· bersama dalam perceraian di bawah tangan( studi kasus desa pahlawan setia, bekasi), prodi hukum...

126

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Page 2:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Page 3:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Page 4:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Page 5:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

v

ABSTRAK

AHMAD FALETEHAN, NIM 11150440000080, PEMBAGIAN HARTA

BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS

DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas

Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441

H/2020 M.

Dalam penulisan skripsi ini penulis membahas pelaksanaan pembagian

harta bersama dalam perceraian di bawah tangan. Di Desa Pahlawan Setia. Selain

ini skripsi ini membahas Tinjauan hukum Islam tentang perceraian dan pembagian

harta bersama serta perceraian di bawah tangan dan pembagian harta bersama

menurut hukum positif.

Metode penelitian yang di gunakan adalah metode penelitian kualitatif,

pendekatan nya adalah yuridis normative. Adapun yang menjadi data primer

adalah hasil wawancara dengan, pelaku perceraian di bawah tangan dan

pembagian harta bersama, Desa Pahlawan Setia. Adalah buku-buku yang

berhubungan dengan skripsi ini.

Hasil penelitian ini menunjukan praktiknya pembagian harta bersama

dalam perceraian di bawah tangan di Desa Pahlawan Setia. Pembagian harta

bersama di Desa Pahlawan setia dilakukan dengan hasil kesepakatan keluarga,

pejabat setempat, dan melibatkan ustadz yang mengetahui hukum Islam yang di

rekomendasikan oleh Kepala Desa. dalam hal ini penjelasan diatas tidak sesuai

dengan ketentuan yang berlaku menurut Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun

1974 dan Kompilasi Hukum Islam.

Kata Kunci : Perceraian di bawah tangan, Pembagian harta bersama

Pembimbing : Hotnidah Nasution, MA

Pustaka : 1969-2013

Page 6:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan

asing (terutama Arab) ke dalam tulisan Latin dimana istilah Arab tersebut belum

dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup penggunaannya masih

terbatas.

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te خ

Ts te dan es ث

J Je ج

H ha dengan garis bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet س

S Es س

Sy es dan ye ش

S es dengan garis bawah ص

D de dengan garis bawah ض

T te dengan garis bawah ط

Z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan „ ع

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Qo ق

K Ka ك

Page 7:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

vii

L El ل

M Em م

N En ى

W We و

H Ha ه

Apostrop ˋ ء

Y Ya ي

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti bahasa Indonesia, memiliki vokal

atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal atau

monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U Dammah

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan sebagai

berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

Ai a dan i ي

Au a dan u و

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

diimbangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Tanda Vokal Keterangan

Page 8:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

viii

Arab Latin

 a dengan topi di

atas

Î i dengan topi di

atas

Û u dengan topi di

atas

Kata sandang, dalam bahasa Arab dilambangkan dengan alif dan lam (ال),

dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah atau huruf

qomariyyah. Misalnya:

al-ijtihâd =الإجتهاد

al-rukhsah, bukan ar-rukhsah =الزخصح

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya:

.al-syuf’ah tidak ditulis asy-syuf’ah =الشفعح

Dalam penulisan ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat

contoh 1) atau diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta

marbȗtah tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah

tersebut diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan

menjadi huruf “t” (te) (lihat contoh 3).

No. Kata Arab Alih Aksara

syarî’ah شزيعح 1

al-syarî’ah al-islâmiyyah الشزيعح الإسلاهيح 2

muqâranat al-madzâhib هقارح الوذاهة 3

Untuk huruf kapital tidak dikenal dalam tulisan Arab. Tetapi dalam

transliterasi huruf ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diketahui bahwa jika nama diri

Page 9:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

ix

didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan huruf kapital tetap

huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh: الثخاري

= al-Bukhâri tidak ditulis Al-Bukhâri.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih

aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia

Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut

berasal dari bahasa Arab, Misalnya: Nuruddin al- Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn

al-Rânîrî.

Setiap kata, baik kata kerja (fi’il) kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis

secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih akasara dengan berpedoman

pada ketentuan-ketentuan diatas:

No Kata Arab Alih Aksara

الضزورج تثيح الوحظىراخ 1al-darûrah tubîhu al-

mahzûrât

al-iqtisâd al-islâmî الاقتصاد الإسلاهي 2

usûl al-fiqh أصىل الفقه 3

al-„asl fî al-asyya الأصل في الأشياء الإتاحح 4 al-ibâhah

al-maslahah al-mursalah الوصلحح الوزسلح 5

Page 10:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

x

KATA PENGANTAR

حين ي ٱلزه حو ٱلزه تسن ٱلله

Alhamdulillah Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-nya. Shalawat serta salam penulis

haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat,

serta para pejuang islam dijalan Allah yang selalu istiqomah hingga akhir zaman.

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul: “Pembagian Harta Bersama

Dalam Perceraian Di Bawah Tangan (Studi Kasus Desa Pahlawan Setia,

Bekasi)” sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana S1, Sarjana

Hukum (S.H) di Fakultas Syariah dan Hukum. Dalam proses pembuatan skripsi

ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami penulis, baik yang

menyangkut waktu, pengumpulan bahan-bahan (data) dan lain sebagainya.

Berkat bantuan dan motivasi berbagai pihak maka segala kesulitan dan

hambatan ini dapat diatasi dan tentunya dengan se-izin Allah SWT. Dalam

kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak

terutama kepada:

1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, S.H, M.H, M.A., selaku

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Mesraini, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Hukum

Keluarga dan Bapak Ahmad Chairul Hadi, M.A., selaku Sekretaris

Program Studi Hukum Keluarga.

3. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, S.H, M.H, M.A.., selaku

Dosen Pembimbing Akademik yang banyak memberi nasehat yang

sangat bermanfaat demi meningkatkan spiritual dan intelektual yang

berkualitas kepada Mahasiswa/I pada umumnya khususnya pada

penulis.

Page 11:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

xi

4. Ibu Hotnidah Nasution, M.A., selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah sabar membimbing dan menasehati selama penulis

menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap Dosen di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang dengan tulus telah menyalurkan ilmunya

kepada penulis selama kuliah dikampus tercinta ini, dengan segala rasa

ta‟dzim “semoga apa yang telah diajarkan menjadi ilmu yang

bermanfaat di dunia dan akhirat”.

6. Segenap pengelola Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

memberikan fasilitas kepada penulis dalam mencari data pustaka.

7. Teristimewa buat Ayahanda H. Jamaludin M.Pd., dan Ibunda Hj.

Maisaroh yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, nasehat,

dengan penuh keikhlasan dalam menghadapi penulis karena mereka

menjadi sumber inspirasi bagi penulis. Semoga Allah SWT selalu

memberi rahmat dan kesehatan serta membalas atas kebaikan mereka

berdua. Serta terimakasih tetehku tersayang Nur Famelia, M.pd dan

tetehku Futuha Arifin S.pd yang tak henti selalu memberikan support

agar tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan studi ini.

8. Sahabat seperjuangan penulis yaitu teman-teman Kosan langkat (M.

Alawi, Aprianto Ridwan Salni, Dede Imron, Adli Kanza), Noval, Fikri,

Iyan, , Permasi (persatuan mahasiswa/i bekasi), dan semua teman-

teman Hukum Keluarga Angkatan 2015 yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, yang menjadi teman seperjuangan sebelum

maupun ketika di bangku perkuliahan.

9. Teman KKN Muthia Al-Jufri, Faisal Zaki Mutaqin, Tua Nasarudin,

Azka, Widy, Oby, Faisal, Djuhari, Naziha Zaidah, Nabila Sabrina,

Monita, Dita, Hilmah, Febrian, Nazmil, Riska, Via, Fauzi dan Alida.

Yang banyak memberi masukan motivasi dan support dalam banyak

hal termasuk canda tawa yang menghibur.

Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya

dan pembaca pada umumnya serta menjadi amal baik kita disisi Allah

Page 12:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

xii

SWT. Akhirnya semoga setiap bantuan yang telah diberikan kepada

penulis mendapat balasan dari Allah SWT.

Amin yaa rabbal alamin.

Wassalamua‟alaikum Wr.Wb.

16 Januari 2020

Ahmad Faletehan

Page 13:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

xiii

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………….. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI………………....... iii

LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………... iv

ABSTRAK…………………………………………………………………….. v

KATA PENGANTAR………………………………………………………… vi

PEDOMAN TRANSLITERASI……………………………………………... ix

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah…………………………………………………….. 5

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah…………………………………….. 5

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan…………………………………………. 6

E. Kajian (Review) Studi Terdahulu……………………………………….. 7

F. Metode Penelitian……………………………………………………….. 8

G. Sistematika Penulisan………………………………………………….. 10

BAB II HARTA BERSAMA DAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN

A. Konsep Harta Bersama

1.Pengertian Harta Bersama………………………………………………. 12

2. Dasar Hukum Harta bersama dalam hukum positif……………………... 13

3.Pembagian harta bersama dalam perceraian menurut hukum Positif......... 14

4. Pandangan hukum Islam tentang harta bersama……………………..….. 15

B. Pandangan hukum Positif terhadap perceraian di bawah tangan………… 22

C. Pandangan hukum Islam terhadap perceraian di bawah tangan………..... 27

BAB III Wilayah Penelitian

A. Sejarah Desa Pahlawan Setia…………………………………………….. 30

B. Tingkat Pendidikan…………………………………………………….... 31

C. Agama………………………………………………………………….... 33

D. Tingkat Kesejahteraan………………………………………………….... 33

E. Tingkat Perkawinan dan perceraian……………………………………… 35

DAFTAR ISI

Page 14:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

xiv

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pembagian Harta Bersama Dalam Perceraian Di Bawah Tangan di

Pahlawan

Setia…………………………………………………………………….. 36

B. Pandangan MUI Kecamatan Tarumajaya Terkait Harta Bersama Di Desa

Pahwalan Setia…………………………………………………………. 41

C. Tinjauan Hukum Islam Pada perceraian dan pembagian harta Bersama Di

Desa Pahlawan Setia…………………………………………………… 46

D. Tinjauan hukum positif pada perceraian dan pembagian harta bersama di

Desa Pahlawan

setia……………………………………………………......... 50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………. 52

B. Saran…………………………………………………………………… 54

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 55

LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………….

Page 15:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan data yang diperoleh dari Informasi, ada beberapa faktor

yang menyebabkan terjadinya perceraian di bawah tangan karena

ketidaktahuan mereka mengenai Hukum Administrasi Negara (HAN),

sebaliknya yang mereka ketahui hanyalah praktik perceraian yang dilakukan

secara hukum agama Islam saja, hal ini dimungkinkan adanya faktor

pendidikan agama yang melatar belakangi pendidikan mereka dan

keluarganya yang diaplikasikan pelaksanaanya pada saat terjadi keretakan

rumah tangga dengan melakukan perceraian di bawah tangan.1

Menurut mereka sudah dilakukan perceraian, namun sesungguhnya itu

bukan perceraian, tetapi hanya sebuah anggapan dan pernyataan secara lisan

atau tulisan yang disetujui secara sepihak dengan menyertakan tanda bukti

perceraian berupa surat taklik talak (talak raj’i atau talak 1). Padahal dalam

Pasal 40 (KHI) Kompilasi Hukum Islam menjelaskan secara jelas mengenai

dilarangnya melangsungkan perkawinan antara seseorang pria dengan seorang

wanita karena keadaan tertentu, yakni perempuan masih terikat satu

perkawinan dengan pria lain, perempuan yang sedang dalam masa iddah dan

yang belum melakukan perceraian yang sah di muka Pengadilan Agama.2

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

tidak memberikan definisi mengenai perceraian secara khusus.3 Namun dalam

Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang perkawinan serta penjelasannya secara jelas

Mengenai perceraian menyatakan bahwa perceraian dapat dilakukan apabila

1 J. Satrio, Hukum Harta Perkawinan, (Jakarta: Citra Aditya Bakti, 1993), cet.3, h. 74-75

2 Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo persada Ed),

Cet.6 2003, h. 126

Page 16:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

2

sesuai dengan alasan-alasan yang telah ditentukan definisi perceraian di

Pengadilan Agama merupakan salah satu mekanisme dari putusnya

perkawinan. Menurut Pasal 38 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

menyatakan putusnya perkawinan disebabkan karena kematian, perceraian dan

keputusan Pengadilan.4

Dengan demikian, perceraian merupakan salah satu sebab putusnya

perkawinan. Undang-undang perkawinan menyebutkan mengenai alasan-

alasan terjadinya perceraian yang dijelaskan dalam Pasal 19 PP No. 9 Tahun

1975 jo. Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam penyebab perceraian tersebut

lebih dipertegas dalam rujukan Pengadilan Agama, yaitu Kompilasi Hukum

Islam (KHI), dimana yang pertama adalah melanggar hak dan kewajiban.

Perceraian yang sah (talak) adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan

Agama. Ini sesuai dengan Pasal 117 Kompilasi Hukum Islam.5

Perceraian peristiwa hukum yang akibatnya diatur oleh hukum, atau

peristiwa hukum yang diberi akibat hukum. Perceraian menimbulkan akibat

hukum putusnya perkawinan. Selain itu, ada beberapa akibat hukum lebih

lanjut dari perceraian sebagaimana diatur dalam Pasal 41 Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974, sebagai berikut.6

a. Baik bapak atau ibu tetap berkewajiban memelihara dan mendidik

anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak,

bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak,

pengadilan memberi keputusannya.

b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeriharaan dan

pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam

kenyataan tidak dapat memberi kewajiban tersebut, pengadilan

dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya.

4 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, (Yogjakarta

Liberty,1999),h.103 5 Muhammad Syaripudin, Hukum Peceraian, ( Jakarta Sinar Grafika 2013) h.349-350

6 M. Nur Yasin, Hukum Perkawinan Islam Sasak, (Uin Malang Press 2008) h.72

Page 17:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

3

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk

memberikan biaya penghidupan dan/menentukan sesuatu

kewajiban bagi bekas istri.7

Berkaitan dengan dampak buruk yang diterima oleh salah satu

kalangan masyarakat yang bercerai di bawah tangan, bahwa sanksi dianggap

layak untuk dibuat dan dilaksanakan. Secara umum sanksi dianggap layak

untuk dibuat dan dilaksanakan. Secara umum sanksi hukum masih dalam

lingkup pelanggaran berbagai masalah seputar hukum keluarga meliputi,

perkawinan, perceraian, nafkah hak perempuan pasca cerai, dan hak waris,

sedangkan sanksi hukum yang terkait dengan perceraian di bawah tangan

dikalangan masyarakat masih banyak melakukan cerai seperti itu, sehingga di

mata hukum tidak terjadi pencatatan perceraian di Pengadilan, dan harta yang

ketika membangun rumah tangga pasti adanya pengahasilan kedua suami istri,

tanpa adanya perceraian tidak dicatat oleh pengadilan maka susah untuk

mengatur hak- hak harta bersama.8

Pasal 39 ayat (1) dinyatakan: “Perceraian hanya dapat dilakukan di depan

sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama yang bersangkutan

berusaha dan talak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.” Namun dalam

hal ini sanksi tidak disebutkan secara tegas dalam dalam Undang-Undang.

Prinsip Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat (1) tersebut

sebagaimana mengatur Harta bersama suami isteri dalam Pasal 35 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 seperti di atas bahwa harta benda yang

diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama, mengandung arti bahwa

yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama, mengandung arti

bahwa harta yang diperoleh selama tenggang waktu antara saat perkawinan

diresmikan sampai perkawinan terputus baik terputus kematian salah seorang

diantara suami isteri (cerai mati) maupun putus karena kematian salah seorang

7 Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta Rajawali Pers, 2013),

h.307 8Trusto Subekti, Hukum Keluarga dan Perkawinan Bahan Pembelajaran Fakultas

Hukum Unsoed, Purwekerto, 2005. h. 80-81

Page 18:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

4

diantara suami istri (cerai mati) maupun putus karena perceraian (cerai hidup)

menjadi harta bersama. Dengan demikian, harta yang telah ada atau di miliki

harta bersama.9

Ketentuan tersebut di atas tidak menyebutkan dari mana atau dari siapa

harta tersebut berasal dan dengan cara apa diperoleh secara bersama-sama

maupun diperoleh secara sendiri-sendiri suami istri sehingga dapat

disimpulkan bahwa yang termasuk harta bersama yaitu hasil dari pendapatan

suami, hasil dari pendapatan istri dan hasil dari pendapatan harta pribadi

suami maupun istri, sekalipun harta pokoknya tidak termasuk dalam harta

bersama, asal kesemuanya itu diperoleh sepanjang perkawinan.10

Harta bersama merupakan salah satu hal yang diperebutkan antara suami-

istri ketika terjadinya perceraian ataupun setelah perceraian. Akibat hukum

perceraian terhadap harta bersama diatur dalam Pasal 37 Undang-Undang No.

1 Tahun 1974 tentang perkawinan yaitu, bila perkawinan putus karena

perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing, yang

dimaksud dengan hukumnya masing-masing ialah hukum agama, hukum adat

dan hukum-hukum lainnya. Jadi, akibat suatu perceraian terhadap harta

bersama bagi setiap orang dapat berbeda-beda tergantung pada hukum apa

yang digunakan para pihak untuk mengatur harta bersama tersebut.11

Sedangkan hasil observasi peneliti adalah bahwa pembagian harta bersama

tidak dilakukan berdasarkan Undang-Undang di Indonesia dan Kompilasi

Hukum Islam. Yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan kesepakatan

bersama oleh keluarga melibatkan ustaz yang mengetahui hukum Islam.

Dalam hal ini masyarakat masih melakukan aturan hukum fikih yang

terpenting adalah kesepakatan bersama, masyarakat menilai karena lebih

9 J. satrio, Hukum Harta Perkawinan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, , 1991),h. 189

10Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia, (Jakarta kencana 2016), Cet.2, h.122

Page 19:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

5

mudah tidak mengikuti sidang dan berbelit-belit, bahwa kesadaran masyarakat

terkait hukum positif dan KHI belum dipatuhi.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis memilih judul

“Pembagian Harta Bersama dalam Perceraian Di Bawah Tangan Di Desa

Pahlawan Setia Tarumajaya Bekasi“

B. Indentifikasi Masalah

1. Tinjauan Kompilasi Hukum Islam (KHI) terhadap penyelesaian

pembagian harta bersama dalam perceraian di bawah tangan di Desa

Pahlawan Setia.

2. Tinjauan Hukum Positif terhadap penyelesaian pembagian harta

bersama dalam terjadinya perceraian di bawah tangan di Desa

Pahlawan setia.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian dalam skripsi ini tidak melebar, maka penulis

membatasi masalah tentang pembahasan Pembagian harta bersama dalam

perceraian di bawah tangan, di Desa Pahlawan Setia Kecamatan

Tarumajaya Kabupaten Bekasi

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari Indentifikasi dan pembatasan masalah, Utama

yang menjadi permasalahan utama dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Pembagian harta bersama dalam perceraian di bawah

tangan di Desa Pahlawan Setia?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam, hukum positif, dan pendapat

cabang (MUI) Kecamatan Tarumajaya tentang pembagian harta

bersama di Desa Pahlawan Setia?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat penelitian yang hendak di capai penulis adalah

sebagai berikut

1. Tujuan Penelitian

a. Penelitian yang hendak dilakukan bertujuan untuk mengetahui beberapa

hal, di antaranya:

1. Ingin mengetahui pembagian harta bersama dalam perceraian di

bawah tangan.

Page 20:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

6

2. Ingin mengetahui pandangan MUI Kecamatan Tarumajaya terkait

harta bersama di Desa Pahlawan Setia.

3. Ingin mengetahui tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif pada

pembagian harta bersama di Desa Pahlawan Setia.

