best practice - health&hygiene promotion id

Upload: mulyo-santoso

Post on 17-Jul-2015

391 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PROMOSI KESEHATAN DAN HIGINITASPraktik-praktik Terbaik dan Pembelajaran

Peserta Sekolah Lapangan di Desa Cikidang, Lembang, Bandung, Jawa Barat diperkenalkan dengan konsep Health & Hygiene. Mereka berdiskusi untuk menyatukan potongan-potongan diagram Perpindahan Kuman. Kegiatan ini adalah bentuk teknik kreatif yang dipakai untuk meningkatkan kepedulian masyarakat seputar kesehatan dan higinitas.

PROMOSI KESEHATAN DAN HIGINITASPraktik-praktik Terbaik dan Pembelajaran

PROMOSI KESEHATAN DAN HIGINITASPraktik-praktik Terbaik dan Pembelajaran

PENULIS

Alifah Lestari Bertha Ulina Nababan Dwi Anggraheni Hermawati Maria Elena Figueroa Meytha Nurani Nur Endah Shofiani Patricia Poppe Sugiantoro Bryony Jones Fitri Putjuk Primatmojo Djanoe

EDITOR

DESAIN & TATA LETAK Irfan Toni Herlambang Pryatin Mulyo Santoso ISBN No. 978-602-95582-4-1 41 halaman + xi

Environmental Services Program, 2009

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF PENGANTAR KERANGKA KERJA PROGRAM HEALTH AND HYGIENE 1.1. SIKLUS PERPINDAHAN KUMAN PENYEBAB PENYAKIT DIARE 1.2. KERANGKA KERJA PENINGKATAN HIGINITAS UNTUK MENURUNKAN TINGKAT DIARE 1.3. MODEL ESP UNTUK PROMOSI HIGINITAS UNTUK PENCEGAHAN DIARE PESAN-PESAN KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU HEALTH & HYGIENE INTEGRATIF DAN PERILAKU STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)

iii v x 1 2 3 4

6

PRAKTIK TERBAIK DAN PEMBELAJARAN DARI PROMOSI H&H 3.1. SEKOLAH BERSIH HIJAU SEHAT (SBHS) 3.2. KAMPUNG BERSIH HIJAU DAN SEHAT 3.3. PENGEMBANGAN KAPASITAS JEJARING LOKAL 3.4. ADVOKASI CTPS DI TINGKAT NASIONAL DAN REGIONAL 3.5. PENELITIAN, MONITORING DAN EVALUASI REKOMENDASI

7 8 18 26 30 33 39

HAL. iv

RINGKASAN EKSEKUTIF

HAL. v

Di tahun 2006, Departemen Kesehatan Republik Indoesia meluncurkan strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk mempercepat akses masyarakat terhadap kebersihan dan meningkatnya kesadaran mereka akan kesehatan. Tujuan utama dari STBM adalah mencegah penyakit diare dan penyakit lainnya yang dapat timbul dari lingkungan. STBM mengidentifikasi 5 kunci utama utama; 1)Masyarakat yang bebas dari praktik Buang Air Besar sembarangan, 2) Makanan aman dan pengelolaan air minum, 3) Fasilitas yang lengkap untuk mencuci tangan dengan sabun, 4) Pengelolaan sampah basah dan 5) pembuangan sampah yang teratur. Lima perilaku utama ini, dengan pengecualian nomor 4, adalah pusat program dari Program Jasa Lingkungan atau Environmental Services program (ESP) dalam strategi Health & Hygiene (H&H). Tujuan dari buku Promosi Kesehatan dan Higinitas: Praktik Terbaik dan Pembelajaran adalah untuk memberikan gambaran terhadap desain dan pelaksanaan Strategi Komunikasi Health & Hygiene (H&H) dari ESP yang didanai oleh USAID dan untuk berbagi pengetahuan tentang apa yang dapat dilakukan dengan Pemerintah Indonesia dan masyarakat luas. Publikasi ini ditujukan untuk pemerintah lokal di kecamatan dan kelurahan, pengelola inisiatif-inisiatif air dan sanitasi,

organisasi akar rumput seperti LSM, kader posyandu , pejabat kesehatan dan pendidikan, dan mereka yang berminat dengan program peningkatan kesehatan. Dokumen ini juga ditujukan untuk donatur dan badan kerjasama yang dapat memanfaatkan pengetahuan dan informasi didalamnya ketika merancang program-program yang bertujuan mencapai kebersihan secara berkelanjutan dengan potensi perluasan program. Kedua puluh dua Praktik Terbaik dan Pembelajaran yang ada di sini adalah hasil proses yang melibatkan refleksi, analisis, dan pemahaman mengenai Strategi Komunikasi H&H dan keefektifan penerapannya di lapangan. Dokumen ini adalah hasil kerjasama antara Pemerintah Lokal, pejabat bidang pendidikan dan kesehatan, guru sekolah, pimpinan masyarakat, dan staf ESP yang semuanya merupakan bagian penting dalam suksesnya program ini. Pertemuan, perbaikan materi komunikasi dan dokumen-dokumen proyek, wawancara di lapangan, semua berkontribusi dalam mengidentifikasikan 4 perilaku kunci higinitas yang dianjurkan oleh ESP. Keempat kunci tersebut adalah; 1)Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), 2) pengelolaan sampah padat, 3) pengelolaan tinja anak yang aman dan 4) air bersih.HAL. vi

Strategi H&H dibangun dari konsep awal dari para spesialis kesehatan untuk menggabungkan proses yang dinamis melibatkan berbagai sumber dalam masyarakat yang terhubung dalam inisiatif lokal untuk peningkatan higinitas dan kualitas lingkungan. Hasil strategi ini tidak dapat dianggap promosi kesehatan tradisional semata, tetapi sebagai upaya partisipasif dan mobilisasi komunitas. Hasil penerapan strategi mencakup konsep konvensional higinitas seperti cuci tangan pakai sabun, dan penggunaan jamban, serta juga konsep yang jarang dihubungkan dengan higinitas seperti pengelolaan sampah, penghijauan kembali, pembuatan kompos, dan mempercantik/pembersihan lingkungan yang berdasarkan kepentingan masyarakat. Model yang digunakan oleh ESP menggunakan 2 pendekatan fundamental; Kampung Bersih Hijau Sehat dan Sekolah Bersih Hijau Sehat. Seperti yang digambarkan dalam dokumen ini, dua pendekatan ini mempromosikan jejaring organisasi yang baik, kerjasama yang kuat, dan kepemimpinan formal dan informal yang diperlukan untuk menjalankan strategi H&H secara efektif dan berkelanjutan.

Sekolah Bersih Hijau Sehat (SBHS)Sekolah menjadi pintu masuk yang efektif untuk keterlibatan masyarakat yang lebih aktif. Guru dan murid menyebarluaskan pesan dan perilaku kesehatan kepada orang tua dan masyarakat luas. Membangun tempat untuk mencuci tangan pakai sabun, menyambungkan pipa air, belajar pemisahan sampah organik dan non organik, membuat kompos, dan menanam pohon, semua ini tidak dapat dicapai tanpa hubungan erat antara sekolah, orang tua murid, dan masyarakat. Pembelajaran yang di dapat di sini adalah;

1. 2.

Membangun kesepakatan di antara kepala sekolah dan para guru untuk mencapai tujuantujuan mereka Kurikulum Kesehatan dan Higinitas yang terstruktur dapat memotivasi guru melalui perangkat inovatif dan interaktif yang dapat melibatkan murid melalui sejumlah aktivitas . Agenda Bersih, Hijau dan Sehat memperluas dukungan dari berbagai sektor. Memperluas promosi kesehatan Anak-ke-Anak sebagai pintu masuk perubahan perilaku para orang tua dan masyarakat umum. Membangun hubungan kuat dengan Pemerintah Lokal, Puskesmas dan Posyandu untuk mendukung aktivitas Sekolah Bersih Hijau Sehat dan memperluas dukungan untuk implementasi program secara efektif. Melibatkan media massa untuk meningkatkan keberadaan program dan komitmen dari pihak sekolah dan para pejabat di tingkat lokal. Memperluas pendekatan Sekolah Bersih Hijau Sehat sehingga pihak lain dapat menyadari manfaat Sekolah Bersih Hijau Sehat.HAL. vii

3. 4. 5.

6. 7.

Kampung Bersih Hijau SehatMerupakan aset lokal yang beraneka ragam dan berpotensial dan sumber lainnya membantu promosi Kesehatan dan Higinitas. Wakil lingkungan sekitar (Rukun Tetangga atau RT) atau lingkungan tetangga (Rukun Warga atau RW), posyandu, PKK dan banyak lagi wakil informal masyarakat lainnya berpartisipasi secara aktif dalam berbagai macam aktivitas promosi termasuk; pengelolaan sampah, pengolahan air di tingkat rumah tangga, pembuangan tinja, dan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Jejaring pimpinan lokal ini membantu masyarakat untuk mencapai tujuan yang sama. Pembelajaran yang di dapat di sini adalah 8. Para pemuka lingkungan memberikan dukungan ke agenda Sekolah Bersi Hijau Sehat saat menyadari pendekatan ini menjadi sebuah kesempatan untuk mengakses sumber daya berbasis teknis dan pembiayaan dari pemerintah bagi masyarakatnya. Keahlian teknis yang disediakan oleh program mendapatkan dari LSM dan CBO (Community Based Organisation atau organisasi berbasis masyarakat) di mana mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mendukung kegiatan yang berkelanjutan.

9.

10 Mempromosikan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebagai bagian dari perilaku hidup bersih kepada anggota masyarakat dan menganjurkan kebiasaan rutin ini (Agenda STBM) 11. Mengamankan akses terhadap air bersih dan peningkatan partisipasi perempuan dalam meningkatkan keberhasilan kegiatan Health & Hygiene.

12. Dampak ekonomi dari pembuatan kompos dan kegiatan daur ulang mendorong kegiatankegiatan keberlanjutan yang dilakukan oleh mereka yang menyadari manfaatnya.

Pengembangan Kapasitas Jejaring LokalPenguatan kapasitas dianggap sebagai proses terpadu di mana jejaring sosial, pemangku kepentingan, dan mitra tidak hanya mendapatkan peningkatan kemampuan teknis, tapi juga prinsip-prinsip dasar dalam bekerja sama menuju kesamaan visi, memicu komitmen, dan mengoptimalkan aset lokal dan tradisional. Dengan penguatkan kapasitas, tercipta situasi kondusif untuk mendukung promosi, kepemilikan dan keberlanjutan perilaku hidup bersih dan lingkungan yang lebih baik. Pembelajaran yang didapat adalah ; 13. Penggunaan pendekatan partisipatif untuk melatih guru sekolah , jejaring, dan anggota masyarakat meningkatkan komitmen promosi Health & Hygiene, memperkuat kemampuan komunikasi antarindividu, rasa percaya diri, dan sikap tegas. 14. Kurikulum pelatihan Health & Hygiene meningkatkan keahlian jejaring dengan menggunakan perangkat komunikasi di tingkat lokal sebagai dasar upaya promosi. 15. Program teknis dari paket pelatihan (CTPS, H&H, Kesetaraan Gender, Monitoring 10 Menit) menguatkan keahlian peserta tidak hanya dalam upaya promosi kesehatan akan tetapi juga memberikan mereka kepercayaan untuk melakukan inisiatif baru.

HAL. viii

Advokasi Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) tingkat lokal dan regionalInisiatif advokasi yang berhasil menunjukkan bahwa pemerintah lokal, pemimpin dan media berperan menciptakan situasi kondusif, yang sangat penting untuk perubahan perilaku hidup bersih, dan meningkatnya akses untuk teknologi air dan sanitasi. Pembelajaran yang didapat adalah ; 16. Kegiatan CTPS berskala besar mendapat dukungan komitmen dari pejabat tinggi pemerintahan dan mitra sektor swasta melalui liputan media cetak dan elektronik nasional. 17. Mendukung pejabat regional, pemimpin agama, wakil dari sekolah untuk tampil ke depan dan memimpin usaha advokasi di tingkat kelurahan dan kecamatan sehingga upaya dan komitmen dari CTPS terlihat jelas.

