dengan adaptasi morfologi, struktur, dan fungsional. Dengan demikian niche overlap dapat diartikan sebagai suatu kedudukan atau posisi organisme yang tumpang tindih dengan organisme yang lain di dalam ekosistem dalam hal ukuran habitat dan makanannya.

Niche overlap terjadi apabila dua organisme menggunakan sumber daya atau faktor-faktor lingkungan yang sama. Overlap sempurna terjadi jika dua organisme memiliki niche/relung yang identik, dan tidak terjadi overlap jika niche atau kedudukan dari dua organisme memisah secara sempurna. Biasanya kedudukannya yang tumpang tindah (niche overlap) hanya sebagian saja dimana sumber daya yang tersedia dibagi dan digunakan oleh dua organisme secara bersama.

Pengertian relung sebenarnya lebih ditekankan pada fungsi setiap organisme terhadap komunitas dibandingkan dengan tempatnya secara fisik didalam habitat (Clarke, 1963). Pernyataan ini sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh Olton (dalam Colinvaux,1973), yang menyatakan bahwa relung adalah tempat hewan didalam lingkungan biotiknya, dalam hubungannya dengan makanan dan musuh. Lebih lanjut, Colinvaux (1986) mengemukakan bahwa ada beberapa pengertian yang berbeda tentang relung, meskipun semua saling berhubungan. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Relung sebagai fungsi komunitas(disebut relung kelas 1). Dalam pengertian ini, relung berarti tempat hewan didalam lingkungan biotiknya, dalam hubungannya dengan makanan dan musuh. Relung ini juga da[pat disebut relung komunitas. Misalnya, ular berperan sebagai pemangsa katak dan merupakan makanan burung elang. Dalam rantai makanan, relung dalam pengertian ini dinyatakan sebagai tingkat trofik, artinya jika suatu hewan menduduki suatu tingkat trofik tertentu maka tingkat trofik tersebut merupakan relungnya didalam ramtai makanan. Misalnya :Kijang memduduki tingkat trofik II mempunyai relung sebagai trofik II bagi organisme lain dalam rantai makanan yang diduukinya: dalam rantai makanan tersebut kijang mempunyai relung sebagai pemangsa produsen dan menjadi mangsa dari konsumen yang menduduki trofik di atasnya.

2. Relung dalam definisi jenis (relung kelas II). Relung dapat didefinisikan dari sudut pandang individu diantara populasinya. Maka relung adalah sejumlah kemampuan khusus dari oindividu untuk memenfaatkan sumber daya, bertahan dari bahaya dan berkompetisi sesuiai dengan keperluannya. Kemampuan kemampuan individu yang sudah teradaptasi merupakan ciri dari populasi atau sejenisnya, dan ciri itu merupakan relung jenis (species niche ). Sebagai contoh: Burung Robin yang aslinya hidup di Amerika (Turdus migratorius) mempunyai kemampuan yang sudah teradaptasi yaitu menarik cacing dari liangnya, berburu serangga, menerima panggilan al;arm dari sesamanya, dan mempunyai ketrampilan navigasoi untuk bermigarsi ketempat yang jauh sebanyak dua kali dalam setahun. Kemampuan kemampuan tersebut merupakan cara hidup yang khas dari burung Robin, dan merupakan relung burung Robin. Relung kelas I dan kelas II sama sama menjelaskan tentang profesi hewan, tetapi dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya relung kelas I menyoroti burung Robin sebagai pemangsa cacing dan menjadi makanan elang (perannya dalam komunitas), sedangkan relung kelas II memandang peran burung Robin bagi didinya sendiri (relung jenis) yaitu menarik cacing, menghindarkan diri dari elang dan lain lain. Relung kelas II hanya dimiliki oleh burung Robin dari Eropa. Burung Robin dari Eropa (antara lain : Turdus merula, dan Turdus ericetorum) meskipun dapat menarik cacing, mungkin kecakapannya berbeda.

