rangkuman best choice scarcity di dalam perspektif islam scarcity dalam literatur ekonomi islam khan...

68

Upload: nguyenkien

Post on 17-Jun-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RANGKUMAN

MIKROEKONOMI ISLAM

UNTUK UAS

Kuliah 1 Mikroekonomi Islam

Mengapa (Mempelajari) Ekonomi Islam ?

Topik Pembahasan

• Ekonomi Konvensional : Sebuah

Evaluasi

• Ekonomi Islam Sebuah Proposisi

World Economy Today:

1. Bubble Economy

Dominasi sektor keuangan terhadap

perekonomian membuat sistem ekonomi

begitu rentan terhadap gejolak krisis

keuangan

Recent developed markets crises:

US housing and sub-prime crisis

in 2006-2008

Global Financial Crisis (GFC) of

2008-2009

Sovereign debt crises and

economic crisis in the Eurozone

(2010-2013): Greece, Ireland,

Portugal, Spain, Italy, Cyprus,

Slovenia. Grexit Risk.

(Brexit: a shock rather than a

crisis)

Recent emerging market crises:

Mexico (1994), East Asia (1997-

98), Russia (1998), Brazil

(1999), Turkey and Argentina

(2001)

EM mini-crisis in 2013-15 and

China’s 2015-16 turmoil

2. Capitalism

Economic and political system in

which economic activity is controlled

by individual ownership with the aim of

profit

Characteristics:

Private Ownership

Profit Motive

Market Economy

Creates individualism, consumptive

community, high taxes policy

3. Simplistic Assumptions

• Self Interest based behaviour

• Value Free Economics

• Economics as deterministic science

4. Worldview and economic goal

• Secara mikro, ekonomi dibangun dan

ditentukan tanpa “value judgment”,

dilakukan dengan positif Sementara

secara makro harus merefleksikan

dan mewujudkan nilai-nilai yang

diyakini baik oleh society, dilakukan

dengan analisa normatif

• Kondisi full empolyment, ecological

sustainability, serta equal income

distribution tidak akan dapat terjadi

karena inkonsistensi worldview

antara Mikroekonomi dan

Makroekonomi

Ekonomi Islam ?

1. Worldview dan Economic Goal

Islamic Worldview:

1. Tuhan

2. Agama

3. Manusia

4. Alam

5. Tujuan Hidup

Islamic Economic Goal:

Falah Maslahah Maqashid Shariah

• Islamic Worldview menjadi fondasi

dalam perilaku ekonomi

• Konsistensi mikro dan makro

2. Huquq Behaviour

Huquq (Hak-hak dalam Islam)

merupakan fitrah manusia

1. Self Interest

2. Social Interest

3. Nature Interest

4. God Interest

• Abd & Khalifah Huquq

Taqwa

Harmoni antara social interest dan

self interest individu yang percaya

dengan nilai-nilai ajaran Islam akan

mencari titik keseimbangan diantara

kedua hal ini.

Membentuk ulang preferensi individu

kesejahteraan bukan hanya sekedar

untuk memaksimumkan kepentingan

pribadi (self interest) tetapi juga sosial

(social interest).

Pengaruh keyakinan manusia akan

Tuhan tersebut membuat manusia

berfikir bahwa setiap keputusan yang

diambilnyaakandipertanggungjawabka

n di hari akhir. Konsep manusia

yang prilakunya dipengaruhi oleh nilai-

nilai an ajaran Islam ini pada akhirnya

disebut sebagai

Homo Islamicus.

3. Ekonomi Islam Sebagai Ilmu Sosial

• Ekonomi Islam adalah ilmu sosial

• terkait dengan perilaku manusia

, maka memahami fitrah

manusia menjadi fondasi penting

• Tujuan sosial adalah linear

dengan tujuan personal

• Restrukturisasi institusi adalah bagian

dari keberhasilan ekonomi sebagai ilmu

sosial

• Peran worldview, filter moral,

dan motivasi tidak akan secara

efektif dapat mewujudkan

tujuan-tujuan sosial dan ekonomi

tanpa adanya socio-economic

environment yang mendukung.

• Society Dengan merestrukturisasi

lingkungan sosial sehingga memahami

pentingnya meralisasikan tujuan-tujuan

syariah di dalam aktifitas ekonomi maka

sistem ekonomi akan diperkuat dalam

mewujudkan kesejahteraan.

• Economic System Sistem ekonomi

yang kuat pada akhirnya kembali

mempengaruhi lingkungan sosial.

Hubungan timbal balik ini dapat terus

menguat ke arah meralisasikan tujuan

ekonomi Islam.

4. Bad Vs Good Economy

General Human Behavior tend to fall between

two extremes:

Self-interested manner >The Role of Islamic

Economics> Ideal or altruistic manner

Economic System >The Role of Islamic

Economics> Ideal Economic System

• Jika ekonomi Konvensional melihat

ekonomi dari sisi produksi maupun

konsumsi maka ekonomi Islam dapat

melihat ekonomi dari sudut pandang

“goal realization”.

• Ekonomi Islam akan mengkaji dan

menganalisa faktor-faktor yang dapat

mengakibatkan teralisasinya tujuan dan

terhalangnya realisasi tujuan.

• Jika terjadi “divergence” antara prilaku

yang aktual dan yang ideal maka

ekonomi Islam harus secara ilmiah

menjelaskan fenomena tersebut.

Kuliah 2 Mikroekonomi Islam

Masalah Dasar dan Tujuan

Ekonomi

OUTLINE

• Masalah Dasar dalam Ekonomi

Scarcity sebagai Masalah

Dasar dalam Ekonomi

Evaluasi Konsep Scarcity

dalam Ekonomi

Konvensional

• Scarcity dalam Perspektif Islam

Perspektif Islam atas scarcity

4 level Rizki di dalam

perspektif Islam

• Kesejahteraan sebagai Tujuan

Ekonomi

Kesejahteraan dalam

Perspektif Konvensional

Kesejahteraan dalam

Perspektif Islam

• Peran Ekonomi Islam dalam

Merealisasikan Kesejahteraan

Membangun Kriteria Objektif

Mengindentifikasi Faktor

Negatif dan Positif dalam

Merealisasikan Tujuan

Apakah Scarcity merupakan

Masalah Dasar dalam Ekonomi?

Scarcity sebagai Masalah Dasar

dalam Ekonomi

Lionel Robbins dalam essay nya

yang berjudul The Nature and

Significance of Economic Science

(1932) menyatakan bahwa:

“Economics is the science which

studies human behavior as a

relationship between ends and scarce

means which have alternative uses”

“ends” yang dimaksud berarti tujuan

manusia dan “means” yang

dimaksud adalah ketersediaan waktu

dan sumber daya lainnya yang dapat

digunakan untuk mencapai tujuan

tersebut.

Dengan demikian, Robbins

beranggapan bahwa subject-matter

dari ilmu ekonomi adalah how

scarce resources may be put to their

best use.

Konsep yang ditawarkan Robbins

bertentangan dengan konsep

ekonomi dari Cannan, Marshall,

Pareto dan J.B. Clark yag

menyatakan bahwa ekonomi adalah

mengenaii the causes of material

welfare.

Scarcity memainkan peranan

sangat penting di dalam Ilmu

Ekonomi Konvensional.

Keterbatasan akan sumber daya

seperti waktu, alam, serta teknologi

menjadi landasan bagi individu

untuk mengambil pilihan dan

keputusan terbaik bagi dirinya untuk

dapat memaksimalkan utilitas yang

ingin dicapainya.

Scarcity juga menghantarkan setiap

pengambil keputusan untuk

memperhitungkan setiap biaya (cost)

yang harus dikorbankan untuk

mencapai keuntungan (benefit) atau

tujuan tertentu.

Evaluasi Konsep Scarcity

Ilmu Ekonomi yang sebelumnya

berkembang dengan nama political

economy. Dalam political economy,

aspek ekonomi tidak bisa terpisah

dari fenomena sosial lainnya. Oleh

karena itu, political economy bersifat

lintas disiplin (sejarah, sosiologi,

dll).

Classical Economics (18th and 19th

centuries):Fokus pada material, wealth,

dan welfare. 20th century: Fokus pada

scarcity.

• Samuelson and Nordhaus (1985):

Economics is a study of how people and

society choose to employ scarce

resources that could have alternative

uses to produce various commodities

and to distribute them for

consumption, now or in the future,

among various persons and groups in

society.

• Fischer et al (1988):

Economics is a study of how the society

with limited scarce resources decides what

gets produced, how and for whom.

Konsep scarcity muncul di dalam analisa

ekonomi konvensional seiring dengan

semakin seringnya pendekatan

utilitarian digunakan dalam analisa

ekonomi.

Utilitarian mengganggap

bahwa keputusan yang dibuat

manusia ada karena terjadinya

kelangkaan.

“Manusia rasional” akan

memilih alternatif yang terbaik

dari setiap pilihan-pilihan yang

tersedia akibat kelangkaan

untuk memuaskan

preferensinya masing-masing.

Skema Scarcity

Scarcity Conflict Unlimited Wants

Cost & Benefit Analysis For Utility

Maximization

The Best Choice

Scarcity di dalam Perspektif Islam

Scarcity dalam Literatur Ekonomi Islam

Khan (1984)

• Islamic economics as the study of

human Falah achieved by organizing

the resources of earth on the basis of

cooperation and participation.

• Falah is a worldly concept which

represents three things: survival,

freedom from wants and power and

honor

• Khan berpendapat bahwa penyebab

scarcity bukan karena sumber daya

yang terbatas, namun karena

terbatasnya utilisasi dari sumber daya

dan distribusi yang tidak merata.

Chapra (1996)

• Economics is the branch of knowledge

that helps to realize human well-being

through an allocation and distribution

of scarce resources that is in conformity

with Islamic teaching without unduly

curbing individual freedom or creating

continued macroeconomic and

ecological imbalance.

Hasan (1996)

• Scarcity is not the existence of

resources per se, but the state of their

availability that lends meaning to the

idea of scarcity as cornerstone of

economics.

• Islamic economics is a study of human

behavior concerning the use of scarce

resources for satisfying multifarious

wants in such a way as would maximize

Falah.

Konsep Scarcity dalam Islam

Konsep scarcity yang diusung ekonomi

konvensional tidak ditolak di dalam

analisa ekonomi Islam.

Faktanya terdapat beberapa ayat di

dalam Al-Qur’an yang secara implisit

menjelaskan tentang konsep “scarcity”

(Qur’an,15:19-21).

1. SCARCITY BERSIFAT RELATIF

SCARCITY

• Macro (Provision)

• Micro (Availability)

Factors

Knowledge

Effort

Time

Choice

• Consumption

• Production

• Distribution

Macro Scarcity

Secara makro, eksistensi

sumber daya diciptakan cukup

dan bahkan berlebih untuk

kehidupan manusia di dunia.

Jadi tidak ada scarcity secara

agregat.

(Ibrahim: 34) :

“Dan Dia telah memberikan

kepadamu (keperluanmu) dan

segala apa yang kamu

mohonkan kepadanya. Dan jika

kamu menghitung nikmat Allah,

tidaklah dapat kamu

menghinggakannya.

Sesungguhnya manusia itu,

sangat zalim dan sangat

mengingkari (nikmat Allah)”.

God Power concept:

“Sesungguhnya keadaan-Nya

apabila Dia menghendaki

sesuatu hanyalah berkata

kepadanya: "Jadilah!" maka

terjadilah ia” (Yasin: 82)

Micro Scarcity

Dan jikalau Allah melapangkan rezeki

kepada hamba-hamba-Nya tentulah

mereka akan melampaui batas di muka

bumi, tetapi Allah menurunkan apa

yang dikehendaki-Nya dengan ukuran.

Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui

(keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha

Melihat. (QS: Asy-Syuura Ayat: 27)

Present global state of scarcity:

The Ecological Footprint is a complex

sustainability indicator that answers a simple

question: How much of the Earth’s resources

does your lifestyle require?

http://www.rprogress.org/ecological_footprint/

about_ecological_footprint.htm :

According to Redefining Progress’ latest

Footprint Analysis, humanity is exceeding its

ecological limits by 39%. Or, put another way,

we would need to have over one third more

than the present biocapacity of Earth to

maintain the same level of prosperity for future

generations.

4 Level Rizki dalam Perspektif Islam

1. Rizki yang dijamin untuk semua

makhluk hidup

“Dan tidak ada suatu binatang melata

pun di bumi melainkan Allah-lah yang

memberi rezekinya, dan Dia

mengetahui tempat berdiam binatang

itu dan tempat penyimpanannya.

Semuanya tertulis dalam Kitab yang

nyata (Lauh mahfuzh).” (Q.S. Hud: 6)

2. Rizki akan bergerak linear dengan

usaha

“Dan bahwasanya seorang manusia

tiada memperoleh selain apa yang telah

diusahakannya.” (Q.S. Najm: 39)

3. Rizki yang ditambah jika manusia

bersyukur

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu

memaklumkan; "Sesungguhnya jika

kamu bersyukur, pasti Kami akan

menambah (nikmat) kepadamu, dan

jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),

maka sesungguhnya azab-Ku sangat

pedih.” (Q.S. Ibrahim: 7)

4. Rizki bagi orang yang bertaqwa:

unpredicted to come

“Dan memberinya rezeki dari arah yang

tiada disangka-sangkanya. Dan

barangsiapa yang bertawakkal kepada

Allah niscaya Allah akan mencukupkan

(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah

melaksanakan urusan yang

(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah

telah mengadakan ketentuan bagi tiap-

tiap sesuatu.” (Q.S At-Thalaq: 3)

Ketika ekonomi konvensional

mengutarakan bahwa Ilmu ekonomi

ada karena kelangkaan maka

pertanyaan yang mendalam harus

benar-benar diajukan benarkah Ilmu

ekonomi Islam diperlukan karena

kelangkaan?

Andai seseorang dianugerahi Tuhan

dengan sumber daya yang tak terbatas:

baik waktu, teknologi, maupun SDA,

benarkah kesemua itu menjamin bahwa

tujuan ekonomi dapat terealisasi oleh

individu tersebut?

2. SCARCITY ADALAH MASALAH

TURUNAN

Kasus A :

Si A mendapatkan warisan

kekayaan yang sangat banyak.

Misalkan MU dari pesta hura-hura

lebih besar dari MU segala utilitas

lain yang dia inginkan. Jika utilitas

adalah tujuan untuk membuat

keputusan, dan kemudian

kekayaannya cukup untuk

menikmati utilitas pesta, maka A

tidak memiliki masalah ekonomi

Tidak ada masalah pilihan dari

keinginan yang unlimited dengan

kondisi unlimited resources. Semua

hanya karena utility sebagai

tujuan.

Tetapi society memiliki masalah

secara ekonomi

- Potensi sumber daya manusia

terabaikan. Society interest ?

- Beberapa kebutuhan si A terabaikan.

Pesta hura2 apakah kebutuhan?

Kasus B:

Si B adalah seorang yang sangat

miskin. Jika utilitas adalah kriteria

dan memuaskan keinginan adalah

tujuan, maka jelas bagi B ada

masalah ekonomi yang diciptakan

oleh kelangkaan, tapi apa

solusinya?

Ilmu Ekonomi konvensional hanya

membantu dirinya untuk

mengambil keputusan apa yang

diinginkan dengan kondisi sumber

dayanya (misalnya memilih 1 dari 3

keinginannya).