Penelitian, Monitoring dan EvaluasiPenelitian, Monitoring dan Evaluasi (M&E) sangat penting bagi rancangan program, mengetahui efektifitas strategi higinitas dan pesan yg disampaikan serta mempelajari dampak yang dicapai. Jika penelitian formatif memberikan hasil yang berarti, M&E tidak diimplementasikan seperti desain awal karena prioritas lain dalam program. Pembelajaran di bagian ini diharapkan dapat digunakan program lain untuk meningkatkan usaha, dana, dan memprioritaskan penelitian dan evaluasi yang lebih medalam. Pembelajaran yang didapat adalah; 18. Investasi dalam hal penelitian formatif inovatif untuk mendapatkan pandangan masyarakat mengenai higinitas akan meningkatkan keberhasilan program. 19. Merancang sistem pengawasan dan evaluasi yang melibatkan partisipasi pemangku kepentingan untuk meningkatkan pengertian dan motivasi upaya promosi higinitas. 20. Memberikan dukungan teknis untuk memonitor pengumpulan data yang dilakukan oleh pemangku kepentingan sehingga data akurat dan berkualitas. 21. Melihat daftar hadir murid adalah cara yang mudah untuk memonitor dampak kebiasaan hidup bersih dan menurunnya tingkat penyakit yang diderita murid 22. Investasi dalam evaluasi program yang menyeluruh untuk mempelajari hal-hal yang membuat program berhasil serta komponen-komponen yang paling baik. Publikasi ini terlaksana berkat kontribusi dari pemangku kepentingan lokal, pejabat pemerintah dan anggota komponen Health & Hygiene ESP. Publikasi ini mewakili sebagian dari pembelajaran yang didapat selama lima tahun terakhir, berkat partisipasi aktif laki-laki dan perempuan yang tinggal di wilayah kerja ESP. Adalah sangat penting untuk berbagi pengalaman program ini dengan pihak lain, seperti institusi terkait, jejaring, dan individu yang terlibat langsung dengan promosi kesehatan dan higinitas. Kami harapkan apa yang kami berikan ini dapat bermanfaat untuk pihak lain. Kami terbuka untuk saran atau masukan dari pembaca agar dapat terus meningkatkan kualitas komponen komunikasi Health & Hygiene.HAL. ix

PENGANTAR

Upaya promosi higinitas yang menjadi tantangan di seluruh dunia, bertujuan untuk menurunkan angka penyakit diare pada anak-anak. Tidak banyak program untuk pendekatan baru promosi higinitas yang memiliki dana yang cukup dan situasi yang kondusif. ESP menggabungkan lingkungan dan sumberdaya yang mendukung untuk strategi dan penelitian inovatif yang hasilnya adalah keberhasilan kegiatan peningkatan higinitas di seluruh Indonesia. Selama proyek yang berjalan 5,5 tahun ini, strategi H&H dibangun dari konsep awal para spesialis kesehatan dalam menghimpun proses dinamis yang melibatkan sumberdaya yang ada di masyarakat yang terhubung dalam inisiatif lokal untuk peningkatan higinitas dan kualitas lingkungan. Hasil strategi ini tidak bisa dikategorikan sebagai promosi higinitas yang tradisional tapi lebih tepat dianggap sebagai upaya partisipatif dan mobilisasi komunitas yang cakupannya lebih luas dari konsep konvensional mengenai higinitas.

Strategi Health & Hygiene biasanya jarang melibatkan perilaku yang dihubungkan dengan higinitas seperti; pengelolaan sampah, penghijauan kembali, pembuatan kompos, mempercantik dan membersihkan lingkungan yang sesuai dengan kepentingan masyarakat. Promosi higinitas yang dilakukan oleh ESP berfokus kepada 4 perilaku; 1) CTPS, 2) pengelolaan sampah padat, 3) pembuangan tinja anak 4) air bersih. Tujuan dari dokumen ini adalah untuk berbagi pengetahuan dan pencapaian ESP dengan pihak-pihak yang bekerja di bidang promosi higinitas. Publikasi ini disusun menjadi 4 bagian; Bagian pertama menjelaskan kerangka konseptual dalam pengembangan Strategi Komunikasi Health & Hygiene. Bagian kedua menjelaskan secara singkat bagaimana stretegi ini mendukung program STBM yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Bagian ketiga berisi pembelajaran masing masing komponen Health & Hygiene. Bagian keempat memuat rekomendasi untuk programprogram masa depan yang bertujuan menjadikan pola hidup bersih sebuah kebiasaan yang berkelanjutan.

HAL. xi

KERANGKA KERJA PROGRAM HEALTH & HYGIENE

Penurunan angka kesakitan diare adalah tujuan intervensi higinitas selama 50 tahun terakhir, namun penelitian membuktikan intervensi higinitas yang menekankan pada pencegahan penyakit diare saja dampak keberhasilannya terbatas. Ada beberapa faktor penyebab. Pertama, dalam banyak konteks, masyarakat sering beranggapan bahwa diare disebabkan bukan karena hal-hal higinitas tetapi berkaitan dengan misalnya: iklim yang buruk, mengkonsumsi makanan pedas, pertumbuhan dan kekuatan mistis. Hal ini memengaruhi cara pendekatan peningkatan higinitas dan pencegahan diare. Biasanya, program intervensi higinitas menggunakan pendekatan silo yang tidak bisa menghubungkan perilaku higinitas sebagai penyebab utama penyakit diare. Penelitain baru menyarankan program higinitas memperhatikan peranan faktor psiko-sosial dan variabel yang tidak berhubungan dengan kesehatan yang terdapat dalam kebiasaan hidup sehat (Curtis, 2003; Figueroa & Kincaid, 2009). Penelitian sejauh ini menunjukkan bahwa upaya tidak ada satu pun pendekatan promosi pengelolaan air dan higinitas dapat meningkatkan praktik-praktik perilaku hidup sehat. Sebaliknya, pendekatan inovatif dan holistik adalah cara yang tepat untuk mengembangkan solusi paling efektif untuk intervensi kesehatan dan higinitas di masa depan.

Untuk mengembangkan Strategi Health & Hygiene, ESP menggunakan sejumlah kerangka kerja dari bidang perubahan perilaku hidup bersih. Setelah dikombinasikan, kerangka kerja ini menjadi inti keberhasilan ESP dalam mempromosikan perilaku hidup bersih dan menurunkan tingkat diare di lokasi kerjanya. Berikut ini penjelasan singkat mengenai model-model yang digunakan adalah;

1.1. SIKLUS PERPINDAHAN KUMAN PENYEBAB PENYAKIT DIAREJalur perpindahan kuman dan penyakit yang menyebabkan diare diwakili oleh 4 hal yang dijelaskan pertama kali dalam buku mereka berjudul Siklus Perpindahan Tinja-Oral yang di terbitkan di tahun 1958 oleh Wagner dan Lanoix. Empat hal tersebut adalah; cairan, tempat, lalat, dan jari tangan. Menurut Wagner and Lanoix empat hal ini mengontaminasi makanan dan minuman dengan tinja manusia, yang pada akhirnya dikonsumsi oleh manusia. Di setiap arah / alur, halangan perpindahan dapat dirancang untuk menghindari perpindahan tinja ke konsumsi manusia. Seperti yang diterangkan bagan dibawah halangan perpindahan untuk mencegah diare termasuk 1) menggunakan sarana yang bersih untuk pembuangan tinja, 2) pengelolaan dan penyimpanan air yang layak, 3) mencuci dan menutup makanan dari lalat 4) mencuci tangan dengan sabun setelah BAB (Buang Air Besar), membersihkan pantat anak, setelah makan, dan sebelum memberi makan anak.

HAL. 2

Gambar 1. Siklus Perpindahan Kuman Penyakit Diare

1.2. KERANGKA KERJA PENINGKATAN HIGINITAS UNTUK MENURUNKAN TINGKAT DIAREUntuk desain strategi komunikasi Health & Hygiene ESP, siklus perpindahan kuman menjadi penting mengingat tujuan utama ESP adalah pencegahan penyakit diare. Tetapi model ini tidaklah cukup. Strategi Komunikasi Health & Hygiene harus berdasarkan pada model-model komunikasi perubahan perilaku higinitas yang dapat memberikan ESP elemen-elemen yang dibutuhkan untuk meningkatkan praktik hidup bersih yang mampu mencegah penyakit diare. Model yang pertama yang dipakai adalah Hygene Improvement Framework (HIF) seperti yang ada di bagan 2. Model ini menganjurkan tiga elemen yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku higinitas adalah; 1) mudahnya akses ke sabun dan tempat CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun), 2) mempromosikan higinitas dalam bentuk mobilisasi komunitas yang melibatkan masyarakat dalam perilaku higinitas, 3) situasi yang kondusif yang memberikan fasilitas atau memperkuat akses kepada teknologi kunci dan perilaku higinitas seperti menguatkan dukungan politik dan institusi.

HAL. 3

Gambar 2. Kerangka Kerja Peningkatan Higinitas

Akses ke Perangkat kerasSistem penyediaan air Perlindungan sumber air Perbaikan fasilitas sanitasi Teknologi dan peralatan tingkat rumah tangga

Promosi Higinitas

Komunikasi Mobilisasi sosial Partisipasi Masyarakat Pemasaran Sosial Advokasi

Peningkatan Higinitas Pencegahan Diare

Lingkungan yang mendukungPeningkatan kebijakan Penguatan institusi Organisasi masyarakat Pemulihan biayan & keuangan Koordinasi lintas sektor Kerjasama publik-swasta

Sanitation and Hygiene Promotion, USAID, EHP, UNICEF, WSP, WHO, 2005

1.3. MODEL ESP UNTUK PROMOSI HIGINITAS UNTUK PENCEGAHAN DIAREDengan menggunakan tiga model di atas serta rancangan penelitiannya, ESP menggunakan komunikasi model dan perubahan perilaku dan mengambil contoh dari teori sosial dan perubahan perilaku. (Lihat; Health and Hygiene in Indonesia; Hasil Penelitian Formatif yang dikembangan, USAID, ESP, Rimbatmaja, R, Figueroa, M.E. tahun 2006). Menggunakan teori dasar dan pendekatan yang inovatif, ESP mengidentifikasi perilaku lain yang penting dalam pencegahan diare di Indonesia. Pengelolaan sampah digambarkan oleh peserta sebagai perilaku utama yang berhubungan dengan perilaku higinitas dan penyebab utama dari diare. Sebagai hasilnya, pengelolaan sampah masuk dalam perilaku hidup bersih, dan dianggap sama pentingnya dengan mencuci tangan pakai sabun untuk mencegah diare di lokasi ESP. Hasil penelitian juga memberi dasar rancangan strategi komunikasi yang melibatkan sumberdaya yang ada di masyarakat. Dengan menggunakan hasil penelitian di atas, ESP membangun strategi komunikasi Health & Hygiene dengan dua konsep utama; Kampung Bersih Hijau dan Sehat, dan Sekolah Bersih Hijau dan Sehat. (Lihat Bagan 3)HAL.

Upaya promosi Heath & Hygiene dipusatkan di kampung dan sekolah di mana semua sumberdaya masyarakat berkumpul dan berinteraksi. Sumber-sumber ini adalah; 1) jejaring sosial lokal, 2) mitra yang dapat melakukan perluasan strategi komunikasi, 3) pemimpin formal dan non formal serta anggota masyarakat. Kunci untuk perilaku hidup bersih secara berkelanjutan adalah penggabungan dari semua sumber ini, melengkapi satu sama lain, dan menciptakan dampak sinergis (kotak merah dalam model). Untuk mencapai ini Strategi Komunikasi Health & Hygiene menyediakan perangkat dan aktivitas bagi setiap sumber di atas, melibatkan semua pihak dalam mempromosikan lingkungan yang mendukung empat kunci perilaku bersih dari ESP; 1)cuci tangan pakai sabun, 2)pengelolaan sampah padat, 3) pembuangan tinja anak yang aman, 4)penggunaan air bersih (kotak biru atas). Walaupun keempat hal diatas merupakan hal yang penting dalam pencegahan diare, ESP juga menambahkan perilaku penghijauan kembali, pembuatan kompos, dan pendaurulangan. Perilaku ini merupakan pengertian masyarakat Indonesia mengenai konsep higinitas yaitu memiliki lingkungan yang lebih sehat dan bersih, terutama di rumah dan masyarakat. Kampung Bersih Hijau Sehat dan Sekolah Bersih Hijau Sehat menjadi penggerak strategi H&H dan penunjang keberlajutan program ketika mereka memiliki jejaring yang kompeten berisi organisasi, kerjasama yang kuat serta kepemimpinan formal dan informal yang lebih kuat seperti terlihat di buku ini.