3. Relung sebagai kualitas lingkungan (Relung kelas III). Relung jenis ini hanya dapat dijalankan pada kondisi kondisi tertentu saja. Misalnya ; kemampuan burung Robin untuk menarik cacing hanya dapat dilakukan dilingkunan yang banyak cacingnya. Maka dari itu penertian relung jenis ini ada hubungannya dengan kondisi kondisi lingkungan khusus. Colivaux (1986) menyebutkan denga environmental space, dimana suatu populasi dapat bertahan hidup dan berkembang biak secara optimal. Berdasarkan prinsip inilah tampaknya Macfayden (dalam Colinvaux, 1986) merumuskan definisi tentang relung sebagai berikut; relung adalah sejumlah kondisi ekologis diman jenis dapat mengkolonisasi sumber energi secara efektif sehingga mampu berkembang biak dan selanjutnya dapat mengkolonisasi ko0ndisi lingkungan tersebut. Sementar itu Hucthinson (dalam Colinvaux, 1986) menyatakan relung adalah suatu hipervolume yang multidimensional dari akses akses sumber daya. Definisi Hutchinson itu dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut. Organisme dari suatu jenis dapat bertahan hidup, tumbuh dan berkenbang biak, serta mempertahankan populasinya hanya dalam batas temperatur tertentu. Rentangan temperatur itu merupakan relung hanya dalam satu dimensi yaitu dimensi suhu.

Kondisi lingkungan yang mempengaruhi kemampuan jenis untuk bertahan hidup, tumbuh, berkembang biak dan mempertahankan populasinya tidak hanya temperatur, tetapi juga beberapa faktor yang lain. Jika faktor yang dihadapi oleh suatu hewan dalam bertahan hidup, tumbuh, berkembang biak dan mempertahankan populasinya ada, misalnya suhu dan kelembaban maka relung hewan menjadi relung 2 dimensi. Jika faktor yang dihadapi oleh jenis organisme ada 3 faktor misalnya suhu, kelembaban dan kecepatan angin, relungnya disebut relung 3 dimensi. Dilingkungan tempat suatu jenis organisme beradaptasi tentunya tersedia banyak faktor lingkungan, maka relungnya merupakan relung multidimensional.

Relung DinamikaRelung yang direalisir kebanyakan organisme berubah kedua-duanya pada waktunya yang dan dari satu ke lain tempat sebagai phisik dan lingkungan biotik bertukar-tukar. Perubahan relung dapat dipertimbangkan pada dua tingkatan:

1. Pada suatu basis jangka pendek itu adalah di dalam suatu skala waktu ekologis, yang sepanjang hidup dari individu tunggal atau paling banyak beberapa generasi.

2. Pada jangka panjang di dalam suatu skala waktu evolisiner, itu adalah, di atas, waktu berhubungan geologi dan banyak generasi.

Beberapa organisme seperti serangga, seluruhnya sudah terpisah, bukan yang overlap, relung waktu yang berbeda di dalam riwayat hidup mereka, begitu larva nyamuk yang biasa dikenal sebagai wriggleworms yang berhubungan dengan air, pemakan tumbuhan sedangkan nyamuk dewasa yang umum dikenal sebagai hewan teresetrial yang terbang dan sebagai binatang penghisap darah. Banyak contoh lain bisa dikutip, seperti ulat bulu / traktor dan butterflies, belatung dan lalat, katak dan berudu, dan larval planktonic dan sessile dewasa. Pada contoh ini perubahan bentuk morfologi dari hewan tersebut menyebabkan suatu relung promounced bergeser secara drastis. Akan tetapi pada organisme lain perubahan relung ini dapat terjadi secara berangsur-angsur misalnya saja pada kadal yang masih muda, lebih aktif pada suhu lingkungan yang rendah dalam mencari mangsa karena ukuran tubuhnya yang kecil, permukaan tubuhnya lebih cepat menyerap panas.

