bimbingan sosial dalam penguatan mental klien...

153
BIMBINGAN SOSIAL DALAM PENGUATAN MENTAL KLIEN BIPOLAR DISORDER DI RUMAH SAKIT JIWA SANATORIUM DHARMAWANGSA JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Cahya Ristia NIM: 1113052000001 FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2020 M

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BIMBINGAN SOSIAL DALAM PENGUATAN MENTAL

    KLIEN BIPOLAR DISORDER DI RUMAH SAKIT JIWA

    SANATORIUM DHARMAWANGSA JAKARTA SELATAN

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk

    Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

    Oleh:

    Cahya Ristia

    NIM: 1113052000001

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1442 H/2020 M

  • PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi berjudul BIMBINGAN SOSIAL DALAM PENGUATAN

    MENTAL KLIEN BIPOLAR DISORDER DI RUMAH SAKIT

    JIWA SANATORIUM DHARMAWANGSA JAKARTA

    SELATAN telah diujikan dalam siding Munaqasyah Fakultas Ilmu

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

    hari Jum’at, tanggal 12 Juni 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai

    salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan

    Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

    Jakarta, 12 Juni 2020

    Sidang Munaqasyah

    Ketua Sidang,

    Noor Bekti Negoro, M.Si.

    NIP: 19650301 199903 1 001

    Sekretaris Sidang,

    Artiarini Puspita Arwan, M.Psi.

    NIP. 19861109 201101 2 016

    Anggota

    Penguji I,

    Tasman, M.Si.

    NIP. 19730201 201411 1 003

    Penguji II,

    Abdul Azis, M.Psi.

    NIDN: 0331129201

    Pembimbing

    Nasichah, MA.

    NIP. 19671126 199603 2 001

  • i

    ABSTRAK

    Cahya Ristia, 1113052000001, Bimbingan Sosial dalam

    Penguatan Mental Klien Bipolar Disorder di Rumah Sakit

    Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan

    Bipolar disorder adalah salah satu gangguan mental yakni

    suasana hati (mood) atau perasaan yang sangat ekstrim dengan

    dua kutub depresi (perasaan sedih berlebihan) dan mania

    (perasaan bahagia berlebihan) yang mengganggu keberfungsian

    sosial individu dan merupakan pemicu kuat untuk melakukan

    tindakan agresi pada diri penderitanya. Dalam menguatkan

    mental penyandang gangguan jiwa atau bipolar ini membutuhkan

    bimbingan sosial, karena selain problem yang menyangkut

    dirinya sendiri, individu juga di hadapkan pada problem yang

    terkait dengan orang lain. Dengan perkataan lain, masalah

    individu ada yang bersifat pribadi dan ada yang bersifat sosial.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses

    pelaksanaan dan upaya pembimbing sosial dalam menguatkan

    mental klien bipolar disorder di Rumah Sakit Jiwa Sanatorium

    Dharmawangsa Jakarta Selatan. Metode yang digunakan adalah

    metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data diperoleh

    dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.

    Proses bimbingan sosial di Rumah Sakit Jiwa Sanatorium

    Dharmawangsa Jakarta Selatan dilakukan oleh seorang

    koordinator pembimbing sosial dan dibantu oleh perawat yang

    bertugas. Kegiatan dimulai dengan pembukaan, materi, dan

    penutup. Masing-masing materi model bimbingan memiliki fokus

    kegiatan yang berbeda. Adapun upaya yang dilakukan

    pembimbing sosial dalam menguatkan mental klien bipolar

    disorder diantaranya memberikan materi kepada klien bipolar

    yang berkaitan dengan penguatan mental, yaitu pemberian materi

    konseling, edukasi, dan motivasi.

    Kata Kunci: Bimbingan Sosial, Penguatan Mental, Bipolar

    Disorder.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Segala puja dan puji peneliti lantunkan kepada semua

    karunia Allah SWT, yang selalu memberikan pertolongan kepada

    hambanya yang selalu berusaha dan tak lupa berdoa, sehingga

    dengan berkat pertolongan Allah penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan

    kehadirat junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya

    serta seluruh pengikutnya.

    Bukanlah suatu hal yang mudah bagi penulis untuk

    menyelesaikan skripsi ini, karena terbatasnya pengetahuan dan

    sedikit ilmu yang dimiliki penulis. Alhamdulilah berkat petunjuk

    Allah SWT dan dukungan dari berbagai pihak, maka penulis

    dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Bimbingan Sosial

    dalam Penguatan Mental Klien Bipolar Disorder di Rumah

    Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan”.

    Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

    gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Pada kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan

    terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis

    dengan berupa dukungan, semangat dan pendampingan ataupun

    dengan caranya masing-masing. Penulis mengucapkan terima

    kasih kepada:

  • iii

    1. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D Selaku Dekan Fakultas Ilmu

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Nasichah. Selaku dosen pembimbing yang senantiasa

    meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk memberikan

    masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi.

    3. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si. selaku Ketua Jurusan

    Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah

    dan Ilmu Komunikasi.

    4. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi. Selaku Sekretaris Jurusan

    Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah

    dan Ilmu Komunikasi.

    5. Drs. M. Lutfi Jamal, MA. Selaku Dosen Pembimbing

    Akademik yang telah memberikan arahan dan masukan

    kepada penulis dalam penulisan skripsi.

    6. Seluruh Dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan

    Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan

    memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis

    selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    7. Kedua orang tua tercinta, yaitu Bapak Army Rachman dan

    Ibu Rosmiati, yang selalu memberikan kasih sayang,

    motivasi dan do’a yang senantiasa dipanjatkan demi

    kesuksesan penulis.

    8. Kepada Semua Pihak Rumah Sakit Jiwa Sanatorium

    Dharmawangsa Jakarta Selatan yang telah memberi

    kesempatan untuk penulis melakukan penelitian di tempat

    tersebut.

  • iv

    9. Kepada Klien Bipolar Disorder di Rumah Sakit Jiwa

    Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan yang sudah

    bersedia memberikan respon untuk di wawancarai.

    10. Untuk seluruh rekan-rekan kerja Wardah Beauty yang

    sudah selalu memberi dukungan penuh agar skripsi ini

    tetap terselesaikan meski penulis harus sambil bekerja.

    Terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang

    diberikan kepada penulis.

    11. Dan terakhir tidak lupa ucapan terimakasih kepada

    sahabat-sahabat BPI seperjuangan yang sudah

    menyelesaikan ini semua terlebih dahulu maupun yang

    masih berjuang bersama, terima kasih karena sering bahu-

    membahu memberikan bantuan dan dukungan.

    Semoga Allah SWT menerima dan membalas segala

    kebaikan serta ketulusan mereka. Hanya kepada Allah SWT

    penulis memohon pertolongan. Dengan segala keterbatasan

    pengetahuan dan kemampuan, penulis menyadari bahwa skripsi

    ini masih memiliki pengurangan

    Semoga skripsi ini bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas

    Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada umumnya, dan

    mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada

    khusunya.

    Jakarta, 3 Juni 2020

    Penulis

    Cahya Ristia

  • v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ................................................................. ii

    DAFTAR ISI ................................................................................ v

    DAFTAR TABEL .................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ........................................................... 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masa............................ 10

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................ 11

    D. Metodologi Penelitian .............................................. 12

    E. Keabsahan Data ........................................................ 20

    F. Tinjauan Pustaka ...................................................... 21

    G. Sistematika Penulisan ............................................... 24

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Bimbingan Sosial ..................................................... 27

    1. Pengertian Bimbingan Sosial ............................ 27

    2. Asas-asas Bimbingan Sosial ............................. 30

    3. Objek Bimbingan Sosial ................................... 32

    4. Tujuan Bimbingan Sosial .................................. 32

    5. Bentuk Bimbingan Sosial .................................. 34

    6. Jenis Masalah Bimbingan Sosial ....................... 37

    7. Tahap-tahap Layanan Bimbingan Sosial .......... 38

    B. Penguatan Mental ..................................................... 40

    C. Bipolar Disorder ....................................................... 45

    1. Pengertian Bipolar Disorder ............................... 45

    2. Sebab-sebab Munculnya Bipolar ....................... 49

    3. Jenis-jenis Bipolar Disorder ............................... 60

  • vi

    BAB III PROFIL LEMBAGA

    A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Jiwa Sanatorium

    Dharmawangsa Jakarta Selatan ............................. 69

    B. Visi, Misi, Motto .................................................... 69

    C. Tugas Pokok dan Fungsi ........................................ 70

    D. Prasarana Rumah Sakit Jiwa Sanatorium

    Dharmawangsa Jakarta Selatan ............................. 72

    E. Fasilitas Pelayanan ................................................. 73

    F. Struktur Organisasi ................................................ 77

    BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

    A. Identitas Informan .................................................... 79

    1. Pembimbing Sosial .............................................. 79

    2. Orang Dengan Bipolar(ODB) .............................. 81

    B. Temuan Penelitian ................................................... 82

    1. Pelaksanaan Bimbingan Sosial dalam

    Penguatan Mental Klien Bipolar Disorder di

    Rumah Sakit Jiwa Sanatorium

    Dharmawangsa Jakarta Selatan ......................... 82

    a. Materi .......................................................... 82

    b. Metode......................................................... 85

    c. Hasil ............................................................ 89

    2. Upaya Pembimbing Sosial dalam Penguatan

    Mental Klien Bipolar Disorder di Rumah

    Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa

    Jakarta Selatan ................................................... 89

  • vii

    BAB V ANALISIS DATA

    A. Pelaksanaan Bimbingan Sosial dalam

    Penguatan Mental Klien Bipolar Disorder di

    Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa

    Jakarta Selatan ......................................................... 97

    B. Upaya Pembimbing Sosial dalam Penguatan

    Mental Klien Bipolar Disorder di Rumah Sakit

    Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta

    Selatan ................................................................... 102

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ............................................................ 109

    B. Saran ...................................................................... 112

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 115

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Informan dalam Penelitian ....................................... 15

    Table 2. Prasarana RSJ Sanatorium Dharmawangsa.............. 72

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Menurut harian Suara Merdeka, 19% penduduk kota-

    kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Semarang,

    Surabaya, Medan, dan Makassar, mengalami gangguan

    mental.1 Data terbaru dari WHO, seperti dikutip oleh Albert

    Maramis, mengungkapkan bahwa sekitar 26 juta jiwa

    penduduk Indonesia mengidap gangguan jiwa, dan 13,2 juta

    jiwa di antaranya mengalami depresi. Di Indonesia angka

    bunuh diri akibat gangguan jiwa mencapai 1.800 orang per

    100.000 penduduk.2 Untuk menanggulangi hal ini, pemerintah

    dan lembaga swadaya masyarakat perlu turun tangan.