Gambar 3. Model Promosi Health & Hygiene ESPKERJASAMA KEBERLANJUTAN KEGIATAN

Keberlanjutan kegiatan Peningkatan akses terhadap sumber teknis

Perilaku yang diharapkan PILAR STBM:

Kesehatan yang diharapkan

SEKOLAH CGHPEMBANGUNAN KAPASITAS JEJARING LOKAL: Posyandu, PKK, Muhammadiyah

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Pengelolaan sampah Sanitasi Air bersih

KAMPUNG CGHINTEGRATION:

Pengurangan diare

HAL. 5

Peningkatan kapasitas

jejaring yang terpercaya untuk H&H Jejaring yang termotivasi untuk promosi H&H monitoring 10 menit

Kepemilikan Keuntungan nyata Keberlanjutan

PENGHIJAUAN KOMPOS PROGRAM 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

ADVOKASIKegiatan CTPS Nasional Pemerintah Lokal Festival Kesehatan

PENGELOLAAN MAKANAN

Dukungan kepemimpinan Peningkatan prioritasuntuk CTPS

John Hopkins University, 2009

PESAN-PESAN KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU HEALTH & HYGIENE INTEGRATIF DAN PERILAKU STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)Pada tahun 2006, Departemen Kesehatan Republik Indoesia meluncurkan strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk mempercepat akses masyarakat terhadap sanitasi dan meningkatkan perilaku hidup bersih. Tujuan utama dari STBM adalah mencegah penyakit diare dan penyakit lainnya yang dapat timbul dari lingkungan. STBM mengidentifikasi 5 kunci utama utama; 1)Masyarakat yang bebas dari Buang Air Besar sembarangan, 2) Makanan aman dan pengelolaan air minum, 3) Fasilitas yang lengkap untuk mencuci tangan pakai sabun, 4) Pengelolaan sampah basah dan 5) pembuangan sampah yang teratur. Lima perilaku utama ini, dengan pengecualian nomor 4, adalah pusat program dari Enviromental Services Program (ESP) dalam strategi Health & Hygiene (H&H). Strategi H&H mendukung 4 dari 6 langkah Strategi STBM. Langkah tersebut adalah; 1) menciptakan situasi kondusif melalui kerjasama untuk mendapatkan dukungan kuat dari pemerintah, 2) kesadaran tinggi dan kepemimpinan yang mempromosikan perilaku bersih untuk mendukung sanitasi total, 3)pengajaran melalui kurikulum pendidikan mengenai pendekatan sanitasi total dan penggunaan data untuk kemajuan pengetahuan, 4)melakukan evaluasi dengan cara memberikan kepercayaan pada masyarakat sekitar untuk melakukan pengawasan dari kegiatan yang dilakukan dan hasil yang didapatkan. Bagian ini menggambarkan kunci pelajaran dari strategi H&H , secara khusus dari ESP dan suksesnya peluncuran program STBM di Indonesia.

HAL. 6

HAL. 7

PRAKTIK TERBAIK DAN PEMBELAJARAN DARI PROMOSI H&H

Pendekatan dan keikustsertaan inovatif yang dirancang oleh tim ESP untuk mempromosikan peningkatan perilaku bersih di 366 tempat di Indonesia, telah menghasilkan sejumlah pengetahuan dan pengalaman. Adalah sebuah tantangan untuk merangkum semua pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan selama 64 bulan menjadi sebuah dokumen seperti ini. Pembelajaran-pembelajaran berikut ini ini mewakili sejumlah kasus perubahan perilaku hidup bersih yang berkelanjutan. Pembelajaran disusun berdasarkan komponen strategi dari model yang digunakan ESP dalam Health & Hygiene: 1) Sekolah Bersih Hijau Sehat, 2) Kampung Bersih Hijau Sehat, 3) Pengembagan kapasitas jejaring lokal, 4) Mencuci tangan pakai sabun di tingkat lokal dan regional, 5) Penelitian, Monitoring dan Evaluasi.

3.1. SEKOLAH BERSIH HIJAU SEHAT (SBHS)Sekolah Bersih Hijau Sehat adalah sebuah sekolah yang terintegrasi berdasarkan strategi higinitas dan kesehatan di mana para kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan murid dilibatkan dalam pembelajaran yang mendukung pengembangan perilaku bersih dan sehat termasuk kesehatan lingkungan. Tujuan utamanya adalah untuk mencegah penyakit diare dan penyakit lainnya seperti; flu, flu burung, disentri dan infeksi saluran pernafasan. Strategi H&H bekerjasama dengan inisiatif lainnya seperti UKS (Usaha Kecil Sekolah), dokter kecil. Dokter kecil adalah program pemerintah yang dilaksanakan secara nasional dan di semua tingkat pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengembangkan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Strategi SBHS membutuhkan pelaksanaan kegiatan terkait lainnya. Tujuannya untuk mengubah perilaku pada tingkat sekolah yang meluas hingga ke tingkat keluarga dan tingkat masyarakat. Di antara inisiatif utama, strategi SBHS berfokus pada faktor-faktor berikut: 1 Mempromosikan perilaku bersih pada murid dan staf sekolah. Perilaku bersih yang dimaksud antara lain adalah; mencuci tangan pakai sabun, memilah dan membuang sampah di tempat yang benar, memelihara pohon, dan menjaga kebersihan jamban sekolah. 2 Mengintegrasikan konsep Bersih Hijau dan Sehat di kurikulum sekolah, termasuk terlibat langsung dalam kegiatan yang diadakan oleh guru dan murid di tingkat sekolah dan komunitas. 3 Mendukung sekolah untuk berinvestasi dan memberikan akses untuk fasilitas higinitas seperti; tempat cuci tangan dengan sabun, keranjang sampah yang berbeda untuk sampah organik dan non organik, dan halaman untuk menanam pohon dan kegiatan penghijauan lainnya. . 4 Mendukung program dokter kecil dan promosi anak-ke-anak, dan mengajak anak-anak dan orang dewasa di tingkat sekolah dan komunitas.

HAL.

PembelajaranPendekatan SBHS telah mengubah cara penerimaan dan penerapan upaya promosi higinitas di sekolah. Pendekatan juga dilakukan pada waktu yang tepat, dalam situasi yang kondusif, dan menunjukkan kepada komunitas manfaat kesehatan dan higinitas untuk anak-anak dan masyarakat sekitar mereka. Di bawah ini adalah contoh kecil dari kesuksesan di lokasi ESP.

1. Membangun kesepakatan bersama kepala sekolah dan guru yang bertanggung jawab sesuai dengan tujuan mereka Jawa Timur. SD Panggungrejo di Jawa Timur telah diseleksi sebagai salah satu calonpemenang penghargaan Adiwiyata. Kepala sekolah menyadari bahwa program SBHS diperkenalkan pada waktu yang tepat. Komponen higinitas yang ada di sekolah memberinya kesempatan memperkuat komitmen dan memperluas visinya untuk program ini sambil meningkatkan nilai kompetisi sekolahnya. Sekolah ini berinvestasi di tempat cuci tangan pakai sabun, dan membuka akses ke sarana tersebut untuk murid dan staf sekolah. SD Panggungrejo dengan bangga menerima kunjungan berbagai pihak dan memperlihatkan infrastruktur SBHS dan materi SBHS yang digunakan di kelas kepada para tamu serta menjelaskan peran komite orang-tua dan guru yang bekerja sama dalam menghubungkan SBHS dengan masyarakat sekitar.

HAL. 9

Jawa Barat Encun Suniati-Guru di SD Cisalasih-Lembang adalah guru yang setia denganperannya sebagai guru hijau selama bertahun-tahun. Dia sangat bersemangat untuk memperbaiki kondisi sekolah dan membantu murid-muridnya untuk memilih kegiatan yang tepat untuk lingkungan hidup. Dengan inisiatif SBHS, Encun membantu pembuatan tempat cuci tangan, fasilitas sanitasi, mendistribusikan tempat sampah, bahkan mempercantik sekolah dengan penanaman pohon. Bersama empat sekolah lainnya, para guru dan kepala sekolah telah memformulasikan konsep SBHS yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi di lingkungan sekitar dan memberdayakan masyarakat dengan kerjasama sejumlah mitra. Kelima sekolah ini telah membuat sebuah rencana untuk mengembalikan kondisi lingkungan akibat perubahan kondisi lingkungan hidup yang merusak kerimbunan tanaman mereka. Semuanya berubah cepat ketika sebuah masyarakat memiliki kebutuhan ekonomi yang mendesak, kata Encun penuh semangat. Guru menyadari bahwa sekolah adalah elemen penting dalam perubahan sosial dan lingkungan baik di luar atau dalam sekolah. Mereka berencana membangun sebuah sekolah yang bersih dan ramah lingkungan yang melibatkan semua pihak masyarakat. Fasilitas sanitasi telah diperbaiki, dan pembuatan toilet baru telah masuk dalam agenda SBHS. Sekolah juga mempromosikan keberadaan UKS dan menjadikan fasilitas tersebut bagian dari agenda Bersih Hijau Sehat.

Sumatra Utara. ESP mengadakan koordinasi dengan sekolah untuk perbaikan infrastruktursekolah (pembangunan tempat air bersih dan MCK) juga mempromosikan perilaku hidup bersih. Program ini didukung oleh komite sekolah SD Sikeben 10, 18 dan 42 dan orang tua murid. Di sini sekolah menyediakan makanan dan minuman yang pembuatannya diawasi oleh sekolah. Sekarang ini murid tidak lagi buang air besar di halaman kosong di belakang sekolah, dan mereka mempunyai akses untuk mencuci tangan dengan air bersih.

2. Kurikulum Kesehatan dan Higinitas yang terstruktur memotivasi guru dan menarik perhatian murid untuk terlibat dalam praktik langsung dengan saranasarana interaktif dan inovatifSekolah yang berpartisipasi dalam program ESP, telah mengintegrasikan sesi pendidikan lingkungan dan higinitas serta praktek langsung dalam kurikulum mereka, dengan tujuan mengembangkan pengetahuan, perilaku, dan kebiasaan murid, dan mendorong mereka bertanggung jawab secara langsung terhadap perlindungan dan kebersihan lingkungan. Topiktopik yang dikembangkan oleh konsep Bersih Sehat Hijau, mempertegas bahwa peningkatan kesadaran higinitas dan kesehatan bisa melalui pembelajaran aktif, proses pemecahan masalah, pengembangan daya pikir kritis dan keahlian berkomunikasi. Pembelajaran dengan cara inovatif dan interaktif ini mendapatkan dukungan penuh dari para guru.

HAL. 10

Sumatra Utara. Guru dari dari 11 sekolah untuk kelas 1 sampai 6 menggunakan manualBHS yang mengajarkan metode pedagogis yaitu belajar sambil praktik untuk menyiapkan Rencana Pengembangan Pembelajaran (RPP) yang mendorong murid-murid belajar melalui pengalaman. Cara belajar seperti ini dapat merangsang munculnya dialog antarmurid, memungkinkan mereka melihat manfaat dari usaha mereka, sekaligus pergantian suasana belajar dari suasana kelas yang konvensional. Anak anak diberi kesempatan untuk menjelaskan pendapat mereka tentang lingkungan sekolah yang mereka inginkan dan diberikan fasilitas untuk mengubah mimpi mereka menjadi kenyataan.

Jawa

Tengah. Guru dari SD Salaman merasa bangga sekaligus terberdayakan saat mereka menunjukkan hasil program Bersih Hijau Sehat yang dilakukan oleh para murid (menanam pohon, tempat cuci tangan pakai sabun, dan tempat sampah untuk daur ulang) kepada orang tua murid, pimpinan masyarakat, dan sekolah lainnya. Hal ini menjadikanGuru-guru di Kota Batu, Jawa Timur nampak sedang mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis konsep Bersih Hijau Sehat

sekolah mereka sebagai sekolah yang dapat ditiru oleh sekolah lainnya.

Jawa Barat. Ade Sabarudin adalah guru di SD Pertiwi Bandung, Jawa Barat. Dia juga anggotatim yang mengembangkan kurikulum Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Ade bekerja keras untuk memastikan konsep Bersih Hijau Sehat dimasukkan dalam kurikulum PLH terutama untuk materi pelajaran untuk murid kelas 6. Saya terinspirasi oleh kegiatan Bersih Hijau Sehat yang diadakan di sekolah dan saya menyarankan tim PLH untuk memasukkannya dalam kurikulum yang kita buat. Mereka menerima saran saya, dan sekarang Bersih Hijau Sehat telah menjadi bagian dari pelajaran di sekolah, kata Ade. Erlangga, salah satu penerbit buku sekolah terbesar menunjukkan minatnya untuk menerbitkan kurikulum tersebut menjadi sebuah buku. Kurikulum ini sekarang dipakai oleh guru-guru di Jawa Barat sebagai referensi mengajar mata pelajaran Lingkungan. Bab 1 dari buku ini berjudul Penerapan Sanitasi Kesehatan dan Kecantikan di Rumah, Sekolah dan Komunitas. Bagian ini menjelaskan pentingnya CTPS, pengelolaan sampah, penanaman pohon, juga tersedianya sarana dan program UKS di sekolah. Di SD Pertiwi keberadaan Bersih Hidup Sehat tidak hanya dalam kurikulum tetapi Hari Cuci Tangan Pakai Sabun sudah menjadi agenda tahunan yang dirayakan murid dan guru bersama-sama.

