berita eramuslim

28
Bintang Pop Dunia Michael Jackson Mau Masuk Islam? 28/11/2005 16:54 WIB eramuslim - Ikon musik pop Amerika Michael Jackson secara resmi mengaku sudah menjalani rukun Islam dan berencana untuk masuk Islam. Berita ini dilansir oleh situs harian Arab-Israel, Panorama mengutip sumber- sumber di Bahrain, dimana Michael Jakcson melakukan kunjungan ke negara itu belum lama ini. Sumber-sumber di Bahrain mengatakan, pernyataan Jackson itu mengindikasikan keinginan bintang pop tersebut untuk pindah ke Bahrain. Di negara teluk ini, Jackson kabarnya sudah membeli sejumlah real estate dan pulau buatan. Ia rencananya akan memindahkan semua asset-asset miliknya termasuk studio di AS ke Bahrain. Jackson juga mengungkapkan harapannya bahwa ia tidak akan menemui banyak kendala dalam persoalan legalitas dan bisa menikmati kebebasan yang menurutnya tidak ia dapatkan di Amerika Serikat. Lebih jauh sumber-sumber di Bahrain mengungkapkan, Jackson mengemukakan alasannya masuk Islam karena ia merasa yakin Islam adalah agama yang paling dekat dengan keyakinannya secara pribadi. Jika laporan ini benar, maka Jackson bukan satu-satunya anggota dalam keluarganya yang memeluk agama Islam. Saudara laki-laki kandung Jackson, Jermaine Jackson yang sudah lebih dulu masuk Islam kini memilih tinggal di Dubai. Menurut sumber-sumber itu, Jermainelah yang mengenalkan Michael Jackson dengan Islam lewat buku-buku Islam yang dikirimnya dan kabarnya memberi dukungan pada adiknya itu untuk masuk Islam. Belum lama ini, Michael Jackson menjadi kontroversi setelah tersiar kabar bahwa ia sempat menyebut orang-orang Yahudi sebagai 'lintah darat' dalam pesan yang dikirim melalu telepon pada mantan mitra bisnisnya. Dalam pesan itu, menurut versi kelompok Yahudi, Jackson mengatakan,"Mereka seperti lintah... saya muak pada semua ini ... mereka

Upload: cecepsaripudin

Post on 16-Dec-2015

147 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

berita

TRANSCRIPT

  • Bintang Pop Dunia Michael Jackson Mau Masuk Islam? 28/11/2005 16:54 WIB

    eramuslim - Ikon musik pop Amerika Michael Jackson secara resmi

    mengaku sudah menjalani rukun Islam dan berencana untuk masuk Islam.

    Berita ini dilansir oleh situs harian Arab-Israel, Panorama mengutip sumber-

    sumber di Bahrain, dimana Michael Jakcson melakukan kunjungan ke negara

    itu belum lama ini.

    Sumber-sumber di Bahrain mengatakan, pernyataan Jackson itu

    mengindikasikan keinginan bintang pop tersebut untuk pindah ke Bahrain. Di

    negara teluk ini, Jackson kabarnya sudah membeli sejumlah real estate dan

    pulau buatan. Ia rencananya akan memindahkan semua asset-asset miliknya

    termasuk studio di AS ke Bahrain. Jackson juga mengungkapkan harapannya

    bahwa ia tidak akan menemui banyak kendala dalam persoalan legalitas dan

    bisa menikmati kebebasan yang menurutnya tidak ia dapatkan di Amerika

    Serikat.

    Lebih jauh sumber-sumber di Bahrain mengungkapkan, Jackson

    mengemukakan alasannya masuk Islam karena ia merasa yakin Islam adalah

    agama yang paling dekat dengan keyakinannya secara pribadi. Jika laporan

    ini benar, maka Jackson bukan satu-satunya anggota dalam keluarganya

    yang memeluk agama Islam. Saudara laki-laki kandung Jackson, Jermaine

    Jackson yang sudah lebih dulu masuk Islam kini memilih tinggal di Dubai.

    Menurut sumber-sumber itu, Jermainelah yang mengenalkan Michael Jackson

    dengan Islam lewat buku-buku Islam yang dikirimnya dan kabarnya memberi

    dukungan pada adiknya itu untuk masuk Islam.

    Belum lama ini, Michael Jackson menjadi kontroversi setelah tersiar kabar

    bahwa ia sempat menyebut orang-orang Yahudi sebagai 'lintah darat' dalam

    pesan yang dikirim melalu telepon pada mantan mitra bisnisnya.

    Dalam pesan itu, menurut versi kelompok Yahudi, Jackson

    mengatakan,"Mereka seperti lintah... saya muak pada semua ini ... mereka

  • menjadikan orang-orang yang paling populer di dunia, mengeruk banyak

    uang, rumah besar, mobil-mobil, semuanya dan mengakhiri mereka dalam

    keadaan tanpa uang sepeserpun. Ini adalah konspirasi. Yahudi-Yahudi itu

    melakukannya dengan sengaja. (ln/Islamicity)

    Tahun 2008, Belanda Tidak Perkenankan Imam Mesjid yang Berasal dari Negara Lain 28/11/2005 15:13 WIB

    eramuslim - Pemerintah Belanda menandatangani deklarasi kerjasama

    dengan Inholland College di Amsterdam untuk mengadakan pelatihan bagi

    para imam Muslim di negeri Kincir Angin itu.

    Pemerintah Belanda menunjuk organisasi Contact Group for Muslim and

    Government (CMO) sebagai partner kerjanya yang akan membuat program

    pelatihan para imam selama 4 tahun ini bersama pihak universitas tersebut.

    Juru bicara Menteri Kehakiman Belanda, Arnoud Strijbis pada AFP

    mengatakan, para imam yang terpilih tetap ditempatkan di masjid-masjid.

    Namun deklarasi kerjasama ini akan memperkenankan mereka untuk

    mengajukan usulan program menyeluruh bersama organisasi-organisasi

    Muslim dan dunia pendidikan.

    Pelatihan terhadap para imam Muslim ini dilakukan, juga sebagai salah satu

    upaya untuk mengurangi jumlah imam dari negara asing yang ditargetkan

    mencapai angka nol pada tahun 2008. Selama ini, hampir semua imam di

    masjid-masjid di Belanda berasal dari Turki atau Maroko.

    Untuk keperluan pelatihan yang merupakan proyek Menteri Imigrasi dan

    Integrasi Rita Verdonk serta Menteri Pendidikan Maria van der Hoeven,

    pemerintah Belanda mengalokasikan dana sebesar 375 ribu Euro atau sekitar

    439 ribu dollar AS.

    Ketua jajaran gubernur di Inholland College, J. Elbers menyatakan, program

    pelatihan yang akan berlangsung selama 4 tahun itu akan dimulai pada 2006

    mendatang.

  • Perdebatan tentang program pelatihan bagi para imam mulai terjadi sejak

    November 2004 setelah terbunuhnya sutradara film Belanda Thei van Gogh

    oleh seorang pemuda berusia 19 tahun keturunan Belanda-Maroko,

    Mohammad Bouyeri. Pembunuhan itu sendiri dipicu atas film buatan van

    Gogh yang dianggap menjelek-jelekan umat Islam.

    Saat ini ada sekitar 1 juta warga Muslim dari 16 juta total populasi warga

    Belanda. Mayoritas warga Muslim disana berasal dari keturunan Turki. Di

    Belanda terdapat 450 masjid, 1.000 Islamic Center, 2 universitas dan 42

    sekolah dasar Islam.

