berita eramuslim
DESCRIPTION
beritaTRANSCRIPT
-
Bintang Pop Dunia Michael Jackson Mau Masuk Islam? 28/11/2005 16:54 WIB
eramuslim - Ikon musik pop Amerika Michael Jackson secara resmi
mengaku sudah menjalani rukun Islam dan berencana untuk masuk Islam.
Berita ini dilansir oleh situs harian Arab-Israel, Panorama mengutip sumber-
sumber di Bahrain, dimana Michael Jakcson melakukan kunjungan ke negara
itu belum lama ini.
Sumber-sumber di Bahrain mengatakan, pernyataan Jackson itu
mengindikasikan keinginan bintang pop tersebut untuk pindah ke Bahrain. Di
negara teluk ini, Jackson kabarnya sudah membeli sejumlah real estate dan
pulau buatan. Ia rencananya akan memindahkan semua asset-asset miliknya
termasuk studio di AS ke Bahrain. Jackson juga mengungkapkan harapannya
bahwa ia tidak akan menemui banyak kendala dalam persoalan legalitas dan
bisa menikmati kebebasan yang menurutnya tidak ia dapatkan di Amerika
Serikat.
Lebih jauh sumber-sumber di Bahrain mengungkapkan, Jackson
mengemukakan alasannya masuk Islam karena ia merasa yakin Islam adalah
agama yang paling dekat dengan keyakinannya secara pribadi. Jika laporan
ini benar, maka Jackson bukan satu-satunya anggota dalam keluarganya
yang memeluk agama Islam. Saudara laki-laki kandung Jackson, Jermaine
Jackson yang sudah lebih dulu masuk Islam kini memilih tinggal di Dubai.
Menurut sumber-sumber itu, Jermainelah yang mengenalkan Michael Jackson
dengan Islam lewat buku-buku Islam yang dikirimnya dan kabarnya memberi
dukungan pada adiknya itu untuk masuk Islam.
Belum lama ini, Michael Jackson menjadi kontroversi setelah tersiar kabar
bahwa ia sempat menyebut orang-orang Yahudi sebagai 'lintah darat' dalam
pesan yang dikirim melalu telepon pada mantan mitra bisnisnya.
Dalam pesan itu, menurut versi kelompok Yahudi, Jackson
mengatakan,"Mereka seperti lintah... saya muak pada semua ini ... mereka
-
menjadikan orang-orang yang paling populer di dunia, mengeruk banyak
uang, rumah besar, mobil-mobil, semuanya dan mengakhiri mereka dalam
keadaan tanpa uang sepeserpun. Ini adalah konspirasi. Yahudi-Yahudi itu
melakukannya dengan sengaja. (ln/Islamicity)
Tahun 2008, Belanda Tidak Perkenankan Imam Mesjid yang Berasal dari Negara Lain 28/11/2005 15:13 WIB
eramuslim - Pemerintah Belanda menandatangani deklarasi kerjasama
dengan Inholland College di Amsterdam untuk mengadakan pelatihan bagi
para imam Muslim di negeri Kincir Angin itu.
Pemerintah Belanda menunjuk organisasi Contact Group for Muslim and
Government (CMO) sebagai partner kerjanya yang akan membuat program
pelatihan para imam selama 4 tahun ini bersama pihak universitas tersebut.
Juru bicara Menteri Kehakiman Belanda, Arnoud Strijbis pada AFP
mengatakan, para imam yang terpilih tetap ditempatkan di masjid-masjid.
Namun deklarasi kerjasama ini akan memperkenankan mereka untuk
mengajukan usulan program menyeluruh bersama organisasi-organisasi
Muslim dan dunia pendidikan.
Pelatihan terhadap para imam Muslim ini dilakukan, juga sebagai salah satu
upaya untuk mengurangi jumlah imam dari negara asing yang ditargetkan
mencapai angka nol pada tahun 2008. Selama ini, hampir semua imam di
masjid-masjid di Belanda berasal dari Turki atau Maroko.
Untuk keperluan pelatihan yang merupakan proyek Menteri Imigrasi dan
Integrasi Rita Verdonk serta Menteri Pendidikan Maria van der Hoeven,
pemerintah Belanda mengalokasikan dana sebesar 375 ribu Euro atau sekitar
439 ribu dollar AS.
Ketua jajaran gubernur di Inholland College, J. Elbers menyatakan, program
pelatihan yang akan berlangsung selama 4 tahun itu akan dimulai pada 2006
mendatang.
-
Perdebatan tentang program pelatihan bagi para imam mulai terjadi sejak
November 2004 setelah terbunuhnya sutradara film Belanda Thei van Gogh
oleh seorang pemuda berusia 19 tahun keturunan Belanda-Maroko,
Mohammad Bouyeri. Pembunuhan itu sendiri dipicu atas film buatan van
Gogh yang dianggap menjelek-jelekan umat Islam.
Saat ini ada sekitar 1 juta warga Muslim dari 16 juta total populasi warga
Belanda. Mayoritas warga Muslim disana berasal dari keturunan Turki. Di
Belanda terdapat 450 masjid, 1.000 Islamic Center, 2 universitas dan 42
sekolah dasar Islam.
Ketua CMO Ayhan Tunca mengatakan, kesepakatan tentang pelatihan
terhadap para imam ini bukan sebuah kewajiban dan berdasarkan pada
kesepakatan yang sudah dicapai sebelumnya antara pemerintah dan
organisasi-organisasi Islam. Ia mencontohkan persetujuan antara
pemerintah dan warga Turki yang memberikan hak pada masjid-masjid Turki
untuk membawa para imam dari kementerian Waqaf Turki.
Sejak September 2005, University of Amsterdam sudah melatih 20 siswa
para calon imam yang hanya diperbolehkan memberikan ceramah di rumah
sakit-rumah sakit dan penjara-penjara. (ln/iol)
Untuk Pertama Kalinya, Pengusaha Wanita Arab Saudi Boleh Calonkan Diri Jadi Pengurus Kadin 28/11/2005 11:26 WIB
eramuslim - Tujuh belas pengusaha wanita Arab Saudi untuk pertama
kalinya ikut mencalonkan diri dalam pemilihan ketua kamar dagang dan
industri lokal. Mereka akan bersaing dengan kandidat lainnya yang berjumlah
71 orang untuk menduduki 12 kursi anggota pengurus kamar dagang dan
industri untuk wilayah kota Jeddah. Pemilihan itu sendiri sudah berlangsung
sejak tanggal 26 November dan akan diketahui hasilnya Selasa (29/11)
besok.
-
"Kami semua sangat bersemangat dan optimis. Saya tidak bisa tidur dalam
beberapa hari ini," kata salah seorang kandidat, Lama Sulaiman.
"Sebagai wajah-wajah baru dalam pemilihan, kami harus kerja keras ...
sejauh ini, umpan balik yang kami dapatkan sungguh membesarkan hati,"
katanya lagi.