    Halnya sakit fisik, sakit jiwa atau mental adalah hal

    wajar yang bisa mengenai siapa saja. Sakit jiwa adalah

    gangguan mental yang berasal dari gangguan otak, ditandai

    oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan

    persepsi (penangkapan panca indera). Salah satu gangguan

    mental yang dapat dialami oleh seseorang adalah Bipolar

    Disorder.

    Bipolar disorder adalah suatu gangguan suasana hati

    (mood) atau perasaan yang sangat ekstrim dengan dua kutub

    1Julianto Simanjuntak, Konseling Gangguan Jiwa & Okultisme.(Jakarta:

    PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1. 2Julianto Simanjuntak, Konseling Gangguan Jiwa & Okultisme.(Jakarta:

    PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 2

  • 2

    depresi (perasaan sedih berlebihan) dan mania (perasaan

    bahagia berlebihan) yang mengganggu keberfungsian sosial

    individu dan merupakan pemicu kuat untuk melakukan

    tindakan agresi pada diri penderitanya.

    Salah satu terjadinya bipolar karena didorong oleh

    pengaruh sosial. Pengidap bipolar cenderung mengalami

    faktor pemicu munculnya penyakit yang melibatkan

    hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa

    pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari

    hubungan perseorangan antara lain hubungan kurang

    harmonis dengan keluarga, putus cinta, kematian orang tua,

    dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan

    antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari

    pekerjaan.

    Penyakit ini termasuk penyakit otak yang menyebabkan

    perubahan-perubahan yang tidak biasa pada suasana hati,

    energy, aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan tugas-

    tugas harian.Perasaan mereka mudah naik dan turun secara

    berlebihan atau ekstrim bila dibandingkan manusia normal

    pada umumnya.3

    Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (Social

    Being) artinya, manusia membutuhkan ikatan atau hubungan

    yang intim dengan orang-orang terdekat dalam masyarakat.

    3 WHO, Mental Health Journals: Bipolar Disorder. (Washington DC:

    WHO Publications, 2013) h. 8-9.

  • 3

    Menurut Gordon4, ikatan itu sangat penting bagi manusia

    sebab menjadikan seseorang tahan terhadap stress dan

    kecemasan. Individu yang mengalami gangguan bipolar

    cenderung sulit memiliki hubungan sosial yang baik, hal ini

    dikarenakan seringnya timbul perubahan suasana hati ekstrim

    yang sulit dikendalikan.

    Ada berbagai kegiatan bimbingan yang dapat digunakan

    dalam penguatan mental untuk individu yang memiliki

    gangguan jiwa, yaitu kegiatan bimbingan mental dan

    bimbingan sosial.

    Bimbingan mental merupakan tumpuan perhatian

    pertama dalam misi Islam. Untuk menciptakan manusia yang

    berakhlak mulia, Islam telah mengajarkan bahwa pembinaan

    jiwa harus lebih diutamakan daripada pembinaan fisik atau

    pembinaan pada aspek-aspek lain, karena dari jiwa yang baik

    inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada

    gilirannya akan menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada

    seluruh kehidupan manusia lahir dan batin (Asmaran,

    1994:44).

    Quraisy Shihab dalam bukunya “Membumikan Al-

    Qur’an” bahwa: “Manusia yang dibina adalah makhluk yang

    mempunyai unsur-unsur jasmani (material) dan akal dan jiwa

    (immaterial). Pembinaan akalnya menghasilkan keterampilan

    dan yang paling penting adalah pembinaan jiwanya yang

    4 Julianto Simanjuntak, Konseling Gangguan Jiwa & Okultisme.(Jakarta:

    PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 4.

  • 4

    menghasilkan kesucian dan akhlak. Dengan demikian,

    terciptalah manusia dwidimensi dalam suatu keseimbangan”

    (Shihab, 1996: 173).

    Bimbingan sosial adalah bimbingan yang diberikan

    kepada individu untuk mengembangkan dan mengenal

    lingkungan dengan cara bersosialisasi dengan baik kepada

    keluarga, sekolah dan masyarakat. Bimbingan sosial yang

    dilakukan pembimbing kepada individu untuk mengatasi

    masalah sosial yang di hadapi agar sesuai dengan norma atau

    ketentuan yang berlaku dalam masyarakat.5

    Karena faktor penyebab gangguan jiwa bipolar disorder

    cenderung dipengaruhi oleh faktor sosial, maka kegiatan

    bimbingan sosial cenderung lebih tepat digunakan karena

    dapat menguatkan mental para klien bipolar agar tidak lagi

    menarik diri dari masyarakat dan dengan kegiatan bimbingan

    sosial juga dapat membantu klien untuk kembali bersosialisasi

    kembali di lingkungan masyarakat.

    Hubungan agama dengan sosial budaya

    Menurut Hendro Puspito di dalam bukunya Muh Fuad

    (2007:73), Agama di definisikan dengan suatu jenis sistem

    sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos

    pada kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayainya, dan

    di dayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka

    5 Hibana S. Rachman, Bimbingan dan Konseling Pola 17, (Yogyakarta:

    UCY press, 2003), h. 13

  • 5

    dan masyarakat luas pada umumnya. Maka dari itu, Agama

    disebut jenis sistem sosial. Ini hendak menjelaskan bahwa

    Agama adalah suatu fenomena sosial, suatu peristiwa

    kemasyarakatan, suatu sistem sosial dapat dianalisis, karena

    terdiri atas kaidah yang kompleks dan peraturan yang dibuat

    saling berkaitan dan terarahkan kepada tujuan tertentu.

    Agama adalah unsur sentral kebudayaan dan fundamental.

    Kebudayaan dalam arti keseluruhan, isi konkrit yang

    terkandung di dalamnya dapat saja menjadi harmonis atau

    konflik dengan situasi yang berkembang dalam masyarakat.

    Asumsi ini dapat membantu kita bahwa dalam kaitannya

    hubungan Agama dengan sosial budaya itu agama memegang

    peran penting bagi manusia. Gambaran tentang hubungan

    agama dengan kebudayaan adalah sebagai berikut: pertama,

    suatu “rancangan dramatis” yang berfungsi untuk

    mendapatkan kembali sense of flux atau gerak yang

    sinambung dengan cara menanamkan pesan dan proses

    serentak dengan penampilan tujuan, maksud dan bentuk

    historis. Kedua, Agama, seperti halnya kebudayaan,

    merupakan transformasi simbolis pengalaman yang bagi

    orang beragama sebagai suatu penyelamatan, natural atau

    super natural, dalam makna pengalaman yang lebih dalam.

    Ketiga, Agama merupakan, “Sistem Pertahanan” yaitu

    kepercayaan dan sikap yang akan melindungi kita melawan

    kesangsian, kebimbangan dan agresi yang menjengkelkan.

    Keempat, Agama juga merupakan suatu “sistem pengarahan”

  • 6

    yang tersusun dari unsure-unsur normatif yang membentuk

    jawaban dari berbagai tingkat pemikiran, perasaan, dan

    perbuatan. Kelima, Agama juga mencangkup “symbol

    ekonomi” yang mengalokasikan nilai-nilai simbolis dalam

    bobot yang berbeda-beda6

    Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup

    sendiri. Manusia membutuhkan kebersamaan dalam

    kehidupannya.Semua itu adalah dalam rangka saling memberi

    dan saling mengambil manfaat. Orang kaya tidak dapat hidup

    tanpa orang miskin yang menjadi pembantunya, pegawainya,

    sopirnya, dan seterusnya. Demikian pula orang miskin tidak

    dapat hidup tanpa orang kaya yang mempekerjakannya dan

    mengupahnya. Demikianlah seterusnya. Allah SWT

    berfirman:

    ْويَا ِعيَشتَهُْم فِى اْلَحيَٰىِة الذُّ اَهُْم يَْقِسُمىَن َرْحَمَت َربَِّك وَْحُه قََسْمىَا بَْيىَهُْم مَّ

    ٍت لِّيَتَِّخَذ بَْعُضهُْم بَْعًضا ُسْخِزيَّا َوَرفَْعىَا بَْعَضهُْم فَْىَق بَْعٍض َدَرَجٰ

    مَّ (٢٣ايَْجَمُعىَن )َوَرْحَمُت َربَِّك َخْيٌز مِّ

    “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu?

    Kami telah menentukan antara mereka pengidupan mereka

    dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian

    mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar

    sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain.

    Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka

    kumpulkan” (Az-Zukhruf: 32).

    6 Zulfi Mubaraq, Sosiologi Agama (Malang: UIN-Maliki Press, 2010),

    h.72

  • 7

    Seseorang yang telah mengidap bipolar atau gangguan

    jiwa ini harus diberi kekuatan untuk mentalnya, karena

    pengidap bipolar termasuk golongan yang kurang sehat

    mentalnya, dengan kata lain adalah orang yang sulit

    berhubungan dengan orang lain.

    Adanya abnormalitas mental ini biasanya disebabkan

    karena ketidakmampuan individu dalam menghadapi

    kenyataan hidup, sehingga muncul konflik mental pada

    dirinya.

    Dalam menguatkan mental penyandang gangguan jiwa

    atau bipolar ini membutuhkan bimbingan sosial, karena selain

    problem yang menyangkut dirinya sendiri, individu juga di

    hadapkan pada problem yang terkait dengan orang lain.

    Dengan perkataan lain, masalah individu ada yang bersifat

    pribadi dan ada yang bersifat sosial. Seringkali individu

    mengalami kesulitan atau masalah dalam hubungannya

    dengan individu lain atau lingkungan sosialnya. Masalah ini

    dapat timbul karena individu kurang mampu atau gagal

    berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang kurang

    sesuai dengan keadaan dirinya. Problem individu yang

    berhubungan dengan lingkungan sosialnya misalnya:

    kesulitan dalam persahabatan, kesulitan mencari teman,

    merasa terasing dalam aktivitas kelompok, kesulitan

    memperoleh penyesuaian dalam kegiatan kelompok, kesulitan

    mewujudkan hubungan yang harmonis dalam keluarga, dan

    kesulitan dalam menghadapi sosial yang baru. Dengan adanya

  • 8

    bimbingan sosial ini diharapkan individu mampu melakukan

    sosialisasi dengan lingkungannya, individu mampu

    melakukan adaptasi dan lebih mandiri, individu mampu

    melakukan hubungan sosial (interaksi sosial) dengan

    lingkungannya baik lingkungan keluarga, sekolah, dan

    mayarakat.Juga aspek-aspek sosial lainnya dapat teratasi.7

    Oleh karena itu, menyangkut hal tersebut diatas maka

    bimbingan sosial bagi kesehatan mental pengidap gangguan

    jiwa bipolar disorder perlu mendapatkan perhatian di dalam

    kehidupan mereka.

