berita negara republik indonesia...nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara...

32
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1951. 2014 KEMENKEU. Pemeriksaan. Bulat Permukaan. Tindak Pidana Perpajakan. Pencabutan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai tata cara Pemeriksaan Bukti Permulaan tindak pidana di bidang perpajakan telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan; b. bahwa ketentuan mengenai tindak pidana di bidang perpajakan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa ketentuan mengenai tindak pidana di bidang perpajakan yang terkait dengan Pajak Bumi dan Bangunan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994; d. bahwa ketentuan mengenai tindak pidana di bidang

Upload: others

Post on 13-Dec-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIA

No.1951. 2014 KEMENKEU. Pemeriksaan. Bulat Permukaan.Tindak Pidana Perpajakan. Pencabutan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 239 /PMK.03/2014

TENTANG

TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai tata cara PemeriksaanBukti Permulaan tindak pidana di bidang perpajakantelah diatur dalam Peraturan Menteri KeuanganNomor 18/PMK.03/2013 tentang Tata CaraPemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana diBidang Perpajakan;

b. bahwa ketentuan mengenai tindak pidana di bidangperpajakan telah diatur dalam Undang-UndangNomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum danTata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor16 Tahun 2009;

c. bahwa ketentuan mengenai tindak pidana di bidangperpajakan yang terkait dengan Pajak Bumi danBangunan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunansebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 12 Tahun 1994;

d. bahwa ketentuan mengenai tindak pidana di bidang

Page 2: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 2

perpajakan yang terkait dengan Bea Meterai telahdiatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985tentang Bea Meterai;

e. bahwa ketentuan mengenai tindak pidana di bidangperpajakan yang terkait dengan Penagihan Pajakdengan Surat Paksa telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang PenagihanPajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000;

f. bahwa berdasarkan hasil evaluasi dan untukmemberikan kepastian hukum terhadap pelaksanaantata cara Pemeriksaan Bukti Permulaan tindakpidana di bidang perpajakan, perlu mengatur kembaliketentuan mengenai tata cara Pemeriksaan BuktiPermulaan tindak pidana di bidang perpajakan;

g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f,serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43A ayat(4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakansebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, sertaPasal 7 ayat (5) dan Pasal 60 ayat (6) PeraturanPemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata CaraPelaksanaan Hak dan Pemenuhan KewajibanPerpajakan, perlu menetapkan Peraturan MenteriKeuangan tentang Tata Cara Pemeriksaan BuktiPermulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor16 Tahun 2009 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 62, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PajakBumi dan Bangunan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1985 Nomor 68, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312)sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Page 3: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.19513

Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1994 Nomor 62, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang BeaMeterai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1985 Nomor 69, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3313);

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentangPenagihan Pajak dengan Surat Paksa (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3686) sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3987);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentangTata Cara Pelaksanaan Hak dan PemenuhanKewajiban Perpajakan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 162, TambahanLembaran negara Republik Indonesia 5268);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATACARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAKPIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan yang selanjutnya disebut Undang-Undang KUP adalah Undang-Undang Nomor 6Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan TataCara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16Tahun 2009.

2. Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan yangselanjutnya disebut Undang-Undang PBB adalahUndang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentangPajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah

Page 4: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 4

diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun1994.

3. Undang-Undang Bea Meterai adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai.

4. Undang-Undang Penagihan Pajak dengan SuratPaksa yang selanjutnya disebut Undang-UndangPPSP adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksasebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 19 Tahun 2000.

5. Tindak Pidana di Bidang Perpajakan adalahperbuatan yang diancam sanksi pidana olehundang-undang di bidang perpajakan yang meliputiPasal 38, Pasal 39, Pasal 39A, Pasal 41, Pasal 41A,Pasal 41B, Pasal 41C, dan Pasal 43 Undang-UndangKUP, Pasal 24 dan Pasal 25 Undang-Undang PBB,Pasal 13 dan Pasal 14 Undang-Undang Bea Meterai,dan Pasal 41A Undang-Undang PPSP.

6. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatanmenghimpun dan mengolah data, keterangan,dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektifdan profesional berdasarkan suatu standarpemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhankewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan laindalam rangka melaksanakan ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan.

7. Verifikasi adalah serangkaian kegiatan pengujianpemenuhan kewajiban subjektif dan objektif ataupenghitungan dan pembayaran pajak, berdasarkanpermohonan Wajib Pajak atau berdasarkan data daninformasi perpajakan yang dimiliki atau diperolehDirektur Jenderal Pajak, dalam rangka menerbitkansurat ketetapan pajak, menerbitkan/menghapusNomor Pokok Wajib Pajak dan/ataumengukuhkan/mencabut pengukuhan PengusahaKena Pajak.

8. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan,dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, ataubenda yang dapat memberikan petunjuk adanyadugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatuTindak Pidana di Bidang Perpajakan yang dilakukan

Page 5: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.19515

oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugianpada pendapatan negara.

9. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah Pemeriksaanyang dilakukan untuk mendapatkan BuktiPermulaan tentang adanya dugaan telah terjadiTindak Pidana di Bidang Perpajakan.

10. Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakanyang selanjutnya disebut Penyidikan adalahserangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidikuntuk mencari serta mengumpulkan bukti yangdengan bukti itu membuat terang Tindak Pidana diBidang Perpajakan yang terjadi serta menemukantersangkanya.

11. Informasi adalah keterangan yang disampaikansecara lisan maupun tertulis yang dapatdikembangkan dan dianalisis untuk mengetahui adatidaknya Bukti Permulaan.

12. Data adalah kumpulan angka, huruf, kata, ataucitra yang bentuknya dapat berupa surat, dokumen,buku, atau catatan, baik dalam bentuk elektronikmaupun bukan elektronik, yang dapatdikembangkan dan dianalisis untuk mengetahui adatidaknya Bukti Permulaan.

13. Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikanoleh orang atau institusi karena hak dan/ataukewajiban berdasarkan undang-undang kepadapejabat yang berwenang mengenai dugaan telahatau sedang atau akan terjadinya Tindak Pidana diBidang Perpajakan.

14. Pengaduan adalah pemberitahuan disertaipermintaan oleh pihak yang berkepentingan kepadapejabat yang berwenang untuk menindak menuruthukum orang pribadi atau badan yang telahmelakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakanyang merugikannya.