Tapi apa yang akan dia lakukan

untuk memperoleh dua keinginan

yang lain, yang melampaui

kemampuan sumberdayanya tidak

dibahas dalam ekonomi. Ekses yang

timbul seperti frustasi dan bahkan

kejahatan berada di luar ilmu

ekonomi Bahkan pilihan yang

diambil apakah memang baik untuk

dirinya ?

Seseorang yang dianugrahi Tuhan

dengan sumber daya yang tak terbatas

seperti kasus A, atau bahkan sangat

miskin seperti kasus B, tetap mengambil

tindakan ekonomi karena ADANYA

TUJUAN dengan ada atau tidak adanya

scarcity.

Akibatnya, Masalah ekonomi di dalam

analisa ekonomi Islam akan tetap

muncul ada atau tanpa kelangkaan

sekalipun.

Tetapi individu tersebut tidak

menempatkan maslahah sebagai

preferensinya dalam mengambil

keputusan

◦ karena Ilmu ekonomi Islam

seharusnya tidak hanya

membahas penyebab sebuah

keputusan tercipta tetapi juga

harus membahas apakah

keputusan yang diambil benar-

benar dapat menciptakan

masalahah.

◦ Preferensi yang cenderung

menciptakan maslahah pada

tiap-tiap individu dapat muncul

ketika prilaku individu tersebut

selalu cenderung kepada

menghindari apa yang dilarang

Tuhan dan mengerjakan apa

yang diperintahkanya (Taqwa)

Sehingga masalah mendasar ekonomi

di dalam Islam adalah bagaimana

mendorong individu ke arah taqwa

agar setiap keputusan-keputusan yang

diambilnya di dalam aktifitas ekonomi

dapat menjamin teralisasinya maqasid

sharia.

Ekonomi Islam muncul pada akhirnya

untuk menjawab dan menganalisa

bagaimana agar tujuan-tujuan syariah

dapat terealisasi dalam aktivitas

ekonomi.

Islamic Solution to Scarcity?

(sumber: Zaman, n.d)

• Compassion

The second caliph of Islam, Umer Farooq

R.A., ate coarse bread, because he felt

ashamed to eat refined bread when not all

of the public could do so

• Infaq

Kahf (undated) writes that the word “Infaq”

--spending for charity – is mentioned in the

Quran 167 times, many more than the

combined mention of the famous four

practical pillars of faith.

• Avoidance of Waste

According to a 1997 study by US

Department of Agriculture's Economic

Research Service (ERS) entitled "Estimating

and Addressing America's Food Losses",

about 96 billion pounds of food, or more

than a quarter of the 356 billion pounds of

edible food available for human

consumption in the United States, was lost

to human use by food retailers, consumers,

and foodservice establishments in 1995.

Roughly 49 million people could have been

fed by these resources

Kesejahteraan sebagai Tujuan

Ilmu Ekonomi

Konsep Kesejahteraan di dalam Ekonomi

Konvensional

Pada akhirnya baik ekonomi Islam

maupun ekonomi konvensional

harus menentukan tujuan apa yang

ingin dicapai di dalam analisa disiplin

Ilmu ekonomi.

Perdebatan yang luas terjadi di

dalam ekonomi konvensional ketika

mereka ingin menentukan

kesejahteraan macam apa yang

ingin dicapai di dalam ekonomi.

Ekonomi neoklasik yang menjadi

mainstream ekonomi sekarang

sangat bertumpu pada pendekatan

pareto optimum dalam

mendefinisikan kesejahteraan.

Konsep Kesejahteraan di dalam

Perspektif Islam

Konsep maslahah :

1. Ukuran yang komparabel

antar individu

2. Bersifat objektif

3. Maslahah berbasis need

yang direfleksikan dalam

maqashid shariah

Konsep Maqashid Shariah:

1. Integratif

2. Dinamis

Bagaimana Ekonomi Islam Merealisasikan

Kesejahteraan?

1. Membangun Kriteria Objektif

The Objective Example: Need

Maximization

Criteria : Halal & Good

Criteria: iftar

Criteria : no- idle resources

2. Identifikasi faktor Yang Mempengaruhi

Kuliah 3 Mikroekonomi Islam:

Model Perilaku Manusia I

Outline

• Evaluasi Konsep Rasionalitas

• Rasionalitas: Perspektif Islam

• Self-Interest vs Multi-Interest

• Satisfaction of Wants vs

Fulfillment of Needs

EVALUASI KONSEP

RASIONALITAS

Apa itu Rasionalitas?

In general, rationality can be defined

as acting in a deliberated way.

Existence of reasons to make

such choices

If individuals are able to form

their own judgment and their

Negative Forces

Positive Forces

The Objective

Reality

choices can be perceived as

basically correct.

Apa Itu Rasionalitas dalam Ekonomi?

1. Individu selalu membuat pilihan yang memberikan utilitas yang maksimum.

Poin 1 memberikan implikasi :

A. Selalu ada alternatif pilihan

B. Preferensi terbaik dapat didefinisikan untung/rugi

2. Individu memiliki rational set of preference yang konsisten

Preferensi yang konsisten memenuhi unsur berikut (axioma rasionalitas) :

Transitivity

jika A>B ; B>C, maka A > C, karena jika tidak akan terjadi money-pump

argument.

Completeness

A>B atau B>A atau indifferent

Hal ini berarti individu dapat membandingkan semua opsi yang ada dengan

mempertimbangkan “bobot” dari value.

Continuity

Jika A>B, segala sesuatu yang mendekati pilihan A adalah disukai

Hal ini berarti individu dapat membandingkan semua opsi yang ada dengan

mempertimbangkan “bobot” dari value.

Poin 1 dan 2 mencerminkan kondisi yang certain. Namun nyatanya, ketika individu memilih

informasi mengenai konsekuensi dari suatu tindakan bersifat imperfect sehingga outcome

menjadi uncertain. Oleh karena itu:

3. Individu memiliki sebuah rational belief terhadap konsekuensi tindakannya, sehingga

ada ekspektasi hasil dari apa yang dilakukan. Jadi rasionalitas merupakan interaksi dari

pilihan-preferensi- keyakinan/ekspektasi.

Dalam tataran praktis, sulit untuk mengetes rasionalitas individ karena preferensi bersifat

subjektif and sulit untuk diukur.

Contoh

Motor si A hampir kehabisan bensin, dan dia perlu pergi ke kantor. Maka yang dia

lakukan adalah mengecek harga bensin, mengambil uang, membawa motor ke pom

bensin terdekat, dan diisi bensinnya. Apakah tindakannya rasional ? Secara psikologi itu

adalah rasional, tetapi dalam ekonomi penjelasannya tidak cukup.

Secara ekonomi yang perlu dianalisis adalah:

apakah alternatif2 dari menggunakan motor ? Naik bus, kereta, dsb ?

Bagaimana si A bisa mengurutkan preferensi dari seluruh kemungkinan tersebut?

Apakah perubahan salah satu biaya (misalnya harga bensin naik ) , akan

mempengaruhi urutan preferensinya?

Evaluasi rasionalitas

1. Dalam konteks ekonomi konvensional, pilihan dan preferensi di dalam

rasionalitas diaplikasikan dalam teori utilitas

1. Seorang agen ekonomi adalah rasional jika preferensinya dapat

direpresentasikan dengan teori utilitas dan pilihannya adalah

memaksimumkan utilitas self interest dan perfect knowledge

2. Teori Utilitas sebenarnya hanya menggambarkan preferensi saja, tidak

menggambarkan berapa kepuasan apalagi manfaat dari pilihan yang diambil.

Utilitas/Welfare = preference ?

3. Rasionalitas pada dasarnya merupakan konsep normatif, tapi digunakan

dalam bangunan ekonomi yang berbasis positif

Evaluasi 1 Agen ekonomi percaya

bahwa preferensi A lebih baik

dari B, maka adalah irrasional

jika preferensinya adalah B >

A

Teori utilitas hanya membahas rasionalnya pilihan tersebut,

tetapi tidak membahas kenapa seharusnya A > B

ukuran rasional adalah self-interest

Evaluasi 2 Kelompok barang 1 :

a = 800 , b = 700, c = 600

Kelompok barang 2 :

a= 8juta , b = 7ribu, c=600

Maka pilihan rasionalnya

adalah a>b>c

teori utility hanya membahas bahwa preferensi a

adalah lebih baik dari b dan c, tetapi tidak membahas

bagaimana manfaatnya

Evaluasi 3

Misalkan dalam satu desa berisi 10 orang yang sakit, dilakukan ujicoba vaksin baru

dengan 2 metode yang berbeda , dan kemungkinan hasil yang berbeda juga.

metode 1 : a = 5 orang terselamatkan , b = 10 orang terselamatkan dengan

kemungkinan 0.3, atau tidak ada yang selamat dengan kemungkinan 0.7.

metode 2 : a = 5 orang tidak terselamatkan, b = seluruhnya selamat dengan

kemungkinan 0.3, atau 10 orang tidak selamat dengan kemungkinan 0,7.

Pada metode 1 = a > b

Pada metode 2 = b > a

Padahal metode 1 dan 2 hanya berbeda secara penjelasan, secara substantif sama.

Sehingga preferensi menjadi tidak konsisten secara rasional yang didekati secara positif

saja. Pilihan preferensi lebih didorong oleh faktor normatif

Diversion from Rational Behavior

Pada dasarnya individu cenderung untuk “menyimpang” dari perilaku rasional

karena beberapa hal sbb:

1. Inkonsistensi preferensi sepanjang waktu

a. Strong emotional impulses

b. Time-variant preferences

2. Incomplete preference

a. Dependence of social context and diversity in social roles – peran norma dan

peran – contoh peran sebagai orang tua vs. sebagai seorang pekerja

b. Diversity in modes of valuation – contoh: kado vs. cash

3. Discontinuity in values

values terkadang tidak dapat diperbandingkan – tidak ada trade-off, misal: love for their

children vs. money

4. No rational belief

Hypothesis-based filtering of information – we filter new info and ignore relevant info that

contradicts our beliefs.

Rasionalitas: Perspektif Islam

Kenapa rasionalitas penting ?

1. Fungsi Analitis

Sebagai asumsi dasar untuk membangun teori ekonomi, bagaimana ekonomi berjalan ketika

manusia diasumsikan rasional -> tidak berbicara realitas.

2. Fungsi Deskriptif

Ekonom percaya dengan analisis ini bahwa manusia “more or less” akan bertindak rasional.

Menjelaskan realitas.

3. Fungsi Preskriptif

Dalam hal ini lebih rasionalitas merupakan hal yang normatif (berbicara tentang “ought to”)

untuk menghindari waste of resource.

Contoh:

Misalkan teori ekonomi memiliki asumsi: konsumsi dipengaruhi secara utama oleh harga

. Maka pemerintah mencoba menganalisis apa yang terjadi jika harga BBM dinaikkan

10%, 20% ? Apakah konsumsi BBM akan turun, atau lebih jauh permintaan biofuel naik

karena harganya menjadi kompetitif dengan BBM analitis.

Ketika pemerintah menaikkan tingkat bunga bank dengan tujuan untuk mengurangi

inflasi, pembiayaan bank Syariah ternyata juga naik deskriptif.

Ketika fenomena zakat saat ini menunjukkan dampak signifikan secara produktif (tidak

hanya konsumtif), dan juga dukungan pemerintah terhadap institusi zakat via UU dan

pendirian BAZNAS secara struktural, maka seharusnya masyarakat lebih percaya

menyalurkan lewat lembaga zakat bukan secara langsung, dan penerimaan zakat

meningkat preskriptif.

Rasionalitas: Perspektif Islam

Dari pemaparan sebelumnya kita tahu bahwa rasionalitas, dalam ekonomi konvensional

dilandasi oleh motivasi self interest untuk mencapai utilitas yang merepresentasikan

preferensi terbaik

Self-interest rationality preferensi (utility)

Apakah manusia self-interest atau huquq (multi-interest)?

Studi kasus pedagang kecil kelas APEB

Apakah profit menjadi tujuan

utama?

Apakah profit menjadi tujuan

satu-satunya?

Apakah motivasinya

kepentingan diri sendiri ?

Dari 20 responden:

3 orang tujuan utama mengisi

waktu/mencari aktivitas

5 orang tujuan utama

membahagiakan orang tua /

istri

3 orang tujuan utama karena

tidak ada aktivitas lain

1 orang tujuan karena ibadah

Sisanya tujuan utama mencari

untung

Jadi manusia adalah Multi interest.. self +

social ( + Tuhan )

Definisi Rational Man dalam Islam

Islamic rational man (right minded/

rashiid/berakal) is a person who

applies right judgment with respect to

his economic activities and economic

decision-making. Application of right

judgments refers to both private and

social interest as well as to observance

of Shariah rules

Karena itu One distinguishing

feature of islamic rationality compared

to conventional concept of rationality

is that pursuit of social interest is part

of private and selfish interest. There is

right of others within one’s own

private property right

Axioma rasionalitas Islami

Transitivity : jika A>B ; B>C, maka A > C

Completeness : A>B atau B>A atau

indifferent

Continuity : jika A>B, segala sesuatu

yang mendekati pilihan A adalah

disukai

Pilihan A harus mereflesikan nilai sosial, moral

dan agama yang lebih baik. dst

Pilihan harus Halal

Multi - Interest Rationality Based on Islamic

Values Maslahah

Urutan prioritas: darurat-hajiyat-

tahsiniyat

Orientasi Maslahat ( social interest)

Satisfaction of Wants vs Fulfillment of

Needs

The right minded man will make a

judgment which of his desires "need" to

be satisfied first and which do not need

to be satisfied at all/

Sehingga seseorang yang rasional akan

memenuhi keinginan yang

merefleksikan kebutuhan, tidak sekedar

keinginan.

Apakah keinginan = kebutuhan?

Bagaimana Membedakan Keinginan dan

Kebutuhan ?

Human wants are unlimited

There is practically no end to human

wants and it is also true that, we are

never being able to satisfy them all. As

the Holy Prophet (pbuh) said; if god

were to give man a valley full of gold, he

would ask for the second, and if he

were given the second, he would ask for

the third; man would never be satisfied

until he was dead (Al-Bukhari, 5992-

5996).

Kebutuhan dapat diprioritaskan

mengikuti 3 level maslahah

Keinginan yang jika tidak

dipenuhi akan mengancam

kehidupan prioritas utama

kebutuhan

Keinginan yang jika tidak

dipenuhi mengganggu kehidupan

prioritas kedua

Tidak mengganggu jika tidak

terpenuhi prioritas ketiga

Kuliah 4 Mikroekonomi Islam

Model Perilaku Manusia II

Outline

1. Utility Maximizer : Evaluasi Konsep

Konvensional

2. Perspektif Islam atas Perilaku

Maksimisasi Kesejahteraan: Konsep

Keseimbangan, sebagai Pendamping

Maksimisasi Maslahah

3. Keseimbangan Internal dan Eksternal

4. Konsep Diri, Keluarga, dan Lingkungan :

Perspektif Islam

Utility Maximizer: Evaluasi Konsep

Ingat konsep pentingnya rasionalitas :

self-interest rasionalitas

preferensi.

Secara umum dapat dikatakan

manusia yang rasional akan berusaha

mencapai sesuatu preferensi yang

memaksimum kesejahteraan (utility).