    Bimbingan sosial bagi individu atau pengidap bipolar

    perlu pengamatan secara intensif dan hal lain seharusnya

    menjadi salah satu perhatian penting bagi para pembimbing

    sosial/pekerja sosial. Bimbingan sosial kini sudah menjadi

    sebuah layanan yang diberikan di berbagai tempat seperti

    perkantoran, rumah sakit, sekolah dan lain-lain.

    Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Darmawangsa Jakarta

    Selatan adalah sebuah psikiater klinik di Kebayoran Baru,

    Jakarta. Klinik tersebut dikunjungi oleh dokter seperti Dr.

    Sugianto Hadibrata, Dr. Waskita Roan dan Dr. Sasanto

    Wibisono. Timing dari Rumah Sakit Jiwa Sanatorium

    Darmawangsa adalah: Senin-Sabtu: 09.00-20.00. Beberapa

    layanan yang ditangani oleh klinik adalah: Masalah

    Pengendalian Emosi, Konseling Karir, Konseling, konsentrasi

    7 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis

    Integrasi).(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.126.

  • 9

    masalah dan Pengobatan. Sanatorium Dharmawangsa adalah

    tempat yang tepat untuk membantu mereka yang mengalami

    berbagai gangguan jiwa.

    Sanatorium Dharmawangsa merupakan rumah sakit

    jiwa swasta pertama di Indonesia.Pendirinya adalah Prof. Dr.

    R. Kusumanto Setyonegoro, Sp.KJ, sesepuh di kalangan

    dokter ahli jiwa di Indonesia.

    Sejak tahun 1998, rumah sakit ini dikelola dengan

    manajemen baru dan berubah menjadi Professional Centre

    For Stress, Depression, & Schizophrenia. Memang di sinilah

    penanganan terhadap masalah stres, depresi, skizofrenia, dan

    bipolar dilakukan secara profesional. Untuk gangguan jiwa

    lain juga tersedia pelayanan memadai.

    Pasien ketergantungan obat, terutama putaw dan heroin

    menduduki persentase terbanyak yang berobat, di samping

    pasien skizofrenia dan bipolar. Pusat layanan ini menerima

    pasien rawat jalan paling tidak 500-600 orang setiap

    bulannya.

    Saat ini ada sekitar 60 pasien yang tengah menjalani

    rawat inap.Sejak tahun 1998 di sini juga melayani pasien

    anak-anak. Untuk mengakomodasi kebutuhan itulah

    kemudian disediakan 3 orang psikiater anak. Mereka juga ahli

    dalam menangani pasien lanjut usia.

    Sanatorium Dharmawangsa memiliki tenaga ahli 20

    orang psikiater, 2 orang dokter umum, 3 psikolog, dan 2

  • 10

    pekerja sosial."Kami juga terbuka bagi mahasiswa yang ingin

    melakukan coaching hospital," terang Dr. Chandra.

    Di dirikan di Jakarta pada tahun 1961. Sanatorium

    Dharmawangsa merupakan rumah sakit jiwa yang tertua di

    Jakarta dan Indonesia. Diawali dengan kapasitas perawatan

    hanya untuk 20 orang. Sanatorium Dharmawangsa telah

    berkembang menjadi pusat perawatan jiwa berfasilitas

    lengkap dengan kapasitas rawat inap untuk 68 orang pada

    tahun 2001. Pelayanan yang tersedia saat ini mencakup

    fasilitas rawat inap, rawat jalan, rehabilitasi, psikologi klinis,

    serta berbagai pelayanan bimbingan dan konsultasi.

    Dari uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan

    penelitian. Untuk itu peneliti mengangkat judul ”Bimbingan

    Sosial dalam Penguatan Mental Klien Bipolar Disorder di

    Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta

    Selatan”

    B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

    1. Pembatasan Masalah

    Untuk menghindari pembahasan yang kurang terarah

    dalam kajian ini, untuk itu penelitian membatasi kajian ini

    difokuskan untuk melihat proses pelaksanaan Bimbingan

    Sosial dalam Penguatan Mental klien Bipolar Disorder di

    Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta

    Selatan.

  • 11

    2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas penulis

    merumuskan masalah sebagai berikut:

    a. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan sosial

    dalam penguatan mental klien bipolar disorder di

    Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta

    Selatan?

    b. Bagaimana upaya pembimbing sosial terhadap

    kegiatan bimbingan sosial dalam penguatan mental

    klien bipolar disorder di Rumah Sakit Jiwa

    Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan?

    C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    1. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan

    bimbingan sosial dalam penguatan mental klien

    bipolar disorder di Rumah Sakit Jiwa Sanatorium

    Dharmawangsa Jakarta Selatan.

    b. Untuk mengetahui bagaimana upaya pembimbing

    sosial terhadap kegiatan bimbingan sosial dalam

    penguatan mental klien bipolar disorder di Rumah

    Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta

    Selatan.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Manfaat Akademis

    Sebagai kegiatan untuk memperluas pengetahuan

    peneliti mengenai pelaksanaan bimbingan sosial

  • 12

    dalam pembinaan mental klien bipolar disorder serta

    sebagai bahan informasi akademik dalam pelaksanaan

    penelitian berikutnya secara lebih mendalam.

    c. Manfaat praktis

    1) Penelitian ini diharapkan dapat membantu bagi

    semua pihak, baik itu bagi Ruamh Sakit Jiwa

    Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan dalam

    mengembangkan dan melaksanakan kegiatan

    Bimbingan Sosial dalam Penguatan Mental klien

    Bipolar Disorder dan para pengidap bipolar yang

    telah menjalani kegiatan tersebut.

    2) Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai

    pembanding bagi lembaga-lembaga lain dalam

    melakukan kajian tentang Bipolar Disorder.

    D. METODOLOGI PENELITIAN

    Metodologi adalah cara kerja untuk memahami suatu

    objek. Maka metodologi ini sangat perlu dirumuskan dengan

    jelas mengingat bahwa suatu penelitian tanpa menempuh

    prosedur yang benar tepat maka hasilnya tidak akan akurat

    seperti apa yang di harapkan.

    1. Pendekatan dan Metode Penelitian

    Dalam penelitian ini, peneliti memilih melakukan

    penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

    kualitatif yaitu metode penelitian yang dihasilkan dari

    suatu data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata lisan

  • 13

    maupun tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari

    orang-orang yang diteliti.8

    Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penulis

    berupaya menghimpun data, mengolah data dan

    menganalisis data dengan tujuan dapat memperoleh

    gambaran atau informasi yang luas dan mendalam tentang

    bimbingan sosial klien bipolar yang menjadi fokus

    penelitian ini. Menurut Arikunto pendekatan kualitatif

    menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan

    dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan

    wawancara.9

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

    “penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian

    yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

    tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

    dapat diamati, pendekatan ini di arahkan pada latar dan

    individu tersebut secara holistik (utuh), dalam hal ini tidak

    boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam

    variable atau hipotesis tetapi perlu memandangnya

    sebagai bagian dari suatu keutuhan.”10

    8 Bagong Suyanto Sutinahal, Metode Penelitian Sosial, berbagai

    Alternatif Penelitian, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2005), h.166. 9 Suharsini Sukanto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan

    Praktik,(Jakarta: Rhineka Cipta, 1998), h. 10. 10

    Lexi J. Moleong,Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2000), h.3.

  • 14

    Pada hakikatnya penelitian kualitatif ini mengamati

    orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka,

    berusaha memahami fenomena yang terjadi di sekitar

    mereka serta untuk mengetahui aktivitas yang sedang

    mereka lakukan ataupun sebagai upaya untuk memahami

    dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah

    laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif

    peneliti sendiri.

    Untuk itu penulis pada penelitian ini terjun langsung

    ke lapangan guna mengamati situasi, orang-orang atau

    perilaku yang berkaitan erat dengan tujuan penelitian

    yaitu guna mengetahui mengenai kegiatan bimbingan

    sosial dalam penguatan mental klien bipolar disorder di

    Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta

    Selatan.

    2. Subjek dan Objek Penelitian

    a. Subjek Penelitian

    Dalam penelitian ini, teknik pengambilan subjek

    yang digunakan yaitu purpossive sampling dan yang

    dimaksud disini adalah “teknik pengambilan sampel

    sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya

    orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang

    kita harapkan, sehingga akan memudahkan peneliti

    menjelajahi objek/situasi social yang diteliti.”11

    11

    Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R7D, (Bandung:

    CV AFABETA, 2009), h. 218-219.

  • 15

    Tabel 1

    Informan dalam Penelitian

    No. Nama Status

    1 Khaidir S,sos Pembimbing Sosial

    2 Dr. Ika Sri Nurtantri, SpKj Psikolog

    3 Mawar (Nama Samaran) Penderita Bipolar Disorder

    4 Bunga (Nama Samaran) Penderita Bipolar Disorder

    5 Gusmita, amd Perawat

    Subjek penelitian satu orang Pembimbing Sosial,

    satu orang psikolog, dua penderita bipolar disorder

    dan satu orang perawat.

    b. Objek penelitian

    Sedangkan objek penelitian ini adalah kegiatan

    bimbingan sosial dalam penguatan mental klien

    bipolar disorder di Rumah Sakit Jiwa Sanatorium

    Dharmawangsa Jakarta Selatan.

    3. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penulis melakukan penelitian di Ruamh Sakit Jiwa

    Sanatorium Dharmawangsan Jakarta Selatan, yang

    beralamat di Jalan Dharmawangsa Raya No.13

    RT.4/RW.2 Pulo, Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan,

    Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12160 yang dilakukan

    sejak Juni 2019 sampai dengan November 2019.