    Ketua CMO Ayhan Tunca mengatakan, kesepakatan tentang pelatihan

    terhadap para imam ini bukan sebuah kewajiban dan berdasarkan pada

    kesepakatan yang sudah dicapai sebelumnya antara pemerintah dan

    organisasi-organisasi Islam. Ia mencontohkan persetujuan antara

    pemerintah dan warga Turki yang memberikan hak pada masjid-masjid Turki

    untuk membawa para imam dari kementerian Waqaf Turki.

    Sejak September 2005, University of Amsterdam sudah melatih 20 siswa

    para calon imam yang hanya diperbolehkan memberikan ceramah di rumah

    sakit-rumah sakit dan penjara-penjara. (ln/iol)

    Untuk Pertama Kalinya, Pengusaha Wanita Arab Saudi Boleh Calonkan Diri Jadi Pengurus Kadin 28/11/2005 11:26 WIB

    eramuslim - Tujuh belas pengusaha wanita Arab Saudi untuk pertama

    kalinya ikut mencalonkan diri dalam pemilihan ketua kamar dagang dan

    industri lokal. Mereka akan bersaing dengan kandidat lainnya yang berjumlah

    71 orang untuk menduduki 12 kursi anggota pengurus kamar dagang dan

    industri untuk wilayah kota Jeddah. Pemilihan itu sendiri sudah berlangsung

    sejak tanggal 26 November dan akan diketahui hasilnya Selasa (29/11)

    besok.

  • "Kami semua sangat bersemangat dan optimis. Saya tidak bisa tidur dalam

    beberapa hari ini," kata salah seorang kandidat, Lama Sulaiman.

    "Sebagai wajah-wajah baru dalam pemilihan, kami harus kerja keras ...

    sejauh ini, umpan balik yang kami dapatkan sungguh membesarkan hati,"

    katanya lagi.

    Ulfat Qabbani, yang mengelola perusahaan parfum untuk ekspor mengaku

    optimis dengan hasil pemilihan nanti, dimana sebagian besar pemilihnya

    adalah kaum laki-laki.

    "Kami selayaknya menang paling tidak dua kursi dalam pemilihan," kata

    Qabbani.

    Sejumlah pengusaha wanita Arab Saudi berharap bisa mendapatkan

    sedikitnya satu dari 6 kursi keanggotaan Kadin Jeddah yang berjumlah 18

    orang, yang keanggotaannya ditunjuk oleh menteri perdagangan dan industri.

    Partisipasi kaum perempuan dalam pemilihan tersebut, tidak lepas dari

    kesempatan yang diberikan oleh Raja Abdullah bin Abdul-Aziz. Ia

    memberikan prioritas bagi peranan kaum perempuan di kalangan

    masyarakat dalam rencana pembangunan Arab Saudi 2005-2009. Meski

    demikian, ia tetap menekankan agar kesempatan yang diberikan itu sesuai

    dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.

    "Pemilihan-pemilihan ini seharusnya mendorong peranan kaum wanita Arab

    Saudi di tengah masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam

    sekaligus untuk mengakhiri isolasi terhadap mereka, diawali dengan

    penyediaan lapangan kerja bagi kaum wanita," ujar Qabbani.

    Ia menambahkan, terbukanya peluang bagi mereka untuk mencalonkan diri

    dalam pemilihan pengurus Kadin Jeddah sudah menciptakan kondisi positif di

    kalangan masyarakat Saudi dan membangkitkan pembaharuan bagi kaum

    perempuannya.

    Namun semangat untuk memenangkan pemilihan ternyata tidak dibarengi

    dengan tingkat keikutsertaan yang tinggi di kalangan pemilih wanita. Pemilih

  • di kalangan perempuan hanya 25 orang atau sekitar 1,5 persen dari 1.700

    jumlah pemilih.

    Salah seorang kandidat, Hessa Al-Aoun pada harian Al-Watan mengatakan,

    jika ingin menang, para kandidat perempuan bukan hanya mendapatkan

    suara dari pemilih wanita tapi juga pemilih pria.

    Kandidat wanita lainnya, Madhawi Al-Hassaoun berkeyakinan mendapatkan

    suara dari 400 pemilih wanitanya dan sisanya akan didapatkan dari pemilih

    pria. "Menang untuk menjadi yang terbaik adalah motto dari pemilihan ini,"

    katanya pada Al-Watan.

    Salah satu kelemahan dari program-program yang diajukan para kandidat

    wanita itu adalah tidak menyebut secara rinci tentang pemilih dari kalangan

    wanita dalam dokumen-dokumen yang dibutuhkan di brosur-brosur mereka.

    Beberapa pemilih bahkan tidak membawa dokumen-dokumen yang sangat

    penting guna mengikuti pemilihan itu.

    Di Arab Saudi, kaum perempuan tidak memiliki hak suara dalam pemilihan

    umum. Dalam pemilihan dewan kota yang baru pertama kalinya dilakukan

    Arab Saudi pada awal tahun lalu, pemerintah melarang kaum perempuannya

    untuk memberikan suara apalagi mencalonkan diri. Namun para pejabat di

    negara kaya minyak itu mengatakan, hak itu baru akan diberikan dalam

    pemilihan mendatang yang akan berlangsung sekitar 4 tahun lagi.

    Untuk sementara ini, pemerintah Arab Saudi baru memperkenankan

    sejumlah kaum intelektual perempuan untuk menjabat beberapa pos di

    kemeneterian luar negeri Arab Saudi. (ln/iol)

  • Para Walikota Turki Larang Minuman Keras, Kelompok Sekular Protes 25/11/2005 11:20 WIB

    PM Turki Recep Tayyib Erdogan Dukung Gerakan Para Walikotanya

    eramuslim - Dukungan pemerintah Turki terhadap kebijakan para

    walikotanya yang melarang peredaran minuman beralkohol di cafe-cafe dan

    restoran di Ankara diprotes oleh kelompok-kelompok oposisi. Mereka menilai

    larangan tersebut bertentangan dengan kebebasan individu yang menjadi

    persoalan utama dalam proyek negara itu untuk menjadi anggota Eropa.

    Sementara para walikota yang berafiliasi ke Partai Keadilan dan

    Pembangunan memberlakukan larangan tersebut sebagai upaya untuk

    melindungi nilai-nilai keluarga di Turki.

    Untuk itu mereka menolak pengajuan izin baru penjualan minuman

    beralkohol. Begitu juga dengan pengajuan izin perpanjangan, dinyatakan

    ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

    Meski tidak ada petunjuk resmi dari pemerintah, namun pihak-pihak yang

    terkait dengan penjulan alkohol ini nampaknya tidak terlalu terkejut dengan

    munculnya larangan itu. Larangan tersebut mencakup minuman keras khas

    Turki, raki, yang dinyatakan dilarang di distrik Anatolia. Sejumlah walikota di

  • Turki ingin menerapkan apa yang disebut 'zona minuman keras' yang

    letaknya di luar wilayah mereka.

    PM Turki Recep Tayyib Erdogan menyatakan dukungannya terhadap usaha

    keras para walikotanya itu. Ia mengatakan, pemerintah punya tanggung

    jawab untuk melindungi generasi muda dari bahaya minuman keras.

    Suara tidak setuju dengan larangan tersebut datang dari kelompok sekular di

    Turki. Mereka mengajukan argumen nilai-nilai yang berlaku di Turki sebagai

    negara yang sekuler dan negara-negara blok Eropa lainnya.