Terminologi kesejahteraan bisa utilitas

(konsumen), profit (produsen), dsb

Misal: Dalam konteks individu,

maka kepuasan maksimum

tercapai jika secara efisien

mampu mencapai frontier

terluar dari constrain yang

dimiliki. Sedang dalam konteks

interaksi, maka kepuasan

maksimum ketika mencapai

pareto optimum.

Konsep maslahah menjadi begitu

penting dalam analisa ekonomi Islam

karena maslahah merupakan sebuah

kondisi yang ingin dituju di dalam

setiap aktivitas individu Islam.

Individu Islam yang bersifat rasional

akan cenderung untuk memaksimalkan

maslahah agar manusia dapat

mencapai kebahagian dan

kemenangan sejati dalam kehidupan di

dunia dan akhirat (falah).

What is maslahah?

Maslahah has always been used, as a juristic

device, to promote public benefit and

prevent social evils and corruption.

Al-Ghazali, in his concept of maslahah,

describes it as ‘the preservation of the ends

of the Shari’ah’, that is, the preservation of

its objectives.

Maslahah, Manfaat dan Utilitas

Utilitas

• Secara sederhana dapat dikaitkan dengan

ukuran nilai guna dari suatu benda.

• Bersifat subjektif

• Bisa sama/berbeda antar individu

Falah •The overall goal of Muslims

Rational Decision

(in accordance with the will of

Allah)

•Economic activities are not ends in themselves, but means to an end to the attainment of falah.

Maslahah

(utility that includes social

aspects)

Maslahah

• Bersifat subjektif namun bisa

diperbandingkan

• Maslahah orang per seorang akan konsisten

dengan maslahah sosial

• Kriteria maslahah telah ditetapkan oleh

syariah (

• Sifatnya mengikat bagi semua individu

• Maslahah dijadikan tujuan seluruh pelaku

ekonomi maka arah pembangunan ekonomi

akan mengarah pada titik yang sama.

Apakah Manfaat dan Maslahah Sama?

Konsep maslahah dari perilaku dalam

ekonomi Islam adalah lebih obyektif dan

lebih luas daripada manfaat.

Obyektif karena aturannya

diturunkan dari Syariah.

Luas karena mencakup dimensi

diluar self-interest.

Contoh :

Makan hewan dipotong dengan aturan Islam, dan

dengan yang tidak, akan memberikan manfaat yang

sama. Tapi apakah maslahah juga sama ? (aturan

shariah)

Mengambil keuntungan dari bunga utang

memberikan manfaat buat peminjam. Tapi apakah

fair (memberikan maslahah) ? ( multi-interest )

Jadi ketika berbicara maslahah, otomatis ada unsur

manfaat (utilitas) di dalamnya.

1. Maslahat menurut makna asalnya berarti

menarik manfaat atau menolak

mudarat/hal-hal yang merugikan.

2. Akan tetapi, meraih manfaat dan

menghindar dari mudarat adalah tujuan

makhluk (manusia).

3. Kemaslahatan makhluk terletak pada

tercapainya tujuan mereka. Tetapi yang

kami maksud dengan maslahat ialah

memelihara syara’/hukum Islam. Tujuan

hukum Islam yang ingin dicapai oleh

makhluk/manusia ada lima, yaitu hukum

yang mengandung tujuan memelihara

kelima hal ini disebut maslahat; dan setiap

hal yang meniadakannya disebut mafsadah

dan menolaknya disebut maslahat

(al-Ghazali)

Jadi

Makna asal maslahat adalah

meraih/menarik manfaat dan

menghindarkan bahaya ( mudharat).

Manusia ingin meraih kemaslahatan dan

hukum Islam juga ingin mewujudkan

kemaslahatan. Akan tetapi, kemaslahatan

yang dikehendaki oleh manusia belum

tentu sama dengan kemaslahatan yang

dikehendaki oleh hukum Islam

Maslahat dicapai dengan memelihara

tujuan hukum Islam

Bagaimana Menentukan Sesuatu itu

Memberikan Maslahah ?

Memelihara tujuan shariah maqashid

shariah

Sehingga segala aktivitas yang akan

meningkatkan kesejahteraan

sesuai dengan tujuan shariah akan

memberikan maslahah

Melakukan kegiatan yang wajib, sunnah,

dan mubah (memberikan maslahah) , dan

menjauhi yang makruh dan meninggalkan

yang haram (menghindari mafsadah)

Hubungan Falah, Maslahah, dan Maqashid

Syariah

Jadi Falah terealisasi dalam maslahah, dan

maslahah diimplementasikan dalam

pencapaian/penjagaan maqashid shariah

Dengan terus merealisasikan maqashid

shariah ke arah yang lebih baik, maka

otomatis menuju masalahah yang terus

bertambah

Komponen Maslahah

Maslahah dibedakan menjadi dua

jenis :

Maslahah terhadap kehidupan dunia

Maslahah mengenai kehidupan akhirat

o Karena maslahah merupakan

indikator pencapaian falah, maka

ruang lingkup maslahah juga

mencakup dimensi akhirat

o Maslahah dunia bersifat langsung

o Maslahah akhirat bersifat tidak

langsung, ini adalah reward dari

setiap aktivitas manusia didunia

yang didapatkan di akhirat

terhindar dari api neraka

Penjelasan

Jadi maslahah terdiri dari interaksi 4

komponen

1. Manfaat: segala sesuatu yang

memberikan nilai

gunaBerkah: Jiyadatul Khoir

-> bertambahnya kebaikan ->

bersifat multiplier.

“Barang siapa membawa amal yang

baik, maka baginya pahala sepuluh

kali lipat amalanya; dan barang

siapa yang membawa perbuatan

jahat aka dia tidak diberi

pembalasan melainkan seimbang

dengan kejahatannya, sedang

mereke sedikitpun tidak dianiaya.”

(Q.S. Al-’An’am: 160)

1. Rahmat Allah

2. Pahala

Fokus pada komponen 1 dan 2,

karena komponen 3 dan 4 adalah

hasil dari aktivitas dunia.

Tetapi komponen 1 dan 2,

tergantung komponen 3.

Bagaimana Memaksimumkan Maslahah?

Yaitu dengan terus meningkatkan level

maqashid shariah:

• Ketaatan terhadap Agama

• Menguatkan Jiwa

• Kekayaan Materi

• Melahirkan dan Membina Keturunan

yang Lebih Baik

• Akal yang Cerdas

Konsep Keseimbangan

Maslahah yang maksimum adalah

penting, tapi itu tidak cukup

necessary

Pencapaiannya harus seimbang antar

semua elemen (maqashid )

sufficient

Ayat tentang keseimbangan

“(7) Dan Allah telah

meninggikan langit da Dia

meletakkan neraca

(keadilan); (8) Supaya kamu

jangan melampaui batas

tentang neraca itu; (9) Dan

tegakkanlah timbangan itu

dengan adil dan janganlah

kamu mengurangi neraca

itu.” (Q.S. Ar-Rahman:7-9).

“(19) Dan Kami telah

menghamparkan bumi dan

menjadikan padanya gunung-

gunung dan Kami tumbuhkan

padanya segala sesuatu

menurut ukuran; (20) Dan

kami telah menjadikan

untukmu di bumi keperluan

hidup, dan Kami

menciptakan pula makhluk-

makhluk yang kamu sekali-

kali bukan pemberi rezeki

kepadanya; (21) Dan tidak

ada sesuatupun melainkan

pada sisi Kami lah

khazanahya dan Kami tidak

menurunkannya melainkan

dengan ukuran

tertentu.”(Q.S. Al-Hijr: 19-

21)

“Dan orang-orang yang

apabila membelanjakan harta,

mereka tidak berlebihan dan

tidak pula kikir, dan adalah

(pembelanjaan itu) di tengah-

tangah antara yang

demikian.”(Q.S. Al-Furqan :

67)

Elemen dunia adalah berpasangan

Manusia umumnya, cenderung

mencari keseimbangan pada aktivitas

hidupnya untuk mencapai tujuan

yang meliputi dimensi yang berbeda.

Menjaga keseimbangan adalah sikap

positif daripada normatif.

Contoh:

Manusia, misalnya,

menghentikan kegiatan

tertentu seperti makan,

minum atau rekreasi

walaupun ada kapasitas untuk

terus menikmati lebih.

Istirahat diperlukan untuk

aktivitas lain

Pola hidup sehat ala

Rasulullah , isi perut dengan

udara, air , makanan

Keseimbangan Internal dan

Eksternal

Jadi setiap manusia akan cenderung

ke arah keseimbangan dalam

aktivitasnya

Keseimbangan internal ( self

control )

Namun..

Manusia bisa memiliki instinct untuk

tidak seimbang -> hedonistic &

destructive

Secara fisik , manusia juga

diciptakan secara seimbang

Dalam proses biologis manusia,

keseimbangan juga terjadi

Suhu tubuh manusia 36-37

derajat

Jika tidak seimbang, maka

bisa

mengganggu/membahayakan

manusia

Maka perlu intervensi

eskternal : obat,

dokter, dsb

Konsep Diri, Keluarga, dan

Lingkungan : Perspektif Islam

Keluarga adalah elemen terkecil

yang akan mendorong keseimbangan

dari luar.

Konsep maqashid yang meliputi

keluarga (keturunan) , menunjukkan

signifikannya fungsi keluarga dalam

aktivitas manusia, termasuk

ekonomi.

Setelah keluarga, elemen selanjutnya

adalah lingkungan sosial

Setelah itu :

Masyarakat

MAKRO

Negara

Pyramid of Maslahah in IBF

Kuliah 5 Mikroekonomi Islam

Perilaku Konsumen I

OUTLINE

1. Kedudukan Perilaku Konsumsi

2. Axioma (Evaluasi Konvensional)

3. Perspektif Islam atas Perilaku

Konsumsi

4. Axioma Konsumen Islami

5. Analisa Berdasarkan Level

Konsumsi

Perilaku Konsumsi di dalam Ekonomi

Di dalam aktivitas kita sehari-hari,

setiap individu tidak bisa lepas dari

aktivitas konsumsi. Mulai dari

menentukan makan apa kita hari ini,

menggunakan transportasi apa untuk

sampai ke sekolah, sampai harus

menentukan mata kuliah apa yang lebih

dulu diambil dalam satu semester.

Semua hal tersebut merupakan aktivitas

yang menghabiskan nilai guna atau

manfaat barang dan jasa untuk mencapai

level kepuasan tertentu.

Analisa terhadap perilaku konsumsi ini

menjadi begitu penting di dalam Ilmu

ekonomi karena dengan memahami

perilaku konsumsi tersebut kita dapat

mengetahui faktor-faktor apa saja yang

membuat seseorang menentukan untuk

memilih barang tertentu.

Dari faktor-faktor tersebut kita dapat

mempelajari apa saja faktor yang dapat

meningkatkan kepuasan konsumen serta

sebaliknya faktor apa saja yang dapat

mengurangi kepuasan seorang

konsumen yang pada akirnya

mempengaruhi kesejahteraan masing-

masing individu.

Untuk menganalisa perilaku konsumsi

individu yang begitu kompleks maka

ilmu ekonomi mencoba untuk

membangun sebuah model ekonomi

untuk membuat analisa ekonomi

menjadi lebih sederhana.

Untuk membangun sebuah model

ekonomi yang baik dalam menganalisa

perilaku konsumsi, asumsi-asumsi yang

tepat harus dibangun agar hasil dari

sebuah model dapat mendekati

kenyataan yang ada.

Ilmu ekonomi membangun analisa

terhadap perilaku konsumen dengan

membuat sebuah asumsi awal bahwa

setiap individu di dalam aktivitas

konsumsinya akan bertindak rasional.

di mana setiap pilihan yang dibuat

individu di dalam aktivitas konsumsi

pastilah merupakan pilihan yang terbaik

untuk memaksimumkan preferensi

individu tersebut.

Axioma (Evaluasi Konvensional)

Axioma untuk membangun individu yang

rational

Transitivity : jika C>B ; B>A,

maka A > C ; ingat > artinya

lebih disukai

Completeness : salah satu lebih

disukai atau indifferent (B=D) ;

Continuity : jika A>B, segala

sesuatu yang mendekati pilihan

A adalah disukai

Non Satiation/ more is better

than less (tambahan) : terus

menuju ke arah yang lebih

banyak , menjauhi titik 0

Kurva IC sebagai representasi

rasionalitas dalam konsumsi

Perspektif Islam terhadap Perilaku

Konsumsi

Maslahah dan Utility

Dalam ekonomi Islam analisa perilaku

konsumsi tidak hanya berhenti sampai

pada bagaimana seorang individu

memaksimumkan preferensinya.

Tetapi juga menganalisa bagaimana

maslahah terealisasi di dalam aktivitas

konsumsi.

M= Manfaat(atau Utility)+ Berkah

Masalaha dan Maqasid

Sedangkan konsep maslahah sendiri

diturunkan dari konsep besar maqasid

shariah di mana maslahah baru dapat

tercipta ketika tujuan shariah dapat

terealisasi.

perilaku konsumsi yang berorientasikan

pada merealisasikan tujuan syariah

maka dengan sendirinya akan

menciptakan maslahah.

Karakteristik Maslahah

perilaku konsumsi Individu yang

berorientasi terhadap pencapaian

maslahah memiliki beberapa karakter

unik di mana:

- Konsumsinya terhadap barang & jasa

diarahkan semaksimal mungkin untuk

memenuhi kebutuhan manusia dan

bukan untuk memaksimumkan

keinginan(Need based)

- Konsumsi terhadap barang dan jasa

tersebut tidak akan berdampak negatif

secara langsung atau tidak langsung

terhadap preferensi orang lain.

- Dengan demikian tidak ada konflik

antara pemunuhan kebutuhan individu

dengan kepentingan sosial (Multi-

Interest)

Perbedaan antara kebutuhan dan

keinginan

- Dalam menganalisa perilaku konsumsi

Islam perlu dibedakan secara jelas apa

yang dimaksud degan kebutuhan (Need)

dan keinginan (want).

- Kebutuhan adalah segala sesuatu yang

jika tidak terpenuhi akan mengakibatkan

terjadinya kerusakan dan inefisiensi

- Sedangkan keinginan (wants) adalah

segala sesuatu yang jika tidak terpenuhi

maka tidak akan menciptakan kerusakan

dan mengganggu efisiensi.

Axioma Perilaku Konsumen Islam

Karena perilaku konsumsen Islami

berdasarkan rasionalitas Islam , maka

perilaku konsumsinya menjadi berbeda

dengan konsumsi konvensional.

Rasionalitas islam dibangun atas tujuan

dan dasar yang lebih baik, maka

perilaku konsumsi akan mencerminkan

hal yang lebih baik.

Axioma yang ada tidak cukup

Diperlukan axioma tambahan

Berikut axioma yang membedakan:

5.Non-Haram Items : seorang

konsumen Islami tidak akan

mengkonsumsi barang haram.