  • 16

    4. Sumber Data Penelitian

    Dalam penelitian kualitatif, metode yang digunakan

    adalah metode observasi yakni aktivitas pengamatan

    melalui alat indera. Adapun sumber utama penelitian ini

    adalah:

    a. Data primer, yaitu data yang berasal langsung dari

    sumbernya, baik dari pembimbing sosial, para

    penderita bipolar disorder, perawat atau pun dokter

    yang menanganinya sebagai penunjang kelengkapan

    data dengan cara observasi atau pun wawancara.

    b. Data sekunder, yaitu data tidak langsung, berupa

    catatan riwayat klien atau pun data mengenai riwayat

    pembimbing sosial, serta dokumen-dokumen yang

    dapat menunjang kelengkapan data untuk penelitian.

    5. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data

    dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah),

    sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih

    banyak pada observasi berperan serta (paticipant

    observation), wawancara mendalam (in depth interview)

    dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang akan

    peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah:

    a. Wawancara

    Esterberg mengemukakan bahwa “wawancara

    merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

  • 17

    informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

    dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.”12

    Dalam penelitian ini penulis akan mengadakan

    wawancara langsung yaitu dengan bertukar informasi

    melalui tanya jawab kepada pembimbing sosial, para

    penderita bipolar disorder yang memiliki kemampuan

    untuk berkomunikasi dan dapat memberikan informasi

    atau keterangan sesuai dengan tujuan penelitian serta

    perawat pendamping yang menangani penderita

    bipolar disorder.

    b. Observasi

    Berdasarkan pemahaman dari Marsall bahwa

    melalui observasi peneliti dapat mengetahui mengenai

    perilaku dan makna dari perilaku tersebut.”13

    Pada penelitian ini pengumpulan data akan

    dilakukan dengan menggunakan teknik observasi

    dimana penulis dapat mempelajari tentang perilaku

    dan makna dari perilaku tersebut atau situasi tertentu

    yang erat kaitannya dengan tujuan penelitian pada saat

    kegiatan bimbingan sosial tersebut dilakukan terhadap

    penderita bipolar disorder.

    c. Dokumentasi

    Menurut Herdiansyah, dokumentasi merupakan

    salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif

    12

    Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R7D, (Bandung:

    CV AFABETA, 2009), h. 231. 13

    Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R7D, (Bandung:

    CV AFABETA, 2009), h. 226.

  • 18

    untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang

    subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen

    lainnya yang dibuat langsung oleh subjek yang

    bersangkutan.14

    Dokumentasi digunakan pada penelitian ini

    bertujuan untuk mencari keterangan dan bacaan yang

    dibutuhkan mengenai masalah yang terkait dengan

    penelitian berupa catatan formal, foto ataupun buku-

    buku yang berkaitan dengan subjek atau objek

    penelitian.

    6. Tekhnik Analisis Data

    Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke

    dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di

    interpretasikan. Dalam menganalisis data, peneliti

    mengolah data dari hasil observasi dan wawancara, data

    tersebut disusun dan dikategorikan berdasarkan hasil

    wawancara, dokumen maupun laporan, yang kemudian di

    deskripsikan ke dalam bentuk bahasa yang mudah di

    pahami.15

    Jika seluruh data dari hasil wawancara, observasi, dan

    dokumen-dokumenyang menyangkut dengan penelitian

    telah terkumpul maka tahap akhir akan dilanjutkan

    dengan menganalisis data tersebut.

    14

    Herdiansyah, H. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 143.

    15 Suharsini Sukanto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,

    (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), h.78.

  • 19

    Pada bagian analisis data penulis akan menyajikan

    data dengan terlebih dahulu mengelola data melalui

    proses secara sistematis yaitu dengan menyusun data yang

    diperoleh dari hasil wawancara, observasi ataupun

    dokumentasi dengan melakukan pencarian penemuan-

    penemuan yang penting dan berkaitan dengan tujuan

    penelitian dari hasil temuan data di lapangan. Hasil

    temuan tersebut akan di olah menjadi data yang dapat

    dengan mudah dipahami dan di informasikan berupa kata-

    kata tertulis atau lisan. Oleh karena itu di dalam penelitian

    ini penulis menggunakan analisis deskriptif.

    Ada berbagai cara untuk menganalisis data dengan

    langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Reduksi Data, yaitu peneliti mencoba memilih data

    yang relevan terkait kegiatan bimbingan sosial dalam

    penguatan mental klien bipolar disorder di Rumah

    Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta

    Selatan.

    b. Penyajian data, yaitu setelah data mengenai kegiatan

    bimbingan sosial dalam penguatan mental klien

    bipolar disorder di Rumah Sakit Jiwa Sanatorium

    Dharmawangsa Jakarta Sealatan terkumpul, maka data

    tersebut disusun dalam bentuk narasi, visual, gambar,

    matrik, bagan, tabel dan lainnya.

    c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan

    kesimpulan dengan menghubungkan dari tema

  • 20

    tersebut sehingga memudahkan untuk menarik

    kesimpulan.

    E. Keabsahan Data

    Dalam penelitian deskriptif kualitatif, pemeriksaan

    keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi.

    Triangulasi menurut Lexy J Moleong adalah "teknik

    pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

    yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecakan atau

    sebagai pembanding terhadap data itu.16

    Dezin membedakan empat macam triangulasi sebagai

    teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,

    metode, penyidik dan teori.

    1. Triangulasi Sumber

    Membandingkan dan mengecek balik derajat

    kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

    waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

    Dalam hal ini triangulasi ini dilakukan dengan

    mewawancarai pembimbing sosial dan beberapa klien

    bipolar.

    2. Triangulasi Metode

    Menurut Patton terapat dua strategi yaitu pengecekan

    derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa

    teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat

    kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang

    16

    Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) h. 330.

  • 21

    sama. Dalam penelitian ini, seperti yang telah dijelaskan

    bahwa penulis menggunakan tiga metode pengumpulan

    data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.

    3. Triangulasi Waktu

    Terkadang data yang diperoleh seseorang peneliti

    ketika melakukan wawancara atau observasi berbeda

    disebabkan faktor waktu. Wawancara yang dilakukan

    ketika siang hari dapat menghasilkan data yang berbeda

    dengan data wawancara yang dilakukan pada pagi hari.17

    Triangulasi waktu dilakukan untuk mendapatkan data

    yang komprehensif, untuk memperkuat data dan

    mendapatkan yang lebih akurat, maka dilakukan pula

    observasi tiga sampai empat di hari dan waktu yang

    berbeda.

    F. TINJAUAN PUSTAKA

    Setelah mengadakan survey ke perpustakaan utama UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menemukan beberapa

    skripsi sebagai inspirasi penulis penelitian yang membahas

    tentang :

    1. Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia di

    Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.

    Reninta Latifa. NIM 105052001764. Bimbingan dan

    Penyuluhan Islam tahun 1431H./2010M.

    17

    Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidkan: Pendekata Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: Alfabeta,2010).h. 374.

  • 22

    Skripsi ini memberikan kesimpulan bahwa proses

    bimbingan Islam dapat memberikan manfaat pada

    penderita skizofrenia untuk kembali menjadi warga

    masyarakat yang berguna sehingga dapat hidup

    berdampingan secara wajar sebagai makhluk sosial

    lainnya..

    2. Pelaksanaan Terapi bagi Pasien Skizofrenia di Madani

    Mental Healty Care Jakarta. Nurkholisoh. NIM

    104052001991. Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun

    1429H./2009M.

    Skripsi ini memberi kesimpulan bahwa pelaksanaan terapi

    bagi pasien skizofrenia yang di terapkan di lembaga ini

    adalah dengan menggunakan terapi medik-psikiatrik,

    terapi psikososial, terapi psikoreligius, dan terapi pilihan.

    3. Pengaruh Pembinaan Rohani Mental Islam Terhadap

    Pemahaman dan Kesadaran Keagamaan Anggota di

    Markas Korps Brimob Kelapadua Depok. Irhamna

    Romadlon. NIM 108052000001. Bimbingan dan

    Penyuluhan Islam tahun 1434H./2013M.

    Skripsi ini memberi kesimpulan bahwa pembinaan rohani

    mental Islam disini memberikan bantuan dan arahan

    mengenai keagamaan agar individu dapat memahami dan

    mengamalkan ajaran agama Islam. Pembinaan rohani

    mental Islam menitikberatkan kepada fungsi al-Qur’an

    dan al-Hadist sebagai pencegah, pemaham, perbaikan,

    pemeliharaan dan pengembangan jiwa manusia agar

    menjadi manusia yang baik di mata Allah S.W.T

  • 23

    4. Efek Bimbingan Rohani Islam Pada Penderita Skizofrenia

    Usia Lanjut di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Siti

    Indah Lucanti. NIM 108052000028. Bimbingan dan

    Penyuluhan Islam tahun 1434H./2013M.

    Skripsi ini memberi kesimpulan bahwa perkembangan

    kemampuan untuk menghafal kembali surat-surat kitab

    suci al-Qur’an, menumbuhkan kemampuan berinteraksi

    sosial, kemampuan untuk mengatasi permasalahan dalam

    diri dengan pendekatan kepada Allah S.W.T, serta

    kemampuan adaptasi dengan lingkungan. Hal ini

    menunjukkan adanya perkembangan yang baik pada

    aspek pengetahuan (Knowledge), pembentukan sikap

    (Attitude) ke arah yang positif serta perilaku nyata

    (Behavior).

    Dari hasil penelitian diatas, penulis menyatakan bahwa

    hasil penelitian penulis sangat berbeda dengan hasil penelitian

    sebelumnya, yaitu:

    1. Subjek penelitian skripsi ini adalah pengidap bipolar

    disorder. Dan objek penelitian skripsi ini adalah kegiatan

    dalam bentuk bimbingan sosial dalam penguatan mental

    bipolar disorder. Hal ini berbeda dengan subjek dan objek

    penelitian yang dibahas pada tinjauan pustaka di atas.

    2. Lokasi penelitian skripsi ini yaitu di Rumah Sakit Jiwa

    Dharmawangsa Jakarta Selatan. Lokasi penelitian ini

    berbeda dengan tinjauan pustaka di atas.

  • 24

    3. Masalah penelitian dalam penulisan skripsi ini membahas

    kegiatan bimbingan sosial dalam penguatan mental klien

    bipolar disorder. Hal ini berbeda dengan penelitian yang

    dibahas pada tinjauan pustaka di atas.

    G. Sistematika Penulisan

    Dalam penelitian skripsi ini penulis mengacu pada

    pedoman teknik penulisan karya ilmiah berdasarkan Pedoman

    Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta, sesuai SK Rektor 2017.

    Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi dalam

    enam bab yaitu:

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini membahas tentang Latar Belakang,

    Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

    Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,

    Keabsahan Data, Kajian Pustaka, dan Sistematika

    Penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Bab ini meliputi Pengertian Bimbingan Sosial,

    Asas-asas Bimbingan Sosial, Objek Bimbingan

    Sosial, Tujuan Bimbingan Sosial, Bentuk

    Bimbingan Sosial, Jenis Masalah Bimbingan

    Sosial, Tahap-tahap Layanan Bimbingan Sosial,

    Pengertian Penguatan Mental, Pengertian Bipolar

  • 25

    Disorder, Sebab-sebab Munculnya Bipolar

    Disorder, Jenis-jenis Bipolar Disorder.

    BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT JIWA

    SANATORIUM DHARMAWANGSA

    JAKARTA SELATAN

    Bab ini membahas mengenai Sejarah Singkat

    Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa

    Jakarta Selatan, Visi Misi dan Motto Rumah

    Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta

    Selatan, Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit

    Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan,

    Prasarana Rumah Sakit Jiwa Sanatorium

    Dharmawangsa Jakarta Selatan, Fasilitas

    Pelayanan Rumah Sakit Jiwa Sanatorium

    Dharmawangsa Jakarta Selatan, Struktur

    Organisasi Rumah Sakit Jiwa Sanatorium

    Dharmawangsa Jakarta Selatan.

    BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

    Bab ini meliputi hasil temuan berupa identifikasi

    subjek serta objek. Penguraian data dan temuan di

    lapangan berupa upaya Pelaksanaan Bimbingan

    Sosial dalam Penguatan Mental Klien Bipolar

    Disorder di Rumah Sakit Jiwa Sanatorium

    Dharmawangsa Jakarta Selatan

  • 26

    BAB V ANALISIS DATA

    Bagian ini berisi uraian yang mengkaitkan latar

    belakang dan teori. Menganalisis pelaksanaan dan

    upaya kegiatan Bimbingan Sosial dalam

    Penguatan Mental Klien Bipolar Disorder di

    Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa

    Jakarta Selatan.

    BAB VI PENUTUP

    Bab ini terdiri dari kesimpulan dari hasil

    keseluruhan temuan dan analisis penelitian dan

    saran.

  • 27

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Bimbingan Sosial

    1. Pengertian Bimbingan Sosial

    Menurut Fenti Hikmawati mendefinisikan bahwa

    Bimbingan sosial adalah layanan pengembangan

    kemampuan dan mengatasi masalah sosial dalam

    kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat dalam

    bekerja sama dan berinteraksi dengan orang dewasa

    ataupun dengan individu yang lebih muda.18

    Bimbingan sosial menurut Dewa Ketut Sukardi

    (1996), bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan

    kepada seseorang agar ia mampu mengembangkan potensi

    yang dimiliki, mengenali diri sendiri dan mengatasi

    persoalan-persoalan sehingga ia mampu menentukan jalan

    hidupnya secara bertanggung jawab tanpa tergantung pada

    orang lain.19

    Sedangkan sosial adalah segala sesuatu yang

    mengenai masyarakat; peduli terhadap kepentingan

    umum.20

    .

    Bimbingan sosial adalah merupakan kelanjutan dari

    Penyuluhan Sosial yang pelaksanannya akan dapat

    merupakan sebuah proses yang panjang, disamping itu ia

    18

    Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Rajawali Pers,

    2010), h. 4. 19

    Hibana S. Rachman, Bimbingan dan Konseling Pola 17, (Yogyakarta: UCY press, 2003), h. 13.

    20 Pius A Partantao, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer,

    (Surabaya: Arloka, 1994), h. 719.

  • 28

    dapat berjalan dengan langsung dan intensif, guna

    memberikan bimbingan pada masyarakat.

    Bimbingan sosial merupakan sebuah proses yang

    panjang, hampir tidak dapat ditentukan batas akhirnya

    karena bimbingan sosial terlebih dahulu harus

    menciptakan mekanisme kerja di dalam masyarakat

    dimana kemudian mekanisme tersebut secara terus

    menerus dilakukan pembinaan. Dengan demikian dapat

    pula dikatakan bahwa bimbingan sosial sesungguhnhya

    adalah merupakan gabungan proses pemberian

    penyuluhan yang dilanjutkan dengan bimbingan.

    Sebuah pendapat yang konkrit tentang pengertian

    bimbingan sosial kiranya dapat dipetik dari buku

    “Bimbingan Sosial” oleh Drs. Achmad Toha yaitu

    bimbingan sosial bila ditilik dari pangkal istilah

    bimbingan dari kata bimbing yang secara harfiah

    menunjukkan adanya dua orang atau lebih yang berpautan

    tangan untuk mencapai suatu tujuan dengan ciri bahwa

    satu pihak sebagai pengantar arah, sedang pihak lain

    sebagai penganutnya, maka dalam istilah ini dapat ditarik

    suatu perlambang dari arti pangkal pengertian tersebut,

    bahwasannya gerak bimbingan sosial sebagai suatu

    metode adalah jelas masalah hubungan antar manusia,

    menjadi faktor yang menentukan dalam kegiatannya

    sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

    Dari pengertian khusus yang dirumuskan dalam

    pedoman “Bimbingan Sosial” menyatakan antara lain:

  • 29

    a. Gerak bimbingan sosial yang ditujukan pada

    perkembangan pertanggung jawaban sosial itu hanya

    mungkin berlangsung bila pergaulan hidup antar manusia

    sedia untuk menerimanya, tidak dengan paksaan, tetapi

    berdasarkan pengertian bahwa sumber pertanggungan

    jawab sosial adalah kesadaran manusia, bahwa ia tidak

    mungkin dapat memperkembangkan pribadinya dengan

    tiada tempat persemaian bagi gerak tersebut yang

    dibebankan oleh pergaulan hidup antar manusia, yaitu

    bahwa ia melalui bergaul dengan manusia lainnya akan

    dapat mencapai tujuannya yang beraneka corak ragamnya,

    yang berarti bahwa untuk gerak itu ia membutuhkan gerak

    sambungan dari sesama manusia yang memungkinkan

    berlangsungnya gerak perkembangan pribadi itu dengan

    pengertian bahwa keperluan akan gerak sambungan itu

    bukan berdasarkan atas hak terhadap sesama manusia,

    tetapi atas dasar saling perlu memerlukan untuk gerak

    perkembangan pribadi.

    b. Gerak bimbingan sosial adalah bersifat membimbing,

    bukan memaksakan sesuatu dari luar tetapi memberi jalan

    dan saluran pada perkembangan pertanggungan jawab

    sosial yang tumbuh dari rasa saling perlu memerlukan

    dalam pergaulan hidup antar manusia untuk selanjutnya

    tumbuh subur dari sumber kesadaran yang halus dan

    dalam itu menuju kepergaulan hidup yang senantiasa dan

    sejahtera.

  • 30

    Penjelasan lebih jauh yang bersifat khusus

    sehubungan dengan bidang pekerjaan sosial menyatakan

    bahwa gerak bimbingan sosial adalah turut berusaha

    memungkinkan seseorang yang tergelincir itu kembali

    kedalam lingkungan hidup sosial dengan menyiapkan

    masyarakat untuk menerima kembali seseorang tersebut.21

    Jadi Bimbingan sosial adalah bimbingan yang

    diberikan kepada individu untuk mengembangkan dan

    mengenal lingkungan dengan cara bersosialisasi dengan

    baik kepada keluarga, sekolah dan masyarakat.

    Bimbingan sosial yang dilakukan pembimbing kepada

    individu untuk mengatasi masalah sosial yang di hadapi

    agar sesuai dengan norma atau ketentuan yang berlaku

    dalam masyarakat.

    2. Asas-asas Bimbingan Sosial

    Asas-asas bimbingan sosial adalah landasan yang

    harus dijadikan pegangan dalam melakukan bimbingan

    sosial. Asas bimbingan sosial, seperti halnya asas

    bimbingan dan penyuluhan islam lainnya, bersumber pada

    Al-Quran dan Hadits.

    a. Asas Kebahagiaan Dunia Akhirat

    Bimbingan Sosial, seperti halnya bimbingan dan

    penyuluhan Islam lainnya, ditunjukan untuk

    membantu individu mencapai kebahagiaan hidup di

    dunia dan akhirat. Dengan kata lain, bimbingan sosial

    ditujukan bukan hanya pada pencapaian kebahagiaan

    21

    Dinas Sosial DKI Jakarta, Petunjuk Praktis Penyuluhan dan Bimbingan

    Sosial (Jakarta: Dinas Sosial DKI Jakarta, 1978), h. 57-58.

  • 31

    hidup bermasyarakat seseorang individu dalam

    kehidupan di dunia saja, melainkan juga dengan

    memperhatikan kebahagiaan hidupnya diakhirat nanti.

    Dengan kata lain individu harus disadarkan akan

    kehidupannya di dunia.22

    b. Asas Komunikasi dan Musyawarah

    Bimbingan sosial berpijak pada asas bahwa

    kehidupan bermasyarakat akan terjalin dengan baik

    manakala semua pihak mau berkomunikasi secara

    musyawarah, dalam arti komunikasi dua arah untuk

    memperoleh pemahaman dan kesepakatan bersama.

    Ini termasuk pula hubungan antara pembimbing dan

    yang dibimbing.23

    c. Asas Kasih Sayang

    Hidup bermasyarakat haruslah berlandaskan pada

    rasa kasih sayang, begitu pula halnya hubungan

    konselor dan konseli.

    d. Asas Menghargai dan Menghormati

    Hubungan bermasyarakat haruslah dilandasi

    kehendak untuk saling menghargai martabat masing-

    masing dan saling menghormati keinginan, kehendak,

    dan pendapat.24

    22

    Soeparman, Bimbingan dan Konseling Pola 17, (Jogjakarta: UCY Press, 2003), h. 53.

    23 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,

    (Jogjakarta: UII Press, 2001), h. 153. 24

    Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jogjakarta: UII Press, 2001), h. 154.

  • 32

    e. Asas Rasa Aman

    Kehidupan kemasyarakatan yang sejuk dan

    tentram akan tercipta manakala semua pihak berusaha

    menciptakan perasaan aman pada diri masing-masing

    dan lingkungannya.