15. Peristiwa Pidana adalah peristiwa yang mengandungTindak Pidana di Bidang Perpajakan.

16. Bahan Bukti adalah buku, catatan, dokumen,keterangan, data yang dikelola secara elektronik,dan/atau benda lainnya, yang dapat digunakan

Page 6: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 6

untuk menemukan Bukti Permulaan.

17. Unit Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaanadalah unit yang berwenang melakukanPemeriksaan Bukti Permulaan berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan.

18. Surat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaan adalahsurat perintah yang diterbitkan oleh kepala UnitPelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaan untukmelakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan.

19. Surat Perintah Pemeriksaan Bukti PermulaanPerubahan adalah Surat Perintah PemeriksaanBukti Permulaan yang diterbitkan karena terjadiperubahan tim pemeriksa Bukti Permulaandan/atau penggantian Unit Pelaksana PemeriksaanBukti Permulaan.

20. Penyegelan adalah tindakan menempatkan tandasegel pada tempat atau ruangan tertentu sertabarang bergerak dan/atau tidak bergerak yangdigunakan atau patut diduga digunakan sebagaitempat atau alat untuk menyimpan Bahan Bukti.

21. Kertas Kerja Pemeriksaan Bukti Permulaan adalahdokumentasi yang dibuat oleh pemeriksa BuktiPermulaan mengenai prosedur Pemeriksaan BuktiPermulaan yang ditempuh, Bahan Bukti yangdikumpulkan, analisis Tindak Pidana di BidangPerpajakan yang dilakukan, serta simpulan yangdiambil sehubungan dengan pelaksanaanPemeriksaan Bukti Permulaan.

22. Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan adalahlaporan yang disusun oleh pemeriksa BuktiPermulaan yang mengungkapkan tentangpelaksanaan, simpulan, dan usul tindak lanjutPemeriksaan Bukti Permulaan.

23. Laporan Kejadian adalah laporan tertulis tentangadanya Peristiwa Pidana yang terdapat BuktiPermulaan yang cukup sebagai dasar dilakukanPenyidikan.

BAB II

DASAR, RUANG LINGKUP, JENIS, DAN JANGKA WAKTU

Page 7: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.19517

PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Bagian Kesatu

Dasar Pemeriksaan Bukti Permulaan

Pasal 2

(1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukanPemeriksaan Bukti Permulaan berdasarkan Informasi,Data, Laporan, dan Pengaduan.

(2) Informasi, Data, Laporan, dan Pengaduansebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diterimaatau diperoleh Direktur Jenderal Pajak, dikembangkandan dianalisis melalui kegiatan intelijen ataupengamatan.

(3) Informasi, Data, Laporan, dan Pengaduan denganindikasi kuat adanya Tindak Pidana di BidangPerpajakan yang ditemukan dari hasil pengembanganPemeriksaan Bukti Permulaan atau Penyidikan dapatlangsung ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan BuktiPermulaan.

(4) Informasi, Data, Laporan, dan Pengaduansebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) yangberkaitan dengan Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak,atau Tahun Pajak baik yang belum maupun telahditerbitkan surat ketetapan pajak ditindaklanjutidengan Pemeriksaan Bukti Permulaan sepanjangterdapat indikasi Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.

Bagian Kedua

Ruang Lingkup Pemeriksaan Bukti Permulaan

Pasal 3

Ruang lingkup Pemeriksaan Bukti Permulaan yaitudugaan suatu Peristiwa Pidana yang ditentukan dalamSurat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Bagian Ketiga

Jenis Pemeriksaan Bukti Permulaan

Pasal 4

(1) Pemeriksaan Bukti Permulaan dapat dilakukan:

a. secara terbuka; atau

b. secara tertutup.

Page 8: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 8

(2) Dalam hal:

a. Pemeriksaan Bukti Permulaan terkait denganpermohonan pengembalian kelebihan pembayaranpajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17BUndang-Undang KUP; atau

b. Pemeriksaan Bukti Permulaan merupakan tindaklanjut dari Pemeriksaan untuk menguji kepatuhanpemenuhan kewajiban perpajakan,

Pemeriksaan Bukti Permulaan hanya dapat dilakukansecara terbuka.

(3) Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbukadilakukan dengan pemberitahuan secara tertulis perihalPemeriksaan Bukti Permulaan kepada orang pribadiatau badan yang dilakukan Pemeriksaan BuktiPermulaan.

(4) Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutupdilakukan tanpa pemberitahuan tentang adanyaPemeriksaan Bukti Permulaan kepada orang pribadiatau badan yang dilakukan Pemeriksaan BuktiPermulaan.

Bagian Keempat

Jangka Waktu Pemeriksaan Bukti Permulaan

Pasal 5

(1) Pemeriksa Bukti Permulaan melaksanakanPemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dalamjangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejaktanggal penyampaian surat pemberitahuanPemeriksaan Bukti Permulaan sampai dengan tanggalLaporan Pemeriksaan Bukti Permulaan.

(2) Pemeriksa Bukti Permulaan melaksanakanPemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup dalamjangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejaktanggal Surat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaanditerima oleh Pemeriksa Bukti Permulaan sampaidengan tanggal Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan.

(3) Apabila pemeriksa Bukti Permulaan tidak dapatmelaksanakan Pemeriksaan Bukti Permulaan dalamjangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)atau ayat (2), pemeriksa Bukti Permulaan dapat

Page 9: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.19519

mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktukepada kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan BuktiPermulaan.

(4) Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaandapat memberikan perpanjangan jangka waktusebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lama 24(dua puluh empat) bulan sejak berakhirnya jangkawaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat(2).

(5) Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaanmempertimbangkan permohonan perpanjangan jangkawaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) denganmemperhatikan:

a. daluwarsa penetapan pajak;

b. daluwarsa penuntutan Tindak Pidana di BidangPerpajakan; atau

c. pertimbangan lain.

BAB III

STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Pasal 6

Pemeriksaan Bukti Permulaan harus dilaksanakan sesuaidengan:

a. standar umum Pemeriksaan Bukti Permulaan;

b. standar pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan;dan

c. standar pelaporan Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Pasal 7

Standar umum Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 huruf a berkaitan denganpemeriksa Bukti Permulaan, yaitu Pemeriksaan BuktiPermulaan dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipildi lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang:

a. diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab oleh kepalaUnit Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaan untukmelaksanakan Pemeriksaan Bukti Permulaan;

b. mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup

Page 10: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 10

sebagai pemeriksa Bukti Permulaan;

c. menggunakan keterampilannya secara cermat dansaksama;

d. jujur, bersih dari tindakan-tindakan tercela, dansenantiasa mengutamakan kepentingan negara; dan

e. taat terhadap ketentuan peraturan perundang-undangandi bidang perpajakan.