Ulfat Qabbani, yang mengelola perusahaan parfum untuk ekspor mengaku
optimis dengan hasil pemilihan nanti, dimana sebagian besar pemilihnya
adalah kaum laki-laki.
"Kami selayaknya menang paling tidak dua kursi dalam pemilihan," kata
Qabbani.
Sejumlah pengusaha wanita Arab Saudi berharap bisa mendapatkan
sedikitnya satu dari 6 kursi keanggotaan Kadin Jeddah yang berjumlah 18
orang, yang keanggotaannya ditunjuk oleh menteri perdagangan dan industri.
Partisipasi kaum perempuan dalam pemilihan tersebut, tidak lepas dari
kesempatan yang diberikan oleh Raja Abdullah bin Abdul-Aziz. Ia
memberikan prioritas bagi peranan kaum perempuan di kalangan
masyarakat dalam rencana pembangunan Arab Saudi 2005-2009. Meski
demikian, ia tetap menekankan agar kesempatan yang diberikan itu sesuai
dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.
"Pemilihan-pemilihan ini seharusnya mendorong peranan kaum wanita Arab
Saudi di tengah masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam
sekaligus untuk mengakhiri isolasi terhadap mereka, diawali dengan
penyediaan lapangan kerja bagi kaum wanita," ujar Qabbani.
Ia menambahkan, terbukanya peluang bagi mereka untuk mencalonkan diri
dalam pemilihan pengurus Kadin Jeddah sudah menciptakan kondisi positif di
kalangan masyarakat Saudi dan membangkitkan pembaharuan bagi kaum
perempuannya.
Namun semangat untuk memenangkan pemilihan ternyata tidak dibarengi
dengan tingkat keikutsertaan yang tinggi di kalangan pemilih wanita. Pemilih
-
di kalangan perempuan hanya 25 orang atau sekitar 1,5 persen dari 1.700
jumlah pemilih.
Salah seorang kandidat, Hessa Al-Aoun pada harian Al-Watan mengatakan,
jika ingin menang, para kandidat perempuan bukan hanya mendapatkan
suara dari pemilih wanita tapi juga pemilih pria.
Kandidat wanita lainnya, Madhawi Al-Hassaoun berkeyakinan mendapatkan
suara dari 400 pemilih wanitanya dan sisanya akan didapatkan dari pemilih
pria. "Menang untuk menjadi yang terbaik adalah motto dari pemilihan ini,"
katanya pada Al-Watan.
Salah satu kelemahan dari program-program yang diajukan para kandidat
wanita itu adalah tidak menyebut secara rinci tentang pemilih dari kalangan
wanita dalam dokumen-dokumen yang dibutuhkan di brosur-brosur mereka.
Beberapa pemilih bahkan tidak membawa dokumen-dokumen yang sangat
penting guna mengikuti pemilihan itu.
Di Arab Saudi, kaum perempuan tidak memiliki hak suara dalam pemilihan
umum. Dalam pemilihan dewan kota yang baru pertama kalinya dilakukan
Arab Saudi pada awal tahun lalu, pemerintah melarang kaum perempuannya
untuk memberikan suara apalagi mencalonkan diri. Namun para pejabat di
negara kaya minyak itu mengatakan, hak itu baru akan diberikan dalam
pemilihan mendatang yang akan berlangsung sekitar 4 tahun lagi.
Untuk sementara ini, pemerintah Arab Saudi baru memperkenankan
sejumlah kaum intelektual perempuan untuk menjabat beberapa pos di
kemeneterian luar negeri Arab Saudi. (ln/iol)
-
Para Walikota Turki Larang Minuman Keras, Kelompok Sekular Protes 25/11/2005 11:20 WIB
PM Turki Recep Tayyib Erdogan Dukung Gerakan Para Walikotanya
eramuslim - Dukungan pemerintah Turki terhadap kebijakan para
walikotanya yang melarang peredaran minuman beralkohol di cafe-cafe dan
restoran di Ankara diprotes oleh kelompok-kelompok oposisi. Mereka menilai
larangan tersebut bertentangan dengan kebebasan individu yang menjadi
persoalan utama dalam proyek negara itu untuk menjadi anggota Eropa.
Sementara para walikota yang berafiliasi ke Partai Keadilan dan
Pembangunan memberlakukan larangan tersebut sebagai upaya untuk
melindungi nilai-nilai keluarga di Turki.
Untuk itu mereka menolak pengajuan izin baru penjualan minuman
beralkohol. Begitu juga dengan pengajuan izin perpanjangan, dinyatakan
ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Meski tidak ada petunjuk resmi dari pemerintah, namun pihak-pihak yang
terkait dengan penjulan alkohol ini nampaknya tidak terlalu terkejut dengan
munculnya larangan itu. Larangan tersebut mencakup minuman keras khas
Turki, raki, yang dinyatakan dilarang di distrik Anatolia. Sejumlah walikota di
-
Turki ingin menerapkan apa yang disebut 'zona minuman keras' yang
letaknya di luar wilayah mereka.
PM Turki Recep Tayyib Erdogan menyatakan dukungannya terhadap usaha
keras para walikotanya itu. Ia mengatakan, pemerintah punya tanggung
jawab untuk melindungi generasi muda dari bahaya minuman keras.
Suara tidak setuju dengan larangan tersebut datang dari kelompok sekular di
Turki. Mereka mengajukan argumen nilai-nilai yang berlaku di Turki sebagai
negara yang sekuler dan negara-negara blok Eropa lainnya.
Kelompok oposisi utama di Turki, Partai Rakyat Republik Sefik Zengin
mengungkapkan keyakinannya bahwa larangan minuman keras itu dengan
cepat akan diperluas ke seluruh Turki.
Dalam sejarahnya, para sultan dinasti Ottoman dikenal sebagai orang yang
gemar sekali minum anggur meski memberlakukan larangan minum
minuman tersebut. Murad IV yang berkuasa dari 1623 sampai 1640 terkenal
sebagai penguasa yang kerap menjatuhkan hukuman mati bagi mereka yang
kecanduan tembakau dan alkohol. Namun dari cerita yang beredar, Murad IV
sendiri tidak bisa menahan godaan untuk menenggak minuman keras,
akibatnya ia meninggal karena penyakit lever. (ln/iol)
Organisasi Advokasi Israel Dalangi Upaya Gagalkan Pembangunan Mesjid dan Islamic Center di Boston 23/11/2005 14:05 WIB
eramuslim - Rencana pembangunan masjid agung dan Islamic Center di
Boston, Massachusettes, AS terancam gagal setelah juri pengadilan wilayah
setempat mengabulkan gugatan hukum yang diajukan seorang warga Boston,
James Policastro agar kesepakatan antara pemerintah dan komunitas Muslim
dianulir.
Harian Boston Globe menulis, gugatan hukum yang diajukan oleh Policastro
pada bulan Oktober tahun 2004 lalu , bertujuan untuk membatalkan
-
penjualan tanah di Roxbury dengan diskon besar oleh Boston Redevelopment
Authority (BRA) kepada Islamic Society of Boston (ISB).