2. Manfaat Penelitian

Dalam penulisan diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap beberapa

hal, yaitu sebagai berikut:

a. Memberikan wawasan keilmuan di bidang hukum keluarga,

Khususnya berkaitan dengan Perkawinan.

b. Menjadi rujukan bagi akedemisi tentang bagaimana mengatur secara

mendalam akibat perceraian di bawah tangan dan harta yang diperoleh

selama perkawinan.

c. Menambah pengetahuan dalam keilmuan di bidang hukum perkawinan

teoritsi maupun praktisi.

d. Selanjutnya menjadi bahan tambahan terhadap mahasiswa yang akan

melakukan penelitian berkaitan dengan akibat perceraian di bawah

tangan dan kedudukan harta bersama.

a. Bagi Akedemisi

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti-

peneliti selanjutnya.

2. Hasil penelitian ini bisa memperkaya khazana keilmuan dalam masalah-

masalah perceraian dan pembagian harta waris.

b. Bagi Praktisi

1. Sebagai bahan pustaka untuk mendalami topik tersebut dan referensi untuk

Fakultas Syariah dan Praktisi.

2. Bagi Masyarakat, artinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, juga

sebagai pengetahuan masyarakat terkait perceraian dan pembagian harta

waris.

E. Kajian Terdahulu

Dari hasil penelusuran pada karya tulis yang berkaitan dengan sengketa

harta bersama, ternyata memiliki sejumlah bahassan yang berbeda. Baik itu

secara tematik serta objek kajian yang diteliti. Adapun kajian terdahulu yang

penulis temukan diantaranya.

Pertama, Ahmad Khoidoni dalam karyanya yang berjudul “Tinjauan

Hukum Islam Terhadap perceraian di Bawah Tangan (Studi Kasus di Desa

Lanjer Kecamatan Tukdana Kab. Indramayu), adalah desa yang mayoritas

Page 21:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

beragama Islam memiliki semangat kekeluargaan yang cukup tinggi, setiap

sengketa selalu di selesaikan dengan cara kekeluargaan dan latar belakang

pendidikan masyarakat sekolah dasar. Masyarakat banyak yang tidak sadar

hukum berdampak timbulnya perceraian di bawah tangan di Desa Lanjer.

Kedua, Judul Skripsi Dalam Karyanya yang berjudul “Perceraian di Luar

Pengadilan Pada Masyarakat Muslim Desa Sumberharjo Kecamatan.

Prambanan Kabupaten Sleman” Skripsi menurut penulis oleh: Nurul Qodar,

membahas pernikahan setelah melakukan perceraian di luar Pengadilan.

Masyarakat di Desa Sumberharjo banyak melakukan perceraian di luar

pengadilan dikarenakan proses yang berbelit-belit dan memakan waktu yang

sedikit dan mereka menikah lagi dengan cara nikah siri setelah cerai di luar

pengadilan.

Ketiga Swanferi dalam karyanya yang berjudul “ Cerai Gugat Di

pengadilan Agama Klaten (Analisis Terhadap Perceraian Karena Faktor

Suami Meninggalkan Tanggung Jawab Tahun 1997-1999)” Membahas

tentang faktor-faktor yang menyebabkan suami meninggalkan tanggung jawab

terhadap istri serta penyelesaian terhadap perkara tersebut. Adapun

pertimbangan hukum yang digunakan hakim memutuskan perkara tersebut

terkait pelanggaran taklik talak.

Empat, Siti Mushofah, Akhwal Al-Syakhshiyah Konsentrasi Peradilan

Agama Tahun 2008, Proses Pembagian Harta Bersama Melalui Perdamaian Di

Depan Sidang: analisis Putusan N0. 1585/Pdt/2007/Pa.Jt, Menyajikan analisis

putusan No. 1585/Pdt.G/2007/PAJT tentang Proses Pembagian Harta Bersama

Melalui Perdamaian Di Depan Sidang, Skripsi ini lebih mengacu kepada

praktik penyelesain sengketa harta bersama di pengadilan Agama (Jakarta

Timur)

Lima, Cici Indriyani, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta (2010) dengan skripsinya yang berjudul, Dampak

Perceraian Cerai Talak. Diluar Prosedur Pengadilan Agama Terhadap Nafkah

Iddah Dan Nafkah Anak, Dalam skripsi ini secara ini secara umum membahas

tentang pemahaman masyarakat terhadap pernikahan, yang termasuk

didalamnya masalah perceraian yang sesuai dengan prosedur hukum yang

berlaku di Indonesia

Enam, Ajid, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(2007), dengan skripsinya yang berjudul persepsi Ulama Serang Tentang

Talak Dibawah Tangan. Dalam skripsi ini lebih terfokus berdasarkan hanya

pada pandangan ulama yang ada di serang mengenai bagaimana persepsi

ulama terkait talak atau perceraian yang terjadi secra tidak resmi talak di

bawah tangan.

Page 22:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

8

Tujuh, Miftah Ulhaq T, Akhawal Al-Syahkshiyah Konsentrasi Peradilan

Agama Tahun 2009, Sita Martial terhadap harta bersama yang berada dalam

hipotik bank: analisis putusan pengadilan agama Tanjungkarang nomor

225/Pdt.G/2006/ Pa. Tanjung karang, Menyajikan analisis putusan pengadilan

Agama Tanjungkarang nomor 225/Pdt.G/ 2006/PA Tanjung Karang tentang

sita marital terhadap harta bersama menurut hukum yang berlaku. Skripsi ini

lebih mengacu kepada praktik penyelesaian sengketa harta bersama di

pengadilan Agama Tanjung Karang.

Dari Tujuh skripsi di atas, tiga membahas Pembagian harta bersama dan

Empat tentang perceraian, hanya saja yang membedakan dengan dengan

skripsi penulis adalah bahwa peneliti lebih mengarah kepada hasil perceraian

di bawah tangan dan mempunyai harta bersama secara otomatis, ketika terjadi

perceraian bagaimana mengatur hak dan kewajiban suami Istri setelah

perceraian yang dilakukan di bawah tangan dan juga mempunyai keturanan

mau ikut kemana Ibunya ataukah dengan bapaknya.

G. Metode Penelitian

Dalam membahas penelitian ini, diperlukan suatu penelitian untuk

memperoleh data yang berhubungan dengan masalah-masalah yang

dibahas dan gambaran dari masalah tersebut secara jelas tepat, tepat dan

akurat. Ada beberapa metode yang akan penulis gunakan, antara lain.

1. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Normatif, dengan cara mendekati masalah yang diteliti

dengan melihat dari undang-undang yang berlaku.

2. Penelitian ini kualitatif dengan pendekatan studi pustaka dan

wawancara.

2. Sumber Data

a. Data Primer, data yang diperoleh dari sumber pertama, yaitu dengan

merupakan data dari wawancara langsung terhadap masyarakat.

Page 23:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

9

b. Data sekunder didapat dari studi pustaka yaitu pengumpulan data

dengan cara membaca penelitian ini, seperti jurnal yang terkait

dengan penelitian, surat kabar, majalah tertulis lainnya.12

3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara dilakukan oleh peneliti untuk

memperoleh data. Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang

digunakan oleh peneliti adalah observasi,wawancara,dokumentasi, dan studi

pustaka yang akan paparkan sebagai berikut:

a. Observasi

Teknik observasi adalah tentang pembagian harta bersama dalam

perceraian di bawah tangan Di Desa Pahlawan Setia secara sistematika.

Dalam observasi ini peneliti terjun langsung ke lapangan untuk

mendapatkan data-data yang akurat dan nyata.

b. Wawancara

Teknik wawancara ini adalah suatu proses tanya jawab lisan, dalam mana

dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yaitu satu dapat melihat

muka yang lain dan mendengar dengan telingga sendiri dari suaranya.13

Dengan menggunakan teknik pengumpulan wawancara ini maka diajukan

kepada informan. Adapun pemilihan informan dilakukan kepada Majlis

Ulama Indonesia (MUI) kecamatan tarumajaya, Kepala Desa Pahlawan

Setia, Ustaz, dan masyarakat yang melakukan perceraian di bawah tangan

dan pembagian harta bersama. Teknik wawancara yang digunakan oleh

peneliti adalah semi formal dimana peneliti menyediakan pertanyaan dan

pertanyaan tersebut berkembang sesuai dengan jawaban informan.

c. Dokumentasi

12

Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, ( Jakarta, Universitas Indonesia,

1986), h 11 13

Sukandarrumidi, Metode Penlitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemuda,

(Yogjakarta: Gadjah Mada University press,2002),h.88

Page 24:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

10

Dokumentasi yang digunakan oleh peneliti adalah foto-foto sebagai

penunjang data observasi dan wawancara.

d. Studi Pustaka

Studi pustaka ialah mengeidentifikasikan secara sistematis dadn

melakukan analisis terhadap buku-buku yang memuat informasi yang

berkaitan dengan tema, objek, dan masalah penelitian yang akan

dikerjakan.

4. Analisis data

Analisis data menggunakan analisis kualitatif yaitu metode

Deduktif. Artinya penulis berusaha memaparkan praktek perceraian di

bawah tangan pada masyarakat Desa Pahlawan Setia, kemudian

melakukan analisis sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah

kesimpulan.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan ini merujuk pada pedoman penulisan skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

diterbitkan oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPM) Fakultas

Syariah dan Hukum tahun 2017

H. Rancangan Sistematika Penulisan

Penelitian skripsi ini terdiri dari 5 (lima) Bab, dimana masing-

masing Bab berisikan pembahasan yang berkesinambungan sebagai

berikut:

Bab Pertama, berisikan Pendahuluan yang berhubungan erat

dengan permasalahan yang akan dibahas. Latar belakang masalah,

Indetifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, motode penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab Kedua, Gambaran umum tentang Pembagian harta bersama

dalam perceraian di bawah tangan di mulai dari kajian teoritis, dan review.

Page 25:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

11

(Tinjauan ulang) hasil studi terdahulu pada pembahsan awal bab yang

berhubungan dengan Pembagian harta bersama dalam perceraian di bawah

tangan, Sub berikutnya atau menjelaskan studi terdahulu yang mempunyai

hubungan dengan fokus penelitian yang dilakukan penulis.

Bab tiga, berisi data penelitian. Pada bagian ini dipaparkan data

hasil observasi di pencatatan sipil, dan masyarakat sekitar terkait perdata,

dan melakukan wawancara kepada warga yang melakukan perceraian di

bawah tangan.

Bab empat, berupa analisis dekriptis terhadap data yang diperoleh

data observasi di masyarakat.

Bab Kelima, merupakan bab akhir dalam penelitian ini terdiri dari

penutup yang berisi kesimpulan dan saran- saran yang bersifat

membangun bagi penyempurnaan penelitian ini.

Page 26:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

12

BAB II

HARTA BERSAMA DAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN

A. Pengertian Harta Bersama

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia harta bersama atau harta goni-gini

secara hukum artinya adalah harta yang berhasil dikumpulkan selama berumah

tangga sehingga menjadi hak berdua suami istri. Sedangkan dalam Kamus Umum

Bahasa Indonesia yang dimaksud harta bersama atau harta gono-gini adalah harta

perolehan bersama selama bersuami istri.14

Istilah hukum harta bersama digunakan secara resmi dan legal, baik dalam

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, Kompilasi Hukum Islam

( KHI), maupun Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Akan tetapi, istilah harta

gono-gini lebih terkenal dikalangan masyarakat dibandingkan dengan istilah

resmi.15

Dalam hukum adat, istilah harta bersama dikenal dengan harta perkawinan

yang dimaksud harta perkawinan ialah semua harta yang dapat digunakan oleh

suatu istri selama terikat dalam hubungan perkawinan.16

Adapun pengertian harta bersama yang terdapat dalam Pasal 35 ayat 1

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu”harta yang

diperoleh selama masa perkawinan “Pengertian harta yaitu “harta yang diperoleh

selama masa perkawinan.17

Pengertian harta bersama menurut Undang-Undang

Perkawinan dapat diibaratkan seperti halnya jika seseorang menghibahkan

tanah,mobil, atau barang lainnya kepada suami istri, atau harta benda yang dibeli

oleh suami istri dari uang mereka berdua, atau tabungan suami istri yang dijadikan

14

Tim Penyusun Kampus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Cet.IX, Jakarta; Balai Pustaka, 1997),h.28 15

Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-gini Saat Terjadi Perceraian, (Jakarta:

Transmedia Pustaka, 2008), h.2 16

Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, (Bandung: Mandar

Maju, 1992), h.156. 17

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Bab VII Pasal 35 ayat (1).

Page 27:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

13

2. Dasar Hukum Harta Bersama Dalam Hukum Positif

Berdasarkan hukum positif yang berlaku di Indonesia, konsep dan

pembagian harta bersama telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kompilasi

Hukum Islam.

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Masalah yang berkaitan dengan harta bersama hanya diatur secara umum dari

singkat dalam 3 Pasal dan tampaknya Undang-Undang ini menyerahkan

pelaksanaan penerapannya berdasarkan nilai-nilai yang hidup di masyarakat.18

Penjelasaan harta bersama terkait dengan Undang-Undang Perkawinan

terdapat dalam Pasal 35 ayat (1) di sebutkan bahwa yang dimaksud dengan harta

bersama adalah harta benda yang diperoleh selama masa perkawinan. Selanjutnya

dalam Pasal 36 ayat (1) menjelaskan kewenangan hak kepemilikan harta bersama,

yang mana suami atau istri dapat bertindak dalam harta bersama atas persetujuan

para pihak. Pasal 37 yang menyatakan bahwa bila perkawinan putus karena

perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing.19

Artinya

bahwa harta kekayaan yang diperoleh sebelum terjadinya perkawinan bukanlah

harta bersama, melainkan harta bawaan yang berasal dari hibah atau warisan.20

Dari Pasal-Pasal ini dapat disimpulkan bahwa pada dasar dalam sebuah

keluarga setidaknya terdapat dua jenis harta yaitu:

1. Harta Pribadi dan harta bawaan

Yaitu harta yang telah dimiliki oleh suami atau istri sebelum mereka

melangsungkan pernikahan dan harta yang diperoleh masing-masing

suami istri sebagai hadiah, atau warisan. Mengenai harta ini secara

hukum suami atau istri mempunyai otoritas penuh untuk

menggunakannya tanpa harus ada persetujuan pihak lain dalam

18

Mardani, Hukum Kekelurga Islam Di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2017), Cet.

2,h.122 19

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Bab VII Pasal 35 ayat (1) 20

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Indonesia, (Jakarta Kencana, 2007)

Ed.1,Cet. 2, h. 184

Page 28:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

14

penggunaannya Pasal 36 ayat 2), boleh juga harta bawaan dari masing-

masing suami istri digabungkan menjadi harta bersama atau harta

perkawinan (Pasal 35 ayat 2).

2. Harta bersama atau harta gono gini

Yaitu harta yang diperoleh suami istri sepanjang keduanya terikat oleh

perkawinan, baik yang mengusahkan harta tersebut hanya suami saja,

istri saja atau diusahakan oleh keduanya. Karena dalam ketentuan di

atas tidak menyebutkan dari mana dan dari siapa harta tersebut

bersalah. Dalam penggunaan harta bersama ini harus ada persetujuan

antara kedua belah pihak suami dan istri.

Penjelasan harta bersama terdapat juga Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata Bab VI pasal 119-138 pada khususnya, dan terdapat di

beberapa Pasal lain pada umumnya. Salah satunya yaitu terdapat dalam

Pasal 119 disebutkan bahwa“Sejak saat dilangsungkannya perkawinan,

maka menurut hukum terjadi harta bersama menyuruh antara suami

istri, sejauh tentang hal itu tidak diadakan perkawinan berjalan tidak

boleh ditiadakan atau diubah dengan suatu persetujuan antara suami

istri.21

3. Pembagian Harta Bersama Dalam Perceraian Menurut Hukum Positif

Berbicara mengenai tata cara pembagian harta bersama, semua

dikembalikan kepada hukumnya masing-masing sebagaimana yang tertera

pada Pasal 37 Undang-Undang Perkawinan.22

Maksudnya adalah bagi

suami istri yang beragama Islam, maka pembagian harta bersama

berdasarkan hukum Islam yang dalam hal ini mengadopsi Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

Sedangkan bagi suami istri yang non-Islam, maka pembagian menganut

Undang-Undang Hukum Perdata atau Hukum Adat.23

21

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Bab VI Pasal 199 22

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Bab VII Pasal 37 ayat (1) 23

M. Beni Kurniawan, Pembagian Harta Bersama Ditinjau Dari Besaran Kontribusi

Suami Istri Dalam Perkawinan, Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018, h.45.

Page 29:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

15

Penjelasan Harta bersama terkait dengan dengan Undang-Undang

Perkawinan terdapat dalam Pasal 35 ayat (1), disebutkan bahwa yang

dimaksud dengan harta bersama adalah harta benda yang diperoleh selama

masa perkawinan. Selanjutnya dalam Pasal 36 ayat (1) menjelaskan

kewenangan hak kepemilikan harta bersama, yang mana suami atau istri

dapat bertindak dalam harta bersama atas persetujuan para pihak. Dan

Pasal 37 yang menyatakan bahwa bila perkawinannya putus karena

perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing.

Artinya bahwa harta kekayaan yang diperoleh sebelum terjadinya

perkawinan bukanlah harta bersama, melainkan harta bawaan yang berasal

dari hibah atau warisan.

4. Pandangan Hukum Islam Tentang Harta Bersama

Hukum Islam mengenal harta kekayaan dalam perkawinan atau

syirkah adalah harta yang diperoleh baik sendiri atau bersama suami istri

selama dalam ikatan perkawinan berlangsung dan selanjutnya disebut

harta bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapa.

Di dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, harta bersama

dijelaskan pada pasal 97, yaitu: Janda atau duda cerai hidup masing-

masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain

dalam perjanjian perkawinan.

Penyebutan istilah harta bersama dalam keluarga atau gono-gini

secara inplisit memang tidak dijumpai dalam Al-Qur’an atau hadits karena

istilah ini berasal dari hukum adat, pada masyarakat yang mengenal

percampuran harta kekayaan dalam keluarga salah satunya adalah

masyarakat Indonesia. Untuk menggali hukumnya, maka harta bersama

dianalogikan kepada syirkah, seperti yang telah diuraikan sebelumnya

pasangan suami istri selama mereka terikat dengan tali perkawinan. Atau

dengan kata lain selama mereka terikat dengan tali perkawinan Atau

Page 30:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

16

dengan kata lain harta yang dihasilkan oleh perkongsian (syirkah) antara

suami istri.

Selengkapnya Pasal 96 Kompilasi Hukum Islam Berbunyi: Apabila

terjadi cerai mati maka separuh harta bersama menjadi hak pasangan yang

hidup lebih lama. Pembagian harta bersama bagi seorang suami atau istri

yang istri atau suaminya hilang harus ditangguhkan sampai adanya

kepastian matinya yang hakiki atau matinya secara hukum atas dasar

putusan Pengadilan Agama.24

Kompilasi Hukum Islam (Inpres Nomor 1 Tahun 1991) Pasal 85

disebutkan bahwa: “Adanya harta bersama dalam perkawinan itu tidak

menutup kemungkinan ada harta masing-masing suami dan istri”, Pasal ini

telah menyebutkan adanya harta bersama dalam perkawinan. Dengan kata

telah telah menyebutkan adanya harta bersama dalam perkawinan. Dengan

kata lain. Kompilasi Hukum Islam mendukung adanya harta bersama

dalam perkawinan, walaupun sudah menikah tetap tidak tertutup

kemungkinan ada harta masing-masing dari suami.25

Pasal 88 menjelaskan bahwa apabila terjadi perselisihan antara

suami istri tentang harta bersama, maka penyelesaian perselisihan itu

diajukan kepada Pengadilan Agama. Pasal 89 menyatakan bahwa suami

bertanggung jawab menjaga harta bersama, harta istri maupun hartanya

sendiri, sementara Pasal 90 menyatakan bahwa istri turut bertanggung

jawab menjaga harta bersama, maupun harta suami yang ada padanya.