    3. Objek Bimbingan Sosial

    a. Upaya-upaya mencegah dan atau mengatasi problem

    penyesuaian diri.

    b. Upaya-upaya mencegah dan atau mengatasi problem

    hubungan antar rumah tangga

    c. Upaya-upaya mencegah dan atau mengatasi problem

    hubungan antar kelompok.

    4. Tujuan Bimbingan Sosial

    Dalam interaksi sosial, setiap orang mempunyai bakat,

    minat, kepentingan dan berbagai perbedaan individu

    lainnya, konflik sosial bisa terjadi, kepentingan individu

    bisa bertabrakan dengan kondisi kelompok. Kepentingan

    kelompok bisa bertabrakan dengan kondisi kelompok lain.

    Benturan-benturan kepentingan serupa itu dapat

    menimbulkan masalah bagi individu.

    Kesulitan-kesulitan, masalah-masalah yang dihadapi

    seseorang dalam hidupnya bermasyarakat, kerapkali tidak

    bisa diatasinya sendiri. Ia memerlukan bantuan orang lain.

    Dengan kata lain, bimbingan sosial sangat diperlukan

    untuk menanganinya.

  • 33

    Tujuan Bimbingan Sosial:

    a. Membantu individu memahami timbulnya masalah-

    masalah yang berkaitan dengan kehidupan

    bermasyarakat.

    b. Membantu individu mencegah timbulnya masalah

    yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.

    c. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi

    kehidupan bermasyarakat yang dilibatinya agar tetap

    baik dan mengembalikannya agar jauh lebih baik.25

    Menurut Wardati dan Jauhar (2011:25) tujuan

    bimbingan sosial yaitu:

    a) Mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan

    kepada Tuhan Yang Maha Esa.

    b) Memiliki sikap respek terhadap diri sendiri

    c) Dapat mengelola stress

    d) Mampu mengendalikan dari perbuatan yang

    diharamkan agama

    e) Memahami perasaan diri dan mampu

    mengekspresikannya secara wajar.

    f) Memiliki kemampuan memecahkan masalah

    g) Memiliki rasa percaya diri

    h) Memiliki mental yang sehat

    Dalam buku Ny. Y. Singgi D. Gunarsa dan Singgih,

    D. Gunarsa, bimbingan sosial bertujuan untuk membantu

    anak dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam kehidupan

    25

    Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jogjakarta: UII Press, 2001), h. 151.

  • 34

    sosialnya, sehingga ia mampu mengadakan hubungan-

    hubungan sosial dengan baik.26

    Dalam buku Koestoer Partowisastro bimbingan sosial

    bertujuan untuk:

    a. Membantu individu mengerti tanggung jawab sosial

    dan kewarganegaraan.

    b. Membantu individu mengerti aturan sosial.

    c. Membantu individu ikut serta dalam aktivitas-aktivitas

    sosial.

    d. Membantu individu dalam penyesuaiannya dengan

    orang lain.27

    Jadi kesimpulannya tujuan bimbingan sosial untuk

    membantu individu dalam mengatasi masalah sosial dan

    mampu berinteraksi dengan orang lain dan bersosialisasi

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku didalam

    masyarakat.

    5. Bentuk Bimbingan Sosial

    Menurut Tohirin bentuk bimbingan sosial sebagai

    berikut:

    Ada beberapa macam bentuk layanan bimbingan

    sosial yang bisa diberikan. Berbagai bentuk bimbingan

    sosial dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan

    pelayanan bimbingan dan konseling terhadap klien dan

    melalui kontak langsung.

    26

    Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: PT

    BPK Gunung Mulia, 2000), h. 36. 27

    Koestoer Partowisastro, Bimbingan & Penyuluhan di Sekolah-sekolah

    Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 36-37.

  • 35

    Dalam buku Hallen bentuk bimbingan sosial sebagai

    berikut:

    a. Layanan orientasi, yaitu layanan yang ditujukan untuk

    klien guna memberikan pemahaman dan penyesuaian

    diri terhadap lingkungan yang baru dimasuki.

    b. Layanan informasi, yaitu layanan yang bertujuan

    untuk membekali seseorang dengan berbagai

    pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal

    yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan

    mengembangkan pola keidupan individu, anggota

    keluarga dan masyarakat.

    c. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang

    memungkinkan individu memperoleh pelayanan

    secara intensif melalui tatap muka dengan konselor

    atau pembimbing sosial dalam rangka pembahasan

    dan pengentasan masalah yang dialami individu

    tersebut.

    d. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan

    bimbingan dan konseling yang memungkinkan

    individu memperoleh kesempatan untuk

    membicarakan dan menyelesaikan permasalahan yang

    dialami melalui dinamika kelompok.

    Konseling kelompok merupakan upaya bantuan

    kepada klien dalam rangka memberikan kemudahan

    dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain

    bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula

    bersifat penyembuhan. Konseling kelompok adalah

  • 36

    pelaksanaan wawancara konseling yang dilakukan

    antara seorang konselor professional dengan beberapa

    pasien sekaligus dalam kelompok kecil (winkel,

    1999). Amir Awang (1988) menjelaskan bahwa ciri

    utama konseling kelompok ialah memberi focus

    kepada pemikiran sadar, tingkah laku, dan

    menggalakkan interaksi terbuka, peserta merupakan

    orang-orang normal dan fasilitator merupakan

    penggerak yang penting. Menurut Delameter ( 1974)

    konseling kelompok dapat mewujudkan beberapa ciri

    seperti interaksi, persepsi, hubungan afektif, dan

    saling bergantung.

    Konseling kelompok dianggap lebih sesuai bagi

    individu yang perlu membagi sesuatu dengan orang

    lain untuk merasa dirinya dimiliki dan dihargai;

    individu dapat berbincang tentang kebimbangan

    mereka, nilai hidup mereka, dan masalah-masalah

    yang dihadapi; individu yang memerlukan dukungan

    rekan senasib yang lebih mengerti dirinya; individu

    yang memerlukan pengalamann dalam kelompok

    untuk memahami dan memotivasi diti (Shertzer &

    Stone, 1981); individu yang ingin memecahkan

    masalahnya dengan kehadiran orang lain; individu

    yang perlu untuk mengamati bagaimana reaksi orang

    lain atas masalah mereka (Atkinson & Hilgrad, 1991).

    e. Layanan konsultasi, yaitu layanan bimbingan dan

    konseling yang diberikan kepada seseorang untuk

  • 37

    memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara

    yang perlu dilaksanakan dalam menangani atau

    membantu pihak lain.

    f. Layanan mediasi, yaitu layanan bimbingan dan

    konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua

    pihak yang sedang dalam keadaan tidak menemukan

    kecocokan sehingga membuat mereka saling

    bertentangan dan bermusuhan.28

    Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada

    dasarnya bentuk bimbingan sosial itu mencangkup banyak

    bentuk layanan. Dimana semua bentuk layanan itu pada

    intinya membantu individu dalam mencapai kematangan

    kehidupan sosialnya baik secara pribadi maupun

    kelompok.

    6. Jenis Masalah Bimbingan Sosial

    Menurut Amin Budiamin dan Setiawati dalam buku

    Bimbingan Konseling Direktorat Jendral Pendidikan

    Islam permasalahan yang dihadapi dalam bimbingan

    sosial yakni:

    a. Berprilaku sosial yang bertanggung jawab, meliputi:

    1) Kurang menyenangi kritikan orang lain:

    2) Kurang memahami tata krama (etika) pergaulan;

    3) Kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial, baik

    di sekolah maupun di masyarakat.

    28

    Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta:

    Raja Grafindo Persada 2007) h. 128-129.

  • 38

    b. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman

    sebaya, meliputi:

    a) Merasa malu untuk berteman dengan lawan jenis;

    b) Merasa tidak senang kepada teman yang suka

    mengkritik

    c. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga,

    meliputi:

    a) Sikap yang kurang positif terhadap pernikahan;

    b) Sikap yang kurang positif terhadap hidup

    berkeluarga.29

    Jadi masalah bimbingan sosial adalah pemantapan

    kemampuan berkomunikasi, pemantapan kemampuan

    menerima dan menyampaikan pendapat serta

    berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif,

    pemantapan kemampuan bertingkah laku dan

    berhubungan sosial.

    7. Tahap-tahap Layanan Bimbingan Sosial

    Sebuah layanan tentu mempunyai tahapan atau

    langkah-langkah prosedur yang ditempuh. Oleh karena itu

    sebelum melakukan sebuah kegiatan layanan bimbingan

    sosial perlu memperhatikan tahapan-tahapan itu sendiri.

    Menurut Muhaimin (2011:65), tahapan layanan

    bimbingan sosial meliputi 5 tahap antara lain:

    29

    Amin Budiamin, Setiawati, Bimbingan Konseling (Jakarta: Direktorat

    Jendral Pendidikan Islam, 2009), h. 84.

  • 39

    a. Mengidentifikasi Masalah, pada langkah ini hal yang

    harus diperhatikan oleh seorang konselor adalah

    mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang

    sedang dihadapi oleh klien. Gejala-gejala awal ini

    biasanya dapat diketahui dari tingkah laku yang

    berbeda atau menyimpang dari kebiasaan yang

    sebelumnya dilakukan oleh klien.

    b. Melakukan Diagnosis, setelah masalah dapat di

    identifikasi, pada langkah diagnosis adalah

    menetapkan masalah tersebut berdasarkan analisis

    latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya

    masalah pada klien. Hal yang penting dari tahapan

    diagnosis adalah kegiatan pengumpulan data

    mengenai berbagai hal yang melatar belakangi atau

    menyebabkan gejala terjadi.

    c. Menetapkan Prognosis, prognosis adalah

    merencanakan tindakan pemberian bantuan kepada

    klien setelah melakukan tahapan diagnosis dari

    masalah yang terjadi.

    d. Pemberian Bantuan, langkah penting dalam pelayanan

    bimbingan dan konseling kepada klien setelah

    menetapkan adalah merealisasikan langkah alternative

    bentuk bantuan berdasarkan masalahnya. Langkah

    pemberian bantuan agar tindakan yang dilakukan oleh

    pembimbing efektif dalam mencapai keberhasilan.

    e. Evaluasi dan Tindak Lanjut, evaluasi dapat dilakukan

    ditengah proses bimbingan atau setelah proses

  • 40

    pemberian bantuan dinyatakan berhasil. Kapanpun

    evaluasi dilakukan, satu hal yang penting untuk

    dilakukan adalah tindakan lanjutan agar klien yang

    diberikan bantuan dapat mencapai keberhasilan.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap dalam

    layanan bimbingan sosial diatas terdapat lima langkah

    tahapan. Yakni mengidentifikasi permasalahan,

    melakukan diagnosis, merencanakan pemberian bantuan

    atau alternative bantuan berdasarkan masalah, dan

    terakhir mengevaluasi dan tindak lanjut.