BRA menjual tanah senilai 401.187 dollar pada ISB dengan harga hanya
175.000 dollar sebagai imbal balik dari pelayanan masyarakat yang diberikan
oleh ISB, antara lain pemberian mata kuliah tentang Islam dan
pembangunan perpustakaan hukum Islam di Roxbury Community College,
yang letaknya berdekatan dengan lokasi masjid yang akan dibangun.
Dalam gugatannya Policastro berpendapat, penjualan itu sudah melanggar
peraturan yang ditetapkan konstitusi negara bagian Massachusetts dan
konstitusi AS, yang melarang pemerintah membangun atau membantu
lembaga-lembaga keagamaan dengan cara yang tidak fair.
Sementara itu, ISB sudah menyampaikan keluhannya bahwa gugatan
tersebut dimotori oleh David Project, sebuah kelompok advokasi Israel untuk
menggagalkan proyek senilai 22 juta dollar tersebut. Proyek pembangunan
masjid dan Islamic Center itu sendiri kini sedang dalam proses pembangunan
dan jika selesai, akan menjadi masjid dan pusat kebudayaan Islam terbesar
di Timur Laut AS, demkian laporan yang ditulis harian lokal milik kelompok
advokasi Israel.
BRA dan ISB sudah meminta pada pengadilan agar tidak mengabulkan
gugata Policastro itu. Namun hakim pengadilan tinggi Suffolk, Nancy Staffier
Holtz melihat kasus ini sudah menimbulkan isu pemisahan antara agama dan
negara dan dianggap layak untuk diproses.
Dengan adanya gugatan tersebut, warga Muslim memutuskan untuk
sementara hanya membangun masjid saja yang biayanya mencapai 14 juta
dollar AS. Kalau nantinya pengadilan memenangkan gugatan Policastro,
komunitas Muslim harus membayar ratusan ribu dollar untuk tanah tersebut.
Pada bulan Ramadhan kemarin, warga Muslim berharap sudah bisa
menggunakan masjid yang masih setengah jadi itu. Namun pejabat kota
melarangnya karena masjid tersebut belum dipasangi pintu, jendela dan
dinding dalamnya belum selesai secara keseluruhan sehingga dianggap
belum layak untuk digunakan.
-
Juru bicara BRA, Meredith Baumann pada Boston Globe mengatakan bahwa
pihaknya tidak akan mengajukan gugatan balasan terhadap gugatan
Policastro. "Kami menunggu untuk mempertahankan sikap BRA," katanya.
Dalam wawancara dengan Islamonline pada November 2004, banyak warga
AS yang menilai umat Islam memiliki 'nilai-nilai yang sempurna, memiliki
kepedulian terhadap sesama, beorientasi pada keluarga dan taat terhadap
keyakinan agamanya.' (ln/iol)
Intelejen Prancis: Aktifis Islam Bukan Otak Kerusuhan 24/11/2005 14:29 WIB
eramuslim - Intelejen Perancis menegaskan bahwa para aktifis Islam di
Perancis tidak berada di balik kerusuhan dan pembakaran yang terjadi
selama tiga pekan terakhir. Mereka memandang aksi kerusuhan itu didalangi
oleh kelompok proletar di Perancis yang dominan berasal dari Afrika, Ethiopia
dan Arab.
Menurut Kepala Sayap Intelejen Nasional Perancis, Beyar Du Bosky, seperti
dikutip Islamonline, sejauh ini pihaknya tidak mencatat pengaruh agama
Islam radikal di balik kerusuhan yang terjadi. "Kami harus mencari latar
belakang yang lain untuk memahami aksi di balik kerusuhan ini," katanya.
Sementara tu, Kepala Forum Agama Islam Perancis sudah sejak beberapa
hari lalu menyebutkan tidak adanya kaitan Islam dengan bentrokan yang
terjadi di Perancis pada 27 Oktober lalu. "Mengkait-kaitkan antara Islam
dengan aksi kerusuhan yang terjadi adalah bentuk sikap kriminal. Islam
menolak kekerasan, penghancuran dalam sejarahnya yang panjang. Agama
kami adalah agama yang mengusung nilai toleransi," jelasnya.
Ia menambahkan apapun yang mencampurkan antara Islam dan tindak
kriminalitas ataupun antara Islam dengan terorisme, maka itu adalah
penghinaan bagi kelompok Islam. Selain itu, ia juga menolak telah
mengeluarkan fatwa yang mengatasnamakan kelompok Islam tentang
larangan membakar mobil dan penghancuran gedung. Menurutnya, fatwa
-
seperti itu justru akan kontraproduktif karena lebih memunculkan keanehan
bahwa kaum Muslimin memang berada di balik aksi kekerasan itu sendiri.
Karena itulah ia menyangkal telah mengeluarkan fatwa terkait pelarangan
pembakaran dan penghancuran mobil maupun gedung. (na-str/iol)
Khawatir Flu Burung, Pakar Kesehatan Himbau Arab Saudi Batalkan Ibadah Haji 23/11/2005 09:23 WIB
eramuslim - Pakar kesehatan yang juga Direktur Program Pengawasan Infeksi di Rumah
Sakit Universitas Jenewa, Didier Pittet menyarankan agar pemerintah Arab
Saudi membatalkan pelaksanaan ibadah haji, jika ditemukan fakta bahwa
virus ini bisa menyebar dari manusia ke manusia.
Pittet mengkhawatirkan, flu burung ini akan mewabah selama pelaksanaan
ibadah haji di mana hampir dua juta umat Islam dari seluruh dunia
berkumpul di satu tempat untuk melaksanakan ritual ibadah tersebut.
"Jika pemerintah Saudi menemukan satu atau dua kasus flu burung di
Mekkah, maka harus dilakukan tindakan yang ekstrim dan segera," ujar
Pittet.
"Jika kasus yang sama terjadi kedua kalinya di area yang sama maka akan
muncul kasus-kasus serupa lainnya, anda harus mencurigai ada bentuk
perpindahan yang lain. Kalau mereka menemukan bahwa flu burung bisa
menular dari manusia ke manusia, selayaknya mereka membatalkan
pelaksanaan ibadah haji," papar Pittet.
Perkiraan resmi menyebutkan, jumlah jamaah haji pada tahun 2005 lalu
mencapai 1,8 juta orang lebih, 1,4 juta di antaranya berasal dari luar negeri
dan 473 ribu orang dari warga Arab Saudi sendiri serta warga Muslim lainnya
yang tinggal di negara berbentuk kerajaan itu.
-
Kekhawatiran akan terjadinya wabah flu burung di Arab Saudi muncul sejak
ada laporan sejumlah ayam mati di sebuah peternakan yang berlokasi di
sebelah tenggara Arab Saudi pada 6 November lalu.