Suatu organisme dekat dengan tetangga di dalam ruang relung atau memiliki potensial pesaing, dapat tetapi tidak memberikan pengaruh yang kuat terhadap relung ekologis. Relung dari beberapa organisme tertentu oleh lingkungan phisik mereka. Tekanan selektif, dan relung, bisa tukar-menukar selama masih hidup. Seperti didaerah berhawa sedang, awal musim semi adalah suatu waktu ketika tumbuhan tahunan secara relatif terpilih, sedangkan kemudian dalam musim, mereka menjadi semakin yang lebih terpilih (Gadgil 1972). Bahkan di dalam jenis ditentukan, beberapa organisme mungkin adalah yang lebih terpilih seperti populasi dalam range geografi yang berbeda atau individu dengan posisi yang berbeda dalam intertidial.

Secara teoritis, berkurangnya kompetisi interspesifik perlu diikuti perluasan relung. Di dalam suatu usaha untuk mengamati ini, (Crowell, 1962) menguji dan membandingkan ekologi di sana jenis burung-burung pada bermuda dengan daratan populasi. Ada sedikit banyak jenis burung-burung darat pada pulau dibandingkan pada tanah daratan, dengan ketiga kebanyakan aundant menjadi disebut yang utama, catbird dan vireo dipandang putih. Pada bermuda, tiga jenis ini mempunyai populasi yang sangat tebal / padat, bagaimanapun, di dalam tanah daratan tempat kediaman di mana jika ada banyak lagi yang lain jenis burung-burung, dan begitu suatu variasi yang luas dari pesaing interspesifik, populasi dari yang sama ini tiga jenis pada umumnya lebih kecil. Walau pun ada, tentu saja perbedaan tak bisa di acuhkan antar tempat kediaman bermuda dan tanah daratan America utara, membentuk perbedaan antara segala jenis burung perlu meskipun demikian mempunyai suatu pengaruh besar pada ekologi dari burung. Walaupum catbird dan utama sudah biasanya tempat yang lebih retricted dan pencarian makan relung pada pulau barangkali sumber daya tersedia jadilah lebih terbatas, vireo dipandang telah memperluas kedua-duanya relung tempatnya dan pencarian makan relung meskipun jenis bersarang pada suatu variasi yang lebih luas pada atas bermuda. Efek dari kompetisi interspesifik pada luas relung kompleks, dan di bawah kondisi berbeda, boleh benar-benar menyukai perluasan relung atau singkatan relung. Begitu suatu pesaing yang mengurangi ketersediaan makanan dalam beberapa mikrohabitat, tetapi daun-daun memangsa kepadatan di dalam mikrohabitattidak diubah, secara efektif mengurangi hasil yang lain.

Relung DimensionalWalaupun model hipervolume dari dimensi dari niche merupakan konsep yang sangat luar biasa kuat tetapi ini sangat abstrak untuk dijadikan nilai praktis dan agak sulit untuk mengaplikasikannya dalam dunia nyata. Seperti untuk menyatakan gagasan mengenai hipervolume kita harus mengetahui sesuatu yang esensial yang menyangkut organisme. Karena kita tidak dapat mengetahui semua faktor yang berkenaan dengan unit dari organisme, karena dasar dari niche merupakan hal yang abstrak. Kenyataannya niche dari kebanyakan organisme memiliki banyak dimensi yang tidak dapat terlukiskan. Mengingat rata-rata K dari organisme terseleksi dari suatu kompetisi jumlah dari niche dimensi dapat dibatasi atau dikurangi dengan baik. Kompetisi dapat dihindari dengan adanya perbedaan niche tempat, nniche waktu dan niche makanan sehingga julah niche dimensi yang efektif dapat dikurangi menjadi 3 yaitu tempat, waktu dan makanan. Dapat dibayangkan suatu komunitas yang penuh menempati suatu voleme dalam satu tempat dengan tiga dimensi, komunitas itu akan menyerupai jigsaw puzzle tiga dimensi dengan setiap irisan dari satu spesies menempati suatu bagian dari keseluruhan volume.

Jumlah niche dimensi yang banyak memiliki potensi terhadap tetangga terdekat dalam satu ruangan niche. Dalam satu ruangan niche dimensi ada niche yang dapat diloncati hanya pada dua sisi, dimana hal itu dapat menjadi banyak tetangga dalam dua ruang niche dimensi dan terdiri pada 3 atau lebih dimensi. Selain bentuk kenaikan niche dimensional yang mungkin terjadi niche overlap atau sama-sama mendekati satu sumbu dan masih menyebar atau lurus dengan yang lain.

