bi aerosolbioaerosol

85
LAPORAN PRAKTIKUM Mikrobiologi Terapan LATIHAN 5 Mikrobiologi Udara Oleh: Nama : Henni Meilany NIM : 34 2009 231 Kelas : IV Biologi E Dosen : Susi Dewiyeti, S.Si, M.Si LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2011 A. PRAKTIKUM KE : 5 (Tiga) B. JUDUL : Mikrobiologi Udara

Upload: arida-fauziyah

Post on 10-Dec-2014

156 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

mikling

TRANSCRIPT

Page 1: Bi Aerosolbioaerosol

LAPORAN PRAKTIKUM

Mikrobiologi Terapan

LATIHAN 5

Mikrobiologi Udara

Oleh:

Nama : Henni Meilany

NIM : 34 2009 231

Kelas : IV Biologi E

Dosen : Susi Dewiyeti, S.Si, M.Si

LABORATORIUM BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2011

A. PRAKTIKUM KE : 5 (Tiga)

B. JUDUL : Mikrobiologi Udara

C. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Atmosfer tersusun atas 2 lapisan utama yaitu troposfer dan stratosfer.

Troposfer tersusun atas lapisan laminar, lapisan turbulen, lapisan friksi luar, dan

lapisan konveksi. Atmosfer mengandung partikel-partikel yang disebut sebagai

Page 2: Bi Aerosolbioaerosol

aerosol, salah satu komponen aerosol yaitu bioaerosol yang terdiri antara lain

mikroba dan pollen (Sofa, 2008).

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme mikroskopik yang

sebagian besar berupa satu sel yang terlalu kecil untuk dapat dilihat

menggunakan mata telanjang. Mikroba berukuran sekitar seperseribu milimeter (1

mikrometer) atau bahkan kurang, walaupun ada juga yang lebih besar dari 5

mikrometer. Karenanya, mikroba hanya bisa dilihat dengan menggunakan alat

bantu berupa mikroskop (Yusra, 2010).

Sebenarnya tidak benar-benar ada organisme yang hidup di udara, karena

organisme tidak dapat hidup dan terapung begitu saja di udara. Flora

mikroorganisme udara terdiri atas organisme yang terdapat sementara

mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel debu. Setiap kegiatan

manusia agaknya menimbulkan bakteri di udara. Batuk dan bersin menimbulkan

aerosol biologi (yaitu kumpulan partikel udara). Kebanyakan partikel dalam

aerosol biologi terlalu besar untuk mencapai paru-paru, karena partikel-partikel ini

tersaring pada daerah pernapasan atas. Sebaliknya, partikel-partikel yang sangat

kecil mungkin mencapai tapak-tapak infektif yang berpotensi. Jadi, walaupun

udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu

dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara (Volk & Wheeler, 1989 dalam iqbal,

2008).

Mikroba terdapat dimana-mana dalam alam. Mikroba dapat ditemui mulai

dari dasar lautan yang paling dalam sampai ke puncak gunung yang paling tinggi.

Mikroba ada yang hidup dalam air dingin, juga ada yang tahan hidup dalam air

panas pada suhu tinggi bahkan ada yang sampai 250 derajat Celcius. (Sofa,

2008).

Menurut Yusra (2010) Tanah yang kita injak dipenuhi oleh mikroba.

Mikroba dapat terbawa bersama aliran air ke sungai, danau dan laut. Mikroba

dapat ditemui dimana mereka menemukan makanan, kelembaban (air), dan suhu

yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Karena kondisi yang

cocok untuk kehidupan manusia juga cocok bagi mikroba maka tidak dapat

dihindari bila kita hidup berdampingan dengan mikroba (iqbal, 2008).

Page 3: Bi Aerosolbioaerosol

Mikroba ada dalam udara yang kita hirup. Dia mungkin juga ada dalam

makanan yang kita makan dan minuman yang kita minum terutama makanan dan

minuman yang sudah terkontaminasi, dipermukaan kulit, dalam mulut, hidung dan

setiap lubang pada tubuh, serta dalam saluran pernafasan dan pencernaan

(Yusra, 2010).

Menurut iqbal (2008) Mikroba lebih banyak lagi ditemui pada tanaman dan

hewan. Sebagian besar mikroba tidak berbahaya bagi manusia, dan manusia

yang sehat diberi kemampuan oleh Yang Maha Kuasa untuk bertahan dari

serangan mikroba yang berbahaya sampai batas-batas tertentu.

2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilaksaanakannya praktikum ini adalah:

a. Untuk mengetahui mikrobiologi di udara.

b. Untuk mengetahui bentuk koloni, elevasi, tepian jumlah, warna, dan

diameter mikroba.

D. DASAR TEORI

Mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu

medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapimerupakan pembawa bahan partikulat

debu dan tetesan cairan, yang kesemuanya ini mungkin dimuati mikroba. Untuk

mengetahui atau memperkirakan secara akurat berapa jauh pengotoran udara sangat

sukar karena memang sulit untuk menghitung organisme dalam suatu volume udara.

Namun ada satu teknik kualitatif sederhana (iqbal, 2008).

Menurut Volk & Wheeler (1989) yaitu mendedahkan cawan hara atau medium

di udara untuk beberapa saat. Selama waktu pendedahan ini, beberapa bakteri di

udara akan menetap pada cawan yang terdedah. Semakin banyak bakteri maka

bakteri yang menetap pada cawan semakin banyak. Kemudian cawan tersebut

diinkubasi selama 24 jam hingga 48 jam maka akan tampak koloni-koloni bakteri,

khamir dan jamur yang mampu tumbuh pada medium yang digunakan.

Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara bervariasi

sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah orang yang ada. Daerah yang

berdebu hampir selalu mempunyai populasi mikroorganisme atmosfer yang tinggi.

Page 4: Bi Aerosolbioaerosol

Sebaliknya hujan, salju atau hujan es akan cenderung mengurangi jumlah organisme

di udara dengan membasuh partikel yang lebih berat dan mengendapkan debu.

Jumlah mikroorganisme menurun secara menyolok di atas samudera, dan jumlah ini

semakin berkurang pada ketinggian (altitude) yang tinggi (Volk & Wheeler, 1989).

Menurut Irianto (2002), jumlah mikroorganisme yang mencemari udara juga

ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari saluran

pernapasan manusia yang disemprotkan melalui batuk dan bersin, dan partikel-

partikel debu, yang terkandung dalam tetes-tetes cairan berukuran besar dan

tersuspensikan, dan dalam “inti tetesan” yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran

kecil menguap. Organisme yang memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa

meter atau beberapa kilometer; sebagian segera mati dalam beberapa detik,

sedangkan yang lain dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu, berbulan-

bulan, bahkan lebih lama lagi. Nasib akhir mikroorganisme yang berasal dari udara

diatur oleh seperangkat rumit keadaan di sekelilingnya (termasuk keadaan atmosfer,

kelembaban, cahaya matahari dan suhu), ukuran partikel yang membawa

mikroorganisme itu, serta ciri-ciri mikroorganismenya terutama kerentanannya

terhadap keadaan fisik di atmosfer.

1. Kandungan mikroba di dalam udara

Meskipun tidak ada mikroorganisme yang mempunyai habitat asli udara, tetapi

udara di sekeliling kita sampai beberapa kilometer di atas permukaan bumi

mengandung berbagai macam jenis mikroba dalam jumlah yang beragam.

a. Udara di dalam ruangan

Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh

faktor-faktor seperti laju ventilasi, padatnya orang, dan sifat serta taraf kegiatan orang-

orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme dapat terhembuskan dalam

bentuk percikan dari hidung dan mulut misalnya selama bersin, batuk dan bahkan

saat bercakap-cakap.

Titik-titik air yang terhembuskan dari saluran penapasan mempunyai ukuran

yang beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik air yang ukurannya jatuh

dalam kisaran mikrometer yang rendah tinggal di udara sampai beberapa lama, tetapi

yang berukuran besar segera jatuh ke lantai atau permukaan benda lain. Debu dari

Page 5: Bi Aerosolbioaerosol

permukaan ini kadang-kadang akan berada dalam udara selama berlangsungnya

kegiatan dalam ruangan tersebut.

b. Udara di luar atmosfer

Permukaan bumi, yaitu daratan dan lautan merupakan sumber dari sebagian

besar mikroorganisme yang ada dalam atmosfer. Angin menimbulkan debu dari

tanah, kemudian partikel-partikel debu tersebut akan membawa mikroorganisme yang

menghuni tanah. Sejumlah besar air dalam bentuk titik-titik air memasuki atmosfer

dari permukaan laut, teluk, dan kumpulan air alamiah lainnya. Di samping itu, ada

banyak fasilitas pengolahan industri, pertanian, baik lokal maupun regional

mempunyai potensi menghasilkan aerosol berisikan mikroorganisme.

Beberapa contoh antara lain:

1) Penyiraman air irigasi tanaman pertanian atau daerah hutan dengan limbah air.

2) Pelaksanaan penebahan air skala besar.

3) Saringan “tricling-bed” di pabrik-pabrik pembersih air.

4) Rumah pemotongan hewan dan peleburan minyak.

5) Alga, protozoa, khamir, kapang, dan bakteri telah diisolasi dari udara dekat

permukaan bumi.

Contoh udara tersebut diambil dari daerah perindustrian selama jangka waktu

beberapa bulan. Bagian terbanyak dari mikroba yang berasal dari udara adalah spora

kapang, terutama dari genus Aspergillus. Di antara tipe-tipe bakteri yang ditemukan

ada bakteri pembentuk spora dan bukan pembentuk spora, basilus Gram positif,

kokus Gram positif, dan basilus Gram negatif.

Contoh mengenai jasad-jasad renik yang dijumpai di atmosfer kota diperlihatkan pada

tabel berikut:

Tabel 1. Jasad Renik pada Atmosfer

Tinggi (meter) Bakteri (genus) Cendawan (genus)

1.500 – 4.500 Alcaligenes

Bacillus

Aspergillus

Macrosporium

Page 6: Bi Aerosolbioaerosol

Penicillium

4.500 – 7.500 BacillusAspergillus

Clasdosporium

7.500 – 10.500Sarcina

Bacillus

Aspergillus

Hormodendrum

10.500 – 13.500Bacillus

Kurthia

Aspergillus

Hormodendrum

13.500 – 16.500Micrococcus

BacillusPenicillium

(Sumber: Irianto, 2002 dalam Ali)

Contoh udara tersebut diambil dari daerah perindustrian selama jangka waktu

beberapa bulan. Bagian terbanyak dari mikroba yang berasal dari udara adalah spora

kapang, terutama dari genus Aspergillus. Di antara tipe-tipe bakteri yang ditemukan

ada bakteri pembentuk spora dan bukan pembentuk spora, basilus Gram positif,

kokus Gram positif, dan basilus Gram negatif.

2. Komposisi udara

Komposisi baku udara yang kita hisap setiap saat, sudah diketahui sejak

lama. Walaupun begitu, seiring dengan semakin kompleksnya masalah

pencemaran udara, maka komposisi tersebut banyak yang berubah, khususnya

karena dalam udara banyak komponen-komponen baru ataupun asing yang masuk

(Aili, 2008).

Dari data-data yang sudah ada, komposisi baku udara tersebut tersusun oleh

komponen-komponen kimia antara lain, Nitrogen, Oksigen, Argon, CO2, Neon,

Helium, metan, Kripton, N-Oksida, Hidrogen dan Xenon. Akan tetapi selain

komponen-komponen kimia tersebut masih terdapat juga komponen lain yang bersifat

hidup, yang pada umumnya berbentuk mikroba (Suriawiria, 1985).

3. Kelompok kehidupan di udara

Kelompok mikroba yang paling banyak berkeliaran di udara bebas adalah

bakteri, jamur (termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalge. Kehadiran jasad hidup

Page 7: Bi Aerosolbioaerosol

tersebut di udara, ada yang dalam bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam

bentuk generatif (umumnya spora).

Menurut Suriawiria (1985), pencegahan kehadiran mikroba baik secara fisik ataupun

kimia yang dapat dilakukan, yaitu:

a. Secara fisik: dengan penggunaan sinar-sinar bergelombang pendek (umumnya

sinar UV) sebelum dan sesudah tempat dipergunakan, ataupun dengan cara

penyaringan udara yang dialirkan ke dalam tempat atau ruangan tersebut. Dengan

pemanasan menggunakan alat yang disebut autoclave yaitu dengan memanaskan

pada suhu 121oC,tekanan 15 lbs selama 15 menit. Menggunakan sinar gelombang

pendek seperti sinar alpha,beta,gamma dan UV.

b. Secara kimia: dengan penggunaan senyawa-senyawa yang bersifat membunuh

mikroba, baik dalam bentuk larutan alkohol (55-75%), larutan sublimat, larutan

AMC (HgCl2 yang diasamkan), dan sebagainya. Menggunakan asam kuat,

menggunakan basa kuat, menggunakan garam, menggunakan air raksa,

menggunakan klor

c. Secara mekanik (Filterisasi): Dalam melakukan percobaan ini digunakan media

yang memenuhi syarat yaitu, mengandung nutrisi atau bahan yang dapat

menunjang pertumbuhan mikroorganisme. Ketika dilakukan sterilisasi media ini

tidak mengalami kerusakan. Media yang digunakan dalam praktikum terbagi

menjadi; Padat, contohnya PDA,NA, Cair,contohnya: laktosa Broth dan Media semi

padat-semi cair.