    Kelompok oposisi utama di Turki, Partai Rakyat Republik Sefik Zengin

    mengungkapkan keyakinannya bahwa larangan minuman keras itu dengan

    cepat akan diperluas ke seluruh Turki.

    Dalam sejarahnya, para sultan dinasti Ottoman dikenal sebagai orang yang

    gemar sekali minum anggur meski memberlakukan larangan minum

    minuman tersebut. Murad IV yang berkuasa dari 1623 sampai 1640 terkenal

    sebagai penguasa yang kerap menjatuhkan hukuman mati bagi mereka yang

    kecanduan tembakau dan alkohol. Namun dari cerita yang beredar, Murad IV

    sendiri tidak bisa menahan godaan untuk menenggak minuman keras,

    akibatnya ia meninggal karena penyakit lever. (ln/iol)

    Organisasi Advokasi Israel Dalangi Upaya Gagalkan Pembangunan Mesjid dan Islamic Center di Boston 23/11/2005 14:05 WIB

    eramuslim - Rencana pembangunan masjid agung dan Islamic Center di

    Boston, Massachusettes, AS terancam gagal setelah juri pengadilan wilayah

    setempat mengabulkan gugatan hukum yang diajukan seorang warga Boston,

    James Policastro agar kesepakatan antara pemerintah dan komunitas Muslim

    dianulir.

    Harian Boston Globe menulis, gugatan hukum yang diajukan oleh Policastro

    pada bulan Oktober tahun 2004 lalu , bertujuan untuk membatalkan

  • penjualan tanah di Roxbury dengan diskon besar oleh Boston Redevelopment

    Authority (BRA) kepada Islamic Society of Boston (ISB).

    BRA menjual tanah senilai 401.187 dollar pada ISB dengan harga hanya

    175.000 dollar sebagai imbal balik dari pelayanan masyarakat yang diberikan

    oleh ISB, antara lain pemberian mata kuliah tentang Islam dan

    pembangunan perpustakaan hukum Islam di Roxbury Community College,

    yang letaknya berdekatan dengan lokasi masjid yang akan dibangun.

    Dalam gugatannya Policastro berpendapat, penjualan itu sudah melanggar

    peraturan yang ditetapkan konstitusi negara bagian Massachusetts dan

    konstitusi AS, yang melarang pemerintah membangun atau membantu

    lembaga-lembaga keagamaan dengan cara yang tidak fair.

    Sementara itu, ISB sudah menyampaikan keluhannya bahwa gugatan

    tersebut dimotori oleh David Project, sebuah kelompok advokasi Israel untuk

    menggagalkan proyek senilai 22 juta dollar tersebut. Proyek pembangunan

    masjid dan Islamic Center itu sendiri kini sedang dalam proses pembangunan

    dan jika selesai, akan menjadi masjid dan pusat kebudayaan Islam terbesar

    di Timur Laut AS, demkian laporan yang ditulis harian lokal milik kelompok

    advokasi Israel.

    BRA dan ISB sudah meminta pada pengadilan agar tidak mengabulkan

    gugata Policastro itu. Namun hakim pengadilan tinggi Suffolk, Nancy Staffier

    Holtz melihat kasus ini sudah menimbulkan isu pemisahan antara agama dan

    negara dan dianggap layak untuk diproses.

    Dengan adanya gugatan tersebut, warga Muslim memutuskan untuk

    sementara hanya membangun masjid saja yang biayanya mencapai 14 juta

    dollar AS. Kalau nantinya pengadilan memenangkan gugatan Policastro,

    komunitas Muslim harus membayar ratusan ribu dollar untuk tanah tersebut.

    Pada bulan Ramadhan kemarin, warga Muslim berharap sudah bisa

    menggunakan masjid yang masih setengah jadi itu. Namun pejabat kota

    melarangnya karena masjid tersebut belum dipasangi pintu, jendela dan

    dinding dalamnya belum selesai secara keseluruhan sehingga dianggap

    belum layak untuk digunakan.

  • Juru bicara BRA, Meredith Baumann pada Boston Globe mengatakan bahwa

    pihaknya tidak akan mengajukan gugatan balasan terhadap gugatan

    Policastro. "Kami menunggu untuk mempertahankan sikap BRA," katanya.

    Dalam wawancara dengan Islamonline pada November 2004, banyak warga

    AS yang menilai umat Islam memiliki 'nilai-nilai yang sempurna, memiliki

    kepedulian terhadap sesama, beorientasi pada keluarga dan taat terhadap

    keyakinan agamanya.' (ln/iol)

    Intelejen Prancis: Aktifis Islam Bukan Otak Kerusuhan 24/11/2005 14:29 WIB

    eramuslim - Intelejen Perancis menegaskan bahwa para aktifis Islam di

    Perancis tidak berada di balik kerusuhan dan pembakaran yang terjadi

    selama tiga pekan terakhir. Mereka memandang aksi kerusuhan itu didalangi

    oleh kelompok proletar di Perancis yang dominan berasal dari Afrika, Ethiopia

    dan Arab.

    Menurut Kepala Sayap Intelejen Nasional Perancis, Beyar Du Bosky, seperti

    dikutip Islamonline, sejauh ini pihaknya tidak mencatat pengaruh agama

    Islam radikal di balik kerusuhan yang terjadi. "Kami harus mencari latar

    belakang yang lain untuk memahami aksi di balik kerusuhan ini," katanya.

    Sementara tu, Kepala Forum Agama Islam Perancis sudah sejak beberapa

    hari lalu menyebutkan tidak adanya kaitan Islam dengan bentrokan yang

    terjadi di Perancis pada 27 Oktober lalu. "Mengkait-kaitkan antara Islam

    dengan aksi kerusuhan yang terjadi adalah bentuk sikap kriminal. Islam

    menolak kekerasan, penghancuran dalam sejarahnya yang panjang. Agama

    kami adalah agama yang mengusung nilai toleransi," jelasnya.

    Ia menambahkan apapun yang mencampurkan antara Islam dan tindak

    kriminalitas ataupun antara Islam dengan terorisme, maka itu adalah

    penghinaan bagi kelompok Islam. Selain itu, ia juga menolak telah

    mengeluarkan fatwa yang mengatasnamakan kelompok Islam tentang

    larangan membakar mobil dan penghancuran gedung. Menurutnya, fatwa

  • seperti itu justru akan kontraproduktif karena lebih memunculkan keanehan

    bahwa kaum Muslimin memang berada di balik aksi kekerasan itu sendiri.

    Karena itulah ia menyangkal telah mengeluarkan fatwa terkait pelarangan

    pembakaran dan penghancuran mobil maupun gedung. (na-str/iol)

    Khawatir Flu Burung, Pakar Kesehatan Himbau Arab Saudi Batalkan Ibadah Haji 23/11/2005 09:23 WIB

    eramuslim - Pakar kesehatan yang juga Direktur Program Pengawasan Infeksi di Rumah

    Sakit Universitas Jenewa, Didier Pittet menyarankan agar pemerintah Arab

    Saudi membatalkan pelaksanaan ibadah haji, jika ditemukan fakta bahwa

    virus ini bisa menyebar dari manusia ke manusia.

    Pittet mengkhawatirkan, flu burung ini akan mewabah selama pelaksanaan

    ibadah haji di mana hampir dua juta umat Islam dari seluruh dunia

    berkumpul di satu tempat untuk melaksanakan ritual ibadah tersebut.