Menteri Urusan Haji, Hamid Al-Manai menyatakan, tidak ada kasus flu
burung yang terdeteksi di kerajaan kaya minyak itu. Ia menambahkan,
upaya pencegahan yang penting sudah dilakukan oleh pihak kerajaan untuk
mengantisipasi kemungkinan mewabahnya avian flu tersebut.
"Pemerintah sudah memperketat pemeriksaan terhadap orang-orang yang
masuk ke negara ini baik yang masuk melalui darat dan utara," kata Al-
Manai dalam keterangan persnya di sela-sela konferensi internasional
tentang flu burung di Riyadh.
"Selain itu, pihak-pihak berwenang juga sudah meluncarkan kampanye
vaksinasi secara intensif terhadap ancaman penyakit flu biasa terhadap para
jamaah haji," sambungnya.
Kepala bagian penyakit menular departemen kesehatan Arab Saudi, Amine
Mishkhas menambahkan, pihaknya sudah mendirikan pusat-pusat
pencegahan flu burung di tiga kota, termasuk Jeddah yang menjadi pintu
utama masuknya jamaah haji.
"Kami memastikan hanya mereka yang benar-benar fit dan sehat yang bisa
masuk ke Arab Saudi untuk melaksanakan ibadah haji," kata Sahal Al-
Sabban, pejabat senior di kementerian urusan haji. Ia mengatakan,
sepanjang sejarah Arab Saudi, kota-kota seperti Makkah, Madinah dan
Jeddah adalah kota-kota yang pernah dilanda wabah penyakit seperti
meningitis, kolera dan pes.
Virus flu burung H5N1 yang mematikan itu, sejak kemunculannya sudah
membunuh 67 orang di lima negara di seluruh Asia dalam kurun waktu dua
tahun ini. Sejauh ini, virus ini hanya menular melalui hewan ke manusia dan
belum ditemukan fakta bahwa virus tersebut bisa menular dari manusia ke
manusia. Namun sejumlah pakar mengkhawatirkan virus ini akan bermutasi
menjadi virus yang menular antar manusia seperti layaknya flu biasa. (ln/iol)
-
Tiap Bulan, Tiga Warga Belanda Peluk Islam 22/11/2005 16:54 WIB
eramuslim - Pasca peledakan gedung kembar Word Trade Center (WTC) 11
September 2002, perkembangan Islam di Negeri Belanda cukup
menggembirakan. Pasalnya, hampir tiap bulan tiga orang masuk Islam di
negara bergelar Kincir Angin. "Ini kabar baik," ujar Wakil Ketua Dewan
Syari'ah Nasional (DSN) DR. Anwar Ibrahim saat bincang-bincang dengan
eramuslim, di Jakarta, Selasa (22/11).
Mereka masuk Islam ada yang berawal dari membaca buku-buku Islam,
dialog di kampus-kampus atau melalui informasi lainnya.
Dalam lawatannya untuk kepentingan dakwah ke Belanda selama dua pekan
di bulan Ramadhan, Anwar merasa optimis bahwa Belanda adalah negara
yang cocok untuk tumbunya Islam di sana. "Islam di sana termasuk agama
besar. Muslim di sana ada sekitar 300 ribu dari tiga juta penduduk Belanda,"
sambungnya.
Sedangkan sampai saat ini penganut atheis masih menduduki rangking
pertama. "Mereka mayoritas atheis. 44% lebih, "katanya. Kendati demikian,
warga Muslim di Belanda bisa hidup berdampingan dengan mereka.
Saat ini, sambung doktor bidang Ushul Fiqh itu, warga Muslim di sana telah
memiliki 300 masjid yang tersebar di seluruh kota Belanda. Di antara mereka
juga banyak yang sarjana.
"Di antara mereka ada yang lulusan Universitas Madinah, Arab Saudi,"
sambung Anwar, yang juga dosen Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Jakarta.
Kondisi ini menunjukkan bahwa Belanda cukup subur untuk pertumbuhan
warga Muslim.
Tapi, sayangnya warga Muslim di sana belum berani mendirikan sekolah-
sekolah Islam. Sekolah-sekolah Islam di sana masih dilakukan secara
-
sembunyi-sembunyi. Alasannya, pihak Kerajaan Belanda tidak mengizinkan
adanya sekolah khusus warga Muslim.
"Konstitusinya yang menghambat," terang doktor jebolan Universitas Al-
Azhar, Kairo itu menjelaskan. (dina)
Ulah Michelle Leslie Buat Gusar Pemuka Muslim di Australia 21/11/2005 16:36 WIB
eramuslim - Pemuka warga Muslim di Australia, dibuat kesal dengan
kelakukan Michelle Leslie, seorang model Australia yang baru saja bebas dari
penjara Kerobokan, Bali karena kasus kepemilikan ekstasi. Mereka
mengatakan, Leslie yang sempat mendekam di penjara selama 3 bulan itu
sudah mencatut agama Islam untuk mendapatkan keringanan hukuman dari
pengadilan Indonesia.
Leslie, 24, model pakaian dalam yang mengaku seorang mualaf itu selalu
mengenakan busana layaknya seorang muslimah selama pengadilannya
berlangsung, tapi setelah bebas, ia kembali mengenakan celana jeans ketat
dan kaos kutang yang memperlihatkan bagian perutnya.
Presiden Australian Federation of Islamic Council, Ameer Ali menuding Leslie
berupaya 'menarik perhatian' publik dengan mengenakan busana seperti
muslimah. "Kelihatannya ... dia memanfaatkan Islam untuk menarik
perhatian dan mendapatkan putusan seperti yang ia harapkan," ujar Ali.
-
Dr. Ali menyatakan, Islam melarang wanita berpakaian yang memperlihatkan
bagian tubuh. Kalau Leslie mengaku seorang muslimah, selayaknya ia tidak
melanjutkan karirnya sebagai model pakaian dalam.
"Islam punya kode etik dalam berpakaian. Anda tidak boleh tampil di atas
catwalk dengan tubuh setengah terbuka. Itu tidak dibenarkan dalam Islam,"
tegas Ali.
Lebih lanjut ia mengatakan, banyak muslimah yang menjadi model seperti di
Indonesia dan Malaysia, tapi mereka mengenakan pakaian yang tidak
memperlihatkan bagian tubuh mereka. "Dia boleh saja menjadi model, tapi
harus pakaian yang sopan," tambah Ali. (ln/theage)
Muslim Kenya Perjuangkan agar Konstitusi Baru Akui Peradilan Syariah 21/11/2005 14:38 WIB
eramuslim - Muslim Kenya sedang menggalang kekuatan untuk menolak
undang-undang dasar yang baru, kalau undang-undang itu tidak
mengakomodasi keinginan mereka agar pengadilan syariah atau Kadhi
dikukuhkan dalam konstitusi baru itu. Mereka beranggapan hal tersebut
melanggar hak-hak beragama mereka sebagai warga minoritas Muslim.
"Warga Muslim khawatir parlemen mungkin akan memutuskan untuk
menghapus semua pasal yang menyangkut peradilan agama karena pasal-
pasal itu diserahkan pada parlemen yag didominasi umat Kristen," ujar
Syeikh Shariff Naban, anggota Dewan Imam dan Ulama Kenya.
