bio sel punya lah pokoknya (beware dummy)

21
MAKALAH BIOLOGI SEL ANALISA SEL DALAM JARINGAN Oleh : Kelompok 10 Andrey Sapa! " # 1$0%&1'1%1 Ard!a R!(ky )*r! Ar+an,,!# 1$0%&0''-$ .akhr! Ra/!k! # 1$0%&& 1 Gea A*2!n # 1$0%&0 $%&

Upload: andrey-bamboo

Post on 07-Oct-2015

242 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Analisa sel dalam JaringanMAKALAH BIOLOGI SELANALISA SEL DALAM JARINGAN

Oleh :Kelompok 10Andrey Sapati W / 1306412161Ardita Rizky Putri Arcanggi/ 1306402293Fakhri Rafiki / 1306447751Getta Austin / 1306405364Itamar Pascana Ningrum/ 1306371016

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIAUNIVERSITAS INDONESIADEPOK 2014

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Anilisis Sel dalam Jaringan bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-teman sekalian yang telah membantu, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal materi bahasan, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.Depok, Nopember 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

CoverKATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3BAB II PEMBAHASANA. Pengertian Analisis Sel Dalam Jaringan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4B. Prinsip Dasar Analisis Sel Dalam Jaringan . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . 8C. Metode Analisis Sel Dalam Jaringan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12D. Perkembangan Metode Analisis Sel Dalam Jaringan. . . . . . . . . . . . . . . 14 BAB III PENUTUPKesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18DAFTAR PUSTAKA

BAB 1PENDAHULUANLatar BelakangSel merupakan bentukan yang kecil dan rumit. Sulit untuk melihat struktur dan menemukan komposisi molekulernya, lebih sulit lagi untuk memahami kerja setiap komponennya.Untuk itu diperlukan suatu metode analisis sel sehingga kita bisa mengamati sel dengan mudah.Pada tahun 1930 ditemukan suatu prinsip dasar analisis sel, yaitu dengan metode imunohistokimia. Penggunaan metode ini terus berkembang dan meluas pada tahun 1942. Selanjutnya diketahui bahwa teknik imunohistokimia bermanfaat untuk identifikasi, lokalisasi, dan karakterisasi suatu antigen tertentu, serta menentukan diagnosis, terapi, dan prognosis kanker sehingga masih dipakai dalam analisis sel pada saat sekarang.