Pasal 8

Standar pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b diaturdengan ketentuan sebagai berikut:

a. dilaksanakan oleh tim pemeriksa Bukti Permulaan;

b. dilakukan pengawasan oleh kepala Unit PelaksanaPemeriksaan Bukti Permulaan;

c. didahului dengan persiapan yang baik;

d. dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajakdan/atau tempat lain yang dianggap perlu olehpemeriksa Bukti Permulaan;

e. dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu;

f. didokumentasikan dalam Kertas Kerja PemeriksaanBukti Permulaan; dan

g. diperoleh simpulan yang berdasarkan pada BahanBukti yang sah dan cukup.

Pasal 9

Standar pelaporan Pemeriksaan Bukti Permulaansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c diaturdengan ketentuan sebagai berikut:

a. Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan disusunberdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan BuktiPermulaan; dan

b. Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaanmengungkapkan tentang pelaksanaan, simpulan, danusul tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan.

BAB IV

KEWAJIBAN, HAK, DAN KEWENANGAN

DALAM PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Bagian Kesatu

Kewajiban dan Hak dalam Pemeriksaan Bukti Permulaan

Page 11: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.195111

Pasal 10

(1) Pemeriksa Bukti Permulaan wajib:

a. menyampaikan surat pemberitahuan PemeriksaanBukti Permulaan kepada orang pribadi atau badanyang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan, jikaPemeriksaan Bukti Permulaan dilakukan secaraterbuka;

b. memperlihatkan kartu tanda pengenal pemeriksaBukti Permulaan, jika diminta oleh orang pribadiatau badan yang dilakukan Pemeriksaan BuktiPermulaan;

c. memperlihatkan Surat Perintah Pemeriksaan BuktiPermulaan atau Surat Perintah Pemeriksaan BuktiPermulaan Perubahan, jika diminta oleh orangpribadi atau badan yang dilakukan PemeriksaanBukti Permulaan;

d. mengembalikan Bahan Bukti yang telah diperolehmelalui peminjaman dan tidak diperlukan dalamproses Penyidikan;

e. merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhaksegala sesuatu yang diketahui atau diberitahukankepadanya dalam rangka Pemeriksaan BuktiPermulaan; dan

f. mengamankan Bahan Bukti yang ditemukan dalamPemeriksaan Bukti Permulaan.

(2) Orang pribadi atau badan yang dilakukan PemeriksaanBukti Permulaan secara terbuka, wajib:

a. memberikan kesempatan kepada pemeriksa BuktiPermulaan untuk memasuki dan/atau memeriksatempat atau ruang, barang bergerak dan/ataubarang tidak bergerak yang diduga atau patutdiduga digunakan untuk menyimpan Bahan Bukti;

b. memberikan kesempatan kepada pemeriksa BuktiPermulaan untuk mengakses dan/atau mengunduhdata yang dikelola secara elektronik;

c. memperlihatkan dan/atau meminjamkan BahanBukti kepada pemeriksa Bukti Permulaan;

Page 12: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 12

d. memberikan keterangan lisan dan/atau tertuliskepada pemeriksa Bukti Permulaan; dan

e. memberikan bantuan kepada pemeriksa BuktiPermulaan guna kelancaran Pemeriksaan BuktiPermulaan.

(3) Pihak yang berkaitan atau pihak ketiga yangmempunyai hubungan dengan orang pribadi ataubadan yang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaanwajib memberikan keterangan dan/atau bukti yangdiminta oleh pemeriksa Bukti Permulaan.

Pasal 11

Orang pribadi atau badan yang dilakukan PemeriksaanBukti Permulaan secara terbuka mempunyai hak memintakepada pemeriksa Bukti Permulaan untuk:

a. menyampaikan surat pemberitahuan PemeriksaanBukti Permulaan;

b. memperlihatkan kartu tanda pengenal pemeriksa BuktiPermulaan;

c. memperlihatkan Surat Perintah Pemeriksaan BuktiPermulaan atau Surat Perintah Pemeriksaan BuktiPermulaan Perubahan; dan

d. mengembalikan Bahan Bukti yang telah dipinjam dantidak diperlukan dalam proses Penyidikan.

Bagian Kedua

Kewenangan Pemeriksa Bukti Permulaan

Pasal 12

Pemeriksa Bukti Permulaan berwenang:

a. memasuki dan/atau memeriksa tempat, ruang,dan/atau barang yang diduga atau patut didugadigunakan untuk menyimpan Bahan Bukti;

b. mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelolasecara elektronik;

c. meminjam dan/atau memeriksa Bahan Bukti;

d. melakukan Penyegelan terhadap tempat atau ruangtertentu serta barang bergerak dan/atau barang tidakbergerak;

e. meminta keterangan kepada pihak yang berkaitan;

Page 13: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.195113

f. meminta keterangan dan/atau bukti yang diduga dapatmemberi petunjuk tentang Tindak Pidana di BidangPerpajakan kepada pihak ketiga yang mempunyaihubungan dengan orang pribadi atau badan;

g. meminta bantuan kepada pihak lain sehubungandengan keahliannya dalam rangka pelaksanaanPemeriksaan Bukti Permulaan; dan

h. melakukan tindakan lain yang diperlukan dalam rangkaPemeriksaan Bukti Permulaan.

BAB V

SURAT PERINTAH PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Pasal 13

(1) Surat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaan menjadidasar pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan olehtim pemeriksa Bukti Permulaan.

(2) Surat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaanditerbitkan terhadap dugaan suatu Peristiwa Pidana.

(3) Untuk membantu tugas tim pemeriksa BuktiPermulaan, pejabat yang berwenang dapat menunjuk:

a. satu atau lebih pegawai Direktorat Jenderal Pajakyang memiliki keahlian tertentu disertai dengansurat tugas; dan/atau

b. satu atau lebih ahli yang memiliki keahlian tertentu,seperti penerjemah bahasa atau ahli di bidangteknologi informasi, yang berasal dari luar DirektoratJenderal Pajak.

Pasal 14

(1) Direktur Jenderal Pajak dapat mengganti UnitPelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaan berdasarkanpertimbangan efektivitas, efisiensi, atau perubahanstruktur organisasi.