-
Warga minoritas Muslim yang meliputi 10 persen dari total jumlah penduduk
Kenya yang berjumlah 30 juta orang itu meyakini, pengadilan Kadhi yang
diatur dalam undang-undang dasar negara akan memberikan ruang yang
lebih luas bagi mereka untuk menjalankan kebebasan beribadah.
Sekitar 11,6 juta warga Kenya, hari ini, Senin (21/11) menggunakan hal
suaranya apakah akan menyetujui atau menolak draft konstitusi negara yang
baru. Yang menjadi kontroversi dari draft undang-undang dasar tersebut
terkait dengan kekuasaan yang dimiliki presiden. Banyak kalangan
mengkritik draft konstitusi tersebut karena mengabaikan aspirasi sebagian
besar rakyat Kenya untuk menyeimbangkan kekuatan antara presiden dan
perdana menteri.
Para cendikiawan Muslim dari lebih dari 28 ormas Islam menyebut draft
tersebut sebagai draft konstitusi yang tidak bermoral dan tidak terlegitimasi.
Mereka sampai mengeluarkan fatwa agar warga Muslim tidak memberikan
suaranya.
"Konstitusi itu sudah dicuri dari rakyat melalui intimidasi, penyuapan dan
paksaan. Ini tidak bermoral, tidak sah dan tidak populer serta dimanipulasi
untuk keuntungan sekelompok kecil anggota masyarakat," tegas kelompok
cendikiawan itu.
Dewan Imam Kenya di Nairobi juga mengingatkan warga Muslim bahwa
mereka akan dibawah tekanan negara kalau draft tersebut disetujui dalam
referendum yang berlangsung hari ini. Di sisi lain, tokoh-tokoh Muslim
lainnya yang menyerukan referendum atas konstitusi itu mengatakan bahwa
draft baru tersebut lebih menjamin hak-hak beragama dari warga minoritas
Muslim.
Syeikh Juma Ngao, Ketua Dewan Tinggi Muslim Kenya, Mombasa
mengesampingkan bahwa konstitusi baru itu akan mendorong warga Muslim
untuk melanggar dan tidak mematuhi hak-hak beragama.
"Saya yakin tak seorangpun yang akan mengintervensi konstitusi baru yang
diajukan ini begitu rakyat Kenya menyetujuinya," kata Juma Ngao pada situs
Islamonline. Ia mengaku optimis warga Muslim Kenya akan datang
-
memberikan suaranya yang menyetujui draft konstitusi itu meski ada
penentangan yang kuat terhadap konstitusi baru tersebut. (ln/iol)
Austria Kerahkan Aparat Kepolisian Jaga Masjid-Masjid di kota Wina 21/11/2005 09:07 WIB
Aparat kepolisian masih selidiki ledakan di dekat mesjid Osman di kota Vienna
eramuslim - Konferensi internasional Islam, baru beberapa hari selesai
diselenggarakan di kota Wina, Austria, namun hasil konferensi yang sepakat
untuk lebih meningkatkan kerjasama dan saling pengertian dengan dunia
Islam ini nampaknya tidak berarti apa-apa, menyusul serangan yang diduga
ditujukan ke sebuah masjid di kota itu.
Serangan terjadi pada Rabu (16/11) lalu, sebuah ledakan yang cukup keras
terjadi di dekat Masjid Usman di Distrik ke-17 kota Wina. Ledakan tersebut
tersebut menyebabkan kaca-kaca rumah pecah dan mobil-mobil yang ada di
sekitarnya rusak berat, namun tidak menimbulkan korban jiwa.
Aparat kepolisian masih menyelidiki ledakan tersebut dan Menteri Dalam
Negeri Austria menginstruksikan agar aparat kepolisian mengintensifkan
penjagaan dan patroli di 60 masjid yang ada di kota itu. Sampai hari Sabtu
kemarin, aparat kepolisian masih ditempatkan di area-area dimana tempat
ibadah umat Islam itu berada.
-
Di kota Wina terdapat kurang lebih 120 ribu warga Muslim dan 50 ribu di
antaranya sudah menjadi warga negara Austria. Pemerintah negara itu
secara resmi mengakui agama Islam sebagai agama resmi di Austria sejak
tahun 1912 pada masa pemerintahan Czar Farnz Joseph, dan sejak itu Islam
menjadi agama kedua terbesar setelah agama Kristen.
Kalangan warga minoritas Muslim di Austria masih meragukan bahwa target
serangan itu adalah masjid yang berada di dekat lokasi ledakan. "Mungkin
bukan masjid itu yang menjadi sasaran sesungguhnya," kata Turfa Bagaghati,
Ketua Deputi European Network Again Racism (ENAR) saat khutbah Jumat di
Masjid Shura.
"Kalau masjid yang menjadi sasaran serangan, kenapa pelakunya tidak
langung saja melempar bom itu ke dalam masjid daripada meledakannya di
dekat rumah," tambah Bagaghati.
Meski kasus ledakan itu belum jelas apa motif dan sasarannya, Bagaghati
menegaskan warga Muslim tidak akan tinggal diam kalau masjid menjadi
sasarangn penyerangan.
"Kami akan melakukan langkah yang positif dan damai dengan melakukan
aksi unjuk rasa dan mengutuk serangan tersebut agar para pejabat tahu
bahwa kami masih berdaya," tegasnya lagi.
Otoritas agama Islam, institusi resmi warga Muslim di Austria menyatakan
mengutuk serangan itu, namun meminta agar setiap orang jangan
mengambil kesimpulan dulu dan menunggu hasil penyelidikan dari kasus
tersebut. (ln/iol)
-
Dr. Yusuf Qaradhawi: Sikap Barat atas Umat Islam, Cermin Sikap Umat Islam terhadap Sesama Mereka 20/11/2005 16:44 WIB
eramuslim - Menurut ulama dunia Islam, Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, apa yang
kini dialami umat Islam di berbagai belahan dunia berupa penderitaan,
terlanggar hak asasi mereka, semua itu sebabnya kembali kepada diri umat
Islam sendiri. Karena mereka (umat Islam) yang telah menghilangkan dan
menyia-nyiakan hak-hak yang mereka miliki, kata Qaradhawi.
Dalam khutbah Jumat di Masjid Umar bin Khattab, Qatar, Qaradhawi
mengatakan yang bertanggung jawab atas apa yang dilakukan Barat
terhadap umat Islam, baik serangan di Irak yang menggunakan bom fosfor
atau gas beracun yang terlarang, itu adalah lantaran semua alat itu
digunakan oleh mereka untuk orang-orang yang memang dianggap tidak
mempunyai hak lagi.