6. Maslahah Oriented : konsumen

hanya akan memilih items yang

memberikan maslahah terbaik

7. Higher Income represents higher

mashalah : harta/income sebagai unsur

maqashid mencerminkan maslahah yang

lebih baik

Axioma Tambahan:

Non-Haram Items

Aturan Syariah membedakan jenis

barang halal dan haram, sehingga

konsumen mengetahui mana barang dan

jasa yang boleh dikonsumsi dan mana

yang tidak.

maka sangat rasional bagi individu

tersebut untuk hanya mengkonsumsi

barang halal

Jika x = halal , y = haram. Konsumen

hanya akan memilih x sehingga yang

terbentuk adalah sebuah equilibrium

“corner solution “

Di dalam aktivitas konsumsi individu

Islami, menentukan pilihan-pilihan yang

terbaik tidaklah semudah dengan

memilih barang halal atau haram.

Menganalisa bagaimana individu

memilih pilihan-pilihan yang terbaik

terhadap barang-barang halal sangat

perlu dilakukan.

contoh: sangat rasional bagi seorang

pelajar yang ingin mencoba

memaksimalkan kebutuhan dirinya

untuk memilih seberapa banyak uang

yang ingin dia habiskan untuk membeli

buku dan membeli hal-hal lain. Ketika

Kedua barang tersebut menghasilkan

manfaat yang sama pertanyaan lebih

dalam muncul, sudah seberapa besarkah

maslahah yang didapatkan individu

tersebut atas pilihan rasionalnya

terhadap kedua barang tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut,

maka pendekatan utilitarian tetap dapat

digunakan dengan membangun lebih

lanjut pilihan-pilihan yang rasional

dengan memasukkan konsep berkah:

Maslahah = Utility (x,y) + Berkah

Pemilihan barang yang memberikan

maslahah juga didasari elemen berkah,

dan ekspektasi berkah linear dengan

taqwa.

Axioma Tambahan:

Maslahah Oriented

Perilaku konsumsi sesorang yang

diasumsikan rasional “Islamic Man”

dimana perilaku konsumsinya tidak

hanya bertujuan untuk mendapatkan

manfaat atau utility dari barang dan

jasa yang dikonsumsinya tetapi juga

memperhitungkan maslahah dari barang

dan jasa tersebut,

Jika y hanya memberikan manfaat,

sedangkan x juga memberikan

maslahah, maka keranjang basket

konsumen akan lebih banyak memilih x

Axioma Tambahan:

Higher Income Represents Higher Maslahah

Ingat bahwa maslahah terealisasi dengan

penjagaan Maqashid Syariah

Analisis ekonomi membatasi pada salah

satu elemen maqashid :

harta/pendapatan

Tapi konsep keseimbangan maqashid

tetap berlaku 4 elemen lain tetap

dijaga

penggunaan harta juga terikat pada 4

elemen lain

Jika y hanya memberikan manfaat,

sedangkan x juga memberikan

maslahah, maka kenaikan pendapatan

akan membuat konsumen

memperbanyak konsumsi x, dan

mengurangi konsumsi y

Analisa berdasarkan Level Konsumsi

Untuk menganalisa perilaku konsumen

dari perspektif maslahah secara

komprehensif maka perilaku konsumen

tersebut dapat dibagi kedalam 4 level

dilihat dari prioritas pilihan yang harus

diambil.

Di mana dalam setiap level rational

Islamic man harus menentukan pilihan

yang terbaik. Dari piliha-pilihan rasional

yang diambil maka akan terbentuk

maslahah.

Tingkat Pertama

First Level of Choice:

Spending for worldly needs

Spending for the cause of Allah

Pada Klasifikasi level pertama, rational

Islamic man harus menentukan pilihan

yang optimum untuk menentukan

seberapa banyak barang dan jasa yang

digunakan untuk keperluan hidup di

dunia dan akhirat.

Pilihan teresebut berada di level pertama

karena memenuhi kebutuhan dunia dan

akhirat menjadi begitu penting untuk

mencapai kesuksesan sejati.

Tingkat Kedua

Second Level of Choice:

Future consumption

Present consumption

Analisa selanjutnya adalah bagaimana

rational Islamic man menentukan berapa

banyak income yang ingin dihabiskanya

pada saat ini dan di masa yang akan

datang.

Dalam analisa utilitarian interest rate

merupakan varibel yang sangat penting

dalam mempengaruhi pola konsumsi

intertemporal rational man.

Tingkat Ketiga

Third Level of Choice:

Consumption of Essentials

(dharuriyyat)

Consumption of whatever

Complement the essentials (hajiyyat)

Consumption of whatever Improves on

essentials (tahsiniyyat)

Perilaku konsumsi di dalam kerangka

maqasid sharia menjadi begitu menarik

untuk di bahas karena karena pada level

daruriyah konsumen dibolehkan untuk

memilih barang & jasa yang ingin

dikonsmsi selama barang& jasa tersebut

dapat memastikan keberlangsungan

hidup individu tersebut.

Ketika income sudah melewati batas

daruriyah maka berangsur-angsur

pilihan harus ditujukan kepada barang&

jasa yang dapat menciptakan maslahah.

Tingkat Keempat

Fourth Level of Choice:

Choice between substitutes

Choice between substitutes

Choice between substitutes

Pada analisa keempat ini setiap individu

diasumsikan untuk memilih pilihan

terbaik dari berbagai jenis barang yang

menghasilkan nilai manfaat atau

kepuasan yang sama.

Bagi konsumen Islami maka level

keempat pasti terkait dengan level ketiga

Kuliah 6 Mikroekonomi Islam

Analisis Konsumsi Statis dan

Dinamis: Perspektif Islam

Outline

1. Analisa Perilaku Konsumsi Berdasakan

Kerangka Kerja Maslahah dan Maqasid

Al-sharia.

2. Membangun Kurva Maslahah sebagai

Konsekuensi Keputusan Rasional

3. Analisa Dinamis di Dalam Perilaku

Konsumsi dalam Perspektif

Konvensional

4. Analisa Dinamis di Dalam Perilaku

Konsumsi: Sebuah Perspektif Islam

Perilaku Konsumsi dalam Islam

Di dalam perilaku konsumsi menurut

perspektif Islam, individu seperti juga di

dalam konvensional diasumsikan

berprilaku “rasional” di mana setiap

pilihan yang diambil merupakan sebuah

pilihan yang terbaik di antara alternatif

pilihan lain.

Namun dimensi yang digunakan dalam

menentukan pilihan yang terbaik tidak

berhenti sampai di mana pilihan

tersebut memberikan manfaat/utility

yang terbaik bagi dirinya tetapi juga

bagaimana pilihan tersebut dapat

meralisasikan tujuan syariah sehingga

maslahah dapat tercipta.

Dengan demikian maka:

M= u(x,y) +B

Analisa Perilaku Konsumsi berdasakan

Kerangka Kerja Maslahah dan Maqasid al-

sharia.

Menentukan pilihan terbaik untuk

merealisasikan tujuan syariah

Misalkan Barang x memberikan

maslahah, sedangkan barang y

tidak/kurang

Bagi Individu yang tidak hanya

bertujuan memaksimalkan utility, titik

maksimum bisa terletak di mana saja

sepanjang garis constraint. Hal tersebut

bergantung pada fungsi utility setiap

individu. Bahkan individu tersebut bisa

memilih titik A dimana kombinasi y

lebih banyak dari kombinasi x, ketika

level pendapatan hanya bisa mengcover

kebutuhan daruriyah

Namun, bagi individu yang

berorientasikan pada maslahah,

mengkonsumsi lebih banyak barang X

yang menghasilkan maslahah yang lebih

besar merupakan pilihan yang paling

optimum bagi ”Islamic Man”. Sehingga

titik maksimum akan semakin

mendekat ke titik C ketika pendapatan

semakin meningkat

Perilaku Konsumsi yang

Berorientasikan Maslahah

Jika kita asumsikan bahwa maslahah

merupakan fungsi dari konsumsi kedua

jenis barang beserta berkah yang

ditimbulkan dari mengkonsumsi barang

tersebut,

maka konsekuensi dari mengkonsumsi

barang X& Y tidak hanya berdampak

pada pemenuhan utilitas konsumen

tetapi juga berkah yang dihasilkan

sehingga menghasilkan maslahah.

Persamaan

M = Ǿ(x,y)

Dimana:

Ǿ merupkan variabel berkah dengan

asumsi 𝑑𝑀

𝑑Ǿ≥ 0

X & Y dua jenis barang berbeda dimana, 𝑑𝑀

𝑑y≥ 0,

𝑑𝑀

𝑑X≥ 0, Jika kedua barang

tersebut sama-sama memberikan

maslahah.

Namun jika hanya barang X yang dapat

memastikan terwujudnya maqasid

sharia maka : 𝑑𝑀

𝑑y≤ 0

Maka perilaku konsumen akan

memaksimumkan kombinasi x dan y

yang memberikan maslahah tertinggi.

Ketika x lebih memberikan maslahah

dari y, maka konsumsi x meningkat

sementara y konstan adalah juga

rasional

Bahkan ketika kedua konsumsi

meningkat tetaplah rasional sepanjang

peningkatan x lebih besar dari

peningkatan y

Optimalisasi Utility pada Individu Rasional

Optimisasi Utility

U(X,Y) + λ( I – PxX –PyY)…(1)

Dengan proses optimalisasi kita akan

mendapat:

X*= f(Px, I), Y*= f(Py, I)

Dengan demikian kita dapati nilai

maslahah kita sebesar:

M= Ǿ(x*,y*)

Hubungan Income dan Konsumsi

Dalam ekonomi, perubahan naik atau

turunnya income menyebabkan naik

atau turunnya akses seorang individu

terhadap barang dan jasa. Kenaikan

income yang diikuti oleh kenaikan

konsumsi barang Y

mengindikasikan bahwa barang tersebut

merupakan barang normal yang diperlihatkan

oleh kurva m’m’.

Bagi “islamic man”, positif atau

negatifnya hubungan antara income dan

konsumsi barang tertentu sangat

bergantung pada apakah barang tersebut

dapat menciptakan maslahah atau tidak

sehingga jika barang tersebut cenderung

untuk menciptakan deviasi dalam

merealisasikan maslahah

maka yang digambarkan pada kurva mm

disamping.

Pengaruh Perubahan Konsumsi Barang Dan

Jasa Terhadap Maslahah

Dimana :𝑑𝑀

𝑑X≥ 0 ketika barang X

merupakan barang yang dapat

mewujudkan tujuan sharia pada tingkat

konsumsi. Selain dipengaruhi oleh

barang X tingkat maslahah juga

dipengaruhi oleh variabel berkah Ǿ

Analisa Dinamis di Dalam perilaku Konsumsi

dalam Perspektif Konvensional

Perilaku Konsumsi Dinamis di dalam Ekonomi

Ketika ekonomi berbicara masalah

dinamis, hal itu menunjukan bahwa ada

unsur waktu di dalam analisa ekonomi

tersebut.

Perbedaan yang cukup mendalam terjadi

antara ekonomi Islam dan ekonomi

konvensional di dalam melihat return

yang muncul ketika seseorang menahan

konsumsi antar waktu.

Di dalam praktek ekonomi

konvensional, return yang muncul akibat

perilaku konsumen dalam menahan

sebagian konsumsinya untuk periode

yang akan datang sudah dapat dipastikan

hasilnya dengan kontrak pinjaman

berbasis bunga.

Bunga merupakan discount rate dari

menahan konsumsi sekarang, untuk

mendapatkan lebih konsumsi dimasa

depan.

Artinya ada perilaku positive time

preference konsumsi sekarang lebih

bernilai dari konsumsi masa depan.

Apakah benar?

Rekreasi hari ini, apakah selalu

disukai dibandingkan dengan

minggu depan?

The basic two-period model

Period 1: the present

Period 2: the future

Notation

Y1, Y2 = income in period 1, 2

C1, C2 = consumption in period 1, 2

S = Y1 - C1 = saving in period 1

r = Discount Rate atau bunga

(S < 0 if the consumer borrows in period 1)

Deriving the intertemporal

budget constraint

Period 2 budget constraint:

2 2 (1 )C Y r S

Rearrange terms:

Divide through by (1+r ) to get…

Analisa Dinamis di dalam Perilaku

Konsumsi: Sebuah Perspektif Islam

Membangun model Islamic Inter-temporal

consumption

• Period 1: the present

• Period 2: the future

• Notation

Y1, Y2 = income halal in period 1, 2

C1, C2 = consumption halal goods in

period 1, 2

S = Y1 - C1 = saving in period 1

(S < 0 if the consumer is asking for

financing (as a mudharib) S> 0 if the consumer

becomes rabul mal in period 1)

Kuliah 7 Mikroekonomi Islam

2 1 1(1 )( )Y r Y C

1 2 2 1(1 ) (1 )r C C Y r Y

Interaksi Sosial dan Etika

Pendekatan Utilitarian dalam

preferensi

Evaluasi Kelemahan

Pendekatan Utilitarian

Kompatibilitas Moral, Rasional

dan Self Interest

Motivasi Membentuk

Preferensi

Pendekatan utilitarian yang digambarkan

pada analisa kurva indifference curve tadi

memberikan gambaran kepada kita

bagaiamana individu Islam yang rasional

berusaha memaksimumkan preferensinya

terhadap sesuatu barang yang

menghasilkan maslahah dengan suatu

kendala tertentu.

Semakin tinggi pilihan konsumen atas

barang yang menghasilkan maslahah

semaki tinggi pula maslahah yang akan

tercipta sepeti yang digambarkan pada

kurva maslahah.

Oleh karena itu, pendekatan utilitarian

tersebut menjadi dasar bagi ekonomi Islam

maupun konvensional dalam menganalisa

prilaku manusia atas aktivitas ekonomi.

Kelemahan Pendekatan Utilitarian

Namun pendekatan utilitarian tersebut

hanya menjelaskan bagaimana seorang

individu mencoba untuk

memaksimumkan preferensinya di

tengah keterbatasan.

Pertanyaan mendalam harus diajukan

seperti bagaimana sebuah preferensi

individu dapat terbentuk sebelum

menganalisa bagaimana seseorang

memaksimumkan preferensinya

tersebut.

Seorang pencuri bisa dikatakan sangat

rasional ketika memilih untuk mencuri

karena baginya kepuasan untuk

mencuri lebih tinggi dari tidak mencuri.

Sebaliknya, sangat rasional bagi seorang

dermawan untuk menyumbangkan

uangnya karena baginya menyumbang

uang memiliki benefit lebih tinggi

baginya dibanding tidak menyumbang

uang.

Kelemahan pendekatan utilitarian

dalam menganalisa prilaku individu

terletak pada bagaimana sampai

seseorang memiliki preferensi yang

lebih tinggi pada suatu hal

dibandingkan dengan hal lain. Kenapa

sampai seseorang lebih suka terhadap

barang yang menghasilkan lebih banyak

maslahah (X )dibandingkan dengan (Y).

Pendekatan utilitarian hanya terbatas

sampai bagaimana seorang individu

yang rasional memilih pilihan yang

pailing maksimum dari fungsi

utilitasnya.

Selain itu, pendekatan utilitarian tidak

dapat membedakan motivasi seseorang

untuk lebih banyak memilih X atau Y.

Dengan demikian konsep rasionalitas

pendekatan utilitarian tidak dapat

menjelaskan secara terperici

bagaimana membandingkan individu

rasional yang bermoral dan tidak

bermoral

How compatible are morality, self-

interest, and rationality?

Orang tua yang menunda beli peralatan

keperluan kerja untuk membeli

kebutuhan anaknya sekolah

Seseorang yang membantu tetangganya

yang mengalami musibah, padahal dia

letih baru pulang kerja

Perilaku self-sacrifice , yang tentu saja

berbasis moral adalah juga rational

social interest

Nabi Ibrahim menyembelih putranya

sendiri ? Dimana letak rasionalnya ?