Kelompok mikroba yang paling banyak ditemukan sebagai jasad hidup yang

tidak diharapkan kehadirannya melalui udara, umumnya disebut jasad kontaminan

(hal ini mengingat apabila suatu benda/substrat yang ditumbuhinya dinyatakan

sebagai substrat yang terkontaminasi (Yusra, 2010).

Adapun kelompok mikroba yang termasuk dalam jasad kontaminan antara lain

adalah:

a. Bakteri: Bacillus, Staphylococcus, Pseudomonas, Sarcina dan sebagainya.

b. Jamur: Aspergillus, Mucor, Rhizopus, Penicillium, Trichoderma, dan

sebagainya.

c. Ragi: Candida, Saccharomyces, Paecylomyces, dan sebagainya.

Page 8: Bi Aerosolbioaerosol

Banyak jenis dari jamur kontaminan udara yang bersifat termofilik, yaitu

jamur yang tahan pada pemanasan tinggi di atas 800C, misal selama suatu

benda/substrat sedang disterilkan. Ketahanan ini umumnya kalau mereka sedang

berada di dalam stadia/ fase spora. Ini terbukti bahwa walaupun suatu

substrat/media sudah disterilkan, tetapi di dalamnya setelah melewati waktu

tertentu kemudian tumbuh dan berkembang pula bakteri ataupun jamur tanpa

diharapkan sebelumnya (Suryawiria, 1985 dalam Ali, 2008).

Ruangan tempat pembedahan di rumah-rumah sakit sangat dihindari sekali

kehadiran mikroba kontaminannya. Karenanya ruangan tersbut akan di jaga

kebersihannya sebelum dipergunakan untuk keperluan operasi secara

menyeluruh (Suryawiria, 1985) .

4. Sekilas komposisi umum mikroorganisme di udara

Kemungkinan lingkungan alami yang paling tidak bersahabat dengan

mikroorganisme adalah lingkungan atmosfer. Sel mikroba berukuran sangat kecil

yang tersuspensi dalam udara dapat terancam kekeringan, rusak karena efek radiasi

dari cahaya matahari ataupun dari aktivitas kimia gas oksigen. Banyak jenis bakteri

yang mati ketika terekspos ke udara terutama dari jenis gram negatif tetapi beberapa

jenis mampu bertahan dan menggunaakan turbulensi aliran udara untuk

penyebarannya. Meskipun begitu tidak ada satu jenis pun yang mampu tumbuh dan

berkembang biak dalam lingkungan atmosfer (Pradhika. 2010).

Flora bakteri utama yang mendominasi yaitu bakteri gram positif batang dan

kokus yang sering menjadi pengontaminasi udara yang berasal dari  binatang,

manusia atau lingkungan air. Dari bakteri gram positif tersebut terdapat beberapa

jenis yang sering dijumpai yaitu Micrococci dan Corynebacteria (koloni berpigmen),

Bacillus (mampu membentuk endospora dan mempunyai bentuk koloni besar

berwarna putih sampai krem), Streptomyces atau genus yang berhubungan dengan

Actinomycetes (bakteri berfilamen dan koloni kecil dan timbul/raised) (Adam dan

Moss, 2000). Beberapa faktor yang menjadikan jenis-jenis ini mampu bertahan hidup

adalah (1) Pigmentasi pada mikroorganisme dapat membantu melindungi dari radiasi

cahaya tampak maupun UV, (2) Selubung dinding sel yang dimiliki oleh bakteri gram

Page 9: Bi Aerosolbioaerosol

positif mampu mencegah kekeringan, (3) Pembentukan endosopra dari Bacillus dan

konidiospora dari Actinomycetes menjadikannya resisten terhadap radiasi dan

kekeringan (Ray, 2005). Bahkan spora dari genus Streptomycetes terspesialisasi

untuk tersebar lewat udara karena spora kering tersebut terbentuk di ujung filamen

berbentuk rantai dan siap disebarkan angin. Ketika berada di udara bakteri menjadi

tidak aktif, mereka hanya melekat pada partikel debu. Penyebaran bakteri di udara

juga sangat dipengaruhi oleh partikel-partikel/tetesan kecil air. Volume aerosol yang

cukup ringan terbawa angin ini lebih besar dibandingkan dengan sel bakteri sehingga

bakteri dapat mudah terlarut didalamnya dan tersebar di udara. Aerosol dapat

terbentuk oleh kegiatan-kegiatan yang dapat memisahkan dan menyebarkan formasi

air seperti batuk, bersin, semprotan air, cipratan air, gelembung udara di dalam air, dll.

Spora fungi dan sel yeast juga merupakan faktor pengontaminasi yang

penting. Beberapa jenis umum jamur yang sering ditemukan dan yang bertanggung

jawab terhadap pembusukan adalah Aspergillus dan Penicillium. Jenis ini tidak

mempunyai mekanisme penyebaran spora secara aktif tetapi mereka memproduksi

banyak spora kecil yang kering sehingga akan beratahan lama dari kekeringan dan

radiasi. Beberapa fungi seperti Fusarium menghasilkan spora yang umumnya

tersebar saat keadaan udara lembab. Saat kelembaban udara (relative humidity)

menurun seperti ketika pergantian malam ke siang, sporofor Cladosporium akan

bereaksi dengan memelintir dan lepas sehingga tersebar ke udara dan

menjadikannya jenis yang sering dijumpai di siang hari (Adam dan Moss, 2000).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan mikroorganisme di udara

Keberadaan mikroorganisme di udara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

kelembaban udara, ukuran dan konsentrasi partikel debu, temperatur, aliran udara,

jenis mikroorganisme. Semakin lembab (banyak uap dan partikel air) maka

kemungkinan semakin banyak kandungan mikroba di udara karena partikel air dapat

memindahkan sel-sel yang berada di permukaan. Begitu juga dengan partikel debu,

semakin tinggi konsentrasinya dan semakin kecil ukuran partikel debu maka semakin

banyak jumlah mikroba di udara. Jika suhu di suatu ruangan dinaikkan maka akan

berdampak pada kekeringan di udara, tetapi perlu diperhatikan bahwa suhu tinggi

dapat menaikkan suhu air sehingga memudahkan proses penguapan air.

Page 10: Bi Aerosolbioaerosol

Aliran udara yang tinggi juga mampu mempercepat penguapan dan

menerbangkan partikel debu. Pada umumnya keadaan udara yang kering dan

mengandung sedikit debu memiliki konsentrasi mikroorgansime yang rendah.

Selain itu jenis mikroba udara juga dipengaruhi oleh sumber-sumber

pertumbuhan mikroorganisme. Lingkungan peternakan tentunya memiliki komposisi

mikroorganisme udara yang berbeda dengan lingkungan rumah sakit atau lingkungan

produksi minuman ringan.

Kontaminasi mikroorganisme dari udara dapat dikurangi melalui beberapa

usaha yaitu mengontrol partikel debu dengan menyaringnya, membuat udara positif

dalam ruangan aseptik (udara positif dibuat dengan meninggikan tekanan di suatu

ruang sehingga udara akan selalu mengalir ke tekanan yang lebih rendah),

mengurangi kelembaban udara, dan memasang lampu UV. 

Pengukuran konsentrasi mikroorganisme udara dalam suatu ruangan tertutup

maupun terbuka harus memperhatikan beberapa hal penting berikut: aliran udara

pernafasan, jendela dan pintu, letak dan sitem ventilasi, ada atau tidaknya sistem

penyaringan, sirkulasi udara, kecepatan angin, letak sumber bahan pengontaminan

(sampah, saluran pembuangan, wastafel dll.), AC, tekanan udara dalam suatu ruang,

jumlah orang/ lalu-lalang operator, adanya kayu atau bahan berpori. dll.

6. Berbagai macam metode untuk mengambil sampel mikoorganisme di udara

Berikut adalah beberapa macam metode yang diklasifikasikan berdasarkan prinsip

kerjanya.

a. Metode non kultur (non-culturable / non-vialbe air sample dan spore trap)

Dasar metode non kultur adalah dengan menjebak mikroorganisme pada

suatu alat kemudian mikororganisme yang terjebak dihitung secara langsung (saat

itu juga tanpa inkubasi) dengan mikroskop. Dasar teknik ini adalah sama dengan

metode impaction atau filtration yang akan dijelaskan kemudian. Cara ini hanya

spesifik digunakan untuk menghitung spora jamur maka disebut juga jebakan spora

(spore trap). Spora yang dihitung tidak memperdulikan apakah spora tersebut

mampu untuk berkecambah atau tidak.

Beberapa jenis spore trap adalah Air-O-Cell, Allergenco, VersaTrap,

Burkard, Cyclex, Cyclex-d, Micro-5 dll. Cara kerjanya adalah dengan menyedot

Page 11: Bi Aerosolbioaerosol

udara memasuki alat lalu partikel yang terbawa akan ditumbukkan dengan substrat

sampling yang lengket, kemudian sisa udara keluar lewat lubang. Spora yang

menempel langsung dihitung dan diidentifikasi.

Kelebihan metode non kultur adalah :

1) Mudah digunakan.

2) Dapat membedakan jenis jamur secara cepat berdasarkan bentuk spora.

3) Cepat dan dapat menghemat waktu (tanpa inkubasi).

4) Tidak tergantung pada jenis media pertumbuhan yang cocok.

5) Bisa juga untuk mendeteksi partikel udara lainnya seperti hifa, polen, fragmen

epitel kulit dll.

6) Cocok untuk menghitung spora yang dihubungkan dengan dampak alergi

karena alergi dapat dipicu oleh spora hidup atau mati.

Kekurangan metode ini adalah :

1) Tidak dapat membedakan jenis jamur lebih jauh atau lebih detail (misalnya

morfologi Spora Aspergillus sp. dan Penicillium sp. umumnya sama).

2) Tidak dapat membedakan spora yang mampu untuk tumbuh atau spora mati.

3) Kurang cocok dipakai untuk mendeteksi sel vegetatif atau endospora bakteri.

B.Metode kultur (culturable / viable air sample)

Semua metode kultur menggunakan suatu media pertumbuhan dapat berupa agar

dalam cawan petri atau agar strips untuk menumbuhkan mikroorganisme yang

terjebak.

Page 12: Bi Aerosolbioaerosol

Kelebihan metode kultur adalah :

-dapat digunakan untuk mendeteksi bakteri (tidak hanya spora saja).

-memiliki gambaran berapa jumlah mikroorganisme hidup yang berada di udara.

-dapat menentukan jenis mikroorganisme sampai spesies karena mempunyai koloni

tunggal yang dapat dikultur lagi.

Kekurangannya adalah :

-membutuhkan waktu inkubasi yang lama.

-tidak begitu akurat mengingat spora yang rusak dan tidak mampu tumbuh tidak

terhitung.

-pertumbuhan jenis mikroorganisme tergantung jenis media yang digunakan sehingga

mikroorganisme yang tidak mampu tumbuh pada media tersebut tidak akan

terdeteksi.

-jumlah total mikrorganisme mungkin dapat mengalami kesalahan karena koloni dapat

bertindihan dan adanya perbedaan kecepatan pertumbuhan koloni.

-pada umumnya dalam pengoperasiannya metode ini dapat memakan dana yang

cukup besar.

a.Metode pasif

Disebut dengan metode pasif karena membiarkan partikel udara mengenai sendiri

pada permukaan media pertumbuhan.

Exposure Plate

Cara pengambilan sampel metode exposure plate adalah dengan memaparkan

cawan /settle plate (umumnya digunakan cawan d=9cm) berisi media pertumbuhan

non selektif ke udara terbuka selama waktu tertentu. Partikel udara yang mengendap

karena gravitasi akan menempel pada permukaan agar. Pada umumnya cawan

dibiarkan selama beberapa menit selanjutnya diinkubasi pada temperatur yang sesuai

Page 13: Bi Aerosolbioaerosol

(misalnya 35C untuk Total Count atau 25C untuk Yeast and Mold). Exposure plate

cocok digunakan pada ruangan tertutup yang aliran udaranya tenang. Metode ini

bukan merupakan metode kuantitatif dan lebih berguna untuk mengetahui

kecenderungan jumlah mikroorganisme di udara secara mudah dan murah. Cara ini

bukan tergolong metode kuantitatif karena tidak dapat dihitung seberapa besar

volume udara yang mengendap dan sangat tergantung kecepatan aliran udara dan

diameter cawan yang dipakai. Selain kekurangan diatas, partikel udara yang sangat

kecil dan tidak cukup berat untuk terendap menjadi tidak dapat terdeteksi dengan

metode ini.

b.Metode aktif

Metode pegambilan udara secara aktif adalah dengan memaksa udara bergerak

memasuki suatu pipa pada peralatan untuk menjebak partikel yang terkandung

didalamnya. Terdapat tiga prinsip dalam pengumpulan sampel udara secara aktif,

yatiu:

Impingement

Dasar teknik ini adalah dengan menjebak partikel udara saat gelembung udara

dilewatkan dalam cairan. Alat yang biasa digunakan adalah liquid impinger AGI-30

(ACE Glass,Vineland, NJ). AGI-30 umumnya beroperasi pada debit aliran 12,5

L/menit dengan 20 ml cairan pengumpul (0,1% pepton solution+ 0,1 ml anti-foam

agent) selama 20 atau 30 menit. Pelarutan partikel udara dalam cairan terjadi ketika

udara ditekan dan bertumbukan dengan permukaan cairan. Cairan pengumpul dapat

berupa air steril atau media pertumbuhan (pepton) dan jika setelah selesai

pengambilan sampel cairan ini dapat dikultur untuk menghitung mikroorgansime yang

ada dengan metode yang tepat. Beberapa metode untuk mengkultur cairan tersebut

adalah dengan mengambil 0,1 ml untuk spread plate dengan beberapa kali ulangan

atau memakai metode filtrasi membran dengan ukuran sampel yang sesuai (Pepper

dan Gerba, 2004). Jika waktu pengambilan diperpanjang maka akan memperbesar

evaporasi cairan dan dapat menonaktifkan mikroorganisme yang telah terjebak.