Pasal 91 terdiri dari empat ayat (1) harta bersama sebagaimana

tersebut dalam Pasal 85 di atas dapat berupa benda berwujud atau benda

tidak berwujud, (2) harta bersama yang berwujud dapat meliputi benda

tidak bergerak, benda bergerak dan surat-surat berharga, (3) harta bersama

24

M.Yahya Hararap, , Kedudukan dan kewenangan dan Acara Peradilan Agama,

(Jakarta: PT. Garuda Metropolitan press, 1993) Cet.2 h. 297 25

Happy Susanto, Pembagian Harta Goni-Gini Saat Terjadi Perceraian, (Jakarta :

Transmedia Pustaka, 2008),h.13

Page 31:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

17

yang berwujud dapat berupa hak dan kewajiban, dan (4) harta bersama

dapat dijadikan sebagai barang jaminan oleh salah satu pihak atas

penunjukan pihak lain. Pasal 92 menyatakan bahwa suami istri tanpa

persetujuan pihak lain tidak di perbolehkan menjual atau memindahkan

harta bersama.26

Pasal 94 terdiri dari 2 ayat: (1) harta bersama perkawinan seorang

suami yang mempunyai istri lebih dari seorang masing-masing terpisah

dan berdiri sendiri (2) pemilikan harta bersama dari perkawinan seorang

suami yang mempunyai istri lebih dari seorang sebagaimana tersebut

dalam ayat (1), dihitung pada saat berlangsungnya akad perkawinan yang

kedua, ketiga atau keempat.

Pasal 95 terdiri dari 2 ayat: (10 dengan tidak mengurangi ketentuan

Pasal 24 ayat 2 huruf C, Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 dan Pasal

136 ayat (2), suami atau istri dapat meminta Pengadilan Agama untuk

meletakan apabila salah satu melakukan perbuatan yang merugikan dan

membahayakan harta bersama seperti judi, mabuk, boros dan sebagainya.

(2) selama masa sita dapat dilakukan penjualan atas harta bersama untuk

kepentingan keluarga dengan izin Pengadilan Agama.27

Pasal 96 terdiri dari 2 ayat: (1) apabila terjadi cerai mati, maka

separoh harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama (2)

pembagian harta bersama bagi seorang suami adanya kepastian matinya

yang hakiki atau matinya secara hukum atas dasar putusan Pengadilan

Agama. Dan terakhir, Pasal 97 mengatur bahwa janda atau duda cerai

hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak

tentukan lain dalam perjanjian perkawinan. Secara singkat pokok-pokok

hukum harta bersama dalam Bab XIII Kompilasi Hukum Islam ini dapat

diuraikan sebagai berikut:

26

A. Sukris Sarmadi, Format Hukum Perkawinan Dalam Hukum Perdata Islam di

Indonesia, (Yogjakarta Pustaka Prisma, 2008), h.118 27

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, KHI, h.47-50

Page 32:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

18

a. Harta bersama dipisah tetap menjadi milik pribadi dan dikuasai

sepenuhnya oleh pemiliknya (suami atau istri)

1) Harta pribadi tetap menjadi milik pribadi dan dikuasai

sepenuhnya oleh pemiliknya (suami atau istri)

2) Harta bersama menjadi hak bersama suami istri dan terpisah

sepenuhnya dari harta pribadi

b. Harta bersama terwujud sejak tanggal perkawinan dilangsungkan

1) Sejak itu dengan sendirinya terbentuk harta bersama.

2) Tanpa mempersoalkan siapa yang mencari.

3) Tanpa mempersoalkan atas nama siapa terdaftar.

c. Tanpa persetujuan bersama, suami atau istri tidak boleh

mengasingkan atau memindahkan

d. Hutang untuk kepentingan bersama dibebankan kepada harta

bersama.

e. Dalam perkawinan serial atau poligami wujud harta bersama

terpisah antara suami dengan masing-masing istri.

f. Apabila perkawinan putus (mati atau cerai)

1) Harta bersama dibagi dua

2) Masing-masing mendapat setengah bagian

3) Apabila terjadi kematian, bagiannya menjadi tirkah.28

Para Ulama Fiqih berbeda pendapat tentang pembagian macam-

macam Syirkah dalam pembahasan perkongsian syirkah) yang

diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan. Secara garis besar Fuqaha

Mesir (mayoritas bermadzahab Syafi’I dan Malik), membagi syirkah

kepada empat macam yaitu: Syirkah Inan, Syirkah Abdan, Syirkah

Mufawwadhah, dan Syirkah Wujud.29

28

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penerbit UI, 1974),

h.83 29

Ibn Rusyd al-Qurtubi, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, (Mesir:

Maktabah Musthofa al-Baaby al-Halby, 1960), Juz 2, h.201

Page 33:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

19

a. Syirkah Inan, yaitu syirkah terbatas dalam bentuk penggabungan harta dan

usaha untuk mendapatkan untung. Sedangkan perolehan masing-masing

pihak dengan cara lain seperti syirkah dan tetap menjadi milik masing-

masing.

b. Syirkah Abdan, yaitu syirkah dalam bidang pemberian jasa atau

melakukan perkerjaan, jasa atau pekerjaan yang dilakukan itu mungkin

jasa atau pekerjaan yang sama mungkin juga jasa atau pekerjaan yang

berlainan.

c. Syirkah Mufawwadhah, ialah syirkah yang tidak terbatas dalam

penggabungan harta dan usaha untuk mendapatkan untung serta meliputi

pula perolehan masing-masing pihak dengan cara lain seperti seseorang

mendapatkan hadiah, hibah dan lain-lain.

d. Syirkah Wujuh, adalah syirkah antara dua orang atau lebih dengan hanya

bermodalkan kepercayaan.

Sedangkan Ulama Madzhab Hanafi, seperti yang dapat disimpulkan dari

kitab “al-fiqh “alal Madzhaib al-Arba’ah jilid III membagi syirkah menjadi

a. Syirkah Milk, ialah syirkah terhadap suatu benda atau kekayaan dengan

tidak ada kesengajaan untuk mengadakan perjanjian khusus terlebih

dahulu

b. Syirkah Uqud, ialah syirkah yang timbulnya karena adanya perjanjian

terlebih dahulu antara dua orang atau lebih mengenai suatu usaha.

1). Syirkah Mufawwadhah bil Amwal, yaitu perkongsian antara dua orang

atau lebih tentang suatu macam perniagaan.

2) Syirkah “Inan bil Amwal, yaitu perkongsian antara dua orang atau lebih

tentang suatu macam perniagaan atau segala macam perniagaan

3). Syirkah Abdan Mufawwadhah, ialah perkongsian dengan bermodal

tenaga yang kemudian ada pembagian yang sama antara keuntungan atau

kerugian.

4) Syirkah Abdan Inan, yaitu perkongsian tenaga dengan perbedaan tenaga

kerja dan upah.

Page 34:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

20

5) Syirkah Wujud Mufawwadhah, ialah perkongsian dengan bermodalkan

tenaga saja

6) Syirkah Wujud Inan, perkongsian kepercayaan tanpa syarat.30

Para Ulama sepakat bolehnya Syirkah “Inan, sedangkan dalam Syirkah

Mufawwadhah hanya Madzab Hanafi dan Maliki yang memperbolehkan

sedangkan Madzab Hanafi dan Maliki yang memperbolehkan sedangkan

Madzab Syafi’I tidak memperbolehkannya.31

Begitu juga dalam Syirkah Abdan, menurut Madzab Syafi’I adalah

tidak boleh sedangkan menurut Madzab Maliki dan Hambali adalah

boleh hanya saja Imam Malik mensyaratkan perkerjaan yang mereka

lakukan adalah sama sejenis dan satu tempat. Dan dalam Syirkah Wujuh,

hukumnya boleh menurut Madzab Hanafi dan Hambali, sedangkan

menurut Syafi’iyah dan Malikiyah adalah tidak boleh.32

Dari macam-macam syirkah serta adanya perbedaan pendapat

dikalangan Ulama dan melihat praktek gono-gini dalam masyarakat

Indonesia dapat disimpulkan bahwa harta bersama (gono gini) termasuk

dalam syirkah abdan, dikatakan syirkah abdan karena dalam

kenyataannya sebagian besar suami istri dalam masyarakat Indonesia

sama-sama bekerja membanting tulang berusaha untuk mendapatkan

nafkah hidup keluarga sehari-hari atau jika memang hanya suami yang

berkerja sedangkan istri sebagai rumah tangga.

Memelihara dan mendidik anak-anak, bahkan berbelanja menyediakan

makan dan minum ketika suami berkerja maka dengan hal ini suami telah

menerima bantuan yang sangat berharga dan sangat mempengaruhi

kelancaran pekerjaannya sahari-hari yang secara tidak langsung

mempengaruhi juga pada jumlah harta yang diperoleh. Pada dasarnya

para Ulama tidak menentukan secara pasti tentanmg pembagian harta

30

Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu ‘alal Mazhabib al-Arba’ah, (Mesir, Maktabah at-

Tijariyah al-Kubra, 1969), Jilid III, h.63-68 31

Sayyid Sabiq, Fiqh sunah, (Bairut Lebanon, Darul Fikr,) Cet ke 2, 1998, Juz3, h.209 32

Abi Abdillah, Ibnu Majah Al-Qozwaini Sunan Ibnu Majah, (Riyadh Darussalama, 1420

hadits) ke 2353, h.237

Page 35:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

21

(benda) syirkah antara dua orang yang berserikat ketika perserikataan itu

bubar, begitu juga dalam syirkah abdan atau as-shulhu.

Di dalam Al-Qur’an maupun hadits tidak memberi ketentuan

dengan tegas bahwa harta benda yang diperoleh suami selama perkawinan

berlangsung sepenuhnya menjadi hak suami, dan hak istri, hanya terbatas

atas nafkah yang diberikan suami. Dalam waktu yang sama Al-Qur’an dan

hadits juga tidak menegaskan bahwa harta benda yang diperoleh suami

dalam perkawinan, secara langsung istri juga ikut berhak atasnya. Dalam

menentukan apakah harta benda yang diperoleh selama perkawinan

berlangsung menjadi harta bersama atau tidak, termasuk masalah

ijtihadiyyah, masalah yang termasuk dalam daerah wewenang manusia

untuk menentukannya, bersumber kepada ajaran Islam.33

Dari sisi hukum Islam, baik ahli hukum Kelompok Syafi’iyah maupun

para ulama yang paling banyak diikuti oleh hukum kelompok Syafi’iyah

maupun para ulama yang paling banyak diikuti oleh ulama lain, tidak ada

satupun yang sudah membahas masalah harta bersama dalam perkawinan,

sebagaimana yang dipahami oleh hukum adat.34

Dalam Al-Qur’an dan sunnah, harta bersama dalam perkawinan,

sebagaimana yang dipahami oleh hukum adat. Dalam Al-Qur’an dan

sunnah, harta bersama tidak diatur dan tidak ada pembahasannya. Harta

kekayaan istri tetap menjadi milik istri dan dikuasai penuh olehnya

demikian juga sebaliknya, harta suami tetap menjadi milik suami dan

dikuasai sepenuhnya.

B. Pandangan Hukum Positif Terhadap Perceraian Di Bawah Tangan

Putusnya perkawinan Menurut Hukum Islam, menurut Hukum adat

atau perceraian di bawah tangan menurut hukum Islam menyetujui rukun

33

Ahmad Azhar Basyair, M.A, Hukum Perkawinan Islam, (Yogjakarta , UII Press, 2000),

h.66 34

Hilman Hadi Kusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, Menurut Perundang-undangan

Hukum Adat dan Hukum Agama, (Bandung Mandar Maju, 2007), h.127

Page 36:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

22

dan persyaratannya terpenuhi, sedangkan menurut Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam yang dengan jelas menyatakan

bahwa perceraian sah dan memiliki kekuatan hukum yang disetujui di

muka di Pengadilan, tetapi dikalangan masyarakat masih terjadi perceraian

di bawah tangan yang mengakibatkan hak-hak di dalam perkawinan tidak

terpenuhi ketika terjadi perceraian.

Dalam hal ini perceraian di bawah tangan menyalahi aturan sosial dan

nilai sosial yang ada di Indonesia dan lebih banyak mendatangankan

kerusakan dari pada kebaikan melanggar norma yang ada menyebabkan

penyimpangan sosial menjadi dampak buruk bagi hukum perceraian dan

perkawinan di Indonesia yang tidak dapat berjalan sebagaimana

mestinya.35

Perceraian menurut Hukum Islam yang dimuat dalam Pasal 38 dan

Pasal 39 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang telah dijabarkan

dalam PP No. 9 Tahun 1975, mencakup antara lain.

1) Perceraian dalam pengertian cerai talak, yaitu perceraian yang

diajukan permohonannya oleh dan atas inisiatif suami kepada

Pengadilan Agama.

2) Peceraian dalam pengertian cerai gugat, yaitu perceraian yang

diajukan gugatannya oleh dan atas inisiatif istri kepada Pengadilan

Agama.36

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia harta adalah barang-barang atau

uang, sedangkan benda adalah barang-barang kekayaan. Kemudian harta

bersama adalah harta yang diperoleh suami-istri selama hidup.37

35

Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta Rajawali Pers, 2013),

h.307 36

Muhammad Syaifuddin, Hukum Perceraian, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h 18-19 37

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.407

Page 37:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

23

Pasal 29 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Hazairin mengemukakan

memang benar bahwa perjanjian dimaksud bukan termasuk taklik talak dalam

perkawinan Islam yang dibacakan mempelai pria di muka umum setelah selesai

upacara ijab Kabul, sebagaimana bentuk yang telah ditetapkan Menteri Agama

untuk seluruh Indonesia. Taklik talak di Indonesia tidak bersifat bilateral tetapi

bersifat unilateral, oleh karena ia bukan saja mengikat yang mengucapkannya

tetapi juga menjadi sumber hak bagi pihak-pihak lain yang tersebut dalam

pernyatan itu.38

Pasal 122 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mulai Perkawinan

dilangsungkan demi hukum berlakukah persatuan bulat antara harta kekayaan

suami dan istri, sekedar mengenai itu dengan perjanjian kawin tidak ditiadakan

ketentuan lain. Peraturan itu sepanjang perkawinan tak boleh ditiadakan atau

diubah dengan sesuatu persetujuan antara suami ditetapkan dengan Undang-

Undang atau peraturan perundang-undangan, bahwa harta yang diperoleh atas

usaha salah seorang suami atau istri atau segala utang dan rugi sepanjang

perkawinan harus diperhitungkan atas mujur malang persatuan.39

Kedua-

duanya dalam masa adanya hubungan perkawinan, yaitu harta pencaharian

adalah harta bersama suami istri tersebut. Disamping dengan dua cara tersebut,

percampuran harta kekayaan suami istri dapat pula terjadi dengan kenyaatan

kehidupan pasangan suami istri itu.40

Perceraian yang merupakan salah satu penyebab putusnya perkawinan

dapat dikatakan sah apabila dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama

dengan menyertakan alasan-alasan yang dibenarkan oleh Undang-Undang.

Dari sini bisa dilihat bahwa perceraian adalah bahwa perceraian hanya dapat

dilakukan apabila terdapat alasan-alasan yang kuat dalam keadaan yang tidak

dapat dihindarkan lagi.

38

Hazairin, Tinjauan Mengenai Undang-undang Perkawinan, Undang-undang No.1

Tahun 1974, Tirta Mas, Jakarta, h.28-29 39

Soerdharyo Soimin, Hukum Orang dan Keluarga Pesfektif Hukum Perdata Barat/ BW

Hukum Islam, dan Hukum Adat, Edisi Revisi, (Jakarta Sinar Garfika) h.26 40

Muhammad Syarifudin, Hukum Perceraian, (Jakarta penerbit Sinar Grafika 2014), h.

415- 418

Page 38:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

24

Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

ditegaskan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang

pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha. Mendamaikan

kedua belah pihak, selanjutnya mengenai tata caranya diatur tersendiri secara

rinci dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 129 sampai dengan Pasal 148.41

Kemudian juga dalam buku Hukum Islam Suatu Analisis dari Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam Karya Mohd. Idris

Ramulyo berpendapat bahwa untuk masalah perkawinan, perceraian dan rujuk

sangat diperlukan adanya pencatatan dan kehadiran saksi karena ini sangat

berdampak pada masalah kepastian hukum.42

Islam maupun hukum positif tidak ada larangan perceraian secara mutlak.

Namun perceraian harus didahului dengan upaya perdamaian antara kedua

belah pihak. Akan tetapi jika perdamaian antara suami istri tidak terwujud dan

perselisihan semakin memuncak, perceraian adalah jalan terbaik, proses

perceraian harus didahului dengan upaya perdamaian antara suami istri.

Ketentuan perceraian yang diajukan oleh istri juga melalui proses perdamaian

sebagaimana yang ditetapkan terhadap suami. Hal ini sesuai dengan ketentuan

yang termuat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

yang mensyaratkan perceraian harus melalui proses perdamaian terlebih

dahulu.43

Hukum Positif, jika pernikahan harus dicatatkan di Kantor Urusan Agama,

perceraian juga harus dicatatkan di Kantor Pengadilan Agama, agar seluruh

perbuatan masyarakat yang dicatatkan di Kantor Pengadilan Agama, agar

seluruh perbuatan masyarakat yang berkenaan dengan adanya perlindungan

hukum tidak perlu khawatir hak-hak para pihak akan terlantar begitu saja

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang mewajibkan

41

Zahri Hamid, Pokok-Pokok Hukum Islam Dan UU Perkawinan Islam Dan UU,

(Yogjakarta: Bina Cipta, 1976), h. 73 42

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata, (Yogjakarta: PustakaPelajar, 1996), h.203 43

Muhammad Syarifuddin, Hukum Perceraian, (Jakarta sinar Grafika 2014), Cet 2,2014

h. 20

Page 39:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

25

perceraian harus di depan sidang pengadilan. Walaupun sebagian ulama

berpendapat bahwa perceraian tidak memerlukan persaksian, karena tidak ada

hadis Nabi yang menjelaskan bahwa perceraian harus dipersaksikan

a. Asas- asas Perceraian

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan mengatur

proses perceraian antara suami dan istri. Proses perceraian antara suami

istri di dalam prakteknya memiliki asas-asas perceraian yang menjadi

pedoman oleh para hakim dalam menangani proses perceraian.

b. Asas mempersukar hukum perceraian

Undang-Undang perkawinan tidak melarang perceraian, hanya dipersulit

pelaksanaannya, artinya tetap dimungkinkan adanya perceraian jika

seandainya benar-benar tidak dapat dihindarkan, itu pun harus

dilaksanakan dengan secara baik dihadapan sidang pengadilan. Asas

mempersukar proses hukum perceraian diciptakan sehubungan dengan

tujuan perkawinan menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang perkawinan dan penjelasanya yaitu untuk membentuk rumah

tangga atau keluarga yang bahagia dan kekal melalui ikatan lahir batin

antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan berdasarkan ketuhanan

Yang Maha Esa. Dan untuk mewujudkan tujuan perkawinan itu suami istri

perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat

mengembangkan kepribadiannya, membantu dalam mencapai

kesejahteraan spiritual dan material.44

a. Asas kepastian pranata dan kelembagaan hukum perceraian

Tujuan paling hakiki dari keberadaan peraturan-perundang-undangan

Menurut Tinto Slamet hukum dalam hal ini, tidak boleh dipahami bahwa

hukum tidak pasti tanpa adanya peraturan perundang-undangan. Peraturan

perundang-undangan penting untuk menciptakan kepastian hukum, karena

peraturan-perundangan dapat dibaca, dapat dimengerti dengan cara yang

lebih mudah, sehingga sekurang-kurangnya dapat menghindarkan

44

Muhammad Syaifuddin, Hukum Perceraian, (Jakarta:Sinar Grafika 2014), Cet.2, h. 36

Page 40:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

26

spekulasi diantara subyek hukum tentang apa yang boleh dilakukan dan

tidak boleh dilakukan, tentang apa yang merupakan hak dan kewajiban.45

b. Asas perlindungan hukum yang seimbang selama dan setelah proses

Hukum Perceraian

Fitzgerald saat menjelaskan teori perlindungan hukum yang dihasilkan

oleh Salmond, menguraikan bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan

dan mengordinasikan beberapa kepentingan yang ada dalam masyarakat

dengan membatasinya, karena dalam lalu lintas kepentingan, perlindungan

terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara

membatasi kepentingan di lain pihak, hukum melindungi kepentingan

seseorang dengan cara menglokasikan kekuasaan kepadanya secara

terukur untuk bertindak dalam rangka kepentingannya, yang disebut

dengan hak. Keperluan hukum adalah mengurusi hak dan kewajiban

manusia, sehingga hukum mempunyai otoritas tertinggi untuk menentukan

kepentingan manusia yang perlu dilindungi dan di atur.46

Dalam hukum positif, jika pernikahan harus dicatatkan di Kantor

Urusan Agama, perceraian juga harus dicatatkan di Kantor Pengadilan

Agama, agar seluruh hukum yang pasti, tentunya dengan adanya

perlindungan hukum tidak perlu khawatir hak-hak para pihak akan

terlantar begitu saja Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan yang mewajibkan perceraian harus di depan sidang

pengadilan. Walaupun sebagian ulama berpendapat bahwa perceraian

tidak memerlukan persaksian, karena tidak ada hadis Nabi yang

menjelaskan bahwa perceraian harus dipersaksikan.47

Menurut hukum perkawinan, perceraian hanya dapat terjadi

berdasarkan alasan-alasan yang ditentukan oleh Undang-Undang dan harus

dilakukan di depan sidang Pengadilan. Terhadap ketentuan yang termuat

di dalam pasal 39 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang di

45

Tinton Slamet Kurnia, Pengantar Sistem Hukum Indonesia, (Bandung:PT Alumni,

2009),h.49 46

Sajipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung PT.Citra Aditya Bakti, 2000), h.53 47

Pasal 39, Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Page 41:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

27

jabarkan dalam Pasal 19 Peraturan No. 9 Tahun 1975 tentang Kompilasi

Hukum Islam Pasal 116 menyebutkan bahwa alasan tersebut antara lain48

:

Salah satunya berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi dan lain

sebagainya yang sukar disembuhkan.

Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena

hal lain kemampuannya.

Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit sehingga

dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri atau

suami.Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat

yang membahayakan pihak lain. Suami melanggar taklik talak dan murtad

yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.49

Pembahasan permasalahan ini dilihat dari fakta sosial, yang

menyangkut struktur sosial dan institusi sosisal, dalam hal ini menyangkut

tentang pola pikir dan gaya hidup masyarakat dalam menyingkapi

perceraian.50

C.Pandangan Hukum Islam Terhadap Perceraian Di Bawah Tangan

Pasal 114 KHI (Kompilasi Hukum Islam) putusnya perkawinan yang

disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan

perceraian. Pasal 115 KHI perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang

Pengadilan Agama setelah pengadilan agama tersebut berusaha dan tidak bisa

berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

Perceraian di bawah tangan atau perceraian di luar pengadilan istilahnya

muncul menjadi fenomena di masyarakat akibat dari pelaksanaan hukum

perceraian yang dilakukan oleh masyarakat tidak sesuai ketentuan hukum

48

Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, (Jakarta Raja Grafindo2014), h.23 49

Abdurahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta,Akedemi Presindo1992),

h.141 50

Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Press,

2005) h. 5

Page 42:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

28

positif.51

Dalam hukum Islam mensyariatkan, perceraian yang bersumber dari Al-

qur’an dan Al-Hadits, sehingga selama perceraian itu telah memenuhi syarat dan

rukun yang telah ditetapkan, maka perceraian itu telah memenuhi syarat dan

rukun yang telah tersebut diangagap syah. Perceraian dalam perspektif Hukum

Islam dapat terjadi dengan segala cara yang menunjukan berakhirnya hubungan

suami istri diantaranya sebagai berikut.

a). Perceraian dengan kata-kata

Adakalanya kata-kata yang digunakan itu terus terang, tetapi adakalanya

dengan sendirian. Yang dengan kata-kata yang mudah dipahami artinya

waktu diucapkan, seperti:”engkau terletak” atau dengan segala kata-kata

yang diambil dari kata dasar talak. Sedangkan kata-kata sindiran yang bisa

di gunakan itu berarti talak dan lainnya, seperti: “engkau terpisah”, atau

dengan kata “perkaramu”, atau tanganmu sendiri.

b). Perceraian dengan surat

Perceraian dengan menggunakan surat dapat dijatuhkan sekalipun yang

menulisnya mampu berkata-kata. Karena suami boleh menolak istrinya

dengan lafadz (ucapan), ia pun berhak untuk menolak melalui surat,

dengan syarat suratnya itu jelas dan terang, Misalnya:”Wahai Fulanah!

Engkau tertolak.52

c). Isyarat orang bisu

Isyarat orang bisu merupakan alat menjelaskan maksud hatinya kepada

orang lain. Karena itu, isyarat seperti ini dipandang sama nilainya dengan

kata-kata yang diucapkan dalam menjatuhkan talak apabila orang bisu

memberikan isyarat yang maksudnya mengakhiri hubungan suami istri.

d). Mengirimkan seorang utusan

51

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung Citra Aditya Bakti :,

2010), h. 108 52

. Aulia Muthia, Hukum Islam Dinamika Perkembangan Seputar Hukum Perkawinan

dan Hukum Kewarisan, (Wonosari Pustaka Baru Press, 2017), h. 58

Page 43:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

29

Talak dianggap sah dengan mengirim seorang utusan untuk

menyampaikan kepada istrinya yang berada di tempat lain bahwa ia telah

ditolak. Dalam hal ini, utusan tadi bertindak selaku orang yang menolak,

Karena itu, tolaknya sah.

Memang perceraian yang dilakukan di depan sidang pengadilan lebih

memberikan adanya kepastian hukum bagi para pelaku perceraian, karena

perbutan hukumnya dapat dibuktikan dengan adanya bukti akta otentik

yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang oleh pejabat yang

berwenang yaitu berupa akta perceraian. Selain itu, dari segi kemaslahatan

disyaratkannya perceraian di depan sidang pengadilan, agar tidak terjadi

perceraian secara sembarangan dan eksploitasi suami terhadap istri dengan

kekuasaan yang otoritatif dari suami untuk menceraikan si istri dengan

tanpa alasan dan perkawinan ke dua yang telah dilakukan si istri dengan

orang lain atau sebaliknya walaupun tanpa pengetahuan istri atau

sebaliknya, hal tersebit tetap tidak dapat dibenarkan karena secara yuridis

si istri masih terikat dalam perkawinan dengan suaminya yang lama begitu

sebaliknya sebagai akibat perceraian yang tidak sah secara hukum

positif.53

53

Boedi Abdulla, Perkawinan dan Perceraian Keluarga Muslim, (Bandung CV Pustaka

Setia), 2013, h. 69

Page 44:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

30

BAB III

WILAYAH PENELITIAN

Desa Pahlawan setia merupakan salah satu desa dari 8 desa dari satu kecamatan

Kabupaten Bekasi

A. Sejarah singkat desa Sejarah singkat desa

Baik sebelum dan sesudah revolusi fisik, peran aktif rakyat yang didasari

dengan semangat nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa Indonesia, di

perkokoh dengan semangat keimanan fisabillilah untuk mengusir penjajah

khususnya di bekasi andil rakyat pahlawan setia mempunyai peran penting bagi

perjuangan Kota Bekasi sebagai Kota Patriot.54

Tambun Sungai Angke Desa Pahlawan Setia, yang merupakan bagian dari

wilayah Bekasi, tidak lepas dari sebab tersebut. Menurut Gerot, sebelum

menyerbu ke kampungnya, pihak Belanda terlebih dahulu meminta agar orang-

orang Tambun Angke dipindahkan memiliki lurah Recomba (Regerings

Commissaris Bestuurs Aangelegenheden), HJ Van Mook sebagai prakondisi

dibentuk sebagai pemerintahan federal di Indonesia, tentunya untuk

menyelesaikan peralihan roda pemerintahan itu, mereka disokong Tentara

Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) dan Tentara Kerajaan (KL) Belanda. Dengan

mata kepala saya sendiri, saya melihat tentara-tentara Belanda menghabisi para

lelaki dewasa di Tambun Sungai Angke, Desa Pahlawan Setia.55

Sementara itu dekat langgar (sekarang menjadi Masjid Attaqwa), unit KNIL

yang datang dari arah timur langsung melancarkan aksinya. Usai menghabisi

nyawa seorang lelaki bernama Kodir depan, mereka lantas mengumpulkan

belasan laki-laki di depan langgar. Kopang dan Solih termasuk yang terjaring

dalam oprerasi tersebut. Melihat paman dan abangnya digiring secara kasar oleh

54

Data Frofil Desa Pahlawan Kecamatan Tarumajaya Tahun 2018 55

Wawancara dengan Kepala Desa Pahlawan Setia pada tanggal 21 Agustus 2019 Jam

11:00 Wib

Page 45:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

31

para serdadu KNIL, Seorang KNIL dengan kasar mendorong tubuh Gerot hingga

terjerembab ke tanah.

Gerimis masih membasahi tanah senja itu. Diiringi jerit tangis perempuan dan

anak-anak, suara tembakan brengun menghabisi kaum laki-laki yang berbaris di

depan masjid. Mayat Bergempingan bau anyir darah bersanding dengan bau mesiu

yang masih mengepul. Sejarah dibatalkan, sekira 50 orang menjadi korban pereng

militer Belanda di Tambun Sungai Angke Desa Pahlawan Setia.

Singkat cerita, anggota Belanda ultimatum untuk warga Tambun Sungai

Angke Desa Pahlawan Setia agar segera diminta mengangkat seorang lurah.

Sebagian tersebar isu bahwa Belanda sudah mengantongi satu nama, yaitu Jiran,

tokoh masyarakat yang tak lain adalah adik kandung kopang. “Tapi Pak Jiran

tidak mau, dan malah lari ke Cirendeu di Jakarta.56

Setelah melalui perjuangan yang panjang dengan mengorbankan segenap jiwa

dan raga untuk mengisi kemerdekaan yang telah di raih dan juga untuk

memperkokoh kedaulatan para masyarakat, dengan meminta petunjuk dan nasehat

Tokoh legendaris pejuang kota Patriot yang disebut Singa Karawang Bekasi KH.

Noer Ali. Akhirnya pada tahun 1948 sepakat memberi Nama DESA

PAHLAWAN SETIA KECAMATAN BABELAN dengan pusat Pemerintahan.

B Tingkat Pendidikan

Dalam hal pendidikan, Desa Pahlawan Setia terbilang cukup bagus tingkat

pendidikannya. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya jumlah penduduk yang mampu

menamatkan pendidikannya hingga SLTA. Dan hampir tidak adanya penduduk

yang putus sekolah bahkan tidak sekolah sama sekali.

Hal ini ditunjang dengan keberadaan Lembaga pendidikan yang ada di

Desa Pahlawan Setia sendiri maupun Lembaga pendidikan diluar Desa Pahlawan

56

Endra Kusnawan, Sejarah Bekasi sejak Perdaban Buni Ampe Wayah Gini, Penerbit

Tim Henya Media, cetakan 2016, h.175

Page 46:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

32

Setia yang jaraknya tidak terlalu jauh. Dimana saat ini di Desa Pahlawan Setia

terdapat 7 buah SD/MI, 5 buah SLTP (SMP) / Mts , 2 buah SLTA (SMA) / Ma,

dan 7 Raudlatul Athfal atau TK. Sementara Lembaga Pendidikan tingkat SLTA

dan Perguruan Tinggi berada di luar Desa Pahlawan Setia yang jarak tempuhnya

bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan.57

Tabel 3.1

Tingkatan Pendidikan Mayarakat Desa Pahlawan Setia

Tingkatan Pendidikan Laki-Laki (Orang) Perempuan (Orang)

1. Usia 3-6 tahun

yang belum masuk

TK

400 500

2. Usia 3-6 tahun

yang sedang masuk

TK

600 500

3. Usia 7-18 tahun

yang tidak pernah

sekolah

500 400

4. Usia 7-18 tahun

yang sedang

sekolah

400 500

5. Usia 18-56 tahun

yang tidak tamat

SD

700 700

6. Usia 18-56 tahun

yang tidak tamat

SD

500 500

57

Data Frofil Desa Pahlawan Kecamatan Tarumajaya Tahun 2018

Page 47:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

33

7. Usia 18-56 tahun

yang tidak tamat

SLTP

1000 500

8. Usia 18-56 tahun

yang tidak tamat

SLTA

1000 700

9. Tamat SD/sederajat 300 141

10. Tamat

SMP/sederajat

500 500

Tamat SMA/sederajat 600 1000

Tamat D3/sederajat 250 300

Tamat S1/ sederajat 200 300

Tamat S2/sederajat 37 20

Tamat S3/sederajat

Jumlah Jumlah

6.727 6.416

Demografis/jumlah Penduduk58

Jumlah penduduk

Perempuan : 6.461 Orang

Laki-laki : 6.727 Orang

Jumlah Kepala Keluarga ( KK ) : 3.530

1. Sarana ibadah dan Pendidikan

1. Gedung sekolah SD/MI : 7 Sekolah

2. Gedung sekolah SLTP/MTS : 5 Sekolah

3. Gedung sekolah SLTA : 2 Sekolah

4. Gedung sekolah TK/RA : 7 Sekolah

58 Data Frofil Desa Pahlawan Kecamatan Tarumajaya Tahun 2018

Page 48:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

34

2. Agama dan Kewarganegaraan Masyarakat Desa Pahlawan Setia

Secara garis besar masyarkat Desa Pahlawan Setia mempunyai

kepercayaan yang sama menganut paham ajaran Islam dan begitu juga dengan

kewarganegaraanya masyarakat di desa ini secara keseluruhan warga negara

Indonesia. Jadi secara keseluruhan masyarkat desa ini menganut ajaran agama

Islam Islam berkewarganegaraan Indonesia.59

Tabel 3.2

Agama Yang di anut Desa Pahlawan Setia

Islam Katholik Prostestan Hindu Budha Jumlah

11.049 17 121 3 8 11.225

D. Tingkat Kesejahteraan

Desa Pahlawan Setia

Diklasifikasikan sejahtera (51,24 dari skala 100) meskipun memiliki selisiih yang

sangat tipis dengan klasifikasikan miskin. Secara berurutan, rata-rata tingkat

kesejahteraan indikator yang dirumuskan diantaranya hunia (83,62) kesehatan dan

Gizi (65,75), Lingkungan Alam (53,71), Lingkungan Politik (53,33), Tingkat

Pengetahuan (38,22), Lingkungan Ekonomi (27,62) dan kemilikan Aset (24,84),

Desa Pahlawan Setia.

59

Data Frofil Desa Pahlawan Kecamatan Tarumajaya Tahun 2018

Page 49:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

35

Tabel 3.3

Tingkat Perkawinan 2017-2019

No Tingkat Perkawinan Jumlah

1 2017 100

2 2018 70

3 2019 40

210

Tabel 3.4

data perceraian dari tahun 2017-201960

No Tahun Data Perceraian Jumlah

1 2017 60

2 2018 30

3 2019 40

140

60

Buku Frofil Desa Pahlawan Setia Kecamatan Tarumajaya tahun 2018

Page 50:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

36

BAB IV

Analisis Pembagian Harta Bersama di Desa Pahlawan Setia

A. Pembagian Harta Bersama Atas Perceraian Di Bawah Tangan Di Desa

Pahlawan Setia

Pembagian harta bersama atas perceraian di bawah tangan di Desa

Pahlawan Setia dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama kedua belah

pihak. Terdapat 20 objek pembagian harta bersama yang terjadi di Desa

Pahlawan Setia yaitu beberapa objek harta di antaranya motor, peralatan rumah

tangga, rumah, mobil, sawah, kebun, uang, tanah, kulkas, dan dvd.

Berdasarkan hasil Penelitian ditemukan fakta-fakta berikut ini:

1. Berdasarkan hasil kesepakatan kedua belah pihak, harta yang diperoleh selama

pernikahan berupa, motor, dan peralatan rumah tangga. Proses pembagian

harta bersama dilakukan dengan jalan musyawarah dengan dibimbing oleh

seorang ustaz yang dianggap memiliki pengetahuan tentang hukum Islam

khususnya dalam bidang perkawinan.61

2. Selama menikah, suami-istri memiliki harta bersama berupa peralatan rumah

tangga dan motor. Harta bersama tersebut dibagikan seminggu setelah

perceraian terjadi. Berdasarkan hasil musyawarah, istri memilih peralatan

rumah tangga dan suami memilih sepeda motor. Pembagian tersebut

melibatkan ustaz yang mengetahui hukum Islam khususnya dalam bidang

perkawinan.62

3. Pembagian harta bersama dilakukan setelah dua hari bercerai. Harta bersama

berupa motor dan peralatan rumah tangga. Berdasarkan hasil kesepakatan, istri

berhak atas peralatan rumah tangga dan suami berhak mendapatkan motor.

Pembagian harta bersama ini dibimbing oleh seorang ustaz yang mengetahui

hukum Islam khususnya dalam bidang perkawinan.63

61

Wawancara dengan Bapak H. Nasir Tanggal 18 Agustus 2019 Pukul 14:00 Wib 62

Wawancara dengan Taris pitri pada tanggal 19 September 2019 pada jam 14:00 wib 63

Wawancara dengan Rokib pada tanggal 27 September 2019 pada jam 16:00 wib

Page 51:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

37

4. Selama menikah, mereka memiliki harta bersama berupa motor dan peralatan

rumah tangga. Saat pembagian harta bersama dilakukan musyawarah di

rumah, istri mendapatkan peralatan rumah tangga dan suami mendapatkan

motor. Seorang ustaz yang membimbing dan mengetahui hukum Islam, dalam

pembagian harta bersama.64

5. Harta bersama yang dimiliki yaitu motor dan rumah. Pembagian harta

bersama dengan jalan musyawarah keluarga yang dilakukan di rumah.

Berdasarkan kesepakatan, istri mendapatkan rumah sebagai bertimbangan

karena istri harus mengurusi anak. Sedangkan, suami mendapatkan motor.65

6. Selama lima tahun menikah, suami-istri berhasil mempunyai harta bersama,

berupa peralatan rumah tangga dan tanah 50 m2. Harta bersama di bagikan

setelah seminggu bercerai. Istri mendapatkan peralatan rumah tangga dan

suami mendapatkan tanah seluas 50 m2. Pembagian harta tersebut dibimbing

oleh seorang ustaz.66

7. Selama berumah tangga, terdapat harta yang diperoleh selama bersama yang

berbentuk tanah 100M2, rumah dan dvd. Pembagian harta dilakukan setelah

terjadinya perceraian selama 2 hari. Oleh karena itu istri mendapatkan tanah

50 M2 dan dvd, suami mendapatkan tanah 50 M2 dihadiri oleh ustaz yang

mengetahui hukum Islam.67

8. Harta bersama yang diperoleh selama menikah berupa sebidang tanah seluas

30 m2 dan uang Rp10.000.000 serta sepeda motor. Pembagian harta bersama

dilakukan seminggu pascacerai. Istri mendapatkan tanah seluas 20 m2. Dan

uang sebesar Rp10.000.000. Sedangkan, suami mendapatkan sepeda motor

dan tanah seluas 10 m2. Mereka meminta bimbingan dari seorang ustaz dalam

pembagian harta bersama ini.68

9. Harta bersama yang didapatkan selama menikah berupa peralatan rumah

tangga, sebidang tanah dengan luas 50 m2,

dan uang sebesar Rp5.000,000

64

Wawancara dengan ibu Rofikoh pada tanggal 18 Oktober 2019 pada jam 13:00 wib 65

Wawancara dengan H. Rouf tanggal 14 September 2019 pada jam 13:00 wib 66

Wawancara dengan Rini pada tanggal 10 September 2019 pada jam 14:00 wib 67

Wawancara dengan Romanih pada tanggal 17 September 2019 pada jam 13:00 wib 68

Wawancara dengan Nemit pada tanggal 19 September 2019 pada jam 17.00 wib

Page 52:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

38

Pembagian harta bersama dilakukan secara kekeluargaan dengan didampingi

oleh seorang ustaz. Istri mendapatkan uang sebesar Rp5.000.000 dan tanah 20

m2,

sedangkan suami mendapatkan tanah 30 m2

.69

10. Selama pernikahan mereka memperoleh harta bersama berupa motor dan

peralatan rumah tangga. Pembagian harta dilakukan seminggu setelah

perceraian. Suami mendapatkan motor dan istri mendapatkan peralatan rumah

tangga. Pembagian harta bersama tersebut dengan dibimbing oleh seorang

ustaz dan dihadiri oleh keluarga kedua belah pihak.70

11. Selama 10 Tahun menikah, suami-istri memiliki harta bersama berupa rumah,

peralatan rumah tangga, dan kebun. Pembagian harta bersama dilakukan

secara kekeluargaan. Istri mendapatkan rumah dan suami mendapatkan kebun.