    "Jika pemerintah Saudi menemukan satu atau dua kasus flu burung di

    Mekkah, maka harus dilakukan tindakan yang ekstrim dan segera," ujar

    Pittet.

    "Jika kasus yang sama terjadi kedua kalinya di area yang sama maka akan

    muncul kasus-kasus serupa lainnya, anda harus mencurigai ada bentuk

    perpindahan yang lain. Kalau mereka menemukan bahwa flu burung bisa

    menular dari manusia ke manusia, selayaknya mereka membatalkan

    pelaksanaan ibadah haji," papar Pittet.

    Perkiraan resmi menyebutkan, jumlah jamaah haji pada tahun 2005 lalu

    mencapai 1,8 juta orang lebih, 1,4 juta di antaranya berasal dari luar negeri

    dan 473 ribu orang dari warga Arab Saudi sendiri serta warga Muslim lainnya

    yang tinggal di negara berbentuk kerajaan itu.

  • Kekhawatiran akan terjadinya wabah flu burung di Arab Saudi muncul sejak

    ada laporan sejumlah ayam mati di sebuah peternakan yang berlokasi di

    sebelah tenggara Arab Saudi pada 6 November lalu.

    Menteri Urusan Haji, Hamid Al-Manai menyatakan, tidak ada kasus flu

    burung yang terdeteksi di kerajaan kaya minyak itu. Ia menambahkan,

    upaya pencegahan yang penting sudah dilakukan oleh pihak kerajaan untuk

    mengantisipasi kemungkinan mewabahnya avian flu tersebut.

    "Pemerintah sudah memperketat pemeriksaan terhadap orang-orang yang

    masuk ke negara ini baik yang masuk melalui darat dan utara," kata Al-

    Manai dalam keterangan persnya di sela-sela konferensi internasional

    tentang flu burung di Riyadh.

    "Selain itu, pihak-pihak berwenang juga sudah meluncarkan kampanye

    vaksinasi secara intensif terhadap ancaman penyakit flu biasa terhadap para

    jamaah haji," sambungnya.

    Kepala bagian penyakit menular departemen kesehatan Arab Saudi, Amine

    Mishkhas menambahkan, pihaknya sudah mendirikan pusat-pusat

    pencegahan flu burung di tiga kota, termasuk Jeddah yang menjadi pintu

    utama masuknya jamaah haji.

    "Kami memastikan hanya mereka yang benar-benar fit dan sehat yang bisa

    masuk ke Arab Saudi untuk melaksanakan ibadah haji," kata Sahal Al-

    Sabban, pejabat senior di kementerian urusan haji. Ia mengatakan,

    sepanjang sejarah Arab Saudi, kota-kota seperti Makkah, Madinah dan

    Jeddah adalah kota-kota yang pernah dilanda wabah penyakit seperti

    meningitis, kolera dan pes.

    Virus flu burung H5N1 yang mematikan itu, sejak kemunculannya sudah

    membunuh 67 orang di lima negara di seluruh Asia dalam kurun waktu dua

    tahun ini. Sejauh ini, virus ini hanya menular melalui hewan ke manusia dan

    belum ditemukan fakta bahwa virus tersebut bisa menular dari manusia ke

    manusia. Namun sejumlah pakar mengkhawatirkan virus ini akan bermutasi

    menjadi virus yang menular antar manusia seperti layaknya flu biasa. (ln/iol)

  • Tiap Bulan, Tiga Warga Belanda Peluk Islam 22/11/2005 16:54 WIB

    eramuslim - Pasca peledakan gedung kembar Word Trade Center (WTC) 11

    September 2002, perkembangan Islam di Negeri Belanda cukup

    menggembirakan. Pasalnya, hampir tiap bulan tiga orang masuk Islam di

    negara bergelar Kincir Angin. "Ini kabar baik," ujar Wakil Ketua Dewan

    Syari'ah Nasional (DSN) DR. Anwar Ibrahim saat bincang-bincang dengan

    eramuslim, di Jakarta, Selasa (22/11).

    Mereka masuk Islam ada yang berawal dari membaca buku-buku Islam,

    dialog di kampus-kampus atau melalui informasi lainnya.

    Dalam lawatannya untuk kepentingan dakwah ke Belanda selama dua pekan

    di bulan Ramadhan, Anwar merasa optimis bahwa Belanda adalah negara

    yang cocok untuk tumbunya Islam di sana. "Islam di sana termasuk agama

    besar. Muslim di sana ada sekitar 300 ribu dari tiga juta penduduk Belanda,"

    sambungnya.

    Sedangkan sampai saat ini penganut atheis masih menduduki rangking

    pertama. "Mereka mayoritas atheis. 44% lebih, "katanya. Kendati demikian,

    warga Muslim di Belanda bisa hidup berdampingan dengan mereka.

    Saat ini, sambung doktor bidang Ushul Fiqh itu, warga Muslim di sana telah

    memiliki 300 masjid yang tersebar di seluruh kota Belanda. Di antara mereka

    juga banyak yang sarjana.

    "Di antara mereka ada yang lulusan Universitas Madinah, Arab Saudi,"

    sambung Anwar, yang juga dosen Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Jakarta.

    Kondisi ini menunjukkan bahwa Belanda cukup subur untuk pertumbuhan

    warga Muslim.

    Tapi, sayangnya warga Muslim di sana belum berani mendirikan sekolah-

    sekolah Islam. Sekolah-sekolah Islam di sana masih dilakukan secara

  • sembunyi-sembunyi. Alasannya, pihak Kerajaan Belanda tidak mengizinkan

    adanya sekolah khusus warga Muslim.

    "Konstitusinya yang menghambat," terang doktor jebolan Universitas Al-

    Azhar, Kairo itu menjelaskan. (dina)

    Ulah Michelle Leslie Buat Gusar Pemuka Muslim di Australia 21/11/2005 16:36 WIB

    eramuslim - Pemuka warga Muslim di Australia, dibuat kesal dengan

    kelakukan Michelle Leslie, seorang model Australia yang baru saja bebas dari

    penjara Kerobokan, Bali karena kasus kepemilikan ekstasi. Mereka

    mengatakan, Leslie yang sempat mendekam di penjara selama 3 bulan itu

    sudah mencatut agama Islam untuk mendapatkan keringanan hukuman dari

    pengadilan Indonesia.

    Leslie, 24, model pakaian dalam yang mengaku seorang mualaf itu selalu

    mengenakan busana layaknya seorang muslimah selama pengadilannya

    berlangsung, tapi setelah bebas, ia kembali mengenakan celana jeans ketat

    dan kaos kutang yang memperlihatkan bagian perutnya.

    Presiden Australian Federation of Islamic Council, Ameer Ali menuding Leslie

    berupaya 'menarik perhatian' publik dengan mengenakan busana seperti

    muslimah. "Kelihatannya ... dia memanfaatkan Islam untuk menarik

    perhatian dan mendapatkan putusan seperti yang ia harapkan," ujar Ali.

  • Dr. Ali menyatakan, Islam melarang wanita berpakaian yang memperlihatkan

    bagian tubuh. Kalau Leslie mengaku seorang muslimah, selayaknya ia tidak

    melanjutkan karirnya sebagai model pakaian dalam.

    "Islam punya kode etik dalam berpakaian. Anda tidak boleh tampil di atas

    catwalk dengan tubuh setengah terbuka. Itu tidak dibenarkan dalam Islam,"

    tegas Ali.