    B. Penguatan Mental

    Wina Sanjaya memberikan definisi penguatan

    (reinforcement) sebagai berikut:

    “Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon

    yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku

    pembimbing terhadap tingkah laku terbimbing, yang

    bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi

    terbimbing atas perbuatan responnya yang diberikan sebagai

    suatu dorongan atau koreksi. Melalui keterampilan penguatan

    (reinforcement) yang diberikan pembimbing, maka

    terbimbing akan merasa terdorong selamanya untuk

    memberikan respon setiap kali muncul stimulus dari

    pembimbing, atau terbimbing akan berusaha menghindari

    respon yang di anggap tidak bermanfaat. Dengan demikian

    fungsi keterampilan penguatan (reinforcement) itu adalah

    untuk memberikan ganjaran kepada terbimbing sehingga

  • 41

    terbimbing akan berbesar hati dan meningkatkan

    partisipasinya dalam setiap proses pembelajaran.30

    Definisi lain diberikan oleh Zainal Asri yang mengatakan

    penguatan adalah respon terhadap tingkah laku positif yang

    dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali

    tingkah laku tersebut. Penguatan dapat diartikan sebagai suatu

    bentuk penghargaan, penghargaan ini tidak harus selalu

    berwujud materi, bisa juga dalam bentuk kata-kata,

    senyuman, anggukan, dan sentuhan.31

    Menurut Moh. Uzer Usman penguatan (reinforcement)

    adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun

    nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah

    laku pembimbing terhadap tingkah laku terbimbing, yang

    bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (fet

    back) bagi si terbimbing atas perbuatannya sebagai suatu

    tindakan dorongan atau koreksi. Penguatan dikatakan juga

    sebagai respon terhadap tingkah laku yang dapat

    meningkatkan kemungkinan berulangnya tingkah laku

    tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengganjar

    atau membesarkan hati terbimbing agar mereka lebih giat

    berpartisipasi untuk interaksi dalam proses bimbingan.32

    Mental adalah yang berkenaan dengan jiwa, batin

    ruhaniah. Dalam pengertian aslinya menyinggung masalah:

    30

    Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana 2009), h. 13

    31 Zainal Asri, Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman

    Lapangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 77. 32

    Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 80.

  • 42

    pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan sekarang ini digunakan

    untuk menunjukan penyesuaian organisme terhadap

    lingkungan dan secara khusus menunjukkan penyesuaian

    organisme terhadap lingkungan dan secara khusus

    menunjukkan penyesuaian yang mencakup fungsi-fungsi

    simbolis yang disadari oleh individu.33

    Mental secara istilah

    dapat diartikan dengan “semangat jiwa yang tegar, yang aktif,

    yang mempengaruhi perilaku hidup dan kehidupan

    manusia.”34

    Selain pengertian diatas, mental memiliki beberapa aspek

    yang dijabarkan oleh beberapa pakar:

    Kartini Kartono mengemukakan bahwa aspek mental

    yang ada dalam diri manusia adalah keinginan, tindakan,

    tujuan, usaha-usaha dan perasaan.35

    Zakiyah Daradjat berpendapat bahwa aspek mental yang

    ada dalam diri manusia adalah kehendak, sikap dan

    tindakan.36

    Pernyataan diatas menunjukkan bahwa aspek mental yang

    ada pada diri manusia adalah aspek-aspek yang dapat

    menentukan sifat dan karakteristik manusia itu sendiri.

    Perbuatan dan tingkah laku manusia sangat ditentukan oleh

    keadaan jiwanya yang merupakan motor penggerak suatu

    33

    Kartini Kartono, Teori Kepribadian dan Mental Hygiene (Bandung: Bulan Bintang, 2000), h. 3.

    34 Kartini Kartono, Teori Kepribadian dan Mental Hygiene (Bandung:

    Bulan Bintang, 2000), h. 2. 35

    Kartini Kartono, Teori Kepribadian dan Mental Hygiene (Bandung: Bulan Bintang, 2000), h. 6.

    36 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama dan Pendidikan Mental (Jakarta:

    Bulan Bintang, 1994), h. 23.

  • 43

    perbuatan. Oleh sebab itu aspek-aspek mental tersebut bisa

    manusia kendalikan melalui proses pendidikan.

    Dalam hal ini pun sekolah atau yayasan rehabilitasi

    mental memiliki peranan dalam membantu individu

    menyiapkan mentalnya. Namun pada umumnya perhatian

    akan pentingnya kesadaran dan pemahaman terhadap

    kesehatan mental di lingkungan sekitar seringkali luput dari

    perhatian. Padahal kondisi ini perlu perhatian serius dari

    segenap pihak, khususnya untuk pembimbing atau konselor.37

    Dari uraian diatas dapat dipahami tentang adanya

    hubungan penguatan mental bipolar terhadap kegiatan

    bimbingan sosial, jika keduanya tidak seimbang maka akan

    menyebabkan beberapa gangguan seperti, gangguan depresi,

    kecemasan, dan stress. Maka dalam hal ini pembimbing sosial

    memiliki peranan dalam membantu klien bipolar agar dapat

    menjalani kehidupan dengan baik dan bisa kembali

    beraktivitas di lingkungan sosialnya dengan mental yang

    sehat.

    Selain itu Nana Syaodih Sukmadinata juga memaparkan

    beberapa upaya untuk mencegah ketidaksehatan mental yang

    beliau paparkan dalam bukunya yang berjudul “Landasan

    Psikologi Proses Pendidikan” sebagai berikut:

    Dalam pemeliharaan kesehatan mental juga berlaku

    pepatah, lebih mudah mencegah dari pada mengobati.

    37

    Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama dan Pendidikan Mental (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 101.

  • 44

    1) Upaya pertama dan utama, yang paling ampuh tetapi sulit

    dilakukan, adalah menciptakan lingkungan sosial-

    psikologis yang sehat dan wajar. Lingkungan sosial

    psikologis yang sehat dan wajar akan tercipta apabila

    orang tua, pembimbing dan para terbimbing lainnya

    terlebih dahulu memiliki mental yang sehat.

    2) Upaya kedua, ciptakan interaksi dengan dasar kasih

    sayang dan penghargaan akan harga dan martabat tersebut

    sebagai individu. Awal noda goresan ketidaksehatan

    mental dimulai dari perlakuan orang dewasa, yang kurang

    menghormati pribadi anak dan mendekatinya tanpa kasih

    sayang yang wajar.

    3) Ketiga, pemeliharaan kesehatan fisik individu.

    4) Keempat, memberikan berbagai bentuk kegiatan belajar,

    latihan penyaluran yang sehat seperti terapi dan

    sebagainya, kegiatan tersebut harus sesuai dengan tahap

    perkembangan individu.38

    Dalam kenyataannya kita tahu bahwa kita hanyalah

    manusia biasa yang tidak sempurna dan tidak luput dari

    kekurangan dan kesulitan hidup, apalagi jika kita memiliki

    berbagai macam masalah hidup atau kehidupan yang kurang

    harmonis lalu hanya kita pendam sendiri nantinya akan

    mengakibatkan produktifitas kinerja kita menurun, kita tidak

    dapat mengerjakan tugas dengan wajar, dalam keadaan

    38

    Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 150.

  • 45

    tersebut kita dihinggapi gangguan mental seperti stress, rasa

    khawatir, sedih, marah, dan emosi.

    C. Bipolar Disorder

    Setiap penyakit memiliki sebab kenapa ia bisa tumbuh

    dan muncul dalam diri manusia dan setiap penyakit pasti ada

    obatnya demikian pula dengan salah satu penyakit yang saat

    ini cukup popular yaitu bipolar disorder. Penyakit bipolar

    disorder merupakan salah satu penyakit yang telah ada sejak

    lama namun reputasinya menanjak ketika pada beberapa

    tahun terakhir banyak masyarakat baik kalangan remaja,

    dewasa, hingga orang tua yang mengidap penyakit tersebut.

    Pada dasarnya setiap penyakit berasal dari hati kemudian

    menuju ke bagian syaraf manusia itu sendiri dan apa yang

    menyebabkannya tergantung pada sebesar apa permasalahan

    dan problematika yang dihadapi oleh seseorang. Hal ini pula

    yang menyebabkan terjadinya kemunculan pada penyakit

    yang bernama bipolar disorder yang diikuti oleh berbagai

    gejala manik dan depresi yang berlebihan dan terjadi secara

    tidak menentu dan tiba-tiba yang berasal dari alam perasaan

    atau perubahan mood bagi penderitanya.

    1. Pengertian Bipolar disorder

    Bipolar disorder adalah jenis penyakit dalam keilmuan

    psikologi, dalam perkembangannya bipolar disorder adalah

    salah satu penyakit mental yang masuk dalam kategori

    penyakit gangguan jiwa.Dalam kurung waktu terakhir bipolar

    menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu penyakit yang

  • 46

    berbahaya, khususnya dikalangan remaja, dewasa dan dewasa

    matang. Penyakit bipolar masuk dalam deretan daftar

    penyakit yang saat ini menjadi objek kajian dan penelitian,

    baik dari kalangan professional, para psikolog, kedokteran

    serta pihak-pihak yang menggandrungi ilmu psikologi39

    Untuk mendapatkan penjelasan secara lebih spesifik

    dan detail berikut definisi penyakit mental bipolar

    disorder baik secara etimologi dan terminology

    berdasarkan pengertian dan definisinya.

    Secara etimologi bipolar disorder mendefinisikan

    bipolar disorder ialah suatu penyakit mental yang terdapat

    dalam penyakit psikologis, penyakit bipolar disorder

    disebut juga dengan istilah “Manic-Depresive” yang

    berarti antara kebahagiaan atau perasaan gembira yang

    secara berlebihan dan perasan depresi atau frustasi yang

    terjadi secara tidak wajar dan tidak terkendalikan baik

    oleh penderitanya maupun oleh orang lain dan

    keluarganya. Dalam siklus yang tidak menentu inilah

    bipolar disorder berkembang dan terus berkembang yang

    diikuti oleh episode-episode mania dan depresi.40

    Sedangkan pengertian bipolar disorder secara

    terminology ialah terdiri dari dua kata yaitu Bipolar dan

    Disorder. Bipolar ialah yang berarti alam perasaan

    sedangkanDisorder ialah perubahan yang terjadi secara

    39

    Sarwono Wirawan Sarlito, Teori-teori Psikologi, (Jakarta: Raja

    Grafindo Persada: 1995) h. 27. 40

    Triantoro Safari dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi dan

    Depresi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 35.