Proses pembagiannya dibimbing oleh seorang ustaz yang dianggap memiliki

pengetahuan tentang hukum Islam.71

12. Selama menikah, suami-istri berhasil memiliki harta bersama berupa mobil,

motor, dan rumah. Pembagiannya dilakukan setelah empat hari setelah

perceraian. Istri mendapatkan rumah dan motor karena untuk mengurus dan

mengantarkan anak ke sekolah. Sedangkan suami mendapatkan mobil. Proses

pembagiannya dengan dibimbing oleh seorang ustaz yang dianggap memiliki

pengetahuan tentang hukum Islam.72

13. Pembagian harta bersama mendapatkan harta bersama sawah, rumah dan

tanah, istri mendapatkan tanah, suami mendapatkan sawah dan rumah, karena

suami lebih berkerja keras.73

14. Selama menikah, suami-istri mempunyai harta bersama berupa perabot rumah

tangga, dvd, televisi, motor, dan rumah. Pembagian harta bersama dilakukan

secara kekeluargaan dengan dibimbing oleh ustaz. Istri memperoleh motor dan

perabot rumah tangga, sedangkan suami mendapatkan rumah.74

69

Wawancara dengan jakoh pada tanggal 1 Agustus 2019 pada jam 10:00 wib 70

Wawancara dengan sari pada tanggal 2019 3 agustus 2019 pada jam 15:00 wib 71

Wawancara dengan Irma pada tanggal 20 September 2019 pada jam 15:00 wib 72

Wawancara dengan Nurhalimah pada tanggal 20 September 2019 pada jam 17:00 wib 73

Wawancara dengan Nurhayati pada tanggal 22 September 2019 pada jam 14:00 wib 74

Wawancara dengan Basit pada tanggal 10 Oktober 2019 pada jam 13:00 wib

Page 53:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

39

15. Suami-istri mempunyai harta bersama selama menikah berupa rumah,

sebidang tanah seluas 50 m2, dvd, kulkas. Setelah bercerai, harta bersama

tersebut dibagikan secara kekeluargaan dengan dibimbing oleh seorang ustaz.

Suami mendapatkan tanah seluas 50 m2 dan istri mendapatkan rumah, dvd

kulkas dengan pertimbangan karena istri mengurus anak mereka. 75

16. Selama menikah, suami-istri mempunyai harta bersama berupa rumah,

motor,dvd, dan uang sebanyak Rp20.000.000. Pembagian harta bersama

tersebut dilakukan secara kekeluargaan. Istri mendapatkan rumah dan dvd

serta uang sebanyak Rp20.000.000 Sedangkan, Suami mendapatkan motor.

Proses pembagian harta bersama tersebut dibimbing oleh seorang ustaz.76

17. Mereka mempunyai harta bersama mobil avanza, motor dan rumah, harta

bersama dibagikan setelah suami istri berada di rumah suami mendapatkan

mobil dan istri rumah, dan motor atas dasar kesepakatan bersama. Oleh karena

itu melibatkan ustaz yang mengetahui hukum Islam.77

18. Pernikahan selama 4 tahun mempunyai harta bersama, motor, dvd, rumah,

kebun. Pembagian dilakukan secara kekeluargaan. Istri mendapatkan rumah

dan dvd karenakan mengurus anak. Sedangkan, suami mendapatkan kebun

dan motor. Seorang ustaz ditunjuk untuk membimbing pembagian harta

bersama tersebut.78

19. Selama menikah, suami-istri mempunyai harta bersama berupa motor, rumah,

dvd, kulkas. Pembagian harta bersama dilakukan dua hari setelah bercerai dan

dilakukan secara kekeluargaan. Istri mendapatkan rumah dan dvd. Sedangkan,

suami mendapatkan motor dan kulkas.79

20. Suami-istri menikah, mereka memiliki harta yaitu motor, dan sebidang tanah

seluas 30 m2. Pembagiannya dengan dibimbing oleh ustaz yang memahami

75

Wawancara dengan Ibu Hj. Saroh pada tanggal 10 Oktober 2019 pada jam 15:00 wib 76

Wawancara dengan Ibu Eva pada tanggal 11 Oktober 2019 pada jam 16:00 wib 77

Wawancara dengan Putri pada tanggal 11 Oktober 2019 pada jam 17:00 wib 78

Wawancara dengan Riski pada tanggal 15 Oktober pada jam 15: 00 wib 79

Wawancara dengan Ibu Saroh pada tanggal 17 Oktober 2019 pada jam 13:00 wib

Page 54:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

40

tentang hukum Islam. Istri mendapatkan motor dan suami mendapatkan

sebidang tanah seluas 30 m2. 80

Dari uraian diatas pembagian yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan

kesepakatan bersama oleh keluarga melibatkan ustadz yang mengetahui hukum

Islam. Dalam hal ini masyarakat masih melakukan aturan fikih yang terpenting

adalah kesepakatan bersama, masyarakat menilai karena lebih mudah. Karena di

Desa Pahlawan Setia hampir semua melakukan perkawinan di bawah tangan dan

pembagiannya diselesaikan keluarga dengan kesepakatan bersama dan tokoh

ulama setempat.

Dengan adanya anggapan dan status janda ini maka mantan istri sudah

bebas melakukan pernikahan tanpa akta cerai, karena yang menjadi akta cerai

anggapan masyarakat, dan kedua belah pihak membuat surat pernyataan bahwa

sudah bercerai. Adapun masalah adalah tanggung jawab bersama sampai anak itu

menikah. Apabila mantan istri mempunyai anak dari suaminya yang baru maka

anak tersebut merupakan anak hasil pernikahan yang sah secara agama. 81

Menurut penulis, pernikahan di masyarakat desa pahlawan setia melakukan

pernikahan dibawah tangan sah secara agama tidak sah secara Negara. Maka

dengan kasus ini untuk menyelesaikan pembagian harta bersama dalam

pernikahan dibawah tangan dengan adanya musyawarah keluarga dan di hadiri

tokoh ulama setempat.

Pada zaman sahabat tidak ada pencatatan perceraian secara administasi

negara, karena terlalu rumit untuk diterapkan di Desa ini, karena belum ada

kesadaran untuk diterapkan secara keseluruhan. Hal tersebut dapat dipungkiri,

bahwa masyarakat masih berpegang teguh terhadap aturan hukum Islam dan

berpandangan bahwa hukum Islam adalah sistem yang mereka gunakan dalam

mengatur dan menyelesaikan masalah perceraian yang dapat diikuti oleh umat

Islam. Pada realita yang terjadi Desa Pahlawan Setia ditemukan, tokoh Agama

80

Wawancara dengan Ibu Tasya pada tanggal 19 Oktober 2019 pada jam 16:00 wib 81

Wawancara dengan Pribadi dengan Amil Ustaz Sobur, pada tanggal 25 Januari 2020

Jam 16:00 Wib

Page 55:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

41

sudah pantas untuk menceraikan dan membagikan harta bersama hukum tentang

perceraian. Dan sudah di rekomendasi oleh Kepala Desa, yang berkaitan dengan

pernikahan maka beliau lah mengurusnya. Perkongsian antara lain adalah dalam

pembagian harta bersama (gono-gini) antara suami-istri ketika terjadi perceraian

tidak ada pembagian masing-masing secara pasti misalkan 50% dan suami 50%.

Namun pembagiannya bergantung pada kesepakatan antara suami dan istri

berdasarkan musyawarah atas dasar saling ridha.82

Menurut penulis, melihat kejadian di atas bahwa seharusnya tidak

demikian karena Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 sudah ada dan

harus diterapkan diseluruh daerah agar pernikahan dilakukan sah secara agama

dan sah secara Negara. tujuannya agar mempermudah warga Negara Indonesia

dalam mengurus surat akte, kk dan ijazah demi kebaikan keluaga dan masa depan

anak.

C.Pandangan MUI Desa Pahlawan Setia Tentang Harta Bersama

Menurut MUI Kecamatan Tarumajaya bahwa harta bersama dalam hukum

Islam tidak terlepas dari pembahasan tentang konsep syirkah dalam perkawinan.

Banyak Ulama yang berpendapat bahwa harta bersama termasuk dalam konsep

syirkah. Mengingat konsep tentang harta bersama tidak ditemukan dalam rujukan

teks Al-Qur’an dan Hadis, maka sesungguhnya kita dapat melakukan qiyas

(Perbandingan) dengan konsep fiqih yang sudah ada, yaitu tentang syirkah itu

sendiri. Jadi, tidak bisa dikatakan bahwa berhubung masalah harta bersama tidak

disebutkan dalam Al-Qur’an, maka pembahasan harta bersama menjadi mengada-

ada.83

Oleh karena masalah pencaharian bersama suami istri adalah termasuk

perkongsian, maka untuk mengetahui hukumnya perlu dibahas terlebih dahulu

82

Wawancara Pribadi dengan Amil Desa Ustadz Khoir pada Tanggal 25 Januari 2020

pada Jam 15:00 Wib 83

Wawancara Pribadi KH. Jamalaudin, Mui Kecamatan Tarumajaya Kab. Bekasi 1

Agustus 2019 Pukul 10 : 00 Wib

Page 56:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

42

tentang tentang macam-macam perkongsian sebagaimana yang telah dibahas oleh

para Ahli Fiqih dalam kitab-kitab mereka. Pada dasarnya dalam hukum Islam

tidak mengenal adanya percampuran harta pribadi ke dalam bentuk harta bersama

tetapi dianjurkan adanya percampuran harta pribadi ke dalam bentuk harta

bersama tetapi dianjurkan adanya saling pengertian antara suami istri dalam

mengelola harta pribadi tersebut, jangan sampai pengelolaan ini mengakibatkan

rusaknya hubungan yang mengakibatkan perceraian. Maka dalam hal itu hukum

Islam memperbolehkan adanya perjanjian perkawinan sebelum perkawinan

dilaksanakan. Perjanjian tersebut dapat berupa penggabungan harta milik pribadi

masing-masing menjadi harta bersama, dapat pula ditetapkan tidak adanya

penggabungan harta milik pribadi menjadi harta bersama. Jika perjanjian tersebut

dibuat sebelum perkawinan dilaksanakan, maka perjanjian tersebut adalah sah dan

harus diterapkan.84

Pada dasarnya dalam Hukum Islam tidak mengenal adanya pencampuran

harta pribadi ke dalam bentuk harta bersama tetapi dianjurkan adanya saling

pengertian antara suami istri dalam mengelola harta pribadi tersebut, jangan

sampai pengelolaan ini mengakibatkan rusaknya hubungan yang mengakibatkan

perceraian. Maka dalam hal ini Hukum Islam memperbolehkan adanya perjanjian

perkawinan sebelum perkawinan dilaksanakan. Perjanjian tersebut dapat berupa

penggabungan harta milik pribadi masing-masing menjadi harta bersama, dapat

pula ditetapkan tidak adanya penggabungan harta milik pribadi menjadi harta

bersama. Jika perjanjian tersebut dibuat sebelum perkawinan dilaksanakan, maka

perjanjian tersebut sah di terapkan.

Harta bersama diangakat menjadi Hukum Islam dalam KHI berdasarkan

dalil “urf serta sejalan dengan kaidah al-adatu al-muhakkamah, yaitu bahwa

ketentuan adat bisa dijadikan sebagai hukum yang berlaku dalam hal ini adalah

harta bersama, maka haruslah dipenuhi syarat-syarat, yaitu di antaranya:85

84

Wawancara Pribadi Ust.Didi Mursidi, Mui Kecamatan Tarumajaya Kab. Bekasi 10

Agustus 2019 Pukul 10 : 00 Wib 85

Wawancara Pribadi Ust. Sulaiman, Mui Kecamatan Tarumajaya Kab. Bekasi 15

Agustus 2019 Pukul 10 : 00 Wib

Page 57:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

43

pertama, harta bersama tidak bertentangan dengan nas yang ada. Dalam Al-

Qur’an maupun sunnah tidak ada satupun nas yang melarang atau

memperbolehkan harta bersama. Padahal kenyataan yang berlaku dalam

masyarakat Indonesia adalah bahwa harta bersama telah lama dipraktekakan.

Bahkan manfaatnya dapat dirasakan begitu besar dalam kehidupan mereka.

Sehingga ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia dalam hal ini

KHI menjadi harta bersama sebagai hukum yang berlaku di Indonesia melalui

ijtihadiyyah.

Kedua, harta bersama harus senantiasa berlaku. Harta bersama haruslah

menjadi lembaga yang telah lama berkembang dan senantiasa berlaku dalam

kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang merupakan

lembaga yang penerapannya hampir berlaku di seluruh Indonesia. Tidak hanya

pada zaman yang lalu, akan tetap ditaati dan terpelihara penerapannnya hingga

saat ini. Ketiga, harta bersama merupakan adat yang sifatnya berlaku umum. Hal

ini dapat dilihat dari penerapan harta bersama yang berlaku hampir menyeluruh

dan menjadi suatu kebiasaan di Indonesia, sekalipun dalam penyebutannya di

setiap adat mempunyai penyebutan yang berbeda.

Pertumbuhan dan perkembangan Hukum Islam tidak semata-mata

bersumber dari kebutuhan yang diakibatkan dinamika sosial, budaya, ilmu

teknologi. Tetapi pertumbuhan dan pengembangannya dapat didukung melalui

pendekatan kompromistis dengan adat setempat. Yang paling penting untuk

diperhatikan dalam pendekatan kompromists antara Hukum Islam dengan hukum

adat adalah hukum yang lahir dari kompromistis itu berada dalam kerangka

maslahat mursalah. Dengan demikian, ketentuan hukum adat ini sudah selayaknya

diambil berdasarkan ‘urf sebagai landasan dalam Hukum Islam yang akan

diterapkan di Indoensia.86

Al-Quran dan hadis tidak memberikan ketentuan yang jelas bahwa harta

benda yang diperoleh suami selama berlangsungnya perkawinan sepenuhnya

86

Wawancara Pribadi KH. Mahbub, Mui Kecamatan Tarumajaya Kab. Bekasi 15 Agustus

2019 Pukul 12: 00 Wib

Page 58:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

44

menjadi hak suami. Al-Qur’an juga tidak menerangkan secara jelas bahwa harta

yang diperoleh suami dalam perkawinan, maka secara tidak langsung istri juga

berhak terhadap harta tersebut. Atas dasar itulah, maka bisa dikatakan bahwa

masalah harta bersama ini tidak secara jelas disinggung dalam rujukan Hukum

Islam, baik itu berdasarkan maupun hadis. Masalah harta bersama merupakan

wilayah keduniawian yang belum tersentuh Hukum Islam klasik. Hukum Islam

Kontemporer tentang masalah ini diteropong melalui pendekataan ijtihad, yaitu

bahwa harta benda yang diperoleh oleh suami istri secara bersama-sama selama

masa perkawinan merupakan harta bersama.87

Harta gono-gini dapat disamakan atau digolongkan ke dalam harta syirkah,

yaitu harta yang terkumpul selama menikah harus dibagi secara proposional jika

terjadi perceraian.Harta gono-gini dapat di-qiyas-kan dengan syirkah karena

dipahami istri juga dihitung sebagai pasangan (kongsi) yang berkerja, meskipun

tidak ikut berkerja dalam pengertian yang sesungguhnya. Maksudnya, istri yang

berkerja dalam pengertian mengurus rumah tangga,seperti memasak, mencuci

pakaian, mengasuh anak, membereskan rumah tangga, dan pekerjaan domestik

lainnya, juga dianggap sebagai aktivitas kerja yang penannya tidak bisa dipandang

sebelah mata dan harta gono- gini yang didefinisikan sebagai harta yang

dihasilkan oleh pasangan suami istri selama perkawinan berlangsung, maka harta

gono-gini dapat kategorikan sebagai syirkah mufawadhah atau juga syirkah

abdan.

Bahwa persatuan atau percampuran harta kekayaan tambahan karena

adanya usaha bersama antara mereka berdua. Logikanya, jika terjadi pemutusan

hubungan (perceraian) di antara mereka, maka persatuan harta kekayaan (gono-

gini) itu harus dibagi dua. Pembagiannya bisa ditentukan atas dasar mana pihak

yang lebih banyak berinvestasi dadlam kerja sama itu, apakah suami/istri. Atau

juga dapat dibagi secara merata, yaitu masing-masing pihak mendapatkan

separuh. Pada dasarnya para Ulama tidak menentukan secara pasti tentang

87

Wawancara Pribadi Ust. Sobur Mui Kecamatan Tarumajaya Kab. Bekasi 23 Agustus

2019 Pukul 10 : 00 Wib

Page 59:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

45

pembagian harta (benda) syirkah antara dua orang yang berserikat ketika

perserikatan itu bubar, begitu juga dalam syirkah abdan.

Bahwa di antara tiga sytem hukum yang berlaku di Indonesia, dalam hal

harta bersama suami-istri, hikum Islam yang paling sederhana pengaturannya,

tidak rumit dan mudah dipraktekkan. Hukum Islam tidak mengenal adanya

percampuran harta milik suami dengan harta milik istri, masing-masing pihak

beban mengatur harta miliknya masing-masing, dan tidak diperkenalkan adanya

campur tangan salah satu pihak dalam pengaturannya. Ikut campur nya salah satu

pihak dalam pengaturannya. Ikut campurnya salah satu pihak hanya bersifat

nasihat saja, bukan penentu dalam pengelolaan harta milik pribadi suami atau istri

tersebut.88

Perjanjian itu dapat berupa penggabungan harta milik pribadi masing-

masing menjadi bersama, dapat pula ditetapkan tentang penggabungan hasil harta

milik pribadi masing-masing suami istri dan dapat pula ditetapkan tidak adanya

penggabungan harta milik pribadi masing-masing harta bersama suami-istri Jika

dibuat perjanjian sebelum pernikahan dilaksasnakan, maka perjanjian itu adalah

sah dan harus dilaksanakan.Pembagian harta gono-gini tergantung pada

persetujuan suami dan istri. Kesepakatan ini dalam Al Qur’an disebut dengan

istilah” Ash-Shulhu” yaitu perjanjian untuk melakukan perdamaian antara kedua

belah pihak (suami istri) setelah berselisih.

Begitu juga dalam pembagian harta gono-gini, salah satu dari kedua belah

pihak atau kedua-keduanya terkadang harus merelakan sebagian hak-nya demi

untuk mencapai kesepakatan. Suami yang sama-sama berkerja dan membeli

barang-barang rumah tangga dan membeli barang-barang rumah tangga dengan

uang mereka berdua, kesepakatan ini berlaku jika masing-masing dari suami

memang memiliki andil di dalam pengadaan barang yang telah menjadi milik

berssama, biasannya ini terjadi jika suami dan sitri sama-sama berkerja.

Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa harta bersama merupakan bentuk

88

Wawancara dengan Drs. Tajudin, M.pd, MUI Kecamatan Tarumajaya pada tanggal 25

Januari 2020 Pukul 13.00 Wib

Page 60:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

46

syirkah karena pengertian bentuk kerjasama atau perkongsian antara suami dan

istri, hanya saja bukan dalam bentuk syirkah pada umumnya yang bersifat bisnis

atau kerjasama dalam kegiatan usaha, syirkah dalam harta bersama merupakan

bentuk kerja sama antara suami dan istri untuk membangun sebuah keluarga yang

sakinah, mawaddah dan rahmah tersebut di dalamnya harta bersama dalam

perkawinan.89

D. Tinjauan Hukum Islam pada Perceraian dan Pembagian Harta Bersama Di

Desa Pahlawan Setia

Pada kenyataannya peristiwa perceraian yang terjadi di Desa Pahlawan

Setia di luar pengadilan dikarnakan lebih percaya kepada hukum atau

ketentuan agama dari pada hukum positif. Dan masyarakat menilai bahwa

perceraian di luar pengadilan lebih mudah hanya melalui ustaz, tidak perlu

melakukan sidang di Pengadilan Agama, hanya dengan membuat surat ke

kantor kelurahan bahwa dia sudah bercerai.