(2) Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaandapat melakukan perubahan tim pemeriksa BuktiPermulaan.

(3) Dalam hal dilakukan penggantian Unit PelaksanaPemeriksaan Bukti Permulaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) atau perubahan tim pemeriksa BuktiPermulaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaanmenerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Bukti

Page 14: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 14

Permulaan Perubahan.

BAB VI

PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN SECARA TERBUKA

Bagian KesatuPemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaan

Pasal 15

(1) Pemeriksa Bukti Permulaan wajib menyampaikan suratpemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaan kepadaorang pribadi atau badan yang dilakukan PemeriksaanBukti Permulaan dalam hal Pemeriksaan BuktiPermulaan dilakukan secara terbuka.

(2) Dalam hal Pemeriksaan Bukti Permulaan secaraterbuka dilakukan terhadap orang pribadi, PemeriksaBukti Permulaan menyampaikan surat pemberitahuanPemeriksaan Bukti Permulaan kepada orang pribadiyang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan,keluarga yang telah dewasa, atau kuasa.

(3) Dalam hal Pemeriksaan Bukti Permulaan secaraterbuka dilakukan terhadap badan, Pemeriksa BuktiPermulaan menyampaikan surat pemberitahuanPemeriksaan Bukti Permulaan kepada wakil, kuasa,atau pegawai dari badan yang dilakukan PemeriksaanBukti Permulaan.

(4) Dalam hal penyampaian surat pemberitahuansebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidakdapat dilaksanakan, pemeriksa Bukti Permulaanmenyampaikan surat pemberitahuan PemeriksaanBukti Permulaan melalui:

a. pos dengan bukti pengiriman surat;

b. faksimili; atau

c. perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir denganbukti pengiriman surat.

Pasal 16

(1) Pemeriksa Bukti Permulaan dapat langsungmelaksanakan Pemeriksaan Bukti Permulaan danmenggunakan kewenangannya sebagaimana dimaksuddalam Pasal 12 setelah surat pemberitahuanPemeriksaan Bukti Permulaan disampaikan.

(2) Dalam hal orang pribadi atau wakil badan yang

Page 15: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.195115

dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan ataukuasanya menolak untuk dilakukan Pemeriksaan BuktiPermulaan, pemeriksa Bukti Permulaan membuatberita acara penolakan Pemeriksaan Bukti Permulaan.

(3) Dalam hal orang pribadi atau wakil badan yangdilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan ataukuasanya menolak untuk menandatangani berita acarapenolakan Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagaimanadimaksud pada ayat (2), pemeriksa Bukti Permulaanmembuat berita acara penolakan penandatanganan.

(4) Berdasarkan berita acara penolakan Pemeriksaan BuktiPermulaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atauberita acara penolakan penandatanganan sebagaimanadimaksud pada ayat (3), pemeriksa Bukti Permulaandapat mengusulkan kepada kepala Unit PelaksanaPemeriksaan Bukti Permulaan untuk dilakukanPenyidikan.

Bagian Kedua

Pengumpulan Bahan Bukti

Pasal 17

(1) Dalam rangka memperoleh Bahan Bukti, pemeriksaBukti Permulaan dapat memasuki dan/ataumemeriksa tempat, ruang, dan/atau barang bergerakdan/atau tidak bergerak yang diduga atau patutdiduga digunakan untuk menyimpan Bahan Bukti.

(2) Dalam hal Bahan Bukti sebagaimana dimaksud padaayat (1) diperoleh, dengan segera pemeriksa BuktiPermulaan dapat melakukan peminjaman Bahan Buktitersebut dan membuat tanda terima peminjaman.

(3) Dalam hal Bahan Bukti sebagaimana dimaksud padaayat (1) belum diperoleh, pemeriksa Bukti Permulaandapat melakukan peminjaman dengan suratpeminjaman.

(4) Bahan Bukti yang dipinjam sebagaimana dimaksudpada ayat (3) harus diserahkan kepada pemeriksaBukti Permulaan paling lama 14 (empat belas) harisetelah tanggal pengiriman surat peminjaman.

(5) Setiap Bahan Bukti yang diperoleh pemeriksa BuktiPermulaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)dibuatkan tanda terima peminjaman.

Page 16: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 16

(6) Dalam hal orang pribadi atau wakil badan yangdilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan ataukuasanya tidak memenuhi permintaan peminjamandalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat(4), pemeriksa Bukti Permulaan dapat mengusulkankepada kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan BuktiPermulaan untuk dilakukan Penyidikan.

Bagian Ketiga

Penyegelan

Pasal 18

(1) Pemeriksa Bukti Permulaan dapat melakukanPenyegelan terhadap tempat atau ruang tertentu sertabarang bergerak dan/atau barang tidak bergerak untukmemperoleh atau mengamankan Bahan Bukti.

(2) Penyegelan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dalam hal:

a. pemeriksa Bukti Permulaan tidak diberi atau tidakmempunyai kesempatan untuk memasukidan/atau memeriksa tempat, ruang, dan/ataubarang bergerak dan/atau barang tidak bergerakyang diduga atau patut diduga digunakan untukmenyimpan Bahan Bukti;

b. orang pribadi, wakil badan, atau kuasa yangdilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan tidakmeminjamkan Bahan Bukti yang diminta olehpemeriksa Bukti Permulaan; atau

c. terdapat keadaan selain dimaksud pada huruf adan huruf b, sehingga pemeriksa Bukti Permulaanmemerlukan upaya penyegelan.

(3) Pemeriksa Bukti Permulaan melakukan penyegelandengan menggunakan tanda segel dan disaksikanpaling sedikit 2 (dua) orang selain anggota timpemeriksa Bukti Permulaan.

(4) Pemeriksa Bukti Permulaan menuangkan pelaksanaanPenyegelan dalam berita acara Penyegelan.

(5) Dalam hal saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)menolak menandatangani berita acara Penyegelan,pemeriksa Bukti Permulaan membuat catatan tentangpenolakan tersebut dalam berita acara Penyegelan.

Page 17: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.195117

Pasal 19

(1) Pemeriksa Bukti Permulaan dapat membuka segeldalam hal:

a. orang pribadi, wakil badan, atau kuasa yangdilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan telahmemberi kesempatan untuk memasuki danmemeriksa tempat, ruang, dan/atau barangbergerak dan/atau barang tidak bergerak yangdisegel;

b. orang pribadi, wakil badan, atau kuasa yangdilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan bersediameminjamkan Bahan Bukti yang diminta olehpemeriksa Bukti Permulaan;

c. berdasarkan pertimbangan pemeriksa BuktiPermulaan, Penyegelan tidak diperlukan lagi;dan/atau

d. terdapat permintaan pembukaan segel daripenyidik yang sedang melakukan penyidikan tindakpidana.