    Lebih lanjut ia mengatakan, banyak muslimah yang menjadi model seperti di

    Indonesia dan Malaysia, tapi mereka mengenakan pakaian yang tidak

    memperlihatkan bagian tubuh mereka. "Dia boleh saja menjadi model, tapi

    harus pakaian yang sopan," tambah Ali. (ln/theage)

    Muslim Kenya Perjuangkan agar Konstitusi Baru Akui Peradilan Syariah 21/11/2005 14:38 WIB

    eramuslim - Muslim Kenya sedang menggalang kekuatan untuk menolak

    undang-undang dasar yang baru, kalau undang-undang itu tidak

    mengakomodasi keinginan mereka agar pengadilan syariah atau Kadhi

    dikukuhkan dalam konstitusi baru itu. Mereka beranggapan hal tersebut

    melanggar hak-hak beragama mereka sebagai warga minoritas Muslim.

    "Warga Muslim khawatir parlemen mungkin akan memutuskan untuk

    menghapus semua pasal yang menyangkut peradilan agama karena pasal-

    pasal itu diserahkan pada parlemen yag didominasi umat Kristen," ujar

    Syeikh Shariff Naban, anggota Dewan Imam dan Ulama Kenya.

  • Warga minoritas Muslim yang meliputi 10 persen dari total jumlah penduduk

    Kenya yang berjumlah 30 juta orang itu meyakini, pengadilan Kadhi yang

    diatur dalam undang-undang dasar negara akan memberikan ruang yang

    lebih luas bagi mereka untuk menjalankan kebebasan beribadah.

    Sekitar 11,6 juta warga Kenya, hari ini, Senin (21/11) menggunakan hal

    suaranya apakah akan menyetujui atau menolak draft konstitusi negara yang

    baru. Yang menjadi kontroversi dari draft undang-undang dasar tersebut

    terkait dengan kekuasaan yang dimiliki presiden. Banyak kalangan

    mengkritik draft konstitusi tersebut karena mengabaikan aspirasi sebagian

    besar rakyat Kenya untuk menyeimbangkan kekuatan antara presiden dan

    perdana menteri.

    Para cendikiawan Muslim dari lebih dari 28 ormas Islam menyebut draft

    tersebut sebagai draft konstitusi yang tidak bermoral dan tidak terlegitimasi.

    Mereka sampai mengeluarkan fatwa agar warga Muslim tidak memberikan

    suaranya.

    "Konstitusi itu sudah dicuri dari rakyat melalui intimidasi, penyuapan dan

    paksaan. Ini tidak bermoral, tidak sah dan tidak populer serta dimanipulasi

    untuk keuntungan sekelompok kecil anggota masyarakat," tegas kelompok

    cendikiawan itu.

    Dewan Imam Kenya di Nairobi juga mengingatkan warga Muslim bahwa

    mereka akan dibawah tekanan negara kalau draft tersebut disetujui dalam

    referendum yang berlangsung hari ini. Di sisi lain, tokoh-tokoh Muslim

    lainnya yang menyerukan referendum atas konstitusi itu mengatakan bahwa

    draft baru tersebut lebih menjamin hak-hak beragama dari warga minoritas

    Muslim.

    Syeikh Juma Ngao, Ketua Dewan Tinggi Muslim Kenya, Mombasa

    mengesampingkan bahwa konstitusi baru itu akan mendorong warga Muslim

    untuk melanggar dan tidak mematuhi hak-hak beragama.

    "Saya yakin tak seorangpun yang akan mengintervensi konstitusi baru yang

    diajukan ini begitu rakyat Kenya menyetujuinya," kata Juma Ngao pada situs

    Islamonline. Ia mengaku optimis warga Muslim Kenya akan datang

  • memberikan suaranya yang menyetujui draft konstitusi itu meski ada

    penentangan yang kuat terhadap konstitusi baru tersebut. (ln/iol)

    Austria Kerahkan Aparat Kepolisian Jaga Masjid-Masjid di kota Wina 21/11/2005 09:07 WIB

    Aparat kepolisian masih selidiki ledakan di dekat mesjid Osman di kota Vienna

    eramuslim - Konferensi internasional Islam, baru beberapa hari selesai

    diselenggarakan di kota Wina, Austria, namun hasil konferensi yang sepakat

    untuk lebih meningkatkan kerjasama dan saling pengertian dengan dunia

    Islam ini nampaknya tidak berarti apa-apa, menyusul serangan yang diduga

    ditujukan ke sebuah masjid di kota itu.

    Serangan terjadi pada Rabu (16/11) lalu, sebuah ledakan yang cukup keras

    terjadi di dekat Masjid Usman di Distrik ke-17 kota Wina. Ledakan tersebut

    tersebut menyebabkan kaca-kaca rumah pecah dan mobil-mobil yang ada di

    sekitarnya rusak berat, namun tidak menimbulkan korban jiwa.

    Aparat kepolisian masih menyelidiki ledakan tersebut dan Menteri Dalam

    Negeri Austria menginstruksikan agar aparat kepolisian mengintensifkan

    penjagaan dan patroli di 60 masjid yang ada di kota itu. Sampai hari Sabtu

    kemarin, aparat kepolisian masih ditempatkan di area-area dimana tempat

    ibadah umat Islam itu berada.

  • Di kota Wina terdapat kurang lebih 120 ribu warga Muslim dan 50 ribu di

    antaranya sudah menjadi warga negara Austria. Pemerintah negara itu

    secara resmi mengakui agama Islam sebagai agama resmi di Austria sejak

    tahun 1912 pada masa pemerintahan Czar Farnz Joseph, dan sejak itu Islam

    menjadi agama kedua terbesar setelah agama Kristen.

    Kalangan warga minoritas Muslim di Austria masih meragukan bahwa target

    serangan itu adalah masjid yang berada di dekat lokasi ledakan. "Mungkin

    bukan masjid itu yang menjadi sasaran sesungguhnya," kata Turfa Bagaghati,

    Ketua Deputi European Network Again Racism (ENAR) saat khutbah Jumat di

    Masjid Shura.

    "Kalau masjid yang menjadi sasaran serangan, kenapa pelakunya tidak

    langung saja melempar bom itu ke dalam masjid daripada meledakannya di

    dekat rumah," tambah Bagaghati.

    Meski kasus ledakan itu belum jelas apa motif dan sasarannya, Bagaghati

    menegaskan warga Muslim tidak akan tinggal diam kalau masjid menjadi

    sasarangn penyerangan.

    "Kami akan melakukan langkah yang positif dan damai dengan melakukan

    aksi unjuk rasa dan mengutuk serangan tersebut agar para pejabat tahu

    bahwa kami masih berdaya," tegasnya lagi.

    Otoritas agama Islam, institusi resmi warga Muslim di Austria menyatakan

    mengutuk serangan itu, namun meminta agar setiap orang jangan

    mengambil kesimpulan dulu dan menunggu hasil penyelidikan dari kasus

    tersebut. (ln/iol)

  • Dr. Yusuf Qaradhawi: Sikap Barat atas Umat Islam, Cermin Sikap Umat Islam terhadap Sesama Mereka 20/11/2005 16:44 WIB

    eramuslim - Menurut ulama dunia Islam, Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, apa yang

    kini dialami umat Islam di berbagai belahan dunia berupa penderitaan,

    terlanggar hak asasi mereka, semua itu sebabnya kembali kepada diri umat

    Islam sendiri. Karena mereka (umat Islam) yang telah menghilangkan dan

    menyia-nyiakan hak-hak yang mereka miliki, kata Qaradhawi.