Siti Hajar lari antara safa dan marwah,

apakah rasional ? Kenapa tidak ke

tempat lain tapi tetap bolak- balik.

Rasionalitas yang dibentuk

melompat dari self sacfrice (social

interest) menjadi God’s interest (

contoh lain puasa, sedekah )

Motivasi dalam Membetuk Preferensi

Kenapa Individu Menjadi Baik?

Pertanyaan yang lebih dalam seperti:

kenapa preferensi seseorang terhadap

sesuatu hal yang baik jauh lebih tinggi

dibandingkan preferensi orang lain

terhadap kebaikan?

Contoh: Apa yang menyebabkan

seorang memiliki preferensi untuk

mendermakan uangnya dibandingkan

mengkonsumsinya sendiri?

Apa yang meyebabkan seseorang lebih

mengembalikan dompet yang

ditemukan dijalan ?

Apakah Baik dan Buruk itu?

Sebelum menjawab pertanyaan

tersebut, pertanyaan mendasar perlu

untuk diajukan seperti apa yang

dimaksud dengan baik dan buruk

tersebut?

Filosof Moral mencoba untuk

mendefinisikan apa yang dianggap baik

dengan pendekatan rasional di mana

sesuatu yang dianggap baik adalah:

Apa yang membuat seseorang menjadi

lebih baik (better off) tanpa membuat

seseorang lain worse off.

Sedangkan buruk adalah : Apa yang

membuat seorang individu menjadi

better off dengan membuat orang lain

worse off.

Sehingga kebaikan adalah sesuatu yang

jika dipilih tidak akan membuat setiap

individu yang rasional menolak untuk

memilihnya.

Dalam contoh sebelumnya ketika

misalkan dia dia tidak mengembalikan

dompet yang hilang

Ada rasa bersalah

Jika society mengetahui, walaupun

tidak dihukum secara positif, akan

dihukum secara normatif

kepercayaan menjadi hilang

Apa Yang Membuat Seseorang

Memilih Menjadi Baik

Terdapat dua faktor penting kenapa

seseorang memilih untuk memiliki

preferensi terhadap suatu kebaikan.

Terdapat dua jenis manusia:

Grip to Society; di mana individu

memiliki preferensi akan sebuah

kebaikan lebih disebabkan karena

desakan dari lingkungan untuk

mematuhi aturan tertentu

Self consiousness: Preferensi individu

terhadap sesuatu kebaikan sangat

bergantung pada apakah sesuatu yang

dianggap baik oleh individu tersebut

dapat diterima dengan akal moral.

Semakin yakin individu tersebut dengan

kebaikan yang akan didapat dari

pilihannya tersebut semakin tinggi

peluang terbentuknya preferensi

kebaikan pada seseorang.

Ada dua pihak , I dan II

Misalkan I bergerak dulu, up atau down

II punya 4 pilihan :

Kiri tanpa syarat

Kiri ketika I up, kanan ketika I

down

Kanan ketika I up, kiri ketika I

down

Kanan tanpa syarat

Perspektif Islam atas Pembentukan Preferensi

Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan

Preferensi dalam Islam

Worldview Islam :

Kesadaran Akan Keberadaan Tuhan (Makrifatullah):

Di dalam Islam mengenal siapa sesungguhnya

manusia itu dan untuk apa dia diciptakan dapat

membentuk pemehaman manusia tetang hakikat

kehidupan. Keberadaan manusia sebagai khalifah dan

abdi Tuhan di dunia yang dijelaskan oleh setiap rosul

yang diutus Tuhan dapat memberikan pencerahan

kepada manusia tentang hakikat kehidupanya di

dunia.

Pemahaman manusia akan hakikatnya tersebut

itulah yang dapat menjadi faktor kunci pembentukan

preferesi dirinya akan baik dan buruk. Sehingga kita

mengetahui kenapa X lebih disukai ketimbangY

(X≥Y) atau (X ≈ Y)

Ini merupakan Self Consciousness

Penerapan Hukum Sharia membuat individu akan

grip to society:

penerapan Hukum sharia membuat individu baik

yang suka dan tidak suka akan hukum syariah akan

mematuhi hukum syariah.

Individu yang tercerahkan menjadi elemen penting,

tetapi sharia memastikan berlakunya god’s interest

output yang dihasilakan adalah Taqwa

Grip to society dalam konteks mikro adalah

1. Keluarga

2. Lingkungan

Institusi Keluarga

Norma (sesuatu yang dianggap baik) yang

berlaku di keluarga sangat berhubugan erat

dengan pembentukan preferensi individu.

Contoh:

Latar belakang pendidikan sebuah keluarga

dapat mempengaruhi keputsan-keputusan

yang diambil oleh seorang individu. Seperti

keputusan untuk mengkonsumsi, menabung

atau berinvestasi.

Pandangan baik suatu keluarga terhadap

sikap hidup hemat membentuk preferensi

tertentu bagi individu terhadap konsumsi

barang-barang.

Contoh peran institusi keluarga terhadap

economic arrangement

Kesimpulan dari studi Alesina dan

Giuliano (2010) menunjukkan bahwa:

“The family is a key socio economic unit in

society and the nature of its organization

varies greatly across nationalities. In some

cultures/nationalities/regions family ties

are weak and members only feel obligated

up to a point to be linked to others

members of the family. In other cultures

family ties are strong. We measure family

ties based on answers from the WVS and

we show that strong family ties imply more

home production of goods and services

and less participation in market activities

especially for women. This is associated

with larger families, a more “traditional”

role for women and a higher fraction of

young adults living at home. Strong family

ties are also associated with less

geographical mobility since ties are more

useful if people live close to each other.”

Lingkungan Dalam Membentuk Preferensi

Individu

Selain institusi keluarga, faktor lingkungan

sangat mempengaruhi proses pembentukan

preferensi. Kepatuhan masyarakat akan

norma Islam dapat secara langsung maupun

tidak langsung membentuk preferensi

individu untuk mematuhi norma tersebut.

Contoh:

Di dalam masyarakat Islam memberikan

pinjaman dengan bunga merupakan suatu

hal yang dianggap sangat buruk. Sehingga

setiap aktivitas yang berkaitan dengan riba

dianggap sebagai sebuah aib dalam

masyarakat Islam.

Kepercayaan akan norma tersebut membuat

suka tidak suka individu yang berada di

tengah-tengah masyarakat Islam akan

terpengaruh dengan preferensi masyarakat

Islam bahwa Riba

Kuliah 8 Mikroekonomi Islam

Teori Perilaku Produsen

Outline

Evaluasi teori produksi

konvensional

Perspektif Islam terhadap

produksi

Produksi dalam kerangka

maslahah: fungsi produksi dan

pembagian peran

Teori penawaran dan biaya

produksi

Evaluasi Teori Produksi

Konvensional

Evaluasi Konsep Pareto Optimality

Adanya “Pareto Optimality” yang

berimplikasi pada pengabaian masalah

distribusi pendapatan.

Kriteria pareto tidak dapat diterapkan untuk

setiap rencana meningkatkan output diatas

level maximum profit yang akan

menguntungkan orang kaya diatas beban

orang miskin.

Evaluasi Konsep Given Demand Hypotesis

• Ekonomi konvensional secara implisit

mengasumsikan bahwa produsen akan dan

harus selalu merespon permintaan pasar.

• Dalam perekonomian dengan distribusi

pendapatan yang tidak merata dimana

sebagian besar masyarakat adalah miskin,

kebutuhan riil masyarakat sering tidak

tercermin dalam permintaan pasar.

Misalnya, produksi lebih ditekankan pada

luxury goods yang hanya dapat dijangkau

oleh the rich, dan justru yang menjadi

kebutuhan dasar bagi masyarakat secara

keseluruhan tidak diproduksi secara optimal.

• Permintaan pasar juga tidak selalu

mencerminkan permintaan masyarakat yang

sesungguhnya.

• Perusahaan besar memiliki kemampuan dan

kekuatan yang dibutuhkan untuk

memanipulasi permintaan pasar seperti

melalui iklan hingga mengkooptasi

kebijakan pemerintah.

PERSPEKTIF ISLAM TERHADAP

PRODUKSI

Motivasi produksi dalam islam (profit bukan

motIf tunggal)

• Profit maximization sebagai motivasi

tunggal produksi adalah inconsistent with

islamic rationality produksi tidak hanya

semata-mata untuk untuk mencapai

kepuasan materi/profit tetapi juga sebagai

sarana untuk tujuan lain ( ingat dimensi

huquq)

• Studi kasus kelas APEB

• Apakah profit menjadi tujuan

utama? Dan tujuan satu-satunya?

• Dari 40 responden:

• Lebih dari setengah mengatakan

profit adalah tujuan utama

berbisnis. Tapi semua mengatakan

bukan menjadi tujuan satu-satunya

• Keuntungan hanya salah satu motivasi (self

interest) , yang lebih utama adalah motivasi

untuk memproduksi barang dan jasa yang

mengandung maslahah ( social interest )

kebutuhan riil masyarakat tercermin dalam

permintaan pasar.

Contd’: prinsip produksi dalam islam

1. Kegiatan produksi harus dilandasi dari nilai-

nilai Islam, yaitu sesuai dengan Maqashid

Syari’ah Maslahah

2. Prioritas produksi harus sesuai dengan

prioritas kebutuhan, yaitu dharuriyah,

hajiyah, dan tahsiniyah.

3. Kegiatan produksi harus memperhatikan

keadilan, aspek sosial, kemasyarakatan,

memenuhi kewajiban zakat, sedekah, infaq

dan waqaf (huquq)

4. Mengelola sumber daya alam secara

optimal, tidak boros, berlebihan, dan

merusak lingkungan.

5. Distribusi keuntungan yang adil antara

pemiliki, pengelola, manajemen dengan

buruh sehingga tidak ada ketimpangan

pendapatan

Produksi dalam kerangka maslahah:

fungsi produksi dan pembagian peran

Maslahah Maximization

Maslahah (Production) = F (Profit,Berkah, Rahmat,

Pahala)

Komparasi Maslah production

Ubi kayu

ubi kayu barang necessity , setiap konsumsi

(menjual) ubi kayu menjamin hajat hidup

orang banyak (maslahah) sebanyak 30 %

lebih dari profit yang diterima.

Maslahah = (1+0.3)100.000

= 130.000

Bir

Bir adalah bad goods yang memberikan

mudharat lebih besar 1.3 kali dari jumlah

profit nya.

Maslahah= (1-1.3) 100.000

= -30.000

Teori penawaran dan biaya produksi

Teori Penawaran

Besarnya penawaran (jumlah yang di

produksi) oleh produsen yang islamic man

bergantung kepada besarnya maslahah yang

diberikan oleh barang tersebut yang

dicerminkan pada tingkat harga yang

disesuaikan terhadap maslahah/mudharat.

Kurva penawaran adalah kurva MC diatas

kurva AC, Perubahan pada variabel maslaha

akan Menggeser kurva Mc yang secara

otomatis juga akan mempengaruhi kurva

penawaran.

Ilustration 1 (Necessity)

Ilustration 1 (Luxury)

Kuliah 9 Mikroekonomi Islam

TEORI PASAR

EVALUASI KONSEP PARETO DAN

PASAR SEMPURNA:

PERSPEKTIF KONVENSIONAL

KILASAN SEJARAH

• Era 1980 dan 1990-an adalah era

kebangkitan kapitalisme.

Terpecahnya Uni Soviet

membuktikan beberapa hal:

o Sistem sosialisme terbukti tidak se-

efisien capitalists economies

1

•Evaluasi Konsep Pareto dan Pasar Sempurna : Perspektif Konvensional

2

•Perspektif Islam atas Pasar Sempurna : Fondasi Maqashid

3

•Perspektif Mekanisme Pasar dalam DistribusiPendapatan

4•Teori Pertukaran dalam Ekonomi: Perspektif Islam

o Freedom of choice yang dimiliki

setiap individu dalam sistem

sosialisme tidak banyak diakui

o Sistem sosialisme tidak dapat

membuktikan terciptanya equality

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA DAN

EFISIENSI

Ekonomi konvensional percaya bahwa pasar

persaingan sempurna akan menghasilkan

efisiensi karena tiga hal, yaitu:

KONDISI UNTUK MENCAPAI efisiensi

dalam PPS

Evaluasi konsep pps: Market

imperfections

Efficient distribution of product among consumers

• Hal ini dapat tercapai jika: 1) harga barang sama untuk semua konsumen; 2) jikakonsumen mampu membelinya pada harga tersebut.

Efficiency in the use of different production factors

• Pasar persaingan sempurna akan menstimulasi produsen untuk meminimalisasibiaya:

•𝑀𝑃𝐿

𝑀𝑃𝐾= 𝑤

𝑟

Efficiency in ouput

• The rate at which consumers are willing to exchange one good for another = the rate at which one good can be transformed into another =

𝑃𝑥𝑃𝑦

No Barriers to Entry or Exit

Homogenous Goods -> Uniform

Price

Perfect Konowledge of Prices, Quantity

and Quality

No ExternalitiesNo External Parties (e.g. Government)

1) TRADE BARRIERS

Monopoli (melalui penguasaan aset yang strategis), Oligopoli

2) HETEROGENEITY IN PRODUCTS

Monopolistic competition dimana P > MC

3) IMPERFECT INFOMATION

Information is costly -> Asymmetric Info

4) EXTERNALITIES

Eksternalitas positif dan negatif

Perspektif islam atas pasar sempurna:

fondasi maqasid

Mekanisme pasar versi ibn taimiyah

Mekanisme pasar yang Islami menurut Ibn

Taimiyah haruslah memiliki kriteria-kriteria

berikut:

• Orang-orang harus bebas untuk

masuk dan keluar pasar. Memaksa

penduduk menjual barang tanpa ada

kewajiban untuk menjualnya adalah

tindakan yang tidak adil dan

ketidakadilan itu dilarang.

• Tingkat informasi yang cukup

mengenai kekuatan-kekuatan pasar

dan barang-barang dagangan adalah

perlu.

• Unsur-unsur monopolistik harus

dilenyapkan dari pasar sehingga

segala bentuk kolusi antara

kelompok para penjual dan pembeli

tidak diperbolehkan.

• Homogenitas dan standardisasi

produk sangat dianjurkan ketika

terjadi pemalsuan produk, penipuan

dan kecurangan-kecurangan dalam

mempresentasikan barang-barang

tersebut.

• Setiap penyimpangan dari kebebasan

ekonomi yang jujur, seperti sumpah

palsu, penimbangan yang tidak tepat,

dikecam oleh ajaran Islam.

• Dari pendapat Ibnu Taimiyah di atas

tentang mekanisme pasar dalam

Islam, kita dapat melihat

mekanisme-mekanisme tersebut

mengarah pada karakteristik pasar

persaingan sempurna. Hal itu berarti

bahwa pasar dalam Islam itulah yang

dalam teori konvensional disebut

dengan pasar persaingan sempurna,

dimana asumsi-asumsi yang

disebutkan oleh pakar ekonomi

konvensional ada (ditemukan) dalam

pasar yang Islami.

