bibit uji viabilitas

11
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengujian mutu benih, yang meliputi pengujian mutu fisik, genetis dan fisiologis, merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Di dalam setiap pengujian, standar tolak ukur untuk mutu kualitas benih memiliki berbeda-beda. Karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukkan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapangan harus di evaluasi pengujian. Pengujian mutu fisiologis benih dapat dilakukan melalui uji viabilitas dan vigor benih. Uji viabilitas benih meliputi pengukuran daya kecambah dan kadar air benih. Yang dimaksud Viabilitas adalah Daya Hidup. Sedangkan pengertian Viabilitas Benih itu

Upload: yeni-widiawati

Post on 08-Dec-2015

226 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bibit Uji Viabilitas

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengujian mutu benih, yang meliputi pengujian mutu fisik, genetis dan fisiologis,

merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Di dalam

setiap pengujian, standar tolak ukur untuk mutu kualitas benih memiliki berbeda-

beda. Karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukkan korelasi

dengan nilai pertanaman benih di lapangan harus di evaluasi pengujian.

Pengujian mutu fisiologis benih dapat dilakukan melalui uji viabilitas dan vigor

benih.

Uji viabilitas benih meliputi pengukuran daya kecambah dan kadar air benih.

Yang dimaksud Viabilitas adalah Daya Hidup. Sedangkan pengertian Viabilitas

Benih itu sendiri adalah kemampuan benih untuk berkecambah dan menghasilkan

kecambah normal dalam jangka waktu tertentu sesuai dalam ketentuan dalam

sertifikasi benih. Dengan demikian, uji viabilitas dalam hal ini perlu dilakukan

untuk memberi informasi yang berguna bagi produsen, pedagang, dan konsumen

benih.

Page 2: Bibit Uji Viabilitas

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat memahami tentang uji viabilitas pada benih.

2. Mahasiswa dapat memahami tentang faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi uji viabilitas benih.

Page 3: Bibit Uji Viabilitas

II. PEMBAHASAN

Pengujian benih merupakan analisis beberapa parameter fisik dan kualitas

fisiologis sekumpulan benih yang biasanya didasarkan pada perwakilan sejumlah

contoh benih. Pengujian dilakukan untuk mengetahui mutu kualitas kelompok

benih. Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di

lapangan. Salah satu contoh pengujian benih adalah uji viabilitas benih atau uji

perkecambahan benih.

Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara tak langsung, misalkan dengan

mengukur gejala-gejala metabolisme ataupun secara langsung dengan mengamati

dan membandingkan unsur-unsur tumbuh tertentu. Sebagai parameter untuk

viabilitas benih digunakan presentase perkecambahan. Persentase kecambah yang

tinggi sangat diinginkan oleh para petugas persemaian, dan segala sesuatu selain

benih murni yang berkecambah akan dianggap sebagai hal yang tidak berguna,

oleh karena itu pegujian kecambah atau viabilitas harus menggambarkan

kecambah yang potensial.

Pengujian viabilitas ada beberapa macam yaitu pengujian pemotongan (cutting

test), tetrazolium (TZ), pemotongan embrio, dan pengujian hydrogen peroksida

Page 4: Bibit Uji Viabilitas

(H2O2). Pengujian viabilitas benih biasanya kurang tepat diterapkan untuk benih-

benih yang berukuran sangat kecil, bahkan teknik pengambilan/pemotongan

embrio hampir tidak mungkin dilakukan. Uji tetrazolium memanfaatkan prinsip

dehidrogenase yang merupakan group enzim metabolism pada sel hidup, yang

mana mudah diamati perubahan warnanya. Selain uji TZ, uji hydrogen peroksida

(H2O2) juga merupakan uji yang efektif. uji ini merupakan uji viabilitas yang

lain, yang membentuk transisi menjadi pengujian kecambah.

Pengertian viabilitas secara tidak langsung menurut Sadjad ialah sama dengan

gejala hidup. Namun, fenomena tumbuh benih bukan merupakan satu-satunya

parameter untuk menandakan gejala hidup. Gejala hidup sudah dapat terlihat dari

hasil proses metabolisme, yaitu berupa peningkatan laju pernapasan benih. Gejala

metabolisme yang segera tampak sesudah hidrasi terjadi oleh proses imbibisi ialah

perombakan bahan-bahan cadangan dalam benih.