Pengenaan sel mikoroganisme ke dalam cairan dapat menyebabkan kerusakan sel

dan hold time sampel yang lama akan menyediakan waktu yang cukup untuk

Page 14: Bi Aerosolbioaerosol

mikroorganisme berkembang biak pada cairan pengumpul berupa media

pertumbuhan. Kelebihan alat ini adalah murah, mudah digunakan, dan portable. Jika

debit aliran udara tidak dapat ditentukan berdasarkan kecepatan pompa dan diameter

pipa penyedot maka cara ini tidak tergolong cara pengambilan sampel kuantitatif

karena satuannya tidak dapat ditentukan dengan jelas.

Efisiensi dari AGI-30 akan menurun tajam jika digunakan lebih dari 30 menit karena

cairan pengumpul yang memiliki viskositas rendah dapat terevaporasi dengan mudah.

Untuk mengurangi kelemahan ini telah dirancang alat biosampler dengan cairan

pengumpul dari minyak berupa non-evaporating heavy white mineral oil (kekentalan

lebih tinggi) yang mampu mengumpulkan udara selama 4 jam. Hal ini memberi

keuntungan saat digunakan pada udara yang memiliki sedikit partikel sehingga

dibutuhkan volume sampel udara yang besar.

Sebaiknya pelaporan jumlah perhitungan mikroorganisme menggunakan AGI-30

memakai satuan CFU/m3. Menurut Pepper dan Gerba (2004), berdasarkan debit

aliran udara sebesar 12,5L/menit maka perhitungannya menjadi:

Page 15: Bi Aerosolbioaerosol

 

Impaction

Dasar teknik impaction adalah dengan menempelkan partikel udara pada permukaan

padat media dengan cara menumbukkannya. Udara masuk ke dalam alat dengaan

disedot oleh pompa lalu Teknik ini biasanya menggunakan media agar padat sebagai

substrat langsung penempelan partikel udara dan secara umum teknik impaction lebih

banyak digunakan karena kelebihan tersebut.

-Sieve impactor (six stage Andersen air sampler)

Udara yang masuk ke dalam alat Andersen air sampler (Anderson Instruments Inc.,

Smyra, GA) disedot oleh pompa udara (28,3 L/menit) sehingga udara mengalir dari

atas ke bawah. Alat ini menggunakan 6 tingkatan tumbukan yang bisa memisahkan

partikel berdasarkan ukurannya. Setiap tingkatan diisi oleh satu media pertumbuhan

(27 ml) yang berada dalam cawan petri. Semakin tinggi tingkatannya (kebawah)

Page 16: Bi Aerosolbioaerosol

lubang (setiap tingkat memiliki lubang berjumlah 400) tiap tingkatan akan semakin

kecil (Maier et.al., 2000). Tumbukan yang terjadi pada Andersen sampler adalah

dengan merubah aliran udara tangensial yang mendadak atau dengan menabrakkan

partikel udara ke permukaan agar sehingga kelembaman pada pertikel akan

menjatuhkannya. Kemudian angin akan melewati pinggir cawan dan menuju tingkat

selanjutnya. Kecepatan aliran udara yang terjadi semakin ke bawah semakin cepat

sehingga secara bertahap partikel yang tertabrak dan menempel menjadi semakin

kecil. Partikel udara yang besar akan terkumpul pada tingkat 1 dan partikel udara

yang tidak memiliki potensial tumbukan yang cukup akan mengisi tingkat dibawahnya.

Kecepatan tumbukan partikel udara pada permukaan agar sekitar 11m/detik. Partikel

udara yang di benturkan dengan kecepatan seperti ini memastikan bahwa partikel

dengan ukuran lebih dari 1um akan menempel. Oleh karena itu alat ini disebut juga

sieve (ayakan) impactor karena kemampuan memisahkan ukuran partikel tersebut. 

Page 17: Bi Aerosolbioaerosol

 

Setelah pengambilan sampel selesai, cawan dapat langsung diinkubasi tanpa

perlakuan apapun. Perhitungan koloni pada tingkat 1 dan 2 dilakukan dengan mata

telanjang atau jika terlalu penuh dilihat dengan mikroskop. Hasil hitungan pada tingkat

3-6 dihitung dengan metode yang sama atau dikonversikan dengan tabel konversi

Page 18: Bi Aerosolbioaerosol

“positive hole” yang berfungsi sebagai pengoreksi berdasarkan teori probabilitas.

Menurut Andersen (1958), tabel konversi ini dibuat berdasarkan anggapan bahwa

jumlah partikel yang bertumbukan dan menempel pada cawan selama proses

pengambilan sampel akan meningkat dan probabilitas beberapa partikel yang

melewati lubang yang sama juga akan meningkat tapi kemungkinan/kesempatan

partikel selanjutnya yang akan melewati lubang kosong (empty hole) atau lubang

yang belum pernah terlewati partikel  akan menurun. Misalnya ketika 9/10 lubang

telah terlewati lebih dari 1 partikel maka partikel selanjutnya yang akan lewat memiliki

1 kemungkinan dari 10 kesempatan untuk melewati lubang yang belum dilewati

(empty hole). Jadi rata-rata 10 tambahan partikel dibutuhkan untuk meningkatkan

jumlah lubang yang terlewati (positive hole) sebanyak satu. Sebelum semua lubang

menjadi positif, kamungkinan beberapa lubang bisa menerima beberapa partikel

dalam sekali lewat. Tabel tersebut dikalkulasi dari rumus:

Page 19: Bi Aerosolbioaerosol

 

 

Selain itu terdapat suatu efek ‘kehilangan’ partikel karena menempel atau terjebak

pada permukaan alat. Contohnya saat aliran udara menuju tingkat selanjutnya

dibelokkan saat melewati antar sambungan dan dibelokkan lagi melewati lubang,

sering dijumpai terdapat kumpulan partikel yang tersangkut pada lubang tersebut

Page 20: Bi Aerosolbioaerosol

karena kelembaman partikel tidak mampu mengikuti alur udara yang dibelokkan.

Kejadian ini dinamakan wall loss. Wall loss akan mengurangi efisiensi alat ini

(Vaughan, 1988).

 

Andersen sampler cocok digunakan untuk mengambil sampel dengan aliran udara

yang cepat atau ukuran sampel yang besar seperti menghitung mikroorganisme udara

pada ruang aseptis yang dimungkinkan memiliki sedikit jumlah mikroorganisme.

Resiko yang ditimbulkan jika waktu pengambilan sampel terlalu lama adalah agar

dapat pecah karena kekurangan air (air terevaporasi) dan meningkatkan resiko

kematian sel karena sel kekeringan. Telah terbukti bahwa metode ini lebih efektif

dibandingkan teknik impinger.

Secara komersial banyak variasi dan modifikasi berdasarkan prisip Andersen air

sampler yang beredar diantaranya adalah yang memiliki 8 tingkat, 2 tingkat atau

hanya satu tingkat. Salah satunya adalah MAS 100 (MBV AG, Switzerland) yang

terdiri dari satu tingkat yang memiliki kecepatan 100L/menit dan dapat menyedot

sampai 2000 L setiap siklus. Hasil akhir koloni yang tumbuh tetap dikonversikan pada

tabel konversi “positive hole”.

Page 21: Bi Aerosolbioaerosol

 

Selain MAS 100, alat lain yang berprinsip sama dengan Andersen air sampler adalah

SAS (Surface Air System) Super 100 (Bioscience International, Rockville, MD) yang

mampu menyedot udara dengan kecepatan 100L/menit. Beberapa varian SAS air

Page 22: Bi Aerosolbioaerosol

sampler lainnya yaitu SAS Super 180 (180L/menit) dan Duo SAS 360 (360L./menit).

untuk tipe Duo SAS 360  memiliki dua tutup (sampling head) sehingga dapat

dilakukan pengambilan sampel untuk dua cawan petri sekaligus. Hal ini dapat

digunakan untuk dua jenis media yang berbeda (misalnya media Total Count dan

Yeast & Mold) atau untuk pengulangan sampling. Semua model SAS air sampler

memiliki 401 lubang di setiap tutupnya (Bioscience).

- Centrifugal impactor

Centrifugal sampler menggunakan pola aliran melingkar udara untuk meningkatkan

tarikan gravitasi dalam mendepositkan partikel udara yang disedot ke dalam alat. Alat

yang umum memakai metode ini adalah Cyclone air sampler (pbi International) dan

Coriolis air sampler (Bertin Technologies). Misalnya Cyclone air sampler mampu

menyedot udara dengan kecepatan 1-1400 L/menit. Menurut Maier et.al. (2000), cara

kerja pertama alat ini yaitu udara masuk kedalam alat melalui pipa dengan sudut

tertentu sehingga menimbulkan pola udara tangensial dan udara disedot oleh pompa

pada pipa keluar. Udara masuk akan berputar pada permukaan corong sehingga

dapat dipercepat seiring semakin kecilnya diameter pada corong. Percepatan ini

Page 23: Bi Aerosolbioaerosol

menimbulkan gaya sentrifugal yang semakin besar sehingga sedimentasi partikel

udara semakin mudah. Pendepositan partikel terjadi pada ujung corong yang

terhubung pada wadah di bagian bawah berisi cairan pengumpul (collection liquid).

Untuk menghitung mikroorganisme yang masuk ke dalam alat, maka cairan pelarut

partikel dianalisa menggunakan metode yang sesuai. Dalam prakteknya alat yang

menggunakan metode ini tidak mampu memisahkan ukuran partikel dan kurang

efisien dalam menjebak partikel udara.

Alat air sampler lain yang menggunakan prinsip sentrifugasi untuk mengumpulkan

partikel udara adalah RCS (Reuter Centrifugal Air Sampler) (Biotest AG, Dreireich).

Berbeda dengan Cyclone, partikel yang tertekan akan menempel pada agar strip yang

terletak melingkar pada sisi dalam sampling head kemudian setelah selesai agar strip

dapat langsung diinkubasi. Agar strip memiliki 34 kotak dengan luas masing-masing

1cm2. Tersedia beberapa model RCS air sampler yaitu original/standard sampler

(40L/menit), RCS plus (50L/menit) dan RCS High Flow (100L/menit) (Biotest).

Page 24: Bi Aerosolbioaerosol

Filtration

Metode ini menggunakan prinsip menyaring partikel udara berdasarkan ukurannya

menggunkan kertas membran filter. Membran filter biasanya tersedia dalam kaset

plastik sekali buang (Plastic Filter Cassettes) berdiameter 25, 37 atau 47 mm. Seperti

halnya teknik membran filter untuk menyaring cairan, cara ini juga menggunakan

tekanan negatif dari pompa (4 L/menit) untuk menekan udara menembus kertas

membran yang terbuat dari polycarbonate atau cellulose acetate selama 30 menit

(Hung et.al., 2005).

Partikel udara yang berukuran lebih besar daripada pori membran akan tersaring.

Keunggulan metode filtrasi adalah sangat akurat dalam menangkap partikel udara

namun sangat tidak direkomendasikan untuk menghitung sel vegetatif bakteri karena

kemungkinan besar sel akan mengalami kekeringan dan mati selama pengambilan

sampel berlangsung. Oleh karena itu cara ini lebih tepat digunakan untuk mendeteksi

spora jamur atau endospora bakteri yang resisten kekeringan. Setelah selesai

pengambilan sampel, membran filter dapat dipindahkan kedalam media pertumbuhan

lalu diinkubasi, dapat juga spora dihitung manual dengan bantuan mikroskop atau

kertas membran dibilas dengan cairan pengekstrak (5 ml) selanjutnya dianalisa

memakai metode yang sesuai. Pemilihan diameter membran filter juga berpengaruh

Page 25: Bi Aerosolbioaerosol

terhadap perhitungan sel yang tertangkap. Untuk menghitung mikroorganisme dengan

konsentrasi rendah maka sebaiknya menggunakan filter dengan diameter yang lebih

kecil (luas permukaan lebih sempit sehingga meningkatkan densitas sel) untuk

membantu menghitung sel di bawah mikroskop. Contoh air sampler modern yang

menggunakan teknik ini adalah Airport MD 8 (Sartorius, Goettingen, Germany).