    Dalam khutbah Jumat di Masjid Umar bin Khattab, Qatar, Qaradhawi

    mengatakan yang bertanggung jawab atas apa yang dilakukan Barat

    terhadap umat Islam, baik serangan di Irak yang menggunakan bom fosfor

    atau gas beracun yang terlarang, itu adalah lantaran semua alat itu

    digunakan oleh mereka untuk orang-orang yang memang dianggap tidak

    mempunyai hak lagi.

    Qaradhawi yang juga merupakan ketua Al-Ittihad Al-Alami lil Ulama Al-

    Muslimin (Asosiasi Ulama Islam Internasional) menambahkan bahwa apa

    yang dilakukan Negara Barat, khususnya AS, yang mengkampanyekan hak-

    hak asasi manusia, dan mengklaim bahwa mereka sebagai pihak yang

    melindungi dan memperjuangkannya, itu tidak termasuk HAM milik umat

    Islam. Karena dalam pandangan mereka orang Islam (Arab) tidak

    mempunyai hak asasi, jelasnya. Ia kemudian mencontohkan penilaian itu,

    dengan sejumlah kasus kezaliman yang dilakukan Prancis di Aljazair, Italia di

    Libia, Belanda di Indonesia dan berbagai Negara kaum Muslimin yang dijajah

    oleh orang-orang asing. Mereka adalah orang-orang sangat getol

    menyuarakan perjuangan HAM dan pemeliharaan HAM di Negara mereka.

  • Mereka juga sangat membela HAM terhadap warganya di Negara manapun.

    Akan tetapi mereka memandang manusia Muslim tidak mempunyai hak

    untuk mereka bela. Qaradhawi lalu menegaskan bahwa seharusnya HAM

    tidak membedakan partai, kelompok, negara, agama, karena semua manusia

    memiliki HAM yang harus dijaga dan dipelihara.

    Dalam khutbah Jumat tersebut, Qaradhawi juga menyampaikan bahwa

    Islam sebagai pelopor pembelaan terhadap HAM, jauh sebelum istilah HAM

    dipopulerkan oleh Negara Negara barat. Selain itu, ia juga menggambarkan

    bahwa penyepelean bangsa-bangsa Barat terhadap hak kaum Muslimin

    adalah lantaran kaum Muslimin sendiri yang tidak memelihara hak-hak

    mereka. Itu ditandai dengan sejumlah fakta, seperti pengadilan militer untuk

    penduduk sipil, penjara atas orang-orang yang tidak berdosa tapi hanya

    berdalil tuduhan tak berbukti, larangan untuk membentuk organisasi dan

    partai dengan landasan agama dengan alasan partai harus didirikan tidak di

    atas landasan agama, tapi yang aneh, mereka membolehkan sebuah partai

    didirikan atas ideologi sosialis, atheis dan semacamnya. Semua kondisi

    penyia-nyiaan HAM oleh kaum Muslimin sendirilah yang menyebabkan orang-

    orang selain mereka juga menyia-nyiakan HAM kaum Muslimin. (na-str/iol)

    Diskriminasi Anti-Islam di AS Pasca 11 September Meningkat 52 % 17/11/2005 16:26 WIB

    eramuslim - Tragedi WTC 11 September 2001, ternyata menimbulkan

    dampak kebencian yang makin besar belakangan ini. Situs IRIB, salah satu

    media informasi Iran menyebutkan bahwa dari berbagai laporan yang

    disampaikan erbagai lembaga HAM dunia, menunjukkan tingkat diskriminasi

    anti-Islam di AS pasca peristiwa teror 11 September 2001, meningkat hingga

    52 %.

    Laporan resmi yang disampaikan Amnesti Internasional menyebutkan, satu

    dari sembilan warga AS mendapatkan perlakuan diskriminatif dari

    pemerintahnya. Sementara itu Lembaga Dewan Hubungan IslamAmerika

  • (CAIR) menyebutkan, 80 % dari perlakuan diskriminatif itu menimpa kaum

    muslimin.

    Selain menerapkan berbagai kebijakan diskriminatif anti Islam di dalam

    negeri, pemerintah AS juga terbukti melanggar berbagai konvensi

    internasional di luar negeri dengan sasaran kaum muslimin.

    Selama ini, skandal pelanggaran HAM paling memalukan terhadap kaum

    muslimin yang dilakukan AS di luar negeri adalah skandal di penjara Abu

    Ghraib di Irak dan Penjara Guantanamo di Teluk Kuba.

    Sementara itu, Koran Al-Khalij terbitan Emirat edisi 21 Juni 2005 pernah

    melaporkan, para petugas penjara AS yang berada di luar negeri dengan

    sangat mudah melakukan berbagai macam pelecehan terhadap para tahanan

    Muslim. Menurut al-Khalij, ini semua menunjukkan bahwa pemerintah AS

    bukan hanya enggan menaati berbagai konvensi internasional, tapi juga

    tidak mengakui nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada orang-orang Islam.

    Laporan-laporan tentang pelanggaran HAM oleh pemerintah AS itu

    disampaikan berbagai lembaga HAM dunia pada saat pemerintah AS sendiri

    tiap tahunnya mengeluarkan laporan tentang pelanggaran HAM di negara-

    negara lain. (na-str/irib)

    PM Erdogan Kritik Pengadilan Eropa yang Dukung Larangan Berjilbab di Turki 17/11/2005 09:44 WIB

    eramuslim - Keputusan pengadilan hak asasi manusia Eropa yang

    mendukung larangan berjilbab di universitas-universitas di Turki, membuat

    Perdana Menteri Turki Recep Tayyib Erdogan geram. Ia mengatakan,

    pengadilan Eropa sudah bertindak di luar batas wewenangnya.

    "Dalam masalah ini, pengadilan tidak punya hak untuk bicara. Hak bicara itu

    milik para ulama Muslim. Saya pikir, salah kalau mereka yang tidak ada

  • kaitannya dengan wilayah ini (agama) membuat keputusan semacam itu,

    tanpa berkonsultasi dengan para ulama," tegas Erdogan.

    Erdogan mengungkapkan pernyataan kerasnya itu setelah pada minggu lalu,

    pengadilan Strasbourg menetapkan bahwa larangan berjilbab di universitas-

    universitas di Turki, tidak bertentangan dengan hak asasi manusia atau

    kebebasan beragama.

    Ketetapan itu membuat partai Erdogan, Partai Pembangunan dan Keadilan

    kecewa karena partai inilah yang memperjuangkan kelonggaran ketatnya

    larangan berjilbab di universitas-universitas dan tempat-tempat umum di

    Turki, meski mendapat perlawanan dari kelompok oposisi sekuler.

    Sistem sekular di Turki yang meliputi presiden, staf-staf militer, hakim-hakim

    dan para rektor di universitas khawatir apa yang dilakukan Erdogan akan

    mengikis sistem yang memisahkan urusan negara dengan agama.

    Di pihak lain, Erdogan mengatakan, ia semata-mata hanya ingin menerapkan

    kebebasan berekspresi dalam hal keagamaan secara penuh di Turki, negara

    yang mayoritas penduduknya Muslim dan sedang memperjuangkan

    keanggotaan dalam Uni Eropa. Selama ini, Erdogan selalu mengecam

    kebijakan larangan berjilbab sebagai pembatasan atas kebebasan beragama

    dan kebebasan dalam hal pendidikan. Tidak heran, kalau pernyataan

    Erdogan kali ini pun memicu reaksi keras dari lawan-lawan politiknya.