BAB 2PEMBAHASANA. PENGERTIAN ANALISIS SEL DALAM JARINGANAnalisis sel dalam jaringan yaitu suatu metode yang melakukan analisis satu atau lebih sel di dalam suatu jaringan. Salah satu contoh yang menggunakan metode analisis sel dalam jaringan adalah imunohistokimia. Imunohistokimia merupakan suatu cara pemeriksaan untukmengukur derajat imunitas atau kadar antibodi atau antigen dalam sediaan jaringan.Nama imunohistokimia diambil dari namaimmune yang menunjukkan bahwa prinsip dasar dalam proses ini ialah penggunaan antibodi dan histo menunjukkan jaringan secara mikroskopis.Dengan kata lain, imunohistokimia adalah metode untuk mendeteksi keberadaanantigenspesifikdi dalam sel suatu jaringan dengan menggunakan prinsip pengikatan antara antibodi (Ab) dan antigen (Ag) pada jaringan hidup. Pemeriksaan ini membutuhkan jaringan dengan jumlah dan ketebalan yang bervariasi tergantung dari tujuan pemeriksaan.Teknik imunohistokimia bermanfaat untuk identifikasi, lokalisasi, dan karakterisasi suatu antigen tertentu, serta menentukan diagnosis, terapi, dan prognosis kanker.Teknik ini diawali dengan pembuatan irisan jaringan (histologi) untuk diamati dibawah mikroskop. Interaksi antara antigen-antibodi adalah reaksi yang tidak kasap mata.Tempat pengikatan antara antibodi dengan protein spesifik diidentifikasi dengan marker yang biasanya dilekatkan pada antibodi dan bisa divisualisasi secara langsung atau dengan reaksi untuk mengidentifikasi marker. Marker dapat berupa senyawa berwarna :Luminescence, zat berfluoresensi: fluorescein,umbelliferon,tetrametilrodhamin, logam berat: colloidal, microsphere, gold, silver, label radioaktif, dan enzim:HorseRadish Peroxidase(HRP) danalkalinephosphatase. Enzim (yang dipakaiuntuk melabel) selanjutnya direaksikan dengan substrat kromogen (yaitu substrat yang menghasilkan produk akhir berwarna dan tidak larut) yang dapat diamati dengan mikroskopbright field(mikroskop bidang terang).Akan tetapi seiring berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya dunia biologi,teknik imunohistokimia dapat langsung diamati (tanpa direaksikan lagi dengan kromogen yang menghasilkan warna) dibawah mikroskop fluorescense.Langkah-langkah dalam melakukan imunohistokimia dibagi menjadi 2, yaitu preparasi sampel dan labeling. Preparasi sampel adalah persiapan untuk membentuk preparat jaringan dari jaringan yang masih segar. Preparasi sample terdiri dari pengambilan jaringan yang masih segar, fiksasi jaringan biasanya menggunakan formaldehid, embedding jaringan dengan parafin atau dibekukan pada nitrogen cair, pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom, deparafinisasi dan antigen retrieval untuk membebaskan epitop jaringan, dan bloking dari protein tidak spesifik lain. Sampel labeling adalah pemberian bahan-bahan untuk dapat mewarnai preparat. Sampel labeling terdiri dari imunodeteksi menggunakan antibodi primer dan sekunder, pemberian substrat, dan counterstaining untuk mewarnai jaringanlain di sekitarnya.Antibodiadalah suatu imunoglobulin yang dihasilkan oleh sistem imun dalam merespon kehadiran suatu antigen tertentu.Antibodi dibentukberdasarkan antigen yang menginduksinya.Beberapa antibodi yang telah teridentifikasi adalah IgA, IgD, IgE, IgG, dan IgM. Antigen adalahsuatu zat atau substansi yang dapat merangsang sistem imun dan dapat bereaksi secara spesifik dengan antibodi membentuk kompleks terkonjugasi. Ikatan antibodi-antigen divisualisasikan menggunakan senyawa label/marker.Terdapat dua metode dasar identifikasi antigen dalam jaringan dengan imunohistokimia, yaitu metode langsung (direct method) dan tidak langsung (indirect method). Metode langsung (direct method) merupakan metode pengecatan satu langkah karena hanya melibatkan satu jenis antibodi, yaitu antibodi yang terlabel, contohnya antiserumterkonjugasifluorescein isothiocyanate(FITC) atau rodhamin. Di sisi lain, metode tidak langsung (indirect method) menggunakan dua macam antibodi, yaitu antibodi primer (tidak berlabel) dan antibodi sekunder (berlabel). Antibodi primer bertugas mengenali antigen yang diidentifikasi pada jaringan (first layer), sedangkan antibodi sekunder akan berikatan dengan antibodi primer (second layer). Antibodi kedua merupakan anti-antibodi primer. Pelabelan antibodi sekunder diikuti dengan penambahan substrat berupa kromogen. Kromogen merupakan suatu gugus fungsi senyawa kimiawi yang dapat membentuk senyawa berwarna bila bereaksi dengan senyawa tertentu. Disamping kedua metode di atas, analisis imunohistokimia juga dapat dilakukan melaluimetodePeroxidase-anti-Peroxidasedan metodeAvidin-Biotin-Complex (ABC).MetodePeroxidase-anti-Peroxidase(PAP)adalah analisis imunohistokimia menggunakan tiga molekulperoksidasedan dua antibodi yang membentuk seperti rotisandwich. Teknik ini memanfaatkan afinitas antibody terhadap antigen (enzim) untuk membentuk kompleks imun stabil sebagai perlawanan terhadap proseskimia terkonjugasi Fiturunik dariprosedur iniadalahlarutan enzim-antibodi dankompleksimunPAP. EnzimHorseradish Peroksidase, protein imunogenik, digunakan untuk menyuntikspesies tertentudanmerespon imunpoliklonal yang dihasilkanterhadap enzim. Antiseruminidipanendan ditempatkan dalam larutan padaenzimsehingga membentuk kompleks imunyang larut. Sedangkan metode Avidin-Biotin-Complex (ABC) adalah metode analisis imunohistokimia menggunakan afinitas terhadap molekul avidin- biotin oleh tiga enzim peroksidase. Situs pengikatan beberapa biotin dalam molekul avidin tetravalen bertujuan untuk amplifikasi dan merespon sinyal yang disampaikan oleh antigen target.IHC merupakan teknik deteksi yang sangat baik dan memiliki keuntungan yang luar biasa untuk dapat menunjukkan secara tepat di dalam jaringan mana protein tertentu yang diperiksa. IHC juga merupakan cara yang efektif untuk memeriksa jaringan. Teknik ini telah digunakan dalam ilmu saraf, yang memungkinkan peneliti untuk memeriksa ekspresi protein dalam struktur otak tertentu. Kekurangan dari teknik ini adalah kurang spesifik terhadap protein tertentu tidak seperti teknik imunoblotting yang dapat mendeteksi berat molekul protein dan sangat spesifik terhadap protein tertentu. Teknik ini banyak digunakan dalam diagnostik patologi bedah terhadap kanker, tumor, dan sebagainya. Adapun marker untuk diagnosa IHC adalah sebagai berikut:1. Carcinoembryonic antigen (CEA): digunakan untuk identifikasiadenocarcinoma.2. Cytokeratins: digunakan untuk identifikasicarcinomatetapi juga dapat terekspresi dalam beberapa sarkoma.3. CD15 and CD30 : digunakan untuk identifikasiHodgkin's disease4. Alpha fetoprotein: untuk tumoryolk sacdan karsinoma hepatoselluler5. CD117 (KIT): untukgastrointestinal stromal tumors(GIST)6. CD10 (CALLA): untukrenal cell carcinomadanacute lymphoblastic leukemia7. Prostate specific antigen (PSA): untukprostate cancer estrogensdanprogesterone staininguntuk identifikasi tumor8. Identifikasi sel B limfa menggunakan CD209. Identifikasi sel T limfa menggunakan CD3