Relung ekologi merupakan tempat dimana menentukan habitatnya dan menentukan status organisme dalam suatu komunitas dan mengetahui kegiatan atau aktivitas terutama mengenai sumber pangan dan energinya, laju metabolisme dan pertumbuhannya, pengaruh terhadap organisme lain sehingga mampu megubah hal-hal yang penting di dalam suatu ekosistem. Relung ekologi mempunyai 3 konsep komponen secara historis yaitu:

1. Relung habitat/ relung fisik/ relung ruang.

2. Relung tropik.

3. Relung multidimensional hipervolume.

Hubungan antara kelembaban (moisture) dan suhu (temperature)

1.1 Macam-Macam Niche Overlap1. An Included NicheKeadaan ini terjadi pada suatu kedudukan dari suatu spesies berada dalam kedudukan dari spesies yang lain. Keadaan ini digambarkan pada grafik dibawah ini.

Gambar.

Pada grafik di atas terlihat bahwa kedudukan dari spesies dua (S2) berada di dalam kedudukan spesies satu (S1), artinya seluruh kedudukan dari spesies 2 tumpang tindih dengan kedudukan spesies 1. Dalam hal ini ada 2 bentuk kompetisi yang mungkin tarjadi sebagai akibat dari adanya niche overlap atau kedudukan yang tumpang tindih, yaitu:

Jika spesies 2 unggul maka akan mengurangi kedudukan atau relung yang dimiliki oleh spesies 1 karena spesies 2 mampu berkompetisi dalam mempertahankan sumber daya dan kedudukannya di dalam ekosistem (digambarkan dengan garis putus-putus), sehingga relung yang dimiliki oleh spesies 1 semakin berkurang.

Sebaliknya jika spesies 1 unggul maka spesies 2 akan terancam keberadaannya, karenya spesies 2 tidak mampu bersaing atau berkompetisi dega spesies 1 sehingga tidak mampu mempertahankan kedudukannya dalam ekosistem untuk mendapatkan sumber daya atau faktor-faktor lingkungan yang lain.

1. Equal overlapGambar.

Pada equal overlap besar kedudukan yang dimiliki oleh dua spesies adalah sama besar, dan diantara kedudukan (niche) tersebut ada sebagian kedudukan yang digunakan secara bersama-sama (tumpang tindih/ overlap sebagian). Persaingan atau kompetisi yang muncul antara spesies 1 (S1) dan spesies 2 (S2) cenderung seimbang karena masing-masing spesies memiliki luas kedudukan yang sama.

1. Unequal overlapGambar.

Unequal overlap terjadi apabila kedudukan dari spesies 1 lebih besr dari pada kedudukan spesies 2, dan terjdi penggunaan sebagian kedudukan dan sumber daya secara bersama-sama. Kompetisi yang timbul dalam menggunakan sumber daya / kedudukan pada keadaan ini tidak seimbang karena kedudukan dari spesies 1 hanya sebagian kecil saja, sedangkan pada spesies 2 hampir mencapai separuh dari kedudukannya mengalami overlap (digunakan bersama-sama) dengan spesies 1.

1. Abuting nicheGambar.

Kondisi ini terjadi ketika kedudukan dari spesies 1 dan spesies 2 bersinggungan, namun tidak sampai terjadi overlap. Hal ini memungkinkan terjadinya kompetisi secara tidak langsung pada bagian yang bersinggungan. Persinggungan kedudukan ini dihasilkan dari kompetisi yang terjadi pada niche overlap sebagai indikasi untuk menghindari terjadinya persaingan (kompetisi).

1. Disjunct nicheGambar.

Pada keadaan ini tidak terjadi overlap kerena relung atau kedudukan dari dua organisme memisah secara sempurna. Masing-masing organisme memiliki kedudukan (niche) yang tidak saling behubungan satu sama lain sehinga tidak terjadi kompetisi.

1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan Relung Ekologi1. Kedudukan yang ditempati oleh suatu spesies di dalam jaring-jaring makanan (relung trofik).