    "Erdogan telah menunjukkan warna aslinya. Tapi Turki tidak akan menjadi

    negara Ayatullah," kata Haluk Koc, anggota senior kelompok oposisi Partai

    Rakyat Republik merujuk negara tetangganya, Iran.

    Larangan berjilbab di institusi-institusi pemerintah, termasuk di sekolah,

    universitas dan organisasi sosial yang berafiliasi ke institusi militer, berawal

    pada tahun 1997 ketika Presiden ahmed Necdet Sezer mengeluarkan

    kebijakan larangan berjilbab itu.

    Dengan diberlakukannya kebijakan itu, para jurnalist perempuan yang

    mengenakan jilbab, bahkan dilarang untuk meliput konferensi pers yang

    diselenggarakan institusi pemerintah.

  • Merce Kavakachi, tidak pernah mendapatkan hak untuk duduk sebagai

    anggota parlemen. Karena ia bersikeras untuk mengenakan jilbab saat

    pengambilan sumpah sebagai anggota parlemen pada tahun 1999.

    Pada bulan Mei 2002, Dewan Konsultasi Keagamaan di Turki mengeluarkan

    fatwa yang menyatakan bahwa jilbab adalah hak kaum perempuan sesuai

    dengan keyakinan yang dianutnya yang tidak bisa dicabut dan harus

    dihormati. Namun kenyataannya, pemerintahan sekuler Turki masih

    memberlakukan kebijakan larangan berjilbab itu sampai sekarang. (ln/iol)

    Apa Motif Kaum Wanita Ikut Aksi Serangan Bom? 16/11/2005 14:37 WIB

    eramuslim - Kebanyakan eksekutor bom di kalangan tentara adalah

    pemuda belia. Tapi kenyataannya, pelaku bom dan aksi yang beresiko mati

    di sejumlah jalan di Irak, Yordan dan Rusia, ternyata juga melibatkan kaum

    wanita. Inilah realitas baru dalam sejarah kelompok-kelompok perjuangan di

    sejumlah negara. Mereka merubah asumsi bahwa kaum wanita tidak layak

    menjadi eksekutor serangan beresiko mati. Mereka memandang bahwa aksi

    serangan yang dilakukan seorang wanita lebih menyentuh perasaan sehingga

    dampaknya akan lebih efektif secara informatif, ketimbang dilakukan pria.

    Bagaimana perasaan dan sikap dari pelaku aksi penyerangan yang wanita?

    Dalam pengakuannya di televisi, Sajida Mubarak Atrous al-Rishawi, pelaku

    pemboman yang gagal di Amman menceritakan, dia diminta oleh suaminya

    untuk melakukan tindakan bunuh diri tersebut. "Suami saya mengenakan

    salah satu ikat pinggang berisi bom, dan saya memakai satu lagi. Dia

    menjelaskan kepada saya bagaimana menggunakannya." katanya.

    Sajida yang mengenakan pakaian tradisional berwarna hitam dan jilbab putih

    mengatakan, dia ambil bagian dalam serangan di hotel Radission SAS, di

    mana kebanyakan korban meninggal ketika ledakan terjadi di tengah pesta

    perkawinan. "Suami saya meledakkan diri. Saya mencoba meledakkan diri

    juga tetapi gagal," katanya lagi. Sajida mengaku bukan wanita pertama yang

  • ditugaskan oleh al-Qaidah untuk melakukan serangan. Pada Septermber

    2005 lalu, sebuah ledakan yang membunuh 8 orang di kota Talefar Irak juga

    disebut-sebut sebagai aksi al-Qaidah yang dilakukan oleh kaum wanita. Atas

    sejumlah peristiwa itu, Roger Harde, analis BBC urusan Timur Tengah

    mengatakan, keterlibatan kaum perempuan dalam aksi serangan telah

    merubah pemikiran mayoritas pengamat yang mengatakan peran wanita

    dalam jihad adalah sebagaimana kewajiban wanita sebagai ibu maupun isteri

    pejuang.

    Ada pula sejumlah kasus penyerangan lain yang melibatkan kaum wanita.

    Salah satunya adalah apa yang dibanggakan oleh pejuang Chechnya Syamil

    Basayev yang menurutnya memiliki pejuang wanita dalam unit "Araamil As-

    Suud" (Janda

    Hitam). Mereka terdiri para janda yang para suaminya terbunuh di tangan

    pasukan Rusia. Dalam sejumlah aksi pejuang Chechnya, kaum pejuang

    wanita ini biasanya tak menampakkan apapun kecuali matanya di samping

    pakaian serba hitam. Kostum seperti ini ternyata lazim dikenakan dalam

    sejumlah aksi penyanderaan yang berlangsung di Rusia. Itu terdapat dalam

    rekaman video yang dipublikasikan para pejuang saat menyandera.

    Sepanjang tahun 2003 saja, tercatat tujuh kali serangan beresiko mati

    dilakukan oleh kaum

    wanita Chechnya.

    Boleh jadi, kemarahan merupakan bagian dari motifasi kaum wanita di

    sejumlah tempat untuk melakukan aksi penyerangan. Perang dan kesedihan

    mendalam karena mereka telah kehilangan orang-orang yang mereka cintai,

    ditambah keyakinan ideologi perjuangan, berbaur dalam diri kaum wanita

    pelaku serangan.

    Awal ledakan bom syahid pernah dilakukan oleh seorang wanita Palestina

    pada bulan Januari 2003. Wafa Idris, eksekutor bom wanita pertama di

    Palestina, berusia 28 tahun adalah pelakunya. Ia yang memiliki sebutan

    "Female Bomber" kemudian menjadi inspirasi bagi sejumlah pejuang wanita

    lainnya yang kemudian mengikuti jejaknya sebagai eksekutor bom. Ibunda

    Wafa Idris, saat diwawancarai mengatakan bahwa latar belakang yang

    mendorong putrinya melakukan aksi syahid adalah keimanan dan

  • kesaksiannya terhadap penderitaan para korban kekejaman Zionis Israel di

    mobil Ambulan.

    Jadi memang, pemandangan memilukan yang ditemukan kaum wanita dan

    begitu menyayat hati mereka untuk kemudian mereka mengambil pilihan

    untuk menjadi eksekutor

    peledakan bom. Di samping itu, tentu saja alasan keyakinan agama yang

    memotifasi mereka. Bahwa apa yang mereka lakukan adalah, bagian dari

    persembahan kaum wanita kepada perjuangan untuk kemerdekaan yang

    diwajibkan atas mereka oleh agama.

    Saat ini, di Irak seperti juga di Palestina, serangan bom bukan lagi peristiwa

    aneh. Para pelakunya mengangkat isu perjuangan kemerdekaan dan

    keyakinan Islamnya. Meski sebenarnya aksi pemboman dari kaum wanita

    yang paling dahsyat ternyata bukan dilakukan oleh kelompok pejuang pria

    dan bukan juga oleh kaum Muslimin. Pemboman oleh kaum wanita yang

    tragis adalah apa yang dilakukan oleh kelompok Macan Tamil di Srilangka.