B. PRINSIP DASAR ANALISIS SEL DALAM JARINGANKlasifikasi cara mempelajari sel dapat dipandang dari sifat selnya, misalnya adalah cara mempelajari sel hidup dan cara mempelajari sel yang mati. Bisa juga dipandang dari teknik bagaimana sel itu dipelajari. Dalam uraian ini adalah teknik analisis yang dipakai dalam menganalisis sel dalam jaringan.

Teknik Analisis Sitologi dan SitokimiaSitologi berasal dari akar katacytosyang artinya cel danlogosartinya ilmu pengetahuan. Jadi sitologi berarti ilmu yang mempelajari tentang sel. Tujuan utama mempelajari sitokimia adalah untuk identifikasi dan lokalisasi komponen kimiawi sel, baik yang sifatnya kualitatif maupun kuantitatif. Selain itu juga adalah untuk mempelajari dinamika perubahan dan dinamika organisasi sitokimianya yang terjadi atas perbedaan fungsinya. Dengan demikian, dapat diharapkan ditemukan peran perbedaan komponen selular dalam proses metabolik sel. Sitokimia modern, mengikuti tiga metode pendekatan utama, yaitu:a. Metode fraksionasiMetode fraksionasiialah teknik untuk memisahkan bagian-bagiansel. Secara umum, teknik ini melibatkan homogenisasi, yaitu pemecahan sel secara halus, dansentrifugasi, yaitu pemisahan komponen-komponen sel olehgaya sentrifugaldalam alatsentrifuge.Sentrifugeialah instrumen tempat sampel cair diputar (disentrifugasi) mengelilingi sumbu vertikal. Sampel diletakkan di dalam wadah plastik atau gelas yang ditempatkan pada rotor yang menempel pada suatu poros vertikal yang dikendalikan oleh motor. Rotasi rotor membuat sampel mengalamipercepatansentripetal dangravitasibuatan yang biasanya dinyatakan dalam perkalian percepatangravitasi bumi.Mesin yang paling canggih, yang disebut ultrasentrifuge, dapat berputar secepat 80.000rotasi per menit(rpm) dan memberikan gaya pada partikel-partikel sampel hingga 500.000 kali gaya gravitasi bumi (500.000g).Cara ini meliputi homogenasi dan dekstruksi sel, melalui prosedur kimiawi maupun mekanik, diikuti pemisahan fraksi selular tergantung pada massa, permukaan, gravitasi spesifik.b. Mikrokimia dan Ultra MikrokimiaBanyak cara untuk menganalisis mikro dan ultramikrokimia, antara lain dengan mikrokalorimeter, mikrospetrometrik, dsb. Cara-cara tersebut memiliki sensitifitas tinggi sehingga dapat digunakan untuk membedakan enzim dan koenzim. Misal, mikrokalorimeter adalah metode dengan cara menggunakan panas yang diproduksi oleh proses katabolisme mikroorganisme saat proses pertumbuhan. Caranya dengan membuat korelasi antara jumlah absolute sel mikroorganisme dengan termogram.c. Pewarnaan Sitokimia dan HistokimiaIstilah histokimia dan sitokimia terutamadigunakanuntuk menunjukkan metode penetapan lokasi struktur sel dalam sediaan jaringan dengan menggunakan aktivitas enzimatik yang khas distruktur. Untuk mempertahankan enzim-enzim tersebut, prosedur histokimia biasanya diterapkan pada jaringan yangtidak terfiksasi atau sedikit terfiksasi.Syarat yang perlu dipenuhi untuk keperluan determinasi sitokimia dan histokimia adalah:(i) Substansi tidak boleh bergerak dari lokasi semula(ii) Substansi harus diidentifikasi dengan prosedur yang spesifik untuk zat itu