HAL. 11

3. Agenda Bersih Hijau Sehat memperluas dukungan dari berbagai sektorStudi kasus di bawah ini ,menggambarkan beragam sumber pendanaan dan komitmen berbagai institusi yang dihasilkan melalui Agenda Bersih Hijau Sehat

Jawa Timur. Di Malang, Jawa Timur, Kota Batu, seorang guru bernama Sukistono mengajakguru-guru lain mengembangkan kurikulum berbasis prinsip-prinsip sanitasi dan linkungan. Melalui kurikulum ini, sekolah dianjurkan menjadi lebih hijau dan mengadopsi perilaku bersih dan sehat. Sukistiono mengatakan, Tingginya kasus diare, dan menurunnya kualitas dan kuantitas air sangat berkaitan dengan konsep ESP untuk SBHS. Keberhasilan Sukistono dan tim yang terdiri dari guru-guru muda dalam mengembangkan kurikulum yang terpadu yang terinspirasi oleh program BHS, mendorong Kepala Dinas Pendidikan di Batu untuk menggunakan kurikulum ini di 89 sekolah lain di Batu. Sekolah yang berpartisipasi harus menyediakan setidaknya 1 jam seminggu untuk mengajarkanSukistono (duduk) sedang memberi arahan kepada guru-guru di Batu, Jawa Timur, yang sedang mengembangkan metode pengajaran berbasis BHS

kurikulum PLH berbasis Bersih Hijau Sehat untuk dapat memenuhi standar minimal pengajaran Bersih Hijau Sehat. Para guru menerima ide ini dengan baik dan mampu mengembangkan kapasitas mereka melalui pelatihan PLH eksklusif yang diberikan oleh Dinas Pendidikan. Sampai saat ini Dinas Pendidikan telah melatih 35 guru dalam hal penerapan PLH dan pahlawanpahlawan lingkungan yang terlatih ini membagi pengetahuan mereka dalam pertemuan rutin para guru. Untuk mengonsolidasikan usaha ini, Kepala Dinas Pendidikan telah berjanji untuk merehabilitasi fasilitas kesehatan sekolah pada tahun anggaran selanjutnya sekaligus mempromosikan perubahan strukutural dan menyediakan sarana dan pra sarana untuk perubahan perilaku hidup bersih yang berkelanjutan.

Jawa Timur. Empat Sekolah Dasar Muhammadiyah di Surabaya, Jawa Timur telah mengadopsimanual Bersih Hijau Sehat dengan melakukan investasi jangka panjang untuk menciptakan pola hidup bersih dan sehat di sekolah mereka. Kepala Sekolah Sholihin Fanani menjelaskan, Melalui kegiatan penerapan pola hidup sehat dan bersih, murid mendapatkan pengalaman secara langsung sekaligus menjadi agen perubahan di lingkungan mereka. Pola hidup bersih dan sehat juga diajarkan di agama Islam di mana Nabi Muhammad bersabda, Kebersihan adalah sebaian dari iman. Adopsi dan implementasi penuh dari kurikulum Bersih Hijau Sehat, menambahkan nilai sekolah yang dapat digunakan untuk mendapatkan pengakuan dan akreditasi.

HAL. 12

Sumatra Utara. Di Medan, Sumatra Utara, kegiatan Bersih Hijau Sehat diterima dengan sangatantusias oleh Dinas Kesehatan karena program ini memperkuat pengembangan UKS. Dukungan yang diberikan antara lain mempromosikan SBHS di media (radio dan media cetak) dan rapat yang dihadiri oleh semua kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Medan. Pada saat Pekan Raya Sumatra Utara, Dinas Kesehatan Medan membuka gerai untuk mempromosikan BHS. Di gerai diadakan demonstrasi Cuci Tangan Pakai Sabun, dan materi kampanye cuci tangan pakai sabun dibagikan kepada pengunjung Pekan Raya. Komitmen yang tinggi juga diperlihatkan saat Dinas Kesehatan Medan mempresentasikan keberhasilan dan kegiatan SBHS pada Pameran Nasional di Hari Kesehatan Nasional di Jakarta pada tahun 2008. Kampanye CTPS menarik perhatian Menteri Kesehatan Sri Fadilah Supari pada saat kunjungannya ke Medan. Dia mengatakan bahwa seluruh kantor wilayah dan kabupaten dapat menggunakan kampanye ini di daerah mereka masing-masing, baik di sekolah dan masyarakat sekitar

Sumatra Utara. Di Desa Sikeben, Sibolangit, Deli Serdang, tim ESP menyediakan saranauntuk mendukung SBHS. Pemimpin masyarakat sekitar mendukung SBHS dengan melakukan kerja bakti, perawatan, layanan keamanan untuk menjaga infrastruktur baru mereka. Sebagai tambahan, pemerintah lokal, kantor wilayah dan kepala desa memberikan izin bangunan. Dari sektor swasta, kontribusi juga didapatkan dari sebuah LSM Taiwan yang menyumbangkan bibit tanaman untuk penghijauan sekolah dan daerah sekitarnya. Dukungan juga diberikan oleh Unilever dalam bentuk persediaan sabun untuk cuci tangan.

. Memperluas promosi higinitas Anak-ke-Anak sebagai pintu masuk perubahan perilaku orang tua dan masyarakat.Kapan pun memungkinkan, konsep Bersih Hijau sehat juga dihubungkan dengan pelatihan sekolah untuk dokter kecil sering disebut juga Duta CTPS atau Polisi Air sebagai bagian dari advokasi konsep cuci tangan dan pengelolaan sampah. Pelatihan dokter kecil ini diadakan kerjasama dengan dinas-dinas kesehatan dan pendidikan setempat agar sejalan dengan program pemerintah khususnya untuk pengembangan generasi muda.

Jawa Barat. SD Pertiwi di Bandung mendukung duta-duta CTPS mereka yang bersamapara guru mengunjungi daerah sekitar sekolah dan melatih para ibu-ibu perilaku yang berhubungan dengan konsep BHS. Duta CTPS sangat membantu dalam perubahan perilaku higinitas, karena sebagai anak-anak mereka sangat suka belajar dan diingatkan oleh teman mereka, kata Ade Sobarudin, Wakil Kepala Sekolah SD Pertiwi.HAL. 13

Terinsiprasi kuriklum BHS, anak-anak yang berpartisipasi dalam program dokter kecil menggiatkan penyampaian pesan kesehatan dan higinitas ke tingkat rumah tangga dan masyarakat, mendorong orang tua dan adik dan kakak ikut ambil bagian. Rima Nurkhasannah, dokter kecil berumur 11 tahun mengajarkan CTPS pada 5 waktu penting, memisahkan sampah organik dan non organik serta penanaman pohon. Dia meminta ibunya untuk merebus air selama 3-5 menit untuk membunuh kuman yang berbahaya yang terdapat di persediaan air minum. Rima juga meminta ayahnya yang berjualan nasi goreng untuk menyediakan fasiltasMurid-murid SD Muhammadiyah Yogyakarta sedang melakukan kegiatan pengelolaan sampah

CTPS di tempat dia berjualan. Sehingga tangan ayah Rima dan para pelanggannya selalu bersih sepanjang hari. Rima selalu mengingatkan saya untuk mencuci tangan pakai sabun ketika sambil menonton televisi pada siang hari atau ketika sedang masak di dapur. Kita tidak pernah lagi sakit diare, kata Sri Suyani, Ibu Rima yang berumur 43 tahun.

Rima, seorang murd SD sedang memberitahu ibunya cara mencuci tangan pakai sabun yang benar

Jawa Tengah. Di Magelang, murid-murid SDN 10 sangat bangga dengan julukan merekasebagai polisi air. Anak-anak di kelompok ini menjadi pembimbing bagi teman sebaya mereka, membantu dalam penyediaan air yang cukup, sabun dan handuk di sekolah mereka. Terdorong oleh kurikulum Bersih Hijau Sehat, anak-anak ini bergantian merawat tempat CTPS dan fasilitas pengelolaan sampah di sekolah mereka sebagai suatu cara untuk mengembangkan lingkungan yang kondusif agar mereka dapat melanjutkan perilaku hidup bersih secara berkesinambungan. Pada saat istrahat dan atau kegiatan ekstra kurikuler murid-murid terlibat dalam diskusi dan tanya jawab mengenai perilaku hidup sehat dan bersih. Murid-murid juga dengan bangga mendemonstrasikan cara membuat kompos dari sampah organik setiap harinya. Sampah non organik di daur ulang di kelas melalui praktik langsung. Anak-anak lalu memajang kreasi unik yang mereka ciptakan dari sampah daur ulang di kelas mereka

HAL. 1

5. Membangun hubungan erat dengan pemerintah lokal, Puskesmas dan Posyandu, untuk mendukung aktivitas BHS dan memperluas dukungan untuk implementasi program yang efektif DKI Jakarta. Sekolah di daerah ini meningkatkan keefektifan kegiatan Bersih Hijau Sehatdengan meminta komite sekolah mengundang seluruh masyarakat sekitar untuk berpartisipasi di acara-acara yang diadakan oleh sekolah. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Ifadah yang berlokasi di daerah padat penduduk di Penjaringan, Jakarta Utara bekerja sama dengan masyarakat sekitar untuk mendapatkan lahan tempat penanaman pohon, pengelolaan sampah, dan kegiatan CTPS. Karena keterbatasan tempat, MI mengundang masyarakat lokal untuk berdiskusi mengenai perluasan konsep Bersih Hijau Sehat ke daerah sekitar sekolah. Salah satu keputusan yang dicapai antara pemerintah dan organisasi masyarakat adalah memberikan sekolah sebidang tanah di dekat jalan besar untuk melakukan aktivitas penghijauan, pengeloaan sampah, dan aktivitas CTPS. Sekarang, anak-anak dapat melakukan kegiatan mereka di tempat ini. Menurut Rahmat, seorang guru dan anggota komite sekolah, Program Bersih Hijau Sehat dapat meningkatkan citra MI Al Ifadah, sekaligus memopulerkan nama sekolah.

Jawa Barat. Di Cikidang, kerjasama komunitaslokal dimulai dengan pengadaan fasilitas air bersih untuk menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas CTPS. SDN 1 Cikidang dan Kepala Desa Cikidang menggunakan tempat air bersih yang sama, hal ini memberikan anakanak kesempatan melihat pemuka masyarakat seperti kepala sekolah melakukan kegiatan yang positif.

Murid-murid sekolah memotivasi masyarakat Penjaringan di Jakarta Utara untuk menjaga kebersihan wilayah mereka

Jawa Barat. Untuk mendapatkan air bersih

HAL. 15

yang sesuai dengan kebutuhan, Kepala Sekolah SDN Pasirhalang di Sukabumi berbagi air dan fasilitas sanitasi lainnya dengan masyarakat yang tinggal di dekat sekolah. Sebagai balas jasa, masyarakat ikut merawat tempat dan sarana yang ada. Karena sekolah berada di tengah pemukiman, kami sadar pentingnya kerjasama dengan masyarakat sekitar, sehingga fasiltas yang ada dijaga dan dirawat, kata Dedi Koswara, Kepala Sekolah SDN Pasirhalang.

Jawa Timur. Beberapa sekolah di Batu, Jawa Timur mengundang masyarakat yang telahmengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh ESP untuk menjadi guru tamu. Tujuannya adalah memperkuat pengertian anak-anak dan memperkaya konsep pengajaran. Guru tamu memberikan pelajaran berupa praktik langsung dalam hal pembuatan kompos, pemanfaatan kotoran hewan untuk pembuatan batu bara, dan mendaur ulang sampah plastik. Keterlibatan para guru tamu ini membawa manfaat bagi sekolah yang dapat melibatkan mereka untuk mendorong perubahan perilaku higinitas di komunitas sekitar. Di Desa Pandanrejo, Batu, kader, alumni Sekolah Lapangan dan guru tamu memulai program pemisahan sampah. Sebagai pekerjaan rumah (PR), muridmurid diminta membawa plastik sampah dari rumah. Tugas ini membuat anakanak meminta orang tuanya untuk mulai mengumpulkan sampah plastik. Mengumpulkan sampah plastik dari tokotoko setempat tidaklah memungkinkan, jadi para orang tua mulai mengumpulkan dari daerah sekitar mereka. Karena aktivitas ini orang tua mulai terlibat kegiatan pengelolaan sampah.Nani Dada Rosada (jilbab hijau), Duta CTPS dan Ketua PKK Bandung saat menghadiri salah satu kegaiatn dalam rangka perayaan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia di kota itu

Jawa Timur. SDN 1 dan 2 Pandanrejo memulai kerjasama dengan kader posyandu untukmengurangi jumlah sampah plastik di kampung-kampung. Dengan bantuan kader, kegiatan yang sama juga dimulai di tempat lain. Para kader melatih anak-anak mengelola sampah, membuat kompos dan memanfaatkan kotoran hewan. kotoran binatang. Dalam pelajaran pengelolaan sampah organik, anak-anak diminta membawa sampah plastik dari rumah mereka untuk di daurulang menjadi barang-barang bermanfaat seperti tas tangan dan dompet. Tuti, salah satu kader mengatakan, Lebih efektif kita meminta mereka membawa sampah dari rumah daripada memberikan penjelasan panjang di posyandu. Hasilnya, sekarang masyarakat setempat mendaur ulang sampah mereka di rumah dan sampah plastik di desa Tulungrejo telah berkurang, menjadikan lingkungan mereka lebih bersih.