Qaradhawi yang juga merupakan ketua Al-Ittihad Al-Alami lil Ulama Al-
Muslimin (Asosiasi Ulama Islam Internasional) menambahkan bahwa apa
yang dilakukan Negara Barat, khususnya AS, yang mengkampanyekan hak-
hak asasi manusia, dan mengklaim bahwa mereka sebagai pihak yang
melindungi dan memperjuangkannya, itu tidak termasuk HAM milik umat
Islam. Karena dalam pandangan mereka orang Islam (Arab) tidak
mempunyai hak asasi, jelasnya. Ia kemudian mencontohkan penilaian itu,
dengan sejumlah kasus kezaliman yang dilakukan Prancis di Aljazair, Italia di
Libia, Belanda di Indonesia dan berbagai Negara kaum Muslimin yang dijajah
oleh orang-orang asing. Mereka adalah orang-orang sangat getol
menyuarakan perjuangan HAM dan pemeliharaan HAM di Negara mereka.
-
Mereka juga sangat membela HAM terhadap warganya di Negara manapun.
Akan tetapi mereka memandang manusia Muslim tidak mempunyai hak
untuk mereka bela. Qaradhawi lalu menegaskan bahwa seharusnya HAM
tidak membedakan partai, kelompok, negara, agama, karena semua manusia
memiliki HAM yang harus dijaga dan dipelihara.
Dalam khutbah Jumat tersebut, Qaradhawi juga menyampaikan bahwa
Islam sebagai pelopor pembelaan terhadap HAM, jauh sebelum istilah HAM
dipopulerkan oleh Negara Negara barat. Selain itu, ia juga menggambarkan
bahwa penyepelean bangsa-bangsa Barat terhadap hak kaum Muslimin
adalah lantaran kaum Muslimin sendiri yang tidak memelihara hak-hak
mereka. Itu ditandai dengan sejumlah fakta, seperti pengadilan militer untuk
penduduk sipil, penjara atas orang-orang yang tidak berdosa tapi hanya
berdalil tuduhan tak berbukti, larangan untuk membentuk organisasi dan
partai dengan landasan agama dengan alasan partai harus didirikan tidak di
atas landasan agama, tapi yang aneh, mereka membolehkan sebuah partai
didirikan atas ideologi sosialis, atheis dan semacamnya. Semua kondisi
penyia-nyiaan HAM oleh kaum Muslimin sendirilah yang menyebabkan orang-
orang selain mereka juga menyia-nyiakan HAM kaum Muslimin. (na-str/iol)
Diskriminasi Anti-Islam di AS Pasca 11 September Meningkat 52 % 17/11/2005 16:26 WIB
eramuslim - Tragedi WTC 11 September 2001, ternyata menimbulkan
dampak kebencian yang makin besar belakangan ini. Situs IRIB, salah satu
media informasi Iran menyebutkan bahwa dari berbagai laporan yang
disampaikan erbagai lembaga HAM dunia, menunjukkan tingkat diskriminasi
anti-Islam di AS pasca peristiwa teror 11 September 2001, meningkat hingga
52 %.
Laporan resmi yang disampaikan Amnesti Internasional menyebutkan, satu
dari sembilan warga AS mendapatkan perlakuan diskriminatif dari
pemerintahnya. Sementara itu Lembaga Dewan Hubungan IslamAmerika
-
(CAIR) menyebutkan, 80 % dari perlakuan diskriminatif itu menimpa kaum
muslimin.
Selain menerapkan berbagai kebijakan diskriminatif anti Islam di dalam
negeri, pemerintah AS juga terbukti melanggar berbagai konvensi
internasional di luar negeri dengan sasaran kaum muslimin.
Selama ini, skandal pelanggaran HAM paling memalukan terhadap kaum
muslimin yang dilakukan AS di luar negeri adalah skandal di penjara Abu
Ghraib di Irak dan Penjara Guantanamo di Teluk Kuba.
Sementara itu, Koran Al-Khalij terbitan Emirat edisi 21 Juni 2005 pernah
melaporkan, para petugas penjara AS yang berada di luar negeri dengan
sangat mudah melakukan berbagai macam pelecehan terhadap para tahanan
Muslim. Menurut al-Khalij, ini semua menunjukkan bahwa pemerintah AS
bukan hanya enggan menaati berbagai konvensi internasional, tapi juga
tidak mengakui nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada orang-orang Islam.
Laporan-laporan tentang pelanggaran HAM oleh pemerintah AS itu
disampaikan berbagai lembaga HAM dunia pada saat pemerintah AS sendiri
tiap tahunnya mengeluarkan laporan tentang pelanggaran HAM di negara-
negara lain. (na-str/irib)
PM Erdogan Kritik Pengadilan Eropa yang Dukung Larangan Berjilbab di Turki 17/11/2005 09:44 WIB
eramuslim - Keputusan pengadilan hak asasi manusia Eropa yang
mendukung larangan berjilbab di universitas-universitas di Turki, membuat
Perdana Menteri Turki Recep Tayyib Erdogan geram. Ia mengatakan,
pengadilan Eropa sudah bertindak di luar batas wewenangnya.
"Dalam masalah ini, pengadilan tidak punya hak untuk bicara. Hak bicara itu
milik para ulama Muslim. Saya pikir, salah kalau mereka yang tidak ada
-
kaitannya dengan wilayah ini (agama) membuat keputusan semacam itu,
tanpa berkonsultasi dengan para ulama," tegas Erdogan.
Erdogan mengungkapkan pernyataan kerasnya itu setelah pada minggu lalu,
pengadilan Strasbourg menetapkan bahwa larangan berjilbab di universitas-
universitas di Turki, tidak bertentangan dengan hak asasi manusia atau
kebebasan beragama.
Ketetapan itu membuat partai Erdogan, Partai Pembangunan dan Keadilan
kecewa karena partai inilah yang memperjuangkan kelonggaran ketatnya
larangan berjilbab di universitas-universitas dan tempat-tempat umum di
Turki, meski mendapat perlawanan dari kelompok oposisi sekuler.
Sistem sekular di Turki yang meliputi presiden, staf-staf militer, hakim-hakim
dan para rektor di universitas khawatir apa yang dilakukan Erdogan akan
mengikis sistem yang memisahkan urusan negara dengan agama.
Di pihak lain, Erdogan mengatakan, ia semata-mata hanya ingin menerapkan
kebebasan berekspresi dalam hal keagamaan secara penuh di Turki, negara
yang mayoritas penduduknya Muslim dan sedang memperjuangkan
keanggotaan dalam Uni Eropa. Selama ini, Erdogan selalu mengecam
kebijakan larangan berjilbab sebagai pembatasan atas kebebasan beragama
dan kebebasan dalam hal pendidikan. Tidak heran, kalau pernyataan
Erdogan kali ini pun memicu reaksi keras dari lawan-lawan politiknya.
"Erdogan telah menunjukkan warna aslinya. Tapi Turki tidak akan menjadi
negara Ayatullah," kata Haluk Koc, anggota senior kelompok oposisi Partai
Rakyat Republik merujuk negara tetangganya, Iran.