(2) Pemeriksa Bukti Permulaan membuka segel dengandisaksikan paling sedikit 2 (dua) orang selain anggotatim pemeriksa Bukti Permulaan dan menuangkandalam berita acara pembukaan segel.

(3) Dalam hal saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)menolak menandatangani berita acara pembukaansegel, pemeriksa Bukti Permulaan membuat catatantentang penolakan tersebut dalam berita acarapembukaan segel.

Pasal 20

(1) Pemeriksa Bukti Permulaan dapat meminta bantuanpengamanan atau meminta sebagai saksi kepadaKepolisian Negara Republik Indonesia dan/atauinstansi atau unsur pemerintah daerah setempat dalamrangka Penyegelan dan/atau pembukaan segel.

(2) Dalam hal tanda segel yang digunakan untukmelakukan Penyegelan rusak atau hilang, pemeriksaBukti Permulaan membuat berita acara mengenaikerusakan atau kehilangan tersebut dan melaporkankepada Kepolisian Negara Republik Indonesia

Page 18: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 18

sehubungan dengan tindak pidana terkait penyegelansebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-UndangHukum Pidana.

Bagian Keempat

Permintaan Keterangan

Pasal 21

(1) Pemeriksa Bukti Permulaan dapat meminta keterangankepada pihak-pihak yang berkaitan dengan dugaanTindak Pidana di Bidang Perpajakan, yaitu orangpribadi atau wakil badan yang dilakukan PemeriksaanBukti Permulaan, pegawai, pelanggan, pemasok, bank,akuntan publik, notaris, konsultan pajak, kantoradministrasi, konsultan hukum, konsultan keuangan,dan pihak-pihak terkait lainnya.

(2) Pemeriksa Bukti Permulaan dapat meminta keterangansecara langsung atau didahului dengan pemanggilan.

(3) Pemeriksa Bukti Permulaan dapat melakukanpermintaan keterangan di kantor Direktorat JenderalPajak atau tempat lain dengan alasan yang patut danwajar.

(4) Pemeriksa Bukti Permulaan menuangkan hasilpermintaan keterangan dalam berita acara permintaanketerangan.

(5) Dalam hal keterangan dari pihak-pihak yang berkaitansebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperoleh,pemeriksa Bukti Permulaan membuat berita acara tidakterpenuhinya permintaan keterangan.

Bagian Kelima

Pengumpulan Keterangan dan/atau Bukti

Melalui Permintaan Secara Tertulis kepada Pihak Ketiga

Pasal 22

(1) Pemeriksa Bukti Permulaan dapat melakukanpermintaan secara tertulis kepada pihak ketiga untukmendapatkan keterangan dan/atau bukti sesuaidengan peraturan perundang-undangan di bidangperpajakan.

(2) Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitupihak lain yang mempunyai hubungan dengantindakan, pekerjaan, kegiatan usaha, atau pekerjaan

Page 19: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.195119

bebas orang pribadi, badan, dan/atau wakil badan yangdilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan, termasuktetapi tidak terbatas pada bank, akuntan publik,notaris, konsultan pajak, kantor administrasi,konsultan hukum, konsultan keuangan, pelanggan,dan pemasok.

Bagian Keenam

Pengungkapan Ketidakbenaran Perbuatan

Pasal 23

(1) Orang pribadi atau badan selaku Wajib Pajak yangdilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secaraterbuka dapat dengan kemauan sendirimengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya atastindak pidana:

a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan,sehingga dapat menimbulkan kerugian padapendapatan negara; atau

b. menyampaikan Surat Pemberitahuan yang isinyatidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkanketerangan yang isinya tidak benar, sehingga dapatmenimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

(2) Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) yaitu surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untukmelaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak,objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atauharta dan kewajiban sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan, termasuk:

a. Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang KUP;

b. Surat Pemberitahuan Masa sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang KUP; dan

c. Surat Pemberitahuan Objek Pajak sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang PBB.

(3) Termasuk Tindak Pidana di Bidang Perpajakan yangdapat dilakukan pengungkapan ketidakbenaranperbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaituTindak Pidana di Bidang Perpajakan yang berkaitandan berbarengan dengan tindak pidana tidakmenyampaikan Surat Pemberitahuan atau

Page 20: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 20

menyampaikan Surat Pemberitahuan yang isinya tidakbenar atau tidak lengkap, atau melampirkanketerangan yang isinya tidak benar, sehingga dapatmenimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

(4) Orang pribadi atau badan selaku Wajib Pajak yangdilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secaraterbuka dapat menyampaikan pengungkapanketidakbenaran perbuatan atas tindak pidanasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)sepanjang surat pemberitahuan dimulainya Penyidikanbelum disampaikan kepada penuntut umum melaluipenyidik pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(5) Dalam melakukan pengungkapan ketidakbenaranperbuatan atas tindak pidana sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (3), orang pribadi atau badanselaku Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan BuktiPermulaan secara terbuka harus:

a. menyampaikan pengungkapan ketidakbenaranperbuatannya secara tertulis dan ditandatangani;dan

b. melampirkan:

1. penghitungan kekurangan pembayaran jumlahpajak yang sebenarnya terutang dalam formatSurat Pemberitahuan;

2. Surat Setoran Pajak atau sarana administrasilain yang dipersamakan sebagai buktipelunasan kekurangan pembayaran pajak; dan

3. Surat Setoran Pajak atau sarana administrasilain yang dipersamakan sebagai buktipelunasan sanksi administrasi berupa denda.

(6) Orang pribadi atau badan selaku Wajib Pajak yangdilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaanmenyampaikan pengungkapan ketidakbenaranperbuatan kepada kepala Kantor Pelayanan Pajaktempat Wajib Pajak terdaftar atau tempat Objek Pajakdiadministrasikan dan tembusannya kepada kepalaUnit Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Pasal 24

(1) Pemeriksa Bukti Permulaan melakukan pengujian ataspengungkapan ketidakbenaran perbuatan sebagaimana

Page 21: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.195121

dimaksud dalam Pasal 23 untuk memastikan bahwapengungkapan ketidakbenaran perbuatan telah sesuaidengan keadaan yang sebenarnya.