• Salah satu contoh pasar persaingan

sempurna dalam pasar Islam adalah

yang terjadi pada masa khalifah

Umar bin Khattab RA. Pada saat itu

Umar berjalan dipasar kurma, ketika

itu Umar mendapati salah seorang

pedagang yang menjual dibawah

harga yang ada di pasar tersebut.

Umar memberikan dua pilihan pada

penjual tersebut, yang pertama

naikkan harga sampai sama dengan

harga yang ada di pasaran atau

keluar dari pasar ini.

• 1. Homogenous good and large

number of buyers and sellers

• Setelah hijrah dari Mekkah ke

Madinah, terjadi trade boom di

Madinah (melalui rekonsiliasi 2

suku: Al-Aows dan Al-Khazrajs). Di

bawah kepemimpinan Rasulullah

SAW, Rasulullah mendirikan pasar

di atas sebidang tanah yang luas

untuk mengakomodasi pembeli dan

penjual.

• Hal ini dikemukakan Ibnu

Taimiyyah ketika mencela

pemalsuan produk, penipuan, dan

kecurangan dalam mempresentasikan

barang-barang tersebut.

2. Full information freely

accessible to the participants

The Prophet’s prohibition of buyers

catching trade caravans before they

reach the marketplace, due to

information advantage to one party

against others in sale contracts.

The three-day option atau khiyar

adalah salah satu bukti bahwa Islam

melindungi hak konsumen untuk

memastikan true information on

price sebelum mereka berkomitmen

melakukan kontrak jual-beli.

3. FREE ENTRY and exit

Secara umum, karakteristik pasar

dalam perspektif Islam hampir sama

dengan karakteristik Pasar

Persaingan Sempurna, namun yang

membedakan adalah peran

pemerintah tidak semata-mata

dihilangkan.

AL - HISBAH

Peran institusi al-hisbah

1. Mengawasi, timbangan, ukuran, dan

harga

2. Mengawasi jual-beli barang, praktek

riba, maisir, ghara, dan penipuan

3. Mengawasi kehalalan, kesehatan,

dan kebersihan barang atau

komoditas

4. Pengaturan tata letak pasar

5. Mengatasi persengketaan dan

ketidakadilan

6. Melakukan intervensi pasar

7. Memberikan hukuman terhadap

pelanggaran

Intervensi pemerintah dalam mekanisme

pasar

“Harga melambung pada zaman

Rasulullah SAW. Orang-orang ketika itu

mengajukan saran kepada Rasulullah

Sesuai dengan ucapanRasulullah SAW kepada

penduduk Madinah:

“This is your market, no tax (kharaj) on it you must pay”

No Barrier

dengan berkata: “ya Rasulullah hendaklah

engkau menentukan harga”. Rasulullah

SAW berkata:”Sesungguhnya Allah-lah

yang menetukan harga, yang menahan

dan melapangkan dan memberi rezeki.

Sangat aku harapkan bahwa kelak aku

menemui Allah dalam keadaan tidak

seorang pun dari kamu menuntutku

tentang kezaliman dalam darah maupun

harta.”

Menurut Ibn Taymiyyah:

“If people are selling their goods

according to commonly accepted manner

without any injustice on their part and the

price rises due to the decrease of the

commodity (qillat-al-shay) or due to

increase in population (kathrat-al-khalq)

then this is due to Allah [no intervention is

required}”

Kesimpulan:

Selama kenaikan atau penurunan harga

terjadi karena mekanisme pasar (supply-

demand) tanpa adanya injustice (misalnya

berupa penimbunan, penawaran palsu, dll),

maka Islam melarang adanya intervensi

harga. Namun jika kenaikan atau penurunan

harga terjadi di luar alasan tersebut maka

diperlukan intervensi pemerintah.

Mekanisme pasar dalam distribusi

pendapatan

MEKANISME PASAR DALAM EKONOMI:

EFFECTIVE need-based demand dan potential

capacity-based supply

Economic exchange in islam

• Economic exchange covers trade in

goods and services.

• Trade dalam Islam sesuai dengan

Q.S. 2: 275

“God has permitted sale (trade) and

forbidden usury”

Ayat tersebut mengimplikasikan bahwa

proses jual-beli atau pertukaran yang

mengandung unsur riba di dalamnya

adalah dilarang.

• Selain itu, Q.S. 4: 29, menyatakan

bahwa:

“Oh believers never eat your wealth

among yourselves in falsehood except

when it is trade with your mutual

satisfaction”

‘Mutual satisfaction’ dalam ayat ini

berarti proses jual-beli haruslah

menghasilkan greater satisfaction

(utlity) bagi pihak-pihak yang terlibat.

Kuliah 10 Mikroekonomi Islam

Pasar Input: Perspektif Islam

Evaluasi Teori Konvensional

Revolusi Industri

Evaluasi dari Marginal Productivity Theory

(MPT)

Evaluasi:

1. Hanya dapat diaplikasikan untuk kasus

linear production function.

2. Asumsi perfect competition. Tapi tidak

dapat menggambarkan diskriminasi yang

terjadi antar gender, ras, dan tidak

memasukkan dampak dari collective

bargaining.

3. Model ini hanya mengasumsikan motif

satu-satunya produsen adalah

maximization of profit. Padahal motif ini

bukanlah satu-satunya (misalnya: max of

sales, max. other social goods).

Money & Interest

Tidak membedakan antara money capital

dan technical capital.

Money capital dimasukkan sebagai

faktor produksi yang dapat menghasilkan

fixed return dari dirinya sendiri.

Padahal, money capital bersifat

unproductive sehingga tidak dapat

menghasilkan interest rate.

Faktor Produksi dalam Islam

•Evaluasi Teori Konvensional dalamFaktor Produksi1

•Faktor Produksi dalam Kerangka Islam2

•Penentuan Tingkat Balas Jasa: Perspektif Islam3

•Ekonomi Bagi Hasil4

Orang yang memilikikeahlian (craftmanship) =

entrepreneurIndustrial Revolution

Hanya orang2 yg memilikimanufacturing tools danraw materials yang dapatmengakses bank financing

Economies of Scale

Craftmanship beralihmenjadi worker dalam

industri dan mendapatkanfixed wage

Income Distribution?

Labor

Labor for share in profit: making a

decision about whether or not to

participate in or initiate a particular

productive activity; being willing to bear

the risks associated with it.

Labor for fixed wage: providing a

definite productive serviice for which

they are entitled to receive a definite

reward (e.g. wage)

Capital: Technical and Money

Capital: man-made tool and instruments

that save human time and effort in the

process of production -> speeds up

division of labor.

Physical Assets (Technical): durable

goods that are usable in production

without being destroyed.

Money capital: has to be spent out in

order to acquire inputs and resources

needed in production.

Land

Pengertian tanah disini mengandung arti

yang luas termasuk semua sumber yang

dapat diperoleh dari udara, laut, gunung,

dan sebagainya. Sampai dengan keadaan

geografis, angin, dan iklim terkandung

dalam (cakupan) tanah.

Penentuan Tingkat Balas Jasa

2 Eminent Principles

1) Gaining is bound by accountability (al-

ghunm bi al-ghurm)

Profit muncul bersama risiko

Risiko itu menyertai manfaat

2) Income is bound by assured obligation

(al-kharaj bi al-daman)

Hasil usaha muncul bersama biaya

Hak mendapatkan hasil disebabkan oleh

keharusan menanggung kewajiban

Labor in Islam

To determine the market price for labor:

Man-to-man brotherly relationship

The workload and working conditions

should be humanly acceptable

The employer should guarantee basic

needs of the employee

Assumptions:

1) Employer ingin mendapatkan average

rate of profit from invested capital

2) Wage depends on: subjective (humanity)

and objective (contribution and market

forces) factors.

Factor of Production in

Islam

Land

Labor

For Fixed Wage

For Share in Profit

Capital

Technical Capital

Money Capital

Wage Determination: Case of

LALDCs

Dalam kasus ini, pekerja sangat

dieksploitasi (W< VMCL).

Unskilled labor is paid a wage which is

below the survival minimum.

𝑊𝑚 = standard minimum wage

Conventional: W1

Islam: W3 – W4

Ekonomi Bagi Hasil

Money Capital vs Technical Capital

Salah satu cara untuk memperoleh

money capital adalah melalui

borrowing.

Namun dalam Islam, money capital

tidak dapat menerima fixed return

karena adanya perbedaan jenis

ownership.

Ekonomi Bagi Hasil:

Imbal Hasil dari Capital dan

Entrepreneurship

Islam melarang adanya interest sebagai

price of capital.

Beberapa alasan mengapa interest (riba)

dilarang:

a) Tidak adil ketika pemilik modal hanya

mendapat share dari keuntungan tapi

tidak menanggung kerugian

b) Penyebab terjadinya ketimpangan

pendapatan

c) Interest seringkali dimasukkan menjadi

cost of production sehingga hal ini

otomatis akan meningkatkan harga yang

dibebankan kepada konsumen ->

mengurangi surplus konsumen

Ekonomi Bagi Hasil: Mudharabah

Sk implies that quantity of capital

supplied increases as the capital’s share

of profit in percentage increases.

Technical Capital

Ijarah

(Ownership tetap berada

pada si pemiliktechnical capital)

Pemilik berhakmendapatkan

sewa (fixed return) dari

capital yang iasewakan

Money Capital

Borrowing

(Ownership berpindah dari si

kreditur ke debitur)

Pemilik uang tidakberhak

mendapatkan fixed return dari uangyang dipinjamkan

tersebut

Dk implies that quantity demanded for

capital increases as capital’s share of

profit falls.

This analysis will be applicable when any

positive profit is made.

Ekonomi Bagi Hasil: Musharakah

Jika Share A lebih besar, maka

distribution curve akan berada di atas

OAROB. Jika distribution curve nya

adalah OANOB, maka A akan

mendapatkan 50 persen profit dengan

menyumbang 25 persen capital. Di lain

sisi, A akan mendapatkan 10 persen jika

distribution curvenya adalah OAMOB.

Land

Dalam Islam, return untuk tanah dapat

berupa fixed maupun variable.

Fixed -> ketika tanah disewakan untuk

periode tertentu (mekanisme ijarah)

Variable -> mekanisme muzara’ah

o Muzara’ah adalah akad kerjasama dalam

pengolahan tanah pertanian atau

perkebunan antara pemilik tanah dan

penggarap dengan pembagian hasil

sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

Kesimpulan

Dalam Islam, jika faktor produksi diharapkan

untuk menghasilkan return yang lebih daripada

fixed return, maka sistem bagi hasil sangat di-

encourage oleh Islam.

Kuliah 11 Mikroekonomi Islam

Ketidaksempurnaan Pasar :

Konsep Islam

Topik Bahasan

Market and Social Welfare

Rawlasian-SocialWelfare Function

Social

preferences for Rahmat’s or Fauzi’s

utilities are identical

Are perfect substitutes as long

as commodities are allocated

equally between them.

• Market and Social Welfare

• Distorsi Pasar dalam Islam

• Monopoli dan Oligopoli

Utilitarian

Only total utility is relevant, so

utilitarian criterion does not

consider distribution of utility.

As long as social gain is

greater than social loss,

it makes no difference

that consumer who gains

in utility may already be

happier than the other

consumer

Objektif: P2 (Socially maximum dalam

konteks utilitarian)

Mencari Uf+Ur yang paling besar tapi

tidak berbicara tentang distribusi

Bagaimana dengan Islam?

Objektif dan Kriteria harus jelas.

Objektif: Falah

Kriteria: Maqasid Syariah

Contoh: P3 dapat dipilih walaupun

secara social welfare lebih kecil daripada

P2 selama P3 memenuhi kriteria

Maqasid Syariah.

Misalnya: pendidikan tinggi vs

pendidikan dasar

Distorsi Pasar dalam Islam Market Failures

Definisi : situasi di mana pasar gagal

mengalokasikan sumber daya (resource)

secara efisien

Pasar pers sempurna tidak

tercapai

Sumber daya menjadi

• Over-allocated

• Under-allocated

Ba’I Najasy (False Demand)

Penjual meminta pihak ketiga untuk

membuat penawaran dengan harga tinggi

(atau dengan menciptakan isu

kelangkaan barang) padahal sebenarnya

pihak ketiga tersebut tidak bermaksud

untuk membeli barang tsb -> permintaan

palsu -> permintaan di pasar tidak

mencerminkan permintaan yang

sebenarnya.

Contoh:

Permintaan besar saat Krisis tahun

1998

Revenue sebelum Najasy: P0Q0

Revenue setelah Najasy: PfQf

Tallaqi Rukban

Pihak yang memiliki informasi lebih

lengkap membeli barang dari penjual

yang tidak memiliki informasi lengkap

mengenai harga pasar untuk

mendapatkan harga yang lebih murah

dari harga pasar.

Rasulullah SAW bersabda: Janganlah

engkau menjemput kafilah pedagang

(lalu membeli barang daganannya

sebelum tahu harga pasaran) dan

janganlah orang kota menjualkan barang

orang desa”. Kemudian Tsawus bertanya

kepada Ibnu Abbas: “Apakah yang

dimaksud orang kota tidak boleh

menjualkan barang orang desa?” Ibnu

Abbas menjawab: “Tidak ada makelar

dalam jual beli itu”. (H.R. Bukhari

Muslim)

Tadlis dalam Kuantitas

Misalnya: Pembeli membeli 5kg dengan

harga Rp. 100.000n namun penjual

menyerahkan apel hanya seberat 4kg

tanpa sepengetahuan pembeli.

Dari grafik, MC*t<MC*

Tadlis dalam Kualitas

Termasuk menyembunyikan cacat atau

kualitas barang yang buruk.

Contoh: Penjualan mobil bekas. Si

pemilik mobil adalah pihak yang paling

mengetahui kualitas mobil yang

dijualnya.

Tadlis dalam Harga

Menjual barang dengan harga yang lebih

tinggi atau lebih rendah dari harga pasar

karena ketidaktahuan pembeli atau

penjual.

Contoh: Penjual souvenir menawarkan

harga barang lebih tinggi kepada turis

asing dibanding turis lokal.

Tadlis dalam Waktu Penyerahan

Sebenarnya tadlis jenis ini tidak

mempunyai pengaruh terhadap harga

maupun kuantitas barang dalam kondisi

keseimbangan. Namun adanya tadlis

jenis ini dapat dihubungkan dengan

larangan transaksi yang bernama bai al

kali bil kali (transaksi jual beli dimana

objek barang atau jasa yang

diperjualbelikan belum berpindah

kepemilikannya, namun sudah

diperjualbelikan ke pihak lain).

Contoh: A menawarkan sebuah mobil

kepada B dengan harga Rp 200jt. B

setuju untuk menerima tawaran tersebut

padahal A sebenarnya belum memiliki

mobil yang dimaksud.

Jika A dapat mencari mobil yang akan

diperjual belikan tsb tepat pada waktunya

maka yang terjadi adalah bai al kali bil

kali saja. Namun jika A gagal untuk

menyerahkan mobil tersebut tepat pada

waktunya maka transaksi bai al kali bil

kali disertai dengan tadlis.