Larangan berjilbab di institusi-institusi pemerintah, termasuk di sekolah,
universitas dan organisasi sosial yang berafiliasi ke institusi militer, berawal
pada tahun 1997 ketika Presiden ahmed Necdet Sezer mengeluarkan
kebijakan larangan berjilbab itu.
Dengan diberlakukannya kebijakan itu, para jurnalist perempuan yang
mengenakan jilbab, bahkan dilarang untuk meliput konferensi pers yang
diselenggarakan institusi pemerintah.
-
Merce Kavakachi, tidak pernah mendapatkan hak untuk duduk sebagai
anggota parlemen. Karena ia bersikeras untuk mengenakan jilbab saat
pengambilan sumpah sebagai anggota parlemen pada tahun 1999.
Pada bulan Mei 2002, Dewan Konsultasi Keagamaan di Turki mengeluarkan
fatwa yang menyatakan bahwa jilbab adalah hak kaum perempuan sesuai
dengan keyakinan yang dianutnya yang tidak bisa dicabut dan harus
dihormati. Namun kenyataannya, pemerintahan sekuler Turki masih
memberlakukan kebijakan larangan berjilbab itu sampai sekarang. (ln/iol)
Apa Motif Kaum Wanita Ikut Aksi Serangan Bom? 16/11/2005 14:37 WIB
eramuslim - Kebanyakan eksekutor bom di kalangan tentara adalah
pemuda belia. Tapi kenyataannya, pelaku bom dan aksi yang beresiko mati
di sejumlah jalan di Irak, Yordan dan Rusia, ternyata juga melibatkan kaum
wanita. Inilah realitas baru dalam sejarah kelompok-kelompok perjuangan di
sejumlah negara. Mereka merubah asumsi bahwa kaum wanita tidak layak
menjadi eksekutor serangan beresiko mati. Mereka memandang bahwa aksi
serangan yang dilakukan seorang wanita lebih menyentuh perasaan sehingga
dampaknya akan lebih efektif secara informatif, ketimbang dilakukan pria.
Bagaimana perasaan dan sikap dari pelaku aksi penyerangan yang wanita?
Dalam pengakuannya di televisi, Sajida Mubarak Atrous al-Rishawi, pelaku
pemboman yang gagal di Amman menceritakan, dia diminta oleh suaminya
untuk melakukan tindakan bunuh diri tersebut. "Suami saya mengenakan
salah satu ikat pinggang berisi bom, dan saya memakai satu lagi. Dia
menjelaskan kepada saya bagaimana menggunakannya." katanya.
Sajida yang mengenakan pakaian tradisional berwarna hitam dan jilbab putih
mengatakan, dia ambil bagian dalam serangan di hotel Radission SAS, di
mana kebanyakan korban meninggal ketika ledakan terjadi di tengah pesta
perkawinan. "Suami saya meledakkan diri. Saya mencoba meledakkan diri
juga tetapi gagal," katanya lagi. Sajida mengaku bukan wanita pertama yang
-
ditugaskan oleh al-Qaidah untuk melakukan serangan. Pada Septermber
2005 lalu, sebuah ledakan yang membunuh 8 orang di kota Talefar Irak juga
disebut-sebut sebagai aksi al-Qaidah yang dilakukan oleh kaum wanita. Atas
sejumlah peristiwa itu, Roger Harde, analis BBC urusan Timur Tengah
mengatakan, keterlibatan kaum perempuan dalam aksi serangan telah
merubah pemikiran mayoritas pengamat yang mengatakan peran wanita
dalam jihad adalah sebagaimana kewajiban wanita sebagai ibu maupun isteri
pejuang.
Ada pula sejumlah kasus penyerangan lain yang melibatkan kaum wanita.
Salah satunya adalah apa yang dibanggakan oleh pejuang Chechnya Syamil
Basayev yang menurutnya memiliki pejuang wanita dalam unit "Araamil As-
Suud" (Janda
Hitam). Mereka terdiri para janda yang para suaminya terbunuh di tangan
pasukan Rusia. Dalam sejumlah aksi pejuang Chechnya, kaum pejuang
wanita ini biasanya tak menampakkan apapun kecuali matanya di samping
pakaian serba hitam. Kostum seperti ini ternyata lazim dikenakan dalam
sejumlah aksi penyanderaan yang berlangsung di Rusia. Itu terdapat dalam
rekaman video yang dipublikasikan para pejuang saat menyandera.
Sepanjang tahun 2003 saja, tercatat tujuh kali serangan beresiko mati
dilakukan oleh kaum
wanita Chechnya.
Boleh jadi, kemarahan merupakan bagian dari motifasi kaum wanita di
sejumlah tempat untuk melakukan aksi penyerangan. Perang dan kesedihan
mendalam karena mereka telah kehilangan orang-orang yang mereka cintai,
ditambah keyakinan ideologi perjuangan, berbaur dalam diri kaum wanita
pelaku serangan.
Awal ledakan bom syahid pernah dilakukan oleh seorang wanita Palestina
pada bulan Januari 2003. Wafa Idris, eksekutor bom wanita pertama di
Palestina, berusia 28 tahun adalah pelakunya. Ia yang memiliki sebutan
"Female Bomber" kemudian menjadi inspirasi bagi sejumlah pejuang wanita
lainnya yang kemudian mengikuti jejaknya sebagai eksekutor bom. Ibunda
Wafa Idris, saat diwawancarai mengatakan bahwa latar belakang yang
mendorong putrinya melakukan aksi syahid adalah keimanan dan
-
kesaksiannya terhadap penderitaan para korban kekejaman Zionis Israel di
mobil Ambulan.
Jadi memang, pemandangan memilukan yang ditemukan kaum wanita dan
begitu menyayat hati mereka untuk kemudian mereka mengambil pilihan
untuk menjadi eksekutor
peledakan bom. Di samping itu, tentu saja alasan keyakinan agama yang
memotifasi mereka. Bahwa apa yang mereka lakukan adalah, bagian dari
persembahan kaum wanita kepada perjuangan untuk kemerdekaan yang
diwajibkan atas mereka oleh agama.
Saat ini, di Irak seperti juga di Palestina, serangan bom bukan lagi peristiwa
aneh. Para pelakunya mengangkat isu perjuangan kemerdekaan dan
keyakinan Islamnya. Meski sebenarnya aksi pemboman dari kaum wanita
yang paling dahsyat ternyata bukan dilakukan oleh kelompok pejuang pria
dan bukan juga oleh kaum Muslimin. Pemboman oleh kaum wanita yang
tragis adalah apa yang dilakukan oleh kelompok Macan Tamil di Srilangka.