Jawa Timur. Di SDN 3 Tulungrejo, Batu, terdapatprogram konservasi lingkungan di mana murid kelas 4 diminta untuk menyemai bibit tamarilo, suren dan alpukat. Menurut penduduk setempat, dalam dua tahun, hasil semaian mereka di rumah HAL. 16 bisa menghasilkan hampir Rp. 100.000 per bulan untuk setiap anak. Menyadari keuntungan ekonomi yang mereka dapatkan, para orang tua murid mulai menanam pohon yang turut kontribusi pada keberhasilan program penghijauan. Secara keseluruhan usaha penanaman ini dapat memperbaiki erosi tanah, kualitas udara dan Seorang murid di SD Pandanrejo, Batu, Jawa keragaman hewan dan tumbuhan dengan Timur sedang memilah sampah organik dan biaya rendah. Pihak sekolah dan kader juga non-organik menggunakan kotoran sapi yang banyak terdapat di kampung. Guru sekolah dan kader masyarakat mengajarkan bagaimana memproduksi pupuk organik dari kotoran sapi dan menggunakan sampah organik lainnya untuk menciptakan tanah yang lebih bergizi untuk hasil panen yang lebih baik. Kerjasama antar orang tua dan guru menggambarkan keharmonisan yang membantu pengadopsian perilaku hidup bersih.

6. Melibatkan media massa untuk meningkatkan keberadaan program dan komitmen dari pihak sekolah dan para pejabat di tingkat lokal.Selama berlangsungnya program Bersih Hijau Sehat, sekolah bekerja sama dengan pihak media seperti koran, radio lokal, dan stasiun tv untuk memberitakan dan menyampaikan visi SBHS. Mereka yang terlibat dalam program Bersih Hijau Sehat menjadi narasumber untuk program berita televisi, acara bincang-bincang di radio, dan media cetak. Keberhasilan program Bersih Hijau Sehat menjadi cerita inspiratif yang dibahas media massa.

Beberapa anggota masyarakat di Bandung sedang mengajari murid-murid di Tamansari cara membuat kertas daurulang

HAL. 17

Jawa Timur. Keberhasilan program Bersih Hijau Sehat telah diketahui tokoh-tokoh masyarakatpenting (Walikota dan Kepala Dinas), yang memberikan dukungan mereka untuk memperkuat program ini. Walikota Batu Edi Rumpoko, mendukung penuh penerapan kurikulum Bersih Hijau Sehat di semua sekolah dasar di bawah kepemimpinan administratifnya.

Jawa Barat. Melalui Festival Bersih, Hijau dan Sehat, banyak sekolah diberitakan melaluimedia massa lokal. Hal ini membulatkan tekad Kepala Daerah Kota Jawa Barat Ernawan untuk mengadopsi program SBHS selama 5 tahun ke depan. Politisi dan pemangku kepentingan lainnya menyatakan komitmen mereka di hadapan wartawan, media massa, memberikan kredibilitas kepada program Bersih Hijau Sehat dan meyakinkan keterlibatan media dalam program ini. Melalui media, wartawan dapat memberitakan kunci perilaku bersih kepada khalayak dan membantu menjelaskan isu yang tidak jelas dan membuang cerita cerita tahayul atau mistis yang selama ini dihubungkan dengan sanitasi atau higinitas. Secara keseluruhan, perencanaan dan pembicaraan antara media dan pemerintah telah berlangsung dengan singkat dan jelas, sehingga tidak ada keraguan lagi di masa depan. Adanya informasi yang jelas memungkinkan masyarakat Indonesia memahami program SBH dengan baik.

7. Memperluas pendekatan Sekolah BHS dengan menampilkan keberhasilan ke wilayah-wilayah kerja lain yang memungkinkan para pihak melihat langsung manfaat Sekolah BHS Jawa Timur. Sebagai salah satu cara untuk memperluas penyebaran konsep Bersih HijauSehat adalah mengajak para pihak ikut menyampaikan pesan hidup bersih sehat. Salah satu kerjasama yang sudah terbentuk adalah dengan organisasi , Muhammadiyah di Jawa Timur. Muhammadiyah mendukung penuh program ini karena adanya kesamaan visi dan misi

Bersih Hijau Sehat dengan misi dan visi Muhammadiyah. Berkat kerjasama ini 449 sekolah negeri dan sekolah Islam telah mengadopsi gerakan Bersih Hijau Sehat. Sekolah-sekolah ini telah mengintegrasikan konsep Bersih Hijau Sehat ke dalam kurikulum mereka untuk mata pelajaran; Pengetahuan Umum, Bahasa Indonesia, dan Ilmu Fisik dan Kesehatan. Murid diberikan kesempatan untuk langsung mempraktikkan apa yang mereka pelajari. Contohnya, kunjungan ke sungai-sungai berpenduduk padat, diskusi mengenai jamban kotor dan masalah yang ditimbulkan oleh tumpukan sampah.

Jawa Tengah. Keberhasilan program Bersih Hijau Sehat di lima sekolah di Desa Sambak,menginspirasi Dinas Pendidikan memperluas CGH ke sekolah-sekolah terdekat. Saat ini setidaknya sembilan sekolah sudah menjalankan konsep Bersih Hijau Sehat dalam kurikulum sekolah mereka . Dinas pendidikan juga meminta agar bantuan teknis, materi dan poster Bersih Hidup Sehat diberikan ke sekolah-sekolah di desa Pucungroto, Bumiayu, Sutopati, dan Salaman Kebonrejo. Dinas pendidikan juga memberikan izin penggunaan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) untuk membangun fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun, penempatan tongtong sampah dan merenovasi toilet sekolah.

HAL. 1

3.2.

KAMPUNG BERSIH HIJAU DAN SEHAT

Program Kampung Bersih Hjau dan Sehat menggunakan pendekatan komunikasi integratif dan partisipasif. Strategi program Kampung Bersih Hijau Sehat mengandalkan keberadaan posyandu, PKK, RT, RW, Kepala Desa, dan pimpinan non-formal lainnya. Mereka semua mendukung lima perilaku sehat yang dipelopori oleh masyarakat Bersih Hijau Sehat, termasuk CTPS, pengelolaan sampah, pengolahan air minum di tingkat rumah tangga, pembuangan tinja yang aman, dan penghijauan kembali. Untuk mendukung usaha ini, mitra LSM mengajarkan pengetahuan teknis dan menyediakan sarana yang dibutuhkan untuk memperbaiki infrastruktur air dan sanitasi. Tujuan utamanya adalahmencegah diare pada anak di bawah umur lima tahun dan juga pencegahan penyakit-penyakit flu, flu burung, disentri dan infeksi saluran pernafasan.

Pembelajaran. Para tokoh masyarakat mendukung agenda Sekolah Bersih Hijau Sehat karena menyadari pendekatan ini adalah sebuah kesempatan untuk mengakses sumberdaya teknis dan pembiayaan bagi masyarakatnya DKI Jakarta. Di Petojo Utara dan Jembatan Besi, ESP bersama pengurus RW, posyandudan wakil masyarakat lainnya melakukan pengujian akses ke air bersih, pelayanan sanitasi,

Walikota Medan, Sumatera Utara terlibat aktif dalam kegiatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

HAL. 19

pembuangan sampah, dan perilaku hidup bersih. Pengujian ini dilakukan dengan melakukan pendekatan transect walk di mana para perwakilan masyarakat dan pemangku kepentingan dibimbing untuk mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan; penurunan kondisi lingkungan, sumber-sumber yang tidak terpakai dan perilaku hidup tidak sehat. Melalui interview dan diskusi kelompok (FGD) dan dengan partisipasi Posyandu dan proyek-proyek USAID lainnya seperti HSP (Health Services Project) atau Proyek Pelayanan Kesehatan, SWS (Safe Water System Project) / Air Rahmat, DBE (Decentralization District Education Project), and ASA (Aksi Stop AIDS Program) , perwakilan masyarakat menganalisis masalah secara spesifik, mendapatkan solusi potensial dan membuat rencana aksi. Proses ini berjalan selama tiga bulan di mana keterlibatan, rasa kepemilikan dan komitmen dari pimpinan masyarakat dibangun sehingga menghasilkan Rencana Aksi . Hasilnya adalah dokumen cetak biru yang sangat lengkap yang di dalamnya terdapat inventori dari sumber air yang mudah diakses dan sumber-sumber sanitasi, pemerintah lokal, dukungan dana dari pihak swasta, dan rencana program penerapan dari Rencana Aksi masyarakat.

Sumatra Utara. Di Kelurahan Aur, Medan, Sumara Utara, upaya promosi CTPS adalahpintu masuk dari kerjasama yang erat dan kuat dengan pemimpin desa lokal. Sungai dan air bersih dan penjernihan air yang dilakukan dengan Kegiatan Air Rahmat dilakukan setelah promosi kegiatan CTPS. Berdasarkan keberhasilan program ini, Kepala Kelurahan Aur mendaftarkan kelurahannya dalam kompetisi Desa Paling Bersih yang diadakan setahun sekali oleh Pemerintah Kota. Hasilnya, Kelurahan Aur menjadi desa percontohan untuk kelurahankelurahan di sekitarnya.

9. Keahlian teknis membantu mendapatkan komitment dari LSM dan organisasi berbasis masyarakat dan meningkatkan kapasitas teknis untuk mendukung kegiatan-kegiatan berkelanjutanPeluncuran sarana CTPS di Kelurahan Aur, Medan, Sumatera Utara

DKI Jakarta. Di RW 4, Jembatan Besi,

ESP bekerja sama dengan LSM lokal, Perhimpunan Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) dalam pengerjaan proyek awal yaitu pembangunan master meter. ESP menguatkan kapasitas PPKM dalam aspek-aspek yang berhubungan dengan pengarusutamaan gender, komunikasi yang efektif, dan produksi materi H&H, serta aspek teknis lain dari pembuatan master meter. Hal ini menjadikan PPKM mampu melakukan mereplikasi master meter di wilayah lain. Agus Rosadi, Koordinator Lapangan untuk Air Bersih dari PPKM mengatakan, Program master meter tidak hanya bermanfaat bagi penduduk Jembatan Besi, tetapi juga memberikan PPKM kesempatan berkembang secara teknis dan menambah pengalaman mereka di wilayah lain

HAL. 20

Jawa Barat. Pada saat melakukan kampanye sanitasi, ESP bekerjasama dengan LSM lokalseperti Kelompok Kerja Komunikasi Air (K3A), Yayasan Kapas, and jejaring LSM lainnya seperti Koalisi untuk Jawa Barat Sehat (KuJBS) and Forum Kota Sehat Cianjur (FKS). Untuk lebih menguatkan kapasitas mitra mereka, ESP mengadakan pelatihan dalam bentuk diskusi dan bantuan teknis yang berhubungan dengan strategi komunikasi dan faktor faktor yang menyebabkan penyakit diare. Melalui pelatihan ini mereka mempelajari metode pengajaran alternatif dan metode komunikasi abatr pribadi untuk meningkatkan usaha promosi higinitas dan sanitasi. Program seperti festival kesehatan membantu perubahan perilaku masyarakat setempat dan menguatkan persepsi pentingnya promosi kesehatan seperti yang dilakukan KuJBS, Diana Marviana, Manager Program KuJBS.

Jawa Timur. Di Malang, ESP mensponsori 2 staf LSM Paramitra untuk belajar PengeloaanSampah Berbasis Komunitas di Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan Universitas Surabaya (Pusdakota Ubaya). Setelah pelatihan, mereka mengajarkan ilmu yang didapat kepada anggota PKK, Dharma Wanita wilayah Malang. Materi pelatihan yang diberikan antara lain praktik CTPS, air minum bersih, pengelolaan sampah, penghijuan dan penanaman kembali hutan.