Taghrir dalam Waktu Penyerahan

Contoh: A menjual kucing

anggoranya yang hilang kepada B

dengan harga Rp 500.000. Padahal

harga kucing anggora di pasaran Rp

1.000.000. Maka:

Harga Jual

Kucing

Ditemukan

B untung 500 ribu,

A rugi 500 ribu

Kucing

Tidak

Ditemukan

B rugi 50 0ribu,

A untung 500 ribu

Sales with Riba

Umer Chapra:

Financial intermediation on the basis

of interest tends to promote living

beyond means by both the private

and public sectors. The relatively

easy availability of borrowed funds

contributes to a rapid expansion in

claims on resources (partly for

unproductive and wasteful

spending) and, besides accentuating

macroeconomic and external

imbalances, squeezes resources

available for need fulfillment

and development.

Monopoli dan Oligopoli

Ketika pasar persaingan sempurna gagal

terbentuk maka pasar bertransformasi

menjadi monopoli atau oligopoli

APAKAH

MONOPOLI/OLIGOPOLI

DILARANG DALAM ISLAM ?

Islam membolehkan siapapun berusaha,

sesuai prinsip kebebasan ekonomi, tanpa

melihat apakah dia satu-satunya

produsen (monopoli) atau ada produsen

lain.

Monopoli menjanjikan banyak manfaat

bagi perekonomian:

Perusahaan menjadi monopolist

karena karena mencapai

economices of scale biaya

produksi yang lebih rendah dan

skala produksi yang besar

Sehingga : Harga lebih rendah dan

output lebih banyak

Dampak terusannya : Perbaikan

kualitas produk, perbaikan teknologi

melalui R&D, dan efisiensi.

Ini adalah monopoli alamiah

tetapi Dalam banyak kasus

monopoli diciptakan oleh hambatan

dan praktik yang tidak adil,

Suap

membeli pesaing

kampanye iklan palsu

pemaksaan dari pemasok bahan

baku

Diskriminasi harga

Ini terjadi ketika profit

maximization sebagai tujuan

tunggal akan membuat

monopolis memproduksi lebih

sedikit dengan harga lebih tinggi

dari apa yang ada di pasar

persaingan sempurna

Kondisi seperti ini membuat

struktur monopoli menjadi

merugikan masyarakat

Dalam Islam, mengambil

keuntungan diatas keuntungan

normal dengan cara menjual

barang lebih adalah seperti

perilaku ikhtikar

Ikhtikar adalah terlarang

syarat ikhtikar:

(i) objek penimbunan

merupakan barang-barang

kebutuhan masyarakat

kriteria kebutuhan adalah sesuai

maqashid

(ii) tujuan penimbunan adalah

untuk meraih keuntungan diatas

keuntungan normal bukan

sebagai sekedar persediaan

Bagaimana ketika monopoli terjadi

karena hambatan regulasi

diciptakan pemerintah ?

Bagaimana dengan diskriminasi harga

karena perbedaan daya beli ?

Monopoli pemerintah harus objektif

dan perencanaan yang baik

Biasanya terjadi karena high

cost high risk

Ada durasi waktu untuk dapat

memberikan kesempatan

swasta objektif adalah

maslahah

pasar persaingan sempurna

tidak selalu baik untuk semua

produk barang2 syubhat ,

barang2 tahsiniyat dalam

society yang belum mencapai

tahap tersebut.

Oligopoli dalam Islam

Secara umum, sama halnya dengan

monopoli, oligopoli yang dilarang dalam

Islam jika:

o Membentuk kartel

o Dan berprilaku seperti monopolis

(menggunakan market powernya untuk

men-charge harga lebih tinggi dengan

kuantitas lebih rendah daripada Pasar

Persaingan Sempurna)

Kuliah 12 Mikroekonomi Islam

Kebijakan Publik

Outline

KEBIJAKAN PUBLIK DALAM ISLAM

What is Public Policy?

• Refers to the actions of government and

the intentions that determine those

actions.

• Making policy requires choosing among

goals and alternatives, and choice always

involves intention.

• Public Policy: an intentional course of

action followed by a government

institution or official for resolving an

issue of public concern.

• Tujuan Public Policy dalam Islam

•Kebijakan Publik dalam Islam

•Peran pemerintah dalam mengatasi ketidaksempurnaan pasar

•Intervensi pasar : perspektif Islam

• Untuk Menciptakan kesejahteraan yang

hakiki melalui perwujutan tujuan-tujuan

syariah di perlukan berbagai syarat

untukterealisasinya tujuan-tujuan

tersebut.

• Seperti sebelumnya prilaku Manusia

muslim (Islamic Man) yang ideal (al-

ihsan) harus terbentuk pada masing-

masing individu agar ketika individu-

individu tersebut berinteraksi di pasar,

maka pasar yang tercipta adalah pasar

yang adil.

• Pasar yang adil pun tidak cukup untuk

menciptakan kesejahteraan karena

terdapat berbagai bentuk barang yang

memiliki sifat public goods (non-

exclude) &non rivalry

• Bergantung terhadap pemerintah untuk

memenuhi semua kebutuhan publik pun

tidak akan cukup. Diperlukan swadaya

masyarakat secara aktif dan sadar untuk

menyediakan kebutuhan-kebutuhan

dasar manusia seperti yang ditekankan

oleh Imam Al-Gazali dalam konsep fard

khifayahnya.

4. Adherence to the principle of

economic freedom and protection of

private properties

Private ownership is

protected in Islam vis-a-vis

the government itself.

every society has to choose

certain for a social

organization that put caps

on certain individual

activities one way or

another

5. General interests have priority over

private interests

individual interests may be

foregone if this is necessary for

preserving the interests of all

6. The principle of social duties

• This personal and individual

responsibility is only relieved if the

social duty is achieved by any one. This

concept is called fard al kifayah

6.

7. Shura

the Prophet (Pbuh): “Human beings are

like comb's teeth". This requires that with

regard to shura, people may only be

treated equally.

Fard Kifayah Concept

• Al Ghazali berpendapat bahwa proses

produksi merupakan bagian dari ibadah

kepada Allah SWT.

• Produksi barang kebutuhan pokok untuk

kepentingan umum merupakan socially

obligatory duty (fard kifayah).

• Fard Kifayah: if some people are

engaged in the production of such goods

in sufficient quantities for the society,

then the obligation of all is fulfilled in

this respect. However, if none us

undertaking such activities or insufficient

quantities are being produced, then all

will be held accountable in the Hereafter.

Oleh karena itu, pemerintah sebagai

institusi sosial yang paling utama

memikul tanggung jawab untuk

memastikan sufficient quantities of

necessities. Jika pihak swasta tidak bisa

memenuhi sektor ini, maka negara harus

siap untuk ikut andil dalam pemenuhan

sufficient quantities of necessities.

Peran pemerintah dalam kebijakan

ekonomi

Objectives of Market Regulation

1. Private Sector

• The promotion and support of private

sector in its undertaking of economic

activities toward its objective of

development, growth, and fulfillment of

human wants with a surplus that can be

used for Zakah, Sadaqat, contributions

and taxes.

• preservation and enhancement of social

balance and socio-economic stability,

which includes price stability, and the

promotion of employment and growth

• promotion of Islamic moral values in the

marketplace and in market relations; and

the enhancement of peaceful market

relations with minimum disputes

2. Public Sector

• social justice dimension as an essential

aim of the economic enterprises of public

sector which applies to all their activities

and relationships, including employment

policies, pricing policies, and policies of

quantitative adjustment in output.

• Economic enterprises owned by the

public sector are also considered a

primary means to achieve the Shari’ah-

given priorities

• aim at spreading the benefits of public

utilities so that they are attainable by all

members of the society especially that

public utilities are usually based on the

use of community property in which

people have common and equal right

of accessibility the saying of the

Prophet (pbuh) with regard to such

utilities of his time: fire, pasture and

water.

Contoh Market Regulation dalam Perspektif

Islam

• Institusi Al hisbah

• Kebijakan Al Iqta : Al Iqta’ is the

assignment of public property, or its

usufruct, to private individuals.

Contoh Market Regulation dalam Perspektif

Islam

• 4 jenis kepemilikan tanah

privately owned land

lands that are owned by the Islamic state

lands owned by the Muslim community

land that is not owned by anybody

• Kebijakan Ihya’ al Mawat. Ihya’ al

Mawat is a legal-economic institution

that rewards with private ownership

those who venture, with their own

resources to reclaim certain idle lands.

• Khalifah Umar bin al-Khaththab pernah

berkata:

و ليس لمحتجر حق بعد ثالث سنين ”Orang yang

memagari tanah (lalu membiarkan begitu saja

tanahnya) tidak memiliki hak atas tanah itu

setelah tiga tahun.”

Contoh Market Regulation dalam Perspektif

Islam

• Kebijakan Tanah Hasil penaklukan

• Kebijakan Hima : Hima adalah

pengambil alihan tanah dalam domain

publik untuk penggunaan tertentu yang

ditunjuk dalam rangka pelayanan

kepentingan publik.

The Hima principle points out the objective of

protecting public interest along with the objective

of equity in distributing of its benefits.

Natural Resource Management

(misalnya: ketika terjadi pelanggaran

AMDAL)

• Imposing the Zakah as the third pillar of

Islam indicates the importance of

adjusting the functional distribution that

results from market forces by a personal

equity-based redistribution mechanism

Kebijakan Intervensi:

perspektif islam

Government Intervention

• Correct negative externalities

• Direct controls

• Specific taxes (as market

correction, not as source of

revenue)

• Correct positive externalities

• Subsidies

• Government provision

• Just Market Mechanism

Menciptakan Mekanisme Pasar Yang

Adil

Kesejahteraan secara menyeluruh

mustahil didapatkan oleh suatu

masyarakat jika praktek-praktek yang

merugikan masyarakat yang juga telah

dilarang oleh syariah masih dilakukan

secara massive oleh pelaku-pelaku pasar

seperti:

• Riba

• Gharar

• Bay najasy (asymetric information)

Kesemua praktek-praktek tersebut

secara menyeluruh masih dipraktekan di

dalam sistem ekonomi modern yang

selama ini kita kenal. Kejatuhan pasar

keuangan Amerika pada tahun 2008

misalkan sejatinya disumbangkan oleh

praktek-praktek terlarang tersebut.

Pelarangan Islam terhadap praktek-

praktek yang tidak adil tersebut

memiliki alasan yang sangat kuat dari

sisi ekonomi.

Dampak mekanisme Pasar yang tidak

adil bagi resource allocation

Dengan dilegalkannya praktek-praktek

tersebut maka akan hanya ada satu pihak

yang diuntungkan sedangkan pihak lain

dirugikan dari praktek riba, gharar atau

maysir tersebut.

Contoh: praktek riba dimana praktek ini

hanya menuntut si peminjan

Dengan hanya si peminjam yang

menanggung risiko atas usaha maka

dipastikan harta atau sumber daya

dipastikan tidak berputar pada mayoritas

masyarakat tetapi hanya dimili ki oleh

segelintir pihak.

“…supaya harta itu jangan hanya

beredar di antara orang-orang kaya saja

di antara kamu.” ( QS 65 :7)

Fard al-khifayah

Konsep fardu kifayah

Konsep Fard al-Kifayah tidak hanya

mengandalkan peran pemerintah, tapi juga peran

sosial (masyarakat).

Islam memberikan saluran atau channel untuk

memperkecil ketimpangan tersebut degan dua

konsep besar melalui:

- Voluntary giving or charity (sadaqah, waqaf,

infaq)

- Dan konsep Fard al khifayah yang dilakukan

langsung oleh pemerintah

Direct Tools dalam Intervensi Pasar:

1. Pricing

- Protecting economic freedom and

justice in fair play of market forces is a major

criterion of market regulation in the Islamic

system

- Intervensi harga dan minimum wage

2. Licensing and Registration

Restrict import, export, or entry to certain

markets

3. Subsidies

4. Pengaturan Currency

Stabilitas Harga

Kuliah 13 Mikroekonomi Islam

PASAR DAN ETIKA

Outline

1. Evaluasi Konsep Pasar Alternatif

: Sosialisme

2. Kerangka Teori Etika

3. Etika dalam Pasar

Evaluasi konsep alternatif: sosialisme

1. Theoretical Foundations—The Lange

Model

Mengkombinasikan kepemilikan publik

dan pendekatan trial and error model

dalam menentukan jumlah output

Negara memiliki faktor produksi non-

labor , dan output produksi ( consumer

goods) dialokasikan melalui pasar

Merupakan versi sosialisme pasar yang

tersentralisasi

Three decision-making levels

-central planning board (CPB)

-industrial ministries

-enterprises

Kritik

• Secara hitung-hitungan

cenderung inefficient

• Secara praktis unmanageable—

karena harga ditentukan oleh

CPB maka perlu informasi yang

begitu banyak many tasks of

the CPB leads to large

bureaucracy

• Apa yang memotivasi manager

perushaan untuk tunduk pada

aturan?

• what motivates to

follow the P=MC rule?

Or to use resources

efficiently;

• How to make markets

work when private

individuals do not own

capital.

• Lack of managerial

incentives

2. The Cooperative Variant of Market

Socialism

Market socialist system in which labor

participates in decisions at the enterprise

level. The people should participate in

making the decisions that affect their

well being.

Karakteristik:

• Perusahaan dikelola oleh para

pekerja

• equitable income sharing

• labor democratically

decides how to

distribute the

enterprise’s income;

• labor do not receive a

fixed salary but the

profit is divided equally

• Negara memiliki non-labor

factors of production

• the workers must pay a

fee, and the fee should

not be minimal, but

should reflect the

scarcity, or opportunity

cost

• market coordination

• decentralized decision

making prices are

determined by

supply&demand

• Perusahaan membuat

keputusan berdasarkan

meanisme pasar (as

opposed to Lange,

where CPB sets prices)

• freedom in choice of

employment

• Where and what to

work

• The firm is free to hire

or not to hire

Kritik

theoretically rigorous , but its real world

applications are limited

• cooperative monopolist, inefficiency

• If supplies big quantities of

product and realize that,

behaves as monopolist—hires

less labor, produces less output

and charges a higher price.

• misallocation of labor

• if two cooperatives, producing

identical product, use different

technologies there will be

misallocation of labor that

would not occur if the two firms

were capitalist.

• if VMPL = w and all firms face

same wage, then all firms’

VMPL will be the same

• no such mechanism to equate

VMPs in market socialism

• if VMP1 > VMP2 then

greater value can be

produced by

reallocating labor from

Enterprise 2 to

Enterprise 1

• motivation of managers

• When the cooperative hires

professional management how

to motivate to follow the rules

Positive Features

• Eliminates capitalist dichotomy between

management and labor

• Enterprises are managed by the

workers;

• Workers participate in decision

making

• Greater social justice in distribution of

income

• distribution according to

decision of the workers involve

• Firms will be more socially responsible

• E.g. environment (pollution)

.

Apakah lebih ber-etika dibanding model

kapitalisme ?

Kerangka etika

Ethics and Morality

Utilitarianism and Welfare Theory

• Basic Principle: An action is right if and

only if the sum total of utilities produced

by that act is greater than the sum of total

of utilities produced by any other act.

1) Consequentialism

What is Ethics?

•Study of morality.

What is Morality?

•The standards that an individual (or a group) has about what is right and wrong.

•How the world should be.

Outcome, not process, matters.

Contoh: mencuri bisa dianggap

merupakan suatu perbuatan baik, jika perbuatan

tersebut memberikan konsekuensi yang baik.

Misalnya perbuatan Robin Hood yang

mencuri/merampok dari para bangsawan kaya

(yang kikir dan tidak mempedulikan masyarakat)

dan membagikan hasil curian/rampokannya pada

masyarakat miskin, akan dianggap sebagai

perbuatan baik.