    Sekelompok wanita dalam jumlah yang tidak sedikit melakukan aksi

    pemboman hingga tewas secara bersamaan. Baik Macan Tamil maupun

    Kelompok Kurdi, keduanya melakukan penyerangan karena motif

    nasionalisme kelompok. Bukan alasan agama. (na-str/)

  • Muslim Slovakia, Berjuang di Tengah Tekanan Pemerintah yang Tidak Mau Mengakui Islam 15/11/2005 09:54 WIB

    Mendirikan mesjid lebih banyak lagi, terus diperjuangkan warga Muslim di Slovakia

    eramuslim - Kehidupan warga minoritas Muslim di Slovakia ternyata masih

    sangat memprihatinkan. Bukan hanya karena agama Islam yang belum

    diakui di negara itu, tapi juga sikap tidak bersahabat dari pemerintahan

    Katolik di kawasan Eropa Tengah yang masih belum bisa menerima

    keberadaan warga Muslim. Tidak heran, meski jumlahnya terus bertambah

    warga Muslim Slovakia masih menghadapi kesulitan untuk mendirikan

    Islamic Center atau sekedar masjid untuk tempat beribadah.

    "Upaya warga Muslim untuk membangun Islamic Center atau masjid-masjid

    dihalang-halangi meskipun jumlah warga minoritas Muslim makin bertambah

    dan tempat-tempat ibadah yang ada sudah benar-benar penuh seiring

    dengan pertambahan itu," kata Mohammad Safwan, anggota Islamic Waqah

    Foundation yang berbasis di ibukota Slovakia, Bratislava.

    Safwan mengungkapkan, yayasannya memiliki tanah seluas 1.000 meter di

    ibukota untuk membangung masjid agung dan Islamic Center, tapi otoritas

    setempat menolak untuk mengeluarkan izin pembangunan.

    "Mereka kerap mengungkapkan alasan yang tidak kuat," kata Safwan.

    Menurutnya, sikap otoritas setempat yang mengabaikan hak warga minoritas

    menyebabkan warga Muslim terasing di tengah-tengah masyarakat Slovakia

    yang 68 persennya beragama Katolik.

    Lebih lanjut Safwan mengungkapkan, "Kami tidak memiliki lembaga

  • perwakilan yang bisa menyuarakan suara warga minoritas dan menjadi

    penghubung dengan otoritas pemerintahan hanya karena negara menolak

    untuk mengakui agama Islam."

    Kondisi ini diperparah dengan sikap masyarakat Slovakia yang awam dengan

    Islam sehingga memandang rendah warga Muslim dengan stereotipe yang

    diidentikan dengan warga Muslim.

    "Dengan sangat menyesal saya mengatakan bahwa warga Muslim adalah

    warga yang tidak disukai di Slovakia. Sayangnya, masyarakat Slovakia

    menelan mentah-mentah anggapan seperti ini, yang justru menjadi kendala

    utama bagi warga Muslim untuk berbaur," papar Safwan.

    Menurut Safwan, sikap itu tidak lepas dari dampak sejarah masa silam,

    sekitar 150 tahun yang lalu ketika warga Muslim Turki menguasai wilayah itu.

    Sejarah ini menjadi dalih untuk melakukan balas dendam terhadap warga

    Muslim era modern sekarang ini.

    Saat ini terdapat kurang lebih 5.000 warga Muslim di Slovakia dari 5,4 juta

    jiwa jumlah penduduk negara itu. Untuk memfasilitasi ribuan warga Muslim

    ini, hanya ada empat masjid yang tersebar di seluruh negara Slovakia.

    Meski menghadapi pembatasan-pembatasan, warga minoritas Muslim tidak

    mau menyerah dengan penolakan negara dan masyarakat Slovakia. Mereka

    tetap melakukan hal yang terbaik yang bisa mereka lakukan untuk mengikis

    pandangan-pandang yang salah terhadap agama Islam dan berusaha

    membuktikan bahwa mereka memainkan peranan penting di tengah

    kehidupan sosial masyarakat.

    "Para pemuka dan aktivis Islam melakukan kampanye media dengan tampil

    dalam wawancara-wawancara di televisi atau bicara dengan koran-koran

    terkemuka. Kami juga melakukan pameran-pameran tentang Islam untuk

    menjawab rasa keingintahuan banyak warga Slovakia tentang Islam," ujar

    Safwan.

  • Upaya lainnya yang dilakukan kaum intelektual Muslim di negeri itu adalah

    menerjemahkan buku-buku terkenal Islam ke dalam bahasa Slovakia untuk

    mengatasi kendala bahasa.

    Safwan mengungkapkan, banyak warga Muslim yang sukses dan menjadi

    contoh yang baik bagi kalangan warga Muslim di Slovakia. "Kami memiliki

    seorang dokter Muslim yang mengepalai departemen operasi plastik di salah

    satu rumah sakit terkemuka di Bratislava, serta sejumlah konglomerat Muslim

    asal Turki dan Arab," katanya bangga. (ln/iol)

    Gedung Olah Raga Khusus Muslimah Berdiri di Belgia 14/11/2005 15:59 WIB

    eramuslim - Muslimah Belgia, bergembira. Pasalnya, kini mereka tetap bisa

    berolah raga dengan memakai jilbab dan sesuai dengan peraturan Islam

    yang melarang percampurbauran antara pria dan wanita. Kegembiraan ini

    bersamaan dengan adanya salah satu gedung olah raga yang khusus

    menyediakan ruang untuk para pemakai jilbab.

    Teyre Tornowi, kepala humas gedung olah raga unik itu mengatakan, Kami

    memperhatikan di akhir tahun 2003, kaum Muslimah berjilbab tidak bisa

    melakukan olah raga di kota ini. Maka kami melakukan survey sederhana

    untuk mengetahui besarnya minat mereka untuk berolah raga. Dan hasilnya,

    mereka mengatakan memang tidak mungkin berolah raga di dalam ruangan

    olah raga yang berbaur dengan kaum pria mengingat ada sejumlah aturan

    agama yang melarangnya. Mereka harus tetap mengenakan jilbab dan tak

    mungkin berolah raga di hadapan kaum pria. Di sisi lain, mereka juga

    terhambat karena soal ekonomi.

    Setelah survey tersebutlah, Teyre bersama sejumlah rekannya merintis

    upaya menyediakan gedung olah raga khusus untuk Muslimah. Menurut

    Teyre gedung yang ia bangun itu merupakan sokongan dari Lembaga al-

    Malik Bodwan yang telah wafat dan menginginkan adanya sebuah gedung

    olah raga besar untuk Muslimah berjilbab. Kami kini telah membuat aula

  • olah raga dengan pembatas sehingga memungkinkan Muslimah berjilbab

    melakukan aktifitas olah raga, jauh dari mata kaum pria, jelas Teyre.

    Gedung olah raga Muslimah itu didirikan dengan bantuan dana kurang lebih

    5.000 euro, dan bertujuan tidak membaurkan antara Muslimah Belgia

    dengan masyarakat dalam olah raga. Lembaga al-Malik Bodwan adalah

    lembaga nirlaba yang didirikan untuk manfaat sosial dan bertujuan untuk

    berkontribusi memberikan perbaikan kehidupan bagi masyarakat.

    Kini, gedung olah raga khusus perempuan itu sudah ramai dikunjungi para

    muslimah. Setelah kami bisa meyakinkan kaum Muslimah, kini sudah

    banyak pemudi dan kaum ibu yang berdatangan dan melakukan aktifitas

    olah raga sesama mereka, jelas Teyre. (na-str/iol)