Viabilitas Viabilitas benih menurut Mugnisjah (1990) ialah daya hidup benih yang

dapat ditunjukkan oleh gejala metabolisme atau gejala pertumbuhannya atau

metabolismenya. Menurut Pramono (2011), viabilitas benih adalah daya hidup

benih yang ditunjukkan aktif secara metabolik dan memiliki enzim yang dapat

mengkatalisa reaksi metabolik yang diperlukan untuk pertumbuhan kecambah.

Viabilitas benih saat diproduksi, dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1.

Ketersediaan air, 2. ketersediaan hara, 3. serta kondisi dan keadaan lingkungan

yang mendukung. Viabilitas benih merupakan salah satu penentu mutu fisiologis

benih dan ditentukan oleh daya berkecambah dan vigor benih. Daya berkecambah

Page 5: Bibit Uji Viabilitas

mencerminkan kemampuan benih untuk dapat tumbuh dan berkembang dalam

lingkungan yang suboptimum. Deteksi viabilitas benih yang didasarkan

kebocoran elektrolit dari sejumlah benih termasuk metode tidak langsung.

Pertumbuhan kecambah atau bibit pada pendeteksian viabilitas disebut indikasi

viabilitas langsung, sedangkan indikasi aktivitas enzim, disebut viabilitas tidak

langsung (Sadjad, 1994).

Metode uji viabilitas :

a. Uji Kertas Digulung (UKD) untuk benih besar : tanaman pangan : jagung,

padi

Uji Kertas Digulung didirikan ((UKDd)

Uji Ketas Digulung didirikan dalam plastik (UKDdp)

Uji Kertas Digulung dimiringkan (UKDm)

b. Uji Antar Kertas (UAK) untuk benih besar dan kecil : tanaman pangan dan

sayuran (tomat dan cabe dalam praktikum)

c. Uji Diatas Kertas (UDK) untuk benih kecil : sayuran : bayam dan wijen.

Kriteria kecambah pada uji viabilitas :

a. Normal (tumbuh sempurna, sehat)

b. Abnormal

Cacat : akar pendek (salah satu bagian kecambah hilang)

Rusak : kotiledon/ perakaran putus

Page 6: Bibit Uji Viabilitas

Busuk : akibat serangan hama dan penyakit

Lambat : pertumbuhan kecambah tidak normal pada akhir pengamatan

c. Benih Mati (busuk)

d. Benih Segar Tidak Tumbuh (benih mengembang, tidak tumbuh plumula

(mengalami imbibisi)

d. Benih Keras (dormansi : tidak mengalami imbibisi karena kulit keras).

Page 7: Bibit Uji Viabilitas

III. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Uji viabilitas benih meliputi pengukuran daya kecambah dan kadar air

benih. Yang dimaksud Viabilitas adalah Daya Hidup. Sedangkan

pengertian Viabilitas Benih itu sendiri adalah kemampuan benih untuk

berkecambah dan menghasilkan kecambah normal dalam jangka waktu

tertentu sesuai dalam ketentuan dalam sertifikasi benih.

2. Viabilitas benih saat diproduksi, dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1.

Ketersediaan air, 2. ketersediaan hara, 3. serta kondisi dan keadaan

lingkungan yang mendukung.

Page 8: Bibit Uji Viabilitas

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi

Lahan dan Perhutanan Nasional. 2006.Manual

Pengujian Benih Tanaman Hutan. Sumedang :  Balai

Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura.

Justice, O. L. L., N. Bass. 1994. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. (terj.). PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. 446 hal.

Leadem, C.L. 1984. Quick Test for Tree Seed Viability.

Management Report NO 18. B.C.Ministry Forest Land

Research Branch.

Sadjad, S. 1972. Kertas merang untuk uji viabilitas benih di Indonesia. Beberapa penemuan dalam bidang teknologi benih. (Disertasi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Schmidt, Lars. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Subtropis. Na’iem M, penerjemah; Harum F, editor. Jakarta: Dirjen RLPS, Departemen Kehutanan. Terjemahan dari : Guide to Handling Tropical and Subtropical Forest Seed.