  • 47

    tiba-tiba dan dimana ia muncul secara tidak pasti. Jadi

    pengertian bipolar disorder secara terminology ialah suatu

    alam perasaan yang dialami oleh penderitanya yang terdiri

    atas dua elemen utama yaitu mania dan depresi dimana

    kedua elemen tersebut akan terjadi tiba-tiba dan cepat

    dalam kurung waktu yang cukup lama.41

    Seseorang yang menderita penyakit mental bipolar

    disorder memiliki rekam hidup dan pengalaman-

    pengalaman baik pada masa lampau maupun yang

    berlangsung, dimana hal ini ditandai dengan adanya

    perubahan mood (perasaan), baik ringan maupun yang

    berat hingga pada level yang sangat ekstrim sekalipun.

    Seseorang mengidap penyakit mental bipolar disorder

    biasanya ketika masa remaja dimana pada masa remaja

    individu dianggap rentan mengidap bipolar yang

    disebabkan karena kondisi fisik dan psikologinya masih

    labil.42

    . hal yang paling umum dan popular bagi pengidap

    bipolar ialah dimana individu akan mengalami depresi

    dan mania. Pada dasarnya istilah bipolar disorder sendiri

    adalah berdasarkan pada suasana dan keadaan hati

    penderitanya, dimana mood (perasaan) individu akan

    mengalami perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, seperti

    antara dua kutub (Bipolar) yang berlawanan yaitu

    41

    Milton H. Erickson, Mood Disorder, (London: Crystal Park, 2004), h.36. 42

    Barbara Krahe, Perilaku Agresif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),

    h. 94.

  • 48

    kebahagiaan (Mania) dan kesedihan (Depresi) yang

    sangat ekstrim.43

    Pada dasarnya setiap manusia secara normal pasti

    pernah merasakan dan akan mengalami perasaan yang

    buruk atau yang dikenal juga dengan istilah Bad Mood,

    dan disisi lain akan mengalami yang namanya Good

    Mood atau perasaan senang dan bahagia. Namun lain

    halnya dengan orang yang mengidap bipolar disorder,

    dimana ia memiliki alam perasaan yang ekstrim yakni

    pola perasaan yang mudah berubah-ubah secara drastic

    (Mood Swings).44

    Pada saat-saat tertentu individu yang memiliki

    penyakit bipolar disorder akan merasakan perasaan

    antusiasme yang tinggi dan sangat bersemangat, hal ini

    terjadi karena biasanya perasaan dan pikirannya berada

    dalam keadaan yang stabil sehingga terlihat seperti orang

    yang normal. Namun apabila mood-nya (perasaannya)

    berubah menjadi buruk yang berlawanan dengan perasaan

    bahagianya, maka ia akan merasa marah, benci, takut,

    jengkel, emosi, ketakutan serta hal-hal yang buruk dimana

    ia merasa bahwa hal tersebut tidak baik. Dan pada tahap

    yang sangat ekstrim maka individu tersebut akan merasa

    43

    Triantoro Safari dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi dan

    Depresi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 50. 44

    C. Georg Boree, Dasar-dasar Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Prisma

    Sophie, 2006), h. 274.

  • 49

    depresi, putus asa, pesimis hingga ia akan memutuskan

    untuk melakukan bunuh diri.45

    2. Sebab-sebab Munculnya Bipolar Disorder

    Setiap jenis penyakit memiliki faktor dan alasan

    mengapa sebuah penyakit bisa muncul dalam diri

    seseorang, dan mengapa individu tersebut bisa mengidap

    penyakit yang di deritanya.Dalam prosesnya segala

    sesuatu di dunia ini memiliki alasan atas keberadaannya

    demikian halnya dengan penyakit.

    “Penyakit adalah suatu penyimpangan dari keadaan

    tubuh yang normal atau ketidakharmonisan jiwa”46

    “Penyakit adalah suatu keadaan dimana terdapat

    gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga

    berada dalam keadaan tidak normal”.47

    Tanpa adanya pemahaman dan pengertian tentang

    berbagai macam konsep penyakit mental ini, maka kita

    tidak mampu mempunyai dasar pemikiran yang kuat

    dimana hal ini menjadi patokan atas pendapat dan

    tindakan.

    Terkait dengan faktor-faktor yang menyebabkan

    munculnya penyakit mental bipolar disorder di antaranya

    meliputi Faktor Genetika (pembawaan/keturunan).Faktor

    45

    Triantoro Safari dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi dan

    Depresi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 69. 46

    Beate Jacob, Specialis Of Psychology, (New York: Paragament, 1982),

    h. 12 47

    Beate Jacob, Specialis Of Psychology, (New York: Paragament, 1982),

    h. 19

  • 50

    Gen yang disebabkan oleh penyakit bawaan atau

    keturunan merupakan salah satu faktor yang paling utama

    yang menyebabkan seseorang mengidap penyakit bipolar

    disorder. Individu yang berasal dari keluarga yang

    memiliki rekam penyakit bipolar secara turun temurun

    maka akan memiliki resiko yang cukup besar, dimana

    individu tersebut juga akan terindikasi mengidap penyakit

    yang sama. Dari segi keturunan tersebut bukan berarti dari

    kedua orang tuanya secara langsung, namun bisa juga

    berasal dari keturunan pihak ibu atau juga dari pihak

    ayah.Berdasarkan dari hasil penelitian tentang besarnya

    pengaruh pada faktor akibat keturunan atau bawaan pada

    penderita bipolar disorder memang cukup

    menghawatirkan.48

    Adapun beberapa jenis penyakit mental bipolar

    disorder yang terkait dengan aspek faktor genetic atau

    berdasarkan pada keturunan dan pembawaan diantaranya

    adalah:

    a. Perasaan yang berlawanan (Mood Disorder)

    Dalam dunia medis maupun dalam hal penyakit

    pencegahan patutnya dilakukan dalam upaya

    mencegah dan menghindari gejala suatu penyakit

    menjadi lebih besar dan rumit.Upaya penanganan

    sejak dini baiknya dilakukan secara proporsional bagi

    48

    Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Terapan dan Masalah-masalah

    Sosial, (Bandung: Uad Press, 2005), h. 303.

  • 51

    penderitanya, hal ini dilakukan untuk mencegah hal-

    hal yang tidak diinginkan.49

    Terdapat dua Neurotransmitter yang menyebabkan

    gangguan mood yaitu Norepinephrine dan Serotonin.

    Norepinephrine merupakan keadaan dimana individu

    mengalami gangguan bipolar disorder yang berada

    pada tahap yang cukup rendah dari tahap-tahap yang

    lainnya. Namun pada tahap ini pada dasarnya

    menyebabkan individu akan mengalami sejenis

    depresi hingga berakibat pada tahap mania. Sementara

    Serotonin tidak jauh berbeda dengan tahap

    sebelumnya dimana pada ini juga individu yang

    menderita bipolar akan mengalami depresi dan rasa

    frustasi.50

    Dalam proses pengobatannya pada tahap ini

    individu hanya perlu meminum obat-obat depresi pada

    umumnya, hal ini bisa dilakukan oleh individu itu

    sendiri maupun oleh pihak keluarga atas saran dan

    rujukan dari pihak rumah sakit serta dokter yang

    menanganinya. (Gunarsa, S.D. dan Yulia, Psikologi

    perawatan: 2003) keduanya mengatakan bahwa bagi

    pengidap bipolar yang berada pada tahap depresi baik

    depresi ringan maupun yang berat, yaitu yang berada

    pada tahap ini ialah Tricylics dan Monoamine

    Oxidase.Obat ini sendiri secara fungsional merupakan

    49

    Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Terapan dan Masalah-masalah

    Sosial, (Bandung: Uad Press, 2005), h. 310. 50

    Mulyanto, Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi,

    (Semarang: IKIP Semarang Press, 2003), h. 312.

  • 52

    obat anti depresi yang bertujuan untuk pencegahan.

    Selain itu obat tersebut akan memberikan pengaruh

    pada bagian syaraf penderita bipolar.51

    b. Neuroendokrin

    Pada tahap ini terdapat suatu area limbik di dalam

    otak manusia yang berkaitan dengan emosi dimana hal

    ini menyebabkan bagian hipotalamus penderita

    bipolar. Bagian hipotalamus sendiri adalah bertujuan

    untuk dapat mengontrol dan mengendalikan kelenjar

    endokrin dan tingkat hormon bagi penderitanya,

    adanya hormone tersebut yang berasal hipotalamus

    akan memberikan pengaruh kelenjar pituitary.

    Beberapa hal yang diakibatkan oleh hal tersebut ialah

    dimana timbulnya depresi, perasaan frustasi,

    mengurung dan mengisolir diri, tidak tenang,

    berbicara sendiri dengan sesuka hati namun individu

    tersebut akan tetap menyadari apa yang

    dibicarakannya, serta mengalami gangguan tidur.

    Akibat dari munculnya gejala-gejala tersebut maka

    penderita bipolar akan semakin berada pada level

    yang menghawatirkan, secara structural fungsi-fungsi

    dari anggota badan akan mengalami drop dan

    ketidakberdayaan dalam melakukan aktivitas yang

    normal.52

    51

    Barbara Krahe, Perilaku Agresif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),

    h.101. 52

    Alex Thio, Deviant Behavioristik. (Jakarta: Rosda Karya, 2007), h. 157

  • 53

    c. An Integrated of Bipolar Disorder

    Bagi penderita bipolar disorder terdapat beberapa

    gangguan-gangguan yang berada pada area motivasi

    yang dikenal dengan Behavioral Activation

    System.Pada dasarnya area motivasi sendiri membuat

    seseorang pengidap bipolar merasakan adanya suatu

    penghargaan yang ia peroleh dari lingkungan dan

    sosial adalah suatu hal yang mutlak untuk diberikan

    dan perlu ia dapatkan .

    Oleh sebab itu individu patutnya diberikan suatu

    motivasi yang mendorong dan mendukungnya ke arah

    yang lebih baik, salah satunya berupa reward dari

    lingkungannya. Dimana hal ini berkaitan dengan

    konsep Positive Emotional States, kar