(2) Yang dimaksud sesuai dengan keadaan yangsebenarnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitujumlah pembayaran atas pajak terutang yang tidakatau kurang dibayar atau yang tidak seharusnyadikembalikan menurut pengungkapan ketidakbenaranperbuatan sama dengan atau lebih besar daripadajumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayaratau yang tidak seharusnya dikembalikan menurutPemeriksaan Bukti Permulaan.

(3) Dalam hal pengungkapan ketidakbenaran perbuatantelah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, kepalaUnit Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaanmengirimkan pemberitahuan kepada orang pribadi ataubadan selaku Wajib Pajak bahwa Pemeriksaan BuktiPermulaan tidak ditindaklanjuti dengan Penyidikan.

(4) Dalam hal pengungkapan ketidakbenaran perbuatanorang pribadi atau badan selaku Wajib Pajak tidaksesuai dengan keadaan yang sebenarnya, kepala UnitPelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaan mengirimkanpemberitahuan kepada orang pribadi atau badan selakuWajib Pajak bahwa pengungkapan ketidakbenaranperbuatan tidak sesuai dengan keadaan yangsebenarnya dan Pemeriksaan Bukti Permulaanditindaklanjuti dengan Penyidikan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan di bidangperpajakan.

Pasal 25

(1) Dalam hal Pemeriksaan Bukti Permulaanditindaklanjuti dengan Penyidikan, pembayaran ataspengungkapan ketidakbenaran perbuatan yang tidakmemenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 23 ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) dan/atau tidaksesuai dengan keadaan yang sebenarnya tidakmenghilangkan seluruh kerugian pada pendapatannegara.

(2) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat diperhitungkan sebagai pengurang nilai kerugianpada pendapatan negara sepanjang pembayarandilakukan sebelum surat pemberitahuan dimulainya

Page 22: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 22

Penyidikan disampaikan kepada penuntut umummelalui penyidik pejabat Kepolisian Negara RepublikIndonesia.

(3) Pembayaran yang memenuhi ketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) tidak dapat diminta kembalioleh Wajib Pajak.

(4) Jumlah yang dapat diperhitungkan sebagai pengurangnilai kerugian pada pendapatan negara sebagaimanadimaksud pada ayat (2) yaitu sebesar dua per limabagian dari jumlah pembayaran dalam rangkapengungkapan ketidakbenaran perbuatannya.

(5) Contoh cara menghitung jumlah yang dapatdiperhitungkan sebagai pengurang nilai kerugian padapendapatan negara sebagaimana dimaksud pada ayat(4) sebagaimana tercantum dalam Lampiran yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri ini.

BAB VII

PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN SECARA TERTUTUP

Bagian Kesatu

Pengumpulan Keterangan dan/atau Bukti

Pasal 26

Pemeriksa Bukti Permulaan dapat meminta keterangankepada pihak-pihak yang berkaitan dengan dugaan TindakPidana di Bidang Perpajakan dan/atau melakukanpermintaan secara tertulis kepada pihak ketiga untukmendapatkan keterangan dan/atau bukti dengan tata carasebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22.

Bagian Kedua

Pembetulan Surat Pemberitahuan

Pasal 27

Pemeriksa Bukti Permulaan dapat mempertimbangkanpembetulan Surat Pemberitahuan yang dilakukan olehorang pribadi atau badan selaku Wajib Pajak yangdilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutupdalam simpulan hasil Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Page 23: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.195123

BAB VIII

PENANGGUHAN PEMERIKSAAN DAN PENGHENTIAN VERIFIKASI

Pasal 28

Dalam hal orang pribadi atau badan selaku Wajib Pajakyang sedang dilakukan Pemeriksaan dalam rangka mengujikepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atau sedangdilakukan Verifikasi dalam rangka menerbitkan suratketetapan pajak:

a. dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secaraterbuka; atau

b. dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secaratertutup yang ditindaklanjuti dengan Penyidikan,

Pemeriksaan ditangguhkan atau Verifikasi dihentikan.

BAB IX

LAPORAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

DAN TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Bagian Kesatu

Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan

Pasal 29

(1) Pemeriksa Bukti Permulaan menuangkan hasilPemeriksaan Bukti Permulaan dalam LaporanPemeriksaan Bukti Permulaan dengan mencantumkan:

a. simpulan mengenai ada atau tidaknya BuktiPermulaan; dan

b. usul tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan.

(2) Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan KertasKerja Pemeriksaan Bukti Permulaan.

(3) Dalam hal ditemukan:

a. Peristiwa Pidana selain yang ditentukan dalamSurat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaan;

b. tindak pidana selain Tindak Pidana di BidangPerpajakan; dan/atau

c. informasi potensi pajak yang bukan Tindak Pidanadi Bidang Perpajakan,

Page 24: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 24

pemeriksa Bukti Permulaan harus mengungkapkandalam Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Bagian Kedua

Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Bukti Permulaan

Pasal 30

(1) Hasil Pemeriksaan Bukti Permulaan yang dituangkandalam Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaansebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ditindaklanjutidengan:

a. Penyidikan dalam hal ditemukan Bukti Permulaanyang cukup;

b. pemberitahuan secara tertulis oleh kepala UnitPelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaan kepadaorang pribadi atau badan selaku Wajib Pajak yangdilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secaraterbuka bahwa tidak dilakukan Penyidikan dalamhal pengungkapan ketidakbenaran perbuatanorang pribadi atau badan selaku Wajib Pajak telahsesuai dengan keadaan yang sebenarnya;

c. penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang BayarPasal 13A Undang-Undang KUP oleh kepala KantorPelayanan Pajak kepada orang pribadi atau badanselaku Wajib Pajak yang dilakukan PemeriksaanBukti Permulaan secara terbuka;

d. penghentian Pemeriksaan Bukti Permulaan olehkepala Unit Pelaksana Pemeriksaan BuktiPermulaan dalam hal Wajib Pajak orang pribadiyang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaanmeninggal dunia; atau

e. penghentian Pemeriksaan Bukti Permulaan olehkepala Unit Pelaksana Pemeriksaan BuktiPermulaan dalam hal tidak ditemukan adanyaBukti Permulaan Tindak Pidana di BidangPerpajakan.

(2) Dalam hal Pemeriksaan Bukti Permulaan dilakukansecara terbuka, penghentian Pemeriksaan BuktiPermulaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufd dan huruf e diberitahukan secara tertulis oleh kepalaUnit Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaan kepadaorang pribadi atau badan atau kuasa.