10. Praktik CTPS sebagai bagian dari perilaku hidup bersih, mendapat tanggapan positif dari masyarakat dan mendorong pembiasaan perilaku-perilaku (agenda STBM). Jawa Barat. Ketika program ESP dimulaihanya beberapa orang yang menyortir sampah di rumah mereka. Melalui kegiatan pengeloaan sampah yang dipromosikan melalaui strategi Kampung Bersih Hijau Sehat, masyarakat mulai mengikuti langkahlangkah yang direkomendasikan oleh Mapeling (Masyarakat Peduli Lingkungan) dan kader posyandu. Di desa Margaluyu, Ngarak, Cianjur masyarakat mulai HAL. 21 menggunakan kaleng atau ember bekas sebagai tempat sampah. Hal ini membuat Lurah Aur, Medan ikut serta dalam kegiatan CTPS bersih Sungai Cisarua Leutik, sumber air di kelurahannya untuk wilayah Wargaluyu. Deretan pohon di kedua sisi jalan menciptakan susana teduh sekaligus membantu tanah pinggiran sungai menahan erosi. Jumlah toilet yang dibangun terus bertambah dan kualitas toilet baru ini sangat meningkat (lubang air, kasa lalat, siraman air). Sarifudin, Kepala Mapeling mengatakan, Setelah bergabung dengan Mapeling dan diberikan pelatihan Bersih Hijau Sehat oleh ESP, saya terdorong untuk mengikuti pelatihan lainnya seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang diadakan oleh Departemen Kesehatan. Manfaatnya, saya bisa berbagi pengetahuan dengan orang lain sehingga mereka bisa mulai membangun sendiri toilet di rumah. Dengan merasakan langsung manfaat perilaku hidup bersih seperti CTPS, pengelolahan sampah, penggunaan toilet, dan meminum air minum aman, anggota Mapeling terdorong untuk mengajarkan praktik sanitasi sehat di sekitarnya. Keluarga kami tidak pernah lagi kena diare, kata Ijah, seorang kader posyandu.

Jawa Timur. Di Malang, Mojokerto, Pasuruan, Kota Batu, Kota Surabaya, dan Sidoarjostrategi Kampung Bersih Hijau Sehat mendorong masyarakat membiasakan diri cuci tangan pakai sabun. Mereka juga tergerak untuk menyortir, memproses, dan menutup sampah, mengonsumsi air minum aman, menggunakan peralatan sanitasi, dan melakukan kegiatankegiatan seperti penghijauan dan penghutanan. ESP memperkenalkan perilaku sehat dan bersih ini ini melalui diskusi bersama serta pelatihan untuk tokoh masyarakat dan jejaring sosial.

Pengembangan kapasitas menghasilkan peningkatan komunikasi antara posyandu, PKK, kantor pemerintah lokal dan kantor pelayanan kesehatan yang menjadi sumber informasi kesehatan terbaru para kader posyandu. Saat ini para kader dapat mencari sendiri informasi kesehatan yang mendorong keberlanjutan perilaku sehat di tingkat masyarakat.

DKI Jakarta. Bekerja sama dengan

Seorang kader kesehatan sedang menjelaskan pentingnya cuci tangan pakai sabun pada lima waktu penting saat berlangsung Festival Kesehatan di Bandung, Jawa Barat

program USAID lainnya seperti Safe Water System (SWS) / Air Rahmat memberikan pemahaman mengenai siklus perpindahan kuman. Seiring waktu, tokoh masyarakat dan kader dapat lebih memahami siklus perpindahan kuman dan secara aktif mempromosikan cara penjernihan air yang diperkenalkan program SWS. Di Petojo, Jakarta Utara warga memakai air berklorinasi Air Rahmat yang dijual di pasaran, sebagai alternatif pemurni minum rumah tangga. Pedagang air juga melakukan hal yang sama sehingga produknya lebih aman dikonsumsi. Seorang pedagang es di Petojo Utara mengatakan menggunakan Air Rahmat lebih murah dan menguntungkan dibanding merebus air dengan kompor gas.

HAL. 22

Murid-murid SD di Marunda, Jakarta Utara sedang minum air yang dimurnikan oleh Air Rahmat saat kegiatan Hari CTPS Sedunia di sekolah mereka

Jawa Barat. Selain kegiatan pemurnian air, masyarakat juga menggalakkan gerakan hidupbersih untuk mengurangi kontaminasi tinja di lingkungan mereka. Para kader mengajukan proposal pembangunan toilet umum dalam program PNPM Mandiri sebagai cara untuk meraih dukungan lebih banyak pihak untuk proyek sarana sanitasi ini. Sesudah mengikuti pelatihan tentang sanitasi, kami sekarang sadar bahwa membangun desa tidak sekedar membangun jalan besar atau jembatan, tapi pembangunan toilet umum juga perlu, Kata Nina, seorang kader dari Cinaraga, Bogor.

11. Untuk mengamankan akses terhadap air bersih dan meningkatnya partisipasi perempuan merupakan bukti sukses aktivitas higinitas dan kesehatan Jawa Barat. Pembangunan fasilitas air bersih dan fasilitas sanitasi di tiga dusun di Kertajaya,Jawa Barat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya higinitas dan perilaku hidup bersih. Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Pusat Kesehatan Masyarakat Kapubaten Sukabumi, memberikan pelatihan CTPS dan perilaku bersih lainnya untuk pencegahan penyakit menular seperti diare dan malaria, dua penyakit yang umum ditemui di Kertajaya. Kelompok Air Bersih dan kader di Posyandu bekerjasama melanjutkan pelatihan dengan menggalakkan kebiasaan hidup bersih di lingkungan sekitar. Materi yang digunakan untuk pelatihan termasuk pencegahan dan penanganan penyakit diare. Mereka juga menggalakkan kegiatan pembersihan lingkungan dan penggunaan kasa nyamuk untuk mencegah penyakit malaria.

HAL. 23

Jawa Barat. Di beberapa tempat di Jawa Barat, gerakan hidup bersih menjadi tantangan bagipara sukarelawan dan masyarakat. Seperti yang terjadi di Padalarang, dimana akses air bersih di musim kemarau sangat tidak menentu. Masyarakat terpaksa membeli air dengan harga tinggi dari pedagang air untuk kebutuhan minum dan masak. Tapi para kader pantang menyerah. Mereka tetap mempromosikan gerakan CTPS, dengan mendemonstrasikan satu botol atau segayung air sudah cukup untuk cuci tangan.

DKI

Jakarta. ESP di Jakarta membantu pembentukan organisasi berbasis masyarakat untuk program pendistribusian air pipa dengan master meter komunal. Organisasi ini bertanggungjawab merawat, mengoperasikan, mendanai, dan memperbaiki master meter tersebut. Pengurus organisasi termasuk para perempuan yang didorongMarlina, seorang kader posyandu dari Desa Cijambe, Subang, Jawa Barat membantu seorang ibu dan anaknya cuci tangan pakai sabun

Kegiatan membuat kompos dari sampah organik

memnyuarakan pendapat dan keinginan mereka. Selain itu, ESP juga melakukan pengarahan singkat dalam hal perilaku hidup bersih untk anggota organisasi, yang nantinya akan berperan sebagai penghubung dengan pelanggan master meter. Para pengurus organisasi juga membantu penyebaran pesan dan informasi kebiasaan hidup sehat termasuk Cuci Tangan Pakai Sabun, pengelolaan air, penyimpanan air di rumah, sanitasi dan penanganan sampah.

Sumatra Utara. Di Maimun, Medan, masyarakat menghadapi tantangan struktural karenakurangnya air bersih, dan fasilitas sanitasi. Untuk mengatasi hal ini, masyarakat sekitar mendirikan forum air bersih yang amggotanya perempuan untuk mengatasi masalah air bersih untuk mereka yang tidak memiliki akses ke air pipa PDAM. Air ini dipasok ke MCK umum di kelurahan tersebut dan rumah-rumah penduduk. Forum air bersih bertanggungjawab mengumpulkan iuran dan mengelola distrubis airHAL. 2

12. Dampak ekonomi dari pembuatan kompos dan kegiatan daur ulang mendorong kegiatan-kegiatan keberlanjutan yang dilakukan oleh mereka yang menyadari manfaatnya. Jawa Timur. Sejak awal, strategi Kampung Hijau Sehat, telah mengubah pandang masyarakattentang sampah. Di Wonokromo, Surabaya masyarakat mulai sadar sampah punya nilai ekonomi yang tinggi. Liestin Irsan, seorang kader mengatakan bahwa dia dan timnya berhasil meraih penghasilan RP. 360.000 (kurang lebih US$36) per bulan dari penjualan sampah padat yang dia kumpulkan dari lingkungan sekitar. Keuntungan menjual sampah ini didipakai membangun pos tempat berkumpul warga. Pengalaman Liestin hanyalah satu dari banyak hal yang memotivasi masyarakat sekitar untuk melakukan hal yang sama. Dengan metode Takakura dan memanfaatkan tong komposter aerob untuk pengomposan, masyarakat sudah dapat mengubah sampah organik menjadi kompos untuk menyuburkan tanaman mereka. Aktivitas ini sekaligus menandai kebangkitan kembali konsep gotong royong. Dedikasi masyarakat Wonokromo untuk memperbaiki kondisi kampung mereka menghasilkan penghargaan Kampung Bersih dan Hijau yang diberikan Pemerintah Daerah Jawa Timur pada tahun 2007.

Jawa Barat. Di Kampung WargaluyuCianjur, masyarakat sudah mulai membuat kompos dari sampah organik yang mereka gunakan sebagai alternatif menggantikan pupuk yang harganya mahal. Harga pupuk kimia yang semakin tinggi mendorong petani menggunakan kompos yang terbuat dari sampah organik dan pupuk organik cair. Tas tangan dan aksesoris lain, produk-produk daurulang yang dibuat dari sampah plastik Selain itu banyak rumah tangga yang juga menggunakan kompos untuk menyuburkan tanaman di rumah. Kebiasaan ini juga mendorong masyarakat untuk mengisi tanah kosong di rumah mereka dengan tanaman hias yang terlihat indah. Terbatasnya tempat tidak menghalangi niat mereka untuk berkebun dan menjadikan daerah mereka lebih hijau. Kehadiran tamanan di daerah tempat tinggal sangat meyegarkan mata, kata Rini, kader posyandu di Tamansari Bandung mengatakan.HAL. 25

DKI Jakarta. Dari awal tahun 2008, kader RW 08, Kelurahan Petojo Utara, Jakarta Pusat danRW 04 di Kelurahan Jembatan Besi Jakarta Barat secara aktif mengajarkan dan mendorong masyarakat sekitar utuk mendaur ulang sampah plastik. Mereka mendirikan usaha untuk mendaur ulang sampah plastik menjadi tas tangan, sajadah, dompet, dan sebagainya. Mereka juga memanfaatkan kembali botol atau kaleng bekas minuman sebagai pot tanaman. Hasil penjualan lebih dari 500 produk daur ulang sejak bulan Agustus 2008 mencapai Rp. 18 juta (1.800 dolar AS). Sebagian besar dari hasil ini diberikan kepada orang yang melakukan daur ulang. Sekitar 10% dari hasil penjualan diberikan kepada masyarakat atau organisasi sosial seperti posyandu.

DKI Jakarta. Selain di Petojo Utara,warga di RW 04, Kelurahan Jembatan Besi juga melakukan penanganan sampah dengan cara mereka sendiri. Enong, Ida dan Apin adalah 3 motivator yang telah menciptakan barang-barang berkualitas yang menarik perhatian banyak pembeli. Mereka menggabungkan semangat, pengalaman kerja di pabrik dan pelatihan dari ESP untuk menerima pesanan produk daur ulang yang biasa dijadikan suvenir seminar dan pameran. Beberapa waktu yang lalu mereka mengadakanPerempuan-perempuan dari Petojo dengan produk daurulang kreasi mereka saat berlangsungnyasebuah acara ESP di Petojo, Jakarta Pusat

Sebuah sudut di minimarket Superindo tempat memajang dan menjual barang-barang hasil daurulang

pameran selama 6 minggu berturut-turut di tiga gerai Superindo, salah satu jaringan supermarket terbesar yang ada di Jakarta. Kami banyak belajar hal-hal yang berhubungan dengan penjualan dan selera pasar. Pameran ini juga menambah pengalaman kami di luar RW dan kesempatan bertemu orang banyak, kata Enong, yang telah mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 621.000 (kira-kira 65 dolar AS).

HAL. 26

3.3.

PENGEMBANGAN KAPASITAS JEJARING LOKAL

Promosi gerakan H& H yang efektif dan berkelanjutan membutuhkan penguatan institusi, sumberdaya, alat dan materi, metodologi untuk melibatkan masyarakat, jejaring sosial, dan mitra LSM, dan untuk mendapatkan komitmen dari tokoh masyarakat dan penyandang dana. Gerakan H&H memahami bahwa dalam pengembangan kapasitas terpadu kelompok dan individu tidak hanya membutuhkan keahlian teknis tetapi juga sumberdaya untuk mampu bekerja sama memanfaatkan usaha lokal dan tradisonal. Dengan pengaruh kuat institusi dan LSM, hal ini menciptakan situasi kondusif untuk mendukung promosi, rasa kepemilikan, perilaku hidup bersih secara berkelanjutan dan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Selama usia proyek, promosi H&H telah memperluas kemampuan dan kinerja dari beberapa organisasi, jejaring lokal, dan individual. Pada saat yang bersamaan, H&H juga menciptakan sarana interaktif dan materi komunikasi yang memungkinkan penerapan kegiatan.