Sekelompok wanita dalam jumlah yang tidak sedikit melakukan aksi
pemboman hingga tewas secara bersamaan. Baik Macan Tamil maupun
Kelompok Kurdi, keduanya melakukan penyerangan karena motif
nasionalisme kelompok. Bukan alasan agama. (na-str/)
-
Muslim Slovakia, Berjuang di Tengah Tekanan Pemerintah yang Tidak Mau Mengakui Islam 15/11/2005 09:54 WIB
Mendirikan mesjid lebih banyak lagi, terus diperjuangkan warga Muslim di Slovakia
eramuslim - Kehidupan warga minoritas Muslim di Slovakia ternyata masih
sangat memprihatinkan. Bukan hanya karena agama Islam yang belum
diakui di negara itu, tapi juga sikap tidak bersahabat dari pemerintahan
Katolik di kawasan Eropa Tengah yang masih belum bisa menerima
keberadaan warga Muslim. Tidak heran, meski jumlahnya terus bertambah
warga Muslim Slovakia masih menghadapi kesulitan untuk mendirikan
Islamic Center atau sekedar masjid untuk tempat beribadah.
"Upaya warga Muslim untuk membangun Islamic Center atau masjid-masjid
dihalang-halangi meskipun jumlah warga minoritas Muslim makin bertambah
dan tempat-tempat ibadah yang ada sudah benar-benar penuh seiring
dengan pertambahan itu," kata Mohammad Safwan, anggota Islamic Waqah
Foundation yang berbasis di ibukota Slovakia, Bratislava.
Safwan mengungkapkan, yayasannya memiliki tanah seluas 1.000 meter di
ibukota untuk membangung masjid agung dan Islamic Center, tapi otoritas
setempat menolak untuk mengeluarkan izin pembangunan.
"Mereka kerap mengungkapkan alasan yang tidak kuat," kata Safwan.
Menurutnya, sikap otoritas setempat yang mengabaikan hak warga minoritas
menyebabkan warga Muslim terasing di tengah-tengah masyarakat Slovakia
yang 68 persennya beragama Katolik.
Lebih lanjut Safwan mengungkapkan, "Kami tidak memiliki lembaga
-
perwakilan yang bisa menyuarakan suara warga minoritas dan menjadi
penghubung dengan otoritas pemerintahan hanya karena negara menolak
untuk mengakui agama Islam."
Kondisi ini diperparah dengan sikap masyarakat Slovakia yang awam dengan
Islam sehingga memandang rendah warga Muslim dengan stereotipe yang
diidentikan dengan warga Muslim.
"Dengan sangat menyesal saya mengatakan bahwa warga Muslim adalah
warga yang tidak disukai di Slovakia. Sayangnya, masyarakat Slovakia
menelan mentah-mentah anggapan seperti ini, yang justru menjadi kendala
utama bagi warga Muslim untuk berbaur," papar Safwan.
Menurut Safwan, sikap itu tidak lepas dari dampak sejarah masa silam,
sekitar 150 tahun yang lalu ketika warga Muslim Turki menguasai wilayah itu.
Sejarah ini menjadi dalih untuk melakukan balas dendam terhadap warga
Muslim era modern sekarang ini.
Saat ini terdapat kurang lebih 5.000 warga Muslim di Slovakia dari 5,4 juta
jiwa jumlah penduduk negara itu. Untuk memfasilitasi ribuan warga Muslim
ini, hanya ada empat masjid yang tersebar di seluruh negara Slovakia.
Meski menghadapi pembatasan-pembatasan, warga minoritas Muslim tidak
mau menyerah dengan penolakan negara dan masyarakat Slovakia. Mereka
tetap melakukan hal yang terbaik yang bisa mereka lakukan untuk mengikis
pandangan-pandang yang salah terhadap agama Islam dan berusaha
membuktikan bahwa mereka memainkan peranan penting di tengah
kehidupan sosial masyarakat.
"Para pemuka dan aktivis Islam melakukan kampanye media dengan tampil
dalam wawancara-wawancara di televisi atau bicara dengan koran-koran
terkemuka. Kami juga melakukan pameran-pameran tentang Islam untuk
menjawab rasa keingintahuan banyak warga Slovakia tentang Islam," ujar
Safwan.
-
Upaya lainnya yang dilakukan kaum intelektual Muslim di negeri itu adalah
menerjemahkan buku-buku terkenal Islam ke dalam bahasa Slovakia untuk
mengatasi kendala bahasa.
Safwan mengungkapkan, banyak warga Muslim yang sukses dan menjadi
contoh yang baik bagi kalangan warga Muslim di Slovakia. "Kami memiliki
seorang dokter Muslim yang mengepalai departemen operasi plastik di salah
satu rumah sakit terkemuka di Bratislava, serta sejumlah konglomerat Muslim
asal Turki dan Arab," katanya bangga. (ln/iol)
Gedung Olah Raga Khusus Muslimah Berdiri di Belgia 14/11/2005 15:59 WIB
eramuslim - Muslimah Belgia, bergembira. Pasalnya, kini mereka tetap bisa
berolah raga dengan memakai jilbab dan sesuai dengan peraturan Islam
yang melarang percampurbauran antara pria dan wanita. Kegembiraan ini
bersamaan dengan adanya salah satu gedung olah raga yang khusus
menyediakan ruang untuk para pemakai jilbab.
Teyre Tornowi, kepala humas gedung olah raga unik itu mengatakan, Kami
memperhatikan di akhir tahun 2003, kaum Muslimah berjilbab tidak bisa
melakukan olah raga di kota ini. Maka kami melakukan survey sederhana
untuk mengetahui besarnya minat mereka untuk berolah raga. Dan hasilnya,
mereka mengatakan memang tidak mungkin berolah raga di dalam ruangan
olah raga yang berbaur dengan kaum pria mengingat ada sejumlah aturan
agama yang melarangnya. Mereka harus tetap mengenakan jilbab dan tak
mungkin berolah raga di hadapan kaum pria. Di sisi lain, mereka juga
terhambat karena soal ekonomi.
Setelah survey tersebutlah, Teyre bersama sejumlah rekannya merintis
upaya menyediakan gedung olah raga khusus untuk Muslimah. Menurut
Teyre gedung yang ia bangun itu merupakan sokongan dari Lembaga al-
Malik Bodwan yang telah wafat dan menginginkan adanya sebuah gedung
olah raga besar untuk Muslimah berjilbab. Kami kini telah membuat aula
-
olah raga dengan pembatas sehingga memungkinkan Muslimah berjilbab
melakukan aktifitas olah raga, jauh dari mata kaum pria, jelas Teyre.
Gedung olah raga Muslimah itu didirikan dengan bantuan dana kurang lebih
5.000 euro, dan bertujuan tidak membaurkan antara Muslimah Belgia
dengan masyarakat dalam olah raga. Lembaga al-Malik Bodwan adalah
lembaga nirlaba yang didirikan untuk manfaat sosial dan bertujuan untuk
berkontribusi memberikan perbaikan kehidupan bagi masyarakat.
Kini, gedung olah raga khusus perempuan itu sudah ramai dikunjungi para
muslimah. Setelah kami bisa meyakinkan kaum Muslimah, kini sudah
banyak pemudi dan kaum ibu yang berdatangan dan melakukan aktifitas
olah raga sesama mereka, jelas Teyre. (na-str/iol)