Page 25: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.195125

Pasal 31

(1) Dalam hal ditemukan Peristiwa Pidana selain yang telahditentukan dalam Surat Perintah Pemeriksaan BuktiPermulaan, kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan BuktiPermulaan dapat menerbitkan Surat PerintahPemeriksaan Bukti Permulaan.

(2) Dalam hal ditemukan tindak pidana selain TindakPidana di Bidang Perpajakan, kepala Unit PelaksanaPemeriksaan Bukti Permulaan memberitahukan tindakpidana tersebut kepada pihak yang berwenang.

(3) Dalam hal ditemukan potensi pajak yang bukan TindakPidana di Bidang Perpajakan, kepala Unit PelaksanaPemeriksaan Bukti Permulaan mengirimkan informasimengenai potensi pajak tersebut kepada pihak yangberwenang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang perpajakan.

(4) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1),ayat (2), dan ayat (3), dilakukan tanpa menungguPemeriksaan Bukti Permulaan selesai.

Bagian Ketiga

Keterlibatan Pegawai Direktorat Jenderal Pajak

dalam Tindak Pidana di Bidang Perpajakan

Pasal 32

(1) Dalam hal ditemukan Bukti Permulaan yang cukupmengenai keterlibatan pegawai Direktorat JenderalPajak, Direktur Jenderal Pajak melaporkan keterlibatanpegawai tersebut kepada Menteri Keuangan.

(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud padaayat (1) tidak menunda proses Pemeriksaan BuktiPermulaan, termasuk terhadap pegawai DirektoratJenderal Pajak yang terlibat.

Bagian Keempat

Penyitaan dan Pengembalian Bahan Bukti

Pasal 33

(1) Dalam hal Pemeriksaan Bukti Permulaan secaraterbuka ditindaklanjuti dengan Penyidikansebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf a,Bahan Bukti yang diperoleh pemeriksa Bukti

Page 26: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 26

Permulaan yang diperlukan dalam proses Penyidikandapat disita oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

(2) Bahan Bukti yang dipinjam pemeriksa Bukti Permulaandari orang pribadi atau badan yang dilakukanPemeriksaan Bukti Permulaan dan tidak diperlukandalam kegiatan Penyidikan, dikembalikan kepada orangpribadi atau badan yang dilakukan Pemeriksaan BuktiPermulaan dengan membuat berita acara.

(3) Bahan Bukti yang dipinjam dari pemeriksa dan tidakdiperlukan dalam kegiatan Penyidikan, dikembalikankepada pemeriksa dengan membuat berita acara.

BAB X

BAHAN BUKTI BARU

Pasal 34

(1) Dalam hal diperoleh Bahan Bukti baru setelahPemeriksaan Bukti Permulaan diselesaikan yang dapatmenyebabkan simpulan yang berbeda dengan simpulandalam Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan, DirekturJenderal Pajak dapat kembali melakukan PemeriksaanBukti Permulaan.

(2) Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan jika Pemeriksaan BuktiPermulaan sebelumnya telah diselesaikan dengantindak lanjut selain Penyidikan.

BAB XI

TINDAK PIDANA YANG DIKETAHUI SEKETIKA

Pasal 35

(1) Tindak pidana yang diketahui seketika merupakanTindak Pidana di Bidang Perpajakan yang diketahuisedang berlangsung atau baru saja terjadi, yangmemerlukan penanganan secara segera terhadappelaku tindak pidana dan mengamankan Bahan Buktiyang ada padanya.

(2) Dalam rangka menangani pelaku tindak pidana danmengamankan Bahan Bukti, Penyidik Pegawai NegeriSipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dapatsecara langsung meminta keterangan, meminjamdan/atau memeriksa Bahan Bukti.

Page 27: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.195127

(3) Dalam hal telah diperoleh Bukti Permulaan yangcukup, terhadap tindak pidana yang diketahui seketikadapat ditindaklanjuti dengan Penyidikan tanpadidahului Pemeriksaan Bukti Permulaan.

BAB XII

BUKTI PERMULAAN YANG CUKUP DAN LAPORAN KEJADIAN

Pasal 36

(1) Dalam hal Pemeriksaan Bukti Permulaanditindaklanjuti dengan Penyidikan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf a, pejabat yangberwenang membuat Laporan Kejadian.

(2) Dalam hal diperoleh bukti permulaan yang cukup darikegiatan:

a. penanganan tindak pidana yang diketahui seketika;

b. pengembangan Pemeriksaan Bukti Permulaan; atau

c. pengembangan Penyidikan,

Laporan Kejadian dapat dibuat tanpa dilakukanPemeriksaan Bukti Permulaan.

BAB XIII

PERATURAN PELAKSANAAN

Pasal 37

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai:

a. petunjuk pelaksanaan pengembangan dan analisisInformasi, Data, Laporan, dan Pengaduan; dan

b. petunjuk pelaksanaan kegiatan intelijen ataupengamatan dalam rangka pengembangan dananalisis Informasi, Data, Laporan, dan Pengaduan,

diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penangananterhadap pegawai Direktorat Jenderal Pajak yangterlibat dalam Tindak Pidana di Bidang Perpajakanyang dilakukan oleh Wajib Pajak, diatur denganPeraturan Direktur Jenderal Pajak dan/atau PeraturanBersama Direktur Jenderal Pajak dan InspekturJenderal Kementerian Keuangan.

Page 28: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 28

BAB XIV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 38

(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku,Pemeriksaan Bukti Permulaan yang dilakukanberdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan BuktiPermulaan yang diterbitkan sebelum berlakunyaPeraturan Menteri ini, proses penyelesaiannyadilakukan berdasarkan ketentuan dalam PeraturanMenteri ini kecuali terhadap ketentuan yang mengaturmengenai jangka waktu penyelesaian PemeriksaanBukti Permulaan.