Berdasarkan dasar hukum, Pasal 114 KHI, putusnya perkawinan yang

disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan

gugatan perceraian. Pasal 115 KHI, perceraian hanya dapat dilakukan di

depan sidang pengadilan Agama setelah pengadilan agama tersebut berusaha

dan tidak bisa berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

ق عصيىا وإ ٱنطه فئ يع عهيى ٱلل ت ٢٢٢س طهق وٱن بأفسه يتسبص

يا خهق ت أ يك ول يحم نه ثة قسوء ثه ٱلل ي يؤ إ ك حايه في أز

ب و و ٱلل يى خس ٱن أحق بسد ٱل أز وبعىنته نك إ في ذ ادوا ه حا ونه ه إص

م ب ٱنرييث ه سوف عهي ع و ٱن

دزجة ه جال عهي ونهس عصيص حكيى ٱلل

٢٢٢

89 Wawancara dengan Ust. Marwan Kurtubis MUI Kecamatan Tarumajaya pada tanggal

25 Januari 2020 Pukul 14.00 Wib

Page 61:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

47

Dan jika mereka berketetapan hati hendak menceraikan, maka sungguh,

Allah Maha mendengar, Maha mengetahui (Al-Baqarah ayat 227)

Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali

quru’ Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam

rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari itu, jika mereka (para

suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak seimbang

dengan dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.Akan tetapi para

suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan dari pada istrinya Dan Allah

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al-Baqarah ayat 228)

(At Thalaq ayat 7)

سعته نيفق قه ۦ ذو سعة ي ه زش ه ۥوي قدز عهي ا ءاتى يفق ي فه ل ٱلل

يكهف سا إل يا ٱلل ف عم ها سيج ءاتى سا ٱلل س يس د عس بع

Hendaklah orang yang mempu memberi nafkah menurut kemampuanya.

Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta

yang diberikan Allah kepadanya.Allah seseorang melainkan sekedar apa yang

Allah berikan kepadanya. Allah Kelak akan memberikan kelapangan sesudah

kesempitan (at Thalaq ayat 7)

Melihat dari ayat Al-Qur’an di atas, bahwa kejadian yang dilakukan di

Desa Pahlawan setia, setelah terjadinya perceraian suami mengabaikan

tanggung jawab sampai dengan masa iddah, bahwa suami beranggapan suami

sudah tidak ada hubungan suami istri maka suami tidak menafkahi lagi, setelah

terjadi perceraian dibagikan harta bersama secara kesepakatan dan dihadiri

oleh ustaz.

Menurut penulis bahwa suami hendaklah memberi nafkah menurut

kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi

nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya, suami rezekinya akan

bertambah dan dimudahkan Allah dari segala urusan dunia.

Menurut penulis, hendaknya suami jangan berbuat kikir kepada istri dari

segala kebutuhan rumah tangga dan juga anak, karena di dalam rezeki di dalam

Page 62:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

48

rumah tangga bisa mengalir dari doa istri setiap berangkat kerja agar suami

selamat dalam berkerja dan mendapatkan rejeki yang banyak.

Pasal 88 KHI, perselisihan antara suami istri tentang harta bersama, maka

penyelesaian perselisihan itu diajukan kepada Pengadilan Agama.

Melihat dari pasal di atas, bahwa pernikahan dibawah tangan tidak dapat di

selesaikan pem bagian harta bersama melalui pengadilan agama. karena

pernikahan dibawah tangan sah secara agama namun tidak tidak sah secara

Negara.

Menurut penulis, pembagian harta bersama secara musyawarah dengan

keluarga dan di hadiri ulama setempat inilah yang harus dilakukan dalam

pernikahan dibawah tangan. Saran penulis, bagi masyarakat yang ingin

mendapatkan hak harta bersama dengan adil dan sesuai dengan ketentuan

hukum yang berlaku, maka diharuskan melaksanakan pernikahan sah secara

agama dan sah secara Negara.

Pasal 89, menyatakan bahwa suami bertanggung jawab menjaga harta

bersama, harta istri maupun hartanya sendiri,

Melihat dari pasal di atas, setelah terjadinya pernikahan mempunyai harta

bersama, bahwa suami kurang adanya kesadaran, yang terjadi di Desa

Pahlawan Setia. Suami dan istri menghamburkan uang ketika sudah menerima

pembagian harta bersama, untuk keperluan pribadi dan membeli barang yang

seharusnya tidak perlu dibeli, dikarnakan kehidupan semakin modern apapun

dibeli untuk keperluan hidup.

Menurut penulis, terkait harta bersama suami menjaga dan mengeluarkan

hal yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari dikarnakan kebutuhan pokok

mulai mahal, istri juga ketika suami memberikan harta itu sesuai dengan

kebutuhan saja. Saran penulis, pasangan suami istri seharusnya mempunyai

tabungan untuk kehidupan setelah terjadinya perceraian agar nantinya tidak

Page 63:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

49

menyusahkan keluarga sudah mandiri, dalam menghadapi hidup yang penuh

yang keinginan itu perlu dengan uang.

Pasal 90, menyatakan bahwa istri turut bertanggung jawab menjaga harta

bersama, maupun harta suami yang ada padanya.

Melihat dari pasal KHI. Istri selama perkawinan berlangsung harus melihat

kebutuhan apa yang harus dibelikan, dan Masyarakat Desa Pahlawan Setia istri

kurang adanya kesadaran untuk menjaga harta bersama, suami sudah

memberikan harta kepada istri. Dan istri menghamburkan dikarnakan faktor

lingkungan yang menjadi beban, karena masih ikut-ikutan ketika tetangga

membeli sesuatu maka istri membeli barang tersebut.

Menurut penulis, terkait istri mempunyai andil dalam merencanakan

kebutuhan yang diperlukan dalam rumah tangga, dan istri harus menyimpan

harta yang telah diperoleh selama bekerja. Dan apabila suami memberikan

harta tersebut harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Saran penulis, kedua

pasangan itu setelah bercerai harta itu harus dijaga dengan sebaik-baiknya

untuk keperluan diri sendiri maupun anak yang sedang bersekolah sampai

dengan dia melanjut di perguruan tinggi, karena kebutuhannya sangat banyak.

Pasal 89, menyatakan bahwa suami bertanggung jawab menjaga harta

bersama, harta istri maupun hartanya sendiri.

Melihat dari pasal diatas, setelah terjadinya pernikahan mempunyai harta

bersama, bahwa suami kurang adanya kesadaran, yang terjadi di Desa

Pahlawan Setia. Suami dan istri menghamburkan uang ketika sudah menerima

pembagian harta bersama, untuk keperluan pribadi dan membeli barang yang

seharusnya tidak perlu dibeli, dikarnakan kehidupan semakin modern apapun

di beli untuk keperluan hidup.

Page 64:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

50

E. Tinjauan Hukum Positif Terkait Perceraian dan Pembagian Harta

Bersama Di Desa Pahlawan Setia

1. Perceraian

Pasal 39 Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yang

memuat ketentuan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan

Pengadilan Agama, sebagai pengadilan yang turut mendamaikan kedua

belah pihak.

Melihat dari Undang-Undang perceraian di atas, di Desa Pahlawan

Setia terdapat kurangnya pemahaman, dan kesadaran masyarakat terhadap

perceraian di Pengadilan. Karena dari hasil penelitian data dan wawancara

perceraian di luar Pengadilan di Desa Pahlawan Setia, tidak diakui oleh

Negara secara administrasi, dan yang menceraikan itu adalah ustaz.

Hal ini mestinya diperhatikan oleh masyarakat di Desa Pahlawan Setia

perceraian tidak dilakukan di luar Pengadilan, karena perceraian di luar

Pengadilan sah secara agama akan tetapi secara administrasi hukum negara

tidak diakui.

Pasal 35 berbunyi: Pertama, Harta benda yang diperoleh selama

perkawinan menjadikan harta bersama. yang kedua, Harta bersama dari

masing-masing suami dan istri dan harta benda yang diperoleh masing-

masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah penguasaan masing-

masing si penerima para pihak tidak menentukan lain. 90

Dengan terjadinya pernikahan menyebabkan bercampurnya harta

bersama yaitu menjadi harta bersama, pada faktanya di Desa Pahlawan Setia

harus membuat perjanjian perkawinan diantaranya, ketentuan pembagian

harta bersama jika terjadi perceraian. Bahwa pembagian harta bersama di

Desa Pahlawan Setia dengan cara kesepakatan bersama dan dihadiri oleh

ustaz dan kelurga.

Melihat dari ketentuan Undang-undang bahwa pembagian harta

bersama di Desa Pahlawan Setia terdapat kurangnya pemahaman, kesadaran

90

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Bab VII Pasal 35 ayat (1).

Page 65:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

51

masyarakat terhadap ketentuan pembagian harta bersama yang diatur dalam

hukum positif.

Menurut penulis hal ini mestinya diperhatikan oleh masyarakat di

Desa Pahlawan Setia perceraian tidak dilakukan di luar pengadilan, karena

perceraian di luar pengadilan sah secara agama akan tetapi tidak memiliki

kekuatan hukum, dan berdampak kepada anak yang menjadi korban setelah

perceraian.

Pasal 37 Undang-undang Perkawinan bila perkawinan putus karena

perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing.

Melihat dari pasal di atas, perceraian yang terjadi di Desa Pahlawan

Setia dilakukan oleh ustaz. Dan akibat perceraian salah satunya adalah

terkait harta bersama selama perkawinan, pembagian harta bersama di Desa

Pahlawan Setia dilakukan dengan cara musyawarah dan kesepakatan

bersama kedua belah pihak dihadiri dan di bimbing oleh ustaz.

Page 66:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

52

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dan pemaparan yang terdapat pada

beberapa bab sebelumnya maka penulis dapat menyimpulkan sebagai

berikut, diantaranya:

1. Pembagian harta bersama, di Desa Pahlawan Setia oleh masyarakat

berdasarkan kesepakatan bersama dan dihadiri oleh keluarga dan ustaz.

Dalam hal ini masyarakat hanya menggunakan hukum agama dengan

berdasaarkan kesepakatan bersama atau suka rela.

2. Menurut Cabang MUI Kecamatan Tarumajaya bahwa harta bersama

dalam hukum Islam tidak terlepas dari pembahasan tentang konsep

syirkah dalam perkawinan. Banyak Ulama yang berpendapat bahwa harta

bersama termasuk dalam konsep syirkah. Mengingat konsep tentang harta

bersama tidak ditemukan dalam rujukan teks Al-Qur’an dan Hadis, maka

sesungguhnya kita dapat melakukan qiyas (Perbandingan) dengan konsep

fiqih yang sudah ada, yaitu tentang syirkah itu sendiri. Jadi, tidak bisa

dikatakan bahwa berhubung masalah harta brsama tidak disebutkan

dalam Al-Qur’an, maka pembahasan harta bersama menjadi mengada-

ada. karena masalah pencaharian bersama suami istri adalah termasuk

perkongsian, maka untuk mengetahui hukumnya perlu dibahas terlebih

dahulu tentang tentang macam-macam perkongsian sebagaimana

Page 67:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

53

yang telah dibahas oleh para Ahli Fiqih dalam kitab-kitab mereka. Pada

dasarnya dalam Hukum Islam tidak mengenal adanya percampuran harta

pribadi ke dalam bentuk harta bersama tetapi dianjurkan adanya saling

pengertian antara suami istri dalam mengelola harta pribadi tersebut,

jangan sampai pengelolaan ini mengakibatkan rusaknya hubungan yang

mengakibatkan perceraian.

3. Perceraian yang terjadi di Desa Pahlawan Setia dilakukan dengan cara

menghadiri ustaz dan meminta nasehat, yang memutuskan bahwa dia

sudah resmi bercerai sedangkan menurut Pasal 115 KHI, perceraian

hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan Agama setelah

pengadilan agama tersebut berusaha dan tidak bisa berhasil

mendamaikan kedua belah pihak. Pembagian yang dilakukan oleh

masyarakat berdasarkan kesepakatan bersama dan dihadiri oleh keluarga

dan ustaz. Dalam hal ini masyarakat masih melakukan aturan yang

bersumber dari fikih, yang terpenting adalah kesepakatan

bersama.sedangkan menurut Pasal 97 KHI disebutkan janda atau duda

cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang

tidak ditemukan lain dalam perjanjian perkawinan.

Perceraian yang dilakukan oleh masyarakat diluar pengadilan dengan

dihadiri oleh ustaz. Sebagai yang mengarahkan dan memutuskan bahwa

dia sudah bercerai. Dan membuat surat keterangan bercerai di Desa

Pahlawan Setia. Sedangkan Pasal 39 Undang-undang Perkawinan Nomor

1 Tahun 1974 yang memuat ketentuan imperative bahwa perceraian

hanya dapat dilakukan di depan Pengadilan Agama, sebagai pengadilan

yang turut mendamaikan kedua belah pihak.

Pembagian harta bersama yang terjadi di Desa Pahlawan Setia dengan

dilakukan dengan cara mengundang ustadz untuk membagikan hartanya.

Sedangkan menurut hukum perdata pada Pasal 126 bahwa perceraian

duda atau janda pembagaiannya ½.

Page 68:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

54

B. Saran

Berdasarkan pembahasan yang sudah tertulis dalam skripsi ini, penulis

ingin menyampaikan beberapa saran sebagai penutup yakni:

1. Diharapkan kepada alim ulama/tokoh agama dan masyarakat untuk

memahami tentang pembagian harta bersama menurut Undang-

Undang yeng berlaku di Indonesia. Khususnya di Desa Pahlawan

Setia, ini untuk menyampaikan dan memberi ilmu agama dengan

sebaik-baiknya kepada masyarakat awam khususnya ilmu tentang

pembagian harta bersama agar masyarakat dapat memahami

pembagian harta bersama menurut Undang-undang dan Kompilasi

Hukum Islam. Oleh karena itu proses adanya pembinaan hukum dan

sosialisasi penyuluhan hukum sangatlah diperlukan bagi masyarakat

untuk meminimalisir terjadinya perceraian diluar Pengadilan dan

diharapkan dapat memperbaiki kesadaran hukum serta persepsi

masyarakat terhadap perceraian yang harusnnya dilakukan di depan

pengadilan, khusunya masyarakat Desa Pahlawan Setia.

2. Diharapkan kepada seluruh lapisan masyarakat Desa Pahlawan Setia

ini untuk lebih mendalami ilmu tentang pembagian harta bersama

menurut Undang-undang dan kompilasi hukum Islam.

3. Untuk menjaga dan tidak menimbulkan permasalahan dalam keluarga

diharapkan kepada seluruh warga negara republik Indonesia agar

melaksanakan pernikahan sah secara agama dan sah secara negara

sesuai dengan aturan Undang-undang perkawinan No. 1 Tahun 1974.

Page 69:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

55

DAFTAR PUSTKA

A. Buku

Al-Qur’an dan Terjemahnya Depag RI, Tim Penerjemah, Khadim al-Haramayn,

Makkah al-Mukarommah, 1990.

Al-Jaziri Abdurrahman, Al-Fiqhu ‘alal Mazhabib al-Arba’ah, Mesir, Maktabah

at-Tijariyah al-Kubra, 1969.

As-Sadlan Ghanim, bin Sholeh, Qawaid al- Fiqhiyyah al-Kubra wa maa

tafarra’u’anha, (Riyadh: Dar al-Valesia linnasasyar wa at-Tazwij, 1417 H.

Anshori Abdul Ghofur, Peradilan Agama Di Indonesia Pasca Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006 Sejarah, Kedudukan, Dan Kewenangan, Yogjakarta:

UII Press, 2007.

Azhar Basyair Ahmad, M.A, Hukum Perkawinan Islam, Yogjakarta: UII Press,

2000.

Arto Mukti, Praktek Perkara Perdata, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Abdulla Boedi, Perkawinan dan Perceraian Keluarga Muslim, CV Pustaka Setia,

Bandung, 2013.

Ali Zainudin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: PT Sinar Grafika,

2007.

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia Jakarta, Akedemika

Presindo, 2004.

Abdillah Abi Ibnu Majah Al-Qozwaini Sunan Ibnu Majah, Riyadh Darussalama,

1420 hadits ke 2353

Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat. Jakarta: Cahaya Qur’an, 2011.

Abu Daud, Sunan Abi Dawud, Baerut-Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1996.

Aziz Muhammad Azzam Abdul, Fiqih Munakahat, Jakarta: Amzah, 2014.

Badr al-Din Muhammad bin Abdillah al Zarkasyi, al-Burhan fi “Ulum Al-Qur’an

(Mesir: Dar al-al-Ihya al-Kutub al-Arabiyat)

Page 70:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

56

Bakar Abu Jabir Al Jabir Al-Jazairi, Minhajul Muslim, Jakarta: Darul Haq 2006.

Beni M.Kurniawan, Pembagian Harta Bersama Ditinjau Dari Besaran Kontribusi Suami

Istri Dalam Perkawinan, Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018.

Djubaidah Neng, Pencatatan perkawinan dan Perkawinan tidak Dicatat Menurut

Hukum Tertulis Indonesia di Indonesia dan Hukum Islam, Cet Ke-1,

Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Departemen Dalam Negeri, Bahan Ajar Pencatatan Perkawinan dan Perceraian

Dalam Kerangka Sistem Adminitrasi Kependudukan, Jakarta: Pusdiklat dan

Pembangunan Depdagri 2006.

Dahlan Aziz Abdul, Eksiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1997.

Frofil Desa Pahlawan Setia Kecamatan Tarumajaya 2018

Ghani Abdul, Perkawinan Di Bawah Tangan” Mim Hukum No. 23 Tahun Vi

1995

Hadikusuma Hilman, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Bandung: Mandar

Maju, 1992.

Hadi Kusuma Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia, Menurut Perundang-

undangan Hukum Adat dan Hukum Agama, Bandung Mandar Maju, 2007.

Harahap, M. Yahya., Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama,

Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Hamid Zahri, Pokok-Pokok Hukum Islam Dan UU Perkawinan Islam, Yogjakarta:

Bina Cipta, 1976.

Hazairin, Tinjauan Mengenai Undang-undang Perkawinan, Undang-undang No.1

Tahun 1974.

Johan dan Sri Warijati Bahder, Hukum Perdata Islam, Bandung:Mandar Maju,

1997.

Kusuma Hilman Hadi, Hukum Perkawinan Indonesia, Menurut Perundang-

undangan Hukum Adat dan Hukum Agama, Bandung Mandar Maju, 2007.

Kamil Syaikh Muhammad, ‘Uwaidah, Al-Jami’Fi Fiqhi an-Nisa Terjemahan

Abdul Ghofar, Jakarta: Pustaka Al-Kausar, Cetakan Ke-26, 2008.

Page 71:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

57

Kami Al-Hayati Ra’d, Memecahkan Perselisihan Keluarga Menurut Al-Qur’an

dan Sunnah Yogjakarta: Mitra Pustaka, 2004.

Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara

Peradilan Agama Dan Zakat Menurut Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Manan Abdul dan M. Fauzan, Pokok-Pokok Harta Bersama Wewenang Peradilan

Agama, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001.

Manan Abdul, Pokok-Pokok hukum Perdata wewenang Peradilan Agama, PT

Raja Grafindo Persada 2002.

Manan Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indoensia, Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2006.

Manan Abdul, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta Rajawali Pers, 2013.

Muhammad Abdul Kadir, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti:

Bandung, 2010.

Muthia Aulia, Hukum Islam Dinamika Perkembangan Seputar Hukum

Perkawinan dan Hukum Kewarisan, Pustaka Baru Press, Wonosari 2017.

Mardani, Hukum Kekelurga Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2017.

M. Dlori Muhammad, Dicintai Sjuami (Istri) Sampai Mati, Yogjakarta, Kata Hati,

2005.