Airport MD 8 memiliki kecepatan mengambil udara yang dapat diatur yaitu 30, 40, 50

dan 125 L/menit dan menggunakan gelatine membrane filter. Keunggulan gelatine

membrane filter dapat mengurangi kekurangan metode filtrasi dengan menjaga sel

dari kekeringan saat pengambilan sampel yang lama karena gelatin tetap

mempertahankan kelembabannya. Gelatine membrane filter juga memiliki sifat yang

mudah larut sehingga saat ditempatkan diatas permukaan agar filter akan larut dan

meninggalkan sel sehingga bersentuhan langsung dengan permukaan agar. Alat

lainnya yaitu MD 8 Airscan (Sartorius, Goettingen, Germany). Prinsip kerjanya mirip

dengan Airport MD8 tetapi mempunyai sampling head yang terpisah (dihubungkan

dengan selang) dari alat utama. Hal ini dapat mempermudah saat mengambil sampel

dengan titik sampling yang tinggi atau pada daerah tertentu yang kritis (Sartorius

Stedim Biotech).

4.Kisaran hitung setiap air sampler (Hung et.al., 2005).

LOD (Limit of Detection)

LOD adalah jumlah minimum koloni yang dapat dibedakan dari ketidakadaan. Air

sampler yang menggunakan metode kultur berhubungan erat dengan teknik plate

count termasuk dengan nilai LOD-nya karena hasil perhitungan air sampler berada

pada cawan atau agar strip. LOD untuk teknik plate count adalah 1CFU/plate. LOD

pada air sampler sangat tergantung dari fungsi dan spesifikasi setiap alat dan metode

seperti waktu pengambilan, kecepatan aliran udara, atau pengenceran yang dilakukan

dll. Konsentrasi minimum koloni (LOD) air sampler dapat diikalkulasi dengan rumus

berikut:

Page 26: Bi Aerosolbioaerosol

[(LOD plate count x jumlah total volume cairan) / (faktor pengenceran x volume yang

diplating)] dibagi dengan (waktu pengambilan sampel x debit aliran udara)

-Liquid Impinger:

Waktu pengambilan sampel = 30 menit

Volume cairan = 20 ml

Debit aliran udara = 12,5 L/menit

Volume sampel yang dianalisa dengan teknik plate count = 0,1 ml (spread plate)

Tiidak ada pengenceran yang dilakukan, maka:

= [(1 x 20)/(0 x 0,1)] / 30 x 12,5

= 200 CFU/ 375 L

= 200 CFU/ 0,375m3

= 533CFU/ m3

= dibulatkan menjadi 500CFU/ m3 (satu angka penting).

-Filter cassette:

Waktu pengambilan sampel = 30 menit

Volume cairan = 5 ml

Debit aliran udara = 4 L/menit

Volume sampel yang dianalisa dengan teknik plate count = 1 ml (pour plate)

Tiidak ada pengenceran yang dilakukan, maka:

= [(1 x 5)/(0 x 1)] / 30 x 4

= 5 CFU/ 120 L

= 5 CFU/ 0,12m3

= 41,67CFU/ m3

= dibulatkan menjadi 40CFU/ m3 (satu angka penting)

Jika analisa tidak menggunakan cairan pengekstraksi maka perhitungan akan

berbeda.

-Andersen 6 stage air sampler:

Waktu pengambilan sampel maksimal secara umum = 5 menit

Volume cairan = tidak ada

Debit aliran udara = 28,3 L/menit

Page 27: Bi Aerosolbioaerosol

Volume sampel yang dianalisa dengan teknik plate count = tidak ada

Tiidak ada pengenceran yang dilakukan, maka:

= [(1 x -)/(- x -)] / 5 x 28,3

Batas pendeteksian tidak menjadi nol dibagi dengan volume udara yang disedot

melainkan tetap 1CFU/volume udara yang disedot karena menyesuaikan dengan

LOD plate count.

= 1 CFU/  141,5 L

= 1 CFU/ 0,1415m3

= 7,067CFU/ m3

= dibulatkan menjadi 10CFU/ m3 (satu angka penting)

-SAS air sampler

SAS air sampler memiliki 3 varian yaitu SAS super 100 (100 L/menit), SAS super 180

(180 L/menit), duo SAS super 360 (360 L/menit) dan waktu pengambilan sampel yang

direkomendasikan adalah 5 menit. Dengan perhitungan yang sama maka diperoleh

LOD untuk masing-masing varian adalah SAS super 100 = 2CFU/m3, SAS super 180

= 1CFU/m3 dan Duo SAS super 360 = 1CFU/m3.

-RCS air sampler

Tersedia dua model RCS air sampler yaitu original sampler (40L/menit) dan RCS plus

(50L/menit). Waktu maksimal yang disarankan adalah 8 menit sehingga didapat nilai

LOD untuk original sampler sebesar 3CFU/m3. RCS plus memiliki kemampuan dapat

mengatur volume udara yang akan disedot mulai dari 1L sampai 1000L, untuk volume

udara maksimal RCS plus maka didapat nilai LOD sebesar 1CFU/m3

-MAS 100

MAS 100 memiliki kecepatan penyedotan sebesar 100L/menit dan volume udara yang

direkomendasikan adalah 1000L sehingga mempunyai LOD sebesar 1CFU/m3.

-Airport MD 8

Air sampler ini memiliki kecepatan tertinggi 125 L/menit dan volume udara maksimal

yang disedot adalah 1000L, maka memiliki LOD sebesar 1CFU/m3.

Jika udara yang diambilakan berkisar antara 500-1000L dimungkinkan akan

menghasilkan data yang tidak akurat karena beresiko mengurangi jumlah

mikroorganisme yang diperoleh. Pengurangan ini disebabkan karena evaporasi sel

yang terlalu lama sehingga mati kekeringan.

Page 28: Bi Aerosolbioaerosol

Untuk alat lain yang belum diketahui nilai LOD, maka dapat dicari dengan jalan yang

sama dengan perhitungan diatas.

LOQ (Limit of Quantification)

Setiap teknik memiliki batas minimum tersendiri supaya perhitungan yang dihasilkan

terpercaya dan akurat secara statistik. LOQ adalah suatu batas jumlah koloni yang

cukup/pantas untuk dapat dihitung dengan tingkat presisi dan akurasi yang dapat

diterima. Hal ini didasarkan pada grafik statistik Poisson supaya memiliki koefisien

variasi sebesar 0,2. Teknik plate count mempunyai LOQ sebesar 30CFU/plate yang

menjadi dasar kalkulasi LOQ. Jadi untuk menentukan LOQ nilai LOD harus dikalikan

30 kali dengan hasil akhir memiliki satu angka penting..

 -Liquid Impinger:

LOQ plate count adalah 30 CFU/plate

Maka LOQ alat

= LOD alat x LOQ plate count

= 500CFU/m3 x 30

= 15.000 CFU/m3

= 20.000 CFU/m3 (satu angka penting)

Dengan perhitungan yang sama maka didapat LOQ tiap air sampler:

-Filter Cassette = 1000 CFU/m3

-Andersen 6 stage air sampler = 300 CFU/m3

-SAS air sampler = 60 CFU/m3 untuk SAS super 100 dan 30 CFU/m3 untuk SAS

super 180

-RCS air sampler = 90 CFU/m3 untuk model original dan 30 CFU/m3 untuk RCS plus

-MAS 100 = 30 CFU/m3

-Airport MD 8 = 30 CFU/m3

Batas atas kisaran hitung (Upper Limit)

Batas atas kisaran hitung ditentukan berdasarkan jumlah maksimum koloni yang

dapat tumbuh pada cawan. jumlah tersebut dibatasi supaya sesuai dengan jumlah

yang diharapkan. Didalam istilah teknik plate count disebut TNTC (Too Numerous to

Page 29: Bi Aerosolbioaerosol

Count) yaitu >300CFU/plate. Dengan dasar inilah batas atas dari setiap air sampler

diketahui.

-Liquid Impinger, Filter Casssette dan Airport MD 8.

Batas atas spesifik untuk air sampler ini belum ditetapkan, tetapi kemungkinan besar

sangat tinggi karena kedua metode ini memungkinkan untuk dilakukan pengenceran

pada cairan pengekstrak atau filter sehingga didapatkaan data yang sesuai dengan

batas kisaran hitung plate count dalam satuan CFU/m3. Oleh karena itu cara ini cocok

untuk mendeteksi mikroorganisme udara yang padat sampai 10.6CFU/m3.

-RCS.

RCS menggunakan agar strips untuk menjebak mikroorganisme lalu

menumbuhkannya. Batas atas RCS sangat tergantung dengan penumbukan yang

terjadi dan karakteristik koloni pada agar strip. Pada umumnya dipakai batas atas

maksimum jumlah koloni yang tumbuh adalah 5 CFU/m2 dan jumlah ini telah sesuai

dengan 300CFU/cawan (d=9cm). Faktor yang menentukan batas atas tidak hanya

densitas koloni pada permukaan agar strips tetapi juga besarnya ukuran koloni juga

perlu menjadi pertimbangan. Telah diketahui bahwa koloni dengan ukuran 2mm untuk

konsentrasi koloni permukaan 5CFU/m2 dapat menimbulkan bias sebesar 10%, hal

yang sama juga untuk koloni ukuran 1mm memberikan bias sebesar 5%. Agar strips

RCS memiliki ukuran 34cm2, debit aliran udara 40L/menit dan batas waktu minimal

(yang bisa diprogram) pengambilan sampel untuk RCS original adalah 0,5 menit,

maka batas atas kisaran hitung menjadi 9000CFU/m3. Sedangkan untuk RCS plus

yang mempunyai batas minimal pengambilan sampel sebesar 1L, maka upper limit-

nya menjadi 200.000CFU/m3.

-Andersen 6 Stage Air Sampler

Batas atas Andersen air sampler dipengaruhi oleh jumlah lubang yang terdapat pada

tutup alat. Andersen 6 stage air sampler memiliki 400 lubang setiap tingkat sedangkan

Andersen 2 stage air sampler hanya 200 lubang per tingkat. Tumbukan partikel yang

terjadi tidak acak seperti hanya pada RCS air sampler namun sangat dikontrol oleh

letak dan jumlah lubang. Untuk meminimallisasi koloni yang saling bertindihan maka

sebaiknya koloni dihitung sebelum memiliki ukuran lebih besar dari jarak antar lubang.

Jarak antar lubang ini bervariasi antara 1-3 mm dan berbeda untuk setiap tipe.

Dengan mengasumsikan bahwa koloni yang overlap dapat diminimalisasi,

Page 30: Bi Aerosolbioaerosol

pertimbangan penting lainnya juga ditujukan untuk faktor kemungkinan beberapa

partikel melewati lubang yang sama dan menabrak pada tempat yang sama. Untuk

menghitung batas atas berdasarkan sebab diatas, table positive hole dapat lebih

menggambarkan nilainya dibandingkan dengan penentuan CFU. Jika secara acak

satu koloni tumbuh pada satu lubang maka untuk 400 lubang berdasarkan tabel

positive hole menjadi 2628. Jadi untuk waktu pengambilan sampel minimum 1 menit

dan debit 28,3L/menit, maka batas atas air sampler ini adalah 100.000CFU/m3.

-SAS air sampler

Semua model SAS air sampler memiliki 401 lubang di setiap tutupnya. Penentuan

upper limit air sampler ini mirip dengan Andersen air sampler dan perlu dikonversi

pada tabel positive hole yang tersedia dari manual alat ini. Untuk tipe super 100 dan

180 maka batas atasnya sebesar 80.000CFU/m3 untuk volume sampling yang

direkomendasikan 10L.

Untuk lebih jelas tentang pengertian LOD,  LOQ dan upper limit pada plate count

dapat dilihat pada Prinsip Menghitung Koloni pada Cawan Bagian 2 (klik disini).

5.Berbagai macam pertimbangan dalam memilih air sampler

Pembahasan ini akan mengulas tentang pertimbangan memilih air sampler yang

menggunakan metode aktif dan pada umumnya berharga tidak murah. Selain faktor

yang akan dijelaskan kemudian, tentunya kita harus memahami prinsip dasar metode

yang cocok (telah diuraikan diatas). Berikut adalah beberapa kemampuan yang perlu

dibandingkan dan disesuaikan dengan kebutuhan penggunaannya:

-volume sampling yang bisa diatur

Fasilitas ini sudah menjadi kemampuan umum air sampler modern. Volume sampling

yang dipilih sebaiknya disesuaikan dengan persyaratan organisasi tertentu atau suatu

perusahaan, misalnya peraturan internasional mensyaratkan pengambilan sampel

udara untuk mikrobiologi sebesar 1m3 sehingga dipilih alat yang mampu menyedot

sampai volume udara sebanyak itu. Beberapa jenis alat juga telah dilengkapi dengan

berbagai pilihan volume udara, baik liter ataupun meter kubik.

-baterai rechargeable

Perlu dipertimbangkan masa pakai alat berdasarkan ketahanan baterainya. Semakin

efisien baterai maka semakin baik maksimal dalam penggunaannya.

Page 31: Bi Aerosolbioaerosol

-pemilihan format media pada air sampler

Yang dimaksud format media adalah apakah alat itu menggunakan media dalam

bentuk cawan, agar strips atau cassette. Media agar strips dan cassette (steril)

biasanya harganya relatif lebih mahal daripada media yang diracik sendiri lalu dituang

pada cawan dan selalu disediakan oleh supplier secara langsung. Jika frekuensi

pengambilan sampel sangat tinggi tentunya media dalam cawan dapat menghemat

dana secara signifikan.

-kemampuan penundaan waktu pengambilan sampel (delay time) atau pengaktivasian

dengaan remote

Delay time (penundaan waktu pengambilan sampel) berguna untuk mengurangi

resiko kontaminasi dari operator saat meletakkan alat sehingga operator memiliki

cukup waktu untuk menjauh dari air sampler. Pengaktivasian alat dari jarak jauh

menggunakan remote juga memiliki tujuan yang sama. Namun tidak semua alat

mempunyai kemampuan ini.

-akurasi debit udara yang disedot

Akurasi debit udara berbeda-beda pada setiap alat dan tergantung oleh pabrik

pembuatannya. Spesifikasi akurasi umumnya berkisar antara +/- 2,5% sampai +/-10%

dari volume udara yang disedot. Jika untuk menganalisa kandungan mikroorganisme

udara pada ruang steril maka akurasi ini menjadi sangat penting karena hilangnya

udara yang tidak tersedot (jika mengandung mikroorganisme) dapat memberikan

perbedaan signifikan pada hasil yang didapat.

-kalibrasi

Semua pabrikan biasanya menyediakan sertifikat kalibrasi dan menawarkan macam-

macam program perawatan. Kalibrasi dilakukan minimal sekali dalam setahun.

Beberapa pabrikan menjual alat sistem kalibrasi sehingga pembeli dapat

mengkalibrasi sendiri. Hal ini dapat sangat berguna jika pembeli memiliki banyak alat

air sampler dan juga dapat menghemat biaya pengeluaran untuk kalibrasi di luar.

Page 32: Bi Aerosolbioaerosol

MIKROBA PDF FARMASI

http://download.fa.itb.ac.id/filenya/Handout%20Kuliah/Mikrobiologi%20Analisis

%20(FK3207)/PELAKSANAAN%20SAMPLING%20MIKROBIOLOGI.pdf

Menentukan Ukuran Mikroorganisme

Mikroba berukuran sangat kecil dan untuk mengetahuinya digunakan mikrometer.

Mikrometer merupakan kaca berskala dan dikenal 2 jenis micrometer yaitu

mikrometer okuler dan mikrometer objektif. Mikrometer okuler dipasang pada lensa

okuler mikroskop, sedangkan micrometer objektif berbentuk slide yang ditempatkan

pada meja preparat mikroskop. Jarak antar garis skala pada mikrometer okuler

tergantung pada perbesaran lensa objektif yang digunakan yang menentukan lapang

pandang mikroskop. Jarak ini dapat ditentukan dengan mengkalibrasi antara

mikrometer okuler dan objektif. Mikrometer objektif memiliki skala yang telah

diketahui, menjadi tolak ukur untuk menentukan ukuran skala micrometer okuler. 1

skala micrometer objektif = 0,01 mm / 10 µm.

Kalibrasi dilakukan dengan menghimpitkan skala mikrometer objektif dan okuler pada

perbesaran yang diinginkan. Skala ke nol (garis pertama) kedua mikrometer

disimpulkan menjadi 1 garis kemudian dilihat pada skala ke berapa kedua jenis

mikrometer tersebut bertemu/berhimpit kembali. Dari hasil tersebut dapat diketahui

satu satuan panjang pada skala mikrometer okuler itu berdasarkan beberapa jumlah

skala kecil mikrometer objektif yang berada di antara garis yang berhimpit tadi.

Page 33: Bi Aerosolbioaerosol

Misal : jika skala ke 0 mikrometer okuler berhimpit dengan skala ke 0 mikrometer

objektif lalu skala ke 13 mikrometer okuler berhimpit dengan skala ke 2 mikrometer

objektif maka beberapa 1 skala okuler.

Cara Kerja :

Kalibrasi :

· Letakkan mikrometer objektif pada meja benda dan pasang mikrometer okuler pada

tabung lensa okuler.

·Tentukan perbesaran yang digunakan, (misalnya 40 X 10) kemudian cari gambar

perbesaran dari skala mikrometer objektif.

·Setelah fokus didapat, kemudian selanjutnya himpitkan skala ke nol mikrometer

objektif dan okuler.

·Cari dengan teliti skala ke berapa antara mikrometer objektif dan okuler yang

berhimpit lagi.

·Hitung besarnya skala okuler dengan rumus di atas.

cara kalibrasi cara mengukur mikroba

Penentuan ukuran mikroba

Page 34: Bi Aerosolbioaerosol

-Lepaskan mikrometer objektif dari meja benda.

-Ganti dengan preparat ulas yang telah disiapkan

-Cari fokus dari preparat tersebut dengan perbesaran yang sama.

-Hitung berapa panjang sel dengan menghitung skala mikrometer okuler.

-Jika diperlukan hitung lebar sel dengan cara yang sama. Tabung lensa okuler dapat

diputar dan dicari posisi yang pas.

-Hitung panjang dan lebar sel sebenarnya :

Hitung panjang dan lebar sel sebenarnya :

x skala okuler X hasil kalibrasi

y skala okuler X hasil kalibrasi

misal : 5 X 1,54 = 7,7 µm

2 X 1,54 = 3,08 µm

· Menentukan jumlah mikroorganisme (enumerasi)

A. penghitungan jumlah bakteri hidup (tidak langsung)

a.1. Plate Count (hitungan cawan)

Plate count / viable count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme

hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam

media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni

yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah

mikroorganisme dalam suspensi tersebut.

Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena

beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai.

Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml.

Page 35: Bi Aerosolbioaerosol

koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran

bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya.

Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut “

- Satu koloni dihitung 1 koloni.

- Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.

- Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.

- Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2

koloni.

- Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidah

dihitung.

- Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.

Cara menghitung sel relatif / CFU’s per ml

CFU’s / ml = jumlah koloni X faktor pengenceran

Misal : penanaman dilakukan dari tabung pengenceran 10 -6 dengan metode Spread

Plate dan Pour Plate.

Spread plate : koloni = 50 = 50 x 106 CFU’s / 0,1 ml

Fp = 1/10 -6 = 50 000 000 CFU’s / 0,1 ml

SP = 0,1 ml = 500 000 000 CFU’s / ml

= 5x108 CFU’s / ml

Pour plate : koloni = 50 = 50 x 106 CFU’s / 1 ml

Page 36: Bi Aerosolbioaerosol

Fp = 1/10 -6 = 50 000 000 CFU’s / 0,1 ml

SP = 1 ml = 5x107 CFU’s / ml

Koloni yang dipilih untuk dihitung menggunakan cara SPC memiliki syarat khusus

berdasarkan statistik untuk memperkecil kesalahan dalam perhitungan. Perhitungan

mengacu kepada standar atau peraturan yang telah ditentukan. Syarat-syaratnya

sebagai berikut :

Untuk syarat perhitungan SPC dan semua yang berhubungan, dapat dibaca (di

sini)

Penghitungan koloni pada cawan sebaiknya dibuat

transek atau dibagi-bagi jika koloni yang tumbuh

terlalu banyak. Transek dibuat dengan spidol/marker

di bagian bawah cawan petri. Pola transek dapat

dibuat bervariasi, tergantung kebutuhan.

Penghitungan akan lebih mudah bila memakai Colony

Counter.

a.1.3 Prosedur perhitungan jumlah bakteri dengan metode Plate Count.

-Lakukan preparasi suspensi kepada sampel terlebih dahulu (swab, maserasi dan

rinse) (jika perlu).

-Masukkan sampel ke tabung berisi 9 ml akuades untuk pengenceran pertama,

selanjutnya diencerkan sampai tingkat pengenceran (misalnya sampai 10-8) tertentu.

-Dari 3 pengenceran terakhir diplating (ditanam) ke media NA (Nutrien Agar) atau

PCA (Plate Count Agar) sebanyak dua kali tiap pengenceran (duplo). Plating dapat

secara Spread Plate atau Pour Plate. Jika secara Spread Plate, dapat digunakan

batang L atau glass beads.

Page 37: Bi Aerosolbioaerosol

-Inkubasi pada suhu 30º C selama 1-2 x 24 jam.

-Setelah tumbuh, koloni dihitung dengan persyaratan yang telah diuraikan di depan.

a.2 Most Probable Number (MPN)

Pendekatan lain untuk enumerasi bakteri hidup adalah dengan metode MPN. MPN

didasarkan pada metode statistik (teori kemungkinan). Metode MPN ini umumnya

digunakan untuk menghitung jumlah bakteri pada air khususnya untuk mendeteksi

adanya bakteri koliform yang merupakan kontaminan utama sumber air minum. Ciri-

ciri utamanya yaitu bakteri gram negatif, batang pendek, tidak membentuk spora,

memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas yang dideteksi dalam waktu 24 jam

inkubasi pada 37º C. Sampel ditumbuhkan pada seri tabung sebanyak 3 atau 5 buah

tabung untuk setiap kelompok. Apabila dipakai 3 tabung maka disebut seri 3, dan jika

dipakai 5 tabung maka disebut 5 seri. Media pada tabung adalah Lactose Broth yang

diberi indikator perubahan pH dan ditambah tabung durham. Pemberian sampel pada

tiap seri tabung berbeda-beda. Untuk sampel sebanyak 10 ml ditumbuhkan pada

media LBDS (Lactose Broth Double Stregth) yang memiliki komposisi Beef extract (3

gr), peptone (5 gr), lactose (10 gr) dan Bromthymol Blue (0,2 %) per liternya. Untuk

sampel 1 ml dan 0,1 ml dimasukkan pada media LBSS (Lactose Broth Single Stregth)

yang berkomposisi sama tapi hanya kadar laktosa setengah dari LBDS yaitu 5 gr.

Berdasar sifat coliform, maka bakteri ini dapat memfermentasikan laktosa menjadi

asam dan gas yang dideteksi oleh berubahnya warna dan gas dalam tabung durham.

Nilai MPN ditentukan dengan kombinasi jumlah tabung positif (asam dan gas) tiap

serinya setelah diinkubasi.

Page 38: Bi Aerosolbioaerosol

Cara kerja :

1. Sediakan 3 tabung berisi LBDS (9 ml tiap tabung) dan 6 tabung berisi LBSS (9 ml

tiap tabung) lengkap dengan tabung durham. Atur kesembilan tabung menjadi 3 seri

(seperti di gambar).

2. Kocok botol yang berisi air sampel.

3. Pindahkan suspensi air sample sebanyak 10 ml ke masing-masing tabung seri

pertama (3 tabung LBDS), secara aseptis.

4. Pindahkan suspensi air sampel sebanyak 1 ml ke masing-masing tabung seri

kedua (3 tabung LBSS), secara aseptis.

5. Pindahkan suspensi air sampel sebanyak 1 ml ke masing-masing tabung seri

ketiga (3 tabung LBSS), secara aseptis.

6. Inkubasi semua tabung pada suhu 37º C selama 48 jam.

7. Lihat tabung gas positif (asam dan gas ; harus ada keduanya), lalu hitung tabung

positif untuk tiap seri. Tulis kombinasi tabung positif tiap seri (misal : 3 2 1). Kombinasi

angka tersebut lalu dicocokkan dengan tabel MPN untuk seri 3 sehingga diperoleh

jumlah mikroba sebenarnya.

Page 39: Bi Aerosolbioaerosol

Misal :

didapatkan kombinasi jumlah tabung positif : 321

maka jumlah bakteri coliform adalah 150 sel/100

ml.

pembahasan lebih lengkap mengenai MPN ada di SINI

A. Penghitungan jumlah bakteri secara keseluruhan (langsung)

Page 40: Bi Aerosolbioaerosol

Penghitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan

menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang digunakan

adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer. Jumlah cairan yang terdapat

antara coverglass dan alat ini mempunyai volume tertentu sehingga satuan isi yang

terdapat dalam satu bujur sangkar juga tertentu.

Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm². Satu kotak besar di

tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,2 mm. Satu kotak sedang

dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar tersebut berisi

400 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Sel nakteri yang

tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah bakteri

per satuan volume dapat diketahui.

Page 41: Bi Aerosolbioaerosol

Luas kotak sedang :

= p x l

= 0,2 x 0,2 = 0,04 mm2 jadi misalnya diperoleh:

Volume kotak sedang : 20 sel dalam satu kotak sedang

= 0,04 mm2 x 0,1 mm maka jumlah sel keseluruhan :

= 0,004 mm3 = 20 x (1/4) x 106

Karena 1 ml = 1cm2 = 5 x 106 sel/ml

Maka :

= 0,004 mm3

= 0,000004 cm3

= 4x10-6 ml

Sel/ml :

= jumlah sel/4x10-6 ml

= (jumlah sel/4) x 106

= jumlah sel x (¼) x 106

= jumlah sel x 2,5 x 105

Page 42: Bi Aerosolbioaerosol

Kotak sedang :

Jumlah sel/ml = jumlah sel x 2,5 x 105

Dengan perhitungan yang sama maka diperoleh rumus untuk

kotak kecil :

Jumlah sel/ml = jumlah sel x 4 x 106

1. Cara kerja (digunakan kotak sedang) :

2. Bersihkan Petroff-Hauser Counting Chamber atau Haemocytometer dengan alkohol

70 % lalu 3. keringkan dengan tissue.

4. Letakkan cover glass di atas alat hitung.

5. Tambahkan ± 50 µl suspensi sel yeast (kira-kira 1 tetes) dengan cara meneteskan

pada parit kaca pada alat hitung. Suspensi sel akan menyebar karena daya

kapilaritas.

6. Biarkan sejenak sehingga sel diam di tempat (tidak terkena aliran air dari efek

kapilaritas).

7. Letakkan alat hitung pada meja benda kemudian cari fokusnya pada perbesaran

40x10.

8. Lakukan perhitungan secara kasar apakah diperlukan pengenceran atau tidak. Jika

dalam satu kotak sedang terdapat sel-sel yang banyak dan bertumpuk maka

perhitungan akan tidak akurat dan diperlukan pengenceran dengan perbandingan 1:5

atau 1:10.

9. Hitung sampel, paling tidak sebanyak 5 kotak sedang (lebih banyak lebih baik).

Hasil perhitungan dirata-rata kemudian hasil rataan dimasukkan rumus untuk kotak

sedang. Jika dilakukan pengenceran maka jumlah sel/ml dikalikan faktor

pengenceran.

Page 43: Bi Aerosolbioaerosol

Prof. Mukono Blog , http://mukono.blog.unair.ac.id/

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Feb 11

TOKSIKOLOGI LOGAM BERAT B3 DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATANPosted by: mukono in Uncategorized No Comments »

SUMBER BAHAN PENCEMA R LOGAM BERAT.

1. Sumber dari AlamKadar   Pb   yang   secara    alami   dapat   ditemukan   dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus Pb yang tercampur dengan batu fosfat  dan  terdapat  didalam  batu  pasir  ( sand  stone)  kadarnya  lebih besar yaitu 100 mg/kg. Pb yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5  -25 mg/kg dan di air bawah  tanah (ground water) berkisar antara 1 - 60µg/liter.Secara alami Pb juga ditemukan di air permukaan. Kadar Pb pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1 -10 µg/liter. Dalam air laut kadar Pb lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan  terbebas  dari  pencemaran  mengandung  Pb  sekitar  0,07µg/liter. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 µg/liter.Secara  alami  Pb  juga  ditemukan  di  udara  yang  kadarnya berkisar  antara  0,0001  -  0,001  µg/m3.  Tumbuh-tumbuhan  termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung Pb, penelitian yangdilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1 -1,0 µg/kg berat kering. Logam  berat  Pb  yang  berasal  dari  tambang  dapat  berubah  menjadi PbS  (golena),  PbCO3  (cerusite)  dan  PbSO4  (anglesite)  dan  ternyata golena  merupakan  sumber  utama  Pb  yang  berasal  dari  tambang. Logam  berat  Pb  yang  berasal  dari  tambang  tersebut  bercampur dengan  Zn  (seng)  dengan  kontribusi  70%,  kandungan  Pb  murni sekitar   20%   dan   sisanya   10%   terdiri   dari   campuran   seng   dan tembaga.Secara  alami  Hg  dapat  ber asal  dari  gas  gunung  berapi  dan penguapan dari air laut. Dilaporkan   kandungan  kadnium  (Cd) dalam air laut di dunia di bawah 20 ng/l. Variasi lain kandungan  kadnium dari air  hujan,  freshwater  dan  air  permukaan  di  perkotaan  d an  daerah

industri, kadnium pada level 10–4000 ng/l tergantung pada spesifikasi lokasi atau saat pengukuran larutan kadnium (WHO 1992).Kadnium   masuk   kedalam   freshwater   dari   sumber   yang berasal  dari  industri. 

Page 44: Bi Aerosolbioaerosol

Air  sungai  dan  irigasi  untuk  pertanian  yang mengandung  kadnium  akan  terjadi  penumpukan  pada  sedimen  dan Lumpur.   Sungai   dapat   mentrasport   kadnium   pada   jarak   sampai dengan 50 km dari sumbernya.  Kadnium dalam tanah bersumber dari alam  dan sumber antropogenik. Yang berasal dari alam  berasal dari batuan atau   material lain seperti glacial dan alluvium.  Kadnium  dari tanah  yang  berasal  dari  antropogenik  dari  endapan  penggunaan pupuk    dan    limbah.    Sebagian    besar    kadnium    dalam    tanah berpengaruh   pada   pH,   larutan   material   organic,   logam    yang negandung  oksida,  tana h  liat  dan    zat  organik  maupun  anorganik. Rata-rata kadar kadnium alamiah dikerak bumi sebesar 0,1 -0,5 ppm.

2. Sumber dari IndustriIndustri  yang  perpotensi  sebagai  sumber  pencemaran  Pb adalah semua industri yang memakai Pb sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:

Industri pengecoran maupun pemurnian.Industri  ini  menghasilkan  timbal  konsentrat  ( primary  lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam ( scrap).

Industri batery.Industri  ini  banyak  menggunakan  logam  Pb  terutama   lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya .

Industri bahan bakar.Pb  berupa  tetra  ethyl  lead  dan  tetra  methyl  lead   banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri maupun    bahan    bakar    yang    dihasilkan    merupakan    sum ber pencemaran Pb.

Industri kabel.Industri  kabel  memerlukan Pb  untuk  melapisi  kabel.  Saat  ini pemakaian  Pb  di  industri  kabel  mulai  berkurang,  walaupun  masih digunakan  campuran  logam  Cd,  Fe,  Cr,  Au  dan  arsenik  yang  juga membahayakan untuk kehidupan makluk  hidup.

Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna.Pada  industri  ini  seringkali  dipakai  Pb  karena  toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai   pewarna   merah   pada   cat   biasanya   dipakai    red   lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate.

Industri    pengecoran    logam    dan    semua    industri    yangmenggunakan  Hg  sebagai  bahan  baku  maupun  bahan  penolong, limbahnya    merupakan  sumber  pencemaran  Hg.  Sebagai  contoh antara lain adalah industri klor alkali, peralat an listrik, cat, termometer, tensimeter,  iindustri  pertanian,  dan  pabrik  detonator.  Kegiatan  lain yang merupakan sumber pencemaran Hg adalah praktek  dokter gigi yang   menggunakan amalgam sebagai bahan penambal gigi . Selainitu bahan bakar fosil juga merup akan sumber Hg pula.

Page 45: Bi Aerosolbioaerosol

3. Sumber dari TransportasiHasil  pembakaran  dari  bahan  tambahan  ( aditive)  Pb  padabahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi Pb in organik. Logam berat Pb yang  bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat Pb akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya.

Prof. Mukono Blog

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Feb 11

PENGARUH KUALITAS UDARA DALAM RUANGAN BER -AC TERHADAP GANGGUAN KESEHATANPosted by: mukono in Uncategorized Add comments

Abstract:  The  use  of  air  conditioning  as  an  alternative  to  replac e natural   ventilation   may   improve   comfort   and   work   productivity. However  air  conditioning  that  is  not  well  maintained  may become  a good   media   for   microbial   growth.   This   condition   may   result   in decreased indoor air quality and induce health impairment known  as Sick Building Syndrome. The objectives of this study were to analyze the   effects   of   physical   and   microbiological   qualities   on   health impairment. This study was carried out in an air conditioned, two -story building   of   PT.Infomedia   Nusantara   in   Surabaya. This   was   an observational  study  with  cross -sectional  approach.  This  study  was carried  out  by  means  of  interview,  observation  and  measurements including   air   temperature,   relative   humidity,   air   velocity   and   the number of colony forming units in a cubic meter  of air (germs, fungi, and bacteria). The number of population was 94 employees and the number   of   samples   taken   was   89   employees   using   purposive sampling technique. Data collected were analyzed either descriptively (tabulation) and analytically using logis tic regression test (α = 0.05).The   results   of   this   study   showed   that   air   temperatures measured were still within the recommended temperature range, while relative  humidity,  air  velocity  and  total  germs  colonies  measured  in two  locations  had  exceeded  the  recommended  standards .  The  total colonies  of  fungi  were  0,87  (first  floor)  and  1,94  (second  floor),  and total colonies of bacterial were 6,87 (first floor) and 3,21 (second floor) respectively.Complaints  experienced  by  employees  were  skin irritation (75,28 %), eye irritatio n (74,16 %), nasal irritation (73,03 %), neurological dissorder (66,29 %), sore throat (46,07 %), and nausea (21,35  %) respectively. Fungus  had significant  influence (p  = 0.048) on  nasal  irritation,  nausea  were  significantly affected  (p  =  0.020)  by germs  whereas  the  other  variables  did  not 

Page 46: Bi Aerosolbioaerosol

influence  (p  >  0.05)  on health problems. It is suggested that the company provide training on indoor    air    quality   (SBS/BRI)    to    all    employees    and    conduct environmental  monitoring  as  well  as  performing  either  preplacementor periodic medical examination. The air conditioning available should be   checked   and   maintained   at   regular   intervals,   manager   and employees should always participate in keeping the work place clean.

 

 

PENDAHULUAN

Penggunaan  Air  Conditioner  (AC)  sebagai  alternatif  untuk mengganti   ventilasi   alami   dapat   meningkatkan   kenyamanan   dan produktivitas kerja, namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat nyaman bagi mik roorganisme untuk berbiak. Kondisi tersebut mengakibatkan  kualitas  udara  dalam  ruangan  menurun  dan  dapat menimbulkan    berbagai  gangguan  kesehatan  yang  disebut  sebagai Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building Syndrome (TBS).Banyaknya aktivitas di gedung me ningkatkan jumlah polutan dalam   ruangan.   Kenyataan   ini   menyebabkan   risiko   terpaparnya polutan dalam ruangan terhadap manusia semakin tinggi, namun halini masih jarang diketahui oleh masyarakat.Pada dasarnya desain AC yang dipakai untuk mengatur suhu ruangan  secara  kontinu  dapat  mengeluarkan  bahan  polutan.  Kadar gas-gas  SO2, CO2,  dan O2  di dalam  ruangan  tidak  dipengaruhi  oleh keberadaan  AC.  Bahan  partikulat  dapat  dikurangi  secara  signifikan oleh  AC  dengan  filter  yang  efektif.  Kadar  pollen  di  dalam  ruangan dapat berkurang secara signifikan dengan adanya AC. Jumlah bakteri dan  spora  di  gedung  dengan  AC  kemungkinan  akan  lebih  sedikitdaripada  gedung  tanpa  AC,  walaupun  sampai  saat  ini  hal  tersebut masih diperdebatkan.Hasil  pemeriksaan   The  National  Institute  of   OccupationalSafety and Health (NIOSH), menyebutkan ada 5 sumber pencemarandi dalam ruangan  yaitu (Aditama, 2002):a.  Pencemaran  dari  alat -alat  di  dalam  gedung  seperti  asap  rokok, pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan.b.  Pencemaran  di  luar  gedung  meliputi  masuknya  ga s  buangan kendaraan  bermotor,  gas  dari  cerobong  asap  atau  dapur  yang terletak di dekat gedung, dimana kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang udara yang tidak tepat.c.  Pencemaran    akibat    bahan    bangunan    meliputi    pencemaranformaldehid,  lem,  as bes,  fibreglass  dan  bahan -bahan  lain  yang merupakan komponen pembentuk gedung tersebut.d.  Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan  produk  mikroba  lainnya  yang  dapat  ditemukan  di  saluran udara dan alat pendingin beserta

Page 47: Bi Aerosolbioaerosol

seluruh sist emnya.e.  Gangguan  ventilasi  udara  berupa  kurangnya  udara  segar  yang masuk, serta buruknya   distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan lingkungan ruang kerja.   Kualitas  udara  y ang buruk  akan membawa dampak negatif terhadap pekerja /karyawan berupa keluhan gangguan kesehatan.  Dampak   pencemaran  udara  dalam   ruangan  terhadap tubuh  terutama  pada  daerah  tubuh  atau  organ  tubuh  yang  kontak langsung dengan udara meliputi organ sebagai berikut :1.  Iritasi selaput lendir:  Iritasi  mata,  mata  pedih,  mata  merah,  mata berair2.  Iritasi  hidung,  bersin,  gatal:  Iritasi  tenggorokan,  sakit  menelan, gatal, batuk kering3.  Gangguan    neurotoksik:    Sakit    kepala,    lemah/capai,    mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi4.  Gangguan  paru  dan  pernafasan:  Batuk,  nafas  berbunyi/mengi,sesak nafas, rasa berat di dada5.  Gangguan kulit: Kulit kering, kulit gatal6.  Gangguan saluran cerna: Diare/mencret7.  Lain-lain:  Gangguan  perilaku,  gangguan  saluran  kencing,  sulit belajarKeluhan   tersebut   bias anya   tidak   terlalu   parah   dan   tidak menimbulkan kecacatan tetap, tetapi jelas terasa amat mengganggu, tidak    menyenangkan    dan    bahkan    mengakibatkan    menurunnya produktivitas kerja para pekerja.Permasalahan   yang  diangkat  dalam   penelitian   ini   adalah pengaruh   kualitas   udara   di   ruangan   ber -AC   terhadap   gangguankesehatan, yang dapat diperinci sebagai berikut:1.    Bagaimana  kualitas  mikrobiologi  udara  dalam  ruangan  ber - AC?2.    Bagaimana kualitas fisik udara (suhu dan kelembaban) dalam ruangan ber-AC?3.    Apakah macam keluhan penyakit yang dirasakan karyawan di ruangan ber-AC?4.    Apakah ada pengaruh antara kualitas udara di ruangan ber - AC terhadap gangguan  kesehatan?

 

Tujuan  umum  dalam  penelitian  ini  adalah  mengidentifikasi kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan dan gan gguan paparan di ruangan  kerja  ber -AC  pada  gedung  bertingkat  dengan  gangguan kesehatan.  Tujuan  khususnya  antara  lain:  mengidentifikasi  kualitas mikrobiologi  udara  dalam  ruangan  ber -AC,  mengidentifikasi  kualitas fisik  udara  dalam  ruangan  ber -AC,  mengidentif ikasi  macam  keluhan yang dirasakan karyawan di dalam ruangan ber -AC, mengidentifikasi pengaruh  antara  gangguan  paparan  di  ruangan  ber -AC  terhadap gangguan kesehatan.

 

METODE PENELITIAN

Page 48: Bi Aerosolbioaerosol

Penelitian  ini  menggunakan  metode  observasional  dengan rancang  bangun  cross-sectional.  Penelitian  ini  dilaksanakan  dengan cara  wawancara,  observasi,  dan  pengukuran  yang  meliputi  suhu,

kelembaban, kecepatan  aliran udara,  dan jumlah total koloni  per  m 3 udara   (kuman,   jamur,   dan   bakteri).   Jumlah   populasi   adalah   94 karyawan  dan  jumlah  sampel  yang  diambil  dengan  cara  purposive sampling  technique  sebanyak  89  orang.  Data  yang  telah  diambil kemudian  dianalisis  secara  deskriptif  dengan  tabulasi  dan  secara analitik menggunakan regresi logistik (α = 0.05).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi PenelitianPT.  Infomedia  Nusantara  merupakan  perusahaan  yang  bergerak  di bidang  pelayanan  jasa,  dimana  salah  satu  perwakilannya  berada  di Surabaya   dan   berlokasi   di   jalan   Kusumabangsa   10 -12.   Kantor perwakilan PT. Infomedia Nusantara di Suraba ya terdiri dari 2 lantai yang  didesain  dengan  jendela  tertutup  dan   ventilasi  buatan  ( air conditioning) yang menyebabkan gangguan sirkulasi  udara dan tidak sehatnya  udara  dalam  gedung.  Lokasi  kantor  yang  terletak  di  tepi jalan  raya  serta  halaman  gedung  yan g  digunakan  sebagai  tempat parkir   kendaraan   bermotor   dapat   dikatakan   relatif   dekat   dengan sumber polusi udara luar gedung. Polusi udara di luar gedung dapat menjadi sumber polusi udara dalam gedung.Produk-produk pembakaran dari kendaraan dan sumber lain yang berasal dari luar gedung dapat masuk ke dalam gedung melalui inlet  sistem  heating,  ventilation,  and  air  conditioning  (HVAC)  suatu gedung.  Hal  ini  didukung  oleh  laporan   The  National  Institute  of Occupational  Safety  and  Health   (NIOSH)  1984  yang  menyata kan bahwa  sebesar  50  %  penyebab  pencemaran  udara  adalah  ventilasi yang tidak adekuat, 11 % sumber polusi udara dalam ruangan berasal dari kontaminan-kontaminan luar ruangan (Godish, 1989).

Kualitas Mikrobiologi UdaraBioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atausisa yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah jamur   dan   bakteri.   Penyebaran   bakteri,   jamur,   dan   virus   pada umumnya  terjadi  melalui  sistem  ventilas i.  Sumber  bioaerosol  ada  2 yakni  yang  berasal  dari  luar  ruangan  dan  dari  perkembangbiakan dalam   ruangan   atau   dari   manusia,   terutama   bila   kondisi   terlalu berdesakan  (crowded).  Pengaruh  kesehatan  yang  ditimbulkan  oleh bioaerosol  ini  terutama  3  macam,  yaitu  i nfeksi,  alergi,  dan  iritasi.. Kontaminasi  bioaerosol  pada sumber air sistem  ventilasi ( humidifier) yang terdistribusi keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi yang berbagai ragam seperti demam, pilek, sesak nafas dan nyeri otot dan tulang  (Tan  Malaka,  19 98).  Total  koloni  kuman  pada  lantai  I  adalah1675 CFU/m 3  udara sedangkan lantai II adalah 1387,5 CFU/m 3  udara. Jika dibandingkan dengan Standar Baku Mutu Kep.MenKesehatan RI No  :  261 

Page 49: Bi Aerosolbioaerosol

/MENKES/SK/II/1998  dimana  angka  kuman  adalah  kurangdari   700   koloni/m 3    udara,  maka  kedua  ruangan   berada  di  atasstandar.  Hasil  pengukuran  total  koloni  bakteri  pada  lantai  I  (6,87CFU/menit)  lebih  tinggi  dibandingkan  lantai  II  (3,21  CFU/menit)  dan sebagian besar berjenis gram negatif batang. Hasil pengukuran total koloni jamur  pada lantai II adalah 1,94 CFU/menit dan pada lantai II adalah 0,87 CFU/menit. Jika dibandingkan dengan standar NH&MRCdimana  total  koloni  jamur  adalah  150  CFU/m 3   udara,  maka  kedua ruangan  tersebut  masih  berada  di  bawah  standar.  Pada  usap  AC ditemukan  gram  positif  batang  dan  gram  negatif  batang.  Pencemar yang  bersifat  biologis  terdiri  atas  berbagai  jenis  mikroba  patogen, antara  lain  jamur,  metazoa,  bakteri,  maupun  virus.  Penyakit  yangdisebabkannya   seringkali   diklasifikasikan   sebagai   penyakit   yangmenyebar lewat udara (air-borne diseases) (Soemirat, 2002).

Pengaruh   Kualitas   Fisik   dan   Kualitas   Mikrobiologi   terhadapGangguan KesehatanHasil  perhitungan  dengan  menggunakan  uji  statistik  regresi logistik  terlihat  bahwa  ada  dua  variabel  yang  signifikan  terhadap terjadinya gangguan kesehatan, yaitu:1.  Jamur   berpengaruh   terhadap   terjadinya   gangguan   kesehatan berupa iritasi hidung, artinya semakin banyak jumlah koloni jamur dalam  ruangan  mempunyai  resiko  16,463  kali  lebih  besar  untuk dapat terjadinya iritasi hi dung.2.  Kuman   berpengaruh   terhadap   terjadinya   gangguan   kesehatan berupa mual, artinya semakin banyak jumlah koloni kuman dalam ruangan  mempunyai  resiko  1,008  kali  lebih  besar  untuk  dapat terjadinya mual.Variabel   lainnya   yang   tidak   signifikan ,   belum   tentu   tidak memberikan  pengaruh  terhadap  gangguan  kesehatan  yang  timbul. Hal  ini  disebabkan  oleh  beberapa  faktor,  yaitu  :  banyaknya  faktor yang   berpotensi   mempengaruhi   kualitas   udara   lingkungan   kerja, gangguan  kesehatan  yang  terjadi  tidak  bersifat  spesifik  dan  dapat merupakan   gejala-gejala   dari   penyakit   lain,   penyebab   terjadinyagangguan  kesehatan  tersebut  dipengaruhi  banyak  faktor  lain.  TanMalaka   (1998)   menyatakan   bahwa   intensitas   pengaruh   berbagai faktor  yang  dapat  mempengaruhi  lingkungan  kerja  tergantung  lokasi dan proses yang ada. Walaupun tidak semua dominan, namun faktor - faktor tersebut selalu ada dalam lingkungan kerja.KESIMPULAN DAN SARAN KesimpulanBerdasarkan  hasil  analisis  yang  telah  dilakukan  terhadapkualitas   fisik   udara,   kualitas   mikrobiologi   udara    dan   gangguan kesehatan yang dirasakan karyawan di dalam ruangan ber -AC, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1.  PT.  Infomedia  Nusantara  Surabaya  memiliki  karyawan  sebanyak94 orang.  Masa kerja sebagian besar karyawan (78,65 %) kurang dari lima tahun dan

Page 50: Bi Aerosolbioaerosol

rata-rata lama tinggal dalam  ruangan ber -AC setiap harinya 6-8 jam.2.  Sumber  pencemar  udara ruangan  yang dirasakan  oleh  karyawan berupa asap dan bau -bauan yang tidak sedap. Sumber pencemar asap   tersebut   berasal   dari   asap   rokok,   sedangkan   sumber pencemar  bau-bauan  berasal  dari  bau  sampah  dari  kantin,  bau minyak wangi dan pengharum ruangan yang terlalu menyengat.3.  Gangguan  kesehatan  yang  dirasakan  karyawan  berurutan  dari yang terbanyak adalah iritasi kulit (75,28 %), iritasi mata (74,36 %),iritasi  hidung  (73,03  %),  gangguan  saraf  (66,29  %),  gangguan saluran pernafasan (46,07 %), mual (21,35 %).

4.  Kelembaban udara dan kecepatan aliran udara di lokasi penelitian melebihi  Standar  Baku  Mutu  Kep.Men.Kesehatan  RI  No :  261/ MENKES/SK/II/1998, sedangkan untuk  suhu udara ruangan masih berada   pada   suhu   nyaman   kerja   yang   berarti   tidak   melebihi Standar  Baku  Mutu  Keputusan   Menteri  Kesehatan  RI  N o:  261/MENKES/SK/II/1998.5.  Jumlah  total  koloni  kuman  di  lokasi  penelitian  melebihi  Standar Baku Mutu Kep.Men.Kesehatan RI No : 261 /MENKES/SK/II/1998. Sedangkan  jumlah  total  koloni  jamur  di  lokasi  penelitian  masih berada di bawah standar NH dan MRC.6.  Dari  hasil  perhitungan  regresi  logistik  diperoleh  variabel  yang berpengaruh  (p  =  0.048)  terhadap  gangguan  kesehatan  berupa iritasi  hidung  adalah  jamur  dan  variabel  yang  berpengaruh  (p  =0.020) terhadap gangguan kesehatan berupa mual adalah kuman, sedangkan   variabel   yang   lain   tidak   berpengaruh   (p   >   0.05) terhadap gangguan kesehatan.

Dampak Pemakaian Air Conditioner (AC) Terhadap Kesehatan

http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2010/04/sick-building-syndrome.html

Pendingin udara atau Air conditioner (AC), saat ini merupakan kebutuhan pokok bagi sebuah lingkungan kerja. Dengan peningkatan suhu bumi yang semakin tidak kompromi, AC menjadi alternatif utama untuk kenyamanan. Dengan AC, maka temperatur, kelembaban, dan distribusi udara dapat diatur sesuai syarat dan keinginan. Berbagai kenyamanan penggunaan AC, seringkali membuat pengelola gedung melupakan perawatan yang benar terhadap AC dan menganggap bahwa udara dalam ruangan dengan AC selalu bersih dan sehat. Perawatan AC yang kurang benar berpeluang menyebarkan berbagai virus dan bakteri. Masalah kesehatan yang muncul kemudian adalah terjadinya Sick Building Syndrome. Faktor yang ikut mempengaruhi penyakit ini antara lain sirkulasi ventilasi yang buruk, selain akibat pencemaran polusi

udara asap kendaraan bermotor dan industri, kuman, virus, jamur, dan parasit.

Rumah sakit sebagai sebuah lingkungan kerja merupakan institusi pelayanan kesehatan yang di

Page 51: Bi Aerosolbioaerosol

dalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia, dan aktivitas pelayanan kesehatan. Disamping memberikan dampak positif sebagai tempat untuk menyembuhkan penyakit, ternyata rumah sakit juga memberikan dampak negatif bagi manusia seperti pencemaran, sumber penularan penyakit, termasuk gangguan kesehatan bagi tenaga medis maupun non medis. Salah satu gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada tenaga medis dan non medis di rumah sakit adalah SBS (Sick Building Syndrome). SBS berhubungan dengan buruknya kualitas udara dalam ruangan kerja.

 

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa di United States pada Tahun 1994 (Bureau of Labor Statistic di Amerika Serikat), 5 juta warganya yang bekerja di rumah sakit, 40% di antaranya adalah dokter, perawat, apoteker serta para asistennya menderita Sick Building Syndrome ini (Wichaksana (2002). Penting dicatat, mereka merupakan sebuah kelompok tenaga kerja yang mempunyai risiko besar terpajan bahan-bahan berbahaya di rumah sakit. Pada lingkungan Rumah sakit juga sangat dimungkinkan menjadi tempat berkembang biaknya sumber penyakit dan berkumpulnya bahan- bahan berbahaya biologi, kimia, dan fisik yang setiap saat dapat kontak dengan tenaga kerja, pasien, keluarga pasien, dan pengunjung.