2. Kisaran suhu, kelembaban, salinitas yang diterima oleh setia spesies dalam suatu habitat ( relung multidimensional).

3. Tempat atau ruang spesies hidup relung habitat.

Tiap faktor merupakan bagian dari relung suatu spesies, biasanya berkisar dalam kisaran toleransi. Jadi setiap organisme dapat menahan suatu kisaran tertentu dari suhu, kelembaban, pH, dan salinitas.

I. KOMPETISI Kompetisi adalah hubungan antara dua individu untuk memperebutkan satu macxam sumber daya, sehingga hubungan tersebut dapat merugikan bagi salah satu pihak. Sumber daya yang diperebutkan dapat berupa makanan, energi dan tempat tinggal. Kompetisi dapat terjadi antar individu dalam satu populasi dan individu dari populasi yang berbeda. Sebagai contoh, ayam yang di pelihara dalam satu kandang saling memperebutkan makanan jika makanannya diberikan dalam satu tempat, persaingannya tampak jika salah satu ayam mematuk mematuk yang lain pada saat makan bersama. Populasi kijang yang hidup di Taman Nasional Baluran (jawa timur) bersaing dengan kerbau liar dan banteng, karena hewan-hewan memakan rumput di savana yang ada di sana. Hubungan kompetisi terjadi hanya jika sumber daya dalam keadaan terbatas sementara ukuran populasi organisme melebihi daya dukung lingkunganya. Di taman nasional baluran, kerbau liar mengalami pertumbuhan populasi lebih cepat dari kijang, banteng dan hebivor yang lain.

Persaingan dalam hal sumber daya ruang ati tempat terjadi jika terjadi ledakan populasi sehingga hewan berdesak-desaan di suatu tempat tertentu. Dalam kondisi seperti ini hewan-hewan yang kuat biasanya mengusir yang lemah untuk pindah dari kelompoknya atau meninggalkan tempatnya. Dalam kasus pertumbuhan populasi kerbau, banteng, dan kijang di Taman Nasional Baluran, jika populasi kerbau tidak dikendalikan,hewan kijang dan banteng juga akan tidak memperoleh tempat yang cukup merumput. Contoh kompetisi di Taman Nasional Baluran yang penulis amati adalah kopetisi hewan dalam memenuhi kebutuhan air minum. Pada musim kemarau, cadangan air hanya ada didekat pantai berupa mata air, atau rawa-rawa sempit. Hampir semua hewan mamalia yang hidup di Taman Nasional Baluran mencari minum di tempat tersebut. Ditinjau dari luas tempatnya, hewan-hewan yang ada di sana akan berebut tempat untuk minum, jika semua hewan minum dalam waktu yang sama. Namun, jenis-jenis hewan yang ada di sana mempunyai waktu sendiri untuk minum. Dalam pengamatan penulis, hewan-hewan itu minum pada sore dan malam hari, dengan pembagian waktu sebagai berikut : kijang sebelum petang, babi rusa pada saat hari mulai gelap, kerbau sekitar jam 10.00 malam, dan banteng lebih lama. Contoh untuk kompetisi sumber daya ruang juga dapat di amati di laboratorium. Sepasang jangkrek dimasukan kedalam terarium, yang di dalamnya sudah diletakan bekas tutup kotak korek api. Jangkrik itu biasanya akan menggunakan tutup korek api untuk tempat tinggal. Jika jangkrik itu dibiarkan di tempat itu untuk beberapa hari, korek api itu akan dikuasai sebagai rumahnya. Jika kemudian dimasukan jangkrik yang lain ke dalam terarium, jangkrik yang sudah tinggal lebih dulu akan mengusir jangkrik pendatang baru jika mendekati rumahnya. Jangkrik yang tinggal lebih dulu juga akan mengusir jangkrik pendatang baru jika mendekati jangkrik betina yang sudah tinggal lebih lama dengan dirinya. Kejadian ini menunjukan bahwa kompetisi tidak hanya terjadi untuk tempat tinggal, tetapi juga terjadi dalam hal pasangan kawin.