Nasution Johan Bahder dan Warjiati Sri, Hukum Perdata Islam, Surabaya: Mandar

maju, 1997.

Meliala Djaja S., Perkembangan Hukum Perdata tentang Orang dan Hukum

Keluarga, Bandung: Nuansa aulia 2006.

Muhammad, Hukum Perceraian Cet 2, Sinar Grafika: Jakarta, 2014.

Rofiq Ahmad, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Pt. Raja Grafindo persada Ed

1 Cet ke-6 2003.

Ramulyo Idris Mohd., Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara

Peradilan Agama Dan Zakat Menurut Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Rajid Sulaiman, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994,

Perkawinan, Jakarta, Prenada Media, 2006.

Rusyd al-Qurtubi Ibn, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, (Mesir:

Maktabah Musthofa al-Baaby al-Halby), 1960.

Page 72:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

58

Soekanto Soerjono, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Rajawali Press, 1980.

Soemiyati, Hukum Perkawinan dan Undang-Undang Perkawinan, Yogjakarta

Liberty, 1999.

Syaripudin Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqih dan

Munakahat dan UU Soimin Soerdharyo, Hukum Orang dan Keluarga

Pesfektif Hukum Perdata Barat/ BW Hukum Islam, dan Hukum Adat, Edisi

Revisi, ( Jakarta Sinar Garfika)

Salman Otje dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, Bandung, Pt Refika

Aditama, 2010.

Saleh Wantjik K, Hukum Perkawianan Indonesia, Jakarta 1976, Ghalia Indonesia

Cet. Ke IV,

Susanto Happy, Pembagian Harta Gono-gini Saat Terjadi Perceraian, Jakarta:

Transmedia Pustaka, 2008.

Sabiq Sayyid, Fiqih Sunnah Jilid 3, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006.

Sayyid Fiqih Sunnah, Jilid 3, Terjemahan Ahamad Zulfikar dan Muhammad

Khoyrurrijal, Jawa Barat: Keira, 2015.

Sabiq Sayyid, Fiqh sunah, Bairut Lebanon, Darul Fikr, Cet ke 2, 1998.

Subekti Trusto, Hukum Keluarga dan Perkawinan Bahan Pembelajaran Fakultas

Hukum Unsoed, Purwekerto, 2005.

Muhammad, Putusnya Perkawinan Kedudukan Anak di Luar Perkawinan Jakarta:

Bp-4 Pusat, 1974.

Sukris A. Sarmadi, Format Hukum Perkawinan Dalam Hukum Perdata Islam di

Indonesia, Pustaka Prisma, Yogjakarta, 2008.

Slamet Tinton Kurnia, Pengantar Sistem Hukum Indonesia, Bandung:PT Alumni,

2009.

Sukandarrumidi, Metode Penlitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemuda,

Yogjakarta: Gadjah Mada University press,2002.

Thalib Sayuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: Universitas Indonesia

UI-Press, 1986.

Page 73:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

59

Raharjo Sajipto, Ilmu Hukum, Bandung PT.Citra Aditya Bakti, 2000.

Tim Penyusun Kampus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia Cet.IX, Jakarta; Balai Pustaka, 1997.

B. Undang-Undang

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Bab VII Pasal 37 ayat (1)

Pasal 39, Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, KHI

Inpres No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam, Pasal 96-97

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Bab VII Pasal 35 ayat (1)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Bab VI Pasal 199

C. Wawancara

Wawancara dengan KH. Jamaludin (MUI Tarumajaya Kab. Bekasi)

Wawancara dengan Ust. Sulaiman (MUI Tarumajaya Kab. Bekasi)

Wawanacara dengan Ust. Didi Mursidi (MUI Tarumajaya Kab. Bekasi)

Wawancara dengan KH. Mahbub (MUI Tarumajaya Kab. Bekasi)

Wawancara dengan Ust. Sobur (MUI Tarumajaya Kab. Bekasi dan Amil Desa

Pahlawan Setia)

Wawancara dengan Drs. Tajudin Abdullah (MUI Tarumajaya Kab. Bekasi)

Wawancara dengan Ust. Marwan Kurtubis (MUI Tarumajaya Kab. Bekasi

Wawancara dengan H. Zainal Abidin (Kepala Desa Pahlawan Setia)

Wawancara dengan Ust. Khoir (Amil Desa Pahlawan Setia)

D. Wawancara Kepada Masyarakat Desa Pahlawan Setia

Wawancara dengan Rini pada tanggal 10 September 2019

Wawancara dengan H. Roup pada tanggal 14 September 2019

Wawancara dengan Ibu Romanih pada tanggal 17 September 2019

Wawancara dengan Taris pitri pada tanggal 19 September 2019

Wawancara dengan Nurhalimah pada tanggal 20 September 2019

Wawancara dengan Nurhayati pada tanggal 22 Septemeber 2019

Page 74:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

60

Wawancara dengan bapak Rokib pada tanggal 27 September 2019

Wawancara dengan Ibu Rofikoh pada tanggal 10 Oktober 2019

Wawancara dengan Putri pada tanggal 11 Oktober 2019

Wawancara dengan Ibu Hj. Saroh pada tanggal 10 Oktober 2019

Wawancara dengan Riski pada tanggal 15 Oktober 2019

Wawancara dengan ibu Saroh pada tanggal 17 Oktober 2019

Wawancara dengan ibu Eva pada tanggal 18 Oktober 2019

Wawancara dengan Ibu Tasya pada tanggal 19 Oktober 2019

Wawancara dengan Irma pada tanggal 20 September Oktober 2019

Wawancara dengan Basit pada tanggal 19 Septemeber 2019

Wawancara dengan Jakoh pada tanggal 1 Agustus 2019

Wawancara dengan Sari pada pada tanggal 4 Agustus 2019

Wawancara dengan Bapak H. Nasir Tanggal 18 Agustus 2019

Wawancara dengan Nemit pada tanggal 10 Oktober 2019

Page 75:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

61

Lampiran I

1. Format Tabel

2. Surat Permohonan Wawancara

3. Surat Pernyataan Wawancara

4. Dokumentasi Wawancara

Page 76:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Drs. Tajudin Abdullah M.pd

Jabatan : Anggota Bidang Fatwa, MUI Kecamatan Tarumajaya, Bekasi

Alamat : Kp, Bali Desa Pantai Makmur Kecamatan Tarumajaya, Bekasi

Dengan ini saya memberikan pernyataan bahwasanya saya telah di wawancarai sebagai Narasumber untuk

memenuhi atau melengkapi data yang dibutuhkan oleh penulis, Saya telah memberikan jawaban-jawaban

yang telah sesuai apa yang telah di butuhkan seperti yang saya alami dan diketahui, Kepada

Nama : Ahmad Faletehan

Nim : 11150440000080

Program Study : Hukum Keluarga

Fakultas : Syariah dan Hukum

Wawancara di Lakukan pada

Hari/ Tanggal : Sabtu, 25 Januari 2020

Pukul : 13: 00 Wib

Tempat : Di Rumah

Demikian surat pernyataan ini, sebagai bukti yang bersangkutan telah mewawancarai saya

Dikeluarkan di: Tarumajaya

Pada Tanggal 24 Januari 2020

Drs. Tajudin Abdullah, M.pd

Page 77:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Ustaz. Marwan Kurtubis

Jabatan : Anggota, Bidang Fatwa MUI Tarumajaya

Alamat : Kp.Bojong, Desa Pantai Makmur, Kecamatan Tarumajaya, Bekasi

Dengan ini saya memberikan pernyataan bahwasanya saya telah di wawancarai sebagai Narasumber untuk

memenuhi atau melengkapi data yang dibutuhkan oleh penulis, Saya telah memberikan jawaban-jawaban

yang telah sesuai apa yang telah di butuhkan seperti yang saya alami dan diketahui, Kepada

Nama : Ahmad Faletehan

Nim : 11150440000080

Program Study : Hukum Keluarga

Fakultas : Syariah dan Hukum

Wawancara di Lakukan pada

Hari/ Tanggal : Sabtu, 25 Januari, 2020

Pukul : 14.00 Wib

Tempat : Rumah

Demikian surat pernyataan ini, sebagai bukti yang bersangkutan telah mewawancarai saya

Dikeluarkan di: Tarumajaya

Pada Tanggal 24 Januari 2020

Ustaz. Marwan Kurtubis

Page 78:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Nemit

Jabatan : Wiraswasta

Alamat : Kp. Tambun Sungai Angke Desa Pahlawan Setia

Dengan ini saya memberikan pernyataan bahwasanya saya telah di wawancarai sebagai

narasumber untuk memenuhi atau melengkapi data yang di butuhkan oleh penulis, saya telah

memberikan jawaban sesuai apa yang telah di butuhkan seperti yang saya alami dan diketahui

Nama : Ahmad Faletehan

NIM : 11150440000080

Program Study : Hukum Keluarga

Wawancara di lakukan pada

Hari/ Tanggal : 1 Agustus 2019

Pukul : 11 : 00 Wib

Tempat : Lapangan Bulu Tangkis

Demikian surat pernyataan ini, sebagai bukti yang bersangkutan telah mewawancara

Dikeluarkan di Desa Pahlawan Setia

Pada Tanggal 31 Juli 2019

Nemit

Page 79:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Riski

Jabatan : Wiraswasta

Alamat : Kp. Tambun Semer, Desa Pahlawan Setia

Dengan ini saya memberikan pernyataan bahwasanya saya telah di wawancarai sebagai

narasumber untuk memenuhi atau melengkapi data yang di butuhkan oleh penulis, saya telah

memberikan jawaban sesuai apa yang telah di butuhkan seperti yang saya alami dan diketahui

Nama : Ahmad Faletehan

NIM : 11150440000080

Program Study : Hukum Keluarga

Wawancara di lakukan pada

Hari/ Tanggal : 15 Oktober 2015

Tempat : Rumah Ida

Demikian surat pernyataan ini, sebagai bukti yang bersangkutan telah mewawancara

Dikeluarkan di Desa Pahlawan Setia

Pada Tanggal 14 Oktober 2019

Riski

Page 80:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama Ibu?

Narasumber : Jakoh

2. Penulis : Bagaimana mekanisme perceraian yang dilakukan?

Narasumber : Proses perceraian dilakukan secara hukum Islam

dan kekeluargaan dengan dihadiri oleh seorang ustaz dan sebagaian

tetangga.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : peralatan rumah tangga, dan uang sebesar

5.000.000 tanah 50 m2.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Istri mendapatkan uang sebesar 5.000.000 dan

tanah 20 m2

sedangkan suami mendapatkan tanah 50 m2.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Pembagian harta dilakukan di rumah dengan

dibimbing oleh seorang ustaz dan diahdiri oleh keluarga kedua belah

pihak.

Page 81:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama Ibu?

Narasumber : Sari

2. Penulis : Bagaimana mekanisme perceraian yang dilakukan?

Narasumber : Proses perceraian dilakukan secara hukum Islam

dan kekeluargaan dengan dihadiri oleh seorang ustaz dan sebagaian

tetangga.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : peralatan rumah tangga, dan tanah 50 m2.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Motor dan peralatan rumah tangga.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Pembagian harta dilakukan di rumah dengan

dibimbing oleh seorang ustaz dan diahdiri oleh keluarga kedua belah

pihak.

Page 82:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama ibu?

Narasumber : Rini

2. Penulis : Bagaimana mekanisme perceraian yang dilakukan?

Narasumber : Proses perceraian dilakukan secara hukum Islam

dan kekeluargaan dengan dihadiri oleh seorang ustaz dan sebagian

tetangga.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya

Narasumber : Peralatan rumah tangga dan tanah 50 m2.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Istri mendapatkan peralatan rumah tangga, dan

suami mendapatkan tanah seluas 50 m2.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Pembagian harta dilakukan di rumah dengan jalan

musyawarah dengan bimbing oleh ustaz.

Page 83:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama bapak?

Narasumber : H. Nasir

2. Penulis : Bagaimana mekanisme perceraian yang dilakukan?

Narasumber : Proses perceraian dilakukan secara hukum Islam

dan kekeluargaan dengan dihadiri oleh seorang ustaz dan sebagaian

tetangga.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : Berupa motor, dan peralatan rumah tangga.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Istri mendapatkan peralatan rumah tangga, dan

suami mendapatkan motor.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Pembagian harta dilakukan di rumah dengan jalan

musyawarah dengan bimbing oleh ustaz dianggap memiliki pengetahuan

tentang hukum Islam khususnya dalam perkawinan,

Page 84:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama bapak?

Narasumber : H.Rouf

2. Penulis : Bagaimana Mekanisme Perceraian yang

dilakukan?

Narasumber : Proses perceraian dimbing oleh ustaz yang

mengerti hukum Islam.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : Motor, dan rumah.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Harta di bagikan setelah seminggu bercerai. Istri

mendapatkan peralatan rumah tangga dan suami mendapatkan tanah seluas

50 m2.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Pembagian harta dilakukan di rumah dan

dibimbing oleh seorang ustaz.

Page 85:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama ibu?

Narasumber : Ibu Romanih

2. Penulis : Bagaimana Mekanisme Perceraian yang

dilakukan?

Narasumber : Proses perceraiannya dengan didamping oleh

ustaz.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : Tanah 100 m2, rumah dan dvd.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Pembagian harta dilakukan setelah terjadinya

perceraian selama 2 hari. Istri mendapatkan tanah 50 m2 dan dvd, suami

mendapatkan tanah 50 m2.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Pembagian harta bersama dilakukan di rumah di

hadiri oleh ustaz yang mengetahui hukum Islam.

Page 86:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama bapak?

Narasumber : Taris Pitri

2. Penulis : Bagaimana Mekanisme Perceraian yang

dilakukan?

Narasumber : Percerainya dengan dibimbing oleh ustaz.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : Peralatan rumah tangga dan motor.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Berdasarkan musyawarah, istri memilih peralatan

rumah tangga dan suami memilih sepeda motor.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Pembagian tersebut dilakukan di rumah

melibatkan ustaz yang mengetahui hukum Islam khsusnya dalam bidang

perkawinan.

Page 87:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama Ibu?

Narasumber : Nurhalimah

2. Penulis : Bagaimana Mekanisme Perceraian yang

dilakukan?

Narasumber : Proses perceraian melibatkan ustaz yang

mengetahui hukum Islam dan dihadiri pejabat setempat.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : Mobil, motor dan rumah.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Istri mendapatkan rumah dan motor sedangkan

suami mobil.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Proses pembagiannya dilakukan di rumah ustaz

dan dibimbing ustaz yang dianggap memiliki pengetahuan tentang hukum

Islam.

Page 88:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama Ibu?

Narasumber : Nurhayati

2. Penulis : Bagaimana mekanisme perceraian yang

dilakukan?

Narasumber : Proses perceraian tersebut dengan dibimbing oleh

seorang ustaz.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : Sawah,rumah dan tanah 50m2.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Istri mendapatkan tanah 50m2 dan suami

mendapatkan sawah dan rumah.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Harta bersama di bagikan di rumah bersama

keluarga dan melibatkan ustaz yang mengetahui hukum Islam.

Page 89:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama bapak?

Narasumber : Rokib

2. Penulis : Bagaimana mekanisme perceraian yang

dilakukan?

Narasumber : Proses perceraian tersebut dengan dibimbing oleh

seorang ustaz.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : Peralatan rumah tangga dan motor

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Istri mendapatkan peralatan rumah tangga dan

suami mendapatkan motor.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Pembagian harta bersama dibagikan di rumah dan

dibimbing oleh seorang ustaz yang mengetahui hukum Islam khususnya

dalam bidang perkawinan.

Page 90:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama ibu?

Narasumber : Rofikoh

2. Penulis : Bagaimana mekanisme perceraian yang dilakukan?

Narasumber : Suami menceraikannya secara kekeluargaan

dengan dibimbing oleh seorang ustaz.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : Motor dan peralatan rumah tangga

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Istri mendapatkan peralatan rumah tangga dan

suami mendapatkan motor atas kesepakatan bersama.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Harta bersama dibagikan di rumah Seorang ustaz

yang membimbing dan mengetahui hukum Islam, dalam pembagian harta

bersama.

Page 91:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama ibu?

Narasumber : Putri

2. Penulis : Bagaimana mekanisme perceraian yang

dilakukan?

Narasumber : Perceraiannya secara agama Islam dan

kekeluargaan.Proses perceraian dibimbing oleh seorang ustaz.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : Mobil Avanza, motor dan rumah

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama

Narasumber : Suami mendapatkan mobil dan istri rumah, dan

motor atas dasar kesepakatan bersama.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Pembagian harta bersama dilakukan di rumah dan

melibatkan ustaz yang mengetahui hukum Islam.

Page 92:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama ibu?

Narasumber : Hj. Saroh

2. Penulis : Bagaimana mekanisme perceraian yang dilakukan?

Narasumber : Perceraian dihadiri oleh keluarga dari kedua belah

pihak dan dibimbing oleh seorang ustaz.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : Rumah, sebidang tanah seluas 50 m2, dvd, dan

kulkas.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Suami mendapatkan tanah seluas 50 m2 dan istri

mendapatkan rumah, dvd dan kulkas dengan pertimbangan karena istri

mengurus anak mereka.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Proses pembagian harta bersama dilaksanakan di

rumah dan dihadiri keluarga dan ustaz yang mengetahui hukum Islam.

Page 93:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA

PAHLAWAN SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI

BAWAH TANGAN DAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama ibu?

Narasumber : Kasirah

2. Penulis : Bagaimana mekanisme perceraian yang

dilakukan?

Narasumber : Proses perceraian berlangsung dengan dibimbing

oleh seorang ustaz dan dihadiri oleh tokoh masyarakat setempat.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : Motor,dvd,rumah dan kebun.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Istri mendapatkan rumah dan dvd. Sedangkan

suami mendapatkan kebun.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : harta bersama dilaksanakan di rumah dengan

dihadiri seorang ustaz yang ditunjuk untuk membimbing pembagian harta

bersama tersebut.

Page 94:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA

PAHLAWAN SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI

BAWAH TANGAN DAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama ibu?

Narasumber : Saroh

2. Penulis : Bagaimana mekanisme perceraian yang

dilakukan?

Narasumber : Proses perceraian berlangsung dengan dibimbing

oleh seorang ustaz.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : Motor, rumah dan dvd.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Istri mendapatkan rumah dan dvd.Sedangakan

suami mendapatkan motor dan kulkas atas dasar kesepakatan bersama.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Proses Pembagiannya dilaksanakan di rumah

dengan dibimbing oleh ustaz dan di hadiri tetangga dan keluarga.

Page 95:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama ibu?

Narasumber : Eva

2. Penulis : Bagaimana mekanisme perceraian yang dilakukan?

Narasumber : perceraian dilakukan secara Islam dan

kekeluargaan dengan dibimbing oleh seorang ustaz yang dihadiri oleh

keluarga dari kedua belah pihak.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : Rumah,motor, dan uang sebanyak 20.000.000

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama

Narasumber : Istri mendapatkan rumah dan uang sebanyak

Rp.20.000.000 sedangkan suami mendapatkan motor ninja.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Harta bersama tersebut dibagikan di rumah secara

kekeluargaan dengan dibimbing oleh ustaz.

Page 96:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama ibu?

Narasumber : Tasya

2. Penulis : Bagaimana mekanisme perceraian yang dilakukan?

Narasumber : Istri meminta cerai kepada suami dan suami

menceraikannya dengan dibimbing seorang ustaz

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : Motor, dan sebidang tanah seluas 30 m2.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Istri mendapatkan motor dan saumi mendapatkan

sebidang tanah seluas 30 m2.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Pembagiannya dengan dilakukan di rumah dan

dibimbing oleh ustaz yang dianggap memiliki pengalaman tentang hukum

Islam.

Page 97:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama ibu?

Narasumber : Ibu Irma

2. Penulis : Bagaimana mekanisme perceraian yang dilakukan?

Narasumber : Proses perceraian dibimbing oleh ustaz dan

dihadiri keluarga.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber : Rumah, peralatan rumah tangga dan kebun.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Istri mendapatkan rumah, peralatan rumah tangga

dan suami mendapatkan kebun.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Proses pembagiannya dilakukan di rumah dan

dibimbing oleh seorang ustaz yang dianggap memiliki pengetahuan hukum

Islam.