Sekelompok perempuan sedang menganalisis kualitas air di sebuah area padat penduduk di Maimun, Medan

HAL. 27

Pembelajaran13. Penggunaan pendekatan partisipatif untuk melatih guru, jejaring, dan anggota masyarakat meningkatkan komitmen promosi H&H, memperkuat kemampuan komunikasi antarindividu, rasa percaya diri, dan sikap tegas. Jawa Barat. Kegiatan pengembangan kapasitas di posyandu menggunakan sarana interaktifyang membuat proses belajar bersifat prtisipatif, langsung dan efektif. Kader posyandu di Desa Cinaraga, Bogor merasa siap setelah mengikuti pelatihan. Hasilnya, mereka meluncurkan kegiatan promosi higinitas berdasarkan jalur perpindahan kuman yang ditujukan untuk tokoh masyarakat warga lain. Peserta diberikan gambar kotoran manusia ,air, tanah, lalat, makanan, tangan, dan manusia dan diminta menyusun gerakan perpindahan kuman. Selain itu mereka juga diminta meyusun informasi cara mencegah perpindahan kuman. Posyandu juga mengadakan percobaan lapangan dengan melibatkan anggota masyarakat. Salah satu percobaan adalah mengawasi perubahan pada nasi dalam waktu 3-4 hari dan mengadakan perbandingan antara nasi bersih, dan nasi yang dipegang oleh tangan yang kotor. Percobaan di lapangan membuat masyarakat lebih paham proses perpindahan kuman dan penyakit, kata salah satu relawan posyandu. Pelatihan yang diajarkan contohnya merebus air secara efektif, menyortir sampah, dan belajar mengenai fungsi toilet leher angsa sangat memotivasi para peserta. Seperti yang diakui para pemandu pelatihan, mengakhiri pelatihan dengan membuat Rencana Aksi untuk menjadikan desa mereka Bersih Hijau dan Sehat adalah pengalaman yang sangat mengesankan!

Jawa Timur. Pelatihan guru-gurusekolah dilakukan dengan pendekatan lain. Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Malang, Pasuruan, Mojokerto, dan Malang, tim H&H ESP menerapkan cara Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) kepada 190 guru dari wilayah-wilayah yang disebutkan di atas. Praktik langsung, demonstrasi lapangan, dan diskusi kelompok meningkatkan penerimaan, ketertarikan, dan motivasi guru dan stafpendidik lainnya. Kegiatan pelatihan ini juga memberi pengetahuan seputar cara membuat Perencanaan Program Pengajaran (PPP) untuk semua sekolah yang berpartisipasi. PPP mengacu pada mata pelajaran inti dan mengidentifikasi bagian-bagian mana dari mata pelajaran yang bisa disisipkan pesan dan pelajaran Bersih Hijau Sehat. Hal ini membuktikan adanya institusionalisasi dan keberlanjutan pesan-pesan H& H.

HAL. 2

Diskuis kelompok selama pelatihan CGH di Cinagara, Bogor, Jawa Barat

Penggunaan pendekatan partisipatif adalah pengalaman belajar yang paling mengesankan menurut Neni Laelah salah satu kader di Cinagara, Bogor, Jawa Barat. Neni biasanya mengeluh jadwal pelatihan terlau padat dan menganggu aktivitas. Tapi setelah menghadiri seminar dan pelatihan H& H Neni mengatakan, Pak, pelatihannya sudah selesai? Trainingnya asyik. tidak membosankan dan banyak manfaatnya, saya belajar hal-hal yang baru tentang kerjasama dengan anggota masyarakat...

1. Kurikulum pelatihan H&H meningkatkan keahlian jejaring dengan menggunakan perangkat komunikasi di tingkat lokal sebagai dasar upaya promosi. Jawa Timur. Di Malang, Batu, Mojokerto, Pasuruan, dan Malang, strategi H&H mengajakposyandu untuk memanfaatkan hiburan lokal dan kesenian sebagai alat komunikasi promosi hidup bersih. Musik tradisonal Gamelan (karawitan), Kentrungan, bernyanyi, dan drama, serta pertunjukkan tradisional lokal digunakan sebagai alat komunikasi efektif untuk mempromosikan agenda Bersih Hijau Sehat. Dari sudut pandang kader, penggunaan alat komunikasi inovatif dan kemampuan untuk belajar berkomunikasi, berbicara di depan umum, dan interaksi media

adalah hal-hal yang sangat bermanfaat. Mereka sadar hiburan, pendidikan, dan media menarik perhatian masyarakat, menyampaikan pesan hidup perubahan untuk hidup sehat, dan menarik dukungan dari pemimpin, petugas kesehatan, kelompok agama. Di Jakarta, Sumatra Utara, Jawa Timur dan Jawa Barat-pelatihan mendalam yang diikuti kader membantu telah memperluas wawasan, meningkatkan percaya diri dan komitmen mereka sebagai agen perubahan,. Topik-topik yang dibahas dalam pelatihan antara lain pesan hidup bersih hijau sehat, komunikasi efektif dan interaktif, dan cara inovatif dalam mempromosikan higinitas. Dalam kegiatan pengajian dan PKK, kader tidak pernah berhenti mengajak masyarakat memilih pola hidup sehat

15. Program teknis dari paket pelatihan (CTPS, H&H, Kesetaraan Gender, Monitoring 10 Menit) menguatkan keahlian peserta tidak hanya dalam upaya promosi kesehatan akan tetapi juga memberikan mereka kepercayaan untuk melakukan inisiatif baru.HAL. 29

Kegiatan pengembangan kapasitas untuk guru, kader posyandu, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan tokoh masyarakat mencakup banyak subyek, diantaranya CTPS, cara membuat kompos, penyortiran sampah, mendaur ulang, perawatan fasilitas air, pesan perubahan gaya hidup, produksi materi, penyusunan acara, monitoring praktek higinitas dan kesetaraan gender. Topik-topik ini memungkinkan kader mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai program ESP dan H&H. Sebagai contoh kader posyandu berperan sebagai fasilitator di SBHS,

Seorang actor cilik sedang ebrlatih untuk perannya sebagai Parmin, sebuah karakter dari drama dokumenter mengenai pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup

Keterlibatan kader posyandu selama pelatihan gender di Magelang, Jawa Tengah

dan melatih guru dalam hal pembuatan kompos, pemisahan sampah, dan cuci tangan pakai sabun. Komunitas Sekolah Lapangan ESP juga melakukan hal yang sama. Mereka mendukung usaha penghijauan SBHS menawarkan strategi inovatif untuk mempererat hubungan sekolah dan masyarakat dan mengajak masyarakat berkomitmen untuk hidup bersih dan sehat.

Jawa Timur. Seminar Kesetaraan Gender banyak memberikan kesadaran akan peranan wanita dan pria dalam masalah air dan sanitasi. Di Desa Pandanrejo, setelah berpartisipasi dalam pelatihan gender, Deni seorang kader posyandu aktif mempromosikan kesehatan di tingkat masyarakat, menyadari peranan dan tanggung jawab kesehatan dan sanitasi terbagi menurut perbedaan jenis kelamin. Umumnya, perempuan terlibat dalam kegiatan kesehatan dan lakilaki melakukan pekerjaan sanitasi. Ketika Deni bergabung dengan Musyawarah Pembangunan Desa (Musrembangdes) dia melihat laki-laki lebih mendominasi rapat dan jarang ada masukan dari peserta rapat perempuan. Dia bertekad belajar lebih banyak dan akhirnya berhasil menggabungkan pendapat laki-laki dan perempuan di dalam diskusi. Hasilnya anggaran untuk kegiatan sanitasi dan higinitas (seperti septik tank untuk kebersihan MCK, pengumpulan sampah plastik berbasis rumah tangga) meningkat, dan didukung oleh administrasi desa dan partisipasi penuh kaum perempuan.

HAL. 30

3..

ADVOKASI CTPS DI TINGKAT NASIONAL DAN REGIONAL

Menciptakan lingkungan yang mendukung hidup sehat dan mempermudah akses ke air dan teknologi higinitas adalah kunci sukses H&H. Pemerintah yang memiliki komitmen, tokoh masyarakat yang antusias, dan media massa yang aktif dalam mempromosikan perilaku higinitas. Melalui advokasi tingkat tinggi dan kerjasama dengan media, pemerintah, organisasi madani, dan jaringan akar rumput, masyarakat menjadi lebih semangat hidup sehat dan bersih. ESP mengadakan sejumlah kegiatan acara CTPS yang dihadiri banyak orang yang bertujuan meningkatkan kesadaran pentingnya agenda hidup bersih di kalangan pejabat tinggi pemerintah. Berikut ini adalah pembelajaran dari kegiatan media dan advokasi ESP.

Kampanye Nasional Cuci Tangan Pakai Sabun yang dilaksanakan di Monas, Jakarta 6 Mei 2006

HAL. 31

Pembelajaran16. Kegiatan CTPS berskala besar mendapat dukungan komitmen dari pejabat tinggi pemerintahan dan mitra sektor swasta melalui liputan media cetak dan elektronik nasional. Jakarta. Tanggal 6 Mei 2007, Lapangan Monas dipenuhi ribuan anak dan ibu rumah tangga.Mereka membawa air botol, sabun, dan handuk tangan, dan dengan bangga memakai kaus yang bertuliskan Cuci Tangan Pakai Sabun. Di antara ribuan orang itu terdapat Menteri Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie, Menteri Kesehatan Siti Fadlah Supari, Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo, dan perwakilan USAID dan Unicef. Di saat yang sama, para gubernur diJawa Timur, Sumatra Utara, dan Jawa Barat juga melakukan hal yang sama di tempat mereka. Aburizal Bakrie bersama 2.700 murid sekolah, dan orangtua mereka dari 30 sekolah di Jakarta mendemonstrasikan cara mencuci tangan pakai sabun yang benar. Kita harus menyadari bahwa penyakit diare di Indonesia bisa kita turunkan sebesar 40% melalui kebiasaan mencuci tangan pakai sabun di lima waktu penting yaitu sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah membersihkan pantat anak, dan sebelum menyiapkan makanan, kata Aburizal dalam sambutannya. Kampanye CTPS mendapat liputan yang cukup besar dari media masa TV, radio, dan cetak. Kegiatan ini diberitakan di 14 media internet, 29 media cetak, dan 1087 media elektronik, dengan total .1.130 liputan. Melalui berbagai liputan, kampanye ini menjangkau setidanyaknya 10 juta masyarakat Indonnesia.

Jawa Barat. Di Gedung Sate Bandung,Gubernur Jawa Barat Dany Setiawan berdialog dengan 1.200 murid, orang tua, dan guru sekolah setelah mendemonstrasikan Cuci Tangan Pakai Sabun. Apakah Bapak suka mencuci tangan pakai sabun? tanya seorang anak . Gubernur pun menjawab, Saya tidak pernah sakit diare, dan saya yakin itu karena saya rajin mencuci tangan dengan sabun.

Jawa Timur. Ana Fitria seorang anak

berumur 11 tahun, salah satu peserta acara CTPS di Surabaya mengatakan hari itu adalah hari menyenangkan. Saya senang sekali. Saya ikut pertunjungan boneka sambil memberi pesan hidup sehat kepada anak-anak lain, kata Ana dengan senyum lebar.

Kegiatan CTPS di Malang, Jawa Timur yang memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) setelah berhasil mengumpulkan 2.677 orang mencuci tangan pakai sabun bersama-sama

HAL. 32

17. Komitmen terhadap CTPS ditingkatkan dengan melibatkan pihak-pihak multisektor tingkat daerah, tokoh agama dan masyarakat sekolah sebagai aktor utama yang memimpin usaha-usaha advokasi Jawa Timur. Di kota Malang, acara talk show Hindari Diare dalam 20 detik menjadi titik awalpeluncuran kampanye CTPS. Saat itu, Walikota Malang, Peni Suparto menjadi tamu di acara talk show tersebut. Dia mengingatkan tingginya penyakit diare di daerahnya. Sebagai contoh, 75.388 kasus diare dilaporkan di tahun 2005 dan merupakan angka tertinggi di Jawa Timur. Hal ini memotivasi Walikota Malang untuk menantang MURI memecahkan rekor CTPS bersama yang dipegang oleh Sukabumi dengan 2.677 orang pada tahun 2006. Mari kita menurunkan angka penyakit diare dengan memecahkan rekor CTPS seru Peni. Gagasan ini diterima dan disambut baik oleh Grup Wings (salah satu perusahaan terbesar yang memproduksi produkproduk kesehatan di Surabaya). Wings mensponsori acara tersebut dengan menyumbangkan sabun. Hasilnya, sebanyak 10.000 murid sekolah dasar dan orang tua dari 50 sekolah berkumpul pada tanggal 4 Agustus 2007 dan mencuci tangan mereka dengan sabun. MURI menyatakan kehadiran dari 7.389 telah mencetak rekor baru. Rekor ini tidak sekedar angka, yang lebih penting adalah memotivasi anak-anak dan orang tua untuk hidup sehat dan bersih, kata Peni menjelaskan.