 

Kita masih mencatat bahwa AC bisa menyebabkan penderitaan bagi banyak orang. Terdapat 182 orang - peristiwa ini terjadi di Philadelpia, USA tahun 1976) - mengalami pegal- pegal, flu, kepala pusing, kejang otot, perut kembung, cepat lelah, dan 29 orang diantaranya kemudian meninggal dunia ( data Bureau of Labor Statistic, AS). Berdasarkan hasil penelitian, kasus ini disebabkan oleh bakteri Legionella pneumophila. Bakteri itu hidup di alam bebas, terutama di daerah dengan kelembaban tinggi seperti sungai, danau, selokan, termasuk juga AC terutama di bagian cooling tower.

Penelitian yang dilakukan di PT. Infomedia Nusantara yang menggunakan AC lokal terhadap 89 responden ditemukan bahwa sebagian besar karyawan mengalami gangguan kesehatan berupa bersin sebesar 57,3 %, sakit kepala sebesar 66,29 %, mata merah sebesar 5 1,69 %, mata pedih sebesar 58,43 %, mata gatal sebesar 74,16 %, dan kulit kering sebesar 17,9 1 % (Corie, 2004).

 

Berdasarkan bebeapa kenyataan diatas sangat penting untuk dilakukan pengendalian pencemaran udara di lingkungan rumah sakit, sehingga dapat meminimalisasi terjadinya gangguan kesehatan bagi seluruh pengguna rumah sakit (tenaga medis, non medis, pasien, maupun pengunjung).

Page 52: Bi Aerosolbioaerosol

 

Namun bagaimanakah sebetulnya pengaruh kualitas fisik dan mikrobiologi udara pada ruangan ber-AC terhadap munculnya Sick Building Syndrome (SBS), pada tempat kerja, akan selalu terkait dengan beberapa data berikut :

a. Pengaruh kualitas fisik dan kualitas mikrobiologi udara dalam ruang.

b. Apakah ada perbedaan keluhan Sick Building Syndrome (SBS) pada berbagai jenis tenaga kerja.

Sick Building Syndrome (SBS)

Istilah sindrom gedung sakit (Sick Building Syndrome) pertama diperkenalkan oleh para ahli dari negara Skandinavia di awal tahun 1980-an yang lalu. Istilah ini kemudian digunakan secara luas dan kini telah tercatat berbagai laporan tentang sindrom ini dari berbagai Negara Eropa, Amerika, bahkan dari Negara tetangga kita Singapura (Aditama, 2002).

 

Sick Building Syndrome atau sindrom gedung sakit adalah kumpulan gejala akibat adanya gedung yang ”sakit”, artinya terdapat gangguan pada sirkulasi udara dalam gedung itu. Adanya gangguan itulah yang menyebabkan gedung tersebut dikatakan “sakit” sehingga timbul sindrom ini yang memang terjadi karena penderitanya menggunakan suatu gedung yang sedang sakit (Aditama, 2002).

 

Menurut Burge (2004), Sick Building Syndrome (SBS) terdiri dari sekumpulan gej ala iritasi mukosa, kulit, dan gej ala lainnya terkait dengan gedung sebagai tempat kerja, penyebabnya adalah gedung yang tidak terawat dengan baik.

 

Sedangkan menurut Prof. Dr. Juli Soemirat Slamet, M.PH., Ph.D, Sick Building Syndrome adalah gej ala- gej ala gangguan kesehatan, umumnya berkaitan dengan saluran pernafasan. Sekumpulan gej ala ini dialami oleh orang yang hidup atau bekerja di gedung atau rumah yang ventilasinya tidak direncanakan dengan baik (Sujayanto, 2001).

 

Gejala atau Keluhan SBS

Page 53: Bi Aerosolbioaerosol

Gejala-gejala yang timbul memang berhubungan dengan tidak sehatnya udara di dalam gedung. Keluhan yang ditemui pada sindrom ini antara lain dapat berupa batuk kering, sakit kepala, iritasi mata, hidung dan tenggorokan, kulit yang kering dan gatal, badan lemah dan lain- lain. Keluhan- keluhan tersebut biasanya menetap setidaknya dua minggu. Keluhan- keluhan yang ada biasanya tidak terlalu hebat, tetapi cukup terasa mengganggu dan yang penting amat berpengaruh terhadap produktivitas kerja seseorang. Sindrom gedung sakit ini baru dapat dipertimbangkan bila lebih dari 20% atau bahkan 50% pengguna suatu gedung mempunyai keluhan- keluhan seperti di atas. Kalau hanya dua atau tiga orang maka mereka mungkin sedang kena flu biasa (Aditama, 2002).

Keluhan SBS dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Iritasi selaput lendir: iritasi mata, mata pedih, merah, dan berair.

2. Iritasi hidung: iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk kering.

3. Gangguan neurotoksik: sakit kepala, lemah atau capek, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi.

4. Gangguan paru dan pernafasan: batuk, nafas berbunyi, sesak nafas, rasa berat di dada.

5. Gangguan kulit: kulit kering dan gatal.

6. Gangguan saluran cerna: diare.

7. Lain- lain: gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, sulit belajar (Aditama, 2002).

Penyebab Terjadinya SBS

Sampai saat ini masih sulit untuk menentukan suatu penyebab tunggal dari sindrom gedung sakit, namun sebagian besar keluhan yang timbul dari tejadinya SBS diakibatkan oleh pencemaran udara yang terjadi dalam ruangan. Menurut hasil penelitian dari Badan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Amerika Serikat atau National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) 466 gedung di Amerika Serikat menemukan bahwa ada enam sumber utama pencemaran udara di dalam gedung, yaitu:

1. 52% pencemaran akibat ventilasi yang tidak adekuat dapat berupa kurangnya udara segar yang masuk ke dalam ruangan gedung, distribusi udara yang tidak merata, dan buruknya perawatan sarana ventilasi.

Page 54: Bi Aerosolbioaerosol

2. Pencemaran udara dari alat- alat di dalam gedung seperti mesin fotokopi, kertas tisu, lem kertas dan lem wallpaper, zat pewarna dari bahan cetakan, pembersih lantai serta pengharum ruangan (sebesar 17%).

3. Pencemaran dari luar gedung dapat juga masuk ke dalam ruangan, hal ini dikarenakan tidak tepatnya penempatan lokasi masuknya udara segar dalam ruangan (sebesar 11%).

4. Pencemaran bahan bangunan meliputi pencemaran formaldehid, lem, asbes, fibreglass dan bahan lain yang merupakan komponen pembentuk gedung tersebut (sebesar 3%).

5. Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa, dan produk mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin serta seluruh sistemnya (sebesar 5%).

6. Sebesar 12 % dari sumber tidak diketahui (Aditama, 2002).

Burge (2004) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi peningkatan prevalensi SBS antara lain:

1. Faktor individu:

a. Debu kertas. b. Asap rokok c. Debu dalam ruangan d. Penggunaan komputer

 

2. Faktor gedung:

a. Suhu ruangan yang tinggi (lebih dari 23°C dalam ruangan ber-AC). b. Aliran udara dalam ruangan rendah (kurang dari 10 liter/ detik/ orang). c. AC dalam ruangan. d. Kontrol yang rendah terhadap suhu dan pencahayaan. e. Rendahnya perawatan dan kebersihan gedung. f. Kerusakan pada jaringan air.

Usaha untuk mengerti penyebab SBS telah dilakukan dengan melakukan penyelidikan terhadap banyak parameter yang cenderung difokuskan pada kinerja ventilasi, kontaminan dan berbagai variasi parameter lainnya. Tipikal parameter yang telah diselidiki dapat dilihat pada tabel berikut:

Parameter yang Diselidiki pada SBS

Parameter KeteranganSistem ventilasi 1. Kecepatan ventilasi (terlalu cepat, terlalu lambat).

Page 55: Bi Aerosolbioaerosol

2. Buruknya distribusi udara.

3. Sistem ventilasi yang tidak beroperasi.

4. Pengatur suhu udara (air conditioner).

5. Buruknya penyaringan.

6. Buruknya perawatan.Kontaminan gedung 1. Asbestos

2. Karbondioksida

3. Karbon monoksida

4. Debu

5. Formaldehid, radon, ozon.

6. Spora, polen.

7. Bakteri.

8. Kelembaban (terlalu tinggi, terlalu rendah).

9. Ion

10. Bau, asap

Polutan dari luar, dan senyawa organik (volatil).Penghuni Usia, gender, status kesehatan, pekerjaan.Lain- lain 1. Bentuk gedung.

2. Radiasi elektromagnetik

3. Tidak ada kontrol lingkungan.

4. Pencahayaan

5. Kebisingan

Page 56: Bi Aerosolbioaerosol

6. Faktor psikologi

7. Stres

8. Terminal display.

Sumber: Liddament, 1990 dalam Pudjiastuti et al., 1998.

E. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Waktu dan Tempat

a. Waktu : Rabu, 28 Desember 2011. Pukul 10.50 WIB.

b. Tempat : Laboratorium FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang.

2. Alat dan Bahan

a. Alat : Cawan petri, inkubatror, bunsen.

b. Bahan : Media agar (NA), spritus, korek api, mikroba di at,osfer, mikroba di

ruangan ber-Ac, dan mikroba diruangan non AC.

3. Cara Kerja

a. Ruang AC dan non AC: Buka tutup cawan petri yang berisi NA steril dengan

sudut 450C ± 10 menit.

b. Tutup kembali cawan petri, lalu panaskan pinggiran cawan dengan labu

Bunsen (tindakan secara aseptis).

c. Bungkus cawan petri secara terbalik dengan kertas. Lalu inkubasi denagn

suhu 370C dalam inkubator, selama 12 jam, kemudian amati pertumbuhan

koloni mikroba di udara (bentuk koloni, elevasi, tepian jumlah, warna,

diameter).

d. Amati pertumbuhan mikroba (bentuk koloni, elevasi, tepian jumlah, warna,

diameter).

F. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Praktikum

Page 57: Bi Aerosolbioaerosol

Gambar 7.

(Sumber: Dokumen pribadi, 2011).

Table 2. Hasil pengamatan morfologi koloni pada flora normal tubuh

manusia di dalam rongga hidung dan permukaan lidah

Lokasi No Koloni

Bentuk

Koloni TepianWarn

aElevasi Jumlah

Diamete

r

Rongga 1 A

Page 58: Bi Aerosolbioaerosol

hidung

2 B

3 C

Permukaa

n lidah

1 A

2 B

3 C

2. Pembahasan

Melalui pratikum yang telah kami lakukan dengan menggunakan sekret

rongga hidung dan permukaan lidah. Dapat dilihat bahwa sekret rongga hidung

bewarna putih dan permukaan lidah bewarna cream. Hal ini menandakan bahwa

pada rongga hidung terdapat flora normal dan warna putih bearti floranya normal.

Begitupun dengan permukaan lidah yang bewarna cream juga masih tergolong

floranya dalam keadaan normal dan orang tersebut normal dan sehat.

Page 59: Bi Aerosolbioaerosol

A. KESIMPULAN

Praktikum yang telah dilakukan, dapat saya ambil simpulan bahwa:

1. Flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat

pada tubuh manusia normal dan sehat.

2. Pada keadaan alamiah, janin manusia mula-mula memperoleh

mikroorganisme ketika lewat sepanjang saluran lahir. Jasad-jasad renik itu

diperolehnya melalui kontak permukaan, penelanan atau penghisapan.

3. Flora normal tubuh manusia berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat

digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu : Mikroorganisme tetap/normal (resident

flora/indigenous) dan Mikroorganisme sementara (transient flora)

4. Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus (S. epidermidis, S.

aureus) dan streptokokus.

5. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor-faktor

biologis seperti suhu, kelembapan dan tidak adanya nutrisi tertentu serta zat-

zat penghambat.

Page 60: Bi Aerosolbioaerosol

DAFTAR PUSTAKA

Pelczar, Michael J dan Chan, E.C.S. 2009. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta:

Universitas Indonesia (UI-Press).

Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.

http://el-andalucy.blogspot.com/2010/12/isolasi-mikroba-udara.html

Febri Yursa Putera

http://iqbalali.com/2008/04/28/ada-mikroba-di-udara/

Pengambilan Sampel Mikroorganisme Udara (Air Sampling) http://ekmon-saurus.blogspot.com/2011/01/pengambilan-sampel-mikroorganisme-udara.html ( E, Indra Pradhika. 2010)

MIKroba uadara pdf1http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-07.pdf

Prof. Mukono Blog , http://mukono.blog.unair.ac.id/

Page 61: Bi Aerosolbioaerosol

3. LAMPIRAN

Gambar Alat-alat Pratikum yang digunakan

Gambar 1. Bunsen Gambar 2. Cawan

Petri

Page 62: Bi Aerosolbioaerosol

Gambar 3. Inkubator Gambar 4. Pinset

Gambar Bahan-bahan Pratikum yang digunakan

Page 63: Bi Aerosolbioaerosol

Gambar 5. Alkohol 70% Gambar 6. Tissue Gambar 7.

Korek api

Gambar 8. Kapas lidi sterile Gambar 9. Pengambilan secret flora

Normal pada rongga hidung

Page 64: Bi Aerosolbioaerosol

Gambar 9. Pengambilan secret flora Normal

pada permukaan lidah

Sumber: Dokumentasi pribadi, 2011

REFERENSI ONLINE