Pembuatan sediaan (preparat)Histologiadalahilmuyang mempelajari tentang strukturjaringansecara detail menggunakanmikroskoppada sediaan jaringan yang dipotong tipis, sangat menggantungkan diri pada penggunaan mikroskop dan teknik penyediaan contoh jaringan.Cara pembuatan sediaan histologis disebutmikroteknik. Pembuatan sediaan dari suatu jaringan dimulai denganoperasi,biopsi, atauautopsi. Jaringan yang diambil kemudian diproses denganfiksatifyang akan menjaga agar sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya, membusuk, atau rusak). Fiksatif yang paling umum digunakan untuk jaringan hewan (termasuk manusia) adalah formalin(10%formaldehidayang dilarutkan dalam air).Larutan Bouinjuga dapat digunakan sebagai fiksatif alternatif meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena akan meninggalkan bekas warna kuning dan artefak. Artefak adalah benda yang tidak terdapat pada jaringan asli, namun tampak pada hasil akhir sediaan. Artefak ini terbentuk karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan.Sampel jaringan yang telah terfiksasi direndam dalam cairanetanol(alkohol) bertingkat untuk proses menghilangkan air dalam jaringan (dehidrasi). Selanjutnya sampel dipindahkan ke dalamtoluenauntuk menghilangkan alkohol (dealkoholisasi). Langkah terakhir yang dilakukan adalah memasukkan sampel jaringan ke dalamparafinpanas yang menginfiltrasi jaringan. Selama proses yang berlangsung selama 12-16 jam ini, jaringan yang awalnya lembek akan menjadi keras sehingga lebih mudah dipotong menggunakanmikrotom. Pemotongan dengan mikrotom ini akan menghasilkan lapisan dengan ketebalan 5 mikrometer. Lapisan ini kemudian diletakkan di atas kaca objek untuk diwarnai.Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer akan terlihat transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna yang biasa digunakan adalahhematoxylindaneosin. Hematoxylin akan memberi warna biru padanukelus, sementara eosin memberi warna merah muda padasitoplasma. Masih terdapat berbagai zat warna lain yang biasa digunakan dalam mikroteknik, tergantung pada jaringan yang ingin diamati. Ilmu yang mempelajari pewarnaan jaringan disebuthistokimia.C. METODE ANALISIS SEL DALAM JARINGAN Metode BackpropagationPerambatan galat mundur (Backpropagation) adalah sebuah metode sistematik untuk pelatihan multiplayer jaringan saraf tiruan. Metode ini memiliki dasar matematis yang kuat, obyektif dan algoritma ini mendapatkan bentuk persamaan dan nilai koefisien dalam formula dengan meminimalkan jumlah kuadrat galat error melalui model yang dikembangkan (training set).1. Dimulai dengan lapisan masukan, hitung keluaran dari setiap elemen pemroses melalui lapisan luar.2. Hitung kesalahan pada lapisan luar yang merupakan selisih antara data aktual dan target.3. Transformasikan kesalahan tersebut pada kesalahan yang sesuai di sisi masukan elemen pemroses.4. Propagasi balik kesalahan-kesalahan ini pada keluaran setiap elemen pemroses ke kesalahan yang terdapat pada masukan. Ulangi proses ini sampai masukan tercapai.5. Ubah seluruh bobot dengan menggunakan kesalahan pada sisi masukan elemen dan luaran elemen pemroses yang terhubung.