Dalam hubungan timbal balik dengan lingkungannya,organisme mempunyai peranan atau menduduki posisi tertentu bagi pihak lain. Misalnya : kambing mempunyai peranan atau berposisi sebagai pemakan rumput dan menjadi mangsa dari harimau didalam lingkungan hidupnya. Posisi atau peranan itu juga berlaku terhadap lingkungan fisik yang ada disekitarnya. Peranan dan posisi organisme terhadap lingkungannya didalam suatu ekosistem disebut relung (niche). Namun orang juga mengartikan relung sebagai tempat hidup, misalnya; relung jentik jentik nyamuk adalah tempat tempat tergenang air tawar.

I. Niche overlape dan kompetisi Niche overlape terjadi ketika ada dua unit organisme yang menggunakan sumber daya yang sama serta variabel-variabel yang lain yang ada dalam lingkungan. Overlape terjadi sempurna apabila dua unit organisme memiliki niche yang identik, sedangkan overlape tidak akan terjadi apabila k2 niche yang dimliki itu berbeda. Biasanya, niche overlape itu terbagi-bagi. Beberapa sumber daya itu di bagi-bagi dan sumber daya lainnya di gunakan secara eksklusif oleh masing masing unit organisme. Hutchinson melakukan penelitian sederhana mengenai niche overlape dan berasumsi bahwa lingkungan itu keadaanya penuh atau padat sehingga tidak ada toleransi untuk tidak terjadi niche ovrlape dalam suatu perode waktu tertentu,sehinggga terjadi kompetisi dalam bagian overlape dari dua niche tersebut.

Persaingan akan lebih sering terjadi dan hasilnya hanya salah satu spesies yang dapat bertahan dalam ruang niche yang bertentangan artinya:

1. Dua dasar niche overlape dapat diidentikan berhubungan antara yang satu dengan yang lain meskipun memiliki ekologi yang berbeda. Unit organisme merupakan unit yang superior dalam persaingan dengan yang lain .

2. Satu dasar niche akan menjadi lengkap apabila bersama sam dengan yang lain pada kondisi ini, hasil dari kompetisi bergantung pada kemampuan relatif berkompet5isi dari 2 unit organisme. Jika salah satu dasar niche dimasuki dengan niche yang lain maka kompetisinya adalah inferior, sehingga yang lain akan dimusnahkan dan yang lainnya akan menguasai seluruh ruang niche, jika unit organisme yang pertama adalh kompetisi yang superior , maka organisme tersebut akan mengeliminasi prganisme yang terakhir datang di ruang niche yang bertentangan. Selanjutnya kedua organisme tersebut akan hidup dengan berkompetisi superior terhadap salah satu niche yang masuk kedalam niche yang lain.

3. Dua dasar niche, overlape secara terpisah-pisah dengan beberapa ruang niche yang terbagi dan beberapa digunakan secara eksklusif oleh setiap organisme setiap unit orgaisme mempunyai tempat berlindung dalam ruang yang tidak bertentangan dan hidup berdampingan karena hal tersebut tidak dapat dihindari dengan adanya kompetitor yang superior yang menguasai ruang niche yang berlainan.

4. Dasar niche dapat berbatasan antara yang satu dengan yang lain Pada gambar ini menunjukan tidak ada kompetisi-kompetisi secara langgsung yang terjadi seperti hubungan niche yang merefleksikan kompetisi yang dihindari. Jika dua dasar niche tidak menyimpang secara keseluruhan (tanpa overlape) tidak akan terjadi kompetisidan ke2 unit organisme akan menguasai seluruh dasar niche.

DAFTAR PUSTAKA1. Susanto. Pudyo. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Menengah Departemen Pendidikan Nasional

2. Kimball. 1999. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga

3. Smith, Robert leo. 1990. Ecologi and Field Biologi Fourt Edition. New York: Harper Collins Publisher.Inc

4. Subchan, Wachyu. 2005. Ekologi Eksperimental. Jember: P. Biologi FKIP Universitas Jember

5. Susanto , Pudjo .Drs. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

6. Pianca, Erick. 1999. Evolutionary Ecology. New York: Harper Collins Publisher.Inc

11