Jawa Barat. Oktober tahun 2008, 20 duta CTPS dari SD Pertiwi Bandung dan Ketua PKKyang juga istri walikota, Nadi Dada Rosada, melakukan pelatihan CTPS dari pintu ke pintu di perkamlungan sekitar sekolah. Para Duta CTPS ini mendemonstrasikan keefektifan dari CTPS dan menggambar telapak tangan mereka di dinding sekolah. Di acara yang sama murid-murid membuat pertunjukkan musik menggunakan kaleng dan botol bekas, mengubah panggung menjadi orkes daur ulang. kegiatan ini menginpirasi saya untuk mendorong semua anggota PKK untuk memberi contoh cuci tangan pakai sabun yang benar kepada masyaralat, kata Nani Dada Rosada.

Jawa Timur. Di Kelurahan Dinoyo, Malang, posyandu-posyandu terlibat dalam strategi yanglebih nyata dan merakyat untuk mempromosikan perilaku H&H dengan mengadakan Festival Kesehatan. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian dari perayaan lain seperti perayaan keagamaan atau Hari Kemerdekaan. Kepala desa, pegawai kelurahan, sekolah, kelompok seni lokal dan karang taruna bekerjasama menjadi panitia acara. Panitia ini bertanggungjawab terhadap agenda acara, daftar undangan, pengisi acara, dan permainana dan kegiatan yang diadakan di perayaan tersebut. Sebagai bagian dari program, peserta kegiatan mendapat pelatihan cuci tangan yang benar, penggunaan Air Rahmat untuk air minum, dan pemisahan sampah organik dan non-organik. Acara dilaksanakan dalam bentuk permianan interaktif, menyanyikan lagu-lagu HWWS, pementasan drama, semuanya bermuatan pesan lima perilaku yang dipromosikan konsep Kampung CGH. Festival Kesehatan menarik perhatian dan mendapat dukungan dari staf pemerintah lokal, desa dan kecamatan.

HAL. 33

3.5.

PENELITIAN, MONITORING DAN EVALUASI

Penelitian, Monitoring dan Evaluasi (M&E) tidak selalu dipahami sebagai komponen pendukung efektifitas pelaksanaan program. Akan tetapi tanpa ketiga hal ini, program berisiko mengalami kekeliruan dalam menyikapi masalah, tidak efektif menyampaikan pesan, tidak adanya pembelajaran dari hasil yang diperoleh, dan yang paling penting, tidak mampu mengidentifikasi dan meluaskan model, pendekatan dan kegiatan yang terbukti berhasil. Sejak awal program, strategi komunikasi H&H ESP menekankan pentingnya penelitian dan evaluasi untuk mendokumentasikan dampak dari program yang dijalankan. Jika penelitian formatif dilakukan seperti yang direncanakan dan menghasilkan data akurat, M&E tidak dilakukan seperti desain awal, karena benturan sejumlah prioritas program. Dari pengalaman ESP, program-program di masa depan sebaiknya mengumpulkan data M&E untuk memberikan gambaran akurat dari hasil program. Kami berharap pembelajaran-pembelajaran di bawah ini mendorong program-program lain yang sejenis meningkatkan upaya persiapan dana yang memadai bagi kegiatan riset dan evaluasi yang menyeluruh.

Pembelajaran1. Investasi dalam penelitian formative yang inovatif untuk mempelajari persepsi tentang higinitas, meningktkan potensi keberhasilan program.Untuk mengembangkan strategi komunikasi H&H, ESP membutuhkan gambaran mendetail dari prakti praktik higinitas dan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku ini. Dampak terbatas dari intervensi higinitas yang sudah didokumentasikan sebelumnya membuat ESP melakukan penelitian awal yang berbeda dengan pendekatan intervensi air dan sanitasi yang telah dilakukan sebelumnya. ESP memfokuskan penelitian formatif untuk mengidentifikasi faktor psikososial dan lingkungan yang berhubungan dengan kebiasaan higinitas di lokasi kerjanya.. Menggunakan sejumlah perangkat, penelitian formatif mengeksplorasi persepsi masyarakat tentang kata bersih, selain menganalisis juga motivasi dasar dan hambatan untuk hidup bersih, identifikasi awal untuk mempromosikan hidup bersih, dan kebiasaan masyarakat yang dapat digunakan program untuk penerapan praktik higinitas. Hasil yang didapatkan menguatkan hasil-hasil penelitian yang sudah ada; masyarakat masih belum melihat hubungan antara pencegahan diare dengan higinitas. Hal ini dijadikan dasar pengembangan konsep Bersih Hijau Sehat yang berfokus pada konsep higinitas menurut masyarakat dan menyatukan aspekaspek yang dianggap oleh masyarakat sekitar sebagai higinitas. Konsep Bersih Hijau Sehat dijadikan konsep inti dari strategi komunikasi dan menjadikan masyarakat sekitar dan sekolah sebagai tokoh utama pelaksanaan program.HAL. 3

19. Sistem monitoring dan evaluasi yang dirancang untuk melibatkan partisipasi langsung pemangku kepentingan mampu meningkatkan pemahaman untuk mempromosikan higinitasPembelajaran sistematik adalah kunci keberhasilan program, khususnya ketika data dikumpulkan dan digunakan oleh pemangku kepentingan. Untuk memonitor perkembangan kegiatan ESP dalam mendorong perubahan perilaku bersih, pengumpulan data secara sistematis diterapkan di tempat-tempat penting di mana kegiatan ESP berlangsung. Sesuai dengan pendekatan partisipatif yang dimilikinya, ESP melibatkan sumberdaya di masyarakat dalam kegiatan monitoring. Sesuai reputasi mereka sebagai petugas kesehatan di masyarakat luas, kader posyandu adalah pihak yang sangat tepat untuk menjalankan tugas ini. Kuesioner pun dikembangkan dan proses Monitoring 10 Menit pun dimulai. Wawancara selama hampir 10 menit menekankan pada perilaku kunci higinitas , (cuci tangan pakai sabun, perawatan air yang efektif, pembuangan tinja anak yang layak, dan pembuangan sampah padat yang aman),

serta kegiatan dan kampanye dalam hal pencegahan diare untuk anak di bawah tiga tahun. Pengumpulan data dilakukan dua kali setahun dimulai awal 2007 dengan siklus pengumpulan data terakhir pada bulan Juni 2009. Melaui kegiatan ini ESP konsisten dengan konsep pendekatan partispatifnya, melibatkan sumberdaya yang sudah ada, meningkatkan komitmen masyarakat sekitar, sekaligus meningkatkan kemampuan kader posyandu dalam mengumpulkan dan menggunakan data yang akurat untuk mengevaluasi promosi higinitas. Pengalaman yang bermanfaat ini mendorong kader posyandu meningkatkan usaha mereka melanjutkan kegiatan promosi higinitas yang efektif untuk mengurangi angka diarea. Sejumlah contoh di lokasi-lokasi ESP menunjukkan kreativitas kader dalam analisis data yang terkupul, belajar mengenai kemajuan yang dicapai di komunitas mereka, dan terus menerus berusaha untuk meningkatkan kesadaran hidup bersih. Salah satu contoh adalah pembuatan grafik oleh kader di Jawa Timur untuk menjelaskan jumlah responden yang sudah mempraktikkan perilaku hidup bersih di lingkungan mereka.HAL. 35

Proses Monitoring selama 10 menit membuka kesempatan baru bagi kader posyandu untuk menyampaikan pesan higinitas saat melakukan pengumpulan data. Di Wonokromo, Surabaya Eli, seorang kader posyandu mengatakan, Seringkali orang bertanya jenis survei apa yang saya lakukan. Biasanya, saya jelaskan setelah survei selesai. Saya menggunakan kesempatan ini untuk menjelaskan perilaku hidup bersih dan sehat. Saya harap apa yang saya lakukan dapat membantu responden hidup bersih dan sehat.

Kegiatan CTPS di Malang, Jawa Timur yang memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) setelah berhasil mengumpulkan 2.677 orang mencuci tangan pakai sabun bersama-sama

Murid-murid SD Muhammadiyah 4 di Surabaya berdiskusi untuk menyatukan potongan-potongan bagan Transmisi Perpindahan Kuman

Selain menelusuri jejak sukses program, hasil Monitoring 10 Menitjuga membantu melengkapi data yang didapat dari posyandu dan dapat berfungsi sebagai sumber informasi kesehatan untuk puskesmas.

HAL. 36

20. Menyediakan dukungan teknis untuk mengawasi pengumpulan data oleh pemangku kepentingan di lapangan untuk memastikan akurasi dan kualitas dataFungsi pengawasan dalam pengumpulan data membantu memastikan kualitas data yang terkumpul. Fungsi ini semakin penting ketika data dipakai untuk menilai efek program, sehingga akurasi adalah hal yang tidak bisa ditawar. Fungsi ini juga penting ketika petugas pewawancara juga berfungsi sebagai agen perubahan yang melaksanakan kegiatan program yang sedang dimonitor, dalam hal ini kader-kader posyandu. Seorang petugas promosi higinitas yang juga melakukan pengumpulan data, memonitor atas kegiatan yang dia lakukan sendiri, kemungkinan akan menghasilkan data yang bias. Contohnya, kurangnya pengawasan selama pengunpulan data membuat pewawancara mendorong responden (secara tidak sengaja) untuk memberikan jawaban-jawaban tertentu. Pengawasan dibutuhkan untuk memastikan data yang terkumpul akurat. Hal ini tidak didapatkan pada Monitoring 10 Menit yang dilakukan oleh kader posyandu. Hal ini seringkali menyebabkan data yang dikumpulkan tidak akurat sehingga harus dilakukan analisis perbandingan. Melibatkan agen-agen prubahan dalam kegiatan monitoring kegiatannya sendiri memang efektif, tapi tetap harus ada pengawasan di lapangan untuk menghindari data yang tidak akurat dan bias.

Pengumpulan data yang dilakukan oleh kader posyandu sangat efektif karena keahlian mereka dalam memonitorkesehatan anak. Di Indonesia, posyandu dianggap sebagai grup sukarelawan Departemen Kesehatan. Posyandu didirikan beberapa puluh tahun yang lalu dengan tujuan menggalakkan perilaku sehat di lingkungan posyandu. Sejarah panjang kader posyandu sebagai garada depan kesehatan dan reputasi yang baik sebagai penyedia data untuk Departemen Kesehatan . menjadikan mereka aset lokal yang berharga yang jarang ditemukan di luar Indonesia. Untuk mempertahankan kualitas Monitoring 10 Menit yang dilakukan oleh kader posyandu ini, tim ESP melakukan pengaturan kegiatan seperti melakukan pertemuan persiapan sebelum melakukan pengumpulan data, menekankan pentingnya mengikuti standar survei yang berlaku. Seiring waktu, kegiatan pengembangan kapasitas ini memberdayakan kader posyandu menjadi lebih baik dalam melakukan wawancara di tingkat rumah tangga. Kemajuan ini terlihat dari konsistensi data yang dikumpulkan melalui Monitoring 10 Menit.

HAL. 37

21. Melihat daftar murid adalah cara mudah untuk melihat dampak perilaku higinitas dan menurunnya tingkat penyakit diare (dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan higinitas seperti cacingan dan infeksi saluran pernafasan)Cara yang paling ekonomis untuk mengetahui dampak dari perilahu hidup bersih pada anak adalah dengan melihat daftar hadir sekolah. Data ini adalah bagian penting dari kegiatan administratif sekolah dan dapat digunakan untuk melihat tingkat kehadiran seorang murid. Dalam program ESP, data sekolah tidak dikumpulkan, akan tetapi bukti-bukti yang diterima oleh ESP menunjukkan bahwa di wilayah-wilayah program sekolah melaporkan makin sedikit anak yang tidak masuk sekolah karena sakit diare. Untuk mendukung laporan-laporan tersebut, ESP mulai mengumpulkan daftar kehadiran murid di lingkungan ESP dan non-ESP, akan tetapi ketika program berakhir, ESP tidak dapat melanjutkan proses analisis data ini.

22. Investasi dalam evaluasi program yang menyeluruh untuk mempelajari bagaimana dan mengapa program berhasil serta mengetahui komponenkomponen yang berhasil paling baik.Untuk melihat perubahan praktik hidup bersih dan tingkat penyakit diare, ESP mengadakan survei Monitoring 10 Menit. Kegiatan monitoring ini menjadi sebuah inisitaif yang berhasil terlihat dari meningkatnya motivasi untuk hidup bersih di lokas-lokasi ESP. Akan tetapi ESP tidak mempunyai cara pengawasan yang efektif untuk menilai sejauh mana perubahan hidup bersih yang dilakukan oleh masyarakat berhasil dan sejauh mana hal ini mampu mengurangi angka penyakit diare.

Data dari Monitoring 10 Menit gelombang 1 dan 4 dianalisis. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan di