bersama beraksi menjaga satwa papua · bersama beraksi menjaga satwa papua usaid lestari: cerita...

3
BERSAMA BERAKSI MENJAGA SATWA PAPUA USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN Oleh: Rini Sulistyawati Papua adalah rumah bagi beragam spesies ikonik, yang sayangnya kerap diperdagangkan secara ilegal. Penyelundupan dan perdagangan satwa liar hingga saat masih terjadi karena adanya permintaan pasar baik sebagai hewan peliharaan, cenderamata mau- pun obat-obatan untuk diimpor ke luar negeri. Di Mimika, Forum Multipihak berhasil mengajak pihak swasta, pemerintah dan masyarakat untuk melaku- kan aksi nyata untuk menjaga satwa dan menangkal perdagangan satwa. Keunikan dan endemisitas satwa Papua merupakan faktor utama yang membuat mereka diburu dan diperdagangkan. Beberapa satwa liar khas wilayah ini adalah Kasuari (Casuarius casuarius), Cendera- wasih (Paradisaea Sp), Nuri Kepala Hitam (Lorius lory), Kakatua Jambul Kuning (Cacatua galerita), Kakatua Raja (Probosciger aterrimus), Rangkong Papua (Rhyticeros plicatus), Kuskus (Phalanger spp.), Sanca Hijau (Morelia viridis), dan Kura-kura Moncong Babi (Carettochelys inscultpa). Upaya perlindungan satwa sebenarnya telah ter- tuang dalam Undang-Undang Nomor 5/1990 ten- tang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Eko- sistemnya dan lampiran Peraturan Pemerintah No- mor 7/1999. Namun, hukum belum sepenuh tenaga menindak pelaku perdagangan ilegal. “Upaya penyelamatan satwa liar Papua menghadapi berbagai tan- tangan dan kendala di lapangan. Oleh karena itu perlu dukungan berbagai pihak baik dari Pemda Mimika, kepolisian, TNI, karan- tina, sektor swasta, LSM dan komunitas pecinta satwa,” kata Kepala KSDA SKW II Timika, Bambang H. Lakuy. USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

Upload: hadieu

Post on 03-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BERSAMA BERAKSI MENJAGA SATWA PAPUA

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN

Oleh: Rini Sulistyawati

Papua adalah rumah bagi beragam spesies ikonik, yang sayangnya kerap diperdagangkan secara ilegal. Penyelundupan dan perdagangan satwa liar hingga saat masih terjadi karena adanya permintaan pasar baik sebagai hewan peliharaan, cenderamata mau-pun obat-obatan untuk diimpor ke luar negeri. Di Mimika, Forum Multipihak berhasil mengajak pihak swasta, pemerintah dan masyarakat untuk melaku-kan aksi nyata untuk menjaga satwa dan menangkal perdagangan satwa.

Keunikan dan endemisitas satwa Papua merupakan faktor utama yang membuat mereka diburu dan diperdagangkan. Beberapa satwa liar khas wilayah ini adalah Kasuari (Casuarius casuarius), Cendera- wasih (Paradisaea Sp), Nuri Kepala Hitam (Lorius lory), Kakatua Jambul Kuning (Cacatua galerita), Kakatua Raja (Probosciger aterrimus), Rangkong Papua (Rhyticeros plicatus), Kuskus (Phalanger spp.), Sanca Hijau (Morelia viridis), dan Kura-kura Moncong Babi (Carettochelys inscultpa).

Upaya perlindungan satwa sebenarnya telah ter- tuang dalam Undang-Undang Nomor 5/1990 ten-tang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Eko-sistemnya dan lampiran Peraturan Pemerintah No-mor 7/1999. Namun, hukum belum sepenuh tenaga menindak pelaku perdagangan ilegal.

“Upaya penyelamatan satwa liar Papua menghadapi berbagai tan-tangan dan kendala di lapangan. Oleh karena itu perlu dukungan berbagai pihak baik dari Pemda Mimika, kepolisian, TNI, karan- tina, sektor swasta, LSM dan komunitas pecinta satwa,” kata Kepala KSDA SKW II Timika, Bambang H. Lakuy.

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

Aksi Bersama

Menyadari ancaman nyata kelestarian satwa liar Pa- pua, Forum Multipihak berkomitmen untuk menye-lamatkan tumbuhan dan satwa liar (TSL). Forum ini mengangkat TSL sebagai tema utama acara Lo-kakarya Kesepakatan Kemitraan Multipihak untuk Konservasi Keanekaragaman Hayati yang diselengga-rakan di Timika, 11 – 12 Mei 2016.

MSF Mimika juga menyusun strategi perlindungan dan pelestarian TSL yang mencakup tiga hal: per- lindungan dan penegakan hukum, pelibatan masya- rakat dan riset. Sebagai langkah awal implemen- tasi, MSF dengan dukungan Balai Konservasi Sum- ber Daya Alam (BKSDA) Papua Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Timika, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) I Lorentz, Departemen Enviro PT. Freeport Indonesia (PTFI) dan USAID LESTARI menginisiasi program Kampanye Edukasi dan Advo-kasi Pelestarian Satwa Liar Papua.

“Upaya penyelamatan satwa liar Papua menghadapi berbagai tantangan dan kendala di lapangan. Oleh karena itu perlu dukungan berbagai pihak baik dari Pemda Mimika, kepolisian, TNI, karantina, sektor swas-ta, LSM dan komunitas pecinta satwa,” kata Kepala KSDA SKW II Timika, Bambang H. Lakuy.

Berbekal poster dan standing banner yang diper-siapkan sebagai media kampanye, tim MSF melaku- kan kunjungan ke sejumlah pimpinan TNI/POLRI, kepala dinas, kepala distrik, pihak otoritas Banda-ra Mozes Kilangin dan manajemen PTFI. “Selain so-sialisasi, anjangsana ini dimaksudkan untuk meminta dukungan pada tingkat pengambil kebijakan agar tu-

rut bersama-sama menyebarluaskan dan dapat me-neruskan melalui instruksi sampai ke tingkat paling bawah,” lanjut Bambang.

Kunjungan ini tidak saja mendapat sambutan baik namun juga dukungan langsung dari Komandan TNI AU II Lanud Timika, Komandan LANAL Timi-ka, Komandan Kodim 1710 Mimika, Kepala Dinas Perhubungan Informatika dan Komunikasi Mimika, Kepala Dinas Kehutanan Mimika, Kepala Dinas Per-ikanan dan Kelautan Mimika, Kepala Distrik Kuala Kencana, Kepala Distrik Wania, Kepala Distrik Mi- mika Timur, Manager Departemen Environmental PTFI, dan pihak otoritas Bandara Mozes Kilangin Timika.

“Kami menyambut baik upaya untuk melindungi satwa-satwa di Papua. Hal ini sesuai instruksi KSAL (Kepala Staf TNI Angkatan Laut) bahwa kapal-kapal intern (KRI TNI AL) tidak diperbolehkan membawa satwa-satwa yang dilindungi. Jika kami menemukan ada yang membawa satwa pada saat operasi maka kami diperintahkan untuk menyita dan menyerahkan kepada instansi yang berwenang,” jelas Komandan LANAL Timika, Yos Indarto.

Di Markas Kodim 1710 Mimika, Kapten Munir mewakili Komandan Kodim 1710 berencana akan mengumpulkan staf untuk pertemuan internal guna sosialisasi satwa-satwa Papua yang dilindungi. “Kami akan menggunakan poster dan banner ini sebagai media kampanye kepada staf,” ujarnya. Sedangkan Manager Departemen Environmental PTFI Gesang Setyadi meminta langsung soft copy poster dan ban-ner yang rencananya akan dicetak dan disebarluas-

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 2

Foto: Pertemuan dalam rangka kegiatan kampanye dan advokasi satwa yang dilindungi.

kan ke area kerja PTFI.

Mengingat pentingnya peran media dan komuni-tas pecinta satwa dalam penyelamatan satwa liar, MSF menggelar pertemuan dengan jurnalis, Reptile Timika Communities (RTC), Alam Lestari, Pemu- da Indonesia Lawan AIDS (PILA), YOIKATRA, SAKA Bahari dan pelajar pada Maret lalu. Semua pihak yang hadir sepakat beraksi bersama mela- lui berbagai kegiatan advokasi. Melalui pertemuan ini, berbagai pihak juga akan lebih menekankan aspek kearifan lokal dalam kegiatan kampanye dan advo- kasi satwa yang dilindungi.

Upaya kemitraan lintas sektor ini tentu bukan per- tama kalinya terjadi. Dalam kurun waktu 2006 hing- ga 2015, BKSDA bersama PTFI telah bekerjasama untuk melepasliarkan 40.994 satwa dari 8 spesies satwa dilindungi dan endemis Papua di kawasan Taman Nasional Lorentz Mimika dan Rawa Baki Asmat. Kini, dengan MSF sebagai motor pengge- rak, pihak-pihak baru dirangkul, komitmen baru di- buat dan aksi bersama dilakukan.

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 3

Foto: Forum Multipihak beker-jasama dengan Pemda Mimika, kepolisian, TNI, LSM dan pihak lainnya dalam upaya melestari-kan satwa liar di Papua.