2) Welfarism

What is good? Welfare.

3) Sum Ranking

Individualistic valuations -> total sum of

utilities

Problems of Utilitarianism

Utilitarianism (welfare theory and cost-benefit

analysis) all have several problems that can only

be solved by explicit normative reference to what

can be considered to be good or bad.

Ethics of Duties and Rights

• Most of us live by rules much of the time

-> Categorical Imperatives—

unconditional commands that are binding

on everyone at all times.

• Hypothetical Imperative:

– “If you don’t want to go to

prison, then don’t steal cars”.

– Structure: if…then…

– Categorical Imperative

– Unconditional/absolute,

applicable at all times

– “Don’t steal cars!” We ought not

to steal cars whether we want to

stay out of prison or not.

“Duty” to “Rights”

• From perspective of “rights-holder” a

“right” is permission to exist, to act

• e.g., Absolute right to

life

• From perspective of “rights-observer” a

“right” is a claim – a duty or obligation

• e.g., Absolute obligation

to protect life

• Kant saw that morality must be fair and

evenhanded – does not play favorites.

• Respecting other persons

• The notion of treating persons as

ends in themselves is central to

much of modern ethics.

Ethics of Justice

• One can wonder whether duties and

rights ethics provide a sufficient basis for

correcting the free operation of markets.

• If the market process does respect

individual rights but still results in a

highly uneven income distribution, does

this outcome really meet all our intuitions

of fairness or distributive justice?

• Contoh: Insider information dalam kasus

perdagangan

Principles of Justice

Virtue Ethics and Care Ethics

• All principles give answer to the question

“What should I do?” while disregarding

the question “What kind of person should

I be?”

• Virtue ethics menilai suatu perbuatan

sebagai buruk (tidak boleh dilakukan)

atau baik (boleh dilakukan) berdasarkan

contoh yang diperlihatkan oleh agen

moral (manusia) yang dianggap memiliki

moralitas yang tinggi.

Virtue Ethics and Care Ethics

• Care ethics seeks to maintain

relationships by contextualizing and

promoting the well-being of care-givers

and care-receivers in a network of social

relations – communal relationship.

• Care ethics is widely applied to a number

of moral issues and ethical fields,

including caring for animals and the

environment, bioethics, and more

recently public policy.

• Economic behavior motivated by caring

will diminish free riding and rent

seeking.

Etika dalam pasar

Contoh Kasus Enron – Asymmetric

Info

• Utilitarian: accounting fraud caused

harm to the overall welfare of the

economy.

• Duty and Right ethics: managers did not

respect the right of freedom and

information of the shareholders.

• Justice ethics: Benefit should be

distributed according to the value of

contribution that the company make.

• Virtue ethics: a bad example to other

managers.

• Care ethics: Put a risk on the jobs of the

employees of the company.

If there are several conflicting ethical

criteria:

1. In cases of conflicting perfect duties or

human rights, one must intuit as best as

one can which potential duty has the

greater weight in the case of two

conflicting obligations.

Ex: profit vs wage that fulfill standard

minimum of living

2. Reject those alternatives that are contrary

to authentic cultural norms.

Ex: for western -> reject those

alternatives that violate the principle of

fair equality of opportunity.

For Islam -> reject those alternatives that

violate the principle of fair equality of

opportunity which in line with the

Shariah principle.

3. Select the alternative that maximizes

some concept of overall well-being.

-> Give more weight to preventing harm

than to generating benefits -> konsisten

dengan maqasid syariah.

Kuliah 13 Mikroekonomi Islam

Equal Liberty

Ex: political liberty, freedom of speech, freedom for psychological oppression, right to hold personal property

Fair Equality of Opportunity

Ex: each person must have free access to training and education

Menuju Society Islami

Outline

Kesejahteraan Society dan Problem

Pengambilan Keputusan

Axioma dalam Society Islami

Mendorong bad economy kepada

good economy

Analisis intertemporal : model

dinamis

Kesejahteraan Society dan Problem

pengambilan keputusan

Keputusan Sosial

Salah satu problem utama di dalam

pencapaian kesejahteraan society

adalah mengenai keputusan sosial.

Ingat kesejahteraan society

menjadi concern utama

Di dalam masyarakat

modern, putusan sosial

menjadi semakin sulit,

mengingat sistem demokrasi

membuka peluang sebanyak

mungkin individu untuk ikut

ambil bagian di dalam proses

pengambilan keputusan

tersebut.

Maka pertanyaan utama di dalam

teori pilihan sosial adalah:

bagaimana prosedur dalam

mengagregasi preferensi individual

menjadi sebuah putusan sosial? Lalu

apakah ia solutif mendapatkan

keputusan ?

di dalam metode berbasis urutan

preferensi (metode yang secara

prinsipil paling umum terjadi,

metode voting), semua pilihan yang

tersedia selalu berada di dalam

kondisi yang tidak stabil, dalam

pengertian bahwa sebuah koalisi

mayoritas selalu dapat dibentuk

untuk menganulir hasil voting

tersebut.

Andaikan ada tiga pihak yang saling

berbeda pendapat soal pencabutan

subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM):

1. Pihak pertama adalah para

pengusaha, yang berpendapat

bahwa subsidi BBM harus dicabut

sepenuhnya.

2. Pihak kedua adalah pemerintah,

yang berpendapat bahwa subsidi

BBM harus dicabut, namun harus

pula menyertakan sistem

kompensasi semacam Bantuan

Langsung Tunai untuk golongan

tidak mampu.

3. Pihak ketiga adalah para politikus,

yang berpendapat bahwa Subsidi

BBM tidak boleh dicabut.

Berdasarkan ilustrasi di atas, maka

tersedia tiga alternatif pilihan yang

harus ditentukan:

1. mencabut subsidi sepenuhnya (kita

sebut alternatif ini “proposal

ekonomis”)

2. mencabut subsidi sambil memberi

kompensasi (kita sebut “proposal

pemerintah”)

3. sama sekali mempertahankan

subsidi (“proposal politis”).

Preferensi Pengusaha

Sekarang, mari kita asumsikan ketiga pihak

tersebut mengurutkan ketiga alternatif

pilihan yang ada berdasarkan preferensi

subjektif masing-masing.

Pihak pertama, para pengusaha, berpikir

bahwa lebih baik subsidi dialihkan untuk

pembiayaan infrastruktur atau tidak perlu

dicabut sama sekali demi efisiensi biaya

usaha.

Maka urutan preferensi para pengusaha

adalah sebagai berikut:

Proposal ekonomis

Proposal politis

Proposal pemerintah

Preferensi Pemerintah

Sedangkan pemerintah berpikir untuk

menemukan jalan sesegera mungkin

melepaskan subsidi yang membebani

anggaran negara. Maka pemerintah akan

menempatkan proposal pemerintah di

tempat pertama, proposal ekonomis di

tempat kedua, dan proposal politis di

tempat ketiga.

Urutan preferensi pemerintah:

Proposal pemerintah

Proposal ekonomis

Proposal politis

Preferensi Politikus

Para politisi adalah pihak yang paling tegas

melawan kebijakan pencabutan subsidi.

Maka sudah pasti mereka akan

menempatkan proposal politis di tempat

pertama, proposal pemerintah di tempat

kedua, dan proposal ekonomis di tempat

ketiga.

Urutan preferensi para politikus:

Proposal politis

Proposal pemerintah

Proposal ekonomis

Pertama-tama mari kita asumsikan pihak

pengusaha memenangi voting tersebut,

dimana hal tersebut berarti subsidi BBM

harus dicabut. Skenario yang mungkin

terjadi adalah terbentuknya koalisi antara

pemerintah dan politisi untuk menganulir

keputusan tersebut karena keduanya

cenderung lebih memilih proposal

pemerintah ketimbang proposal ekonomis.

Selanjutnya, asumsikan pihak pemerintah

yang memenangi proses voting. Putusan

berarti subsidi harus dicabut dengan

tambahan kompensasi bagi rakyat miskin.

Maka koalisi antara pihak pengusaha dan

politisi dapat terbentuk untuk menghadang

proposal pemerintah karena keduanya

cenderung lebih memilih proposal politis.

Sedangkan jika kita asumsikan pihak politisi

memenangi proses voting, di mana berarti

subsidi BBM dipertahankan, koalisi antara

pengusaha dan pemerintah dapat

terbentuk untuk menganulir keputusan

tersebut karena keduanya sama-sama lebih

memilih proposal ekonomis ketimbang

proposal politis

Dari ilustrasi tersebut, kita dapat melihat

persoalan utama dari teori putusan sosial di

dalam sistem saat ini:

semakin rasional pada sistem pemilihan

dan para pelaku putusan tersebut,

keputusan sosial yang bulat penuh justru

menjadi semakin sulit

Empat kriteria utama yang harus dipenuhi

sebuah prosedur pengambilan keputusan

untuk dapat dikatakan strategic-proof:

• unrestricted domain

• non-dictatorship

• Pareto efficiency

• independence of irrelevant alternatives.

• Unrestricted domain atau prinsip

universalitas menyatakan bahwa semua

preferensi dari peserta pengambilan

keputusan harus diperhitungkan.

Pilihan keputusan atas preferensi

tersebut kemudian ditentukan

berdasarkan urutan berperingkat.

• Prinsip non-dictatorship menyatakan

bahwa keputusan sosial yang telah

diambil tidak dapat merefleksikan

preferensi satu individu secara utuh,

tanpa mempertimbangkan preferensi

dari individu-individu yang lain. Dengan

kata lain, tidak ada situasi di mana

keputusan “A” (yang telah menjadi

keputusan sosial) merupakan preferensi

dari individu “a”, kecuali individu “b”,

“c”, “d”, dan seterusnya memiliki

preferensi “A” pula.

• Prinsip Pareto Eficiency merupakan

prinsip ekonomi yang menggambarkan

situasi di mana peningkatan alokasi

keuntungan oleh satu pihak dari suatu

sumber daya tidak akan mengurangi

alokasi keuntungan pihak lain dari

sumber daya yang sama. Contohnya

adalah pembagian 20 buah pensil

kepada dua orang anak, di mana

masing-masing anak mendapat 10 buah

pensil. Alokasi tersebut adalah Pareto

efisien, karena jika alokasi pembagian

pensil diubah, salah satu anak ditambah

satu pensil, misalnya, penambahan

tersebut harus mengambil dari pihak

lain.

• Sedangkan prinsip independence of

irrelevant alternatives (IIA)

menyatakan bahwa jika alternatif

pilihan sosial adalah antara pilihan x

dan pilihan y, maka pilihan sosial

tersebut tergantung sepenuhnya pada

preferensi pemilih atas x dan y. Artinya,

keputusan sosial tidak berubah

seandainya ada alternatif pilihan ketiga

“z”.

Teknik Pengambilan Keputusan

Teknik Borda adalah teknik pengambilan

keputusan berdasarkan preferensi

berperingkat. Contoh pencabutan subsidi

BBM sebelum ini merupakan contoh klasik

teknik Borda. Pada kasus tersebut dapat

kita lihat bahwa teknik pengambilan

keputusan tersebut melanggar prinsip

Arrow tentang No-dictatorship karena

putusan preferensi setiap pihak saling

mempengaruhi hasil keputusan sosial yang

akan diambil. Secara samar, teknik Borda

juga melanggar prinsip Pareto efficiency

karena setiap keputusan sosial yang diambil

tidak akan pernah memuaskan semua pihak

secara merata.

Sedangkan teknik agregasi jumlah suara

adalah teknik pengambilan keputusan

berdasarkan penjumlahan suara masing-

masing individu yang terlibat, atau biasa

kita kenal dengan sebutan one man one

vote. Sekilas, teknik ini tampak paling

efektif dan adil. Tapi bayangkan sebuah

skenario berikut: di hadapan kotak suara,

seorang pendukung kandidat presiden A

dan sangat membenci kandidat B dapat

tiba-tiba mengubah preferensinya dan

memilih kandidat C karena ia tahu peluang

menang kandidat A sangat tipis, dan ia

berharap keputusannya memilih kandidat C

dapat menjegal terpilihnya kandidat B.

Dengan demikian prosedur semacam ini

jelas melanggar prinsip IIA karena

kemungkinan hadirnya alternatif lain dapat

mengubah hasil akhir keputusan.

Ukuran rasionalitas ?

Ukuran kesejahteraan society ?

Preferensi menjadi acuan ?

Sistem pengambilan keputusan

Axioma dalam Society Islami

Axioms for Islamic Society

1. It is permissible to dispose of the

property rights of a person if such an

act is dictated by urgent need and there

is no way to obtain permission of the

owner.

ekonomi konvensional mengajarkan kita

bahwa jika seseorang dapat dibuat lebih

baik tanpa membuat orang lebih buruk,

maka ini bukan situasi yang optimal dan ada

ruang untuk meningkatkan sosial

kesejahteraan. Bagaimana jika pelaku

ekonomi menolak untuk pindah ke situasi

yang optimal?

2. A person should be forced to do any act

that does not involve any cost or

disutility to him and which if not done

will result into costs or disutility to

others

a constraint on pursuing self-interest.

perbedaan antara konsep konvensional

tentang kesejahteraan berdasarkan

kepuasan keinginan dan konsep Islam

tentang kesejahteraan berdasarkan

pemenuhan kebutuhan.

No claim for profit can be made without

bearing the risk of loss and no

(economic) benefits can be reaped

without bearing (economic) costs.

Ini memiliki implikasi tidak hanya untuk

penggunaan modal yang tidak dapat

mendapatkan return kecuali terkena risiko ,

tetapi juga untuk pasar tenaga kerja dan

sumber daya manusia

mobilisasi.

4. The objective of Islamic law is to make

man useful for society and conduct

useful activities.

Hukum syariah tidak mengizinkan

individu untuk mensia2kan sumber daya

manusia dan fisik mereka. Ketentuan

kelembagaan dapat dimasukkan untuk

membatasi individu dari perilaku tersebut.

Pelarangan gambling adalah contohnya

Jadi jelas

ukuran rasionalitas adalah sesuai

worldview Islam

Preferensi dibangun berdasarkan

prioritas maqashid

Kesadaran bersama, dimana

Pemerintah bertanggung jawab dalam

proses dan sistem untuk pemahaman

maqashid masyarakat

Proses pengambilan keputusan adalah

sesuai tujuan syariah shuratic proses

Mendorong bad economy kepada good

economy

Individu: Moral Uplift dan Solidaritas Sosial

Pertanyaan: Apakah moral uplift dan

solidaritas sosial dapat tercapai jika tidak

ada peran agama (atau keimanan

terhadap sesuatu)?

Chapra: The existence of values or rules of

behavior which command such a wide and

unconditional acceptance that they become

categorical imperatives.

Pemerintah

Islamic democratic voter sebagai basis dari

pembentukan collective preference digantikan

oleh shuratic deliberations.

Collective decision making

Sehingga PR pemerintah adalah untuk

menentukan social welfare function dari

masyarakat sesuai dengan shuratic deliberation.

Misalnya mengenai angka pengangguran,

distribusi pendapatan (dengan mengurangi

tingkat kemiskinan),, transformasi dari wage

labor menjadi profit-sharing nonwage labor.

Dari variabel-variabel tersebut lalu

ditentukan mana yang dahulu menjadi

prioritas.

ALHAMDULILLAH