(2) Terhadap Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), berlaku ketentuan bahwaPemeriksaan Bukti Permulaan diselesaikan olehpemeriksa Bukti Permulaan dalam jangka waktu:

a. paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal suratpemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaansecara terbuka disampaikan kepada orang pribadiatau badan;

b. paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal SuratPerintah Pemeriksaan Bukti Permulaan secaratertutup diterima oleh pemeriksa Bukti Permulaan;

c. sesuai dengan perpanjangan jangka waktu yangtelah diberikan oleh kepala Unit PelaksanaPemeriksaan Bukti Permulaan; atau

d. paling lambat tanggal 31 Desember 2016 apabilaperpanjangan jangka waktu sebagaimanadimaksud pada huruf c melampaui tanggal 31Desember 2016.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 39

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, PeraturanMenteri Keuangan Nomor 18/PMK.03/2013 tentang TataCara Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana diBidang Perpajakan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Page 29: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.195129

Pasal 40

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari2015.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Menteri ini denganpenempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 22 Desember 2014

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAMBANG P.S. BRODJONEGORO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 22 Desember 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

Page 30: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 30

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR239/PMK.03/2014

TENTANG

TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

CONTOH CARA MENGHITUNGJUMLAH YANG DAPAT DIPERHITUNGKAN SEBAGAI

PENGURANG NILAI KERUGIAN PADA PENDAPATAN NEGARA

Untuk mempermudah penghitungan jumlah yang dapat diperhitungkan sebagaipengurang nilai kerugian pada pendapatan negara dalam hal Pemeriksaan BuktiPermulaan ditindaklanjuti dengan Penyidikan, berikut adalah contoh caramenghitungnya dalam beberapa kasus:

Selama Pemeriksaan Bukti Permulaan terhadap Wajib Pajak PT XYZ didapatkannilai kerugian pada pendapatan negara sebesar Rp25.000.000.000,00.

Dalam hal Wajib Pajak melakukan pengungkapan ketidakbenaran perbuatansebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang KUP, jumlahyang masih harus dibayar sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:

a. Pajak yang kurang dibayar Rp25.000.000.000,00

b. Sanksi administrasi berupa denda (150%) Rp37.500.000.000,00

Jumlah yang masih harus dibayar Rp62.500.000.000,00

1. Kasus 1

Selama Pemeriksaan Bukti Permulaan, Wajib Pajak melakukan pembayaransehubungan pengungkapan ketidakbenaran perbuatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang KUP dengan rincian sebagaiberikut:

a. Pajak yang kurang dibayar Rp10.000.000.000,00

b. Sanksi administrasi berupa denda (150%) Rp 0,00

Jumlah pembayaran Rp10.000.000.000,00

Atas pembayaran Wajib Pajak tersebut, jumlah yang dapat menjadipengurang nilai kerugian pada pendapatan negara adalah sebesar:

2/5 x Rp10.000.000.000,00 = Rp4.000.000.000,00

sehingga nilai kerugian pada pendapatan negara yang tersisa dandimasukkan ke berkas Penyidikan adalah sebesar:

Rp25.000.000.000,00 – Rp4.000.000.000,00 = Rp21.000.000.000,00.

Page 31: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.195131

2. Kasus 2

Selama Pemeriksaan Bukti Permulaan, Wajib Pajak melakukan pembayaransehubungan pengungkapan ketidakbenaran perbuatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang KUP dengan rincian sebagaiberikut:

a. Pajak yang kurang dibayar Rp25.000.000.000,00

b. Sanksi administrasi berupa denda (150%) Rp 0,00

Jumlah pembayaran Rp25.000.000.000,00

Atas pembayaran Wajib Pajak tersebut, jumlah yang dapat menjadipengurang nilai kerugian pada pendapatan negara adalah sebesar:

2/5 x Rp25.000.000.000,00 = Rp10.000.000.000,00

sehingga nilai kerugian pada pendapatan negara yang tersisa dandimasukkan ke berkas Penyidikan adalah sebesar:

Rp25.000.000.000,00 – Rp10.000.000.000,00 = Rp15.000.000.000,00.

3. Kasus 3

Selama Pemeriksaan Bukti Permulaan, Wajib Pajak melakukan pembayaransehubungan pengungkapan ketidakbenaran perbuatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang KUP dengan rincian sebagaiberikut:

a. Pajak yang kurang dibayar Rp40.000.000.000,00

b. Sanksi administrasi berupa denda (150%) Rp 0,00

Jumlah pembayaran Rp40.000.000.000,00

Atas pembayaran Wajib Pajak tersebut, jumlah yang dapat menjadipengurang nilai kerugian pada pendapatan negara adalah sebesar:

2/5 x Rp40.000.000.000,00 = Rp16.000.000.000,00

sehingga nilai kerugian pada pendapatan negara yang tersisa dandimasukkan ke berkas Penyidikan adalah sebesar:

Rp25.000.000.000,00 – Rp16.000.000.000,00 = Rp9.000.000.000,00.

4. Kasus 4

Selama Pemeriksaan Bukti Permulaan, Wajib Pajak melakukan pembayaransehubungan pengungkapan ketidakbenaran perbuatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang KUP dengan rincian sebagaiberikut:

a. Pajak yang kurang dibayar Rp10.000.000.000,00

b. Sanksi administrasi berupa denda (150%) Rp15.000.000.000,00

Jumlah pembayaran Rp25.000.000.000,00

Page 32: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA...Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

2014, No.1951 32

Atas pembayaran Wajib Pajak tersebut, jumlah yang dapat menjadipengurang nilai kerugian pada pendapatan negara adalah sebesar:

2/5 x Rp25.000.000.000,00 = Rp10.000.000.000,00

sehingga nilai kerugian pada pendapatan negara yang tersisa dandimasukkan ke berkas Penyidikan adalah sebesar:

Rp25.000.000.000,00 – Rp10.000.000.000,00 = Rp15.000.000.000,00.

5. Kasus 5

Selama Pemeriksaan Bukti Permulaan, Wajib Pajak melakukan pembayaransehubungan pengungkapan ketidakbenaran perbuatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang KUP dengan rincian sebagaiberikut:

a. Pajak yang kurang dibayar Rp25.000.000.000,00

b. Sanksi administrasi berupa denda (150%) Rp15.000.000.000,00

Jumlah pembayaran Rp40.000.000.000,00

Atas pembayaran Wajib Pajak tersebut, jumlah yang dapat menjadipengurang nilai kerugian pada pendapatan negara adalah sebesar:

2/5 x Rp40.000.000.000,00 = Rp16.000.000.000,00

sehingga nilai kerugian pada pendapatan negara yang tersisa dandimasukkan ke berkas Penyidikan adalah sebesar:

Rp25.000.000.000,00 – Rp16.000.000.000,00 = Rp9.000.000.000,00.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIKINDONESIA,

BAMBANG P.S. BRODJONEGORO