Carcinoembryonicantigen (CEA): digunakan untuk identifikasiadenocarcinoma.CEA merupakan antigen spesifik untuk adenocarcinoma pada saluran cerna yang ditemukan pada tahun 1965. Kadar CEA pada serum perokok lebih tinggi dibandingkan bukan perokok. Beberapa kelainan nonmalignansi yang kadar CEA tinggi adalah sirosis, hepatitis, ikterusobstruktif, colitis ulserativa, bronchitis dan emfisema. Kadar CEA mempunyai korelasi dengan respons pengobatanSmall Cell Lung Cancer(SCLC) maupunNon Small Cell Lung Cancer(NSCLC).Neuron Spesific Enolasesubunit terdapat dalam konsentrasi tinggi pada sel neuron, sel neuroen dokrin dan tumor neurogenik. Selain itu juga terdapat pada jaringan otot polos, trombosit, selepitel Henle, sel macula den saginjal, sel epitel bronchus dan pneumocytetipe 2. Peningkatan kadar NSE dalam serum ditemukan pada 75% kasus SCLC dan 14% kasus NSCLC. Pemantauan kadar NSE serum secara berkala selama dan setelah pengobatan dapat memberikan gambaran perkembangan kanker atau kekambuhan. Tissue Polypeptide Antigen (TPA) merupakan produk degradasi dari sitoskeleton yang dulu disebut sebagai sitokeratin. Pemeriksaan TPS menilai kadar cytokeratin fragmen 8, 18 dan 19. CYFRA 21-1 adalah fragmen CK19 merupakan marker sitoskeleton yang banyak digunakan saat ini. TPS dan CYFRA 21-1sangat bermanfaat dalam mengelola kasus NSCLC. Penelitian Mumbarkar dkk pada 133 kasus NSCLC mendapatkan nilai sensitivitas TPS, CYFRA21-1 dan NSE sebesar 94% sedangkan sensitivitas CEA sebesar 54%. Spesifisitas TPS, CYFRA 21-1 dan NSE sebesar 95% sedangkan spesifisitas CEA hanya 56%. Lim dkk (2009) menyimpulkan sekalipun CEA tidak spesifik ataupun akurat untuk skrining namun dalam penelitiannya pada 217 pasien asimptomatik yang kadar CEA tinggi diikuti selama 2 tahun ternyata 7,4% menderita berbagai keganasan. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa CYFRA21-1 merupakan petanda ganas yang dapat digunakan untuk pemantauan pengobatan dan prognosis penyakit.

D. PERKEMBANGAN METODE ANALISIS SEL DALAM JARINGAN Perkembangan HistologiHistologi adalah ladang penelitian yang sangat gencar dilakukan pada abad ke-19, yang sebelumnya telah dirintis oleh Malpighi dan Bichat. Marcello Malpighi (1628-1694), seorang ahli anatomi dari Italia atau yang sering disebut sebagai bapak anatomi mikroskopis ini adalah orang pertama yang menjelaskan alveolus paru-paru, kapiler, sel-sel limpa, sel-sel ginjal, dan lapisan kulit malpighi yang merupakan unit sebenarnya pembentuk jaringan tubuh. Dimana penelitian itu dilakukannya menggunakan mikroskop primitif. Marie Franois Xavier Bichat (1771-1802), seorang ahli patologi Perancis, atau yang sering disebut bapak histologi ini adalah orang pertama yang secara sistematis mempelajari jaringan yang dianggap sebagai blok penyusun unsur tubuh. Namun, dalam penelitiannya Bichat tidak menggunakan mikroskop melainkan pembedahan/ pemotongan dan berhasil mengidentifikasi 21 jaringan yang kemudian disebut sebagai 21 jaringan Bichat. Akan tetapi, histologi modern kini lebih mengenal empat macam jaringan, yaitu jaringan ikat, otot, saraf, dan epitel.Tujuh belas tahun setelah kematian Bichat, 1819, August Mayer(1787-1865) menciptakan istilah histologi yang berarti studi tentang jaringan tubuh yang berasal dari bahasa Yunani yaitu histos (jaringan) dan logos (ilmu). Kemudian Richard Owen (1804-1892), seorang palaentologis Inggris merekomendasikan agar penggunaan istilah histologi digunakan secara meluas.Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1852 Rudolph von Klliker (1817-1905), seorang profesor anatomi Swiss menjadi orang pertama yang mempublikasikan buku tentang histologi yang berjudul Handbuch der Gewebelehre. Perkembangan ImumohistokimiaPrinsip dasar imunohistokimia telah diketahui sejak sekitar tahun 1930, namun penggunaanya mulai meluas mulai tahun 1942 ketika studi pertama mengenai imunihistokimia dilaporkan. Coons et al. (1942) menggunakan antibodi berlabel FITC untuk mengidentifikasi antigen Pneumococcal dalam jaringan yang terinfeksi. Sejak saat itu, pengembangan semakin dibuat dalam protein konjugasi, metode fiksasi jaringan, label deteksi, dan mikroskopi. Hal itu membuat imunohistokimia menjadi rutinitas dan esensial dalam diagnosa dan riset pada laboratorium. Imunohistokimia berkembang dengan ditemukannya Indirect method, kemudian ditemukan adisi horseradish peroxidase. Setelah itu teknik peroxidase dan anti-peroxidase ditemukan pada tahun 1979. Kemudian penggunaan Avidin & Biotin complex pada awal tahun 1980an.