Page 98:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama bapak?

Narasumber : Basit

2. Penulis : Bagaimana mekanisme perceraian yang

dilakukan?

Narasumber : Proses perceraian dibimbing ustaz dan dihadiri

pejabat setempat.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya?

Narasumber Tanah seluas 30 m2 dan uang 20 000.000 serta

sepeda motor.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Istri mendapatkan tanah seluas 20 m2 dan uang

sebesar Rp.20.000.000 sedangakan suami mendapatkan sepeda motor dan

tanah seluas 10 m2.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Pembagian harta bersama dilakukan di rumah dan

Mereka meminta bimbingan dari seorang ustaz dalam pembagian harta

bersama itu.

Page 99:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT DESA PAHLAWAN

SETIA YANG MELAKUKAN PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN DAN

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

1. Penulis : Siapa nama ibu?

Narasumber : Nanda

2. Penulis Bagaimana mekanisme perceraian yang dilakukan?

Narasumber : Proses perceraian tersebut dengan dibimbing oleh

seorang ustaz dan dihadiri oleh keluarga dan keluarga.

3. Penulis : Bagaimana pembagian harta bersamanya

Narasumber : Peralatan rumah tangga,dvd,televisi,motor dan

rumah.

4. Penulis : Bagaimana cara pembagian harta bersama?

Narasumber : Istri memperoleh motor dan peralatan rumah

tangga, sedangkan suami mendapatkan rumah.

5. Penulis : Pembagian harta bersama, baginya di mana?

Narasumber : Pembagian harta bersama dilakukan di rumah

secara kekeluargaan dengan dibimbing oleh ustaz.

Page 100:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA DESA PAHLAWAN SETIA

1. Penulis : Nama bapak siapa?

Narasumber : H. Zainal Abidin

2. Penulis : Bagaimana menurut bapak asal mula sejarah

wilayah Desa Pahlawan Setia?

Narasumber : Tambun Sungai Angke Desa Pahlawan Setia, yang

merupakan bagian dari wilayah Bekasi, tidak lepas dari sebab tersebut.

Menurut Gerot, sebelum menyerbu ke kampungnya, pihak Belanda

terlebih dahulu meminta agar orang-orang Tambun Angke dipindahkan

memiliki lurah Recomba (Regerings Commissaris Bestuurs

Aangelegenheden), HJ Van Mook sebagai prakondisi dibentuk sebagai

pemerintahan federal di Indonesia, tentunya untuk menyelesaikan

peralihan roda pemerintahan itu, mereka disokong Tentara Kerajaan

Hindia Belanda (KNIL) dan Tentara Kerajaan (KL) Belanda.Dengan mata

kepala saya sendiri, saya melihat tentara-tentara Belanda menghabisi para

lelaki dewasa di Tambun Sungai Angke, Desa Pahlawan Setia.

Page 101:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

WAWANCARA DENGAN MUI KECAMATAN TARUMAJAYA

TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DI DESA PAHLAWAN

SETIA

1. Penulis : Siapa nama bapak?

Narasumber : KH. Jamaludin M.pd

2. Penulis : Bagaimana pandangan bapak tentang pembagian harta

bersama di Desa Pahlawan Setia?

Narasumber : Menurut MUI Kecamatan Tarumajaya bahwa harta

bersama dalam hukum islam tidak terlepas dari pembahasan tentang

konsep syirkah dalam perkawinan. Banyak Ulama yang berpendapat

bahwa harta bersama termasuk dalam konsep syirkah. Mengingat konsep

tentang harta bersama tidak ditemukan dalam rujukan teks Al-Qur’an dan

Hadis, maka sesungguhnya kita dapat melakukan qiyas (Perbandingan)

dengan konsep fiqih yang sudah ada, yaitu tentang syirkah itu sendiri. Jadi,

tidak bisa dikatakan bahwa berhubung masalah harta brsama tidak

disebutkan dalam Al-Qur’an, maka pembahasan harta bersama menjadi

mengada-ada.

Page 102:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

WAWANCARA DENGAN MUI KECAMATAN TARUMAJAYA

TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DI DESA PAHLAWAN

SETIA

1. Penulis : Siapa nama bapak?

Narasumber : Ust. Didi Mursidi S.pd

2. Penulis : Bagaimana pandangan bapak tentang pembagian

harta bersama di Desa Pahlawan Setia

Narasumber : Karena masalah pencaharian bersama suami istri

adalah termasuk perkongsian, maka untuk mengetahui hukumnya perlu

dibahas terlebih dahulu tentang tentang macam-macam perkongsian

sebagaimana yang telah dibahas oleh para Ahli Fiqih dalam kitab-kitab

mereka. Pada dasarnya dalam Hukum Islam tidak mengenal adanya

percampuran harta pribadi ke dalam bentuk harta bersama tetapi

dianjurkan adanya percampuran harta pribadi ke dalam bentuk harta

bersama tetapi dianjurkan adanya saling pengertian antara suami istri

dalam mengelola harta pribadi tersebut, jangan sampai pengelolaan ini

mengakibatkan rusaknya hubungan yang mengakibatkan perceraian. Maka

dalam hal itu hukum Islam memperbolehkan adanya perjanjian

perkawinan sebelum perkawinan dilaksanakan. Perjanjian tersebut dapat

berupa penggabungan harta milik pribadi masing-masing menjadi harta

bersama, dapat pula ditetapkan tidak adanya penggabungan harta milik

pribadi menjadi harta bersama. Jika perjanjian tersebut dibuat sebelum

perkawinan dilaksanakan, maka perjanjian tersebut adalah sah dan harus

diterapkan.

Page 103:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

WAWANCARA DENGAN MUI KECAMATAN TARUMAJAYA

TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DI DESA PAHLAWAN

SETIA

1. Penulis : Siapa nama bapak?

2. Narasumber : Ustaz. Sobur S.pd

3. Penulis : Bagaimana pandangan bapak tentang pembagian

harta bersama di Desa Pahlawan Setia?

Narasumber : Al-Quran dan hadis tidak memberikan ketentuan

yang jelas bahwa harta benda yang diperoleh suami selama

berlangsungnya perkawinan sepenuhnya menjadi hak suami. Al-Qur’an

juga tidak menerangkan secara jelas bahwa harta yang diperoleh suami

dalam perkawinan, maka secara tidak langsung istri juga berhak terhadap

harta tersebut. Atas dasar itulah, maka bisa dikatakan bahwa masalah harta

bersama ini tidak secara jelas disinggung dalam rujukan Hukum Islam,

baik itu berdasarkan maupun hadis. Masalah harta bersama merupakan

wilayah keduniawian yang belum tersentuh Hukum Islam klasik. Hukum

Islam Kontemporer tentang masalah ini diteropong melalui pendekataan

ijtihad, yaitu bahwa harta benda yang diperoleh oleh suami istri secara

bersama-sama selama masa perkawinan merupakan harta bersama.

Page 104:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

WAWANCARA DENGAN MUI KECAMATAN TARUMAJAYA

TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DI DESA PAHLAWAN

SETIA

1. Penulis : Siapa nama bapak?

Narasumber : Ustaz. Sulaiman S.HI

2. Penulis : Bagaimana pandangan bapak tentang pembagian

harta bersama di Desa Pahlawan Setia?

Narasumber : Pada dasarnya dalam Hukum Islam tidak

mengenal adanya pencampuran harta pribadi ke dalam bentuk harta

bersama tetapi dianjurkan adanya saling pengertian antara suami istri

dalam mengelola harta pribadi tersebut, jangan sampai pengelolaan ini

mengakibatkan rusaknya hubungan yang mengakibatkan perceraian. Maka

dalam hal ini Hukum Islam memperbolehkan adanya perjanjian

perkawinan sebelum perkawinan dilaksanakan.Perjanjian tersebut dapat

berupa penggabungan harta milik pribadi masing-masing menjadi harta

bersama, dapat pula ditetapkan tidak adanya penggabungan harta milik

pribadi menjadi harta bersama. Jika perjanjian tersebut dibuat sebelum

perkawinan dilaksanakan, maka perjanjian tersebut sah di terapkan.

Harta bersama diangkat menjadi Hukum Islam dalam KHI berdasarkan

dalil “urf serta sejalan dengan kaidah al-adatu al-muhakkamah, yaitu

bahwa ketentuan adat bisa dijadikan sebagai hukum yang berlaku dalam

hal ini adalah harta bersama, maka haruslah dipenuhi syarat-syarat.

Page 105:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

WAWANCARA DENGAN MUI KECAMATAN TARUMAJAYA

TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DI DESA PAHLAWAN

SETIA

1. Penulis : Siapa Nama bapak?

Narasumber : KH. Mahbub

2. Penulis : Bagaimana pandangan bapak tentang pembagian

harta bersama di Desa Pahlawan Setia

Narasumber : Pertama, harta bersama tidak bertentangan dengan

nas yang ada. Dalam Al-Qur’an maupun sunnah tidak ada satupun nas

yang melarang atau memperbolehkan harta bersama. Padahal kenyataan

yang berlaku dalam masyarakat Indonesia adalah bahwa harta bersama

telah lama dipraktekakan. Bahkan manfaatnya dapat dirasakan begitu

besar dalam kehidupan mereka. Sehingga ketentuan-ketentuan hukum

yang berlaku di Indonesia dalam hal ini KHI menjadi harta bersama

sebagai hukum yang berlaku di Indonesia melalui ijtihadiyyah.

Kedua, harta bersama harus senantiasa berlaku. Harta bersama haruslah

menjadi lembaga yang telah lama berkembang dan senantiasa berlaku

dalam kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat Indoensia

yang merupakan lembaga yang penerapannya hampir berlaku di seluruh

Indoensia. Tidak hanya pada zaman yang lalu, akan tetap ditaati dan

terpelihara penerapannnya hingga saat ini. Ketiga, harta bersama

merupakan adat yang sifatnya berlaku umum. Hal ini dapat dilihat dari

penerapan harta bersama yang berlaku hampir menyeluruh dan menjadi

suatu kebiasaan di Indonesia, sekalipun dalam penyebutannya di setiap

adat mempunyai penyebutan yang berbeda.

Pertumbuhan dan perkembangan Hukum Islam tidak semata-mata

bersumber dari kebutuhan yang diakibatkan dinamika sosial, budaya, ilmu

Page 106:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

teknologi. Tetapi pertumbuhan dan pengembangannya dapat didukung

melalui pendekatan kompromistis dengan adat setempat. Yang paling

penting untuk diperhatikan dalam pendekatan kompromists antara Hukum

Islam dengan hukum adat adalah hukum yang lahir dari kompromistis itu

berada dalam kerangka maslahat mursalah. Dengan demikian, ketentuan

hukum adat ini sudah selayaknya diambil berdasarkan ‘urf sebagai

landasan dalam Hukum Islam yang akan diterapkan di Indoensia.

Page 107:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

KUTIPAN WAWANCARA DENGAN AMIL DESA PAHLAWAN SETIA

1. Penulis : Nama Bapak siapa?

Narasumber : Ustaz. Sobur, Spd

2. Penulis : Kenapa Masyarakat lebih memilih Perceraian dan

pembagian harta bersama melalaui Bapak?

Narasumber : Dengan adanya anggapan dan status janda ini maka

mantan istri sudah bebas melakukan pernikahan tanpa akta cerai, karena yang menjadi

akta cerai anggapan masyarakat, dan kedua belah pihak membuat surat pernyataan bahwa

sudah bercerai. Adapun masalah adalah tanggung jawab bersama sampai anak itu

menikah. Apabila mantan istri mempunyai anak dari suaminya yang baru maka anak

tersebut merupakan anak hasil pernikahan yang sah secara agama.

Page 108:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

KUTIPAN WAWANCARA DENGAN AMIL DESA PAHLAWAN SETIA

1. Penulis : Nama Bapak siapa?

Narasumber : Ustaz. Amil Khoir

2. Penulis : Kenapa Masyarakat lebih memilih Perceraian dan

pembagian harta bersama melalaui Bapak?

Narasumber : Pada zaman sahabat tidak ada pencatatan perceraian

secara administasi negara, karena terlalu rumit untuk diterapkan di Desa ini, karena

belum ada kesadaran untuk diterapkan secara keseluruhan. Hal tersebut dapat dipungkiri,

bahwa masyarakat masih berpegang teguh terhadap aturan hukum Islam dan

berpandangan bahwa hukum Islam adalah sistem yang mereka gunakan dalam mengatur

dan menyelesaikan masalah perceraian yang dapat diikuti oleh umat Islam. Pada realita

yang terjadi Desa Pahlawan Setia ditemukan, tokoh Agama sudah pantas untuk

menceraikan dan membagikan harta bersama hukum tentang perceraian. Dan sudah di

rekomendasi oleh Kepala Desa, yang berkaitan dengan pernikahan maka beliau lah

mengurusnya. Perkongsian antara lain adalah dalam pembagian harta bersama (gono-

gini) antara suami-istri ketika terjadi perceraian tidak ada pembagian masing-masing

secara pasti misalkan 50% dan suami 50%. Namun pembagiannya bergantung pada

kesepakatan antara suami dan istri berdasarkan musyawarah atas dasar saling ridha.

Page 109:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

WAWANCARA DENGAN MUI KECAMATAN TARUMAJAYA KAB. BEKASI

1. Penulis : Nama Bapak Siapa?

Narasumber : Drs. Tajudin Abdullah, M.pd

2. Penulis : Bagaimana pandangan bapak tentang pembagian harta bersama di

Desa Pahlawan Setia?

Narasumber : Harta gono-gini dapat disamakan atau digolongkan ke dalam

harta

Syirkah, yaitu harta yang terkumpul selama menikah harus dibagi secara

proposional jika terjadi perceraian.Harta gono-gini dapat di-qiyas-kan dengan syirkah

karena dipahami istri juga dihitung sebagai pasangan (kongsi) yang berkerja, meskipun

tidak ikut berkerja dalam pengertian yang sesungguhnya. Maksudnya, istri yang berkerja

dalam pengertian mengurus rumah tangga,seperti memasak, mencuci pakaian, mengasuh

anak, membereskan rumah tangga, dan pekerjaan domestik lainnya, juga dianggap

sebagai aktivitas kerja yang penannya tidak bisa dipandang sebelah mata dan harta

gono- gini yang didefinisikan sebagai harta yang dihasilkan oleh pasangan suami istri

selama perkawinan berlangsung, maka harta gono-gini dapat kategorikan sebagai syirkah

mufawadhah atau juga syirkah abdan.

Bahwa persatuan atau percampuran harta kekayaan tambahan karena adanya

usaha bersama antara mereka berdua. Logikanya, jika terjadi pemutusan hubungan

(perceraian) di antara mereka, maka persatuan harta kekayaan (gono-gini) itu harus

dibagi dua. Pembagiannya bisa ditentukan atas dasar mana pihak yang lebih banyak

berinvestasi dadlam kerja sama itu, apakah suami/istri. Atau juga dapat dibagi secara

merata, yaitu masing-masing pihak mendapatkan separuh. Pada dasarnya para Ulama

tidak menentukan secara pasti tentang pembagian harta (benda) syirkah antara dua orang

yang berserikat ketika perserikatan itu bubar, begitu juga dalam syirkah abdan.

Page 110:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Bahwa di antara tiga sytem hukum yang berlaku di Indonesia, dalam hal harta

bersama suami-istri, hikum Islam yang paling sederhana pengaturannya, tidak rumit dan

mudah dipraktekkan. Hukum Islam tidak mengenal adanya percampuran harta milik

suami dengan harta milik istri, masing-masing pihak beban mengatur harta miliknya

masing-masing, dan tidak diperkenalkan adanya campur tangan salah satu pihak dalam

pengaturannya. Ikut campur nya salah satu pihak dalam pengaturannya. Ikut campurnya

salah satu pihak hanya bersifat nasihat saja, bukan penentu dalam pengelolaan harta milik

pribadi suami atau istri tersebut.

Page 111:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

WAWANCARA DENGAN MUI KECAMATAN TARUMAJAYA KAB. BEKASI

1. Penulis : Nama Bapak Siapa?

Narasumber : Ustaz. Marwan Kurtubis

2. Penulis : Bagaimana pandangan bapak tentang pembagian harta bersama di

Desa Pahlawan Setia?

Narasumber : Perjanjian itu dapat berupa penggabungan harta milik pribadi

masing-masing menjadi bersama, dapat pula ditetapkan tentang penggabunganh hasil

harta milik pribadi masing-masing suami istri dan dapat pula ditetapkan tidak adanya

penggabungan harta milik pribadi masing-masing harta bersama suami-istri Jika dibuat

perjanjian sebelum pernikahan dilaksasnakan, maka perjanjian itu adalah sah dan harus

dilaksanakan.Pembagian harta gono-gini tergantung pada persetujuan suami dan istri.

Kesepakatan ini dalam Al Qur’an disebut dengan istilah” Ash-Shulhu” yaitu perjanjian

untuk melakukan perdamaian antara kedua belah pihak (suami istri) setelah berselisih.

Begitu juga dalam pembagian harta gono-gini, salah satu dari kedua belah pihak

atau kedua-keduanya terkadang harus merelakan sebagian hak-nya demi untuk mencapai

kesepakatan.Umpamanya suami yang sama-sama berkerja dan membeli barang-barang

rumah tangga dan membeli barang-barang rumah tangga dengan uang mereka berdua,

kesepakatan ini berlaku jika masing-masing dari suami memang memiliki andil di dalam

pengadaan barang yang telah menjadi milik berssama, biasannya ini terjadi jika suami

dan sitri sama-sama berkerja. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa harta

bersama merupakan bentuk syirkah karena pengertian bentuk kerjasama atau perkongsian

antara suami dan istri, hanya saja bukan dalam bentuk syirkah pada umumnya yang

bersifat bisnis atau kerjasama dalam kegiatan usaha, syirkah dalam harta bersama

merupakan bentuk kerja sama antara suami dan istri untuk membangun sebuah keluarga

yang sakinah, mawaddah dan rahmah tersebut di dalamnya harta bersama dalam

perkawinan.

Page 112:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

DOKUMENTASI

Wawancara dengan Ibu Jakoh

Wawancara dengan Ibu Saroh

Page 113:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Wawancara dengan Ibu Romanih

Wawancara dengan Bapak Basit

Page 114:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Wawancara dengan Ibu Sari

Wawancara dengan Bapak Rokib

Page 115:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Wawancara dengan Ibu Rofikoh

Wawancara dengan Bapak Riski

Page 116:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Wawancara dengan Ibu Putri

Wawancara dengan Tasya

Page 117:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Wawancara dengan Bapak Nemit

Wawancara dengan Ibu Nur Halimah

Page 118:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Wawancara dengan Ibu Nurhayati

Wawancara dengan Ibu Hj. Saroh

Page 119:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Wawancara dengan Bapak H. Rouf

Wawancara dengan Ibu Eva

Page 120:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Wawancara dengan bapak Taris Pitri

Wawancara dengan Ibu Rini

Page 121:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Wawancara dengan Ibu Irma

Wawancara

Wawancara dengan Bapak H. Nasir

Page 122:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Observasi Kecamatan Tarumajaya

Wawancara dengan Kepala Desa Pahlawan Setia

Page 123:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Dokumentasi MUI Tarumajaya

Wawancara Dengan Drs. Tajudin Abdullah, M.pd

Wawancara dengan Ustaz Sulaiman S.HI

Page 124:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Wawancara dengan Ustaz Didi Mursidi S.pd

Wawancara dengan Ust Sobur/ Amil Desa Pahlawan Setia

Page 125:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Wawancara Dengan KH. Jamaludin M.pd

Wawancara Dengan KH. Mahbub

Page 126:  · BERSAMA DALAM PERCERAIAN DI BAWAH TANGAN( STUDI KASUS DESA PAHLAWAN SETIA, BEKASI), Prodi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Wawancara Dengan Ustadz Marwan Kurtubis

Wawancara dengan Ustaz Khoir Amil Desa Pahlawan Setia