Perkembangan Teknik Analisis sel dengan teknik InstrumentalDua sifat sel yang menjadi dasar pengembangan teknik analisis instrumental pada sel, ialah ukuran sel dan sifat sel yang tembus cahaya. Sel mempunyai ukuran yang sangat kecil yang dinyatakan dalam micron (1 mikron =1/1000 mm = 1/25.400 inci). Sel hewan terkecil mencapai 4 mu (milimikron). Meskipun demikian, ada beberapa sel protozoayang mempunyai ukuran mencapai beberapa mm, misalnya spirostomum dari golongan ciliata mencapai ukuran 3 mm (Storer dan Usinger, 1957:247). Pada hal daya mata manusia untuk membedakan antara objek tidak mampu melebihi jara 0,1 mm (100u).Oleh karena itu, diperlukan teknik instrumental yang mampu membesarkan obyek mampu membesarkan obyek untuk mempelajari sel, berupa mikroskop, yang macam-macamnya telah disebutkan. Setiap jenis mikroskop mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Misalnya electron mikroskop mampu untuk mengenal bagian sel sampai pada tingkatan molekul, tetapi tidak dapat digunakan untuk mempelajari sel hidup karena terlalu tebal. Untuk mengatasi sifat kedua dari sel, yaitu sifatnya yang tembus cahaya, dibutuhkan alat yang dapat meningkatkan kontras. Sel memiliki sifat tembus cahaya, menurut De Reberties (1975 : 82) Karena sel mengandung banyak air, bila telah kering sifat kontrasnya meningkat. Teknik lain untuk meningkatkan kontras sel adalah dengan teknik pewarnaan. Masalahnya teknik pearnaan ini tidak dapat digunakan untuk meningkatkan kontras pada sel hidup. Karena mewarnai sel memerlukan serangkaian teknik, mulai dari fiksasi, dehidrasiembedding,dan pemotongan atau seksi serta pewarnaan. Unutk meningkatkan sifat kontras pada sel hidup dapat digunakan mikroskop fase kontras dan mikroskop interferensi (De Reberties, dkk. 1975 :82).

BAB 3KESIMPULANBerdasarkan makalah yang telah kami susun, dapat disimpulkan bahwa :1. Analisis sel dalam jaringan yaitu suatu metode yang melakukan analisis satu atau lebih sel di dalam suatu jaringan. Salah satu contoh yang menggunakan metode analisis sel dalam jaringan adalah imunohistokimia2. Terdapat dua metode dasar imunohistokimia, yaitu metode langsung (direct method) dan tidak langsung (indirect method).3. prinsip dasar analisis sel dalam jaringan teknik analisis sitologi dan sitokimia pembuatan sediaan (preparat)4. Pada perkembangannya, prinsip dasar imunohistokimia telah diketahui sejak sekitar tahun 1930, namun penggunaanya mulai meluas mulai tahun 1942.

DAFTAR PUSTAKACampbell and Reece. 2002. Biologi Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.Muslim, Chorul. 2003. Biologi Molekuler Sel. Bengkulu: Dikti Bengkulu.Wolfe, Stephen L., 1983.Introduction To Cell Biology. California: Wadsworth Publishing Company.oryza-sativa, 2010. Perkembangan Konsep, Teori Sel, dan Cara Analisis Mempelajari Sel. Jakarta19